Link and Match Lipi 2009
-
Upload
siswanto-ayahnya-nuhahana -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of Link and Match Lipi 2009
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
1/165
LINK AND MATCH
DUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRI
DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING TENAGA
KERJA DAN INDUSTRI
Editor :
Endang S. Soesilowati
LIPI
PUSAT PENELITIAN EKONOMI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
2009
Link match.indd iLink & match.indd i 6/22/2010 6:38:37 PM6/22/2010 6:38:37 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
2/165
ii
KATA PENGANTAR
2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Pusat Penelitian Ekonomi (LIPI)
KATALOG DALAM TERBITANPUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH LIPI
Link and Match Dunia Pendidikan dan Industri dalam MeningkatkanDaya Saing Tenaga Kerja dan Industri/editor Endang S. Soesilowati,Inne Dwiastuti. - [Jakarta] : Pusat Penelitian Ekonomi LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia, 2009.
i-xi + 153 hlm: 15 cm x 21 cm
331ISBN : 978-602-8659-21-5
Penerbi t: LIPI Press, anggota Ikapi Pusat Penelit ian Ekonomi (LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Widya Graha Lt. 4 - 5 Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
12710 Telp: 021- 5207120 Fax: 021- 5262139
LIPI
Link match.indd iiLink & match.indd ii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
3/165
iii
Penelitian Link and MatchDunia Pendidikan dan Industri dalamMeningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja dan Industri paling tidakmengandung suatu makna penting bagi perekonomian nasional. Maknaini terutama tentang berbagai aspek dalam hubungan/keterkaitandan kesesuaian antara dunia pendidikan sebagai supplier tenaga kerja
dengan dunia kerja sebagai demand tenaga kerja. Ditengarai adanyamismatch jenis dan kualitas kompetensi supply tenaga kerja yangdihasilkan dunia pendidikan dengan permintaan (kebutuhan) tenagakerja oleh dunia kerja. Keadaan ini jelas memperburuk keadaan oversupplytenaga kerja di Indonesia yang secara langsung mengakibatkanrelatif rendahnya kapasitas/daya saing tenaga kerja yang selanjutnyamelemahkan daya saing dunia usaha khususnya dunia industri sebagai"leading sector" dalam perekonomian industri.
Penelitian link and matchtahap ini dengan analisis yang masihterbatas pada lingkup dunia pendidikan perguruan tinggi dan industridi dua lokasi Batam/Kepri dan Banten diharapkan dapat mengungkaptentang existing conditiondisertai faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi ekonomi tersebut dan rekomendasi dalam scope terbatas.Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan mendalamakan memberikan solusi efektif dalam mempertautkan kesesuaiankualikasi tenaga kerja yang dihasilkan dunia pendidikan dengankebutuhan dunia usaha yang pada gilirannya akan berkontribusisignikan dalam memperkuat daya saing ekonomi Indonesia.
Jakarta, Desember 2009Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI
Drs Darwin Syamsulbahri, MSc. APU
Link match.indd iiiLink & match.indd iii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
4/165
iv
ABSTRAK
Link match.indd ivLink & match.indd iv 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
5/165
v
Program link and matchtelah dicanangkan sejak tahun 1989, dirancang
untuk menjembatani kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja.
Namun demikian, berdasarkan data statistik angka pengangguran, tingginya
lowongan kerja tak terisi, rendahnya kualitas pekerja, maupun hasil analisis
data sakernas menunjukkkan bahwa mismatch pendidikan dan tuntutan
dunia industri masih tinggi. Studi ini bertujuan mengukur implementasi linkand matchdunia pendidikan dan industri. Selain mengkaji berbagai kebijakan
bidang pendidikan, industri, dan tenaga kerja, studi ini juga menggunakan
metode survei terhadap para pekerja di beberapa industri terpilih di propinsi
Kepri (Batam) dan Banten yang merupakan daerah dengan pangsa industri
tertinggi, dan tingkat pengangguran yang juga tinggi. Dengan melakukan
kajian tentang implementasi link and matchdunia pendidikan dan industri,
diharapkan dapat menghasilkan rumusan strategi untuk menyelaraskan
sistem pendidikan menengah ke atas yang sesuai dengan kebutuhan dan
permintaan pasar kerja. Kesesusaian kompetensi dengan jenis pekerjaan,
akan meningkatkan daya saing tenaga kerja dan juga industri (usaha), yang
pada gilirannya akan memperkuat perekonomian nasional.
Hasil studi menunjukkan bahwa program link and match masih
terkonsentrasi pada penyelarasan tenaga kerja berpendidikan sekolah
menengah. Istilah link and matchsendiri tidak terlalu dipahami oleh beberapa
narasumber dari industri terpilih. Keahlian yang dibutuhkan oleh pasar kerja
tidak mengacu pada keahlian berdasarkan ijazah yang dimiliki, melainkan
berbagai atribut keahlian yang tidak secara langsung diajarkan pada masa
pendidikan sekolah/perguruan tinggi. Atas kuesioner yang disebarkan
pada pekerja industri berpendidikan D1 ke atas, menunjukkan bahwa
pekerja yang matchantara latar belakang pendidikan dengan pekerjaannya,
cenderung memiliki prestasi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan
yang mismatch.
ABSTRACT
Link match.indd vLink & match.indd v 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
6/165
vi
The link and match program which was rstly set up in 1989 aimedto link the industry demand and labour supply. However, up to recent, thecondition of mismatch between education and labour market demandstill exist, as shown by statistical data in the last ve years of the increasingrate of educated unemployment and unlled job vacancies. The study
aims to assess the implementation of link and match between educationand industry. The methodological research applied in this study is not onlyevaluating educational, industrial, and employment policies, but also impliesthe employment survey method in several industries in Banten and Batam.The result of the study is expected to give a valuable input for the educationaland industrial stakeholders in order to minimize the educated unemploymentrate, and to advance worker productivity, which in turn, enhancing labourand industrial competitiveness.
The research ndings show that link-match program is still mainlyconcentrated on the secondary level. Although several industries studied doconsider the skill of workers in the recruitment processes, unlike in Banten,
several industries studied in Batam were not familiar with the term oflink-match. The skill that they meant is not the skill that mentioned in thecerticate of graduation, but it seems to be the basic skill that could not betaught in the formal school at all. Based on 200 questioners gathered fromtwo regions (Banten and Batam) some key relevance ndings show that forall items, without any exemption indicate that those workers who stated theireducational background match with their current jobs will be highly likelybetter than those worker who stated that their educational background donot match with their current job.
Link match.indd viLink & match.indd vi 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
7/165
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................i
ABSTRAK ...................................................................................................................iii
ABSTRACT .................................................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................... ........................ ........................ ....................... .......... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................ix
BAB I LINK AND MATCH DUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRISEBUAH PENGANTAR .............................................................................1
Oleh: Endang S Soesilowati dkk
BAB II KENDALA DAN REALISASI KEBIJAKAN LINK AND MATCHDUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRI SEBAGAI UPAYAPENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI ..................... ..................... 17
Oleh: Inne Dwiastuti & Bahtiar RifaiBAB III POLA PENYERAPAN DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS TENAGA
KERJA BERPENDIDIKAN TINGGI DI DUNIA INDUSTRI ............... 51 Oleh: ZamroniBAB IV TINGKAT KESESUAIAN KOMPETENSI PENDIDIKAN DENGAN
BIDANG PEKERJAAN PADA DUNIA INDUSTRI ....................... .....89 Oleh: Endang S Soesilowati
BAB V STRATEGI PENINGKATAN LINK AND MATCHDUNIAPENDIDIKAN TINGGI DAN INDUSTRI ..................... .......................125
Oleh: Darwin Syamsulbahri
Link match.indd viiLink & match.indd vii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
8/165
viii
Link match.indd viiiLink & match.indd viii 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
9/165
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Peringkat HDI beberapa Negara di Asia ..................... ........... 37
Tabel 2.2 The Global Competitiveness Index: Perbandingan
Ranking 2008-2009 dan 20092010 ........................................38Tabel 2.3 Penduduk 15 + yang Bekerja menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan (juta orang) ....................... .......... 40
Tabel 2.4 Penduduk Berumur 15 tahun + yang bekerja seminggu
yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan
pendidikan tinggi yang ditamatkan, 2007 ......................... ..41
Tabel 2.5 Persentase Latar Belakang Pengetahuan yang
Diterapkan Dengan Pendidikan Terakhir Responden ......44
Tabel 3.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Dan Jenis Kegiatan
Selama Semingu yang lalu, 2005-2009 ..................................52
Tabel 3.2 Angka Pengangguran Terbuka Menurut PendidikanTertinggi yang Ditamatkan ..................... ......................... .......... 54
Tabel 3.3 Pencari Kerja terdaftar, Lowongan Kerja Terdaftar dan
Penempatan tenaga Kerja ...........................................................55
Tabel 3.4 Cara mendapatkan informasi utk dapat pekerjaan (%) ... 60
Tabel 3.5 Persyaratan yang sulit dipenuhi saat pertama
masuk kerja......... ..............................................................................67
Tabel 3.6 Tiga Faktor Penting Yang Mempengaruhi
