LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Insidensi dan prevalensi penderita diabetes mellitus (DM) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut International Diabetes Federation Cit Andros et al (2005) pada tahun 2003 jumlah penderita DM di seluruh dunia adalah 194 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita akan meningkat sampai dengan 313 orang (6,6% populasi dewasa). Insidensi ulkus kaki diabetik juga mengalami peningkatan yang luar biasa, diperkirakan 15 % penderita DM akan mengalami kejadian kaki diabetik dan lebih dari 70 % kejadian amputasi kaki di Amerika Serikat adalah pasien dengan ulkus kaki diabetik (Riber GE, et al. cit Adros, 2005) Di Indonesia sendiri masalah ulkus kaki diabetik pada penderita DM masih merupakan masalah yang sangat besar. Angka kematian dan angka amputasi masih sangat tinggi. Waspadji cit Sudoyo (2006) menyebutkan bahwa data dari RSUPN dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2003 angka kematian mencapai 16 % dan angka amputasi mencapai 25 %. Nasib para penyandang DM pasca amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam waktu setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan meninggal dalam waktu 3 tahun pasca amputasi. Penatalaksanaan ulkus kaki diabetik terutama difokuskan untuk mencegah dan menghindari amputasi ekstremitas bawah. Sehingga penting bagi seorang perawat untuk melakukan penilaian ulkus kaki diabetik secara menyeluruh dan melakukan perawatan dengan baik. Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif multidisipliner. Misalnya melalui upaya mengatasi penyakit komorbid, menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab, penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi sesuai dengan indikasi. Penatalaksanaan penyakit DM melibatkan sistem multi organ yang akan mempengaruhi penyembuhan luka. Hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, gangguan kardiovaskular (stroke, 1

description

ffffaaaafff

Transcript of LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

Page 1: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Insidensi dan prevalensi penderita diabetes mellitus (DM) semakin meningkat

dari tahun ke tahun. Menurut International Diabetes Federation Cit Andros et al (2005) pada tahun 2003 jumlah penderita DM di seluruh dunia adalah 194 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita akan meningkat sampai dengan 313 orang (6,6% populasi dewasa). Insidensi ulkus kaki diabetik juga mengalami peningkatan yang luar biasa, diperkirakan 15 % penderita DM akan mengalami kejadian kaki diabetik dan lebih dari 70 % kejadian amputasi kaki di Amerika Serikat adalah pasien dengan ulkus kaki diabetik (Riber GE, et al. cit Adros, 2005)

Di Indonesia sendiri masalah ulkus kaki diabetik pada penderita DM masih merupakan masalah yang sangat besar. Angka kematian dan angka amputasi masih sangat tinggi. Waspadji cit Sudoyo (2006) menyebutkan bahwa data dari RSUPN dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2003 angka kematian mencapai 16 % dan angka amputasi mencapai 25 %. Nasib para penyandang DM pasca amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam waktu setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan meninggal dalam waktu 3 tahun pasca amputasi.

Penatalaksanaan ulkus kaki diabetik terutama difokuskan untuk mencegah dan menghindari amputasi ekstremitas bawah. Sehingga penting bagi seorang perawat untuk melakukan penilaian ulkus kaki diabetik secara menyeluruh dan melakukan perawatan dengan baik. Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif multidisipliner. Misalnya melalui upaya mengatasi penyakit komorbid, menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab, penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi sesuai dengan indikasi. Penatalaksanaan penyakit DM melibatkan sistem multi organ yang akan mempengaruhi penyembuhan luka. Hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, gangguan kardiovaskular (stroke, penyakit jantung koroner), gangguan fungsi ginjal dan sebagainya harus dikendalikan. Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan meliputi debridemen, mengurangi beban tekanan (off loading), dressing, dan pengendalian.

Masalah pengelolaan ulkus kaki diabetik merupakan masalah yang rumit dan sampai saat ini pengelolaannya tidak maksimal. Selain penerapan IPTEKS yang masih sangat minim, yaitu hanya dengan kompres basah dengan kassa (moist gauze) hal ini juga diperparah oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai ulkus kaki diabetes dan perawatannya ketika berada di rumah. Penatalaksanaan mutakhir terkait dengan ulkus kaki diabetik diantaranya adalah penggunaan hiperbarik oksigen dan teknik tekanan negatif (negative pressure wound therapy). Teknik tekanan negatif ini telah berkembang dengan pesat dan sekarang ini telah banyak digunakan di berbagai negara, terutama di negara Eropa Barat (Jerman) dan Amerika Serikat. Teknik tekanan negatif mempunyai keuntungan yaitu biaya relatif lebih murah dibandingkan penggunaan hiperbarik oksigen.

1

Page 2: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa kasus klien kaki diabetes dan terapi yang digunakan di ruang perawatan di RSUD dr. Sutomo Surabaya dan mengetahui terapi mutkahir yang bisa dijadikan solusi tambahan dalam perawatan klien kaki diabetes dan mengevalusi kemungkinan penerapannya.

1.2.2 Tujuan KhususTujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah : 1) Mengetahui seberapa besar masalah kaki diabetes di Indonesia beserta

komplikasinya, khususnya di RSUD dr Sutomo Surabaya2) Mengetahui terapi perawatan kaki diebetes yang digunakan di RSUD dr.

Sutomo Surabaya 3) Mengetahui dan menganalisa terapi mutakhir terkait perawatan ulkus kaki

diabetik4) Mengetahui penerapan negative pressure wound therapy sebagai salah satu

alternatif terapi perawatan ulkus kaki diabetik

2

Page 3: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

BAB II LAPORAN ANALISIS MASALAH

2.1 PENGKAJIAN DAN ANALISIS MASALAH Dari hasil pengamatan kelompok di Ruang Pandanwangi RSUD Dr. Soetomo

Surabaya didapatkan bahwa para perawat hanya mendokumentasikan pengkajian dan pemeriksaan rutin serta tindakan-tindakan pendelegasian/advise dari dokter, para perawat belum menggunakan sistem dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan fokus pendokumentasian, yaitu pengkajian; diagnosa keperawatan; rencana keperawatan; implementasi dan evaluasi. Alasan yang diutarakan oleh para perawat adalah karena kesibukan atau terlalu banyak pasien dan kegiatan rutin ruangan sudah cukup menyita waktu.

