LP Alat Bantu Jalan Lansia (Bag. Linda)

23
Intervensi Penggunaan Alat Bantu Jalan Pada Lansia Dengan Gangguan Mobilisasi Home Group 2 - Gerontik III Kelas C 1. Definisi Tindakan Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal. Imobilitas pada lansia terjadi karena banyaknya perubahan-perubahan fisiologis pada lansia seiring dengan pertamabahan usianya. Ambulasi atau gerakan untuk berjalan diperlukan oleh klien yang mengalami masalah atau gangguan pada sistem musculoskeletal atau pada klien yang mengalami keterbatasan dalam gerakan. Intervensi pada lansia dengan gangguan mobilitas salah satunya adalah dengan penggunaan alat bantu jalan. Alat bantu jalan adalah alat bantu untuk berjalan yang digunakan pada klien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan cedera pada ekstremitas bawah serta gangguan keseimbangan. Terapi untuk klien lansia dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak

description

lansia

Transcript of LP Alat Bantu Jalan Lansia (Bag. Linda)

Intervensi Penggunaan Alat Bantu Jalan Pada Lansia Dengan Gangguan Mobilisasi

Home Group 2 - Gerontik III Kelas C

1. Definisi Tindakan

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi

seseorang. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari

mobilitas optimal. Imobilitas pada lansia terjadi karena banyaknya perubahan-perubahan

fisiologis pada lansia seiring dengan pertamabahan usianya. Ambulasi atau gerakan untuk

berjalan diperlukan oleh klien yang mengalami masalah atau gangguan pada sistem

musculoskeletal atau pada klien yang mengalami keterbatasan dalam gerakan. Intervensi pada

lansia dengan gangguan mobilitas salah satunya adalah dengan penggunaan alat bantu jalan.

Alat bantu jalan adalah alat bantu untuk berjalan yang digunakan pada klien yang mengalami

penurunan kekuatan otot dan cedera pada ekstremitas bawah serta gangguan keseimbangan.

Terapi untuk klien lansia dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk

mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Penggunaannya

alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain

menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih

jika alat bantu tidak menggunakan roda. Karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah

direkomendasikan secara individual.

2. Tujuan Tindakan

- Membantu lansia untuk mempertahankan mobilisasi secara maksimal

- Memelihara dan mengembalikan fungsi otot secara optimal

- Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok.

- Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.

- Mencegah komplikasi, seperti atrofi dan kekakuan sendi

3. Indikasi Penggunaan Alat Bantu Jalan

Masing-masing alat bantu jalan memiliki indikasi penggunaan dan cara penggunaan

yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan pola berjalan

dengan menggunakan alat bantu jalan, antara lain kemampuan pasien untuk melangkah

dengaan satu / kedua tungkai, kemampuan weight bearing dan keseimbangan pasien dengan

satu kaki / kedua tungkai, dan kemampuan kedua AGA untuk mempertahankan weight

bearing; keseimbangan, serta kemampuan mempertahankan tubuh dalam posisi berdiri.

Indikasi pada lansia diantaranya adalah:

a. Pasien penderita dan  pasca stroke

b. Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah / kelumpuhan

c. Pasien yang menderita fraktur/cedera

4. Kontra indikasi Penggunaan Alat Bantu Jalan

a. Pasien dengan penurunan kesadaran / bedrest

b. Pasien dengan fraktur yang  parah dan belum ada penyatuan tulang

c. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise)

5. Jenis-Jenis Alat Bantu Jalan

a. Kruk

b. Walker

c. Kursi roda

d. Tripod/ Quadripod

e. Stick

a. KRUK

Pengertian

Terdapat berbagai alat bantu jalan bagi klien yang memerlukan bantuan dalam memenuhi

kebutuhan ambulasi. Salah satu alat bantu jalan adalah kruk. Kruk merupakan tongkat penopang

yang terbuat dari kayu atau logam sepanjang ujung mencapai aksila untuk meningkatkan

mobilitas klien (DeLaune & Ladner, 2002; Novieastari et al, 2005). Kruk kurang stabil

dibandingkan tongkat dan walker, sehingga membutuhkan kemampuan klien untuk menjaga

keseimbangan dengan baik dan kekuatan tubuh bagian atas. Beberapa orang membutuhkan kruk

untuk digunakan sementara waktu dan ada juga yang membutuhkan kruk untuk digunakan

permanen, misalnya penggunaan kruk temporer pada klien dengan kerusakan ligamen di lutut

dan penggunaan kruk permanen pada klien paralisis ekstremitas bawah (Potter & Perry, 2005).

