Limca ANG Dan Sarah Haha

25
TUGAS PROSES TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK LAWEYAN SOLO Dosen Pembimbing : Eko Prasetyo Kuncoro, S.T., DEA Oleh : Nasyrah Shader Bestita (081111030) Erlangga Putra Pratama (081111032) PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014

description

Tugas sebeum UAS BRO

Transcript of Limca ANG Dan Sarah Haha

Page 1: Limca ANG Dan Sarah Haha

TUGAS PROSES TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK

LAWEYAN SOLO

Dosen Pembimbing : Eko Prasetyo Kuncoro, S.T., DEA

Oleh :

Nasyrah Shader Bestita (081111030)

Erlangga Putra Pratama (081111032)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014

Page 2: Limca ANG Dan Sarah Haha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Industri Batik

Industri batik di Indonesia umumnya merupakan industri kecil menengah

(UKM) yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat. Sebelum krisis

moneter pada tahun 1997 industri kecil menengah ini sempat mengalami

kemajuan yang pesat. Beberapa pengusaha batik sempat mengalami masa

kejayaan. Apalagi pada tahun 1980-an batik merupakan pakaian resmi yang harus

dipakai pada setiap acara kenegaraan ataupun acara resmi lainnya. Sehingga dapat

mengenalkan dan meningkatkan citra batik di dunia internasional pada waktu itu.

Industri batik di Indonesia tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa yang

kemudian menjadi nama dari jenis-jenis batik tersebut seperti batik Pekalongan,

batik Surakarta, batik Yogya, batik Lasem, batik Cirebon, batik Sragen. Setiap

batik dari daerah tersebut memiliki ciri motif yang spesifik. Jenis batik yang

diproduksi ada tiga yaitu batik tulis, batik cap dan batik printing. Perkembangan

Industri batik di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan batik yang

dimulai sejak berate-sratus tahun yang lalu.

Industri batik di Jawa mengalami pasang surut. Sempat maju dan

berkembang pesat pada tahun 1970an. Dan mengalami kemunduran disebabkan

oleh krisis moneter tahun 1997, bom Bali 1 dan 2 yang memperparah keadaan dan

juga bencana alam yang terus saja terjadi sampai saat ini.

Perkembangan industri batik memang agak meredup ini dapat dilihat dari

berkurangnya usaha-usaha produksi batik dan mengalihkan ke usaha yang lain.

Misalnya saja industri batik Yogyakarta dari 1200 unit usaha yang ada di awal

1970-an saat ini tinggal 400 unit usaha yang bertahan. Data dari Koperasi Batik

Persatuan Pengusaha Batik Indonesia (Kobat PPBI) Yogyakarta dari 116 unit

usaha hanya tinggal 16 unit usaha. Yang benar-benar menjalankan unit usaha

tersebut hanya 5 unit usaha. Hal yang sama terjadi kabupaten lain di DIY yaitu di

Gunung Kidul. Menurut data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

(Disperindagkop) DIY, jumlah batik tulis di Gunung Kidul tahun 2003-2004

berkurang dari 107 unit usaha menjadi 8 unit usaha. Hal yang sama juga terjadi di

Page 3: Limca ANG Dan Sarah Haha

Koperasi Kobat Tantama lebih dari 70 persen dari 132 anggota pengrajin tidak

lagi aktif menjadi produsen batik.

1.2 Produk Batik

Produk batik yang dihasilkan oleh industri batik di Indonesia ada 3 (tiga)

yaitu, batik tulis, batik cap dan batik printing. Proses pembuatan ketiga batik ini

berbeda. Pada masa jayanya, pengrajin batik hanya membuat batik tulis yang

menggunakan pewarna dari alam seperti jati, pohon mengkudu, soga, nila.

Disebut batik tulis karena proses penggambaran motifnya menggunakan tangan.

Proses pembuatan batik tulis agak lama memakan waktu berminggu-minggu

bahkan bulanan bila desain motifnya memang sulit sehingga harga jualnya juga

relatif mahal. Selembar kain batik tulis dapat dihargai Rp 200.000,00 sampai

dengan jutaan rupiah. Sangat tergantung pada kerumitan proses pembuatannya.

Karena tingkat kesulitan pegerjaan atau lama tidaknya pengerjaan menentukan

harga batik. Sehingga produksi batik tulis ini hanya diproduksi sesuai pesanan.

Jenis batik yang kedua adalah batik cap. Disebut batik cap karena motif

batik dibentuk dengan cap, biasanya dibuat dari tembaga. Batik cap juga disebut

dengan batik cetak. Sehingga pada pengembangannya muncul jenis produksi

sablon yaitu penggunanan klise atau hand print untuk mencetak motif diatas kain.

Dengan proses produksi menggunakan sistem cap ini, para pengrajin dapat

menghasilkan produksi batik lebih banyak. Karena proses pembuatannya tidak

terlalu lama.

Pada perkembangan selanjutnya muncul jenis printing yaitu produksi batik

melalui mesin. Jika dengan teknik tulis produksi untuk satu kain batik tulis

membutuhkan waktu yang lama maka dengan mesin printing hanya dengan sehari

bisa menghasilkan puluhan bahkan ratusan kain batik. Tetapi kemunculan batik

printing ini banyak dipertanyakan oleh para seniman batik. Sebab batik printing

dianggap merusak tatanan dalam seni batik apalagi proses pembuatannya tidak

menggunakan proses pembuatan batik pada umumnya yaitu menggunakan lilin

atau malam. Sehingga tidak sedikit seniman yang menyebut batik printing sebagai

kain bermotif batik.