Intervensi keperawatan seharusnya terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman. Fokus intervensi yang diamati adalah perawatan luka gangren pada kaki. Telah banyak perkembangan mutakhir perawatan luka gangren yang intinya adalah demi kepentingan pasien. Dari hasil pengamatan kelompok di Ruang Pandanwangi RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan bahwa perawatan luka gangren pada kaki dilaksanakan menggunakan PZ dan savlon tanpa dilakukan nekrotomi. Sehingga kebanyakan luka menjadi lama sembuh dan bahkan terjadi infeksi nosokomial, yang menyebabkan terjadinya komplikasi lanjutan yang justru akan memperparah kondisi pasien.

2.2 PENGKAJIAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSAPengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan klien secara

sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya (Allen, 1998). Tujuan dari tahap pengkajian adalah mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Klien dikaji saat memasuki sistem pemberian perawatan kesehatan. Komponen tahap pengkajian, meliputi : pengumpulan data, validasi data, dan identifikasi pola atau divisi

2.2.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistematik tentang

klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien (autoanamnesa) atau dari orang lain (alloanamnesa), yaitu dari keluarga, orang terdekat, masyarakat, atau dari rekam medik (hasil pemeriksaan laboratorium, tes diagnostik, dll). Klien adalah sumber data primer atau asli. Sedangkan sumber data yang lain disebut dengan data sekunder. Menurut Allen (1998) metode pengumpulan data yang utama adalah Observasi, Wawancara, Konsultasi dengan spesialis, dan pemeriksaan langsung terhadap tubuh pasien.

Manusia mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap suatu masalah. Hal ini dipengaruhi oleh nilai budaya, kepercayaan, dan agama klien. Sehingga penting bagi perawat untuk mengkaji respon individual klien terhadap masalah dan hindari generalisasi. Data yang terkumpul membentuk data dasar klien. Data dasar selanjutnya akan digunakan untuk perbandingan nilai klien dan standar untuk memastikan keefektifan pengobatan, asuhan keperawatan dan pencapaian kriteria

3

Page 4: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

hasil. Selama pengumpulan data, data klinik dikategorikan sebagai data subjektif dan objektif.

Data Subjektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Klien mengungkapkan persepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri atau nyeri. Data subjektif adalah informasi yang diucapkan oleh klien kepada perawat selama wawancara atau pengkajian keperawatan, yaitu komentar yang didengar oleh perawat. Data subjektif biasa disebut ”gejala”. Data subjektif atau gejala adalah fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan kebiasaan dari sensasi normal klien.

Data Objektif didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan ditunjukkan secara faktual. Fenomena yang dapat diamati dapat dikumpulkan oleh seseorang selain daripada klien. Data objektif dapat diamati dan diukur. Data objektif merupakan informasi yang dikumpulkan perawat melalui indera perawat. Data objektif adalah informasi yang didapatkan perawat melaui obseravsi atau inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi. Data objektif disebut dengan “tanda”. Data objektif dapat juga diperoleh dengan melakukan pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan laboratorium dan lain-lain

2.2.2 Validasi Data Tujuan dari validasi data adalah untuk mengetahui :1) Apakah data dari klien mencerminkan nilai dan standar yang normal atau

abnormal ? 2) Apakah data objektif menegaskan dan mendukung data subjektif ? 3) Apakah informasi yang dikumpulkan akurat? dan sebagainya.

Validasi data merupakan perbandingan data subjektif dan data objektif yang dikumpulkan dari sumber primer (klien) dan sekunder (misal; rekam medik) dengan standar dan nilai normal yang diterima. Suatu standar atau nilai merupakan aturan atau ukuran yang lazim dipakai. Perawat membandingkan komentar klien, data subjektif dengan data objektif yang dapat diukur. Perawat memeriksa apakah data objektif memvalidasi data subjektif. Perawat memeriksa apakah nilai klien, subjektif dan objektif terletak dalam rentang nilai dan standar normal yang lazim dipakai, seperti tanda-tanda vital normal, nilai laboratorium, pemeriksaan diagnostik, pertumbuhan dan perkembangan normal dan lain-lain.

2.2.3 Identifikasi Pola atau Divisi Pola atau divisi merupakan gabungan dari beberapa data yang sama dan

menunjukkan rangkaian tingkah laku selama periode waktu daripada kejadian-kejadian tersendiri. Pola kesehatan dan divisi membantu mengatur data yang telah dikumpulkan. Data yang sama dikelompokkan dalam pola dan divisi tertentu. Kesenjangan informasi diatasi dengan mengkaji kembali klien. Pola pengkajian yang dapat dipakai adalah Pola Kesehatan Fungsional dari Gordon, 13 Divisi Diagnosa dari Doengoes atau lainnya. Dalam hal ini kelompok menggunakan teori self care dari Dorothe Orem.

4

Page 5: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

2.3 PENGKAJIAN KASUS KLIEN DENGAN MENGGUNAKAN FORMAT OREM

Nama : Ny. W Jenis kelamin : perempuanUmur : 59 tahun Masuk dari : UGDTanggal Pengkajian : 26/10/2010 Waktu : 09.00Datang Ke RS dengan: Kursi roda TB : 150 cmDiagnosa medis : DM dan gangren pedis BB : 53 kgBarang Berharga : Dibawa keluargaAlat bantu : Kacamata dan gigi palsuOrientasi terhadap ruangan : tidak diberikan orientasiWaktu minum terakhir : jam 08.00Informasi diberikan oleh : Pasien dan keluarga

PENYIMPANGAN KESEHATANAlergi obat & makanan : tidak adaObat-obatan : Persantin 75 mg (2x1) p.o, Injeksi metronidasol 3 x

500 mg ampicillin 3x1gr, actrapid 3x4U ivAlasan dirawat inap (persepsi pasien): pasien ingin sembuhRiwayat penyakit : penyakit ginjal dan DMRiwayat rawat inap : pernah dirawat di RS haji 1 bln yang lalu dengan

keluhan luka pada kaki kananDarah : pernah mendapatkan tranfusi PRC 2 kolf selama

dirawat di RS (16/10/2010). Tidak ada reaksi alergi.Kebutuhan perawatan diri universal : pasien mengeluh pusing

