Literatur Tentang Konservasi Dan Preservasi

19
LITERATUR TENTANG KONSERVASI DAN PRESERVASI PENDAHULUAN Dewasa ini kota-kota di dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat, dalam perubahan tersebut, bangunan, kawasan maupun objek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan untuk hilang dan hancur, dan dengan sendirinya akan digantikan dengan bangunan, kawasan ataupun objek lainnya yang lebih bersifat ekonomis-komersial. Gejala penurunan kualitas fisik tersebut, dengan mudah dapat diamati pada kawasan kotakota tersebut pada umumnya berada dalam tekanan pembangunan. Dengan kondisi pembangunan yang ada sekarang, budaya membangun pun telah mengalami perbedaan nalar, hal ini terjadi karena kekuatan-kekuatan masyarakat tidak menjadi bagian dalam proses urbanis yang pragmatis. Urbanisasi dan industrialisasi menjadikan fenomena tersendiri yang menyebabkan pertambahan penduduk yang signifikan serta permintaan akan lahan untuk permukiman semakin meningkat di perkotaan. Bagian dari permasalahan itu, akan membuat kawasan kota yang menyimpan nilai kesejarahan semakin terdesak dan terkikis. Pertentangan atau kontradiksi antara pembangunan sebagai kota “modern” dengan mempertahankan kota budaya yang masih mempunyai kesinambungan dengan masa lalu, telah menjadikan realitas permasalahan bagi kawasan kota. Pendekatan perancangan kota yang banyak dilakukan pun jarang mengakomodasi keberagaman struktur sosio-kultural yang telah terbentuk di kawasan tersebut. Para perancang kota lebih sering melihat kota sebagai benda fisik (physical artifact) ketimbang sebagai benda budaya (cultural artifact). Perangkat rencana kota yang ada saat ini, selain masih belum banyak dipakai secara sempurna untuk mengendalikan wujud kota, secara umum pun belum dapat memberikan

description

Literatur Tentang Konservasi Dan Preservasi

Transcript of Literatur Tentang Konservasi Dan Preservasi

LITERATUR TENTANG KONSERVASI DAN PRESERVASIPENDAHULUANDewasa ini kota-kota di dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat, dalam perubahan tersebut, bangunan, kawasan maupun objek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan untuk hilang dan hancur, dan dengan sendirinya akan digantikan dengan bangunan, kawasan ataupun objek lainnya yang lebih bersifat ekonomis-komersial. Gejala penurunan kualitas fisik tersebut, dengan mudah dapat diamati pada kawasankotakotatersebut pada umumnya berada dalam tekanan pembangunan. Dengan kondisi pembangunan yang ada sekarang, budaya membangun pun telah mengalami perbedaan nalar, hal ini terjadi karena kekuatan-kekuatan masyarakat tidak menjadi bagian dalam proses urbanis yang pragmatis. Urbanisasi dan industrialisasi menjadikan fenomena tersendiri yang menyebabkan pertambahan penduduk yang signifikan serta permintaan akan lahan untuk permukiman semakin meningkat di perkotaan. Bagian dari permasalahan itu, akan membuat kawasankotayang menyimpan nilai kesejarahan semakin terdesak dan terkikis. Pertentangan atau kontradiksi antara pembangunan sebagaikotamodern dengan mempertahankankotabudaya yang masih mempunyai kesinambungan dengan masa lalu, telah menjadikan realitas permasalahan bagi kawasankota.

Pendekatan perancangankotayang banyak dilakukan pun jarang mengakomodasi keberagaman struktur sosio-kultural yang telah terbentuk di kawasan tersebut. Para perancangkotalebih sering melihatkotasebagai benda fisik (physical artifact) ketimbang sebagai benda budaya (cultural artifact). Perangkat rencanakotayang ada saat ini, selain masih belum banyak dipakai secara sempurna untuk mengendalikan wujudkota, secara umum pun belum dapat memberikan panduan operasional bagi terbentuknya ruangkotayang akomodatif terhadap fenomena urban, baik situasi dan kondisi serta masyarakat yang menikmatinya. Atau dengan kata lain, masih terdapat adanya kesenjangan antara rencana tata ruang yang bersifat dua dimensi dengan rencana fisik yang bersifat tiga demensi.