Page 4: Limca ANG Dan Sarah Haha

Beberapa jenis batik yang ada di Indonesia yaitu

1. Batik Pekalongan disebut demikian karena batik ini berasal dari Pekalongan.

Batik dari Pekalongan memiliki ciri khas tersendiri dari warnanya yang

natural dan motifnya beragam hias. Gaya batik Pekalongan gaya pesisiran

jadi lebih bebas dan banyak mendapat pengaruh dari luar. Jenis-jenis batik

dari Pekalongan yaitu batik pecinan yang memiliki ciri khas warnanya

variatif dan cerah. Dalam selembar kain terdapat beberapa macam warna.

Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya cina seperti motif

burung hong atau merak dan naga. Biasanya motif batik pecinan lebih sulit

dan halus. Kemudian Batik Rifa’iyah, yang motifnya dipengaruhi oleh

budaya Islam. Biasanya diproduksi oleh warga keturunan Arab. Batik

pengaruh dari keraton, motif keraton yang biasa dipakai yaitu semen, cuwiri,

parang dan lain-lain. Walaupun bermotif keraton tetapi teknik pembuatan dan

pewarnaannya tetap menggunakan gaya Pekalongan. Batik jawa baru, motif

yang digunakan adalah rangkaian bunga dan lung lungan. Batik Jlamprang,

batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang

berbentuk geometris kadang berbentuk binatang atau mata angin dan

menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik terang

bulan, desain batik yang ornamennya hanya di bagian bawah saja baik itu

berupa lunglungan atau berupa ornamen pasung yang atasnya kosong atau

berupa titik-titik . batik ini diesebut juga dengan gedong atau ramraman.

Batik cap kombinasi tulis, yaitu batik cap yang proses kedua atau sebelum

disoga direntes atau dirining oleh pembatik tulis sehingga batik kelihatan

seperti ditulis. Batik tiga negeri Pekalongan, yaitu dalam satu kain terdapat

warna merah biru soga. Sogan Pekalongan, batik dengan dua kali proses yaitu

proses pertama latar putih kadang ada coletan. Untuk proses kedua batik

ditanahi penuh atau ornamen pelataran putih berupa titik halus setelah itu

disoga. Tribusana adalah batik gaya baru yang cara proses pembuatan kedua

direntas atau riningan, dan kebanyakan motifnya lung-lungan lanjuran. Batik

pangan/petani, biasanya batik ini kasar dan tidak halus. Coletan, dalam satu

kain batik pewarnaan disebagaian kain menggunakan sistem colet dengan

kuas dan untuk pencelupan hanya sekali kecuali warna soga. Batik kemodelan,

Page 5: Limca ANG Dan Sarah Haha

batik klasik dari Yogya dan Solo dibuat dengan komposisi baru dengan

pewarnaan Pekalongan dan kelihatan moderen. Batik Osdekan, dalam satu

kain batik timbul satu warna, kemudian ditimpa dengan warna lagi, tua, muda

atau warna lain. Ini membuat warna batik lebih hidup dan seperti ada bayang-

bayang.

2. Batik Yogyakarta, yang terdiri dari motif dari motif klasik dan modern. Motif

klasik seperti parang, geometri, banji, tumbuhan menjalar, motif tumbuhan air,

bunga, satwa dan lain-lain. Warna batik Yogya umumnya dasar putih, dengan

warna hitam dan coklat.

3. Batik Ciamis, yang memiliki warna dasar putih, didominasi oleh warna hitam

dan soga coklat atau diesebut juga batik sarian.

4. Batik Banyumasan identik dengan motif Jonasan, yaitu kelompok motif non-

geometrik yang didominasi oleh warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna

coklat karena soga, sedangkan warna hitam karena wedel. Motif-motif yang

berkembang sekarang ini antara lain, sekarsurya, sidoluhung, lumbon, jahe

pugor, cempaka mulya, kawung jenggot, madu bronto, satria busana, dan

piring sedapur.

5. Batik Indramayu termasuk ke dalam batik pesisir, mayoritas motifnya

menggambarkan kegiatan nelayan ditengah laut. Diantaranya Etong, kapal

kandas, Ganggeng, Kembang gunda dan Loksan.

6. Batik Cirebon variasi coraknya sangat beragam.

7. Batik Lasem motifnya mengadopsi motif-motif Cina dan menggunakan

pewarna dari mengkudu.

8. Batik Tasik dengan motif natural, burung, kupu-kupu dengan warna dasar

merah bata.

1.3 Pengolahan Batik

Menurut Wulandari (2011) terdapat beberapa perlengkapan dalam membatik.

Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Adapun peralatannya antara lain :

1. Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori

sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambo yang dibuat

sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.

Page 6: Limca ANG Dan Sarah Haha

2. Bandul yang dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukan ke dalam

kantong. Fungsi pokoknya adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik

tidak mudah tergeser saat tertiup anginatau tertarik oleh si pembatik secara tidak

sengaja.

3. Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja

atau tanah liat.

4. Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah

kompor berbahan bakar minyak. Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan

pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.

5. Taplak adalah kain untuk menutup paha pembatik agar tidak terkena tetesan

malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.

6. Saringan Malam alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak

kotoran.

7. Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan,

terbuat dari tembaga dan bambo sebagai pegangannya. Canting ini digunakan

untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam.

8. Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-

macam dan jenisnya sangat mennetukan baik buruknya kain batik yang

dihasilkan.

9. Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya

malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali

pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi

kain.

10. Dhingklik (Tempat Duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya

terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau besi.

11. Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik.

Page 7: Limca ANG Dan Sarah Haha

Gambar 1.1 Bahan dan Alat Pembuatan Batik berdasarkan jenisnya

Teknik membuat batik adalah proses pekerjaan dari mori batik sampai

menjadi kain batik. Proses pengolahan batik secara umum diawali oleh persiapan

bahan baku untuk batik serta pembatikan itu sendiri.

