limpasan air hujan dan pengukurannya

29
LIMPASAN HUJAN PERHITUNGAN DAN PENGUKURANNYA MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hidrologi Dosen Pembimbing Roni Alim B.K, M.Pd Disusun Oleh: 1. Maria E. Jena (120401050046) 2. Rosiana Mirati (120401050047) 3. Margareta Ate (120401050048) 4. Fitria (dari kelas C Ikut kelas B) (120401050122). 5. Nobertus Wahyudi (12040105015) UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 1

Transcript of limpasan air hujan dan pengukurannya

Page 1: limpasan air hujan dan pengukurannya

LIMPASAN HUJAN PERHITUNGAN

DAN PENGUKURANNYA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hidrologi

Dosen Pembimbing Roni Alim B.K, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Maria E. Jena (120401050046)

2. Rosiana Mirati (120401050047)

3. Margareta Ate (120401050048)

4. Fitria (dari kelas C Ikut kelas B) (120401050122).

5. Nobertus Wahyudi (12040105015)

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

2014

1

Page 2: limpasan air hujan dan pengukurannya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan ”Makalah Hidrologi” dengan topik “

Pengertian Limpasan Perhitungan Dan Pengukurannya”. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan

sesuai dengan waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas makalah

kedepannya. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa khususnya dan

masyarakat pada umumnya sehingga dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan bagi kita semua.

2

Page 3: limpasan air hujan dan pengukurannya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………… …………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….1

1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pemahaman tentang air limpan atau Run off ………………………………….3

2.1. Bagan siklus run off……………………………………………………………..4

2.2. Menghitung ketebalan dan Debit limpasan Hujan……………………………...5

2.3. Pengukuran debit sungai…………………………………………………….…..7

2.4. Pembuatan Hidrograf Aliran sungai…………………………………………...12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………….15

3.2. Saran…………………………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: limpasan air hujan dan pengukurannya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen

limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran yang lebih besar

seperti aliran air di sungai. Runoff atau limpasan hujan merupakan bagian air hujan yang

masuk dan mengalir dan masuk dalam badan sungai.

Secara umum analisis debit berdasarkan curah hujan yang sering dilakukan di

Indonesia adalah menggunakan metode empiris dari Dr. FJ. MOCK (1973) yaitu analisis

keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data

curah hujan bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. metode empiris tersebut

digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang. Prinsip metode Mock

menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada tangkapan air, sebagian akan hilang akibat

evapotanspirasi,sebagian akan langsung menjadi direct runoff dan sebagian lagi akan

masuk kedalam tanah atau terjadi infiltrasi, ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan

tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar sebagai base flow.

Pengukuran sungai umumnya di tujukan untuk mengukur besarnya debit sungai.

Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per

satuan waktu. Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai.

Pengukuran debit air agar hasilnya teliti dan valid.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemahaman Tentang Air Limpasan (run-off)?

2. Bagaimana Perhitungan ketebalan dan debit limpasan hujan (runoff) dengan metode

F.J MOCK (Ketersediaan Air)?

3. Bagaimana Teknik pengukuran debit sungai?

4. Bagaimana Pembuatan hidrograf aliran sungai?

4

Page 5: limpasan air hujan dan pengukurannya

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Air Limpasan (run-off).

2. Untuk mengetahui perhitungan ketebalan dan debit limpasan hujan (runoff) dengan

metode F.J MOCK (Ketersediaan Air).

3. Untuk mengetahui Teknik pengukuran debit sungai.

4. Untuk mengetahui Pembuatan hidrograf aliran sungai.

5

Page 6: limpasan air hujan dan pengukurannya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemahaman Tentang Air Limpasan (run-off),

Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen

limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran yang lebih besar

seperti aliran air di sungai.

Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa

jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat

dipengaruhi oleh kondisi wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu

kejadian hujan puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam

menyimpan air di dalam tanah.

Wilayah Indonesia dengan kondisi tropis dimana hujan terjadi terpusat pada enam

bulan periode hujan menyebabkan kita harus bisa melakukan rekayasa konservasi air dengan

cara menyimpan air hujan sebanyak mungkin di dalam tanah selama musim hujan dan

memanfaatkannya setelah datangnya periode musim kemarau. Disamping itu, penyimpanan

air hujan yang baik akan mampu meredam kejadian aliran puncak yang tinggi yang dapat

menyebabkan banjir.

