Lintas Pengembangan Pariwisata
description
Transcript of Lintas Pengembangan Pariwisata
1 LINTASAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
Dari Budaya Kreativitas?
Greg Richards and Julie Wilson
Perkembangan sinergis antara pariwisata dan budaya telah menjadi pokok
utama dalam pengembangan dan pemasaran pariwisata beberapa tahun terakhir
ini. Perkembangan wisata budaya telah menjadi tren utama dalam pariwisata
global selama tiga dekade terakhir ini dan masih akan terus berkembang di masa
depan (European Travel Commission/World Tourism Organization 2005).
Keberhasilan strategi pengembangan pariwisata dengan budaya telah
mendorong lebih banyak kota, daerah dan negara-negara untuk
mengkombinasikan antara budaya dan pariwisata. Richards (2001) menjelaskan
bahwa penawaran wisata budaya berkembang lebih cepat dibandingkan
permintaan budaya selama tahun 1990-an. Tujuan wisata mulai mengganti atau
menambah strategi pengembangan budaya dengan pengembangan kreatif.
Kreativitas secara cepat telah diaplikasikan ke dalam konsep kepariwisataan.
Mengapa kreativitas menjadi aspek penting dalam strategi pengembangan
pada umumnya, dan pengembangan kepariwisataan pada khususnya? Apa
perbedaan antara wisata budaya dan pariwisata kreatif? Untuk menjelaskan alasan
mengapa kreativitas menjadi strategi pengembangan yang terkenal, sebaiknya
jelaskan terlebih dahulu alasan mengapa budaya dan pariwisata menjadi erat
terintegrasi dalam beberapa dekade terakhir ini, dan mengapa ‘jasa kebudayaan’
dalam kepariwisataan kemudian berkembang menjadi jasa kreatif.
Dari Kebudayaan Menjadi Produksi Kreatif
Dalam banyak kasus, pengembangan kebudayaan dan pariwisata berjalan
beriringan dimana fasilitas budaya menjadi andalan penting yang dapat dijadikan
objek wisata dan wisatawan membayar uang untuk mendukung ekspansi budaya.
Wisata budaya bisa disebut sebagai bentuk pariwisata yang menguntungkan,
dipandang sebagai pendukung budaya lokal dan bersifat berkelanjutan. Wisata
1
2
budaya juga dapat disamakan dengan pariwisata berkualitas; faktor yang semakin
penting di daerah-daerah yang mengalami penurunan pendapatan dari bentuk-
bentuk tradisional pariwisata massal.
Zukin (1995) menunjukkan bagaimana pertumbuhan pembangunan
budaya berkaitan dengan ekonomi. Budaya memberikan simbol, seperti museum,
galeri seni dan arsitektur ikonik, yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai
tanah dan merangsang kegiatan bisnis. Pertumbuhan ini pada gilirannya
mendukung pekerjaan di sektor budaya, memperkuat lobi untuk investasi yang
lebih dalam bidang budaya. Hal ini menghasilkan argumen yang kuat untuk
melestarikan warisan masa lalu dan memperluas budaya kontemporer untuk
memaksimalkan ‘modal budaya nyata’ dari tempat itu. Oleh karena itu budaya
berperan sebagai pembeda antara karakteristik satu tempat dengan tempat lain. Di
dunia global, mulai terjadi pembentukan image yang khas di berbagai tempat dan
memunculkan persaingan yang sengit.
Salah satu masalah yang melekat dalam strategi perbedaan budaya adalah
bahwa banyak tempat mengadopsi strategi yang sama (sering menyalin atau
'meminjam' ide-ide dari satu sama lain), dan karena itu perbedaan budaya mulai
berkurang. Jasa kreatif dalam pengembangan budaya dipengaruhi oleh faktor-
faktor dasar antara lain pengembangan symbol ekonomi, budaya sebagai produk
ekonomi dan real cultural capital atau modal kebudayaan nyata. Jika suatu daerah
tidak mempunyai bangunan heritage, bangunan ikonik dan kekurangan real
cultural capital, maka daerah tersebut harus mempunyai cara baru untuk
pengembangan kebudayaan.
Sebagai akibatnya, berbagai kota dan daerah menemukan opsi
pengembangan kreatif yang sangat menarik. Tempat-tempat yang memiliki
kebudayaan menarik mulai dipadu-padankan dengan kreativitas agar lebih
menarik. Pada saat yang sama, tempat yang tidak memiliki sumber daya budaya
harus menggunakan kreativitas sebagai salah satu dari beberapa alternatif untuk
pengembangan budaya agar dapat bersaing secara efektif di arena global.