Terdapat 3 tipe kruk (Novieastari et al, 2005), yaitu:

1. Kruk Aksila : Kruk aksila digunakan oleh klien semua golongan umur.

Umumnya kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk tipe ini

Memiliki bantalan pada bagian tepat dibawah aksila.

Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang setinggi

telapak tangan untuk menyokong tubuh.

2. Kruk Lofstrand/karade : Kruk lofstrand atau kruk lengan bawah memiliki suatu

pegangan tangan dan lingkaran besi yang melingkari lengan

bawah. Kedua lingkaran besi dan pegangan tangan dapat

diatur sesuai dengan ketinggian klien. Kruk tipe ini sangat

berguna untuk klien yang mengalami ketidakmampuan

permanen seperti para plegia. Lingkaran besi mengstabilkan

dan membantu mengarahkan kruk.

3. Kruk Platform : Digunakan oleh klien yang tidak dapat menahan berat

di pergelangan tangannya.

Tujuan

Penggunaan kruk bertujuan untuk membantu klien yang

memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan mobilisasi.

Selain itu, tujuan lain dari penggunaaan alat bantu jalan

(Novieastari et al, 2005), yaitu:

1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi, dan

kemampuan mobilisasi

2. Menurunkan risiko mobilisasi

3. Menurunkan ketergantungan terhadap orang lain

4. Meningkatkan rasa percaya diri klien

Indikasi

Alat bantu jalan digunakan untuk klien yang memerlukan bantuan berupa dukungan

sesudah kondisi immobilisasi. Kruk digunakan untuk memindahkan berat dari satu atau kedua

kaki. Jadi, kruk tepat digunakan untuk klien dengan gangguan ekstremitas bawah. Indikasi

penggunaan kruk (Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah, 2008), yaitu:

1. Pasca amputasi kaki

2. Hemiparese

3. Paraparese

4. Fraktur pada ekstremitas bawah

5. Terpasang gips

6. Pasca pemasangan gips

Kontraindikasi

Klien demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.

Klien yang harus bedrest

Klien dengan post op

Komplikasi

Penggunaan kruk tidak menimbulkan komplikasi.

Namun, dalam mengajarkan penggunaan kruk, perawat

harus memperhatikan gejala pusing, sulit bernafas, dan

lemas akibat hipotensi ortostatik yang terjadi pada klien

bedrest saat ingin memulai ambulasi dini. Oleh karena

itu, perawat harus mengajarkan penggunaan kruk secara

perlahan – lahan dan selalu mengevaluasi denyut

jantung, pernafasan, dan respon klien saat diberikan

latihan penggunaan kruk.

Alat dan Bahan

Kruk

Prosedur Tindakan

a. Atur panjang tongkat sesuai tinggi badan.

Caranya adalah dengan mengatur posisi sekrup yang ada di bagian bawah tongkat. Jangan terlalu

menempel dengan ketiak, beri jarak sekitar dua jari tangan. Jika terlalu menempel itu kurang

baik karena akan menekan saraf-saraf yang ada di ketiak dan ketiak pun akan terasa sakit jika

terlalu ditekan.

b. Atur pegangan tangannya, untuk memaksimalkan kekuatan tangan yang memegang tongkat

ketika sedang berjalan. Kaki yang patah harus diminimalkan bebannya sehingga tumpuan berada

pada tangan.

c. Ketika berjalan, jangan terlalu bungkuk, karena kurang baik untuk tulang belakang.

Diusahakan berjalan tegak.

d. Bantu klien mengambil posisi segi tiga (tripod), posisi dasar berdiri menggunakan kruk

sebelum mulai berjalan.Caranya adalah dengan menempatkan kruk 15 cm di depan dan 15 cm di

samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan dasar sokongan lebih

luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi kepala dan leher tegak, vertebrata

lurus,pinggul lutut dan lutut fleksi.

Pastikan jarak antara kedua kaki klien agak berjauhan. Orang yang tinggi membutuhkan

dasar tumpuan yang lebih lebar daripada orang yang pendek

Pastikan postur tubuh klien dalam posisi tegak, yaitu lutut dan pinggul ekstensi,

punggung lurus dan kepala tegak lurus. Usahakan agar posisi bahu tidak membungkuk

sehingga tidak ada beban yang bertumpu pada aksila. Siku hendaknya direnggangkan

secukupnya sehingga memungkinkan berat badan bertumpu pada tangan.

