Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo...

43
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo...

Page 1: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA

A. Wawancara dengan Key Informant, Tetua Komunitas Cina Benteng

Narasumber : Engkong Oey Tjin Eng

Lokasi : Kantor Humas Klenteng Boen Tek Bio (Jl. Bhakti, No.14 Pasar

Lama)

Hari/ Tanggal : Rabu, 11 Desember 2013

Pukul : 09.40-11.48 WIB

O: Engkong Oey Tjin Eng

E: Elvinta Kusumo

E: Oke, boleh kita mulai ya kong?

O: Ayo.

E: Nih kong, apa saja tugas dan peran engkong sebagai tetua komunitas Cina

Benteng?

O: Saya kira dengan menyampaikan kepada daerah-daerah seperti Cukang

Galih kemudian di daerah Kampung Melayu,

E: Maksudnya, engkong pergi kesana gitu?

O: Oh iya. Yaa, kita mesti jemput bola.

E: Maksudnya gimana tuh kong?

O: Misalnya kita memberikan penerangan tuh kepada mereka ya kalo

misalnya anaknya kawin saya saranin ada baiknya Chio Thao, tapi mereka

enggak tau apa aja yang dibutuhin. Nah saya bantu jelasin deh tuh. Karena

ini kan budaya Tionghoa ya jangan sampai hilang.

E: Oh, jadi engkong sengaja pergi ke rumah mereka untuk memperkenalkan

tentang budaya Chio Thao ini?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 3: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: Iya. Seperti misalnya orang komunitas Buddhis, komunitas Konghucu kita

akan menjelaskan masalah itu. Yang masih keturunan Tionghoa, yang

mana mereka masih memakai ya agamanya ya adat istiadatnya masih

dipakai, kita akan memberikan penerangan itu kepada mereka.

E: Itu engkong cara memperkenalkannya gimana tuh kong?

O: Ya engkong sih, bawa buku-buku kayak gini (dengan menunjukkan buku

“Akulturasi Budaya Cina Benteng” ) aja. Kasih liat contohnya gitu.

E: Oh, terus mereka tanggapannya gimana tuh kong?

O: Ya dengerin, terus ada yang nanya ini apaan namanya, gitu-gitu aja.

E: Engkong sendiri atau ada pihak-pihak lain yang memberikan

penjelasannya?

O: Ya, kelompok kita-kita. Ada beberapa orang, misalnya anak muda yang

buddhis. Saya bilang kan ya kamu kan orang buddhis maka dari itu budaya

Tionghoa jangan sampai hilang. Jadi mereka mau Chio Thao, dan banyak

sekali yang mau Chio Thao orang-orang buddhis itu.

E: Tapi apakah mereka orang keturunan Cina Benteng?

O: Ya keturunan orang sini.

E: Oh jadi, engkong sengaja buat datang ke mereka dalam memperkenalkan

tradisi Chio Thao ini?

O: Iya, mereka mau. Banyak. Jadi sekarang itu Chio Thao itu udah

berkembang kembali di daerah Tangerang ini, daerah Kampung Melayu,

daerah Sewan. Mereka pasti pakai Chio Thao. Apalagi di daerah Cukang

Galih.

E: Cukang Galih dimana tuh kong?

O: yang kemarin kita pergi.

E: Gunung sindur?

O: Bukan. Yang satu lagi.

E: Curug?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 4: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: Ya. Itu kan, mereka itu ada istilah ada Chio Thao dan ada Gambang

Kromong. Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang

garam.

E: Oh jadi, mereka beranggapan kalo mereka tidak melaksanakan tradisi itu

ibaratnya gk sah gitu ya kong?

O: Iya, sebab itu kan perkawinan tradisional itu kan budaya. Mereka masih

pegang.

E: Selain engkong pergi ke rumah-rumah buat memperkenalkan tradisi ini

gitu. Apa lagi sih peran engkong?

O: Saya biasanya berada di komunitas. Komunitas Konghucu, di komunitas

buddhist kan saya sering ke daerah-daerah gitu.

E: Daerahnya daerah mana aja tuh kong?

O: misalnya daerah Cukang Galih, di daerah Sewan, yang saya kenal aja.

E: Apa sih sebenarnya yang menjadi alasan engkong buat “saya mesti nih

mempertahankan tradisi ini” gitu ke generasi berikutnya?

O: Ya karna begini, kita kan sebagai orang Tionghoa kan masih punya

budaya. Nah kalo bisa, budaya itu jangan sampe ilang. Apalagi kalo kita

liat sejarah Chio Thao. Sejarahnya kan 28 abad SM, jangan sampai ilang

dong.

E: Berarti bisa dikatakan engkong yang “mencetuskan” dalam hal ini

kegiatan ini?

O: Bukan saya sendiri, tetapi saya mengusahakan untuk terlibat kesitu.

E: Oh gitu, terus kong, menurut engkong trend kebudayaan yang ada di

Indonesia ini tuh seperti apa sih kong?

O: Budaya apa dulu nih?

E: Budaya secara Global kong.

O: Saya kira, tiap budaya kan punya keistimewaan masing-masing. Pasti ada

kelebihan, pasti ada kekurangan. Jadi gk ada yang sempurna.

E: Keunikannya Cina Benteng dengan komunitas Tionghoa lainnya itu apa

sih kong?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 5: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: nah, orang tionghoa di tangerang itu sudah tidak mengerti bahasa

mandarin, tetapi budayanya masih dipertahankan loh. Kalo kamu liat

didaerah Cukang Galih kemarin, itu kan ada huruf Cina yang dipasang di

pintu pas ada orang kawin , itu mereka kagak ngerti, gak bisa baca. Tapi

mereka tetap mempertahankan itu.

E: Tapi, alasannya kenapa gitu kong, kok masih aja mereka mau

mempertahankan budaya mereka walaupun disisi lain mereka tidak

mengerti makna-makna itu apa?

O: Ya kalo makna yang dipintu itu artinya dua keluarga menjadi satu.

E: Okeh, berarti yang tau makna itu engkong dong?

O: ya bukan saya aja, banyak yang tau juga. Tapi mereka tetap menjalankan

itu. Jadi, keunikan disini begitu lah. Banyak orang-orang yang tidak ngerti

apa-apa tapi mereka masih melaksanakan itu. Tidak ngerti Chio Thao itu

apa mereka nggak ngerti. Pokoknya yang mereka tau harus Chio Thao aja.

E: Oh gitu, kemudian hal apa saja yang harus dipersiapkan agar tradisi Chio

Thao ini tetap bertahan sampai pada keturunan cucu-cicit?

O: Ya biasanya begini ya. Orang-orang Tionghoa itu kan harus tetap

mempertahankan budayanya ya, jadi supaya jangan sampe hilang. Soalnya

kan, kalo kita liat, makna Chio Thao itu kan filosofis sekali kan seperti

makna yang ada di Gantang. Nah makna-makna seperti itu yang jangan

sampe hilang. Arti filosofis daripada makna itu sendiri, misalnya kayak

gunting supaya suami istir ada kerjasama yang baik. Itu kan filosofis

sekali, nah justru itu yang harus dipertahankan kepada generasi

berikutnya. Jangan sampe hilang. Kalo orang Barat kan beda

pernikahannya dengan kita.

E: Nah justru itu kong. Saat ini generasi muda pada umumnya pasti kan

punya konsep pernikahan sendiri seperti mau konsep yang simple atau ala-

ala kebaratan gitu kan. Nah, gimana cara engkong mempersiapkan anak

generasi muda ini biar mereka tidak terpengaruh sama hal-hal seperti itu.

O: Sebenarnya kalo di daerah perkotaan itu udah luntur yaa. Nah kalo di

daerah pedesaan masih gampang, karena apa, orang tuanya kan masih

kolot maka dari itu mereka masih bertahan dengan masalah itu. Kayak

saya, saya kan Chio Thao, nah anak saya pun Chio Thao. Kenapa? Supaya

jangan hilang. Dan anak saya pun mau. Gitu. Apalagi besan saya pun itu

memang ya kolot lah sehingga melaksanakan Chio Thao.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 6: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Oh, besan engkong juga keturunan Cina Benteng?

O: Bukan, dia orang Bekasi.

E: Tapi..?

O: Kan begini, Chio Thao itu kan dari Tangerang sampe ke Cikampek, berarti

kan Bekasi lewat, ada di Bogor sebagian, ada lagi di Padang, dan lagi di

Malaka sana, itu ada Chio Thao. Jadi, mereka mengenal itu.

E: Berarti apakah engkong mempertahankan tradisi di pedesaan aja nih

karena mungkin gampang di pengaruhi atau gimana nih kong?

O: Bukannya gampang dipengaruhi, tetapi memang karena mereka masih

memegang tradisi, mereka masih memgang budaya. Apalagi orang-orang

Konghucu, mereka masih pertahankan itu. Dan yang agama Buddha,

justru kita ajak supaya mereka mau Chio Thao sehingga tidak hilang. Dan

beberapa orang Buddha yang saya kenal, mereka melaksanakan Chio

Thao. Misalnya orang Bonang, orang Raja Kebo mereka mau.

E: Walaupun mereka bukan..

O: Bukan orang agama Konghucu.

E: Mereka cerita gak sama engkong, apa alasan mereka ingin melakukan

tradisi ini walaupun bukan tradisi mereka?

O: Ingin mempertahankan budaya. Agama kan boleh berbeda tetapi kita disini

bukan dipersatukan karna agama melainkan budaya.

E: Tapi kenapa mereka tidak mau menjalankan tradisi budaya mereka aja?

O: Kan mereka tinggal di pedesaan. Kayak Raja Kebo, kalo kita pergi ke

Curug masih dalem lagi.

E: Mereka tinggal di komunitas itu?

O: Ya.komunitas Tionghoa.

E: Jadi maksudnya, mereka terpengaruh gitu kong? Atau gimana sih?

O: Bukannya terpengaruh, karena keturunan orang tuanya. Berapa keturunan

mereka tinggal disana.

E: Terus, tadi yang Bonang, Bonang itu kong. Mereka bukan Cina Benteng

kan?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 7: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: Ya Cina Benteng juga lah.

E: Oh jadi, maksudnya engkong ngomong disini keseluruhan masyarakat

Cina Benteng?

O: Iya. Kan disebut Cina Benteng karena tanggapan orang sekarang kota

Tangerang dan Kabupaten, itu kan sebutnya Cina Benteng kalo orang

Tionghoa nya.

E: Oke, oke. Terus kong, engkong kan pernah cerita sama saya kalo ada

pasangan yang bukan keturunan Cina Benteng tetapi dia memilih untuk

melakukan tradisi Chio Thao itu. Itu apa sih kong alasan mereka kok

memilih tradisi ini dibanding tradisi mereka sendiri?

O: Kamu belum tau sih, ada orang Bule yang pake baju Chio Thao karena

mereka mau melaksanakan tradisi itu.

E: Nah, itu kenapa kong?

O: Mungkin Chio Thao itu unik upacaranya

E: Itu mereka sebelumnya dikasih tau sama engkong tentang Chio Thao ini

atau mereka tiba-tiba datang ke engkong?

O: Mereka cari. Enggak, bukan ke saya.

E: Oh, mereka cari tentang pernikahan Chio Thao ini?

O: Iya. Apalagi pasangan orang bule ini punya baju Chio Thao sendiri. Dia

orang keturunan Cina Benteng.

E: Mereka datang gak ke engkong?

O: Enggak.