PERNAPASAN TERMASUK SIRKULASIPasien tidak merasakan adanya keluhan ketika bernapas, tidak ada nyeri dada

KESEIMBANGAN NUTRISI DAN CAIRAN Diet : DM III, makanan 3x1 porsi tidak dihabiskanAsupan cairan : kurang,Berat badan : BB berkurang,Mulut/gigi : mulut dan gigi kotor dan berbau, ELIMINASIEliminasi : BAB 4 hari yang lalu, konstipasiPola berkemih : pasien mengalami disuriaKONDISI NORMALPasien mengerti bahasa Indonesia, tidak mengalami penurunan memori, pendengaran tidak mengalami penurunan dan penglihatan tidak terganggu.Kognisi : menjawab pertanyaan perawat dengan tepat tetapi saat

diklarifikasi tentang masalah yang dihadapi, pasien selalu mengungkapkan ketidakiklasannya tentang anaknya yang baru 1 bulan lalu meninggal

REPRODUKSIPasien sudah menopause sejak usia 50 thPSIKOSOSIAL/SPIRITUALBagaimana anda mengatasi stres? Pasien mengatakan ketika stres menangis dan kadang bercerita kepada anaknya

5

Page 6: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

Masalah khusus terkait dengan rawat inap? Ya. Pasien selalu memikirkan anaknya yang meninggal 1 bulan yang lalu dan ketidakmauan kakinya untuk diamputasi (padahal tidak ada intervensi untuk amputasi), luka pada pedis sebelah kanan masuk grade III, tidak merasa nyeri

PERLINDUNGAN DAN KENYAMANANKetidaknyamanan/nyeri : pasien tidak mengalami nyeriResiko kerusakan kulit : resiko terjadi kerusakan kulit dan infeksi ( Hasil lab tangal 22 Okt 2010 :WBC : 8,7x10³/UL, Hb : 4,5 gr%, Plt :635.10³ mg/dl; tangal 26/10/2010 GDP 61 mg/dl)Resiko jatuh : tidak, pasien ditunggui keluarga

AKTIVITAS DAN ISTIRAHATTingkat energi : rendahBantuan yang diperlukan : kursi rodaSemua fungsi mandiri : ADL tidak mandiri, makan dan minum memerlukan

bantuan dari orang lain, tidur, mobilitas, berbelanja, menaiki tangga : tergantung/tidak mampu; mandi, berpindah, masak, berpakaian, ambulasi, pemeliharaan rumah : memerlukan bantuan dari orang lain dan alat bantu, pasien tidak melakukan Olahraga

Adakah sesuatu yang membatasi aktivitas anda? Ya. aktivitas terganggu oleh luka pada kaki kanan, badan terasa lemas.

Jam tidur : Pasien biasa tidur 5 jam/hari, semenjak dirawat pasien mengalami gangguan tidur (tidak bisa tidur sama sekali)

PENGKAJIAN PERENCANAAN PULANGAdakah Individu lain yang tinggal di rumah bersama anda/ pengaturan keluarga yang tinggal di rumah? Ada. Pasien tinggal bersama suami, anak perempuannya, menantu serta cucunya. Sistem pendukung (teman dekat/anggota keluarga) serta nomor telepon yang dapat dihubungi ? selama ini pasien dekat dengan anaknya yang sudah meninggal 1 bulan yang laluSiapakah yang dapat membantu perawatan anda di rumah? Suami dan anak

Pemanfaatan sumber di komunitas? Tidak ada Layanan pra rumah sakit : tidak ada Perawatan di rumah : Tidak ada, pasien hanya akan di rawat

keluarga Lingkungan : Tidak ada masalah Hambatan tata ruang rumah : Ya, kamar mandi sulit di jangkau Transportasi : memakai angkutan umum Keuangan : JAMKESMAS Kebutuhan pengajaran sebelum pulang : Pasien belum tahu tentang perawatan luka yang benar dan diet DM

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

6

Page 7: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

DS : Pasien mengatakan luka di kaki kanannya tambah parahDO :- Terdapat luka pada pedis

dextra grade III- Bau gangren, warna

kemerahan di tepi, ada jaringan nekrosis dan pus.

- Diameter luka ± 10 cm- GDP : 61 ml/dl- WBC : 8700/UL

Gula darah meningkat

Metabolisme protein terganggu

Peningkatan lipid

Suplai oksigen ke jaringan perifer terganggu

Timbul luka

Kerusakan integritas kulit

Kerusakan integritas kulit

DS : pasien mengatakan semua aktivitas dibantu oleh anaknya, badan terasa lemasDO : semua ADL pasien di bantu oleh keluarga, mulut dan gigi bau, menggunakan kursi roda untuk ambulasi

Adanya luka pada pedis

penurunan kapasitas energi

Defisit perawatan diri

2.4 MASALAH KEPERAWATAN KLIEN (PICOT FRAMEWORK)1. Diagnosa Keperawatan IPROBLEM Kerusakan integritas kulit INTERVENTION 1. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik, menggunakan larutan

yang tidak iritatif, melakukan nekrotomi pada jaringan nekrosis.2. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik, pemberian insulin,

pemeriksaan kultur pus dan pemeriksaan gula darah 3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet yang sesuai4. Memberikan lingkungan yang nyaman5. Mengobservasi luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan setiap

hari6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai

diet untuk DM dan memotivasi untuk menjaga kebersihan sekitar tempat tidur

7. Mengajarkan senam kaki kepada pasienCRITERIA 1. Timbul granulasi pada luka dan terjadi penurunan grade luka gangren, dari

grade III menjadi grade II kemudian grade I atau sembuh2. Berkurangnya odema sekitar luka3. Berkurangnya pus dan jaringan nekrosis4. Luka tidak berbau lagi

OUTCOME Tercapainya proses penyembuhan lukaTIME 1. Perbaikan luka diharapkan terjadi setelah pasien dilakukan perawatan

selama 3 hari

2. Diagnosa Keperawatan 2PROBLEM Defisit perawatan diri INTERVENTION 1. Identifikasi tingkat kekuatan otot pada pasien

2. Berikan penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam kondisi normal

3. Memotivasi pasien untuk menggerakkan /mengangkat ekstremitas bawah sesuai dengan kemampuan

4. Bantu pasien memenuhi kebutuhannya5. Kerjasama dengan fisioterapis mengajarkan pergerakan kaki pada pasien

CRITERIA 1. Pergerakan pasien bertambah luas2. Pasien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri,

berjalan)

