Limbah Rumah Potong Ayam

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Berbagai jenis limbah akan dihasilkan pada suatu industri skala kecil dan besar, baik limbah organik maupun anorganik. Industri Rumah Potong Ayam (RPA) dalam bidang peternakan menjalankan fungsinya dalam pemotongan ayam hidup dan mengolah menjadi karkas yang siap konsumsi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat (Kariana dan Singgih, 2008). Akan tetapi, Industri Rumah Potong Ayam (RPA) dalam menjalankan fungsinya, seringkali melupakan permasalahn yang sangat berpengaruh pada lingkungan, yaitu limbah yang dihasilkan. Proses pemotongan ayam di RPA menghasilkan 2 jenis limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat Rumah Pemotongan Ayam (RPA) relatif lebih mudah ditangani dibanding dengan limbah cair. Dari permasalahan di atas, kami akan membahas limbah yang dihasilkan oleh Industri Rumah Potong Ayam (RPA) dan cara pengolahan limbahnya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana klasifikasi limbah dan karakterisasi limbah yang dihasilkan oleh industri Rumah Potong Ayam (RPA) serta bagaimanakah parameter limbahnya?

description

makalah ini berisi tentang limbah rumah potong ayam

Transcript of Limbah Rumah Potong Ayam

Page 1: Limbah Rumah Potong Ayam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang dihasilkan dari suatu proses

produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Berbagai jenis limbah akan

dihasilkan pada suatu industri skala kecil dan besar, baik limbah organik maupun anorganik.

Industri Rumah Potong Ayam (RPA) dalam bidang peternakan menjalankan fungsinya

dalam pemotongan ayam hidup dan mengolah menjadi karkas yang siap konsumsi untuk

memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat (Kariana dan Singgih, 2008). Akan tetapi,

Industri Rumah Potong Ayam (RPA) dalam menjalankan fungsinya, seringkali melupakan

permasalahn yang sangat berpengaruh pada lingkungan, yaitu limbah yang dihasilkan.

Proses pemotongan ayam di RPA menghasilkan 2 jenis limbah, yaitu limbah padat dan

limbah cair. Limbah padat Rumah Pemotongan Ayam (RPA) relatif lebih mudah ditangani

dibanding dengan limbah cair.

Dari permasalahan di atas, kami akan membahas limbah yang dihasilkan oleh Industri

Rumah Potong Ayam (RPA) dan cara pengolahan limbahnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi limbah dan karakterisasi limbah yang dihasilkan oleh industri

Rumah Potong Ayam (RPA) serta bagaimanakah parameter limbahnya?

2. Bagaimana pengolahan limbah industri Rumah Potong Ayam (RPA)?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui klasifikasi limbah industri Rumah Potong Ayam (RPA) beserta

karakterisasinya serta parameter limbahnya.

2. Mengetahui cara pengolahan limbah industri Rumah Potong Ayam (RPA) dengan cara

yang baik.

Page 2: Limbah Rumah Potong Ayam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Limbah Industri Rumah Potong Ayam (RPA) dan Karakterisasi

Limbahnya serta Parameter Limbahnya

2.1.1 Jenis limbah dan klasifikasi limbah

Industri Rumah Potong Ayam (RPA) dalam bidang peternakan menjalankan

fungsinya dalam pemotongan ayam hidup dan mengolah menjadi karkas yang siap konsumsi

untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat (Kariana dan Singgih, 2001).

Rumah potong ayam (RPA) adalah industri yang mengolah ayam hidup menjadi

karkas siap olah untuk konsumsi. RPA dapat dibedakan atas RPA skala kecil (tradisional)

maupun RPA skala besar (pabrik pengolahan ayam). RPA dapat menjadi salah satu penyebab

polusi lingkungan. Menurut (Yordanov,2010).

Limbah pemotongan hewan (RPH) yang berupa feses urin, isi rumen atauisi lambung,

darah, daging atau lemak, dan air cuciannya, dapat bertindak sebagaimedia pertumbuhan dan

perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudahmengalami pembusukan. Dalam

proses pembusukannya di dalam air,menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat

menyebabkan gangguan padasaluran pernapasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh

berupa rasa mualdan kehilangan selera makan. Selain menimbulkan gas berbau busuk,

penggunaan oksigen terlarut yang berlebihan olehmikroba dapat mengakibatkan kekurangan

oksigen bagi biota air (meningkatkan BOD).

