log pratikum

download log pratikum

of 16

description

pratikum kualitatif

Transcript of log pratikum

GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

1 Geologi Regional Cekungan Jawa Barat UtaraCekungan Jawa Barat Bagian Utara terletak di barat daya Pulau Jawa dan meluas hingga lepas pantai Laut Jawa. Menurut Padmokusumo (Narpodo, 1996 dalam Daniar ,2013) Cekungan Jawa Bagian Utara secara regional merupakan sistem busur belakang (back arc basin) yang terletak di antara lempeng mikro Sunda dan tunjaman Tersier India-Australia. Aktivitas tektonik telah menghasilkan sesar-sesar turun berarah utara-selatan di bagian utara cekungan serta membagi tiga sub cekungan yaitu: Sub Cekungan Ciputat, Sub Cekungan Pasir Putih dan Sub Cekungan Jatibarang.

Gambar 1 Regional Section Cekungan Jawa Barat Bagian Utara (Martodjojo,2003)

Sesar-sesar tersebut mengontrol pembentukan struktur horst dan graben yang menyusun serta mempengaruhi sedimentasi di sub cekungan. Ketiga sub cekungan dipisahkan oleh Tinggian (blok naik dari sesar) yaitu: Tinggian Rengasdengklok, Tinggian Tangerang dan Tinggian Pamanukan. Di bagian selatan cekungan berkembang sesar-sesar naik yang berarah timur-barat. Sesar-sesar ini berumur lebih muda dan memotong sedimen Tersier sampai permukaan.Menurut Sujantro (Narpodo, 1996 dalam Daniar, 2013) cekungan Jawa Barat Bagian Utara secara umum dibatasi oleh Cekungan Bogor di bagian selatan, Platform Seribu di bagian barat laut, Cekungan Arjuna di bagian utara dan Busur Karimun Jawa di bagian timur laut.