Runoff merupakan bagian air hujan yang masuk dan mengalir dan masuk dalam badan

sungai. Masuknya air hujan kedalam sungai dapat melalui berbagai cara, yaitu;

1. Langsung jatuh kedalam badan sungai (channel precipitation),

2. Mengalir terlebih dahulu diatas permukaan tanah kemudian masuk ke badan sungai

(direct runoff),

3. Masuk ke dalam tanah (infiltration) kemudian mengalir mengikuti horizon tanah

menuju badan sungai (sub-surface flow),

4. Masuk ke dalam tanah terus menuju air tanah (percolation) kemudian mengalir ked

alam sungai (groundwater flow). Perjalanan air hujan menuju air sungai ini disebut

siklus runoff. Secara visual siklus runoff tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

skema dan sketsa penampang sungai berikut ini.

6

Page 7: limpasan air hujan dan pengukurannya

Gambar Bagan siklus Runoff

Berdasarkan bagan siklus runoff tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya aliran

sungai itu berasal dari curah hujan. Air hujan untuk sampai ke badan sungai melalui berbagai

proses,ada yang langsung masuk ke badan sungai, ada yang melalui perjalanan pendek, tetapi

ada pula yang harus melalui perjalanan yang panjang dan dalam waktu lama. Air hujan yang

langsung masuk ke badan sungai disebut channel precipitation,dan air hujan yang melalui

perjalanan agak panjang disebut aliran langsung (direct runoff). Sedangkan air hujan yang masuk

ke sungai dengan melalui perjalanan panjang adalah aliran air tanah baik dalam bentuk sub-

surface flow maupun groundwater flow. Berdasarkan proses perjalanan air hujan menuju sungai

tersebut, maka total aliran air sungai merupakan akumulasi dari channel precipitation, direct

flow, sub-surface flow, dan groundwater flow.

7

Precipitation

Precipitation

Excess

Losses

Runoff

(Qs)

Infiltration Other Losses

Direct

Runoff

Sub-surface

flow (Qss)

Percolation

Groundwater

Discharge (Qgs)

Total Runoff (River Discharge)Channel

Precipitation

Page 8: limpasan air hujan dan pengukurannya

2.2 PENGHITUNGAN KETEBALAN DAN DEBIT LIMPASAN HUJAN

Secara umum analisis debit berdasarkan curah hujan yang sering dilakukan di

Indonesia adalah menggunakan metode empiris dari Dr. FJ. MOCK (1973) yaitu analisis

keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data curah

hujan bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. Metode empiris tersebut digunakan apabila

terdapat catatan debit sungai yang hilang.

Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada tangkapan air,

sebagian akan hilang akibat evapotranspirasi,sebagian akan langsung menjadi direct runoff

dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah atau terjadi infiltrasi, ini mula-mula akan

menjenuhkan permukaan tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar

sebagai base flow. Hal ini terdapat keseimbangan antara air hujan yang jatuh dengan

moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah jumlah aliran yang

langsung dipermukaan tanah dan base flow.

Curah hujan rata-rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitun berdasarkan data

pengukuran curah hujan dan evapotanspirasi yang sebenarnya dari data meteorology dengan

menggunakan metode penman dan karakteristik vegetasi,perbedaan antara curah hujan dan

evapotanspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung(direct runoff),aliran dasar/air

hujan lebat (strom runoff).

Data asumsi dan yang diperlukan untuk penghitungan metode mock adalah sebagai

berikut:

1. Data curah hujan.

Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian. stasiun curah

hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah

tersebut.

2. Evapotranspirasi terbatas.

Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasiactual denga mempertimbangkan

kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk menghitung

evapotranspirasi terbatas diperlukan data:

Curah hujan sepuluh harian (P).

Jumlah hari hujan (n).

8

Page 9: limpasan air hujan dan pengukurannya

Jumlah permukaan kering 10 harian (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam

suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.

Exposed surface (m%) ditaksi berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan asumsi:

m= 0% untuk lahan dengan hutan lebat.

m= 10% - 40% untuk lahan sekunder.

m= 20% -50% untuk lahan pertanian yang diolah.

Secara sistematis evapotranspirasi dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan;

Delta E =beda antara evapotranspirasi potensional dengan evapotranspirasi

terbatas (mm).

