Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1349/3/LAMPIRAN.pdfBagaimana...
Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1349/3/LAMPIRAN.pdfBagaimana...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
Narasumber : Bp. Ivan Tigana
Head of Public Relations PT Amerta Indah Otsuka
Penyelenggara Corporate Social Responsibility Satu
Hati Peduli Lingkungan “Bersih Pantai”
Wawancara I – 16 Oktober 2013
1. Bagaimana posisi PR dalam struktur organisasi PT Amerta Indah Otsuka?
Iv : “ Kalo di kita PR di bawah corporate communication department,
tapi tanggung jawabnya juga untuk mengurusi citra corporate dan citranya
brand. PR nya juga masih bareng dan dalam satu struktur.”
2. Siapa penanggung jawab program CSR? Apakah PR berdiri sendiri atau
ada campur tangan dari atasan?
Iv : “ Kalo ikut campur sih pasti ya karna kan kita bekerjanya dalam
satu struktur, dalam artian begini, kita disini juga dibagi – bagi job desc
nya, kita disni ada yang internal communication yang PR in ke dalem ama
external yang berhubungan dengan stakeholders yang di luar, kaya media,
mungkin dengan komunitas. Komunitas disini kan macem – macem ya,
misalnya komunitas peduli pendidikan atau apa. Nah kalo CSR itu kan
bentuk kegiatannya, outputnya, kalo itu kan obejektif yang diharapkan
adalah citra baik kepada kita kan, bahwa kita memang peduli dan itu
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
memang sudah jelas kan dari peraturan pemerintah pun bahwa setiap
perusahaan harus melakukan CSR.”
3. Sejak kapan pocari sweat melakukan CSR?
Iv : “kita ga dari awal berdiri melakukan CSR. Sama kick andy aja
baru 2008. Perusahaan kita kan AIO sejak dua ribu..bener – bener PT
Amerta Indah Otsuka itu baru 2001. Eh 1997 deh, tapi waktu itu belum
ada PR nya.”
4. Terus yang melatarbelakangi melakukan CSR apa?
Iv : “ya memang fasenya ya. Ya mungkin kita juga melihat kebutuhan
sosial di sekitar kita, ya kita mulai peduli disitu. Sebenernya tidak..bukan
karena fasenya lagi booming atau engga, tapi justru karna kita liat
lingkungan di sekitar kita bahwa memang sosialnya sangat membutuhkan,
mulai dari tahun ke tahun apalagi setelah krismon, kaya perubahan politik
juga pengaruh kan, kaya kebijakan berubah, behavior orang juga berubah.
Disitu yang kita mulai concern. ”
5. Apakah visi misi CSR Pocari Sweat tergabung dalam visi misi corporate
atau memiliki visi misi sendiri?
Iv : “Pasti (tergabung dalam visi misi corporate). Jadi, gini kita kan
punya filosofi “Otsuka People Creating New Products for a better health
worldwide”, itu adalah payung besarnya kita setiap kita melakuan setiap
kegiatan. Baik itu kegiatan marketing, maupun kegiatan PR nya atau
kegiatan yang lain. Jadi, kita selalu jadi perusahaan yang memberikan
kontribusi ke masyarakat khususnya untuk kesehatan. Tapi untuk social
responsibility kadang kita lihat dulu, sebenernya kondisi sosialnya yang
dibutuhin apa nih. Kaya pendidikan, sebenernya pendidikan pun pasti ada
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
sangkut pautnya, misalnya kita edukasi gaya hidup sehat atau gaya hidup
bersih. Jadi, ga punya visi tersendiri sih, sudah tercermin dalam filosofi
perusahaan.”
6. Kegiatan CSR di pocari sweat apakah rutin setiap tahun?
Iv : “ Kita sih pengennya bikin sesuatu yang sustain, ga hanya
wahid.“
7. Di Indonesia pelaksanaan CSR adalah suatu kewajiban, apakah pocari
sweat melakukan kegiatan csr sebatas tanggung jawab legal saja?
Iv : “ Jadi gini, sebenernya ya tanggung jawab legal pasti, yang
namanya complience itu dari pemerintah, dari departemen perindustrian
atau perdagangan saya lupa, itu memang ada compliencenya. Memang
harus ada yang dilakukan, contoh misal dari pabrik kita, itu memang ada
yang harus dilakukan, kaya dari kementerian lingkungan hidup itu juga
ngeluarin kan proper dan segala macem, itu complience, memang harus
dijalankan perusahaan. Tapi yang namanya social responsibility itu buat
kita adalah goodwillnya kita gitu lho. Goodwillnya kita melihat kondisi
sosial di luar ini seperti apa, kita bisa berkontribusi apa sebagai otsuka
people. New products disini juga bukan hanya produk pocari sweat dan
soy joy, tapi kegiatannya juga gitu. Kepedulian kita juga termasuk new
product, beda, harus baru, tapi tetep sesuai dengan kebutuhan yang
dibutuhin kondisi sosial masyarakat.”
8. Jadi, bagaimana proses dalam merumuskan kegiatan CSR?
Iv : “ Pasti social mapping dulu, misalnya interview dengan pihak –
pihak terkait, misalnya dengan pemerintah sekitar atau misalnya dengan
local hero disitu atau misalnya selanjutnya lebih dalam lagi ke FGD. Dari
situ kita akan melihat, kelihatan kan. Nah itu dia sebagai goodwillnya dari
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
sebuah perusahaan atau brandnya kita, kita ingin tepat sasaran. Kondisi
sosialnya lagi butuh apa nih, dari situ kita bisa kontribusi apa.”
9. Waktu kegiatan Bersih Pantai juga melakukan itu?
Iv : “ Betul. Kita juga melihat, ketemu kan ama komunitas –
komunitas yang memang peduli sampah dan lingkungan, terus kita bisa
berbuat apa disni. Ya jujur, sekarang gini dari pocari sweat sendiri, kita
kan sebuah produk ada bentuknya gitu kan. Ini kan nyumbang limbah,
contohnya kan limbahnya botol. Ya kan? Terus pantai. Waktu itu kita
kerja sama ama kementerian pariwisata karena kan ngeliat pantai itu jadi
objek wisata, tapi koq hanya sekedar objek, kepeduliannya ga ada. Nah
dari situ kita ngeliat apakah kita bisa berbuat sesuatu disitu, makanya
waktu itu kita bikin satu hati peduli lingkungan bersih pantai. Ini pun kita
uda peduli lingkungan (sambil memegang botol pocari sweat), dalam
artian ini udah eco bottle kita sebutnya, penggunaan resinnya udah minim.
Jadi, pertama untuk di daur ulang lebih gampang, (kedua) penyumbangan
limbahnya juga tidak terlalu tinggi kan dan (ketiga) penggunaan minyak
bumi atau resinnya lebih sedikit. Kita nyebutnya eco bottle.”
10. Apa alasan dalam pemilihan pantai depok, ampenan dan pelabuhan ratu
sebagi objek CSR?
Iv : “ Memang pantai – pantai yang kotor waktu itu. Itu memang
bener – bener kondisinya kotor parah. Lingkungan sekitar ga peduli.
Padahal mereka sudah jadi objek wisata. Kalo kaya kuta, kuta kan udah
kotor banget tapi banyak corporate yang udah kesana. Justru kita ngeliat
ini potensial, waktu itu kita ngobrol sama departemen pariwisata ini
potensial untuk dijadikan objek, tapi kepeduliannya masyarakat sekitarnya
masih belum. Mungkin waktu itu dari kemenparekraf ada arah kesitu, kita
juga oke. Itu emang kondisinya parah.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
11. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan dan implementasi kegiatan ini?
Iv : “ Kalo perencanaan waktu itu dari kita sendiri dan kerja sama
dengan kementrian parekraf, contohnya untuk milih pantai, terus dengan
pihak siapa saja kita bisa kerja sama. Dan pada saat implementasi, kita
juga gaet komunitas – komunitas. Bahkan waktu itu ada blogger juga ama
komunitas sepeda juga. Sebenernya itu untuk mengajak, ya ketika kita
mengajak komunitas kan mungkin orang bisa lebih ngeliat untuk join gitu.
Ngambilnya kan juga komunitas – kmunitas yang seru – seru juga, supaya
tuh orang mulai at least ada kepeduliannya dulu deh. Jadi dia bisa masuk.”
12. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mensosialisasikan kegiatan tersebut?
Iv : “ Ga booming kaya satu hari cerdaskan bangsa kan karena pantai
baru pertama kali dilakukan waktu itu. Apa namanya..komunikasinya kita
lebih pilih ke local, jadi ke area situ dulu. Secara nasional memang kita
belum komunikasiin kita punya satu hati peduli lingkungannya bersih
pantai. Waktu itu sih kita kerja sama ama media juga, ada juga interview
di radio. Kita juga ngadain roadshow untuk edukasi ke sekolah – sekolah.
Itu salah satu media kita untuk ngenalin movement ini. Roadshow, ama
ada beberapa interview di radio, sama ada juga beberapa placement di
digital ama beberapa print ad, saya lupa.”
13. Menurut Pocari Sweat kegiatan ini berhasil atau tidak dan bagaimana cara
untuk mengevaluasinya?
Iv : “ Nah kebetulan ini kan tahun lalu ngenjalaninnya, tahun depan
kita baru mau evaluasi. Jadi kita kasi liat satu tahun berjalan. Tahun depan
baru akan evaluasi, kita akan kunjungi pantai – pantai tersebut. Kita kan
ada install tong sampah, jangan – jangan tong sampahnya uda ga ada
diambil ama orang. Kita pengen liat..dan apakah edukasi yang dijalanin
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
kemarin itu berhasil. Tentunya nanti dilihat dari kondisi sebelumnya
dengan kondisi yang nanti.”
14. Mengapa waktu evaluasi sampai setahun?
Iv : “ Ya mungkin biar jalan dulu. Kalo deket kan, karna baru kemarin
dijalanin. Itu emang waktu dari kita kira – kira setahun baru terlihat
impactnya. Takutnya gini kalo enam bulan, kan kita ga tau apa itu terlalu
deket atau terlalu jauh. Tapi kita anggap waktu itu satu tahun adalah waktu
yang tepat.”
15. Jadi selama ini, dari pocari sweat belum melakukan kunjungan lagi ke
sana?
Iv : “ Belum. Kita baru rencanain di awal tahun 2014.”
16. Apakah ada rencana untuk melakukan program lanjutan dari kegiatan satu
hati peduli lingkungan bersih pantai?
Iv : “ Nah, kita evaluasi dulu. Sebenernya kita uda planning untuk liat
lagi apakah banyak pantai – pantai...kan belakangan ini orang indonesia,
terutama anak muda ya, lagi hype banget nih untuk “wah kita kayanya
lebih pilih pantai lokal dulu deh”, ya kan? Lagi jarang kan orang ke luar,
justru nyarinya tuh..ada yang nemu di raja ampat, ambon. Kita akan coba
liat terusin ini karna memang potensi untuk kita garap lagi karna kan lagi
hype lagi untuk kunjungan objek wisata ke lokal, terutama pantai.
Kemungkinan besar sih ada, tapi kita evaluasi dulu.”
17. Menurut anda, adakah keterkaitan antara implementasi CSR dan reputasi?
Iv : “Kalo menurut saya sih seharusnya ada ya, karena memang
tujuannya goodwill dari sebuah corporate, jadi kita memang peduli. Jadi
beda dengan marketing, kalo marketing kan memang tujuan nya untuk
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
awareness, orang teredukasi mengenai product, mengenai function, kan
kita kan functional product yang kita tawarin kan. Pocari Sweat pengganti
ion tubuh. Kan kegiatan marketing disitu kan. Terus begitu sampai
akhirnya orang tahu, teredukasi bahwa pentingnya pengganti cairan tubuh
itu pocari sweat akhirnya ke selling kan, orang beli. Kalo ini kan engga.
Kalo goodwill itu memang kita peduli sama sosialnya. Tapi memang
secara pencitraan, itu menurut saya harus ada impact dari apa yang kita
lakukan.”
18. Jadi untuk kegiatan bersih pantai ini membantu ga sih dalam mendongkrak
reputasi pocari sweat?
Iv : “Sebenernya sih seharusnya membantu ya idealnya, tapi ya ini
kita kan baru pertama kali dilakukan, tahun depan kita baru mau evaluasi,
mungkin baru kita bisa liat apakah bener – bener impact terhadap
pencitraannya dari pocari sweat sendiri. Kalo kaya perusahaan lain kan
yang uda lama disini keliatan...apa namanya dari CSR – CSR nya dia,
menurut saya sih pasti kerasa ya karena itu kan bentuknya peduli.
Misalnya ada orang yang peduli ama lingkungannya, reputasi orang itu
pasti akan bagus.”
Wawancara II – 24 Desember 2013
1. Bagaimana konsep CSR di Pocari Sweat?
Iv : “Sebenernya kalo di kita ya karena di Indonesia itu kan masih
bias antara CSR sendiri dengan apa yang disebut philantrophy. Sebenernya
kalo CSR itu kan seharusnya sustainable dan dia juga punya lima pilar,
salah satunya di lingkungan, pendidikan dan segala macem. Kita sih
termasuk perusahaan yang memang baru mengusung di CSR nya, tetapi
kalo untuk di pendidikan uda lama karena di situ kita liat emang ada
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
kebutuhan di situ. Bahwa di Indonesia tingkat pendidikannya masih
rendah kan, terutama di area – area yang jauh dari pusat. Kita akhirnya
waktu itu putuskan untuk bangun perpustakaan. Kita coba bantuk untuk
mengembangkan minat baca. Sampai sekarang masih sustain. Kita masih
bangun perpustakaan tersebut. Total sampai tahun ini sudah ada 26. Tahun
depan kita nambah lagi mudah – mudahan bisa tiga. Per tahun tuh
inginnya tiga perpustakaan, tapi kita maintain terus misalnya kaya
librarian nya itu kita kasih edukasi mengenai manajemen perpustakaan
pake komputer. Cuman memang tantangannya adalah ketika itu banyak
kita harus bisa mantau itu terus. Nah itu sih kita masih terus berjalan ya.