1. Proses persiapan bahan baku mori terdiri dari proses-prosespenyediaan mori,

perendaman, pengetelan, penganjian tipis, penghalusan permukaan mori dan

Page 8: Limca ANG Dan Sarah Haha

pemolaan. Adapun maksud dari tahapan di atas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

perendaman dan pengetelan, dimaksudkan untuk menstabilkan dimensi,

terhilangkan kanji dan zat finish lain

penganjian tipis dilakukan untuk mendapatkan permukaan yang rata,

sehingga memudahkan proses pembatikan dan penghilangan lilin batik

penghalusan permukaan mori dilakukan agar pemolaan dapat lebih mudah

dilaksanakan.

2. Proses persiapan bahan baku lilin batik batik dibuat dari bermacam-macam

bahan yang dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai

dengan sifat lilin yang di kehendaki. Bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan lilin batik terdiri dari gondorukem, damar mata kucing, parafin,

lilin tawon, gajih atau lemak binatang, minyak kelapa, dan lilin batik bekas

lorodan, tetapi tidak semua bahan tersebut di atas ada dalam pembuatan lilin

batik.

Dalam proses pembuatannya pun berbeda-beda antara batik tulis, cap, dan

printing. Proses pembuatan batik tulis memerlukan beberapa alat. Alat untuk

menulisnya atau yang biasa disebut canting terbuat dari tembaga dengan gagang

dari bambu. Ujung dari canting atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang

bervariasi, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak

penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan

malam. Proses pembuatan batik tulis adalah sebagai berikut:

1. Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil

2. Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan

3. Nyalakan kompor/anglo. Taruh malam/lilin ke dalam wajan dan panaskan

wajan dengan api kecil sampai malam mencair sempurna. Biarkan api tetap

menyala kecil

4. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan

tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas

untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan

bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.

Page 9: Limca ANG Dan Sarah Haha

5. Mulailah dengan cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting,

tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas, kemudian goreskan canting dengan

mengikuti motif yang telah ada. Hati-hati jangan sampai malam yang cair

menetes diatas permukaan kain karena akan mempengarufi hasil motif batik.

6. Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dgn warna tertentu tertutup

malam, maka proses selanjutnya adalah proses pewarnaan.Proses pewarnaan

pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dilakukan dengan

mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.Siapkan bahan pewarna di

dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna.Kain

dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda, dilanjutkan

dengan warna lebih tua atau gelap nantinya.

7. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

8. Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi

direbus dgn air panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin

sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas.Jika kita

menginginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses 3, 4, dan

5 bisa diulang beberapa kali tergantung jumlah warna yg kita inginkan.

9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses

pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk

menahan warna berikutnya .

10. Dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua ,pemberian malam

lagi, pencelupan ketiga dst.Misalkan dalam satu kain diinginkan ada 5 warna

maka proses diatas tadi diulang sebanyak jumlah warna yg diinginkan berada

dalam kain tsb satu persatu (Proses membuka/nglorot dan menutup lilin

malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan

kompleksitas motif yang diinginkan.)

11. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan

ke campuran air dans oda ash untuk mematikan warna yang menempel pada

batik, dan menghindari kelunturan.

12. Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum

dapat digunakan dan dipakai.

Page 10: Limca ANG Dan Sarah Haha

Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya menggunakan canting,

pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap (semacam stempel

besar yang terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif tertentu

dengan dimensi 20 cm x 20 cm. proses pembuatan batik cap ada;ah sebagai

berikut:

1. Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan

yang empuk

2. Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap

dalam kondiri 60 – 70oC.

3. Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi (kurang lebih yang tercelup

cairan malam adalah 2 cm bagian bawah cap)

4. Cap kemudian dicapkan (distempelkan) dengan tekanan yang cukup di atas

kain mori yang telah disiapkan tadi.

5. Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke

sisi lain permukaan kain mori.

6. Setelah proses pengecapan selesai, kain mori selanjutnya akan akan masuk

ke proses pewarnaan, dengan cara mencelupkan kain mori ini ke dalam

tangki yang berisi warna yang sudah dipilih. Kain mori yang permukaannya

telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan

ini.

7. Setelah proses pewarnaan, proses berikutnya adalah penghilangan berkas

motif cairan malam melalui proses penggodogan atau ngelorot. Sehingga

akan nampak 2 warna, yaitu warna dasar asli kain mori yang tadi tertutup

malam, dan warna setelah proses pewarnaan tadi. Jika akan diberikan

kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai lagi dari proses pengecapan

cairan malam - pewarnaan - penggodogan lagi.Sehingga diperlukan proses

berulang untuk setiap warna. Hal yang menarik dari batik cap adalah pada

proses perkawinan warna, karena permukaan kain mori yang telah diwarna

sebelumnya akan diwarna lagi pada proses pewarnaan berikutnya, sehingga

perlu keahlian khusus dalam proses pemilihan dan perkawinan warna.

8. Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan dan

pencerahan warna dengan soda.

Page 11: Limca ANG Dan Sarah Haha

9. Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.

Batik printing atau batik sablon adalah jenis batik baru yang mana teknis

pembuatannya melalui proses sablon manual atau printing mesin pabrik. Seperti

namanya, teknik pembuatan batik ini sama seperti teknik pembuatan

spanduk hanya saja bedanya adalah pada bahan warna yang digunakan. Berbeda

dengan batik cap, batik sablon printing ini hanya satu sisi kain mori saja yang

mengalami proses pewarnaan. Sehingga warna dari batik sablon printing ini relatif

lebih mudah pudar. Berikut ini adalah peralatan yang digunakan:

1. Desain dalam ukuran satu bahan, dengan ukuran 2×1 meter

2. Plankan (sejenis alat cetak). Plankan yang digunakan untuk batik adalah

plankan dengan pori-pori lebih besar, berbeda dengan plankan untuk spanduk

atau kaos.