Perawat hendaknya berdiri di belakang klien dan pada sisi bagian yang lemah.

Rasionalnya, perawat dapat segera menyangga klien jika klien kehilangan keseimbangan

Jika klien tidak dapat berdiri dengan stabil (goyah), pasang sabuk pemindah di pinggang

klien dan pegang sabuk tersebut dari atas bukan bawah. Rasionalnya agar lebih efektif

untuk mencegah klien jatuh.

e. Gaya berjalan 4 titik tumpu

Langkahkan kruk sebelah kanan kedepan

Langkahkan kaki sebelah kiri kedepan

Langkahkan kruk sebelah kiri kedepan

Langkahkan kaki sebelah kanan kedepan

f. Gaya Berjalan 3 titik

Kedua kayu penopang dan kaki yang tidak boleh menyangga dimajukan, kemudian

menyusul kaki yang sehat.

Kedua kayu penopang lalu segera dipindahkan kemuka lagi dan pola tadi diulang lagi

g. Gaya berjalan 2 titik

Kruk sebelah kiri dan kaki kanan maju bersama-sama

Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama.

h. Cara berjalan menggunakan 2 tongkat yaitu :

Jika kaki yang patah belum boleh diberi beban/tekanan, maka kaki yang patah diangkat

sedikit. gerakkan kedua tongkat terlebih dahulu kemudian langkahkan kaki yang sehat,

kemudian gerakan tongkatnya lagi dan begitu seterusnya

Jika kaki yang patah boleh diberi beban/tekanan, maka kaki yang patah bisa ditapakkan ke

lantai. gerakkan kedua tongkat terlebih dahulu kemudian langkahkan kaki yang patah dulu

setelah itu baru langkahkan kaki yang sehat. Seperti itu secara bergantian.

i. Jika menggunakan 1 tongkat

Tongkat dipegang di sisi yang sehat. Saat berjalan, langkahkan kaki yang patah dan tongkat

secara bersamaan kemudian langkahkan kaki yang sehat, begitu seterusnya.

j. Ketika naik turun tangga

Jika kakinya belum boleh ditapakkan/ditekan ke lantai sebaiknya jangan dulu melakukan

aktivitas naik turun tangga, dikhawatirkan posisi tulang akan berubah karena goncangan.

Tapi jika sudah boleh ditapakkan (biasanya sekitar 3-4 bulan setelah operasi), naik turun

tangga diperbolehkan asalkan dengan cara yang tepat dan jangan terlalu sering.

Jika menggunakan 2 tongkat caranya yaitu :

1).ketika naik tangga langkahkan (naikkan)  kaki yang sehat terlebih dahulu, kemudian

angkat (naikkan) kaki yang patah bersamaan dengan tongkat.

2). ketika turun tangga turunkan tongkatnya terlebih dahulu, kemudian langkahkan

(turunkan) kaki yang patah, lalu langkahkan (turunkan) kaki yang sehatnya.

Jika menggunakan 1 tongkat caranya yaitu :

1).ketika naik tangga langkahkan (naikkan) kaki yang sehat terlebih dahulu, kemudian

angkat (naikkan) kaki yang patah bersamaan dengan tongkat.

2). ketika turun tangga turunkan tongkat dan kaki yang patah terlebih dahulu, kemudian

langkahkan (turunkan) kaki yang sehatnya

3).sebaiknya tangan yang tidak memegang tongkat berpegangan pada pegangan yang ada di

tangga. 

Naiki/turuni anak tangga satu-persatu, jangan terburu-buru, santai saja dan selalu berhati-

hati.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kruk :

1. Perawat atau keluarga harus memperhatikan ketika klien akan menggunakan kruk.

2. Monitor klien saat memeriksa penggunaan kruk dan observasi untuk beberapa saat sampai

problem hilang.

