Lomba Guru Berprestasi

33
KARYA TULIS TWO STAY - TWO STRAY SEBAGAI TEKNIK ALTERNATIF DALAM PENGAJARAN TATA BAHASA INGGRIS: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 DEPOK TAHUN AJARAN 2007/2008 Diajukan dalam rangka mengikuti Guru Berprestasi Tingkat Kota Depok Disusun oleh Setyowati, S.Pd. 1

Transcript of Lomba Guru Berprestasi

Page 1: Lomba Guru Berprestasi

KARYA TULIS

TWO STAY - TWO STRAY

SEBAGAI TEKNIK ALTERNATIF DALAM PENGAJARAN TATA BAHASA

INGGRIS: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 6 DEPOK TAHUN AJARAN 2007/2008

Diajukan dalam rangka mengikuti Guru Berprestasi Tingkat Kota Depok

Disusun oleh

Setyowati, S.Pd.

SMA NEGERI 6 DEPOK

JAWA BARAT

2008

1

Page 2: Lomba Guru Berprestasi

TWO STAY – TWO STRAY

SEBAGAI TEKNIK ALTERNATIF DALAM PENGAJARAN TATA BAHASA

INGGRIS: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 6 DEPOK TAHUN AJARAN 2007/2008

oleh Setyowati, S.Pd

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengajaran tata bahasa merupakan salah satu komponen penting dalam

pemelajaran bahasa Inggris di sekolah. Teori-teori dan metode pengajaran

bahasa telah mengembangkan berbagai teknik pengajaran bahasa Inggris.

Ketepatan dalam pemilihan teknik pengajaran akan mendukung keberhasilan

pemelajaran bahasa. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, masih banyak

pemelajar bahasa Inggris yang mengalami kesulitan dalam menguasai sistem

tata bahasa yang sedang dipelajari.

Kesulitan itu berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi dan

mengingat pola kalimat (sentence pattern) bahasa Inggris. Pola kalimat yang

berbeda dengan bahasa ibu membuat pemelajar seringkali melakukan kesalahan,

karena lupa dengan susunan pola kalimatnya. Ketika pemelajar menghadapi

bentuk tes tata bahasa (structure/grammar) yang berupa kalimat tidak lengkap

(incomplete sentence), mereka mengalami kesulitan untuk mengenali unsur

kalimat mana yang hilang dan harus mereka lengkapi. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa teknik pengajaran tata bahasa Inggris yang selama ini

digunakan belum efektif.

Berdasarkan pengalaman pribadi saya dan kenyataan di lapangan, masih

banyak guru bahasa Inggris yang menggunakan teknik ceramah ketika mengajar

materi tata bahasa. Pada teknik ceramah, guru menerangkan pola kalimat dan

menuliskannya di papan tulis. Sedangkan siswa hanya duduk, diam dan

2

Page 3: Lomba Guru Berprestasi

mendengarkan penjelasan guru. Kemudian guru memberikan contoh kalimat

dari tiap pola dan memberikan latihan. Kelemahan teknik ceramah adalah teknik

ini tidak efektif untuk mengoptimalkan daya ingat. Hanya 50% materi yang

akan diserap dan diingat oleh pemelajar yang melakukan proses pemelajaran

dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan saja (Idawati, 2007:3).

Kelemahan lain adalah pemelajar cenderung pasif, sehingga kurang

mendapatkan pengalaman belajar yang dapat mengendap dalam memori

otaknya.

Permasalahan yang saya temukan di lapangan adalah siswa sulit untuk

mengidentifikasi pola kalimat tertentu dalam bahasa Inggris di luar tenses. Hal

ini didukung oleh hasil nilai ulangan harian yang rendah untuk materi tata

bahasa. Selain itu, motivasi belajar siswa yang rendah sering menjadi hambatan

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang muncul adalah

bagaimanakah teknik pengajaran tata bahasa Inggris yang efektif ? Sehingga,

hal itu menjadi solusi bagi permasalahan pengajaran kelas bahasa Inggris yang

dihadapi. Dalam makalah ini saya tertarik untuk mencari teknik pengajaran

yang efektif dalam mengajarkan materi tata bahasa. Teknik yang dimaksud

adalah sebuah teknik pengajaran yang mampu meningkatkan daya serap siswa

pada materi tata bahasa Inggris khususnya kalimat pasif.

B. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian tindakan kelas adalah “subjek pelaku tindakan –

bukan subjek yang dikenai tindakan-“ (Arikunto et.al, 2008: 36). Sehingga

sasaran dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Guru ingin mencobakan teknik pemelajaran kolaboratif untuk pengajaran

tata bahasa Inggris dalam bentuk kalimat pasif (passive voice).

2. Peningkatan motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas X-2.

3

Page 4: Lomba Guru Berprestasi

3. Peningkatan daya serap siswa kelas X-2 dalam materi kalimat pasif (passive

voice).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

“Jika saya menggunakan teknik pemelajaran kolaboratif (collaborative

learning) dalam pengajaran kalimat pasif (passive voice), sejauh mana hal ini

dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam menguasai materi

tersebut ?”

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

“Pemelajaran kolaboratif dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa

dalam menguasai materi kalimat pasif (passive voice).”

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran

bahasa Inggris dengan teknik pemelajaran kolaboratif.

2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan siswa terhadap

materi kalimat pasif (passive voice) dengan teknik pemelajaran kolaboratif.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Siswa, yaitu memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan

mampu meningkatkan motivasi belajar serta prestasi.

2. Guru, yaitu memberikan tawaran teknik alternatif dalam pengajaran tata

bahasa Inggris yang efektif dan mudah diaplikasikan.

4

Page 5: Lomba Guru Berprestasi

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Seorang pengajar atau guru di kelas memiliki banyak tanggungjawab.

Selain bertanggungjawab terhadap penyampaian materi pelajaran, guru juga

bertanggungjawab atas perkembangan akademik siswanya. Ketika menghadapi

permasalahan yang terkait dengan prestasi akademik, tentu banyak faktor yang

menjadi penyebabnya. Sebagai tanggungjawab profesi, maka guru harus mecari

akar permasalahan dan memecahkannya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk memecahkan

permasalahan di kelas sehari-hari, yaitu dengan mengadakan penelitian tindakan

kelas. Penelitian ini tidak saja bertujuan untuk mencari solusi atas masalah yang

dihadapi saja, tetapi merupakan salah satu pengembangan professional guru.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wallace (2004: 14) “salah satu

pengembangan profesional guru adalah dengan melakukan penelitian tindakan

kelas (action research)”.

Terdapat banyak definisi tentang penelitian tindakan kelas. Menurut

Suharsimi Arikunto et.al (2008: 3) “penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.” Sedangkan

menurut Wallace (2004: 1) penelitian tindakan kelas adalah “teaching reflection

done by systematically collecting data on your everyday practice and analyzing

it in order to come to some decision about what your future practice should be”.

Sementara itu, Aqib merinci definisi istilah penelitan tindakan kelas

secara sendiri-sendiri terlebih dahulu, kemudian menyimpulkannya sebagai

definisi tindakan kelas yang senada dengan Arikunto. Secara garis besar ada

tiga hal pokok dari definisi penelitian tindakan kelas, yaitu pengamatan, sengaja

dimunculkan, dan terjadi di kelas (Aqib, 2007: 13). Apapun definisi yang

dipakai, hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas

5

Page 6: Lomba Guru Berprestasi

adalah data dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis berhubungan dengan

perbaikan beberapa aspek dari praktik profesional (Wallace, 2004: 1).

Penelitian tindakan kelas yang dipaparkan dalam makalah ini adalah

jenis penelitian tindakan kelas eksperimental. Artinya, penelitian tindakan kelas

yang diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau

strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar

(Aqib, 2007: 20).

Siklus yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model Kurt

Lewin, yang terdiri dari empat langkah utama (Lewin, 1990 dalam Aqib, 2007:

21), yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

2. Aksi atau tindakan (Acting)

3. Observasi (Observing)

4. Refleksi (Reflecting)

Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Observasi

B. Teori Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan seseorang

dalam belajar apa pun. Motivasi internal memiliki peran yang sangat penting

dibanding dengan motivasi eksternal, meskipun keduanya saling mendukung.