7

Page 8: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

3. Pasien dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan

OUTCOME Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimalTIME Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu pasien dapat

memenuhi ADL secara mandiri

2.5 SUMBER-SUMBER DI RUANGAN Sumber-sumber yang ada di ruangan meliputi sumber daya manusia, sarana

dan prasarana. Dari segi ketenagaan, ruangan sebenarnya mempunyai sumberdaya yang cukup. Apalagi didukung oleh banyaknya mahasiswa praktik, sehingga sedikit banyak membantu kinerja di ruangan. Sedangkan dari segi sarana dan prasarana memang ada beberapa keterbatasan, yaitu terkait jumlah set alat steril yang dimiliki. Yang mana jumlah alat yang dimiliki sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan perawatan klien, terutama perawatan luka.

2.6 ANALISIS INTERVENSI/PROTAP RUANGANIntervensi atau protap yang dilakukan pada Ny. W dengan DM + gangren pedis

dektra di Ruang Pandanwangi pada tanggal 26 Oktober 2010 adalah perawatan luka menggunakan PZ dan savlon. Kemudian melakukan kompres terhadap luka dengan PZ. Tindakan yang dilakukan sebagai berikut : 1. Perawat mengenakan handscoon2. Perawat mengambil pinset anatomi dan membuka kasa pembalut3. Mencuci luka dengan diguyur PZ4. Perawat mengambil kapas dan merendam ke cairan savlon5. Membersihakan luka dengan cairan savlon6. Membersihkan luka dengan kasa yang direndam PZ7. Tidak melakukan nekrotomi8. Menutup luka dengan kompres luka dan menutup dengan kasa perban

Protap perawatan luka kotor telah ada sesuai SK Direktur No Dokumen 02-SOP-IRNA_MED-017 tanggal 7 Juli 2007 tentang Protap perawatan luka kotor telah disusun dengan baik. Namun demikian dalam pelaksanaan masih ditemukan beberapa hal yang kurang tepat berdasarkan protap dan perlunya perbaikan protap yang ada antara lain :1. Instrumen yang digunakan tidak selengkap protap, terutama gunting 2. Cairan desinfektan yang semestinya 3% disiapkan dengan perbandingan savlon :

NaCl 0,9 = 1:13. Tidak ada komunikasi yang adekuat sebelum dan selama perawatan luka4. Tidak dilakukan nekrotomi pada jaringan yang mengalami nekrose5. Dalam protap disediakan Bethadine, sedangkan bethadine efeknya proses

menghambat proses granulasi, tetapi pada pelaksanaan perawat tidak menggunakan bethadine

6. Efektifitas perawatan luka yang perlu dikaji ulang karena telah 4 minggu dirumah dan 1 minggu perawatan di rsud terjadi luka yang belum membaik.

8

Page 9: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

BAB IIIUSULAN INTERVENSI

NEGATIVE PRESSURE WOUND THERAPY (NPWT)

2.1 PICOT FRAME WORKIntervensi Penatalaksanaan mutakhir terkait dengan ulkus kaki diabetik

diantaranya adalah penggunaan hiperbarik oksigen dan teknik tekanan negatif (negative pressure wound therapy). Teknik tekanan negatif ini telah berkembang dengan pesat dan sekarang ini telah banyak digunakan di berbagai negara dengan biaya relatif lebih murah dibandingkan penggunaan hiperbarik oksigen. Penggunaan teknik ini dalam banyak referensi disebutkan mampu meningkatkan percepatan penyembuhan luka. Oleh karena itu kelompok bermaksud untuk melakukan literature review terhadap penggunaan negative pressure wound therapy dan mengetahui “Apakah Negative Pressure Wound Therapy (VAC® Therapy) lebih efektif dibandingkan terapi standar untuk penyembuhan Diabetic foot wound pada pasien diabetes mellitus tipe II?”

2.2 SUMBER LITERATURLiteratur didapatkan dengan cara melakukan searching di internet

menggunakan website www.scholar.google.com dengan keyword negative pressure wound therapy dan topical negative pressure. Dari sana kemudian kami melakukan akses ke dalam situs yang dimaksud yang berisi beberapa penelitian terkait penggunaan terapi tersebut. Diantaranya adalah http://care.diabetesjournals.org/, http://dvd.sagepub.com/, http://www.o-wm.com/,http://www.ejves.com/, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/, http://www.journals.elsevierhealth.com/, dan lain-lain. Literature yang diperoleh merupakan hasil penelitian terkini (10 tahun terakhir) dengan jenis penelitian randomize controlled trial dan ada beberapa hasil penelitian sistematic review yang menguji efektivitas dan keamanan penggunaan negative pressure dalam perawatan luka.

2.3 TEORI KONSEP INTERVENSI3.3.1 DEFINISI

Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) atau biasa disebut dengan TNP (Topical Negative Pressure) merupakan terapi non farmakologis yang digunakan dalam penatalaksanaan luka akut maupun kronik, meliputi pressure ulcer (dekubitus), luka diabetik, maupun luka karena trauma. Menurut Fleischmann cit Vikatmaa (2008) konsep penggunaan tekanan negatif ini sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1940an. Namun mulai dikembangkan secara intensif pada tahun 1990 di Jerman dan Amerika Serikat. Perusahaan yang pertama kali mempatenkankan hasil penelitian ini adalah KCI (Kinetic Cncept Inc.) dengan nama Vacuum Asissted Closure (V.A.C).

