Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/10796/5/BAB_II.pdf ·...
Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/10796/5/BAB_II.pdf ·...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Animasi
Menurut Williams (2012), animasi berasal dari kata animationem, yang
merupakan kata benda yang diambil dari animare. Animare dalam bahasa latin
berarti memberikan kehidupan. Kata animare sendiri telah digunakan sesuai
dengan definisi aslinya sejak lama sebelum digunakan untuk mendefinisikan
media gambar bergerak. Menurut Thomas (1958, hlm. 8), artefak arkeologi
membuktikan kalau manusia sudah mencoba menggambarkan pergerakan
semenjak manusia belajar menggambar. Ditemukan mangkuk zaman perunggu
bergambar kambing yang sedang melompat, dari tahun 3000 BC. Vitruvian Man
milik Leonardo da Vinci (1500 AD) juga menunjukkan berbagai sudut tubuh
manusia, dan mengimplikasikan gerakan.
Penemuan Magic Lantern pada tahun 1603 menandakan zaman animasi
sebelum keberadaan media film. Magic Lantern adalah alat proyeksi gambar
menggunaan lembaran kaca. Karena beberapa lembaran kaca tersebut
mempertunjukkan pergerakan, Magic Lantern dianggap sebagai contoh pertama
animasi yang diproyeksikan. Thaumatrope ditemukan pada tahun 1824, dimana
sebuah benda yang memiliki gambar di kedua sisinya diputar, sehingga mata
melihat kedua gambar tersebut tergabung. Phenakitoscope, ditemukan tahun 1831,
adalah sebuah cakram berputar yang dipantulkan pada kaca, sehingga gambar
pada cakram terlihat bergerak. Zoetrope (1834) adalah sebuah drum kosong yang
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
2
memiliki gambar pada lingkaran yang berputar dan bisa diganti. Ketika lingkaran
diputar, gambar pada Zoetrope akan kelihatan bergerak. Walaupun demikian,
pada tahun 1868, flip-book atau Kineograph mencapai audiens yang luas. Flip-
book dipercaya menginspirasikan animator muda lebih dari mesin/rangkaian yang
dikembangkan di era ini. Movieola atau Praxinoscope, yang ditemukan pada
tahun 1877, adalah perkembangan lebih lanjut dari Zoetrope. Praxinoscope
memakai lebih dari 1 roda untuk memutar gambar, dan dianggap menunjukkan
salah satu prototype dari kartun animasi.
Silent Era (1900-1930) ditandai dengan kemunculan Humorous Phase of
Funny Face pada tahun 1906. Film ini merupakan film pertama yang sepenuhnya
dianimasikan, memakai fotografi stop-motion untuk menciptakan aksi.
Fantasmagorie (1908) adalah film animasi pertama yang memakai gambaran
tangan, dan dianggap oleh sejarahwan film sebagai animasi kartun pertama. Pada
tahun 1914, Gertie The Dinosaur tayang, dan merupakan film kartun pertama
yang menayangkan karakter yang appealing. Lalu pada tahun 1919, Musical
Mews & Feline Follies memperkenalkan Felix The Cat, yang dianggap sebagai
bintang film animasi pertama. Disusul dengan Steamboat Willie pada tahun 1928,
menayangkan Mickey Mouse, dan menjadi kartun pertama dengan suara yang
dicetak ke dalam filmnya. Steamboat Willie juga menjadi kesuksesan Walt
Disney Studio yang pertama.
Saat Golden Age of Animation (1930-1950), kartun teatrikal menjadi
bagian integral dari popular culture. Pada tahun 1930, Warner Brothers Cartoon
didirikan dan menciptakan serial Merrie Melodies. Serial ini terkenal dengan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
3
salah satu tokohnya, yaitu Bugs Bunny. Pada tahun 1937, Walt Disney merilis
Snow White and the Seven Dwarfs. Film inilah yang menjadi feature film animasi
pertama yang memakai gambaran tangan. Pada American Television Era (1960-
1980), industri animasi beradaptasi dengan fakta bahwa televisi naik daun sebagai
media hiburan utama untuk keluarga diseluruh Amerika. Pada tahun 1960, Hanna-
Barbera meluncurkan The Flintstones, serial animasi pertama pada prime-time
television, dan pada 1961, meluncurkan The Yogi Bear Show, yang tayang pada
TV nasional. Pada tahun 1964, DePatie-Freleng Enterprise memenangkan
Academy Award untuk short film terbaik dengan The Pink Phink (dari serial The
Pink Panther) dan terus menciptakan short film untuk rilis teatrikal. Pada tahun
1904, Fritz The Cat diluncurkan, menjadikannya feature film animasi dewasa (X-
rated) pertama.
Modern American Era (1980-sekarang) adalah era dimana CGI (Computer
Generated Imagery) merevolusikan animasi. Tahun 1984, The Adventures of
Andre & Wally B diluncurkan oleh The Graphics Group (pendahulu dari Pixar)
dan menjadikannya short film animasi pertama yang sepenuhnya memakai CGI.
Pada tahun 1987, The Simpsons yang dibuat oleh Matt Groening pertama kali
tayang di Fox Brodcasting Company. The Simpsons adalah sitcom Amerika yang
tayang terlama, serta program animasi Amerika yang tayang terlama. Di tahun
2009, The Simpsons melewati Gunsmoke sebagai serial primetime amerika yang
tayang terlama. Di tahun 1995, Toy Story tayang, menjadikannya feature film
pertama yang sepenuhnya dianimasikan dengan komputer.
