LKTI Potensi Wisata Religi DEMAK

download LKTI Potensi Wisata Religi DEMAK

of 28

description

LKTI yg pertama kali saya buat dengan motivator saya Abdul Rouf SC angkatan 4,,, dimaklumi jika kurang bagus ya

Transcript of LKTI Potensi Wisata Religi DEMAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Mengingat program Negara Indonesia Visit Indonesia Year 2010, maka perlu ada tindak lanjut dari poemerintah Indonesia untuk mengembangakan potensi wisata di daerah-daerah yang belum banyak dikenal oleh wisatawan dalam ataupun luar negeri, untuk dapat lebih dikembangkan. Semisal beberapa potensi yang ada di daerah jawa, yang umunya berupa wisata religius, khususnya religius Islam. Seperti wisata 9 wali yang hanya ada di daerahdaerah Jawa. Selain itu masyarakat Jawa juga memiliki banyak tradisi, contohnya Larung . Larung adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pantai, sebagai tanda untuk mensyukuri hasil laut yang berhasil di dapatkan dalam setahun terakhir. Dan untuk masyarakat Demak sendiri punya tradisi grebeg besar dan Jumat Kliwonan. Grebeg Besar adalah tradisi menjamasi (mencuci) keris Kotang Onto Kusumo yang berada di kompleks Makam Sunan Kalijaga, Kadilangu. Sedangkan Jumat Kliwonan adalah tradisi berziarah ke makam Sunan Kalijaga dan Raden Fatah pada malam jumat Kliwon untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantara Sunan Kalijaga ataupun Raden Fatah. Banyak masyarakat yang datang dari berbagai penjuru kota Demak bahkan luar kota bahkan luar negeri hanya untuk berdoa. Dengan banyaknya masyarakat yang berdatangan di Kabupaten Demak, maka hal tersebut dapat dipandang sebagai potensi pariwisata religius yang dapat menarik pengunjung dari berbagai wilayah luar Kabupaten Demak. Yang pada akhirnya dapat memperkenalkan tempat wisata yang ada di Kabupaten Demak. Namun, layaknya sebuah kebiasaan berziarah kemakam Sunan Kalijaga dan Raden Fatah di Masjid Agung Demak pada malam jumat Kliwon memilki sisi positif dan sisi negatif ibarat dua mata pedang yang sama tajam. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemberdayaan pariwisata di Kabupaten Demak.

1

B. Pembatasan masalah Masalah yang dibahas pada penelitian ini dibatasi pada ada tidaknya dampak postif dan negatif yang disebabkan oleh tradisi jumat Kliwonan di makam Sunan Kalijaga dan Makam Raden Fatah, di Masjid Agung Demak terhadap masyarakat Kabupaten Demak dalam bidangbidang kehidupan seperti sosial, budaya, sejarah, hukum, politik, agama, ekonomi, dan wisata. C. Rumusan masalah 1. Bagaimana awal mula adanya jumat kliwonan dan bagaimana pengelolaannya hingga terjaga samapai sekarang ini? 2. Apakah dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dengan adanya tradisi jumat Kliwonan di makam Sunan Kalijaga dan makam Raden Fatah yang berada di Masjid Agung Demak terhadap pemberdayaan masyarakat Kabupaten Demak pada bidang-bidang sosial, budaya, sejarah, hukum, politik, agama, ekonomi, dan wisata? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah : 1. 2. Merealisasikan program Indonesia visit Indonesia year 2010 Untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang timbul oleh adanya tradisi jumat Kliwonan di makam Sunan Kalijaga dan makam Raden Fatah yang berada di Masjid Agung Demak terhadap masyarakat Kabupaten Demak khususnya, pada bidang-bidang sosial, budaya, sejarah, hukum, politik, agama, ekonomi, dan wisata. 3. Menggali potensi wisata yang ada di Demak untuk dapat ditindak lanjuti.