Produktivitas Kerja ..........................................................................70
Tabel 3.7 Intensitas Pengaruh dari Faktor Penentu
produktivitas kerja ......................................................................... 71
Tabel 3.8 Latar belakang Pendidikan dan produktivitas kerja ......... 79
Tabel 3.9 Jumlah Perusahaan (%) Yang Melakukan Training
Berdasarkan Kelompok ............................................................... 81
Link match.indd ixLink & match.indd ix 6/22/2010 6:38:43 PM6/22/2010 6:38:43 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
10/165
x
Tabel 4.1 Persentase Responden berdasarkan Kesesuaian Latar
Belakang Pendidikan dengan Jenis Pekerjaan ....................99
Tabel 4.2 Perbandingan Persentase Responden Match dan
Mismatch berdasarkan Dukungan Bekal Pendidikan .....101
Tabel 4.3 Perbandingan Persentase Responden Match dan
Mismatch berdasarkan Waktu tunggu mendapatkan
pekerjaan ............ ........................ ........................ ....................... ....104Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Responden match dan tidak
match berdasarkan Waktu Tunggu Mendapatkan
Pekerjaan yang Sesuai ................................................................105
Tabel 4.5 Perbandingan Persentase Responden match dan mis-
match berdasarkan Pengalaman kerja di tempat lain ......107
Tabel 4.6 Perbandingan Persentase Responden match dan
mismatch berdasarkan Upah rata-rata perbulan ..............110
Tabel 4.7 Persentase Responden berdasarkan tingkat Pendidikan
dan Posisi Pekerjaan menurut Gender ..................................112
Tabel 4.8 Perbandingan Responden match dan tidak matchberdasarkan Posisi Pekerjaan Sekarang dan Posisi
Pekerjaan Pertama Bekerja .......................................................114
Tabel 4.9 Persentase dan Sekor rata-rata Responden atas Tingkat
Kesukaannya terhadap Posisi Jabatan Mereka ................ 118
Tabel 5.1 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Dan Kegiatan Seminggu Yang Lalu, 2005 dan 2008. ..... .......134
Tabel 5.2 Pertumbuhan Tenaga Kerja Yang Bekerja, Pengangguran
Terbuka, dan Angkatan Kerja, Tahun 2005-2008. (%) .....135
Tabel 5.3 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Sektor Dan
Pendidikan Yang Di Tamatkan, 2008. ....................... .............138
Tabel 5.4 Persentase Responden TK Lulusan PT Beberapa Industri
Di Batam Dan Banten Berdasarkan Kesesuaian Pendidikan
Dengan Jenis Pekerjaannya. ....................................................144
Link match.indd xLink & match.indd x 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
11/165
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Persentase Responden Berdasarkan Pilihan terhadap
faktor yang menentukan dalam melamar pekerjaan ....42
Gambar 2.2 Perbandingan Persentase Responden BerdasarkanWaktu Tunggu mendapatkan Pekerjaan yang Sesuai ...43
Gambar 3.1 Proses Perekrutan Tenaga Kerja di Dunia Industri .......... 61
Gambar 3.2 Pengaruh tambahan tahun pendidikan pada
Upah-laki-laki dan perempuan (%) LFS 1993-2001 ....... 75
Gambar 4.1 Model Iceberg dari Lima karakteristik pembentuk
kompetensi ..............................................................................92
Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Kesesuaian pekerjaan
Responden dengan latar belakang pendidikan
berdasarkan kelompok Umur ..............................................102Gambar 4.3 Perbandingan Persentase Kesesuaian pekerjaan
Responden dengan latar belakang pendidikan
berdasarkan lama kerja...........................................................106
Gambar 4.4 Tingkat Pendidikan dan Tingkat Upah berdasarkan
Gender ..........................................................................................111
Gambar 4.5 Perbandingan persentase responden antara yang
match dan yang mismatchterhadap tiga faktor
eksternal yang paling mempengaruhi semangat kerja. ..116
Gambar 4.6 Perbandingan persentase responden antara yang
matchdan yang mismatchterhadap tiga faktor imbalan yang paling mempengaruhi semangat kerja. 117
Gambar 5.1 Model Triple Helix ............................. ........................ ...............148
Link match.indd xiLink & match.indd xi 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
12/165
xii
Link match.indd xiiLink & match.indd xii 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
13/165
1
Sebuah Pengantar
BAB 1
LINK AND MATCH
DUNIA PENDIDIKAN DAN INDUSTRISebuah Pengantar
Endang S Soesilowati dkk.
Latar Belakang
Jumlah angkatan kerja pada tahun 2005 mencapai 105,8 juta
orang dan meningkat menjadi 113,74 juta orang di tahun 2009 atau
tumbuh sebesar 1,76 % (2005-2009). Sementara, pengangguran
terbuka masih terjadi sebesar 10,25 juta (2006) dan 9,26 juta (Februari
2009) dengan rata-rata penurunan per tahun sebesar -1,85 %1.
Namun, jumlah pengangguran terdidik meningkat dari tahun ke
tahun. Proporsi penganggur terdidik dari total angka pengangguranpada tahun 2004 sebesar 26 % menjadi 50,3 % di tahun 2008 (Koban,
2008). Yang lebih memprihatinkan adalah jumlah sarjana yang
menganggur melonjak drastis dari 348.107 orang tahun 2004 menjadi
626.621 orang tahun 2009, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun
sebesar 14,03 %. Ditambah dengan pemegang gelar diploma I, II, dan
III, berdasarkan data Sakernas BPS tahun 2007 terdapat lebih dari
740.000 orang yang menganggur. Pada Februari 2009, sebanyak 1,11
juta orang dari 9,26 juta orang pengangguran berasal dari program
Diploma dan Universitas. Di sisi lain, walaupun peranan sektor industri
terhadap pembentukan ekonomi nasional menunjukkan penurunan,
namun sektor industri tetap merupakan leading sectorperekonomiannasional melalui kontribusi sektoralnya yang paling besar, yaitu
27,4% di tahun 2005, 27,5% tahun 2006, 27,1% tahun 2007, 26,9 %
1Dihitung dari data Sakernas BPS, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_
subyek=06& notab=1
Link match.indd 1Link & match.indd 1 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
14/165
2
Endang S Soesilowati dkk
tahun 2008, dan sebesar 27,3% pada tahun 20092. Selama 2004-2009
sektor industri ditargetkan tumbuh 8,56% dan menyerap tenaga kerja
setidaknya 2,6 juta orang per tahun, namun ternyata pertumbuhan
industri terus menurun, yaitu hanya 7,5% tahun 2004, 5,9% tahun
2005, 5,3% tahun 2006, 5,2% tahun 2007, dan 4,4% sampai triwulan
II 2008 (Kuncoro, 2008), demikian pula share penyerapan tenaga
kerjanya yang cenderung menunjukkan adanya penurunan, yaitu12,27% di tahun 2005 menjadi 12,07% di tahun 2009 3. Di sisi lain,
persentasi lowongan kerja tidak terisi menunjukkan kecenderungan
adanya peningkatan. Data Statistik Indonesia yang dikeluarkan oleh
BPS, menunjukkan bahwa pada tahun 2005, 16,10 % lowongan kerja
yang tidak terisi, dan pada dua tahun berikutnya (2007) meningkat
menjadi 41,56 %.
Mengacu kepada beberapa penjelasan di muka, maka
permasalahan penting SDM di Indonesia tentu saja selain terletak
pada tingginya tenaga kerja terdidik yang tidak terserap di dunia
kerja, juga munculnya misallocation of human resources, yaitu adanya
kesenjangan yang terjadi antara pasar tenaga kerja dan duniapendidikan. Hal ini antara lain tersirat dalam pernyataan Dirjen
Depnakertrans, Tjetje Al Anshori bahwa 70% angkatan kerja tidak
mampu memenuhi kualikasi lowongan kerja yang tersedia (dalam
Job Expo, 17 Maret 2008). Pernyataan tersebut diangkat lagi oleh
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabinet Bersatu pertama,
Erman Suparno bahwa tingginya lowongan kerja yang tidak terisi
ditengarai oleh karena adanya ketidakcocokan antara kebutuhan
dan penyediaan tenaga kerja yang di antaranya karena kesenjangan
keterampilan dan pendidikan4.
2 Angka 2007 2009 berturut turut merupakan angka sementara, sangat sementara, dan sangat sangat
sementara http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=11¬ab=43Dihitung dari angka SAKERNAS BPS, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=06& notab=24 Pada acara diskusi Mencari Sistem Perlindungan TKI yang Efektif yang diadakan oleh Departemen Tenaga
Kerja, Kamis 2 Juli 2009, Pengangguran Banyak, 70% Lowongan Tak Terisi: Calon tenaga kerja yang ada
hanya mampu mengisi 30 persen lowongan. http://bisnis.vivanews.com/news/read/71765-pengangguran_
banyak__70__lowongan_ tak_terisi
Link match.indd 2Link & match.indd 2 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
15/165
3
Sebuah Pengantar
Dalam menjembatani hal tersebut, sebetulnya Menteri
Pendidikan Prof. Dr. Ing. Wardiman (Periode 1989-1998) telah
mencanangkan program link and match antara dunia pendidikan
dengan dunia industri5. Link and matchadalah penggalian kompetensi
yang dibutuhkan pasar kerja ke depan. Diharapkan paradigma
orientasi pendidikan tidak lagi supply minded tapi lebih demand
minded (kebutuhan pasar). Program link and match meliputi duasasaran, yaitu pada tingkat sekolah menengah, dan pada tingkat
perguruan tinggi. Khusus untuk sekolah menengah, sasaran program
pemerintah (cq DEPDIKNAS) mengubah proporsi siswa SMU vs SMK
70:30, menjadi 30:70. Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi
diharapkan adanya peran industri untuk menciptakan pelatihan-
pelatihan khusus bahkan bekerja sama untuk mendirikan institusi
sesuai dengan jenis industri yang dikembangkan.6Sejak tahun 1994,
Dewan Pengembangan Program Kemitraan Pendidikan Tinggi (DPPK-
PT) mengembangkan konsep Cooperative Academic Education
Program (Co-Op) yang menjalin kerjasama dengan lebih dari 62
industri, terdiri dari manufaktur, perbankan hingga telekomunikasi7.
Namun demikian, pasca berjalannya program Link and
Match (hampir dua dasawarsa), belum nampak hasil seperti yang
diharapkan. Masih tinggi lulusan sarjana, di samping bekerja tidak
sesuai dengan bidang studi, juga harus menunggu dalam waktu
lama untuk mendapatkan pekerjaan. Di sisi lain, lowongan kerja yang
tidak terisi semakin meningkat. Mengacu pada beberapa phenomena
di atas, maka penelitian yang mengkaji implementasi kebijakan link
and match dunia pendidikan dan industri sebagai salah satu upaya
strategis untuk meningkatkan esiensi, mutu tenaga kerja dan daya
saing industri, layak untuk dilakukan.