3.3.2 MEKANISME KERJA NPWT Penggunaan NPWT dilakukan dengan cara memberikan tekanan negatif lokal

di permukaan luka. Permukaan luka akan tertutup oleh air tight film yang terhubung dengan suction tube (terhubung dengan control unit) yang mempunyai tekanan negatif terhadap permukaan luka dengan tekanan 50-175 mmHg. Biasanya yamg

9

Page 10: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

sering digunakan adalah 125 mmHg. Cairan yang disuction akan dikumpulkan dalam sebuah container pada control unit (Kirby, 2007)

Mekanisme NPWT dalam proses penyembuhan ulkus kaki diabetik adalah mempertahankan lingkungan luka tetap lembab (moist), membuang cairan dan material infeksi, menurunkan kolonisasi bakteri, meningkatkan formasi granulasi jaringan, pertumbuhan sel yang lebih cepat, meningkatkan aliran darah lokal, menurunkan jumlah bakteri, dan membuang protease yang membahayakan proses penyembuhan luka (Mendez-Eastman S. cit Kirby 2007). Secara statistik Kilpadi (2006) menyatakan bahwa pada pasien dengan NPWT terjadi penurunan level MMP 3, MMP 9 dari baseline. Dimana perubahan tersebut bermanfaat dalam membantu proses penyembuhan luka. Mekanisme ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Blume et al (2008) bahwa penggunaan NPWT (V.A.C) dapat meningkatkan proses penyembuhan luka melalui upaya penciptaan lingkungan luka yang lembab dan menurunkan edema.

Secara umum Andros et al (2005) menyatakan kelebihan metode NPWT dibanding dengan metode yang lain adalah metode ini dapat menyediakan lingkungan yang lembab, sehingga penyembuhan luka menjadi optimal, membuang eksudat yang keluar dari luka sehingga enzim protease di dalam eksudat juga ikut terbuat, enzim ini diketahui mengganggu proses penyembuhan luka. Selain itu kelebihan yang lainnya adalah kontrol infeksi, dimana pada hari ke-4 dan ke-5 luka yang tidak menggunakan NPWT jumlah bakteri dan kolonisasi bakteri meningkat. Sedangkan pada penggunaan NPWT hal ini tidak nampak. Kelebihan yang lainnya adalah NPWT dapat menstimulasi pertumbuhan sel secara fisik dengan meningkatkan angiogenesis, sehingga pertumbuhan sel baru akan maksimal. Hasil penelitian ini tidak didukung sepenuhnya oleh Mouës a et al (2006) yang menyatakan pada pasien yang mendapat terapi NPWT, luka memang menjadi lebih cepat sembuh dan luas permukaan luka juga mengalami penurunan dengan cepat dibandingkan pada terapi konventional. Namun demikian jumlah kolonisasi bakteri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara dua kelompok.

3.3.3 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASIMenurut Fleck dan Frizzell cit Kirby (2007) indikasi penggunaan terapi ini

adalah terutama paling cocok digunakan untuk luka stage III dan stage IV dengan granulasi yang jelek atau tidak mencukupi dan eksudate yang berlebihan. Secara umum, penggunaan NPWT dapat dipertimbangkan untuk luka kronik, jika ukuran luka hanya berkurang sedikit (<30 %) setelah 4 minggu perawatan dengan debridement atau jika eksudat tidak dapat dikontrol secara efektif dengan dressing harian. Indikasi penggunaan NPWT berdasarkan Konsensus yang disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA) selain untuk ulkus kaki diabetic adalah untuk pressure ulcer, luka kronik, luka akut dan traumatik, luka dehisiensi, luka bakar parsial, dan luka pada flaps dan graft (Andros, 2005).

Bukti klinis dari hasil penelitian studi kasus dan study cohort, mayoritas hasil penelitian menunjukkan bahwa efek penggunaan NPWT dapat menurunkan ukuran luka dan membantu proses penyembuhan luka. Hasil penelitian prospective randomized trial terhadap 24 pasien dengan luka kronik, non healing yang dilakukan oleh Joseph et al (2000) cit Kirby (2007) dengan membandingkan penggunaan NPWT dengan dressing normal saline menunjukkan bahwa luka yang diterapi dengan NPWT (VAC system) 64 % pasien menunjukkan granulasi jaringan yang

10

Page 11: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

baik sedangkan 81% pasien yang diterapi dengan normal saline menunjukkan adaya inflmasi dan fibrosis pada jaringan luka.

3.3.4 EFEK SAMPING Penerapan NPWT pada pasien harus dilakukan pada saat yang tepat.

Kelemahan-kelemahan dari terapi harus dipertimbangkan. Kebutuhan akan tenaga kesehatan yang professional (perawat) harus menjadi pertimbangan utama. Sehingga perawat harus mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang baik terhadap terapi ini dan kapan keputusan penggunaan terapi ini digunakan. Menurut Fleck dan Frizzell cit Kirby (2007) efek samping yang dialami oleh pasien mungkin adalah mengalami ketidaknyamanan atau nyeri ketika cairan dressing diganti. Tekanan yang digunakan harus ditentukan berdasarkan derajat nyeri yang dirasakan pasien. Jika nyeri menetap setelah penggurangan tekanan maka terapi NPWT seyogyanya dihentikan. Nyeri yang dirasakan akan sedikit dikacaukan karena nyeri mungkin berhubungan dengan tekanan negative ini atau dari luka itu sendiri. Masalah pada kulit secara topikal mungkin muncul selama penggunaan NPWT, yaitu munculnya infeksi jamur, candida, dan subepidermal granulasi. Namun hal ini jarang terjadi. Jika selama 7 atau 8 hari penggunaan NPWT tidak menunjukkan hasil yang positif, indikasi penggunaan terapi ini dapat dievaluasi lagi dan Terapi seharusnya dihentikan jika muncul pus terus menerus dari dressing atau terjadi perdarahan yang berlebihan.

