LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The...

8
Pembangunan infrastruktur di Indonesia masih tertinggal dibanding Thailand, Malaysia dan Singapura. Padahal, tahun 2015 Indonesia akan menghadapi pasar bebas Asean (Asean Free Trade Area). Diperlukan kerja keras untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur agar mampu bersaing dengan negara lain. Berdasar World Economic Forum 2013-2014, competitiveness Index kualitas infrastruktur jalan di Indonesia menduduki peringkat 61 dari 148 negara. Sedangkan menurut Word Bank 2014, Logistic Performance Index yang salah satunya dipengaruhi infrastruktur jalan, Indonesia pada peringkat 53 dari 155 Negara. Peringkat Indonesia masih tertinggal dari Singapura, Malaysia dan Thailand. “Kita mengalami krisis infrastruktur,” kata Tri Widjajanto, Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional kepada The President Post di Jakarta, akhir Agustus 2014. Menurut Tri, kondisi infrastruktur yang kurang memadai itu disebabkan minimnya anggaran untuk membangun sektor ini. Sejak krisis moneter tahun 1998, anggaran infrastruktur ikut turun sehingga penyediaan infrastruktur tidak sebanding dengan perkembangan kebutuhan akibat pertambahan penduduk. “Untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 %, idealnya nilai pembiayaan infrastruktur minimal 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB),” tambah Tri mengutip pendapat Bank Dunia. Sementara itu nilai pembiayaan infrastruktur pada Anggaran Pendapatan dana Belanja Negara (APBN) dari tahun 2005 hingga tahun 2013 sangat fluktuatif. Walaupun terjadi peningkatan, porsi pembiayaan infrastruktur terhadap total APBN tidak bertambah secara signifikan. Pembiayaan infrastruktur rata-rata 1,66 % dari PDB dan hanya setelah tahun 2012 berada di atas 2 % mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu sekitar 6%. Selain APBN, sumber pembiayaan infrastruktur juga berasal dari APBD, BUMN dan swasta. Menurut data BAPPENAS, proporsi investasi pembiayaan infra- struktur di tahun 2013 yang bersumber dari APBN, APBD, BUMN dan swasta sebesar 4,72 % dari total PDB. “Masih jauh dari ideal,” tambahnya. Sebagai perbandingan, di India sejak 2009 nilai investasi infrastruktur mencapai 7 % PDB. Sementara di Tiongkok, sejak 2005 nilai investasi infrastruktur 9-11 % PDB. Menurut Tri, peran swasta dalam pembiayaan infrastruktur masih sangat kecil dibandingkan BUMN dan Daerah. Keterbatasan infrastruktur serta regulasi dan birokrasi yang rumit menjadi alasannya. Untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur, Indonesia harus bisa mencapai total investasi infra- struktur sebesar 7% PDB dengan mengoptimalkan peran BUMD, BUMN dan swasta. Dalam rancangan pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) terkait infrastruktur periode 2015-2019, pemerintah membutuhkan dana Rp 6.552 triliun untuk memenuhi keseluruhan infrastruktur dalam periode 5 tahun tersebut. Untuk mengoptimalkan peran BUMD, BUMN dan swasta, dia menyebut tiga skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS). Pertama, KPS regular di mana proyek layak secara ekonomi dan financial. “Idealnya seluruh perencanaan, pembangunan, pendanaan dan pengoperasian diserahkan kepada swasta,” jelasnya. Skema kedua adalah KPS dengan dukungan pemerintah. Skema ini dipakai untuk proyek yang layak secara ekonomi tetapi tidak terlalu menguntung- kan secara financial. Pemerintah memberikan dukungan berupa pendanaan pembebasan tanah, pembiayaan sebagian konstruksi, dan pemberian dana talangan (Viability Gap Fund). Skema ketiga adalah hybrid financing atau pendanaan campuran. Skema ini untuk membiayai proyek yang layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial. Pemerintah sepenuhnya membangun proyek tersebut, sedangkan operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh BUMD, BUMN atau swasta. Tri menyarankan, untuk mengoptimalkan peran BUMN, BUMD dan swasta, pemerintah harus mem- buat terobosan. “Dari sisi kelembagaan, pemerintah harus meningkatkan peran badan investasi pemerintah, membentuk bank infrastruktur serta memperkuat struktur modal BUMN infrastruktur,” katanya. Soal skema KPS, pemerintah bisa menugaskan kepada BUMN dan membuat skema Performance Based Annuity Scheme (PBAS) di mana pemerintah akan membayar biaya invetasi dan operasional infrastruktur setelah proyek tersebut selesai dikerjakan oleh pihak swasta. Tentunya, untuk menjalankan terobosan-terobosan baru itu, pemerintah harus memiliki payung hukum yang jelas sehingga perlu dibuat regulasi yang me- ngatur tentang peningkatan peran Badan Investasi Pemerintah, regulasi terkait bank Infrastruktur, regulasi terkait PBAS, dan regulasi terkait penugasan kepada BUMN infrastruktur. (jok) LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The President Post THE SPIRIT OF INDONESIA Sekretaris Redaksi: Nourul Ulfah Redaktur: Inggit Agustina Joko Harismoyo Reporter: Heros Barasakti Desainer Grafis: Nike Andriana Marketing dan Event: Putri Kenanga Ronni Ferdy Account Executive: Achmad Iqbal Ike Mayasari Sirkulasi dan Distribusi: Maman Panjilesmana Rifki Amiroedin Penanggung Jawab Website: Reza Partakusuma Irawan Bambang Sugeng Alamat Redaksi dan Sirkulasi: Menara Batavia 2nd Floor Jl. K. H. Mas Mansyur Kav. 126 Jakarta 10220 Ph. (021) 57930347 Fax (021) 57930347 Email Redaksi: [email protected] Diterbitkan oleh PT. Media Prima Nusa www.readtpp.com www.thepresidentpost.com www.thepresidentpostindonesia.com Didukung Oleh: Riset dan Sumber Daya Manusia Bekerja Sama Dengan: Tri Widjajanto: Terobosan Baru Pembangunan Infrastruktur di Indonesia PRESIDENT UNIVERSITY Editorial Staff Editor In Chief: Rachmat Wirasena Suryo Penasihat: Samsul Hadi Kunto Hernansaputro Ali Basyah Suryo LEMBAGA KAJIAN NUSANTARA www.readtpp.com Website Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post Indonesia

Transcript of LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The...

