Long Case New Format

26
1 LONG CASE GANGGUAN CEMAS MENYELURUH ILMU KEDOKTERAN JIWA Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Bantul Diajukan kepada : dr. Vista Nurasti P, Sp. KJ Dokter Muda : Rahma Wijanarti 2008.031.0053 SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

description

longcase form

Transcript of Long Case New Format

1

LONG CASE

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

ILMU KEDOKTERAN JIWA Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :

dr. Vista Nurasti P, Sp. KJ

Dokter Muda :

Rahma Wijanarti

2008.031.0053

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

2

LEMBAR PENGESAHAN

LONG CASE

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Disusun oleh :

Rahma Wijanarti

20080310053

Telah diajukan dan diuji

pada tanggal : 8 Oktober 2013

Pembimbing

dr. Vista Nurasti P., M.Kes, Sp.KJ

3

STATUS PSIKIATRI

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ibu S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Bangsa/suku : Indonesia/Jawa

Alamat : Jetis, Bantul

No. RM : 4970xx

Tanggal masuk rumah sakit : 1 Oktober 2013

2. ALLOANAMNESIS

Diperoleh dari 1 2 3

Nama Bp.W Mas.E An.F

Umur 48 tahun 23 tahun 12 tahun

Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan

Alamat Jetis, Bantul Jetis, Bantul Jetis, Bantul

Pekerjaan Swasta Mahasiswa Pelajar

Pendidikan SMP SMA SD

Hubungan Suami Anak Anak

Lama Kenal Sejak tahun 1986 Sejak lahir Sejak lahir

Sifat Perkenalan Kurang dekat Kurang dekat Dekat

Tempat

Wawancara Rumah Bpk.W Rumah Bpk.W Rumah Bpk.W

4

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)

Autoanamnesisi

Pasien datang ke poli jiwa RSPS dengan keluhan sering merasa

cemas. Kalau cemas pasien akan merasa kedinginan hebat. Selain itu

pasien mengatakan ia juga sering merasa deg-degan, kepalanya terkadang

terasa nyeri, punggung terasa pegal dan nyeri, kedua tangan sering

kesemutan sampai mati rasa, serta kedua jempol tangan terasa seperti

ditusuk-tusuk. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan pasien muncul setiap

hari dan tanpa mengenal waktu dan situasi. Keluhan tersebut dirasakan

sudah sejak ±7 bulan yang lalu. Awalnya keluhan dirasakan hanya berupa

deg-degan, sering berkeringat dingin, tidak selera makan serta sulit tidur.

Pasien mengaku sebelumnya pernah satu kali memeriksakan

dirinya ke poli jiwa, yakni pada tahun 2005. Saat itu pasien mengalami

diare ±3 bulan karena pasien mengalami rasa kecewa yang teramat setelah

pasien tidak berhasil membeli rumah yang ia harapkan. Pasien berobat

jalan dari satu dokter penyakit dalam satu ke dokter penyakit dalam

lainnya, tetapi diare tidak kunjung sembuh. Diare sembuh setelah pasien

berobat ke poli jiwa. Setelah keluhan diare sembuh, pasien tidak berobat

kembali ke poli jiwa.

Pasien mengatakan keluhannya kini, tidak didahului oleh faktor

organis seperti panas, kejang, keracunan ataupun rudapaksa. Pasien

mengatakan ia cemas karena mengkhawatirkan putra pertamanya yang

tidak segera menyelesaikan kuliahnya dan hanya bermain game terus-

menerus di rumah.

Selain itu pasien mengakui, bahwa dirinya sebelum sakitpun

cenderung merupakan seseorang yang mudah cemas.

Alloanamnesis 1

OS datang ke RS karena mengeluh kedua jempol tangannya nyeri

seperti ditusuk-tusuk. Rasa sakit tersebut dirasa sudah sejak ± 7 bulan.

Awalnya OS mengeluh tidak selera makan dan tidur tidak nyenyak, tetapi

5

akhir-akhir ini kedua jempol OS dirasa sangat nyeri bahkan sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari.