Kemudian di lingkungan, pasti. Pocari Sweat kan ngambil sumber
dayanya air, jadi kalo sekarang itu, di taun lalu 2012 itu, kita mengadakan
namanya adopsi pohon. Jadi kita bekerja sama ama Taman Nasional
Gunung Halimun Salak karena kan memang ngambil airnya dari Gunug
Salak kalo pabrik Sukabumi. Itu kita menanam adopsi pohon 25.000. Nah
tahun ini nanti kita akan tambah terus penanaman pohonnya. Nah di luar
itu, kita adalagi yang namanya kalo diliat dari kriteria untuk community
development, kita buat yang namanya Kampung Konservasi Otsuka. Kita
itu mengembangkan suatu kelompok, ada namanya GAMELAN.
Gabungan Masyarakat Melestarikan Lingkungan. Nah itu kita yang bina,
sekarang sih udah hampir setahun lebih jalan. Di kampung itu kita ajarin,
contohnya ukur air hujan, terus kemudian ternak. Tetapi sebenernya
GAMELAN ini tujuannya kita bina supaya mereka bisa secara viral
mengedukasi masyarakat sekitar, yang menjadi percontohan gitu,
diharapkan nanti muncul lagi kelompok – kelompok seperti itu. Itu
sebenernya untuk menjaga sih area Gunung Halimun Salak, Taman
Nasional. Karena kan sampe saat ini kan ada konflik kan. Jadi, kalo
konsorsium, Taman Nasional itu kan mereka harus menjaga, pasti kan di
area perlindungan itu ada masyarakat kan. Yang namanya masyarakat kan
mungkin belum teredukasi, mereka merasa ya ini wilayah mereka, mereka
boleh eksploitasi. Padahal kan belum tentu. Yang namanya Taman
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Nasional harus menjaga itu. Nah disitu kan ada konflik. Nah kita bantu
gitu, tapi kita bantunya juga selain nanam pohon, kita bina nih kelompok –
kelompok ini supaya mereka teredukasi dan diharapkan bisa jadi
percontohan bagi kelompok lain. CSR itu tantangannya tuh emang harus,
kita harus liat dulu kebutuhan real nya masyarakat karena kalo dari sisi
perusahaan kan kita juga punya..harus ada rem lah ya. Karena kita ga bisa
nanti jadinya malah nanti menuruti kemauan masyarakat. Kita harus bisa
maintain community nya. Intinya kan sebenernya maintain relationship
dengan sekitar kalo di area pabrik. Tapi, juga jangan sampe jadinya
mereka los kitanya. Jadi sebenernya jatuhnya kalo CSR itu ga boleh kaya
kalo kita ngasih, kita harus memberdayakan mereka. CSR itu kan harusnya
gitu, dalam artian ga dimanjakan merekanya, tapi kita bantu untuk
memberdayakan mereka kembali. Jadi dari mereka, untuk mereka. Kalo
dibilang goodwill pasti, itu goodwill nya kita. Tapi ada lagi yang namanya
kalo misalnya kita mau liat sebagai sebuah kewajiban sebuah perusahaan,
terutama perusahaan asing yang mengeksploitasi, pasti dari negara kan
menuntut adanya CSR. Jadi memang masih...kaya undang – undang CSR
kita pun masih rancu. Rancu dalam artian jatuhnya itu masih selalu di area
propinsi. Mereka undang, kita duduk bareng, diskusi mengenai peraturan
daerah mengenai CSR. Belum pernah secara nasional. Sebenernya
kementerian lingkungan hidup itu sudah mengeluarkan guide CSR itu
seperti apa, tapi nanti di area lokal itu beda lagi. Jadi ya memang challange
buat perusahaan seperti itu. jadi menuju ke sebuah CSR itu harus jalin
dulu, makanya ada di PR kan. Jalin dulu stakeholdersnya, siapa dulu nih
yang kita mau bina hubungan baiknya, jadi ketika dari sisi perusahaan mau
mengeluarkan CSR ga salah gitu. Karena kalo itu salah, ga sesuai
kebutuhan, jadinya nanti keinginan dari sekitar nanti akan beda gitu.”
2. Dalam stakehholder mapping PT Amerta Indah Otsuka, siapa yang
dianggap sebagai community?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Iv : “kita harus melihat kepentingannya dulu yah, tapi kalo misalnya
sekitar pabrik, yang pertama pasti yang kita utamakan itu penduduk sekitar
dulu. Kedua nanti akan..nanti pemangku kepentingannya disitu siapa.
Misalnya ada dari kepala...dari hal kecil sampe ke besar ya, mulai dari
kepala keluarga, keluarga desa, secara strata nya harus kita deketin, harus
kita maintain.”
3. Jadi waktu itu Pelabuhan Ratu dianggap sebagai community nya Otsuka
ga?
Iv : “Ngga. Waktu itu sebenernya CSR Bersih Pantai itu, itu lebih ke
arah philantrophy sih sifatnya. Belum CSR menurut saya karena kita kan
ngga sustain kan. Waktu itu kita hanya melihat ada potensi, waktu itu
Pocari Sweat kan sudah cukup besar, kita nyumbang limbah kan. Waktu
itu kita liat potensi mana yang bisa kita bantu dan limbah ini ada dimana
gitu. Kita liat waktu itu pantai. akhirnya ngobrol – ngobrol dengan
kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, mereka kan juga lagi dalam
program mengembangkan wisata di Indonesia. Nah akhirnya disitu. Jadi
sebenernya itu jatuhnya bukan CSR sih, masih goodwill kita aja.
Philatrophy. Yang kita hanya melihat satu kali. Tapi, memang itu ya kalo
kita melihat dari sisi perusahaan ga bisa asal – asalan gitu, bikin CSR yang
sustain akhirnya. Entah apanya nih, kita lagi coba liat, lagi mau dievaluasi
yang pantai kemarin karena dari tim pabrik aja waktu ke Citepus sudah
bilang kalo tong sampah tuh udah ga ada. Karena memang kita ga di
maintain waktu itu, hanya sekedar mencoba mengeduksi pada fase itu
mengedukasi dan diharapkan komunitas – komunitas di sana yang bisa
terus melanjutkan gitu sebenernya. Tapi memang kita untuk taun depan,
mau coba kita liat lagi sih. Karena memang CSR memang bener disini,
kalo kita ngomongin kriteria dari sisi perusahaan kita bener – bener pinter
milih dulu, mana yang sesuai sama kebutuhannya kita. Pasti diutamakan
area pabrik dulu, cuma diluar sana kan ada isu – isu yang mungkin harus
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
dijadiin peduli buat Pocari Sweat dan PT Amerta Indah Otsuka. Nah kita
waktu itu masih fokus di pendidikan sih.”
4. Apakah setiap tahun CSR memiliki budget tersendiri dalam bussiness
development PT Amerta Indah Otsuka?
Iv : “Pasti tiap taun kita harus budgetin karena kan ya itu tadi ketika
kita sudah commit untuk melakukan sebuah CSR, berarti kita commit
untuk sustain gitu. Kita sih sudah secara perusahaan sudah atur budgetnya.
Nah tapi untuk mau sampai kapan, panjang, nah nanti dievaluasi apakah
memang projrect ini atau program ini memang bener – bener bermanfaat
community atau buat lingkungan. Kalo memang tidak, ya kita harus cari
lagi, dikembangkan terus. Makanya memang challenging banget sih.”
5. Kalo boleh tau waktu kegiatan Bersih Pantai punya target partisipan ga
sih? Berapa banyak yang mau diajak?
Iv : “kalo target pada saat event nya sih ada ya, waktu itu ditargetkan
200 orang ya sebagai trash hunter ya disebutnya waktu itu dan itu achive.
Tapi kan yang dateng sampai 500an. Ya itu memang keberhasilan dari fase
sebelumnya kita kan bersama community, dan pada waktu itu kan ada di
mix sama kompetisi, ada orang yang kepilih. Jadi, dia bisa edukasi ke
masyarakat. Jadi pada saat big bang nya sih achieve. Tapi, memang
targetnya sebenernya adalah pada saat kita sudah masuk ke komunitas,
sama – sama jalan bareng untuk bersihin pantai, diharapkan itu sebenernya
berjalan terus melalui komunitas itu. Karena jujur aja sih, perusahaan itu
kan punya strategi beda – beda ya. Makanya kita kenapa selalu
mengembangkan si communitynya dulu. Jangan jatohnya cuma dateng ke
tempat itu, bikin event, udah selesai. Nanti mereka kan akan nagih donk,
kasarnya gitu. Tapi kalo memang ada komunitas yang memang peduli,
terus kita bantu disitu, diharapkan mereka jalan terus.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber
Ibu Kartina Sury
Praktisi Public Relations sebagai Narasumber Ahli
1. Menurut Ibu, konsep CSR yang benar itu seperti apa?
Ka : “Konsep CSR kalo secara praktisnya yang pasti, satu harus
continue. Jadi, harus sustainibilitynya is a must gitu. Terus yang kedua, dia
harus bisa menunjukkan apa visinya dia dari perusahaan yang mau dia
terjemahkan ke programnya dia. Itu harus jelas, jadi harus ada
konektivitasnya dengan bisnisnya dia. Oke jadi ga boleh misalnya dia tiba-
tiba buat katakanlah tentang pembersihan sampah, tapi tanpa ada jelas
sebenernya apa tujuan di balik itu karna kalo ga ada kejelasan biasanya
jatuhnya ga sustainable. Jatuhnya itu pasti dia kaya tactical. Jadi hit and
run aja. Ya udah kalo ada sumbangan, donasi, istilahnya lebih ke arah
philantrophy. Nah kalo konsep CSR yang bener kan dia ga boleh seperti
itu. Yang ketiga itu dia harus punya satu stabilitas. Programnya itu harus
stabil. Jadi kalo misalnya sudah dimulai untuk melakukan ini, harus ada
kestabilan, harus tetap dilakukan atau kemudian bahkan dikembangkan.
Itu sih sebenernya persyaratan mutlaknya CSR.”
2. Boleh kasih contoh bu konsep CSR yang benar yang sudah dijalankan
perusahaan di Indonesia?
Ka : “ Konsep CSR yang sudah benar mungkin banyak konsep yang
bener. Sebenernya, satu, CSR itu tergantung dari komitmen perusahaan
kan. Balik lagi pasti akan ke arah sana. Kalo kita liat consumer goods pasti
banyak contohnya. Perusahaan besar yang bergerak di consumer goods itu
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
rata – rata CSR nya sudah konkrit. Cari aja bog brands yang bagus – bagus
itu sudah ada contohnya.”
3. Menurut ibu, apa yang menjadi kekurangan konsep CSR di Indonesia?
Ka : “Sustainabilitynya itu satu pasti kekurangannya. Yang kedua
adalah masih lebih banyak menonjolkan mmm...tapi ini juga balik lagi
kecenderungan ini ditangkap karena kebiasaan media kita juga disini. Jadi
harus di cek masing – masing ke perusahaannya. Jadi masih banyak yang
lebih ke arah numbering, berapa angkanya, berapa resultnya. Jadi
katakanlah kalo kita cerita djarum foundation, basicly sih sebenernya
programnya bagus, tapi kadang – kadang yang diangkat lebih ke arah
angkanya. Mungkin ga bisa disalahkan perusahannya, mungkin yang perlu
di cek pemberitaannya. Jadi, harus ada audit juga terhadap agenda
settingnya. Tapi misinya kaya Djarum Foundation, it’s OK.”
4. Menurut Ibu apa yang menyebabkan kesalahan penerapan CSR di
Indonesia?
Ka : “Oke banyak faktor disitu. Yang pasti kita memang punya
kewajiban untuk tanggung jawab terhadap komunitas, jadi kadang –
kadang kenapa mereka jadi jatuhnya ke hit and run itu karena memang
yang jelas visi dan misi dari perusahaannya yang penting ada aja lah, mau
dikata cuma donasi yang penting ada. Sebenernya tidak ada yang salah sih
dengan donasi, tapi harusnya donasi itu diikuti dengan pengembangan
yang lain – lain gitu lho. Jadi, konsepnya jatuhnya philantrophy atau engga
akan kelihatan dari kontinuitas setelah itu. Selalu kuncinya di
sustainability kegiatannya. Kalo PR saya bilang balik lagi ke structure PR.
PR nya kadang – kadang ga bisa disalahin juga. PR itu akan tergantung
ama yang diatasnya, seberapa jauh dia ini didukung ama yang diatas untuk
punya fleksibilitas.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
5. Sejauh mana peran CSR dalam meningkatkan reputasi perusahaan atau
brand?
Ka : “ Oke kalau untuk menjawab itu pasti butuh research yang lebih
lanjut. Harus di research satu demi satu setiap stakeholder yang ada disana
bagiamana mereka memandang reputasinya. Jadi, yang bilang secara
langsung pasti akan berdampak, pasti ada, tapi seberapa besar dampaknya,
seberapa kecil juga dampaknya. Kan ga ada yang tau, jadi harus ada
research gitu lho. Tapi, secara penelitian kalo dibaca di artikel – artikel
yang ada pasti mengatakan ada perannya CSR terhadap reputasi.”