2

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk : 1. Meningkatkan atau mengingatkan pentingnya pariwisata di sebuah daerah demi kemajuan daerah tersebut. 2. Sebagai bahan usulan dan pertimbangan bagi tokoh masyarakat dan instansi pemerintah yang terkait dengan masalah tersebut dalam usaha melestarikan dan mengembangkan tradisi berziarah ke makam Sunan Kalijaga dan makam Raden Fatah yang berada di Masjid Agung Demak pada malam jumat Kliwon (bila telah dibuktikan tradisi tersebut memiliki manfaat yang besar) Sebagai salah satu pariwisata yang diunggulkan. 3. Sebagai bahan usulan dan pertimbangan bagi tokoh masyarakat dan instansi pemerintah yang terkait dengan masalah tersebut dalam menanggulangi dampak negatf yang mungkin ditimbulkan dengan adanya tradisi jumat Kliwonan ke makam Sunan Kalijaga dan makam Raden Fatah yang berada di Masjid Agung Demak demi menjaga citra kota Demak sebagai Kota Wali.

3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Pengertian tradisi, ziarah, dan wisata : 1. Tradisi, adalah 1.adat kebiasaan turun menurun dari nenek moyang yang masih dijalankan di masyarakat ;2. Penilaian atau anggapan bahwa cara cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar . (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 2. Ziarah, adalah 1.kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam). (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 3. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1). 1. Kehidupan Sunan Kalijaga Secara Singkat Lahir di Tuban pada tahun 1455 M dari keturunan keluarga bangsawan dengan nama Raden Mas Syahid. Adalah putra dari Ki Tumenggung Wilatikta, yaitu Bupati Tuban kala itu. Mengingat usia remaja, Raden Mas Syahid adalah seorang berandal dengan nama berandal Tunojoyo atau Lokojoyo. Dalam buku Babat Tanah Jawi menuliskan bahwa ketika bertobat menjadi berandal, Raden Mas Syahid berguru pada Sunan Bonang. Suatu saat, Sunan Bonang meminta Raden Mas Syahid untuk bertapa di pinggir sungai di Cirebon (sekarang berada di dekat makam Sunan Gunung Jati) kemudian Raden Mas Syahid bertapa selama 3 tahun. Oleh karena Raden Mas Syahid bertapa di pinggir sungai atau kali, Raden Mas Syahid di beri sebutan Kalijaga oleh para wali. (kali adalah sungai dan jogo adalah jaga), yang bearti penjaga sungai. Beliau dikenal masyarakat sebagai ahli tauhid, mahir dalam ilmu syariat, mampu menguasai ilmu strategi perang, dan juga ahli filosof. Lantaran ilmu-ilmu dan kepribadian yang dimiliki beliau, kemudian beliau masuk menjadi anggota Wali Songo atau Wali Sembilan yang ditugaskan menyebarkan ajaran islam di Pulau Jawa khususnya di Demak dan sekitarnya pada tahun 1532 M. Dalam menyiarkan agama islam, Sunan Kalijaga memakai wayang purwa (wayang kulit) dan gamelan yang bertujuan untuk menarik perhatian dan simpati 4

rakayat. Juga agar tidak terjadi Shock Culture pada orang-orang yang sudah kuat religinya (dibenarkan oleh Dr. WF. STUTTERHEIM dalam bukunya CUULTURE GESCHIEDENIS VAN INDONESIA). Selain gamelan dan wayang, Sunan Kalijaga juga menciptakan gendhing-gendhing dan syair menjadi media dakwah. Di antara gendhing-gendhing yang banyak dikenal adalah lagu Lir-ilir. Ternyata cara dakwah seperti itu mampu membuat masyarakat Jawa masuk agama islam. Sunan Kalijaga memiliki banyak murid. Salah satunya adalah Raden Fatah. Beliau kemudian menetap di desa Kadilangu, lokasi/tanah yang diberikan raja Demak, Raden Fatah kepada Sunan Kalijaga sampai beliau meninggal yaitu pada tahun1585 M. 2. Tentang Makam Sunan Kalijaga Makam Sunan Kalijaga di Kelurahan Kadilangu, Demak dikunjungi peziarah rata-rata 5.000-8.000 orang per hari. Pengunjung yang dating selain bertujuan untuk berdoa memohon keselamatan, pengunjung pun sekaligus bisa berwisata sejarah dan religi. Biasanya ramai pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang Ramadhan, Idul Adha, Idul Fitri, dan malam 1 Sura, menurut Prayitno PK (70), juru kunci makam Sunan Kalijaga mengatakan bahwa Biasanya pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari wilayah Jawa Tengah, melainkan juga dari berbagai daerah di Tanah Air, seperti Pontianak, Makassar, Lampung, Palembang,dan Jawa Timur bahkan luar negeri. (http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/25/1040423/ribuan.peziarah.ke.makam.S unan.)