Berdasarkan karakter fisiknya limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair, dan

gas. Limbah cair adalah airbuangan dari kawasan pemukiman, pertanian, bisnis ataupun

industri yang berupa campuran air dan padatan terlarutatau tersuspensi (Laksmi, 1993;

Suharto, 2010).

1. Limbah cair

Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbahadalah air yang

membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, danindustri yaitu campuran air dan

padatan terlarut atau tersuspensi dapat jugamerupakan air buangan dari hasil proses yang

dibuang ke dalam lingkungan.

Limbah cair adalah satu jenis limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis dan dapat

menyebabkan atau menjadi sumber perncemaran air dan lingkungan. Bila ditinjau secara

kimiawi, limbah cair terdiri dari bahan kimia, senyawa organik dan anorganik dengan

konsentrasi dan kuantitas tertentu. Menurut (Morley,2008), limbah cair dapat menyebabkan

Page 3: Limbah Rumah Potong Ayam

pencemaran lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan

penanganan terhadap limbah cair.

Dalamproses produksi Rumah Pemotongan Ayam dihasilkan limbah cair yang

berasal dari darahayam, proses pencelupan, pencucian ayam dan peralatan produksi.

Limbah cair mengandung(Biological Oxygen Demand) BOD, (Chemical Oxyge Demand)

COD, (Total Suspended Solid)TSS, minyak dan lemak yang tinggi, dengan komposisi berupa

zat organik. Pembuangan air limbah (Efluent) yang mengandung nutrien yang tinggi ke

perairan akan menimbulkaneutrofikasi dan mengancam ekosistem aquatik. Untuk mencegah

hal itu maka diperlukan caraagar komposisi padatan organik tersuspensi dapat

dikurangi.Diperkirakan bahwa jumlah limbah berupa lemak dari seekor ayam segar utuh

adalah sekitar 7,80 – 17,7% dari bobot ayam tersebut (Awonorin et al., 1995). Selanjutnya,

dari satu ekor ayam broiler berukuran sedang (berat sekitar 2 – 3 kg) dapat dihasilkan sekitar

100 gram lemak yang menempel pada bagian ampela dan ekor, sertasekitar 2,10% lemak

terdapat pada bagian dada dari seekor ayam (Nafiah, 2010).

Karakteristik Air Limbah Rumah Potong Hewan

Kusnoputranto (1985) menjelaskan bahwa berdasarkan karakteristiknya, air limbah

dapat digolongkan menjadi tiga bagian:

a. Karakteristik fisik

Terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi. Air

buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau minyak dan bewarna suram seperti

larutan sabun, biasanya terdapat sisa-sisa kertas, sabun serta bagian-bagian dari tinja.

b. Karakteristik kimia

Air buangan mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air

bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari bahan-bahan buangan dari proses

produksi. Biasanya bersifat basa pada saat limbah baru dibuang dan cenderung bersifat asam

apabila limbah sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan dapat

digolongkan menjadi dua gabungan, yaitu:

Gabungan yang mengandung nitrogen, yang terdiri dari urea, protein dan asam

amino.

Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, yang terdiri dari lemak, sabun dan

karbohidrat jenis sellulosa

Page 4: Limbah Rumah Potong Ayam

c. Karakteristik biologis

Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli juga terdapat dalam air

limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses

pengolahan air limbah industri. Untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif tersebut,

perlu diperhatikan kondisi sistem pembuangan air limbah yang memenuhi syarat sehingga air

limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air minum; tidak mengakibatkan pencemaran

permukaan tanah; tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai,

atau tempat-tempat rekreasi; tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi

tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor; baunya tidak mengganggu

masyarakat setempat.

2. Limbah padat

Limbah padat pada industri Rumah Potong Ayam (RPA) yaitu berupa ayam mati

danoffal (sisa usus/jeroan),darah,bulu, jeroan (sisa-sisa usus dan potongankloaka),

tulang dan ayam mati. Bagian lainyang tidak sengaja ikut terbuang menjadilimbah yaitu

kepala ayam dan lemak yangterdapat di dalam rongga perut, dibagianampela dan ekor. Pada

umumnya kepala ikutterbuang bersama bulu pada saat pencabutanbulu, sedangkan limbah

berupa lemak ikutterbuang bersama air yang mengalir pada saatpencucian. Dari hasil

pengukuran debit limbah,diketahui bahwa limbah berupa darah yangdihasilkan adalah sekitar

3,5%, limbah usus5%, serta limbah ayam mati sekitar 0,5% darijumlah ayam yang dipotong

dalam satu hari (Voslarova et al., 2007; Bolu dan Adakeja,2008).