Dengan demikian, konservasi/pelestarian bukanlah romantisme masa lalu atau upaya mengawetkan kawasankotayang bersejarah, namun lebih ditujukan untuk menjadi alat dalam mengolah transformasi melalui pemahaman tentang sejarah perkotaan dan aspek-aspek dalam pelestarian yang dijadikan dasar dalam merancang sebuahkota.

Sejarah Kota dan Kawasan (What is Urban History and Urban Area?)Kotaadalah wadah dan wajah masyarakat yang akan terus bertahan atau dipertahankan. Rumusan tersebut perlu adanya suatu penegasan, yaitu bahwa:setiapkotapasti mempunyai sejarah; di mana, mengapa dan kapan didirikan, dibangun dan dipertahankan; Bagaimanakota, kegiatan perencanaan teknis dan non-teknis (simbolis dan nilai budaya).

Sejarah perkotaan (urban history) pada dasarnya merupakan bidang studi internasional yang ingin mencoba menjawab beberapa pertanyaan dasar mengenainature of our societies, dengan menggunakan pendekatannya yang cenderung multidisiplin, maka dalam sejarah perkotaan tidaklah luar biasa untuk dapat menemukan beberapa ahli di antaranya, adalah ahli sejarah, arsitektur, geografi, perencana, atau kritikus sastra, dan mereka semua dapat dinamakan sebagai ahli sejarah perkotaan. Di sisi lain sejarah perkotaan mempunyai hubungan erat denganlocal history, dan studi tersebut difokuskan pada masalah lokal, atau beberapa aspek dari kehidupan di komunitas lokal serta dilakukan dengan sebuah analisa dan penjelasan.

Adaempat pendekatan dalam bidang sejarah perkotaan yang dapat diidentifikasi:Pertama, secara umum ditekankan pada proses urbanisasi termasuk elemen demografi, struktur atau pendekatan sistem, dan aspek perilaku urbanisasi.Kedua, adalahurban biographymerupakan tempat bersejarah yang istimewa, dan berhubungan dengan beberapa segi dari sebuahkota, seperti transportasi, pemerintahkota, perkembangan fisik, masyarakat dan organisasi sosial.Ketiga, memperlakukan beberapa tema, seperti ekonomi, sosial, arsitektur, dan sebagainya dalam konteks sebuahkota.Keempat,cultural studies, merupakan jalan baru dalamreading cities, dan memperkenalkan konsep untukread communities.

Belajar dari Sejarah Awal Berkembangnya PerkotaanDengan mempelajari sejarahkota, kita akan dapat melihat pengejawantahan pemikiran jujur tentang penataankotamasa lampau, dari tata cara penataannya, sampai pada sumber kehidupan warisan sejarah sebagai tempat beraktivitas. Banyak hal yang dapat dipetik dengan mempelajari sejarah perkotaan dari Majapahit-Kota Indis-Kota Islam dan dari negara lain seperti India-Cina-Jepang, akan dapat memberikan tambahan pemahaman arti sejarah perkotaan yang lebih mendalam.

Konservasi Perkotaan Pemahaman tentang konservasiJika kita ingin bergerak untuk menyelesaikan masalah pelestarian, ada tigapertanyaan kunci yang harus diajukan: (1)Apa yang ingin kita lestarikan?(Bangunan?, Karakterkota?, Kehidupan?);(2)Mengapa kita ingin melestarikan? (Karena aspek-aspek tersebut merupakan bagian dari warisankota?, Untuk meningkatkan lingkungan dan penduduk?,Untuk menarik uang dari wisatawan?); dan(3)Untuk siapa kita lakukan pelestarian? (Pengguna saat ini?, Keseluruhan negara?, Warisan umat manusia?).

