Lintas Pengembangan Pariwisata

28
1 LINTASAN PENGEMBANGAN PARIWISATA Dari Budaya Kreativitas? Greg Richards and Julie Wilson Perkembangan sinergis antara pariwisata dan budaya telah menjadi pokok utama dalam pengembangan dan pemasaran pariwisata beberapa tahun terakhir ini. Perkembangan wisata budaya telah menjadi tren utama dalam pariwisata global selama tiga dekade terakhir ini dan masih akan terus berkembang di masa depan (European Travel Commission/World Tourism Organization 2005). Keberhasilan strategi pengembangan pariwisata dengan budaya telah mendorong lebih banyak kota, daerah dan negara-negara untuk mengkombinasikan antara budaya dan pariwisata. Richards (2001) menjelaskan bahwa penawaran wisata budaya berkembang lebih cepat dibandingkan permintaan budaya selama tahun 1990-an. Tujuan wisata mulai mengganti atau menambah strategi pengembangan budaya dengan pengembangan kreatif. Kreativitas secara cepat telah diaplikasikan ke dalam konsep kepariwisataan. Mengapa kreativitas menjadi aspek penting dalam strategi pengembangan pada umumnya, dan pengembangan kepariwisataan pada khususnya? Apa perbedaan antara wisata budaya dan pariwisata kreatif? Untuk menjelaskan 1

description

Tugas Geografi Pariwisata

Transcript of Lintas Pengembangan Pariwisata

Page 1: Lintas Pengembangan Pariwisata

1 LINTASAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

Dari Budaya Kreativitas?

Greg Richards and Julie Wilson

Perkembangan sinergis antara pariwisata dan budaya telah menjadi pokok

utama dalam pengembangan dan pemasaran pariwisata beberapa tahun terakhir

ini. Perkembangan wisata budaya telah menjadi tren utama dalam pariwisata

global selama tiga dekade terakhir ini dan masih akan terus berkembang di masa

depan (European Travel Commission/World Tourism Organization 2005).

Keberhasilan strategi pengembangan pariwisata dengan budaya telah

mendorong lebih banyak kota, daerah dan negara-negara untuk

mengkombinasikan antara budaya dan pariwisata. Richards (2001) menjelaskan

bahwa penawaran wisata budaya berkembang lebih cepat dibandingkan

permintaan budaya selama tahun 1990-an. Tujuan wisata mulai mengganti atau

menambah strategi pengembangan budaya dengan pengembangan kreatif.

Kreativitas secara cepat telah diaplikasikan ke dalam konsep kepariwisataan.

Mengapa kreativitas menjadi aspek penting dalam strategi pengembangan

pada umumnya, dan pengembangan kepariwisataan pada khususnya? Apa

perbedaan antara wisata budaya dan pariwisata kreatif? Untuk menjelaskan alasan

mengapa kreativitas menjadi strategi pengembangan yang terkenal, sebaiknya

jelaskan terlebih dahulu alasan mengapa budaya dan pariwisata menjadi erat

terintegrasi dalam beberapa dekade terakhir ini, dan mengapa ‘jasa kebudayaan’

dalam kepariwisataan kemudian berkembang menjadi jasa kreatif.

Dari Kebudayaan Menjadi Produksi Kreatif

Dalam banyak kasus, pengembangan kebudayaan dan pariwisata berjalan

beriringan dimana fasilitas budaya menjadi andalan penting yang dapat dijadikan

objek wisata dan wisatawan membayar uang untuk mendukung ekspansi budaya.

Wisata budaya bisa disebut sebagai bentuk pariwisata yang menguntungkan,

dipandang sebagai pendukung budaya lokal dan bersifat berkelanjutan. Wisata

1

Page 2: Lintas Pengembangan Pariwisata

2

budaya juga dapat disamakan dengan pariwisata berkualitas; faktor yang semakin

penting di daerah-daerah yang mengalami penurunan pendapatan dari bentuk-

bentuk tradisional pariwisata massal.

Zukin (1995) menunjukkan bagaimana pertumbuhan pembangunan

budaya berkaitan dengan ekonomi. Budaya memberikan simbol, seperti museum,

galeri seni dan arsitektur ikonik, yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai

tanah dan merangsang kegiatan bisnis. Pertumbuhan ini pada gilirannya

mendukung pekerjaan di sektor budaya, memperkuat lobi untuk investasi yang

lebih dalam bidang budaya. Hal ini menghasilkan argumen yang kuat untuk

melestarikan warisan masa lalu dan memperluas budaya kontemporer untuk

memaksimalkan ‘modal budaya nyata’ dari tempat itu. Oleh karena itu budaya

berperan sebagai pembeda antara karakteristik satu tempat dengan tempat lain. Di

dunia global, mulai terjadi pembentukan image yang khas di berbagai tempat dan

memunculkan persaingan yang sengit.

