Low Versus High Frequencies Echosounder

12
SURVEY HIDROGRAFI Dosen Pengampu : Khomsin, ST, MT. IHSAN NAUFAL MUAFIRY - 3511100064 TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015 LOW VS HIGH FREQUENCY ECHOSOUNDER

description

Paper ini menjelaskan mengenai perbedaan antara keunggulan dan kekurangan alat perum echosounder berfrekuensi tinggi dan rendah

Transcript of Low Versus High Frequencies Echosounder

  • SURVEY HIDROGRAFI

    Dosen Pengampu : Khomsin, ST, MT.

    IHSAN NAUFAL MUAFIRY - 3511100064

    TEKNIK GEOMATIKA

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2015

    LOW VS HIGH FREQUENCY ECHOSOUNDER

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Echosounding adalah jenis instrumen akustik suara (echo) yang digunakan untuk

    menentukan kedalaman air dengan mengirimkan pulsa suara ke dalam air. Interval waktu

    antara pancaran sinyal dari transmitter (transducer) ke obyek (seabed) hingga ditangkap

    kembali oleh transducer adalah yang digunakan untuk menentukan kedalaman air bersama

    dengan kecepatan suara dalam air pada saat itu. Informasi ini kemudian biasanya digunakan

    untuk keperluan navigasi atau untuk mendapatkan kedalaman untuk memetakan tujuan.

    Kata sounding digunakan untuk semua jenis pengukuran kedalaman, termasuk mereka

    yang tidak menggunakan suara, dan tidak terkait dalam asal ke suara kata dalam arti kebisingan

    atau nada. Echo terdengar adalah metode yang lebih cepat untuk mengukur kedalaman dari

    teknik sebelumnya menurunkan garis terdengar sampai menyentuh bagian bawah.

    Echosounder Single-beam adalah sistem pemetaan dasar laut akustik asli dan

    sederhana. Alat ini terdiri dari transducer, dipasang baik untuk lambung perahu atau ke

    samping, sopir, dan sistem display. Dengan setiap ping sounder, pengemudi memberi energi

    transduser, menghasilkan sinyal dalam air diarahkan ke arah seabed. Energi yang dipantulkan

    kembali ke transduser, di mana pantulan ini mengena pada reciever, kemudian terdeteksi dan

    terakhir ditampilkan.

    Kedalaman berasal dari mengukur waktu tempuh, dan mengetahui kecepatan suara

    dalam air. Echosounder Single-beam terdapat dua model yaitu single-beam tunggal dan dual-

    frekuensi. Bedanya model dual-frekuensi menyediakan dua perkiraan kedalaman. Itu ditinjau

    dari model, adapun jenis spesifikasi echosounder juga bisa dikelaskan berdasarkan panjang

    gelombang yang dipancarkan. Semakin panjang gelombang suaranya maka dikatakan Low

    Frequency Echosounder, begitu juga sebaliknya. Lantas apa perbedaan antara Low dan High

    frequency pada instrumen echosunder akan di bahas pada makalah ini.

    1.2 Tujuan

    Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

    Mahasiswa mampu membedakan kegunaan single beam berfrekuensi rendah dengan

    frekuensi tinggi

    Mahasiswa mampu mengetahui kegunaan dasar survey menggunakan single beam baik

    frekuensi rendah dan tinggi

  • Mahasiswa dapat menganalisa single beam frekuensi rendah dan frekuensi tinggi dalam

    bidang survey hidrografi

    1.3 Manfaat

    Adapun manfaat dari makalah ini adalah :

    Mahasiswa mendapatkan wawasan mengenai jenis-jenis single beam echosounder

    Mahasiswa mendapatkan pengetahuan mengenai kegunaan dari masibg-masing single

    beam echosunder dengan frekuensi rendah dan tinggi.

    Memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Survey Hidrografi

  • BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 Echosounder dan Jenisnya

    Echosounder adalah jenis instrumen akustik suara (echo) yang digunakan untuk

    menentukan kedalaman air dengan mengirimkan pulsa suara ke dalam air. Interval waktu

    antara pancaran sinyal dari transmitter (transducer) ke obyek (seabed) hingga ditangkap

    kembali oleh transducer adalah yang digunakan untuk menentukan kedalaman air bersama

    dengan kecepatan suara dalam air pada saat itu. Informasi ini kemudian biasanya digunakan

    untuk keperluan navigasi atau untuk mendapatkan kedalaman untuk memetakan tujuan.

