Lokakarya Pemetaan Kegiatan Disabilitas - ilo.org · Agar kegiatan diskusi dan pemetaan bisa...
-
Upload
nguyenhanh -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of Lokakarya Pemetaan Kegiatan Disabilitas - ilo.org · Agar kegiatan diskusi dan pemetaan bisa...
Lokakarya Pemetaan Kegiatan Disabilitas ILO (PROPEL-Indonesia) & World Bank (DPO Window)
26 – 27 September, 2012 Hotel Lumire, Jakarta, Indonesia
1
CONTENTS
Daftar Istilah ................................................................................................................................. 2
Executive Summary ...................................................................................................................... 3
Latar Belakang Lokakarya .......................................................................................................... 5
Kegiatan dan Peserta .................................................................................................................... 7
Tujuan dan Keluaran yang diharapkan ..................................................................................... 8
Sesi I: Bank Dunia – DPO Window (26 September, 2012) ....................................................... 9
Sesi II: ILO – PROPEL-Indonesia (26 September, 2012) ....................................................... 10
Sesi III: Kegiatan pemetaan (27 September, 2012) .................................................................. 15
Evaluasi ........................................................................................................................................ 19
Tindakan ILO berikutnya .......................................................................................................... 22
Annex ........................................................................................................................................... 25
Annex 1. Latar Belakang Proyek PROPEL-Indonesia dari ILO .......................................... 25
Annex 2. Latar Belakang DPO Window dari Bank Dunia .................................................... 26
Annex 3. Pertanyaan dan Komentar dari para Peserta .......................................................... 27
Annex 4. Hasil Mapping ....................................................................................................... 31
Annex 5. Hasil Evaluasi ........................................................................................................ 46
Annex 6. Daftar Peserta ........................................................................................................ 51
2
Daftar Istilah
Singkatan / Akronim Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
BPS Badan Pusat Statistik Indonesia Statistic Agency
BWI Better Work Indonesia
CSOs Civil Society Organizations
DPOs Disabled People’s Organizations
ILO International Labour Organization
NGOs Non-Governmental Organizations
PNPM Program Nasional Pengembangan Masyarakat
National Program for Community Empowerment
PROPEL Menggalakkan Hak dan Kesempatan bagi Penyandang Disabilitas untuk Mendapatkan Pekerjaan melalui pembuatan Legislasi
Promoting Rights and Opportunities for People with Disabilities in Employment through Legislation
UNCRPD UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities
3
Executive Summary
Organisasi Buruh Internasional - International Labour Organization (ILO) dan Bank Dunia
bersama-sama menyelenggarakan sebuah lokakarya dua hari pada tanggal 26 – 27 September
di Hotel Lumire, Jakarta. Lokakarya ini merupakan sebuah langkah positif untuk mendukung
penerapan Konvensi PBB mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas (UN Convention on the
Rights of Persons with Disabilities - UNCRPD) yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia pada
bulan Oktober 2011. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memulai sebuah kegiatan diskusi
dan berbagi pengetahuan serta informasi mengenai kegiatan yang dilakukan oleh masing-
masing lembaga dan organisasi di dalam mendorong terwujudnya hak para penyandang
disabilitas, khususnya di bidang pendidikan, lapangan kerja, keadilan sosial, pembangunan
kapasitas organisasi, gender dan penelitian mengenai disabilitas.
Tiga sesi utama lokakarya ini diselenggarakan secara berturut-turut untuk mendapatkan hasil
yang optimal untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah dinyatakan di atas. Sesi pertama
adalah sesi perkenalan mengenai DPO Window (Disabled People Organizations – DPO) yang
diselenggarakan oleh Bank Dunia. Sesi kedua merupakan kegiatan sosialisasi proyek Promoting
Rights and Opportunities for People with Disabilities in Employment through Legislation
(PROPEL-Indonesia ) dan presentasi temuan dari survey cepat mengenai layanan pelatihan
kejuruan dan pekerjaan bagi para penyandang disabilitas, analisa mengenai peraturan-
peraturan tentang disabilitas terkait dengan pekerjaan dan pelatihan, dan kegiatan Better Work
Indonesia di dalam mempromosikan terciptanya kesempatan bagi mereka para penyandang
disabilitas di sektor garmen yang diselenggarakan oleh ILO. Yang terakhir adalah pemetaan
program / proyek / inisiatif yang dilakukan pemerintah, Organisasi Penyandang Disabilitas
(DPO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), LSM internasional, pihak donor dan organisasi
internasional lainnya yang ada di Indonesia yang dijadwalkan untuk hari kedua yang bertujuan
untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan serta apa saja yang menjadi fokus dari DPO-DPO yang
ada di Indonesia.
4
Evaluasi juga dilakukan untuk mendapatkan informasi dari DPO nasional, LSM nasional dan
internasional terkait dengan proyek dan program yang mereka lakukan belakangan ini dengan
cara membagikan lembar evaluasi kepada para peserta untuk mendapatkan umpan balik serta
masukan dari mereka agar bisa meningkatkan pelaksanaan lokakarya yang melibatkan para
penyandang disabilitas dengan lebih baik lagi di masa mendatang. Pada akhirnya, langkah
tindak lanjut yang akan dilakukan ILO setelah kegiatan lokakarya ini selesai juga ditampilkan di
dalam laporan ini
5
Latar Belakang Lokakarya
Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa, adalah negara dengan penduduk
keempat terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Indonesia juga dilihat
sebagai salah satu negara yang sedang bangkit dengan pertumbuhan ekonomi yang mantap
dan masyarakat kelas menengah yang terus berkembang untuk bisa mencapai sebuah
pembangunan yang merata. Akan tetapi sayangnya, hak dan kesempatan bagi mereka yang
terpinggirkan, termasuk di dalamnya para penyandang disabilitas, masih ditelantarkan.
Secara perundang-undangan, terdapat dua undang-undang utama yang terkait dengan para
penyandang disabilitas di Indonesia: UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan
peraturan untuk pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1998 (tentang
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat). Akan tetapi, kurangnya perhatian
dan masih adanya diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas di Indonesia masih dalam
mengakar pada stigma serta persepsi yang tidak tepat terkait dengan kemampuan para
penyandang disabilitas di dalam menjalangkan kegiatan sehari-hari mereka, termasuk di
dalamnya juga terkait dengan kontribusi yang mereka berikan secara aktif di semua sektor
ekonomi.
Sebagai bentuk komitmen lebih lanjut terhadap usaha mendorong terwujudnya hak bagi para
penyandang disabilitas, Pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi PBB mengenai Hak Para
Penyandang Disabilitas (UNCRPD) pada bulan Oktober 2011. Konvensi ini kemudian diadaptasi
ke dalam UU No 19 Tahun 2011. Ratifikasi UNCRPD oleh Pemerintah Indonesia adalah sebuah
tindakan yang memberikan pergeseran mendasar dari pendekatan kesejahteraan sosial
menjadi pendekatan hak asasi manusia. Termasuk di dalamnya adalah untuk memfokuskan
pada penghalang-penghalang yang menghambat di lingkungan fisik, sosial, budaya dan
ekonomi sehingga para penyandang disabilitas bisa berpartisipasi dan memberikan kontribusi
mereka sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Terlebih lagi, pendekatan ini juga
menerima pemikiran untuk mengadopsi perundang-undangan dan kebijakan non diskriminatif,
6
yang menekankan pada pentingnya perlakuan dan kesempatan yang setara.
Untuk mendukung ratifikasi UNCRPD di Indonesia, sebuah lokakarya untuk para pemangku
kepentingan diselenggarakan bersama-sama antara ILO dan Bank Dunia. Tujuan utamanya
adalah untuk memberikan inisiatif pelaksanaan diskusi dan berbagi pengetahuan serta juga
informasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan masing-masing lembaga dan organisasi ini di
dalam mendorong terwujudnya hak para penyandang disabilitas, khususnya di bidang
pendidikan, pekerjaan, keadilan sosial, pembangunan kapasitas organisasi, gender, dan
penelitian di bidang disabilitas.
Khususnya dari sudut pandang ILO, koordinasi dan saling berbagi informasi yang lebih baik
mengenai proyek dan program yang ada ternyata diperlukan bagi penerapan yang efektif untuk
proyek ILO yang sedang berlangsung, seperti halnya juga diperlukannya perencanaan dan
strategi-strategi untuk kegiatan di masa mendatang di bidang disabilitas dengan bekerja sama
dengan berbagai kementerian, organisasi internasional dan DPO. Dalam kegiatan ini, ILO juga
telah mensosialisasikan informasi mengenai proyek PROPEL-Indonesia di dalam mendukung
pemerintah Indonesia dan para pemangku kepentingan lainnya untuk mengatasi hambatan
tersedianya kesempatan pekerjaan yang setara dan untuk mendorong terciptanya inklusi
disabilitas. Selain itu, sebagai bagian dari strategi Proyek PROPEL-Indonesia untuk
meningkatkan kebijakan dan kerangka kerja di bidang pekerjaan dan pelatihan para
penyandang disabilitas, membangun kapasitas para pemangku kepentingan, dan mendukung
kegiatan advokasi dan pembangunan kesadaran, maka presentasi-presentasi yang ada di bawah
ini juga diberikan:
Analisa mengenai legislasi disabilitas terkait dengan pekerjaan dan pelatihan;
Kegiatan Better Work Indonesia di dalam mempromosikan kesempatan bagi para
penyandang disabilitas di sektor garmen;
Temuan dari survey cepat mengenai layanan pelatihan kejuruan dan pekerjaan bagi
para penyandang disabilitas.
7
Secara bersamaan, Bank Dunia sebagai mitra ILO di dalam mengorganisir lokakarya ini juga
memberikan pengantar mengenai program baru mereka, DPO Window, yang ditujukan untuk
memberikan kesempatan bagi DPO-DPO untuk meningkatkan dan memperbaiki kemampuan
mereka mereka melalui pemberian hibah agar bisa mencapai kesetaraan hak dan keadilan
sosial. Hal utama yang didiskusikan mengenai DPO Window juga terkait dengan tujuan DPO
Window dan detil informasi mengenai persyaratan untuk bisa mengakses dana yang tersedia,
menentukan prioritas kegiatan yang perlu didukung, dan pelatihan pembangunan kapasitas
DPO di dalam melaksanakan dialog dan negosiasi dengan para pemangku kepentingan lainnya.
Kegiatan dan Peserta
Lokakarya ini pada dasarnya difasilitasi di dalam tiga sesi selama dua hari (26 – 27 September,
2012) di Hotel Lumire, Jakarta:
I. Perkenalan tentang DPO Window oleh Bank Dunia
II. Sosialisasi informasi mengenai PROPEL-Indonesia dan presentasi tentang:
a. analisa mengenai legislasi disabilitas terkait dengan pekerjaan dan pelatihan;
b. kegiatan Better Work Indonesia di dalam mempromosikan kesempatan bagi para
penyandang disabilitas di sektor garmen;
c. temuan dari survey cepat mengenai layanan pelatihan kejuruan dan pekerjaan
bagi para penyandang disabilitas.
III. Pemetaan kegiatan dari program / proyek / inisiatif yang dilakukan pemerintah,
Organisasi Penyandang Disabilitas (DPO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), LSM
internasional, pihak donor dan organisasi internasional lainnya yang ada di
Indonesia. Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan sebuah diskusi yang produktif
antara para pemangku kepentingan dan kelompok-kelompok kerja di dalam
mengidentifikasi dan berbagi informasi mengenai kegiatan disabilitas mereka terkait
dengan akses kepada:
8
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Keadilan
d. Pembangunan kapasitas organisasi
e. Gender
f. Penelitian dan pengumpulan data terkait topik disabilitas
Peserta utama kegiatan lokakarya ini adalah mereka dari kementerian-kementerian terkait,
organisasi-organisasi internasional, LSM-LSM internasional, DPO nasional dengan perwakilan
mereka yang ada di Jakarta dan juga di provinsi lainnya, dan organisasi kemasyakaratan yang
kegiatannya terfokus pada disabilitas1.
Agar kegiatan diskusi dan pemetaan bisa berlangsung seefisien mungkin maka para fasilitator
yang professional juga bertindak sebagai moderator di dalam memfasilitasi diskusi panel dan
kelompok-kelompok kerja. Penerjemah dua bahasa untuk Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris,
penerjemah bahasa isyarat, dan juga para relawan juga tersedia selama kegiatan lokakarya.
Materi-materi pendukung lainnya juga tersedia antara lain:
- Penjelasan lokakarya dengan menggunakan huruf braille, e-braille, dan dalam format
audio
- Ringkasan tentang proyek PROPEL-Indonesia dalam huruf braille
Tujuan dan Keluaran yang diharapkan
Tujuan-tujuan utama lokakarya ini bagi ILO adalah untuk:
1. mempromosikan tujuan utama PROPEL-Indonesia di dalam mewujudkan pekerjaan yang
layak untuk semua orang, termasuk di dalamnya para penyandang disabilitas;
2. mensosialisasikan temuan-temuan awal dari survey cepat mengenai layanan pelatihan
kejuruan dan analisa mengenai legislasi disabilitas terkait pekerjaan bagi para
1 Daftar lengkap peserta bisa dilihat pada Lampiran 6.
9
penyandang disabilitas;
3. melakukan sebuah pemetaan terhadap kegiatan terkait disabilitas secara bersama-sama
dengan Bank Dunia untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung
berdasarkan pekerjaan yang dilakukan (yang dibagi berdasarkan jenis dan area geografis
kegiatan), dampak yang diinginkan dari masing-masing kegiatan, dan kesenjangan-
kesenjangan di dalam kegiatan disabilitas
Sesi I: Bank Dunia – DPO Window (26 September, 2012)
Perkenalan pembukaan oleh Ekawati Liu, koordinator DPO Window
Di dalam sambutan pembukaan pada lokakarya untuk pemetaan kegiatan-kegiatan DPO, ia
menekankan pentingnya kegiatan tersebut untuk meningkatkan kapasitas para penyandang
disabilitas, dan juga untuk meyakinkan pemerintah untuk menerapkan UNCRPD yang telah
diratifikasi secara nyata. Ia berharap agar DPO-DPO serta organisasi lainnya yang hadir bisa
terlibat di dalam diskusi yang bermakna dan jujur agar bisa bekerja bersama-sama di dalam
meningkatkan kesadaran dan mendorong advokasi untuk para penyandang disabilitas di
tengah-tengah masyarakat.
