Literatur Review Tentang Teknik Pengecoran 1112
-
Upload
tino-ferinanda -
Category
Documents
-
view
162 -
download
9
description
Transcript of Literatur Review Tentang Teknik Pengecoran 1112
HPDC (High Pressure Die Casting)
1.1 Sejarah perkembangan HPDC
Proses pengecoran merupakan metoda tertua dalam pembuatan produk logam. Pada
awalnya proses pengecoran (masih digunakan hingga sekarang), cetakan atau
pembentuk dipecahkan atau dirusak setelah pembekuan agar produk dapat
dikeluarkan dari cetakan. Penggunaan cetakan permanen yang dapat memproduksi
jumlah yang tidak terbatas tanpa merusak cetakan merupakan salah satu alternatif
pemecahan.
Pada abad pertengahan para pengrajin menggunakan cetakan besi untuk
memproduksi perkakas (gambar 1).
(Input Gambar 1)
Gambar 1 (a) Komponen dari hasil pengecoran dilapisi zinc dan dipolish
(b) Conector housing, komponen dengan keakurasian tinggi
Informasi tentang revolusi dibidang pengecoran terjadi pada saat Johannes
Gutenberg mengembangkan sebuah metoda untuk membuat tipe penggerak dengan
produksi massal dengan cetakan logam permanen. Teknik ini terus mengalami
perkembangan. Pada akhir abad 19, proses pengecoran dikembangkan dengan cara
menginjeksikan logam kedalam cetakan (metal dies) dengan menggunakan tekanan.
Perkembangan ini mencapai puncaknya ketika Ottmar Mergantler membuat mesin
linotype.
H. H. Doehler diberikan penghargaan untuk mesin produksi die casting (Doehler,
1910) yang memproduksi komponen logam dengan volume tinggi, ditunjukkan pada
gambar 1, data diagram dengan paten 973,483 (gambar 1). Pada awalnya hanya
paduan Zinc yang digunakan pada die casting, namun permintaan akan logam lain
memicu pengembangan material die dan variasi proses. Tahun 1915, Aluminium
digunakan pada die casting dengan jumlah banyak. Pengembangan berlanjut selama
berabad-abad membawa peningkatan kemampuan proses dan integritas komponen
die casting.
(INPUT GAMBAR 2)
Gambar 2 Paten diagram filed Dohler untuk mesin die casting
1.2 Konvensional HPDC
Konvensional die cast secara tradisional hanya digunakan untuk memproduksi
komponen-komponen kecil namun dari penelitian sebelumnya membuktikan teknik
ini juga digunakan untuk memproduksi komponen-komponen besar seperti
kerangka pintu mobil atau housing transmisi. Konvensional die cast juga dapat
digunakan untuk berbagai sistem paduan dengan titik lebur rendah termasuk
aluminium, zinc, magnesium, timah hitam, dan perunggu (Fredriksson dan Akerlind,
2006). Pada prinsipnya HPDC adalah mendorong logam cair pada shot tube ke
dalam cetakan dengan tekanan, tekanan ini dapat mencapai 100 MPa. Pada tabel 1
ditunjukkan tekanan yang digunakan untuk beberapa jenis part (Brown, 1999).
Tabel 1 Pedoman angka untuk pengecoran bertekanan
(BUAT TABEL 1)
1. 3 Konstruksi Cetakan (Die Construction)
Cetakan atau perkakas die casting dibuat dari paduan tool steel terdiri dari dua
bagian, fixed die half atau cover half, dan ejector die half, untuk mengeluarkan
benda cor. Pada cetakan modern mempunyai penggerak luncur, inti atau potongan-
potongan untuk membuat lubang, ulir dan bentuk lain yang diinginkan dalam
pengecoran. Lubang saluran turun pada fixed die half merupakan tempat lewatnya
logam cair sebelum memasuki cetakan dan mengisi rongga cetakan. Ejector half
biasanya terdiri dari saluran dan pintu masuk (inlet) yang mengalirkan logam cair
ke rongga cetakan. Pin pengunci berfungsi untuk mengamankan kedua bagian,
membantu dalam mengeluarkan benda cor, dan membuka cairan pendingin dan
pelumas.