Eactual =evapotranspirasi terbatas (mm).

Epm = evapotranspirasi potensial (mm).

M =singkapan lahan (Exposed surface).

3. Faktor karakteristik hidrologi faktor bukan lahan.

M=0% untuk lahan dengan hutan lebat.

M=10-40% untuk lahan tererosi.

M=30-50% untuk pertanian yang diolah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi yang

merupakan daerah lahan pertanian yang diolah dan lahan tererosi maka dapat

diasumsikan untuk faktor m diambil 30%.

4. Luas daerah pengaliran.

Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin

besar pulau ketersedian debitnya.

5. Water Surplus.

Water surplus didefenisikan sebagai curah hujan yang telah mengalami

evapotranspirasi dan mengisi soil storage (SS).water surplus secara langsung

berpengaruh pada infiltrasi/porkalasi dan total run-off yang merupakan komponen dari

debit. Persamaan water surplus (WS) adalah sebagai berikut:

9

Page 10: limpasan air hujan dan pengukurannya

Water surplus adalah air permukaan run-off dan infiltrasi. Soil Moistur Storage

(SMS) terdiri dari soil moisture capacity (SMS),zone dari infiltrasi, limpasan permukaan

dan soil stroge. Besar soil moisture storage (SMS) untuk masing-masing wilayah

tergantung pada jenis tanaman ,tutupan lahan (land cover) dan jenis tanah.

Dalam Mock, SMS dihitung sebagai berikut :

6. Kapasitas kelembaban tanah (SMC) soil moisture capacity,

Adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah permukaan (surface soil )per

M 2. Besarnya SMC untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan

kondisi prositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar semakin besar

porositas tanah akan semakin besar pula SMC yang ada .dalam perhitungan ini nilai

SMC diambil antara 50 mm sampai 200 mm. Persamaan yang digunakan untuk besarnya

kapasitas kelembaban tanah adalah:

Keterangan;

Eactual =evapotraspirasi aktual, mm/bulan;

SMS =simpanan kelembban tanah,mm/bulan;

ISMS =kelembaban tanah awal,mm/bulan;

P =curah hujan bulanan,mm/bulan;

WS =kelebihan air,mm/bulan;

2.3 PENGUKURAN DEBIT SUNGAI

Pengukuran sungai umumnya ditujukan untuk mengukur besarnya debit sungai.

Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per satuan

waktu. Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai. Pengukuran debit

air agar hasilnya teliti dan valid, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut yang di

10

Wa = (P-Ea)+SS

SMS = ISMS+(P-Ea)

Page 11: limpasan air hujan dan pengukurannya

tetapkan oleh masing masing model atau formula debit. Beberapa hal yang harus di

perhatikan dalam pengukuran debit adalah :

1) Pemilihan tempat pengukuran (Gauging site).

Dalam pengukuran debit air biasanya di lakukan pengukuran pengukuran tinggi

muka air (stage elevation )dan parameter penampang sungai lainnya .untuk

melaksanakan pengukuran tersebut, penempatan stasiun pengukuran harus

memperhatikan 4 hal yaitu :

Tempat pengukuran harus mudah di capai pengamat.

Kondisi tempat harus sesuai dengan alat yang di gunakan .

Kedudukan tempat harus stabil.

Kondisi alat harus standard an stabil.

2) Pemilihan lokasi pengukuran pengukuran tinggi muka air

Dalam pemilihan lokasi pengukuran tinggi muka air, ada beberapa syarat yang

harus di perhatikan yaitu lokasi pengukuran hendaknya :

Tidak terlalu dekat dengan percabangan sungai,untuk menghindari efek back

water.

Berada di hulu dan hilir dari bangunan hidrologi,seperti bendungan atau dam dan

ambang (weir).

Mudah di capai,misalnya dekat dengan jembatan dan sebagainya.

Berada pada bagian sungai yang lurus agar di peroleh ketelitian yang tinggi.

Berada pada dasar sungai yang stabil.

3) Syarat pengukuran kecepatan aliran.