2 Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Bagian UtaraSedimentasi tersier di Cekungan Jawa Barat Utara dimulai pada Eosen Tengah-Oligosen Tengah dengan pengendapan Formasi Vulkanik Jatibarang di atas permukaan bidang erosi dari batuan dasar Pra-Tersier. Material vulkanik dihasilkan oleh aktivitas vulkanisme dari pusat-pusat erupsi di Sub Cekungan Jatibarang dan Tinggian Pamanukan. Pengendapatn konglomerat dan tufa terjadi di timur Paparan Pulau Seribu (Tinggian Tangerang) dihasilkan oleh erosi aktif dekat sumber di sebelah barat. Sub Cekungan Pasir Putih dan Jatibarang terus mengalami penurunan dengan cepat sehingga dapat menerima sedimen vulkanik sampai 1000 m (Martodjojo,2003).Pada Miosen Awal, fase transgresi pertama mulai berlangsung dengan dimulainya penggenangan cekungan oleh air laut di timur dan air rawa di barat. Fase transgresi ini menghasilkan sedimen anggota Cibulakan bawah (setara Formasi Talang Akar) yang diendapkan di atas bidang bidang ketidakselarasan menyudut dari Formasi Vulkanik Jatibarang. Kondisi cekungan stabil, hanya Sub Cekungan Ciputat yang mengalami penurunan cepat, air menggenangi Tinggian Tangerang sehingga sedimen klastik yang dihasilkan, diendapkan di laut yang berbeda.Pada akhir Miosen Awal, kondisi cekungan secara keseluruhan relatif stabil. Daerah sebelah barat Pamanukan merupakan platform laut dangkal dan karbonat berkembang membentuk batugamping setara Formasi Baturaja, sedangkan di bagian timur laut manjadi lebih dalam. Kondisi adanya karbonat yang tebal menunjukkan bahwa bagian barat mengalami penurunan lagi. Tinggian Tangerang tetap muncul walaupun dengan relief yang rendah.Pada Miosen Tengah, seiring dengan pengendapan karbonat, laut meluas ke arah barat dan menggenangi Tinggian Tangerang. Transgresi ini terjadi disebabkan oleh penurunan yang cepat Sub Cekungan Ciputat dan Pasir Putih. Tinggian Rengasdengklok tergenang air laut. Sedimen yang terbentuk merupakan anggota Cibulakan Atas dengan ketebalan 1200 m di Sub Cekungan Pasir.Selama akhir Miosen Tengah sampai awal Miosen Akhir cekungan kembali menjadi stabil dan fase transgresi kedua mulai terjadi pengendapan batugamping Formasi Parigi. Cekungan berada dalam lingkungan yang dangkal, hangat dan jernih. Karbonat Formasi Parigi berkembang membentuk carbonate build up yang memanjang dengan arah relatif utara-selatan, sedangkan lereng berkembang sejajar dengan bentuk sembulannya. Pada periode ini dari Jatibarang ke Cicauh arah laut terbuka adalah ke arah selatan, sedangkan dari Cicauh, Jatinegara dan Rengasdengklok arah laut terbuka adalah ke arah Barat.Mulai Miosen Akhir sampai Pliosen, fase transgresi mancapai maksimum dan terjadi pengangkatan daratan di bagian utara serta dasar laut menjadi dalam sehingga pertumbuhan karbonat berhenti. Regresi terjadi dengan adanya pengendapan Formasi Cisubuh di lingkungan marginal marine paralic. Formasi Cisubuh tersusun oleh perselingan lempung dengan pasir dan batugamping. Pengangkatan di bagian sumbu Pulau Jawa membentuk antiklin pada Pliosen Akhir, mengakhiri pengendapan Formasi Cisubuh.Urutan stratigrafi tersebut dari yang paling tua sampai yang termuda (Marrtodjojo,2003) adalah sebagai berikut:2.1 Batuan Dasar Batuan Dasar berupa batuan beku andesitik dan basaltik yang berumur Kapur Tengah sampai Kapur Atas dan batuan metamorf yang berumur Pra-Tersier (Sinclair dkk,1995). Lingkungan pengendapannya merupakan suatu permukaan dengan sisa vegetasi tropis yang lapuk (Koesoemadinata,1980).2.2 Formasi JatibarangFormasi Jatibarang tersusun oleh endapan early synrift, terutama dijumpai pada bagian tengah dan timur Cekungan Jawa Barat Bagian Utara. Pada bagian barat cekungan ini (daerah TambunRengasdengklok) kenampakan formasi Jatibarang tidak banyak (sangat tipis) dijumpai. Pada bagian bawah formasi ini tersusun oleh tuff bersisipan lava (aliran), sedangkan bagian atas tersusun oleh batupasir.Formasi ini diendapkan pada fasies continental-fluvial. Minyak dan gas di beberapa tempat dapat ditemukan di rekahan-rekahan tuff tersebut. Formasi ini terletak secara tidak selaras di atas batuan dasar.2.3 Formasi Talang AkarPada synrift berikutnya diendapkan formasi Talang Akar. Pada awalnya formasi ini memiliki fasies fluvio-deltaic sampai fasies marine. Litologi formasi ini diawali oleh perselingan sedimen batupasir dengan serpih non-marine dan diakhiri oleh perselingan antara batugamping, serpih dan batupasir dalam fasies marine. Ketebalan formasi ini sangat bervariasi dari beberapa meter di Tinggian Rengasdengklok sampai 254 m di Tinggian Tambun-Tangerang hingga diperkirakan lebih dari 1500 m pada pusat Rendahan Ciputat. Pada akhir sedimentasi, formasi Talang Akar ditandai dengan berakhirnya sedimentasi synrift. Formasi ini diperkirakan berkembang cukup baik di daerah Sukamandi dan sekitarnya.Formasi ini diendapkan pada Kala Oligosen sampai dengan Miosen Awal. Pada formasi ini juga dijumpai lapisan batubara yang kemungkinan terbentuk pada lingkungan delta. Batubara dan serpih tersebut merupakan batuan induk untuk hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar antara 50-300 m.