Kelas Kreatif
Industri kreatif disebut-sebut sebagai solusi dari masalah pembangunan
ulang kota, penelitian lain mulai mengidentifikasi munculnya mobilitas,
3
konsumen kreatif. Dorongan yang paling penting untuk aplikasi strategi kreatif
dicetuskan dalam terbitan Richard Florida yang berjudul The Rise of the Creative
Class, di mana ia berpendapat bahwa dasar keuntungan ekonomi telah bergeser
dari faktor-faktor dasar produksi, seperti bahan baku atau tenaga kerja murah,
menuju kreativitas manusia. Kota dan daerah karenanya harus mengembangkan,
menarik dan mempertahankan orang-orang kreatif yang dapat menstimulasi
inovasi dan mengembangkan industri teknologi-intensif yang memperkuat
pertumbuhan ekonomi. Orang-orang kreatif ini secara kolektif membentuk 'kelas
kreatif'.
Florida membuat hubungan antara produksi kreatif dan konsumsi, dengan
alasan bahwa 'kelas kreatif' tidak hanya penting untuk produksi kreativitas, tetapi
juga konsumen terbesarnya. Florida juga menekankan bahwa apa yang penting
bagi kelas kreatif adalah 'kualitas tempat', yang menggabungkan faktor-faktor
seperti keterbukaan, keragaman, suasana, budaya jalanan dan kualitas lingkungan.
Faktor-faktor yang relatif tidak berwujud sekarang bisa dibilang lebih penting
daripada lembaga kebudayaan tradisional seperti gedung opera atau perusahaan
balet dalam keputusan lokasional orang-orang kreatif. Orang mungkin
menganggap bahwa wisatawan juga akan tertarik ke tempat-tempat tersebut,
karena banyak wisatawan yang mencari 'suasana' dan perbedaan.
Salah satu hal yang menarik dari teori Florida adalah ia membuat
hubungan antara pertumbuhan kelas kreatif dengan pencarian pengalaman.
"Pengalaman mengganti barang dan jasa karena mereka merangsang kemampuan
kreatif dan meningkatkan kapasitas kreatif kita' (2002: 168). Berbagai jenis kritik
terhadap karya Florida dapat diringkas secara singkat sebagai berikut:
Hubungan Antara Kreativitas Dan Pertumbuhan Ekonomi
Apa yang terlebih dahulu muncul? Pekerjaan atau orang-orang kreatif?
Tempat-tempat yang memiliki fasilitas budaya lebih mungkin untuk dapat
menarik kelas kreatif, sehingga mungkin bahwa kreativitas mengikuti
perkembangan ekonomi. Menurut Peck (2005), banyak hubungan yang diajukan
oleh Florida ini didasarkan pada korelasi, bukan kausalitas.
4
Indeks Kreativitas
Salah satu elemen kunci dari teori Florida adalah pengembangan indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur kreativitas tempat yang berbeda dan
menghasilkan peringkat tempat kreatif. Analisis Florida sebagian besar terletak
pada korelasi antara indeks yang telah digambarkan sebagai 'tiga T' pertumbuhan
ekonomi: talent atau bakat (diukur dengan persentase penduduk dengan gelar
sarjana), tolerance atau toleransi (persentase penduduk yang lahir di negeri asing)
dan technology atau teknologi (pekerja di industri teknologi tinggi). Telah
dikemukakan bahwa hubungan antara teknologi, warga berpendidikan, populasi
lahir asing dan kehadiran seniman tidak mengherankan. Indeks teknologi
cenderung tertinggi di kota-kota besar, yang juga cenderung untuk menarik lebih
banyak imigrasi dan memiliki sektor budaya yang lebih besar.
Dalam dunia pariwisata, orang akan berharap bahwa kota-kota dengan
skor tinggi pada indeks kreativitas Florida juga akan menarik lebih banyak
pengunjung karena mereka menjadi lebih menarik bagi kelas kreatif. Namun,
analisis korelasi peringkat indeks kreativitas dan perubahan jumlah pengunjung
luar negeri untuk 12 dari kota-kota yang datanya tersedia menunjukkan hubungan
negatif yang cukup lemah.
Tabel 1. Hubungan antara kreativitas dan perubahan kedatangan wisatawan luar
negeri di kota-kota Inggris, 2000-2003
Peringkat Indeks
Bohemian
Peringkat Perubahan
Wisatawan Asing
2000-2003
Manchester 1 2
London 2 12
Leicester 2 4
Nottingham 4 5
Bristol 5 10
Brighton/Hove 6 7
Birmingham 7 1
5
Coventry 8 7
Cardiff 9 7
Edinburgh 10 11
Liverpool 17 3
Newcastle-upon-Tyne 21 5
Ekonomi Global
Friedman (2005) setuju dengan Florida bahwa orang-orang kreatif
merupakan aset yang penting dalam ekonomi modern, tetapi ia berpendapat
bahwa orang-orang ini dapat ditemukan di mana saja. Globalisasi secara efektif
membuat dunia 'flat' dalam hal ekonomi, sehingga di mana orang-orang kreatif
hidup tidak lagi begitu penting sebagai keterampilan yang mereka miliki. Menurut
Florida, kota harus berusaha untuk menarik orang-orang kreatif untuk pindah ke
sana, sedangkan Friedman berpendapat bahwa perusahaan transnasional yang
mencari kelas kreatif di tempat mereka tinggal sekarang.