Sebagian besar dari jenis limbah yangmeliputi lemak, usus, kepala, tulang sisa

dariproses pengolahan daging tanpa tulang(boneless), kulit, hati, ampela dan ceker/kakiayam

masih mempunyai nilai jual yang tinggidan dibutuhkan oleh pengguna tertentu.

Namundemikian, hampir semua jenis limbah yangdihasilkan oleh RPA mempunyai potensi

yangcukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahanpakan sumber protein, energi/lemak

maupunmineral dalam pemeliharaan ternak unggas danruminansia. Sebagaimana dilaporkan

bahwadaging ayam mengandung protein sebanyak18,6%, lemak 15,06%, air 65,95% dan

abu0,79% (Suradi, 2009).

Page 5: Limbah Rumah Potong Ayam

3. Limbah gas

Limbah gas akan muncul ketika limbah padat dan limbah cair ditimbun dan tidak

segera dilakukan penanganan.

No Limbah Jenis limbah Asal limbah

1. Air limbah I

Limbah Cair

Pencelupan ayam ke dalam air panas

2. Darah Penyembelihan ayam

3. Air limbah II Pemcucian ayam

4. Bulu

Limbah Padat

Pemcabutan bulu ayam

5. Selaput ceker Pembersihan selaput ceker

6. Kotoran ayam I Penampungan ayam

7. Tembolok Kantong tempat makanan pd leher

8. Kotoran ayam I

Dari dalam ayam (jeroan)9. Selaput ampela

10. Usus besar

11. Empedu

2.1.2 Parameter Limbah dan Peraturan Pemerintah

Di Indonesia, limbah dari pemotongan rumah ayam yaitu limbah cair yang

berasal dari darah ayam, proses pencelupan, pencucian ayam dan peralatan

produksi.Parameter dalam limbah cair berupa (Biological Oxygen Demand) BOD, (Chemical

Oxygen Demand) COD, (Total Suspended Solid) TSS, minyak dan lemak yang tinggi, dengan

komposisi berupa zat organik.

Menurut Kusnoputranto, 1983, beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran

kualitas air limbah,yaitu:

1. Kandungan zat padat

Yang diukur dari kandungan zat padat dalam bentuk Total Solid Suspended (TSS) dan

Total Dissolve Solid (TDS).

2. Kandungan zat organik

Zat organik dalam penguraiannya memerlukan oksigen dan bantuan mikroorganisme.

Salah satu penentuan zat organik adalah dengan mengukur BOD (Biological Oxygen

Demand) dari buangan tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam larutan,

dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari pada 20 C).

3. Kandungan zat anorganik

Page 6: Limbah Rumah Potong Ayam

Beberapa komponen zat anoragnik yang penting untuk mengawasi kualitas air limbah

antara lain : Nitrogen dalam senyawaan nitrat, phosphor dalam total phospor, H2O

dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb, dan lain-lain.

4. Gas

Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke dalam

air, sedangkkan gas H2S, NH3, dan CH4 berasal dari proses dekomposisi air buangan.

Oksigen di dalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur DO (Dissolved

Oxygen). Jumalah oksigen yang ada di dalam air sering digunakan untuk mennetukan

banyaknya atau besarnya pencemaran zat organik dalam larutan, makin rendah DO

suatu larutan, makin tinggi kandungan bahan organiknya.

5. Kandungan bakteri

Bakteri golongan E.coli terdapat normal di dalam usus dan tinja manusia. Sumber

bakteri patogen dalam air limbah bersal dari tinja manusia yang sakit. Untuk

menganalisis bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit, sehingga

sebagai parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan

koliform. (MPN= Most Probable Number) dalam 100 ml air limbah serta perkiraan

terdekat jumlah golongan koliform tinja dalam 100 ml air limbah.

6. pH (derajat keasaman)

Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang kecil

akan menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke

perairan terbuka.

7. Suhu

Suhu air limbah umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara, tapi lebih tinggi

dari pada suhu air minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air, kecepatan

reaksi atau penguraian, proses pengendapan zat padat serta kenyamanan dalam badan-

badan air.

Air limbah yang harus diolah adalah seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan

rumah potong unggas, yaitu air yang berasal dari pemotongan, pembersihan lantai tempat

pemotongan, pembersihan kandang penampung, pembersihan kandang isolasi, dan

pembersihan isi perut, serta air sisa perendaman. Pengambilan dan pengujian kualitas air

dilakukan setelah IPAL beroperasi selama 3 bulan.