Salah satu masalah yang melekat dalam strategi perbedaan budaya adalah

bahwa banyak tempat mengadopsi strategi yang sama (sering menyalin atau

'meminjam' ide-ide dari satu sama lain), dan karena itu perbedaan budaya mulai

berkurang. Jasa kreatif dalam pengembangan budaya dipengaruhi oleh faktor-

faktor dasar antara lain pengembangan symbol ekonomi, budaya sebagai produk

ekonomi dan real cultural capital atau modal kebudayaan nyata. Jika suatu daerah

tidak mempunyai bangunan heritage, bangunan ikonik dan kekurangan real

cultural capital, maka daerah tersebut harus mempunyai cara baru untuk

pengembangan kebudayaan.

Sebagai akibatnya, berbagai kota dan daerah menemukan opsi

pengembangan kreatif yang sangat menarik. Tempat-tempat yang memiliki

kebudayaan menarik mulai dipadu-padankan dengan kreativitas agar lebih

menarik. Pada saat yang sama, tempat yang tidak memiliki sumber daya budaya

harus menggunakan kreativitas sebagai salah satu dari beberapa alternatif untuk

pengembangan budaya agar dapat bersaing secara efektif di arena global.

Kelas Kreatif

Industri kreatif disebut-sebut sebagai solusi dari masalah pembangunan

ulang kota, penelitian lain mulai mengidentifikasi munculnya mobilitas,

Page 3: Lintas Pengembangan Pariwisata

3

konsumen kreatif. Dorongan yang paling penting untuk aplikasi strategi kreatif

dicetuskan dalam terbitan Richard Florida yang berjudul The Rise of the Creative

Class, di mana ia berpendapat bahwa dasar keuntungan ekonomi telah bergeser

dari faktor-faktor dasar produksi, seperti bahan baku atau tenaga kerja murah,

menuju kreativitas manusia. Kota dan daerah karenanya harus mengembangkan,

menarik dan mempertahankan orang-orang kreatif yang dapat menstimulasi

inovasi dan mengembangkan industri teknologi-intensif yang memperkuat

pertumbuhan ekonomi. Orang-orang kreatif ini secara kolektif membentuk 'kelas

kreatif'.

Florida membuat hubungan antara produksi kreatif dan konsumsi, dengan

alasan bahwa 'kelas kreatif' tidak hanya penting untuk produksi kreativitas, tetapi

juga konsumen terbesarnya. Florida juga menekankan bahwa apa yang penting

bagi kelas kreatif adalah 'kualitas tempat', yang menggabungkan faktor-faktor

seperti keterbukaan, keragaman, suasana, budaya jalanan dan kualitas lingkungan.

Faktor-faktor yang relatif tidak berwujud sekarang bisa dibilang lebih penting

daripada lembaga kebudayaan tradisional seperti gedung opera atau perusahaan

balet dalam keputusan lokasional orang-orang kreatif. Orang mungkin

menganggap bahwa wisatawan juga akan tertarik ke tempat-tempat tersebut,

karena banyak wisatawan yang mencari 'suasana' dan perbedaan.

Salah satu hal yang menarik dari teori Florida adalah ia membuat

hubungan antara pertumbuhan kelas kreatif dengan pencarian pengalaman.

"Pengalaman mengganti barang dan jasa karena mereka merangsang kemampuan

kreatif dan meningkatkan kapasitas kreatif kita' (2002: 168). Berbagai jenis kritik

terhadap karya Florida dapat diringkas secara singkat sebagai berikut:

Hubungan Antara Kreativitas Dan Pertumbuhan Ekonomi

Apa yang terlebih dahulu muncul? Pekerjaan atau orang-orang kreatif?

Tempat-tempat yang memiliki fasilitas budaya lebih mungkin untuk dapat

menarik kelas kreatif, sehingga mungkin bahwa kreativitas mengikuti

perkembangan ekonomi. Menurut Peck (2005), banyak hubungan yang diajukan

oleh Florida ini didasarkan pada korelasi, bukan kausalitas.

Page 4: Lintas Pengembangan Pariwisata

4

Indeks Kreativitas

Salah satu elemen kunci dari teori Florida adalah pengembangan indikator

yang dapat digunakan untuk mengukur kreativitas tempat yang berbeda dan

menghasilkan peringkat tempat kreatif. Analisis Florida sebagian besar terletak

pada korelasi antara indeks yang telah digambarkan sebagai 'tiga T' pertumbuhan

ekonomi: talent atau bakat (diukur dengan persentase penduduk dengan gelar

sarjana), tolerance atau toleransi (persentase penduduk yang lahir di negeri asing)

dan technology atau teknologi (pekerja di industri teknologi tinggi). Telah

dikemukakan bahwa hubungan antara teknologi, warga berpendidikan, populasi

lahir asing dan kehadiran seniman tidak mengherankan. Indeks teknologi

cenderung tertinggi di kota-kota besar, yang juga cenderung untuk menarik lebih

banyak imigrasi dan memiliki sektor budaya yang lebih besar.