Gambar 1. Wilayah Makam Sunan Kalijaga 5

Makam Sunan Kalijaga memang menarik perhatian peziarah. Sebagai salah satu anggota Walisongo ( sembilan wali ) yang pertama kali menyebarkan Islam di tanah Jawa Sunan Kalijaga dinilai memiliki keistimewaan. Prayitno menjelaskan berdoa di makam Sunan Kalijaga bukan untuk meminta kepada Sunan Kalijaga, tetapi kepada Yang Maha Kuasa melalui perantara Sunan Kalijaga. Masjid Agung Demak yang hanya berjarak satu kilometer dari makam Sunan Kalijaga juga ramai dikunjungi peziarah. Selain mengunjungi berbagai peninggalan sejarah di museum Masjid Agung Demak, para pengunjung juga berziarah ke makam raja-raja Kerajaan Demak di kompleks makam Masjid Agung Demak. Peninggalan kerajaan Demak yang masih bisa disaksikan oleh para peziarah di antaranya soko guru (tiang utama), beranda Masjid yang masih bertahan sejak Kerajaan Majapahit, dua buah gentong besar dari Dinasti Ming hadiah Putri Campa dari abad XIV, hingga Al Quran asli tulisan tangan di museum Masjid Agung Demak. Seperti di makam Sunan Kalijaga, para peziarah juga berdoa di makam raja-raja Demak yang ada di kompleks makam Masjid Agung Demak, seperti makam Raden Fatah, dan Raden Pati. 3. Arti Ziarah Bagi Pengunjung Secara histori, ziarah kubur sebenarnya pernah dilarang bagi umat Nabi Muhammad saw yang baru meyakini kebenaran Islam. Larangan ini dimaksudkan agar keimanan dan keyakinan mereka kepada Tuhan tidak tergoyahkan. Dan, larangan ini kemudian dicabut, ketika akidah umat Islam semakin mantap dan kokoh. Ziarah kubur mengajarkan kepada kita untuk menghindari hidup materialistis. Di dalam masa-masa menikmati kehidupan ini, kita kadang lupa bahwa, kita akan menghadapi kematian. Karena itu pula, ziarah kubur mengajarkan kita untuk ingat akan kematian, bahwa usia kita di dunia ini memilik batas waktu yang tidak kita ketahui, dan kita tidak bisa menolaknya, bahwa hidup kita dapat dipastikan akan diakhiri oleh kematian pula, dan pastilah kita akan mengikuti jejak mereka yang sudah berada di alam kubur. Hati yang bersih dapat menjadi cermin diri sendiri dan orang lain di sekelilingnya. Ziarah kubur dapat membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati. Ziarah kubur mengajarkan kita untuk hidup optimistis dan memiliki masa depan lebih baik. (Prof. Dr. Azyumardi Azra, www.gp-ansor.org)

6

4.

Arti wisata (religi) bagi pengunjung Dari segi manfaat, melakukan wisata religi memiliki manfaat dari pada hanya