Page 1: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

Pembangunan infrastruktur di Indonesia masih tertinggal dibanding Thailand, Malaysia dan Singapura. Padahal, tahun 2015 Indonesia akan menghadapi pasar bebas Asean (Asean Free Trade Area). Diperlukan kerja keras untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur agar mampu bersaing dengan negara lain.

Berdasar World Economic Forum 2013-2014, competitiveness Index kualitas infrastruktur jalan di Indonesia menduduki peringkat 61 dari 148 negara. Sedangkan menurut Word Bank 2014, Logistic Performance Index yang salah satunya dipengaruhi infrastruktur jalan, Indonesia pada peringkat 53 dari 155 Negara. Peringkat Indonesia masih tertinggal dari Singapura, Malaysia dan Thailand. “Kita mengalami krisis infrastruktur,” kata Tri Widjajanto, Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional kepada The President Post di Jakarta, akhir Agustus 2014.

Menurut Tri, kondisi infrastruktur yang kurang memadai itu disebabkan minimnya anggaran untuk membangun sektor ini. Sejak krisis moneter tahun 1998, anggaran infrastruktur ikut turun sehingga penyediaan infrastruktur tidak sebanding dengan perkembangan kebutuhan akibat pertambahan penduduk.

“Untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 %, idealnya nilai pembiayaan infrastruktur minimal 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB),” tambah Tri mengutip pendapat Bank Dunia. Sementara itu nilai pembiayaan infrastruktur pada Anggaran Pendapatan dana Belanja Negara (APBN) dari tahun 2005 hingga tahun 2013 sangat fluktuatif. Walaupun terjadi peningkatan, porsi pembiayaan infrastruktur terhadap total APBN tidak bertambah secara signifikan. Pembiayaan infrastruktur rata-rata 1,66 % dari PDB dan hanya setelah tahun 2012 berada di atas 2 % mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu sekitar 6%.

Selain APBN, sumber pembiayaan infrastruktur juga berasal dari APBD, BUMN dan swasta. Menurut data BAPPENAS, proporsi investasi pembiayaan infra-struktur di tahun 2013 yang bersumber dari APBN, APBD, BUMN dan swasta sebesar 4,72 % dari total PDB. “Masih jauh dari ideal,” tambahnya. Sebagai perbandingan, di India sejak 2009 nilai investasi infrastruktur mencapai 7 % PDB. Sementara di Tiongkok, sejak 2005 nilai investasi infrastruktur 9-11 % PDB. Menurut Tri, peran swasta dalam pembiayaan infrastruktur masih sangat kecil dibandingkan BUMN dan Daerah. Keterbatasan infrastruktur serta regulasi dan birokrasi yang rumit menjadi alasannya.

Untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur, Indonesia harus bisa mencapai total investasi infra-struktur sebesar 7% PDB dengan mengoptimalkan peran BUMD, BUMN dan swasta. Dalam rancangan pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) terkait infrastruktur periode 2015-2019, pemerintah membutuhkan dana Rp 6.552 triliun untuk memenuhi keseluruhan infrastruktur dalam periode 5 tahun tersebut.

Untuk mengoptimalkan peran BUMD, BUMN dan swasta, dia menyebut tiga skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS). Pertama, KPS regular di mana proyek layak secara ekonomi dan financial. “Idealnya seluruh perencanaan, pembangunan, pendanaan dan pengoperasian diserahkan kepada swasta,” jelasnya.

Skema kedua adalah KPS dengan dukungan pemerintah. Skema ini dipakai untuk proyek yang layak secara ekonomi tetapi tidak terlalu menguntung-kan secara financial. Pemerintah memberikan dukungan berupa pendanaan pembebasan tanah, pembiayaan sebagian konstruksi, dan pemberian dana talangan (Viability Gap Fund). Skema ketiga adalah hybrid financing atau pendanaan campuran. Skema ini

untuk membiayai proyek yang layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial. Pemerintah sepenuhnya membangun proyek tersebut, sedangkan operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh BUMD, BUMN atau swasta.

Tri menyarankan, untuk mengoptimalkan peran BUMN, BUMD dan swasta, pemerintah harus mem-buat terobosan. “Dari sisi kelembagaan, pemerintah harus meningkatkan peran badan investasi pemerintah, membentuk bank infrastruktur serta memperkuat struktur modal BUMN infrastruktur,” katanya. Soal skema KPS, pemerintah bisa menugaskan kepada BUMN dan membuat skema Performance Based Annuity Scheme (PBAS) di mana pemerintah akan membayar biaya invetasi dan operasional infrastruktur setelah proyek tersebut selesai dikerjakan oleh pihak swasta.