3. Pewarna

4. Kain mori

5. Valet

Berikut ini langkah-langkah pembuatan batik printing:

1. Siapkan desain

2. Cetak desain dalam plankan. Jumlah plankan yang dibutuhkan adalah sesuai

dengan jumlah warna yang akan digunakan.

3. Siapkan kain mori dasar yang akan disablon, dengan posisi kain mori yang

kencang.

4. Letakkan plankan di atas kain, lalu tuangkan pewarna dan tarik pewarna dari

ujung plankan ke ujung plankan lainnya dengan valet.

5. Keringkan kain mori yang telah diberikan warna.

6. Ulangi langkah di atas, untuk setiap perbedaan warna dan desain.

1.4 Limbah Industri Batik

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah,

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.

Page 12: Limca ANG Dan Sarah Haha

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu

dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang

ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Karakteristik limbah adalah berukuran mikro, dinamis, penyebarannya berdampak

luas dan antar generasi akan berdampak dalam jangka panjang. Faktor yang

mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan

pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah (Anonim,2009)

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi

4 bagian yaitu : limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel, serta limbah

B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Untuk mengatasi limbah ini diperlukan

pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat

dibedakan menjadi pengolahan menurut tingkatan perlakuan dan pengolahan

menurut karakteristik limbah.

Kualitas limbah cair industri batik sangat tergantung jenis proses yang

dilakukan, pada umumnya limbah cair bersifat basa dan kadar organik yang

tinggi yang disebabkan oleh sisa-sisa pembatikan. Pada proses pencelupan

(pewarnaan) umumnya merupakan penyumbang sebagian kecil limbah organik,

namun menyumbang wama yang kuat, yang mudah terdeteksi, dan hal ini dapat

mengurangi keindahan sungai maupun perairan. Pada proses persiapan, yaitu

proses nganji atau penganjian, menyumbang zat organik yang banyak

mengandung zat padat tersuspensi. Zat padat tersuspensi apabila tidak segera

diolah akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat digunakan untuk

menilai kandungan COD dan BOD.

Kebanyakan penggunaan bahan pencelup dengan struktur molekul organik

yang stabil tidak dapat dihancurkan dengan proses biologis, untuk menghilangkan

warna air limbah yang efisien dan efektif adalah dengan perlakuan secara biologis,

fisik dan kimia (Alaerts, 1984).

Pada industri batik, limbah yang dihasilkan dari proses pencucian yang

memerlukan air sebagai medium dalam jumlah besar. Proses ini menimbulkan air

buangan yang besar dan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak

tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi). Karena kebanyakan limbah

Page 13: Limca ANG Dan Sarah Haha

tersebut berbentuk cair maka dibuang begitu saja ke saluran air. Proses pewarnaan

batik biasanya menggunakan jenis warna napthol dan indigosol.

1.4.1 Karakteristik Limbah Industri Batik

Karakteristik air limbah dapat digolongkan dalam sifat fisika, kimia dan

biologi. Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat dalam air limbah, dapat

ditentukan unit proses yang dibutuhkan.

1. Karakter Fisika

Karakter fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna, dan padatan.

Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan

kedalam skala. Bau merupakan parameter yang subyektif. Pengukuran bau

tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang. Adanya bau yang

lain pada air limbah, menunjukkan adanya komponen-komponen lain di

dalam air tersebut. Misalnya, bau seperti telur busuk menunjukkan adanya

hidrogen sulfida. Pada air limbah, warna biasanya disebabkan oleh adanya

materi disolved, suspended, dan senyawa-senyawa koloidal, yang dapat

dilihat dari spektrum warna yang terjadi. Padatan yang terdapat di dalam air

limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating, settleable, suspended atau

dissolved.

2. Karakter kimia

Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik dan senyawa

anorganik. Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasi dengan satu

atau lebih elemen-elemen lain (O, N, P, H). Saat ini terdapat lebih dari dua

juta senyawa organik yang telah diketahui. Senyawa anorganik terdiri atas

semua kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organik. Karbon

anorganik dalam air limbah pada umumnya terdiri atas sand, grit, dan

mineral-mineral, baik suspended maupun dissolved. Misalnya: klorida, ion

hidrogen, nitrogen, fosfor, logam berat dan asam.

3. Karakter Biologis

Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir

dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108

organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun

berkelompok dan mampu melakukan proses kehidupan (tumbuh, metabolisme,

dan reproduksi). Secara tradisional, mikroorganisme dibedakan menjadi

Page 14: Limca ANG Dan Sarah Haha

binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh karena itu,

mikroorganisme kemudian dimasukkan kedalam kategori protista, status yang

sama dengan binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara

terpisah. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan

kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting untuk

mengevaluasi kualitas air (Purwaningsih, 2008).

1.5 Pengolahan Limbah Industri Batik

Sebenarnya ada langkah aman agar limbah tidak berbahaya ketika dibuang ke

saluran air. Limbah seharusnya diolah dulu dengan melakukan beberapa treatment

yaitu dengan proses kimia dan proses fisika, proses fisika yaitu dengan cara

pengenceran yang berfungsi untuk mempermudah dalam proses penjernihan. Limbah

jangan langsung ditambahkan koagulan tetapi dilakukan pengenceran untuk

mengurangi biaya koagulan setelah itu baru ditambahkan koagulan dan dipisahkan

endapan dengan menggunakan filtrat. Filtrat dapat disaring dengan menggunakan

karbon aktif yang terbuat dari arang atau menggunakan sekam padi. Limbah yang

terendapkan ditampung di bak penampung dan digunakan sebagai penyubur tanaman.