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
4
2.1.1. Bentuk Animasi
Menurut Morr (2018), animasi terdiri atas 5 bentuk dasar; animasi tradisional,
animasi 2D vektor, animasi 3D, motion graphic, dan stop motion. Animasi
tradisional, atau yang biasa disebut cel animation, adalah salah satu bentuk
animasi yang lebih kuno. Dalam animasi tradisional, animator mengambar sebuah
karakter/objek untuk menciptakan ilusi gerakan. Di zaman modern ini, animasi
tradisional dapat dikerjakan dengan komputer, dengan bantuan tablet grafis.
Animasi 2D vektor mulai populer dalam dekade terakhir karena akses teknologi
yang mudah dan pertumbuhan video online. Program animasi vektor juga murah
dan gampang dioperasikan.
Di sisi lain, animasi 3D atau CGI memiliki banyak kesamaan dengan stop
motion, karena keduanya menganimasikan model yang sudah ada, dan bukan
menggambarkannya. CGI dilakukan dengan membuat model secara digital, dan
memposisikan model dalam keyframe tertentu, dimana komputer akan
mengkalkulasikan jarak tiap keyframe, menciptakan gerakan antar keyframe
tersebut. Setelah modeling & animasi selesai, komputer akan merender setiap
frame secara individual. Motion graphic tidak berhubungan langsung ke dalam
bentuk animasi lain, karena tidak membutuhkan logika gerak tubuh atau akting,
namun masih memiliki beberapa kesamaan, semisal perlunya pemahaman
komposisi yang baik, dan kepentingan pergerakan kamera. Stop motion dilakukan
dengan cara memfoto sebuah objek, dan memindahkan objek tersebut sedikit, dan
memotretnya lagi. Jika proses tersebut dilakukan berulang dan foto tersebut
diputar berturut-turut, foto-foto tersebut akan mengilusikan pergerakan. Hal ini
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
5
mirip dengan animasi tradisional, namun memakai bahan-bahan dunia nyata,
bukan gambar.
2.2. Desain Environment
Menurut Mozhi (2010), kata Environment berasal dari bahasa prancis,
Environ, yang berarti mengelilingi. Miller (2018) mendefinisikan environment
fisik sebagai apapun yang mendukung kehidupan, seperti atmosfir, laut, dan zona
iklim. Miller membagi environment menjadi 2 jenis, yakni environment natural
dan environment man-made. Environment natural adalah environment yang
alamiah, dan sudah ada tanpa campur tangan manusia. Environment man-made
adalah environment yang memiliki campur tangan manusia dalam pembuatannya,
atau sepenuhnya dibuat oleh manusia. Walaupun demikian, Miller juga
menyatakan jika environment natural dimanipulasi, environment tersebut akan
menjadi man-made. Ia memberi contoh, hutan (environment natural) yang
ditebang untuk membuat jalan manusia (environment man-made). Maka dari itu,
environment natural dan man-made tidak bisa dipisahkan atau dibedakan secara
pasti.
Menurut Wyatt (2011, hal 36-28), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merancang environment. Wyatt (2011, hal 36) berpendapat
kalau desain environment yang baik akan terlihat agak tidak seimbang dan
kosong, sampai sebuah karakter diletakkan didalamnya. Jika sebuah environment
dirancang terlalu padat atau ramai, mata penonton akan tidak nyaman melihat
sebuah scene. Sudut ruangan atau tempat dapat dimanfaatkan dari sudut pandang
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
6
desain, karena sudut memungkinkan untuk mengosongkan ruangan untuk
ditempati karakter, dan menarik dilihat secara komposisi. (hal 37) Sementara itu,
cahaya dapat digunakan untuk menunjukkan harmonisasi maupun kontras pada
karakter. Menurut Roth & Clark (2014, hlm 87), pencahayaan adalah cara yang
paling efektif untuk menciptakan rasa misteri dan kekaguman. Otak
menginterpretasikan objek dengan warna gelap menjadi lebih dekat, dan objek
berwarna terang menjadi lebih jauh.
2.2.1. Elemen Desain dalam Film & Media Bergerak
Van Sijll (2005) mengatakan kalau film dan media visual bergerak memiliki
beberapa elemen. Yang pertama adalah screen direction, yang didefinisikan
sebagai arah dari subjek yang bergerak. X-axis adalah garis yang membagi layar
secara horizontal. Y-axis adalah garis yang membagi layar secara vertikal. Z-axis
adalah garis yang membagi foreground dan background dalam layar, serta garis
yang membuat kesan 3D pada penonton. Kombinasi ketiga axis memberikan
kesan yang berbeda. X-axis memberikan kesan konflik dan Y-axis memberikan
kesan detour, atau memutar jalan. Kombinasi X & Y-axis (diagonal) memberikan
kesan descent atau ascent (menurun atau menaik). Z-axis berperan dalam
memberikan kesan yang berbeda, tergantung dari jenis yang dipakai. Depth of
field memberikan kesan waktu yang berbeda, seperti contohnya scene flashback.
Plane of action memberian kesan perbedaan ukuran. Rack focus memberikan
kesan perspektif yang berganti.