Tentunya, untuk menjalankan terobosan-terobosan baru itu, pemerintah harus memiliki payung hukum yang jelas sehingga perlu dibuat regulasi yang me-ngatur tentang peningkatan peran Badan Investasi Pemerintah, regulasi terkait bank Infrastruktur, regulasi terkait PBAS, dan regulasi terkait penugasan kepada BUMN infrastruktur. (jok)

LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1

The President PostT H E S P I R I T O F I N D O N E S I A

Sekretaris Redaksi:Nourul Ulfah

Redaktur:Inggit AgustinaJoko Harismoyo

Reporter:Heros Barasakti

Desainer Grafis:Nike Andriana

Marketing dan Event:Putri KenangaRonni Ferdy

Account Executive:Achmad IqbalIke Mayasari

Sirkulasi dan Distribusi:Maman PanjilesmanaRifki Amiroedin

Penanggung Jawab Website:Reza PartakusumaIrawan Bambang Sugeng

Alamat Redaksi dan Sirkulasi:Menara Batavia 2nd FloorJl. K. H. Mas Mansyur Kav. 126Jakarta 10220Ph. (021) 57930347Fax (021) 57930347Email Redaksi:[email protected]

Diterbitkan oleh PT. Media Prima Nusawww.readtpp.comwww.thepresidentpost.comwww.thepresidentpostindonesia.com

Didukung Oleh:

Riset dan Sumber Daya Manusia Bekerja Sama Dengan:

Tri Widjajanto: Terobosan Baru Pembangunan Infrastruktur di Indonesia

PRESIDENTUNIVERSITY

Editorial Staff

Editor In Chief:Rachmat Wirasena Suryo

Penasihat:Samsul HadiKunto HernansaputroAli Basyah Suryo

LEMBAGA KAJIAN NUSANTARA

www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post Indonesia

Page 2: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1h a l . 2

BUDIYUWONO

Pengembangan Kota Harus TerpaduMasalah yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia sangat kompleks. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai. Akibatnya, sarana kota semakin tertinggal.

“Problem kota semakin pelik. Jalan, air, sampah, limbah, sanitasi sangat kurang,” ujar Budi Yuwono, mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Republik Indonesia saat ditemui The Presiden Post di Jakarta, belum lama ini. Menurutnya, pengolahan air limbah di Jakarta baru mencapai tiga persen. Sedangkan akses penduduk terhadap pelayanan air minum baru 67%.

Permasalahan kota semakin rumit karena mayoritas penduduk Indonesia (54%) tinggal di wilayah ini. Pertumbuhan kota mencapai 3%, sedangkan luas wilayah tidak bertambah. “Daya dukung lingkungan tambah berat,” ujar pria kelahiran Tulungagung, 17 November 1952 itu.

Jumlah penduduk kota pun terus meningkat akibat arus urbanisasi. Sementara itu, pemerintah dituntut menyediakan rumah yang layak untuk masyarakat tanpa merusak lingkungan.

www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post Indonesia

Penyelesaian TerpaduAlumnus S2 Tata Air Institute of Hydraulic Engineering Delft Belanda itu (1987) mengatakan pengembangan wilayah perkotaan harus dilakukan secara terpadu, dengan melibatkan berbagai instansi maupun antara pemerintah pusat dan daerah. “Bantuan dari pemerintah pusat harus ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah,” ujar Budi.

Pengembangan kota, terutama kota besar, tidak bisa diselesaikan oleh pemda setempat. Dia mencontohkan, untuk menyelesaikan masalah di Jakarta, misalnya soal banjir, pemda DKI harus bekerjasama dengan wilayah di sekitar-nya, Bogor dan Depok. Kerjasama antar-wilayah terhambat karena adanya ego dari masing-masing kota.

“Perlu dibentuk Kementerian Perumahan dan Pengembangan Kota (Ministry Housing and Urban Development),” lanjut Budi.

Kementerian ini bisa menyelesaikan per-masalahan kota secara menyeluruh dan terpadu tanpa merusak lingkungan. Tanpa penyelesaian terpadu, keruwetan kota Jakarta akan merambah ke kota-kota besar lainnya, seperti Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan. “Lihat saja Bandung sekarang macetnya seperti apa,” keluh alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Kementerian ini yang akan mengkoordinir berbagai instansi untuk mengatasi persoalan kota-kota besar. Untuk mengurangi kemacetan di kota, kementerian ini akan menyediakan transportasi umum yang menghubungkan kota dengan daerah penyangga.

“Bayangkan di Jepang, jarak kantor 400 km orang bisa pulang pergi,” jelasnya. Transportasi massal yang menghubungkan antarkota inilah yang bisa dikembangkan di kota-kota besar untuk mengurangi kemacetan.

Masalah rumit lainnya adalah soal perumahan. Dengan wilayah yang terbatas, pemerintah sebaiknya membangun rumah susun (rusun). “Rusun dikelola oleh badan tersendiri dan disubsidi oleh pemerintah,” tambah Budi. Rumah susun bersubsidi harus benar-benar tepat sasaran. Hanya diberikan kepada mereka yang berhak yaitu masyarakat berpenghasilan rendah.

Rumah susun itu disediakan untuk masyarakat yang saat ini tinggal di bantaran kali dan rawan banjir. “Bagaimana enggak kebanjiran. Mereka kan tinggal di kali,” ujar Budi memberi contoh warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung. Dulu, lebar sungai Ciliwung 60 meter, namun saat ini lebarnya hanya 20 meter. Di sisi kanan dan kiri Ciliwung sudah berdiri rumah penduduk. (jok)

Page 3: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post Indonesia h a l . 3

Tujuh Langkah Strategis Pembenahan Pertanahan dan Agraria di NKRI

Sejak kemerdekaan RI hingga hari ini masih carut marutnya masalah pertanahan dan agraria disebabkan masih dualismenya hukum, data yang tidak terpelihara baik tekstual dan spasial, mis manajemen dalam pengelolaan oleh negara dan minim-nya pengetahuan masyarakat serta aparat yang selalu hanya berfikir dan menyelesaikan masalah hanya secara normatif tidak/malas mengembangkan inovasi di lapangan takut salah dan kehilangan jabatan.