Perkenalan dengan DPO Window oleh Sonja Litz, Pimpinan kegiatan Government Inclusion and
Justice Team
Sebagai pengganti Bapak Sujana Royat dari Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat yang
tidak bisa hadir, Ibu Sonja Litz dari Bank Dunia secara singkat memperkenalkan peran penting
yang diemban DPO Window di dalam mendorong terwujudnya inklusi bagi para penyandang
disabilitas di dalam pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial dan pemenuhan hak-hak mereka di
Indonesia. Dari sudut pandang Bank Dunia, Indonesia telah berhasil keluar dari krisis ekonomi
dan masa transisi politik di akhir 90-an. Akan tetapi, ia juga menyatakan bahwa kelompok-
kelompok yang terpinggirkan dan rentan masih tetap terabaikan, termasuk di dalamnya para
penyandang disabilitas. DPO Window, yang dirancang sebagai bagian dari program Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) akan menjadi sebuah cara untuk menyalurkan
10
kebutuhan-kebutuhan DPO untuk mendapatkan dana, sumber daya serta keahlian teknis di
dalam membangun kapasitas organisasinya serta para penyandang disabilitas di Indonesia
melalui kesempatan yang didapatkan dari dana hibah.
Sesi II: ILO – PROPEL-Indonesia (26 September, 2012)
Pidato oleh Bapak Peter van Rooij, Direktur
Dengan keberadaannya pada sesi pembukaan untuk ILO, Bapak Peter van Rooij, sebagai
Direktur ILO, menunjukkan dukungan penuh beliau di dalam mempromosikan hak-hak para
penyandang disabilitas, khususnya untuk mengakses pekerjaan yang layak, dengan menyatakan
pentingnya lokakarya bersama dengan Bank Dunia ini untuk bisa berbagi informasi dan
bertukar pengetahuan antara DPO-DPO lokal, internasional dan juga dengan LSM-LSM nasional,
organisasi internasional serta instansi-instansi pemerintah. Ia juga mengingatkan akan
pentingnya Konvensi 159 tentang Rehabilitasi Kejuruan dan Pekerjaan bagi Penyandang
Disabilitas, walau Indonesia masih belum meratifikasi konvensi ini.
Terlebih lagi, ia mendorong para pemangku kepentingan untuk mendorong perusahaan-
perusahaan untuk merekrut para penyandang disabilitas serta untuk meningkatkan kesadaran
akan peraturan perundang-undangan yang ada yang mengatur kesempatan mendapatkan
pekerjaan yang sama untuk para penyandang disabilitas. Dan untuk menyambut
penandatanganan kerangka kerja program jangka menengah kegiatan ILO di Indonesia,
Program Pekerjaan Layak-Decent Work Country Program, ia juga menekankan bahwa kegiatan
terkait disabilitas adalah juga menjadi sebuah prioritas ILO dengan difokuskan pada
menghilangkan hambatan untuk mendapatkan pekerjaan dan menyediakan akses untuk
pekerjaan yang layak bagi para penyandang disabilitas untuk bisa menggapai perlindungan
sosial bagi semua.
Sambutan oleh Ibu Roostiawati, Perwakilan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Ibu Roostiawati menunjukkan keseriusan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk
11
melihat lebih jauh lagi terhadap permasalahan disabilitas dan menyatakan penghargaan atas
usaha untuk menyelenggarakan lokakarya ini dengan memperkenalkan Bapak Saud, Sekretaris
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan yang juga hadir di antara para
peserta. Pada saat bersamaan, ia juga mengakui akan kurangnya penerapan regulasi terkait
para penyandang disabilitas dan menawarkan kerjasama yang berkesinambungan antara sub-
direktoratnya dengan para pemangku kepentingan.
Terkait dengan pameran pekerjaan yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Kementerian di
Solo yang bertujuan untuk mempromosikan kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak di
sektor formal bagi para penyandang disabilitas, Ibu Roostiawati menyatakan dukungan
Kementerian terhadap kegiatan-kegiatan DPO di dalam meningkatkan kapasitas dan keahlian
kerja para penyandang disabilitas. Ia juga mencatat pentingnya untuk menggabungkan kegiatan
proyek Green Jobs in Asia, yang baru saja selesai dilaksanakan ILO, dengan kegiatan
bertemakan disabilitas. Ia menekankan akan kesempatan kerja di bidang green jobs untuk para
penyandang disabilitas untuk bisa mencapai terwujudnya pekerjaan-pekerjaan yang tidak
bersifat diskriminatif.
Presentasi oleh Ibu Sara Park, Programme Officer
Sesi ini dilanjutkan pengenalan proyek PROPEL-Indonesia dan dilanjutkan dengan penjelasan
singkat terkait dengan temuan dan kegiatan di bidang disabilitas yang telah dilakukan oleh ILO
oleh Programme Officer dari ILO, Ibu Sara Park. Ia membuka penjelasannya dengan
memperkenalkan ILO sebagai salah satu badan khusus PBB yang memiliki struktur tata kelola
tripartite yang bertujuan untuk mendorong terciptanya pekerjaan yang layak untuk semua.
Ketika memberikan penjelasan tentang proyek PROPEL-Indonesia, ia menyatakan tujuan dari
proyek tersebut yaitu menghapuskan diskriminasi dan hambatan untuk mendapatkan
kesempatan pekerjaan bagi para penyandang disabilitas.
Lebih lanjut lagi ia menjelaskan tentang dua strategi proyek PROPEL – Indonesia, yang
merupakan fase keempat dari Program Kemitraan IrishAID: meningkatkan kerangka kerja
12
kebijakan dan hukum, mendukung advokasi dan peningkatan kesadaran. Pada bagian penutup,
ia mendorong untuk lebih banyak lagi dilibatkannya para penyandang disabilitas di dalam
semua aspek pengembangan dan penerapan kebijakan, serta juga inkulsi yang lebih lagi bagi
para penyandang disabilitas di dalam pelatihan kejuruan dan dunia kerja.
Presentasi oleh Bapak Jaka Santos, konsultan2
Ketika bekerja purna waktu sebagai pengacara senior pada kantor Pengacara Simbolon &
Partners, Bapak Jaka Santos melakukan pengkajian hukum mengenai pekerjaan dan pelatihan
bagi para penyandang disabilitas. Sebelum berbicara langsung mengenai tema terkait dunia
kerja dan perundang-undangan di Indonesia, ia menyampaikan beberapa hal penting untuk bisa
mengerti mengenai perundang-undangan dan sistem hukum yang ada di Indonesia:
- transformasi yang terus berlanjut pada administrasi pemerintahan Indonesia dan
perubahan UUD 1945
- karakteristik umum dari UU yang menjadi dasar untuk pembuatan peraturan-peraturan
seperti misalnya peraturan pemerintah, instruksi presiden, peraturan menteri, dan
instruksi menteri untuk pelaksanaan yang lebih mendetil
- transformasi dari sistem sentralisasi ke sistem desantralisasi di Indonesia
- pemahaman yang diperlukan dari warga negara terkait dengan apakah akan bermitra
dengan pemerintah pusat atau daerah di dalam mencari keadilan
Secara khusus terkait dengan tema disabilitas, Pak Santos membandingkan naskah asli UUD
1945 dengan naskah yang telah diamandemen. Ia menjelaskan bahwa walau di dalam naskah
asli telah terdapat dua pasal3 terkait dengan pemenuhan hak-hak asasi yang mendasar, maka di
dalam amandemennya telah terdapat beberapa tambahan pasal lainnya, yang juga
memasukkan hal mengenai para penyandang disabilitas.4 Akan tetapi, walau telah ada
amandemen UUD, lebih jauh lagi ia menjelaskan bahwa pasal-pasal tersebut masih belum
2 Informasi lengkap tersedia di dalam laporan yang dibuat oleh Pak Jaka Santos.
3 Dimaksudkan di sini adalah Pasal 27 mengenai hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak dan Pasal 31
mengenai akses pendidikan 4 Beberapa tambahan ada di Pasal 28 (poin C mengenai pendidikan, D mengenai perlakuan dan kesempatan yang
sama, H mengenai perlindungan sosial, dan I mengenai hak-hak asasi manusia yang mendasar) serta Pasal 34
mengenai layanan kesehatan.
13
terealisasikan di dalam peraturan-peraturan penerapannya dikarenakan adanya perubahan
struktur yang terus menerus di Indonesia. Lebih jauh lagi ia juga menyimpulkan bahwa terdapat
kesenjangan yang terjadi antara apa yang dinyatakan di UUD dengan peraturan yang ada
menjadi permasalahan utama yang menyebabkan instansi-instansi pemerintah tidak mampu
mengoptimalkan pelaksanaan konstitusi di dalam masyarakat.
Presentasi oleh Ibu Olivia Krishanty, penasihan bisnis, Better Work Indonesia
Setelah rehat minum kopi, Ibu Olivia Krishanty, penasihat bisnis dari kegiatan Better Work
Indonesia (BWI) melanjutkan dengan kegiatan presentasi terkait dengan program BWI dan
komitmen program tersebut untuk mempromosikan pekerja penyandang disabilitas di tempat-
tempat kerja yang padat karya. Tujuan program ini adalah meningkatkan produktifitas melalui
perbaikan kondisi kerja untuk bisa memperkuat daya saing sektor industri yang memang padat
karya. Program yang utamanya berjalan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi area
ini ditujukan untuk membantu para pembeli internasional di dalam menerapkan audit sosial
dan kode etik yang telah memenuhi standar di pabrik-pabrik tersebut karena satu pabrik bisa
saja mendapatkan permohonan dari beberapa pembeli yang berbeda. Ia menjelaskan bahwa
intervensi yang dilakukan BWI akan bisa menghapus terjadinya duplikasi serta penggunaan
sumber daya yang tidak diperlukan ketika harus melakukan audit sosial yang serupa.
Terkait dengan topik disabilitas dan kegiatan BWI, Ibu Krishanty menjelaskan bahwa terdapat
sebuah temuan penting selama penilaian terhadap proyek uji coba dilakukan terkait dengan
kurang taatnya pabrik-pabrik yang ada terhadap peraturan ‘Kuota 1%’5. Sebagai akibatnya, BWI
kemudian didekati oleh beberapa pembeli internasional yang mencoba mendapatkan
pemecahan terhadap permasalahan ini. Oleh karena itu juga, maka BWI kemudian
menyelenggarakan beberapa pertemuan antara para pembeli internasional dengan DPO-DPO
untuk membahas masalah ini. Lebih jauh lagi ia menambahkan bahwa kurangnya informasi
5 Berdasarkan UU RI No 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan peraturan untuk pelaksanaannya, yaitu
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1998 (tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat),
Indonesia telah mengadopsi sebuah sistem kuota yang mempersyaratkan perusahaan-perusahaan yang memiliki
kapasitas pekerja lebih dari 100 orang untuk memberikan kuota 1 % pekerja yang merupakan penyandang
disabilitas.
14
terkait disabilitas dan sedikitnya referensi untuk bisa mempekerjakan para penyandang
disabilitas menjadi alasan utama mengapa perusahaan-perusahaan ini kekurangan pekerja
penyandang disabilitas di lingkungan kerja mereka.
Ibu Krishanty juga menambahkan bahwa sekarang ini beberapa langkah telah diambil, termasuk
di dalamnya mempersiapkan petunjuk untuk mempekerjakan para penyandang disabilitas,
mempekerjakan seorang konsultan untuk mengkaji ulang dan meningkatkan kesadaran akan
permasalahan-permasalahan disabilitas untuk para pemangku kepentingan di industri garmen,
dan melakukan pertemuan-pertemuan untuk memperkenalkan para pembeli internasional
dengan DPO-DPO yang ada di Jakarta.
Presentasi oleh Bapak Gorm Skjaerlund, konsultan6
Bapak Gorm Skjaerlund mempresentasikan temuan-temuan dan rekomendasi dari hasil survey
cepat yang dilakukannya terhadap kegiatan pelatihan kejuruan dan layanan pekerjaan bagi para
penyandang disabilitas di Indonesia dimana provinsi Nusa Tenggara Timur dan Jogjakarta
menjadi fokus survey tersebut. Ia menekankan bahwa keadaan yang ada sekarang ini
menujukkan adanya kesenjangan utama terkait dengan hambatan untuk mendapatkan
kesempatan bekerja dikarenakan kurangnya kesempatan pelatihan serta sedikit sekali
tersedianya layanan dan dukungan bagi mereka para penyandang disabilitas. Permasalahan
utama yang ditunjukannya adalah pada kurangnya sumber daya manusia, organisasi dan
keuangan di kementerian-kementerian dan pada para pemangku kepentingan kelompok
penyandang disabilitas serta juga buruknya koordinasi antara masing-masing lembaga yang
ada.
Lebih jauh lagi Bapak Skjaerlund mendiskusikan temuan-temuannya terkait dengan berbagai
hasil yang didapatkan dari pelatihan untuk para penyandang disabilitas baik yang bersifat resmi
atau pun tidak resmi. Terkait dengan kemampuan para penyandang disabilitas untuk
mendapatkan pekerjaan, ia menyingkapkan kenyataan bahwa para penyandang disabilitas
6 Informasi lengkap tersedia di dalam laporan: Survey Singkat mengenai Pelatihan Kejuruan dan Pekerjaan bagi
Para Penyandang Disabilitas oleh Gorm Skjaerlund.
15
kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal dibandingkan
dengan pekerjaan di sektor informal. Permasalahan utama lainnya yang juga ia nyatakan adalah
kurangnya data sehingga menimbulkan kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan utama yang ada pada komunitas-komunitas penyandang disabilitas.
Ditambahkannya juga, ketidakmampuan komunitas-komunitas penyandang disabilitas ini untuk
bertindak sebagai sebuah kelompok yang bisa memberikan tekanan dengan menyatukan suara
mereka dan memberikan advokasi kepada para penyandang disabilitas juga telah
diidentifikasikan sebagai salah satu hambatan bagi mereka yang berpotensi untuk menjadi
mitra dan donor yang bisa memberikan inisiatif untuk diskusi dan program.