OS belum pernah sakit serupa sebelumnya, tetapi pada tahun 2005,

OS pernah berobat ke poli jiwa karena diare ± 3 bulan tidak kunjung

sembuh meskipun sudah berobat ke banyak dokter. Saat itu OS tidak

mondok di RS, OS hanya berobat jalan. OS meminum obat berbentuk

kapsul. Setelah diare sudah tidak dirasakan, OS tidak pernah

mengontrolkan dirinya kembali ke poli jiwa.

Keluhan yang kini dirasakan pasien kemungkinan karena OS

mencemaskan putra lelakinya yang tidak mau mengerjakan skripsi dan

malah bermain game seharian di rumah. Sejak sebelum sakit seperti

sekarang, OS memang seorang wanita yang cenderung mudah cemas.

Selain itu, OS juga seorang pribadi yang cenderung tertutup atau tidak

suka menceritakan masalahnya jika tidak ditanya.

Alloanamnesis 2

OS datang ke RS karena sering merasa nyeri kepala dan kedua

jempol tangan nyeri. Keluhan-keluhan tersebut dialami OS, karena usia

OS yang sudah tua.

Sebelum sakit, OS merupakan pribadi yang sering mencemaskan

hal-hal yang sepele. OS juga pribadi yang mudah marah jika dikritik.

Alloanamnesis 3

OS datang ke poli jiwa RS karena sering merasa kedinginan,

nyeri kepala, dan kedua jempol tangan nyeri seperti ditusuk-tusuk. Sejak

kurang lebih 7 bulan yang lalu, OS terlihat berubah menjadi mudah marah,

kemudian akhir-akhir ini OS merasa kedua jempol tangannya terasa nyeri.

Kemungkinan keluhan yang dirasakan OS kini berhubungan dengan OS

yang sering merasa cemas memikirkan kakak lelakinya yang belum

menyelesaikan kuliahnya. Sejak sebelum sakit OS memang mudah cemas

jika memikirkan sesuatu.

6

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)

Autoanamnesis

Pada tahun 1981, ibu OS meninggal, karena teramat sedih kehilangan

ibunya, OS yang saat itu masih duduk di bangku kelas 6 SD menangis

sampai seluruh tangan dan kakinya kaku. Kemudian OS hanya diblonyo-

blonyo menggunakan minyak kayu putih, karena keluarga OS tidak

mampu membawanya berobat. Sejak kepergian ibunya, OS juga merasa

rendah diri karena sering dihina teman-temannya tidak memiliki ibu dan

juga berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Tahun 2005, OS mengalami diare hilang timbul kurang lebih selama 3

bulan. Setiap OS memeriksakan diarenya ke spesialis penyakit dalam diare

mereda untuk sementara, kemudian kambuh lagi, begitu seterusnya

berlangsung kurang lebih selama 3 bulan. Diare kemudian sembuh setelah

OS dirujuk dan mendapat pengobatan dari spesialis psikiatrri di sebuah RS

Swasta. Saat itu OS menyadari ia mengalami diare karena stress dan

kecewa akibat rumah yang ia kontrak tidak dapat ia beli. Padahal OS

sangat berharap rumah yang ia kontrak tersebut dapat menjadi miliknya.

OS kurang tahu ia mengkonsumsi obat apa, karena obat berbentuk racikan

yang dimasukkan ke dalam kapsul. Setelah kondisinya membaik (tidak

diare dan kecewa), OS tidak memeriksakan dirinya kembali ke poli jiwa.

Selain itu, OS juga sudah dapat beraktifitas sehari-hari seperti semula

tanpa kendala.

Pada akhir bulan Maret tahun 2013 ini, OS mengalami rasa cemas yang

sangat menyiksanya. Saat merasa cemas, OS akan merasa deg-degan dan

gampang keringat dingin. OS juga tidak selera makan dan saat tidur

mudah terbangun. OS mengaku cemas karena memikirkan anak lelakinya

yang tidak kunjung menyelesaikan skripsinya dan malah hanya

mengurung diri di kamar bermain game setiap harinya. Selain itu, OS

takut putranya mengalami salah pergaulan, karena setiap habis pulang

bermain dengan teman-temannya putranya sering menangis. OS juga

merasa takut putranya akan mengalami nasib buruk jika tidak segera

menyelesaikan kuliahnya. Putra OS sering marah jika OS menyuruh

7

putranya itu untuk menyelesaikan skripsinya. Hal ini, membuat hubungan

OS dengan putanya menjadi buruk. OS merasa suaminya tidak

membantunya untuk membujuk putra mereka menyelesaikan kuliahnya.

