literatur

download literatur

of 10

Transcript of literatur

Mangrove Ditulis oleh azmi Selasa, 28 Oktober 2008 07:00 - Pemutakhiran Terakhir Selasa, 27 Oktober 2009 08:47 Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove atau bakau yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut, pantai berlumpur atau berpasir, seperti pohon api-api (Avicennia spp.), bakau (rhizophora spp.) Manfaat Mangrove antara lain sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen, sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan utama biota laut, sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya, sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan mamalia (monyet), sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas dan sebagai tempat ekowisata. Sumber - sumber pengrusakan hutan mangrove diantaranya adalah usaha tambak udang, penebangan kayu dan logging, penambangan minyak lepas pantai, pencemaran bibir pantai, tourism, urbanisasi dan perluasan wilayah, dan pembangunan jalan dan infrastruktur.

Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai. Tumbahan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan. Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia. 1. Formasi Pres-Caprae Pada formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan).

2. Formasi Baringtonia Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang).

Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur.

Flora Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai tiga tipe ekosistem, yaitu : 1. Ekosistem perairan laut ; Meliputi habitat terumbu karang dan padang lamun. Terdapat di wilayah perairan Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan. 2. Ekosistem daratan ; Umumnya berupa hutan hujan tropis asli yang terdapat di Gunung Honje, Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan. 3. Ekosistem pesisir pantai ; Yang terdiri dari hutan pantai dan hutan mangrove yang terdapat di sepanjang pesisir pantai. Hutan mangrove terdapat di bagian Timur Laut Semenanjung Ujung Kulon dan pulau-pulau disekitarnya (Pulau Handeuleum dan sekitarnya) Dari berbagai hasil survey yang dilakukan oleh para ahli, diketahui bahwa Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai tipe-tipe vegetasi, yaitu; vegetasi hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan hujan dataran rendah, padang rumput dan padang rumput. Hutan Pantai ; Dicirikan oleh adanya jenis-jenis seperti nyamplung ( Calophyllum inophyllum ), butun ( Barringtonia asiatica ), kampis cina ( Guettarda speciosa ), ketapang ( Teminalia catappa ), dan cingkil ( Hernandia peltata ). Kelompok vegetasi ini dikenal sebagai formasi Barringtonia dan pohon nyamplung merupakan jenis yang lebih dikenal dari tipe ini. Hutan Pantai terdapat di sepanjang pantai Barat dan Timur Laut Ujung Kulon, di Pulau Peucang; dan Pulau Panaitan sepanjang pantai Utara dan di Teluk Kasuaris. Umumnya formasi itu hidup diatas pasir karang didalam jalur memanjang yang sempit, dari tepi pantai kearah dalam lebarnya berkisar 5-15 meter. Pada pantai yang terbuka seperti Pantai Barat Ujung Kulon, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan umumnya terdapat pandan ( Pandanus tectorius ), juga pakis haji ( Cycas rumphii ) dan biasanya terdapat juga cantigi ( Pemphis acidula ).