Dalam dunia pariwisata, orang akan berharap bahwa kota-kota dengan

skor tinggi pada indeks kreativitas Florida juga akan menarik lebih banyak

pengunjung karena mereka menjadi lebih menarik bagi kelas kreatif. Namun,

analisis korelasi peringkat indeks kreativitas dan perubahan jumlah pengunjung

luar negeri untuk 12 dari kota-kota yang datanya tersedia menunjukkan hubungan

negatif yang cukup lemah.

Tabel 1. Hubungan antara kreativitas dan perubahan kedatangan wisatawan luar

negeri di kota-kota Inggris, 2000-2003

Peringkat Indeks

Bohemian

Peringkat Perubahan

Wisatawan Asing

2000-2003

Manchester 1 2

London 2 12

Leicester 2 4

Nottingham 4 5

Bristol 5 10

Brighton/Hove 6 7

Birmingham 7 1

Page 5: Lintas Pengembangan Pariwisata

5

Coventry 8 7

Cardiff 9 7

Edinburgh 10 11

Liverpool 17 3

Newcastle-upon-Tyne 21 5

Ekonomi Global

Friedman (2005) setuju dengan Florida bahwa orang-orang kreatif

merupakan aset yang penting dalam ekonomi modern, tetapi ia berpendapat

bahwa orang-orang ini dapat ditemukan di mana saja. Globalisasi secara efektif

membuat dunia 'flat' dalam hal ekonomi, sehingga di mana orang-orang kreatif

hidup tidak lagi begitu penting sebagai keterampilan yang mereka miliki. Menurut

Florida, kota harus berusaha untuk menarik orang-orang kreatif untuk pindah ke

sana, sedangkan Friedman berpendapat bahwa perusahaan transnasional yang

mencari kelas kreatif di tempat mereka tinggal sekarang.

Daya Tarik Kreativitas

Richards dan Wilson (2006: 15) mengidentifikasi sejumlah alasan

mengapa kreativitas sekarang lebih populer daripada pendekatan budaya

tradisional untuk pengembangan:

Budaya sering dikaitkan dengan 'budaya tinggi', yang memiliki citra tenang

tradisional.

Sektor budaya tidak dianggap sebagai sangat fleksibel atau dinamis.

Sektor kreatif lebih luas dari sektor budaya saja, mencakup lebih sub-sektor

dan memiliki total nilai yang lebih besar dan dampak kerja.

Sektor kreatif berhubungan erat dengan inovasi dan perubahan.

Industri kreatif mencakup lebih banyak aspek konsumsi visual (iklan, film,

desain, fashion, video game).

Wanita sering memainkan peran kunci dalam pengembangan industri kreatif.

Page 6: Lintas Pengembangan Pariwisata

6

Citra dinamis dari kreativitas juga merupakan salah satu atraksi.

Kreativitas yang terkait erat dengan ide-ide inovasi dan kebaruan merupakan

aspek yang menarik dari strategi pembangunan, dibandingkan 'budaya' yang

cenderung dikaitkan dengan tradisi dan kurangnya perubahan.

Penekanan pada kreativitas juga dapat dihubungkan dengan pergeseran

yang lebih luas terhadap visi jamak masyarakat di era peningkatan mobilitas dan

fragmentasi sosial. 'Budaya' biasanya terkait dengan kelompok-kelompok sosial

yang ada dan terstruktur, tidak sefleksibel 'kreativitas’ yang merupakan

berdasarkan proses, dan tampaknya lebih egaliter.

Apa itu Kreativitas?

Dalam beberapa forum diskusi, hampir tidak dapat ditemukan definisi dari

istilah kreativitas. Hal ini disebabkan karena kreativitas dianggap sebagai sesuatu

yang abstrak, bersifat multidimensional dan sulit untuk dijabarkan (Florida. 2002).

Namun ada beberapa kunci utama dari kreativitas yang cenderung banyak diulang,

dan yang juga muncul dalam banyak definisi yang ada. Oxford English Dictionary

mendefinisikan kreativitas sebagai 'inventif, imajinatif; menunjukkan imajinasi

serta keterampilan rutin'. Chartrand (1990: 2) berpendapat bahwa kreativitas

terjadi ketika individu melakukan, mengetahui dan berbuat di luar cara-cara

konvensional.

Dalam pengertian ini, kreativitas dapat diterapkan untuk pariwisata

melalui pengembangan produk baru atau pengalaman; bentuk-bentuk baru

konsumsi atau ruang pariwisata baru. Masih diperdebatkan, setiap bentuk

pariwisata yang berhubungan dengan imajinasi, apakah kemampuan imajinatif

produsen atau konsumen pariwisata, dapat dipertimbangkan untuk masuk dalam

ruang lingkup 'pariwisata kreatif'.

Kenyataannya, bab dalam buku ini menunjukkan, ada sejumlah besar cara

di mana kreativitas ditafsirkan dan diterapkan, baik dalam bidang pengembangan

budaya yang lebih luas dan dalam pariwisata pada khususnya. Di antara

penggunaan istilah 'kreativitas' dalam buku ini, kita dapat mengidentifikasi:

Page 7: Lintas Pengembangan Pariwisata

7

Kreativitas sebagai produk

Kreativitas sebagai pengalaman

Kreativitas sebagai inovasi

Kreativitas sebagai strategi pemasaran

Kreativitas sebagai sektor industri

Kreativitas sebagai strategi pembangunan sosial

Kreativitas sebagai lanskap

Kreativitas sebagai pemecahan masalah

Kreativitas sebagai istilah kedok dari warisan dan wisata budaya

Kreativitas sebagai tantangan untuk identitas

Kreativitas sebagai perbedaan dan keragaman.