Motivasi itu sendiri merupakan suatu jenis dorongan dari dalam yang mampu

menggerakkan seseorang, sebagaimana Harmer menyatakan bahwa “motivation

is some kind of internal drive which pushes someone to do things in order to

6

Page 7: Lomba Guru Berprestasi

achieve something” (1999: 51). Motivasi bisa juga diartikan sebagai dorongan

atau keinginan yang kuat terhadap sesuatu sehingga seseorang memutuskan

untuk melakukan sesuatu untuk mencapai keinginannya itu.

Motivasi mutlak diperlukan dalam proses belajar mengajar di kelas.

Motivasi guru dan siswa merupakan satu sinergi yang mampu menciptakan

keberhasilan belajar di kelas. Menurut Harmer (1999: 51-52) ada beberapa

sumber motivasi yang dapat diperoleh oleh siswa, yaitu:

1. Lingkungan sosial tempat manusia itu tinggal, dalam hal ini adalah

lingkungan di luar kelas

2. Hal lain yang signifikan dengan kehidupan siswa, antara lain budaya dan

dunia sekitar kehidupan siswa.

3. Guru, karena guru merupakan faktor utama dari keberlangsungan motivasi

siswa dalam belajar.

4. Metode, hal ini merupakan faktor vital atas keberhasilan proses belajar

mengajar.

Kenyataan di lapangan, sering ditemui adanya motivasi yang rendah dari

siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Maka, guru perlu mengetahui

cara-cara menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada berbagai macam cara yang

bisa dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Harmer

memaparkan tiga cara untuk meningkatkan motivasi siswa (1999: 53-54), yaitu:

1. Membuat tujuan dan setting tujuan.

Tujuan diklasifikasi dalam tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Misalnya, ketika belajar tata bahasa Inggris, tujuan jangka pendeknya adalah

menguasai kalimat pasif (passive voice) dan tujuan jangka panjangnya

menguasai bahasa Inggris dengan baik dan lancar.

2. Lingkungan belajar.

Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, termasuk keadaan

fisik kelas yang menyenangkan maupun atmosfer emosional yang

menyenangkan dari pengajar.

7

Page 8: Lomba Guru Berprestasi

3. Aktivitas kelas yang menarik.

Topik dan aktivitas kelas kedua-duanya harus menarik.

Berdasarkan teori motivasi dari Harmer di atas, maka salah satu tujuan

dari penelitian ini adalah dalam rangka meningkatkan motivasi siswa. Penelitian

tindakan kelas tentang pemelajaran kolaboratif dalam pengajaran tata bahasa

Inggris dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, penelitian ini

dilakukan oleh guru kelas karena guru merupakan salah satu sumber motivasi

siswa. Kedua, penelitian dilakukan dengan mencobakan teknik pengajaran yang

merupakan bagian dari metode yang menjadi salah satu sumber motivasi.

Ketiga, teknik yang diuji cobakan adalah teknik pemelajaran kolaboratif dengan

asumsi bahwa teknik ini menarik bagi siswa sehingga mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris.

C. Pemelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)

Pemelajaran kolaboratif bukanlah sebuah hal yang baru dalam dunia

pengajaran. Istilah ini cukup dikenal di kalangan pengajar dan peneliti di bidang

pengajaran. Akan tetapi, masih terdapat kerancuan pemahaman tentang definisi

pemelajaran kolaboratif. Para pengajar seringkali memahami pemelajaran

kolaboratif sebagai pemelajaran kooperatif, padahal keduanya berbeda.

Sehingga Panitz membuat sebuah studi kontrastif analisis mengenai definisi

pemelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan pemelajaran kooperaitf

(cooperative learning) dalam tulisannya yang berjudul ”A Definition of

Collaborative vs Cooperative Learning”.

Dalam tulisannya, Panitz menyatakan bahwa,

Collaborative learning (CL) is a personal philosophy, not just a classroom technique. In all situations where people come together in groups, it suggests a way of dealing with people which respects and highlights individual group members' abilities and contributions. There is a sharing of authority and acceptance of responsibility among group members for the groups actions. The underlying premise of collaborative learning is based upon consensus building through

8

Page 9: Lomba Guru Berprestasi

cooperation by group members, in contrast to competition in which individuals best other group members. CL practitioners apply this philosophy in the classroom, at committee meetings, with community groups, within their families and generally as a way of living with and dealing with other people. (Panitz, 1996: 1)

Sedangkan pemelajaran kooperatif menurut Panitz adalah:

Cooperative learning is defined by a set of processes which help people interact together in order to accomplish a specific goal or develop an end product which is usually content specific. It is more directive than a collaboratve system of governance and closely controlled by the teacher. While there are many mechanisms for group analysis and introspection the fundamental approach is teacher centered whereas collaborative learning is more student centered (Panitz, 1996: 1)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemelajaran kolaboratif

adalah filosofi personal, bukan hanya sebuah teknik mengajar di kelas.