OS merasa suaminya bersikap tidak mau tau dan masa bodoh.

Menghadapi masalah tersebut OS mengaku menjadi mudah marah, bahkan

terhadap putrinya yang tidak tahu-menahu tentang masalah tersebut.

Kemudian, OS pergi ke RS untuk memeriksakan dirinya ke poli jiwa.

Setelah dilakukan pemeriksaan, OS dinyatakan belum memerlukan obat

penenang untuk diminum tetapi OS mendapat terapi konseling dengan

psikolog.

Awal Oktober 2013, OS kembali memeriksakan dirinya ke poli jiwa

RSPS karena keluhan cemas dan khawatirnya tak kunjung menghilang.

OS cemas masih karena mengkhawatirkan anak lelakinya yang belum juga

menyelesaikan skripsinya. Saat cemas, OS merasa kedinginan hebat.

Selain itu pasien mengatakan, kini ia juga sering merasa deg-degan,

kepalanya terkadang terasa nyeri, punggung terasa pegal dan nyeri, kedua

tangan sering kesemutan sampai mati rasa, serta kedua jempol tangan

terasa seperti ditusuk-tusuk. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan pasien

muncul setiap hari dan tanpa mengenal waktu dan situasi.

Alloanamnesis 1

Pada tahun 2005, OS mengalami diare kemudian berobat ke dokter

umum dan spesialis penyakit dalam, setelah minum obat beberapa hari

diare mereda, kemudian tak lama kemudian kambuh lagi, begitu

seterusnya, berlangsung kurang lebih 3 bulan. Saat itu, kemungkinan OS

sakit karena merasa kecewa karena rumah yang ia harapkan dapat menjadi

miliknya tetapi pada akhirnya tidak bisa menjadi miliknya. Diare OS

sembuh setelah OS berobat ke dokter spesialis jiwa di sebuah RS Swasta.

Bulan maret 2013, OS mencemaskan putra lelakinya yang tidak mau

mengerjakan skripsi dan malah bermain game seharian di rumah. Karena

mencemaskan putranya, OS menjadi mudah marah, malas makan, dan

tidur sering terbangun. Kemudian OS datang ke RSPS untuk mendapatkan

8

pengobatan. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis jiwa, OS

mendapat terapi konseling tanpa mendapatkan obat untuk diminum.

Sepulang dari RS, OS terlihat lebih baik, tidak mudah marah dan sudah

mau makan. Tetapi hal itu hanya berlangsung beberapa hari karena OS

tetap terus mencemaskan putra lelakinya.

OS mencemaskan putra lelakinya akan mengalami nasib yang buruk

seperti dirinya, jika tidak segera menyelesaikan kuliahnya.Hari demi hari,

OS terus-menerus mencemaskan putranya. Tetapi putranya menanggapi

kecemasan OS sebagai sebuah hal yang tidak wajar dan malah sering

menimbulkan pertengkaran dengan OS.

Hari berganti hari, karena OS terus-menerus mencemaskan putanya,

keluhan OS yang tadinya malas makan dan tidur tidak nyenyak, berubah

menjadi sering merasa deg-degan, sakit kepala, dan punggung terasa nyeri.

Keluhan-keluhan tersebut berlangsung terus menerus setiap hari sampai

pada akhirnya di bulan Oktober 2013 ini, OS mengeluh kedua jempol

tangannya terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Karena keluhan dianggap

sangat mengganggu aktifitas sehari-hari, OS kemudian datang ke poli jiwa

RSPS untuk memeriksakan dirinya kembali.

Alloanamnesis 2

Akhir-akhir ini, OS sering merasa nyeri kepala dan kedua jempol

tangan nyeri. Keluhan-keluhan tersebut dialami OS, karena usia OS yang

sudah tua.