3.3.5 KEAMANAN DAN EFEKTIVITAS NPWTDalam beberapa penelitian yang dilakukan terhadap keamanan dan efikasi

dari NPWT dalam penatalaksanaan diabetic foot ulcer disebutkan bahwa NPWT (Negative Pressure Wound Therapy) lebih aman dan efektif dari pada penggunaan AMWT (Advanced Moist Wound Therapy) dengan prodominan hydrogels and alginates. Blume, et.al (2008) melalui penelitian multicenter randomized control trial menyebutkan bahwa dalam 112 hari, penutupan secara komplet terhadap luka kaki diabetik dengan NPWT adalah 43,2 % (73 dari 169 orang) sedangkan dengan AMWT hanya 28,9 % (48 dari 166 orang) dengan p 0,007. Perkiraan median dengan Kaplan-Meier menunjukkan 100 % luka akan menutup dalam 96 hari (95 % CI 75-114) sedangkan dengan AMWT tidak dapat ditentukan. Pasien yang menggunakan NPWT juga menunjukkan bahwa kejadian amputasi kedua (secondary amputation) akan berkurang dengan signifikan (p ; 0.035). penilaian terhadap keamanan penggunaan NPWT dan AMWT dalam 6 bulan penelitian tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Dalam suatu study retrospektif yang dilakukan oleh Claire et al (2002) mengenai penggunaan NPWT (V.A.C) pada pasien non-healing wound di ekstrimitas bawah pada 17 orang pasien (14 orang diantaranya pasien diabetes) yang mengalami kegagalan dengan penggunaan debridement dan dressing standart selama rata-rata 8,2 minggu disebutkan bahwa dari 17 pasien 14 pasien mencapai penyembuhan luka yang baik. Dari segi pembiayaan, penggunaan NPWT dan Conventional Therapy (moist gauze) juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian di Belanda yang dilakukan oleh Mause cit Kirby (2007) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara NPWT dan Conventional Therapy, yaitu untuk NPWT biaya yang diperlukan adalah euro 2,204±1,282 Euro dan untuk Conventional Therapy adalah 2,529±1,365.

11

Page 12: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

Namun demikian yang menjadi pertimbangan dalam penerapan metode ini adalah hasil penelitian systematic review terhadap 14 penelitian Randomized Controled Trial (RCT) mengenai keamanan dan efekasi NPWT pada luka pressure ulcer, ulkus kaki diabetic, luka kronis miscellaneous yang dilakukan oleh Vikatmaa et al (2008) menunjukkan bahwa dari sekian banyak penelitian memang menyatakan bahwa NPWT aman dan efek samping serius jarang dilaporkan dan juga lebih efektif daripada terapi standar yang biasa dilakukan. Dari 14 penelitian tersebut hanya 2 penelitian yang mempunyai kualitas penelitian tinggi. Sehingga bukti yang ada dan reliabilitas tentang efektivitas NPWT masih jarang. Namun demikian sampai sekarang ada bukti sementara (tentative evidence) menunjukkan bahwa penggunaan NPWT memberikan hasil yang lebih baik daripada terapi standar yang saat ini dilakukan.

Hasil penelitian sistematic review yang dilakukan oleh Ubbink DT, et al (2008) terhadap penggunaan Topical Negative Pressure (TNP) menunjukkan bahwa terdapat manfaat yang baik terhadap penggunaan TNP pada luka kronis, namun belum didukung sepenuhnya oleh penelitian yang berkualitas baik. Sehingga perlu dilakukan suatu penelitian lanjutan dengan kualitas baik, metode RCT, dengan pelibatan sampel yang lebih besar.

3.4 IMPLIKASI DAN REKOMENDASI INTERVENSI Penggunaan metode NPWT dapat diaplikasikan dalam perawatan luka kaki

diabetic. Hal ini diperkuat dengan beberapa penelitian terkait yang menunjukkan efektivitas dan keamanan penggunaan metode ini. Menurut Kirby (2007) publikasi penelitian tentang efektivitas terapi NPWT (VAC therapy) lebih dari 325 publikasi, dimana 15 diantaranya adalah penelitian dengan menggunakan metode RCT menunjukkan hasil yang positif terhadap penggunaan metode ini. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Deva et al (2000) dengan design penelitian prospective concecutive patient series yang menunjukkan hasil bahwa dengan penggunaan Topical Negative Pressure (TNP) mempercepat penyembuhan luka kurang dari 6 minggu, dan menurunkan jumlah bakteri dan kolonisasi bakteri. Memang ada beberapa penelitian yang menghendaki dialakukan penelitian yang lebih besar dan dengan kualitas yang baik, diantaranya adalah Vikatmaa (2008). Namun Vikatama juga tidak menolak bahwa ada bukti tentatif terhadap penggunaan metode ini. Dari segi pembiayaan, penggunaan NPWT juga tidak menimbulkan ekstra cost bagi pasien. Hasil peneilitian Mause cit Kirby (2007) menunjukkan bahwa penggunaan NPWT dan terapi standar mengugunakan kassa lembab (moist gauze) juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu sampai saat ini kita mempunyai bukti-bukti yang mendasar dan berdasarkan hasil pengalaman klinis bahwa penggunaan NPWT dapat diterapkan dengan biaya yang juga relatif sama dengan terapi standar. Lavery (2007) dengan penelitiannnya tentang pemakaian NPWT di rumah juga menyatakan bahwa selain proses penyembuhan menjadi lebih cepat dari segi biaya sebenarnya tidak jauh berbeda antara penggunaan NPWT dengan terapi konvensional kassa.

12

Page 13: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

Andros et al (2005) menyatakan bahwa indikasi dan kontraindikasi penerapan terapi ini harus dipahami dengan baik oleh perawat. Indikasi terapi ini adalah untuk penyembuhan luka kaki diabetik, pressure ulcer, luka kronis, luka akut dan traumatic, luka defisiensi bedah, luka bakar parsial, dan luka flaps atau graft. Sedangkan kontraindikasinya adalah luka dengan malignasi, osteomyelitis yang tidak terobati, fistula yang tidak terekspose, jaringan nekrotik dengan timbulnya eschar, dan luka pada organ dan pembuluh darahn yang terbuka. Untuk luka osteomyelitis terapi ini dapat digunakan dengan mengkombinasikannya dengan debridement dan pemberian antibiotic topical.

Selain itu perawat juga harus memperhatikan hal-hal berikut penggunaan metode ini, diantaranya adalah infeksi, potensial perdarahan, penggunaan terapi antikoagulan, keganasan, kepatuhan pasien, pengurangan beban (offloading) dan ambulasi di rumah. Jika di daerah luka diperkirakan terdapat infeksi, maka terapi debridement dan pemberian antibiotic merupakan terapi utama. NPWT hanya bersifat sebagai terapi adjuvant saja. Potensial perdarahan bisa terjadi, sehingga perlu dilakukan monitoring yang ketat terhadap drainase cairan yang keluar pada container. Jika perdarahan yang excessive terjadi, sebaiknya penggunaan metode ini dihentikan. Penggunaan NPWT pada pasien yang mendapatkan terapi antikoagulan harus menjadi perhatian dokter dan perawat yang merawatnya. Jika muncul perdarahan, hendaknya tekanan negatif diturunkan dan jika perdarahan terus berlanjut setelah penurunan tekanan, maka hendaknya terapi dihentikan. Pada kasus keganasan, terapi ini tidak diindikasikan karena dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker. Selain itu kepatuhan pasien selama penggunaan alat dalam terapi ini sangatlah penting, kerena pasien harus tetap melakukan ambulasi dengan baik, dan banyak istirahat. Pada pasien ulkus diabetic yang mengalami dementia terapi ini juga sangat efektif namun harus dengan pengawasan.