sekedar berwisata ke Mall atau tempat berbelanja yang sering dilakukan oleh anak muda. Selain mendapatkan ketenangan batin mereka juga dapat mempelajari nilai-nilai histori yang terdapat pada daerah wisata tersebut. Dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa wisata religi memiliki beberapa nilai tambah yang tidak dimiliki oleh tempat wisata lainnya. B. Hipotesis Dengan adanya tradisi Jumat Kliwonan yang dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari berbagai daerah baik di dalam maupun di luar kota menimbulkan berbagai dampak baik dampak positif maupun negatif. Untuk dampak positifnya yaitu: 1. Berpotensi sebagai tempat wisata unggulan Kabupaten Demak. 2. Sebagai penyumbang APBD Kabupaten Demak yang berasal dari uang retribusi pengunjung makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak. 3. Meningkatkan citra Demak Kota Wali 4. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata tersebut. Adapun dampak negatif yang timbul karena adanya tradisi Jumat Kliwonan yaitu : 1. Sering digunakan sebagai tempat berpacaran. Hal ini dilakukan karena melihat suasana dan daerah makam Sunan Kalijaga terdapat sebuah kolam yang kurang mendapatkan pencahayaan yang cukup. 2. Meningkatnya pelanggaran lalu lintas yang terjadi di daerah Demak kota. 3. Meningkatkan tindakan kriminal seperti : pencopetan, penjambretan , curanmon, penipuan, dan lainnya.

7

BAB III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tradisi Kliwonan itu dilaksanakan di objek wisata religi Makam Sunan Kalijaga Kadilangu dan Masjid Agung Demak pada malam Jumat Kliwon dan dampaknya terhadap masyarakat Demak khususnya. A. Setting 1. Populasi Penelitian ini dilaksanakan di sekitar objek wisata religi Makam Sunan Kalijaga Kadilangu dan Masjid Agung Demak. Dengan populasi adalah semua pengunjung makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak pada malam Jumat Kliwon. Mereka tersebar di lokasi sekitar makam Sunan Kalijaga, Alun-alun kota Demak dan serambi Masjid Agung Demak. 2. Sampel Dalam penelitian tim peneliti akan mengambil 350 pengunjung untuk menjadi sample yang akan di ambil pada tanggal 7, 14, dan 21 Oktober 2010. dimana pada tanggal 7 Oktober yaitu 1 minggu sebelum Jumat Kliwon, pada tanggal 14 Oktober yaitu puncak penelitian yaitu malam Jumat Kliwon dimana pengunjung akan berbondong-bondong datang ke makam, dan akhir penelitian pada tanggal 21 April. B. Variabel penelitian Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat : Variabel bebas adalah semua pengunjung yang mengunjungi makam Sunan Kalijaga dam Masjid Agung Demak pada malam Jumat Kliwon. Mereka tersebar di lokasi sekitar makam Sunan Kalijaga, alun-alun Kabupaten Demak, dan serambi Masjid Agung Demak. Variabel terikatnya adalah pengunjung yang berhasil kami wawancarai. C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang kami butuhkan dalam penyusunan karya tulis ini, kami mengadakan : 1. Field research riset lapangan ke dalam makam Sunan Kalijaga dan daerah sekitarnya, serta Masjid Agung Demak dan daerah sekitarnya. 8

2.

Penarikan Angket Angket yang digunakan berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan

kepada responden untuk memperoleh data tentang perilaku muda-mudi di sekitar objek wisata makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket terbuka, dimana jawaban para pengunjung tidak dibatasi oleh pihak peneliti. 3. Interview Metode ini digunakan untuk mendapatkan data melalui wawancara terhadap pengunjung, para pedagang, tukang parkir yang berada di sekitar makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak. Wawancara juga akan dilakukan terhadap sesepuh Kabupaten Demak, Takmir Masjid Agung Demak, dan juru kunci makam Sunan Kalijaga. 4. Observasi Kami akan mengadakan pengamatan dan pengawasan terhadap jalannya Tradisi Jumat Kliwonan. Sebagai contohnya adalah perilaku para pengunjung pada saat berada di makam, baik di sekitar makam Sunan Kalijaga yang berada di desa Kadilangu maupun makam Raden Patah yang berada di Masjid Agung Demak, perilaku pengunjung setelah berziarah ke makam, dan lain sebagainya. Kami berusaha memahami secara menyeluruh apa yang mereka lakukan sehingga dapat menjadi sumber data bagi karya tulis yang kami buat . 5. Library reseach, kami mengambil data dari bahan bacaan kepustakaan yang berisi keterangan tentang tradisi kliwonan yang kami perlukan dalam penyusunan ini. Selain pengambilan data dari pustaka, kami juga berusaha memperoleh data dari instansiinstansi dan orang yang terkait tentang wisata religi di Demak, khususnya Tradisi Kliwonan yang ada di sekitar Kadilangu dan Masjid Agung Demak.