5 Dalam Diskusi panel dan Lokakarya Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Barat pada 17 Desember 2008, beliau
mengingatkan kembali perlunya program link and match.6Beberapa institusi yang telah ada antara lain, STTTelkom, IBI (Institut Bank Indonesia), STTI (Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil), Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (NHI).7 Pedoman Umum Penyelenggaraan Co-op. http://kelembagaan.dikti.go.id/index.php/pedoman/141-
pedoman-umum-penyelenggaraan-program-co-op
Link match.indd 3Link & match.indd 3 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
16/165
4
Endang S Soesilowati dkk
Masalah Penelitian
Tingginya angka pengangguran dapat dijelaskan dari berbagai
aspek, salah satu diantaranya adalah adanya ketidak selarasan
(mismatch) antara supply tenaga kerja dan demand dunia usaha
(industri)8. Pada penelitian ini jawaban yang diberikan untuk
menjelaskan tingginya angka pengangguran dilakukan menggunakan
asumsi ketidak selarasan (mismatch) dunia pendidikan dan industri
yang dikenal dengan istilah education mismatch atau education-job
mismatch. Francesca Sgobbi and Ftima Suleman9 mengemukakan
bahwa mismatchpendidikan terjadi oleh karena adanya heterogenitas
kemampuan pekerja pada kualikasi pendidikan yang sama. Kesadaran
dari adanya heterogenitas kemampuan dari para pekerja juga telah
meningkatkan perhatian para peneliti untuk memusatkan pertanyaan
penelitian nya terhadap mismatchpendidikan, khususnya di Negara-
negara maju. Berbagai teori dikemukakan dalam memahami fenomena
mismatch pendidikan ini. Beberapa diantaranya, Sgobbi & Suleman
(2007) dengan teori human capital, job matching, dan occupational
mobility, Brahim Boudarbat dan Victor Chernoff (2009) menggunakanhuman capital, credentialism, job matching, dantechnological change
theory, dan Farooq, Javid, Ahmed, dan Khan (2009), mengemukakan
human capital, job competition, career mobility, assignment model,
signaling model, dan matching theory. Dari ketiga kelompok peneliti
tersebut paling tidak terdapat dua pendekatan yang sama, yaitu teori
tentang human capital danjob matching,dimana merekaberpendapat
bahwa mismatch pendidikan merupakan keadaan sementara yang
terjadi akibat pertukaran informasi yang kurang memadai antara
pemberi kerja dan pencari kerja. Hal ini paling tidak menunjukkan
8 Daniel Mnich and Jan Svejnar (2009) dalam studinya yang berjudul Unemployment and Worker-Firm
Mathing: Theory and Evidence from East and West Europe dalam menjelaskan tentang pengangguran yangterjadi di Eropa Timur dan Barat, mereka mengajukan tiga macam hipotesa, yaitu mismatch, low demand, dan
restrukturisasi ekonomi. Sejak tahun 1990 an mismatch terjadi hampir di semua Negara Eropa yang sedang
dalam periode transisi ekonomi.9 A methodological contribution to the measurement of skill (m is)match, draft tulisan dari Sgobbi dan Su leman
yang akan dipresentasika dan didiskusikan pada Decowe Conference: Ljubljana, Slovenia, 24-25 September
2009.
Link match.indd 4Link & match.indd 4 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
17/165
5
Sebuah Pengantar
adanya in-effi siensi dalam alokasi sumber daya manusia (Farooq et al.,
2009).
Program link and match telah dicanangkan sejak tahun 1989,
namun demikian berdasarkan data statistik yang menunjukkan masih
tingginya angka pengangguran, tingginya lowongan kerja yang tidak
terisi, dan rendahnya kualitas pekerja, maupun hasil analisis data
sakernas tersebut di muka, menunjukkan bahwa mismatchpendidikandan kebutuhan keahlian pasar kerja masih tinggi, khususnya bagi
tenaga kerja yang berpendidikan tinggi. Mismatchantara pendidikan
dan pekerjaan mengakibatkan tingkat pendapatan yang lebih rendah,
rendahnya kepuasan kerja, dan tingginya tingkat turnover pekerja,
yang pada gilirannya mempengaruhi produktivitas pekerja (Bender &
Heywood, 2006). Farooq et al (2009) menunjukkan beberapa penelitian
yang telah dilakukan tentang education-job mismatches bahwa hal
tersebut memberikan pengaruh yang relevan terhadap esiensi
investasi pendidikan baik publik maupun swasta, karena education-
job mismatchesmempengaruhi upah dan juga keluaran/hasil tenaga
kerja lainnya, seperti kepuasan kerja (Hersch 1991, Groot 1996), on-the-job training(Sicherman 1991), mobilitas geogra (Dekker et al. 1996),
dan turn overpekerja (Hersch, 1991 dikutip dari Farooq et.al, 2009).
Hersch (1991), dan Battu, et al. (2000) telah meneliti tentang pengaruh
non-moneter dari adanya job-education mismatch, dan menemukan
bahwa pekerja yang overeducated dan pekerja perempuan yang
undereducated menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang kurang
dibandingkan dengan pekerja yang match, dan selanjutnya dia
menyimpulkan bahwa pekerja yang memiliki pendidikan yang tepat
memiliki premi pada kepuasan kerja (dikutip dari Farooq et.al, 2009).
Namun, Allen dan van der Velden (2001), dan Green dan McIntosh
(2002) menemukan bahwa mismatch dalam kualikasi menurunkankemungkinan pekerja untuk sangat puas, sementara mismatchdalam
pendidikan tidak mempengaruhi tingkat kepuasan pekerja (dikutip
dari Farooq et.al, 2009). Robst (2007) menunjukkan bahwa mismatch
pendidikan dengan pekerjaan telah mengakibatkan rendahnya
Link match.indd 5Link & match.indd 5 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
18/165
6
Endang S Soesilowati dkk
pendapatan yang diterima pekerja.10 Dalam teori ekonomi tentang
Total Factor Productivity, besaran upah/pendapatan merupakan salah
satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas
pekerja yang tentu saja akan mempengaruhi kinerja industri.
Berdasarkan fenomena di atas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian:
Bagaimana peta permasalahan konsep dan realisasi kebijakan link
and matchantara dunia pendidikan dan dunia industri?
Sejauhmana sistem pendidikan mengacu pada dinamika
kebutuhan industri/ pasar kerja?
Sejauh mana konsistensi kebijakan rekruitmen tenaga kerja dan
realisasi penyerapan dalam industri mengacu pada latar belakang
pendidikan pekerja?
Bagaimana kinerja pekerja yang bekerja sesuai dengan bidang
studi pendidikannya?Strategi dan kebijakan seperti apa yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan link and match dunia pendidikan dan industri ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum penelitian ini adalah menganalisa implementasi
link and match dunia pendidikan dan industri, yang secara khusus
mencari jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan, yaitu:
Memetakan permasalahan konsep dan realisasi kebijakan link andmatchdunia pendidikan dan dunia industri.
10 Dikutip dari Martin Nordin et al, 2008. Education-Occupation Mismatch: Is There an Income Penalty? IZA
Discussion Paper No. 3806 October 2008
Link match.indd 6Link & match.indd 6 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
19/165
7
Sebuah Pengantar
Menemukenali orientasi kebijakan kurikulum Perguruan Tinggi
Mengungkapkan kebijakan rekruitmen tenaga kerja dan realisasi
penyerapan tenaga kerja berpendidikan tinggi pada industri
Menganalisis tingkat kesesuaian kompetensi pekerja dengan
bidang pekerjaannya
Merumuskan strategi peningkatan realisasi link and matchdunia
pendidikan dan dunia industri.
Lingkup dan Alur Permasalahan Penelitian
Dengan alasan esiensi, efektivitas, dan ketajaman fokus
penelitian, maka lingkup kegiatan penelitian link and match dunia
pendidikan dan industri pada tahun 2009, dibatasi pada kajian khusus
terhadap penyerapan tenaga kerja di industri (perusahaan yang
bergerak pada jenis industri pengolahan) dengan tingkat pendidikan
diploma (D1) ke atas. Kegiatan penelitian dimulai dengan melakukanstudi literatur baik berdasarkan buku, jurnal ilmiah, media elektronik,
maupun data statistik yang mengulas tentang kondisi sumber daya
manusia di Indonesia yang menggambarkan adanya permasalahan
dalam tingkat pengangguran, produktivitas pekerja, dan relasi antara
pendidikan dengan dunia kerja, khususnya industri. Berdasarkan
keadaan tersebut, penelitian ini kemudian memetakan penyebab
permasalahan yang ada baik di tingkat institusi pendidikan, maupun
pada industri. Hal ini diperoleh melalui kajian terhadap kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan baik dalam bidang pendidikan, tenaga
kerja, maupun industri. Kegiatan ini disertai dengan perolehan
informasi yang menggambarkan tentang kebutuhan dan tuntutanindustri. Ini dipelajari melalui kumpulan iklan lowongan kerja pada
surat kabar nasional dan juga media elektronik, serta focus group
discussion dengan beberapa narasumber yang mewakili dunia
Link match.indd 7Link & match.indd 7 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
20/165
8
Endang S Soesilowati dkk
pendidikan tinggi, industri, dan ketenaga kerjaan. Langkah studi
selanjutnya mengungkapkan sejauhmana efektivitas program link
and match dari kebijakan pendidikan teraplikasikan dalam dunia
kerja, melalui survei yang dilakukan terhadap pekerja. Pekerja yang
dijadikan sampel studi diambil dari beberapa persusahaan menengah
besar pada industri pengolahan.
Setelah data dan informasi yang diperoleh melaluisurvei terhadap pekerja selesai diolah dan dianalisa, penelitian
memformulasikan beberapa strategi untuk mengoptimalkan
implementasi program link and match tersebut, dengan tujuan
meningkatkan esiensi dan produktivitas pekerja di perusahaan,
sehingga memiliki dayasaing tinggi, baik bagi pekerja maupun industri.
Rangkaian penjelasan tentang tahapan lingkup kajian ini dapat dilihat
pada diagram alur permasalahan penelitian.
Link match.indd 8Link & match.indd 8 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
21/165
9
Sebuah Pengantar
Alur Permasalahan
AlurPermas
alahan
Existing
Condition
Tingginya
Penga
ngguran
terdidik
Tingginya
lowongankerja
yangtakterisi
Renda
hnya
keterkaitan
antara
institusi
pendid
ikan
danindustri
TenagaKerja
(ProdukLinkand
Match)
Kebijakan
pendidikan
Kebijakan
Industri
Goals:Formulasi
strategi
-
Meningkatkan
imple
mentasi
program
linkand
matc
hdunia
pend
idikandan
industri
-
Meningkatkan
kiner
ja/produktivitas
SDM
-
Meningkatkandaya
saing
industri
RekomendasiPerbaikan
danimplementasi
linkandmatch
Link match.indd 9Link & match.indd 9 6/22/2010 6:38:44 PM6/22/2010 6:38:44 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
22/165
10
Endang S Soesilowati dkk
Metode Penelitian
Buku ini ditulis berdasarkan penelitian yang merupakan
penelitian aplikasi kebijakan, dengan tujuan mengukur sejauhmana
pencapaian program link and matchdiimplementasikan pada dunia
pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan industri/pasar kerja. Untuk
dapat mengukur sejauhmana implementasi program link and match
dunia pendidikan dan industri, maka seyogyanya informasi dari keduabelah pihak ---dunia pendidikan maupun dunia industri--- diperha-
tikan secara cermat. Namun demikian, tidak berarti penelitian hanya
mengumpulkan informasi secara langsung terhadap kedua sumber
informasi tersebut, tapi dapat pula dilakukan dengan menggali infor-
masi dari pekerja itu sendiri sebagai objek pengguna dari implemen-
tasi program link and match. Oleh karena lingkup kegiatan penelitian
dipusatkan pada implementasi program link and matchdalam peru-
sahaan (industri), melalui kebijakan penempatan pekerja dalam jenis
pekerjaan serta jabatan yang tepat (the right man in the right place),
maka penelitian juga menggunakan pendekatan bidang studi eko-
nomi sumber daya manusia.