Alloanamnesis 3

OS sejak kurang lebuh 7 bulan yang lalu terlihat semakin berubah. OS

menjadi mudah marah. Selain itu, OS sering mengeluh merasa kedinginan,

nyeri kepala, dan kedua jempol tangan nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Kemungkinan, OS berubah karena OS sering mencemaskan Mas.E yang

belum menyelesaikan kuliahnya.

9

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial

dan Kemandirian)

Sistem Saraf : nyeri kepala (+), demam (-)

Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), dada berdebar-debar(+/-), edem

kaki (-)

Sistem Respirasi : sesak nafas (+/-), batuk (-), pilek(-)

Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), Sakit

perut (-)

Sistem Urogenital : BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-), biru-

biru (-)

Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri punggung(+), kesemutan(+), nyeri

kedua jempol tangan(+), bengkak sendi (-), nyeri

otot (-), kelemahan otot (-).

Secara organik, OS mengeluhkan nyeri kepala, nyeri punggung,

kesemutan pada tangan dan kaki, serta kedua jempol tangan terasa nyeri.

Namun tidak terdapat hambatan dalam fungsi sosial dan kemandirian. Hal ini

lebih disebabkan oleh gangguan dari aspek kejiwaan. Secara sosial, OS dapat

bergaul secara normal. Hambatan dalam kemandirian tak tampak dari

pernyataan suami, dan anak-anak OS yang mengatakan bahwa OS tetap

melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.

2.4. Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala Klinis

Mental Health Line/Time

2005 2007 2009 2011 2013

Fungsi Peran

10

Gejala Klinis

Mental Health Line/Time

Fungsi Peran

2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu

2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik

Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan di

sangkal oleh pasien.

Faktor Predisposisi

- Penyakit herediter disangkal oleh pasien.

- Pola asuh keluarga yang otoriter

- Tipe kepribadian pasien yang cenderung pencemas

Faktor Presipitasi

- Masa kecil pasien berasal dari keluarga tidak mampu

- Meninggalnya ibu pasien, saat pasien kelas 6 SD

- Masalah dengan anak pertama pasien yang tidak mau

mengerjakan skripsi.

- Masalah dengan suami yang dinilai bersikap tidak peduli

2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Pada tahun 2005, pasien menderita diare selama ± 3 bulan.

Pasien mengalami diare setelah kecewa karena rumah yang ia

harapkan dapat menjadi miliknya tidak dapat terealisasikan.

Riwayat Sakit Berat/Opname

Belum pernah.

Mar Apr Jun Mei Jul Sep Ags Okt 2013

11

2.6. Riwayat Keluarga

2.6.1. Pola Asuh Keluarga

o Autoanamnesis

Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Pasien berasal

dari keluarga yang kurang mampu. Keluarga memiliki pola asuh autoritarian.

Sejak kecil pasien dididik dengan keras. Sekolah merupakan kewajiban pasien

nomor kesekian. Saat kecil pasien memiliki tugas merawat sapi dan menimba

air di sumur. Jika tugas pasien tidak selesai, maka pasien akan dipukul oleh

ayahnya.

2.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal oleh pasien.

2.6.3. Silsilah Keluarga

Keterangan :

Meninggal

Pasien

Tinggal dalam satu rumah

12

2.7. Riwayat Pribadi

2.7.1. Riwayat Kelahiran

Pasien lahir di Sragen. Pasien kurang tahu usia ibunya saat

melahirkannya. Pasien juga kurang mengetahui apakah ia anak yang

dikehendaki atau tidak. Pasien lahir cukup bulan, normal, dan ditolong

oleh seorang dukun bayi. Pasien dilahirkan di rumahnya. Setelah lahir

pasien langsung menangis. Pasien tidak tahu berat badannya saat lahir.

2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Kurang mendapat informasi mengenai perkembangan mental.

2.7.3. Perkembangan Awal

Kurang mendapat informasi mengenai perkembangan awal.

2.7.4. Riwayat Pendidikan

- Umur mulai masuk sekolah : 7 tahun

- Umur berhenti sekolah : 15 tahun, perekonomian keluarga tidak

memungkinkan untuk OS melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA.