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
7
Gambar 2.1. Pergerakan objek di bidang 2 dimensi & 3 dimensi
(van Sijl, 2005)
Elemen kedua adalah directing the eye, atau mengarahkan mata penonton
ke fokus yang dituju. Van Sijll mencontohkan adegan dari film Citizen Kane,
dimana hanya hal yang penting yang mendapat lighting atau pencahayaan,
sementara detail lainnya dibiarkan dalam gelap. Teknik balance dan imbalance
digunakan untuk mengarahkan mata penonton dengan menggunakan warna,
ukuran, gerakan tersirat. Teknik ini dapat digunakan untuk memberikan fokus
kepada perbedaan, seperti pikiran dan fisik karakter, dan kontras antara 2 karakter.
Teknik orientasi digunakan untuk memberikan penekanan melalui orientasi
sebuah objek. Van Sijll mencontohkan film Apocalypse Now, dimana protagonis
disorot kamera secara terbalik. Menurut beliau, orientasi terbalik ini memberitahu
penonton bahwa cerita yang akan disampaikan bukanlah cerita biasa. Selanjutnya,
teknik ukuran digunakan untuk menyampaikan kekuatan atau kelemahan dari
karakter melalui kontras yang dibuat.
Elemen ketiga adalah bentuk. Bentuk dasar yang dikenal secara tradisional
adalah lingkaran, persegi, dan segitiga. Lingkaran memiliki sifat yang pasif,
romantis, natural, organik, aman, fleksibel, dan kekanak-kanakan. Bentuk persegi
memiliki sifat yang langsung/tidak tersirat, industrial, teratur, linear, kaku, dan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
8
dewasa. Bentuk segitiga memiliki sifat yang agresif dan dinamis. Bentuk yang
sirkular sering dipakai bersamaan dengan bentuk linear. Hal ini dikarenakan
kedua bentuk tersebut menciptakan kontras. Bentuk sirkular memiliki kesan
membingungkan, repetisi, dan waktu. Bentuk segitiga dapat memberikan kesan
harmoni dari 3 pihak, atau konflik antara 3 pihak. Bentuk persegi dapat digunakan
dalam banyak makna, diantara lain melambangkan kematian (mirip peti mati),
atau pintu yang membagi 2 dunia. Van Sijll juga mengatakan kalau bentuk
organis diasosiasikan dengan alami & natural, sementara bentuk geometris
diasosiasikan dengan manusia.
2.2.2. Mise-En-Scene
Menurut Bordwell & Thompson (2017), Mise-en-scene memiliki arti tradisional
‘staging an action’. Di dalam dunia perfilman modern, seorang director mengatur
mise-en-scene dengan cara mengatur bagaimana sebuah kejadian terlihat di
kamera. Bordwell & Thompson menyatakan kalau film animasi dan abstrak lebih
dapat mengontrol mise-en-scene dibandingkan dengan film dengan manusia nyata
didalamnya secara real time. Mereka juga menyatakan kalau dalam film live
action, mise-en-scene biasanya direncanakan, namun filmmaker dapat
menggunakan momen tidak terduga sebagai bagian dari film mereka. Bordwell &
Thompson menyatakan kalau mise-en-scene direlasikan dengan realisme oleh
penonton. Realisme dalam konteks periode waktu dari film tersebut, ataupun
gestur dari pemain didalamnya. Walaupun demikian, standar realisme akan
berbeda bagi setiap orang dan setiap periode waktu. Sebagai contoh, Bordwell &
Thompson menyatakan kalau film-film western William S. Hart dinyatakan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
9
realistik oleh kritikus Amerika di tahun 1910, namun dinyatakan tidak realistik
oleh kritikus Prancis di tahun 1920. Maka dari itu, mereka menganjurkan untuk
meneliti fungsi dari mise-en-scene secara menyeluruh, dibandingkan mengabaikan
elemen yang tidak masuk ke konsep realisme kita.
Aspek pertama dari mise-en-scene menurut Bordwell & Thompson adalah
setting, atau latar. Andre Bazin, seorang kritikus film Prancis, menuliskan bahwa
fokus teater adalah manusia, sementara fokus film adalah latar. Beliau percaya
kalau beberapa film memakai aktor hanya sebagai aksesoris. Maka dari itu, setting
film tidak hanya menjadi latar dari kejadian manusia, namun memasuki naratif
dengan dinamis. Filmmaker dapat mengendalikan setting dalam beberapa cara,
diantaranya adalah memilih lokasi yang sudah ada, atau membangun lokasi secara
artifisial. Membangun lokasi memungkinkan filmmaker memiliki kebebasan
kreativitas, dan memungkinkan mise-en-scene dikontrol secara penuh. Desain
latar secara keseluruhan dapat membentuk pengertian penonton akan keseluruhan
cerita. Warna juga dapat menjadi komponen penting bagi latar.
Gambar 2.2. Contoh mise-en-scene melalui lighting
(Asphalt Jungle, 1961)
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
10
Aspek kedua dari mise-en-scene adalah lighting, atau pencahayaan.
Pencahayaan memberikan bentuk kepada objek dengan menciptakan highlight dan
bayangan. Pencahayaan juga memberikan penekanan pada tekstur sebuah benda,
seperti kekasaran jalanan aspal, atau kelicinan dari kaca cermin. Pencahayaan
digunakan untuk membentuk keseluruhan komposisi sebuah shot. Contohnya,
pada film Asphalt Jungle, protagonis film mendapatkan penekanan dari lampu
yang menerangi wajahnya dengan jelas. Empat fitur utama dari pencahayaan film
adalah kualitas, arah, sumber, dan warna. Kualitas pencahayaan adalah intensitas
dari cahaya, dimana hard light menciptakan bayangan yang kontras, dan soft light
menerangi objeknya dengan merata dengan kontras kecil. Arah pencahayaan
adalah jalur cahaya dari sumbernya, ke objek yang diterangi. Bordwell membagi
arah pencahayaan menjadi frontal lighting (dari depan), sidelighting (dari
samping), backlighting (dari belakang), underlighting (dari bawah), dan top
lighting (dari atas). Warna dari pencahayaan digunakan untuk memberikan tone
pada sebuah film, baik realistik, maupun stylized.