9

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengertian Tradisi Kliwonan Tradisi jumat Kliwonan adalah kegiatan berziarah ke makam Sunan Kalijaga ataupun makam Raden Fatah yang berada di Masjid Agung pada malam Jumat Kliwon. Dimana kegiatan itu dilakukan tiap 35 hari sekali. (Prayitno: juru kunci makam sunan Kalijaga dan Takmir Masjid Agung Demak) B. Asal Mula Tradisi Kliwonan Kebiasaan Sunan Kalijaga yang sering berikhtikaf dan dzikir di mushola kadilangu, sekarang Masjid Kadilangu berada didekat makam Sunan Kalijaga, pada malam Jumat Kliwon. Dilihat oleh para santrinya dan merekapun meneladani kebiasaan Sunan Kalijaga tersebut. Kebiasaan itu kemudian ditiru oleh lebih banyak orang. Sampai beliau wafatpun kebiasaan itu masih tetap berlangsung. Dan kebiasaan itu oleh masyarakat dinamakan dengan nama jumat Kliwonan. Hal ini membuat masyarakat sering mengunjungi makam sunan Kalijaga. Walaupun tidak malam Jumat Kliwon masyarakat Demak ataupun luar kota tak menutup kemungkinan untuk tetap mengunjungi Makam Sunan Kalijaga. C. Tentang Tradisi Kliwonan Tradisi Kliwonan dimulai secara turun-temurun sejak pada zaman wali, sehingga untuk tepatnya kapan tradisi ini dimulai belum dapat dijelaskan secara pasti. Jumat Kliwon adalah hari yang ditentukan untuk melakukan ziarah, dan asal-mulanya pada zaman hidup Sunan Kalijaga, malam jumat Kliwon dianggap keramat oleh masyarakat hindu-budha di Jawa. Mereka biasa membakar kemenyan dan memberi sesaji ditempat yang dianggap keramat. Karena mereka masih percaya bila mereka tidak memberikan sesajian maka mereka akan mendapatka bala (kesialan\celaka). Kemudian oleh para wali berusaha untuk menghilangkan kebiasaan yang dianggap musyrik. Para wali tidak secara serentak menolak kebiasaan tersebut, karena ditakutkan masyarakat Jawa akan lari jika adat nenek moyang mereka ditentang oleh para Wali. Merekapun berusaha untuk menuntun kebiasaan tersebut untuk diganti dengan berziarah dimakam dan beribadah di Masjid

10

Usaha tersebut berhasil. Para Wali kemudian memilih hari malam jumat Kliwon sebagai hari untuk mengadakan dakwah karena hari jumat adalah hari yang mulia di agama Islam dan Kliwon karena menyesuaikan kondisi pada saat itu. D. Bagaimana tradisi Kliwonan dapat terjaga Tradisi tersebut dapat terjaga karena kerjasama antara kasepuhan kadilangu, tamir Masjid Agung Demak, dan Pemerintah Kabupaten Demak. Mereka bersama masyarakat tetap mempertahankan tradisi berziarah dimalam jumat Kliwon tersebut. Dari segi kegiatan yang dilakukan, baik di Masjid maupun Makam Sunan Kalijaga tradisi ini tidak banyak berubah sejak dahulu. Hanya ada satu perubahan yaitu dimulai kurang lebih 60 tahun yang lalu, K.H Muzzazin Munawar mempelopori adanya acara pengajian ditiap malam Jumat Kliwon yang diadakan di komplek makam Raden Fatah yang berada di Majid Agung Demak. Yang sebelumnya pengunjung hanya berdoa, membaca Yasin dan Tahlil secara sendiri-sendiri, sejak saat itu dilakukan bersamasama yaitu badal atau sesudah isya. Dan sampai sekarang pengajian itu masih terus diadakan. E. Tentang pengunjung Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak dari Januari 2003 sampai Maret 2009 total sebanyak 1.670.219 orang mengunjungi makam Raden Fatah di Masjid Agung Demak. Dari jumlah tersebut 2035 diantaranya adalah orang asing (luar negeri). Untuk pengunjung makam Sunan Kalijaga dalam 6 tahun terakhir mencapai 2.783.674 orang, 2208 adalah wisatawan asing (luar negeri). Para pelancong asing tersebut umumnya berasal dari Malaysia, Eropa, Brunei dan Negara-negara lain di dunia. F. Pengaruh tradisi Jumat Kliwon terhadap masyarakat Demak Yang dimaksud dengan pengaruh disini adalah sesuatu yang dapat memberi perubahan terhadap apa yang sebelumnya masih dalam keadaan lama dan perubahan tersebut dapat menjadikan suatu hal menjadi lebih baik ataupun mengalami kemunduran, tergantung bagaimana penataan dari perubahan tersebut. Dimana perubahan itu mengarah pada peningkatan ataupun pada kemerosotan. Seperti halnya pengaruh dari jumat Kliwonan yang merupakan tempat wisata, cagar budaya, dan nilai sejarah Kabupaten Demak. Tradisi Jumat Kliwonan dapat memberi perubahan atau pengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat. Pengaruh