- Pendidikan terakhir : SMP

- Formal :

SD : lulus dengan baik

SLTP : lulus dengan baik

- Non formal : -

- Kemampuan khusus : -

- Kecerdasan : cukup

- Kegemaran : menjahit

2.7.5. Riwayat Pekerjaan :

1986-1990: bekerja sebagai karyawati pabrik tekstil di Bandung

1990-1994: Tidak bekerja. Hanya mengurus anak di rumah.

1994-1996: bekerja sebagai buruh tani di Bandung

1996-sekarang: membuka toko kelontong di rumah.

13

2.7.6. Riwayat Perkembangan Psikoseksual

Pasien menstruasi umur 11 tahun. Pasien mengaku sejak lulus

SMP sudah tertarik dengan lawan jenis.

2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Agama Islam

Rajin mengaji

Rajin Sholat

Jika memiliki masalah, sholat dan mengaji membuat pasien lebih

tenang.

2.7.8. Riwayat Perkawinan :

Pasien menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari Bantul.

Pasien pertama kali bertemu dengan suaminya di Bandung. pasien menikah 1

kali dan pasien tidak pernah bercerai.

2.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian

Premorbid)

Gambaran kepribadian cemas

Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari

orang lain

Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan

dalam situasi sosial

2.7.10. Hubungan Sosial

- Dalam keluarga : kurang baik

- Dengan teman : baik

- Dalam pekerjaan : baik

- Sikap keluarga terhadap penderita : suami baik

Anak pertama kurang baik

Anak kedua baik

14

Menurut cerita pasien, suami pasien, dan anak-anaknya, hubungan

pasien dengan tetangga di sekitar rumah mereka baik. Pasien sering ikut

kegiatan arisan di kampungnya. Namun menurut pengakuan pasien, ketika ia

duduk di bangku sekolah pasien tidak banyak memiliki teman, karena pasien

anak dari keluarga kurang mampu.

2.7.11. Kebiasaan

Pasien megatakan tidak memiliki kebiasaan yang spesifik, seperti

merokok, mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi jamu jawa atau

mengkonsumsi narkotika.

2.7.12. Status Sosial Ekonomi :

Rumah tangga pasien kini tergolong keluarga yang berkecukupan.

Bagian depan rumah pasien merupakan toko kelontong. Rumah pasien

merupakan rumah permanen, dengan tembok sudah diplester meskipun

belum dicat, dan lantai semen. Toko kelontong pasien tidak begitu besar

tetapi barang yang dijual cukup komplit. Pasien memelihara 5 ekor kambing

di dalam kandang yang terletak belakang rumah pasien.

Namun, waktu kecil pasien bisa dibilang merupakan keluarga yang

kurang mampu. Hal tersebut menyebabkan pasien bersekolah hanya sampai

bangku SMP saja.

2.7.13. Riwayat Khusus

Pengalaman militer (-)

Urusan dengan polisi (-)

2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

Alloanamnesis 1 : dapat dipercaya

Alloanamnesis 2 : kurang dapat dipercaya

Alloanamnesis 3 : dapat dipercaya

15

3. PEMERIKSAAN FISIK

3.1. Status Praesens

3.1.1. Status Internus

Tanggal Pemeriksaan: 5 Oktober 2013

Keadaan Umum : Compos Mentis

Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.

Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital

- Tekanan Darah : 110/70 mmHg.

- Nadi : 72 x/menit.

- Respirasi : 18 x/menit.

- Suhu : 36,2C

Kepala :

- Inspeksi wajah : tidak ditemikan adanya kelainan

- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher :

- Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax

- Sistem Kardiovaskuler : tidak dilakukan pemeriksaan

- Sistem Respirasi : tidak dilakukan pemeriksaan (karena

tidak tersedianya tempat untuk pemeriksaan, kami bertemu

pasien di toko kelontongnya).

-

Abdomen

- Sistem Gastrointestinal : tidak dilakukan pemeriksaan

- Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan (karena

tidak tersedianya tempat).

Ekstremitas

- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan

Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan

16

Kelainan Khusus: (-)

Kesan Status Internus : Beberapa pemeriksaan tidak

dilakukan karena tidak tersedianya

tempat untuk pemeriksaan.

3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher : dalam batas normal

Tanda Meningeal : (-)

Nervi Kranialis : tidak dilakukan.