6. Mengenai CSR yang dilakukan Pocari Sweat, menurut Ibu apa yang
menjadi keunggulan dan kelemahannya?
Ka : “Kalo keunggulannya, satu pasti mereka punya biaya yang cukup
besar. Biaya yang besar itu membantu mereka untuk mendapatkan
istilahnya noise. Ya jadi setiap orang tahu pada saat itu mereka pernah ada
kaya mass event, sehingga dapat noise nya. Kelemahannya apa saya
kurang tau karena saya tidak mengikutinya, tapi kalau memang dikatakan
dia tahun ini tidak melakukan apa – apa, ya berarti downsidenya adalah
itu.“
7. Menurut Ibu, apakah program ini mencerminkan sebuah CSR yang benar
dan berhasil meningkatkan reputasi?
Ka : “Nah balik lagi, dia harus ada penelitian lanjutan tentang itu.
Menurut mereka apakah memang itu sudah konkrit untuk meningkatkan
reputasi karena memang kecenderungannya adalah kalo kita dari segi
perusahaan kita mau melakukannya banyak. Maksudnya CSR nya iya,
brandingnya dapet, reputasinya dapet. Jadi, saya tidak bisa menjudge
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
mereka bagus atau engga, tapi yang pasti mereka dari segi branding
mereka dapet. Tapi bisa di justify kan kenapa mereka dapet dari
brandingnya, karena mereka budgetnya besar, pemberitaannya pasti
banyak. Harus liat content analysisnya juga sih isi pemberitaan setelah
kegiatan itu dan kemudian sesudah – sesudahnya. ”
8. Berarti CSR punya peran di branding juga ya bu?
Ka : “Sebenernya kalo di pelajaran jatuhnya lebih ke marketing PR sih
sebenernya. Jadi karna kenapa dia ada noise factornya disitu. Branding
elementnya kan jatuhnya dari segi branding.”
9. Ada saran dan kritik bu untuk program – program CSR di Indonesia,
khususnya Pocari Sweat?
Ka : “kalo saran saya sih sebenernya dia yang dia mau tuju sebenernya
publiknya siapa? Kalo kemarin dengan program dia buat kemarin
sepertinya, satu dia buat mass event sepertinya dia ingin menjangkau yang
mass eventnya. Tapi kalo emang dia memilih tempat – tempat atau lokasi
– lokasi yang bukan primer, dia buat di daerah – daerah yang belum
terkenal, nah dia harus punya reasoning yang kuat. Kenapa dia lakuin hal
itu dan dia promo in akan hal itu. nah kalo memang dia mau, dia harus
fokus ke arah sana. Sebagai contohnya yang satu untuk sepuluhnya
AQUA, jadi kurang lebih ada korelasinya. Dia menjustify apa yang kita
lakukan dan kamu punya kontribusi disini. Jadi biasanya dia akan
mengconnect stakeholdernya yang customer, kalo kamu beli ini, kamu
equal dengan begini gitu. Ya dia harus bisa tunjukkan kenapa dia pilih
lokasi itu, kenapa harus secondary location? Kenapa ga Pantai Senggigi
misalnya. Apa karena udah populer, tapi apa reasoningnya disitu? Sesuai
ga ama publik yang dituju?”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
10. Oya bu, mengenai konsep CSR yang beyond community. Sejauh mana
konsep community itu diterapkan?
Ka : “Sekarang balik lagi memang pada saat mereka (Pocari Sweat)
melakukan stakeholder mapping, siapa stakeholder yang mereka anggap
paling utama? Siapa yang mereka anggap sebagai community? Apakah
mereka menganggap community itu terbatas ama yang di dalam ruang
lingkup radiusnya mereka atau mereka menggap yang di luar itu masih
dalam ruang lingkup mereka. Kalo mereka menganggap demikian, apa sih
sebenernya sasaran yang mereka ingin tuju dari melakukan hal itu. itu
yang perlu di cek lagi ke mereka.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Sindy Yolanda
Jabatan : Pemenang Sahabat Peduli Lingkungan
Partisipan dalam kegiatan corporate social responsibility Satu Hati Peduli
Lingkungan Bersih Pantai 23 April 2012
1. Bagaimana awal mula kamu mengetahui kegiatan Bersih Pantai?
Si : Awalnya dari facebook gitu ada semacam ajang untuk
mencari sahabat peduli lingkungan terutama pantai, jadi mereka mencari
sosok generasi muda yang peduli lingkungan dan dirasa mampu untuk
mengajak generasi muda lainnya untuk ikut peduli lingkungan.
2. Mengapa kamu tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini?
Si : Buat saya ini merupakan suatu kegiatan yang sangat bagus.
Indonesia itu memiliki banyak pantai yang indah tapi sayangnya hanya
beberapa saja yang dirawat, kebanyakan dibiarkan terbengkalai. Saya
berharap dengan adanya kegiatan ini, lebih banyak prang yang sadar dan
peduli akan lingkungannya terutama pantai.
3. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan itu dan menurut kamu bagaimana
respon masyarakat terhadap kegiatan ini?
Si : Banyak pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan ini,
dari komunitas-komunitas peduli lingkungan, penduduk-penduduk sekitar,
pelajar, dan kalangan-kalangan muda lainnya. Respon masyarakat cukup
baik, terlihat dari antusiasme mereka yang ikut serta dalam kegiatan
bersih-bersih pantai. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, semuanya
ikut serta dalam gerakan bersih pantai ini.
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
4. Apakah kegiatan ini memiliki dampak terhadap kegiatan sehari – hari
kamu?
Si : Ya tentu saja, dengan adanya kegiatan ini saya jadi lebih
mengenal komunitas-komunitas yang peduli lingkungan dan menjadi lebih
peduli lagi terhadap lingkungan.
5. Apakah kamu menceritakan kegiatan ini kepada orang lain /
mensosialisasikan kegiatan ini kepada orang lain?
Si : Iya, biasanya dalam bentuk sharing mengenai kegiatan-
kegiatan yang dilakukan. Berbagi ilmu memanfaatkan barang-barang
bekas yang saya dapatkan dari komunitas-komunitas pencinta lingkungan
yang saya temui selama kegiatan tersebut.
6. Setelah kegiatan tersebut apakah ada tindak lanjut atau follow up dari
Pocari Sweat?
Si : Ada, setelah kegiatan tersebut dilakukan akan ada petugas-
petugas yang ditetapkan untuk melakukan pemantauan terhadap lokasi-
lokasi yang telah dilakukan pensosialiasaian.
7. Bagaimana pandangan kamu terhadap Pocari Sweat sebelum mengetahui
dan mengikuti kegiatan ini?
Si : Menurut saya pocari sweat adalah sebuah perusahaan
minuman pengganti ion tubuh asal jepang yang biasanya mensponsori
kegiatan olahraga seperti futsal. Jadi sebelum adanya kegiatan ini, saya
tidak mersa bahwa brand ini akan memiliki kepedulian terhadap
lingkungannya.
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
8. Bagaimana pandangan atau tanggapan kamu terhadap Pocari Sweat
sebagai sebuah perusahaan setelah mengikuti kegiatan ini? (perubahan
reputasi Pocari Sweat sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan)
Si : Dengan adanya kegiatan ini, saya dapat mengubah
pandangan saya, selain sebagai brand minuman pengganti ion tubuh,
pocari sweat juga merupakan sebuah brand yang memiliki kepedulian
terhadap lingkungannya. Menurut saya sebuah perusahaan yang memiliki
kepedulian terhadap linkungan adalah perusahaan yang hebat.
9. Filosofi dari Pocari Sweat adalah “Otsuka People Creating New Products
for a better health worldwide”, menurut kamu apakah kegiatan ini sudah
mencerminkan filosofi yang dianutnya?
Si : Sudah, dengan adanya kepedulian terhadap lingkungan
pocari sweat dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Hal ini saya
rasa sejalan dengan filosofinya.
10. Apakah saran dan kritik kamu terhadap kegiatan ini?
Si : Kegiatan peduli lingkungan ini sebaiknya diadakan dengan
jangkauan tempat yang lebih luas, jangan hanya di beberapa titik saja
karena indonesia memiliki banyak pantai-pantai yang terbengkalai.
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Dra. Tjatur Budiyanti, M.
Pd.
Guru SMAN 1 Bantul, Yogyakarta
Pembimbing murid SMAN 1 Bantul dalam
acara Satu Hati Peduli Lingkungan “Bersih
Pantai”
1. Bagaimana tanggapan ibu terhadap acara yang dilakukan pocari sweat?
Tj : “menurut saya sangat baik ya karena untuk penanaman karakter
itu tepat lewat sekolah. Murid – murid ini nantinya jadi anggota
masyarakat. Jadi, dari muda dididik untuk peduli lingkungan. lingkungan
ga cuma alam lho ya, tapi termasuk budaya dan karakter.”
2. Mengapa SMAN 1 Bantul mau berpartisipasi dalam acara ini?
Tj : “Kebetulan SMAN 1 Bantul ini sedang menerapkan sekolah
adiwiyata, jadi sekolah yang sehat dan peduli dengan lingkungan. Nah,
acara pocari sweat ini kan peduli lingkungan. Visinya sama. Jadi ya kita
ikutan.”
3. Apakah pandangan ibu terhadap pocari sweat berubah setelah mengikuti
acara ini?
Tj : “Secara pribadi ya, saya sangat appreciate ya terhadap
perusahaan yang peduli ama lingkungannya. Pocari sweat kan secara tidak
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
langsung juga ikut menyumbang sampah ya dari botol plastiknya itu. Coba
dia adain kaya unilever. Kita bawa bungkus sampah unilever bisa
ditukerin dapet produk.”
4. Setelah acara tersebut, pocari sweat ada datang lagi ga?
Tj : Cuma sekali, ya waktu kasih tempat sampah itu.”
5. Ada saran buat pocari sweat ke depannya?
Tj : “ya seperti kata murid – murid tadi, kalo bisa acaranya
berkelanjutan. Kemudian lewat CSR itu kalo bisa memberikan dukungan
untuk SMAN 1 Bantul untuk jadi sekolah yang adiwiyata, misalnya
dengan kasih tempat sampah, edukasi, event bersih sungai atau penanaman
lahan tandus”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Asri Nur
Latifah & Anisah Nur
Rohmah
Siswi SMAN 1 Bantul
Partisipan & penerima
edukasi Satu Hati Peduli
Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Apa yang dilakukan pocari sweat waktu itu?
An : “waktu itu kan mau bersih – bersih lingkungan gitu,pocari sweat
itu bekerja sama sama sini, mau nawarin bersih – bersih bareng di pantai
depok dan itu lewat OSIS. “
As : “Nah itu ada perwakilan dari kelas dan ada perwakilan dari OSIS.
Kita berkumpul disini, nanti terus kesana, acaranya itu di pantai depok.
Kita itu pilah – pilah sampah organik dan non organik”
An : “ama ada hiburan – hiburan dari pocari sweat.”
2. Hiburannya apa saja?
An : “itu ada band kilimanjaro ama anu pameran – pameran dari bahan
bekas.”
As : “ Jadi dalam rangkaian kegiatannya itu ada lomba membuat
barang bekas, variasi dari barang bekas. Pembuatannya itu bareng ama
bersihin pantainya, terus nanti karyanya ditampilin semuanya, yang
menang dapat hadiah.”
3. Hadiahnya apa?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
As : “pas itu kebetulan sma 1 bantul ga menang soalnya ada yang buat
lebih kreatif.”
4. Waktu itu acaranya wajib ikut atau kamu mendaftar?
As : “ga, sesukarelanya aja.”
An : “ Acaranya rame, ga Cuma dari sekolah ini. Ada komunita,
misalnya komunitas besar sepeda ama warga asli depok.”
5. Waktu selesai memilah sampah, sampahnya dikasih siapa?
As : “itu dikasih ke pihak pocari sweatnya, nanti dari pocari sweatnya
ngambil pake truck gitu tapi kurang tau disalurkan kemana.”
6. Sebelum pocari sweat mengadakan ada acara ini, kamu tahu ga kalo pocari
sweat pernah mengadakan acara yang peduli ama pendidikan, lingkungan
atau sosial?
An : “dulu pernah ada kompetisi futsal, Cuma kalah. “
As : “Tapi kalo yang lingkungan ama sosial baru kali ini.”
7. menurut kamu, apakah edukasi yang dikasih di sekolah sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan?
An : “itu kita ga dikasih penyukuhan khusus, misalnya dijelasin milih
– milih sampah tuh engga.”
As : “Cuman ada semacam kaya workshop seminar dulu sebelum itu.
Rangkaiannya itu dua hari, yang hari pertama itu disini, itu isinya tentang
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
sampah itu apa terus kemudian bahayanya sampah. Kalo yang
pemilahannya itu mungkin secara langsung dijelasin disana. Yang hari
keduanya langsung ke depoknya.”
An : “Itu dikasih beberapa kresek untuk ngumpulin (sampah).”
8. Apa yang membuat kalian tertarik ikut acara ini?
As : “ya disana kan kesana bareng – bareng, ramenya disana. Terus
rangkaian acaranya kan ga Cuma bersih sampah aja, tapi ada hiburannya
juga. Kita bisa liat barang – barang tuh karyanya tuh ada hasil dari
sampah.”