E: Oh, tapi engkong kenal?

O: Iya, saya kenal.

E: Kemudian, sudah berapa orang sih yang melaksanakan Chio Thao ini, atau

engkong punya data gak sih tentang siapa saja yang menikah dengan adat

Chio Thao ini?

O: Oh enggak saya enggak punya data. Tapi banyak yang melakukan.

E: Kira-kira berapa persen kong?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 8: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: Ya banyak. Tapi kalo di kota ya enggak begitu banyak. Tapi di pinggiran

kota, seperti daerah Sewan, Kampung Melayu. Tapi adat ini sudah mulai

terkontaminasi sama budaya barat kalo diperkotaan. Tapi kalo di pedesaan

mereka masih totok dengan adat ini, mungkin karena faktor oarang tuanya

lah.

E: Oh gitu, apakah setiap pasangan yang ingin melakukan Chio Thao ini

selalu datang ke engkong untuk meminta bantuan?

O: Ada juga beberapa orang yang meminta bantuan dengan menjelaskan

makna daripada filosofis yang ada di Gantang contohnya.

E: Berarti mereka tau informasi tentang Chio Thao itu dari orang tua mereka

atau dari engkong?

O: Mereka tau dari orang tua mereka dulu, karena kan udah ajarannya dari

orang tua mereka. Baru kalo ada yang nanya ke saya, saya jawab.

E: Oh berarti semua keturunan Cina Benteng sudah mengetahui tradisi itu?

O: Ya sudah tahu, tapi bukan dari saya saja. Mungkin dari keturunannya.

E: Nah berarti peran engkong disini kepada mereka apa?

O: Saya berperan dengan menjelaskan makna yang ada di Gantang itu,

misalnya gunting, sisir, benang wol, pedang gitu.

E: Oh.

O: Itu kan mereka enggak tau

E: Apakah itu yang membuat tertarik mereka?

O: Iya, itu dia. Artinya kan makna-makna itu untuk si pengantin

E: Oke. Terus kong, setiap pasangan yang datang ke engkong itu bentuk

kedekatannya engkong sama mereka seperti apa sih?

O: Kalo sama Ci Cumey yang kemarin saya ajak kamu pergi ke nikahannya

di Gunung Sindur itu, emang deket. Karena dia sering jadi kepanitiaan di

Boen Tek Bio.

E: Terus, ada gak pasangan yang awalnya belum kenal engkong nih, tapi

tiba-tiba dia mencari tahu engkong dan dia tanya perihal tentang Chio

Thao itu?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 9: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: Biasanya begini, kan ada komunitas Buddhis nah saya suka sharing

menjelaskan tentang hal itu. Nah ada yang bilang mau Chio Thao. Oh, oke

saya bantu.

E: Oh ada ya kong ya?

O: Ada.

E: Oh jadi berarti mereka datang langsung ke engkong untuk..

O: Saya datang “jemput bola”. Biasanya saya jemput bola. Saya datang ke

komunitas mereka.

E: Itu setiap kapan kong?

O: Ya enggak tentu lah. Orang kalo kita mau aja.

E: Oh jadi, ada rencananya sendiri ya?

O: Iya.

E: Tahun ini ada program seperti itu kong?

O: Saya masih melaksaakan itu. Jadi kalo ke daerah-daerah saya

melaksanakan itu.

E: Tahun ini ada?

O: Ada.

E: Saya boleh tau enggak kong agenda-agendanya?

O: Jadi begini, kalo misalnya ada temen-temen kayak penceramah Buddhist,

“kong ikut kesana yuk entar engkong nerangin masalah kebudayaan

Tionghoa atau persembayangan atau juga Chio Thao”. Itu semua saya

terangkan, tapi bukan dalam kebaktiannya yaa, tapi diluar kebaktian.

E: Oh, engkong berarti punya program sendiri buat semacam kasih

penjelasan tentang tradisi-tradisi Cina Benteng gitu ya?

O: Iya. Terlebih lagi Chio Thao.

E: Yang mengadakan?

O: Yang mengadakan yang kebaktian itu sendiri.

E: Mereka mengajak engkong begitu?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 10: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: yang mengajak saya si penceramah di kebaktian itu. Seperti, ada teman

saya, dia Romo agama buddhist juga ikut menjelaskan hal tersebut.

E: Itu berapa orang sih kong yang ikut?

O: sekitar 10, 15 orang

E: itu diadakannya di gedung atau dimana kong?

O: Di wihara, biasanya selesai kebaktian. Kan selesainya kita kayak ngobrol-

ngobrol gitu.

E: Itu mereka punya jadwal sendiri dalam mengadakan itu?

O: Itu termasuk dalam jadwal kebaktian. Tetapi dilaksanakannya selesai acara

kebaktian,

E: Acara kayak gitu emang rutin diadakan atau spontan aja gitu

direncanainnya?

O: Kadang spontan kadang juga planning, enggak tentu.

E: engkong punya foto-fotonya gak?

O: Fotonya gak ada, karena kan emang itu sifatnya Cuma diskusi atau cerita-

cerita gitu lah.

E: Oh gitu

O: Iya, saya juga pernah menjelaskan secara khusus tentang makna simbolik

yang ada di gantang itu.

E: Oh gitu. Dalam diskusi itu pada saat membahas mengenai Chio Thao,

yang membuat mereka tertarik tentang tradisi tersebut dalam hal apanya

kong?

O: Mereka tertarik dengan baju Chio Thao, karena mungkin bajunya yang

unik. Tapi yang terpenting makna simbolik dari setiap prosesi yang ada di

dalam Chio Thao tersebut. Itu yang menarik mereka.

E: Gantang itu boleh disebutin gak kong makna-maknanya apa aja?

O: Misalnya sisir, jadi kalo segala sesuatu misanya suami istri saling

bertengjar harus diberesin kan, gunting- suami istri itu harus ada

kerjasama. Penggaris- kita sebagai suami istri harus tau batas. Kompas-

menentukan arah tujuan kita apa, memelihara rumah tangga yang baik atau

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 11: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

apa. Kayak buku- untuk ilmu pengetahuan, kaca- sebagai bahan untuk

introspeksi, kita bercermin dulu nih, kita salah apa bener dalam bertindak,

benang kosek itu melambangkan kita mesti punya cinta kasih, mesti tau

kewajiban, mesti ngerti susila dalam menerapkan di kehidupan kita sehari-

hari. Nah, makna-makna itu mengandung nilai filosofis sekali.

E: Oh, banyak sekali ya kong maknanya. Terus, balik lagi nih, setelah anak-

anak muda yang mendengarkan penjelasan engkong tadi tentang tradisi

Cina Benteng itu, ada gak sih yang langsung ketemu engkong pada saat itu

juga kayak “saya mau kawin”?

O: Ada. Ada anak romo (penceramah Buddhist) di Bonang sana, kawinnya

pake adat Chio Thao.

E: Pada saat itu juga dia minta?

O: Iya, hahaha.

E: oh gitu, itu pas kapan kong?

O: Udah lama juga, 2 3 tahun yang lalu lah.

E: Mereka yang datang ke engkong nih misalnya ingin melakukan

pernikahan Chio Thao, engkong bantu dong. Nah bentuk bantuan engkong

itu berarti hanya sebatas menjelaskan makna aja atau ada bentuk bantuan

lain?

O: Saya hanya menjelaskan makna aja. Balik lagi, nah itu harus

dipertahankan karna makna itu yaa filosofis sekali.

E: Berarti sebelumnya mereka gak ngerti apa –apa dong ya?

O: Jadi gini, saya kan dateng ke tempat kebaktian tadi tuh. Nah kita kumpul

di meja lah, nah mereka-mereka tuh kan gak begitu ngerti masalah meja

persembayangan. Nah saya jelasin dah tuh maknanya apa aja. Terus

mereka tanya tentang Chio Thao, ya saya jelaskan.

E: Maav kong, pertanyaan ini agak privasi sifatnya. Cuma saya sekedar ingin

tahu saja. Pada saat mereka minta bantuan engkong, adakah ucapan terima

kasih yang diberikan mereka untuk engkong?

O: Ada yang kasih ada yang enggak. Kita kan tidak mengharapkan, yang

penting buat saya intinya adalah bagaimanapu budaya ini harus tetap

bertahan.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 12: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Tapi ada pasangan yang kasih bentuk ucapan terima kasih seperti itu?

O: Ya, ada yang ngasih ada yang kagak. Saya mah gk masalahin hal itu.

Kayak mahasiswa sendiri kan yang datang sama saya, saya enggak

mengharapkan apa-apa kok. Yang penting kan saya berbuat baik sama

orang lain. Ya, sesuai dengan agama saya, berbuat kebajikan Tuhan yang

berkenan. Itu aja.

E: Engkong menjabat sebagai humas disini berapa tahun sih kong?

O: Ya, sekitar lebih dari 15 tahunan lah.

E: Sampe kapan tuh kong? Hahahaha

O: Ya sampe ada yang bisa gantiin saya. Hahaha

E: Kong, engkong ada foto-fotonya kagak pas kasih penjelasan ke mereka?

O: Kagak pake foto begituan mah. Yaa, saat itu saya jelasin makna-makna

semacam gantang, sisir, dan lainnya.

E: O, berarti engkong menarik perhatian mereka tentang penjelasan makna-

makna itu ya?

O: Iya. Saya coba buat mereka penasaran ama makna-makna simbol-simbol

yang ada di Chio Thao. Dan mereka lumayan penasaran. Mancing dulu

ibaratnya.

E: Jadi mereka tertariknya karena itu atau..?

O: Ya, satu karena pakaiannya unik kan. Terus juga tentang makna-makna

gantang itu.

E: Terus kong, ada yang kelupaan. Pada saat engkong kasih penjelasan seusai

kebaktian itu, yang datang kebanyakan para generasi muda atau..?

O: Muda, yang pada belum kawin kebanyakan. Itulah yang saya mau

E: Kenapa Kong?

O: Ya, dengan harapan biar tradisi ini tuh bisa mereka kasih tau ke anak-

cucunya. Biar kagak ilang nih Chio Thao.

E: Itu mereka yang kasih tau siapa kong bahwa bakal ada yang mau jelasin

masalah Chio Thao ini gitu?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 13: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: Kita mah dateng ngedadak aja kesana. Misalnya nih saya diajak

penceramah ikut kebaktian. Nah selesai kebaktian, penceramah itu bilang

selesai kebaktian bakal ada diskusi gitu, yaa semacam kongko-kongko

tentang kebudayaan Tionghoa, Chio Thao.

E: Oh jadi bisa dikatakan, mereka saat itu sedang mengikuti kebaktian dan

saat itu pula ada moment bahwa akan ada diskusi tentang hal itu ya kong?

O: Iya, ya kadang-kadang kan banyak juga masalah-masalah lain yang

diomongin, misalnya Ceng Beng, Pe cun. Saya jelasin semua itu. Mereka

tertarik masalah itu, kadang-kadang bisa sampe jam 1, jam 2. Lama kalo

ngomong begituan.

E: Mau tanya lagi kong, tadi kan ada yang datang ke engkong dia anak

keturunan Cina Benteng dan nikah dengan bule. Nah, ada gak pasangan

yang keduanya bukan keturunan Cina Benteng tapi dia mau melaksanakan

Chio Thao itu?

O: Contoh kayak kemarin, si Cumey, lakinya kan bukan Cina Benteng. Tapi

dia mau ngelaksanain Chio Thao.