11

tersebut dapat dilihat dalam berbagai bidang, namun layaknya sebuah perubahan tidak lepas dari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan, antara lain: 1. a. Dampak positif Bidang Agama dan Sosial. Dengan adanya tradisi malam Jumat Kliwonan membuat pengetahuan masyarakat Demak tentang agama Islam semakin kuat, hal ini memperkuat citra Kabupaten Demak sebagai Kota Wali. Jumat Kliwonan juga menjadi ajang pertemuan umat muslim yang bertempat tinggal di berbagai daerah/kota sekitar Makam Sunan Kalijaga khususnya masyarakat Demak, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang dekat ke makam Sunan Kalijaga dari berbagai daerah diantaranya dari kota Jepara, Purwodadi, dan Semarang. Hal ini sudah terbukti dengan dilakukannya wawancara terhadap 354 pengunjung dalam tiga kali wawancara pada bulan April 2009 di malam Jumat, yang salah satunya adalan malam Jumat Kliwon yaitu pada tanggal 16 April 2009. b. Bidang Ekonomi Segi positif dari bidang ekonomi antara lain dengan adanya tradisi Kliwonan dapat dirasakan oleh individu secara langsung. Dengan adanya tradisi jumat Kliwon mampu menciptakan lapangan kerja baru. seperti menjadi tukang parkir, pedagang souvernir, pedagang makanan, dan lain-lain

Gambar 2. Jejeran pedagang souvenir di kawasan Makam Sunan Kalijaga Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten demak pada tahun 2007 di makam Sunan Kalijaga terdapat total 107 pedagang dari 107 pedagang tersebut 60 diantaranya adalah pedagang souvenir. Mereka berjajar diantara gapura makam Sunan Kalijaga hingga depan gerbang 12

makam Sunan Kalijaga. 7 warung makan dan 6 pedagang buah-buahan yang berada di sepanjang jalan raya yang menuju ke depan makam Sunan Kalijaga, sedangkan 33 pedagang lainnya, penjual bunga, penjual wewangiannya. Adapun keuntungan mereka untuk setiap golongan pedegang adalah untuk pedagang souvenir mencapai Rp.1.200.000,00, warung makan Rp.1.500.000, pedagang buah-buahan Rp.1.000.000,00 dan untuk pedagang golongan pedagang yang lain keuntungannya mencapai Rp. 700.000,00. Selain para pedagang juga terdapat pelaku usaha lain yang rincian pendapatan dan jumlahnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Wisma Penginapan Penyedia Jasa Kamar Mandi Pengusaha Titipan Sepeda/Motor Pengamen Pedagang Asongan Tukang Pijit Tukang Becak Jenis Usaha Jumlah 1 lokasi 1 lokasi 20 lokasi 38 lokasi 6 orang 7 orang 6 orang 69 orang Pendapatan/Bulan Rp 2.500.000,00 Rp 800.000,00 Rp 400.000,00 Rp 525.000,00 Rp 30.000,00 Rp. 450.000,00 Rp 300.000,00 Rp 600.000,00