Formasi Pescaprae yang merupakan vegetasi pionir umumnya terdapat disepanjang tepi pantai berpasir sebelah atas dekat dengan zona air pasang tertinggi, yang dicirikan dengan adanya daun katang-katang ( Ipomeia pescaprae ), jukut tiara ( Spinifex litolaris ) dan Canavalia maritima . Di Pulau Peucang formasi Pescaprae terdapat disepanjang pantai Selatan dan Timur dimana tumbuh juga rumput tembaga ( Ischaemum muticum ). Di Pantai Panaitan di dekat muara sungai dan di Ujung Kulon sepanjang pantai Barat dan Selatan tumbuh pandan ( Pandanus tectorius ) yang membentuk vegetasi murni walaupun sesekali dijumpai beberapa pohon kiara ( Ficus septica ). Pandan raja ( Pandanus bidur ) yang jarang tumbuh, terdapat didekat muara sungai di pantai Selatan dan pantai disebelah Barat Gunung Payung. Di sebelah Timur muara sungai Cibandawoh vegatasi Pandanus tectorius menghilang dan digantikan oleh formasi Barringtonia. Hutan Mangrove ; Hutan mangrove pasang-surut yang terluas terdapat di sepanjang sisi Utara tanah genting, meluas kearah Utara sepanjang pantai sampai ke sungai Cikalong. Daerah mangrove yang lebih sempit terdapat pada sungai Cicangkeuteuk, disebelah Barat Laut Pulau Handeuleum dan pada kedua buah pulau kecil, disebelah Selatan dekat Pulau Handeuleum. Juga terdapat hutan rawa nipah ( Nypha Angustifolia ) yang tidak luas pada beberapa muara sungai, yaitu sungai Cijungkulon dan Cigenter di pantai Utara semananjung, dan pada sungai Cikeusik dan Cibandawoh dipantai Selatan. Di pulau Panaitan terdapat rawa mangrove yang luas, yaitu di Legon Lentah, Legon Kadam dan Legon Mandar. Pohon mangrove yang paling umum dikenal ialah jenis padipadi ( Lumnitzera racemosa ), api-api ( Avicennia sp ), bakau ( Rhizophora) , bogem ( Sonneratia alba ), Bruguiera sp., dan kadangkala dijumpai pula pakis rawa jenis lamiding ( Acrostichum aureum ). Hutan Rawa Air Tawar ; Sebidang daerah hutan rawa musiman yang sempit, terdapat di Tanjung Alang-Alang di daerah Nyawaan, Nyiaur, Jamang dan sungai Cihandeuleum hulu. Di daerah ini, saat musim hujan air menggenang di daerah yang rendah tetapi menjadi kering selama musim kemarau. Daerah rawa-rawa ini ditandai dengan adanya pohon nipah ( Nypha Angustifolia ), Cyperus dan pohon lampeni ( Ardisia humilis ) yang biasanya dijumpai dalam tegakan murni yang membatasi rawa ini. Hutan Hujan Dataran Rendah ; Walaupun hutan hujan ini menutupi sebagian besar Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang dan Gunung Honje, tetapi mungkin hanya 40% dari Ujung Kulon dan 50% dari Gunung Honje yang dapat dianggap sebagai hutan primer. Sebagian dari hutan hujan yang terbaik terdapat di Pulau Peucang, sedangkan di Palau Panaitan hanya tinggal sisa sedikit disekeliling Gunung Raksa.

Hutan Ujung Kulon dan Gunung Honje, ditandai dengan banyaknya palem dari bermacam-macam jenis tetapi yang umum dikenal yaitu pohon langkap ( Arenga obtusifolia ). Langkap sering dijumpai merupakan tegakan murni setinggi 10-15 meter didaerah-daerah yang rendah letaknya dan mempunyai tajuk yang tertutup, terutama yang ada di sebelah Barat Laut dan Timur Laut semenanjung Ujung Kulon. Jenis palem yang lain adalah nibung ( Oncosperma tigillaria ), aren ( Arenga pinnata ), sayar ( Caryota mitis ) dan salak ( Salacca edulis ) merupakan tegakan yang lebat di lembah dan pinanga coronata tumbuh di daerah yang lebih tinggi. Diantara jenis palem tersebut sering dijumpai jenis-jenis seperti bungur ( Lagerstroemia speciosa ), kiara ( Ficus ) yaitu tumbuhan pencekik (Strangling Pigs), kicalung ( Dyospyros macrophylla ), laban ( Vitex puhescens ), hanjah ( Anthocephallus chinensis ) dan Ciputat ( Planchonia valida ) yang pohonnya sangat tinggi. Pada hutan yang tidak seberapa terganggu dibagian atas terbentuk tajuk yang rapat. Di Gunung Payung terdapat hutan primer yang rimbun, dengan pohon segal ( Dillenia excelsa ), sogung ( Pentace polyantha ), Zyzygium spp dan jenis-jenis lainnya, yang membentuk tajuk tinggi dengan tumbuhan bawah jenis palem yang rendah dan rumputrumputan. Diantara hutan primer di Ujung Kulon, terutama disebelah Timur, di sepan-jang sungai Cigenter dan Cikarang, terdapat pohon bambu yang lebat ; juga didekat rawa-rawa disekitar di sungai Cibunar dan Cikeusik. Belukar bambu yang luas itu dapat dipastikan dahulu berasal dari tanaman penduduk setempat. Bambu membentuk penghalang fisik di sepanjang sungai, dimana seringkali sukar untuk dilalui. Demikian halnya dengan rotan ( Callamus spp ), tumbuhan bawah yang lebat terdapat di beberapa tempat dan pohon salak ( Sallaca edulis ) yang berduri terdapat di lereng Bukit Telanca. Daerah-daerah tertentu yang relatif terbuka dengan sedikit pohon besar, tertutup oleh tumbuhan sekunder seperti tepus ( Achasma sp ), Honje ( Nicolaia ) dan tembelekan ( Lantana camara dan Maranthaceae ) seringkali tumbuh sangat lebat bersama dengan rotan ( Callamus sp ). Di Pulau Peucang terdapat sedikit hutan hujan dataran rendah yang bagus dengan pohon besar yang menjulang setinggi 36-40 m, dengan pohon-pohon dibawahnya yang jarang. Terdapat sedikit perbedaan komposisi antara hutan-hutan didaerah yang lebih rendah di sebelah Selatan dan hutan-hutan didaerah yang lebih tinggi dibagian Utara pulau. Pohon-pohon yang dominan di Pulau Peucang adalah bungur ( Lagerstroemia speciosa ), cerlang ( Pterospermum diversifolium ), Eugenia spp, Parinarium corymbosum, Rinorealanceolata, Aglaia spp dan di daerah-daerah yang lebih tinggi dijumpai ; ki hideung ( Hydnocarpus heterophylla ). Di daerah yang lebih rendah terdapat bayur ( Pterospermum javanicum ), kiara ( Ficus spp ) dan kigula ( Chisocheton spp ).