Pengembangan Kreativitas

Lanskap baru dari produksi-konsumsi menawarkan kesempatan berbagai

strategi untuk pengembangan pariwisata kreatif, misalnya:

Pariwisata berbasis pada konsumsi media kreatif;

Pariwisata berdasarkan input kreatif konsumen sendiri;

Bentuk-bentuk tradisional pariwisata dikonsumsi atau diproduksi dengan

cara yang lebih kreatif.

Pentingnya citra dalam produksi-konsumsi juga memberikan keunggulan

khusus pada industri kreatif sebagai saluran untuk mengembangkan dan

menyebarkan gambar tujuan. Hal ini terbukti dalam tren saat ini yang berkembang

yaitu ‘wisata film’. Film dan produksi televise menjadi semakin penting sebagai

alat pemasaran tujuan wisata yang menarim wisatawan untuk datang ke lokasi

syuting film. Sebagaimana Vanolo katakan, pembangunan citra kota kreatif

terletak pada pembangunan yang terdiri dari symbol-simbol visual seperti

landmark yang dapat menciptakan suasana kota yang kreatif dan memberikan

referensi budaya.

Apa yang pada dasarnya Vanolo bicarakan di sini adalah penciptaan

suasana 'kosmopolitan', yang kemudian dikemas melalui strategi pemasaran.

Gambar 1.1 menunjukkan salah satu pergeseran dari budaya nyata dan warisan

Page 8: Lintas Pengembangan Pariwisata

Image

Identitas

Gaya Hidup

Suasana

Narasi

Kreativitas

Media

8

budaya menuju budaya tak berwujud dan kreativitas. Ini mempengaruhi semua

jenis produk wisata (gambar 1.1) serta bidang pariwisata budaya khusus (gambar

1.2). Tujuan wisata harus mempelajari cara-cara baru dalam pengembangan dan

pemasaran wisata dan mengalihkan perhatian dari bentuk budaya tradisional

kepada hal yang lebih baru.

Gambar 1.1 Pergeseran sumber daya pariwisata dari tangible menuju intangible

Gambar 1.2. Pergeseran sumber daya kebudayaan dari tangible ke intangible dalam

pariwisata

Bangunan Bersejarah

Museum

Monumen

Pantai

Gunung

Page 9: Lintas Pengembangan Pariwisata

9

Pengembangan kreatif dari seni modern terletak pada transformasi elemen

budaya intangible menjadi 'pengalaman' yang dapat dinikmati oleh wisatawan.

Hal tersebut adalah sebuah proses kompleks yang memerlukan koordinasi antara

kebudayaan dan perangkat keras, perangkat lunak dan manusia yang kesemuanya

bersifat kreatif.

creative hardware : infrastruktur/ruang untuk produksi kreatif, konsumsi

dan prosumption;

creative software : suasana, mode, kualitas hidup, keanekaragaman yang

dirasakan, 'semangat';

creative orgware : sektor, industri, cluster, kebijakan, pemerintahan.

Banyak daerah sudah memiliki creative hardware, perhatian lebih banyak

berfokus kepada pengembangan creative software dan orgware dalam beberapa

tahun terakhir ini. Dalam hal orgware sejumlah kota dan daerah telah membentuk

organisasi yang bertanggung jawab untuk proses pengembangan kreatif, seperti

Creative London, Vancouver’s Creative City Task Force, dan Creative Auckland.

Tujuan wisata juga telah mulai memperhatikan software mereka, seperti 'kualitas

hidup' bagi warga dan wisatawan.

Meningkatnya peran budaya intangible dan kreativitas dalam produksi dan

konsumsi pariwisata menimbulkan tantangan baru bagi tujuan wisata, karena

banyak budaya intangible tampaknya lebih footloose dari warisan budaya

tangible. Budaya intangible lebih rentan menimbulkan masalah dalam hal

melindungi kekayaan intelektual dibandingkan dengan warisan budaya tangible,

seperti pembuat film dan perusahaan musik telah temukan dalam beberapa tahun

terakhir.

Kombinasi creative hardware, software dan orgware dapat digunakan

oleh kota-kota dan daerah untuk mengembangkan berbagai pengalaman bagi

wisatawan maupun warga. Richards dan Wilson (2006) meringkas kombinasi ini

menjadi tiga tipe dasar pengalaman pariwisata kreatif:

Page 10: Lintas Pengembangan Pariwisata

10

1. Pertunjukan kreatif. Kegiatan kreatif dan inovatif yang kemudian membentuk

dasar pengalaman wisata yang lebih pasif sebagai tontonan (produksi

pengalaman kreatif untuk konsumsi pasif oleh wisatawan).