Untuk dapat mengukur sejauhmana implementasi program link
and matchdunia pendidikan dan industri, jenis data yang digunakan
dalam penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Dari sisi sumber
data yang digunakan sebagai bahan analisis, penelitian menggunakan
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh
terutama dengan menggunakan metode survei terhadap para
pekerja dengan latar belakang pendidikan D1 ke atas yang telah
bekerja di perusahaan-perusahaan terpilih yang mewakili beberapa
jenis industri. In-depth interview juga digunakan dalam penelititan
ini dengan narasumber-narasumber terpilih dari Dinas Pendidikan,
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian, dan parapimpinan dari Perguruan Tinggi, serta Human Resource Development
(HRD) di perusahaan terpilih, serta para pakar lainnya baik dari bidang
pendidikan maupun industri. Data sekunder diperoleh melalui
Link match.indd 10Link & match.indd 10 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
23/165
11
Sebuah Pengantar
pengumpulan dokumen kebijakan, data statistik dari publikasi resmi
baik yang dikeluarkan pemerintah maupun swasta, buku, jurnal
internasional, media massa, dan berbagai bahan dari internet yang
mendukung analisis penelitian.
Metode survei terhadap para pekerja terutama menggunakan
kuesioner terstruktur dengan memberikan pilihan jawaban yang
tersedia. Beberapa pertanyaan terbuka ditambahkan, untukmemperoleh informasi yang lebih lengkap. Kandungan pertanyaan
terutama mengungkapkan pengalaman pekerja dalam menerapkan
pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal yang dimiliki
dalam proses perolehan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan.
Merujuk pada data shareindustri terhadap PDRB dan data angka
pengangguran yang cukup tinggi, maka lokasi penelitian dipilih
Kepulauan Riau dan Banten. Atas data karyawan di perusahaan yang
diteliti, dilakukan random stratied sampling, yang mewakili pekerja dari
beberapa strata posisi jabatan di perusahaan terpilih. Masing-masingperusahaan dari industri pengolahan diambil secara proporsional 100
orang pekerja dengan tingkat pendidikan D1 ke atas, dari masing-
masing daerah penelitian sebagai responden, sehingga responden
yang diberikan kuesioner berjumlah 200 orang.
Data primer dan sekunder yang diperoleh secara kuantitatif
maupun kualitatif dianalisis dan dipresentasikan dalam berbagai tek-
nik penyajian (grak, tabulasi) dari temuan-temuan selama penelitian
berlangsung serta menganalisis hasil temuan dengan menggunakan
analisis statistik. SPSS digunakan untuk data entry dananalysis. Tabulasi
silang dan analisa korelasi digunakan untuk menguji variabel-variabel
yang diajukan, dengan menganalisa probabilitas perbedaan dan/ataukesesuaian latar belakang pendidikan dan jenis pekerjaan, pengala-
man kerja, jenjang jabatan, dan juga jenis kelamin. Analisa kualitatif
dilakukan berdasarkan hasil transcriptin-depth interviewdengan para
Link match.indd 11Link & match.indd 11 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
24/165
12
Endang S Soesilowati dkk
narasumber, untuk mengidentikasi dan mengumpulkan informasi
tentang strategi peningkatan implementasi program link and match
yang sudah dan akan mereka lakukan.
Untuk dapat menguji implementasi program link and match,
penelitian ini merumuskan empat hipotesa berikut:
Mendapatkan pekerjaan yang memiliki kesesuaian ( match) denganlatar belakang pendidikan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan yang tidak sesuai
Tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap produktivitas
secara berbeda bagi pekerja yang memiliki kesesuaian (match)
latar belakang pendidikan dan pekerjaannya dibandingkan
dengan yang tidak sesuai
Lebih banyak pekerja perempuan yang pekerjaannya sesuai
(match) dengan latar belakang pendidikan dibandingkan dengan
pekerja laki-laki
Pekerja yang memiliki kesesuaian ( match) antara latar belakang
pendidikan dengan bidang pekerjaannya memiliki tingkat
kepuasan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
sesuai
Pembabakan Penulisan
Buku Link and Match ini disusun dalam lima bab. Bab 1, merupakan
pengantar yang menggambarkan latar belakang permasalahan dan
metodologi yang digunakan. Bab 2 mengungkapkan Kendala dan
Realisasi Kebijakan Link & Matchdunia pendidikan dan industri, yangmenguraikan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan
program Link & Match dan realisasi penerapannya di dua daerah
penelitian dengan menitik beratkan pada aspek penyediaan tenaga
Link match.indd 12Link & match.indd 12 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
25/165
13
Sebuah Pengantar
kerja yang dipusatkan pada masalah pendidikan. Oleh karenanya, pada
bab tersebut juga ditampilkan tentang orientasi kurikulum khususnya
kurikulum pada perguruan tinggi, dan tingkat daya saing tenaga
kerja. Bab selanjutnya, menyajikan Pola Penyerapan dan Tingkat
Produktivitas Tenaga Kerja Berpendidikan Tinggi pada dunia Industri.
Bab 3 tersebut menganalisis sisi permintaan dunia usaha/industri
terhadap tenaga kerja, yang menguraikan tentang proses perekrutandan peranan pelatihan terhadap pekerja. Bab 4 dalam buku ini
menganalisa keterkaitan antara kompetensi latar belakang pendidikan
pekerja dengan jenis pekerjaan. Analisa dilakukan terhadap terutama
hasil survei terhadap pekerja yang dipilih berdasarkan random
pada beberapa perusahaan/industri terpilih di dua lokasi penelitian.
Selain menyajikan perbandingan kondisi pekerja antara mereka
yang memiliki kesesuaian/keselarasan dua variabel (pendidikan
dan pekerjaan) juga dikaitkan dengan beberapa variabel inti yang
dimiliki pekerja seperti pengalaman kerja, pengembangan karir,
kompensasi, dan kepuasan kerja, dalam bab tersebut juga disajikan
hasil pengujian empat hipotesa yang diajukan. Sebagai penutup buku
ini memberikan strategi peningkatan implementasi link & matchdan
prospek peningkatan daya saing tenaga kerja dan industri.
Link match.indd 13Link & match.indd 13 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
26/165
14
Endang S Soesilowati dkk
DAFTAR PUSTAKA
Antara. 2008. Erman Suparno: Pentingnya Job Fair di Saat Krisis. (http://indonesiabergerak.antara.co.id/news/?i=1229072346, diakses 30
Januari 2009).Bender, Keith A. dan Heywood, John S. 2006. Educational Mismatch
among Ph.D.s: Determinants and Consequences. Working PaperNo. 12693. National Bureau of Economic Research (http://www.nber.org/papers/w12693, diakses 11 Februari 2009).
Boudabart, B dan Chernoff, V. 2009. The Determinants of Education-Job Match among Canadian University Graduates. DiscussionPaper No. 4513 October 2009. IZA.
Farooq, S; Javid, A; Ahmed U; Khan, M. J. (2009). Educational andQualicational Mismatches: Non-Monetary Consequences in
Pakistan. European Journal of Social Sciences Volume 9, Number2.
HAM/DAY. 2009. Penganggur Terdidik 4,5 Juta. Kompas 16 Februari.
Irwandi. Distribusi Mahasiswa berdasarkan Bidang Studi, TingginyaAngka Pengangguran Sarjana. 16 Februari 2008. (http://www.dikti.go.id, diakses 4 Februari 2009).
Isfenti, Sadila. Tantangan dan Peluang Sumber Daya Manusia di EraGlobalisasi. (http://digilib.usu.ac.id/download/fe/manajemen-isfanti.html, diakses 30 Januari 2009)
Koban, Antonius Wiwan. 2008. Mengurangi Pengangguran Terdidik.Harian Jurnal Nasional 16 September 2008.
Kuncoro, Mudrajad. 2008. Strategi penyelamatan Sektor riil. Harian
Seputar Indonesia, 24 Desember 2008
Link match.indd 14Link & match.indd 14 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
27/165
15
Sebuah Pengantar
Mnich, D and Svejnar, J. 2009. Unemployment and Worker-Firm
Matching: Theory and Evidence from East and West Europe. Policy
Research Working Paper, No 4810. The World Bank Development
Economics Department Research Support Unit January 2009
(http://www.cepr.org/meets/wkcn/4/4561/papers/Svejnar.pdf,
diakses 15 November 2009)
Nordin, Martin et al, 2008. Education-Occupation Mismatch: Is Therean Income Penalty? IZA Discussion Paper No. 3806 October 2008
ELN/WKM. 2008. Perguruan Tinggi Menjadi Sumber Pengangguran. 16
Februari (http://www.dikti.go.id, diakses 4 Februari 2009).
Sampoerna Foundation. Link-Match Pendidikan dan Kebutuhan
Sektor Bisnis : 1st Public-Private Partnership Discussion Series.
(http://www.sampoernafoundation.org/content/ view/ 882/342/
lang,id/, diakses 30 Januari 2009).
Sgobbi, F and Suleman, F (2009) A methodological contribution to the
measurement of skill (mis)match. A draft will be presented anddiscussed at the Decowe Conference: Ljubljana, Slovenia, 24-25
September 2009. (http://www.decowe.com/static/ uploadedhtmlarea/
files/A_methodological_contribution_to_the_measurement_of_
skill_mismatch.pdf. Diakses 27 januari 2010).
Suara Karya. 2008. Paradigma Baru Ketenagakerjan : Penyediaan
Tenaga Kerja Didasarkan pada Pendidikan. 5 Maret.