Daya Tarik Kreativitas
Richards dan Wilson (2006: 15) mengidentifikasi sejumlah alasan
mengapa kreativitas sekarang lebih populer daripada pendekatan budaya
tradisional untuk pengembangan:
Budaya sering dikaitkan dengan 'budaya tinggi', yang memiliki citra tenang
tradisional.
Sektor budaya tidak dianggap sebagai sangat fleksibel atau dinamis.
Sektor kreatif lebih luas dari sektor budaya saja, mencakup lebih sub-sektor
dan memiliki total nilai yang lebih besar dan dampak kerja.
Sektor kreatif berhubungan erat dengan inovasi dan perubahan.
Industri kreatif mencakup lebih banyak aspek konsumsi visual (iklan, film,
desain, fashion, video game).
Wanita sering memainkan peran kunci dalam pengembangan industri kreatif.
6
Citra dinamis dari kreativitas juga merupakan salah satu atraksi.
Kreativitas yang terkait erat dengan ide-ide inovasi dan kebaruan merupakan
aspek yang menarik dari strategi pembangunan, dibandingkan 'budaya' yang
cenderung dikaitkan dengan tradisi dan kurangnya perubahan.
Penekanan pada kreativitas juga dapat dihubungkan dengan pergeseran
yang lebih luas terhadap visi jamak masyarakat di era peningkatan mobilitas dan
fragmentasi sosial. 'Budaya' biasanya terkait dengan kelompok-kelompok sosial
yang ada dan terstruktur, tidak sefleksibel 'kreativitas’ yang merupakan
berdasarkan proses, dan tampaknya lebih egaliter.
Apa itu Kreativitas?
Dalam beberapa forum diskusi, hampir tidak dapat ditemukan definisi dari
istilah kreativitas. Hal ini disebabkan karena kreativitas dianggap sebagai sesuatu
yang abstrak, bersifat multidimensional dan sulit untuk dijabarkan (Florida. 2002).
Namun ada beberapa kunci utama dari kreativitas yang cenderung banyak diulang,
dan yang juga muncul dalam banyak definisi yang ada. Oxford English Dictionary
mendefinisikan kreativitas sebagai 'inventif, imajinatif; menunjukkan imajinasi
serta keterampilan rutin'. Chartrand (1990: 2) berpendapat bahwa kreativitas
terjadi ketika individu melakukan, mengetahui dan berbuat di luar cara-cara
konvensional.
Dalam pengertian ini, kreativitas dapat diterapkan untuk pariwisata
melalui pengembangan produk baru atau pengalaman; bentuk-bentuk baru
konsumsi atau ruang pariwisata baru. Masih diperdebatkan, setiap bentuk
pariwisata yang berhubungan dengan imajinasi, apakah kemampuan imajinatif
produsen atau konsumen pariwisata, dapat dipertimbangkan untuk masuk dalam
ruang lingkup 'pariwisata kreatif'.
Kenyataannya, bab dalam buku ini menunjukkan, ada sejumlah besar cara
di mana kreativitas ditafsirkan dan diterapkan, baik dalam bidang pengembangan
budaya yang lebih luas dan dalam pariwisata pada khususnya. Di antara
penggunaan istilah 'kreativitas' dalam buku ini, kita dapat mengidentifikasi:
7
Kreativitas sebagai produk
Kreativitas sebagai pengalaman
Kreativitas sebagai inovasi
Kreativitas sebagai strategi pemasaran
Kreativitas sebagai sektor industri
Kreativitas sebagai strategi pembangunan sosial
Kreativitas sebagai lanskap
Kreativitas sebagai pemecahan masalah
Kreativitas sebagai istilah kedok dari warisan dan wisata budaya
Kreativitas sebagai tantangan untuk identitas
Kreativitas sebagai perbedaan dan keragaman.
Pengembangan Kreativitas
Lanskap baru dari produksi-konsumsi menawarkan kesempatan berbagai
strategi untuk pengembangan pariwisata kreatif, misalnya:
Pariwisata berbasis pada konsumsi media kreatif;
Pariwisata berdasarkan input kreatif konsumen sendiri;
Bentuk-bentuk tradisional pariwisata dikonsumsi atau diproduksi dengan
cara yang lebih kreatif.