Kekuatan Motorik : dalam batas normal

Sensibilitas : dalam batas normal

Fungsi Saraf Vegetatif : tidak dilakukan.

Refleks Fisiologis : tidak dilakukan

Refleks Patologis : tidak dilakukan

Gerakan Abnormal : (-)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)

Kesan Status Neurologis : beberapa pemeriksaan tidak dilakukan

karena tidak tersediannya tempat.

3.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium / Penunjang

Tidak dilakukan.

17

3.2. Status Psikiatri

Tanggal Pemeriksaan: 5 Oktober 2013

3.2.1. Kesan Umum

Tidak tampak gangguan jiwa, cukup rapi, sesuai dengan umur,

terkadang tampak meremas-remas baju.

No Status Psikiatri Hasil Keterangan

1 Kesadaran Kuantitatif : GCS

= E4V5M6

Kualitatif :

Compos mentis

OS sadar penuh tanpa rangsang

apapun dapat diajak berkomunikasi

2

Orientasi

Orang :Baik

Waktu :Baik

Tempat :Baik

Situasi :Baik

OS dapat mengenal orang dengan

baik

OS dapat membedakan waktu

dengan baik

OS mengetahui dimana sekarang ia

berada.

OS dapat membedakan suasana di

rumah dan tempat lain.

3

Sikap/Tingkah

laku

Kooperatif,

Normoaktif

Kooperatif : OS dapat diajak

bekerjasama selama pemeriksaan.

OS bersikap wajar.

4 Penampilan/rawat

diri

Cukup baik Pakaian bersih dan rapi

5 Roman muka Eutimik

OS memperlihatkan mimik yang

wajar

6 Afek Cemas

Os menunjukkan ekspresi kecemsan.

OS meremas-remas tangannya.

7 Pikiran a. Bentuk pikiran

18

: realistik Apa yang diucapkan pasien sesuai

dengan kenyataan

b. Progresi pikir

Kuantitatif: tidak

ada kelainan

OS menjawab dengan lancar, tak ada

logorrhoe, remming, blocking atau

mutisme

Kualitatif :

relevan dan

koheren

OS dapat dipahami bicaranya

c. Isi Pikir

Preokupasi berlebihan terhadap kekhawatiran anaknya

mendapatkan nasib buruk jika tidak segera

menyelesaikan skripsinya. Preokupasi berlebihan anak

pertamanya mengalami salah pergaulan.

8 Hubungan Jiwa Mudah dibina Mudah dibina hubunganya dengan

pemeriksa

9 Perhatian Mudah ditarik

mudah dicantum

OS mau menjawab bila ditanyadan

jawaban OS dapat dimengerti

10

Persepsi

Halusinasi (-)

11 Memori Amnesia (-) OS tidak mengalami lupa ingatan.

12 Insight Derajat 3 OS menyalahkan faktor lain sebagai

penyebab sakitnya

3.2.2. Mood dan Interest

Kecemasan

o Merasa cemas dan khawatir

o Sering berdebar-debar

o Mudah kaget

o Tidak bisa tidur nyenyak

o Sering mimpi buruk

19

3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis

3.3.1. Kepribadian

Pencemas

3.3.2. IQ

Tidak dilakukan tes.

3.3.3. Lain-Lain

Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Berdasarkan skala kecemasan HARS pasien memiliki total skor

sebesar 28, sehingga berarti pasien mengalami kecemasan berat.

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

4.1. Kesimpulan Anamnesis

Dihadapkan dengan seorang penderita perempuan, usia 45 tahun

dengan keluhan utama sering merasa cemas sejak 7 bulan yang lalu. Saat

merasa cemas OS akan mrasa kedinginan hebat. Selain itu, OS juga

mengeluh sering sakit kepala, nyeri punggung, tangan dan kaki sering

kesemutan sampai mati rasa, serta kedua jempol tangan terasa nyeri seperti

ditusuk-tusuk. RPD (+), RPK(-).

4.2. Pemeriksaan Fisik

Beberapa pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak tersedianya tempat

untuk pemeriksaan. Namnun, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang

dilakukan, tidak didapatkan kelainan organ pada pasien.