E: Tapi kan Ci Cumey Cina Benteng.

O: Ya kan lakinya Bangka

E: Nah, cara engkong mempersuasif suaminya ci cumey gimana?

O: Ya memang kan karena mamanya si Cumey kan pake Chio Thao dan

sampe kokonya si Cumey juga ngelaksanain Chio Thao. Jadi, mau kagak

mau kan ke anak juga. Dan juga, Chio Thao ini kan hanya satu kali dalam

seumur hidup. Jadi, kalo misalkan saya kawin sama kamu terus pake Chio

Thao. Terus saya pisah sama kamu, nah kamu kawin ama perjaka lagi, nah

dia Chio Thao tapi kamu kagak karena kamu udah Chio Thao. Chio Thao

hanya sekali dalam seumur hidup. Nah ini yang unik kan dan ini menarik.

E: Hem, itu kan kalo salah satu pasangannya merupakan keturunan Cina

Benteng, tapi ada gak misalkan nih saya nikah sama orang lain dan kita

bukan Cina Benteng, tapi kita sengaja mau melaksanakan Chio Thao itu?

O: Bisa aja.

E: Ada tapi?

O: Ada, makanya orang Chio Thao ini bukan milih orang Tangerang saja.

Tapi semua juga bisa melakukannya.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 14: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Gimana sih cara komunikasi engkong kasih penjelasan itu?

O: Jadi, tadi saya udah jelasin lagi, saya tuh dateng ke mereka melalui temen

saya yang jadi penceramah. Penceramah ini sesudah kebaktian kelar, dia

bilang :nih ada si engkong nih mau jelasin tentang budaya nah ntar kita

ngumpul ya”. Nah baru dah mereka kumpul. Begitu. Abis itu saya

menerangkan.

E: Terus ngomongnya pake bahasa formal atau kayak begini nih kong?

O: Ya kayak begini aja nih. Kayak ngobrol biasa aja. Kagak ada formalitas,

orang bukan seminar bukan apa kok. Dan mereka nyaman dengan seperti

itu.

E: Pertanyaan-pertanyaan apa sih kong yang sering diajuin ke engkong pada

saat itu?

O: Ya biasanya, alasan kok bisa begini, kok bisa begitu. Ya kita jelasin aja

apa yang dia mau tanya. Dan mereka antusias. Mereka tertarik karena

bajunya dan kedua memang sudah tradisi dari keturunannya. Dan yang

paling penting Chio Thao dilaksanakan sekali. Nah baju Chio Thao dipake

2 kali, yaitu pada saat dia menikah dan pada saat meninggal. Dia pake tuh

baju dalamnya. Baju dalamnya warna putih.

E: Oke. Nah kong, pada saat engkong menjelaskan tentang kebudayaan Cina

Benteng dan juga Chio Thao kan. Nah dari sekian banyak kebudayaan

yang engkong jelasin, engkong lebih menonjolkan penjelasan mengenai

Chio Thao ini tentang adapanya kong?

O: Jadi begini, mereka kan menikah secara agamis menurut agamanya

masing-masing nah kita jelasin makna dalam gantangnya itu. Jadi saya

lebih menekankan penjelasan secara agamisnya dan makna-makna

filosofis dari barang-barang macam gantang itu.

E: Tipa tahun ya kong ngadainnya?

O: Iya, tiap tahun. Tapi ini belum ada sih acaranya. Saya banyak kerabat

romo juga yang sering ngobrol sama saya dan suka ngundang saya. Tapi

saya gak mau ceramah. Karena saya kan agamanya beda ama mereka.

Saya Konghucu, mereka Buddha.

E: Si penceramah ini, kenalan engkong udah lama atau..?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 15: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

O: Dikenalin sama orang lah, bahwa saya tuh ngerti tentang budaya

Tionghoa. Padahal saya kagak sekolah. Hahaha.

E: Nah itu tuh kong, kok orang pada percaya sih sama engkong padahal

tingka pendidikan engkong aja gk begitu tinggi?

O: Ya kagak tau. Hahaha... tanya mereka dah coba. Yaa yang penting kitanya

mau belajar.

E: Engkong kesehariannya bekerja disini?

O: Kagak kerja, saya volunteer.

E: Oke kong, gitu aja yang pingin saya tahu.

O: Oh iya, saya ada cerita. Jadi, saya punya teman namanya Prof. Yenni

Thamrin. Dia dosen Mandarin.

E: Itu dia temen lama kong?

O: Iya, kenalnya disini. Nah, dia mau kawinin anaknya. Dia bilang “saya mau

pake Chio Thao”.

E: Dia bukan Cina Benteng?

O: Bukan, Tapi Cina totok lah. Dia kan katolik ya, nah kan pemberkatannay

pasti di gereja kan tapi dia melaksanakan Chio Thao.

E: Itu gak apa-apa ya kong kalo selain agama Buddha atau Konghucu

melaksanakan Chio Thao.

O: Ya enggak apa-apa lah. Kan dia pemberkatannya di Gereja, nah Chio Thao

itu kan adatnya. Cuma pake baju kerajaan sama prosesi nyisir rambut itu.

E: Dan anaknya mau itu?

O: Mau.

E: Itu awalnya anaknya gk mau atau setalh ibunya ajak baru mau kong?

O: Anaknya mau, karena dari sebelumnya kita udah kasih gambaran dulu

tentang Chio

E: Oh gitu. Oke deh kong, itu aja yang mau ogut tanya. makasih banget ya

kong.

O: Iya, sama-sama.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 16: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

B. Wawancara dengan salah satu Aktivis Kelompok Cina Benteng yang

sering mengikuti diskusi dengan Engkong Oey Tjin Eng dan memutuskan

untuk melaksanakan Chio Thao.

Narasumber : Hendra (Ko Achonk)

Lokasi : Rumah Narasumber (Jl. Rhm Noeradji Gang Citiis No. 25 RT

01/01, Tangerang-Banten

Hari Tanggal : Sabtu, 21 Desember 2013

Waktu : 17.45- 19.27 WIB

A: Ko Achonk

E: Elvinta Kusumo

E: Sori ya ko ganggu waktunya bentar. Kita mulai ya ko.

A: Iya gak apa-apa. Langsung nih? Direkam? Mana pake baju kayak begini

lagi?

E: Jiah, kagak apa-apa ko. Santai aja ko. Boleh mulai ya ko?

A: Iya.

E: Ko, menurut koko kenapa sih tradisi kebudayaan Cina Benteng itu wajib

dipertahankan?

A: Kebudayaan Cina Benteng memang harus wajib dipertahankan karena

selain daripada itu merupakan peninggalan leluhur dan merupakan suatu

kewajiban kita juga kan sebagai generasi penerus untuk menjaganya, kan

begitu. Itu prinsip utamanya. Yang keduanya, tradisi kebudayaan Chio

Thao itu mengandung nilai filosofis yang sangat dalam, yang sangat tinggi

maknanya. Boleh dikatakan maknanya sangat luhur buat kita-kita ini, gitu

kan. Saya rasa itu wajib untuk kita jalankan.

E: Oke, terus apa sih keunikan Cina Benteng dibandingkan Cina Tionghoa

lainnya ko?

A: Cina Benteng itu keunikannya sudah terjadi suatu akulturasi budaya. Nah,

antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal. Itu keunikannya. Jadi kalo

menemukan kebudayaan Cina Benteng itu tidak ditemukan di negeri

Tiongkok itu sendiri.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 17: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Oh, jadi hanya ada disini berarti ya ko?

A: Iya, karena tradisi itu sudah menjadi suatu budaya yang terakulturasi. Apa

ya istilahnya, em sudah mencampur, sudah terjadi pencampuran dua

tradisi yang berbeda dari negeri Tiongkok yang dibawa oleh leluhur kita

kemudian mencampur baur dengan tradisi yang ada di lokal sini atau local

wisdomnya sudah berbaur. Itu keunikannya.

E: Berarti bisa dikaitakan koko merupakan salah satu orang yang wajib

mempertahankan budaya ini dong ya?

A: Saya rasa saya salah satunya

E: Baik, menurut koko nih saat ini kebudayaan Cina Benteng dari awal

munculnya sampai saat ini sudah memudar atau mengalami perkembangan

seperti apa sih ko?

A: Kalo kita berbicara kebudayaan Cina Benteng itu kita harus lihat case per

case sebetulnya atau satu budaya, satu budaya karna kan budayanya

banyak sekali. Budaya Cina Benteng itu banyak ya, seperi misalnya

budaya Chio Thao, tradisi budaya kematian, atau tradisi budaya Tang Ce

atau Onde, tradisi budaya Ceng Beng misalnya juga. Nah banyak jenisnya

gitu. Kalo kita bicara secara general. Apakah sekarang ini kebudayaan

Cina Benteng itu sudah memudar? Saya berani mengatakan hampir

memudar, yang dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Mungkin misalnya

faktornya adalah satu, saya berani mengkalim bahwa salah satu faktor

yang menyebabkan tradisi budaya Cina Benteng itu memudar adalah

karena agama. Agama salah satu kontibutor bergesernya nilai-nilai tradisi

budaya Cina Benteng. Yang kedua adalah, perkembangan suatu daerah.

Semakin banyaknya perkembangan suatu daerah itu, menjadi banyak

sekali buday-budaya asing yang masuk dan mempengaruhi. Nah kedua

faktor ini. Kalo kita jabarin lagi jadi panjang. Mungkin kalo ditanya,

kenapa sih agama itu salah satu kontributor pergeseran nilai-nilai budaya

yang ada di Tangerang, terutama bagi masyarakat Cina Benteng? Orang

Cina Benteng itu kan terdiri dari berbagai macam agama. Ada yang

Kristen, Buddha, Hindu, Hindu mungkin udah jarang ya, Katolik, Islam,

Konghucu. Kalo orang Cina Benteng yang beragama Konghucu tentu

tradisi budaya Cina Bentengnya masih kuat. Kalo orang Cina Benteng

yang beragam Buddha, masih lumayan lah, masih pegang, masih cukup

kuat. Kalo orang Cina Benteng yang sudah beragama Katolik, sedikit duah

mulai memudar. Kalo dia beragama Kristen, hampir hilang. Kalo yang

beragama Islam, ya hilang.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 18: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Karena mungkin dari ajaran-ajaran agamanya gitu ya ko, yang mungkin

sedikit membatasi beberapa prosesi yang mungkin tidak sesuai dengan

ajarannya kali ya ko?

A: Iya, betul. Misalnya contoh sederhana deh ya, ada satu agama yang tidak

memperbolehkan umatnya itu megang Hio atau dupa. Ya, itu kan doktrin

agamanya gitu kan. Mereka mungkin belum sadar atau mereka tidak sadar

bahwa Hio (dupa) atau misal ada tradisi budaya Cina Benteng itu adalah

kebudayaan bukan bersikap agamis, gitu. Itu yang nggak dipahami oleh

mereka yang menolak atau menentang itu. Harusnya saran saya adalah

pelajari dulu tradisi budaya Cina Benteng ini apaan, agama atau tradisi.

Mereka menganggap bahwa ini seolah-olah adalah agama, gitu. Padahal

kalo saya, berani menyatakan bahwa adat tradisi budaya Cina Benteng itu

adalah that is a tradition not a religion. Bukan keagamaan. Begitu, menurut

saya.

E: Terus ko, koko mengenal kebudayaan Cian Benteng ini selain orang tua,

siapa sih yang memberikan semacam pengajaran atau pendekatan tentang

kebudayaan Cina Benteng?