Pentingnya citra dalam produksi-konsumsi juga memberikan keunggulan
khusus pada industri kreatif sebagai saluran untuk mengembangkan dan
menyebarkan gambar tujuan. Hal ini terbukti dalam tren saat ini yang berkembang
yaitu ‘wisata film’. Film dan produksi televise menjadi semakin penting sebagai
alat pemasaran tujuan wisata yang menarim wisatawan untuk datang ke lokasi
syuting film. Sebagaimana Vanolo katakan, pembangunan citra kota kreatif
terletak pada pembangunan yang terdiri dari symbol-simbol visual seperti
landmark yang dapat menciptakan suasana kota yang kreatif dan memberikan
referensi budaya.
Apa yang pada dasarnya Vanolo bicarakan di sini adalah penciptaan
suasana 'kosmopolitan', yang kemudian dikemas melalui strategi pemasaran.
Gambar 1.1 menunjukkan salah satu pergeseran dari budaya nyata dan warisan
Image
Identitas
Gaya Hidup
Suasana
Narasi
Kreativitas
Media
8
budaya menuju budaya tak berwujud dan kreativitas. Ini mempengaruhi semua
jenis produk wisata (gambar 1.1) serta bidang pariwisata budaya khusus (gambar
1.2). Tujuan wisata harus mempelajari cara-cara baru dalam pengembangan dan
pemasaran wisata dan mengalihkan perhatian dari bentuk budaya tradisional
kepada hal yang lebih baru.
Gambar 1.1 Pergeseran sumber daya pariwisata dari tangible menuju intangible
Gambar 1.2. Pergeseran sumber daya kebudayaan dari tangible ke intangible dalam
pariwisata
Bangunan Bersejarah
Museum
Monumen
Pantai
Gunung
9
Pengembangan kreatif dari seni modern terletak pada transformasi elemen
budaya intangible menjadi 'pengalaman' yang dapat dinikmati oleh wisatawan.
Hal tersebut adalah sebuah proses kompleks yang memerlukan koordinasi antara
kebudayaan dan perangkat keras, perangkat lunak dan manusia yang kesemuanya
bersifat kreatif.
creative hardware : infrastruktur/ruang untuk produksi kreatif, konsumsi
dan prosumption;
creative software : suasana, mode, kualitas hidup, keanekaragaman yang
dirasakan, 'semangat';
creative orgware : sektor, industri, cluster, kebijakan, pemerintahan.
Banyak daerah sudah memiliki creative hardware, perhatian lebih banyak
berfokus kepada pengembangan creative software dan orgware dalam beberapa
tahun terakhir ini. Dalam hal orgware sejumlah kota dan daerah telah membentuk
organisasi yang bertanggung jawab untuk proses pengembangan kreatif, seperti
Creative London, Vancouver’s Creative City Task Force, dan Creative Auckland.
Tujuan wisata juga telah mulai memperhatikan software mereka, seperti 'kualitas
hidup' bagi warga dan wisatawan.
Meningkatnya peran budaya intangible dan kreativitas dalam produksi dan
konsumsi pariwisata menimbulkan tantangan baru bagi tujuan wisata, karena
banyak budaya intangible tampaknya lebih footloose dari warisan budaya
tangible. Budaya intangible lebih rentan menimbulkan masalah dalam hal
melindungi kekayaan intelektual dibandingkan dengan warisan budaya tangible,
seperti pembuat film dan perusahaan musik telah temukan dalam beberapa tahun
terakhir.
Kombinasi creative hardware, software dan orgware dapat digunakan
oleh kota-kota dan daerah untuk mengembangkan berbagai pengalaman bagi
wisatawan maupun warga. Richards dan Wilson (2006) meringkas kombinasi ini
menjadi tiga tipe dasar pengalaman pariwisata kreatif:
10
1. Pertunjukan kreatif. Kegiatan kreatif dan inovatif yang kemudian membentuk
dasar pengalaman wisata yang lebih pasif sebagai tontonan (produksi
pengalaman kreatif untuk konsumsi pasif oleh wisatawan).
2. Ruang kreatif. Daerah kantong kreatif dipenuhi oleh kebudayaan kreatif
untuk menarik pengunjung karena suasana di daerah tersebut menarik.
3. Pariwisata kreatif. Partisipasi aktif oleh wisatawan dalam kegiatan kreatif,
pengembangan keterampilan dan / atau tantangan kreatif dapat membentuk
dasar dari pengalaman wisata, yang juga bisa berarti paduan antara
pertunjukan kreatif dan ruang kreatif.