4.3. Pemeriksaan Psikiatrik

Pasien tidak tampak gangguan jiwa, cukup rapi, sesuai dengan umur,

terkadang tampak meremas-remas baju. Kesadaran pasien baik. Orientasi

waktu, tempat, orang, dan situasi juga baik. Sikap terhadap peeriksa

kooperatif, serta tingkahnya normoaktif meskipun terkadang nampak

meremas-remas baju. Penampilan atau rawat diri cukup baik. Roman muka

eutimik, meskipun afeknya cemas. Bentuk pikiran realistik. Progresi pikir

secara kualitatif dan kuantitatif tidak ada kelainan. Isi pikir penuh dengan

20

preokupasiketakutan anaknya mengalami salah pergaulan dan bernasib

buruk jika tidak segera menyelesaikan kuliahnya. Perhatian mudah ditarik,

mudah dicantum. Hubungan jiwa mudah dibina. Insight pasien derajat 3

karena pasien menyalahkan anak lelakinya sebagai penyebab sakitnya.

4.4. Pemeriksaan Psikologik

Gambaran kepribadian pasien sejak sebelum sakit ialah pencemas. Test IQ

tidak dilakukan. Sedangkan, berdasarkan test skala kecemasan HARS

pasien memiliki total skor sebesar 28, sehingga berarti pasien mengalami

kecemasan berat.

4.5. Tanda-Tanda (Sign)

a. Penampilan

Sikap baik, pakaian cukup rapi, pasien tidak seperti orang sakit

b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan biasa, mampu melakukan apa diperintahkan pemeriksa,

misalnya berjabat tangan. Terkadang tampak meremas-remas pakaian

c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)

Kualitas : Koheren, relevan

Kuantitas : bicara cukup, tidak ada kelainan

4.6. Gejala (Simtom)

a. Sering merasa cemas dan khawatir (pasien mencemaskan anak lelakinya

yang tidak segera menyelesaikan skripsinya, pasien takut putranya salah

pergaulan dan bernasib buruk).

b. Kedinginan padahal cuaca panas (saat sedang cemas, pasien sering

merasa kedinginan hebat meskipun cuaca sedang panas)

c. Dada terasa berdebar-debar

d. Kepala dan punggung terasa nyeri

e. Tangan dan kaki sering kesemutan sampai mati rasa

f. Jempol kedua tangan terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk

21

4.7. Kumpulan Gejala (Sindrom)

Pada saat anamnesis, pasien terlihat lebih tenang karena telah diberi obat,

namun selama wawancara pasien terkadang terlihat meremas bajunya dengan

tangannya. Berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dengan

pasien dan keluarganya, mengenai riwayat penyakit pasien sejak dulu:

- Adanya anxietas yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa

minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas pada situasi tertentu

- Kecemasan berupa kekhawatiran putranya akan mengalami nasib buruk

- Ketegangan motorik (sakit kepala, nyeri punggung)

- Overaktivitas otonomik (berkeringat dingin, jantung berdebar-debar,

pusing kepala)

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita gangguan cemas

menyeluruh menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING

- F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

- F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci

- F32.0 Episode Depresi Ringan

- F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

6. PEMBAHASAN

Penyakit Kecemasan Menyeluruh merupakan kecemasan dan kekhawatiran

yang berlebihan akan sejumlah aktivitas atau peristiwa, yang berlangsung hampir

setiap hari, selama 6 bulan atau lebih.

Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh

dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi keluhan

tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa

ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastrik adalah keluhan-keluhan yang

lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita

sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang

22

seringkali diungkapkan. Kecemasan dan kekhawatiran ini sangat berlebihan sehingga

sulit dikendalikan.

Selain itu, penderita mengalami 3 atau lebih dari gejala-gejala berikut:

Gelisah

mudah lelah

sulit berkonsentrasi

mudah tersinggung

ketegangan otot

gangguan tidur.

Penyakit ini sering terjadi, sekitar 3-5% orang dewasa pernah mengalaminya.

2 kali lebih sering terjadi pada wanita. Seringkali berawal pada masa kanak-kanak

atau remaja. Keadaan ini berfluktuasi, semakin memburuk ketika mengalami stres dan

menetap selama bertahun-tahun.