__________. 2008. 70 Persen Angkatan Kerja Tak Mampu Penuhi
Kualikasi Lowongan, 18 Maret
Suranto. 2006. Strategi Pembelajaran Dengan Focused Based Education.(http://eprints.ums.ac.id/84/1/JTI-0403-06-OK.pdf, diakses 30 Januari
2009)
Link match.indd 15Link & match.indd 15 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
28/165
16
Endang S Soesilowati dkk
Link match.indd 16Link & match.indd 16 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
29/165
17
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
BAB 2KENDALA DAN REALISASI KEBIJAKAN
LINK AND MATCHDUNIA PENDIDIKAN DAN
INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
DAYA SAING INDUSTRI
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
Pendahuluan
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki
era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga
menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras
dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan
proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan
semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Tingkat
keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan
sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa
dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh
sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan
dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal
maupun jalur pendidikan non formal. Seperti telah dijelaskan pada Bab
pengantar di muka, bahwa program Link and Matchyang pertama kali
dicanangkan oleh Menteri pendidikan periode 1989-1998 bertujuan
untuk menyelaraskan orientasi pendidikan dengan kebutuhanpasar kerja dengan sasaran baik di tingkat sekolah menengah
maupun perguruan tinggi. Namun demikian, persoalan ketidak
selarasan antara penyediaan dari dunia pendidikan dan kebutuhan
Link match.indd 17Link & match.indd 17 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
30/165
18
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
dunia industri masih tetap terjadi yang antara lain ditunjukkan oleh
semakin meningkatnya jumlah penganggur berpendidikan. Untuk
itu, Bab ini akan mengemukakan tentang kendala yang dihadapi
dalam mengimplementasikan program link and match di dua daerah
penelitian Batam (Kepri) dan Banten, dan juga berbagai upaya
yang telah dilakukan khususnya dari sisi dunia pendidikan dalam
mengimplementasikan program tersebut. Selanjutnya, tulisan inijuga mengungkapkan kesenjangan yang terjadi antara ketersediaan
tenaga kerja dengan kebutuhan industri yang digambarkan melalui
hasil survey terhadap 164 responden pekerja dengan latar belakang
pendidikan tinggi (D1 ke atas) dari beberapa industri terpilih di dua
daerah penelitian.
Kendala yang dihadapi dalam Aplikasi Kebijakan Link
and Match di daerah penellitian
Berdasarkan pengamatan dan wawancara mendalam yang
dilakukan terhadap beberapa narasumber di dua daerah penelitian,
kendala yang dihadapi dalam mengaplikasikan program Link & Matchdapat diklasikasikan pada uraian berikut.
Di Batam(Kepri)
Istilah Link-Matchtidakcukup populer bagi beberapa perusahaan
dari industri terpilih. Aplikasi program Link-Match nampaknya di Batam
belum optimal karena terdapat beberapa permasalahan. Pertama,
masalah keterbatasan infrastruktur belajar mengajar. Keterbatasan
fasilitas praktikum yang tersedia di laboratorium, pembangunan
infrastruktur penunjang aplikasi dan proses belajar yang belummencukupi terutama dikarenakan adanya kendala dana yang tersedia.
Kedua, masalah kompetensi dari sdm di Batam. Kualikasi kompetensi
yang dibutuhkan oleh dunia usaha lebih tinggi daripada yang mampu
disediakan oleh dunia pendidikan. Hal ini terutama diakibatkan oleh
Link match.indd 18Link & match.indd 18 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
31/165
19
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
perubahan dan perkembangan industri yang jauh lebih cepat dan
berkembang, sementara orientasi pendidikan tidak mudah melakukan
penyesuaian terlebih dalam waktu yang singkat. Dicontohkan antara
lain, perubahan tuntutan ketrampilan/keahlian tukang las misalnya.
Pengajaran masih menggunakan bahan ajar dengan peralatan yang
konvensional, padahal di dunia kerja sekitarnya sudah menggunakan
perlatan kerja yang sangat modern. Ketiga, masalah kurikulum pendi-dikan. Kurikulum nasional kurang sesuai dengan kondisi daerah/kon-
disi lokal. Belum ada panduan nasional yang berfungsi untuk menjadi
pedoman pengembangan kurikulum sehingga mengakibatkan pen-
gembangan kurikulum di daerah menjadi stagnan. Selain itu kurang-
nya interaksi antara dunia pendidikan dan industri, mengakibatkan
kebutuhan perusahaan tidak dapat diakomodir oleh dinas pendi-
dikan setempat pada saat penyusunan kurikulum dilakukan. Hal ini
mengakibatkan kurikulum yang ada relatif kurang mengimbangi per-
kembangan maupun kebutuhan dunia kerja, akibatnya tenaga kerja
yang dihasilkan tidak siap pakai. Namun demikian, di daerah peneli-
tian Batam, khususnya, pengembangan kurikulum langsung dilaku-
kan oleh sekolah bersama wakil masyarakat daerah tersebut, tanpa
dukungan dari pemerintah pusat maupun industri secara langsung.
Keempat, kurangnya koordinasi diantara stakeholders terkait. Walau-
pun sudah terjadi hubungan antara dunia industri, tenaga kerja dan
dinas pendidikan, namun belum ada koordinasi antara dinas industri,
dinas tenaga kerja, dan dinas pendidikan maupun institusi industri.
Kelima,belum ada pemetaan yang jelas dan pasti, berapa dan seperti
apa tenaga kerja yang dibutuhkan dunia industri. Mayoritas industri
di Batam merupakan industri perakitan sehingga tenaga kerja yang
lebih dibutuhkan adalah sebatas operator yang cukup hanya tama-
tan smU, dan belum memiliki keahlian khusus (skilled-labour). Disisi
lain, perekonomian Batam telah mengarah kepada pariwisata mela-lui perdagangan umum, namun tenaga untuk hal ini juga belum siap.
Keenam, terbatasnya lowongan pekerjaan bagi lulusan smU, sehing-
ga banyak yang bekerja sebagai operator di industri, padahal mereka
Link match.indd 19Link & match.indd 19 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
32/165
20
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan latar belakang pendidi-
kannya. Ketujuh, lulusan SMK masih banyak yang bekerja di luar bi-
dangnya (sebanyak 50 persen) akibat keterbatasan lahan kerja yang
sesuai dengan bidangnya, dan keengganan mereka untuk diberikan
pekerjaan yang sama dengan lulusan SMU bekerja sebagai operator.
Mereka menuntut untuk paling tidak diposisikan menjadi supervisor,
padahal lowongan pekerjaan yang ada kebanyakan hanyalah menjadioperator. Selain itu, jenis SMK yang dibangun belum banyak mengacu
pada jenis perusahaan yang berdiri di Batam.
Di Banten
Penerapan kebijakan program link & match di Banten juga belum
optimal, karena terdapat beberapa kendala. Pertama, masalah
oversupply mahasiswa pada jurusan yang lapangan pekerjaannya
sedikit. Misalnya di Fakultas ekonomi, Fakultas Teknik Industri,
Fakultas Pertanian, dan Fakultas Pendidikan (matematika dan biologi)
di Universitas Tirtayasa (UNTIRTA) mengalami oversupplymahasiswa.Fenomena yang terjadi adalah justru bidang/jurusan yang masih
diperlukan, peminatnya hanya sedikit. Misalnya: Fakultas Metalurgi
mengalami kekurangan mahasiswa, padahal banyak tersedia lapangan
pekerjaan di industri sekitar bagi para lulusan Fakultas Metalurgi.
Untuk mengurangi masalah oversupplypada beberapa jurusan favorit
dilakukan dengan menekan kuota penerimaan mahasiswa pada jurusan
favorit tersebut dan menambah kuota penerimaan mahasiswa pada
jurusan yang kurang diminati. Akan tetapi langkah ini kurang efektif,
karena walaupun kuota mahasiswanya sudah ditambah, tetap saja
Fakultas Metalurgi mengalami kekurangan mahasiswa. Kedua, masih
tingginya kesenjangan antara kemampuan calon tenaga kerja dengankeahlian yang ditawarkan pada lowongan kerja. Ketiga, masih kurang
memadainya fasilitas laboratorium di universitas, sehingga tidak
mampu mengejar kecanggihan alat-alat di dunia industri. Keempat
Link match.indd 20Link & match.indd 20 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
33/165
21
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
kurangnya koordinasi antara pihak industri, lembaga pendidikan,
dan dinas tenaga kerja. Wajib lapor perusahaan kepada Disnakertrans
kurang direspon secara baik, sehingga dinas setempat kesulitan dalam
melakukan Setting Program terutama menyangkut lowongan yang
dibutuhkan. Bursa kerja khusus yang dilakukan lembaga pendidikan
juga tidak berkoordinasi dengan Disnakertrans. Padahal, pelatihan
yang diselenggarakan Disnaker selama ini konon telah mengacu padakurikulum sesuai kebutuhan perusahaan yang telah memberikan
jaminan untuk dapat diterima kerja di perusahaan yang bersangkutan
disertai dengan syarat magang bagi minimal lulusan SMU/SMK.
Sebelum menggambarkan upaya atau strategi dalam menerapkan
program Link and Match, penulis sajikan ulasan khusus tentang
kurikulum pendidikan tinggi sebagai acuan dalam menganalisa upaya
yang dilakukan beberapa kasus institusi pendidikan di kedua daerah
penelitian.
Orientasi Kurikulum Pendidikan Tinggi
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009:3). Sementara itu
menurut Saylor, Alexander dan Lewis (1974, dalam Rusman, 2009)
menerjemahkan kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk
mempengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas
maupun diluar sekolah. Dilain pihak, Harold B. Alberty (1965 dalam
Rusman, 2009) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang
diberikan kepada siswa di bawah tanggungjawab sekolah.