9. Menurut kalian, apakah edukasi dari Pocari Sweat soal sampah ini
berguna?
As : “kalo menurut saya pribadi, itu berguna banget. Soalnya secara
langsungnya, nyatanya tuh dari pantainya awalnya tuh before afternya
kliatan, kotornya itu ada bersih sampah tuh langsung kelihatan bersihnya.
Sebelumnya itu kan ada seminar ama workshopnya itu kita jadi tau kan klo
misalnya sampah jenis sterofoam, jenis kaca kaya gitu terurainya berapa
lama. Terus selain dari cara- cara alternatif buat milah sampah dan
digunain lagi ada solusinya, dari pocari sweatnya disampein kaya gitu.”
10. Apakah pola hidup kamu berubah?
An : “klo menurut saya di sekolah kan ada masih ada tempat sampah
yang belum dipilah. Kalo saya pribadi, kadang kalo mau buang di tempat
sampah yang uda ada tiga ya saya baca dan itu saya masukkan sesuai, tapi
kan di luar kelas disediain tempat sampah yang masih satu makanya klo
sampah apa aja masuk.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
11. Kalau di pantai, masih suka buang sampah sembarangan?
As : “kalo di pantai biasa cari tempat dulu yang memang itu tempat
buang sampah. Kan biasanya kita main di pantai juga, masa buang di situ.
Kan nanti jadi ga enak gitu (kotor).”
12. Jadi, edukasi pocari sweat berhasil ga?
As & An : “yaa berhasil.”
13. Apakah kamu menceritakan edukasi pocari sweat ke teman – teman yang
lain? Atau kamu ngajarin ke teman – teman yang lain soal buang sampah
yang bener?
As : “klo yang disini itu kan setelah ada acara itu, dari pocari sweat
ngasih tempat sampah yang uda dipilah, jadi kalo ada yang nanya “itu
ngapain sih? Koq dikasih?” ya kita ngasih tau, soalnya dari sebelumnya
kita juga punya acara sendiri kaya gitu dari OSIS. Mungkin yang diluar
mulai dari keluarga dulu itu disampein kalo misalkan sampah jenis ini tuh
terurainya segini lama, jadi sebisa mungkin menggunakannya itu jangan
terlalu dihambur-hamburkan.”
14. Apakah pandangan kamu terhadap pocari sweat berubah setelah mengikuti
acara ini?
An : “kalo menurut saya sih biasa aja karena itu memang produk
sendiri – sendiri itu ada acaranya sendiri – sendiri buat narik perhatian
konsumen. Mereka mau ngelakuin apa ya menurut saya biasa aja.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
As : “klo menurut saya ga semua produk itu ngasih kegiatan kaya gini,
jadi menurut saya ada bedanya antara pocari sweat sama yang lain. Kan
pengaruh kaya gitu besar, misalkan itu menjangkau banyak komunitas
menurut saya pengaruhnya besar. Jadi saya ngeliatnya jadi ada bedanya,
mungkin pocari sweat itu lebih peduli lingkungan.”
15. Setelah acara tersebut, pocari sweat ada datang lagi ga?
An : “ada waktu ngasih tempat sampah, ya mungkin sekalian nanya –
nanya ke sekolah.”
As : “Semingguan setelah acara”
16. Ada saran buat pocari sweat ke depannya?
As : “setelah acara itu, biar kesannya ga langsung ilang mungkin adain
lagi, berkelanjutan. Mungkin kita kan uda kelas tiga, ade kelas yang
setelahnya kan belum tau kalo pocari sweat ngadain ini, mungkin Cuma
liat apa gitu. Mereka belum ngerasain secara langsung, kalo bisa acaranya
ada kelanjutannya.”
An : “iya sama”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Bp. Rusmianto / Bp. Montong
Bagian Humas dan Anggota Komoenitas
Onthelis Jadoel Jogjakarta (KODJA)
Komunitas partisipan dalam acara Satu Hati
Peduli Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Siang Pak, mau nanya – nanya untuk kegiatan pocari sweat yang bersih
pantai tahun lalu, boleh?
Ru : “Oh iya, silahkan.”
2. Boleh tau pak gimana ceritanya bisa ikutan kegiatan ini?
Ru : “Waktu itu diajak, ditawarin ikut, mungkin liat di FB atau gimana
saya ga tau. Dulu yang ditawarin Danang, sekretaris dua disini, tapi
orangnya kerja sekarang.”
3. Kenapa tertarik ikutan pak ?
Ru : “Karna visi misi kita kan salah satu bagian dari kegiatan sosial,
pas disana bersih – bersih pantai kan cocok. ”
4. Kegiatannya ngapain aja sih pak disana?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Ru : “Disana ya ngambilin sampah itu, terus bikin daur ulang dari
sampah itu supaya jadi barang yang berguna dan bermanfaat juga punya
nilai jual.”
5. Katanya KODJA menang ya pak? Bikin apa tuh pak?
Ru : “saya dulu bikin ini..itu tak potong jadi gelas, tak balik gitu. Terus
sama pocari sweatnya terus bikin aquarium kasih ikan itu. yang satunya
nganu apa, kitiran angin itu.”
6. Setelah kegiatan tersebut, ada ga dari Pocari Sweat hubungi bapak?
Ru : “ada. Itu kita menang terus bikin syukuran, kita ngajak tim dari
pocari sweat. Jadi yang nilai disana kita panggil kesini. Tapi kita yang
hubungi pocari sweat.”
7. Apakah pandangan bapak terhadap pocari sweat berubah setelah
mengikuti acara ini?
Ru : “kalo menurut saya itu sebuah iklan yang bagus ya karna suatu
produk yang bekerja sama dengan komunitas – komunitas untuk
menggerakan aksi sosial dimana di pantai itu lingkungan bisa terjaga
bersih, wisatawan yang dateng juga bisa seneng, juga tanggapan dari kita
produk pertama yang punya aksi sosial pocari sweat. Selain produk
rokok.”
8. Apakah kegiatan ini memiliki dampak terhadap kehidupan bapak?
Ru : “O...itu kan pribadi masing – masing. Kalo kita komunitas ya
sifatnya ada di situ pembelajaran, tapi untuk implikasinya tergantung
masing – masing. Karena disni tiap rumah itu kan ada langganan sampah
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
mbak, diambil sendiri gitu lho. Cuman disitu dikasi pembelajaran itu tong
sampah dikasih tiga itu kan, warna kuning, biru. Dua deh dua, biru sama
kuning itu. Jadi yang plastik sama organik dipisah - pisahin.”
9. Ada pesan dan kesan pak buat Pocari Sweat?
Ru : “Untuk pocari sweat dari komunitas kita itu mengucapkan terima
kasih karena udah istilahnya apa ya, satu seiring. Kalo KODJA kan
misinya sosial, kita sering naburin benih ikan di sungai, ya ke yatim piatu,
terus waktu merapi erupsi kemarin kan satu – satunya yang pertama kali
minta donatur di titik 0 kita, yang kesana kan kita. Waktu bulan puasa kita
membagikan nasi bungkus ke kaum dhuafa untuk buka bersama, itu dari
kita, kunjungan ke panti jompo, kemarin waktu qurban kita kasih kambing
di panti asuhan, memang aksi kita gitu. Nah itu pocari sweat cocok,
kebetulan kita menang.”
10. Sebagai wakil dari KODJA, ada saran pak buat pocari sweat?
Ru : “Kalo menurut pendapat saya saran – saran selanjutnya ya
diterusin aja, itu kan kegiatan yang bersifat bagus dan apa ya
istilahnya...dan memelihara lingkungan karena jarang ya kegiatan,
mungkin kalo produk – produk lain bikin acara dapet hadiah udah. Disitu
lomba biasanya. Kalo ini kan aneh, maksudnya langka gitu mbak. Suatu
produk koq kegiatannya sosial, jadi disitu malah banyak yang tertarik,
daripada kemarin ikut wismilak. Kita disuruh ikut gitu diiming – imingi
hadiah tertinggi itu 25 juta. Disuruh jualin produk dia. Tak pikir – pikir
gitu ya, jadi dipegang EO disuruh jualin itu perhari kalo anggota kita lebih
dari 100, sehari harus jual dua bungkus rokok. Diitung – itung dari pabrik
berapa, suruh jual kan keuntungan itu untung ngasih hadiah aja sisa gitu.
Kenapa koq ga dicondongkan ke aksi sosial gitu. Mungkin pandangan
masyarakat malah lebih seneng atau mungkin suatu saat pocari sweat
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
punya ide – ide lain selain itu tapi sifatnya sosial, dari KODJA siap
membantu. Misalnya apalah bersih – bersih sungai, apa melestarikan
budaya – budaya yang di borobudur, bisa.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber
Bp. Sugeng
Anggota Komoenitas Onthelis Jadoel
Jogjakarta (KODJA)
Komunitas partisipan dalam acara Satu
Hati Peduli Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Apakah bapak tahu tentang kegiatan pocari sweat bersih – bersih pantai?
Su : “oh iya dulu itu kita juara. Tapi yang sekedar yang saya tahu aja
ya”
2. Waktu itu acaranya wajib ikut atau gimana pak?
Su : “Waktu itu kita diundang, kita disuruh ikut acara pocari. Jadi
sukarela aja, mau ikut – ikut, ndak ya udah”
3. Bapak sendiri ikut ga ke pantai depok?
Su : “Saya ngga kebetulan, saya ndak ikut kesana. Tapi cuma kita
dapat katanya dapet juara apa lomba, ada lomba – lomba toh disana, lantas
diadakan semacam kaya syukuran, pesta disini. Acaranya Cuma kita
seneng – seneng karna kita berhasil tampil sebagai juara, dapet hadiah.
Disini juga ada kaya banner gede dipasang disni ama hadiahnya yang dari
pocari juga dipajang disni. ”
4. Hadiahnya apa pak?
Su : “tempat sampah atau apa gitu lho..”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
5. Buat lingkungan sini pak?
Su : “akhirnya itu karna untuk komunitas toh, daripada ini rebutan
yang mau pake lantas dilelang. Dilelang untuk anggota, yang beli waktu
itu yang punya hotel rubah graha disini. Dia anggota kita.”
6. Dari Pocari Sweat masih sering dateng ke sini ga pak?
Su : “kalo kesininya ndak pernah, tapi kalo ke tempat pengurus saya
ndak tau. Kalo ke posko ini ndak pernah. Cuma waktu acara syukuran itu
diundang, pocarinya itu diwakilkan ama semacam itu lho kan setiap
komunitas yang diundang disana ada pemandunya, waktu itu cewe itu
mbak siapa itu saya lupa, ada dua tiga orang saya lupa namanya”
7. Apakah pandangan bapak terhadap pocari sweat berubah setelah
mengikuti acara ini?
Su : “kalo setau saya orang awam ya pocari sweat Cuma minuman
saja. Ini pocari itu pokoknya minuman. Orang – orang taunya minuman.”
8. Pada saat itu kegiatan pocari sweat terkenal ga pak?
Su : “waktu itu terkenal. Di tv – tv kan iklannya terus tuh mbak.
Diiklankan terus dan itu satu bulan sebelum acara gaungnya sudah luas,
untuk anggota kita lho. Kita siap, besok acaranya apa, sudah kita siapkan.”
9. Wah pantes menang ya pak..
Su : “hahaha..nanti kalo mbak na anu ya mbak bisa hubungi mas
montong itu nomor telfnya. Bisa nanya detailnya ke dia.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Bp. Wagiman
Nelayan dan Anggota TPI Pantai
Depok
Penerima atau object recepient dalam
acara Satu Hati Peduli Lingkungan
“Bersih Pantai”
1. Apakah bapak tahu mengenai acara pocari sweat yang bersih – bersih
pantai?
Wa : “oiya iya..ada. uda lama koq 2011 apa 2012.”
2. Bapak ikut bersih – bersih juga?
Wa : “he eh. Ikut. itu pas waktu itu bagi – bagi kaos. Abis bagi kaos
terus ke pantai toh, ya bersih - bersih.”
3. Setelah itu pocari sweat ada datang lagi pak kesini?
Wa : “kayanya belum itu. acara yang paling besar ya pada waktu itu.”
4. Setelah acara tersebut, pengunjung pantai ini bertambah ga pak?
Wa : “ya pengunjung lumayan, yang jelas produk – produk dari pocari
itu semakin dikenal di kalangan masyarakat. Ya kalo ada kapan – kapan
bisa ngadakan event lagi disini, nanti dibuat yang meriah. Sebetulnya ini
kan anu dari kelompok kan anu ngadakan acara dalam waktu dekat ini pas
syukuran nelayan, hari kamis wagih, besok tanggal 21..itu juga event besar
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
itu. kalo waktunya cocok bisa komunikasi, bisa mneyatukan persepsi itu
juga bisa diikutkan itu bisa itu.”
5. Jadi sebelum event itu diadakan bersih – bersih dulu atau sesudah event
pak?
Wa : “Ndak, sebelum event saja. Nanti pas hari H nya itu dari pocari
diadakan arak – arakan juga jadi kan meriah dan hiburan juga waktu itu
juga diadakan hiburan dari siangnya sampe malem. Ya itu harus ada
program dulu.”
6. Jadi efek kegiatan ini gimana pak?
Wa : “Bagus. Yang jelas produk – produknya semakin dikenal
terutama ya kalangan masyarakat sini, pengunjung juga sudah mulai..”