Secara bersamaan juga, rekomendasi-rekomendasi juga diberikan untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut. Pendekatan yang bersifat pro aktif dari komunitas
penyandang disabilitas, penggunaan lembaga-lembaga pelatihan swasta, perlu
dipertimbangkannya bentuk-bentuk pelatihan alternatif termasuk ke dalam beberapa bentuk
metode yang disarankan untuk dilakukan agar bisa menciptakan kesempatan pekerjaan bagi
para penyandang disabilitas. Bapak Skjaerlund juga mendorong adanya kerja sama baik di
dalam kementerian dan juga antar kementerian, serikat-serikat pekerja, pengusaha, dan DPO.
Terkait data, ia menyarankan diperlukannya sebuah prosedur pengumpulan data yang baku dan
kerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk bisa menentukan metodologi,
persyaratan, dan aspek penting lainnya untuk bisa mendapatkan sekumpulan data yang absah
terkait data statistik para penyandang disabilitas di Indonesia.
Sesi III: Kegiatan pemetaan (27 September, 2012)7
Kegiatan pemetaan program / proyek / inisiatif disabilitas di Indonesia ditujukan untuk
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung berdasarkan pekerjaan yang
dilakukan (yang dibagi berdasarkan jenis dan area geografis kegiatan), dampak yang diinginkan
dari masing-masing kegiatan, dan kesenjangan-kesenjangan di dalam kegiatan disabilitas. Sesi
7 Matriks Pemetaan yang lengkap untuk setiap tema yang dibahas bisa dilihat pada Lampiran 4.
16
ini mengikut sertakan para pemangku kepentingan dari pihak pemerintah, DPO, LSM, LSM
internasional, donor, dan organisasi internasional yang berada di Indonesia. Ketersediaan
pekerjaan di bidang ini termasuk juga kegiatan disabilitas untuk menciptakan akses ke
pekerjaan / wirausaha, penelitian, gender, pembangunan kapasitas organisasi, dan akses
mendapatkan keadilan.
1. Pekerjaan / wirausaha
Akses ke sektor formal telah diidentifikasikan sebagai salah satu hal yang tetap menjadi
tantangan utama bagi para penyandang disabilitas untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang
layak. Hanya dua dari delapan organisasi yang bekerja di bidang ini yang menyatakan bahwa
mereka pernah bekerja sama dengan perusahaan atau sektor formal di dalam menjembatani
komunikasi antara para pekerja dan DPO-DPO, dan mempromosikan keahlian para pekerja
penyandang disabilitas dengan menyesuaikan kapasitas dan keahlian mereka dengan posisi
yang tersedia di perusahaan-perusahan tersebut. Beberapa alasan yang bisa dicatat adalah
karena terbatasnya permintaan dari perusahaan-perusahaan untuk mempekerjakan para
penyandang disabilitas, kurangnya keahlian pekerjaan, dan tidak memadainya latas belakang
pendidikan para penyandang disabilitas.
Sebagian besar organisasi yang ada aktif di dalam memberikan pelatihan kejuruan dan
pembelajaran wirausaha untuk mendorong adanya kebebasan finansial, meningkatkan
pendapatan serta kualitas kehidupan para penyandang disabilitas. Sayangnya, angka jumlah
para penyandang disabilitas yang berhasil ditransferkan dari peserta pelatihan menjadi mereka
yang mendapatkan kesempatan bekerja berdasarkan kegiatan masing-masing organisasi masih
merupakan angka perkiraan saja dan indikator keberhasilan yang digunakan berbeda-beda
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Selain itu, terdapat sedikit sekali akses
terhadap informasi, kesempatan usaha dan ketersediaan modal yang dianggap menjadi
halangan yang mendorong para penyandang disabilitas untuk mengeksplor sektor informal.
Kegiatan terkait lapangan kerja lainnya yang juga disebutkan adalah kegiatan konseling dan
17
pendekatan CSR (Tanggungjawab Sosial Perusahaan). Akan tetapi, keefektifan dan data yang
absah mengenai kegiatan-kegiatan ini tidak disebutkan karena kegiatan-kegiatan ini masih
berlangsung.
2. Penelitian
Bidang ini menarik perhatian para pemangku kepentingan dari instansi pemerintah, lembaga-
lembaga penelitian, organisasi internasional, serta juga media dan konfenderasi pekerja
nasional. Tujuan utama keikutsertaan organisasi di dalam topic ini adalah untuk membangun
persepsi yang benar tentang para penyandang disabilitas di masyarakat, pengaruh kebijakan
publik di dalam melakukan penyesuaian kondisi yang sekarang terjadi pada komunitas
penyandang disabilitas, dan meningkatkan data yang handal terkait penyandang disabilitas di
Indonesia. Dengan adanya data dan penelitian yang absah, sebagian besar organisasi dan
instansi peserta menyatakan apa yang menjadi tujuan mereka yaitu bisa menggapai para
pembuat kebijakan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh di berbagai tingat termasuk di tingkat
nasional untuk mendorong terwujudnya peran para penyandang disabilitas di dalam
pembangunan nasional.
3. Pendidikan
Pendidikan dianggap sebagai topic lintas sektor dimana informasi bisa disosialisasikan kepada
komunitas-komunitas penyandang disabilitas dan non penyandang disabilitas terkait tentang
bagaimana hak para penyandang disabilitas bisa diwujudkan. Kegiatan-kegiatan yang
disebutkan bervarisi bergantung pada jenis disabilitas yang dihadapi; akan tetapi, ada empat
kegiatan yang dipresentasikan: program pengajaran bahasa isyarat; pendidikan inklusif;
advokasi, sosialisasi dan pembuatan kebijakan; dan pembangunan kapasitas dan pelatihan.
Bidang kegiatan biasanya adalah bersifat lokal dan regional di Indonesia yang digabungkan
dengan program-program nasional dimana sejumlah organisasi sedang melakukannya atau
akan melakukannya di masa mendatang.
4. Gender
18
Walau ternyata topik ini hanya diikuti oleh tiga DPO peserta lokakarya, kegiatan-kegiatan yang
sedang mereka lakukan menunjukkan pengalaman yang sangat kuat di dalam melakukan
sosialisasi UN CRPD, jejaring kerja, dan advokasi di tingkat lokal dan nasional. Mereka
memfokuskan kegiatan pada komponen-komponen seperti keluarga, sekolah, dan pemerintah
daerah untuk memberikan pendidikan dan menyediakan informasi terkait dengan disabilitas
dan bantuan bagi perempuan penyandang disabilitas.
5. Pembangunan Kapasitas
Bidang tema ini memiliki jumlah organisasi peserta terbanyak. Sembilan organisasi berdiskusi
mengenai pentingnya peningkatan kesadaran tidak hanya untuk komunitas non penyandang
disabilitas, tapi juga melakukan kampanye kesadaran dan advokasi yang penting bagi para
penyandang disabilitas untuk mengetahui hak-hak mereka berdasarkan UN CRPD. Selama masa
presentasi singkat mereka, kurangnya partisipasi dari para penyandang disabilitas di dalam
pembangunan dan minimnya dukungan dari pemerintah menjadi alasan utama mengapa
mereka memprioritaskan untuk fokus pada pembangunan kapasitas komunitas penyandang
disabilitas. Mereka juga berdiskusi mengenai peningkatan kapasitas organisasi mereka yang
akan berdampak pada pembangunan dan keberadaan yang berkesinambungan di dalam
menyediakan layanan dan bantuan untuk mereka yang merupakan penyandang disabilitas dan
non disabilitas.
6. Akses untuk keadilan
Penekanan pada UN CRPD dan peraturan di tingkat nasional dan daerah terkait dengan
disabilitas berkali-kali disebutkan di dalam kegiatan kelompok ini. Tujuan utama untuk
meningkatkan akses ke perundang-undangan adalah untuk mengarusutamakan topik disabilitas
untuk bisa mencapai persamaan hak untuk para penyandang disabilitas dan bisa
mensosialisasikan UN CRPD ke berbagai unsur masyarakat di Indonesia.
Presentasi oleh Ibu Amy Sims, Bank Dunia
Waktu singkat juga diberikan untuk Ibu Amy Sims dari Bank Dunia untuk memperkenalkan
19
sebuah program bernama Creative Community (Komunitas Kreatif). Ia juga menunjukkan
sebuah video pendek terkait dengan kegiatan program tersebut di beberapa komunitas di
Majalengka, Jawa Barat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas komunitas
dengan mendekati masyarakat melalui nilai-nilai tradisional. Ia juga menyatakan keinginannya
untuk menerima umpan balik dari para peserta tentang bagaimana ia bisa meningkatkan
program ini agar kegiatan ini menjadi inklusif untuk mereka para penyandang disabilitas.
Evaluasi8
Untuk perbaikan di masa mendatang, para peserta diminta untuk mengisi sebuah format
evaluasi yang akan membantu memberikan penilaian terhadap kinerja lokakarya secara
keseluruhan, mendorong umpan balik terhadap apa-apa yang menjadi permasalahan serta
kekhawatiran para peserta, serta juga mengidentifikasi pembelajaran yang didapatkan para
peserta dari kegiatan presentasi dan diskusi. Evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan per
harinya selama lokakarya dua hari ini. Jawaban-jawaban yang diberikan untuk tiap-tiap
pertanyaan kemudian dikategorikan berdasarkan jawaban yang sama atau serupa yang
diberikan.
Informasi yang beguna dari kegiatan lokakarya dua hari
Pada akhir lokakarya dua hari ini selesai, mayoritas peserta menggarisbawahi bahwa informasi
terkait dengan Proyek DPO Window Bank Dunia, PROPEL-Indonesia, dan informasi mengenai
pemetaan kegiatan-kegiatan DPO dianggap merupakan hal yang penting untuk meningkatkan
keahlian para peserta. Para peserta juga menyatakan bahwa sesi berbagi informasi yang
dilaksanakan oleh ILO mengenai akses ke pekerjaan, kesempatan pekerjaan, dan kebijakan
pemerintah terkait dengan para penyandang disabilitas berguna. Selain itu, berbagi
pengetahuan mengenai akses pendanaan, sumber daya dan pembangunan kapasitas DPO
sangat berguna bagi organisasi mereka.
8 Hasil lengkap bisa dilihat di Lampiran 5. Ringkasan evaluasi ini pada awalnya dipersiapkan oleh Nicolas Pazold.
20
Pembelajaran dari presentasi dan diskusi ILO
Khusus terkait sesi ILO, hampir setengah dari peserta menyatakan bahwa presentasi dan diskusi
pada lokakarya ini telah membantu meningkatkan pengetahuan mereka tentang legislasi dan
regulasi terkait dengan disabilitas dan lapangan kerja. Para peserta memberikan penghargaan
atas hal terkini yang disampaikan oleh para presenter terkait dengan usaha-usaha strategis
yang dilakukan ILO tentang topik disabilitas sebagai salah satu target yang dilakukan melalui
PROPEL-Indonesia, yaitu tentang informasi mengenai regulasi tentang penyandang disabilitas di
Indonesia, kurangnya data yang absah mengenai populasi para penyandang disabilitas, dan
usaha yang telah dilakukan Proyek BWI untuk mendorong terciptanya kesetaraan di lingkungan
kerja. Evaluasi juga menunjukkan bahwa lokakarya telah meningkatkan kesadaran peserta akan
kurangnya usaha penegakkan ‘Kuota 1%’. Penjelasan terkait adanya kekosongan antara
peraturan yang ada dengan praktik yang terjadi di masyarakat juga mendapatkan perhatian dari
para peserta.
Tindak lanjut setelah usainya lokakarya
Para peserta menyatakan berbagai kemungkinan yang akan mereka lakukan terkait informasi
yang merka dapatkan mengenai DPO Window Bank Dunia dan sesi dari ILO. Secara umum,
sosialisasi informasi yang didapatkan selama kegiatan lokakarya kepada jejaring kerja serta
komunitas mereka merupakan pilihan yang populer bagi para peserta. Selain itu, para peserta
juga menyorot pentingnya usaha untuk memberikan advokasi mengenai hak atas pekerjaan
yang layak bagi para penyandang disabilitas kepada para pemangku kepentingan. Informasi
yang ada juga dianggap sebagai sumber pengetahuan dan dasar untuk melakukan penelitian
lebih lanjut. Peningkatan kualitas data dari organisasi-organisasi dan pemerintah daerah juga
ditujukan untuk lebih mengoptimalkan lagi penggunaan informasi tersebut.
Selain tentang informasi yang dianggap berguna dari kegiatan lokakarya, para peserta juga
diminta untuk menyebutkan tindak lanjut yang akan diambil setelah kegiatan lokakarya
berakhir. Secara garis besar, para peserta menyebutkan bahwa mereka akan memperluas
jejaring kerja mereka dengan melakukan diskusi-diskusi tindak lanjut, mendapatkan
21
pemahaman yang lebih dari berbagai program yang berbeda, dan mendorong terwujudnya
akses terhadap keadilan dan program yang inklusif akan menjadi kegiatan utama mereka. Saran
yang lain adalah melakukan penilaian internal atas kegiatan yang dilakukan dan melakukan
pembangunan kapasitas agar bisa berpartisipasi di dalam proyek-proyek disabilitas yang
dilaksanakan oleh ILO dan Bank Dunia. Selanjutnya, sosialisasi hasil pembelajaran dan informasi
yang didapatkan dari lokakarya kepada jejaring kerja dan komunitas mereka serta mengambil
inisiatif untuk mulai menulis proposal kegiatan juga dinyatakan.
Umpan balik mengenai Lokakarya
Selain tentang pembelajaran dan informasi yang didapatkan selama lokakarya, evaluasi juga
mengumpulkan informasi berupa umpan balik yang berguna untuk pelaksanaan lokakarya yang
lebih baik lagi di masa mendatang. Akses terhadap materi dan kegiatan lokakarya juga dianggap
sebagai permasalahan utama. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa lokakarya tidaklah
cukup “ramah pada penyandang disabilitas”. Menurut mereka, lokakarya kurang memiliki
materi dalam bentuk tercetak dan format lainnya yang sesuai dengan berbagai jenis hambatan
yang ada, termasuk di dalamnya materi menggunakan huruf braille serta penjelasan yang
mendetil tentang video dan gambar yang digunakan selama presentasi. Metode yang
digunakan oleh para fasilitator dan panitia juga dianggap bukan hal yang mudah bagi para
penyandang disabilitas sehingga menghindari mereka mendapatkan pemahaman serta
berinteraksi dengan peserta lainnya.