Tumbuhan bawahnya ditandai dengan banyaknya anakan pohon lampeni ( Ardisia humilis ), ki calung ( Diospyros spp ), Planchonella spp dan merbau ( Intsia bijuga ). Di lereng Gunung Honje yang lebih rendah, yaitu di daerah-daerah yang belum terganggu oleh adanya perhumaan, terdapat hutan yang masih baik dengan banyak pohon yang tinggi seperti bayur ( Pterospermum Javanicum ), ki hujan ( Angelhardia serrata ), kiara ( Ficus sp ), Eugenia spp, Dipterocarpus gracilis , merbau ( Itsia bijuga ) dan bungur. Di lereng yang lebih tinggi terdapat Castanopsis, Fagasae lainnya. Adanya kelembaban yang tinggi, lereng di sebelah Timur terdapat vegetasi yang bebih lebat yang terdiri dari pohon janitri ( Plaeocarpus sphaericus ), cangkudu badak ( Podocarpus nerifolia ), pahlalar ( Dipterocarpus haseltii ), ki pela ( Aphana msxis sp ) dan Eurya sp. Pada batang-batang pobon dan ditanah, tumbuh lumut yang tebal dan banyak sekali epiphyt yang terdiri dari anggrek dan paku-pakuan seperti Freycinetia sp dan Asplenium nidus. Pada puncak Gunung Cibenua (500 m), dapat dijumpai pohon kerdil dan yang dominan adalah jenis kopo kerdil ( Eugenia sp). Pada lereng yang lebih rendah dari Gunung Honje yang masif, hutan alaminya sebagian besar telah berubah menjadi hutan sekunder. Padang Rumput ; Terdapat tujuh lokasi padang rumput/padang pengembalaan yang berfungsi sebagai tempat makannya beberapa jenis satwa seperti banteng dan rusa. Padang rumput tersebut yaitu Cijungkulon, Cidaun dan Cikuya yang letaknya di seberang Pulau Peucang dan satu lokasi berada di dekat muara sungai Cigenter. Dua padang rumput yang tidak begitu luas yaitu Cibunar terdapat di dekat muara sungai Cibunar di pantai Selatan dan satu lokasi yang berdekatan dengan komplek mercusuar di Tanjung Layar. Beberapa jenis rumput yang mendominasi diantaranya Panicum repens, Andropogon sp, Panicum colomum, Melastoma malabaricum dan Cyperus spp. Fauna Satwa di TN Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Mamalia ; antara lain termasuk jenis langka dan dilindungi undang-undang yaitu : badak jawa ( Rhinoceros sondaicus ), banteng ( Bos javanicus ), rusa ( Cervus timorensis ), kancil ( Tragulus javanicus ), owa ( Hylobates moloch ), surili ( Presbytis comata ), lutung ( Trachypithecus auratus ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis) macan tutul ( Panthera pardus ), kucing batu ( Felis bengalensis ), kucing bakau ( Felis viverina ) binturong ( Arctictic binturong ), ajag ( Cuon alpinus ), ganggarangan ( Harpentes javanicum ), babi hutan ( Sus sp ) dan kalong ( Pteropus vampirus ).