Page 7: Limbah Rumah Potong Ayam

Parameter yang perlu diamati adalah pH, BOD, COD, TSS, Minyak dan lemak, dan

NH3-N. Hasilnya dibandingkan dengan baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit yang

telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 02 Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan

Hewan. Berikut ini tabelnya:

Parameter Satuan Kadar Maksimum

BOD Mg/L 100

COD Mg/L 200

TSS Mg/L 100

Minyak dan lemak Mg/L 15

NH3-N Mg/L 25

pH - 6-9

Volume air limbah maksimum untuk sapi, kerbau, dan kuda : 1,5 m3/ ekor/hari

Volume air limbah maksimum untuk kambing dan domba : 0,15 m3/ekor/hari

Volume air limbah maksimum untuk babi : 0,65m3/ekor/hari

(Sumber riview Salminen and Rintala, 2002.)

Page 8: Limbah Rumah Potong Ayam

Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 Tentang Baku

Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan

Paraturan Menteri Linkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 menjelaskan bahwa

parameter air limbah rumah potong hewan terdiri dari :

1. BOD

BOD (Bological Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut

dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Kadar BOD maksimum yang

diperbolehan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 100mg/L.

2. COD

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk

mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan

organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat

Kalium Bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat

sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks

dan sulit urai, akan teroksidasi. Kadar COD maksimum yang diperbolehkan bagi

kegiatan Rumah Pemotongan Hewan adalah 200mg/L.

3. TSS (Total Suspended Solid)

TSS (Total Suspended Solid) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang

tidak larut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi teridri dari

partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih rendah dari sedimen. Kadar TSS

maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah pemotongan hewan adalah

100mg/L.

4. Minyak dan lemak

Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam kelompok

padatan, yaitu padatan yang mengapung diatas permukaan air.

2.2 Proses Pengolahan Limbah

2.2.1 Pengolahan limbah cair

Proses pengolahan limbah Rumah Potong Ayam (RPA) terdiri atas pengolahan limbah

cair dan pengolahan limbah padat. Pengolahan limbah cair dilakukan melalui beberapa cara,

diantaranya proses perombakan limbah cair hasil pemotongan, penggunaan Granular

Activated Carbon-Sequencing Batch Reactor (GAC-SBR), menggunakan membran

filtrasi dan menggunakan bioreaktor.

Page 9: Limbah Rumah Potong Ayam

Perombakan limbah cair hasil pemotongan, pengolahannya meliputi:

1. Proses Separasi

Proses separasi adalah proses dimana sebelum limbah cair bekas cucian ayam diolah,

limbah cair tersebut dipisahkan terlebih dahulu antara cairan dan padatan seperti bulu-bulu

halus dan lemak. Agar padatan kecil terpisah dari larutan, air bekas cucian diaduk dengan

mesin yang memompa udara, sehingga menghasilkan gelembung-gelembung. Setelah air

diaduk dengan gelembung, maka lemak dan padatan kecil akan naik, dan padatan tersebut

disebut dengan sludge. Kemudian limbah masuk kedalam mesin scrapper, yaitu mesin

pemisah sludge dengan cairan. Setelah sludge terpisah, sludge dan darah ditampung di tanki

penampungan sementara, kemudian sludge dan darah di sedot ke dalam mobil tanki limbah

berijin dan dibuang di IPLT.

2. Sistem Aerasi

Setelah melalui proses separasi, dimana cairan telah dipisahkan dari sludge dan darah,

selanjutnya air masuk kedalam kolam yang dibuat di lahan kosong dekat pabrik, dan telah

dipasang alat pengaduk dan disebut sebagai kolam aerasi. Air yang telah masuk dalam kolam

aerasi diberi bakteri pengurai kemudian diaduk dengan mesin pengaduk selama kurang lebih

lima belas menit, hal tersebut dilakukan agar bakteri tesebar merata ke dalam air. Setelah

proses pengadukan selesai, air di alirkan ke kolam pengendapan, lalu di uji dan di analisa

setiap bulan di laboraturium. Apabila lolos uji, air tersebut dibuang dengan cara dialirkan ke

tanah.

