lingkungan faktor

14
Latar Belakang Setiap makhluk hidup keselamatannya sanGat tergantung kepada lingkungan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganismenya. Makhluk-makhluk halus seperti ini tidak dapat menguasai factor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekitarnya. Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah dengan menyesuaikan diri atau adaptasi kepada faktor- faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan tetapi dapat pula perubahan ini bersifat permanent. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi faktor lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor biotik dan abiotik, dimana faktor biotic terdiri atas makhluk hidup sedangkan faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam dan faktor-faktor kimia. Pertumbuhan Mikroba Pertumbuhan bagi suatu mikroba merupakan penambahan secara teratur semua komponen sel suatu mikroba. Pembelahan sel adalah hasil pertumbuhan sel. Pada mikroba bersel tunggal ( uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Pada mikroba bersel banyak (multiseluler) pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besarnya

description

lingkungan faktor

Transcript of lingkungan faktor

Latar BelakangSetiap makhluk hidup keselamatannya sanGat tergantung kepada lingkungan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganismenya. Makhluk-makhluk halus seperti ini tidak dapat menguasai factor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekitarnya.Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah dengan menyesuaikan diri atau adaptasi kepada faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan tetapi dapat pula perubahan ini bersifat permanent. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi faktor lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor biotik dan abiotik, dimana faktor biotic terdiri atas makhluk hidup sedangkan faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam dan faktor-faktor kimia.

Pertumbuhan MikrobaPertumbuhan bagi suatu mikroba merupakan penambahan secara teratur semua komponen sel suatu mikroba. Pembelahan sel adalah hasil pertumbuhan sel. Pada mikroba bersel tunggal ( uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Pada mikroba bersel banyak (multiseluler) pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besarnya suatu mikroba (Suharjono, 2006).Suatu mikroorganisme tumbuh tergantung dari beberapa faktor, salah satunya adalah air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi agar mendapat bahan makanan. Berbagai mikroorganisme mempunyai susunan larutan makanan yang berbeda-beda. Oleh karenanya banyak cara untuk membuat media hidup bagi mikroorganisme.Dalam pertumbuhannya, mikroorganisme memiliki dua faktor yang mendukung, yaitu faktor fisik dan faktor kimiawi. Faktor fisik dapat berupa kadar air, cahaya dan suhu. Sedangkan factor kimianya adalah pH dan tekanan osmosis.

Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar & Chan, 1986).Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).2.2 Pengaruh SuhuKarena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel (Pelczar & Chan, 1986).Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan mikroba. Pada umumnya batas suhu pertumbuhan mikroba terletak antar 00C sampai 900C, sehingga dikenal suhu minimum, optimum, dan maksimum. Temperatur optimum adalah temperatur yang lebih mendekati temperatur maksimum dari pada temperatur minimum. Di mana pada saat temperatur minimum, pertumbuhan mikroba kurang berkembang dengan baik. Berbeda dengan temperatur optimum, pertumbuhan mikroba dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan temperatur maksimum adalah pertumbuhan mikroba yang telah berkembang melewati batas optimumnya. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba, tetapi pada tingkat kegiatan fisiologi yang rendah.Dalam menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut (D.widjoseputro ; 91) Berapa tinggi temperatur. Berapa lama spesies itu berada dalam temperature tersebut. Apakah pemanasan bakteri itu dilakukan di dalam keadaan kering ataukah dalam keadaan basah. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu dipanasi. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu dipanasi. Misalnya, bakteri yang dipanasi dalam air lebih lekas mati dari pada jika pemanasan itu dilakukan di dalam buih.Mengenal pengaruh temperatur terhadap kegiatan fisiologi maka seperti halnya dengan makhluk-makhluk lain, mikroorganisme pun dapat bertahan di dalam suatu batasan temperature tertentu. Berdasarkan itu ada tiga golongan bakteri, yaitu (D.widjoseputro ; 93) Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik sekali pada temperature setinggi 55oC 65oC , meskipun bakteri ini jua dapat berkembangbiak pada temperatur lebih rendah ataupun lebih tinggi, yaitu dengan batas 40oC 80oC. Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5oC dan 60oC, sedang temperatur optimalnya adalah antara 25oC 40oC. Bakteri psikofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0oC 30oC, sedang temperatur optimumnya antara 10oC 20oC.