Sedangkan pemelajaran kooperatif adalah serangkaian proses yang membantu

seseorang untuk berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan. Pemelajaran

kolaboratif berbeda dengan pemelajaran kooperatif. Perbedaan utamanya yaitu

pemelajaran kolaboratif itu berpusat pada siswa, sedangkan pemelajaran

kooperatif berpusat pada guru. Di dalam pelaksanaan pemelajaran kolaboratif

terdapat proses kerja sama atau kooperatif, sehingga pemelajaran kooperatif

menjadi salah satu bagian dari pemelajaran kolaboratif. Adapun prinsip-prinsip

yang ada dalam pemelajaran kolaboratif, antara lain :

1. Filosofi personal

2. Bekerjasama dalam kelompok atau kooperatif

3. Berbagi, bukan kompetisi

4. Masing-masing anggota memberikan kontribusi

5. Keputusan dibangun berdasarkan konsensus bersama.

Penelitian tindakan kelas dalam area pemelajaran kolaboratif sudah

banyak dilakukan, salah satunya oleh Anuradha A. Gokhale pada tahun 1995.

Gokhale meneliti pemelajaran kolaboratif dalam meningkatkan kemampuan

9

Page 10: Lomba Guru Berprestasi

siswa dalam berpikir kritis (critical thinking). Penelitian Gokhale ini merupakan

sebuah studi komparatif antara belajar secara individu dan belajar secara

kolaboratif. Dia meneliti perbedaan yang signifikan dalam perolehan nilai tes

antara siswa yang belajar secara individu dan siswa yang belajar secara

kolaboratif. Tes yang diberikan ada dua bentuk yaitu tes yang berupa drill-

practice dan tes yang berupa critical thinking. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa siswa yang belajar secara kolaboratif memeroleh nilai lebih tinggi dalam

kedua bentuk tes dibanding dengan siswa yang belajar secara individu.

Penelitian ini menjadi salah satu bukti empiris bahwa pemelajaran kolaboratif

merupakan teknik yang efektif. Sehingga hal ini dapat menjadi pendukung

penelitian yang saya lakukan.

III. METODE PENELITIAN

A. Profil Kelas Penelitian

Kelas yang menjadi objek penelitian adalah kelas X-2 SMA Negeri 6

Depok tahun ajaran 2007/2008. Dasar pemilihan objek penelitian adalah kelas

X-2 merupakan kelas yang nilai rata-rata ulangan umum semester satu paling

rendah dari tiga kelas yang saya ajar (kelas X-1, X-2, dan X-3). Kelas X

(sepuluh) merupakan sebutan kelas untuk tingkat pertama di Sekolah Menengah

Atas. Sedangkan kelas X-2 merupakan kelas urutan ke dua dari tujuh kelas yang

ada pada tingkat pertama di SMA Negeri 6 Depok.

Siswa kelas X-2 berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 21 laki-laki dan 13

perempuan dengan rentang usia antara 15-16 tahun. Komposisi yang tidak

imbang antara laki-laki dan perempuan menjadikan kelas ini cenderung gaduh

dan didominasi oleh laki-laki. Sebagian besar siswa berlatar belakang ekonomi

menengah ke bawah. Motivasi belajar siswa kelas X-2 rendah, karena jarang

melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, sebagian siswa tidak memiliki

buku pelajaran, tidak serius mengikuti pelajaran/bercanda yang tak terkendali,

dan daya serapnya rendah. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian dan umum

10

Page 11: Lomba Guru Berprestasi

yang hampir 50% dari siswa kelas X-2 mendapatkan nilai di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Inggris kelas X yang

ditentukan sekolah sebesar 66.

Berdasarkan kenyataan ini, maka saya memutuskan untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa

kelas X-2 khususnya pada materi tata bahasa kalimat pasif sehingga hal ini akan

meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka.