3. Perhatikan kondisi klien saat mulai berjalan.

4. Sebelum digunakan, cek dahulu kruk untuk persiapan.

5. Perhatikan lingkungan sekitar

6. Gunakan wc duduk untuk buang air besar.

7. Bila tidak ada wc duduk, gunakan wc biasa dengan kursi yang tengahnya diberi lubang.

8. Jaga keseimbangan tubuh.

Hal-hal yang harus dicatat (dokumentasi) dan Evaluasi

Dokumentasi

Hari, tanggal, waktu, nama klien, umur, gangguan/masalah kesehatan, intervensi yang diberikan

(jenis kruk), respon klien terhadap intervensi, nama perawat, dan tanda tangan perawat.

Evaluasi

Mobilitas dan penggunaan persendian klien meningkat

Klien menggunakan alat mobilisasi dengan tepat

Klien memperlihatkan cara yang lebih relaks

Klien mengatakan dan mendemontrasikan prinsip penggunaan kruk yang aman

b. WALKER

Pengertian

Walker merupakan sebuah alat untuk berjalan yang kerangkanya terbuat dari bahan logam. Alat

ini dilengkapi dengan dua gagang yang berfungsi sebagai tempat yang digunakan penggunanya

untuk berpegangan serta dilengkapi dengan empat kaki sebagai penumpunya. Secara umum

walker terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Standar

Walker ini biasanya digunakan untuk orang tua

yang masih kuat mengangkat alat ini untuk

berjalan, biasanya orang yang menggunakan alat

ini didampingi oleh orang lain.

b. Rolling

Walker ini menggunakan roda yang berfungsi untuk mempermudah pengguna tanpa harus

mengangkat-angkat alat ini. Alat ini hanya digerakan dengan cara didorong ke depan maupun

ke belakang. Walker ini dibagi menjadi dua tipe:

1. Front wheels

Alat ini di bagian belakang terdapat dua karet, yang

berfungsi sebagai tumpuan agar walker menjadi stabil,

sedangkan bagian depannya terdapat dua roda yang

berfungsi untuk mempermudah pengguna dalam bergerak

2. Front and back wheels

Alat ini terdapat empat roda pada keempat bagian

penopangnya, sehingga walker ini mudah bergerak dan

kurang stabil, sehingga dipasang rem yang akan membuat

walker tersebut satbil saat digunakan untuk berjalan.

Walker memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang berat

badan dan meningkatkan keseimbangan lateral. Walker mempunyai beberapa kelemahan

yaitu sulit digunakan bila melewati pintu dan tempat yang sempit, mengurangi ayunan

lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika berjalan. Secara umum, walker tidak

dapat digunakan di tangga.

Tujuan mengajarkan klien menggunakan alat bantu mekanik

Meningkatkan kekuatan otot

Menurunkan resiko komplikasi imobilisasi

Menurunkan ketergantungan klien terhadap orang lain

Meningkatkan rasa percaya diri klien

Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindakan

Klien lansia yang mengalami masalah keseimbangan, alat bantu jalan sementara untuk pasien

dalam proses penyembuhan pasca kecelakaan atau operasi.

Alat dan bahan yang digunakan

Walker

Prosedur tindakan

Cara memilih pegangan pada walker

Pada umumnya, pegangan walker terbuat dari plastik, akan tetapi banyak pilihan

yang lebih baik. Klien harus mempertimbangkan pegangan walker yang berlapis busa,

khususnya jika tanganklien walker cenderung mudah berkeringat. Jika klien memiliki

masalah pada jari-jari seperti: (1) penderita arthritis; (2) masalah nyeri pada persendian; dan

(3) masalah pada saraf, klien harus memilih pegangan yang lebih besar. Memilih pegangan

yang tepat akan mengurangi masalah pada persendian dan membantu dalam mencegah

kelainan bentuk pada persendian. Pegangan manapun yang klien pilih, yakinkan bahwa

pegangan tersebut aman untuk digunakan sehingga klien walker tidak akan tergelincir saat

menggunakan walker.

Cara menyesuaikan walker yang akan digunakan

Sesuaikan walker yang akan digunakan sehingga klien merasa nyaman saat

menggunakan walker. Hal ini akan mengurangi masalah pada bahu dan tulang belakang

klien saat memakai walker. Untuk memastikan tinggi walker sudah nyaman untuk

digunakan, cobalah untuk melangkahkan kaki dengan menggunakan walker, kemudian:

(1) Periksa siku klien. Letakkan tangan klien pada pegangan walker dan membentuk sudut

150.

(2) Periksa tinggi pergelangan tangan. Pegang pegangan walker dan rilekskan tangan klien

di sisi tubuh.