7. Sebelumnya pengunjung kurang tertarik ama pocari sweat?
Wa : “yang jelas anu yang jelas belum banyak yang tau toh ini pocari
manfaatnya apa untuk kesehatan tubuh. Rata – rata kan belum anu.. untuk
kami orang kampung kan rata – rata belum tahu, persisnya seperti apa.
Jadi setelah ada sosialisasi, ada kegiatan yang macam event – event itu
kita kan jadi tahu ternyata manfaat pocari itu begitu besarnya dengan ion
tubuh kita berkurang bisa minum pocari bisa segar lagi. Itu kan dari event
itu juga.”
8. Emang kemaren kegiatannya ngapain aja pak?
Wa : “kegiatannya bersih pantai sama...lupa. yang jelas bersih pantai
itu yang utama. Kalo kegiatan yang sampingannya lupa. Oh itu jalan –
jalan sama makan bersama.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
9. Kegiatannya sukarela atau wajib pak?
Wa : “sukarela semua. Dari pocari juga banyak yang ikut. Bersama –
sama masyarakat itu lebih dari 100 orang. Rame. Pas pembukannya itu di
lapangan tengah itu ya yang separo itu hampir penuh.”
10. Ada dikasih souvenir pak?
Wa : “Tong sampah dari pocari itu yang seperti itu lho (menunjuk ke
arah tong sampah).”
11. Yang biru itu pak?
Wa : “iya keliatannya seperti itu.”
12. Ada saran pak untuk pocari sweat?
Wa : “ya nanti kalo misalkan pocari mau ngadakan acara disini bisa
contact ama pak ketua tpi atau pak ketua koperasinya. Konsultasi temanya
seperti apa,nanti untuk kegiatannya seperti apa, nanti kan bisa dibuat kerja
sama. Sebetulnya moment pocari kemarin kurang pas. Pas sini ndak
mengadakan acara toh. Kalo misalnya sini pas mengadakan acara besar –
besaran seperti besok itu, pocari juga mengadakan event. Nanti kita bisa
kerja sama kan lebih meriah lagi. Pengunjungnya juga pasti lebih rame
lagi kan gitu.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber
Bp. Hj. Muhammad
Pengunjung Pantai Depok
Penerima atau object recepient dalam acara
Satu Hati Peduli Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Apakah bapak sering datang kesini?
Hj : “ya sering. Saya punya tempat itu lho di pantai sana (parangtritis).
Dari sana ya ke sini jalan lewat pantai.”
2. Apakah bapak tahu mengenai acara bersih pantai pocari sweat yang
diadakan di pantai depok?
Hj : “pernah denger aja.”
3. Bapak waktu itu ga dateng kesini?
Hj : “ga, cuma denger ceritanya aja dari si mbok (menunjuk pedagang
es kelapa).”
4. Setelah acara tersebut, bapak liat pantai ini berubah ga?
Hj : “ya sekarang sih jadi lebih bersih.”
5. Jadi menurut bapak ada efek ga dari kegiatan yang dilaksanakan pocari
sweat?
Hj : “ada, nah kalo dulu pantai ini kotor sekali lho.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
6. Itu tong sampah dikasih ya pak ama pocari sweat?
Hj : “wah ga tau saya kalo itu.”
7. Pandangan bapak terhadap pocari sweat setelah acara itu gimana?
Hj : “hebat toh ada perusahaan yang mau ngajak masyarakat bersihin
pantai.”
8. Ada saran pak untuk pocari sweat?
Hj : “nanti kalo ngadain lagi ya kalo bisa ndak cuma disini, di pantai –
pantai lain juga, biar bersih smua.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Bp. Sukojo
Polisi Air Pantai Depok
Penerima atau object recepient dalam acara
Satu Hati Peduli Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Apakah bapak tahu mengenai acara pocari sweat yang diadakan di pantai
depok?
Su : “tau mbak yang bersihin pantai itu toh?”
2. Iya, Bapak ikut bersih – bersih juga?
Su : “ndak, dari polisi air ndak ikutan mbak.”
3. Kenapa ga ikut pak?
Su : “Ya ndak bisa ikut kan jumlah polisi air terbatas, nanti kalo ikut
siapa yang jaga.”
4. Setelah itu pocari sweat ada datang lagi pak kesini?
Su : “setau saya sih ga ada mbak”
5. Setelah acara tersebut, pengunjung pantai ini bertambah ga pak?
Su : “waktu pas acara itu aja rame, abis itu ya biasa. Apalagi sekarang
pasar ikannya sudah dipindah. Sepi disini.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
6. Jadi menurut bapak ada efek ga dari kegiatan yang dilaksanakan pocari
sweat?
Su : “ya pantainya jadi lebih bersih ama anu lho mbak menghibur
warga sini.”
7. Bapak tau ga rangkaian kegiatannya apa aja sih?
Su : “bersihin pantai terus jalan keliling itu lho mbak yang ada plang
trekking nya. Ya itu ama makan – makan terakhirnya kalo ga salah, tapi
saya ndak ikutan, jadi ndak tau.”
8. Kegiatannya sukarela atau wajib pak?
Su : “kayanya sih sukarela, wong itu rame banget koq ga cuma warga
sini. Ada dari sma juga.”
9. Itu tong sampah dikasih ya pak ama pocari sweat?
Su : “Iya, itu dikasih banyak.”
10. Pandangan bapak terhadap pocari sweat setelah acara itu gimana?
Su : “ya bagus, bersihin pantai."
11. Ada saran pak untuk pocari sweat?
Su : “kapan – kapan adain lagi acaranya, gitu aja.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Bp. M. Noer
Ketua Lingkungan Masyarakat Pantai
Ampenan, Lombok
Object recepient dalam acara Satu Hati
Peduli Lingkungan “Bersih Pantai”
19. Siang Pak, mau nanya – nanya untuk kegiatan pocari sweat yang bersih
pantai tahun lalu...
Mn : “Oh iya, apa yang bisa dibantu?”
20. Kemarin ini Pocari Sweat bersihinnya dari mana sampai mana ya pak?
Mn : “oo..kemarin sih scope nya sekota, se Mataram, Cuma difokuskan
di pantai, dari muara ini sampai taman pelabuhan sana.”
21. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi pak?
Mn : “Sebagian ikut karena tempo hari kan sebagian masyarakat juga
terutama dari pemuda dilibatkan karena ada semacem apa ya kemarin
ya...kaos, jadi mereka aktif, dipancing ama kaos itu tadi sama minuman.
Pelaksanaannya luar biasa bagus, mewah, megah.”
22. Apa saja sih pak yang dilakukan dalam kegiatan itu?
Mn : “ Itu termasuk pelajar, dari kalo tidak salah SMP, SMA itu berapa
sekolah ambil bagian, termasuk anak – anak kita di kasih walaupun alat
lokal dari bambu dibuatkan untuk jepit – jepit sampah, dari kantong sampe
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
apa sudah lengkap kemarin itu. Mmm..termasuk apa ya tong sampah dan
lain sebagainya, sampai sekarang di beberapa tempat masih
dimanfaatkan.”
23. Ada saran ga buat pocari sweat?
Mn : “Ya..mungkin diantara apa yang pernah dilakukan atau yang
dilaksanakan yang begitu bagus, nah Cuma mungkin ada semacam
kelanjutan. Ya termasuk dari perusahaan apa saja kalo ada kelanjutan
mungkin akan terus, lebih baik. Tapi kalo biasanya hanya ceremonial,
hanya sekali saja yah...tapi ini syukur karna ini produk setiap tempat dia
ada, jadi orang tetep inget. Tapi kalo kegiatan seperti itu, kalo dia secara
berkala mungkin bagus. Tapi mungkin saja ini tidak satu tempat, kan satu
indonesia, bahkan sedunia mungkin, mengadakan kegiatan mungkin,
sehingga khusus ke kita mungkin kenanya hanya sekali atau apa. Ya
mungkin dalam bentuk – bentuk kecil mungkin ada kelanjutan bagus.”
24. Apakah setelah acara, ada kunjungan lagi dari pocari sweat?
Mn : “Iya cuma sekali itu aja dan itu besar. Pelaksaannya ya besar
sekali, artinya dari segi persiapan, dari segi ini lumayan besar.”
25. Pandangan bapak terhadap pocari sweat setelah mengikuti acara ini
bagaimana?
Mn : “Luar biasa. Itu artinya di satu sisi ada kepedulian walaupun
sekali lagi hanya satu kali, tapi mungkin kita juga mengharapkan
kelanjutannya seperti apa, mungkin kalo kita berharap gitu ini mungkin
punya program sendiri ya. Jadi, kita sifatnya banyakan menerima selama
itu bermanfaat untuk masyarakat, kepentingan orang banyak, sinergi dan
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
lain sebagainya itu kita monggo – monggo saja. Luar biasa kemarin itu
kesannya karena itu yang diundang kemarin sebenernya scopenya kecil,
ternyata pelaksanaannya luar biasa besar sekali. Sehingga, dengan
mendadak kita dari..ambil inisiatif dari kelurahan untuk mengundang
beberapa orang pejabat, termasuklah waktu itu sehingga dari pejabat kota
juga menginginkan apa misalnya sampe sekarang masih bisa dipake,
seperti bak sampah yang mestinya peruntukkannya untuk disini karena itu
banyak, alhasil kita kirim ke kantor – kantor, ke sekolah. Kebetulan saya
yang terima tempo hari karena sifatnya menurut pocari itu mungkin kecil
bagi dia pelaksanaannya, tapi bagi kita besar. Nah, sehingga kita juga
banyak menyumbangkan tong sampah itu. Sampai di sana itu masih saya
lihat. Bagus, terkesanlah”
26. Oya pak, sampah yang terkumpul dikemanain?
Mn : “Nah kebetulan di kota Mataram ada bank sampah. Nah kemarin
itu diangkut memang, diambil..entah diolah karena kan kemarin dipisah.
Organik sama yang plastik sama yang apa itu dipisah sama mereka, sama
anak – anak, pelajar – pelajar dan temannya banyak. Itu dipisah, dari awal
sudah dipisah, diambil sama bank sampah, ntah ga tau, yang jelas mungkin
dimanfaatkan. Bank sampah itu kalo ga salah sudah dua tahun berjalan.”
27. Tapi dari masyarakat belum menerima hasil dari pengumpulan sampah itu
sendiri pak?
Mn : “Nah kalo hal itu mungkin kita ga tau seperti apa imbal baliknya.
Ya mungkin dari segi apa, ya mungkin dari segi “ini bayar sampahnya”
tidak, tapi mungkin baliknya dalam kepentingan orang banyak bisa saja.
Nanti kalo dikasih perorangan kan...Tapi, kalau yang terdaftar selaku
nasabah langsung, iya, bahkan mereka punya tabungan. Bawa sampah satu
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
kilo, jenisnya dan harganya berapa ya mungkin disitu udah..udah kaya
bank. Itu yang sudah berjalan.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Bp. Momo DS
Bagian Humas Komunitas ON│OFF
Lombok
Komunitas partisipan dalam acara Satu
Hati Peduli Lingkungan “Bersih
Pantai”
1. Boleh tau pak dari awalnya ikut kegiatan ini gimana?
Mo : “Oh jadi kebetulan kan untuk bersih pantai ini kan memang
diselenggarakan oleh pihak pocari sweatnya. Nah, kita sebagai anggota
komunitas bersama temen – temen di ON│OFF Lombok itu, akhirnya
kita ngumpul istilahnya kan. Kita kumpul baru kita diskusikan, kira – kira
gimana kita ikut gabung atau bagaimana gitu kan. Terus akhirnya kita
diskusikan juga dengan pihak pocari sweatnya karena sebelumnya kita
sudah pernah kerja sama. Jadi, itu kerja yang sebelumnya kita tindak
lanjuti. Terus akhirnya pihak pocari sweatnya setuju, jadi untuk komunitas
ON│OFF Lombok nya diijinkan bergabung juga, sekaligus mengerahkan
komunitas – komunitas online dan offline yang ada di Lombok.”
2. Sebelumnya berarti udah pernah kerja sama ya ama pocari sweat? Kerja
sama dalam kegiatan apa pak?
Mo : “Iya, pocari sweat itu kita mengadakan kegiatan workshop
fotografi dasar. Kebetulan pocari sweat yang jadi salah satu sponsornya.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
3. Apakah sebelum acara, pocari sweat memberikan gambaran tentang acara
tersebut ?
Mo : “Kalo awalnya kita memang sudah dapet gambaran karna kita
sering diskusi juga ya, jadi sebelum pelaksanaan hari H nya itu kan,
istilahnya kita dapet gambaran. Nanti bentuk pelaksanaannya seperti ini,
tekhniknya seperti ini, itu kan dari awalnya sudah kita diskusikan. ”
4. Berarti bapak dari awal perencanannya ikut terlibat ya?
Mo : “Iya, betul.”
5. Terus kenapa pilih pantai Ampenan pak?
Mo : “Karena kemarin kita dasarnya kalo dari pihak pocari sweat,
kebetulan ini kan event pocari sweat tingkat nasional dan kok tempatnya
sesuai dengan yang ingin kita harapkan karena melihat situasi dan kondisi
pantai ampenan sendiri kan kita tau...karna disana kan pantai yang sangat
deket dengan pemukiman, dengan kota dan itu kondisinya juga tentang
kebersihannya terutama sangat mengharukan.”
6. Apakah implementasi acara sesuai dengan rencana yang telah digodok
bersama?