Kesemuanya itu menyebabkan jalannya berbangsa dan bernegara tidak efektif dan efisien untuk kemakmuran dan keadilan bagi rakyat Indonesia.

Pembenahan Pertanahan dan Agraria meliputi:

Dualisme hukum tetap terjadi walaupun UUPA dimaksud untuk menghilangkan dualisme hukum dalam agraria dan pertanahan. Pada kenyataannya masih berjalan, karena Buku II BW soal tanah belum diganti berdasarkan hukum adat.

Sedangkan UUPA dimaksud menggantikan Agrariche Wet yang berdasarkan Domein Verklaring. Hingga saat ini Domein Verklaring masih dilakukan oleh negara dan Lembaga Peradilan masih memakai BW mengakibatkan tidak adanya rasa keadilan bagi rakyat (WNI) sehingga masih banyak terjadi konflik dan sengketa pertanahan/agraria.

Karena sudah terjadi konflik dan sengketa di seluruh NKRI maka dirasa perlu adanya PERPU PERTANAHAN berdasarkan HUKUM ADAT, maksudnya hanya diambil filosofi, azas, ajaran dan teori hukum adat agar sesuai dengan jiwa dan semangat Pancasila, yaitu "De Facto-De Jure" rakyatlah (WNI) pemilik tanah sebenarnya bukan negara.

Hal ini sesuai dengan Pasal 33 Ayat 3 yo UUPA, bahwa negara menguasai dalam arti mengatur pemilikan dan memimpin penggunaan tanahnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, jadi negara RI bukan pemilik tanah sebagaimana kolonialisme Belanda sebagai pemilik tanah jajahan (taklukan) dengan teori domein verklaringnya.

Carut marut data bidang tanah (tekstual dan spasial) dapat dibenahi melalui pendataan bidang tanah partisipasi masyarakat di desa dengan Manajemen Pertanahan Berbasis Masyarakat (MPBM) dalam supervisi BPN yang mengelola

1.

2.

4.

5.

6.

7.

3.

urusan bidang tanah meliputi penguasaan, pemi-likan, penggunaan dan pemanfaatan (P4T) dalam satu komando BPN sehingga pemetaan spasial (Badan Informasi Geospasial dulu Bakosurtanal) dan perencanaan ruang (Ditjen Penataan Ruang Kemen PU) masuk dalam lembaga BPN.

Data P4T hasil MPBM berguna untuk menentukan siapa subyek hak sebenarnya yang seharusnya berhak secara keperdataan tanah berdasarkan hukum adat dan sekaligus menyelesaikan konflik dan sengketa pertanahan/agraria serta pelaksaan Reforma Agraria bukan bagi-bagi tanah tetapi mengembalikan hak keperdataan tanah kepada pemilik tanah sebenarnya.

Dengan adanya hasil pendataan ini memudahkan pelaksanaan peraturan perundangan pembatasan kepemilikan tanah baik oleh perorangan maupun badan hukum untuk mencegah monopoli tanah dan mafia tanah serta membangun sistem pelayanan pertanahan dan agraria on line, juga memberikan akses tanah dalam memberdayakan perekonomian rakyat.

Untuk mengamankan kebijakan kedaulatan pangan perlu proteksi tanah sawah agar tidak terdesak oleh pengembangan industri dan pemukiman. Maka diperlukan PERPU TATA GUNA TANAH mengingat perubahan penggunaan tanah sawah ke non pertanian sangat deras perubahannya per tahun dan pembangunan sawah memerlukan modal besar, waktu lama serta ekosistem micro biologi khusus untuk kesuburan tanah sawah.

Perambahan terhadap sawah harus dihentikan. Pembangunan di atas sawah hanya boleh untuk

infrastruktur jalan dengan tiang panjang agar meminimalisir konversi tanah sawah tersebut.

Membangun SOP Pelayanan Pertanahan dan Agraria dengan sarana kontrol melalui IT dan menghubungkan dengan E-KTP dan E-NPWP dalam rangka E-Gov't, E-Commerce dan E-Bussines.

Pengembangan SDM Pertanahan dan Agraria profesional sampai tingkat Kecamatan untuk supervisi dan pengawasan tertib administrasi pertanahan dan agraria di desa/kelurahan.

Memperjelas Tupoksi Lembaga BPN sesuai dengan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945, UUPA, Perpu Pertanahan dan Perpu Tata Guna Tanah serta mengkoordinasikan perencanaan dan pengawasan pengelolaan SDA sebagaimana amanah Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yo UUPA yaitu negara memimpin penggunaan tanahnya (termasuk SDA) untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

Menambah kewenangan BPN dengan mengkoor-dinasikan sektoral dalam masalah pertanahan dan agraria (P4T) meliputi perencanaan dan penga-wasan pada pengelolaan SDA oleh para sektoral sehingga ada kendali dalam efisiensi dan efektivi-tas SDA. Negara memimpin penggunaan tanah dan SDA untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan bagi rakyat sebagai amanah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3. Hal tersebut juga terjadi dalam bidang lain sebagaimana yang dilaksanakan oleh BKMP/D yang mengkoordinasikan PMA/DN dan Bappenas/Bappeda mengkoordinasikan Pem-bangunan. Sementara Menkeu mengkoordinasikan keuangan/pembiayaan pembangunan dan rutin.