2.3 Pengaruh pHSetiap organisme memiliki pH hidup yang berbeda-beda. Kebanyakan organisme dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8. Berdasarkan pH yang ada, mikroba dibagi menjadi tiga kelompok mikroba yaitu asidofil, neutrofil, dan alkalifil. Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan kisaran pH 2-5. Nutrofil adalah bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,0. Sementara alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri meiliki pH minimum, optimum dan maksimum. pH optimum bakteri adalah kisaran 6,5-7,5, sedangkan jamur memiliki kisaran pH yang lebih luas (Suriawiria, 2003).Sebagian organisme memiliki rentan pH optimum yang cukup sempit. Penentuan pH optimum untuk setiap species harus ditentukan secara empirik. Sebagian besar organisme (neutrofil) tumbuh baik pada pH 6,0 8,0, meskipun ada pula (asidopil) yang memiliki pH 10,5. Mikroorganisme mengatur pH internalnya terhadap rentang nilai pH eksternalnya yang cukup luas. Organisme asidofil mempertahankan pH internal kira-kira 6,5, dengan pH eksternalnya berkisar antara 1,0 5,0. Organisme neutrofil mempertahankan pH internal kira-kira 7,5, dengan pH eksternal sekitar 5,5 8,5 dan organisme alkalofil mempertahankan pH internal kira-kira 9,5 dengan pH eksternal 9,0 11,0 (Brooks dkk,1994).Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler,1993).2.4 Pengaruh Kadar AirSemua bakteri dan jamur tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Kenyataan ini merupakan dasar pengawetan bahan makanan dengan proses pengeringan. Air sangat penting bagi kehidupan, karena mikroorganisme hanya dapatr mengambil makanan dari luar ke dalam larutan (holophytis) (Suhartini, 2006).

2.5 Pengaruh CahayaSebagian besar bakteri adalah chemothrope, karena itu pertumbuhannya tidak tergantung pada adanya cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya matahari dapat membunuhnya karena pengaruh sinar UV. Pada beberapa mikroba lainnya, intensitas cahaya bukan merupakan factor terpenting yang membatasi pertumbuhan mikroba tersebut (Entijang, 2003).

2.6 Pengaruh Tekanan OsmosisTekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plamolisis., yaitu terlepasnya membran sitoplasma dari dari diniding sel akibat mengkerutnya sitoplasma.apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.

2.7 Media PertumbuhanMedia berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, dan memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba, dimana proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Sumarsih, 2003).Berdasarkan bentuknya, media dibagi atas medis cair, semi cair dan padat. Sedang menurut susunannya, media dapat dibagi atas media kompleks dan media sintetik. Media biakan ada yang berbentuk padat, cair dan semi padat . Media padat adalah media biakan yang dipadatkan dengan agar, ada yang bersifatreversible(dapat dibalik) seperti agar nutrien dan ada yang bersifatireversible(tidak dapat dibalik) seperti serum darah terkoagulasi. Dalam kedokteran, media padat yang bersifatirreversiblepaling sering digunakan. Sedang agar nutrient banyak digunakan dalam media lain.

2.8 Pengaruh OksigenMikroorganisme dapat dibedakan berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, antara lain mikroorganisme aerob, mikroorganisme anaerob, mikroorganisme anaerob fakultatif dan mikroorganisme mikro aerofilik. Mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk metabolismenya. Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen untuk metabolismenya. Mikroorganisme anaerob fakultatif adalah mikroorganisme yang dapat hidup secara aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme mikro aerofilik adalah mikrooganisme yang dapat hidup dengan menggunakan sedikit oksigen.Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri adalah medium yang isotobik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan di dalam suatu larutan hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga menyebabkan pecahnya bakteri dengan kata lain bakteri dapat mengalami plasmoptisis (D.widjoseputro ; 95).Pada umumnya kerusakan bakteri itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu oksidasi, koagulasi, depresi, dan ketegangan permukaan. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis formaldehida, alcohol, iodium, persenyawaan klor, zat warna, detergen, sulfonamide dan antibiotik (D.widjoseputro ; 98-99).