Mo : “Untuk pelaksanaannya sesuai dengan apa yang telah kita
formatkan ya. Yang pertama kan kita adakan sosialisasi dulu, dengan
pocari sweat mengadakan sosialisasi ke sekolah – sekolah tentang
kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah. Karena kebetulan info
narasumbernya kan dari pihak ON│OFF Lombok yang diminta untuk
mencarikan gitu lho siapa. Ya akhirnya kita nyari, oh ternyata di Mataram
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
ini ada komunitas yang pengolah sampah dan sebagainya, ada bank
sampah juga. Akhirnya kita kerja sama dengan pihak terkait. Terus
kemudian dalam pelaksanaannya sendiri, setelah kita sosialisasi, kemudian
acara di pantai, itu ya Alhamdulillah bisa berjalan sesuai dengan yang kita
rencanakan. Temen – temen komunitas online dan offline itu sangat
antusias, disamping anak – anak dari sekolah yang sudah didatangi. Cuma
yang jadi masalah bukan pada saat pelaksanaannya sebenernya, justru
pasca pelaksanaannya karena tidak ada tindak lanjut dari masyarakat
sekitar meskipun sudah mendapat pendidikan pengelolaan sampah dari
pocari sweat dan temen – temen komunitas ON│OFF Lombok, ternyata
setelah itu ya sudah balik lagi ke semula. Itu sih yang kita sayangkan
sebenernya. Sampai sekarang ya mungkin kembali ke asal.”
7. Tadi bapak ada sebut komunitas pengolah sampah dan bank sampah.
Sampah yang terkumpul diberikan ke mereka untuk diapain sih pak?
Mo : “Jadi ada dua ya mbak, sampah organik dan anorganik itu
dipisah. Jadi ada untuk pengolah sampah itu satu, itu saya lupa apa nama
komunitasnya. Yang pertama untuk pengolahan sampah itu mereka
membuat semacam kompos, jadi punya group, kelompok gitu kan
modelnya, itu mereka khusus menangani sampah – sampah yang sampah
organik. Dan sedangkan untuk sampah yang anorganik, kemarin itu kita
teruskan ke bank sampah. Jadi nanti disana mereka langsung,
mengumpulkan berapa kilogram, nanti dihargai berapa rupiah gitu sama
pihak bank sampahnya.”
8. Nanti uangnya itu dikemanain pak?
Mo : “Kalo uangnya tetep kembali ke yang menyetor istilahnya, karena
mereka sistemnya seperti bank. Jadi, semacam ada buku tabungan gitu
juga.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
9. Rangkaian kegiatan pas hari H itu ngapain aja pak?
Mo : “Kalo untuk acara selama hari H itu kan ada yang pertama, itu
sebelum bersih pantai, itu memang ada semacam stan – stan khusus
memang kan disana kan, stan khusus yang memamerkan barang kerajinan
dari sampah – sampah itu kan, itu yang pertama. Kemudian ada juga
lomba...oh engga kemudian bersih pantai dulu. Setelah bersih pantai, baru
kemudian terkumpul sampah – sampahnya. Nah dari sampah – sampah itu
kemudian dibuat semacam kerajinan oleh masing – masing kelompok, kita
kan dibagi menjadi beberapa kelompok, dari sekolah, dari komunitas,
semuanya itu dibagi menjadi kelompok, kemudian itu dilombakan. Hasil
kreasinya dari sampah – sampah itu.
10. Menurut bapak, bagaimana animo masyarakat terhadap kegiatan tersebut?
Mo : “Kalo kemarin selama pelaksanaan pada hari H nya, kalo saya liat
secara pribadi sih ngeliatnya yang terlibat masih kebanyakan ya dari kita –
kita. Jadi memang komunitas - komunitas yang dari awal dilibatkan. Kalo
masyarakat sekitar, sepertinya ada juga sih beberapa kelompok yang
terdiri dari anggota masyarakat cuma pada saat hari H nya, kebetulan itu
kan persis di deket pemukiman warga kan, cuma ya begitu. Idealnya kan
kalo ada kelompok yang sedang membersihkan harusnya dia juga berperan
aktif ikut turun misalnya kan, sekedar, ya sekedar apalah. Ya kenyataanya
juga memang ada yang nunggu nonton saja. Ada juga sih yang turun bantu
– bantu juga ada. Beberapa juga. Ya gitulah masyarakat.”
11. Bagaimana pandangan bapak terhadap pocari sweat?
Mo : “kalo saya rasa pandangan kita kembali ke anu kita ya, jadi kan
selama ini kita sudah bekerja sama istilahnya kan begitu, dan sejauh ini
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
kerja sama yang sudah kita lakukan sifatnya saling menguntungkan. Jadi
seperti itu dan responnya alhamdulillah positif. Kalo memang kita punya
semacam proposal, terus kita ingin melaksanakan suatu event berbasis
komunitas, maksudnya dia (pocari sweat) tuh welcome. Welcome banget.”
12. Menurut bapak, apakah pocari sweat sebuah perusahaan yang bertanggung
jawab, baik terhadap lingkungan dan masyarakat?
Mo : “Kalo dari kegiatan yang dianukan (dilakukan) selama bekerja
sama dengan kita, saya rasa bertanggung jawab (terhadap lingkungan dan
masyarakat) terlebih untuk beberapa event yang langsung turun ke
masyarakat itu sih sangat bagus sih saya rasa.”
13. Ada saran dan kritik pak untuk kegiatan pocari sweat kali ini?
Mo : “Kalo untuk saran dan kritk, masukan aja kali ya. Untuk
pelaksanaan yang kalo memang melaksanakan suatu event lagi sejenis
terkait dengan kebersihan lingkungan, jadi itu mungkin yang perlu
diperhatikan hanya pasca nya itu yang memang harus tetep dipantau juga.”
14. Jadi, setelah kegiatan itu pihak pocari sweat masih ada kontak ga dengan
komunitas ini?
Mo : “Masih, tapi untuk kegiatan berbeda. Tapi memang rencananya
menindaklanjuti yang bersih pantai ini sebagai kegiatan rutin mbak.
Setelah pasca kegiatan itu, kita maunya tiga bulan sekali atau dua bulan
sekali, atau engga sebulan sekali kalo bisa, kita akan mengadakan bersih
pantai. Ya sebenernya pocari sewatnya ayo, cuma kembali ke kita..saat
mau nganu eh lagi ada kerjaan.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Adinda Mutia Gani dan
Luthfan Fairuzaldi
Murid SMA 1 Mataram
Partisipan dan penerima edukasi dalam
acara Satu Hati Peduli Lingkungan
“Bersih Pantai”
1. Waktu itu pocari Sweat ngapain aja?
Ad : “Jadi waktu itu mau bersih – bersih pantai terus Pocari itu kesini
ngajakin gitu..terus ada seminarnya juga..ada games juga. “
Lu : “iya ada gamesnya gitu yang menang dapet hadiah.”
2. Seminarnya tentang apa?
Ad : “Seminarnya itu tentang milihin sampah, yang organik ama ga
organik. Terus tentang daur ulang sampah.”
Lu : “ada soal siklus sampah juga..jadi kita dikasih tau kalo sampah
plastik misalnya kita buang ke tanah itu terurainya berapa lama terus cara
manfaatinnya gimana.”
3. Waktu itu acaranya sukarela atau wajib dari sekolah?
Ad : “ Sukarela kok..ga diwajibin dari sekolah.”
4. Kenapa kamu tertarik untuk ikut acara ini?
Ad : “Ya kan biar pantainya bersih, lagian kan acaranya rame – rame
ama temen – temen. Jadi, seru aja.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Lu : “Buat nambah pengetahuan ama pengalaman..kan kalo terjun
langsung jadi lebih tau sampah – sampah itu di pantai banyak terus harus
diapain.”
5. Sebelum pocari sweat mengadakan ada acara ini, kamu tahu ga kalo pocari
sweat pernah mengadakan acara yang peduli ama pendidikan, lingkungan
atau sosial?
Ad : “Mmm..kayanya pernah ada sih..tapi lupa..kalo ga salah yang
tentang pendidikan itu ya? Apa gitu namanya..”
Lu : “Paling tau yang main futsal doank.”
6. Menurut kamu, apakah edukasi dari Pocari Sweat soal sampah ini
berguna?
Ad : “kalo menurut saya pribadi sih berguna. Soalnya kita kan jadi tau
kalo buang sampah tuh harus dipisah – pisah..terus kalo kita buang
sampah sembarangan efeknya apa. Yang soal pantai itu kan kliatan banget
kalo pantainya jadi bersih, diliatnya jadi enak.”
Lu : “Berguna, tapi masih terbatas..kaya misalnya kan kita diajarin
buat misah – misahin sampah yang organik ama non organik ama satu lagi
sampah beling kalo ga salah...nah di sini tuh tong sampahnya masih jadi
satu. Ya jadi yang diajarin ga bisa dijalanin.”
7. Apakah pola hidup kamu berubah?
Ad : “Ya berubah sih, sekarang kalo buang sampah ga sembarangan
kaya dulu...hehehe”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Lu : “Kalo aku biasa aja sih..ya dijalanin aja. Kaya tadi kalo tempat
sampahnya ada yang pisah – pisah gitu ya jalanin, kalo engga ya engga.”
8. Jadi, edukasi pocari sweat berhasil ga?
Ad : “tergantung masing – masing orang ya..kan masih ada aja yang
masih buang sampah sembarangan.”
Lu : “iya bener tegantung orangnya”
9. Apakah kamu menceritakan edukasi pocari sweat ke teman – teman yang
lain? Atau kamu ngajarin ke teman – teman yang lain soal buang sampah
yang bener?
Ad : “paling cerita ke orang rumah, keluarga. Kalo ke temen – temen
kan uda tau semua..paling yang ga ikut ke pantai nanya ngapain aja di
pantai.”
Lu : “Iya cerita ke keluarga ama temen – temen deket aja paling.”
10. Apakah pandangan kamu terhadap pocari sweat berubah setelah mengikuti
acara ini?
Ad : “Kalo menurut saya sih ya bagus sih kalo Pocari Sweat sering
ngadain kaya gini. Kan jadi pada ngerti kalo sampah itu harus diapain,
pantainya juga jadi bersih. “
Lu : “Iya..ternyata Pocari Sweat ga Cuma jual minuman doank, tapi
juga bersihin lingkungan.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
11. Setelah acara tersebut, pocari sweat ada datang lagi ga?
Ad : “kayaknya ga ada deh.”
12. Ada saran buat pocari sweat ?
Ad : “Sering – sering ngadain acara kaya gitu, kalo bisa rutin beberapa
bulan sekali supaya masyarakatnya semakin peduli ama kebersihan..ga
buang sampah sembarangan..kan enak kalo pantainya bersih terus..”
Lu : “Iya ngadainnya jangan cuma sekali doank.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Bp. Abdul Fatah
Nelayan dan Warga Sekitar Pantai Ampenan
Penerima atau object recepient dalam acara
Satu Hati Peduli Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Apakah bapak tahu mengenai acara pocari sweat yang bersih – bersih
pantai?
Ab : “iya tau saya”
2. Bapak ikut bersih – bersih juga?
Ab : “Iya, ikut disana itu. Disini kita bersihkan semua, dari ujung sana
sampai ujung sini.”
3. Banyak pak yang ikutan?
Ab : “Banyak. Anak SMK mana itu. Ehh buanyak, ribuan. Banyak.
Semua. Banyak sekali.”
4. Masyarakat sekitar sini ikut semua?
Ab : “Iya, masyarakat semua ikut.”
5. Apa saja yang dilakukan dalam event itu?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Ab : “Ya kita diajarin ketrampilan, daur ulang.”
6. Jadi sekarang bapak ikut daur ulang donk kalo ada sampah?
Ab : “Hehehe..pada saat itu aja.”
7. Waktu itu ikut karna disuruh apa emang mau ikut aja pak?
Ab : “Memang mau ikut. Kan begini kita juga kan untuk kebersihan
kita kan. Memang dihimbau, cuma kan kemauannya masyarakat besar
pada saat itu (karena) untuk kita juga kan.”
8. Dari pihak Pocari Sweat masih dateng kesini pak?
Ab : “Terakhir itu saja, belum kesini lagi.”
9. Jadi klo sekarang bapak liat Pocari Sweat, pendapat bapak apa?
Ab : “Ya baik, sering kita minum bawa mancing juga Pocari Sweat.
Pengganti ion tubuh kan.”
10. Ada acara apalagi pak kemarin? Makan – makan?
Ab : “Kurang tau kalo makan – makannya, kalo Pocari Sweatnya kita
dapet. Ada. Baju dikasih juga.”
11. Dikasih tong sampah juga ya pak?
Ab : “Nah itu yang belum tau. Pada saat itu aja mungkin karna ga
berjalan. Tong sampah yang dibuat – buat disini juga ga berjalan.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
12. Tapi dulu ada ya pak tong sampahnya?
Ab : “Ga pernah kayanya ada. Cuma pada saat itu pembersihan dari
Pocari Sweat sudah pada saat itu.”
13. Ada saran pak buat Pocari Sweat?
Ab : “Hehehe. Sering – sering lagi adakan seperti itu. Supaya bersih.
Sekarang uda kotor masalah gelombang kotoran yang dateng dari laut
juga. Sekarang musimnya memang di laut ini kotoran lagi banyak –
banyaknya jadi dia ke pinggir karna anginnya kesini, kebawa oleh angin
ke pinggir.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Encep Abdullah
Almukarom
Siswa SMA Mutiara Terpadu
Pelabuhan Ratu
Partisipan dan penerima edukasi
dalam acara Satu Hati Peduli
Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Gimana awalnya kok kamu bisa ikutan acara ini?