B. Populasi dan Sample

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-2 baik laki-laki

maupun perempuan yang berjumlah 34 orang. Sedangkan sample penelitian

adalah siswa kelas X-2 yang nilainya di bawah KKM, berjumlah 20 orang

terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Teknik pengambilan

sample berdasarkan tujuan khusus, yaitu siswa yang mendapatkan nilai di

bawah KKM pada ulangan harian terakhir sebelum penelitian.

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data penelitian dikumpulkan melalui klasifikasi objek penelitian,

observasi, catatan lapangan, dan review. Siswa penelitian dibagi dalam

kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang, sehingga ada 5 kelompok

yang menjadi fokus penelitian, yaitu : “Help Me”, “Crazy Club”, “My Name

Is”, “I don’t know” dan “Do It yourself”. Sedangkan kelompok siswa di luar

fokus penelitian terdiri dari 3 kelompok, hanya sebagai partisipan dalam

pemelajaran kolaboratif yang diteliti.

Selama pelaksanaan penelitian, saya membuat catatan observasi yang

dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan keterampilan

kooperatif siswa. Sedangkan di akhir penelitian, saya melakukan evaluasi

berupa tes untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa. Teknik analisis

11

Page 12: Lomba Guru Berprestasi

data yang digunakan adalah model alur, yaitu “reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan”. (Milless & Huberman, 1989 dalam Aqib, 2007: 106)

D. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Siswa diberikan kuesioner untuk mengetahui motivasi siswa terhadap

pelajaran bahasa Inggris serta teknik pengajaran yang disukai oleh siswa.

2. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang.

Fokus penelitian pada 5 kelompok yaitu “Help Me”, “Crazy Club”,” My

Name Is”, “I don’t know”, dan “Do It Yourself”.

3. Siswa diberikan pre-test untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan

mereka dalam materi kalimat pasif (passive voice).

4. Siswa diberi tugas dalam kelompok:

a. Penemuan (Discovering), yaitu siswa diminta untuk menemukan kata

kerja bentuk pasif dalam teks.

b. Kalimat terpandu (Guided Sentence), yaitu siswa mengidentifikasi

kalimat pasif dan menuliskannya dalam 6 tenses dari satu kalimat aktif

dari guru.

c. Kalimat tak terpandu (Unguided Sentence), yaitu siswa menulis kalimat

bebas dalam bentuk pasif.

5. Siswa diberikan post-test untuk mengetahui pengaruh dari tindakan kelas

yang dilakukan oleh guru.

IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan siklus yang terdiri dari empat

langkah, yaitu: perencanaan (planning), aksi (acting), observasi (observing),

dan refleksi (reflecting).

12

Page 13: Lomba Guru Berprestasi

A. 1. Perencanaan Penelitian

a. Teknik pengajaran akan menggunakan teknik Two Stay-Two Stray,

yaitu: 2 orang siswa tetap berada di kelompoknya untuk menerima

tamu dari kelompok lain yang berkunjung, sedangkan 2 orang siswa

berkeliaran ke kelompok lain untuk mencari informasi ke kelompok

yang lain.

b. Fokus penelitian pada 20 orang siswa.

c. Tahapan penelitian:

1. Pengisian Kuesioner dan pembagian kelompok. Kuesioner

diberikan dengan tujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran bahasa Inggris dan sikap mereka terhadap

bahasa Inggris serta teknik pengajaran yang disukai siswa.

2. Pre-Test: Passive Voice. Tes awal ini diberikan dengan asumsi

bahwa siswa kelas X-2 telah belajar materi kalimat pasif di bangku

SMP.

3. Penugasan: Penemuan melalui teks (Discovering through a text),

Kalimat terpandu (Guided Sentence) dan Kalimat tak terpandu

(Unguided Sentence)

4. Post-Test: Passive Voice. Tes akhir ini diberikan untuk mengetahui

peningkatan nilai siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan

penelitian.

d. Pelaksanaan penelitian : 31 Maret 2008 s/d 09 Mei 2008.

A.2. Aksi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan alokasi waktu 90 menit per tindakan.