Penerapan prosedur harus mempertimbangkan paling tidak dua aspek yaitu indikasi NPWT dan kemampuan staff dalam hal pengkajian kondisi pasien, terutama kondisi luka dan pengoperasian alat itu sendiri (Vacuum Assisted Closure). Sehingga diperlukan seorang perawat yang memang benar-benar mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Perawat yang ahli dalam bidang perawatan luka diabetik lebih dipilih untuk melakukan tindakan ini sehingga output yang dihasilkan menjadi lebih baik, serta meminimalkan efek negatif penerapan NPWT dan juga munculnya infeksi lokal pada luka, seperti candidiasis.

13

Page 14: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

BAB IVPENUTUP

4.1 KESIMPULAN NPWT (Negative Pressure Wound Therapy) atau dalam terminologi lain

disebut TNP (Topical Negative Pressure) merupakan suatu terapi mutakhir dalam penatalaksanaan penyembuhan luka kaki diabetes. Dari hasil beberapa penelitian penggunaan NPWT menunjukkan hasil yang lebih baik daripada penggunaan terapi konvensional lain, seperti advanced moist wound therapy (aplikasi hidrogel, dll), kassa lembab, dll. Tidak hanya itu saja, penggunaan teknologi ini bisa juga diaplikasikan pada kondisi luka lain, seperti luka dekubitus, luka kronik lain, luka traumatik atau akut, luka dehisiensi pada kasus pembedahan, luka bakar partial, dan juga luka setelah pemasangan flaps dan skingraft.

Mekanisme proses penyembuhan luka yang ditenggarai mempercepat proses dibandingakan dengan terapi lain adalah dengan metode ini dapat menyediakan lingkungan yang lembab, sehingga penyembuhan luka menjadi optimal, membuang eksudat yang keluar dari luka sehingga enzim protease di dalam eksudat juga ikut terbuang dan juga kontrol infeksi. Kelebihan yang lainnya adalah NPWT dapat menstimulasi pertumbuhan sel secara fisik dengan meningkatkan angiogenesis, sehingga pertumbuhan sel baru akan maksimal. Walaupun dalam beberapa penelitian disebutkan secara signifikan tidak ada perbedaan jumlah kolonisasi bakteri. Namun bukti klinis membuktikan bahwa penggunaan NPWT bermanfaat sekali dalam proses penyembuhan luka. Secara ekonomi, penggunaan NPWT juga tidak menunjukkan pemborosan. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan yang diperlukan hampir sama dengan terapi konvensional.

4.2 SARAN Penggunaan NPWT dalam regimen terapi luka kaki diebetes dapat

dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif. Dibandingkan dengan penggunaan Hiperbarik Oksigen yang membutuhkan chamber khusus, pengadaan alat ini relatif murah dan mudah serta tidak memerlukan ruangan khusus. Selain itu penggunaan alat ini (VAC; Vacuum Assisted Closure) juga relatif mudah dan dapat digunakan dirumah karena sifatnya yang portable, sehingga akan memudahkan dalam perawatan pasien di rumah. BOR dan LOS Rumah Sakit juga akan menurun. Peran perawat dapat dimaksimalkan dengan memberikan perawatan di rumah sakit dengan baik serta memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang penggunaan alat tersebut dan bahkan dapat dikembangkan suatu bentuk Home Care kepada klien. Untuk itu perawat perlu meningkatkan kemampuan baik berupa pengetahuan maupun ketrampilan dalam penggunaan alat tersebut.

14

Page 15: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal (1998). Memahami Proses Keperawatan ; dengan Pendekatan Latihan. Alih Bahasa oleh Christantie Effendy. Jakarta : EGC

Andros, George et.al, (2005). Consensus Statement on Negative Pressure Wound Therapy (V.A.C.® Therapy) for the Management of Diabetic Foot Wounds. OWM Jounal. June 2005. http://www.o-wm.com/files/docs/071406_kci.pdf. didownload pada tanggal 28 Oktober 2010.

Blume, Peter A. et.al (2008). Comparison of Negative Pressure Wound Therapy Using Vacuum-Assisted Closure With Advanced Moist Wound Therapy in the Treatment of Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Care Journal. April 2008. http://care.diabetesjournals.org/content/31/4/631.full.pdf+html. Didownload pada tanggal 2 November 2010

Carpenito, Lynda Juall. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC.

Claire, Michael P. et al (2002). Experience with Vacuum Assited Closure Negative Pressure Technique in the Treatment of Non-healing Diabetic and Disvasular Wound. American Orthopaedic and Ankle Society. Ink. http://www.efe.com.br/arquivos/Experiência com a Técnica de Pressão Negativa do V.A.C. .pdf. didownload pada tanggal 2 November 2010.

Deva, AK., et al (2000). Topical Negative Pressure in Wound Management. Med J Aust. 2000 Aug 7;173(3):128-31. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/10979377. didownload pada tanggal 7 November 2010.

Etöz, Abdullah, et al. (2004). The Use of Negative Pressure Wound Therapy on Diabetic Foot Ulcers: A Preliminary Controlled Trial, http://www.woundsresearch.com/article/2941, didownload pada tanggal 7 November 2010

Kilpadi, Deepak V. et al (2006). Composition of Wound Fluid From Pressure Ulcers Treated With Negative Pressure Wound Therapy Using V.A.C. Therapy in Home Health or Extended Care Patients: A Pilot Study, http://www.medscape.com/viewarticle/533859_1, didownload pada tanggal 8 November 2010

Kirby, Michael. (2007). Negative Pressure Wound Therapy. The British Journal of Diabetes & Vascular Disease. http://dvd.sagepub.com/content/7/5/230.full.pdf+html, didownload pada tanggal 8 november 2010.