Dalam hal pariwisata, pergeseran ke arah kreativitas dapat dilihat sebagai
bagian dari sebuah evolusi dalam dasar pengalaman wisata (Gambar 1.3). Pada
tahap awal perkembangan pariwisata massal, nilai penting dari liburan bagi
banyak orang adalah aspek 'memiliki' - memiliki liburan atau memiliki harta fisik
seperti mobil atau TV berwarna. Ketika liburan menjadi salah satu bagian dari
kehidupan sehari-hari, penekanan bergeser kepada ‘apa yang dilihat’ atau ‘apa
yang dilakukan’ saat liburan. Kemudian wisata pemandangan menjadi wacana
utama dalam analisis produksi dan konsumsi pariwisata. Namun, baru-baru ini
orang mulai bosan melihat rangkaian pemandangan tanpa akhir atau melakukan
serangkaian kegiatan standar.
Mode saat ini dalam konsumsi pariwisata yaitu terletak di arena 'menjadi'
- berubah dari memiliki atau mengkonsumsi barang dan jasa. Ide ‘menjadi’ pada
liburan lebih menekankan pada kreativitas wisatawan daripada melihat mereka
sebagai konsumen pasif atau penonton.
11
Gambar 1.2 Perubahan dalam driver pariwisata dari waktu ke waktu
Untuk memainkan perannya secara efektif, wisatawan harus
mengembangkan keterampilan kinerja mereka (dengan kata lain, kreativitas).
Keahlian dalam pertunjukan wisata yang sangat maju memungkinkan seseorang
untuk pergeseran peran dan menjadi prosumer bukan hanya konsumen. Tujuan
yang dikunjungi wisatawan ini juga dapat memanfaatkan identitas ganda
wisatawan untuk menciptakan atau meningkatkan identitas mereka sendiri.
Dengan cara yang sama bahwa wisatawan bermain dengan identitas mereka,
tempat ini juga bisa mengambil dan mengembangkan banyak identitas.
Dimensi kreatif pariwisata tidak lagi didasarkan pada produksi tunggal
melalui lembaga-lembaga budaya tinggi (museum) dan hirarki (seperti yang
biasanya terjadi di wisata budaya), tetapi juga melalui kreativitas, suasana dan
narasi. Dengan munculnya budaya intangible, muncul peran yang lebih penting
untuk 'mode'. Suasana tempat dapat berubah jauh lebih cepat daripada lanskap
fisik atau koleksi museum, dan unsur-unsur baru yang kreatif dapat ditambahkan
ke tujuan wisata dalam sekejap. Pengembangan kreatif yang sukses adalah sebuah
proses kompleks yang perlu mengenali hubungan yang rumit antara masa lalu,
sekarang dan masa depan, antara budaya tinggi dan populer, dan antara ruang dan
tempat.
Lokasi Kreativitas
12
Di sebagian besar literatur kreativitas, ada hubungan yang eksplisit atau
implisit antara kreativitas dan perkotaan (lihat Evans, Bab 4). Kecenderungan
untuk mencari kreativitas dalam lingkup perkotaan berasal dari sifat dinamis dari
kota dan peran mereka sebagai pusat inovasi dan perubahan (Amin and Thrift
2002; Simmie 2001). Peran Florida (2002) dalam memperjuangkan 'kelas kreatif'
juga telah memperkuat hubungan antara kreativitas dan kota-kota, karena 'kelas
kreatif' menurut definisinya cenderung berkonsentrasi di kosmopolitan, daerah
perkotaan.
Namun, ada juga counterpoints paradigma kreativitas perkotaan yang
berlaku. Seperti yang Cloke tunjukkan dalam Bab 2 dari buku ini, kreativitas juga
merupakan aspek lingkungan pedesaan, dan bahkan dari alam itu sendiri. Ada
sejumlah alasan mengapa 'pedesaan' telah menjadi ruang kreatif dan bersaing
dengan 'perkotaan':
o Pedesaan yang telah menjadi surga kreatif bagi mereka yang ‘mundur’ dari
kota.
o Pedesaan telah lama menjadi kluster lokasi kreatif.
o Alam itu sendiri kreatif
o Ada peningkatan perbedaan antara perkotaan dan pedesaan.
Selain itu, daya tarik keberadaan pedesaan tampaknya telah sangat kuat
bagi orang-orang dari sektor kreatif. Sebagaimana Shaw dan Williams (1994)
telah tunjukkan dalam kasus South-West England, daerah pedesaan yang menarik
wisatawan juga bisa menjadi tempat yang menarik bagi pengusaha gaya hidup
untuk pindah.