BAMBANG SULITYO WIDJANARKO

Page 4: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

Bagi Pieter Tangka kedaulatan petani lebih penting dibandingkan dengan kedaulatan pangan. Jika mayoritas petani sudah makmur, otomatis kedaulatan pangan akan tercipta. Jadi, hal pertama yang harus diperhatikan pemerintah untuk menciptakan kedaulatan pangan adalah memakmurkan petani.

Dalam seminar Konsep Menuju Kedaulatan Pangan yang diselenggarakan Kamis (28/8/2014) di President Lounge, Jakarta Konsultan teknologi pertanian asal Minahasa, Sulawesi Utara itu mengatakan pemerintah harus melakukan empat hal untuk menyejahterakan petani.

Pertama, pemerintah harus mencerdaskan petani. “Petani kita tidak memahami masalah,” tegas Pieter. Untuk mencerdaskan petani bisa dilakukan dengan memberi pelatihan baik cara menanam, cara mem-berantas hama maupun memilih bibit unggul. Petani juga dikenalkan dengan teknologi pertanian, termasuk teknologi pasca panen.

Langkah kedua adalah memberi kemudahan kepada petani untuk mengakses modal. “Beri insentif kepada mereka,” ujar Pieter berapi-api. Petani harus diberi kemudahan untuk mendapatkan kredit dari bank.

Selama ini mereka kesulitan mendapat kredit karena tidak memiliki jaminan yang dibutuhkan pihak bank.Padahal, dalam bercocok tanam petani harus fokus.

“Bagaimana bisa fokus kalau pulang ke rumah mereka dimarahi istri karena tidak ada uang untuk makan esok hari?” tanya Pieter. Akhirnya, petani mencari pekerjaan sampingan untuk bertahan hidup. Beberapa diantaranya menjadi tukang ojek atau buruh bangunan.

Akibatnya, mereka kurang fokus terhadap tanaman yang sudah disemai sebelumnya.

Langkah ketiga, pemerintah harus mengubah birokrasi. “PPL dibubarkan saja. Lebih baik swasta yang memberi penyuluhan,” jelasnya. Menurut Pieter, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) banyak yang tidak menguasai permasalahan. Penyuluhan terhadap petani bisa diberikan oleh swasta. Misalnya, untuk pemakaian pupuk yang tepat guna, petani bisa mendapatkan masukan dari perusahaan pupuk. Sementara itu untuk memilih bibit unggul, petani bisa mendatangkan tenaga ahli dari perusahaan pembibitan. Mereka lebih paham dan menguasai masalah.

Cara keempat yang harus ditempuh pemerintah adalah memberikan Integrated Geographic Information System (IGIS). IGIS adalah sebuah sistem informasi berbasis geografis (spasial) yang tersimpan, terolah, dan tersaji secara computerize (digital). Apa yang diolah oleh GIS adalah beragam data yang nantinya menghasilkan informasi-informasi penting tentang suatu daerah. IGIS bisa dan mudah diakses oleh semua pihak.

Dia mencontohkan, misalnya pemerintah membuat data IGIS tentang Bogor. Di situ dimuat berbagai informasi mengenai Bogor, mulai dari luas wilayah, jumlah penduduk, iklim dan suhu, sampai data tanaman yang sedang tumbuh. “Ini memudahkan bagi investor, pemerintah maupun petani,” jelas Pieter. Melalui data ini, petani dan investor dapat mem-prediksi komoditi apa yang harus ditanam agar mereka mencapai hasil optimal dengan harga layak. Bagi pemerintah, data ini penting untuk melihat ketersediaan stok suatu komoditi. (jok)

Harapan Petani untuk Jokowi

PIETERTANGKA

h a l . 4 www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post IndonesiaLIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1

Page 5: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

h a l . 5

SUWARNOPUTRONAGORO

Filoso� Lima Jari Indonesia Hebat

Korupsi dan kolusi yang terjadi di Indonesia sangat memprihatinkan. Perlu revolusi mental untuk mengubah kondisi itu. Diharapkan, kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dapat merombak mentalitas masyarakat untuk menegakkan karakter bangsa menuju Indonesia Hebat.

Untuk melakukan revolusi mental harus dimulai dari pemimpinnya. “Kalau pemimpinnya bersih dan memberi contoh yang baik, bawahan akan mengikuti,” kata Suwarno Putronagoro President Director PT. Kijang Dharma Solusindo kepada The President Post di Jakarta, beberapa waktu yang lalu. Revolusi mental harus dilakukan saat ini karena karakter dan kepribadian bangsa sudah tercabik-cabik.

Pria kelahiran Gresik, 12 Mei 1954 itu mengatakan, perjalanan bangsa Indonesia bisa digambarkan dengan lima jari. Jari kelingking menggambarkan bagaimana kondisi Indonesia dalam masa penjajahan. “Kita dianggap bangsa budak sehingga rendah diri,” jelasnya. Kendati demikian, kelebihan era ini adalah Indonesia memiliki batas negara yang jelas.

Jari manis melukiskan Indonesia di zaman Presiden Soekarno (Orde Lama). Saat itu presiden pertama tersebut menekankan pada pembangunan karakter bangsa. “Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya,” kata Suwarno menirukan syair lagu Indonesia Raya. Semangat yang dibangun oleh Sokearno membuat Indonesia bangsa yang disegani dunia. Sayangnya, presiden Soekarno kurang memberi perhatian kepada pembangunan ekonomi sehingga pendapatan per kapita penduduk masih rendah.

