Low Impact Development Psda Pwrpnt

37
LOW IMPACT DEVELOPMENT

description

Low Impact Development Psda Pwrpnt

Transcript of Low Impact Development Psda Pwrpnt

pendahuluan

LOW IMPACT DEVELOPMENTPengelolaan air hujan secara lokal yang ramah lingkungan dikenal dengan teknik Low Impact Development (LID).Konsep pengelolaan air hujan dengan teknik ini adalah pengelolaan air hujan dengan skala mikro yang dilakukan dilokasi atau di sekitar daerah tangkapan air hujan.LID dikembangkan untuk mempertahankan kondisi lingkungan dari dampak negatip yang terjadi akibat perkembangan ekonomi dan keterbatasan praktek pengelolaan air hujan konvensional.LID dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi yang telah ada dan murah tetapi dapat mempertahankan kelestarian lingkungan.Teknologi LID diharapkan mampu untukmengurangi dampak negatip terhadap lingkungan akibat pengembangan suatu daerah dengan mencapai keseimbangan antara konservasi, perkembangan, proteksi ekosistim dan kualitas hidup.

pendahuluan- Saat ini teknologi LID dimanfaatkan untuk mengontrol polusi air limpasan permukaan, mengurangi volumenya, memperpanjang waktu pengaliran, dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan ekologi.

pengertianLID adalah strategi manajemen pengelolaan air hujan (stormwater management) dengan menjaga dan mengembalikan fungsi hidrologi alamiah dari suatu daerah untuk mencapai tujuan perlindungan sumber daya alam dan memenuhi peraturan lingkungan yang disyaratkan (Unified Facilities Criteria, 2004)Berdasarkan LID Technical Guidance Mannual For Puget Sound, LID didefinisikan sebagai suatu strategi pengelolaan air hujan dan pengembangan lahan yang diaplikasikan pada suatu kawasan yang menekankan pada tindakan konservasi, dan menggunakan ciri-ciri alamiah kawasan tersebut, kontrol hidrologi skala mikro untuk menirukan (mimic) kondisi hidrologi kawasan yang bersangkutan sebelum pembangunan.LID adalah strategi desain suatu wilayah dengan tujuan utama mempertahankan atau menirukan regime hidrologi sebelum pembangunan dengan menggunakan teknik desain dengan menciptakan fungsi yang sama dengan lansekap hidrologi. Prinsip LID di dasarkan kepada pengontrolan air hujan pada sumbernya dengan menggunakan kontrol skala mikro yang tersebar di seluruh daerah (site) (LID, EPA 2000).LID merupakan pendekatan inovatif untuk penataan lahan dan pengelolaan limpasan hujan, yang bertujuan untuk melindungi sumberdaya air dan fungsi hidrologi daerah tangkapan air (watershed). Gagasan dasar dari LID adalah menahan selama mungkin limpasan hujan pada suatu kawasan tanpa menimbulkan genangan yang tidak diinginkan (RR Dwinanti RM, 2002)

Penerapan lidTeknologi LID di dalam mengelola air hujan ialah mempertahankan kondisi hidrologi suatu daerah yang dikembangkan sama dengan kondisi hidrologi awal daerah tersebut pada saat sebelum dikembangkan.Usaha yang perlu dilakukan adalah mempertahankan dan meningkatkan intensitas infiltrasi, penyaringan, penampungan, penguapan dan tahanan limpasan permukaan.Konsep hidrologi yang diterapkan dalam teknologi LID adalah penggunaan retensi dan detensi air hujan, mengurangi luas daerah kedap, dan memperpanjang alur pengaliran dan waktu pengaliran (Coffman, 2000).

Hal-hal dari lid yang harus diperhatikan :meminimumkan limpasan permukaan dengan mengurangi perubahan lahan menjadi lahan kedap air. memperbanyak tumbuh-tumbuhan penutup tanah seperti lahan yang tertutup rumput dan tanam-tanaman.Memperlama waktu konsentrasi (Tc) dengan memperpanjang jalur aliran, meningkatkan kekasaran dengan mengurangi penggunaan saluran pasangan atau pipa, melakukan konservasi dari sistrim drainasi alam sehingga dapat menurunkan puncak banjir. Tampungan air yang permanent atau sementara sangat diperlukan untuk mengontrol volume dan puncak banjir, serta kualitas air limpasan.