En : “Pertama ada semacam pemberitahuan dulu dari sekolah. Kita itu
disuru kumpul semua, nah disana itu siapa yang mau ikut acungin tangan.
Tapi semua acungin tangan, tapi terbatas gitu. Salah satunya saya yang
terpilih.“
2. Terpilihnya berdasarkan apa?
En : “Yang pertama diprioritaskan untuk organisasi dulu. OSIS ya.
Yang selanjutnya yang mau gitu. Tapi semuanya boleh gitu acungkan
tangan, tapi dibatasi gitu.”
3. Terus kegiatannya ngapain aja?
En : “disana yang pertama, hal yang pertama kita bersih – bersih
pantai dibagi area. Setelah itu kita have fun kaya ada games – games sama
orang – orang dari Pocari, termasuk itu pimpinannya kalo ga salah.”
4. Selama bersihin pantai, pengalaman apa aja yang kamu dapet?
En : “ Yang pertama saya dapet temen baru, hal baru seperti oh gini
lho pengolahan sampah yang baik dan banyak kekreativitasan yang
didapat.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
5. Kamu masih menerapkan sampe sekarang?
En : “Iya masih. Tim Kriya disini.”
6. Apa tuh tim kriya?
En : “Tim seni pengolahan sampah untuk menjadi karya”
7. Tim kriya ini terbentuk sejak kapan?
En : “Sebelum Pocari Sweat ngajarin udah ada, tapi setelah Pocari
Sweat dateng dikembangkan lagi karena kita tertarik dalam
perlombaannya.”
8. Dikembangkan gimana, sebelumnya gimana, sekarang gimana?
En : “Kalo yang dulu kita dari hal biasa, kita ambil dari sekitar.
Setelah ada Pocari Sweat ngadain acara di pantai kita tertarik dengan
bahan – bahan pantai. Kita coba misalnya dari kerang, dari pasir gitu.”
9. Terus hasilnya diapain?
En : “Ada yang dijual, ada yang dipajang juga.”
10. Setelah mengikuti acara ini pandangan kamu ke Pocari sweat berubah ga?
En : “Berubah. Awalnya hanya melihat oh ini produk, hanya melihat
sebuah produk saja. Tidak melihat bahwa ada oh ini ada kegiatan lagi lho
yang peduli terhadap orang sekitar dan juga lingkungan, disamping Pocari
itu menonjolkan untuk kesehatan, ternyataditerapkan juga untuk
lingkungannya.”
11. Ada saran dan kritik buat Pocari Sweat ?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
En : “Tetap lanjutkan kegiatannya jangan sampai prioritas Pocari
turun. Mungkin dalam hal interaksinya diperbaiki lagi, jangan seperti
kemarin tidak menyeluruh, hanya ke sebagian aja.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Pipit Ferniza Putri
Siswi SMA Mutiara Terpadu Pelabuhan
Ratu
Partisipan dan penerima edukasi dalam
acara Satu Hati Peduli Lingkungan
“Bersih Pantai”
1. Gimana awalnya kok kamu bisa ikutan acara ini?
Pi : “Kan tadinya tuh gini ya..ada yang dari Pocari dateng ke sekolah
terus bagi – bagi pengetahuan ke kita apa sih itu yang Pocari mau adain.
Bersih pantai ama bagi – bagi Pocari Sweat gratis. Terus ngasih tau
banyak ke kita gimana sih caranya ngebersihin pantai yang baik tapi ngga
ngerusak pantainya itu “
2. Terus waktu bersih pantai itu acaranya gimana?
Pi : “kita itu dikasih kaya semacam alat buat ngebersihin gitu ya,
dibagi kelompok. Jadi kelompok ini sebelah sana, sebelah sana, sebelah
sana dikasih. Jadi, pantai itu bersih.”
3. Waktu itu acaranya sukarela atau wajib dari sekolah?
Pi : “ Ngga. Dari sekolah itu kan siapa yang mau kan, kan tergantung
niatnya kan kalo ikutan kaya gini. Jadi ga ada pemaksaan.”
4. Sebelum acara dikasih gambaran ga tentang kegiatan di pantai dan sesuai
ga ama implementasinya?
Pi : Iya dikasih gambaran dulu dan sesuai.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
5. Di pantainya ngapain aja?
Pi : “Pertama kita itu bersih – bersih terus kita lomba daur ulang dari
hasil yang kita dapetin di pantai itu kita buat sesuatu. Kaya kriya gitu
lagi.”
6. Waktu itu kamu buat apa?
Pi : “Waktu itu tuh bikin vas bunga dari bekas Pocari Sweat ama
kerang yang dari pantai..”
7. Selama kegiatan itu apa aja yang kamu pelajari?
Pi : “Kita itu dapet kaya kebersamaannya. Jadi dari situ dapet banget
kalo ada kegiatan apapun kalo dilakuin sendiri ga akan bisa tanpa danya
orang lain.”
8. Setelah mengikuti acara ini pandangan kamu ke Pocari sweat berubah ga?
Pi : “Berubah. Jadi, ga semata – mata perusahaan itu ngeluarin
minuman. Jadi kan harus ngayom juga kalo mau beli kan gini lho Pocari
Sweat harus ada sisi positifnya juga.”
9. Apakah edukasi yang dikasih dari Pocari Sweat diterapin di sekolah ini?
Pi : “Yang dari Pocari Sweat sih dipake ya, yang organik, non organik
dipake. “
10. Kamu pribadi menerapkan ga?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Pi : “Insyallah menerapkan.”
11. Dari Pocari Sweat ada datang lagi ga kesini?
Pi : “Belum.”
12. Ada saran buat pocari sweat ?
Pi : “Tetep sukses ngayom generasi muda supaya ga cuma cinta
lingkungan, tapi cinta dunia juga.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Bapak Bambang
Hasbulloh
Guru Pembimbing SMA Mutiara
Terpadu Pelabuhan Ratu
Partisipan dan penerima edukasi dalam
acara Satu Hati Peduli Lingkungan
“Bersih Pantai”
1. Boleh tau pak gimana awalnya bisa bekerja sama dengan Pocari Sweat?
Ba : “Pocari Sweat itu waktu datang kesini katanya akan
menyelenggarakan sebuah event yang melibatkan siswa siswi yang ada di
lingkungan Pelabuhan Ratu, salah satunya ya SMA Mutiara. “
2. Kenapa sekolah ini ikut tertarik terlibat dalam kegiatan tersebut?
Ba : “Kegiatan ini kan sebetulnya kegiatan yang positif, salah satunya
menanamkan kepada pribadi anak masing – masing untuk bisa berbuat
baik, paling tidak untuk pribadi masing – masing dan bisa bermanfaat bagi
lingkungan tentunya. Nah kegiatan Pocari Sweat ini kan diharapkan bisa
menjadi pelopor atau perintis paling tidak di kabupaten Sukabumi,
khususnya di kota Pelabuhan Ratu untuk senantiasa bisa menjaga
kebersihan lingkungan, terutama di kawasan pantai. Kan seperti itu.”
3. Menurut Bapak, apakah kegiatan ini memiliki dampak bagi penerima
edukasi maupun ke masyarakat lokal?
Ba : “Sangat berpengaruh besar. Ini terlihat ketika Pocari Sweat
mengundang kami salah satu diantaranya, SMA Mutiara Terpadu
Pelabuhan Ratu, bukan hanya kita ya tentunya kan ada sekolah – sekolah
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
yang lain, tetapi dari kegiatan tersebut apalagi kan ada hal yang positifnya
berupa misalnya diberikan fasilitas dalam bentuk tong sampah dan
sebagainya. Nah disana anak diharapkan, dituntut untuk senantiasa bisa
membersihkan sampah yang ada di lingkungan sekitar, terlebih di daerah
pantai. Apalagi Pelabuhan Ratu itu kan salah satu kota wisata yang ada
kabupaten Sukabumi dan destinasi setiap visitor yang masuk ke Sukabumi,
Jawa Barat ini, sehingga sudah seyogyanya masyarakat Pelabuhan Ratu,
khususnya pelajar untuk bisa sama – sama membina, menjaga, sekaligus
melestarikan lingkungan yang ada di sekitar, khususnya kawasan pantai
gitu.”
4. Apakah pandangan Bapak berubah setelah mengikuti acara tersebut?
Ba : “Yah kita selama ini melihat bahwa produk – produk yang
disajikan, kita sama – sama tahu kalo produk Pocari Sweat ini adalah
produk dari Jepang ya, kita melihat hanya ah ini hanya untuk menarik,
merekrut massa saja dan untuk bisa sama – sama menikmati sekaligus
memanfaatkan Pocari Sweat. Tetapi, setelah kita mengikuti kegiatan
tersebut, apalagi ada event – event kegisatan semacam mendaur ulang,
recycling terus bagaimana caranya kita menggunakan sampah – sampah
menjadi hal yang bermanfaat, yang tadinya sia – sia, yang tidak
bermanfaat jadi hal yang berguna, yang bisa dimanfaatkan kembali, ini
kan sangat positif. Sehingga kalo saya melihat kegiatan ini, ini kan harus
dilestarikan, diberdayakan, bukan hanya sebatas ketika ada event – event
tertentu saja, bukan hanya kepentingan tertentu saja, tetapi ini harus di
follow up kalo bisa minimal satu tahun sekali lah ya Pocari Sweat
mengadakan kegiatan seperti ini. Mudah – mudahan dengan kegiatan
Pocari Sweat seperti ini ke depan, itu bisa berlanjut produk – produk
lainnya itu bisa mengikuti, paling tidak untuk sama – sama bisa
melestarikan kawasan Pelabuhan Ratu. Ya paling tidak seperti itu.”
5. Apakah setelah kegiatan, ada follow up dari Pocari Sweat?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Ba : “Belum. Hanya pada waktu itu saja waktu Pipit kelas satu.
Sekarang udah kelas tiga. Sudah dua tahun berarti tidak ada follow up.
Memang ketika itu Pocari Sweat mengadakan di tiap kota ya, di wilayah
pantai, salah satunya di propinsi Jawa Barat itu di Pelabuah Ratu.
Sehingga kami berharap tidak hanya pada saat itu saja ada tindak lanjut
yang lebih, yang ekstra, sehingga kegiatan ini bisa diikuti tidak hanya oleh
kakak kelasnya tetapi betul – betul bisa diwariskan, dilestarikan kepada
generasi selanjutnya.”
6. Ada saran Pak buat pocari sweat ?
Ba : “Yah sarannya itu tadi, kegiatan ini jangan hanya sebatas kegiatan
sesaat yang hanya sebatas menarik massa, merekrut publik untuk bisa
mengikuti kegiatan tersebut, tetapi alangkah lebih baiknya ketika kegiatan
ini bisa dilestarikan, bisa di follow up lebih lanjut, sehingga kegiatan ini
bukan hanya sebatas jual produk saja, tetapi betul – betul bisa
menanamkan kepada seluruh masyarakat, terutama pelajar karena kita
sama – sama tahu pelajar ini kan generasi masa depan. Ke depan bisa
dipegang oleh para pelajar ini, sehingga mereka paling tidak bisa
memberikan warna, khususnya di daerah masing – masing bisa
memberikan pengaruh yang positif, khususnya bagi masyarakat sekitar
gitu.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Yadi, Wahid &
Erik
Pembina, ketua dan wakil
ketua Komunitas Lingkar
Hijau Pelabuhan Ratu
Komunitas partisipan dalam
acara Satu Hati Peduli
Lingkungan “Bersih Pantai”
1. Bagaimana ceritanya bisa ikutan event Pocari Sweat?
Wa : “ya memang pada waktu itu Pocari Sweat kan punya program
yang didanai dari CSR. Salah satu kegiatannya adalah lebih kepada, ada
dua agenda pasa saat itu. Pertama, kegiatan yang sifatnya olah raga, yang
kedua kepada lingkungan hidup karena memang itu bertepatan dengan hari
bumi pas pelaksanaanya. Bentuk kegiatan yang mengajak komunitas
lingkar hijau ini kegiatan yaitu adalah membersihkan pantai karena
memang kondisi di Pelabuhan Ratu ini luar biasa sampahnya. Itulah yang
menjadi tuntutan Pocari dengan KLH untuk membersihkan pantai.”
2. Kenapa kalian tertarik untuk ikutan acara ini?
Wa : “Karena ini kan menjadi domain kita sebagai KLH, kepedulian
terhadap lingkungan hidup. Kebersihan lingkungan kan juga menjadi
kepedulian kita, sehingga kita sangat respect terhadap kegiatan itu.”
3. Waktu itu yang dibersihin dari mana sampai mana tuh ?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Er : “Ohh sangat panjang dari mulai ujung karang sampai istiqomah,
sekitar dua kilo lah. ”
4. Yang terlibat dalam kegiatan itu siapa saja?
Er : “Sebenernya komunitas banyak yang ikut disana, ga hanya KLH
saja. Ada beberapa komunitas juga. Kalo buat kami sih siapapun yang
berbicara lingkungan, kita akan respect terhadap mereka. Kita tidak hanya
perusahaan ya, pemerintah atau apapun lah bentuknya kalo berbicara
tentang lingkungan.. apa ya..sebetulnya tidak harus diajak sih kalo itu
kontennya lingkungan, kita akan dengan sendirinya ikut”
Wa : “Cuman itu kebetulan ada momentum saja dari Pocari Sweat
dengan program CSR nya itu. sebenarnya kita tidak hanya sifatnya
menunggu kegiatan dari organisasi lain atau dari bahan usaha lain, tidak
seperti itu. kita juga melakukan inisiasi untuk melakukan program –
program yang lain.”