A: Kalo pengajaran secara formil tentu tidak, karena memang tidak ada yang

namanya kebudayaan Cina Benteng ini diajarkan dalam lembaga-lembaga

formil, itu tidak ada. Tetapi, kalo dalam konteks pergaulan, karena saya

seneng dengan kebudayaan-kebudayaan Cina Benteng maka biasanya saya

mencari tahu. Mencari tahu kemana? Tentunya, satu adalah jelas buku.

Dua adalah internet. Yang ketiga yang sudah pasti adalah kepada lorang-

orang yang kita anggap mengerti dan memahami mengenai sejarah budaya

tradisi Cina Benteng. Contohnya seperti Engkong Tjin Eng. Kenapa

engkong Tjin Eng? Karena satu, selain dia sebagai sesepuhnya di

Tangerang.

E: Kenapa sih disebut sesepuh ko?

A: Karena, satu udah tua pastinya. Keduanya, beliau ini punya banyak

literature tentang sejarah, budaya dalam bentuk buku-buku. Mungkin juga,

folklor, kayak gaya omongan-omongan dari orang-orang sebelumnya atau

leluhur-leluhurnya si engkong itu sendiri. Selain daripada engkong Tjin

Eng saya juga boleh dikatakan berguru sama David Kwa. Beliau juga

sama seperti kong Tjin Eng, pemerhati budaya peranakan Tionghoa di

Indonesia. Begitu. Saya juga banyak belajar sama beliau, disamping buku-

buku yang saya pelajari.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 19: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Berarti menurut koko penting, orang-orang seperti David Kwa atau kong

TjinEng memiliki peran yang kuat di komunitas etnis Cina Benteng ini?

A: Harusnya penting. Dan bahkan sangat penting orang-orang seperti itu. Dan

perlu dicetak banyak orang-orang seperti kong Tjin Eng ataupun David

Kwa untuk menjaga kebudayaan Cina Benteng itu agar tetap lestari sampai

kapanpun. Karena itu adalah sebuah heritage atau pusaka bagi kita

masyarakat keturunan Cina Benteng yang ada di Tangerang.

E: Jadi tertarik dong ko mengikuti jejak mereka nih? Hehehe

A: Kalo saya kan secara pribadi kan udah ada profesi sendiri ya. Ya, kalo

untuk berprofesi sebagai seorang sejarahwan mungkin nggak kali. Karena

bukan minatnya. Tapi kalo toh ada yang memang ingin menanyakan

tentang sejarah budaya tradisi Cina Benteng ya, saya welcome-welcome

saja, sejauh saya memahami dan saya mengerti, saya siap. Memang,

banyak beberapa orang seperti kalangan mahasiswa, dosen, peneliti,

wartawan itu kesini juga gitu untuk menanyakan tentang hal ini. Buat saya

nggak masalah, tapi itu bukan profesi. Jadi, boleh dikatakan mungkin saya

ini penggiat kebudayaan Cina Benteng.

E: Seberapa deket sih koko sama engkong?

A: Deket ya, dulu sih sebelum married. Saya sama engkong Tjin Eng mah

dulu tukang begadang bareng.

E: Widih, dimana tuh ko seringnya?

A: Kadang dirumah saya, kadang-kadang saya ke tempat engkong, kadang-

kadang di Klenteng, kadang-kadang di warung-warung. Saya sih hapal

banget sama si engkong.

E: Itu koko sendiri atau ada komunitas anak muda gitu sih ko?

A: Ada, ada komunitasnya gitu. Ada beberapa, bukan cuma saya. Saya ini

kan backgroundnya kan aktivis organisasi. Jadi kadang-kadang kan saya

suka bawa rombongan-rombongan kecil, temen saya, eh lu mau tau

tentang kebudayaan Cina Benteng gak? Ayo kita nongkrong yuk, noh ada

orangnya noh. Siapa? Engkong Tjin Eng. Ayo kita kumpul. Nah ya udah

kumpul ngobrol-ngobrol bareng kong Tjin Eng tuh. Dia sebagai

narasumbernya gitu. Jadi, semacam diskusi nonformal lah ibaratnya. Nah,

diskusi-diskusi semacam ini sering banget terjadi sama kong Tjin Eng,

malahan kadang-kadang kagak inget waktu, bisa sampe pagi. Karena kalo

kita membahas tentang kebudayaan Cina Benteng itu, satu gak ada

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 20: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

habisnya, kedua, menarik. Kenapa itu menarik? Karena kebutalan yang

saya bawa termasuk saya adalah orang Cina Benteng asli. Yang

notabennya kan ibarat kata mereka juga banyak yang gak tau.

E: Oh, mereka banyak yang gak tau ko?

A: Banyak juga gak tau. Jadi interesting nya muncul karena mungkin

kedekatan secara emosional, karena dia sendiri orang Cina Benteng. Nah

mungkin mereka merasa karena Cina Benteng dan mereka belum tau

banyak tentang kebudayaannya itu, jadi ketika ada sosok yang bisa

menjelaskan mengenai tradisi kebudayaan Cina Benteng itu tentu

antusiasmenya muncul, minatnya muncul, interest-nya muncul. Jadi

kadang-kadang kagak inget waktu dah. Bahkan, gak jarang saya, kong Tji

Eng sama temen-temen itu mengadakan sebuah event-event yang berbau

Cina Benteng, misalnya dulu tahun 2006 kalo gak salah atau 2007an gitu

ya, kita pernah ngadain konser Gambang Kromong, itu satu. Terus kedua,

kita pernah ngadain seminar sejarah Cina Benteng. Ketiga, kita membawa

all about Cina Benteng ke mall, namanya Cina Benteng Goes to Mall.

Kayak lomba ngibing lah, lomba cokek lah, lomba nyanyi Gambang

Kromong nya lah, kulinernya lah. Semua. Chio Thao juga salah satu yang

kita bawa ke mall. Engkong Tjin Eng berperan juga disitu.

E: Perannya apa tuh ko?

A: Pastinya sebagai penasihat. Dalam artian, ini nih salah nih. Atau ini udah

bener nih.

E: Oh, maksunya tata caranya ?

A: Iya, betul. Jadi kita sering. Karna takutnya kita salah. Nah, supaya kita

nggak salah jadi, kong gimana nih udah bener belum kong kayak begini?

“Oke”. Kalo engkong bilang jangan, nah kita kan kadang-kadang kritis

kan, lah kenapa jangan. Nah engkong coba jelasin, karena begini, begini.

Oh, oke. Sepakat. Gitu.

E: Dalam diskusi koko bareng temen-temen sama engkong juga, mungkin

membahas mengenai kebudayaan Tionghoa nih ya, tapi apa sih yang

paling banyak didiskusiin sebenernya?

A: Oh Banyak ya. Variabelnya banyak kalo kita bicara sama engkong itu.

Pertama, kita mulai bicara dari sejarah. Nanti kadang kita ngobrol lagi

tentang kuliner kalo nggak budaya. Dan budaya itu juga variabelnya

banyak ya, ada tradisi kematian lah, ada kebudayaan lainnya. Termasuk

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 21: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

Chio Thao. Ya kita, diskusiin aja tentang Chio Thao. Nanya aja gitu,

kayak Chiuo Thao itu apa sih kong maksudnya? Terus dia jelasin, oh Chio

Thao tuh begini, begini. Filosofisnya begini. Makna di setiap barang yang

dipakai saat Chio Thao tuh juga dijelasin. Dan itu menarik buat diketahui

bagi saya.

E: Lebih menariknya karena tertarik dengan makna Chio Thao itu atau

memang sudah dari awal memiliki niat untuk mengikuti Chio Thao ini dari

awal gitu?

A: Sebagian dari temen-temen saya sih menarik karena memang mereka

sering kebudayaan Chio Thao itu ada di dalam keseharian mereka.

Saudaranya nikah lah pake Chio Thao. Kakaknya nikah pake Chio Thao

juga. Tapi sebetulnya mereka tidak paham Chio Thao itu apa gitu loh.

Setelah kita diskusi mereka baru ngeh, oh Chio Thao tuh begini. Nah tidak

sedikit dari apa yang sudah mereka ngeh begitu, muncul minat dan interest

mereka dan juga muncul keinginan mereka, ah ya udahlah gue orang Cina

Benteng mau dong gue juga Chio Thao, misalnya kayak begitu. Banyak

juga terpengaruh dari cara begitu.

E: Koko sendiri mungkin udah niat kali ya?

A: Kalo saya kan basicnya ikut Chio Thao itu bukan hanya sekedar melalui

diskusi-diskusi ya. Memang sudah lama sekali. Setelah saya mulai belajar

tentang kebudayaan Cina Benteng, mulailah saya interest dan saya udah

mulai niatin gitu dari awal. Kalo married harus pake prosesi Chio Thao

gitu. Malu juga, kalo kita sering diskusi-diskusi tentang Cina Benteng tapi

kok bita gak makein, kan gitu kan. Beruntung dan bersyukur saya juga

punya calon istri juga tidak menolak atau menentang, karena kebetulan

dari komunitas yang sama juga, Cina Benteng juga.

E: Baik, terus ko, engkong pernah mengakui kalo dirinya tidak mengenyam

pendidikan yang tinggi. Nah, muncul pertanyaan yang membuat aku

penasaran gitu ko, kok si engkong pendidikannya gk tinggi, tapi kok

membuat orang banyak percaya ya ama dia. Apa sih yang sebenernya

membuat koko dan teman-teman percaya ama engkong?

A: Yak, kalo ditanya kenapa sih kok Achonk itu tertarik dengan engkong

yang sosoknya tidak memiliki pendidikan yang formil gitu. Nah alasan

saya sederhana saja, saya melihat sosok engkong itu adalah walau dia

bukan seorang akademisi, tetapi dia adalah seorang praktisi dan pelaku.

Kenapa saya katakan dia pelaku? Karena, satu, umurnya udah tua dan

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 22: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

telah melewati beberapa periode zaman. Dan kebetulan dia juga punya

minat di bidang itu. Tipe engkong itu kan walaupun dia tidak memiliki

pendidikan formal tetapi yang penting dia punya minat dan interest disitu.

Karena dia punya minat dan interest disitu, maka dia punya banyak

literature, dan dia yang saya tau hobbinya juga baca. Dan bacaan dia

cukup banyak juga dan saya juga sudah cek itu gitu. Kalo David Kwa

lebih gila lagi dia punya literature itu. Kalo engkong mungkin local

wisdom (kebudayaan lokal Cina Benteng), tapi kalo David Kwa itu

mungkin secara general , kayak peranakan Tionghoa di Indonesia bukan

hanya Cina Benteng, tapi juga Cina Jawa, Cina Medan, Cina Singkawang,

dll. Jadi kayak gitu.

E: Oh, oke. Kemudian, pada saat koko memutuskan untyuk Chio Thao gitu

ya ada nggak sih peran engkong disitu. Mungkin engkong kayak kasih

masukan ke koko atau nggak, atau seperti apa?

A: Secara spesifik sih enggak ya. Tapi, pas ketika sedang diskusi-diskusi kan

sering ngobrol. Jadi saya rasa enggak perlu lagi saya harus minta nasihat

lagi, gitu. Toh secara rutin kita melakukan diskusi, disitu ketarik gitu ya.