Saat cetakan ditutup, kedua bagian cetakan dikunci dan disatukan dengan tekanan
mesin hidrolik. Permukaan dimana ejector dan fixed half disatukan disebut "die
parting line." Total luas permukaan area proyeksi benda cor diukur pada die parting
line, dan tekanan yang dibutuhkan mesin untuk menginjeksi logam ke rongga
cetakan menentukan besar gaya cekam mesin.
Pada HPDC terdapat empat jenis die (NADCA, 2004):
1. Single cavity untuk produksi satu komponen (gambar 3a)
2. Multiple cavity untuk produksi sejumlah komponen yang identik (gambar 3b)
3. Unit die untuk produksi komponen dengan bentuk yang berbeda pada satu
waktu (gambar 3c)
(INPUT GAMBAR 3A)
Gambar 3 a. Single cavity, b. Multiple cavity, c. Unit die
4. Die kombinasi untuk menghasilkan beberapa part yang berbeda untuk sebuah
rakitan (gambar 4)
(INPUT GAMBAR 4)
Gambar 4 Combination die
Untuk lebih jelasnya pada lampiran 1-5 ditunjukkan berbagai jenis mesin yang
digunakan pada proses HDPC (NADCA, 2004).
1.4 Proses pada HPDC
Konvensional die casting mempunyai dua proses dasar: proses hot chamber dan
proses cold chamber.
1.4.1 Proses Hot Chamber
Gambar 5 menunjukkan skema mesin pengecoran hot chamber.
(INPUT GAMBAR 5)
Gambar 5 Skema mesin pengecoran Hot chamber
Mesin hot chamber dapat beroperasi dengan cepat dengan waktu siklus bervariasi
dari kurang dari satu detik (untuk berat komponen kurang dari beberapa gram)
hingga 30 detik (untuk komponen dengan berat beberapa kilogram).
(INPUT GAMBAR 6)
Gambar 6 Skema siklus operasi hot chamber
Siklus dasar pengoperasian seperti berikut (gambar 6): (i) cetakan ditutup dan
saluran gooseneck diisi dengan logam cair, biasanya proses pengisian berkisar
antara 5 hingga 40 msec; (ii) plunger mendorong logam cair melalui saluran
gooseneck dan nozzle; (iii) cetakan dibuka dan inti dimundurkan; logam cor tinggal
pada ejector die; plunger kembali keposisi semula, menarik logam cair kembali
melalui nozzle dan gooseneck; (iv) pin ejector mendorong benda cor keluar dari
ejector die. Plunger membuka lubang inlet, logam cair mengisi silinder gooseneck.
Hot chamber die casting biasanya digunakan untuk logam dengan temperatur cair
yang rendah dan logam yang tidak bereaksi membentuk paduan dengan logam die
(baja) seperti timah hitam, timah putih dan zinc (eFunda, 1999). Logam dengan
temperatur leleh tinggi seperti paduan aluminium menyebabkan degradasi secara
cepat pada sistem injeksi logam. Mesin hot chamber ini gambaran lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 2.
1.4.2 Proses Cold Chamber
Mesin cold chamber die casting (lampiran 1) khusus digunakan untuk komponen die
cast yang menggunakan perunggu dan paduan aluminium.
(INPUT GAMBAR 7)
Gambar 7 Skema mesin pengecoran cold chamber
Gambar 7 menunjukkan sebuah ilustrasi mesin cold chamber, sistem injeksi logam
hanya dalam waktu singkat bersentuhan dengan logam cair. Logam cair dituang
dengan menggunakan ladel (sendok) ke shot sleeve untuk setiap siklusnya. Saluran
die dan ujung piston disemprot dengan dengan oli atau pendingin agar terlindungi.
Perlakuan ini memperpanjang umur bahan die dan mengurangi adhesi pada
pembekuan komponen.
Untuk semua proses pengecoran mempunyai siklus produksi yang sama, pada
gambar 8 ditunjukkan ilustrasi model siklus menggunakan proses die casting cold
chamber. Siklus operasi sebagai berikut: (a) Cetakan ditutup dan logam cair dituang
pada cold chamber cylinder; (b) kemudian dengan cepat plunger mendorong logam
cair; (c) ke dalam cetakan dengan tekanan tinggi; (d) tekanan tinggi dipertahankan
selama proses pembekuan; (e) setelah pembekuan selesai, cetakan dibuka, plunger
mendorong terak beku keluar silinder (f), jika terdapat inti, inti dimundurkan, pin
ejector mendorong komponen keluar dan plunger kembali ke posisi awal. Proses ini
sangat berguna untuk logam dengan temperatur cair tinggi seperti aluminium dan
tembaga (dan paduannya).