Dalam pasar yang semakin kompetitif, perusahaan wisata pedesaan juga
perlu untuk membedakan diri. Sayangnya, dalam ekonomi simbolik modern,
tampaknya bahwa alam tidak cukup (Pretes 1995). Sumber daya alam daerah
pedesaan atau hutan belantara perlu ditambahkan penciptaan cerita. Salah satu
solusi untuk masalah pertumbuhan pariwisata pedesaan yaittu melalui
pengembangan produk pariwisata kreatif. Di Inggris, lembaga pembangunan
13
pedesaan telah mempromosikan penciptaan pariwisata kerajinan, festival seni,
workshop dan masterclass (Rural Regeneration Cumbria 2006).
Hambatan Pengembangan Kreatif
Ada beberapa alasan yang dipercaya bahwa pengembangan strategi
pariwisata kreatif tidak akan mudah bagi semua objek wisata. Meskipun keinginan
untuk pengembangan kreatif mungkin ada, ada sejumlah hambatan praktis yang
mungkin muncul.
Kekurangan keterampilan kreatif
Perkembangan atraksi kreatif membutuhkan perolehan keterampilan baru, baik
pada perencana maupun penyedia daya tarik. Apakah mereka yang saat ini bekerja
di industri pariwisata dan / atau sektor kreatif mampu mengembangkan
keterampilan performatif, interpretif dan pedagogis yang dibutuhkan untuk
mengadakan dan memfasilitasi pengalaman kreatif?
Kurangnya investasi kreatif
Pengembangan kreativitas juga berarti membutuhkan investasi, tidak harus dalam
infrastruktur fisik, tetapi dalam budaya intangible dan orgware. Dalam banyak
kasus, sektor kreatif menemukan kesulitan untuk menarik investasi karena ada
kekurangan aset terlihat atau pengembalian yang jelas. Hal ini jauh lebih mudah
pada budaya 'hardware', seperti museum seni atau teater, karena mereka lebih
banyak dipahami sebagai tempat dan lebih banyak didukung oleh sektor publik.
Kurangnya audiens kreatif
Meskipun 'kelas kreatif' sekarang diharapkan memperhitungkan sebagian besar
penduduk, itu harus diakui bahwa banyak kegiatan kreatif memiliki audiens yang
terbatas - secara efektif, kebanyakan bentuk pariwisata kreatif adalah bentuk-
bentuk wisata minat khusus. Ada masalah mencapai target audiens, yang sering
tersebar luas (seperti Raymond tunjukkan dalam Bab 9).
Kerugian kumulatif dari lokasi kreatif
14
Fakta bahwa kreativitas sering didorong oleh kesulitan berarti bahwa
pembangunan kreatif dapat terjadi di daerah-daerah yang berada pada posisi yang
kurang menguntungkan, misalnya dalam hal struktur ekonomi atau lokasi perifer
(Garrod dan Wilson 2003, 2004). Hal ini dapat menghambat pengembangan
pariwisata, khususnya di mana aksesibilitas menjadi masalah atau daerah
memiliki citra yang buruk.
Hal ini jelas bagi kita bahwa strategi pengembangan kreatif di bidang
pariwisata melibatkan tantangan besar dan kendala serta manfaat potensial. Dalam
mengembangkan materi dalam volume karena itu kami berusaha untuk
memberikan pandangan yang seimbang tentang hubungan antara kreativitas dan
pariwisata. Ini juga jelas dari pemilihan bahan studi kasus, yang menggambarkan
keberhasilan, tantangan dan kesulitan. Semoga pendekatan ini akan
memungkinkan pembaca untuk membuat pikiran mereka sendiri tentang pro dan
kontra dari strategi pengembangan kreatif dalam kaitannya dengan pariwisata.
2 KREATIVITAS DAN PARIWISATA DI LINGKUNGAN PEDESAAN
Paul Cloke
Pariwisata dan Ruang Pedesaan
Daerah pedesaan telah menjadi semakin penting dalam reproduksi
pariwisata beberapa tahun terakhir ini. Studi klasik oleh Mormont (1990)
mengidentifikasi lima tren masyarakat pedesaan dan ruang:
1. Peningkatan mobilitas manusia
2. Delokalisasi kegiatan ekonomi dan heterogenitas terkait zona ekonomi
3. New specialized uses of rural spaces (especially related to tourism) creating
new specialized networks of relations in the areas concerned, many of which
are no longer localized
15
4. Orang-orang yang mendiami ruang pedesaan semakin meningkat termasuk
keragaman pengunjung sementara serta penduduk
5. Ruang pedesaan sekarang cenderung melakukan fungsi bagi pengguna non -
pedesaan dan dapat ada secara independen dari tindakan masyarakat pedesaan
.
Setiap poin dalam tren tersebut menunjukkan bagaimana ruang pedesaan
telah diubah oleh praktik dan proses pariwisata, sehingga tidak ada lagi ruang
pedesaan yang sederhana dan banyak ruang sosial yang tumpang tindih pada
wilayah geografis yang sama.