Cara melakukan langkah pertama ketika menggunakan walker

Jika klien membutuhkan tempat yang lebar atau luas untuk berpindah saat

menggunakan walker, mulailah dengan mendorong walker ke arah depan. Selanjutnya,

jagalah punggung klien agar tetap nyaman saat menggunakan walker. Selanjutnya, letakkan

satu kaki pada sisi walker dan mulailah untuk melangkah. Langkahkan kaki walker sesuai

dengan langkah kaki klien. Lanjutkan melangkah pada satu kaki lainnya.

Melangkah dengan kaki yang lain

Tempatkan kaki yang lain di dalam walker. Ulangi langkah tersebut dengan

memindahkan walker kedepan dan melangkah satu kaki kedalamnya dalam satu waktu. Jika

Anda menggunakan walker hanya untuk keseimbangan, Anda dapat berdiri di dalam walker

dan berjalan dengan normal

Jangan menyandar di atas walker

Ketika Anda menggunakan walker, penting untuk tetap berdiri tegak. Hal ini akan

membantu melindungi punggung klien. Selalu melangkah di dalam walker dari pada

berjalan di belakang walker. Hati-hati untuk tidak mendorong walker terlalu jauh di depan

klien atau menset pegangan terlalu tinggi. Hindari mempercepat dan mengambil langkah

yang lebar saat berjalan dengan walker. Ubah arah dengan pelan. Jangan mencoba untuk

menaiki tangga menggunakan walker.

Apapun jenis walker yang klien gunakan, pastikan klien menguasainya.

Penggunaan pegangan walker dengan tidak benar dapat meningkatkan risiko jatuh

saat menggunakan walker. Untuk membantu dalam memilih dan mengusai penggunaan

walker, konsultasikan pada dokter atau terapis

Hal-hal penting yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan tindakan termasuk

keamanan & keselamatan ( safety ) klien

Postur jalan normal adalah kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul

dan lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun bersama dengan

kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas, sehingga memerlukan bantuan

dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan permanen pada sistem muskuloskeletal dan

saraf memerlukan penggunaan alat bantu untuk berjalan.

Membantu klien berjalan, separti prosedur lain membutuhkan persiapan. Perawat mengkaji

toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi, dan keseimbangan klien untuk menentukan

jumlah bantuan yang diperlukan. Perawat juga harus memperhatikan serta menguasai mekanika

tubuh manusia sehingga dapat mengetahui posisi yang baik dan buruk pada klien lansia yang

menggunakan walker.

Perawat menjelaskan seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu,

kapan dilakukan kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dan

klien menentukan berapa banyak kemandirian klien dapat berikan.

Perawat juga memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien.

Kursi, penutup meja tempat tidur, kursi roda disingkirkan dari jalan sehingga klien memiliki

ruangan yang luas untuk berjalan.

Sebelum memulai, menentukan tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan  kurang

toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi dapat di tempatkan

diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.

Hal-hal yang harus dicatat (dokumentasi)

Hari, tanggal, waktu, nama klien, umur, gangguan/masalah kesehatan, intervensi yang

diberikan (jenis walker), respon klien terhadap intervensi, nama perawat, dan tanda tangan

perawat.

c. TONGKAT

Pengertian

Tongkat (canes) merupakan alat ringan, membantu pergerakkan dengan mudah, terbuat dari

kayu atau besi. Tongkat dapat membantu menjaga keseimbangan badan, diberikan bagi klien

dengan hemiparesi dan digunakan untuk menurunkan ketegangan karena kumpulan beban yang

berat. Tongkat tidak direkomendasikan untuk klien dengan kelemahan kaki bilateral (dalam

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Dasar I)

Tongkat kaki 4 dan kaki 3 (tripod/quadripod) adalah alat bantu berjalan berupa tongkat

dengan kaki-kaki berjumlah 4. Tongkat bisa diatur tinggi rendahnya agar bisa digunakan oleh

orang dengan segala umur. Tepat digunakan oleh lansia dan untuk rehabilitasi setelah

kecelakaan (jatuh) atau operasi.

Terdapat 3 tipe tongkat yang umum digunakan yaitu:

1. Tongkat standar, memberi dukungan minimal dan digunakan oleh klien yang

membutuhkan sedikit bantuan untuk berjalan.

2. Tongkat bertangkai terdapat gagang untuk dipegang sehingga memudahkan untuk

memberikan stabilitas lebih besar dari tongkat standar, khususnya berguna bagi klien

dengan kelemahan tangan.