Adabeberapa pemahaman dan pengertian mengenaiconservation(konservasi), adalah tindakan untuk memelihara sebanyak mungkin secara utuh dari bangunan bersejarah yang ada, salah satunya dengan cara perbaikan tradisional, dengan sambungan baja, dan atau dengan bahan-bahan sintetis. Pendapat lain mengenai konservasi: adalah, upaya untuk melestarikan bangunan, mengefisienkan penggunaan dan mengatur arah perkembangan di masa mendatang.DariPiagam Burra,pengertiankonservasidapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan dapat pula mencakup: preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.Untuk itu, alangkah baiknya kalau kegiatan konservasi/preservasi pun haruslah dapat memberikan manfaat yang tidak sedikit terhadapkotadan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Manfaat tersebut antara lain sebagai atraksi yang menarik bagi wisatawan mancanegara, merupakan media untuk mempelajari perkembangan arsitektur dankota, dan sebagai wadah pembelajaran sejarahkotabagi masyarakat. Usaha-usaha untuk preservasi akan memberikan manfaat praktis bila manfaat kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut: 1. preservasi lingkungan/kawasan lama akan memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat kesinambungan, memberikan tautan bermakna dengan masa lampau,dan memberikan pilihan untuk tetap tinggal dan bekerja di dalam bangunan maupun lingkungan/kawasan lama; 2. di tengah perubahan dan pertumbuhan yang pesat sekarang ini, lingkungan/kawasan lama akan menawarkan suasana permanen yang menyegarkan; 3. untuk mempertahankan bagian kota akan membantu hadirnyasense of place, identitas diri dan suasana kontras; 4. kota dan lingkungan/kawasan lama adalah satu aset terbesar dalam industri wisata, sehingga perlu dipreservasi; 5. salah satu upaya generasi masa kini untuk dapat melindungi dan menyampaikan warisan berharga kepada generasi mendatang; 6. membuka kemungkinan bagi setiap manusia untuk memperoleh kenyamanan psikologis dan merasakan bukti fisik suatu tempat di dalam tradisinya; dan 7. membantu terpeliharanya warisan arsitektur, yang dapat menjadi catatan sejarah masa lampau.

Dalam konteks pembangunankota, tindakan untuk melestarikan warisan budaya perkotaan (urban heritage) diperlukan adanya motivasi. Motivasi tersebut antara lain adalah: 1.motivasiuntuk mempertahankan warisan budaya atau warisan sejarah;2.motivasiuntuk menjamin terwujudnya atau terpeliharanya tata ruangkotayang khas;3.motivasiuntuk mewujudkan adanya suatu identitas tertentu yang dikaitkan dengan kelompok masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian darikota; dan4.motivasiekonomi, suatu bentuk peninggalan tertentu yang dianggap memiliki nilai atau daya tarik dan perlu dipertahankan sebagai modal lingkungan/kawasan.

Konservasi dalam lingkup bangunan dan lingkungan:Konservasi atau pelestarian dalam bidang arsitektur dan lingkungan binaan, mula-mula berawal dari konsep preservasi yang bersifat statis, kemudian dari konsep yang statis tersebut berkembang menjadi konsep konservasi yang bersifat dinamis dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sasarannya tidak terbatas pada objek arkeologis saja, melainkan meliputi juga karya arsitektur lingkungan dan kawasan, dan bahkan kota bersejarah dan pada akhirnya, konservasi menjadi payung dari segenap kegiatan pelestarian lingkungan binaan yang mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi. Tujuan dari itu semua adalah untuk memelihara bangunan atau lingkungan sedemikian rupa, sehingga makna kulturalnya yang berupa: nilai keindahan, sejarah, keilmuan, atau nilai sosial untuk generasi lampau, masa kini dan masa datang akan dapat terpelihara.