Rincian alokasi waktu itu adalah 15 menit untuk persiapan, 30 menit untuk

diskusi di dalam kelompok, 30 menit untuk saling bertukar informasi antar

kelompok dan membuat kesimpulan kelompok, dan 15 menit terakhir guru

13

Page 14: Lomba Guru Berprestasi

memberikan kesimpulan dari pemelajaran hari itu. Waktu dan gambaran

pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner dan Pre-test (31 Maret 2008)

Kuesioner diberikan untuk mengetahui profil siswa, motivasi dan

sikap mereka terhadap bahasa Inggris. Hasil kuesioner menunjukkan

bahwa profil siswa kelas X-2 rata-rata telah belajar bahasa Inggris

selama 6 tahun. Materi yang paling sulit mereka pahami adalah tata

bahasa karena 50% dari 30 orang yang mengisi kuesioner menyatakan

bahwa materi yang paling sulit adalah tata bahasa. Motivasi belajar

dan sikap mereka terhadap bahasa Inggris rendah, karena 66,67%

siswa menyatakan bahwa sikap mereka biasa saja. Kemudian, teknik

pengajaran yang disukai siswa adalah game dan diskusi kelompok.

Pre-test diberikan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan

siswa dalam materi kalimat pasif. Asumsinya mereka telah

mempelajari materi itu di bangku SMP. Tes ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam materi kalimat pasif

sebelum diberikan tindakan. Nilai tes tertinggi adalah 88 dan terendah

0,8 dengan nilai rata-rata hasil tes awal adalah 32. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam materi kalimat pasif

masih sangat rendah.

2. Tindakan I: Penemuan (Discovering) (04 April 2008)

Siswa diberi 2 buah teks pendek sepanjang 15 baris yang berjudul

“Quick Work” dan “A Wet Night”. Teks diambil dari buku Practice

and Progress by L.G Alexander terbitan Longman. Kemudian, siswa

diminta untuk menggarisbawahi semua kata kerja dalam teks.

Selanjutnya siswa diminta untuk mengidentifikasi kata kerja dalam

bentuk pasif dan menghitung jumlah kata kerja pasif yang ada dalam

kedua teks itu. Terakhir, siswa diminta untuk menentukan teks yang

mana yang memiliki jumlah kata kerja pasif yang paling banyak.

14

Page 15: Lomba Guru Berprestasi

3. Tindakan II: Penemuan (Discovering) (07 April 2008)

Siswa diberi 2 buah teks yang sedikit lebih panjng yang berjudul

“After the Elections” dan “A Noble Gift”. Teks diambil dari buku

Practice and Progress by L.G Alexander terbitan Longman.

Kemudian, siswa diminta untuk menggarisbawahi semua kata kerja

dalam teks yang berbentuk pasif saja. Selanjutnya siswa diminta

menghitung jumlah kata kerja pasif yang ada dalam kedua teks itu.

Terakhir, siswa diminta untuk menganalisis secara sintaksis kalimat

yang memiliki kata kerja pasif dalam teks itu.

4. Tindakan III: Kalimat terpandu (Guided Sentence) (11/4/08)

Siswa diberikan 12 buah kalimat pasif yang dibagi dalam dua bagian.

Bagian pertama adalah 6 kalimat pasif dengan subjek tunggal dalam

present tense (simple present, present continuous, dan present

perfect). Bagian kedua adalah 6 kalimat pasif dengan subjek jamak

dalam past tense (simple past, past continuous, dan past perfect).

Kemudian siswa diminta menganalisis struktur kalimat tersebut lalu

mengidentifikasi jenis tense dari tiap kalimat. Terakhir, siswa diminta

menyimpulkan perbedaan kalimat-kalimat yang ada dalam bagian I

dan II.

5. Tindakan IV : Kalimat terpandu (Guided Sentence) (14/4/08)

Ada 2 tugas yang diberikan oleh guru. Tugas pertama, siswa diberi 2

kalimat aktif dengan subjek tunggal dan jamak, lalu diminta untuk

mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat pasif dalam 6 tenses

(simple present, simple past, present continuous, past continuous,

present perfect, dan past perfect tense). Kemudian, siswa diminta

menganalisis perbedaan to be untuk kalimat yang bersubjek tunggal

dan jamak. Tugas kedua, siswa diberi 5 kalimat aktif dalam simple

present, simple past, present continuous, present perfect dan past

perfect tense. Subjek kalimat adalah orang pertama tunggal, orang

15

Page 16: Lomba Guru Berprestasi

ketiga tunggal dan personal pronoun. Kemudian, siswa diminta untuk

mengubah kelima kalimat tersebut dalam kalimat pasif.