Kurikulum dapat berisi cakupan luas dan dinilai dapat menggambarkan
konsep tentang isi kurikulum (Saylor dan Alexander, 1966, dalam
Link match.indd 21Link & match.indd 21 6/22/2010 6:38:45 PM6/22/2010 6:38:45 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
34/165
22
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
Rusman, 2009). Menurut Saylor dan Alexander isi kurikulum adalah
fakta, observasi, presepsi, ketajaman, sensibilitas, desain, dan solusi
yang tergambarkan dari apa yang dipikirkan seseorang yang secara
keseluruhan diperoleh dari pengamalan dan semua itu merupakan
komponen yang menyusun pikiran yang mereorganisasi dan
menyusun kembali hasil pengalaman tersebut ke dalam adat dan
pengetahuan, ide, konsep, generalisasi, prinsip, rencana dan solusi.Dalam pandangan Zais (1976, dalam Rusman, 2009) isi kurikulum
mencakup pengetahuan proses dan nilai. Hal ini dikuatkan melalui
pertimbangan saat menyeleksi/menyusun kurikulum : 1) Kesadaran
terhadap kedudukan pengetahuan dalam diri seseorang; 2). Kesadaran
dari potensi pengetahuan yang melandasi isi (pembelajar dan
pengalaman). Menurut Dewey (1996, dalam Rusman, 2009), Isi
dideniskan sebagai pencatatan dan pengetahuan (simbol, grak,
rekaman suara) yang terpisah dari potensinya untuk berinteraksi
dengan lingkungan masyarakat. Lalu pengetahuan diterjemahkan
sebagai pertambahan dan pendalaman arti.
Isi kurikulum merupakan hal yang paling mendasar dan
esensial dari rangkaian kurikulum, dimana terbagi dari dua hal
utama:
a) Bersifat umum
Diaplikasikan kepada seluruh siswa, yang berfungsi penguatan
proses interaksi dan pengembangan tingkat berpikir, mengasah
perasaan dan berbagi pendekatan untuk dapat saling memahami,
serta posisi siswa dalam lingkungan sekolah dan kehidupan
sehari-hari.
b) Bersifat khusus
Diaplikasikan untuk program-program tertentu, disesuaikan
berdasar kebutuhan berbeda atau mempunyai kemampuan
Link match.indd 22Link & match.indd 22 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
35/165
23
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
istimewa (lebih) dibanding siswa lainnya untuk mengaktualisasikan
seluruh potensi yang dimilikinya.
Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum didenisikan sebagai suatu sistem
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan
sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikukum(Rusman, 2009:3). Dalam pelaksanaanya, manajemen kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan
manajemen kurikulum diberikan kepada lembaga pendidikan atau
sekolah untuk mengelola kurikulumnya secara mandiri dengan
memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran visi dan misi
lembaga pendidikan atau sekolah yang bersangkutan dengan tidak
mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, kebijakan nasional berfungsi sebagai pedoman utama dalam
menyusun, menetapkan dan mengembangkan kurikulum yang
selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing institusipendidikan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing
institusi pendidikan dapat berkembang sesuai dengan karakteristik
masing-masing melalui spesialisasi pada bidangnya yang didukung
dengan sumber daya sesuai kebutuhannya.
Fungsi utama dari manajemen kurikulum (Rusman, 2009:5) adalah:
a) Meningkatkan esiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
b) Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan kepada siswa
untuk mencapai hasil yang maksimal.
c) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuaidengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar
peserta didik.
d) Meningkatkan esiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.
Link match.indd 23Link & match.indd 23 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
36/165
24
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
e) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengem-
bangkan kurikulum.
Implementasi Kurikulum
Terdapat beberapa hal yang berpengaruh dalam implementasi
kurikulum seperti: karakteristik kurikulum, strategi implementasi,
karakteristik penilaian, pengetahuan pengajar tentang kurikulum,sikap terhadap kurikulum, dan ketrampilan mengarahkan (Hasan,
1984, dalam Rusman, 2009:74). Selanjutnya, dukungan dari pimpinan
instansi, dukungan dari rekan pengajar, dan dukungan dari dalam
diri pengajar merupakan unsur utama dalam mengimplementasikan
kurikulum (Mars 2002 dalam Rusman 2009).
Implementasi kurikulum seharusnya dapat mendorong
pengembangan kreativitas dari penyerapan materi sehingga secara
langsung membuktikan adanya penguasaan materi. Hal utama yang
harus diperhatikan adalah peserta didik sebagai subyek pembelajaran
sehingga komunikasi multiarah mutlak diperlukan. Harapannya
adalah subyek pembelajaran mampu memahami objek, menganalisis,dan merekonstruksi agar mampu membentuk pengetahuan baru
(Rusman, 2009:75). Dengan kata lain, implementasi kurikulum
mampu membentuk inovasi dan kreativitas siswa sehingga dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelumnya
(sebagai dasar pengembangan).
Nana Syaodih (2001, dalam Rusman, 2009) melengkapi analisis
implementasi kurikulum dengan menempatkan faktor pengajar
sebagai kunci utama pelaksanaan kurikulum. Diperlukan pengajar
yang memiliki kemampuan, semangat, kreativitas, inovasi dan dedikasi
yang tinggi yang mampu mengimplementasikan kurikulum secaraoptimal. Faktor sarana dan prasarana, biaya, organisasi, lingkungan
berfungsi sebagai pendukung dari hal tersebut. Artinya, bahwa
meski kurikulum dan faktor pendukung relatif sederhana namun bila
pengajar memiliki hal tersebut diatas, maka justru dapat mengubah
Link match.indd 24Link & match.indd 24 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
37/165
25
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
kesederhanaan dan keterbatasan faktor-faktor tersebut menjadi
kekuatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Rusman (2009) memandang bahwa terdapat beberapa sumber daya
pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum seperti :
a) Manajemen Institusi Pendidikan
Kemampuan mengelola berbagai hal (bersifat administrasi, teknis,keuangan maupun akademik) secara esien dan efektif sehingga
mendukung proses pembelajaran.
b) Pemanfaatan Sumber Belajar
Bagaimana mengelola berbagai sumber-sumber belajar seperti:
pesan (informasi); orang/manusia yang menyampaikan informasi
(pengajar, tokoh/aktor maupun siswa); bahan/material; peralatan;
teknik/metode; hingga lingkungan dalam mendukung proses
belajar mengajar.
c) Penggunaan Media Pembelajaran
Bagaimana mengoptimalkan penggunaan media visual, cetakmaupun elektronik dalam menyampaikan informasi yang
dibutuhkan dalam memproses belajar dan mengajar.
d) Penggunaan Strategi dan Model-model Pembelajaran
Bagaimana memilih strategi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan secara efektif sehingga menghasilkan kualitas
pendidikan yang optimal.
e) Kualitas Kinerja Pengajar
f ) Monitoring Pelaksanaan Kurikulum (Pembelajaran)
Lebih jauh, terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalammelaksanakan manajemen kurikulum, sebagai berikut (Rusman,
2009:4):
Link match.indd 25Link & match.indd 25 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
38/165
26
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
a) Produktivitas,
Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan
aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.
b) Demokratisasi
Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi
yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuhtanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
c) Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
d) Efektivitas dan esiensi
Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus memper-
timbangkan efektivitas dan esiensi untuk mencapai tujuan
kurikulum dalam aspek biaya, tenaga dan waktu.
e) Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam
kurikulum.
Realisasi Implementasi Link-Match dunia Pendidikan
dan Industri di Batam dan Banten
Mengacu pada informasi yang diperoleh melalui wawancara
dengan para narasumber dari dinas pendidikan di dua daerah
penelitian, mengesankan bahwa pemerintah daerah tidak dapat
mencampuri kebijakan pendidikan tinggi setempat. Seperti telahdisebutkan sebelumnya, kasus Disdiknas Banten misalnya, penjabat
yang mengurusi pendidikan tinggi adalah kepala seksi pada esselon
empat, sementara ketua penyekenggara pendidikan tinggi sudah
Link match.indd 26Link & match.indd 26 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
39/165
27
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
menduduki esselon dua. Di sisi lain, kurikulum nasional dipandang
kurang sesuai dengan kondisi daerah/kondisi lokal. Perusahaan
memberikan masukan kepada dunia pendidikan untuk memasukkan
hal-hal khusus yang bersifat praktis sesuai dengan kebutuhan industri.
Sementara itu, seorang narasumber dari pihak industri menyatakan
bahwa sampai saat ini pengajaran di perguruan tinggi masih terfokus
pada pengembangan ilmu yang bersifat teoritis, dan kurang aplikatif.Inilah yang menjadi kunci permasalahan, mengapa lulusan perguruan
tinggi tidak dapat mengisi kekosongan lowongan kerja yang tersedia.
Pelatihan atau pendidikan tambahanpun nampaknya masih perlu
disediakan oleh perusahaan, bila perusahaan ingin meningkatkan
kompetensi pekerjanya yang lebih pas dengan kebutuhan jenis
pekerjaan/posisi kerja bagi karyawan/pekerja bersangkutan (akan
dijelaskan pada uraian selanjutnya).
Baik di daerah penelitian Kepri maupun Banten pemerintah
daerah mulai secara serius menggarap politeknik dengan jurusan
yang beragam dan lebih menyesuaikan kebutuhan tenaga kerja
dan pengembangan ekonomi daerah yang bersangkutan. Kepridengan mengembangkan Politeknik yang ada ditambahkan untuk
jurusan maritim terutama untuk distribusi barang dan jasa. Langkah
ini ditunjukkan dengan mengaktifkan kembali politeknik yang telah
dilebur kedalam perguruan tinggi yang berorientasi akademik.
Politeknik Batam yang telah diubah menjadi Universitas Maritim Raja
Ali Haji (UMRAH) pada 2007 yang lalu, akhirnya diaktifkan kembali
sebagai perguruan tinggi berorientasi vokasi yang mandiri. Bahkan,
sesuai dengan program pemerintah yang mulai menaruh perhatian
tinggi terhadap pendidikan vokasi, statusnya akan ditingkatkan, dari
perguruan tinggi swasta (PTS) menjadi Badan hukum Pendidikan milik
Pemerintah (BHPP), perguruan tinggi negeri (PTN) versi baru.
Bagi provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang memiliki tiga daerah
berstatus Free Trade Zone(FTZ), yaitu Batam, Bintan, dan Karimun (BBK),
keberadaan BHPP Politeknik Batam tentu sangat membantu bagi
Link match.indd 27Link & match.indd 27 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
40/165
28
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
upayanya menyediakan tenaga kerja terampil di BBK. Diyakini, tenaga
kerja terampil yang dididik di daerah investasi tentu akan memiliki
daya tahan kerja lebih tinggi (ditunjukkan dengan rendahnya tingkat
turn overpekerja). Keyakinan ini akan semakin tinggi bila peserta didik
atau calon tenaga terampilnya adalah sdm unggulan yang diberi
beasiswa oleh pemerintah daerah. Keberadaan BHPP Politeknik Batam
layak menjadi bagian dari promosi bagi para calon investor, yaituterjaminnya ketersediaan tenaga kerja terampil di lokasi investasi.