Gambar 2.3. Contoh underlighting & Top Lighting
(Le Brasier ardent, 1923 & Shanghai Express, 1932)
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
11
2.2.3. Blocking, Staging & Komposisi
Menurut McGiven, Blocking adalah posisi & pergerakan dari karakter yang
menceritakan naratif. Posisi dapat menjelaskan sikap satu karakter pada karakter
lain, sehingga situasi cerita disampaikan melalui atau tanpa dialog. Mershall
menjabarkan beberapa poin yang membantu dalam menentukan blocking. Pertama
adalah point-of-view yang dipakai. Kedua adalah jarak objek ke kamera, yang
menentukan shot tersebut long shot, medium, atau close up dll. Ketiga adalah
hubungan objek dengan shot, semisal sudut kemiringan pengambilan gambar,
distorsi kamera dll. Marshall juga menjabarkan 4 teknik staging. Pertama, kamera
statis, dimana objek bergerak atau statis. Kedua, kamera bergerak, dimana objek
bergerak atau statis. Ketiga, objek statis, dimana kamera statis atau bergerak.
Keempat, objek bergerak, dimana kamera statis atau bergerak.
Gambar 2.4. Perbandingan shot simetris & shot dengan look room
(Thompson & Bowen, 2009)
Menurut Thompson & Bowen, sebuah objek diletakan persis di tengah
shot membuat shot tersebut terlihat terlalu simetris, atau terlalu membosankan
secara komposisi, sehingga dianjurkan memberikan look room pada shot. Look
room adalah ruang kosong yang ada didalam frame, antara objek dan sisi frame
diseberang objek. Look room memberikan negative space yang memberikan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
12
balance, dimana visual weight dari objek ada di kiri, sementara visual weight dari
negative space ada di sisi kanan. Walau demikian, jika objek tetap menghadap
arah yang sama, tapi dipindahkan ke sisi lain dari shot seperti pada gambar
dibawah, ruang kosong dibelakang objek mengimplikasikan perasaan negatif.
Thompson & Bowen mendeskripsikan komposisi tersebut seolah ruang kosong
dibelakang objek meminta untuk diisi. Thompson & Bowen menjelaskan kalau
kamera menghadap objek yang direkam secara langsung, shot akan terasa datar &
tidak menarik, namun terlihat faktual, seperti laporan berita. Maka dari itu,
Thompson & Bowen menggunakan Rule of Third untuk menciptakan komposisi
framing yang sesuai dengan tujuannya. Mereka menganjurkan untuk meletakkan
elemen visual atau fokus pada titik dimana 2 garis bersinggungan.
Gambar 2.5. Shot dengan look room yang minim
(Thompson & Bowen, 2009)
Gambar 2.6. Rule of Third pada skala shot 16:9 & penerapannya (Thompson & Bowen, 2009)
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
13
2.3. Arsitektur Lanskap
Definisi Arsitektur Lanskap menurut Kaswanto (2018), adalah lanskap/bentang
alam/tapak yang memiliki bentuk pemandangan yang indah & selaras dengan
lingkungan sekitarnya, serta mempunyai manfaat dan fungsi tertentu mendukung
kepentingan & kesejahteraan manusia. Ruang lingkup seorang arsitek lanskap
menurut Kaswanto adalah perencanaan lanskap, desain lanskap, dan pengelolaan
lanskap. Perencanaan Lanskap adalah pengorganisasian unsur pembentuk lanskap
untuk mewujudkan karya ARL (Arsitektur Lanskap) yang berkelanjutan, dengan
minimum kerusakan dan gangguan lingkungan, serta maksimum kenyamanan dan
estetika lingkungan. Unsur-unsur perencanaan lanskap dibagi menjadi dua, yakni
unsur SDA & lingkungan, meliputi geologi, tanah, iklim, air, vegetasi, hewan, dan
lainnya; dan unsur ARL, berupa struktur, ruang, pemandangan, dan lainnya.
Desain Lanskap (Perancangan Lanskap) didefinisikan oleh Kaswanto sebagai
proses dan kegiatan kreatif & inovatif dalam mengolah elemen desain untuk
menghasilkan suatu karya/produk yg memuaskan penggunanya. Unsur-unsur yang
berada dalam desain lanskap mencakup unsur desain tradisional, seperti garis,
bentuk, ukuran, warna, arah, aroma, bunyi, dan lainnya. Pengelolaan Lanskap
menurut Kaswanto adalah pengelolaan program, estimasi tenaga kerja, dan biaya
yang diperlukan kedua tahap terdahulu.
Baskara (2010) berkata bahwa analisa dan perencanaan lanskap/tapak tak
dapat dipisahkan, sesuai dengan kata Nurisjah & Pramukanto pada 1993. Beliau
menjelaskan bahwa analisa tapak merupakan proses penelitian terhadap tapak dan
lingkungan sekitarnya. Analisa tapak dilakukan guna merencanakan suatu
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
14
tindakan terhadap tapak yang dapat mengamankan biosfer, bumi, air, udara, dan
daratan. Penelitian dilakukan terhadap tapak dan lingkungan sekitar yang
berpotensi berpengaruh terhadap tapak, semisal standar, analisis sosial, ekonomi,
budaya, serta jenis kegiatan yang akan dilakukan diatas tapak tersebut. Baskara
juga menuliskan 4W1H untuk analisa tersebut, yakni What (Untuk apa desain
dibuat?), Why (Mengapa dibuat?), Where (Dimana letaknya?), When (Untuk
kapan?), dan How (Bagaimana cara membuatnya?)