    Kata sounding digunakan untuk semua jenis pengukuran kedalaman, termasuk mereka

    yang tidak menggunakan suara, dan tidak terkait dalam asal ke suara kata dalam arti kebisingan

    atau nada. Echo terdengar adalah metode yang lebih cepat untuk mengukur kedalaman dari

    teknik sebelumnya menurunkan garis terdengar sampai menyentuh bagian bawah.

    Echosounder Single-beam adalah sistem pemetaan dasar laut akustik asli dan

    sederhana. Alat ini terdiri dari transducer, dipasang baik untuk lambung perahu atau ke

    samping, sopir, dan sistem display. Dengan setiap ping sounder, pengemudi memberi energi

    transduser, menghasilkan sinyal dalam air diarahkan ke arah seabed. Energi yang dipantulkan

    kembali ke transduser, di mana pantulan ini mengena pada reciever, kemudian terdeteksi dan

    terakhir ditampilkan.

    Berdasarkan jumlah pancaran sinyal yang dihasilkan echosounder di bagi menjadi dua

    jenis; yaitu Single Beam Echosounder (SBES) daan Multi Beam Echosounder (MBES). Untuk

    SBES jumlah ping beam yang dikeluarkan dari transducer setiap epok pengambilan datanya

    hanya berjumlah satu ping beam. Sedangkan MBES mengeluarkan ping beam lebih dari satu

    bahkan bisa hingga 1400 ping beam. Sehingga jumlah titik yang didapatkan dari MBES lebih

    banyak dan kerapatan pemodelan yang dihasilkan akan semakin teliti pula.

    2.1.1 Cara Kerja Echosounder (Single Beam)

    Sinar echosounder tunggal mengirimkan pulsa akustik dari transduser ke dalam kolom

    air menuju dasar laut. Waktu tempuh sebelum sinyal diterima kembali akan memberikan,

    bersama-sama dengan kecepatan suara yang benar, kedalaman air di bawah transduser.

  • H adalah kedalaman air, t adalah waktu tempuh dua arah dan c kecepatan suara di

    dalam kolom air. Biasanya beberapa sinyal yang diterima kembali. Hal ini sebagian karena

    hamburan, tetapi untuk frekuensi yang lebih rendah dan kedalaman sinyal sering (beberapa

    kali) menyebarkan kembali dari antarmuka permukaan laut ke bawah di mana itu

    mencerminkan kembali ke echosounder.

    2.1.2 Durasi Gelombang

    Durasi gelombang adalah lamanya waktu sounder mentransmisikan kekuatan pada

    transduser. Hal ini secara langsung (proporsional) terkait dengan jumlah energi yang

    disebarkan ke dalam air. Sebuah durasi gelombang pendek tidak memberikan banyak energi

    ke dasar laut sebagai gelombang panjang dan kemungkinan akan berisi informasi kurang dari

    dengan durasi gelombang yang panjang. Untuk air dangkal durasi gelombang panjang bisa

    mengakibatkan memiliki sinyal kembali sebelum gelombang telah sepenuhnya ditransmisikan,

    menyebabkan ketidakmampuan untuk membedakan sinyal kembali pada transduser. Dua arah

    waktu tempuh t dari sinyal antara transduser dan bawah karena itu harus lebih besar dari durasi

    sinyal T.

    2.1.3 Daya yang Ditransmisikan

    Memilih pengaturan daya yang tepat harus dilakukan dengan baik untuk

    memaksimalkan kemampuan sounder. Sinyal terlalu lemah dapat dilemahkan banyak dengan

    dasar laut yang lembut di mana gelombang yang sangat kuat dapat menyebabkan sinyal kliping

    di dasar keras.

    2.1.4 Tingkat Ping

    Tingkat pengulangan sinyal dapat diubah selama survei tanpa mempengaruhi sifat

    sinyal (asalkan tingkat ping tidak begitu tinggi terjadi gangguan). Sebuah tingkat ping optimal

    dapat ditentukan sesuai kecepatan kapal dan kedalaman, memastikan cakupan yang tepat dari

    daerah yang akan disurvei.