Sebagai BHPP, pengembangan Politeknik Batam akan didukung
oleh Depdiknas yang semakin peduli terhadap pendidikan vokasi.
Peran Depdiknas (pemerintah) bagi investasi dan pengoperasian
yang diperlukan BHPP tertulis jelas pada UU BHP. Sebagai BHPP di
FTZ, Politeknik Batam harus mampu mengembangkan diri agar dapat
menghasilkan tenaga kerja dengan berbagai jenis keterampilan guna
memenuhi kebutuhan industri. Kedua variabel di atas akan menjadi
dasar yang kuat bagi pengembangan BHPP Politeknik Batam di masa
mendatang.
Politeknik Batam, merupakan satu-satunya Politeknik di kota
Batam, diresmikan oleh Mendiknas RI berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Bulan Oktober No. 235/D/O/2000 dengan
membuka tiga program studi yang memiliki tingkat kebutuhan
tertinggi di kawasan industri Batam yaitu Akuntansi, Teknik Elektro
dan Teknik Informatika. Ketiga Program Studi yang dimiliki Politeknik
Batam telah mendapatkan akreditasi B dari Badan Akreditasi Nasional
perguruan Tinggi (BANPT) pada tahun 2003, dan sertikasi ISO 9001-
2000 untuk Quality Manajemen System pada tahun 2006. Politeknik
Batam berada dibawah Yayasan Pendidikan Batam yang terdiri dari
dari Pemerintah Kota Batam, Otorita Batam, Universitas Riau dan
Institut Teknologi Bandung.
Sementara itu, Banten khususnya di Serang, direncanakan
pembangunan Politeknik bekerja sama dengan Universitas Negeri
Link match.indd 28Link & match.indd 28 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
41/165
29
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
setempat (UNTIRTA) dengan jurusan/ bidang studi kargo, akuntansi,
kimia dan transportasi yang dianggap merupakan bidang studi
yang saat ini lebih sesuai dengan kebutuhan usaha/industri dan
pengembangan daerah setempat.
Beberapa kebijakan lokal yang telah dilakukan baik di daerah penelitian
Banten maupun Kepri dalam mengimplementasikan program Link and
Matchdari sisi pendidikan dapat dikelompokkkan menjadi empat aspekyaitu, pengembangan kurikulum, pengembangan kapasitas institusi,
pengembangan pengetahuan (knowledge), dan pengembangan skill
SDM. Gambaran ini diperoleh terutama berdasarkan kajian terhadap
empat lembaga perguruan tinggi (masing-masing diwakili oleh Poltek
Batam dan UIB di Batam, UNTIRTA dan Poltek Piksi di Banten, serta
BBLKI di Banten.
Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum, terdapat beberapa strategiyang diimplementasikan untuk mendukung keterkaitan (link andmatch) dunia pendidikan dan industri. Pertama, dengan membuka
jurusan/kelas khusus sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Misalnya,pengembangan jurusan teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(Untirta) Banten, sebagai bentuk akomodasi kebutuhan tenaga-tenagateknik di Krakatau Steel (KS). Krakatau steel tidak hanya menggagas
jurusan tersebut namun mendukung dalam tenaga pengajar maupunbeberapa kebutuhan aplikasi (praktek) dari mahasiswa. Sementara
di Batam, Mc Dermont dan Schneider bekerjasama membuka kelaskhusus (maksimal 20 orang) pada SMK di mana siswa dipersiapkan
untuk bekerja di perusahaan tersebut. Berbagai materi pengajarandisesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, yang selanjutnya diikuti
dengan magang di perusahaan tersebut selama satu semester.Di bagian akhir dilakukan uji kemampuan siswa atas penguasaan
keahlian oleh perusahaan tersebut yang terwujud dalam sertikasi.
Link match.indd 29Link & match.indd 29 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
42/165
30
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
Tidak hanya dengan membuka kelas/jurusan khusus, namun
kurikulum dapat diimplementasi dengan mengubah (merekonstruksi
ulang) isi dari kurikulum itu sendiri. Dengan kata lain, tidak harus
dengan mengubah struktur kurikulum (umum dan khusus) namun
fokus kepada isi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dapat dicontohkan
peningkatan aplikasi software visual basicke fox prodi Poltek Piksi Serang
demi mengakomodasi kebutuhan teknologi yang berkembang demikianpesat. Sementara di Batam, UIB melakukan technical assistance dengan
Universitas Indonesia, maupun dengan benchmarking melalui studi
banding untuk melengkapinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengikuti
perkembangan kompetisi pendidikan yang semakin ketat, berbagai hal
positif dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kurikulum sesuai
kebutuhan pasar maupun institusi tersebut.
Lebih jauh, hal tersebut dapat direalisasikan dalam bidang
ajar yang disesuaikan dengan perkembangan nasional. Misalnya,
perkembangan syariah dimanifestasikan dengan pengembangan
jurusan ekonomi syariah di fakultas ekonomi Untirta. Pembukaan
bidang ajar nampaknya cukup eksibel sebagai salah satu bentukrespon positif atas dinamika dunia pendidikan dan dunia bisnis.
Terakhir, adanya pelibatan dunia industri dalam penyusunan
kurikulum akademik di tingkat perguruan tinggi. Salah satu bentuk
aplikasi ini adalah adanya peran aktif dari institusi perguruan tinggi untuk
melakukan kerjasama dalam menyesuaikan kebutuhan dunia industri
guna melengkapi kurikulum dasar yang telah disusun sebelumnya. Hal
tersebut telah dilakukan Universitas International Batam (UIB) misalnya,
dengan melakukan survei secara berkala (selama 2 tahun) sebelum
menyusun kurikulum. Model ini sangat bermanfaat sebagai pelengkap
dan penunjang dari kurikulum dasar yang telah disusun sekaligus
menyesuaikan berbagai perubahan di dalam dunia industri. Artinya,
bahwa beberapa perguruan tinggi telah berupaya untuk bersaing
dengan dinamika dunia industri dengan membekali peserta didiknya
melalui kurikulum tambahan, sehingga mampu menghasilkan lulusan
Link match.indd 30Link & match.indd 30 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
43/165
31
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
yang siap bekerja sesuai dengan kebutuhan industri.
Dalam implementasi sistem pendidikan nasional, pengembangan
dan manajemen kurikulum diserahkan kepada masing-masing
institusi pendidikan melalui tim yang dibentuk di dalam institusi
tersebut (wawancara dengan Dinas Pendidikan Batam, 2009). Tim
yang terbentuk tersebut dapat terdiri atas pengajar institusi (utama),
atau dapat melibatkan tokoh masyarakat dan pakar kurikulum (bersifattentative/insidental). Selanjutnya kurikulum tersebut diuji di tingkat
Dinas Pendidikan setempat dan dilakukan supervisi oleh pengawas
setempat secara regular. Salah satu pertimbangan mendasar adanya
otonomi kurikulum adalah keseragaman merupakan hal yang tidak
lazim untuk diterapkan pada masa sekarang (Zais, 1976, dalam
Rusman, 2009). Justru keragaman isi kurikulum merupakan sarana
mengakomodasi tuntutan perkembangan global, sehingga dunia
pendidikan dapat lebih dinamis. Dari empat kasus pendidikan tinggi
di dua daerah penelitian terindikasikan bahwa pihak pendidikan tinggi
itu sendiri lah yang harus lebih aktif dan kreatif mengembangkan
muatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Pengembangan Institusi Pendidikan
Seperti diuraikan di bagian sebelumnya, bahwa terdapat
beberapa faktor yang mendukung implementasi kurikulum, baik
dari manajemen institusi hingga monitoring pelaksanaan kurikulum.
Sebagai salah satu bentuk aplikasi kurikulum adalah bagaimana
keterkaitan dunia industri dengan dunia pendidikan khususnya
dalam pengembangan kapasitas institusi. Dalam realitas dilapangan
beberapa hal tersebut terwujud dalam:pertama, kerjasama dukungansoftware maupun hardware pendidikan dengan pihak diluar institusi
pendidikan itu sendiri. Di Banten hal tersebut telah diwujudkan atas
dukungan beberapa perusahaan terhadap pengembangan Politeknik
Link match.indd 31Link & match.indd 31 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
44/165
32
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
(Poltek) Piksi di Serang, sementara di Serpong hal tersebut diwujudkan
dalam pembangunan Poltek bekerjasama dengan Siemens. Di Batam
hal tersebut telah lama terwujud dalam pembangunan Politeknik
Batam sebagai manifestasi kerjasama Otorita Batam, Pemerintah Kota
Batam, Universitas Riau, ITB maupun Mc. Dermont.
Kedua, pengembangan institusi diaplikasikan dalam membentuk
forum komunikasi khusus dunia industri dan pendidikan seperti pera-nan industri sekitar di Banten terhadap think-tankBalaiBesarLatihan
Kerja Industri (BBLKI). Lebih jauh, strategi yang diterapkan oleh BBL-
KI adalah melakukan kerjasama dengan negara Austria dengan men-
dapatkan bantuan teknis yang sangat membantu dalam mengasah
ketrampilan dan keahlian para calon tenaga kerja maupun para kar-
yawan. Sebagai gambaran, pelatihan di BBLKI tidak dikenakan biaya
dimana sumber pendanaanya berasal dari DIPA. Namun, akibat keter-
batasan anggaran ini, maka tidak semua calon peserta dapat diterima
mengikuti pelatihan. Di institusi ini tidak hanya calon tenaga kerja
saja (fresh graduate) yang terlibat, tapi juga cukup banyak karyawan
dari perusahaan yang ditempatkan untuk mengikuti pelatihan. Sering-kali, perusahaan swasta yang bersangkutan tidak berkontribusi dalam
pengembangan BBLKI walaupun mereka menitipkan karyawannya
dalam pelatihan tersebut.