2. Ruang kreatif. Daerah kantong kreatif dipenuhi oleh kebudayaan kreatif

untuk menarik pengunjung karena suasana di daerah tersebut menarik.

3. Pariwisata kreatif. Partisipasi aktif oleh wisatawan dalam kegiatan kreatif,

pengembangan keterampilan dan / atau tantangan kreatif dapat membentuk

dasar dari pengalaman wisata, yang juga bisa berarti paduan antara

pertunjukan kreatif dan ruang kreatif.

Dalam hal pariwisata, pergeseran ke arah kreativitas dapat dilihat sebagai

bagian dari sebuah evolusi dalam dasar pengalaman wisata (Gambar 1.3). Pada

tahap awal perkembangan pariwisata massal, nilai penting dari liburan bagi

banyak orang adalah aspek 'memiliki' - memiliki liburan atau memiliki harta fisik

seperti mobil atau TV berwarna. Ketika liburan menjadi salah satu bagian dari

kehidupan sehari-hari, penekanan bergeser kepada ‘apa yang dilihat’ atau ‘apa

yang dilakukan’ saat liburan. Kemudian wisata pemandangan menjadi wacana

utama dalam analisis produksi dan konsumsi pariwisata. Namun, baru-baru ini

orang mulai bosan melihat rangkaian pemandangan tanpa akhir atau melakukan

serangkaian kegiatan standar.

Mode saat ini dalam konsumsi pariwisata yaitu terletak di arena 'menjadi'

- berubah dari memiliki atau mengkonsumsi barang dan jasa. Ide ‘menjadi’ pada

liburan lebih menekankan pada kreativitas wisatawan daripada melihat mereka

sebagai konsumen pasif atau penonton.

Page 11: Lintas Pengembangan Pariwisata

11

Gambar 1.2 Perubahan dalam driver pariwisata dari waktu ke waktu

Untuk memainkan perannya secara efektif, wisatawan harus

mengembangkan keterampilan kinerja mereka (dengan kata lain, kreativitas).

Keahlian dalam pertunjukan wisata yang sangat maju memungkinkan seseorang

untuk pergeseran peran dan menjadi prosumer bukan hanya konsumen. Tujuan

yang dikunjungi wisatawan ini juga dapat memanfaatkan identitas ganda

wisatawan untuk menciptakan atau meningkatkan identitas mereka sendiri.

Dengan cara yang sama bahwa wisatawan bermain dengan identitas mereka,

tempat ini juga bisa mengambil dan mengembangkan banyak identitas.

Dimensi kreatif pariwisata tidak lagi didasarkan pada produksi tunggal

melalui lembaga-lembaga budaya tinggi (museum) dan hirarki (seperti yang

biasanya terjadi di wisata budaya), tetapi juga melalui kreativitas, suasana dan

narasi. Dengan munculnya budaya intangible, muncul peran yang lebih penting

untuk 'mode'. Suasana tempat dapat berubah jauh lebih cepat daripada lanskap

fisik atau koleksi museum, dan unsur-unsur baru yang kreatif dapat ditambahkan

ke tujuan wisata dalam sekejap. Pengembangan kreatif yang sukses adalah sebuah

proses kompleks yang perlu mengenali hubungan yang rumit antara masa lalu,

sekarang dan masa depan, antara budaya tinggi dan populer, dan antara ruang dan

tempat.

Lokasi Kreativitas

Page 12: Lintas Pengembangan Pariwisata

12

Di sebagian besar literatur kreativitas, ada hubungan yang eksplisit atau

implisit antara kreativitas dan perkotaan (lihat Evans, Bab 4). Kecenderungan

untuk mencari kreativitas dalam lingkup perkotaan berasal dari sifat dinamis dari

kota dan peran mereka sebagai pusat inovasi dan perubahan (Amin and Thrift

2002; Simmie 2001). Peran Florida (2002) dalam memperjuangkan 'kelas kreatif'

juga telah memperkuat hubungan antara kreativitas dan kota-kota, karena 'kelas

kreatif' menurut definisinya cenderung berkonsentrasi di kosmopolitan, daerah

perkotaan.

Namun, ada juga counterpoints paradigma kreativitas perkotaan yang

berlaku. Seperti yang Cloke tunjukkan dalam Bab 2 dari buku ini, kreativitas juga

merupakan aspek lingkungan pedesaan, dan bahkan dari alam itu sendiri. Ada

sejumlah alasan mengapa 'pedesaan' telah menjadi ruang kreatif dan bersaing

dengan 'perkotaan':

o Pedesaan yang telah menjadi surga kreatif bagi mereka yang ‘mundur’ dari

kota.

o Pedesaan telah lama menjadi kluster lokasi kreatif.

o Alam itu sendiri kreatif

o Ada peningkatan perbedaan antara perkotaan dan pedesaan.