Perbedaan aliran banjir akibat pengembangan wilayah

Ciri-ciri dari pembangunan yang berdasarkan LID adalah :Diadaptasi secara lokal, beragam dan unikTerbuat dari alami, bahan lokalDari skala yang sesuaivisual tidak menggangguMeningkatkan keanekaragaman hayatiBerbasis sumber daya terbarukanOtonom dalam hal energi, air dan limbahMeningkatkan akses publik untuk ruang terbukaMenghasilkan lalu lintas sedikit Terkait dengan mata pencaharian yang berkelanjutanDikoordinasi oleh rencana manajemen Elemen kunci pada teknologi Low Impact Development

Beberapa manfaat LID1. Efektif- mengurangi limpasan dan beban pencemar;- menghilangkan polutan perkotaan umum termasuk nutrisi, logam, dan sedimen;- membantu untuk menjaga suhu permukaan air yang lebih rendah2. Ekonomis- LID sering lebih murah daripada kontrol badai air konvensional.- Praktek LID bisa lebih murah untuk membangun dan memelihara dan memiliki biaya siklus hidup lebih lama dari strategi stormwater terpusat.3. Fleksibel - Bekerja di skala kecil memungkinkan volume dan pengawasan atas kualitas air yang akan disesuaikan dengan karakteristik situs tertentu.4. Menambah Nilai Pemandangan Kota- Itu membuat efisiensi penggunaan lahan untuk manajemen stormwater dan karena itu mengganggu kurang dari teknik konvensional dengan kegunaan lain dari situs.

Kelebihan konsep low impact developmentDalam mendukung upaya pelestarian lingkungan, menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih menarik/estetis dan biaya pengelolaan limpasan hujan yang lebih ekonomis.Kekurangan konsep low impact developmentTidak bisa diterapkan untuk program pembangunan struktural jangka pendek (crash program).Dalam penanganan masalah banjir yang bersifat mendesak, penanganannya harus langsung dalam program jangka waktu yang pendek secara structural- fisik seperti normalisasi sungai, sodetan, pembangunan penampungan air seperti waduk, kolam atau situ pada daerah yang terkena dampak langsung dari banjir. Karena dalam penerapan LID harus terintegrasi , terpadu, terpogram dalam jangka panjang, membutuhkan peran serta masyarakat.Beberapa contoh bangunan LIDSarana bioretensi (bioretention facilities) Pompa kering (dry wells) saringan (filter/buffer strips) Saluran terbuka berumput (grassed swales), bioretention swales, and wet swales barel hujan (rain barrel) Perkerasan Jalan permeabel (Permeable Pavement) Bak air (Cistern) Lubang Resapan Biopori Bangunan tersebut diatas merupakan teknologi LID yang sangat sering dimanfaatkan untuk mengelola air hujan wilayah yang dikembangkan untuk mempertahankan daya dukung, daya tampung lingkungan hidup dan merupakan usaha untuk mempertahankan ruang terbuka yang sesuai dengan UU no. 26 tahun 2007

Sistem bioretensi didesain berdasarkan jenis tanah, kondisi setempat dan tata guna lahan. Bioretensi bisa dibuat pada daerah yang lebih rendah dari daerah sekitar/layanan. Karena diharapkan limpasan hujan (surface run off) akan mengalir ke daerah bioretensi.Topografi yang rendah diisi dengan tanah (engineered soils) dan tanaman yang mampu menyimpan dan menginfiltrasi air.bioretensi ini dibutuhkan sebidang lahan dengan luas lahan yang bisa untuk memuat seluruh komponen bioretensi.Bioretention mengintegrasikan fungsi pengurangan polusi dan tampungan aliran permukaan akibat dari penyaringan/pembersihan sampah dan sedimentasi.Pemberian compost dan pemeliharaaan serta penggantian tanaman merupakan usaha pemeliharaan dan pengoperasian Bioretention Untuk memelihara tanaman di Bioretention sebaiknya tidak perlu atau tidak boleh menggunakan pupuk buatan. Tumbuhan yang ditanam pada Bioretention seyogyanya menggunakan tanaman asli daerah, agar mudah tumbuh karena cocok dengan kondisi iklim daerahnya.Komponen bioretensi terdiri dari grass buffer strips. Ponding area, sand bed, organic layer,planting soil dan vegetated. 1. Bioretensi (Bioretention)Karakteristik Teknis Bioretensi 1. Luas Lahan Permukaan Tanah Luas permukaan min : 15 - 60 m2 Lebar Min : 1.5 3 m Panjang Min : 3 6 m Dalam Min : 0.6 1.2 m 2. Material yang dibutuhkan Pasir, batu kerikil, rumputan (mulch) Pepohonan, semak belukar, rumput (minimal terdapat 3 spesies alami) Pipa yang berlubang dan overflow storm drain Tanah untuk menanam terdiri dari campuran (pasir, pasir berlempung, dan lempung berpasir), komposisi lempung lebih kecil atau sama dengan 10 % Humus dengan ketebalan 3 inchi untuk tanah penutup Material penyaring (LID Technical Guidance Manual For Puget Sound,2005)