3. Tongkat segi empat mempunyai 3 atau 4 kaki yang memberikan dukungan

keseimbangan lebih besar. Alat ini berguna bagi klien dengan parsial unilateral atau

paralisis penuh pada kaki.

Tujuan

Membantu menjaga keseimbangan badan; untuk menurunkan ketegangan karena kumpulan

beban yang berat.

Indikasi

Klien dengan hemiparesis atau paralisis baik pada sebagian salah satu kaki (kanan atau kiri)

maupun keseluruhan.

Kontraindikasi

Klien dengan kelemahan kaki bilateral.

Alat dan bahan

Tongkat

Prosedur tindakan

1. Kaji toleransi aktivitas klien, kekuatan, nyeri, koordinasi, dan keseimbangan klien untuk

menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.

2. Periksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan di jalan klien, misalnya

menyingkirkan kursi dan meja.

3. Sebelum memulai, tentukan tempat beristirahat pada kasus dengan perkiraan kurang

toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing.

4. Jelaskan tujuan memakai tongkat pada klien

5. Jelaskan tentang cara menggunakan tongkat kaki tiga pada klien, yaitu:

a. Penggunaan tongkat bagi lansia

Pegang tongkat dengan tangan pada sisi yang kuat dari tubuh untuk menyediakan

dukungan maksimum dan kesesuaian postur tubuh ketika berjalan

Posisikan ujung dari tongkat sekitar 15 cm (6 inchi) ke samping sehingga siku

sedikit fleksi.

b. Penggunaan tongkat ketika dukungan maksimum dibutuhkan (Kozier, Erb, Berman, &

Snyder, 2004).

Gerakkan tongkat ke depan sekitar 30 cm, atau jarak yang nyaman ketika berat

badan ditahan oleh kedua kaki.

Kemudian gerakkan kaki yang lemah mendekati tongkat ketika berat badan ditahan

oleh tongkat dan kaki yang kuat.

Berikutnya gerakkan/pindahkan kaki yang kuat lurus ke depan menuju tongkat dan

kaki yang lemah ketika berat badan ditahan oleh tongkat dan kaki yang lemah.

Ulangi langkah.

c. Penggunaan tongkat ketika dukungan sedikit dibutuhkan (Kozier, Erb, Berman, &

Snyder, 2004).

Gerakkan tongkat dan kaki yang lemah ke depan secara bersamaan, ketika berat

badan ditahan oleh kaki yang kuat.

Kemudian gerakkan kaki yang kuat ke depan ketika berat badan ditahan oleh

tongkat dan kaki yang lemah. Ulangi langkah.

H al-hal penting yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan tindakan termasuk

keamanan & keselamatan ( safety ) klien

Tongkat harus dipakai di sisi tubuh yang terkuat.

Untuk mencegah hipotensi ortostatik, klien harus dibantu untuk duduk di sisi tempat tidur

dan harus istirahat 1 atau 2 menit sebelum berdiri. Setelah berdiri, klien harus tetap berdiri

selama 1 atau 2 menit sebelum bergerak.

Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan.

Hal-halyang harus dicatat (dokumentasi)

Kemampuan klien berjalan dengan tongkat

Respon setelah berjalan (apakah pusing, lemah, dll)

d. Kursi Roda

Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan berjalan

menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera, maupun kelumpuhan atau

kelemahan ekstremitas bawah. Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain,

digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan menggunakan mesin

otomatis. Kursi roda terdiri dari 2 jenis yaitu kursi roda manual dan kursi roda listrik

Catatan

Apabila pada lansia yang kasus gangguan mobilisasinya tidak dapat ditangani dengan

obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu

jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas

yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang digunakan,

ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas

diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat

yang paling cocok adalah four-wheeled walker.  Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan

oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.

REFERENSI:

Gallo,Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Kane RL, Ouslander JG, Abras IB. 2004. Immobility. In : Kane RL. Editors. Essential of clinical Geriatrics. New

York: McGraw Hill

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Handiyani, H. (ed.). (2006). Panduan Praktikum Keperawatan Dasar 1. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2004). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice.

New Jersey: Pearson Education, Inc.

Novieastari, E, et al. (2006). Panduan praktikum keperawatan dasar 1. Jakarta: FE UI

Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik, vol. 2 edisi

4.Jakarta: EGC.