2.3.1. Tanaman Dalam Arsitektur Lanskap
Menurut Hestiyanto (2015), faktor yang mempengaruhi persebaran vegetasi
adalah iklim, kesuburan tanah, dan ketinggian tempat, serta bentuk lahan atau
topologinya. Kaswanto (2018) menyatakan tanaman sebagai elemen utama sebuah
lanskap, dan tidak ada lanskap yang tidak memiliki elemen tanaman. Beliau juga
berpendapat kalau penataan tanaman dalam lanskap diperlukan untuk
mengoptimalkan manfaat tanaman dalam menciptakan lanskap yang ideal.
Definisi tanaman lanskap menurut Kaswanto ialah tanaman yang dibudidayakan
untuk penataan lanskap. Tanaman lanskap juga dapat mencakup tumbuhan alami
yang sudah terdapat didalam tapak.
Kaswanto kemudian mengelompokkan tanaman menurut pola
pertumbuhannya, yaitu menjadi rumput (grass), tanaman penutup tanah
(groundcover plant), semak (shrubs), pohon (tree), tanaman memanjat (climber
plant), tanaman epifit (epiphytes), dan tanaman hemiefifit (hemiephiphytes).
Rumput didefinisikan sebagai spesies dari famili Poaceae atau Graminae,
memiliki stolon merayap di atas tanah, rhizom atau umbi di bawah tanah, dan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
15
tahan injakan. Tanaman penutup tanah didefinisikan sebagai tanaman dengan
banyak percabangan, menjalar atau menganak, tajuk menutupi tanah dengan rapat,
dengan tinggi kurang dari 0,5 meter. Semak didefinisikan sebagai tumbuhan tanpa
batang utama, memiliki banyak percabangan, atau berumpun dengan banyak
anakan, dan memiliki tinggi sampai 3 meter.
Gambar 2.7. Argostis tenuis – rumput & Microbiota decussata – penutup tanah
(Rasbak, Wikipedia, 2005 & Walliser, Savygardening.com, 2018)
Gambar 2.8. Tanaman teh (Camellia sinensis) - semak-semak
(Asklepios seeds, n.d.)
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
16
Perdu didefinisikan sebagai tumbuhan dengan batang utama, yang
memiliki tinggi 3 meter (perdu kecil) sampai 5 meter (perdu besar/pohon kecil).
Pohon didefinisikan sebagai tumbuhan yang memiliki batang utama yang jelas,
dan memiliki tinggi diatas 5 meter. Tanaman memanjat didefinisikan sebagai
tanaman yang dapat memanjat pada benda yang dapat dipanjat, seperti batang
pohon lain, semak, tembok, tiang, dll. Tanaman epifit didefinisikan sebagai
tanaman dengan akar yang menempel pada tanaman lain, dan tidak memanjang ke
tanah. Tanaman hemiefifit adalah tanaman yang mulanya menyerupai epifit,
namun kemudian akarnya memanjang ke tanah untuk menopang tajuk, dan untuk
mengambil air dan nutrisi. Akar tanaman hemiefifit mencekik tanaman inangnya.
Gambar 2.9. Strangler Fig yang ‘mencekik’ Bald Cypress - hemiefifit. (Beyond My Ken, 2018)
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
17
Gambar 2.10. Tanaman ketimun – memanjat & anggrek Laeliocattleya - epifit (Tomwsulcer, 2011 & Logan, 2013)
2.3.1.1. Identifikasi Pohon
Menurut Russel & Cutler (2012, hlm 64), ada 7 fitur utama yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sebatang pohon. Ketujuh fitur ini adalah
bentuk & ukuran, evergreen atau menggugurkan daun, daun, bunga, buah,
kulit pohon, dan tunasnya. Sebagian dari fitur ini tidak akan selalu
nampak. Hal ini dikarenakan musim & iklim sebuah daerah, namun
sebagian fitur lainnya merupakan hal yang konstan dapat dilihat sepanjang
tahun. Beberapa pohon memiliki bentuk dan ukuran yang membedakan
mereka dari pohon lainnya, seperti misalnya pohon palem, yang memiliki
1 batang utama, dan daun yang sub-divisinya memiliki daun panjang.
Bentuk Spherical adalah bentuk pohon yang membulat. Coniferous
Spreading adalah bentuk dimana dahan tumbuh sejajar secara melingkar &
mendatar. Deciduous Spreading terlihat seperti bentuk Spherical, namun
lebih menyebar keluar, sehingga terlihat agak pipih di atas. Bentuk Ovoid
adalah dimana pohon terlihat seperti bentuk tetes air terbalik. Bentuk
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
18
Conical adalah pohon yang berbentuk seperti limas lingkaran, atau
kerucut. Bentuk Weeping nyaris sama dengan Conical, namun di bentuk
Weeping, dahan pohon melengkung mengikuti arah gravitasi. Bentuk
Columnar adalah dimana pohon tumbuh dengan bentuk yang menukik
keatas, sehingga terlihat seperti kolom.
