Logika_Pertemuan8

25
Logika Berpikir Kritis Pertemuan 8

description

Logika

Transcript of Logika_Pertemuan8

Logika Berpikir KritisPertemuan 8

Penalaran / Proses Menalar

Proses merangkai proposisi menjadi sebuah kesimpulan berdasarkan alur berpikir tertentu.

Proses berpikir yang menggunakan argumen, pernyataan, premis-premis, atau axioma-axioma

untuk menentukan benar salahnya suatu kesimpulan.

Penalaran / Proses Menalar• Penalaran berangkat dari sesuatu yang

sudah ada atau apa yang sudah diketahui, dari sana kemudian ditarik suatu kesimpulan.

• Apa yang sudah diketahui itu disebut premis, fakta, bukti, dasar, atau alasan.

• Artinya, kita tidak bisa bernalar dari sesuatu yang tidak ada.

• Kita tidak bisa menarik kesimpulan dari apa yang tidak diketahui.

Premis

Penalaran

Kesimpulan

Jenis Penalaran

InduksiProses berpikir di mana nalar manusia menarik kesimpulan umum berdasarkan data, pernyataan, atau premis yang bersifat khusus.

Contoh:Misalnya, kita menyimpulkan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) hidupnya sejahtera. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah PNS dalam suatu wilayah tertentu, mengamati dan mengambil data masing-masing PNS dalam populasi yang diamati tersebut.

Jenis Penalaran

DeduksiProses berpikir dimana nalar manusia menarik kesimpulan khusus berdasarkan data, pernyataan, atau premis yang bersifat umum (universal).

Contoh:Misalnya, kita berkesimpulan bahwa “perang dalam segala bentuknya harus dihentikan”, karena kita mengacu kepada argumen universal yang mengatakan bahwa “perang menghancurkan tidak hanya manusia, tetapi juga lingkungan.”

Jenis Penalaran

AbduksiProses berpikir dimana nalar manusia berusaha menjelaskan sesuatu yang dialami atau diamati di mana subjek sendiri tidak memiliki pengetahuan sebelumnya yang dibutuhkan untuk menjelaskan fenomena atau kejadian yang dialami tersebut.

Contoh:Misalnya, seorang dokter menemukan serangkaian gejala dalam diri pasien yang sebelumnya tidak pernah dia temukan atau yang dia sendiri tidak memiliki pengetahuan sebelumnya mengenai gejala tersebut. Dokter tersebut menarik kesimpulan (bersifat hipotesa) berdasarkan gejala-gejala lain yang mirip.

Macam-macam penyimpulan

• Penyimpulan langsung (immediate inference)Bentuk penyimpulan dimana kita secara langsung menarik suatu kesimpulan dengan bertitik tolak dari hanya satu premis.

• Penyimpulan tidak langsung (mediate inference)Bentuk penyimpulan yang didasarkan pada lebih dari satu premis untuk sampai pada kesimpulan atau konklusi.

Penyimpulan Langsung

Penyimpulan Pembalikan adalah bentuk penyimpulan dengan cara pembalikan atau eduksi

Penyimpulan oposisional adalah suatu bentuk penyimpulan langsung yang didasarkan pada hubungan antara dua proposisi yang mempunyai kelas subjek dan predikat yang sama, tetapi berbeda dalam hal kualitas dan/kuantitas, salah satu atau kedua-duanya.

Jenis penyimpulan oposisional:• Kontradiktoris (berlawanan)• Kontraris• Sub-kontraris• Sub-alternan

Kontradiktoris (berlawanan)• Kontradiktoris adalah suatu jenis perlawanan antara dua

proposisi yang mempunyai kelas subjek dan predikat yang sama, tetapi kualitas dan kuantitasnya berbeda.

• Proposisi universal afirmatif (A) >< Partikular negatif (O)• Proposisi universal negatif (E) >< partikular afirmatif (I)

Premis : Semua yang berseragam batik adalah pejabat (A)Konklusi: Sebagian yang berseragam batik bukan pejabat (O)

Premis : Semua penjahat bukan orang yang patut diteladani (E)Konklusi: Sebagian penjahat adalah orang yang patut diteladani (I)

Hukum oposisi kontradiktoris• Dua proposisi yang mempunyai hubungan kontradiktoris tidak

dapat benar kedua-duanya. Jika premis benar, maka konklusinya pasti salah.