Penggunaan Granular Activated Carbon-Sequencing Batch Reactor (GAC-SBR)

dilakukan dengan menggunakan karbon aktif. Karbon aktif banyak digunakan dalam air, air

limbah, udara dan treatment polusi udara dengan sistem mekanisme adsorpsi fisik. Disamping

murah, produk GAC jauh lebih baik dibanding produk serupa berasal bahan konvensional lain

karena memiliki porositas tinggi, luas permukaan yang lebih besar, dan daya ikat yang tinggi

terhadap logam berbahaya, seperti tembaga (Cu), kadmium (Cd), dan ion Zn. Jika digunakan

untuk mengendapkan polutan/limbah, berupa senyawa kimia yang mengandung unsur logam

seperti tersebut di atas sungguh sangat besar manfaatnya. Tetapi, nilai estetika produk ini akan

menjadi pertimbangan bila digunakan sebagai penyaring air untuk keperluan manusia seperti

lazimnya penggunaan bahan karbon aktif lain seperti batok kelapa (adrizal,2014). Selain itu,

karbon aktif dapat digunakan bersama-sama dengan treatment biologis atau digunakan

meningkatkan efisiensi penghilangan. Karbon aktif dapat digunakan sebagai media untuk

mikroorganisme dalam sistem pertumbuhan terpasang. Seperti yang telah ditliti oleh

(Sirianuntapiboon dan manoonpong, 2001). Kemampuan adsorbsi dari GAC hampir stabil

Page 10: Limbah Rumah Potong Ayam

ketika dioperasikan dalam sistem SBR dalam satu bulan. Kemampuan adsorpsi COD dan

TKN dengan menggunakan GAC adalah sekitar 98.58 % yang nd75.00/o masing-masing dari

GAC yang masih baru. Hasil efisiensi penghilangan COD dari kedua sistem SBR dan GAC-

SBR dibawah berbagai macam kondisi HRT ditunjukkan dalam table berikut :

(dokumentasi oleh Sirianuntapiboon dan manoonpong, 2001)

Dalam penggunaan berbagai metode GAC ini dapat disimpulkan diantaranya Untuk aplikasi,

pada sistem SBR disarankan digunakan untuk treatment senyawa nitrogen tinggi yang

terkandung pada limbah, utamanya untuk limbah air rumah potong .Untuk peningkatan

efisiensi sistem SBR dan kualitas lumpur, digunakan. GAC dapat digunakan untuk

meningkatkan efisiensi dan mengurangi HRT sistem SBR karena kemampuan adsorpsi fisik

dan luas permukaan yang besar bagi mikroorganisme untuk menempel (sistem pertumbuhan

terpasang). Kemudian, sistem GAC-SBR mungkin menjadi sistem pengolahan air limbah

yang paling cocok untuk tretment senyawa nitrogen tinggi dari rumah potong yang

terkandung dalam air limbah (Sirianuntapiboon dan manoonpong, 2001).

Pengolahan limbah cair dari RPA juga dapat dilakukan dengan menggunakan

membran filtrasi. Membran filtrasi dapat memiliki peran penting dalam treatment pengolahan

air limbah pemotongan unggas (PPW) dan berpotensi untuk penggunaan air kembali karena

proses tekanan unik yang menggunakan membran semipermeabel untuk memisahkan dan

konsentrasi koloid dan bahan berat molekul tinggi dalam larutan (Lo et al.,2005).

Kinerja pemisahan dari membrandipengaruhi olehkomposisi kimia, suhu, tekanan,

aliran umpandan interaksiantar komponendalam aliranumpandanpermukaanmembran.

Page 11: Limbah Rumah Potong Ayam

interaksiantar komponendalam aliranumpandanpermukaanmembran. membran yang paling

efektif adalah PVDF 0.30μm ( membran dengan nominal terbesar bukaan gap ) yang

menghasilkan tertinggi penyerapan nilai-nilai fluks sambil menghasilkan COD terendah

kedua dan konsentrasi TS terendah . Ultrafilic membran 0,05um ( membran dengan bukan

nilai ) juga efektif dalam menghasilkan nilai fluks tinggi ( tidak berbeda nyata dari membran

0.30μm PVDF ) saat memproduksi COD terendah dan kedua konsentrasi TS terendah .

Membran 0.10μm Polisulfon adalah yang paling efektif memiliki fluks terendah dan

konsentrasi COD dan TS tertinggi dalam menyerap limbah . Percobaan yang dilakukan oleh

(Afari dan Kiepper, 2011) ini menunjukkan kelangsungan hidup membran filtrasi sebagai

metode pra – traetmen untuk PPW . Semua uji coba berakhir dengan penyerapan fluks dalam

keadaan stabil menunjukkan ketahanan yang baik terhadap pengikatan oleh membran .

Menyerap nilai-nilai fluks lebih dari 32 Gm2h diperoleh sementara mencapai lebih dari 90 %

dan 35% dari COD dan TS.