Jadi, enggak perlu secara spesifik lagi saya tanya ke engkong, karena kikta

sudah diskusi panjang lebar banget. Sebelum kita mau Chio Thao aja, kita

kan udah sering diskusi. Jadi saya rasa itu udah cukup menangkap. Tapi

waktu saya Chio Thao, ya engkong kesini bawa wartawan juga pas itu.

E: Oke, kalo pas diskusi itu pernah enggak sih temen-temen koko awalnya

ada yang bingung nih mau pake Chio Thao apa enggak gitu kan. Ada

enggak sih ajakan engkong dari diskusi ini gitu?

A: Saya rasa dari sekian banyak diskusi yang kita lakuin sama engkong itu,

kita tidak harus ada sebuah ajakan dalam bentuk apapun untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang bersifat tradisi kebudayaan Cina Benteng buat kita.

Tetapi, dari diskusi-diskusi itu melahirkan interest secara sendirinya. Jadi

gak perlu ada sebuah kalimat ajakan gitu. Dari setiap diskusi itu aja udah

memunculkan interest sendiri secara otomatis, terutama adalah bagi anak-

anak muda yang kebetulan orang Cina Benteng juga gitu. Jadi gak harus

ada kalimat ngajak gitu.

E: Oke deh ko, menarik banget nih wawancara yang dilakukan hari ini.

Banyak info baru yang aku dapat soalnya. Makasih ya ko.

A: Bagus deh kalo banyak. Iya, sama-sama. Semoga sukses ya skripsinya.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 23: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

C. Wawancara dengan salah satu generasi muda peranakan Cina Benteng

yang sering mengikuti diskusi dengan Engkong Oey Tjin Eng, tetapi tidak

melaksanakan Chio Thao

Narasumber : Ko Wandi Sukandi

Lokasi : Klenteng Boen Tek Bio (Jl. Bhakti No. 14, Pasar Lama)

Hari/ Tanggal : Kamis, 26 Desember 2013

Pukul : 21.10- 22.16 WIB

W: Ko Wandi

E: Elvinta Kusumo

E: Malam ko. Maav nih mengganggu koko kayaknya. Hehehe.

W: Enggak apa-apa, santai aja Ta.

E: Oke, bisa kita mulai ya ko?

W: Oke. Ini

E: Kamera buat rekaman wawancara ko.

W: Waduh, mana lagi perawatan lagi nih abis married. Hahaha. Keliatan

merah-merah. Hahaha

E: Enggak apa-apa ko. Santai aja. Hehehe. Oke, nih ko. Menurut koko secara

pribadi, tradisi Cina Benteng itu gambarannya seperti apa sih ko? Lebih

kepada kebudayaannya atau tradisinya gitu ko.

W: Kalo koko sendiri sih, kebetulan ya dari keluarga-keluarga tuh sebenernya

masih ya kalo orang Benteng bilang masih makein lah. Masih totok lah

ibaratnya. Tradisi budaya itu masih dijalanin baik dari papa, mama sampai

ke papa mama juga masih ngejalanin, khususnya apalagi kalo kayak Chio

Thao atau lainnya. Hampir semua tuh satu keluarga melaksanakan. Apa ya

istilahnya, gini deh orang kalo married harus Chio Thao gitu.

Pengertiannya tuh masih kayak gitu. Dan kebetulan, emang koko juga

orang yang apa ya maksudnya, tau dan pernah ngeliat tradisi budaya kayak

gitu. Contohnya aja, waktu adik papa lagi married, kebetulan koko juga

dampingin dia Chio Thao. Kan kalo Chio Thao ada orang jadi Sek Cek

(sebutan pendamping mempelai pria saat menyantap 12 makanan di

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 24: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

mangkuk), nah koko juga sering jadi kayak gitu, ngedampingin. Ya, jadi

sebenernya udah familiar banget. Cuma sayangnya tuh kemarin, waktu pas

mau married, sebenernya dari awal udah rencana mau Chio Thao. Apalagi

kan, koko suka sama engkong Tjin Eng bareng juga ama ko Achonk kita

suka bikin acara bareng atau kegiatan tuh yang bersinggungan de ngan

tradisi budaya. Ya, tujuannya biar yang muda-muda ini tau gitu. Karena

kan, mesti harus tau dulu baru respect, baru tertarik. Kalo enggak tau,

gimana bisa tertarik. Kadang, kebanyakan bukannya enggak tertarik ya,

banyak tuh kalo dari temen-temen tuh lebih enggak tau.

E: Enggak tau, maksudnya?

W: Enggak tau. Oh, apa sih Chio Thao, bahkan enggak tau Chio Thao itu apa.

Bahkan mungkin kalo temen-temen yang udah di kota, kan koko kuliah di

Untar, pokoknya daerah-daerah sana, hampir dari temen-temen tuh udah

enggak melaksanakan itu. Dan mungkin juga, mereka ngeliat pun belum

pernah.

E: Saya juga belum pernah, kemarin aja tuh diajak engkong buat ngeliat

langsung prosesinya.

W: Iya, makanya sekarang tuh mulai hilangnya tuh karena orang-orang tuh

khususnya ya generasi-generasi muda peranakan angkatan koko ke bawah

tuh enggak tau dan enggak pernah liat. Jadi kan, gimana mau

melaksanakan kalo emang kita enggak tau, gitu. Permasalahannya sih

menurut koko disitu.

E: Jadi, menurut koko wajib gak sih kebudayaan kayak gini tuh dipertahanin

sama generasi saat ini?

W: Yaa, kalo menurut koko sih bukan wajib ya, tapi perlu. Kalo koko anggap

nih ya. Karena, ternyata kan kalo kita liat itu, ya selain unik, selain

mempertahankan atau melestarikan tradisi budaya juga dibalik itu ternyata

banyak makna yang oh kalo kita tau lebih dalam tuh ternyata bukan

sebatas oh kok ini kenapa dibuat kayak gini tuh bukan tanpa makna, tapi

ternyata semuanya ini ada maknanya.

E: Dan uniknya kebudayaan Cina Benteng khususnya Chio Thao ini

dibanding kebudayaan Tionghoa lainnya apa sih ko?

W: Nah, kalo yang lain sih, kebetulan koko kurang tahu ya. Tapi ya kalo

budaya Benteng tau ya karena sudah terbiasa ngeliat itu. Uniknya tuh,

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 25: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

sampe saat ini masih dipertahanin kebudayaan kayak begini gitu. Walau

udah terjadi percampuran gitu.

E: Oh, gitu.

W: Contohnya aja nih, waktu itu kayak kita ama temen-temen ngadain acara

kayak di Klenteng kebetulan pas ulang tahunnya Klenteng itu. Kadang-

kadang tuh, kita bikin acara semacam seminar gitu, terkait dengan tradisi

budaya atau kita adain pameran foto tentang budaya Cina Benteng,

khususnya pernikahan Chio Thao ini. Nah, begitu beberapa temen-temen

belum begitu mengenal tradisi semacam ini kan. Nah, pas mereka melihat

terus tau dan dari tau pada akhirnya jadi tertarik. Nah dari tertarik itu

akhirnya mau melakukan, maksudnya mau menjalankan tradisi itu.

Contohnya, koko punya temen deket namanya di Febi. Nah kita kan dulu

sempet ngadain acara di Klenteng Boen San Bio, Serpong. Nah disitu kita

adain acara seperti kebudayaan Chio Thao dalam bentuk pameran foto

gitu. Dan pas dia liat, oh unik ya. Kayak pake kembang goyang, baju

kaisar-kaisar jaman dulu dan akhirnya dia mau Chio Thao pas itu. Terus

aku langsung bantu dia kasih kontak engkong

E: Itu rame ya ko acaranya?

W: Iya rame. Dan dari situ temen-temen yang enggak tau, jadi tau ada tradisi

itu. Dan malah mungkin mulai berpikir ah nanti kalo gue married mau deh

kayaknya pake Chio Thao.

E: Ide konsep acara seperti itu emang udah dijadwalin atau memang muncul

secara spontan ko?

W: Enggak sih, itu spontan aja. Gak di-planning dan enggak berpikir arahnya

kemana. Pikir, ah ya udah deh kita angkat budaya Tionghoa yuk macam

Chio Thao, foto tradisi-tradisi kayak makan onde. Macam-macam lah.

E: Oh, itu koko bentuk kepanitiaan dong ya?

W: Iya, kayak bareng sama Engkong Tjin Eng, sama ko Achonk. Rame

bareng temen-temen wihara aja gitu. Nah kalo si engkong jadi konsultan

kita disitu.

E: Oh gitu, maksudnya konsultan gimana nih ko?

W: Ya contohnya, kita kalo mau bikin acara mau nampilin pameran foto

tentang Chio Thao atau apa lah. Nah kalo di foto kan ada kayak tulisannya

tuh dibawahnya.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 26: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Semacam caption gitu ya ko?

W: Iya. Nah itu biasanya kan kit suka tanya ke engkong Tjin Eng. Kong, ini

apa ya? Ya intinya mah, biar kita enggak salah. Jadi kalo kita udah bikin

apa gitu ya, kita selalu konsultasiin. Kalo udah oke dari dia, baru deh kita

pasang. Karena kan kita juga nantinya enggak mau memberikan

pengertian yang salah dan kebetulan narasumber kita yang paling deket ya

kong Tjin Eng. Yang sering diajak begadang. Hehehe

E: Terus ko, menurut koko tradisi Cina Benteng ini sudah mulai memudar

apa belum sih?

W: Udah, memudar banget. Kayak Chio Thao ini aja, beberapa banyak yang

enggak melakukan juga. Penyebabnya karena enggak tau. Jadi, gimana

caranya orang-orang mulai mau melaksanakan lagi tradisi budayanya,

pertamanya tuh harus dari tahu dulu. Kan dari tau dulu baru tertarik. Dari

tertarik baru melaksanakan

E: Menurut koko upaya-upaya aja sih supaya mereka tau gitu?

W: Ya, kalo itu kayaknya perlu orang-orang yang memiliki niat atau

keinginan buat mempertahankan tradisi ini dari mulai sejarahnya. Kayak

salah satunya kong Tjin Eng aja gitu. Jadi diperlukan peran-peran seperti

itu. Jadi membuat generasi-generasi dibawah kokonya jadi mengenal

budaya mereka.

E: Peran seperti apa maksudnya ko?

W: ya peran kayak buat semacam kegiatan yang memangkat tema-tema

kebudayaan Tionghoa gitu. Jadi temen-temen yang tadinya enggak tau,

jadi tau. Eh pada akhirnya ada tuh temen koko juga jadi tau padahal secara

kehidupan udah modern bahkan mungkin mama papa temen koko ini tuh

enggak menjalankan tradisi ini gitu. Jadinya ya anaknya enggak tau ada

tradisi ini.

E: Koko udah kenal sama engkong dari kapan?

W: Wahh, dari koko masih kuliah kali tuh. Sekitar 2007 atau 2008 gitu dah.

E: Sering banget ya berarti ngobrol ama engkong?

W: Dulu sering nih, tapi akhir-akhir ini udah jarang.

E: Suka ngobrolin apa sih ko kalo kumpul-kumpul bareng temen-temen ama

engkong?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 27: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

W: Enggak sih, dulu tuh lebih sering denger engkong cerita. jadi pendengar

yang baik lah. Hehehe. Suka nanya-nanya aja gitu. Kayak Chio Thao nih,

koko tau, dari kecil kan pernah ngeliat kan tapi makna atau arti dibalik itu

kan koko enggak begitu banyak tau. Mungkin kalo sekarang ditanya,

akhirnya beberapa pointnya akhirnya jadi tau karena dari cerita-cerita dari

ngobrol gitu. Kadang juga suka pinjem bukunya si engkong. Si ko Achonk

juga salah satu orang yang respect juga ama kebudayaan-kebudayaan

kayak begini.