Selain itu pada saat proses pewarnaan yang dilakukan oleh pengrajin berpotensial

menyebabkan kanker kulit karena kebanyakan pengrajin tidak menggunakan sarung

tangan. Dan juga untuk menghindari pencemaran lingkungan dianjurkan untuk

menggunakan pewarnaan secara alami. Tetapi perlu dilakukan sosialisasi atau

pemahaman kepada pengrajin. Selain itu harus ada pelatihan pembuatan pewarnaan

alami dengan menggunakan teknologi fermentasi dan penyediaan tanamantanaman

yang dibutuhkan dalam jumlah yang memadai seperti jambu biji, jati, nangka, nila

dan lain-lain.

Berbagai cara dilakukan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan akibat

limbah yang dihasilkan dari industri batik. Begitu pula dengan industri Batik Lawean

Solo yang akan dibahas dalam makalah ini.

Page 15: Limca ANG Dan Sarah Haha

BAB II

ISI

2.1 Industri Batik Laweyan Solo

Sejarah berdirinya perusahaan Batik Laweyan Solo ini berawal dari

didirikannya perusahaan Batik Bintang Mulya pada tahun 1967. Perusahaan yang

memproduksi kain-kain batik tulis tradisional ini terletak di Kampung Sayangan

Wetan RT.07 RW.I Laweyan Solo. Omset yang kurang menguntungkan dan

selalu mengalami penurunan membuat perusahaan ini sempat menghentikan

produksinya pada tahun 1979. Hal ini juga dipicu oleh mulai bermunculannya

perusahaan-perusahaan batik dengan proses printing yang proses produksinya

lebih efisien dengan harga relatif lebih murah.

Pada tahun 1981, perusahaan Batik Bintang Mulya berdiri kembali dengan

nama perusahaan Batik Cahaya Putra. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

hasil adalah dengan memproduksi kain-kain batik bermotif modern atau gaya baru

yang memenuhi selera konsumen. Setelah perusahaan Batik Cahaya Putra

berkembang, putra pemilik perusahaan ini akhirnya memulai usaha industri kecil

yang juga bergerak di bidang industri batik pada tahun 1990. Usaha ini terletak

tidak jauh dari perusahaan Batik Cahaya Putra. Usaha batik ini mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun hingga pada akhirnya terbentuklah perusahaan

yang dikenal dengan nama CV. Batik Laweyan pada tahun 2000, dengan

mendapat ijin usaha nomor : 517/0660/PK/VI/2006.

Batik Laweyan adalah merupakan brand image dari CV. Batik Putra

Laweyan yang berdiri pada tahun 2000 dengan fokus ke produksi sekaligus

penjualan produk batik. Dengan slogan "Different and Class" yang bertekat

memberikan produk-produk batik yang berkualitas, diproduksi dengan jumlah

yang terbatas, dan berbeda dengan produk batik yang lainnya.

Detail profil perusahaan industri batik laweyan sebagai berikut (Anonim,

2013):

Nama perusahaan : CV. Batik Putra Laweyan

Nama pemilik : Gunawan Muhammad Nizar

Tahun berdiri : 1990

Page 16: Limca ANG Dan Sarah Haha

Badan Hukum - Nomor ijin : C.-1361.HT.03.01-TH.2002 - 25 Oktober 2002

Klasifikasi kelas : Menengah ke atas

Jenis Usaha : Produksi batik dan penjualan batik

Daerah kerja : Kota Surakarta

Alamat / tempat usaha : Jl. Sidoluhur No.6 Laweyan - Solo 57148

Telepon : +6271 7053117 / +62 817 259 090

Fax : +6271 712123

Email : [email protected]

Nomor SIUP : 517/0660/PK/VI/2006

Nomor TDP : 11.16.3.52.01643

Nomor NPWP : 02.499.748.8-526.000

Luas area perusahaan : 650 m2

Jumlah pekerja : 25 orang

Industri batik Laweyan Solo memproduksi berbagai macam kain batik dan

pakaian jadi dengan motif batik. Proses pembuatannya sama dengan proses

pembuatan batik pada umumnya, yaitu dengan pencelupan, pewarnaan, dan lain

sebagainya.

2.2 Limbah Industri Batik Laweyan Solo

Karakteristik limbah industri batik adalah serupa dengan karakteristik

limbah yang berasal dari industri tekstil dan loundry sebagai berikut :

1. Limbah bersifat Alkalis

2. Berwarna

3. Biological Oxygen Demand (BOD) yang tinggi

4. Temperatur air limbah yang tinggi

5. Suspended Solid (zat padat tersuspensi) tinggi

Proses produksi merupakan sumber utama penghasil limbah antara lain

pada proses pewarnaan (printing), pencelupan, pencucian dan pengemasan.

Adapun sumber limbah lainya berasal dari pemeliharaan alat, bahan sisa, pelumas

dan sisa bahan bakar. Besaran limbah pada industri batik dipengaruhi oleh

seberapa besar proses produksi dilakukan, proses produksi dilakukan sesuai

dengan kondisi pasar dan kebutuhan.