Di sisi lain, kurangnya waktu untuk berdiskusi, tanya jawab dan sesi pemetaan dianggap sebagai
permasalahan terkait dengan pengelolaan waktu selama kegiatan lokakarya. Selain itu juga,
ruang rapat ternyata juga tidak sesuai dan terlalu kecil untuk bisa mengakomodasi peserta yang
datang. Masukan lebih jauh lagi adalah untuk mengundang lebih banyak DPO, organisasi
lainnya serta pejabat pemerintah dari berbagai daerah di Indonesia, dan menyediakan alamat,
nomor telepon, dan email dari mereka yang hadir kepada para peserta sejak awal kegiatan
lokakarya. Hasil pemetaan dan notulen rapat hendaknya diberikan kepada masing-masing
organisasi untuk tujuan sosialisasi informasi.
22
Tindakan ILO berikutnya
Lokakarya memberikan informasi yang luas mengenai berbagai kegiatan DPO, organisasi dan
lembaga lainnya yang telah dilakukan akhir-akhir ini yang terkait dengan kepentingan topik
disabilitas di Indonesia. Khusus terkait dengan sudut pandang ILO, terdapat tiga poin utama
kegiatan yang akan mulai dilakukan setelah kegiatan lokakarya berakhir:
1. Melanjutkan kegiatan pembuatan petunjuk tentang pekerjaan bagi penyandang disabilitas
yang dirancang untuk tingkat manajemen dan departemen SDM sebuah perusahaan.
Kegiatan yang terus berlanjut ini berada di bawah pengawasan BWI terkait dengan
kegiatannya untuk mempromosikan persamaan hak bagi para pekerja penyandang
disabilitas di sektor garmen.
2. Karena besarnya perhatian yang diberikan oleh DPO serta organisasi lainnya mengenai topik
legislasi dan disabilitas, dan di dalam mendukung pembangunan kapasitas dan
pengetahuan DPO terkait legislasi, maka Proyek PROPEL akan:
a. Melakukan beberapa sesi / pelatihan mengenai permasalah legislasi disabilitas di
Jakarta dan beberapa provinsi lainnya – dengan memfokuskan diri pada legislasi
nasional dan standar internasional seperti misalnya UNCRPD dan Konvensi ILO
Rehabilitasi Kejuruan dan Pekerjaan bagi Penyandang Disabilitas (No. 159)
b. Menterjemahkan dua bahan bacaan berikut tentang pekerjaan yang layak dan
disabilitas untuk meningkatkan kesadaran serta pekerjaan advokasi bagi para
pemangku kepentingan:
1) Achieving Equal Employment Opportunities for People with Disabilities
through Legislation (http://www.ilo.org/global/publications/ilo-bookstore/order-
online/books/WCMS_091340/lang--en/index.htm),
2) The Right to Decent Work of Persons with Disabilities
(http://www.ilo.org/global/publications/ilo-bookstore/order-
23
online/books/WCMS_091349/lang--en/index.htm)
3. Selanjutnya, dengan melakukan kerjasama dengan beberapa lembaga media dan
jurnalisme, pelatihan bagi para perwakilan dari berbagai media; termasuk di dalamnya
untuk para editor, reporter, fotografer, dan pemangku kepentingan di bidang media yang
akan diselenggarakan pada tahun 2013.
24
25
Annex
Annex 1. Latar Belakang Proyek PROPEL-Indonesia dari ILO
Pekerjaan yang layak adalah tujuan utama ILO bagi semua orang, termasuk para penyandang disabilitas. ILO telah bekerja selama lebih dari 50 tahun untuk mendorong pengembangan keterampilan dan peluang kerja bagi penyandang disabilitas berdasarkan pada prinsip-prinsip peluang dan perlakuan yang setara serta pengarusutamaan kedalam rehabilitasi pendidikan kejuruan. Sejak tahun 2001, Program Kemitraan ILO-Irish Aid telah bekerja di beberapa negara Asia Tenggara dan Afrika Selatan guna mendorong pekerjaan yang layak dan kehidupan yang lebih baik bagi penyandang disabilitas melalui lingkungan kebijakan dan hukum yang mendukung, serta dengan menyediakan pelatihan pengembangan kewirausahaan dan akses atas layanan-layanan terkait, dengan penekanan khusus pada perempuan penyandang disabilitas. Program ini juga telah mendorong keikutsertaan penyandang disabilitas bersama dengan bukan penyandang disabilitas dalam program-program dan layanan-layanan terkait dengan promosi kerja serta pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam tahap ini, Program Kemitraan global (2012-13) Mendorong Hak-hak dan Peluang untuk Penyandang Disabilitas dalam Pekerjaan melalui Peraturan Perundang-undangan (PROPEL – Indonesia) akan mendukung Pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan utama lainnya guna menanggapi hambatan-hambatan bagi peluang kerja yang setara, serta mendorong pengikutsertaan dari penyandang disabilitas. Tujuan Jangka Panjang Terciptanya pekerjaan dan peluang kerja yang lebih baik bagi laki-laki dan perempuan penyandang disabilitas, melalui pembentukan kebijakan dan kerangka hukum yang mendukung, promosi peluang untuk mengembangkan keterampilan serta langkah-langkah untuk menghapuskan diskriminasi. Tujuan Jangka Menengah • Terciptanya lingkungan kebijakan dan hukum yang mendukung bagi pekerjaan dan peluang pelatihan yang lebih baik bagi para penyandang disabilitas • Peningkatan kesadaran dan kapasitas para konstituen guna menanggapi non-diskriminasi dan hambatan-hambatan terhadap peluang kerja yang setara bagi para penyandang disabilitas. Mitra Utama • Kementerian Sosial • Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi • Organisasi Pekerja dan Pengusaha • Organisasi Penyandang Disabilitas • Universitas • Media massa lokal
26
Annex 2. Latar Belakang DPO Window dari Bank Dunia
Pengenalan terhadap Program untuk Organisasi Kaum Disabilitas (DPOs Window) melalui Hibah
Program DPO memberikan kesempatan pada organisasi kaum disabilitas dan organisasi yang memfokuskan pada disabilitas untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mereka untuk mewujudkan aspirasi kesetaraan dan keadilan sosial bagi kaum yang paling terpinggirkan di Indonesia melalui dana hibah. Prinsip dan strategi utama dari program DPO adalah kaum penyandang disabilitas dan berbagai DPO yang memiliki kewajiban untuk menjadi warga negara yang aktif dalam mengangkat isu-isu berkaitan dengan kebutuhan dan kesejahteraan mereka. Program DPO mempunyai target untuk menyediakan sumber daya yang aksesibel dan dukungan teknis yang diperlukan bagi DPO dan kaum penyandang disabilitas membangun kapasitas organisasi mereka dan meningkatkan network dan membangun kapasitas bagi donor, NGO, dan institusi pemerintahan untuk penyaluran pelayanan yang efektif dan dialog mengenai perundang-undangan yang mempromosikan kehidupan inklusi bagi para penyandang disabilitas ke dalam jaringan masyarakat luas dan proyek pengembangan. Mempromosikan inklusi bagi penyandang disabilitas di seluruh program pengentasan kemiskinan di Indonesia mendapat sokongan setelah diratifikasinya Konvensi PBB mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas (UNCRPD) pada Oktober 2011. Namun, usaha untuk menciptakan lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan saat ini masih terpecah-pecah dan tidak efisien karena kurang berbagi informasi dan koordinasi. Objektif
Untuk memperkenalkan PNPM DPO Window dan tujuan-tujuannya kepada DPO tingkat nasional, organisasi yang memiliki fokus di disabilitas, dan organisasi lain yang bekerjasama dengan para penyandang disabilitas
Untuk memulai diskusi diantara peserta lokakarya mengenai bagaimana supaya aplikasi hibah bisa aksesibel dan berguna, aktifitas apa yang harus diprioritaskaan dan didanai berdasarkan pengalaman (keinginan dan kebutuhan) mereka, dan agenda inklusi disabilitas berdasarkan hak azazi manusia, kriteria seleksi, dan aktivitas membangun kapasitas yang dibutuhkan sebelum mendaftar untuk program hibah DPO Window
Hasil dan Target yang diinginkan 1. Peningkatan pengetahuan mengenai agenda DPO Window dan tujuannya serta prosedur
untuk mendaftar ke PNPM DPO Window untuk mendapatkan hibah 2. Kejelasan dan consensus dari tipe aktivitas untuk tujuan mendukung dan memprioritaskan 3. Masukan dari DPO dan penyandang disabilitas tentang materi dan sumber daya, aktivitas
pembangunan kapasitas dan dukungan spesifik yang mereka perlukan (untuk menambahkan ke dalam pembentukan sumber daya yang aksesibel)
27
Annex 3. Pertanyaan dan Komentar dari para Peserta Pertanyaan untuk PROPEL-Indonesia (Ms. Sara Park): 1. Apakah ILO telah melakukan mapping akan potensi yang ada dalam komunitas penyandang
disabilitas dan apakan hasilnya dapat digunakan untuk intervensi selanjutnya termasuk untuk undang-undangnya di masa yang akan datang? ([email protected]) ILO belum melakukan mapping akan hal ini – secara umum, akan ada tantangan untuk mengukur kemampuan seseorang, karena banyak dari mereka yang memiliki kemampuan dan selalu akan bisa mendapat kemampuan baru bila melalui proses pelatihan yang rutin. Dengan proyek PROPEL kami memulai dengan melihat kesempatan pelatihan apa saja yang ada secara umum untuk kaum penyandang disabilitas di beberapa propinsi. Namun, mapping secara spesifik akan kemampuan atau potensi yang ada belum pernah dilakukan –ILO mempromosikan kesempatan ketenagakerjaan yang setara, dan ini diperlukan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mendapat pendidikan dan pelatihan. Pada saat yang sama, kami perlu meningkatkan kepedulian para pengusaha akan pentingnya mempekerjakan penyandang disabilitas dan hal apa saja yang perusahaan dapat perbuat untuk mengelola dan mengakomodasi pekerja dengan disabilitas dengan lebih baik (misalnya dengan pelatihan kerja).
2. Peningkatan sumber daya manusia, termasuk jaminan untuk mendapatkan pelatihan yang sesuai untuk keterampilan ketenagakerjaan, telah menjadi hal yang penting karena rendahnya kapasitas sumber daya manusia di DPO. Apakah ini salah satu fokus ILO? ([email protected])
Pertanyaan ini tentu saja sesuatu hal yang ILO rasakan sangat penting. Kurangnya sumber daya manusia dan pembangunan kapasitas dan pelatihan akan staf merupakan hal yang penting dilakukan bagi pengembangan organisasi. Ini adalah satu kebutuhan yang sering muncul dalam diskusi kami dengan DPO yang berbeda, dan karena itu, kami telah memasukkan hal ini ke dalam rencana kerja dari proyek disabilitas di ILO. Namun, beberapa pelatihan juga akan diadakan dengan institusi pemerintahan, serikat pekerja, dan pengusaha. Dalam beberapa bulan ke depan kami akan meninjau dan mendiskusikan isi dari sesi pelatihan tersebut untuk 2013 dengan konsultasi bersama pemangku kepentingan.
3. Apa peran pemerintahan lokal dalam hubungannya dengan PROPEL? ([email protected])
Walaupun partner utama kami dalam fase ini (2012-13) adalah dengan pemerintahan tingkat pusat (juga dengan serikat pekerja dan APINDO), kami juga akan konsultasi dan melakukan pelatihan dengan partner kami di tingkat propinsi. Sayangnya, kami tidak dapat mencakup banyak propinsi dalam fase ini.
4. Bagaimana hubungannya antara program di Kementerian Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi dengan PROPEL? ([email protected])
28
Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi adalah partner utama kami dalam proyek ini, dengan tujuan untuk menjalin hubungan kerjasama dengan direktorat yang berbeda-beda untuk mengutamakan peningkatan kepedulian akan isu disabilitas dan ketenagakerjaan, dan juga mempresentasikan penemuan kami dari beberapa peninjauan dan aktivitas, dan juga mempromosikan undang-undang yang menyokong isi UNCRPD.
Pertanyaan untuk Jaka Santos: 1. Informasi tentang perusahaan / kesempatan mendapat pekerjaan bagi penyandang
disabilitas sangat penting, kemana kami bisa mendapat informasi tersebut secara langsung? ([email protected])
2. Bilic sebagai DPO local, ingin mendapat informasi mengenai berbagai kebijakan terkait kesetaraan kesempatan, khususnya pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Bagaimana kami bisa mendapat informasi tersebut? ([email protected])
3. Dengan melihat isi dari pasal 27 CRPD tentang pekerjaan maka difabel mempunyai
beberapa hak, diantaranya adanya informasi yang terbuka atas akses, modal pasar, tenaga kerja, alat dan bahan untuk usaha. Sejauh mana peran pemerintah terhadap informasi tersebut? ([email protected])
4. Apakah sudah ada review atas mekanisme atau SOP untuk ketenagakerjaan yang diterapkan
untuk pihak yang bekerja di work area? Kalau belum, ke depannya harus ada proses memastikan pemenuhan hak penyandang disabilitas di work area melalui mekanisme & SOP. ([email protected])
5. Adakah langkah kongkrit dari Kementerian Tenaga Kerja untuk mendorong pemenuhan
kuota 1% tenaga kerja bagi penyandang disabilitas? ([email protected]) 6. Apakah kebijakan berkait kelompok disable berlaku general di setiap perusahaan? Atau ada
kategori khusus, kebijakan ini berlaku untuk perusahaan yang bergerak di bidang tertentu saja? ([email protected])