Pada dasarnya debit air merupakan fungsi dari luas penampang saluran dan

kecepatan aliran,maka dalam pengukuran debit beberapa hal berkait dengan kedua

parameter tersebut harus dp perhatikan .adapun syarat syarat yang harus di perhatikan

dalam pengukuran kecepatan aliran yaitu :

Penampang hendaknya tegak lurus dengan badan sungai,dan kecepatan aliran

pada semua titik hendaknya seragam.

Dapat menghasilkan kurva distribusi kecepatan aliran yang teratur.

Kecepatan aliran lebih besar dari 10/15 sentimeter per detik.

Dasar sungai hendaknya di pilih yang stabil.

11

Page 12: limpasan air hujan dan pengukurannya

Kedalaman air hendaknya lebih dari 30 cm.

Hendaknya tidak ada aliran yang melampaui tebing.

Hendaknya tidak terdapat tumbuhan atau benda pengganggu lainnya.

4) Alat untuk mengukur tinggi muka air.

Untuk mengukur tinggi muka air di perlukan beberapa alat antara lain :

Alat ukur manual berupa papan duga (staff gauge).

Alat ukur otomatis berupa automatic water level recorder (AWLR).

5) Metode pengukuran debit air.

Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang tertentu

persatuan waktu. Debit air merupakan fungsi dari luas penampang di kalikan

kecepatan aliran. Luas penampang saluran yang berbentuk teratur di hitung menurut

bentuk bangunnya, sedangkan penampang yang tidak teratur di hitung dengan

menggunakan prinsip rata rata kedalaman air, sedangkan kecepatan aliran merupakan

fungsi dari bentuk saluran,nilai kekasaran saluran, dan kemiringan aliran.

Metode pengukuran debit air ada beberapa macam,dan setiap metode memiliki

kesesuaian dengan kondisi sungai atau saluran air yang akan di ukur debitnya.

Pengukuran debit air dengan menggunakan 3 macam metode yaitu

1. Slope area.

2. Metodw kontinyu

3. Metode pelampung

4. Metode weir.

Adapun cara pengukuran debit dengan ketiga metode tersebut sebagai berikut :

1. Pengukuran debit air dengan menggunakan metode Slope Area. Prinsip rumus debit

air dengan metode Slope Area adalah mengalihkan luas penampang saluran dengan

kecepatan aliran. Luas penampang saluran di ukur dan di hitung sesuai rumus bentuk

bangunan saluran. Sedangkan kecepatan aliran merupakan fungsi dari bentuk

penampang,kekasaran dasar saluran,dan kemiringan permukaan air. Pada prinsip

peran kekasaran saluran adalah semakin kasar dasar saluran,akan semakin besar

hambatan,dan berarti semakin kecil kecepatan aliran air. Sedangkan kemiringan

permukaan air di tentukan oleh beda tinggi antara titik hulu dan hilir sungai. Semakin

besar kemiringan dasar saluran akansemakin besar beda tinggi permukaan

12

Page 13: limpasan air hujan dan pengukurannya

air,sehingga akan semakin cepat aliran air. Ada pun rumus debit air sungai dengan

metode Slope Area sebagai berikut :

Keterangan :

Q  =  A ´ V

V  =  kecepatan aliran (m/dt)

N  =  koefisien kekasaran Manning menurut Cowan

R  =  radius hidraulik = A/P

A  =  luas penampang basah (m2)

P   =  panjang dasar penampang basah (m)

S   =  kemiringan permukaan air

Contoh soal:

2. Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu

Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang

konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas

dengan kecepatan yang sama.

Contoh perhitungan dengan menggunakan metode kontiny

13

Q =A.V

Page 14: limpasan air hujan dan pengukurannya

3. Pengukuran debit sungi dengan metode penampung.

Pada prinsipnya rumus debit air sungai metode Apung merupakan hasil kali luas

penampang sungai dengan kecepatan aliran.cara memperoleh nilai luas penampang

sungai sama seperti dalam metode slope area.sedangkan kecepatan aliran air di

perkirakan berdasarkan kecepatan pelampung yang di hanyutkan dalam air.oleh

karena massa pelampung tidak sama dengan massa air,maka kecepatan hanyut

perlampung tidak otomatis sama dengan kecepatan aliran air berdasarkan kecepatan

hanyut perlampung di hitung

14

Page 15: limpasan air hujan dan pengukurannya

Rumus:

Q  =  A ´ k ´ V

Keterangan :

Q   =  debit aliran (m3/dt)