2.4 Formasi Baturaja Formasi ini terendapkan secara tidak selaras di atas formasi Talang Akar. Litologi penyusunnya terdiri dari batugamping terumbu dengan penyebaran tidak merata. Pada bagian bawah tersusun oleh batugamping masif yang semakin ke atas semakin berpori. Selain ditemukan dolomit, interkalasi serpih glaukonit, napal, rijang dan batubara. Formasi ini terbentuk pada Kala Miosen Awal sampai Miosen Tengah (terutama dari asosiasi foraminifera). Lingkungan pembentukan formasi ini adalah pada kondisi laut dangkal, air cukup jernih, sinar matahari cukup (terutama dari melimpahnya foraminifera spiroclypens sp). Ketebalan formasi ini berkisar pada 50-300 m.2.5 Formasi Cibulakan AtasFormasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan batugamping. Batugamping pada satuan ini umumnya merupakan batugamping klastik serta batugamping terumbu yang berkembang secara setempat-setempat. Batugamping terumbu ini dikenal sebagai Mid Main Carbonate (MMC). Formasi ini terbagi menjadi tiga anggota yaitu:a. MassiveAnggota ini terendapkan secara tidak selaras di atas formasi Baturaja. Litologi anggota ini adalah perselingan batulempung dengan batupasir yang mempunyai ukuran butir dari halus-sedang. Pada Massive dijumpai kandungan hidrokarbon terutama pada bagian atas (Arpandi dan Padmosukismo,1975).b. MainAnggota Main terendapkan secara selaras di atas anggota Massive. Litologi penyusunnya adalah perselingan batulempung dengan batupasir yang mempunyai ukuran butir halus-sedang (bersifat glaukonitan). Pada awal pembentukannya berkembang batugamping dan juga blangket-blangket pasir, di mana pada bagian ini anggota Main terbagi lagi yang disebut dengan Mid Main Carbonate (MMC).c. Pre-ParigiAnggota Pre-Parigi terendapkan secara selaras di atas anggota Main. Litologinya adalah perselingan batu gamping, dolomit, batupasir dan batulanau. Anggota ini terbentuk pada Kala Miosen Tengah sampai Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan neritik tengah-neritik dalam (Arpandi dan Padmosukismo,1975) dengan dijumpainya fauna-fauna laut dangkal dan juga kandungan batupasir glaukonitan.2.6 Formasi ParigiFormasi ini terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Cibulakan Atas. Litologi penyusunnya sebagian besar adalah batugamping abu-abu terang, berfosil, berpori dengan sedikit dolomit. Litologi penyusun lainnya adalah serpih karbonatan dan napal yang dijumpai pada bagian bawah. Selain itu, kandungan coral dan algae banyak dijumpai. Pengendapan batugamping ini melampar keseluruh Cekungan Jawa Barat Utara. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah laut dangkal-neritik tengah.Formasi Parigi berkembang sebagai batugamping terumbu, namun di beberapa tempat ketebalannya menipis dan berselingan dengan napal. Batas bawah formasi Parigi ditandai dengan perubahan berangsur dari batuan fasies campuran klastika karbonat formasi Cibulakan Atas menjadi batuan karbonat formasi Parigi. Kontak antara formasi Parigi dengan formasi Cisubuh yang berada di atasnya sangat tegas yang merupakan kontak antara batugamping bioklastik dengan napal yang berfungsi sebagai lapisan penutup. Formasi ini diendapkan pada Kala Miosen Akhir-Pliosen.

2.7 Formasi CisubuhFormasi ini diendapkan secara selaras di atas formasi Parigi. Litologi penyusunnya adalah batulempung berselingan dengan batupasir dan serpih gamping. Umur formasi ini adalah Kala Miosen Akhir sampai Pliosen-Plistosen. Formasi ini terendapkan pada lingkungan laut dangkal yang semakin ke atas menjadi lingkungan litoral-paralik.Dari seluruh formasi di atas, formasi yang merupakan penghasil hidrokarbon di Cekungan Jawa Barat Bagian Utara adalah formasi Talang Akar yang terletak di Rendahan Ciputat, Kepuh Pasirbungur, Cipunegara dan Jatibarang. Formasi-formasi ini berfungsi sebagai source rock. Dari sejumlah source rock telah digenerasikan hidrokarbon seperti yang dijumpai di lapangan minyak dan gas yang ada di Jawa Barat Bagian Utara.

Gambar 2 Kolom Stratigrafi Regional Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo,1975)

LITOLOGISUMUR GMB-1KB 31,82 m

SUMUR GMB-2KB 29,80 m

LITOLOGI

SUMUR GMB-3KB 29,80 m

LITOLOGI

SUMUR GMB-4KB 33,41 m

LITOLOGI

SUMUR GMB-5KB 31,43 m

LITOLOGI

SUMUR GMB-6KB 31,43 m

LITOLOGI

SUMUR GMB-7KB 33,41 m

LITOLOGI