Page 17: Limca ANG Dan Sarah Haha

2.3 Pengolahan Limbah Industri Batik Laweyan Solo

Limbah cair dari hasil produksi tidak ramah lingkungan dikarenakan bahan

kimia yang dipakai pada proses pewarnaan batik. Pengolahan limbah batik cair,

yaitu dengan didirikannya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Kegiatan

Perintis Pendekatan Produksi Bersih/Eko Efisiensi dan Pengolahan Air Limbah

Usaha Kecil Batik di Kampoeng Laweyan proses instalasi limbah batik di

kampung Laweyan mulai dari penampungan air limbah sisa produksi batik ke

tabung (sumur) yang berjumlah 11 di area itu. Air limbah kemudian disalurkan ke

tabung untuk proses Equalisasi aerob, kemudian hasilnya ditampung melalui

saluran pipa ke tabung (sumur) tinja (wc) yang kemudian diproses lagi dalam

septic tank. Dari proses di septic tank, air limbah masuk ke tabung reaksi

(Anaerobic bufle reactor dan Anaerobic Bufle Filter Reactor) yang hasilnya

masih disaring kembali dalam tabung yang berisi oksigen. Kemudian output dari

proses instalasi limbah ini adalah air yang dianggap tidak lagi berbahaya (paling

tidak berkurang) kandungan bahaya kimiawinya. Output itu langsung disalurkan

pipa dari tabung oksigen ke sungai Laweyan. Namun, sebagian besar pengrajin di

sekitar Kampoeng Laweyan itu masih membuang limbahnya langsung ke sungai,

tanpa ada proses instalasi pengolahan.

Limbah batik yang langsung dibuang ke lingkungan akan merusak

ekosistem dan membahayakan bagi kehidupan makhluk hidup. Maka dari itu perlu

diadakan pengolahan limbah batik untuk mencegah dampak negatif yang

ditimbulkan. Pengolahan limbah cair batik ini menggunakan pengolahan aerob

dan anaerob dengan koagulasi.

2.3.1 Pengolahan Aerob

Salah satu pengolahan secara biologi adalah dengan proses aerob

menggunakan lumpur aktif. Pengolahan limbah cair secara biologis dengan

menggunakan lumpur aktif pada dasarnya adalah pengolahan terhadap limbah cair

sehingga memenuhi syarat bagi perkembangbiakan mikroorganisme (bakteri)

sebagai decomposer benda-benda organik yang terlarut dalam air dan membentuk

Page 18: Limca ANG Dan Sarah Haha

lumpur aktif (activated slugde) dapat digunakan kembali untuk mengolah air yang

masuk ke instalasi pengolahan.

Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang mampu melaksanakan

proses metabolisme benda-benda organik sehingga merupakan bagian yang

terpenting dalam rantai makanan dan pengolahan air limbah. Bakteri akan

mensintesis unsur-unsur organik yang terlarut dalam air tetapi tidak semua unsur

organik dapat digunakan oleh bakteri, oleh sebab itu partikel-partikel organik

berukuran lebih besar disintesa oleh protozoa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan limbah cair dengan lumpur

aktif :

1. Oksigen

2. Nutrient

3. Komposisisi mikroorganisme

4. pH

5. Temperatur

2.3.2 Pengolahan Anaerob

Pada prinsipnya proses pengolahan secara anaerob adalah mengubah

bahan organik dalam limbah cair menjadi methane dan karbon monoksida tanpa

adanya oksigen. Proses fermentasi anaerob pada dasarnya adalah proses yang

mengubah senyawa organik menjadi metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2)

tanpa kehadiran oksigen (O2). Dekomposisi senyawa organik melalui proses

anaerob ini terjadi melalui tiga tahapan proses yaitu tahap reaksi hidrolisis, tahap

reaksi pembentukan asam, dan tahap reaksi pembentukan metana.

Reaksi hidrolisis merupakan proses pelarutan senyawa organik yang

mulanya tidak larut dan proses penguraian seenyawa tersebut menjadi senyawa

dengan berat molekul yang cukup kecil untuk dapat melewati membram sel.

Reaksi ini dikatalis oleh enzim yang dikeluarkan oleh bakteri anaerob. Zat-zat

organik seperti polisakarida, lemak, dan protein, dihidrolisa menjadi gula dan

asam-asam amino.

Kemudian dilanjutkan dengan tahap pembentukan asam dan metana yang

dilakukan dalam dua tahap dengan dua kelompok bakteri yang berbeda:

Page 19: Limca ANG Dan Sarah Haha

Pertama, zat organik diubah menjadi asam organik dan alkohol yang

mudah menguap. Proses pembentukan asam melibatkan dua golongan besar

bakteri, yaitu bakteri asidogenik dan bakteri asetogenik. Bakteri asidogenik pada

mulanya memfermentasikan hasil hidrolisa menjadi asam-asam lemak volatil

berantai pendek seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, H2, CO2, asam

laktat, asam valerat, etanol, amonia, dan sulfida. Konsentrasi H2 memegang

peranan penting dalam mengontrol proporsi berbagai produk bakteri asidogenik.

Asam propionat dan asam-asam lemak lainnya yang dihasilkan oleh bakteri

asidogenik dikonversi oleh bakteri asetogenik menjadi asam asetat, H2, dan CO2.

Bahan Organik

asam organik + CO2 + H2O +

alkohol.

Kedua, melanjutkan perombakan senyawa asam organik menjadi methane.

Pada proses pembentukan metana, gas metana yang dihasilkan terutama berasal

dari asam asetat, tetapi ada juga gas metana yang terbentuk dari hidrogen dan

karbon dioksida. Ada dua kelompok bakteri yang berperan, yaitu bakteri metana

asetoklasik dan bakteri metana pengkonsumsi hidrogen. Bakteri metana

asetoklasik mengubah asam asetat menjadi karbon dioksida dan metana. Bakteri

ini mampu mengontrol nilai pH proses fermentasi dengan jalan mengkonsumsi

asam asetat dan membentuk CO2. Bakteri pengkonsumsi hidrogen mengubah

hidrogen bersama-sama dengan karbon dioksida menjadi metana dan air. Sisa

hidrogen yang tertinggal mengatur laju produksi asam total dan campuran asam

yang diproduksi oleh bakteri pembentuk asam. Hidrogen juga mengendalikan laju

konversi asam propionat dan asam butirat menjadi asam asetat.