6. Tindakan V: Kalimat tak terpandu (Unguided Sentence) (18/4/08)

Siswa diberi 15 gambar tentang suatu aktifitas kemudian diminta

untuk membuat kalimat pasif berdasarkan situasi/kegiatan dalam

gambar.

7. Tindakan VI: Kalimat tak terpandu (Unguided Sentence) (9/4/08)

Siswa diberi 9 gambar proses pembuatan kue, kemudian diminta untuk

menceritakan proses tersebut dalam kalimat pasif seperti contoh yang

diberikan oleh guru.

8. Post-test : 09 April 2008

Bentuk tes sama dengan pre-test, tetapi dengan kalimat soal yang

berbeda.

A.3. Observasi

Selama pelaksanaan penelitian, saya membuat catatan lapangan

yang merupakan hasil observasi dari setiap tindakan kelas yang telah

dilakukan. Catatan-catatan itu dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Catatan I: Tindakan I & II

1) Siswa tidak mengalami kesulitan untuk menemukan kata kerja

bentuk pasif.

Hal ini karena siswa diperbolehkan melihat buku paket Look

Ahead terbitan Erlangga halaman 190-191 atau kamus tentang pola

kalimat pasif.

2) Pada tindakan I dan II, hampir semua siswa aktif melakukan

instruksi karena teks menarik untuk mereka, yaitu ada ilustrasi

gambar, ceritanya lucu dan baru untuk mereka.

16

Page 17: Lomba Guru Berprestasi

b. Catatan II: Tindakan III dan IV

1) Siswa mampu mengidentifikasi perbedaan to be untuk subjek

tunggal dan jamak.

2) Siswa cukup mengalami kesulitan mengubah kalimat aktif ke

pasif, khususnya ketika menentukan to be.

3) Siswa diperbolehkan melihat buku paket halaman 190-191 atau

kamus untuk membantu mereka menemukan kata kerja bentuk

ketiga (past participle).

4) Antusiasme siswa masih terlihat baik.

c. Catatan III: Tindakan V dan VI

1) Pada tindakan V, motivasi siswa mulai menurun karena bosan

dengan situasi kerja kelompok. Sehingga, guru berinisiatif untuk

melakukan game di awal pembelajaran.

2) Game menyusun kata dari kata “Environmental”

3) Pemberian game di awal pembelajaran efektif, karena kelas

menjadi antusias dan salah satu pemenangnya adalah kelompok

yang menjadi fokus penelitian yaitu “Do It yourself”.

4) Kesulitan siswa dalam penguasaan kotakata khususnya kata kerja

bentuk ketiga (past participle) terutama kata kerja tak beraturan

(irregular verb).

d. Catatan akhir :

1) Setiap akhir sesi pengajaran, guru memberikan simpulan atas

jawaban siswa.

2) Dari hasil pengamatan, ada tiga orang siswa yang tidak serius

mengikuti pemelajaran kolaboratif.

3) Pemelajaran kolaboratif dilakukan dengan posisi siswa duduk di

lantai, sehingga ada efek positif dan negatif dari kegiatan belajar

yang dilakukan di lantai. Efek positifnya, siswa dalam kondisi

santai, tidak tertekan, leluasa bergerak. Efek negatifnya, siswa

17

Page 18: Lomba Guru Berprestasi

yang tidak serius mengikuti kegiatan pemelajaran cenderung

bermain smack-down.

Suasana kelas penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gb. 1 Gb. 2

Gb. 3 Gb. 4

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian disajikan dalam tabel dan dipaparkan dalam refleksi.

Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir,

kemudian digunakan sebagai dasar dalam membuat simpulan.