A   =  luas penampang basah (m2)

k    =  koefisien

V   =  kecepatan pelampung (m/dt)

Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai, dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: k  =  1 – 0,116 ( - 0,1)

Contoh Soal:

Pelampung

a.      Gabus

A   = Luas penampang = 2.7 m2

V   = 1.15 m/dtk

Q  = A x V

= 2.7 x 1.15

= 3.105 m3/dtk

4. Pengukuran debit air sungai dengan Bendung (weir).

Weir adalah alat pembendung air dengan bentuk tertentu yang di gunakan untuk

mengukur debit air saluran.bentuk yang banyak di gunakan pada metode ini adalah

bentuk segitiga, segi empat,dan persegi panjang. Weir dapat di buat dari pelat besi

yang di gores dengan bentuk tertentu di tengahnya. Weir ini di pasang dalam

sungai ,sehingga seluruh aliran air terbendung dan meangalir melalui bagian weir

yang di gores tersebut.Rectanguler Weir 

Cara Kerja :

1.Menentukan lebar weir yang dipergunakan.

2.Membendung selokan dengan menggunakan weir 

15

Page 16: limpasan air hujan dan pengukurannya

3.Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air.

4.Mengukur ketinggian air setelah dipasang weir.

5.Menghitung debit dengan rumus :

Q = 3,33 x H3/2 ( L-0,2H )

Q = Debit air (cfs=cubis feet per second)

H = TinggiWeir (feet)

 L = Lebar Weir (feet)

  Beberapa rumus pengukuran debit dengan weir di sajikan sebagai berikut (sosrodarsono dan takeda 2003 )

a) Bendung segitiga siku siku.

Rumus debit bendung segitiga siku siku adalah:

Keterangan :

Q=debit (m3/menit).

H=tinggi muka air di atas weir (m).

K= koefisien debit.

=81,2+0,24/h+(8,4+12D)(h/B-0,09)2.

B=Lebar saluran(M).

D=Tinggi Dari dasar saluran ke titik terendah dari weir.

b) Bendung persegi empat.

Rumus bending persegi empat adalah :

Q=K b h 3/2.

Keterangan :

Q= debit ( m3/detik).

B= lebar mercu (m).

H= tinggi muka air di atas weir (m).

16

Q=K.h 5/2

Q=K b h 3/2

Page 17: limpasan air hujan dan pengukurannya

K= koefisien debit.

B=Lebar saluran (m).

D= Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir (m).

c) Bendung lebar penuh.

Rumus bending persegi empat adalah :

Q=KBh3/2

Keterangan

Q= debit ( m3/detik)

B= lebar mercu ( m)

H= tinggi muka air di atas weir (m)

K= koefisien debit

B=Lebar saluran (m)

D= Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir (m)

2.4. PEMBUATAN HIDROGRAF ALIRAN SUNGAI

Hidrograf merupakan penyajian grafis antara salah satu unsur aliran yaitu debit

sungai atau tinggi muka air dengan waktu, tetapi hidrograf yang dimaksudkan pada

uraian selanjutnya adalah hidrograf debit. Debit sungai yang diperoleh dari pengamatan

digambarkan sebagai ordinat dan waktu pengamatan sebagai absis. Bentuk lengkung

hidrografnya tergantung pada karakteristik hujan yang mengakibatkan aliran. Pada

umumnya semakin besar intensitas hujannya semakin tinggi puncak hidrografnya. Daerah

Aliran Sungai dengan intensitas hujan tetap, semakin lama durasi hujannya sehingga

melebihi waktu konsentrasi semakin lama durasi puncak hidrografnya. Bentuk hidrograf

pada kondisi tersebut mendekati trapesium (Wanielista, 1990:155); Sobriyah dan

Sudjarwadi (1998:12).

Suatu hidrograf dapat dianggap sebagai suatu gambaran dari karakteristik

fisiografis dan klimatis yang mengendalikan hubungan antara curah hujan dan pengaliran

dari suatu DAS tertentu. Komponen yang merupakan sumber penyebab aliran di sungai

antara lain; air yang berasal langsung dari hujan (precipitation), limpasan permukaan

(surface runoff), aliran bawah tanah (subsurface flow, interflow) dan aliran air tanah

(groundwater flow), Chow,1964 dalam Sri Harto (1993:144).