(INPUT GAMBAR 8)
Gambar 8. Siklus pengecoran untuk cold chamber die casting
1.5 Sistem Injeksi Logam Cair
Pada proses HPDC terdapat dua jenis sistem injeksi yaitu (Campbell, 1991):
1.Horizontal Injection
Sistem injeksi ini terdiri dari tiga tahapan utama: i) piston dengan akselarasi
terkontrol mendorong logam cair dari shot sleeve; ii) pengisian rongga cetakan
dengan cepat; iii) penahanan dengan tekanan tinggi
2.Vertical injection
Sistem ini pertama kali didesain oleh Joseph Polak, seorang insinyur
berkebangsaan Ceko pada tahun 1920. Desain yang lebih modern
menggunakan vakum untuk mengisi shot sleeve (gambar 9), desain ini
memiliki beberapa kelebihan yaitu kualitas logam cair yang lebih baik pada
pengisian shot sleeve dan pengontrolan yang lebih baik pada pengisian logam
cair pada rongga cetakan. Namun sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu
biaya perawatan lebih mahal.
(INPUT GAMBAR 9)
Gambar 9. Skema sistem injeksi a) horizontal injection; b) vertical injection
1.6 Die Coating
Refraktory die coatings tidak digunakan pada pengecoran bertekanan karena
perpindahan panas yang tinggi dibutuhkan untuk mendinginkan logam cor
dengan cepat dan memenuhi waktu siklus pengecoran dengan cepat. Namun
cetakan harus disemprot diselang waktu pengisian dengan lubricant. Pada siklus
cetakan dengan temperatur tinggi (250-300ºC) dan dengan interval injeksi logam
cair pada tekanan tinggi, logam cair akan merusak dan mengelas cetakan baja.
Lubricant diperlukan untuk melindungi cetakan dari kerusakan metalurgi dan
erosi, dan juga melumasi saluran, inti, dan ejector pin untuk mecegah kerusakan.
Pelapisan juga harus memiliki fungsi sebagai pendingin, pada pressure die
casting terdapat dua jenis lubricant (Brown, 1999):
1.Lubricant untuk mekanis
Lubricant berbahan dasar air dan minyak dalam bentuk grafit dan non grafit.
Lubricant padat diinjeksikan pada cold chamber dengan Power Lube PL300
penggunaan biasanya 0.5-2.5 gram dan bergantung terhadap ukuran piston
dan berat logam cor.
2.Lubricant untuk permukaan cetakan.
Ada banyak produk kimia yang dapat digunakan untuk pelumasan permukaan
cetakan seperti:
Aluminium SL-7562 untuk medium dan heavy duty aluminum casting
SL-7577 untuk heavy duty aluminum casting
1.7 Fluiditas logam cair pada HPDC
Fluiditas adalah maksimum jarak yang ditempuh logam cair pada cetakan standar
(Campbell, 1991). Sumber lain (Han dan Xu, 2005) mendefinisikan bahwa fluiditas
adalah pengukuran secara empiri seberapa jauh jarak aliran logam cair yang
mengalir pada saluran tertentu sebelum terhenti akibat pembekuan.
(INPUT GAMBAR 10)
Gambar 10. Grafik hubungan Fluidity length dan solidus temperatur (Han dan Xu, 2005)
Peneltian Han dan Xu, 2005, menggunakan dua metoda dalam mengukur fluiditas
pada HPDC yaitu dengan Ragone Test dan Die Casting Conditions, hasilnya panjang
fluiditas berkurang seiring bertambahnya temperatur solidus paduan (gambar 10),
hal ini merupakan suatu hal yang unik pada HPDC karena tekanan tinggi digunakan
untuk menginjeksi logam cair ke dalam rongga cetakan, logam cair dapat mengalir
pada fraksi solid tinggi dibandingkan pada kondisi die casting normal.