Asam lemak

CH, CO2, NH3 + H2O + energi.

Zat methane tidak dapat menarik oksigen. Agar proses pembusukan

anaerobik berfungsi sangat memuaskan kadang-kadang ditambahkan nitrogen dan

fosfor. Selama proses operasi, udara tidak boleh masuk. Masuknya udara akan

Page 20: Limca ANG Dan Sarah Haha

mempercepat produksi asam organik, menambah karbondioksida tetapi

mengurangi methane. Pengaturan keasaman sangat perlu sebab zat methane

sangat sensitif terhadap perubahan pH. Nilai pH diusahakan berkisar antara 6 dan

8 agar perkembangan mikroorganisme sangat pesat. Namun pada kecepatan

produksi gas pengaruh variasi pH sangat nyata untuk lebih mengaktifkan kegiatan

mikroba. Temperatur sangat berpengaruh, kecepatan fermentasi meningkat bila

temperatur mendekati 30oC.

Pelaksanaan tahapan proses yang terlibat dalam proses anaerob melibatkan

bakteri yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Bakteri hidrolitik

memiliki populasi sebesar 108-109 bakteri untuk setiap mililiter lumpur buangan

mesofilik atau 1010-1011 bakteri untuk setiap gram padatan volatil yang

diperoleh. Contoh bakteri hidrolitik antara lain adalah Bacteroides, Clostridium,

Bifidobacteria, bakteri fakultatif Streptococcus dan Enterobacteriaceae, serta

beberapa bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri asidogenik termasuk

bakteri yang dapat tumbuh dengan cepat (waktu penggandaan sekitar 30 menit),

yang memfermentasikan glukosa menjadi campuran asan-asam volatil. Beberapa

contoh bakteri penghasil metana antara lain Methanobacterium formicum,

Methanobacterium mobilis, Methanobacterium propionicum, Methanobacterium

ruminantium, Methanobacterium sohngenii, Methanobacterium annielii, dan

Methanobacterium methanica (Setiadi,Tj. 2001)

2.3.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah

Secara umum unit IPAL industri batik sama dengan IPAL limbah cair

lainnya. Hanya saja di sini ditekankan pada proses reduksi warna dari hasil proses

pewarnaan. Koagulan yang digunakan seperti FeSO4, Al2SO4, kapur, dan lain-lain.

Proses pengolahan limbah batik sebagai berikut:

1. Limbah cair dari proses pembuatan batik mengalir menuju bak penangkap

minyak dan lemak

2. Limbah cair selanjutnya masuk ke panampungan limbah

3. Dari bak penampungan limbah dipompa menuju bak netralisasi dan koagulasi

dengan debit kapur 40 ml/s dan Fe SO4 80 ml/s.

Page 21: Limca ANG Dan Sarah Haha

4. Selanjutnya limbah cair dari proses netralisasi dan koagulasi masuk ke dalam

bak pengendap kimia (bak pengendap I)

5. Dari bak pengendap I bak dialirkan ke bak aerasi (kolam aerobik) dengan

penambahan nutrisi (Urea + SP) sesuai kondisi

6. Limbah dari bak aerasi menuju bak pengendap II (proses biologi)

7. Dari bak pengendap II limbah dibuang ke lingkungan dan sebagian lumpur

pengendap dikembalikan ke bak biologi (kolam aerobik).

Gambar 2.1 Pengolahan Limbah Industri Batik

Untuk penyempurnaan pengelolaan limbah di atas maka perlu dilakukan

pengolahan limbah cair dengan koagulasi dan penyaringan. Penambahan bahan

koagulan dengan dilanjutkan dengan proses penyaringan menggunakan media

saringan tunggal dan media saringan campuran. Bahan media saringan tunggal

adalah pasir, arang, ijuk dan bahan media campuran adalah pasir arang dan pasir

ijuk arang. Penambahan koagulan tawas dapat mengurangi konsentrasi total

suspended solid, kekeruhan, fenol dan warna limbah cair industri batik. Saringan

arang efektif menurunkan fenol dan kekeruhan dari limbah cair industri batik.

Saringan pasir arang efektif menurunkan warna dari limbah cair industri batik

Saringan pasir ijuk arang memberikan hasil terbaik dalam menurunkan total

suspended solid dari limbah cair industri batik.

Page 22: Limca ANG Dan Sarah Haha

2.3.4 Pengolahan Logam Berat Cr pada Industri Batik

Limbah industri tekstil yang tergolong limbah cair dari proses pewarnaan

mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti

mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna

yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil akibat adanya ikatan

dengan serat tekstil. Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik

tidak jenuh, kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan

pengikat antara warna dengan serat. Dari zat pewarna tekstil inilah akan

menghasilkan logam berat kromium yang kemudian akan mencemari lingkungan.

Permasalahan yang banyak ditemui saat ini adalah pencemaran logam

kromium (Cr) dari industri tekstil batik. Limbah cair yang dihasilkan masih

mengandung kromium dalam jumlah yang besar ketika dibuang ke badan air. Hal

ini mengakibatkan pencemaran perairan yang sangat tinggi dan merusak

ekosistem perairan bahkan menyebabkan kematian biota air seperti ikan,

fitoplankton, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan

konsentrasi logam berat dalam air limbah industri tekstil.

Kebanyakan metoda pengurangan keberadaan logam berat dilakukan

menggunakan cara kimia seperti koagulasi dengan menambahkan bahan-bahan

kimia tertentu dan cara fisika seperti adsorpsi dan fotolisis. Kedua cara tersebut

memerlukan biaya relatif tinggi dan pemakaian bahan-bahan kimia dapat

menimbulkan lumpur yang banyak sehingga bak pengolah cepat dangkal.