Produksi Ruang Pedesaan
Ide-ide tentang ruang pedesaan diilhami oleh tulisan Henri Lefebvre
(1991) tentang produksi ruang. Lefebvre memfokuskan diri pada bagaimana ruang
sosial diproduksi. Ruang bukanlah sebuah “benda” melainkan seperangkat relasi
antara obyek-obyek dan produk material.
Pertama, ‘representations of space’ atau representasi ruang menunjukkan
bahwa ruang dikonseptualisasi dan dikonstruksi oleh oleh para ilmuwan, seperti
arsitek, ahli planologi, insinyur sipil, pemegang kebijakan, pemerintah.
Representasi ruang merujuk pada berbagai upaya verbalisasi bentuk dari ruang:
bahasa, ideologi. Lefebvre memberikan contoh peta, kartografi, tanda, informasi
pada gambar, maket termasuk berbagai ilmu yang berkenaan dengannya seperti
arsitektur, tata-kota bahkan ilmu sosial dan geografi.
Kedua, ‘representational space’ atau ruang representasi. ini disebut oleh
Lefebvre sebagai pembalikan dari representasi ruang. Ruang Representasi berisi
dimensi simbolik dari ruang. Ruang Representasi menegakkan elemen yang bukan
merujuk pada ruang itu sendiri melainkan kepada sesuatu yang lain di luar ruang;
kekuatan adikodrati, bahasa, negara, prinsip-prinsip maskulinitas dan feminimitas
dsb. Dimensi produksi ruang ini merupakan dimensi imajinatif yang
16
menghubungkan ruang dengan simbol-simbol dan makna seperti monumen,
artefak, tugu.
Ketiga, ‘spatial practices’ atau praktik spasial. Konsep ini merujuk pada
dimensi berbagai praktik dan aktivitas serta relasi sosial. Klasifikiasi spasial
menekankan aspek aktivitas yang simultan. Dalam bentuk yang konkret Pratik
spasial berisi berbagai jaringan interaksi, komunikasi serta berbagai proses
produksi dan pertukaran dalam masayarakat yang tumbuh dalam kehidupan
sehari-hari.
Mengubah Pedesaan, Mengubah Komoditas
Bentuk komoditas pedesaan yang baru memberi kesan perubahan
gambaran ruang pedesaan yang telah dibentuk dan digunakan oleh konsepsi yang
jelas apa penggunaan yang tepat baru tanah , situs dan atraksi untuk pedesaan.
Kebutuhan perubahan sistem produksi pedesaan, terutama dalam hal perlunya
diversifikasi pertanian, selaras dengan bentuk-bentuk baru konsumsi komoditas
yang luas menjunjung abadi konsepsi dari pedesaan indah, pastoral, dekat dengan
alam, kaya akan warisan, aman dan bebas dari masalah, dan seterusnya.
Kreativitas, Pariwisata dan Reproduksi Ruang Pedesaan
Menerima bahwa banyak daerah pedesaan telah kembali mendefinisikan
diri mereka sebagai ruang konsumsi di mana commodifications alam, warisan dan
tradisi telah melampaui produksi pertanian sebagai penanda utama ruang
pedesaan, sekarang mungkin yang dapat dipertanyakan, jika ada, dampak jasa
kreatif dalam pariwisata terhadap reproduksi ruang pedesaan.
Kreativitas dalam desa wisata dapat memberi kesan cara baru untuk
memahami kreativitas, contohnya perpaduan alam dan masyarakat yang berbasis
petualangan atau eco-experience. Berbagai cara yang menawarkan kesempatan
kepada wisatawan untuk mengembangkan potensi kreatif mereka melalui bentuk
partisipasi aktif cenderung akan mengarah kepada reproduksi ruang pedesaan
lebih lanjut sesuai dengan triad Lefebvre.
17
Berikut adalah empat poin dari kinerja kreatif yang masing-masing sesuai
dengan daerah pedesaan:
1. Tasting (Merasakan)
Salah satu cara sederhana dalam ‘merasakan’ yaitu dengan mengadakan event
budaya di pedesaan, yang sebelumnya hanya dapat diadakan di kota.
Contohnya, di Devon terdapat acara Nine Days of Art yang menyajikan suasana
pedesaan dan dapat melihat berbagai perhiasan, tekstil, keramik, lukisan,
patung, fotografi dan seni grafis yang terinspirasi oleh pedesaan/lingkungan
pesisir. Wisatawan tidak hanya dapat mengapresiasi dan membeli barang-
barang seni khas pedesaan tersebut tetapi mereka juga dapat belajar membuat
barang-barang kesenian sendiri. Merasakan atau mencicipi secara harfiah juga
dapat berarti kesempatan untuk mengetahui dan merasakan makanan dan
minuman local termasuk cara pembuatan dan penyajiannya. Mungkin dapat
dikatakan bahwa tasting adalah bentuk pasif dari wisata budaya. It involves
practices and performances which develop creative knowledge, intuition,
capacity and skill. Interaction with art exposes the rural tourist to signs which
both reinforce the rural idyll and contest that idyll with more dystopian
interpretations of countryside. Music in the village hall permits the learning
and honing of taste, as does food and drink tourism. In so doing, rural areas
become replete with creative spaces and practices which are capable of
performing the rural differently.