7. Bagaimana upaya mendorong kebijakan ketenagakerjaan di daerah?
8. Apakah ada perlindungan khusus untuk tenaga kerja wanita penyandang cacat? Contohnya, peraturan agar wanita penyandang cacat tidak dikenakan shift malam. ([email protected])
9. Bagaimana mengajak pengusaha agar mempekerjakan disabilitas? ([email protected])
29
10. Harmonisasi UU sangat diperlukan setelah diratifikasinya UU no. 19/2011 tentang ratifikasi CRPD. Lalu apakah dalam analisis kebijakan yang bapak sedang lakukan juga menyertakan “state obligation” setelah diratifikasi UU no. 19/2011? ([email protected])
Komentar untuk ILO: Sudah ada beberapa program yang dilaksanakan berkaitan dengan penyandang disabilitas melalui pemerintah dan sector privat. Sekarang ini sudah ada beberapa penyandang disabilitas yang sudah memiliki potensi dan kapasitas. Namun, walaupun adanya potensi dan kapasitas tersebut, masih sulit bagi mereka untuk menembus lingkungan ketenagakerjaan. Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah dan pengusaha yang menyebabkan terhambatnya para penyandang disabilitas untuk dipekerjakan dan ini perlu dibenahi. (by M. Ismail, [email protected]) Komentar untuk Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi: Sudah seminggu kami melihat job fair (forum pekerjaan) bagi kaum disabilitas yang diselenggarakan di Solo oleh pemerintah. Setelah forum, ada beberapa laporan mengenai acara tersebut. Ternyata masih banyak perusahaan yang mampu mempekerjaan mereka yang memiliki disabilitas fisik, namun mereka dengan disabilitas pendengaran masih belum bisa (dipekerjakan) karena keterbatasan mereka dalam berkomunikasi. Untuk memperkeruh masalah, perusahaan yang dikelola oleh para penyandang disabilitas pun masih belum dapat menerima mereka yang memiliki disabilitas pendengaran. Yang perlu dilakukan adalah mempromosikan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi pendukung. (by M. Ismail, [email protected]) Komentar untuk Jaka Santos: 1. Persyaratan sehat jasmani & rohani dari Kementerian Kesehatan yang selalu menggagalkan
penyandang disabilitas. Usulkan untuk dicabut karena sudah tidak sesuai dengan UU Kesehatan no. 36 tahun 2009. ([email protected])
2. Masalah pengawasan perusahaan yang mempekerjakan / tidak mempekerjakan difabel, kewenangannya ada di pusat. Jadi Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pengawasan. Padahal, daerah mestinya lebih tahu peta perusahaan ini. Daerah seharusnya juga bisa mendorong perusahaan agar pekerjakan difabel. ([email protected])
3. Perusahaan sering beralasan bahwa difabel masih rendah pendidikannya sehingga tidak
dapat diserap perusahaan. Tapi, difabel yang berpendidikan master pun sulit dapatkan pekerjaan. Jadi, masalahnya adalah komitmen, awareness, dan kepedulian yang rendah. ([email protected])
4. Hampir setiap kebijakan yang menyangkut kedisabilitasan terkesan lambat sampai ke
publik. Pemerintah seperti kurang serius dengan tidak menjadikan suatu yang urgen. Isu-isu kedisabilitasan jarang terekspos dalam momen Pemilu. ([email protected])
30
5. Implementasi / sosialisasi yang kurang dari UU tersebut ke perusahaan-perusahaan, hingga perusahaan-perusahaan banyak yang tidak mengetahuinya. ([email protected])
6. Karena belum adanya standarisasi yang berpihak pada tenaga kerja penyandang disabilitas,
sehingga penerimaan tenaga kerja melalui agen sulit untuk bisa menerima tenaga kerja penyandang disabilitas. ([email protected])
31
Annex 4. Hasil Mapping
Ketenagakerjaan / Kewirausahaan
- Bagian 1
Organisasi Kegiatan Utama Alasan Target Lokasi Sumber Daya
Thisable Entreprise
-CSR approach -employment services -disability
-menjembatani komunikasi perusahaan dengan DPO dan komunitas penyandang disabilitas
-Menghubungkan program CSR perusahaan dengan isu disabilitas -menghubungkan tenaga kerja penyandang disabilitas di perusahaan sesuai dengan kompetensi dan skill
JABODETABEK Fasilitas: Kantor: Service fee Sumber dana: Service fee SDM: 5 org Skill berbeda
Pusat rehabilitasi YAKKUM
-Kursus ketrampilan - penyaluran tenaga kerja - wirausaha
-rencana strategi lembaga (5 th).
Orang tua penyandang disabilitas Penyandang disabilitas
Provinsi Yogya -Tenaga Ahli (Instruktur ketrampilan) -Donatur program -perusahaan penerima tenaga kerja -Alat alat training -tempat training
LPTKP -penyaluran -pelatihan ketrampilan -pendampingan wira usaha
Banyak tenaga kerja penyandang disabilitas: -berpendidikan rendah - sudah berumur dan tidak bisa ke formal
PD hidup mandiri JABODETABEK -CSR BUMN -Donatur perorangan -Instruktur AMT -Instruktur sulam pita -Instruktur sulam benang -Instruktur accessories -Instruktur kompos -Instruktur sablon -instruktur design baju
GERKATIN Akan: Tanpa ketrampilan Mau punya usaha sendiri Jakarta -Ijazah SMA SLB
32
-pelatihan LPTKP -pelatihan otomotif biasa -pelatihan komputer
tuna rungu susah cari kerja
-ketrampilan otomotif -komputer
BILIC -Konseling -Advokasi -Wirausaha jual sembako dll. Untuk anggota dan umum
Untuk membangun motivasi diri penyandang disabled sebagai dasar kemandirian penyandang disabilitas
Penyandang disabilitas Bandung Raya -Konselor / supporter disabilitas -Handicap International
CIQAL -Vocational training -Magang
penyandang disabilitas belum bisa bekerja sesuai kebutuhan perusahaan
penyandang disabilitas menjadi karyawan sesuai kebutuhan pasar tenaga kerja
Yogyakarta -Perguruan tinggi sebagai tenaga ahli -BUMN - Donatur perorangan/asing
DPD Pertuni sulsel
-Wirausaha: -simpan pinjam -panti pijat -peralatan untuk tuna netra
Untuk memandirikan anggota organisasi dengan simpan pinjam
-Mensejahterakan anggota melalui simpan pinjam -Memberikan lapangan kerja terkait dengan usaha panti pijat -Masyarakat sulsel mengetahui eksistensi penyandang disabilitas
Sulsel: Kab. Kota Makassar Kab. Sinjai Kab. Goa Kab Enrekang Kab Barru
Sumber Dana: Mengembangkan dana UNDP -hasil simpan pinjam SDM: 2 orang KANTOR: hak pakai
YAKKUM BALI
-Kursus singkat menuju kerja -Kewirausahaan - magang kerja
Banyak penyandang disabilitas tidak diterima bekerja di sektor formal -Banyak penyandang disabilitas yang tidak mengerti peluang usaha
- penyandang disabilitas mendapat pekekerjaan di sektor formal - penyandang disabilitas mempunya usaha sendiri
-Bali -Lombok -Indonesia timur -tempat pelatihan di bali
Dana: ALF Infrastruktur: -Yakkum Bali -Profesional volunteer Fasilitas: -Yakkum Bali
- Bagian 2
33
Kegiatan Utama Organisasi Status Alasan
Penyaluran tenaga kerja - This Entreprise dalam proses, belum bisa dievaluasi Perusahaan butuh diyakinkan
- Pusat Rehab. Yakkum
40% dari jumlah peserta dapat disalurkan tenaga kerjanya
Jumlah kebutuhan tenaga kerja terbatas
- CIQAL 25% Kemampuan skill belum layak pasar tenaga kerja
-Yakkum Bali 50% mendapat pekerjaan di sector formal
Penyandang disabilitas mendapat pekerjaan jauh dari tempat tinggalnya
-LPTKP 50% Perusahaan menetapkan standard pendidikan dan batas usia
Kursus Keterampilan -Pusat Rehab Yakkum 90% PD mampu menguasai keterampilan dan menerapkan dalam pekerjaan formal dan informal
-LPTKP 70%, belum bisa dievaluasi Bisa bekerja di sector informal
-Gerkatin dalam proses, belum bisa dievaluasi
-CIQAL 60% Etos kerja penyandang disabilitas rendah
-Yakkum Bali 50% Walaupun sudah menguasai keterampilan, penyandang disabilitas kekurangan modal usaha dan akses pasar dan penghasilannya tidak bisa menghidupi keluarganya
Wirausaha -LPTKP
60% Kurang modal
-Pusat Rehab Yakkum 80% Pasar terbatas dan kurang networking
-DPD Pertuni Sulawesi Selatan
50% Manajemen keuangan usaha kurang baik
-Yakkum Bali 75% Punya usaha dan akses modal
-BILiC - -
Konseling -BILiC - -
34
CSR approach Thisable Entreprise - -
Penelitian
Organisasi Kegiatan Utama Prioritas Target Lokasi Sumber Daya
Berjalan / tidak berjalan
Tantangan
DIFFA 1) on print: -Online magazine -Print magazine 2)off line: -Workshop -Social movement, etc.
1)Membangun persepsi, menjadi jembatan antara non-disabilitas dan disabilitas serta mendukung inklusif 2)Agar dapat membangun persepsi lebih efektif dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat
Masyarakat umum, stakeholder dan disabilitas
Seluruh Indonesia
1)Ford Foundation, Komitmen anggota, Dana mandiri 2)Tiffa Foundation, Mandiri, Komitmen anggota
Berjalan baik Pendanaan isu disabilitas tidak ‘seksi’ untuk masyarakat membuat pendanaan kurang lancar
IDPP 1)Grant proyek penelitian disabilitas dan kebijakan publik -Adanya perbaikan kebijakan public 2) penelitian kolaborasi pendidikan tinggi yg inklusif -Panduan pendidikan tinggi
Karena kebutuhan perbaikan policy sdh mendesak (ratifikasi CRPD)
1)Universitas mitra dan DPO ASEAN -Media -Pemerintah 2)Lembaga Pemerintah, DPOs
2)ASEAN
-University network -American university -Nippon foundation 2)Univ. Partner yang memulai pend. Tinggi inclusive (UIN, UGM,
Legalitas IDPP ASEAN kurang kuat -Membangun partnership yang kuat dengan mitra -kapasitas peneliti untuk topik disabilitas kurang
35
yang inklusif (best practice) 3)Penelitian mengenai ‘unpaid care work’ di Indonesia -Pengurangan penduduk miskin
3)Permintaan lembaga dana internasional -rencana strategis
3) Pemerintah -NGO/CSO -Universitas
3) Indonesia
UI, Univ ASEAN) 3)Lembaga dana internasional
Kementerian Sosial
Pelayanan dan rehabilitasi orang dengan kecacatan
Sesuai dengan renstra dan RPJMN
Para penyandang ODK seluruh Indonesia
Seluruh Indonesia
-APBN -Lembaga dana
Secara program dan kegiatan berhasil -secara outcome masih ada hambatan karena dibatasi dana
CBM Mengembangkan model dan metodologi untuk merubah sikap
Perubahan sikap sangat penting
Wanita dan anak-anak penyandang disabilitas
Solo, Jawa Tengah + daerah sekitarnya
CBM
KSPSI Perlindungan, pembelaan pendidikan dan peningkatan kesejahteraan Pekerja dan keluarganya
Peningkatan kesejahteraan pekerja Semua masih segalanya minimum
Pekerja formal dan informal
Indonesia -Dari anggota KSPSI itu sendiri -Mitra
Belum berjalan sesuai yang diharapkan
-Membangun persepsi yang sama terhadap pekerja disabilitas -Keberpihakan pengusaha terhadap pekerja disabilitas masih kurang -Adanya diskriminasi
SMERU Belum berhasil
36
karena baru mulai
WHO -Policy development -Capacity building -Research
-Meningkatkan informasi untuk penggunaan lebih baik
-Pemerintah pusat -pemerintah lokal -DPO/NGO
Seluruh Indonesia
Regular Budget Donor (Ifany)
Policy development kurang berhasil karena data yang tidak konsisten
Belum ada kesamaan persepsi (forum DPO) apakah melalui PPCI atau langsung ke NGO/DPO -Advokasi pengarus utamaan disabilitas ke pemda masih kurang
BPS Pendataan disabilitas
Mencapai visi pelopor data statistic terpercaya untuk semua khususnya data disabilitas
Seluruh penduduk Indonesia
Seluruh Indonesia
APBN Berhasil Dengan catatan : pada implementasi lapangan masih ada kendala pihak masyarakat/ keluarga responden yang masih menutupi disabilitas Dan ada beberapa petugas yang sungkan untuk menanyakan disabilitas
KEMENKES Pemberantasan Peny. Kusta
Disabilitas Masih >10%
Puskesmas Seluruh Indonesia
-APBN -Donor
Sudah berjalan hanya belum mencapai target (25%)
Penemuan penderita masih ada yang terlambat. -Stigma masyarakat masih tinggi
Pendidikan
Organisasi Prioritas Why Target Lokasi Sumber daya
Sehjira Foundation
-Advokasi, awareness, sosialisasi siswa, SLB – B dan guru Se-Indonesia - Sosialisasi kemandirian dan partisipasi siswa
-Karena kami tergerak rasa prihatin atas perkembangan pribadi siswa-i SLB-B yang selama ini masih kurang diarahkan selama pendidikan sekolah karena kurangnya informasi dan wawasan
-Anak2 Siswa-i SLB-B -guru2 SLB-B -siswa sekolah dari SD, SMP dan SMA - Siswa-i SLB-B
-Sumatra (Aceh, Batam) -Kalimantan (Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan,
-Lembaga peduli diknas PK-LK -DRF -AUSAID -Sumber daya manusia:
37
dalam menumbuhkan konsep diri positif pada remaja tuna rungu - Membuat program bahasa isyarat ke sekolah lain yang bukan SLB-B sebagai kurikulum extrakurikuler Agar dapat menjadi bahasa budaya yang harus dilestarikan.
yang diberikan. -Banyak siswa-i SLB-B tunarungu berpendidikan rendah sehingga sulit menda pat pekerjaan. -Banyak guru2 SLB-B kurang komprehensif, jadi cara menyampaikan ke siswa-i kurang efektif
se- Indonesia -Orang tua murid -Guru sekolah -Masyarakat non disabilitas
Samarinda) -SLB-B se propinsi Indonesia -Daerah Jabotabek: -sekolah inklusi yang bukan SLB-B
Motivator/tokoh sukses, tim Sehjira, tim GERKATIN
PERTUNI SULSEL
-Ayo sekolah! Karena masih banyak tuna netra yang belum sekolah di Sulawesi Selatan -Memaksimalkan pendidikan inklusi
-Semakin banyak tuna netra yang menempuh pendidikan formal -Semakin banyak tuna netra yang menempuh pendidikan tinggi
-Tunanetra yang berusia sekolah di bawah 20 tahun -Tunanetra yang sudah menyelesaikan pendidikan SLB (SMA ke atas)
Provinsi Sulawesi Selatan
-(SDM) Pengurus Pertuni dan para relawan (sumber dana) Pemerintah daerah sulawesi selatan -(SDM) pengurus pertuni dan relawan (sumber dana) pertuni
Yayasan senang hati Tampaksiring Bali
Program pendidikan bahasa Inggris
-Agar penyandang cacat biar lebih maju -Bikin kerajinan dan belajar melukis
Pemerintah Bali Donator
ASB -Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus : kerangka kerja dinas pendidikan untuk pendidikan inklusif -Pendidikan kesiapan menghadapi bencana untuk anak berkebutuhan
-Pendidikan inklusif untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Yogyakarta -Pendidikan kesiapan untuk menghadapi bencana= Building resilience/membangun
Target pendidikan inklusif: -dinas pendidikan di provinsi kabupaten kota di Yogyakarta -semua sekolah inklusif di yogya (kepala sekolah,
Yogya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara
-Dana: European union, DIPECHO, German ministry of foreign affairs, ASB staff -Sumber daya: Kader dan guru2 di sekolah, nara sumber
38
khusus di sekolah dan di luar sekolah
ketahanan anak berkebutuhan khusus di SLB, sekolah inklusif dan di luar sekolah (tidak sekolah)
guru dan pengawas) Target pendidikan bencana: -Semua sekolah (SLB+inklusif) di Yogya -semua sekolah SLB di kab. Klaten, kab. Ciamis -Anak tidak sekolah di 5 kabupaten di yogya, klaten, Ciamis dan Nias
nasional dan lokal
UNESCO Implementasi dari konvensi, civic education, partisipasi Meninjau hokum yang berhubungan dengan akses ke pendidikan bagi penyandang disabilitas, memberikan rekomendasi akan good practices
Untuk meningkatkan akses ke pendidikan
DPO di tingkat nasional
Indonesia UNESCO personel, peneliti di universitas, Funding dari UNESCO
Komnas HAM Para penyandang disabilitas dpt mengetahui hak-hak mereka. Sosialisasi peraturan tentang konvensi hak penyandang disabilitas.