Apa yang dimaksud dengan konservasi area?(What is a Conservation Area?)Konservasiareasebenarnya dapat meliputi beberapa hal, seperti perdesaan (rural), perkotaan (urban), arkeologi (archeology), ataunatural areayang mempunyai kualitas spesial, dan patut untuk dilindungi. Konservasi area direncanakan/ditentukan berdasarkan beberapa alasan:1.untuk melindungilingkunganatau konteks dari kelompokelemen-elemen kultural,bersejarah(historical),estetik(aesthetic) ataunilai keilmuan(scientific value);2.untukmenuntundanmengatur perkembangan baru;3.untukmengurangiataumengeliminasi ancamanyangspesifikseperti,pengembangan skala-besar,jalan-jalan,penzoningan kembaliatautekanan perkembangan;4.untuk memberiinsentifpengembangan dengan perlindungan bagibenda-bendayang mempunyainilaidan menetapkankriteria desainnya;5.untuk mendapatkanpengakuanpada sebuah area danmempromosikan nilai-nilainya; atau6.untuk melindungilingkungan, atau dilihat dari pandangannational monument.Kemudian bagaimana dengan pemahaman arti area itu sendiri? Penentuan dari konservasi area tersebut diartikan bahwakualitas yang spesialdari area itudilindungidan pengembangannyalayakuntukdiberikan.Pemilik,pengembang,arsitek,perencana, danpemerintah yang berwenangakan menjaga bahwa pengembangan area itusangat sensitif, dan bahwa perubahan tidak akan menghancurkankualitas spesialyang diberikan sebagaimakna budaya,dengan demikiankonservasi area dapat diidentifikasi setelah survei komprehensif dan analisis kualitas pada area itu dilakukan.

Konsep KonservasiKonsep awal dari pelestarian adalahkonservasi, yaitupengawetan benda-benda monumen dan sejarah(lazimnya dikenal sebagi preservasi), dan akhirnya hal itu berkembang pada lingkungan perkotaan yang memilikinilai sejarahsertakelangkaanyang menjadi dasar bagi suatu tindakankonservasi. Pada dasarnya, makna suatukonservasidanpreservasitidak dapat terlepas darimakna budaya(Kerr, 1992).Untuk itu,konservasimerupakan upaya memeliharasuatu tempatberupalahan, kawasan, gedungmaupunkelompok gedungtermasuklingkungannya (Danisworo, 1991).Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna darisisisejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklimmaupunfisik (Danisworo, 1992).Dalamperencanaansuatu lingkungankota,unit dari konservasidapat berupa sub bagian wilayahkotabahkankeseluruhankotasebagai sistem kehidupan yang memang memilikiciriataunilai khas.Dengan demikian,Peranan konservasibagi suatukotabukan semata bersifatfisik, namun mencakup upaya mencegahperubahan sosial.Konsep yang dirumuskan untuk melakukan pekerjaan konservasi hendaklah disusun dalam suatu rencana (conservation plan) berdasarkan: 1.Penetapan objek konservasi, suatu upaya pemahaman dalam menilaiaspek budayasuatu objek dengan tolok ukurestetika,kesejarahan,keilmuan,kapasitas demonstratifsertahubungan asosiasional; dan 2.Perumusan kebijakan konservasisuatu upaya merumuskan informasi tentangnilai-nilaiyang perlu dilestarikanuntuk kemudian dijadikan sebagailandasanpenyusunan strategipelaksanaan konservasi.

Konservasi merupakan bagian integral dari perancangankota, menurutSirvani (1985), meliputi rumusankebijakan,rencana,pedoman, danprogram. Dapat diuraikan sebagai berikut:1. Kebijakan Perancangan Kota,merupakan kerangka strategi pelaksanaan yang bersifat spesifik.2. Rencana Perancangan Kota,merupakan produk penting dalam perancangankotayang berorientasi pada produk maupun proses;3. Pedoman Perancangan Kota,dapat berupa pengendalian ketinggian bangunan, bahan,setback, proporsi,gayaarsitektur, dan sebagainya; dan4. Program Perancangan Kota,biasanya mengacu pada proses pelaksanaan atau pada seluruh proses perancangan.Menurut Shirvani (1985),menggunakan terminologi tersebut untuk mengacu pada aspekperencanaandanperancanganyang dapatmemeliharadanmelestarikan lingkunganyangtelah adamaupun yang hendakdiciptakan.