• Dua proposisi yang mempunyai hubungan kontradiktoris juga tidak dapat salah kedua-duanya. Jika premis salah, maka konklusinya pasti benar.

Premis : Semua pejabat negara yang tidak jujur itu koruptor. (A:benar)Konklusi: Sebagian pejabat negara yang tidak jujur tidak menjadi koruptor (O:salah)

Kontraris• Kontraris adalah suatu jenis perlawanan antara dua proposisi

universal yang mempunyai kelas subjek dan predikat yang sama, tetapi kualitasnya berbeda.

• Proposisi universal afirmatif (A) >< universal negatif (E)

Premis : Semua pejabat negara adalah pegawai negeri. (A)Konklusi: Semua pejabat negara adalah bukan pegawai negeri. (E)

Hukum Oposisi Kontraris• Dua proposisi yang mempunyai hubungan kontraris tidak dapat

benar kedua-duanya. Jadi, jika premis benar, maka konklusinya pasti salah.

• Sebaliknya, jika premis salah, maka konklusinya belum pasti, bisa benar bisa salah. Jadi, dua proposisi yang mempunyai hubungan kontraris bisa salah kedua-duanya.

Premis : Semua yang berseragam putih merah adalah siswa sekolah dasar. (A:benar).Konklusi: Semua yang berseragam putih merah bukan siswa sekolah dasar. (E:salah)

Premis : Setiap pengusaha itu pasti kaya raya. (salah)Konklusi: Setiap pengusaha itu pasti tidak kaya raya. (benar/salah)

Sub-kontraris• Sub-kontraris adalah suatu jenis perlawanan antara dua

proposisi partikular yang mempunyai kelas subjek dan predikat sama, tetapi berbeda dalam hal kualitas.

• Proposisi partikular afirmatif (I) >< partikular negatif (O)

Premis : Sebagian binatang yang bersayap bisa terbang. (I)Konklusi: Sebagian binatang yang bersayap tidak bisa terbang (O).

Hukum Oposisi Sub-Kontraris• Proposisi yang mempunyai hubungan sub-kontraris tidak

dapat salah kedua-duanya. Jadi, jika premis salah, maka konklusinya pasti benar.

• Sedangkan, jika premis benar, maka konklusinya belum pasti, bisa benar juga bisa salah (B/S). Jadi, proposisi sub-kontraris bisa kedua-duanya benar.

Premis : Sebagian mahasiswa Indonesia pandai (I:benar)Konklusi: Sebagian mahasiswa Indonesia tidak pandai. (O:benar/salah)

Premis : Beberapa hewan mamalia tidak menyusui (O:salah)Konklusi: Beberapa hewan mamalia menyusui (I:benar)

Sub-alternan• Sub-alternan adalah suatu jenis perlawanan antara dua

proposisi yang mempunyai kelas subjek dan predikat sama demikian juga kualitasnya, tapi berbeda dalam hal kuantitas.

• Proposisi universal afirmatif (A) >< partikular afirmatif (I)• Proposisi universal negatif (E) >< partikular negatif (O)

Premis : Setiap binatang beracun mempunyai bisa (A)Konklusi: Sebagian binatang beracun mempunyai bisa (I)

Premis : Tak satupun kejahatan di dunia ini boleh ditiru (E)Konklusi: Tidak semua kejahatan ini boleh ditiru (O)

Hukum Oposisi Sub-Alteran• Jika premis universalnya benar, maka konklusi partikularnya

pasti benar. Tetapi, jika premis partikularnya benar, maka konklusi universalnya belum pasti, bisa benar juga bisa salah. Jadi, kebenaran premis universal menentukan kebenaran konklusi partikular, akan tetapi kebenaran premis partikular tidak menentukan kebenaran konklusi universal.

• Jika premis partikularnya salah, maka konklusi universalnya pasti salah. Akan tetapi, jika premis universalnya salah, maka konklusi partikularnya belum pasti, bisa benar juga bisa salah. Jadi, kesalahan premis partikular menentukan kesalahan konklusi universalnya, sedangkan kesalahan premis universalnya tidak berarti kesalahan pada konklusi partikularnya.