Page 12: Limbah Rumah Potong Ayam

Pengolahan dengan menggunakan bioreaktor dilakukan mengingat bahwa limbah cair

Rumah pemotongan hewan memiliki konsentrasi lipid yang tinggi yang membuat reaktor

anaerobik biomassa tersuspensi seperti UASB tidak cocok. Hal ini karena akumulasi lipid

hingga membentuk flocs, dengan konsekuensi kehilangan efisiensi. Hal ini menyebabkan

aktivitas metanogen rendah, biomassa mengapung dan tercuci (hilang).

Anaerobik filter memiliki bahan pendukung acak telah berhasil digunakan dalam

treatment air limbah pemotongan unggas memperoleh penurunan kadar COD hingga 80-90%

untuk beban di kisaran 20-25 kg COD / m3/hari dan start up cepat dari dua atau tiga minggu .

Penggunaan reaktor packed bed dalam treament limbah cair pemotongan unggas di skala

laboratorium setelah pretreatment menggunakan aluminium klorida (AlCl3) juga dilaporkan

memiliki hasil yang sukses. Ditemukan bahwa efek penghambatan asam lemak rantai panjang

(LCFA) pada methanognes berkurang oleh pengaruh ion aluminium pada konsentrasi 40ppm.

Pretreatment limbah rumah potong dengan aluminium klorida dilaporkan meningkatkan hasil

metana juga (Shindu dan meera, 2012).

Page 13: Limbah Rumah Potong Ayam

Pada APBR total pengurangan COD dicapai dalam dua langkah:

1) oleh pengendapan keberadaan SS yang terdapat dalam limbah

2) oleh degradasi COD dengan aksi mikroorganisme anaerob

Dalam penelitiannya Sindhu and Meera, 2012 SS dalam sampel influen bervariasi antara 267-

1735 mg / L Efisiensi penghilangan SS di APBR tetap di kisaran 90-98%.

Selain itu untuk dihasilkan pengurangan TDS, fosfat dan amonia nitrogen. Tingkat

penghilangan TDS berada di bawah 20%. penghilangan Fosfat dan nitrogen amonia yang

ditemukan adalah kurang dari 30%. Efisiensi tinggi dalam pengurangan fosfat tidak tercapai

dari pengolahan anaerobik. Penghapusan fosfat membutuhkan zona kontak anaerob diikuti

oleh zona aerobik .

Page 14: Limbah Rumah Potong Ayam

Tingkat reduksi yang rendah untuk nitrogen amonia dalam penelitiannya, (Sindhu and Meera,

2012) menjelaskan hal tersebut juga mungkin karena konversi protein yang ada dalam

influent menjadi amonia nitrogen. Rendahnya tingkat sintesis bakteri dalam proses anaerobik

diterjemahkan menjadi penghilangan keseluruhan nitrogen yang rendah.

Stabilisasi Limbah dalam pengolahan anaerobik secara langsung berkaitan dengan

produksi metana. Hasil metana dari APBR ditemukan untuk rata-rata antara 175-220 mL / g

COD dapat dihilangkan. Tingkat produksi gas lebih rendah dari nilai teoritis 350ml / g COD

dapat dihilangkan pada Suhu dan Tekanan Standar (STP) . Ini mungkin karena efek adanya

amonia nitrogen dalam konsentrasi yang lebih tinggi daripada tingkat penerima manfaat

dalam influen.Reaktor ini hanya bisa menghilangkan <30% dari amonia nitrogen dan fosfat

ada dalam influen. Ini upflow APBR ditemukan mudah dioperasikan dan stabil. Stabilitas

reaktor mudah dicapai setelah operasi intermiten atau istirahat (Shindu dan meera,2012).

Lumpur di dalam reaktor itu dengan cepat mengendap secara alami. Tingkat produksi

lumpur dalam reaktor ditemukan sanga trendah. Kurang dari 2 L lumpur diproduksi selama

seluruh periode penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar materi larut serta yang

mengendap di air limbah itu terdegradasi selama di APBR.

2.2.2 Pengolahan limbah padat

Limbah padatan hasil proses pemotongan unggas ini biasanya berupa ayam mati

danoffal (sisa usus/jeroan), bulu, tulang dan ayam mati. Produk sampingan tersebut bila di

tinjau kembali masih memiliki nilai tambah yang lebih jika mendapati proses pengolahan

yang tepat. Pada umumnya, sebagian jenis dari limbah padatan ini oleh pihak pengelola RPA

hanya sebatas dijual terhadap pihak-pihak tertentu untuk dimanfaatkan kembalitanpa

adanya poses pengolahan menjadi produk lain yang memiliki nilai tambah lebih. Karena

jumlah yang dapat termanfaatkan masih sangat sedikit jumlahnya.