1.8 Kelebihan dan kekurangan HPDC
Konvensional die casting merupakan proses yang efisien dan ekonomis dengan
penggunaan yang optimal produknya dapat menggantikan komponen sejenis yang
diproduksi dengan berbagai proses manufaktur. Penggabungan cetakan menjadi
satu mengurangi biaya dan upah buruh. Proses ini akan menguntungkan jika jumlah
komponen yang dicor melebihi 5000 hingga 10000. Umur cetakan HPDC bervariasi
dari 8000 kali pengecoran untuk perunggu dan 800.000 kali pengecoran untuk
paduan zinc. Berikut keuntungan dan kerugian metoda ini (Jorstad, 2003):
Tabel 2 Kelebihan dan kekurangan proses HPDC
Keuntungan Kekurangan
Proses sangat cepat,
Dapat membuat komponen
sangat tipis dan rumit
Tingkat presisi tinggi
dibandingkan dengan
proses konvensional
Hanya memerlukan sedikit
pengerjaan untuk finishing
Part inset dapat digunakan
pada awal proses contoh
bearing dan baut
Biaya bengkel sangat
mahal karena penggunaan
tekanan tinggi dan thermal
fatigue tinggi
Proses pengisian sangat
cepat mengakibatkan
aliran turbulen yang dapat
menyerap gas dalam
jumlah besar
Komponen dengan
menggunakan inti biasanya
sangat sulit untuk dicor.
Hanya dapat mengecor
logam dengan titik lebur
rendah.
1.9 Permasalahan pada Konvensional Die Casting
Pada pasar global saat banyak produk yang dihasilkan dari die casting konvensional.
Namun teknik ini mempunyai keterbatasan untuk penggunaan dalam skala yang
lebih besar yaitu adanya kecenderungan mengalami cacat porositas.
Porositas membatasi penggunaan proses die casting konvensional untuk
menghasilkan komponen. Pressure vessel harus bebas dari kebocoran. Hal ini
hampir tidak dapat dipenuhi pada proses ini, lebih lanjut pendeteksian porositas
sangat sulit.
Porositas disebabkan oleh dua sumber: penyusutan selama pembekuan dan gas
yang terjebak. Pada umumnya paduan memiliki densitas yang lebih tinggi pada
keadaan padat dibanding pada keadaan cair sehingga terbentuk shrinkage porosity
pada pembekuan. Pengisian saluran yang mengakibatkan aliran turbulen menjebak
gas-gas dan membentuk porositas. Parameter lain yang dapat menyebabkan
porositas adalah temperatur furnace, temperatur die, kecepatan plunger, dan
kenaikan tekanan (Tsoukolas dkk, 2004).
Penelitian lain menyebutkan adanya pengaruh tebal dinding cetakan terhadap
pembentukan porositas dimana persentasenya berkurang dengan bertambahnya
ketebalan dinding. Berikut grafik hubungan ketebalan dinding dan persentase
porositas dari beberapa bahan (AZ91, AM50, MR1153M) (Aghion dkk, 2007):
(INPUT GAMBAR 11)
Gambar 11. Grafik hubungan tebal dinding cetakan dan persentase porositas
Pada dinding tipis, logam cair mengalami aliran turbulensi tinggi menambah
porositas yang disebabkan gas dan penyusutan
Porositas mempengaruhi sifat-sifat mekanis komponen die cast, cacat ini
menyebabkan konsentrasi tegangan dan mengawali retak. Banyak penelitan
dilakukan untuk mempelajari variasi porositas dengan berbagai kondisi operasi
(Lindsey dan Wallace, 1972), (Vinarcik dan Mobley, 1992). Beberapa metoda telah
dikembangkan untuk memperhitungkan porositas pada komponen die cast (Gordon
dkk, 1991), total porositas yang ada pada komponen ditentukan dengan persamaan:
%P=(penyusutan pembekuan)+(kontribusi gas)...........(1)
yang kemudian didefinisikan:
................................................(2)
Dimana:
%P = persen porositas (%)
β = faktor penyusutan pembekuan (%)
V* = volume cairan dalam saluran yang tidak mensuplai logam cair selama
pembekuan (cm3)
Vc = volume saluran pengecoran (cm3)
T = Suhu gas selama pembekuan (atm)
P = Tekanan yang digunakan pada saat pembekuan (atm)
Φ = fraksi gas yang tidak menyebabkan porositas penyusutan pembekuan
ρ = Densitas logam cair pada temperatur cair (gr/cm3)
ν = jumlah gas yang terkandung dalam logam cor pada temperatur standard dan
kondisi tekanan (273K pada 1 atm) (cm3/100gr paduan)
ν* = Batas kelarutan gas dalam padat pada temperatur solidus dengan temperatur
standar dan kondisi tekanan (cm3/100gr paduan)
Bagian pertama dari persamaan diatas adalah hubungan porositas selama
penyusutan pembekuan. Bagian kedua pada persamaan 2 menggambarkan
porositas gas yang terjebak. Total gas yang terkandung pada logam cor termasuk
gas dari jebakan fisik, gas dari dekomposisi lubrikan dan gas yang larut dari
paduan. Hubungan ini dapat digambarkan secara matematis,
ν = νEntrained + νLube + νSoluble gas .........................................(3)
Masing-masing kontribusi gas pada persamaan 3 dibuat dalam cm3 pada temperatur
standar dan kondisi tekanan per 100gr paduan.