Sementara jari tengah, lanjut Suwarno, menggambar-kan zaman Presiden Soeharto (orde Baru). Di era ini,

presiden Soeharto memberi perhatian penuh kepada pembangunan infrastruktur untuk menopang pertum-buhan ekonomi. Pembangunan digalakkan sehingga roda ekonomi berputar. Penghasilan masyarakat meningkat. Namun, kelemahan zaman ini adalah maraknya praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotismen (KKN). Akibat KKN ini presiden Soeharto harus lengser dari posisi orang nomor satu di Indonesia. Era berikutnya yang dilambangkan dengan jari telunjuk adalah zaman reformasi. Di era 2008-2014 ini, masyarakat Indonesia menjadi lebih percaya diri.

“Berani berpendapat dan mengritik pemerintah,” kata Suwarno. Keberanian itu tidak pernah ada di zaman sebelumnya, baik di masa penjajahan maupun zaman Orde Baru. Di balik rasa percaya diri yang meroket, zaman ini masih ditandai dengan maraknya KKN. Banyak pejabat yang harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena terlibat korupsi anggaran pemerintah. Selain itu, kebebasan pun cenderung di luar batas. Kondisi ini menjadi batu sandungan bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Zaman berikutnya adalah era Indonesia Hebat yang dilukiskan dengan lambang ibu jari. Untuk menggapai Indonesia Hebat, maka pemimpin dan rakyat harus bersatu menyingkirkan hambatan dan tantangan yang menghadang. Hambatan utama pembangunan adalah karakter bangsa yang rapuh, ditandai dengan masih banyaknya KKN. “Korupsi di negeri ini sudah kronis. Harus ada revolusi mental,” tegas Suwarno.

Untuk membangun manusia seutuhnya, kata alumni Teknik Sipil Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) itu, harus dilakukan melalui lima jari juga. Ibu jari melambangkan bahagia. “Setiap orang ingin bahagia. Sehat rohaninya,” katanya. Sedangkan

jari telunjuk melukiskan sehat jasmaninya. Orang yang sakit-sakitan, tidak akan bahagia.

Sementara jari tengah melambangkan kemakmuran, sehat secara ekonomi. Agar bahagia, orang yang sehat jasmani dan rohani harus mempunyai kemampuan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Setelah makmur, orang berharap agar generasi penerusnya menjadi orang yang pintar, kreatif dan berbudi pekerti. Generasi penerus yang hebat ini dilambangkan dengan jari manis. Lambang terakhir, jari kelingking, menggambarkan masa tua yang lebih bermanfaat. Saat memasuki usia pensiun, orang masih bermanfaat bagi sesama. “Siapa yang tidak ingin anaknya menjadi orang hebat dan dia masih berguna setelah pensiun?” tanya Suwarno. Jika masyarakat Indonesia sudah menjadi manusia seutuhnya, otomatis Indonesia hebat akan tercipta. (jok)

www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post Indonesia LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1

Page 6: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

SULTAN SEPUHPRA ARIFNATADININGRAT

h a l . 6

Untuk kedua kalinya Gotrasawala International Festival akan digelar tahun ini di 15-18 Oktober 2014. Acara tahunan yang awalnya diadakan di Bandung, kali ini akan diselenggarakan di Cirebon dan akan menjadi acara tetap komplek kesultanan. Sekitar 4.000 orang dari dalam dan luar negeri diperkirakan datang menghadiri festival per harinya.

“Acaranya tidak saja berupa pertunjukan seni budaya, pameran dan konferensi di kesultanan, tapi juga pesta rakyat di lapangan keraton,” kata Franki Raden, Ph.D., pendiri dan direktur Lokaswara sebagai penyelenggara Gotrasawala Internasional Festival.

Acara seni budayanya sendiri, menurut Franki, akan dibagi menjadi tiga tema, klasik, masa kini dan futuristik. Pertunjukan seni budaya yang digelar meliputi seni tari, musik, dan teater. Selain itu juga ada pemutaran dan lomba pembuatan film yang

Gotrasawala Cirebon Diharapkan Menarik 4.000 Pengunjung

Sultan Sepuh PRA Arif Natadiningrat: Wisata Budaya Hingga Kuliner

www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post Indonesia

Cirebon memiliki potensi wisata yang luar biasa, dari wisata ziarah, budaya, pendidikan sampai dengan kuliner. Untuk mengoptimalkan potensi itu, Kasultanan Cirebon bekerjasama dengan Pacific Asia Travel Association (PATA) menye-diakan penjualan tiket online. Praktis dan efesien.

Melalui tiket online, pengunjung lebih mudah menje-lajahi Cirebon. Mereka bisa memilih lokasi yang akan didatangi, mulai dari keraton, masjid agung, pabrik gula, hingga hotel tempat mereka menginap. Cukup mengakses http://www.royalkasepuhancirebon.com semua urusan wisata di Cirebon sudah beres.

Menurut Sultan Sepuh Pangeran Raja Adipati Arif

Natadiningrat, Cirebon adalah kota tua di Indonesia yang memiliki peninggalan sejarah, beberapa diantara-nya, masih utuh dan original. “Soko tatal (tiang dari serpihan kayu) di Masjid Agung Sang Cipta Rasa masih utuh,” ujar Sultan kepada The President Post di Jakarta, akhir Agustus 2014.

Potensi wisata di Cirebon, lanjut Sultan, ada empat macam. Pertama, wisata ziarah. Di Cirebon terdapat makam salah satu wali songo yaitu Sunan Gunung Jati. Banyak orang datang ke Cirebon untuk berziarah ke makan tersebut. Bahkan, beberapa diantaranya datang dari negeri jiran, Malaysia.

Potensi wisata berikutnya adalah wisata budaya.

berbasis seni budaya Jawa Barat umumnya dan Cirebon khususnya.

Pertunjukan yang bertema klasik, kata Franki, akan digelar di Kesultanan Kanoman, tema masa kini di Kesultanan Kasepuhan, sedangkan yang bertema futuristik di art center yang terletak di dekat Gua Pertapaan Sunyaragi.