  • Gambar 2.2: Penyerapan vs frekuensi [13] untuk dua model. Ekspresi Thorpe berkaitan

    penyerapan secara eksklusif untuk frekuensi dan memiliki karena itu akurasi dan diterapkan

    secara terbatas. Sering kali ini cukup untuk penggunaan praktis. Ekspresi oleh Francois dan

    Garrison adalah, di samping frekuensi, fungsi dari suhu, salinitas, kedalaman dan pH. Hal ini

    lebih rumit namun memiliki penerapan yang lebih luas. Dimana lp adalah jarak antara berhasil

    ping, Vship adalah kecepatan kapal dan p adalah tingkat ping. Tingkat ping maksimum

    ditentukan oleh kedalaman, dari mana waktu tempuh sinyal dapat dihitung, menulis ulang

    persamaan 3.1 sebagai:

    Di mana t adalah waktu tempuh dua arah sinyal dan H adalah kedalaman air di bawah

    echosounder. Untuk memastikan rekaman tepat gema p harus memungkinkan sinyal untuk

    melakukan perjalanan beberapa kali antara dasar laut dan permukaan laut.

  • 2.2 Echosounder Low Frequency

    Frekuensi secara langsung berkaitan dengan penyerapan dalam medium. Pada umumnya

    frekuensi Single Beam Echosounder berkisar dari 12 kHz hingga 300 kHz.

    Frekuensi rendah akan memiliki penetrasi lebih dalam ke dasar laut dan karena itu

    membawa informasi lebih lanjut tentang lapisan yang lebih dalam kembali ke penerima. Sistem

    frekuensi rendah adalah sistem yang besar, hal ini karena sudut pembukaan sistem tergantung

    pada frekuensi sebagai

    Dengan c kecepatan suara, f frekuensi dan dt diameter transduser. menjaga

    sudut pembukaan terbatas

  • Overview). Seperti yang dijelaskan oleh Geng, X., A. Zielinski, jenis frekuensi yang ada pada

    survey batimetrik menggunakan echosounder, seperti dibawah ini (Precise multibeam

    acoustic bathymetry. Marine Geodesy, 221999):

    Untuk kedalaman air hingga 100 meter, maka frekuensi yang harus digunakan adalah

    jenis frekuensi yang tinggi (>200 kHz)

    Untuk kedalaman air hingga 1500 meter, maka frekuensi yang digunakan adalah

    frekuensi yang lebih rendah (50-200 kHz)

    Untuk kedalaman air hingga lebih dari 1500 meter, maka frekuensii yang digunakan

    adalah frekuemsi rendah ( 12-50 kHz)

    Jenis gelombang ini memiliki kemampuan yang baik dalam menampilkan resolusi

    horisontalnya. Sehingga memudahkan kita untuk membedakan detail yang ada di dalam air

    dengan dasar laut itu sendiri.

    Jenis gelombang ini mempengaruhi dua parameter lainnya. Seperti lebar

    pancaran/sudut pancaran gelombang (beam) dan ukuran transduser pada instrument MBES-

    nya. Lebar pancaran dengan frekuensi tinggi akan membutuhkan transduser yang lebih kecil

    dibandingkan gelombang yang berfrekuensi rendah. Begitu juga sebaliknya. Seperti pada

    gambar grafik di bawah ini.

    Gambar 1 . Grafik Panjang Diameter dan Sudut Pancar pada

    Gelombang Frekuensi Tinggi dan Rendah (Geng, X., A. Zielinski: Precise multibeam acoustic

    bathymetry. Marine Geodesy, 221999) Diameter transduser pada gelombang frekuensi tinggi berkisar Antara 0-0,5 m dan untuk sudut pancarnya berkisar antara 0-90o.

  • Gambar 2. Ilustrasi Transduser dan sudut pancarnya

    Ditinjau dari karakteristik jenis echosounder bergelombang frekuensi tinggi baik dan efektif

    digunakan untuk pengukuran kedalaman air pada air dangkal (mulai dari 0.5-1000 meter). Hal

    ini disebabkan dari frekuensinya yang besar memiliki redaman yang besar pula sehingga range

    pancarannya menjadi lebih terbatas daripada gelombang yang memiliki frekuensi rendah.

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Low Frequency dan High Frequency Echosuonder

    Low Frequency biasanya adalah saat mengukur kedalaman dari laut dalam, karena

    mempunyai atenuasi yang rendah, tetapi membutuhkan transducer atau penerima yang besar

    karena gelombangnya tidak sejalan dengan arah kapal biasanya, sedangkan frekuensi

    tinggi digunakan dalam pengukuran kedalaman laut yang lebih dangkal karena mempunyai

    atenuasi tinggi, tetapi keuntungannya adalah transducer dari frekuensi tinggi ini lebih kecil,

    sehingga cocok digunakan dalam kapal yang kecil dan biasa, seperti kapal nelayan. Untuk

    ketelitian, sebenarnya kedua frekuensi ini sama saja, tetapi karena frekuensi tinggi lebih cepat

    kembali ke kapal, maka lebih detail milik frekuensi tinggi, tetapi data yang dihasilkan lebih

    besar dan membutuhkan computer yang lebih canggih dan mumpuni daripada frekuensi

    rendah.