5. Acaranya ngapain aja sih waktu itu?
Er : “Bebersih, ada lomba kreativitas, daur ulang. Itu aja kalo ga
salah.”
6. Apakah pandangan KLH terhadap pocari sweat berubah setelah mengikuti
acara ini?
Wa : “Prinsipnya sih adalah perubahan, artinya ketika kita melihat
sebuah korporasi yang memiliki kesadaran lingkungan hidup tentu kita
apresiasi ketimbang sebelumnya. Itu menjadi apresiasi dari kita.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
7. Apakah ada follow up atau supervisi dari Pocari Sweat setelah kegiatan
tersebut?
Er : “Alhamdulilah belum karena pada saat itu Pocari Sweat
menggunakan EO lokal di Sukabumi.”
8. Apakah kegiatan tersebut memiliki dampak ke kehidupan sehari - hari?
Er : “Kalo dari komunitas sih jalanin.”
Ya : “Kan dari hal yang kecil yang ada di depan mata dan kita
sekarang kita mulai berani melakukan gugatan hukum ke pemerintah,
misalnya masalah pembuangan sampah di Jembatan Bagan, pemasangan
reklame liar, masalah pembangunan yang tidak ada ijinnya. Secara pribadi
malah saya di rumah buka warung sampah dan ya melakukan edukasi
dengan warga setempat.”
9. Menurut anda kenapa masyarakat, khususnya masyarakat sekitar pantai
belum menerapkan hasil edukasi tersebut?
Ya : “Jadi gini, yang kita perhatiin..mohon maaf ya kita mengapresiasi
Pocari Sweat, kita juga berterima kasih, tapi kita juga tidak bisa
menganggap Pocari Sweat berbangga dulu. Kenapa? Karena banyak sekali
yang melakukan selain Pocari Sweat walaupun hasilnya masih seperti
sekarang ini. Mulai dari pemerintah, perusahaan sampai dengan instansi
militer. Jadi permasalahan ini kompleks dan sistemik. Jadi, tidak bisa
diselsaikan dengan cara mungutin sampah. Ini harus penyelesainnya
secara struktural dan non struktural. Jadi pemerintah, masyarakat,
komprehensif lah. Terutama pendekatannya harus sistemik juga. Artinya
gini kan sekarang tidak ada konsekuensi kalo buang sampah sembarangan,
ga ada knsekuensi. Jangankan konsekuensi pidana, yang negur aja ga ada.
Kenapa? Yang pertama karena tingkat pemahamannya masih rendah.
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Yang kedua fasilitasi, terutama oleh pemerintah. Pemerintah kan punya
tanggung jawab lebih ya. Ya bagaimana pemerintah nyuruh orang tidak
buang sampah sembarangan, tapi tidak ada tempatnya..kan bingung juga.
Kewajiban yang belum ditegakkan. Ya artinya harus barengan, termasuk
yang tadi saya bilang, artinya harus continue. Jadi Pocari Sweat
contohnya, tidak bisa hanya dengan satu kali terus menganggap itu sudah
selesai. ”
10. Ada saran dan kritik buat Pocari Sweat?
Ya : “Konsepnya bagus, sustainabilitasnya aja itu harus diperbaiki.
Jadi jangan selesai, lepas.”
Wa : “Dalam melakukan kegiatan tidak bersifat incidental dan
ceremonial. Jadi lebih kepada persoalan yang substantif, misalkan
bagaimana membina upaya pendidikan kepada masyarakat. Ini jauh lebih
besar dampaknya ketimbang melakukan pencitraan sehari. Saya harapkan
kegiatan Pocari lebih esensial, lebih sustainable, tidak hanya incidental
tadi. Kemudian dari Pocari ini tidak hanya melakukan pada momentum –
momentum, misalnya kalo program lingkungan kemarin bertepatan
dengan hari bumi. Tidak hanya seperti itu. makanya disini peranan
sustainibiltas dari program CSR Pocari Sweat ini yang harus diperbaiki.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Narasumber : Ibu Widi Islamiati
Pemilik warung di lapangan parkir Pantai
Citepus
Penerima atau object recepient dalam
acara Satu Hati Peduli Lingkungan
“Bersih Pantai”
1. Apakah ibu tahu mengenai acara pocari sweat yang bersih – bersih pantai?
Wi : “Oh tau, itu si bapak punya kaosnya. Kan waktu itu ikutan
bersihin pantai.”
2. Setelah itu pocari sweat ada datang lagi pak kesini?
Wi : “Ga ada tuh, Cuma wakti itu aja. Memang waktu itu acaranya
rame banget, banyak yang ikutan dari sekolah, anak – anak smp atau sma
itu ya.”
3. Setelah acara tersebut, pengunjung pantai ini bertambah ga bu?
Wi : “Kalo yang dateng mah ada aja ya. Ya tapi ini kan lagi dibenerin
jadi sekarang jarang yang kesini, paling ke karang (Pantai Karanghawu)
sana.”
4. Jadi efek kegiatan ini gimana bu?
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Wi : “Wahh ya abis dibersihin itu pantai sini ya jadi bersih. Terus ya
jadi makin banyak yang tau Pocari Sweat. Spanduknya gede – gede banget
waktu itu, ada benderanya juga dipasang banyak.”
5. Emang kemaren kegiatannya ngapain aja bu?
Wi : “Waktu itu disini dibangun panggung gitu terus ada acaranya dulu
itu buat yang dari sekolahan. Abis itu baru bersihin pantai dari sini sampe
sana itu (menunjuk ke arah pantai).”
6. Waktu itu koq ibu mau ikutan?
Wi : “Yaa kan tiap hari ibu jualan disini, kalo pantainya bersih kan
mudah – mudahan pengunjungnya makin banyak (sambil tertawa).”
7. Pocari Sweat ada kasih tempat sampah ga bu disini?
Wi : “Dulu sih ada disini, tapi udah lama. Uda rusak.”
8. Ada saran bu untuk pocari sweat?
Wa : “Adain lagi kegiatannya biar pantainya makin bersih.”
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Transkrip Press Release 26 April 2012
Pocari Sweat Didukung Kementerian Pariwisata Dan
Ekonomi Kreatif Mengampanyekan Gerakan Satu Hati
Peduli Lingkungan 2012
Jakarta, 26 April 2012 – Pocari Sweat didukung dengan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengampanyekan “Pocari Sweat Satu
Hati Peduli Lingkungan, yang merupakan program CSR Pocari Sweat di
tahun 2012 sebagai langkah nyata guna menjaga kebersihan pantai dan
wilayah perairan Indonesia yang merupakan aset Nasional yang sangat
berharga.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau,
panjang garis pantai 81.000 km dan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2,
yang kaya akan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan. Laut
memiliki fungsi ekologis yang sangat penting dan fungsi ekonomis bagi
sekitar 65 persen penduduk Indonesia yang bermukim di sekitar wilayah
pesisir dan menggantungkan hidupnya dari kekayaan laut serta sektor
pariwisata. Sayangnya, tidak sedikit kawasan pantai dan laut di Indonesia
yang tercemar sampah yang dapat membahayakan makhluk hidup di laut
serta menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung. Menurut Badan
Pusat Statistik, pada tahun 2011 produksi sampah dari 380 Kota di
Indonesia mencapai lebih dari 80.000 ton per hari. Fakta inilah yang
mendorong Pocari Sweat untuk aktif mengampanyekan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan, khususnya kawasan panti. Melalui
program CSR Satu Hati Peduli Lingkungan, Pocari Sweat berupaya
mengedukasi dan mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk
peduli dan aktif menjaga kebersihan pantai. Program CSR ini merupakan
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
komitmen tak putus dari Pocari Sweat untuk selalu berkontribusi bagi
pengembangan masyarakat di berbagai bidang, antara lain pendidikan,
kesehatan dan lingkungan.
“Merupakan suatu kebanggaan bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif untuk bisa mendukung Pocari Sweat dalam program Satu Hati
Peduli Lingkungan, dimana adanya keselarasan dalam visi dan misi
Kementerian kami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
Indonesia, khususnya generasi muda tentang banyaknya sampah yang
membahayakan aset pantai wisata di Indonesia,” tutur Bpk. Sapta
Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dalam rangkaian program ini, Pocari Sweat juga mengadakan pemilihan
Pocari Sweat Sahabat Peduli Lingkungan untuk menginspirasi Masyarakat
dan generasinya dalam menjaga kelestarian dan kebersihan pantai.
Kepedulian dan rasa cinta terhadap lingkungan harus ditanamkan sejak
muda, karena kelak akan menjadi generasi yang memegang peranan
penting di berbagai sektor di Indonesia. Karena itu, Pocari Sweat
mengajak anak muda untuk peduli dan aktif dalam upaya menjaga serta
melestarikan lingkungan, khususnya kawasan pantai. Sahabat Peduli
Lingkungan telah terpilih pada tanggal 24 April 2012, yaitu Sindy
Yolanda dari Jakarta melalui kompetisi pemilihan yang diadakan dalam
dua fase, fase pertama, mewajibkan para calon Pocari Sweat Sahabat
Peduli Lingkungan untuk mengikuti games yang berbentuk clue message
di Facebook fan page Satu Hati dan Twitter Satu Hati serta games tentang
membersihkan pantai. Sepuluh kandidat akan dipilih untuk mengikuti fase
ke-dua yang berupa Interactive Online Task. Satu pemenang Sahabat
Peduli Lingkungan dipilih berdasarkan penilaian para juri untuk mengikuti
roadshow ke pantai-pantai Indonesia yang menjadi konsentrasi titik pantai
Program CSR Pocari Sweat di tahun 2012 ini. Game Online serta
informasi lebih lanjut tentang program Satu Hati Peduli Lingkungan dan
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
sistem mekanisme pencarian Sahabat Peduli Lingkungan dapat di akses
melalui www.satuhati.com
“Melalui pencarian Pocari Sweat Sahabat Peduli Lingkungan ini, kami
berharap dapat mengedukasi masyarakat Indonesia khususnya generasi
muda untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan khususnya pantai dan
juga menunjukkan bahwa kegiatan membersihkan pantai bukanlah suatu
kegiatan yang sulit dan dapat dilakukan oleh siapa pun,” kata Bapak Ricky
Suhendar, Head of Marketing Pocari Sweat.
.
Selain pemilihan Pocari Sweat Sahabat Peduli Lingkungan , Pocari Sweat
memberikan dukungan kepada tiga titik pantai yang menjadi Konsentrasi
program CSR Pocari Sweat saat ini, yaitu memberikan edukasi tentang
kebersihan lingkungan berupa penyuluhan yang dilakukan satu minggu
sebelum roadshow di ketiga daerah tersebut, membersihkan pantai-pantai
dari sampah lokal terutama sampah non-organik, serta menyediakan
sarana berupa instalasi tempat sampah yang diletakan di area sekitar
pantai maupun sekolah-sekolah yang berlokasi dekat dengan daerah
pantai dan yang terlibat dalam gerakan bersih pantai. Target masyarakat
dari program penyuluhan ini adalah pelajar atau sederajat, komunitas
pencinta lingkungan, serta para masyarakat yang berada di sekitar pantai.
Pada hari penyelengaraan roadshow di tiga titik pantai di tiga kota ini
yaitu Pertama akan dilaksanakan di pantai Ampenan Lombok, 29 April
2012, kedua pantai Citepus Sukabumi , 13 Mei 2012, dan ketiga pantai
Depok Yogyakarta, 27 Mei 2012 Pocari Sweat akan mengajak semua
target masyarakat untuk bersama-sama melakukan Gerakan Bersih Pantai
untuk mengumpulkan sampah non-organik di daerah sekitar pantai.
Sampah ini kemudian akan dikumpulkan dan diarahkan kepada para
pengolah sampah bekas untuk di daur ulang menjadi barang yang
fungsional sehingga dapat digunakan kembali dan menjadi barang yang
bernilai.
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
“Serangkaian Kegiatan yang dilaksanakan dalam program CSR Satu Hati
Peduli Lingkungan ini merupakan bentuk komitmen dari PT. Amerta
Indah Otsuka untuk Pocari Sweat memiliki komitmen untuk mengedukasi
masyarakat dan menanamkan kepedulian terhadap lingkungan terutama
pantai“ tambah Bpk. Prayugo Gunawan, Managing Director of PT.
Amerta Indah Otsuka.
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
RIWAYAT HIDUP
Nama : Hellen Santoso
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 14 Mei 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cluster Taman Spain Jl. Picasso No. 1
Lippo Karawaci Utara, Tangerang, Banten
No. Hp : 089616961486
Riwayat Pendidikan
1992 – 1996 : SD Theresia, Jakarta Pusat
1996 – 1998 : SD Tarakanita Gading Serpong, Tangerang
1998 – 2001 : SLTP Santa Ursula BSD, Tangerang
2001 – 2005 : SMU Santa Ursula BSD, Tangerang
2007 – 2009 : Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing
Komunikasi
2009 – 2014 : Universitas Multimedia Nusantara Jurusan Public
Relations
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014
Pengalaman Kerja
2005 – 2007 : Marketing Executive di PT Multi Kreasi Pratama
2007 – 2011 : SPG di Perfection Window Film
2011 – 2012 : Public Relations di Masterpiece Window Film
2012 – 2013 : Pendiri Musashi Automotive Leather Seat
2013 – sekarang : General Manager di PT Multi Kreasi Pratama
Studi Kasus..., Hellen Santoso, FIKOM UMN, 2014