Tabel 1. (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak) Selain para pelaku usaha diatas di Makam Sunan Kalijaga juga terdapat para pengemis. Dihari biasa jumlah mereka berkisar 8 sampai 12 orang, namun akan meningkat menjadi 17 sampai 25 orang pada hari tertentu, seperti pada malam Jumat Kliwon dan hari-hari besar lainnya. Sedangkan untuk Masjid Agung Demak, keberadaannya sekarang ini mampu menampung tenaga kerja sebanyak 327 orang. Dimana 84 orang adalah pedagang. Souvenir yang memiliki keuntungan rata-rata mencapai Rp 1.000.000,00 selama bulan, 28 orang pegawai ditambah pemilik dirumah makan yang berpenghasilan Rp 750.000,00, 9 orang adalah penjual buah-buahan yang mampu meraup laba sebesar Rp 1.000.000,00, 94 orang adalah tukang becak dan dokar yang mampu mengumpulkan uang sebanyak Rp 840.000,00 dan Rp 750.000,00, 52 orang adalah tukang ojek yang mendapatkan penghasilan Rp 600.000,00 dan sisanya adalah penjual asongan dengan keuntungan Rp 75.000,00 per bulan.

13

Secara menyeluruh dengan adanya tradisi Jumat Kliwonan, pemerintah kota Demak setidaknya mendapatkan dana dari retribusi sebanyak lebih dari setengah juta rupiah per Jumat Kliwon. Dana tersebut diambil dari pengunjung yang berasal dari dalam maupun luar kota yang memakai kendaraan bermotor. c. Bidang Sejarah Segi positif dari adanya tempat wisata berupa Makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak, pengunjung juga dapat mempelajari kembali mengenai nilai-nilai history atau sejarah yang terkandung didalamnya, misal proses masuknya Islam di Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Demak dan peninggalan sejarahnya.

Gambar 3. Bagian dari museum di Masjid Agung Demak 2. a. Dampak negatif Bidang Sosial Para pemuda dan pemudi yang datang ke makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak biasanya datang secara berpasangpasangan. Kebanyakan dari mereka yang berpasangan setelah berziarah ke makam Sunan Kalijaga mereka akan menuju ke kolam yang berada di sisi kanan gerbang masuk utama. Tempat itu dijadikan tempat untuk berdua-duaan dikarenakan kurang mendapatkan cahaya lampu. Banyak lampu kolam yang tidak menyala.

Gambar 4. Pemuda-Pemudi berduaan di tepi kolam 14

Untuk di sekitar Masjid Agung, para pemudapemudi tersebut berduaduaan di bawah pohon beringin yang berada di tepi alun-alun kota Demak. Mereka juga tersebar di pagar depan Masjid tersebut. b. Bidang Hukum Banyaknya pengunjung yang datang ke makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak meningkatkan prosentase tindak kriminal yang terjadi di daerah tersebut. Walaupun hal ini tidak begitu tersorot oleh pihak pengelola dan penanggung jawab makam Suan Kalijaga dan Masjid Agung Demak, namun setidaknya dalam setahun terakhir ada 3 laporan tindak kriminal. Pada kamis 23 Oktober 2008 telah terjadi pencurian Sepeda Motor, di Desa Kadilangu, kelurahan Kadilangu. Pada februari 2009 terjadi pencurian Sepada Motor, di halaman Masjid Kadilangu . Para pengunjung yang datang ke makam Sunan Kalijaga maupun Masjid Agung pada malam Jumat Kliwon banyak yang tidak memakai kelengkapan mengendarai sepeda motor. Mereka ada yang tidak memakai helm, SIM, maupun STNK.