1)Minimnya kepedulian Negara dalam perlindundan hak asasi penyandang disabilitas 2)Tersosialisasinya peraturan perundang-undangan nasional dan konvensi hak penyandang disabilitas 3)Tersampaikannya tentang dampak ratifikasi konvensi hak penyandang disabilitas terhadap penigkatan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas di
Penyandang disabilitas, Pemerintah, Tuna Netra
Bandung Ikatan tuna netra muslim Indonesia, Komnas HAM, Para penyandang disabilitas, Jurnalis, APBN
39
Indonesia
Mitra Netra 1)Menyediakan layanan pendukung pendidikan inklusif yang komprehensif pada siswa tuna netra Outcome: Tunanetra belajar dengan mandiri Tunanetra menikmati pendidikan berkualitas 2) Menyediakan layanan akses ke infromasi termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi Outcome: Tuna netra mengakses informasi secara mandiri
1)Tuna netra memerlukan layanan dan fasilitas khusus agar dapat belajar secara mandiri 2) Tuna netra belum mendapatkan akses ke informasi termasuk informasi yang memanfaatkan teknologi
1) Tuna netra yang sedang menempuh pendidikan inklusif di SP-PT 2) Tuna netra
1)JABODETABEK 2) Seluruh Indonesia
Fasilitas: Yay. Mitra Netra Organisasi Mitra Donator Pemerintah Pusat Sumber Dana: Donatur individu Lembaga Donor local/international Permerintah Pusat dan Daerah Sumber Daya: Manusia: Yay. Mitranetra Sukarelawan Tenaga ahli PT Fasilitas : Yayasan mitra netra Donatur Korporasi nasional internasional Pemda DKI
GERKATIN SOLO
1)Bahasa isyarat untuk semua
1)Kesenjangan interaksi terbesar tuna rungu adalah komunikasi (keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan, pemerintah, perusahaan belum mau belajar bahasa isyarat) - Perusahaan belum berani merekrut tuna rungu bekerja - Sekolah SLB dan umum belum mau juga
1)Keluarga, masyarakat, pemerintah (pelayan publik), lembaga pendidikan (SLB dan sekolah umum)
1)Surakarta, Sekitarnya (Solo – raya)
Komunitas tuna rungu Relawan Modul, kelas, dana swadaya (Kas GERKATIN)
40
2)Pengembangan potensi tuna rungu (Deaf-able)
2)- Banyak tuna rungu lebih suka hidup berkumpul: eksklusif, -belum berani interaksi dengan masyarakat -belum tahu tujuan hidup tuna rungu
2)Komunitas tuna rungu dan masyarakat
2) Solo-Raya
2) Masih cari sponsor (Swadaya)
Gender
Organisasi Kegiatan utama dan perubahan yang ingin dicapai
Mengapa menjadi prioritas?
Target sasaran Lokasi kegiatan
Dari mana sumber daya diperoleh?
BILiC 1) Sosialisasi UN CRPD 2) Sosialisasi dan edukasi hak gender perempuan disabilitas, kespro 3) Mencegah terjadi nya pelecehan seksual kepada perempuan dengan disabilitas 4) Self appriciate penyandang disabilitas
Rencana strategis organisasi
Penyandang disabilitas, keluarga dan masyarat pemerintah lokal
Bandung 1)Swadaya BILic fasilitas dari kelurahan dan kecamatan dampinaan 2)Fasilitas dari SLB di Kota Bandung dan SMA berupa kesempatan 3) kesempatan dari puskesmas di Kel. Dampingan
1) Persamaan kegiatan sosialisasi CRPD atara BILiC dan HWDI yang membedakan adalah area targetnya
2) Persamaan kegiatan pendidikan gender dan pendampingan antara BILiC dan SAPDA yang membedakan adalah target. SAPDA hanya perempuan difabel
3) BILiC dan HWDI memiliki sumber daya yang berbasis swadaya. HWDI swadaya untuk kegiatan UU perlindungan
4) Ciri khas masing masing DPO; - BILiC: kekuatannya lebih ke
sosialisasi dan jejaring local, ke sekolah, pemerintahan local kecematan dan keluarhan
SAPDA 1) Pendidikan dan pendampingan 2) Perempuan difabel ada pendiaman tentang gender dan disabilitas 3) Membantu perempuan difabel mengatasi.
Kondisi kerentanan perempuan difabel
Perempuan difabel
Yogyakarta, Jawa Tengah
Mama cash (NGO dari luar belanda)
41
Ketidakadilan gender di masyarakat
- HWDI: kekuarlannya lebih ke sosialisasi dan jejaring nasional dan advokasi
- SAPDA: kekuatannya lebih ke pendampingan dan jejaring di pemerintahan tingkat kabupaten
HWDI 1) Sosialisasi CRPD dan audensi pemerintah daerah 2) Penyusunan draft UU perlindungan perpenca 3) Meningkatkan percaya diri perpendi dan kemampuan dlm mengadvokasi serta meningkatkan kepedulian pemda thd perpendi 4) Terbentuknya UU perlimdunyaan perpendi 5) Wanita disabilitas aktif dlm memperjuangkan hak-haknya
Rencana Strategis 1) Penyandang disabilitias perempuan 2) Masyarakat umum 3) Pemerintah pusat dan daerah
Pembangunan Kapasitas
Organisasi Prioritas / Hasil Mengapa? Target Lokasi (Tersedia/ Dibutuhkan) Sumber Daya
Pertuni Sumatera Utara
- Meningkatkan kemampuan tuna netra
- Pelatihan untuk system braille Barat dan Arab
- Kemampuan memasak (wirausaha)
Akses informasi Braille akan menuju kesempatan yang lebih baik
~ 800 anggota tuna netra Pertuni di Sumatera Utara dan sekitarnya
Medan dan Deli Serdang
- 3 staf - Alokasi APBD
terpencar (funding dari pemerintah lokal)
- Letak lokasi kantor di dalam kantor kementerian sosial
- Kontribusi donor individu
- Network dengan
42
pemerintah
Gerkatin Pusat - Rakernas - Pelatihan untuk
Bahasa Syarat Indonesia (BISINDO)
- Membangun kapasitas untuk cabang Gerkatin (belum dikembangkan)
- BISINDO sebagai bahasa umum bagi kaum tuna rungu
- Akses bagi tuna rungu - Inklusi kaum tuna rungu
dalam masyarakat - Tidak ada program
strategi / perencanaan (Gerkatin Pusat seperti klub daripada sebuah organisasi)
- Kapasitas tuna rungu lemah dalam mengadvokasi kebutuhan mereka
29 cabang Gerkatin, Member lokal, Masyarakat umum
Jakarta dan Bali - Dana dari pemerintah Jakarta
- Dana dari pemerintah lokal
- Biaya keanggotaan
Persani NTT Peer-konseling, pelatihan kursus komputer
Meningkatkan kepedulian dalam komunitas penyandang disabilitas dengan rasa percaya diri rendah
Member NTT (Kupang dan Belu)
4 staf Handicap International
SEHATI CBR, RBM Meningkatkan peran DPO untuk mengadvokasi penyusunan Perda dan inklusi disabilitas, Meningkatkan peran penyandang disabilitas, keluarga mereka, masyarakat, dan pemerintahan lokal
penyandang disabilitas, keluarga, masyarakat dan pemerintah
Sukoharjo Karina Kas, APBD, Handicap International, SAPDA, Volunter (Posyandu, KT DPO, Puskesmas, RSUD, SKPD)
Indonesia Untuk Kemanusiaan
Membangun kapasitas CSO, meningkatkan dana Hasil: CSO yang stabil
Stabilitas CSO merupakan permasalahan utama yang dihadapi semua organisasi di Indonesia termasuk
CSO, DPO
Nasional PNPM Peduli GFW CSR Masyarakat
43
DPO
Handicap International
Partisipasi penyandang disabilitas di setiap tingkat pengembangan, Mempromosikan hak-hak penyandang disabilitas, Mainstream isu disabilitas di setiap sector, pendidikan inklusif, pembangunan kapasitas DPO
Sesuai dengan visi dan misi HI, Merealisasikan kehidupan bermasyarakat yang inklusif
DPO, penyandang disabilitas, masyarakat umum, pemerintah
Aceh, Jawa, NTT, NTB
DIPECHO Irish Aid MA Lux, dll
Aliansi DPO Bantul Yogyakarta
Kemandirian dalam komunitas
Supaya kami dapat mengungkapkan pendapat bersama komunitas, untuk mengembangkan komunitas
penyandang disabilitas dan komunitas
Bantul, Yogyakarta Swadaya DPO Yakkum Pemerintah lokal dan kantor kementerian sosial
BILIC Program Peer-to-peer (peer konseling) Membina perubahan sikap terhadap penyandang disabilitas dalam komunitas di 2 kelurahan
Memupuk kemandirian diantara penyandang disabilitas dengan menggunakan peer/rekan sebagai model, Mengadakan sensitivity training bagi lingkungan dan masyarakat umum
- penyandang disabilitas yang disingkirkan dalam rumah tangga - Keluarga penyandang disabilitas - RT/RW/PKK - Karang Taruna - Posyandu - Kecamatan dan kelurahan - PNPM Rural
Jawa Barat (Bandung, Cimahi, Bandung Barat)
Handicap International Donor Individu
Yayasan Insan Sembada (YIS) Solo
Pengelolaan NGO Pengelolaan Program,
Penting untuk mengelola organisasi untuk tumbuh dan menjadi stabil
DPO Solo, Jawa Tengah, Lokasi lain
Biaya / donor keanggotaan DPO, Dana internal
44
Pengembangan komunitas
Supaya memiliki akuntabilitas (terhadap pihak pemerintahan dan masyarakat)
Akses menuju Keadilan
Organisasi Prioritas/ Hasil Mengapa? Target Lokasi (Tersedia/ Diperlukan) Sumber
daya
SAPDA Legal konseling (korban kekerasan, diskriminasi, fokus gender) Kit Advokasi, Hukum Diskriminasi (contoh: undang-undang pernikahan)
Banyak korban tidak menerima pelayanan Praktek legal yang diskriminatif
Pemerintah local Wanita dengan disabilitas Penyandang disabilitas System persidangan (hakim, polisi, pengacara)
Yogyakarta Jawa Tengah
Mama Cash (dari Belanda) Staf terlatih (dalam advokasi dan konseling) Network DPO
PPCI Kalimantan Timur
Hukum local disabilitas (PERDA Propinsi) atas perlindungan dan hak-hak, Advokasi dan sosialisasi
Peraturan local masuk dalam framework desentralisasi, pemerintah lokal menerima sesuai dengan momentum Advokasi perlu untuk memastikan bahwa regulasi lokal sedang diimplementasi (bukan hanya di atas kertas)
DPRD Kantor kementerian social di tingkat propinsi BPPA UnMul Kaukus Wanita Politik Indonesia A’isyah
Kalimantan Timur (Samarinda)
APBD administrator PPCI
SIGAB - mengadvokasi hokum yang aksesibel bagi penyandang disabilitas - membuat dan menjalankan
- isu disabilitas dan hak-hak masih belum dipahami - perlindungan hokum lemah
DPO LBH Pengacara Sistem peradilan
Indonesia AIPJ/ AusAID Staf DPO LBH Komnas HAM dan Komnas Perempuan
45
informasi online mengenai hokum dan disabilitas
PPUA - Konsorsium Nasional - sosialisasi UN CRPD - advokasi pemilihan umum - Regulasi
Mandat keanggotaan—ingin menggunakan hak pilih Diskriminasi oleh regulasi
DPR, DPRD, KPU/D Bawaslu, Panwaslu Pemilih
Nasional + 33 Propinsi DRF IFES/ USAID Manajemen/ DPO dan komite DPD
DPP PPCI Menyetarakan legislasi nasional dengan UN CPRD, Kampanye untuk mengubah legislasi nasional No 41 tahun 1997
Menindaklanjuti ratifikasi UNCRPD
DPRD (untuk regulasi lokal), DPR RI, Kemensos, Kemenkokesra, Kemenlu, Kementerian HAM, Komnas HAM, HWDI, cabang PPCI, LAPCI
Nasional + 33 Propinsi DRF Administrator
AIPJ Mainstream disabilitas, Program khusus untuk disabilitas
Peraturan AusAID Disabilitas sebagai isu dalam berbagai aspek Aksesibilitas peradilan kurang bagi penyandang disabilitas
Individu peradilan sosial
penyandang disabilitas
institusi bagi wanita miskin
Formal dan informal (hakim, prosekutor, DPO, LBH, polisi)
Indonesia AusAID
Handicap International
Kesempatan setara, pendidikan, kesehatan, sosialisasi CRPD, kerjasama dengan DPO
Mandat Utama DPO Pemerintahan lokal Penyedia pelayanan / Organisasi
Yogyakarta, Aceh, NTB, NTT
EU Irish Aid Luxembourg GIZ Lembaga pribadi
Asia Foundation
Reformasi birokrasi, bantuan hukum, anti-
Justice system Court system
Nasional dan hampir seluruh propinsi
USAID Nederland
46
korupsi, HAM, hukum Islam, kehidupan bermasyarakat, DPR
Cops Civil society Organization/ national commissions
AusAID Norway
Annex 5. Hasil Evaluasi EVALUASI – Hari 1 (48 lembar)
Total
Saya bekerja untuk:
24
Organisasi Kaum Disabilitas
5
Organisasi Non-profit
7
Pemerintah
3
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) atau Konfederasi serikat pekerja Indonesia
47
3 1 lembaga penelitian
Lain-lain (institusi, universitas, organisasi internasional)
1 IPB-CARE
1 Social Enterprise
1
No answer
4 3 DPO + NGO Double answer
1 DPO + lain2
1 1 DPO + NGO + lain2 (uni) Triple answer
Sesi I DPOs Window
1. Jelaskan 3 (hal) yang anda pelajari dari sesi ini
17 Pemetaan prioritas kebutuhan / informasi mengenai kondisi DPO & non-DPO
12 Program DPO window
11 Kriteria EO
11 Capacity building development
9 Networking
9 Pencarian sumber dana - funding opportunities & grant program
5 Perhatian terhadap kondisi penyandang disabilitas / DPO
4 access to employment / rights to work
4 Sudut pandang non-DPO terhadap kerja bersama DPO (persepsi terhadap disabilitas)
2 kerjasama antara DPO dan non-DPO
1 Pelibatan DPO secara penuh dalam program yang diperuntukkan DPO
1 susah akses untuk penyandang disabilitas
1 Kurang sosialisasi tentang disabilitas
1 information sharing
1 program WB di Indonesia
1 posisi DPO window dalam program PNPM-Mandiri
2. Jika ada hal yang tidak jelas dari lokakarya ini, harap sebutkan agar kami
bisa melakukan lebih baik dikemudian hari
11
Penjelasan proyek DPO Window secara keseluruhan (bagaimana WB memulai DPO window, kegiatan yang dapat didanai, pengajuan proposal, tahapan, mekanisme berikutnya etc)
2 Tujuan dan expected outcomes dari lokakarya (not clear enough)
2 Note / hasil presentasi ke dalam bentuk hard copy untuk dibagikan ke peserta
2
kriteria DPO yang ditetapkan oleh DPO window yang bekerja mendampingi untuk komunitas atau komunitas itu sendiri (DPO local)
2 materi yang dapat dipelajari ulang - ada print-out
2 fokus dan pencapaian dari kegiatan tidak sesuai dengan judul acara yang dikirim ke peserta
1 Sketsa lokakarya pemetaan kegiatan disabilitas dalam versi Bahasa Indonesia
1 Penyediaan materi lokakarya dalam bentuk braille
1 alat translator tidak aksesibel sehingga banyak materi tidak bisa dipahami dengan baik
1 Pembedaan mengenai DPO grassroot dengan DPO-NGO
1 Sikap dan komitmen pemerintah terhadap program DPO window
1 definisi dari persepsi tentang disabilitas
1 data disabilitas yang baik serta contoh / implementasinya
1 survey dan training
1 instruksi dan deskripsi fasilitator sering membingungkan (untuk tuna netra)
1 volunteer kurang untuk jumlah peserta yang besar ini
1 apakah diskusi ini bisa dishare ke peserta melalui e-mail?