E: Lama juga temenan ama ko Achonk ya ko?

W: Oh, kalo itu sih lama. Kebetulan kenalnya tuh di organisasi sosial

keagamaan. Suka ngadain acara tentang sosial keagamaan, kebudayaan.

Kadang kalo Klenteng ulang tahun, kita suka selipin acara-acara terkait

tradisi budaya.

E: Oke. Secara umum ko ya, banyak generasi muda yang memiliki konsep

pernikahannya sendiri. Kan sekarang tuh banyak pasangan-pasangan yang

pingin konsep pernikahannya mau yang simpel atau lainnya. Nah,

bagaimana tanggapan koko melihat gambaran seperti ini?

W: Ya, kalo melihat gambaran seperti itu kayak di tv-tv tuh ya kan artis-artis

sekarang macam-macam kan konsep nikahnya , itu sih udah suatu hal yang

biasa ya. Ibaratnya saat ini tuh udah jadi trend lah.

E: Koko terpengaruh gak sih sama mereka?

W: Kalo dibilang terpengaruh sih enggak ya, karena emang awalnya udah niat

dan juga udah sering ngobrol aja ama engkong ama temen-temen gitu.

Tapi, Sebenarnya begini. Kan kalo pernikahan itu kan menyatukan dua

orang yah. Kadang nih ya, si pasangannya sendiri nih saklek nih mau pake

ini. Kayak koko nih, kan kemarin pas mau married nih. Emang dari awal

kan koko mah udah niat mau Chio Thao, tapi kan pasangan koko emang

hidupnya kan di lingkungan yang enggak suka yang ribet-ribet ya kayak

pasangan pada umumnya sekarang lah, lebih modern gitu. Cuma

pemberkatan, abis itu pesta. Jadi tradisi budayanya udah hampir enggak

pernah dipake dan mungkin dia juga enggak pernah liat. Pasti kan pertama

yang ada dipikiran dia kan, ih ngapain sih, kok repot? Pasti ada pemikiran

kayak gitu awalnya. Pasti mereka tanggapannya yang enggak tau tuh

kayak gitu. Tapi, kemarin pelan-pelan pas diomongin 3 bulan sebelum

married itu udah disiapin mau Chio Thao. Udah diplanning juga, terus

kebetulan dari mama papa koko juga nanya mau Chio Thao enggak. Nah

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 28: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

kebetulan, mamanya pasangan koko juga nanya. Akhirnya, kita mutusin,

ya udah deh Chio Thao aja. Lagian sekali dalam seumur hidup. Tapi

akhirnya ya itu, kebetulan pas kemarin si papa kena musibah, pas kemarin

pesta weddingnya aja tuh enggak hadir. Sampe undangan aja enggak

semuanya disebar, gara-gara musibah itu. Tadinya kan awalnya, udah

minta tolong WO (Wedding Organizer) buat bantu siapin Chio Thao, eh

pas ada musibah gini, yaa di cancel.

E: Kalo boleh tau, musibah kenapa ko?

W: Jadi, pas itu, si papa lagi tani. Jadi kan orang tua masih tani di daerah

Mauk sini.nah, Genset nya meledak. Kebakar, jadi kena si papa. Punggung

nya pada kena.

E: Tapi sekarang kondisinya gimana ko?

W: udah sehat sih, itu dirawat sebulan di Cipto. Makanya itu yang bikin

nyeseknya disitu. Jadi buyar deh semuanya.

E: Tapi bukannya Chio Thao itu bisa dilakukan kapan aja ya, maksudnya

enggak harus pas pernikahannya aja. Kalo kejadian koko ini, bukannya

boleh setalh nikah baru ngadain Chio Thao ya?

W: Sebenernya boleh, kalo ada Chio Thao massal gitu. Cuma, momentumnya

tuh yang ilang. Sebenarnya kan Chio Thao itu dilakuin pas mau resepsi.

Biasanya kan besok mau resepsi, nah malamnya itu Chio Thao. Jadi

momentum itu yang ilang, padahal mah udah diniatin.

E: Makna dari Chio Thao itu koko tau enggak beberapa?

W: Ya beberapa tau. Misalnya di gantang, ada 10 benda gitu, beberapa koko

inget maknanya. Contohnya juga kayak makan nasi melek. Jadi artinya,

kayak suapan terakhir dari orang tua, supaya si anak ini ke depannya

mandiri. Jadi, makna dibalik itu tuh ternyata dalam loh.

E: Saat koko sama temen-temen melakukan diskusi bareng engkong, sering

membahas tentang apa aja sih ko kalo boleh tau?

W: Kalo bahas sih, banyak lah. Ya, ngalor ngidul aja lah. Tentang kebudayaan

Tionghoa lah, Chio Thao lah. Banyaklah pokoknya. Biasanya kalo

ngobrol-ngobrol gitu enggak ditetapin tema apa. Tapi, dulu kan pernah

kita ngadain acara semacam talkshow, nah itu barui tentuin mau tentang

apa talkshownya.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 29: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Berarti sering banget dong nih ya nanya-nanya ama engkong?

W: Pasti, karena kalo ngomongin masalah budaya Tionghoa khususnya Cina

Benteng. Orang pertama yang kita temuin ya kong Tjin Eng.

E: tapi, kemarin itu sempet wawancara ama engkong, dan beliau mengakui

bahwa dirinya enggak mengenyam pendidikan yang tinggi, kok masih aja

percaya sih ko ama engkong, kenapa?

W: Begini, kalo kita anggap kan, si engkong ini menguasai bidang yang

spesialislah ibaratnya. Spesialis tentang tradisi budaya. Ya okelah,

mungkin secara pendidikan formal tidak tinggi atau bahkan tidak pernah

menjalankan pendidikan formal yang terkait dengan tradisi-tradisi gitu.

Tapi kan, kita liat selama ini engkong juga bukan orang yang ngomong

asal ngarang. Kalo kita liat juga, hampir segala sesuatu yang

diomonginnya tuh ada bahkan tertulis dibuku. Dan engkongnya sendiri

juga termasuk orang yang rajin baca buku. Ketauan banget kalo kamu

ngunjungin engkong, banyak banget koleksi buku-bukunya. Selama ini

juga yang disampein, juga sekarang gampang tinggal cari di Google, liat

buku-buku di Gramedia juga banyak. Dari apa yang engkong cerita, terus

kita compare, hasilnya sinkron gitu. Nah, ya itulah yang bikin kita kenapa

percaya ama engkong.

E: Terus kalo diskusi yang digunakan engkong, formal atau enggak sih ko?

W: Engkong mah kalo ngobrol sama kita-kita santai banget. Kita enggak

pernah ngobrol formal, atau sampe gimana banget. Bahkan kadang, sambil

minum teh, sambil ngopi. Kayak anak muda kalo lagi ngumpul lah.

E: Koko punya temen gak yang dulu sering banget ngumpul bareng ama

Thao?

W: Wah, belum ada sih. Hampir yang tau itu, rata-rata Chio Thao sih. Nanti

kalo enggak ada, koko kabarin deh. Hehe. Sampai saat ini sih, yang koko

tau mereka masih jalanin ya, yang dulu suka pada ngumpul bareng nih.

Hampri semua masih makein. Bahkan ada dari beberapa orang tua mereka

yang mengharuskan pake Chio Thao, gitu. Nah, kalo koko kan kebetulan

punya orang tua juga kalo bisa menganjurkan buat Chio Thao. Tapi kalo

enggak, juga enggak apa-apa.

E: Oke, udah sih itu aja yang mau ditanyain.

W: Emang temanya yang diangkat ini?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 30: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Iya ko. Jadi aku mau lihat strategi apa sih yang digunakan tetua dalam hal

ini engkong sehingga generasi muda peranakan tuh mau melakukan Chio

Thao sampai saat ini, disamping banyak generasi muda saat ini tuh pasti

memiliki konsep pernikahannya sendiri. Akan tetapi, generasi muda

peranakan khususnya Cin Benteng masih berusaha menpertehakan tradisi

ini. Nah, pasti kan ada pihak yang kuat berusaha mempertahankan ini kan.

Nah aku, lebih ingin mengetahui apa sih strateginya, gitu.

W: Awalanya tau engkong dari mana?

E: Awalnya dikasih tau ama tante yang di museum Benteng Heritage, nah dia

bilang kalo mau tau informasi tentang Cina Benteng, tanya aja ama

engkong.

W: Engkong yang suka muncul di tv gitu ya. Hehehe

E: Iya, kata dia namanya engkong Oey Tjin Eng. Ya udah, aku ke Klenteng,

terus ketemu ama engkong. Jadi gitu. Makanya saya yang pingin tau, kok

sampai sekarang generasi muda mau melaksanakan Chio Thao ini, gitu.

Ternyata engkong punya kayak semacam diskusi-diskusi gitu.

W: Sebenernya mungkin bukan dibilang diskusi, tapi lebih tepatnya ya kayak

ngobrol-ngobrol. Nah disitu, engkong kebetulan juga kan sering ngebahas

tentang tradisi budaya, itu sering disinggung. Mungkin enggak tau dah,

apa itu triknya engkong kalo, kalo lagi ngobrol-ngborol diselipin tentang

itu, yang akhirnya kitanyta jadi tau, dan dari tau itu jadi kitanya tertarik

dan pada akhirnya mau melaksanakan.

E: Tapi enggak ada faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi untuk tidak

menggunakan Chio Thao ya ko?

W: Enggak ada sih. Karena udah niat dari diri sendiri dan pada awalnya juga

keluarga udah turun temurun ngelakuin itu.

E: Berapa orang sih yang suka ikut diskusi gitu ko?

W: Banyak sih. Banyak banget.

E: Itu enggak terjadwal ya ko?

W: Enggak, ya lagi pengen ngumpul-ngumpul aja. Nah, kebetulan nih, karena

udah pada married jadinya jarang ngumpul sekarang. Kalo dulu tuh sering

ketemu, dimana, ngobrol di Klenteng atau di rumah ko Aconk. Istilahnya

kita ada tempat ngobrol lah. Iseng aja, kalo malam-malam ngumpul. Dulu

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 31: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

rumah engkong juga kebetulan enak, kan lumayan gede tuh. Nah kita

sering tuh, kalo malam pengen main, ya ngumpulnya di rumah engkong.

E: Oke, udah, itu aja sih ko. Cepet kan. Hehehe

W: Ya lumayanlah. Hehe.

E: Makasih ya ko udah ganggu

W: Iya kagak apa-apa.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 32: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

D. Wawancara dengan salah satu generasi muda peranakan Cina Benteng

yang pernah melakukan diskusi dengan Engkong Oey Tjin Eng dan

melaksanakan Chio Thao

Narasumber : Yulianah (Ci Cumey)

Lokasi : Rumah Narasumber (Jl. Atma Asnawi, RT 02/03. Kp. Prumpung,

Kecamatan Gunung Sindu- Bogor

Hari/ Tanggal : Kamis, 2 Januari 2014

Pukul : 14.30-16.15 WIB

C: Ci Cumey

E: Elvinta Kusumo

E: Kita mulai ya ci.