    Ditinjau dari kelebihan low frequency echosounder, insturumen jenis ini berkemampuan untuk

    menembus bahan-bahan material bawah laut yang konsolidasinya sedikit, sehingga jika

    pada saat pengolahan data tidak perlu dilakukan banyak penghapusan noises. Namun

    kelemahan single beam echosounder frekuensi lemah adalah dalam penggunaan beam yang

    lebih besar akan dihasilkan distorsi dan menghasilkan survey dengan resolusi yang rendah,

    kesalahan posisi yang signifikan akibat dari footprint akan lebih besar, deteksi kemiringan

    terdistorsi dan determinasi navigasi kedalaman akan sulit di interpretasikan pada saat

    pengolahan. Adapun berlaku sebaliknya pada high frequensy echosounder.

    Seperti yang dijelaskan oleh Geng, X., A. Zielinski, jenis frekuensi yang ada pada survey

    batimetrik menggunakan echosounder, seperti dibawah ini (Precise multibeam acoustic

    bathymetry. Marine Geodesy, 221999):

    Untuk kedalaman air hingga 100 meter, maka frekuensi yang harus digunakan adalah

    jenis frekuensi yang tinggi (>200 kHz).

    Untuk kedalaman air hingga 1500 meter, maka frekuensi yang digunakan adalah

    frekuensi yang lebih rendah (50-200 kHz).

    Untuk kedalaman air hingga lebih dari 1500 meter, maka frekuensii yang digunakan

    adalah frekuemsi rendah ( 12-50 kHz).

  • BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Kesimmpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Salah satu metode terkini yang digunakan sebagai penentuan kedalaman suatu perairan

    adalah dengan menggunakan metode akustik (suara/echo).

    2. Istrumen akustik yang digunakan dalam penentuan kedalaman adalah Echosounder

    yang dibagi menjadi dua jenis berdasarkan jumlah pancaran gelombang yang dihasilkan

    alatnya (transducer); Single beam echosounder (SBES) dan Multi beam echosounder

    (MBES).

    3. Berdasarkan frekuensi gelombangnya, echosounder dibagi menjadi ke dalam dua jenis;

    Low frequency echosounder dan High frequency echosounder.

    4. Kelebihan low frequency echosounder, insturumen jenis ini berkemampuan untuk

    menembus bahan-bahan material bawah laut yang konsolidasinya sedikit.

    5. Kelemahan single beam echosounder frekuensi lemah adalah dalam penggunaan beam

    yang lebih besar akan dihasilkan distorsi dan menghasilkan survey dengan resolusi

    yang rendah, kesalahan posisi yang signifikan akibat dari footprint akan lebih besar,

    deteksi kemiringan terdistorsi dan determinasi navigasi kedalaman akan sulit di

    interpretasikan pada saat pengolahan.

    6. Kelebihan dan kekurangan pada high frequency echosounder adalah kebalikan daripada

    kelebihan dan kekurangan low frequency echosounder.

    7. Penggunaan yang tepat anatara low dan high frequency echosounder apabila digunakan

    sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

    Untuk kedalaman air hingga 100 meter, maka frekuensi yang harus digunakan

    adalah jenis frekuensi yang tinggi (>200 kHz).

    Untuk kedalaman air hingga 1500 meter, maka frekuensi yang digunakan

    adalah frekuensi yang lebih rendah (50-200 kHz).

    Untuk kedalaman air hingga lebih dari 1500 meter, maka frekuensii yang

    digunakan adalah frekuemsi rendah ( 12-50 kHz).

  • DAFTAR PUSTAKA

    Geng, X., A. Zielinski. Precise multibeam acoustic bathymetry. Marine Geodesy, 221999.

    Ingham, A. E. (1975). Sea Surveying. London: John Wiley & son Ltd.

    Kongsberg Brochure, EM 1002 Multi Beam Overview

    Poerbandono, D. r. (2005). Survei Hidrografi. Bandung: PT. Refika Aditama.

    Professional Surveyors. (2014, March Sunday). Magazine for Hydrographic Surveys.

    Retrieved from Proffesional Surveyors of North America:

    http://www.profsurv.com/assets/magazines/articles/70298/productsurvey_v_pdfdocument

    _30.pdf.