Dengan demikian diharapkan akan didapatkan:a.Kegiatankonservasidanpreservasi-sebagai bagian dari pelestarian merupakan usaha meningkatkan kembalikehidupan lingkungan kota tanpa meninggalkanmakna kulturalmaupunnilai sosialdanekonomikita;b.Arahan konservasi suatu kawasan berskalalingkunganmaupunbangunan, perlu dilandasi motivasibudaya,aspek estetis, dan pertimbangansegi ekonomi; danc.Preservasi dan konservasi yang mengejawantahkansimbolisme,identitassuatukelompok ataupunaset kota, perlu dilancarkan.

Pada bagian lain, sasaran konservasi perlu dirumuskan secara tepat di antaranya (Budihardjo, 1989): - Mengembalikanwajah objek konservasi; - Memanfaatkanobjek pelestarianuntuk menunjangkehidupan masa kini; - Mengarahkanperkembangan masa kiniyang diselaraskan dengan perencanaanmasa laluyang tercermin dalamobjek pelestarian; dan - Menampilkansejarah pertumbuhan lingkungankotadalamwujud fisik tiga dimensi.

Akan tetapi dalam penjabaran konsep di atas, perlu dirumuskan: - Tolok ukur,kriteria, danmotivasidarikonservasi; dan -Bagian-bagian bangunanatautempatyang akan dikonservasi, ataubagiankotayang akandilestarikan.

Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses penentuan konservasi adalah sebagai berikut: a.Kriteria Arsitektural,suatu kota atau kawasan yang akan dipreservasikan atau dikonservasikan memiliki kriteriakualitas arsitektur yang tinggi, di samping memiliki prosespembentukan waktuyang lamaatauketeraturandankeanggunan(elegance); b.Kriteria Historis,kawasan yang akan dikonservasikan memilikinilai historisdankelangkaanyang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya yang memudar; c.Kriteria Simbolis,kawasan yang memilikimakna simbolispaling efektif bagi pembentukancitrasuatu kota.Kategori mempertimbangkan objek yang akan dikonservasi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Nilai (value) dari objek, mencakup nilai estetik yang didasarkan pada kualitas bentuk maupun detailnya. Suatu objek yang unik dan karya yang mewakiligayazaman tertentu, dapat digunakan sebagai contoh, suatu objek konservasi;2. Fungsi objek dalam lingkungankota, berkaitan dengan kualitas lingkungan secara menyeluruh. Objek merupakan bagian dari kawasan bersejarah dan sangat berharga bagikota. Objek juga merupakanlandmarkyang memperkuat karakterkotayang memiliki keterkaitan emosional dengan warga setempat; dan3. Fungsi lingkungan dan budaya,penetapan kriteria konservasi tidak terlepas dari keunikan pola hidup suatu lingkungan sosial tertentu yang memiliki tradisi kuat, karena suatu objek akan berkaitan erat dengan fase perkembangan wujud budaya tersebut.