Gambar 2.11. Bentuk-bentuk Pohon (Russell & Cutler, 2012)
Di negara 4 musim, tanaman evergreen mudah diidentifikasi di musim
dingin. Menurut Russell & Cutler, kebanyakan tanaman evergreen jatuh ke
2 kategori. Kategori satu memiliki daun yang panjang & tipis seperti
jarum, yang masuk ke tipe konifer. Kategori yang kedua memiliki daun
yang tebal dan mengkilap. Di musim lain atau di daerah yang memiliki
iklim tropis, identifikasi pohon evergreen atau pohon yang menggugurkan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
19
daun harus mengandalkan fitur-fitur lain dari pohon tersebut, semisal dari
daun.
Russell & Cutler membagi bentuk-bentuk daun menjadi 6 kategori, yaitu
entire, serrated, lobed, palmate, compound palmate, dan pinnate. Daun
entire adalah jenis daun yang tidak terbelah dan tidak memiliki tepi
bergerigi. Daun serrated adalah jenis daun yang memiliki gerigi
(serration) di tepinya. Daun lobbed adalah daun yang di sisi tengahnya
melekuk kedalam, namun melekuk keluar lagi setelahnya. Daun palmate
berbentuk seperti tangan dengan jari-jarinya. Daun compound palmate
juga berbentuk seperti tangan, namun indentasi pada daun turun hingga ke
batang daunnya, sehingga terlihat seperti 5 daun yang membentuk tangan.
Sementara daun pinnate adalah ketika daun terbagi menjadi sub-divisi
dedaunan kecil. Russell & Cutler (hlm 66) berpendapat kalau banyak
pohon tropis yang memiliki tipe daun pinnate.
Gambar 2.12. Tipe-tipe Daun (Russell & Cutler, 2012)
Russell & Cutler menyatakan kalau identifikasi pohon dipermudah dengan
keberadaan bunga pada pohon, karena beberapa pohon memiliki bunga
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
20
yang unik. Walaupun demikian, mengidentifikasi spesies pohon
dibutuhkan penelitian lebih lanjut, seperti mengobservasi warna,
berkelopak tunggal atau ganda, dan panjang batang bunga. Di bagian apa
bunga tumbuh juga dapat menentukan identifikasi pohon tersebut. Buah
juga menjadi fitur yang memudahkan identifikasi. Buah yang sudah jatuh
memudahkan identifikasi pohon iklim tropis yang terlalu tinggi untuk
memungkinkan dilihat bunga atau daunnya secara langsung. Beberapa
buah memiliki warna & bentuk yang unik, semisal rambutan, yang
buahnya terlihat berbulu, tumbuh bergerombol, dan memiliki warna
merah-kecokelatan.
Kulit pohon juga dapat menjadi fitur yang memudahkan identifikasi.
Menurut Russell & Cutler, beberapa pohon lebih dikenali dari kulit
pohonnya, semisal Silver Birch, yang batangnya berwarna putih-perak.
Ketika musim dingin, identifikasi pohon dapat dilakukan dengan
mengamati tunas yang ada. Pohon Ash memiliki tunas berwarna hitam,
sementara pohon Magnolia memiliki tunas yang besar dan ditutupi rambut
berwarna abu-abu muda. Posisi tunas juga membantu dalam proses
identifikasi. Beberapa tunas tumbuh berpasangan horizontal di cabang,
beberapa tumbuh dengan urutan bergantian, dan beberapa tumbuh di
dalam kelompok besar.
2.3.2. Lanskap Iklim Tropis
Menurut Kaswanto (2018), lanskap tropis dicirikan dengan kerimbunan dan
ragam tanaman, warna biota yang cerah dari flora maupun fauna. Lanskap tropis
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
21
memiliki kelembaban yang tinggi, memiliki elemen air, dan dinamika atau
perubahan struktur yang relatif cepat. Ragam lanskap tropis dapat dibagai
menurut beberapa kategori, semisal berdasarkan ciri kealamian, yang meliputi
alami, semi alami, dan binaan. Berdasarkan geografis, dibagi menjadi pulau kecil,
pesisir, pantai, pegunungan, perbukitan, dan lembah. Berdasarkan tatanan wilayah
atau kawasan budaya, dibagi menjadi pedesaan, perkotaan, dan wilayah.
Berdasarkan aktifitas yang dikembangkan, dibagi menjadi rekreasi, wisata,
edukasi, budaya, dan sejarah.
Kaswanto juga memaparkan bahwa pengembangan lanskap tropis harus
memerhatikan potensi, kendala, dan bahaya. Potensi dari lanskap tropis antara lain
kehijauan, ragam, keindahan, keunikan, dan keeksklusifannya. Kendala dari
pengembangan lanskap tropis antara lain kepekaan, skala kawasan yang kecil,
kelongsoran, dan lain-lain. Bahaya dari pengembangan lanskap tropis adalah ring
of fire, gempa tsunami, dan anomali iklim. Kaswanto menganjurkan
pengembangan lanskap tropis mengoptimasi potensi & kendala, dan menghindari
bahaya, tidak melebihi kapasitas alam, menentukan tata ruang kepekaan kawasan
dan zona kesesuaian dengan pembangunan, serta memanfaatkan sumber daya
lokal dengan optimal.
2.3.3. Desain Ekosistem Hutan
Verweij (2016) menyatakan kalau merancang ekosistem hutan yang sehat harus
dari tanah terlebih dahulu, setelahnya baru komponen yang ada diatasnya.