Dari hasil anamnesis terhadap pasien kemungkinan besar pasien mengalami

gangguan cemas menyeluruh. Selain itu ktiteria diangnosis untuk gangguan cemas

menyeluruh menurut PPDGJ III sendiri adalah sebagai berikut:

Pedoman diagnosis

Penderita harus menunjukan anxietas sebagai gejala primer yang

berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai

beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan

situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau

“mengambang”)

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung

tanduk, sulit konsentrasi, dsb.);

b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak

dapat santai); dan

c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkerngat,

jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing

kepala, mulut kering, dsb.).

23

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk

ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang

yang menonjol

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa

hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama

Gangguan Axietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi

kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik

(F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif

(F42.-).

7. DIAGNOSIS

AKSIS I : F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

AKSIS II : Tidak ada diagnosis. Gambaran kepribadian cemas.

AKSIS III Tidak ada diagnosis.

AKSIS IV (Stressor Psikososial)

Masalah berkaitan dengan pendidikan

AKSIS V (Fungsi Sosial)

70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,

secara umum masih baik.

8. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN

a. Psikoterapi

Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa

lega.

Konselling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien

mengenai penyakitnya dan cara menghadapinya agar pasien

mengetahui kondisi dirinya.

Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien

dan orang sekitar agar memberi dukungan kepada pasien. Dukungan

moral dan suasana kondusif sehingga membantu proses

penyembuhan.

24

b. Farmakoterapi

- Fluoxetine 1x20 mg

- Alprazolam 1x 0,25 mg

25

9. PROGNOSIS

-Ad Vitam : bonam

-Ad fungsionam : dubia ad bonam

-Ad sanationam : dubia ad bonam

Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam karena tidak ada riwayat gangguan

psikiatri dalam keluarga dan gangguan premorbid minimal. Bila penderita taat

menjalani terapi, adanya motivasi dari penderita sendiri untuk sembuh, serta

adanya dukungan dari keluarga makan akan membantu perbaikan penderita.

FA

KT

OR

PR

EM

OR

BID

Indikator Pada Pasien Prognosis

1. Faktor kepribadian

2. Faktor genetik

3. Pola asuh

4. Faktor organik

5. Dukungan keluarga

6. Sosioekonomi

7. Faktor pencetus

8. status perkawinan

9. Kegiatan spiritual

10. Onset usia

Pencemas

Tidak ada

Otoriter

Tidak ada

Ada

Cukup

Ada

Menikah

Baik

Tua

Jelek

Baik

Jelek

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Jelek

FA

KT

OR

MO

RB

ID

11. Perjalanan penyakit

12. Jenis penyakit

13. Respon terhadap terapi

14. Riwayat disiplin minum

obat

15. Riwayat disiplin kontrol

16. Riwayat peningkatan

gejala

17. Beraktivitas

Kronik

GAD

Baik

Baik

Baik

Tidak

Baik

Jelek

Jelek

Baik

baik

Baik

Baik

Baik

Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

26

10. RENCANA FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas

obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan. Serta

dilakukan skoring HARS ulangan, setiap satu bulan sekali untuk mengukur

tingkat kecemasan pasien, diharapkan skoring HARS <14 (tidak ada kecemasan).

11. KESIMPULAN

Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan jika

penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir

setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas

atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (“mengambang”).

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: Kecemasan

(khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi),

ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan

overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-

debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).

Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan

dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan

(farmakoterapi). Obat pilihan yang digunakan adalah antianxietas (golongan

benzodiazepine khuusnya diazepam dan alprazolam. Anti depresan juga dapat

dikombinasikan misalnya golongan SSRI yakni fluoxetine.

12. SARAN

Terapi yang di berikan di RS secara keseluruhan sudah sesuai dengan teori yang

ada. Hanya saja pemberian obat pada pasein ini terkendala masalah jaminan,

sehingga anti depresan yang diberikan pada pasien ini tidak bisa diberi yang

golongan SSRI tetapi hanya dapat diberikan golongan TCA. Mungkin perlu

dilakukan evaluasi mengenai ketentuan pemberian obat, sehingga pemberian obat

dapat disesuaikan kebutuhan pasien tanpa memandang jaminan yang digunakan.