Sesi II Presentasi and Diskusi PROPEL-Indonesia (ILO)
3. Sebutkan 3 (tiga) hal yang anda pelajari dari presentasi dan diskusi tentang
isu dan akses pekerjaan untuk kaum disabilitas
19
pengetahuan mengenai legislasi / undang-undang mengenai ketenagakerjaan (perubahan kebijakan, perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan dan disabilitas, pengkajian hukum dan legislasi, perbedaan antara kebijakan dan kenyataan di lapangan dll)
18 Kurang data valid / layak tentang penyandang disabilitas / tenaga kerja disabilitas - kerjasama dengan BPS atau cara lain
48
14 Better Work Indonesia (pengetahuan tentang mata rantai produksi, sosial audit dari pihak pembeli internasional)
12 menerapkan kebijakan ILO yang strategis / ada perhatian dari ILO / upaya dari ILO
10 PROPEL-Indonesia
10
Pentingnya advokasi dalam meningkatkan kesadaran dan mempromosikan hak-hak penyandang disabilitas di kalangan pembeli internasional dll
9 hasil penelitian atas pelatihan kerja untuk penyandang disabilitas di NTT dan DIY
8
Membangun kapasitas, meningkatkan kesadaran, dan memberikan dukungan untuk membantu penyandang disabilitas dalam mendapatkan skill
8 Quota 1% yang belum dapat diimplementasi
6 Kelemahan / kurangnya pengetahuan pabrik / perusahaan dalam menyerap penyandang disabilitas sebagai pekerja
6 meniadakan diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan
3 hak-hak penyandang disabilitas yang masih terabaikan
3 legal advocacy untuk pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas
2 Terlalu cepat / singkat
2 Konvensi ILO 159
2 kebijakan Kemenaker / pemerintah tentang tenaga kerja disabilitas
2 kurangnya perhatian pemerintah terhadap disabilitas
1 Kurang implementasi di lapangan
1 proses penyaluran tenaga kerja disabilitas - koordinasi dengan pengusaha dan DPO
1 perspektif perusahaan terhadap tenaga kerja disabilitas
1 nara sumber belum melibatkan partisipasi penuh penyandang disabilitas dari segi regulasi dan UU tentang lapangan pekerjaan
1 cara membentuk kerjasama untuk membuat program menyalurkan tenaga kerja bagi penyandang disabilitas
1 informasi network ke pekerjaan penyandang disabilitas
1 pengarusutamaan penyandang disabilitas
1 penempatan pekerja kaum disabilitas disesuaikan pendidikannya
4. Bagaimana anda akan menggunakan informasi tentang isu dan akses
pekerjaan untuk kaum disabilitas?
16 Menyebarluaskan / sosialisasi (lewat SMS, internet etc) informasi kepada komunitas penyandang disabilitas / network
8
Menjadi DPO yang lebih proaktif terhadap instansi-instansi terkait terhadap permasalahan disabilitas dan ketenagakerjaan (advokasi bahwa penyandang disabilitas punya hak bekerja secara layak)
7 sebagai bahan pengetahuan / penelitian (for situation analysis + mapping or research survey)
5 Meningkatkan kualitas data di organisasi / pemerintah daerah - membuat bank data dan pusat informasi
4 menggunakan informasi aspek legalitas untuk kepentingan kaum disabilitas - mencari tahu peraturan ketenagakerjaan
3 Meningkatkan kualitas dan kapasitas penyandang disabilitas dalam hal ketenagakerjaan
3 Menyusun rencana organisasi / program dan kegiatan yang ada pada pemerintah
2 Sebagai motivasi dalam meningkatkan skill disable / etos kerja penyandang disabilitas
1 Menerapkan program Better Work Indonesia di daerah tanpa menunggu hasil pilot project
1 Tidak tahu apakah acara ini dapat membantu organisasi
1 Mendorong lebih banyak perusahaan lokal untuk bergabung dengan Better Work Indonesia
1 memberikan pelatihan secara khusus tentang soft dan hard skills bagi penyandang disabilitas
1 Mengimplementasi / realisasi UU walaupun diskriminasi masih kental
1 koordinasi dengan BPS dan Kemenakertrans
1 memberikan ruang untuk informasi bagi kaum disabilitas untuk dapat bekerja di suatu perusahaan
Feedback Tambahan
2 Ruang yang lebih longgar
2 lebih banyak waktu di sesi tanya jawab
1 Sedia media penyalur informasi & tenaga kerja
1 alat tulis menulis kurang
49
1 Screen layar kurang dapat dilihat
1 Tidak ada nara sumber yang menjadi pembicara dalam sesi ILO
EVALUASI – Hari 2 (48 lembar)
Total
Saya bekerja untuk:
28
Organisasi Kaum Disabilitas
5
Organisasi Non-profit
5
Pemerintah
3
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) atau Konfederasi serikat pekerja Indonesia
2 1 institusi pendidikan
Lain-lain (institusi, universitas, organisasi internasional)
1 Social Enterprise
4 3 DPO + NGO Double answer
1 DPO + lain (UN WHO)
1 1 DPO + NGO + pemerintah Triple answer
1. 1. Dari lokakarya yang berlanjut selama dua hari ini, informasi mana yang
sangat berguna bagi bidang anda?
31 DPO Window, PROPEL, informasi kegiatan DPO melalui mapping
8
informasi (tentang akses pekerjaan bagi penyandang disabilitas, masalah kesempatan kerja dan kebijakan dari pemerintah etc) information sharing
5 pembelajaran akses ke sumber daya / dana / pengembangan organisasi difabel
4 networking and information sharing
2 informasi persamaan persepsi terhadap disabilitas
2 tindak lanjut dari BPS / dinas kependudukan perlu segera dilaksanakan agar program untuk pendataan bisa berjalan lebih baik
1 tim kreatif
1 mempromosikan pekerjaan yang layak bagi difabel
1 Informasi Better Work Indonesia cukup bermanfaat
1 tentang adanya kuota 1%
1 kerja kelompok yang membahas 6 butir tugas kelompok
1 pengarusutamaan penyandang disabilitas dan pembangunan
2. Bagaimana anda akan menindaklanjuti hasil diskusi dan pembelajaran dari
lokakarya ini?
20
mengembangkan jaringan (untuk promosi access to justice dan kegiatan pemberdayaan dan menjalankan program tentang inklusifitas difabel) dengan memperkenalkan lembaga lain dengan mengundang mereka untuk datang melihat kegiatan di lembaga - establish contacts, follow up discussions, more understanding of different programs
11
mengevaluasi kegiatan selanjutnya secara internal supaya bisa tune-in dengan program WB dan ILO - capacity building - perencanaan program ke depan
9 mensosialisasikan pembelajaran kepada semua teman di organisasi / badan / komunitas saya
2 menambah pengetahuan / bahan masukan untuk kegiatan penelitian-hasil untuk menetapkan kebijakan
2
menindaklanjuti ke pemerintah / forum organisasi tingkat nasional melalui forum organisasi disabilitas nasional / rapat kerja nasional / rapat pleno
2 menjalin kerjasama antar NGO - DPO - Pemerintah
2 mencari keadilan - menekan pemerintah agar membuat UU ttg kesetaraan DPO di Indonesia
1 terus berkomunikasi dengan nara sumber yang memberikan materi
1 mempelajari lebih dalam materi yang diberikan dan follow-up
1 membuat prioritas kegiatan dalam internal organisasi
1 memaksimalkan aktivitas yang kurang
1 membentuk komunitas kreatif hasil pencapaian prioritas DPO untuk kerjasamanya
1 memberikan motivasi kepada penyandang disabilitas agar mampu berkarya sesuai pasar
1 menulis proposal
3. Masukan mengenai workshop yang dihadiri dan hal-hal yang berguna
untuk pengadaan acara berikutnya
50
Aksesibilitas Informasi (termasuk penyediaan materi, alat-alat, penerjemah bahasa dan isyarat, notulen)
13
materi lokakarya / bahan presentasi dalam bentuk cetak / soft copy (distribusi via e-mail) / CD dapat lebih jelas dan disediakan lebih banyak sesuai dengan kebutuhan masing-masing disabilitas
6 materi braille / audio / elektronik kurang (kecuali untuk isi form ini)
6 bila ada materi yang menggunakan gambar / video / movie, harus dideskripsikan secara audio / rinci
2 kit terlambat dan kurang (materi dan alat-alat)
2 Notulis lambat
2 Memberikan materi sebelum acara
1 kurang jangkauan pandangan mata ke power point
1 alat penerjemah sering mati jadi terputus informasi yang diterima
1 kurang penggunaan bahasa Indonesia
1 penerjemah bahasa isyarat terlalu cepat
1 akses untuk tuna netra kurang
Pengaturan Waktu
8 waktu diskusi / tanya jawab / sesi mapping kurang
Akomodasi (hotel, meeting room, makanan, pelayanan)
6 ruangan meeting room kurang memadai
1 toilet aksesibel di ruang meeting tidak ada
1 update informasi kebutuhan harus diinformasikan tidak terburu-buru
1 Volunteer kurang
1 untuk deployment kamar, jangan tempatkan 2 tuna netra dalam satu kamar. Harusnya lebih inklusi antar-disability
Fasilitator / penyelenggara
10 fasilitator dan panitia supaya lebih inklusif caranya, mencari metode yang aksesibel
1 Membuat instruksi / guide dalam bentuk hard copy untuk setiap sesi untuk digunakan di sesi tersebut
1 diskusi topik harus sudah ditetapkan oleh panitia di tiap2 meja peserta, jadi tidak ada waktu terbuang
1 Setiap meja disediakan 1 fasilitator
Feedback
4
mengundang lebih banyak DPO & pemerintah untuk bergabung dalam lokakarya - DPO / non-DPO tidak didominasi satu daerah saja (merata seluruh Indonesia)
2 setiap peserta diberikan alamat, nomor HP dan e-mail dari semua peserta lokakarya pada awal workshop
2
mengirimkan hasil pemetaan / meeting minute / hasil lokakarya ke masing-masing lembaga sehingga alur kerja dari kelompok lain dapat dibagi dengan yang lain
2 membantu program yang baru untuk masa depan bagi penyandang disabilitas, terutama yang tidak mampu
1 kita belum diskusikan "what's next" terkait dengan aktivitas network
1 semua peserta diberikan sertifikat sebagai bukti pernah mengikuti lokakarya
1 membuat database DPO yang ada
1 memantau / menindaklanjuti hasil workshop agar terealisasi target prioritas yang ingin dicapai
1
adanya persamaan persepsi terlebih dahulu tentang disabilitas - menggunakan data, baseline dan hal-hal lain sebagai referensi untuk membangun persepsi
1 format kegiatan workshop kurang jelas
1 meningkatkan permainan games supaya lebih banyak lagi
1 Ada alternative metode fasilitasi yang lain yang dapat digunakan
1 mengadakan diskusi dengan DPO yang mempunyai program yang sama
1 meningkatkan partisipasi peserta
1 untuk pembahasan UU, perlu FGD dari DPO
1 komunikasi melalui internet (penyebaran informasi melalui e-mail atau website) akan lebih baik untuk program ke depan
1 kerjasama dengan pemerintah tingkat daerah
1
Menyediakan kontrak kerja penyediaan jasa bagi DPO untuk membantu menyediakan logistic, menyiapkan alat-alat bantu yang dibutuhkan, penyediaan fasilitas dll
51
Annex 6. Daftar Peserta
Organisation Name Address Email Phone number From
DPOs
BILiC – Bandung Independent Living Center
Aden Achmad Jl. Jimbaran No. D 5 Perum Cluster Bali 2 PSM Kiaracondong
[email protected] 081322331303 Bandung
PPCI, Kalimantan Timur - Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (Association for People with Disabilities)
Anni Juwairiyah Jl. Suwandi Blok C/ No. 78 Samarinda - 75123
[email protected] 0821 42 382 666 Samarinda
Yayasan Mitra Netra Aria Indrawati Jl Gunung Balong II No. 58, Lebak Bulus III Jakarta Selatan
[email protected]; [email protected]
021-7651386; 081511478478
Jakarta