Burung ; diperkirakan terdapat 240 jenis burung, antara lain yang sering dijumpai yaitu elang ikan ( Techtyophaga ichtyaetus ), dara laut ( Sterna hirundo ), cangak abu ( Ardea cinerea ), cangak merah ( Ardea purpurea ), pecuk ular ( Anhinga melanogaster ), rangkong ( Buceros rhinoceros ), julang ( Aceros undulatus ), merak ( Pavo muticus ), dan ayam hutan ( Gallus varius ). Reptil ; buaya ( Crocodylus porosus ), penyu hijau ( Chelonia mydas ), biawak ( Varanus salvator ), ular sanca manuk ( Phyton reticulatus ),ular sanca bodo ( Phyton molurus ), ular tanah (Anchistrodon rhodostoma), dan bunglon (Calotes cristaleus). Amphibi ; katak ( Bufo asperr, B. biporcatus ), katak pohon ( Palypedatus leucomystax ), Rana cancrivora, R.macrodoh , dan R. kuhlii. Ikan ; Banyak sekali jenis-jenis ikan yang sangat menarik terdapat di TN Ujung Kulon, baik ikan dari perairan darat maupun ikan dari perairan laut. Jenis-jenis ikan tersebut antara lain ikan kupu-kupu, badut, bidadari, singa, kakatua, glodok dan sumpit. Ikan glodok dan ikan sumpit merupakan dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik. Ikan glodok memiliki kemampuan dapat memanjat pohon, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyem-protkan air ke atas permukaan sungai untuk menjatuhkan mangsanya seperti semut dan sejenisnya. Semprotan ikan sumpit yang hidup di sungai Cigenter itu, dilaporkan dapat mencapai setinggi 2 meter. Copyright 2009 Ditjen PHKA - Dapertemen Kehutanan Best View on Mozilla Firefox and Internet Explorer 7

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme. 2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut. a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan. c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.

1. Laut Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion

CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin. Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal. 1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut. a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat. b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya 300 meter. c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m). 2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut. a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m. b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu. c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita. d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini. e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu. Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif. 2. Ekosistem pantai Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.

Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut. 1. Formasi pes caprae Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan). 2. Formasi baringtonia Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus. 3. Estuari Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

4. Terumbu karang Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

1.Hutan mangrove Di sebut juga hutan pantai. Hutan pasang surut air laut, Hutan payau, atau Hutan bakau.Merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.Hutan ini terdapat di di Pulau sumatra ,kalimantan ,jawa dan irian jaya.Hutan ini dapat hidup dengan subur klau wilayah pesisir tersebut memenuhi syarat-syarat berikut: a. Terlindung dari gemuran ombak dan arus pasang surut air lautyang kuat b.Daerahnya datar c. Memilki muara sungai yang besar d.Kadar garam air laut antara 10-30 per mil hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting di wilayah pesisir sebab memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis ,sebagai berikut contoh ekologi; a.Penahan abrasi b. Penyerap limbah c. Pencegah intrusi laut contoh ekonomis ; a. Bahan bakar, bahan kertas, bahan bangunan b. Perabot rumah tangga c.Bahan penyamak kulit dan pupuk hijau 2. Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Meskipun banyak terdapat di seluruh perairan dunia maupun baik hanya di daerah tropis. Terumbu karang hanya terbentuk dari endapan-endapan kalsium karbonat yang di hasilkan oleh organisme karang, alga berkapur dan organisme lain yag mengandung kalsium. Terbentuknya ekosistem ini karena faktor : a.Kedalaman sekitar 10m b. Temperatur 25-29 c. Kadar garam 30-35 mil Fungsi ekologi : a. Penyedia nutrien bagi biota perairan

b. Tempat berkembang biota Fungsi Ekonomi : a.Penghasil jenis ikan, udang, muiara b.Bahan pengurai c Hiasan Rumput Laut rumput laut tumbuh pada perairan yang memiliki substrat keras yang kokoh. Untuk tempat melekat rumput laut hanya dapat hidup pada perairan imana tumbuhan tersebut menerima cukup sinar matahari. Faktor yang mempengaruhi : a.Kejernihan air laut b.Suhu laut Rumput laut di perairan Indonesia banyak terdapat di seluruh provinsi. Oleh masyarakat rumput laut sering di manfaatkan sebagai bahan baku obat/ kosmetik Padang Lamun Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat hidup di dasar laut