2. Placing
Bentuk lain dari kinerja kreatif yaitu adanya interaksi wisatawan dengan
pertunjukan kreatif imajinatif, contohnya Robin Hood Country, Lawrence
Country, Heriot Country dan sebagainya. Dengan mengunjungi tempat-tempat
itu, wisatawan tidak hanya dapat memngetahui karya seorang penulis dan
tokoh sastra imajinatifnya tetapi juga dapat merasakan setting pedesaan yang
ada dalam karya sastra tersebut. Penempatan karya imajinatif memberikan
kontribusi kreativitas pada tempat yang bersangkutan.
Penggunaan lokasi pedesaan pada program media massa dan film juga
memberikan dimensi baru terhadap penempatan kreatif. Hal ini dapat menjadi
magnet bagi wisatawan untuk dating mengunjunginya. Desa Goathland di
18
North York Moors sebagai contoh lokasi syuting program televise Heartbeat
yang sekarang banyak dikunjungi di Taman Nasional.
3. Pertunjukan Kreatif
Jasa kreatif dalam pariwisata memberikan kesempatan wisatawan untuk
mempelajari keterampilan baru dan melakukan kegiatan kreatif. Desa wisata
kini banyak mempunyai peluang untuk hal tersebut. Ada tempat penginapan
yang menawarkan aktivitas kreatif seperti belajar memasak makanan local,
berkuda, menembak dan lain-lain. menawarkan kesempatan kepada wisatawan
untuk mengembangkan potensi kreatif mereka tidak terbatas pada kegiatan
budaya Negara tertentu.
4. Pertunjukan Interaktif
Cloke mengusulkan jasa kreatif pada wisata pedesaan membutuhkan
bagaimana wisatawan dapat berinteraksi dengan kreativitas alam. Pada tingkat
yang paling sederhana, kreativitas dapat terlibat dengan aspek tertentu dari
alam dalam pengembangan peluang pariwisata baru. Contohnya yaitu Festival
Pohon Iona dan Mull, perayaan dua bulan pohon yang digabungkan dengan
pameran dan lokakarya dimana pengunjung dapat mempelajari alphabet pohon
kuno dari bangsa Celtic dan ikonografi yang terkait. Taktik lain operator wisata
adalah untuk meng-upgrade dan kembali mengkomersialkan-kegiatan klasik
desa wisata sehingga dapat membuat mereka lebih dipandu, informatif dan
terampil sehingga mereka terkesan.
Kesimpulan
Arti pentingnya kreativitas dalam wisata pedesaan bisa mewakili promosi suatu
jasa baru dalam komodifikasi pariwisata di daerah pedesaan. Secara umum, ruang
pedesaan semakin dipahami sebagai bentuk komoditas, di mana pedesaan
direproduksi baik sebagai obyek keinginan dan sebagai panggung untuk
pertunjukan.
Dengan demikian, jelas bahwa kreativitas di bidang wisata pedesaan
mengakibatkan berbagai praktik yang berbeda dan performatif ruang di mana
identitas dan subjektivitas wisatawan bisa direformasi dan ditingkatkan. Dalam
beberapa kasus, misalnya dalam interaksi dengan aspek-aspek tertentu dari alam,
19
praktek-praktek ini memiliki kapasitas untuk memperkuat persepsi tentang
bagaimana tradisional dipahami dan hidup ruang dimainkan di daerah pedesaan.
Alternatif lain, praktek kreatif baru dapat dipandang sebagai distopik, dan tentu
saja dapat menyajikan tuntutan sosial yang saling bertentangan pada ruang
geografis tertentu - sebagai contoh Mull. Dalam kasus terakhir, kinerja wisata
kreatif tidak menimbulkan pertanyaan serius tentang produksi ruang pedesaan.
Cara baru menyatukan bagaimana pedesaan dipahami dan bagaimana hidup keluar
dapat melibatkan pelepasan jenis baru persepsi, serta penghematan dari cara yang
dibuat bagaimana merasakan ada. Hal ini dalam kepercayaan yang mendebarkan
dan menarik rurals petualang dan lingkungan interaktif serta konsumsi terampil
tradisi dan warisan, bahwa kreativitas ruang pedesaan yang ditemukan dalam
pariwisata kontemporer.