Sejumlah pelaku seni ternama dalam dan luar negeri akan meramaikan festival tersebut, seperti (dari dalam negeri) Band Krakatau di musik, Endang Catur Wahyu di seni tari dan Embi C. Noer di teater, sedangkan dari luar negeri akan tampil antara lain Ana Alcaide dari Spanyol di musik, Peter Chin dari Kanada di tari dan Larry Reed dari Amerika untuk teater berupa wayang kontemporer.

Gelaran festival tersebut, kata Franki, membutuhkan dana sebesar Rp6 miliar yang sebagian besar akan

disediakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Oleh karena itu untuk pertunjukan-pertunjukan yang digelar di keraton dan art center akan dikenakan tiket masuk. Selain itu juga karena kapasitasnya yang terbatas, sekitar 1.000 orang per hari.”

Tentang harga tiket, tambahnya, sedang digodok oleh Pasific Asia Travel Association (PATA) Indonesia sebagai mitra di bagian pemasaran. “Mungkin sekitar US$100 per orang.” Sedangkan untuk pesta rakyat yang akan membutuhkan dana sekitar Rp1 miliar, pengunjung tidak dipungut biaya.

Berbagai atraksi seni budaya yang akan lebih mengandalkan spontanitas akan dipertunjukkan di lapangan keraton yang bisa menampung sekitar 3.000 orang, bersama dengan bazar makanan tradisional Cirebon dan daerah lain di Jawa Barat. "The Sultanate Protocol will also be applied to visitors."

Selain Gotrasawala, Lokaswara juga penyelengga-ra festival tahunan lainnya seperti Manado Music Festival di Juli, Toraja International Festival di bulan Agustus, Indonesian Music Expo di Okto-ber, Jakarta World Music Festival di November minggu pertama, dan World Music Festival di Bali di bulan November minggu ke tiga. (ing)

Cirebon mempunyai bangunan bersejarah sejak zaman kerajaan, kolonial, hingga sekarang seperti Masjid Bata Merah Panjunan (1453), Masjid Agung Sang Cipta Rasa (1489), Keraton Kasepuhan (1529), Keraton Kanoman (1588), dan vihara Dewi Welas Asih (1595). “Gereja tertua di Jawa Barat ada di Cirebon,” jelas Sultan.

Bangunan kuno di zaman Belanda ada Kantor Pos (1906), Bank Indonesia (1912), Stasiun Cirebon (1920), British American Tobacco (BAT) (1924), dan Balai Kota Cirebon (1927). “Tiap bulan kapal pesiar asing singgah di Cirebon,” tambah Sultan.

Potensi wisata ketiga adalah wisata pendidikan. Dulu, Cirebon hanya dilewati oleh siswa yang melakukan study tour ke daerah lain. Sekarang Cirebon selalu disinggahi. “Mahasiswa Malaysia mempelajari arsitek keraton selama tiga minggu. Mereka mengukur tiap tiang,” kata Sultan.

Potensi wisata berikutnya adalah wisata belanja dan kuliner. Banyak warga Jakarta dan Bandung yang belanja dan kuliner di Cirebon untuk menyantap makanan khas yang lezat seperti empal gentong, tahu gejrot, nasi jamblang dan nasi lengko.

Sementara itu CEO PATA Indonesia Chapter Purno-mo S mengatakan untuk meningkatkan wisatawan ke Cirebon, pihaknya tengah merancang penjualan tiket secara online. “Kami akan mencoba online ticketing, sehingga tiket untuk berwisata ke Cirebon, ke keraton itu bisa diakses dari mana saja, tidak hanya Cirebon tapi dunia,” ujar Purnomo.

Menurutnya, kerjasama PATA dengan keraton ini adalah yang pertama di Indonesia. Belum ada keraton yang melayani penjualan tiket secara online. Website penjualan tiket online kerjasama PATA dan Keraton Cirebon akan dilaunching 25 Oktober 2014. (jok)

LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1

Page 7: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

h a l . 7www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post Indonesia

MoU JABABEKA& PELINDO

Jababeka Bangun Dermaga Kapal Pesiar di Tanjung LesungPT. Jababeka, pengelola kawasan ekonomi khusus pariwisata Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten menjalin kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) untuk membangun terminal sandar (cruise terminal) kapal pesiar dan kawasan marina di daerah tersebut. Nota kesepahaman antara Jababeka dan Pelindo II ditandatangani oleh Presiden Direktur Jababeka S.D. Darmono dan Direktur Utama Pelindo II R.J. Lino di kantor Pelindo II, Tanjung Priok, Selasa, 2 September 2014.

Dalam pidato sambutannya, S.D. Darmono me-ngatakan kerjasama ini merupakan langkah awal dan sinergi dalam mengembangkan daerah pariwisata. “Visi Jababeka dalam mengembangkan Tanjung

Lesung agar menjadi tempat tujuan turis asing yang menggunakan kapal pesiar,” jelasnya. Menurut Darmono, Tanjung Lesung akan dilengkapi hotel bintang lima, ratusan vila lain, serta pusat per-belanjaan sambil menambah kelengkapan kawasan seperti akses menuju Tanjung Lesung. Saat ini akses satu-satunya ke Tanjung Lesung masih menggunakan jalur darat sepanjang 180 kilometer dari Jakarta.

Dia menambahkan, kawasan marina direncanakan bisa menampung 600 kapal: 300 kapal dari pemilik vila di Tanjung Lesung dan 300 kapal untuk umum. Darmono berharap kerja sama dengan Pelindo II bisa memicu kerja sama lainnya untuk menyiapkan akses ke Tanjung Lesung. "Saya harap yang lain bisa kerja sama agar akses transportasi bisa terbuka, seperti tol dan bandara," tambahnya.