Klebsiellabut grow best between 35 and 37C and at pH 7.2. (Ristuccia, Patricia A; Cunha Burke A (1984). "Klebsiella". Topics in Clinical Microbiology 5 (7): 343348.)

Klebsiella adalah sebuah genus no yang dapat mengubah tempat, gram negativebentuk batang, bakteri dengan terkemuka polis akan berbaris kapsul. Frequent manusia pathogen organisme yang menyebabkan berbagai penyakit terutama pneumonia, ISK, keracunan darah, spondilihs dan jaringan lunak infeksi.Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander.

Klasifikasi Klebsiella

Kingdom:BacteriaPhylum:ProteobacteriaClass:Gamma ProteobacteriaOrde:EnterobacterialesFamily:EnterobacteriaceaeGenus:KlebsiellaSpecies:Klebsiella pneumoniaKlebsiella ozaenae

Morfologi1.Bentuk batang, Gram negatif2.Ukuran 0,5 1,5 x 1 2 3.Mempunyai selubung yang lebarnya2 3 x ukuran kuman4.Tidak berspora, tidak berflagela5.Menguraikan laktosa6.Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir (mukoid)7.Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O, berdasarkan antigen ini ditemukan 70 tipe .

Epidemologi dan Jenis-jenis KlebsiellaBakteri Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya bisa ditemukan di kulit, kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini juga bisa ada pada luka steril dan air kencing (urin). Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja ada sebagai flora alami penghuni usus besar dan kecil. Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan dengan lemahnya daya tahan penderita.Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae yang banyak menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan pada lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat, terutama diantara orang-orang yang sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan lapisan mukosa organ. Bakteri ini juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit bronchitis.Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri Klebsiella penyebab penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah penyakit peradangan serius yang terjadi pada rongga hidung. Sedangkan, ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis atrofi.Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya:1. Antigen OAntigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan varietas.2. Antigen KAntigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80 varietas.Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung, flora normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru-paru yang kronis).1. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis progresif dan berlendir serta berbau amis2. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.3. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenesKuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain sebagainya.Dibedakan pada tes IMVicE. coli : ++--Klebsiella aerogenes : --++

Patogenesitas1. Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh serum normal.2. Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul (pada hewan coba)3. Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik4. Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile enterotoksin) dari E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh plasmid

Daerah penyebaran dan Penyebaran penyakitJika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis. Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma ini tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya ada di Eropa timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang mempunyai lingkungan jelek.Klebsiella termasuk pneumonia non pneumococcus sekitar 20% dari pneumonia bacterial bukan disebabkan pneumococcus, yaitu staphy, strepto, klebsiella dan patogenesisnya sama dengan yang disebabkan salmonella pneimoniae biasa timbul pada orang yang resistensinya telah menurun oleh salah satu sebab. Hal yang perlu diperhatikan dalam penularan infeksi pneumonia pneumococcus meliputi penularan infeksi termasuk di dalamnya adalah reservoar, sumber dan rute penularan, masa inkubasi, masa dapat menular

DAFTAR PUSTAKABrooks, Geo F. Janet S. Butel, dan Stephen A. Mourse . 2004 . Mikrobiologi Kedokteran . Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.Entijang, Indan . 2003 . Mikrobiologi dan Parasitologi . P.T. Citra Aditya Bakti : Bandung.Suharjono . 2006 . Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya : Malang.Suhartini, Sri . 2006 . Mikrobiologi Industri . Penerbit Andi : Yogyakarta.Sumarsih, Sri . 2003 . Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar . UPN Veteran Yogyakarta : Yogyakarta.Suriawiria, Unus . 2003 . Mikrobiologi Air . P.T. Alumni : Bandung.Wellyar, Gandjar . 2006 . Mikrobiologi Dasar dan Terapan . Yayasan Obor : Jawa Barat.Jeneng Tarigan. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia, 1988.Noviar Darkuni. Mikrobiologi. Malang: JICA, 2001.