Selain itu, daya tarik keberadaan pedesaan tampaknya telah sangat kuat

bagi orang-orang dari sektor kreatif. Sebagaimana Shaw dan Williams (1994)

telah tunjukkan dalam kasus South-West England, daerah pedesaan yang menarik

wisatawan juga bisa menjadi tempat yang menarik bagi pengusaha gaya hidup

untuk pindah.

Dalam pasar yang semakin kompetitif, perusahaan wisata pedesaan juga

perlu untuk membedakan diri. Sayangnya, dalam ekonomi simbolik modern,

tampaknya bahwa alam tidak cukup (Pretes 1995). Sumber daya alam daerah

pedesaan atau hutan belantara perlu ditambahkan penciptaan cerita. Salah satu

solusi untuk masalah pertumbuhan pariwisata pedesaan yaittu melalui

pengembangan produk pariwisata kreatif. Di Inggris, lembaga pembangunan

Page 13: Lintas Pengembangan Pariwisata

13

pedesaan telah mempromosikan penciptaan pariwisata kerajinan, festival seni,

workshop dan masterclass (Rural Regeneration Cumbria 2006).

Hambatan Pengembangan Kreatif

Ada beberapa alasan yang dipercaya bahwa pengembangan strategi

pariwisata kreatif tidak akan mudah bagi semua objek wisata. Meskipun keinginan

untuk pengembangan kreatif mungkin ada, ada sejumlah hambatan praktis yang

mungkin muncul.

Kekurangan keterampilan kreatif

Perkembangan atraksi kreatif membutuhkan perolehan keterampilan baru, baik

pada perencana maupun penyedia daya tarik. Apakah mereka yang saat ini bekerja

di industri pariwisata dan / atau sektor kreatif mampu mengembangkan

keterampilan performatif, interpretif dan pedagogis yang dibutuhkan untuk

mengadakan dan memfasilitasi pengalaman kreatif?

Kurangnya investasi kreatif

Pengembangan kreativitas juga berarti membutuhkan investasi, tidak harus dalam

infrastruktur fisik, tetapi dalam budaya intangible dan orgware. Dalam banyak

kasus, sektor kreatif menemukan kesulitan untuk menarik investasi karena ada

kekurangan aset terlihat atau pengembalian yang jelas. Hal ini jauh lebih mudah

pada budaya 'hardware', seperti museum seni atau teater, karena mereka lebih

banyak dipahami sebagai tempat dan lebih banyak didukung oleh sektor publik.

Kurangnya audiens kreatif

Meskipun 'kelas kreatif' sekarang diharapkan memperhitungkan sebagian besar

penduduk, itu harus diakui bahwa banyak kegiatan kreatif memiliki audiens yang

terbatas - secara efektif, kebanyakan bentuk pariwisata kreatif adalah bentuk-

bentuk wisata minat khusus. Ada masalah mencapai target audiens, yang sering

tersebar luas (seperti Raymond tunjukkan dalam Bab 9).

Kerugian kumulatif dari lokasi kreatif

Page 14: Lintas Pengembangan Pariwisata

14

Fakta bahwa kreativitas sering didorong oleh kesulitan berarti bahwa

pembangunan kreatif dapat terjadi di daerah-daerah yang berada pada posisi yang

kurang menguntungkan, misalnya dalam hal struktur ekonomi atau lokasi perifer

(Garrod dan Wilson 2003, 2004). Hal ini dapat menghambat pengembangan

pariwisata, khususnya di mana aksesibilitas menjadi masalah atau daerah

memiliki citra yang buruk.

Hal ini jelas bagi kita bahwa strategi pengembangan kreatif di bidang

pariwisata melibatkan tantangan besar dan kendala serta manfaat potensial. Dalam

mengembangkan materi dalam volume karena itu kami berusaha untuk

memberikan pandangan yang seimbang tentang hubungan antara kreativitas dan

pariwisata. Ini juga jelas dari pemilihan bahan studi kasus, yang menggambarkan

keberhasilan, tantangan dan kesulitan. Semoga pendekatan ini akan

memungkinkan pembaca untuk membuat pikiran mereka sendiri tentang pro dan

kontra dari strategi pengembangan kreatif dalam kaitannya dengan pariwisata.

2 KREATIVITAS DAN PARIWISATA DI LINGKUNGAN PEDESAAN

Paul Cloke

Pariwisata dan Ruang Pedesaan

Daerah pedesaan telah menjadi semakin penting dalam reproduksi

pariwisata beberapa tahun terakhir ini. Studi klasik oleh Mormont (1990)

mengidentifikasi lima tren masyarakat pedesaan dan ruang:

1. Peningkatan mobilitas manusia

2. Delokalisasi kegiatan ekonomi dan heterogenitas terkait zona ekonomi

3. New specialized uses of rural spaces (especially related to tourism) creating

new specialized networks of relations in the areas concerned, many of which

are no longer localized

Page 15: Lintas Pengembangan Pariwisata

15

4. Orang-orang yang mendiami ruang pedesaan semakin meningkat termasuk

keragaman pengunjung sementara serta penduduk

5. Ruang pedesaan sekarang cenderung melakukan fungsi bagi pengguna non -

pedesaan dan dapat ada secara independen dari tindakan masyarakat pedesaan

.