Perhitungan persentase porositas juga dilakukan oleh Tsoukolas dkk, 2004 dengan
metode pendekatan Taguchi dan percobaan berikut persentase kontribusi masing-
masing parameter (temperatur furnace, temperatur die, kecepatan plunger, dan
kenaikan tekanan) terhadap porositas logam cor:
Tabel 3 Persentase kontribusi variabel terhadap porositas
(BUAT TABEL 3)
Sebagai tambahan struktur mikro pada die casting konvensional tidak dapat
memenuhi syarat mekanis yang dibutuhkan untuk beberapa aplikasi. Perlakuan
panas yang dapat mengubah struktur mikro tidak dimungkinkan karena kerusakan
terjadi selama proses thermal. Oleh karena keterbatasan ini para insinyur beralih ke
proses lain seperti investment casting, forging, injection moulding, dan perakitan
untuk memenuhi persyaratan mekanis walau proses ini lebih mahal dibanding
konvensional die casting, pada biaya material dan waktu proses.
1.10 Strategi Memperbaiki Kemampuan Die Casting
Beberapa usaha telah dibuktikan dalam memperluas kemampuan conventional die
casting dengan waktu siklus singkat, kestabilan ukuran dan beberapa keuntungan
lainnya. Ada tiga strategi yang dapat memperbaiki kemampuan proses die casting:
1. Mengurangi atau menghilangkan pengaruh gas-gas yang terjebak.
2. Mengurangi atau menghilangkan penyusutan pembekuan.
3. Mengubah struktur mikro logam.
Strategi satu dan dua mempengaruhi terhadap jumlah porositas seperti pada
persamaan 1. Strategi ketiga mengacu pada sifat mekanis dengan memodifikasi
struktur dasar komponen logam cor. Komposisi kimia paduan berpengaruh terhadap
morfologi, dan hubungan porositas pada logam cor (Lee dan Gokhale, 2006)
1.11 Proses High Integrity Die Casting
Proses die casting dengan integritas tinggi yang telah berhasil dikembangkan dan
digunakan untuk produksi komersil dengan skala besar adalah vacuum die casting,
squeeze casting dan semi-solid metalworking (Jorstad, 2003).
Vacuum die casting menggunakan pengontrol vakum untuk mengekstrak gas-gas
dari saluran cetakan dan sistem saluran turun selama proses injeksi. Proses ini
meminimalkan jumlah νentrained dan νLube seperti pada persamaan 3.
Squeeze casting dicirikan dengan penggunaan daerah pengisian yang luas. Pada
proses vacuum die casting dirancang untuk meminimalkan jumlah νentrained dan νLube
dengan mekanisme yang berbeda. Pengisian secara planar membuat gas-gas lepas
dari cetakan melalui ventilasi yang tetap terbuka selama injeksi logam cair. Daerah
pengisian yang luas membuat tekanan dapat dipertahankan selama pembekuan,
mengurangi besaran V* seperti pada persamaan 2. Porositas akibat gas yang
terjebak dan penyusutan selama pembekuan dapat berkurang dengan squeeze
casting.
Pengerjaan logam semi-solid adalah proses yang paling rumit pada proses high
integrity die casting. Selama proses campuran setengah solid dan setengah liquid
diinjeksi ke dalam saluran cetakan. Pengisian secara planar meminimalkan gas yang
terjebak seperti pada proses squeeze casting. Penyusutan selama pembekuan
menjadi sangat berkurang karena logam yang diinjeksi telah berbentuk padat.