Revitalisasi KawasanKotaSalah satu kegiatan dari konservasi adalah revitalisasi atau upaya untuk mendaur-ulang (recycle) yang tujuannya untuk memberikan vitalitas baru, dan meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas (re-vita-lisasi) yang pada awalnya pernah ada namun telah memudar. Kegiatan revitalisasi muncul karena adanya permasalahan yang muncul sejalan dengan perkembangankotayang begitu cepat dan membawa perubahan yang cukup drastis. Perubahan tersebut seringkali mengakibatkan timbulnya masalah yang pembenahannya seringkali memaksa kota untuk mengabaikan pihak-pihak tertentu dengan mengatasnamakan program peremajaan kota, penggusuran permukiman kumuh yang dilakukan dengan alasan demi keindahan kota, perubahan tatanan perdagangan tradisional menjadi tatanan modern, penghancuran bangunan-bangunan lama dan diganti dengan bangunan baru dengan dalih tidak memberikan kontribusi ekonomi bagi daerah. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagiankotayang dulunya pernah vital/hidup akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala upaya revitalisasi biasa terjadi pada tingkat mikrokota, seperti sebuah jalan, atau bahkan skala bangunan, akan tetapi juga bias mencakup kawasankotayang yang lebih luas.

Revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan daerah dalam usaha menghidupkan kembali aktivitas perkotaan dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan yang layak huni (livable), mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kota. Karakteristik dari kawasan yang membutuhkan revitalisasi, adalah kawasan mati (tidak berkembang lagi), kawasan yang perkembangannya melesat dari arah semula, dan kawasan-kawasan yang ditinggalkan. Sejarah perkembangankotadi Barat mencatat bahwa memang kegiatan revitalisasi ini diawali dengan pemaknaan kembali daerah pusatkotasetelah periode tahun 1960-an. Bahkan ketika isu pelestarian di dunia Barat meningkat pada periode pertengahan tahun 1970-an, kawasan (pusat)kotatua menjadi fokus kegiatan revitalisasi.Dilihat dari pengertian di atas, maka revitalisasi dapat menjadi alternatif dalam memecahkan masalah pelestarian wajahkotalama, dan kebutuhan ruang teratasi dengan meminimalisasikan pudarnya eksistensikotalama. Pada dasarnya proses revitalisasikotaterbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: intervensi fisik; rehabilitasi ekonomi; dan revitalisasi sosial/institusional. Revitalisasi adalah salah satu pendekatan dalam meningkatkan vitalitas suatu kawasankotayang bias berupa penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan, renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat ditingkatkan dan dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya, rehabilitasi kualitas lingkungan hidup, peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya (SujartodalamFarma, 2002:23).

Oleh karena itu, revitalisasi kawasan kota dapat juga disebut sebagai konsep pelestarian yang terintegrasi dengan wajah kota lama akan tetap terpelihara, aktivitas saat ini dapat tertampung dan dapat memberikan keuntungan ekonomi. Proses ini memerlukan dukungan dan peran aktif masyarakat, sehingga segala usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat tidak dipatahkan lagi oleh masyarakat. Disamping hal itu, pemerintah diharapkan dapat bertindak dengan lebih tegas, yaitu dengan memperjelas konsep-konsep konservasi kotanya, mempunyai produk-produk berkekuatan hukum, menindak oknum-oknum yang melanggar, serta mampu memotivasi partisipasi masyarakat.

Mengapa Warisan Budaya? (Why heritage?)