Mengingat kelemahan-kelemahan cara kimia dan fisika tersebut, alternatif

pengolahan pengurangan logam berat yang mulai digagas adalah pengolahan

secara biologi. Salah satu caranya adalah dengan proses biosorpsi.

Secara umum, keuntungan pemanfaatan mikroorganisme sebagai

biosorben adalah biaya operasional rendah, efisiensi dan kapasitas pengikatan

logam tinggi, lumpur yang dihasilkan minimum, memiliki mekanisme regenerasi

sehingga dapat digunakan kembali, bahan bakunya banyak tersedia dan mudah

didapat, serta tidak memerlukan tambahan nutrisi jika menggunakan mikroba

yang sudah mati.

Dalam proses biosorpsi ini tentu harus memperhatikan beberapa faktor

yang mendukung kerja biosorben dalam mereduksi ion kromium. Beberapa faktor

Page 23: Limca ANG Dan Sarah Haha

penting yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman (pH), waktu kontak

biosorben dengan logam, konsentrasi logam pada air limbah yang akan

dibiosorpsi.

Beberapa contoh biosorben yang dapat digunakan dalam penanganan

limbah kromium adalah chitosan, serbuk gergaji, mikroalga, dan rumput laut serta

Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisae sudah banyak diteliti

berkaitan dengan potensinya sebagai biosorben dan bioakumulator logam berat,

diantaranya karena memiliki persentase material dinding sel sebagai sumber

pengikat logam yang tinggi juga biomassanya mudah didapatkan karena banyak

digunakan dalam proses fermentasi.

Reduksi logam Cr ini dapat terjadi disebabkan karena selain pertumbuhan,

mikrorganisme akan menghasilkan produk samping yang berupa H2S. Kenaikan

jumlah sel mikroorganisme akan menaikkan kecepatan produksi H2S yang akan

mempercepat reduksi Cr(VI). H2S yang dihasilkan bakteri akan bereaksi dengan

kromium untuk membentuk kromium sulfida yang bersifat tidak stabil dalam

larutan dan akan lebih cepat terdeposit untuk membentuk Cr(III) yang memiliki

toksisitas lebih rendah dari Cr(VI).

Reduksi Cr(VI) menjadi Cr(III) oleh mikroorganisme disebut bioremoval.

Terdapat dua macam mekanisme bioremoval, yaitu secara passive uptake dan

secara active uptake. Penyerapan pasif (passive uptake) dikenal dengan nama

biosorbsi. Proses ini terjadi ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan

dua cara yang berbeda, pertama pertukaran ion di mana ion monovalen dan

divalen pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat, dan yang kedua

adalah formasi kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional

yang berada pada dinding sel. Proses biosorsi ini dapat terjadi secara bolak-balik

dan cepat. Proses bolak-balik ikatan ion logam berat di permukaan sel ini dapat

terjadi pada sel mati dan sel hidup dari suatu biomassa. Proses biosorbsi ini juga

dapat lebih efektif dengan kehadiran pH tertentu dan adanya ion-ion lain di media

di mana logam berat dapat terendapkan sebagai garam yang tidak terlarut.

Penyerapan logam berat juga dapat terjadi secara active uptake. Logam

berat juga dapat diendapkan pada proses metabolisme dan ekskresi pada tingkat

ke dua. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensifitasnya

Page 24: Limca ANG Dan Sarah Haha

terhadap parameter-parameter yang berbeda sepserti pH, suhu, kekuatan ikatan

ionik, cahaya, dll. Selain itu, proses ini juga dapat dihambat oleh suhu yang

rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel.

Dengan cara biologis ini dapat mereduksi Cr(VI) yang sangat berbahaya

menjadi Cr(III) yang tingkat bahayanya lebih rendah. Jadi, masalah pencemaran

limbah industri tekstil akibat logam berat kromium telah dapat tereduksi dan

kemungkinannya kecil untuk merusak ekosistem dan biota perairan.

Page 25: Limca ANG Dan Sarah Haha

DAFTAR PUSTAKA

Dipokusumo. 2011. Batik as a Custom Cloth/tradition in Kraton Surakarta

Hadiningrat. LPPM UNS: Surakarta

Fatmawati U., Sajidan, dan Suranto, 2010. Potensi Mikroorganisme sebagai Agen

Bioremidiasi dalam Menurunkan Kadar Cr(VI) dalam Limbah Cair Tekstil

Hasil Pewarnaan. Jurnal Pendidikan Biologi Program Studi Biosains

Pascasarjana UNS. Semarang. Jawa Tengah.

MetCalf and Eddy Inc., 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse (4th

Edition). McGraw-Hill Companies, New Delhi.

Nurainun, dkk. Analisis Industri Batik di Indonesia. 2008. Jurnal Fokus Ekonomi

Hal 124-135 Vol. 7, No. 3. ISSN: 1412-3851. Fakultas Ekonomi Universitas

Malikussaleh Banda Aceh.

Purwaningsih, I., 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cv. Batik Indah

Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau Dari

Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) Dan Warna. Tugas Akhir

Teknik Lingkungan. UII: Yogyakarta.

Setiadi, Tj. 2001. Pengolahan Limbah Cair Secara Sekunder (Biologi). Bahan

Pelatihan Pengelolaan Limbah Cair Industri. Pusdiklat BAPEDAL. Serpong.

Sianita, D., Nurchayati, I., S., 2009. Kajian Pengolahan Limbah Cair Industri

Batik, Kombinasi Aerob – Anaerob dan Penggunaan Koagulan Tawas.

Jurnal Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Semarang. Jawa Tengah

Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara. Andi Offset: Yogyakarta.

Yayasan Harapan Kita. 2006. Indonesia Indah “Batik”. TMII Jakarta.