Porositas pada proses ini sesuai dengan persamaan 1. Dengan mengurangi porositas
struktur mikro yang unik dibentuk selama proses pengerjaan logam dengan sifat
mekanis lebih baik dibanding proses die casting biasa.
1.12 Perbandingan Die Casting dengan proses lainnya
Die casting vs. plastic molding - Die casting menghasilkan komponen yang lebih
kuat dengan toleransi yang hampir sama dengan kestabilan dan umur pakai lebih
lama. Komponen dari pengecoran lebih tahan terhadap temperatur ekstrem dan
sifat listrik paling baik..
Die casting vs. sand casting - Die casting dapat memproduksi komponen tipis,
ukuran yang tepat dan permukaan yang halus. Waktu produksi cepat dengan upah
buruh per casting lebih rendah. Biaya untuk finishing juga rendah.
Die casting vs. permanent mold – mempunyai kelebihan yang sama dengan
permanent moulding.
Die casting vs. forging - Die casting dapat membuat komponen dengan bentuk
kompleks, toleransi ketat, dinding tipis dan biaya finishing rendah. Lubang dengan
inti tidak terdapat pada forging.
Die casting vs. stamping - Die casting dapat membuat komponen dengan ketebalan
yang bervariasi.
Die casting vs. screw machine products - Die casting dapat membuat komponen
dengan bentuk yang sulit atau hampir tidak mungkin dari batangan logam dengan
tanpa penyetingan perkakas. Proses die casting lebih sedikit operasi dan bahan
yang terbuang.
Referensi
Aghion, E., Moscovitch, N. dan Arnon, A., 2007, “The Correlation Between Wall
Thickness and Properties of HPDC Magnesium Alloys”, Material Science and
Engineering, Elsevier, vol.10, pp. 341-346
Brown, J. R., 1999, “Fonseco Non-Ferrous Foundryman’s Handbook”,
Butterworh-Heinemann, Edisi 11
Campbell, J., 1991, “Casting”, Butterworh-Heinemann, pp. 74
Doehler, H., 1910, ”Art of and Apparatus for Casting Fluid Metal”, United States
Patent 973,473, United States Patent and Trade Mark Office, Washington, D.C.
eFunda (Engineering Fundamentals) (1999) Die Casting. Retrieved 15
November 2004. From
http://www.efunda.com/processes/metal_processing/die_casting.cfm
Fredriksson, H., dan Akerlind, U., 2006, “Component Casting”, Material
Processing during Casting, John Wiley & Sons, Ltd.
Lee, S. G. dan Gokhale, A. M., 2006, “Visualization of Three-dimensional Pore
Morphologies in a High-Pressure Die Cast Mg-Al-RE Alloy”, Scripta Materialia,
Elsevier, vol. 56, pp. 501-504
Lindsey, D., dan Wallace, J., 1972, “Effect of Vent Size and Design, Lubricant
Practice, Metal Degassing, Die Texturing and Filling of Shot Sleeve on Die
Casting Soundness”, Proceedings 7th International Die Casting Congress, pp. 1-
15.
Han, Q., dan Xu, H., 2005, “Fluidity of Alloys Under High Pressure Die Casting
Condition”, Scripta Materialia, Elsevier, vol. 53, pp.7-10.
Jorstad, L. J., 2003, “High Integrity Die casting Process Variations”, International
Conference on Structural Aluminum CastingNov 2-4, Orlando FL
NADCA (North American Die Casting Association) (2004) Retrieved 17
November. 2004. From http://www.diecasting.org .
Tsoukalas, V. D., Mavrommatis, St. A., Orfanoudakis, N. G. dan Baldoukas, A. K.,
2004, “A Study of Porosity Formation in Pressure Die Casting Using the Taguchi
Approach”, Proceeding of the Institution of Mechanical Engineers, ProQuest,
vol.218, pp. 77
Vinarcik, E., dan Mobley, C., 1992, “Decomposition and Gasification
Characteristics of Die Casting Plunger Lubricants”, Report No.ERC/NSM-TB-91-
04-C, The Ohio State University Engineering Research Center for Net Shape
Manufacturing.
Bibliographi
www.diecasting.org/faq about die casting.htm
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6