Berikut ini adalah beberapa proses utama yang ada pada Bioretension untuk air hujan local (Winogradoff, 2001);Intersepsi merupakan proses tertangkapnya air hujan oleh daun tanaman serta lapisan penutup (mulch), sehingga memperlambat atau mengurangi terjadinya aliran permukaan.Infiltrasi adalah proses utama yang ada di Bioretention, baik yang mempunyai saluran underdrain maupun yang tidak.Pengendapan akan terjadi akibat aliran lambat yang ada di Bioretention, akibatnya partikel yang ada di air akan tertinggal di permukaan Bioretention.Absorsi adalah proses penahanan air di ruang antara partikel tanah yang kemudian akan diserap oleh akar tanaman.Evapotranspirasi akan terjadi di Bioretention akan berubah sebagian air limpasan menjadi uap air.Absorsi yang terjadi adalah proses penyerapan kandungan kimia seperti metal dan nitrat yang terlarut di air oleh humus dan tanah.

Aliran limpasan permukaan dari jalan akan masuk ke bioretensi. Hujan awal yang turun di jalan akan mencuci jalan sehingga aliran permukaannya akan membawa partikel sedimen, kandungan kimia dan oli yang tertetes di muka jalan, dan mengalir masuk kedalam. Bioretention. Aliran permukaan dari hujan awal ini akan menjalani proses permunian yang ada di bioretention. Jika hujan masih turun terus sehingga kapasitas tampungan bioretention sudah terlampaui air kan mengalir langsung ke sistim saluran drainasi melalui pelimpah yang telah disediakan. Hujan awal sudah mencuci permukaan jalan sehingga kualitas air limpasan permukaan dari hujan berikutnya diharapkan sudah baik dan boleh mengalir langsung ke badan air.2. Saluran terbuka berumput (grassed swales) Saluran rumput dapat dimanfaatkan sebagai saluran pembawa air hujan pada berbagai lokasi dan kondisi, fleksibel dan relative murah (USDOT, 1996). saluran terbuka rumput sangat cocok sebagai saluran pematusan daerah tangkapan air yang kecil dengan kemiringan yang landai (Center for Watershed Protection,1998).Penggunaan saluran ini biasanya sebagai saluran sepanjang jalan lingkungan dan Highway, fungsinya untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan sebagai filter dan tempat infiltrasi.Saluran terbuka berumput juga berfungsi untuk saluran yang menghubungkan ke daerah bioretensi.Selain fungsi tersebut diatas pengendapan sediment merupakan mekanisme utama dari upaya pengurangan polutan.Saluran rumput sangat efektif kerjanya jika kedalaman aliran minimum dan waktu tinggalnya maksimum.Stabilitas saluran rumput dan kemampuan pengurangan polutan sangat dipengaruhi oleh erodibilitas tanahnya, kemiringan saluran dan kerapatan tanaman.Saluran ini digunakan untuk sebagai drainase untuk transportasi air hujan dari jalan raya, komplek perumahan.Saluran terbuka berumput dibagi menjadi dua tipe yaitu saluran kering (dry swales) dan saluran basah (wet swales).

- Saluran terbuka berumput kering untuk menyediakan pengendali kuantitas dan kualitas limpasan air hujan dengan adanya sarana untuk infiltrasi.- Saluran terbuka berumput basah menggunakan waktu tinggal (time residence) dan pertumbuhan alami untuk mengurangi debit puncak, dan menyediakan perlakuan mutu air sebelum dialirkan ke daerah hilir.

Karakteristik Saluran Terbuka Berumput (Grassed Swales)1. Luas Lahan Panjang Min : 3 6 m 2. Material yang dibutuhkan Rumput atau vegetasi harus sesuai dengan kondisi tanah dan air Jenis rumput dan vegetasi yang ditanam harus mampu berproduksi dengan baik, menutupi semua lapisan permukaan dan mampu beradaptasi dengan kondisi kelembapan yang berbeda-beda Cacing

Saluran Terbuka Berumput Basah (Wet Swale)

Saluran Terbuka Berumput Kering (Dry Swale)