Adanya pengakuan bahwawarisan budaya(cultural heritage) yang di dalamnya terdapatkonservasi,adalah merupakan bagian daritanggungjawabseluruhtingkatan pemerintahan, dananggota masyarakat, sedangkanheritageitu sendiri,adalah bukan sekedarmendatamasa lampau, tetapi merupakan bagianintegraldariidentitas perkotaansaat inidanmasa mendatang. Warisan budaya sebuahkotadapat dilihat dalamtiga bagian faktor:-Social factors, termasuk di dalamnya menambah citra dan identitaskota, integrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, dan pengembangan sistem nilai dari masyarakat.-Politico-economic, menyertakan peran dariheritagepada pariwisata, dan kepentingan arkeologi dan kesejarahan.-Planning factors, terutama dipergunakan padaarchitectural heritage, redevelopmen dan regenerasi objekheritageuntuk dipreservasi serta integrasinya ke dalam proses pengembangan yang lebih besar padakotasecara keseluruhan.Untuk meletakkan isu dariheritage conservationdengan melihat seluruh proses dari pengembangankota, baik itu berhubungan dengan isu yang lain, seperti pengembangan wisata,revitalisasidariekonomi daerahdanpemerintah daerah.Beberapa contoh dari kota-kota yang telah melakukanheritage conservationKathmandu: Its the Peoples Heritage(Participation and Awareness-Building)-Penanggungjawab adalah pemerintah daerahKathmandu Municipal Corporation(KMC) yang merealisasikan keinginan untuk mengintegrasikan konservasi warisan budaya ke dalam proses yang lebih luas dari komunitas dan partisipasi masyarakat.-Keterlibatan komunitas sangat penting untuk keberhasilan dari beberapa langkahheritage, dan implikasinya untuk kebanggaan masyarakat dan citrakota.-Preservasi warisan budaya secara langsung berhubungan dengan ekonomikota, dan pariwisata menjadi aktivitas yang utama.-KMC mendirikanHeritage and Tourism Departmenttahun 1977. Mengembangkan beberapa strategiheritage conservationdi antaranya: program pendidikan dan kesadaran untuk publik;heritage touruntuk anak-anak sekolah, media radio dan televisi; partisipasi masyarakat; kerjasama publik-privat; danfinancial incentives.Penang:Preserving for the Future(Institutional and Policy Environment)-kehidupankotadengan arsitektur tradisional yang utuh,streetscapedan aktivitas sosio-ekonomi menjaga nilai jual sebagai produk wisata.-untuk mengembangkan dan menjaga identitas urban yang unik,kotadifokuskan dengan memperhubungkan perencanaan fisik, kerangka kebijakan, danmaster planuntuk menciptakan wilayah urban yang berkelanjutan dan dipertahankan untuk generasi mendatang.-inisiatif program dan studi yang mengkombinasikan konservasi dengan tujuan luas darilocal sustainability.-mempersatukannya ke dalam rencana dan projek pariwisata, pada dasarnya menambah nilai ekonomi daerah, tetapi lebih untuk masa mendatang.-inisiatif ekonomi yang berkelanjutan dijamin oleh kerjasama dengan sektor privat dalam bangunan potensi wisata untuk pengunjung dan penduduk setempat.Manila:Getting the Framework Right(Documentation and Preservation)-Untuk Pilipina,Intramuros(berarti, di kelilingi dinding) merepresentasikan permulaan dari pendataan sejarah mengenai perkembangan perkotaan (urban development).-Usaha dalam restorasi dan redevelopmen dariIntramurosdimulai tahun 1965 untuk mencegah kerugian selanjutnya dan menggabungankan ke dalam mainstreamdariurban development.-Usaha dari preservasiIntramurosdilakukan dengan memisahkanurban planningdan biro pengembang bagi kawasan bersejarah.IntramurosAdministration(IA) adalah bertanggung jawab untuk redevelopmen dan restorasi.-Tindakan lain juga telah dilakukan, mengklasifikasiIntramurossebagai cultural zone, merencanakanmaster plankawasan yang terintegrasi, menghapus tata guna tanah yang tak sesuai, petunjuk perancangan dan peraturanurban streetscapeuntuk pengembangan mendatang, restorasi bangunan bersejarah, dan sebagainya.

Urban Conservation:The Case ofImai-cho,JapanDentoteki Kenzobutsu Gun Hozon Chikiatau preservasi untuk kolompok bangunan bersejarah Den Ken Chiki adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang, di bawah badan perlindungan benda cagar budaya.Istilah preservasi, mencerminkan pandangan statis dari pekerjaan pemerintah terhadap bangunan kuno dan kawasan bersejarah, sedangkan Den Ken Chiki, lebih dinamis secara alami, dengan konservasi kawasan bersejarah meliputi di dalamnya preservasi, restorasi, rekonstruksi dan penataan ulang, pertimbangan ekonomi, sosio-kultural, aspek hukum dan administratif. Perlu untuk diketahui, bahwa di kawasan tersebut, lebih dari 80% rumah tinggalnya sampai saat ini masih bertahan, yang rata-rata dibangun pada era Edo (1596 ~1868).