C: Jangan susah-susah nanyanya yak. Entar kagak bisa dijawab lagi

E: Tenang aja ci. Cici persiapan pernikahan Chio Thao ini berapa lama sih

ci?

C: Kemarin sih pas marries persiapannya sekitar 2 bulanan lah.

E: Rasanya gimana sih nyiapain Chio Thao sendiri bareng koko gitu.

Terlebih lagi kan itu sakral?

C: Iya, kan kata orang dulu apalagi engkong suka bilang kalo enggak Chio

Thao kan katanya belum married. Nah, jadinya mau nyobain. Oh Chio

Thao begini rasanya. Kan kebetulan juga, waktu dulu cici yang pertama

lakuin, nah baru sekarang aku yang terakhir lakuin juga. Jadi pengen

ngerasain pake kembang-kembang gitu gimana, dan ternyata berat.

E: Emang dari awal udah diniatin gitu ya ci yah?

C: Iya, emang dari dulu sebelum mau married pun udah ngomong, entar kalo

mau married mau pake kembang ini. Pinging ngerasain gimana sih

rasanya. Kan kata orang berat tuh, nah pingin nyobain aja.

E: Tapi kan sih koko kan bukan orang Cina Benteng kan ya tuh ya ci?

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 33: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

C: Iya, bukan. Tapi kan si koko orang bangka yah, orang bangka atau orang

daerah kan lebih tau. Cuma mungkin adatnya yang berbeda, tapi tetap

pake kembang-kembang gitu. Kalo di daerah dia sembayangnya ke Dewa

Bumi, nah kan sama juga kayak kita. Jadi dia ikut-ikut aja.

E: Selain tradisi Chio Thao ini, tradisi apa lagi sih ci yang cici tau?

C: Apa ya, kayak Cokek, terus makan Onde.

E: Kalo makna-makna kayak ada di dalam Chio Thao gitu, cici tau gak sih

apa aja maknanya?

C: Wah, kalo kayak gitu enggak tau cici mah. Yang tau mah engkong tuh.

E: Jadi, cici hanya melaksanakan aja ya?

C: Cici cuma tau dari cici yang sebelumnya. Itu tuh ada kayak tampa,

Gantang, terus didalamnya ada berasnya, terus juga da duitmya. Jadi, kalo

arti-artinya enggak tau cici.

E: Jadi udah kebiasaan berarti ya ci?

C: Iya.

E: Kan kalo adat selain Chio Thao itu kan bisa dikatakan suatu kebiasaan kan

ya ci. Nah itu mama cici mengajarkan atau gimana?

C: Ehm, enggak juga sih. Buktinya yang Chio Thao aku ama cici aku doang.

Mungkin kebanyakan main di Tangerang kali ya. Dan mulai sering main

ke engkong justrunya. Dan pas Chio Thao itu juga sering banget cerita

ama engkong Tjin Eng gitu pengen ngerasain Chio Thao itu gimana sih.

E: Oke. Terus tradisi-tradisi ini kan tentunya dapet pengajaran atau arahan

dari orang tua gitu kan. Selain dari orang tua, cici pernah diarahin pihak

lain gitu gak dalam memperkenalkan tradisi ini?

C: Kalo cici biasa nanya ke Tangerang, Klenteng Boen Tek Bio. Di wihara

lah. Ya suka nanya ama orang-orang yang suka kayak ngurusin

sembayang gitu. Biasanya orang yang lebih tu kan lebih ngerti lah ya

tentang hal begituan.

E: Sebagai bagian dari kebudayaan ya, kan tradisi Cina Benteng ini kan

memang kuat ya ci sampai ke daerah Gunug Sindur sini kan ya. Sampai ci

Cumey sendiri terpengaruh. Dan memang klenteng-klenteng di wilayah

Tangerang perngaruhnya sampai sini. Karena kan budayanya kan berasal

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 34: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

dari kawasan Cisadane sendirikan ya. Nah ada kebanggaan seperti apa sih

ci Cumey yang seperti itu?

C: Ya, Emang sih. Pasti kan ada yang suka nanya tuh. Dimana? Di Benteng.

Oh, yang deket wihara Boen Tek Bio itu ya. Oh, Iya, iya. Jadi, bangga

juga gitu. Ternyata kenal juga ya Benteng. Mungkin, ajaran dari Benteng

itu kan terkenal banget ya budayanya.

E: Menurut cici, sampai saat ini kan tradisi kayak Pe Cun, Chio Thao, Cap

Go Meh. Dan sampai saat ini buktinya masih ada yang melaksanakannya.

Nah menurut cici ada gak sih pengaruh peran tetua didalamnya?

C: Itu pasti. Karena kan dari awal yang ngebentuk budaya-budaya kayak gini

kan udah asalnya dari tetua kan. Cuma, sepertinya enggak akan hilang

tradisi-tradisi ini. Pasti terus-terusan, karena kan mau enggak mau kita

pasti kan ajarin yang namanya sembayang itu gimana, terus juga

sembayang ke leluhur itu ada apa aja. Kayak macam Pe Cun, nah itu kan

ada artinya. Jadi, pasti mau enggak mau ya haruskasih tau tradisi-tradisi

kayak gini ke generasi berikutnya.

E: Tetua disini menurut cici seperti siapa contohnya?

C: Kayak orang tua, kalo enggak si Engkong Tjin Eng. Dia udah pakar lah.

E: Engkong mgajarin apa aja sih ci?

C: Engkong ngajarin semacam tradisi-tradisinya. Kayak lu baca lah buku-

buku kayak gini, kayak tradisi-tradisi gitu.

E: Kalo boleh tau, kenal engkong itu darimana sih ci?

C: Aku kenal engkong udah lama banget. Aku dari SMA sih udah kenal

engkong.

E: Cici emang aktif di wihara Boen Tek Bio?

C: Tadinya, aku aktif disana pas SMA, pas kuliah juga atif.

E: Aktif sebagai apa ci?

C: Dulu sih aku aktif dari sekolah. Karena pelajaran agamanya. Jadi kalo kita

tuh, Kristen nanti belajarnya di Gereja, kalo Islam mungkin di sekolah,

nah kalo kita ke wihara. Kal pas kuliah, aku lebih seneng ke Boen Tek Bio

itu, kan kayak ada kegiatan wiharanya gitu. Nah juga suka ikut.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 35: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Cici pernah gak sih kayak diskusi personal gitu ama engkong tentang

tradisi kebudayaan Cina Benteng?

C: Kalo diskusi sih gak pernah ya, kebanyakan suka tanya-tanya aja, Kong ini

apa sih kong...

E: Oh jadi secara langsung aja gitu ya ci?

C: Iya, lebih spontan dengan lihat langsung aja gitu. Jadi lebih enak nanya

langsung pas apa yang kita liat aja. Aku lebih seneng ama engkong, karena

emang dia lebih ngerti

E: Beliau pernah gak sih kayak bilang, Cumey ntar lu married pake Chio

Thao aja. Gitu?

C: Iya. Pertama mau nikah itu ngomong ama engkong duluan malah. Kong,

aku mau Chio Thao, cari bajunya dimana ya.Oh ya, engkong ada. Ya

udah. Jadi dibantu banget. Baju yang aku pake pas Chio Thao itu udah

susah ditemuin. Jadi, ya dia bantuin minjem baju Chio Thaonya.

E: Terus mau tau deh ci, arti nama Cumey itu sendiri apa sih ci?

C: Oh iya, kalo Cumey itu Cui nya Anak Bontot, paling akhir. Kalo Mei, itu

artinya adik perempuan. Dari kata Mei-mei. Aku taunya awalnya dari

engkong, arti kayak gini.

E: Oh sempet nanya sama engkong juga?

C: Emang kan aku tau kalo Mei itu artinya anak atau adik perempuan. Nah

kalo Cui nya itu aku kagak tau, makanya nanya ama engkong. Kata dia,

artinya bisa bunga, bisa terakhir.

E: Kan dari tadi tuh, cici apa-apa nanya engkong. Ya, bisa dibilang sering lah

berinteraksi ama engkong gitu ya. Dari budaya juga, gak terlepas dari

peran engkong sendiri gitu. Padahal, engkong sempat bilang kalo dia tuh

gak mengenyam pendidikan yang tinggi. Nah kok cici percaya sih?

C: Apa ya. Karena mungkin engkong lebih tau gitu ya dia juga seneng banget

baca buku-buku yang berhubungan dengan tradisi. Terus juga ngerti nama

dewa-dewa. Jujur aja, aku kalo nama dewa-dewa buta sama sekali. Aku

sering nanya ama engkong. Jadi, berhubung sering liat engkong di whara

kali ya, jadi sering nanya arti nya apa dewa-dewa itu. Dia bisa kali ya

dikatakan sebagai sesepuh situ kayaknya. Hahaha. Semu orang larinya ke

dia gitu. Pernah dulu, sempet nanya juga sama pengurus wihara nya itu

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 36: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

tentang apa ya lupa. Terus dia enggak tau, katanya nanya ama engkong aja

tuh. Jadinya, daripada ribet mending nanya langsung ke orangnya aja dah.

Aku sering juga minjem bukunya.

E: Oh gitu. Terus ci, pas pernikahan cici itu kan ada engkong ya. Itu engkong

perannya apa sih ci, hanya sebatas mencarikan refrensi bajunya aja atau

ada yang lain?

C: Peran yang lain, pastilah. Ada banyak yang mau kita tanya. Misalnya,

kayak Chio Thao kan. Yang sering diskusi paling engkong sama mama.

Karena mereka kan yang lebih tau. Misalnya nih kayak kemarin, engkong

nanya, ini kok kipasnya kurang. Mama bilang, iya kagak ada. Jadi

perannya si engkong kayak memastikan apa yang kurang. Gitu. Lebih

kayak ingetin sih. Jadi, enngkong ngebantu ngontrol sih, lengkap apa

enggak.

E: Cici punya temen kebanyakan orang Cina Benteng juga gak sih ci?

C: Iya.

E: Mereka married apakah pake Chio Thao juga?

C: Kebanyakan kalo Chio Thao sih kayaknya hampir enggak ya. Mungkin

kebanyakan pada mau yang simple.kalo untuk Chio Thao udah sedikit

sekali kayaknya.

E: Terus, teman-teman cici yang gak pake ini, suka gak sih pengaruhin cici?

C: Oh iya, pasti. Pasti pada bilang, itu kan ribet banget. Tapi emang, udah

niat kali ya. Jadi, ya udah sih orang kita mau pake. Mau cobain juga. Terus

juga, kalo Chio Thao ini lebih sakral. Jadi gak terpengaruh ama temen.

E: Sebelum married, diantara cici ama koko siapa sih yang awalnya

mencetuskan pingin Chio Thao?

C: Aku. Aku bilang ko entar aku mau Chio Thao ya. Dia kagak tau apaan tuh

Chio Thao. Nah aku bilang, itu yang pake kembang-kembang. Oh,

kayaknya mama pernah deh. Jadinya ya udah, pake. Mungkin karena

tradisinya hampir sama. Ya udah dia juga oke. Terus juga dari pihak

keluarganya koko juga mendukug. Terus, kayak baju Chio Thao itu kan

jarang banget ada. Dan pas sering nanya ama engkong, tentang Chio

Thaonya dan nanya-nanya bajunya dapet darimana. Engkong punya gitu.

Jadi kesusahannya tuh langsung ada solusi gitu.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 37: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

E: Waduh, jadi apa-apa ke engkong dong ya?