3. Barel Hujan (Rain Barrels) Bangunan LID jenis ini memiliki kelebihan ekonomis, efektif dan mudah dilaksanakan dalam skala rumah tangga maupun industri sebagai tampungan retensi.Rain Barrels untuk aplikasi LID tidak membutuhkan lahan yang besar dalam pengaplikasiannya. Rain Barrels bertujuan untuk menahan limpasan air hujan dari atap bangunan dengan menyediakan tampungan permanen untuk volume desain. Dan pipa overflow digunakan sebagai sarana detensi dari kapasitas retensi Rain Barrels. Karakteristik Teknis Rain Barrels 1. Luas Lahan Tidak signifikan, tergantung kepada ukuran rain barel dan jumlah yang digunakan 2. Material yang dibutuhkan Barrel 20 250 galon Screen cove Flexure downspout Spigot (keran) Overflow outlet berupa pipa PVC Hose (selang) Concrete block3. Tingkat layanan Rumah tangga dan industri (tampungan retensi) Rain barrel (42 gallon) bisa menyimpan 0,5 inch limpasan dari atap yang berukuran 13,3 square feet (Prince Goerge County, 2001).

Rain Barrel (Tong Hujan)

Ilustrasi Rain Barrel (Tong Hujan)

4. Cistern Cistern merupakan alat pengelolaan air hujan pada atap dengan menyediakan volume tampungan retensi di dalam atau diatas tanah Komponen desain untuk cistern tergantung dari ukuran atap dan jumlah luas daerah kedap air yang menyebabkan kenaikan volume limpasan dan debit puncak. Penempatan cistern diletakkan bisa di atas tanah atau di bawah tanah.Aplikasi dari Cistern hampir sama dengan Rain Barrel, sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas. Tergantung dari jumlah unit yang digunakan.Karakteristik Teknis CisternLuas Lahan Luas lahan tergantung pada jumlah cistern yang digunakan dan ukuran dari cistern2. Material yang dibutuhkan tank (fiberglas, logam, kayu, polyethylene) baja galvanis dengan PVC atau Poliliner (instalasi untuk posisi diatas tanah) 3. Kesulitan konstruksi Penutup tank harus terpasang rapat, untuk menghindari kontaminan, binatang masuk kedalam tank Untuk posisi diatas tanah tidak diizinkan adanya penetrasi dengan sinar matahari, membatasi pertumbuhan alga.4.Tingkat Layanan : Kapasitas penyimpanan 1.000 1.400 gallon (Practice Low Impact Development)

Detail Profil Cistern

5. Lubang Resapan Bopori (LRB) Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.Keunggulan dan manfaat lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air. Sketsa Penampang Lubang Resapan Biopori

Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas Bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.

Lubang resapan biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang air hujan, di dasar alur yang dibuat di sekeliling batang pohon atau pada batas taman. Jumlah lubang resapan biopori yang disarankan = intensitas hujan(mm/jam) x luas bidang kedap (m2) / laju peresapan air per lubang (liter/jam). KESIMPULANPengelolaan air hujan ditempatnya dapat mempertahankan ukuran saluran pengendali banjir regional. Sistim pengelolaan air hujan lokal yang memanfaatkan teknologi LID dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi yang telah ada merupakan sistim pengelolaan air hujan yang murah tetapi dapat mempertahankan kelestarian lingkungan. Teknologi LID diharapkan mampu untuk mengurangi dampak negatip terhadap lingkungan akibat pengembangan suatu daerah dengan mencapai keseimbangan antara konservasi, perkembangan, proteksi ekosistim dan kualitas hidup.Mempertahankan kondisi hidrologi dari wilayah atau daerah yang dikembangkan dengan mempertahankan dan meningkatkan intensitas infiltrasi, penyaringan, penampungan, penguapan dan peningkatan kekasaran permukaan adalah usaha yang digunakan teknologi LID dalam sistim pengelolaan air hujan lokal. Meskipun sudah banyak penggunaan teknologi di berbagai wilayah dunia, tetapi teknologi tersebut perlu dan harus dikaji efektifitasnya serta disesuaikan teknologinya dalam penggunaannya di Indonesia. Pemanfaatan teknologi LID ini akan membantu meningkatkan usaha pengembangan wilayah dan perkembangan ekonomi.Meminimumkan dampak pengembangkan wilayah dengan mengurangi daerah kedap air, mengkonservasi sumber daya alam dan ekosistim, mempertahankan sistim drainasi alam, dan meminimalkan penggunaan saluran pasangan, memaksimalkan usaha penampungan air, mempertahankan atau memperlama waktu konsentrasi, serta melaksanakan pendidikan pada masyarakat merupakan usaha teknologi LID untuk meminimumkan dampak negatif dari pengembangan suatu wilayah.

TERIMAKASIH