Lavery, Lawrence A. et al. (2007). A comparison of diabetic foot ulcer outcomes using negative pressure wound therapy versus historical standard of care.

15

Page 16: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1742-481X.2007.00317.x/full, didownload pada tanggal 8 November 2010

Mouës a C.M. et al (2006). Comparing conventional gauze therapy to vacuum-assisted closure wound therapy: A prospective randomised trial. http://www.jprasurg.com/article/S1748-6815%2806%2900348-2/abstract, didownload pada tanggal 7 November 2010

Sudoyo, Aru dkk (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ubbink DT, et al (2008). Topical negative pressure for treating chronic wounds. http://www.journals.elsevierhealth.com/periodicals/bjps/article/S0007-1226% 2801%2993547-7/abstract, didownload pada tanggal 6 November 2010

Vikatama, P., et.al (2008). Negative Pressure Wound Therapy: a Systematic Review on Effectiveness and Safety. http://www.ejves.com/article/S1078-5884%2808%2900333-X/pdf. didownload pada tanggal 1 November 2010

16

Page 17: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

RINGKASAN PENELITIAN TENTANG NEGATIVE PRESSURE WOUND THERAPY

Peneliti Prosedur Partisipan Randomisasi Tindakan Kontrol Pegukuran outcome

Hasil

Peter A. Blume et al (2008)

Membandingkan NPWT dengan AMWT

342 patients

Multicentered RCT

NPWT (vacuum-assisted closure)

Advanced Moist Wound Therapy (AMWT)

Penutupan luka secara komplit (100% reepithelization) tanpa adanya drainage atau dressing

NPWT lebih aman dan efektif daripada AMWT pada penatalaksanaan luka kaki diabetic

P. Vikatmaa et al (2008)

Systematic literature review

14 penelitian RCT

Yes - - Efektivitas dan keamanan penggunaan NPWT

Bukti yang mempunyai realibiltas tinggi terkait penggunaan NPWT masih jarang. Namun demikian terdapat bukti tentative yang menunjukkan efektivitas NPWT dibandingkan dengan terapi konvensional lainnya.

Michael P. Claire (2002)

Pengalaman menggunakan VAC

17 pasien Yes Restrospective study

Penggunaan VAC pada pasien non healing wound pada kaki

- Penyembuhan Luka

Tidak semua pasien dapat menggunakan terapi VAC, terutama pasien yang menderita penyakit vaskuler perifer berat dan ukuran luka yang kecil sebaiknya diterapi dengan terapi yang lain. Pasien dengan luka yang besar lebih baik dilakukan skingraft.

Deva A.K et al (2000)

Penerapan TNP pada pasien post bedah plastik

30 patients

No, prospective consecutive

Topical negative pressure (TNP) menggunakan VAC device (KCI Medical, San Antonio, USA). Suction (75-125 mmHg) selama 48

- Penyembuhan luka komplit

Penggunaan TNP berhasil pada 26 orang (dari 30 pasien) dengan rata-rata waktu 35 hari. Penyembuhan luka juga menjadi lebih cepat dan diikuti oleh penurunan jumlah, jenis dan kolonisasi bakteri

17

Page 18: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

jam secara kontinu, kemudian dilakukan secara intermittent (2 min on, 5 min off).

Lawrence A Lavery et al (2007)

Penatalaksanaan luka kaki diabetik dengan NPWT

1135 patient

Yes, RCT NPWT Standard wet-to-moist therapy

Penyembuhan luka dan biaya

Penggunaan NPWT menunjukkan penyembuhan luka yang lebih cepat dalam 12 minggu (39,5 % vs 23.9 %) dalam 20 minggu (46,3 % vs 32.8%) p = 0.001 Biaya perawatan selama 20 minggu hampir sama antara penggunaan NPWT dan perawatan dengan wet-to-moist therapy.

Abdullah Etöz et al (2004)

Membandingkan penggunaan NPWT dengan perawatan luka Tradisional (traditional moist gauze dressing)

24 pasien with non healing wounds of the lower extremity

Yes NPWT dengan a standard medical aspirator system manufactured by Bicakcilar Inc.

Normal saline Gauze

Durasi penyembuan luka Sampai luka tertutup oleh jaringan granulasi

NPWT group ; 11.2 hari sedangkan Control group : 15.75 hari (p=0.05);

Deepak V. Kilpadi (2006)

Mengetahui komposisi cairan NPWT

8 patients with Stage III or IV pressure ulcers in home care and extended care settings

No, pilot study

Analisa (TNF)-a, interleukin (IL)-1b, matrix metalloproteinase (MMP)-3, MMP-9, and tissue inhibitor of metalloproteinase (TIMP)-1 pada cairan luka NPWT

Baseline There were statistically significant (P < 0.05) decreases from baseline in the levels of MMP-3 (Day 0 > [Day 1 ~ Day 3 ~ Day 7]), MMP-9 (Day 0 > [Day 1 ~ Day 3]), and MMP-3:TIMP-1 ratios (Day 0 > [Day 1 ~ Day 3 ~ Day 7])

The change in composition of fluids from pressure ulcers treated with NPWT may be beneficial to wound healing.

C.M.   Mouës a et al

44 pasien(29 tindakan,

NPWT Terapi konventional

Kondisi luka (signs of rubor, calor,

Kondisi luka pada pasien yang mendapat terapi

18

Page 19: LITERATURE REVIEW (Isi, Rangkuman Penelitian)

(2006) 25 kontrol)

(Kassa) exudate and fibrinous slough)Luas permukaan luka Kolonisasi bakteri

NPWT lebih cepat sembuh dibandingkan pada terapi conventional. Luas permukaan luka mengalami penurunan yang cepat pada kelompok yang mendapatkan tindakan NPWT. Namun demikian jumlah kolonisasi bakteri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Ubbink DT, et al (2008)

Systematic Review

Penelitian RCT yang ada di Cochrane, CINAHL dan MEDLINE sampai dengan Desember 2007

- Mengkaji efek TNP pada penyembuhan luka kronis

- Selection of the trials, quality assessment, data abstraction, and data synthesis were done by two authors independently. Disagreements were solved by discussion.

Trials comparing TNP with alternative treatments for chronic wounds have methodological flaws and data do demonstrate a beneficial effect of TNP on wound healing however more, better quality research is needed

19