Untuk limbah bulu dapat langsung dijual ke masyarakat yang memanfaatkannya

sebagai bahan untuk kemoceng, dan kerajinan lainnya. Akan tetatpi bulu ayam merupakan

salah satu limbah yang tinggi akan kandungan protein. Tingginya kandungan protein ini

membuat bulu ayam masih dapat dimanfaatkan kembali menjadi sumber protein pakan

ruminansia. Akan tetapi protein pada bulu ayam memiliki tingkat daya cerna yang rendah,

sehingga memerlukan pretreatmen terlebih dahulu untuk meningkatkan daya cerna dari

protein bulu ayam tersebut.

Page 15: Limbah Rumah Potong Ayam

Beberapa metode telah diteliti untuk meningkatkan kecernan bulu ayam agar dapat

digunakan sebagai sumber protein. Protein bulu ayam sebagian besar terdiri atas kertin yang

tergolong dalam protein serat. Pada prinsipnya pemrosesan bulu ayam adalah melemahkan,

atau memutuskan ikatan dalam keratin melalui proses hidrolisis sehingga mudah untuk di

cerna. Diketahui terdapat empat metode pemrosesan bulu ayam, yaitu secara fisik dengan

tekanan dan temperatur tinggi, secara kimiawi dengan penambahan asam, basa atau

karbonasi, dan secara enzimatis serta secara mikrobiologis melalui fermentasi oleh

mikroorganisme (Puastuti, 2007). Keempat metode Proses treatment bulu ayam dapat dilihat

seperti pada gambar dibawah ini.

Sedangkan kotoran ayam, biasanya dimanfaatkan oleh petani sekitar sebagai

campuran pupuk. Untuk pengolahan limbah darah yaitu dilakukan dengan cara dikumpulkan,

tujuannya untuk menurunkan kadar TS ataupun pada parameter yang lainnya.Keefektifan

pengumpulan darah dalam proses pemotongan mempunyai dampak yang besar terhadap

proses PPW karena material organik berat yang dapat meningkatkan kadar BOD dan COD.

Salah satu metode untuk mereduksi atau mengurangi jumlah darah yang masuk dalam PPW

Page 16: Limbah Rumah Potong Ayam

adalah memperpanjang waktu dimana darah mengalir dari karkas selama pemotongan. Dalam

penelitiannya (plumber and kiepper,2011), menghasilkan bahwa peningkatan waktu

pengeluaran darah selama 120 second dari 60 second menghasilkan persen pengurangan dari

COD sebanyak 34 %, TS 33%, TS 34%, TVS 36%, TKN 29%, dan juga mempunyai dampak

ekonomi secara langsung yang diperlihatkan seperti tabel berikut:

Untuk limbah tulang ayam digunakan sebagai bahan tambahan pakan ransum yang

berupa tepung. Tepung limbah RPA mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan

mempunyai kandungan mikroba yang cukup rendah, sehingga sangat potensial untuk

digunakan sebagai bahan baku untuk pakan/konsentrat dalam pemeliharaan ternak. Dalam

penelitiannya, disimpulkan bahwa tepung berdasarkan kepada karakteristik fisiknya, tepung

limbah RPA yang baik dapat diperoleh melalui proses perebusan selama 45 menit dan

dilanjutkan dengan pengeringan di dalam oven dengan suhu 1150C selama 2 jam. Proses

perebusan belum dapat menurunkan secara optimal kandungan lemak yang tinggi di dalam

limbah RPA, mengakibatkan tepung yang dihasilkan tidak dapat disimpan untuk jangka

waktu yang lama (Risris et al.,2011).

Pengolahan limbah padat pada industri RPA juga terjadi secara alami. Karena

limbah padat yang dihasilkan mengandung berbagai macam mikroorganisme. Sehingga

mikroorganisme dilibatkan dalam berbagai langkah dari proses perombakan secara anaerob

dari substrat kompleks seperti limbah padat pemotongan ayam. Limbah padat dari proses

pemotongan ayam mengandung banyak jumlah kandungan protein dan lemak yang beragam.

Page 17: Limbah Rumah Potong Ayam

Kandungan material organik tersebut akan dirombak oleh bakterial fermentatif secara

anaerobik untuk menghasilkan produk, yaitu berupa makanan hewan.