Selanjutnya, guna mewujudkan visi dan misi dinas pendidikan
bahwa pendidikan berkualitas untuk seluruh pihak tanpa harus
terkendala waktu, biaya maupun sarana maka program beasiswa
dari pihak swasta turut mendukung proses implementasi pendidikan
di Indonesia. Beberapa realisasinya terwujud atas dukungan
beberapa perusahaan (misalnya Krakatau Steel dan Indah Kiat) yang
memberikan bantuan beasiswa kepada mahasiswa baik di perguruan
tinggi setempat (misalnya Poltek Piksi maupun Untirta) maupun
di perguruan tinggi lainnya di luar Banten, dan juga dapat berupa
ikatan dinas. Salah satu hal yang cukup menguntungkan dari adanya
ikatan dinas adalah adanya kepastian jaminan pekerjaan setelah lulus
Link match.indd 32Link & match.indd 32 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
45/165
33
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
bagi mahasiswa untuk bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Di lain pihak bagi perusahaan menjadi relatif esien karena dapat
mendapatkan calon tenaga kerja yang terbaik dengan mengikuti
perkembangan pendidikannya.
Hal senada juga diimplementasikan perusahaan Mc. Dermont dan
Schneider kepada siswa SMK yang berprestasi dalam program beasis-
wa ikatan dinas di Batam. Terdapat kurang lebih 20 siswa berprestasiyang dibina dalam kelas khusus yang setelah lulus wajib bekerja di
kedua perusahaan tersebut.
Pengembangan Pengetahuan
Pengembangan Pengetahuan (knowledge) menjadi hal yangsangat esensial dalam mendukung implementasi kurikulum, yakniobyek dari kurikulum tersebut. Artinya pengetahuan sebagai targetdari kurikulum untuk diimplementasikan kepada peserta didik. Hal ini
dapat diartikan bahwa penguasaan pengetahuan menjadi salah satuindikator keberhasilan implementasi kurikulum. Beberapa strategiuntuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan melibatkan dosentamu yang dapat berasal dari para praktisi maupun pakar dan penelitidibidangnya. Hal tersebut diimplementasikan di wilayah Banten mau-pun Batam, seperti sebagian pengajar Poltek Piksi merupakan praktisiinformatika dari Perusahaan Krakatau Steel. Demikian pula PoliteknikBatam dan UIB yang mendatangkan para pakar industri yang beradadi Batam sebagai dosen tamu.
Strategi kedua adalah melakukan peningkatan latar belakangpendidikan para pengajar untuk level S2 maupun S3. Hal ini sekaligus
sebagai penguatan kapasitas SDM pengajar. Hal tersebut telahdiwujudkan Dinas Pendidikan Propinsi Kepulauan Riau denganmengirim secara rutin para perwakilan dosen yang terpilih untukbelajar ke UI, UGM, ITB, UI, ITS maupun Unhas sesuai dengan target
kepakaran yang diharapkan.
Link match.indd 33Link & match.indd 33 6/22/2010 6:38:46 PM6/22/2010 6:38:46 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
46/165
34
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
Ketiga, melakukan kuliah umum dengan nara sumber yang
berasal dari para pengusaha sukses dan ternama. Harapannya hal ini
mau memberikan gambaran perkembangan dan dinamika dunia usaha
di lingkungan perguruan tinggi. Secara langsung updating informasi
dapat diperoleh bagi para peserta didik maupun pengajarnya.
Terakhir, dengan membangun pusat pengembangan akademis,
dimana para pengajar dapat mengembangkan kemampuan akademismaupun non akademis (khususnya perkembangan isu-isu nasional
maupun global). Berbagai riset, seminar, lokakarya, asistensi maupun
coaching dapat dilakukan melalui media ini. Wujud riilnya adalah
Aplikasi Academic Centre untuk dosen UIB di Batam.
Pengembangan Keterampilan (Skill) Sumber Daya
Manusia (SDM)
Dalam aspek yang lain, kurikulum diharapkan mampu
mengembangkan keahlian para lulusan perguruan tinggi. Keterkaitankurikulum dunia pendidikan dan industri diimplementasikan dalam
membentuk Balai Besar Latihan Kerja Industri guna meningkatkan
keahlian baik bagi calon tenaga kerja maupun para karyawan yang
telah berkerja. Hal ini telah diimplementasikan di Banten, dengan durasi
pelatihan selama 3 bulan. BBLKI ini merupakan wujud kerjasama antara
Depnakertrans, swasta dan BUMN. Tidak sedikit MoU telah terjalin
antara BBLKI dan BUMN maupun swasta, khususnya dalam rangka
memberikan training kepada karyawannya. Selain itu, Politeknik Batam
juga membuka sertikasi dan pelatihan kepada khalayak umum untuk
mengasah kemampuannya melalui kelas-kelas khusus, seperti kelas
welding, aplikasi cisco, Sertikasi Profesi Telematika melalui tempatTempat Uji Kompetensi (TUK), mekatronika, maupun akuntansi yang
diakui dengan melibatkan para penguji dari akademisi maupun praktisi
industri.
Link match.indd 34Link & match.indd 34 6/22/2010 6:38:47 PM6/22/2010 6:38:47 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
47/165
35
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
Strategi selanjutnyaadalah mengembangkan program magang
di dunia industri. Program magang ini dapat terwujud setelah pihak
perguruan tinggi melakukan pendekatan kepada dunia industri. Arti-
nya bahwa inisiatif perguruan tinggi berperan sentral dalam mendu-
kung program magang tersebut. Program magang ini telah terealisasi
dalam bentuk forum jejaring magang antara Poltek Piksi dengan PT
Indah Kiat maupun Krakatau Steel selama 6 bulan mengingat pro-gram yang dikembangkan Poltek Piksi adalah akademisi dengan fokus
pada lulusan yang siap kerja. Sementara Untirta telah menjalin pro-
gram magang dengan PT. Indah Kiat dengan durasi magang selama
3 bulan. Di wilayah Batam, program magang telah terealisasi antara
Mc Dermont dan Schneider dengan SMK I, Pacic Hotel dengan SMK II
Perhotelan, Astra Indonesia dengan SMK Kartini. Di tingkat perguruan
tinggi, Politeknik Batam dan UIB telah menjalin kerjasama dalam
program magang dengan beberapa perusahaan terkait, khususnya
atas spesialisasi bidang yang dimiliki kedua kampus tersebut.
Hal tersebut selanjutnya disempurnakan dengan penguatan
penguasaan bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Mandarin.Salah satu pertimbangannya adalah lulusan dari perguruan tinggi
ditargetkan untuk mampu bekerja di beberapa perusahaan Asing.
Inilah wujud dari strategi/media untuk meningkatkan daya saing para
lulusannya, mengingat bahasa merupakan faktor utama dalam proses
komunikasi. Salah satu bentuknya adalah pembekalan bahasa oleh
Poltek Piksi agar dapat bekerja di Perusahaan PMA di Serang Timur,
yang umumnya adalah pengusaha Taiwan dan Korea. Sementara UIB
dan Politeknik Batam membekali mahasiswanya dengan penyediaan
pusat bahasa, khususnya bahasa inggris, mengingat perusahaan di
Batam mayoritas adalah PMA dan bahasa inggris sebagai komunikasi
yang sering digunakan di dalam perusahaan.
Link match.indd 35Link & match.indd 35 6/22/2010 6:38:47 PM6/22/2010 6:38:47 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
48/165
36
Inne Dwiastuti & Bahtiar Rifai
Kesenjangan antara Ketersediaan Tenaga Kerja dengan
Kebutuhan industri serta Kaitannya dengan Daya Saing
Industri
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
tinggi menjadi salah satu kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu
negara. Pada tahun 1990, United Nation Development Program (UNDP)memperkenalkan pengukuran pembangunan manusia yang dikenal
denganHuman Development Index(HDI) yang menggambarkan kualitas
manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan
dan kemampuan ekonomi. Berdasarkan Human Development Report
(HDR) dari UNDP (lihat tabel 2.1), kualitas SDM Indonesia beberapa
tahun terakhir relatif rendah dibandingkan dengan Negara-negara
ASEAN lainnya. Berdasarkan data UNDP (2006, 2007/2008, 2009), pada
tahun 2005, 2006 dan 2007 posisi Indonesia masing-masing berada
pada ranking 110, naik ke peringkat 108, kemudian turun ke peringkat
111 dari 182 negara-negara di dunia. Selanjutnya pada tahun 2007
posisi Indonesia turun 3 peringkat dari tahun sebelumnya. Posisi ini
masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia yang berhasil
menempati ranking 66, Thailand yang berada pada posisi 87, dan
Philipina yang menempati ranking 105. Indonesia hanya lebih unggul
dari negara-negara yang tergolong less-developed countries diASEAN
seperti Vietnam (ranking 116), laos (ranking 133), Kamboja (ranking
137), dan Myanmar (ranking 138).
Link match.indd 36Link & match.indd 36 6/22/2010 6:38:47 PM6/22/2010 6:38:47 PM
-
7/23/2019 Link and Match Lipi 2009
49/165
37
Kendala dan Realisasi Kebijakan Link And Match Dunia Pendidikan
dan Industri Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri
Tabel 2.1 Peringkat HDI beberapa Negara di Asia
Negara 2005 2006 2007
Ranking HDI index Ranking HDI index Ranking HDI index
Singapura 25 0,907 25 0,916 23 0,944
Brunei 33 0,66 34 0,871 30 0,920
Malaysia 61 0,796 61 0,805 66 0,829Thailand 73 0,778 74 0,784 87 0,783
Filipina 84 0,758 84 0,763 105 0,751
Indonesia 110 0,697 108 0,711 111 0,734
Vietnam 108 0,704 109 0,709 116 0,725
Laos 133 0,545 129 0,583 133 0,619
Kamboja 130 0,571 130 0,581 137 0,593
Myanmar 129 0,578 133 0.533 138 0,586
Sementara itu, kualitas SDM yang relatif rendah juga terlihat darilaporan International Institute for Management Development (IMD)-
World Competitiveness Year Book(2009), dimana produktivitas tenaga
kerja Indonesia berada di peringkat 42 dari 57 negara-negara di dunia
yang disurvei11. Hasil survei tahun 2009 ini cukup menggembirakan
karena peringkat daya saing Indonesia naik 9 peringkat dibandingkan
tahun 2008 (ranking 51), akan tetapi masih kalah jauh dari Malaysia yang
menempati posisi 18 dan Thailand yang berada pada ranking 26. Dalam
hal ini produktivitas berkaitan erat dengan kualitas SDM. Berdasarkan
catatan IMD, rendahnya kondisi daya saing indonesia, disebabkan oleh
buruknya kinerja perekonomian nasional dalam 4 (empat) hal pokok,
yaitu: (a) buruknya kinerja perekonomian nasional yang tercermin dalam
kinerjanya di perdagangan internasional, investasi, ke