B.1. Hasil Pre-test dan Post-test

Setelah melalui serangkaian proses tindakan kelas yang telah

dilakukan oleh guru dalam pengajaran tata bahasa Inggris khususnya

18

Page 19: Lomba Guru Berprestasi

kalimat pasif, maka siswa diberi tes akhir (post-test). Tes ini bertujuan

untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa dalam materi kalimat

pasif setelah menerima tindakan khusus dari guru, yaitu teknik

pemelajaran kolaboratif. Hasil pre-test dan post-test disajikan dalam tabel

berikut:

HASIL TES PASSIVE VOICE

NO. NAMA SISWAPRE-TEST

POST-TEST PENINGKATAN NILAI PROSENTASE

1 Alfi Wildan 32 60 28 472 Cindy Octavia        3 Debra Gemilang 40 36 -4 -114 Edwin Nurimansyah 68 52 -16 -315 M. Solihul Hadi 20 64 44 696 Dimas Pamungkas 16 56 40 717 Fanny Alfiana 28 64 36 568 Erick Rahmat 8 40 32 809 Surya Margiyanto 16 36 20 56

10 Bagus Bagja 32 72 40 5611 Jonris Martuah 12 32 20 6312 Gama Gemilang 64 72 8 1113 Muh. Husein Karlief 64 56 -8 -1414 Yudhistira Adi 36 72 36 5015 Yohanes Kevin 12 80 68 8516 Yulian 12 36 24 6717 Rizki Rende        18 Rizko Ahmad 16 56 40 7119 Satriyo Noor 68 68 0 020 Siti Meita Sari 32 76 44 58  NILAI RATA-RATA 32 57 25 43

Catatan : Ada dua orang siswa yang tidak dimasukkan datanya ke dalam tabel ini karena mereka tidak

mengikuti pre-test.

B.2. Refleksi

Dari tabel di atas, maka dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata

siswa yang semula 32 menjadi 57. Artinya, ada peningkatan nilai sebesar

25 poin setelah siswa melakukan pemelajaran kolaboratif. Nilai tertinggi

post-test adalah 80 dan terendah 32, sedangkan dalam pre-test, nilai

tertinggi adalah 68 dan terendah 0,8. Hal ini terlihat jelas adanya

19

Page 20: Lomba Guru Berprestasi

peningkatan nilai yang cukup signifikan setelah guru menggunakan teknik

pemelajaran kolaboratif dalam pengajaran tata bahasa Inggris. Prosentase

kenaikan nilai tersebut sebesar 43% sehingga hampir semua siswa

mengalami peningkatan nilai. Hanya ada satu orang yang nilainya stabil,

dan tiga orang yang nilainya turun. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa, penelitian ini berhasil dan terbukti bahwa teknik pemelajaran

kolaboratif efektif untuk pengajaran tata bahasa Inggris.

Setelah semua rangkaian proses penelitian dilakukan, terakhir

siswa diberi kuesioner untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap

teknik yang diuji cobakan oleh guru. Hasil kuesioner akhir tersebut

menunjukkan bahwa motivasi belajar mereka meningkat karena 90%

siswa menyatakan senang dengan teknik yang dilakukan oleh guru dan

lebih memahami materi. Suasana belajar yang serius tetapi santai

menjadikan siswa menikmati proses pemelajaran, sehingga mereka

menyarankan pada guru untuk lebih sering menggunaan teknik

pemelajaran kolaboratif dibanding teknik yang lain.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang dianalisis dan diuraikan di atas, maka simpulan

dari penelitian ini adalah: Teknik pemelajaran kolaboratif terbukti efektif untuk

meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam menguasai materi tata

bahasa Inggris.

B. Saran

1) Guru sebaiknya menggunakan teknik pemelajaran kolaboratif dalam

mengajarkan materi tata bahasa Inggris dan game untuk meningkatkan

motivasi belajar dan prestasi siswa.

2) Guru harus membuat catatan hasil pengamatan selama proses penelitian.

20

Page 21: Lomba Guru Berprestasi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono et.al. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Gokhale, Anuradha A. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. Journal of Technology Education Volume 7 Number 1. Online, http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/jte-v7n1/gokhale.jte-v7n1.html.

Idawati, Dwi. 2007. ”Fun Learning”. Makalah Pelatihan di Labschool. Jakarta: Sekolah Tinggi Manajemen PPM.

Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching. London: Longman.

Panitz, Ted. 1996. A Definition of Collaborative vs Cooperative Learning. Online, http://www.city.londonmet.ac.uk/deliberations/collab.learning/panitz2.htm.

Wallace, Michael J. 2004. Action Research for Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

-----------. -----------. Comparing Traditional and Student Centered, Collaborative Learning. Online, http://www.enhancelearning.ca.

21