Contoh Hukum Oposisi Sub-Alteran

Premis : Setiap penjahat besar harus dipenjara (A:benar)Konklusi: Sebagian penjahat besar harus dipenjara (I:benar)

Premis: Setiap perokok berat tidak mempunyai sikap toleran (E:salah)Konklusi: Beberapa perokok berat tidak mempunyai sikap toleran (O:salah/benar)

Premis : Sebagian ular adalah binatang berbisa (I:benar)Konklusi: Semua ular adalah binatang berbisa (A:benar/salah)

Premis: Sebagian orang kaya tidak bersikap dermawan. (O:salah)Konklusi: Setiap orang kaya tidak bersikap dermawan. (E:salah)

Analogi• Generalisasi, bertolak dari sejumlah peristiwa pada

penyimpulan.• Untuk menebak kesimpulan dari sebuah fenomena lain dapat

dilakukan dengan bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu penstiwa lain yang sejenis. Apa yang terdapat pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat juga pada fenomena peristiwa yang lain karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal. Berdasarkan persamaan prinsipal pada keduanya itulah maka mereka akan sama pula dalam aspek- aspek lain yang mengikutinya.

• Dengan analogi dapat dilakukan prediksi kejadian sebuah fenomena berdasarkan kesimpulan fenomena sebelumnya

• Sebagian besar pengetahuan, disamping didapat dengan generalisasi didapat dengan penalaran analogi.

Analogi• Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif adalah

proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat dan ketiga fenomena yang hendak dianalogikan.

Catatan :• Analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua

fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argumen ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.

• Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan.

Alat Uji Keterpercayaan ANALOGI

Derajat keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:• Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin

besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaannya.

• Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. • Sifat dari analogi yang dibuat.• Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda

pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.

• Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal.

Analogi Pincang• Analogi Pincang adalah analaogi yang dibuat dengan

penalaran induktif yang kurang tepat. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.

Generalisasi• Didalam silogisme telah didiskusikan penarikan kesimpulan

secara deduksi. • Terdapat proposisi untuk kemudian menampilkan kesimpulan

berdasarkan penalaran induksi. • Induksi proses penalaran yang bertolak dari sejumlah

fenomena menuju kesimpulan umum di mana fenomena sejenis tunduk dan terikat.

• Proses penalaran induktif dapat dilaksanakan melalui banyak cara, seperti misalnya : generalisasi, analogi, hubungan kausal, hipotesis dan teori.

Generalisasi• Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah

fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.

• Dalam generalisasi, hukum yang disimpulkan dari fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Oleh karena itu hukum yang dihasilkan oleh penalaran ini, juga semua bentuk penalaran induktif, tidak pemah sampai kepada kebenaran pasti, tetapi kebenaran kemungkinan besar (probability).

Catatan:• Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang menjadi dasar

penyimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.

• Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.

Pengujian atas GeneralisasiKetepatan dalam generalisasi dapat diuji melalui cara :• Keterwakilan sampel secara kuantitatif. Semakin banyak jumlah

fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan, meskipun tidak boleh dinyatakan bahwa dua kali jumlah fenomena individual akan menghasilkan dua kali kadar keterpercayaan.

• Keragaman sampel yang digunakan. Semakin banyak variasi sampel, semakin kuat kesimpulan yang diha silkan.

• Berbagai penyimpangan fenomena. Perkecualian harus diperhitungkan juga, terutama jika kekecualian itu cukup besar jumlahnya. Dalam hal kekecualian cukup besar tidak mungkin diadakan generalisasi.

• Kekonsistensian rumusan konsisten dengan fenomena individual. Kesimpulan yang dirumuskan haruslah merupakan konsekuen logis dari fenomena yang dikumpulkan, tidak boleh memberikan tafsiran menyimpang dari data yang ada.

Generalisasi Empirik dan Generalisasi Ilmiah

Sebuah generalisasi semakin kuat bila disertai dengan penjelasan 'mengapanya’• Generalisasi Empirik adalah generalisasi yang tidak disertai

dengan penjelasan ‘penyebab’ atau generalisasi semata – mata berdasarkan fenomenanya.

• Generalisasi dengan penjelasan ‘mengapa’nya (penyebab) disebut sebagai generalisasi ilmiah

Catatan :Tanda-tanda penting dari generalisasi ilmiah adalah:• Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dimana pengamatan dan

hasilnya diuji kembali, dibandingkan dan dilakukan klasifikasi fakta.• Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan dan

menghindari kekeliruan.• Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dengan term yang

padat dan dapat dinyatakan secara matematik.