KONAS Pemantau Hak Disabilitas
Ariani Jl. Rawamangun Muka Barat D.14 No. 17 Rt. 09 Rw. 12 Rawamangun 13220
021-29376482 / 081318907184
Jakarta
Pertuni – Persatuan Tunanetra Indonesia, Daerah Sulawesi Selatan (Indonesia’s Blind Union)
Arifin Amir, SS Jl. Kapten Piere Tendean Blok M No 7 Makassar, Sulawesi Selatan
[email protected], [email protected]
0411-423053, 085299998522
Makassar
Pertuni – Persatuan Tunanetra Indonesia, Daerah Sulawesi Selatan
Fandy Dawean Jl. Kapten Piere Tendean Blok M No 7 Makassar, Sulawesi Selatan
[email protected], [email protected]
0411-423053, 085299998522
Makassar
Pertuni – Persatuan Tunanetra Indonesia, DPD Sumatera Utara
Lindawati Jl. KL Yos Sudarso Lk: XI No. 7A / 86 L [email protected]
061 6619382 Medan
SEHATI Edy Supriyanto LBK SKH, JL. SERANG 11B LARANGAN RT.03/01 GAYAM SUKOHARJO
O81 548 743 140 Sukoharjo
PPUA PENCA – Pusat Pemilihan Umum Akses Penyandang Cacat (Center for Citizens with Disabilities Access for Election)
Drs. Harpalis Alwi Jl. Rawamangun Muka Barat D.14 No. 17 , Rt. 09 Rw. 12 Rawamangun 13220
[email protected], [email protected]
021-29376482 / 081385194952
Jakarta
AGENDA (General Election Yusdiana Jl. Cikini 5 No. 15-A; Jakarta 10330 [email protected] 021 3190 6562 Jakarta
52
Network for Disability Access)
AGENDA – PPUA (General Election Network for Disability Access – Access for Election)
Made Adi Gunawan (replaced Heppy Sebayang)
Jl. Cikini 5 No. 15-A; Jakarta 10330 [email protected]
021 3190 6562 Jakarta
PPUA (Access for Election) Harpalis Alwi [email protected] 0813 85194952
YAKKUM Bali I Nengah Latra
LBK Dinas Sosial Kabupaten Badung, Jl. Raya Denpasar Sangeh Km 17, Br. Aseman, Desa/Kec. Abiansemal, Badung Bali 8352
0361 7444620 / 94333, 0812 39 90701
Denpasar
Yayasan Senang Hati I Nyoman Budiarta Jl.Sasi Brata, Banjar Kawan Tengah Tampaksiring Gianyar-Bali
(0361)7470718/087862020209
Denpasar
Pusat Rehabilitasi YAKKUM Jaimun JL. Kaliurang Km 13,5, Besi Yogyakarta [email protected] 0274-895386 Yogya
Aliansi DPO Kab. Bantul Jayadi Jl. Imogiri Barat km 11,5 Buluswetan, Bantul
087839998060 Yogya
Gerkatin, Pusat – Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Welfare Movement for Deaf People of Indonesia)
Juniati Effendi Jln. Rancho indah dalam BC No. 47, Tanjung Barat. Pasar Minggu- Jakarta Selatan.
[email protected] 085738351552 Jakarta
Gerkatin Pieromarinovluhukay 0838 20152455
Gerkatin Dendy H
Gerkatin Achmad Ridwan Rais [email protected]
0856 93045183
Gerkatin Bombay Praselyu (General Secretary)
DPC Gerkatin Solo Mohammad Ismail, ST
Jl. Trisula 3 No. 6 Kauman Solo 57112 [email protected] 0271 7012820 & 0857 1246 8696
Solo
LPTKP – Lembaga Pemberdayaan Tenaga Kerja Penyandang Cacat
Kasih Ani, SH
HIPVI Lt.2 Gedung Wira Purusa LVRI DKI Jakarta Jl. Raden Inten II No. 2 Duren Sawit Jakarta – Timur
021-8879423 / 085214264063
Jakarta
Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (Indonesia’s Women with Disabilities Association)
Lindawati Apartments & Office Menteng Square Tower A Blok AK-12 Jl. Matraman Raya No. 30 E Menteng, Jak-Pus
[email protected] 021 - 49041858 Jakarta
53
Mimi Institute Mimi Lusli Kompleks Taman Harapan Indah. Jl. Hanoman X Blok I No. 14. Jelambar. Jakarta Barat
[email protected], [email protected]
021-56980294 Jakarta
Asean Institute on Disability and Public Policy (IDPP)
Muhammad Joni Yulianto
Pondok I RT 5/31, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
085878469692 Yogya
CIQAL (Center for Improving Qualified Activity in Life)
Nuning Suryatiningsih
Brajan Rt 05/XIV, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
[email protected], [email protected]
0274 7483185 / 08122756973
Yogya
Yayasan Tuna Rungu Sehjira Rachmita Harahap Jl. H. Merin No. 9 RT 09 RW 04 Meruya Selatan Kembangan Jakarta Selatan
[email protected] 021 36086952 Jakarta
Yayasan Tuna Rungu Sehjira Revita Alvi (Secretary)
Jl. H. Merin No. 9 RT 09 RW 04 Meruya Selatan Kembangan Jakarta Selatan
[email protected] 0821 25892725
Yayasan Tuna Rungu Sehjira Chairunisa Eka Jl. H. Merin No. 9 RT 09 RW 04 Meruya Selatan Kembangan Jakarta Selatan
Konas Difabel Risnawati Utami Jl. Kaliurang KM 4,5 Gg. Sumilir Jogja 0812542315 / 081227289686
Yogya
PERSANI, NTT – Perkumpulan Tuna Daksa Kristiani (Christian Disability Association)
Serafina Bete Jl. H.R.Koroh No.27 Oepura Kupang-NTT
[email protected] 082 145 272 095 NTT
SAPDA – Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (Center of Advocacy for Disabled Women and Children)
Sri Lestari Komplek BNI No. 25 Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta
[email protected]; [email protected]
0274- 384066, 081392172295
Yogya
SAPDA Nurul Saadah Andriani
Komplek BNI No. 25 Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta
[email protected]; [email protected]
0274- 384066, 08562914654
Yogya
Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (Center of Integration and Advocacy for Disabled)
Suharto Perum SGPLB Blok B/30 Jl. Wates KM 3, Yogyakarta
[email protected], [email protected]
0274378461 Yogya
BILiC – Bandung Independent Living Center
Yati Suryati Dinata Jl. Jimbaran No. D 5 Perum Cluster Bali 2 PSM Kiaracondong
[email protected] 081322331303 Bandung
54
BILiC – Bandung Independent Living Center
Yuyun Yuningsih Jl. Jimbaran No. D 5 Perum Cluster Bali 2 PSM Kiaracondong
[email protected] 081322331303 Bandung
Permata Paulus
Government
Kemensos (Ministry of Social Affairs)
Dina Ariani
BAPPENAS – Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (National Planning and Development Board)
Raudhatul [email protected]
021 3150169
Kemnakertrans (Ministry of Manpower and Transmigration)
Enrico
Kemnakertrans Ari Yuliastut 0813 9228815
Kemnakertrans
Roostiawati (Head of Manpower Research and Development Center)
Kemnakertrans Eva (Dep. Director for Vulnerable Labor Placement)
[email protected] 0817 9837517
Kemnakertrans Arfianti [email protected]
0805 1892310
Kemnakertrans Yunitu (PTK Khusus) 0813 11261729
Kemnakertrans
T. Saut / P. Siahaan (Pembinaan Pengawasan Ketenegakerjaan)
Kemnakertrans
C Hastika Wulandari (Pembinaan Pengawasan Ketenegakerjaan)
0856 97362906
BPS – Badan Pusat Statistik (Statistics Indonesia)
Dwi Susilo [email protected] 0812 84817437
BPS Sri H. Rachmad (Researcher)
[email protected] 0818 8855652
55
BPS Fajar Hidayat (Staff) [email protected] 0811 2275726
BPS Nuri Taufiq [email protected] 0856 41395157
TNP2K – Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (National Team for Accelerating Poverty Reduction)
Fiona Howell [email protected] 0857 18420830
Trade Unions
KSPSI – Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (The Confederation of All Indonesian Workers' Union)
Subiyanto (General Secretary)
KSPSI Sulastri (Staff) 0813 382935962
KSPSI Muji Rahayu (Ketua Program)
0821 10018152
KSPSI J. Toisuta 0813 83535376
KSPSI Andi Hadiar [email protected] 0813 10106059
National NGOs and Institutions
SMERU Hariyanti Jl. Cikini Raya No. 10A Jakarta 10330 Indonesia
hari@smeru
Young Voices Mahmudi Yusbi (National Coordinator)
Yayasan Wisma Cheshire - Leonard Cheshire Disability UK
[email protected] 0852 6093315
CARE-Institut Pertanian Bogor – IPB (Bogor Agricultural Institute)
Dahri (Secretary) Kamus Baranangsiang IPB. Jl Raya Pajajaran
0812 9539357
Yayasan Insan Sembada, Solo Drs. Mulyono [email protected] 0813 25930125
DIFFA Magazine Jonna Damanik (General Manager)
Jl. Salemba Tengah 39bb Lt. 2 [email protected]
DIFFA Magazine Artur Tian (Reporter) Jl. Salemba Tengah 39bb Lt. 2 [email protected] 0899 4507015
DIFFA Magazine Venny Asyita Octatia Jl. Salemba Tengah 39bb Lt. 2 [email protected] 0817 9011121
Komnas HAM – Human Rights National Commission
Didi Supandi Jl. Latuharhary 4B, Menteng, Jakarta Pusat 10310
56
Thisable Entreprise Dhimas STC Senayan 3rd Floor. #107-110, Jl. Asia Afrika. Pintu IX Senayan, Jakarta 10170
0815 19950517
IKA Ratna Fitriani Jl Kemandoran 1/97 Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12210
[email protected] 0878 87540629
IKA Marthin Sinaga Jl Kemandoran 1/97 Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12210
[email protected] 0816 17070138
International NGOs
Helen Keller Indonesia Emilia Kristiyanti (Program Manager)
Jl. Bungur Dalam 23A-B, Kemang, Jakarta 12370
[email protected] 0817 0727325
ASB
Pradyfia Putri Pertini (Monitoring and evaluation coordinator)
Jl. Kaliurang Km. 10, Nglaban RT 04/ RW 15 Sinduharjo, Ngaglik Sleman Yogyakarta 55581
0856 2823477
ASB A. Robinson (Country Director)
Jl. Kaliurang Km. 10, Nglaban RT 04/ RW 15 Sinduharjo, Ngaglik Sleman Yogyakarta 55581
0813 92378440
CBM Matthew Hanning (Director)
Jl. Anggrek XII No. 2 Karet, Setiabudi, Jakarta 12920
0813 10422671
Handicap International Mathieu Dewerse (Coordinator)
Jl. Prawirotaman III, No. 669A, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta 55153
0877 38154222
Handicap International Belly Lesmana (Project Manager)
Jl. Prawirotaman III, No. 669A, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta 55153
0811 2505740
Universities
Universitas Brawijaya Slamet Thohari (General Secretary)
Center for Disability Studies and Services, PSLD-UB Lt 1, International Office, Jl Veteran 65145 Malang, East Java
57
Universitas Indonesia Elygia Putri Selo Sumarjan Research Center (SSRC),Gedung H, 6th Floor, Cubicle E, Kampus FISIP UI, Depok, 16424
[email protected] 0898 9296535
University of Sydney Laura Smith-Khan (Researcher)
University of Sydney Mary Crock (Professor)
International Organisations
AusAid Hannah Derwent 0811 860 6648
AusAid Patricia Bachtiar (SPM)
0812 1070157
AusAid Lulu Wardhani (PM) [email protected]
0812 1008545
WHO Gde Yogadhita (Injury Prevention)
Bina Mulia 1 Building, Jl. HR. Rasuna Said Kav 10, Jakarta 12950, INDONESIA
[email protected] 0817 5450684
WHO Yodi Bina Mulia 1 Building, Jl. HR. Rasuna Said Kav 10, Jakarta 12950, INDONESIA
UNESCO Mikel Aguirre UNESCO House, Jl. Galuh (II) No. 5, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
UNESCO
Charaf Ahmimed (Head of Social and human Sciences Unit)
UNESCO House, Jl. Galuh (II) No. 5, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
UNESCO
Daniel R. Garibay (Assistant Programme Specialist)
UNESCO House, Jl. Galuh (II) No. 5, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
GIZ Harmein Harun (Senior Advisor)
Wisma Bakrie 2, 6th Fl, Jl. HR Rasuna Said Kav. B 2, Jakarta 12920
UNFPA Philip Martin Menara Thamrin Building, Jl. MH Thamrin Kav 3, Jakarta Pusat 10250
[email protected] 0813 14038689
WSP/World Bank Martin Albrecht (Water and Sanitation Specialist)
[email protected] 0811 1086222
58
Asia Foundation Laurel Maclaren (Deputy Country Representative)
Jl. Adityawarman No. 40, Kebayoran Baru, Jakarta 12160
59