Sementara itu, Dirut Pelindo II R.J. Lino mengatakan pihaknya sangat mendukung rencana Jababeka tersebut. “Kerjasama ini merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan jalur pelayaran sebagai moda transportasi di Indonesia,” katanya. Untuk meng-implementasi kemitraan tersebut, kedua belah pihak sepakat membentuk tim bersama yang meliputi aspek finansial, operasional, teknis, komersial, dan lain- lain.

Tanjung Lesung merupakan kawasan ekonomi khusus pariwisata yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012. Lewat anak usahanya, PT Banten West Java Tourism Development Corporation, PT Jababeka menjadi pemilik sekaligus pengelola kawasan Tanjung Lesung yang saat ini memiliki 105 unit vila dan fasilitas pariwisata lainnya.

Prefunction Hall A

LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1

Page 8: LIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1 The …thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2014/09/TABLOID... · membentuk bank infrastruktur serta memperkuat ... Jalan,

h a l . 8

KEDAULATANPANGAN

Guna menciptakan kedaulatan pangan di Indonesia, pemerintah diminta memperbaiki system produksi dan system distribusi produk-produk pertanian. Sistem produksi berkaitan dengan penyediaan bibit unggul, pupuk dan infrastruktur pendukungnya, sedangkan system distribusi berhubungan dengan penyediaan fasilitas “pasar” sebagai pusat distribusi.

Demikian kesimpulan yang diperoleh dari seminar Indonesia 2014-2019 : Konsep Menuju Kedaulatan Pangan yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Nusantara (LKN) Rumah Kreasi Indonesia Hebat (RKIH) bekerjasama dengan The President Post di President Lounge, Menara Batavia, Jakarta, Kamis (28/8/2014).

Ahmad Dimyati, mantan Direktor Jenderal Horti-kultura Kementerian Pertanian yang kini menjadi peneliti di Badan Litbang Kementan, mengatakan Indonesia memiliki modal keuntungan komparatif untuk membangun basis produksi dan pasar utama yaitu sumber daya genetik (SDG), sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).

“Perusahaan benih dunia mengincar Indonesia sebagai basis produksi benih karena merupakan pasar yang sangat besar,” ujar Dimyati. Dia berharap, pemerintah membangun pusat benih di Papua agar bisa menanam tumbuhan subtropis seperti jenis kubis tertentu.Dengan wilayah yang sangat luas dan beragam iklimnya, Indonesia tidak perlu memiliki buah

Seminar Kedaulatan Pangan: Pemerintah Harus Perbaiki Sistem Produksi dan Distribusi

unggulan nasional seperti Thailand dengan durian montong-nya. “Kita bisa menciptakan durian unggulan untuk tiap wilayah,” jelasnya. Menurut Dimyati, banyak jenis durian lokal yang rasanya lebih enak dibanding durian montong.

Sementara itu, Ardiansyah Parman mengatakan berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor 18 tahun 2012, pemerintah memiliki kewajiban untuk me-ngelola sumber penyediaan pangan dan cadangan pangan nasional. “Dalam mengelola cadangan pangan , pemerintah bisa mengimpor jika cadangan yang ada tidak mencukupi,” jelas mantan Sekretaris Kementerian Perdagangan itu. Namun, lanjut Ardiansyah, pemerintah tidak boleh menggantungkan pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Menurut Ardiansyah, kedaulatan pangan berarti pemerintah mampu menyediakan stok pangan dengan harga yang terjangkau. Dalam undang-undang itu, kedaulatan pangan yaitu hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai potensi lokal.

Menyoroti impor produk pangan, Ketua Asosiasi Pembenihan Bawang Merah Indonesia Agusman Kastoyo mengatakan Indonesia tidak perlu mengimpor bawang jika pemerintah memiliki kemauan politik. Di Indonesia, bawang bisa ditanam sepanjang tahun, termasuk ketika musim hujan. Di Thailand, bawang

tidak bisa ditanam saat musim penghujan. “Jika musim hujan, panen per hektar 4-6 ton, musim kemarau sekitar 12 ton,” jelas Agusman.

Untuk mengatur distribusi bawang agar harganya tetap stabil, dia minta pemerintah menyediakan infrastruktur dengan membangun cold storage dan bank tani. Nantinya, petani bisa meminjam modal ke bank dengan jaminan bawang yang disimpan di dalam cold storage. Pemerintah memberi jaminan kepada bank untuk penyaluran kredit itu. “Dengan demikian petani mendapatkan modal untuk menanam kembali. Harga bawang juga terkontrol,” tambah Agusman.

Usulan menarik dilontarkan oleh Hartono Wigjopranoto Direktur Utama Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas). Untuk memperbaiki system distribusi produk pertanian, dia mengusul-kan pembentukan pasar induk sebagai pusat distribusi di setiap provinsi. Kondisi pasar induk yang ada saat ini kurang memadai. “Barang mudah rusak karena kehujanan,” katanya. Pasar induk modern itu dikelola secara professional yang dilengkapi dengan informasi harga dan stok barang. Nantinya pasar induk menjalin kerjasama dengan asosiasi kelompok petani untuk secara bersama-sama bersama mengatur produksi dan pasokan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian, jumlah pasokan barang tetap sesuai dengan kebutuhan. Harga produk pun bisa diatur sehingga harga tetap stabil. (jok)

www.readtpp.comWebsite Twitter @TPP_Indonesia Facebook The President Post IndonesiaLIPUTAN KHUSUS / SEPTEMBER 2014 / MINGGU #1