Karena sebagai sumber yang tinggi akan kandungan protein dan vitamin, limbah

pemotongan ayam dapat diawetkan dengan menggunakan asam format dan digunakan sebagai

makanan hewan , seperti pada negara Finlandia yang digunakan bersama makanan regular

hewan, atau untuk produksi makanan hewan peliharaan. Akan tetapi limbah dalam bentuk

bulu biasanya tak dapat dimanfaatkan secara langsung untuk makanan hewan namun

memerlukan pre treatment terlebih dahuu agar dapat dipakai sebagai makanan hewan dan

mempermudah proses degradari secara natural. Akan tetapi pengggunaan limbah pemotongan

ayam sebagai makanan hewan membutuhkan pengawasan ataupun persyaratan yang sangat

ketat karen sifat dari limbah tersebut yan memang sangat tinggi resikonya (Salminen dan

Rintala, 2001).

Untuk pengolahan limbah padat dari RPA yang berupa bangkai ayam dilakukan

dengan incenerasi/pembakaran. Pertama-tama bangkai ayam di letakkan pada tempat

penampungan sementara, kemudian di bakar dengan mesin insenerator. Selama proses

pembakaran, asap yang ada di dalam dibakar dengan api dan gas elpigi yang dialirkan melalui

selang, dengan tujuan agar asap yang keluar bersih. Incenerasi disini berkaitan dengan

penggunaan teknologi pemanasan destruksi, yang merupakan metode paling efektif untuk

menghacurkan potensial agen penginfeksian. Pada proses insinerasi ini menghasilkan udara

kering yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dengan nilai kalori sekitar 13,5 GJ per ton.

Sedangkan untuk material yang memiliki kandungan kelembapan yang tinggi hanya sedikit

atupun tidak memiliki nilai energi. Dalam proses incenerasi ini emisi udara yang dihasilkan

selama proses pembakaran, kondisi proses, dan pembuangan residu padatan ataupun cairan

harus dikontrol secara ketat(Salminen dan Rintala,2001).

Page 18: Limbah Rumah Potong Ayam

Selain itu, dalam reviewnya (Salminen dan Rintala, 2001) juga menjelaskan

pengolahan limbah padat dari industri RPA juga dilakukan dengan cara:

Penguburan dan penimbunan terkontrol

Penimbunan unggas yang mati dikontrol secara ketat untuk menghindari terjadinya

kontaminasi pada air dalam tanah. Penimbunan ini harus dapat mencegah atau mengurangi

sebanyak mungkin hal-hal yang merugikan terhadap lingkungan sekitar, khususnya polusi

pada air di permukaan, air dalam tanah, tanah dan udara.

Komposting

Komposting merupakan salah satu proses perombakan secara aerob. Komposting

sendiri merupakan metode yang umum digunakan dalam treatmen limbah dari pemotongan

unggas, dimana dalam prosesnya meliputi screening, flotasi, pengendapan gemuk/grease,

pupuk, kotoran unggas, dan juga bulu. Komposting mengurangi pathogen dan juga material

yang berasal dari komposting ini dapat dijadikan sebagai pupuk/ penyubur tanah.

Penguraian secara anaerob dan aerob

Penguraian secara anaerob merupakan proses biologi yang mana material organik

didegradasi menjadi metana dibawah kondisi anaeob. Metana dapat digunakan sebagai

sumber energi untuk menggantikan bahan bakar fosil, dengan begitu akan mengurangi emisi

dari karbondioksida. Penguraian secara anaerob juga dapat mengurangi jumlah mikroba

pathogen dan bau, membutuhkan sedikit area untuk treatment ini. Banyak dari nutrient yang

dapat dihasilkan dari proses ini sehingga dapat digunakan sebagai kepentingan agrikultur atau

bahan pakan.

Page 19: Limbah Rumah Potong Ayam

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jenis limbah yang dihasilkan oleh industri Rumah Potong Ayam (RPA) terdiri atas

limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan dari RPA berupa ayam

mati dan offal (sisa usus/jeroan), darah, bulu, jeroan (sisa-sisa usus dan potongan

kloaka), tulang dan ayam mati. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari RPA

berupa daraha yam, proses pencelupan, pencucian ayam dan peralatan produksi.

2. Proses pengolahan limbah cair dari RPA yaitu dilakukan dengan beberapa metode,

diantaranya perombakan limbah cair hasil pemotongan, penggunaan Granular

Activated Carbon-Sequencing Batch Reactor( GAC-SBR), menggunakan membran

filtrasi dan menggunakan bioreaktor. Sedangkan untuk pengolahan limbah padat dari

RPA dilakukan dengan cara dijual terhadap pihak-pihak tertentu untuk dimanfaatkan

kembali, proses perombakan secara anaerob, dan incenerasi/pembakaran.