Konservasi dan pembangunan berkelanjutan dikotabersejarah ViganKota Vigan merupakan kota yang terletak di Propinsi Ilocos Sur, Filipina, yang memiliki banyak bangunan bersejarah, yang terdiri dari 180 buah gedung pemerintahan dan rumah ibadah, gudang, taman, yang memiliki arsitektur abad ke-18 dan ke-19, yang merupakan percampuran antara arsitektur Spanyol, Mexico, Cina, dan arsitektur lokal. Penataan Kota Vigan memiliki ciri tatakotaHispanic. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat bertahan dari kerusakan, yang antara lain disebabkan oleh alam, perang dunia dan kebakaran besar yang terjadi pada tahun 1950 hingga 1970 yang menghancurkan banyak bangunan bersejarah. Kebudayaan yang dilestarikan juga termasuk industri tradisional, seperti pembuatan guci, batu bata dan ubin, perabotan kayu, garam,maguey rope, tukang besi, pemotong batu, danhand-woven abel fabrics.

Untuk melindungi warisan budaya sejarah Kota Vigan, maka dilakukan upaya preservasi dan konservasi. Pada awalnya (awal tahun 1990-an), usaha pelestarian ini banyak mendapat halangan dari pemerintah lokal dan para pengusaha, untuk mendukung hal tersebut UNESCO memberikan solusi preservasi dan konservasi Kota Vigan, sehingga dapat merubah seluruh kultur masyarakat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.Untuk mendukung kegiatan preservasi dan konservasi, parastakeholderlokal perlu meninjau kembali arah pembangunan daerahnya untuk di arahkan ke budaya, yang antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut: menarik para wisatawan, pemanfaatan kembali bangunan-bangunan kuno untuk berbagai macam kegiatan (museum, toko, penginapan, kantor, rumah makan, dan sebagainya), revitalisasi seni dan kerajinan tradisional, perbaikan dan pembangunan kembali bangunan untuk melestarikan budaya, mengembalikan keaslian di daerah pusat pelestarian pusat pelestarian (historic core), dan merehabilitasi jalur sungai kuno di sekeliling Kota Vigan untuk menghidupkan kembali industri di sekitar sungai dan mendukung kegiatan pariwisata. Pada kegiatan preservasi dan konservasi akan selalu berkoordinasi dengan badan-badan yang terlibat dalam kegiatan ini, seperti badan internasional, nasional, dan lokal.

PenutupMenampilkan kembali atau mempertahankan ruangkotamasa lalu berarti memperhatikan elemen-elemen jalan (street-furniture) dan pembentuk ruangnya, baik tata hijau (soft-landscape) maupun perkerasannya (hard-landscape). Banyak contohkotadi dunia yang sudah membagi area/kawasan mana yang perlu dipreservasi dan mana yang tidak. Ke arah mana preservasi kawasan tersebut berjalan, perangkat apa saja yang dibutuhkan, jadi pelestarian bukanlah ceritera masa lalu, atau upaya untuk mengawetkan suatu kawasan bersejarah, namun lebih ditujukan sebagai alat dalam mengolah transformasi kawasan. Upaya tersebut merupakan langkah yang bertujuan untuk memberikan kualitas kehidupan bagi masyarakat agar lebih baik, dan berdasarkan pada kekuatan-kekuatan aset sejarah lama yang terdapat di kawasannya. Hal ini sebaiknya dititikberatkan pada upaya pemanfaatan yang kreatif melalui pelaksanaan program partisipasi melalui kegiatan ekonomi dan budaya kawasan. Untuk itu, perancangankotaharus menjadi perangkat pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru. Dengan demikian, tanggung jawab terhadap pelestariankotaadalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan tanggung jawab sektoral, multi dimensi, dan disiplin, serta berkelanjutan (sustainable).