Setiap poin dalam tren tersebut menunjukkan bagaimana ruang pedesaan

telah diubah oleh praktik dan proses pariwisata, sehingga tidak ada lagi ruang

pedesaan yang sederhana dan banyak ruang sosial yang tumpang tindih pada

wilayah geografis yang sama.

Produksi Ruang Pedesaan

Ide-ide tentang ruang pedesaan diilhami oleh tulisan Henri Lefebvre

(1991) tentang produksi ruang. Lefebvre memfokuskan diri pada bagaimana ruang

sosial diproduksi. Ruang bukanlah sebuah “benda” melainkan seperangkat relasi

antara obyek-obyek dan produk material.

Pertama, ‘representations of space’ atau representasi ruang menunjukkan

bahwa ruang dikonseptualisasi dan dikonstruksi oleh oleh para ilmuwan, seperti

arsitek, ahli planologi, insinyur sipil, pemegang kebijakan, pemerintah.

Representasi ruang merujuk pada berbagai upaya verbalisasi bentuk dari ruang:

bahasa, ideologi. Lefebvre memberikan contoh peta, kartografi, tanda, informasi

pada gambar, maket termasuk berbagai ilmu yang berkenaan dengannya seperti

arsitektur, tata-kota bahkan ilmu sosial dan geografi.

Kedua, ‘representational space’ atau ruang representasi. ini disebut oleh

Lefebvre sebagai pembalikan dari representasi ruang. Ruang Representasi berisi

dimensi simbolik dari ruang. Ruang Representasi menegakkan elemen yang bukan

merujuk pada ruang itu sendiri melainkan kepada sesuatu yang lain di luar ruang;

kekuatan adikodrati, bahasa, negara, prinsip-prinsip maskulinitas dan feminimitas

dsb. Dimensi produksi ruang ini merupakan dimensi imajinatif yang

Page 16: Lintas Pengembangan Pariwisata

16

menghubungkan ruang dengan simbol-simbol dan makna seperti monumen,

artefak, tugu.

Ketiga, ‘spatial practices’ atau praktik spasial. Konsep ini merujuk pada

dimensi berbagai praktik dan aktivitas serta relasi sosial. Klasifikiasi spasial

menekankan aspek aktivitas yang simultan. Dalam bentuk yang konkret Pratik

spasial berisi berbagai jaringan interaksi, komunikasi serta berbagai proses

produksi dan pertukaran dalam masayarakat yang tumbuh dalam kehidupan

sehari-hari.

Mengubah Pedesaan, Mengubah Komoditas

Bentuk komoditas pedesaan yang baru memberi kesan perubahan

gambaran ruang pedesaan yang telah dibentuk dan digunakan oleh konsepsi yang

jelas apa penggunaan yang tepat baru tanah , situs dan atraksi untuk pedesaan.

Kebutuhan perubahan sistem produksi pedesaan, terutama dalam hal perlunya

diversifikasi pertanian, selaras dengan bentuk-bentuk baru konsumsi komoditas

yang luas menjunjung abadi konsepsi dari pedesaan indah, pastoral, dekat dengan

alam, kaya akan warisan, aman dan bebas dari masalah, dan seterusnya.

Kreativitas, Pariwisata dan Reproduksi Ruang Pedesaan

Menerima bahwa banyak daerah pedesaan telah kembali mendefinisikan

diri mereka sebagai ruang konsumsi di mana commodifications alam, warisan dan

tradisi telah melampaui produksi pertanian sebagai penanda utama ruang

pedesaan, sekarang mungkin yang dapat dipertanyakan, jika ada, dampak jasa

kreatif dalam pariwisata terhadap reproduksi ruang pedesaan.

Kreativitas dalam desa wisata dapat memberi kesan cara baru untuk

memahami kreativitas, contohnya perpaduan alam dan masyarakat yang berbasis

petualangan atau eco-experience. Berbagai cara yang menawarkan kesempatan

kepada wisatawan untuk mengembangkan potensi kreatif mereka melalui bentuk

partisipasi aktif cenderung akan mengarah kepada reproduksi ruang pedesaan

lebih lanjut sesuai dengan triad Lefebvre.

Page 17: Lintas Pengembangan Pariwisata

17

Berikut adalah empat poin dari kinerja kreatif yang masing-masing sesuai

dengan daerah pedesaan:

1. Tasting (Merasakan)

Salah satu cara sederhana dalam ‘merasakan’ yaitu dengan mengadakan event

budaya di pedesaan, yang sebelumnya hanya dapat diadakan di kota.