17

Page 18: limpasan air hujan dan pengukurannya

Hidrograf aliran terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. sisi naik (rising limb).

2. bagian puncak (crest).

3. sisi resesi atau sisi turun(recession limb)

sebagai ditunjukkan pada Gambar 1. Sisi naik menandakan masih adanya kontribusi

hujan terhadap debit aliran. Puncak hidrograf adalah debit maksimum yang terjadi dalam

suatu aliran dengan waktu naik yang merupakan selang waktu antara mulai bertambahnya

aliran sampai tercapainya debit puncak. Sisi turun merupakan proses pengatusan daerah

tangkapan. Waktu dasar yaitu waktu mulai bertambahnya debit aliran sampai kembali ke

debit aliran dasar. Hidrograf tersebut adalah hidrograf tunggal yang dihasilkan oleh

hujan periode tunggal, sedang hidrograf kompleks yang mempunyai puncak ganda atau

lebih merupakan aliran dari hujan periode panjang dengan intensitas yang bervariasi.

1. Gambar Komponen Hidrograf

105 2

Q 1

3

Waktu

1. Sisi naik 2. Sisi puncak 3. Sisi turun

Sifat-sifat Hidrograf antara lain :

a. Time Lag (L) : waktu dari titik berat hujan sampai puncak

hidrograf.

b. Waktu naik (rising time) tp : waktu mulai hujan sampai puncak.

c. Waktu konsentrasi tc : waktu dari akhir hujan sampai titik belok pada sisi

turun.

18

Page 19: limpasan air hujan dan pengukurannya

d. Waktu turun (recession time) tr : waktu dari puncak sampai akhir limpasan permukaan.

e. Waktu dasar (base time) tb : waktu dari awal sampai akhir limpasan permukaan.

BAB III

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas

permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan

tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Karakteristik

daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis tanah,

dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Berdasarkan data yang didapat maka terjadinya

limpasan ditentukan oleh faktor kelebatan hujan, yakni besaran hujan yang tercurah dalam

satuan waktu.

Runoff merupakan bagian air hujan yang masuk dan mengalir dan masuk dalam badan

sungai. Masuknya air hujan kedalam sungai dapat melalui berbagai cara, yaitu, a). Langsung

jatuh kedalam badan sungai (channel precipitation), b). Mengalir terlebih dahulu diatas

permukaan tanah kemudian masuk ke badan sungai (direct runoff), c). Masuk ke dalam

tanah (infiltration) kemudian mengalir mengikuti horizon tanah menuju badan sungai (sub-

surface flow),d). Masuk ke dalam tanah terus menuju air tanah (percolation) kemudian

mengalir dalam sungai (groundwater flow). Dalam pengukuran limpasan hujan di Indonesia

pada umumnya menggunakan metode Dr. FJ. Mock yaitu analisis keseimbangan air untuk

menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data curah hujan

bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. Metode empiris tersebut digunakan apabila

terdapat catatan debit sungai yang hilang.

Dalam pembuatan hidrograf aliran terdiri dari tiga komponen, yaitu:

(1) sisi naik (rising limb).

(2) bagian puncak (crest).

(3) sisi resesi atau sisi turun(recession limb).

19

Page 20: limpasan air hujan dan pengukurannya

4.2. Saran

Pengukuran sungai umumnya di tujukan untuk mengukur besarnya debit sungai.

Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai. Dalam Pengukuran debit

air harus lebih benar dan valid agar hasilnya memuaskan, dalam pengukuran debit air

sebaiknya di lakukan dengan:

1. Proses kalibrasi terhadap model yang didapat agar model tersebut dapat diaplikasikan di

lapangan.

2. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aliran masuk (inflow),disamping hujan,

terhadap limpasan.

3. Percobaan dilakukan dengan variasi kemiringan dan intensitas hujan yang lebih banya

20

Page 21: limpasan air hujan dan pengukurannya

DAFTAR PUSTAKA

Utaya,Sugeng. 2013.Pengantar Hidrologi. Aditya Media Publishing.

http://one-geo.blogspot.com/2011/01/limpasan-permukaan-runoff.html

http://www.slideshare.net/infosanitasi/curah-hujan-dan-aliran-limpasan

http://www.spk 2009.hostoi.com/Drainase/Fakta Analisa Analisis DebitAir limpasan.html

21