15

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah kita meninjau dan sekaligus mengetahui tentang gambaran secara umum mengenai tradisi Jumat Kliwonan sebagai potensi Wisata Kabupaten Demak beserta dampak positif dan negatif yang ditimbulkannya kita dapat menyimpulkan bahwa tradisi Jumat Kliwonan adalah kegiatan berziarah ke makam Sunan Kalijaga ataupun makam Raden Fatah yang berada di Masjid Agung pada malam Jumat Kliwon. Dimana kegiatan itu dilakukan tiap 35 hari sekali. Tradisi tersebut memiliki dampak positif yang amat besar yaitu : 1. Sebagai ajang silaturahmi bagi para umat muslim yang berada di dalam maupun di luar kota Demak, 2. Sebagai penyumbang APBD Kabupaten Demak, 3. Dapat meningkatkan citra Kabupaten Demak sebagai Kota Wali, dan 4. Membuka banyak peluang kerja bagi masyarakat sekitar, yang akhirnya dapat memberdayakan SDM yang ada Namun tradisi tersebut juga memiliki dampak negatif yaitu : 1. Sebagai hari dimana banyak terjadi pelanggaran lalu lintas di malam hari. 2. Sebagai waktu yang dijadikan untuk berduaan di lokasi untuk berziarah, dan 3. Sebagai malam yang tingkat kejahatannya lebih banyak dibandingkan dengan malam hari yang lain. B. Saran Demak sebagai salah satu pusat kerajaan Islam di Jawa pada masa lampau memiliki potensi wisata yang cukup besar. Potensi tersebut antara lain : Taman Ria Demak, Makam Kadilangu, Masjid Agung Demak, Morosari, dan lain sebagainya. Namun, diantara Potensi-potensi pariwisata yang ada di Demak ini, Makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak lah yang menjadi aset potensi paling unggul dan menguntungkan di Kabupaten Demak. Objek religi yang ada di Demak, Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu merupakan lokasi wisata ziarah terbesar di Jateng. Bahkan, Masjid Agung tersebut sudah diposisikan sebagai destinasi kunjungan wisata religi terbesar di Indonesia. Sebagai tempat wisata yang mempunyai potensi cukup besar, sayang bila kita abaikan potensi tersebut. Dengan demikian, kita harus senantiasa menjaga, merawat, 16

dan melestarikan potensi wisata Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga sebagai Master Piece wisata religius di kota Demak bahkan di Jawa, maka keberadaan Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga perlu untuk dipertahankan eksistensinya. Dengan menggugah rasa Handar Beni dari seluruh warga Demak, maka diharapkan Kabupaten Demak dapat di tata dan dikembangkan menjadi kota Ziarah Islami yang pertama di Indonesia sebagai pionir kota-kota lainnya, yang dapat mendatangkan kesejahteraan dan kebanggaan seluruh warga kota dan Kabupaten Demak. Bagi kepolisian sektor Demak kota, agar meningkatkan dan keamanan terhadap para pengunjung yang datang ke makam Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak, khusus pada malam Jumat Kliwon. Bagi pemerintah Kabupaten Demak, tradisi Jumat Kliwonan terbukti lebih besar manfaatnya dari pada dampak negatif yang ditimbulkan untuk itu tradisi tersebut harus terus dijaga dan ditingkatkan jangan sampai punah. Pemerintah bisa bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang terkait demi kemajuan tradisi Jumat Kliwonan sebagai potensi wisata yang ada di Kabupaten Demak.

17

Daftar Pustaka

1. Emsa, Mochammad Dachirin. 1976. Skripsi Peranan Masjid Agung Demak dalam Dawah Islamiyah 2. Hariadi, Sugeng. 2002. Sejarah Berdirinya Masjid Agung Demak &Grebeg Besa. Grobogan : CV. Mega Berlian 3. Syamlawi, Ichsan dkk. 1983. Keistimewaan Masjid Agung Demak.Salatiga : CV Saudara. 4. Tim penyusun Kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 5. http://cetak.kompas.com/red/xml/2008/08/25/1040423/ribuan.peziarah.ke.m akam.sunan.

18

Lampiran

19

Lampiran

20

Lampiran

21

Lampiran

22

Lampiran

23

Lampiran

24

Lampiran

25

Lampiran

26

Lampiran

27

28