Komposisi vertikal dari ekosistem hutan berupa tanah, lapisan groundcover,
lapisan shrub, lapisan midstory, dan lapisan kanopi. Tanah merupakan salah satu
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
22
komponen terpenting dalam merancang ekosistem hutan yang sehat. Tanpa tanah
yang cocok, tumbuhan tidak bisa tumbuh dengan subur. Kebanyakan spesies
tumbuhan menyukai tanah dengan ph asam, sehingga idealnya, sebuah hutan
memiliki tanah dengan ph asam. Selain tanah, ada juga tanah liat, pasir, dan
lumpur (silt). Tanah liat yang ideal adalah tanah liat yang menampung air.
Kombinasi ketiga komponen tersebut dengan tanah akan menciptakan ground
layer yang ideal.
Sebuah hutan tidak hanya terdiri atas pepohonan. Rerumputan dan
tanaman groundcover lainnya mengikat tanah sehingga tidak terjadi erosi, dan
menyediakan makanan bagi fauna yang tinggal di tanah. Verweij menyebutkan
kalau sebuah hutan yang lengkap memiliki tanaman ephemeral, rumput atau
tanaman yang mirip rumput, tanaman fern, tanaman herbal, dan tanaman sulur.
Verweij berpendapat kalau lapisan groundcover sulit untuk direplika, karena
beberapa tanaman membutuhkan komposisi tanah yang tidak biasa. Walaupun
demikian, banyak spesies rumput, fern, dan sulur yang dapat mentoleransi
transplantasi. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk mempersiapkan ekosistem
hutan sehingga bibit lain bisa menyesuaikan dengan cara yang lebih natural.
Lapisan selanjutnya adalah lapisan shrub, atau semak-semak. Verweij
menyebutkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan fisik antara semak-semak
dan pohon, selain ukuran tanaman ketika dewasa. Kebanyakan semak tidak
mencapai tinggi 20 kaki (6 meter) ketika dewasa. Lapisan shrub menyediakan
perlindungan dan tempat berteduh bagi hewan di hutan. Verweij berpendapat
bahwa lapisan shrub yang sehat merupakan indikasi dari hutan yang sehat, dan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
23
juga mengindikasikan keseimbangan berbagai aspek yang ada di dalam hutan
tersebut. Selanjutnya, Verweij membagi lapisan midstory menjadi 2, yakni
understory dan midstory. Pohon di lapisan understory berketinggian dibawah 30-
40 kaki (9-12 meter), dan ada diatas lapisan shrub. Lapisan midstory terdiri atas
pohon yang sedang bertumbuh untuk mencapai lapisan selanjutnya. Dalam hutan
buatan, lapisan midstory bisa direplika dengan mentransplantasi pohon yang
sudah tumbuh besar sebelumnya, namun transplantasi ini harus memerhatkan
lokasi penanaman. Jika tanaman tidak cukup mendapatkan sinar matahari,
tanaman tersebut tidak akan hidup.
Verweij berpendapat lapisan kanopi merupakan lapisan terpenting bagi
sebuah hutan. Lapisan kanopi terdiri atas pohon yang lebih tinggi dari 12 meter,
dan merupakan penghalang hujan dan sinar matahari untuk sampai ke lantai
hutan. Pohon di lapisan ini umumnya lebih tua, dan mengumpulkan energi
cadangan dari akses mereka ke sinar matahari. Beberapa pohon di layer kanopi
menciptakan habitat tersendiri untuk tanaman lain, seperti sulur dan tanaman
epifit. Verweij mengatakan menciptakan lapisan kanopi di hutan buatan
membutuhkan kesabaran, karena transplantasi pohon besar membutuhkan biaya
besar dan sulit dilakukan. Verweij berpendapat cara terbaik adalah menanam
untuk masa depan, dengan lapisan-lapisan sebelumnya telah tersedia, sehingga
hutan yang lebih alami dapat tercipta.
Setelah menciptakan semua lapisan, Verweij mengatakan kalau hutan
harus tetap diberikan pengawasan. Walaupun membiarkan hutan berjalan secara
alami adalah hal yang penting, spesies tanaman hama, polusi, serangga dan hewan
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
24
asing dapat menciptakan ketidak-seimbangan dalam ekosistem. Verweij juga
mengatakan kalau tanah dan tanaman bukan satu-satunya aspek yang menjadikan
hutan sebuah ekosistem yang sehat. Air, dalam bentuk air tanah, sungai, atau
rawa, menyediakan kehidupan bagi flora dan fauna yang ada di hutan. Fauna yang
ada dapat menyebar bibit dan melakukan penyerbukan bagi flora yang ada. Jamur
dan spesies fungi melakukan dekomposisi bagi material yang sudah mati. Semua
aspek ini penting bagi ekosistem hutan, dan menjadi penting jika ingin membuat
hutan yang dapat menghidupi dirinya sendiri.
2.4. Ekosistem yang Mendukung Kebutuhan Burung Gereja
Menurut Safitri (2018, hlm 71), interaksi antara lingkungan dengan komponen-
komponennya dinamakan ekosistem. Didalam ekosistem, komponen-komponen
tersebut dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu abiotik dan biotik. Menurut Safitri
(2018), komponen abiotik merupakan komponen ekosistem yang berupa bahan
fisik maupun kimia sebagai tempat berlangsungnya kehidupan. Komponen abiotik
terdiri atas udara, air, tanah, cahaya matahari, suhu, garam mineral, dan iklim.
Komponen biotik adalah komponen yang berupa makhluk hidup. Beberapa contoh
dari komponen biotik adalah hewan, manusia, mikroorganisme, dan tumbuhan.