C: Iya nih. Karena memang aku kalo ke Tangerang udah kebiasaan

ketemunya ama engkong. Padahal itu kan bukan engkong siapa-siapa yak.

Soalnya engkong tuh, udah dari aku sekolah, aku yang enggak tau apa-apa

kan ya banyak nanya ama dia. Terus kalo lagi susahnya juga ke dia. Kayak

kagak punya duit nih kong, dibayarin ama dia. Kadang-kadang juga jadi

temat curhat. Ya pokoknya udah kayak engkong sendiri. Kayak temenlah.

Emang mungkin dasarnya engkong deket ama anak-anak muda kali ya.

Jadi pembawaannya bisa aja gitu. Mana dia tuh belum ada penerusnya

juga kan.

E: Oh iya?

C: Iya, belum ada. Soalnya jarang sih ada orang yang mau dalemin banget.

Mungkin juga dia orangnya suka kali ya. Orang aku aja sempet dijejelin

buku ama dia. Ah enggak ah kong, kagak sanggup.

E: Oh iya sempet?

C: Iya, kamu belajar dong. Terus aku bilang aduh,enggak sanggup dah kong,

buku dia mah tebel-tebel. Jadi kagak sanggup dah bacanya.

E: Iya pas ke perpustakaan yang di klenteng aja, tebel banget.

C: Iya kan. Emang kamu angkat tentang apa?

E: Skripsiku ngangkat tentang gimana strateginya engkong dalam

mempertahankan Chio Thao ini ke generasi muda ci, karena kan kalo diliat

generasi muda saat ini tuh kan pastinya punya konsep pernikahannya

sendiri kan. Nah tapi kenapa generasi muda peranakan Cina Benteng ini

kok masih ada aja yang ngejalanin ritual kayak gini? Gitu.

C: Emang sih. Sekarang pada maunya yang simpel. Kenapa mereka kayak

gitu, karena mungkin ritualnya tuh banyak. Anak muda sekarang tuh ogah

ribet tipenya. Jadi mungkin untuk ngikutin kayak Chio Thao ini ribet ya.

Banyak banget yang mesti dipersiapin kan kayak buahnya, dagingnyalah.

Nah mungkin itu yang bikin ribetnya.

E: Iya, makanya aku pingin cari tau itu ci. Udah sih ci itu aja yang aku pingin

tau. Makasih banget ya ci.

C: Iya, sama-sama.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 38: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

Hasil Observasi

Nama Observer : Elvinta Kusumo

Nama Observee : 1. Engkong Oey Tjin Eng

2. Yulianah dan Chandra

Alamat Observee : Rumah Narasumber (Jl. Atma Asnawi, RT 02/03.

Kp. Prumpung, Kecamatan Gunung Sindu- Bogor)

Latar Belakang Observasi : Observasi ini dilakukan untuk membantu penulis

melihat secara langsung gambaran mengenai prosesi

Chio Thao. hal ini dikarenakan masih ada generasi

muda yang mau melaksanakan Chio Thao saat ini.

Ini membuat penasaran penulis untuk melihat tiap

tahapan yang dijalankan

Tujuan Observasi : Untuk mengetahui peran engkong di dalam

membantu mengurus tahapan Chio Thao yang

dilaksanakan generasi muda peranakan.

Jenis Observasi : Observasi partisipasi pasif (passive participant

observation)

Tanggal Observasi : 29 September 2013

Waktu Observasi : 08.00- 14.30

Setting observasi :

1. Setting Fisik

Observasi dilakukan di rumah pengantin yang

melakukan tradisi Chio Thao, yaitu kediaman

Yulianah. Upacara Chio Thao berlangsung tepat di

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 39: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

ruang tamu dekat meja abu almarhum ayah dari

Yulianah. Di bagian teras terdapat meja Sam Kay.

2. Setting psikis

Pada saat observasi dilakukan, cuaca pada saat itu

cerah, berawan, matahari tidak terlalu terik karena

pada saat itu masih pukul 08.00. Angin tidak terlalu

kencang.

Hasil Observasi :

Prosesi Chio Thao berlangsung di rumah Yulianah. Pagi-pagi keluarga

Yulianah sudah mempersiapkan atribut yang akan dipakai saat berlangsungnya

prosesi Chio Thao. saat memasuki pintu pagar depan rumah, sudah tampak di

sebelah kanan panggung, tempat dimana nanti malam akan adanya hiburan Cokek

(kesenian Cina Benteng). Bagian teras, terdapat meja Sam Kay (meja sembayang)

yang sisi belakang meja tersebut tergantung kain merah.

Engkong Oey Tjin Eng juga membantu mempersiapkan baju yang hendak

dikenakan Yulianah saat berlangsungnya Chio Thao pada pukul 10.00. Tak hanya

itu, engkong dibantu juga oleh juru rias yang bernama emak Siong Ngo yang juga

dibantu anaknya yaitu Ci Neneng. Emak panggilan juru rias ini mempersiapkan

perhiasan serta alat-alat rias di kamar Yulianah untuk mendandan wajah dan

menghias rambut dari Yulianah.

Pada bagian belakang rumah ini, terdapat halaman kecil sebagai tempat

para juru masak mempersiapkan menu makanan yang nantinya akan diberikan

kepada para tamu yang datang. Tidak hanya menu makanan saja yang

dihindangkan, namun kue khas Cina Benteng seperti kue bugis dan lain-lain.

Terdapat ibu-ibu yang memasak menu utama di bagian sebelaj kanan halaman ini,

sedangkan di bagian kiri terdapat kelompok ibu-ibu yang membuat kue.

Pada pukul 09.00, Yulianah masuk ke kamar bersama juru rias untuk

didandani. Di dalam kamar tersebut terdapat Hio (Garuh) serta kopi. Kedua benda

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 40: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

ini ikut serta saat juru rias sedang mendadani pengantin. Ini dipercaya untuk

memunculkan aura sang pengantin.

Saat Yulianah sedang didandani, engkong bersama orang tua Yulianah

mempersiapkan dua kursi yang saling berhadapan dan pada kaki kursi dialasi oleh

tampa merah. Diatas salah satu kursi tersebut terdapat gantang yang berisi beras.

Diatas beras diletakkan buku aimana Tionghoa, gunting, timbangan obat

Tionghoa, penggaris kayu Tionghoa, cermin, benag sutra panca warna, pelita

minyak, sisir, pedang, kompas.

Pada pukul 10.00, Yulianah keluar dari kamar dengan atasan putih

berlengan panjang serta bawahan rok berwarna hijau dan sepatu slop, juga

dikenakan kalung dilehernya serta pada dahinya ditempel kertas merah berukuran

kecil. Lalu Yulianah diantar ke ruang tamu dan diarahkan untuk duduk

berhadapan dengan gantang dengan menginjak terelebih dahulu tampa yang

menjadi alas dari kursi tersebut dengan kaki kanan dahulu.

Kemudian, saudara perempuan Yulianah mengambil sisir dari gantang lalu

menyisir rambut Yulianah sebanyak tiga kali dari atas ke bawah sebanyak 3 kali.

Engkong berdiri di samping Yulianah dengan menjelaskan makna dalam setiap

kali menyisir. Lalu, juru rias menghias rambut Yulianah dengan hiasan 12 tusuk

kembang goyang yang ditamncapkan pada konde di kepala Yulianah. Sambil

dihias rambutnya oleh juru rias, para sanak saudara memberikan uang pelita dan

ditaruh di atas gantang.

Setelah selesai dihias rambutnya, Yulianah dikenakan baju Chio Thao

bewarna merah dengan bawahan rok panjang berwarna hijau yang dibantu oleh

juru rias. Lalu, orang tua Yulianah mengambil uang pelita dan dimasukkan ke

dalam kantong kain kecil berwarna putih, lalu orang tua laki-laki memberikan

kantong tersebut kepada Yulianah.

Setelah selesai, Yulianah iarahkan oleh engkong untuk sembahyang Sam

Kay dengan memegang 2 garuh di tangan. Setelah sembahyang Sam Kay,

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 41: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

Yulianah diarahkan oleh engkong untuk sembayang meja abu dengan melakukan

sembayang untuk almarhum ayah Yulianah.

Kemudian, bergantian Chandra suami dari Yulianah melakukan tradisi

tersebut. Chandra diarahkan duduk berhadapn gantang seperti yang dilakukan

Yulianah. Saudara laki-laki dari Chandra menyisir rambut Chandra juga sebanyak

3 kali. Kemudian, setelah disisir rambutnya, Chandra dikenakan baju terusan

berwarna hitam dengan mengenakan topi caping layaknya Prajurit Cina. Setelah

itu, saudara dari pihak Chandra memberikan uang pelita lalu ditaruh diatas

gantang. Kumpulan uang pelita tersebut diberikan kepada Chandra.

Seusai, ritual menghias rambut selesai, Chandra dibawa ke luar. Lalu,

Yulianah yang sebelumnya berada di dalam kamar, dibawa keluar untuk

menyantap 12 mangkuk sayur dengan 12 rasa yang berbeda. Sayur tersebut

dibawa keluar oleh juru masak. Yulianah bersama 2 saudara laki-lakinya

menyantap sayuran terebut bersama dengan menggunakan sumpit.setelah selesai

menyantap, ibu dari Yulianah menyuapi nasi kepada Yulianah. Lalu, Yulianah

dibawa masuk ke kamar.

Chandra di bawa masuk ke ruang tamu, dan melakukan juga proses

menyantap 12 mangkuk dengan ditemani dua saudara laki-lakinya. Seusai ritual

makan 12 sayur tersebut, Yuianah dibawa keluar lalu dikenakannya kantong

merah yang berisi uang pelita, lalu diikatkan pada pinggangnya. Kemudian kedua

orang tua, menutup kepala Yulianah dengan kain persegi panjang berwarna hijau.

Lalu, menghantar Yulianah kepada Chandra yang sudah berdiri depan pintu

masuk.

Sesudah, keduanya disandingkan, mereka dipayungi dengan payung yang

terbuat dari kayu. Ibu Yulianah melempar koin yang bercampur dengan beras

serta bunga kearah kedua pasangan. Koin yang jatuh tersebut, diambil oleh

mereka yang belum berkeluarga.

Seusai tabur koin, mereka berdua dibawa ke ruang tamu dan diarahkan

oleh engkong untuk saling berhadapan. Lalu, mereka saling suap teh dan kue

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 42: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

apem. Kemudian, mereka melakukan Teh Pai kepada sanak saudara yang sudah

berkeluarga. Yulianah dengan Chandra dengan posisi berdiri menyuguhkan

secangkir teh yang ada di atas nampan. Nampan itu dipegang oleh salah satu dari

mereka. Jika giliran keluarga dari pihak Yulianah yang minum teh, maka Chandra

yang memberikan teh tersebut, begitupun sebaliknya. Pasangan yang sudah

disuguhkan minuman, akan memberikan uang pelita dan dilektakkan pada

nampan tersebut. Lalu, kedua pasangan akan melakukan kow tow dengan posisi

menundukan kepala. Selesainya proses Teh Pai, maka kedua pengantin berganti

baju ala Barat untuk menyambut tamu.

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014

Page 43: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1338/8/LAMPIRAN.pdf · Kalo tanpa dua ini, ibaratnya pesta tuh makan sayur kurang garam. E: Oh jadi, mereka beranggapan

Komunikasi Persuasif..., Elvinta Kusumo, FIKOM UMN, 2014