Contohnya, di Devon terdapat acara Nine Days of Art yang menyajikan suasana

pedesaan dan dapat melihat berbagai perhiasan, tekstil, keramik, lukisan,

patung, fotografi dan seni grafis yang terinspirasi oleh pedesaan/lingkungan

pesisir. Wisatawan tidak hanya dapat mengapresiasi dan membeli barang-

barang seni khas pedesaan tersebut tetapi mereka juga dapat belajar membuat

barang-barang kesenian sendiri. Merasakan atau mencicipi secara harfiah juga

dapat berarti kesempatan untuk mengetahui dan merasakan makanan dan

minuman local termasuk cara pembuatan dan penyajiannya. Mungkin dapat

dikatakan bahwa tasting adalah bentuk pasif dari wisata budaya. It involves

practices and performances which develop creative knowledge, intuition,

capacity and skill. Interaction with art exposes the rural tourist to signs which

both reinforce the rural idyll and contest that idyll with more dystopian

interpretations of countryside. Music in the village hall permits the learning

and honing of taste, as does food and drink tourism. In so doing, rural areas

become replete with creative spaces and practices which are capable of

performing the rural differently.

2. Placing

Bentuk lain dari kinerja kreatif yaitu adanya interaksi wisatawan dengan

pertunjukan kreatif imajinatif, contohnya Robin Hood Country, Lawrence

Country, Heriot Country dan sebagainya. Dengan mengunjungi tempat-tempat

itu, wisatawan tidak hanya dapat memngetahui karya seorang penulis dan

tokoh sastra imajinatifnya tetapi juga dapat merasakan setting pedesaan yang

ada dalam karya sastra tersebut. Penempatan karya imajinatif memberikan

kontribusi kreativitas pada tempat yang bersangkutan.

Penggunaan lokasi pedesaan pada program media massa dan film juga

memberikan dimensi baru terhadap penempatan kreatif. Hal ini dapat menjadi

magnet bagi wisatawan untuk dating mengunjunginya. Desa Goathland di

Page 18: Lintas Pengembangan Pariwisata

18

North York Moors sebagai contoh lokasi syuting program televise Heartbeat

yang sekarang banyak dikunjungi di Taman Nasional.

3. Pertunjukan Kreatif

Jasa kreatif dalam pariwisata memberikan kesempatan wisatawan untuk

mempelajari keterampilan baru dan melakukan kegiatan kreatif. Desa wisata

kini banyak mempunyai peluang untuk hal tersebut. Ada tempat penginapan

yang menawarkan aktivitas kreatif seperti belajar memasak makanan local,

berkuda, menembak dan lain-lain. menawarkan kesempatan kepada wisatawan

untuk mengembangkan potensi kreatif mereka tidak terbatas pada kegiatan

budaya Negara tertentu.

4. Pertunjukan Interaktif

Cloke mengusulkan jasa kreatif pada wisata pedesaan membutuhkan

bagaimana wisatawan dapat berinteraksi dengan kreativitas alam. Pada tingkat

yang paling sederhana, kreativitas dapat terlibat dengan aspek tertentu dari

alam dalam pengembangan peluang pariwisata baru. Contohnya yaitu Festival

Pohon Iona dan Mull, perayaan dua bulan pohon yang digabungkan dengan

pameran dan lokakarya dimana pengunjung dapat mempelajari alphabet pohon

kuno dari bangsa Celtic dan ikonografi yang terkait. Taktik lain operator wisata

adalah untuk meng-upgrade dan kembali mengkomersialkan-kegiatan klasik

desa wisata sehingga dapat membuat mereka lebih dipandu, informatif dan

terampil sehingga mereka terkesan.

Kesimpulan

Arti pentingnya kreativitas dalam wisata pedesaan bisa mewakili promosi suatu

jasa baru dalam komodifikasi pariwisata di daerah pedesaan. Secara umum, ruang

pedesaan semakin dipahami sebagai bentuk komoditas, di mana pedesaan

direproduksi baik sebagai obyek keinginan dan sebagai panggung untuk

pertunjukan.

Dengan demikian, jelas bahwa kreativitas di bidang wisata pedesaan

mengakibatkan berbagai praktik yang berbeda dan performatif ruang di mana

identitas dan subjektivitas wisatawan bisa direformasi dan ditingkatkan. Dalam

beberapa kasus, misalnya dalam interaksi dengan aspek-aspek tertentu dari alam,

Page 19: Lintas Pengembangan Pariwisata

19

praktek-praktek ini memiliki kapasitas untuk memperkuat persepsi tentang

bagaimana tradisional dipahami dan hidup ruang dimainkan di daerah pedesaan.

Alternatif lain, praktek kreatif baru dapat dipandang sebagai distopik, dan tentu

saja dapat menyajikan tuntutan sosial yang saling bertentangan pada ruang

geografis tertentu - sebagai contoh Mull. Dalam kasus terakhir, kinerja wisata

kreatif tidak menimbulkan pertanyaan serius tentang produksi ruang pedesaan.

Cara baru menyatukan bagaimana pedesaan dipahami dan bagaimana hidup keluar

dapat melibatkan pelepasan jenis baru persepsi, serta penghematan dari cara yang

dibuat bagaimana merasakan ada. Hal ini dalam kepercayaan yang mendebarkan

dan menarik rurals petualang dan lingkungan interaktif serta konsumsi terampil

tradisi dan warisan, bahwa kreativitas ruang pedesaan yang ditemukan dalam

pariwisata kontemporer.