Secara struktural, Utomo, Sutriyono, dan Rizal (2014) membagi komponen
ekosistem menjadi 6, yaitu bahan anorganik, bahan organik, kondisi iklim,
produsen, makrokonsumen, dan mikrokonsumen. Bahan anorganik meliputi C, N,
CO2, H2O, dan lainnya yang akan mengalami proses daur ulang, Bahan organik
meliputi karbohidrat, lemak, protein, bahan humus, dan lainnya yang merupakan
penghubung antara komponen biotik dan abiotik. Kondisi iklim meliputi faktor
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
25
alam semisal angin, curah hujan, dan temperatur. Produsen adalah organisme
autotrof, terutama tumbuhan berkrolofil, karena mampu menghaslkan energi
makanannya sendiri, semisal dengan fotosintesis. Makrokonsumen adalah
organisme heterotrof yang hidup bergantung pada organisme lain, dan hidup
dengan memakan materi organik. Mikrokonsumen/dekomposer adalah organisme
heterotrof, saprotrof, dan osmotrof, semisal bakteri dan fungi, yang memecahkan
materi organik menjadi bahan anorganik. (hal 1.15-1.16)
Gambar 2.13. Tree Sparrow
(Irving, 2012)
Burung gereja merupakan nama umum untuk famili Passeridae di
Kingdom Aves. House Sparrow, salah satu spesies Passeridae, merupakan salah
burung yang paling umum di dunia. Hal ini dikarenakan House Sparrow ada
secara alami di Eropa, Asia, dan Afrika Utara, yang kemudian berkembang ke
Amerika, Afrika Selatan, dan beberapa tempat di Australia. Menurut British Trust
for Ornithology (BTO), di Asia, Tree Sparrow lebih umum dijumpai daripada
House Sparrow. BTO membagi tempat tinggal burung-burung yang mereka teliti
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
26
menjadi 13 klasifikasi lingkungan, yaitu hutan berdaun lebar, hutan konifer
(berdaun jarum), scrubs (area yang memiliki banyak semak-semak), heathland
(area bertanaman kecil dengan tanah yang tidak subur), moorland (area berbukit
yang ditutupi rumput), pasture (area berumput untuk mengembang-biakkan
hewan), arable (area perladangan), marsh (peralihan antara air dan darat,
cenderung ditumbuhi herbal), bogs (rawa bertanah lunak & cenderung asam),
reedbed (area buluh), coastal (area pantai), desa, dan kota. Dari ketiga belas
tempat, Tree Sparrow ditemukan tinggal di 8 tempat. Preferensi terbesar ada di
arable, kedua di pasture dan desa. Ketiga, di hutan daun lebar, scrub, dan kota.
Hutan konifer, heathland, dan reedbed memiliki populasi yang sangat sedikit.
Moorland, bogs, dan coastal tidak ditinggali sama sekali.
Burung gereja, baik jenis House Sparrow maupun Tree Sparrow, dapat
ditemukan sepanjang tahun, dan bukan merupakan burung musiman. BTO
menyatakan kalau burung dalam famili Passeridae dapat bertelur beberapa kali di
satu musim. Cornell Lab of Ornithology menyatakan bahwa Tree Sparrow
memakan rerumputan, biji-bijian, telur serangga, dan larva. Mereka juga
memakan serangga, semisal kumbang, lalat, belalang, lebah/tawon, ngengat, dan
ulat. Jika tinggal di lingkungan yang dekat dengan manusia, Tree Sparrow akan
memakan makanan apapun yang disisakan oleh manusia. Menurut Royal Society
for the Protection of Birds (RSPB), organisasi penyelamatan alam terbesar di
Inggris, serangga dan laba-laba diperlukan untuk makanan bayi burung selama 2
minggu kehidupan pertamanya. Tree Sparrow bersarang di dalam lubang pohon,
ceruk pohon, bangunan, dan kotak sarang. Menurut RPSB, Tree Sparrow juga
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019
27
dapat bersarang di semak-semak yang rimbun. Sarang burung Passeridae
berbentuk melingkar secara kasar. Menurut Cornell Lab of Ornithology, sarang
tersebut biasanya dibuat dari rerumputan kering, jerami, dan akar, dilapisi dengan
material lebih halus seperti bulu, rambut binatang, bagian bunga, kertas bekar/tisu,
benang, dan dedaunan hijau. Burung Passeridae bersarang dalam koloni lepas.
Gambar 2.14. Sarang burung Tree Sparrow
(Bisbee, 2012)
Burung gereja, sama seperti burung lain, memiliki pemangsa alami.
Pemangsa burung antara lain adalah anjing, kucing, rubah, rakun, musang, sigung,
ular, dan burung karnivora. Menurut Perky Pet (2019), karena keberadaan
pemangsanya, burung gereja lebih memilih untuk mencari makan di area yang
renggang dalam kerapatan, dan dapat dilihat dengan jelas. Hal ini sehingga
mereka dapat menyadari keberadaan pemangsanya dengan lebih mudah.
Kebanyakan dari pemangsa diatas lebih memilih untuk memangsa anak burung,
burung yang sudah tua, atau burung yang terluka. Hal ini memudahkan pemangsa,
karena target mereka lebih lemah daripada burung dewasa yang sehat. Beberapa
pemangsa, seperti rubah, sigung, dan ular, memilih untuk memakan telur burung.
Perancangan Environment Bentang..., Jessica Hanwie, FSD UMN, 2019