Limbah Industri Pupuk

34
KATA PENGANTAR Terimakasih kepada tuhan yang maha esa yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa pertolongan tuhan yang maha esa kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini sengaja di buat oleh kami untuk muenambah pengetahuan pembaca mengenai Pengolahan limbah industri pupuk, pemantauan limbah cair industri pupuk, karakteristik limbah industri pupuk, Limbah B3 dan kesehatan, industri dan pencemaran lingkungan, Limbah dan masalahnya dan Prinsip pengolahan limbah industri pupuk lainnya yang akan menambah wawasan pembaca mengenai limbah industri pupuk. Penyusun mengambil isi pokok pembahasan dalam makalah ini dari berbagai sumber. Tetapi yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menambah pengetahuan pembaca mengenai limbah industri pupuk. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas kepada kami karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui mengenai limbah industri pupuk. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya kami mohon kritik dan saranya agar kami bisa memperbaikiya. STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN

description

pengetahuan lingkungan semester V

Transcript of Limbah Industri Pupuk

Page 1: Limbah Industri Pupuk

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada tuhan yang maha esa yang telah membantu kami untuk

menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa pertolongan tuhan

yang maha esa kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini sengaja di buat oleh kami untuk muenambah pengetahuan pembaca

mengenai Pengolahan limbah industri pupuk, pemantauan limbah cair industri pupuk,

karakteristik limbah industri pupuk, Limbah B3 dan kesehatan, industri dan pencemaran

lingkungan, Limbah dan masalahnya dan Prinsip pengolahan limbah industri pupuk lainnya

yang akan menambah wawasan pembaca mengenai limbah industri pupuk. Penyusun

mengambil isi pokok pembahasan dalam makalah ini dari berbagai sumber. Tetapi yang pada

dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menambah pengetahuan pembaca mengenai

limbah industri pupuk.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas

kepada kami karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui mengenai

limbah industri pupuk.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada

pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya kami mohon kritik

dan saranya agar kami bisa memperbaikiya.

Terimakasih, 28 juni 2013

Penyusun

|

Page 2: Limbah Industri Pupuk

DAFTAR ISI

HALAMANKATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2-3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG 4-6

1.2. PERUMUSAN MASALAH 6-7

1.3. TUJUAN 7

1.4. PEMBATASAN MASALAH 7

1.5. METODE PENULISAN 7-8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PROSES KIMIA PEMBUATAN AMMONIA & UREA 9-12

2.2. INDUSTRI & PENCEMARAN LINGKUNGAN 12-15

2.3. KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI PUPUK 15-16

2.4. LIMBAH B3 & KESEHATAN 16-17

2.5. LIMBAH & MASALAHNYA 18-19

2.6. PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI PUPUK 19-20

2.7. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR 20-21

|

Page 3: Limbah Industri Pupuk

2.8. PEMANTAUAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PUPUK 22

2.9. BAKU MUTU AIR LIMBAH 22

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN 24

3.2. SARAN 24

DAFTAR PUSTAKA 25

BAB I

|

Page 4: Limbah Industri Pupuk

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah lingkungan yang kita hadapi pada hakikatnya adalah masalah ekologi manusia.

Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu tidak

atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Akibatnya adalah

terganggunya kesejahteraan manusia. Di kalangan ilmuwan khususnya pakar Biologi

lingkungan telah lama mendapatkan perhatian khusus.

Hal ini tidaklah mengherankan karena ekologi merupakan ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu

cabang biologi yang penting. Dalam permasalahan lingkungan, yang dipersoalkan ialah

perubahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Dengan makin besarnya jumlah

manusia yang disertai dengan kebutuhan yang meningkat per orangnya dan meningkatnya

kemampuan manusia untuk melakukan intervensi terhadap alam, baik alam abiotik maupun

alam biotik, perubahan yang terjadi pada lingkungan makin besar pula. Perubahan yang

makin besar itu misalnya arus energi dan daur materi, telah mengganggu proses alam

sehingga banyak fungsi ekologi alam terganggu pula. Dampak gangguan fungsi ekologi alam

terhadap kesejahteraan manusia makin terasa pula baik secara nyata maupun potensial.

Inilah yang dirisaukan sejak puluhan tahun yang lalu dan masalah tidak tampak berkurang,

melainkan malahan nampak makin bertambah.

KONFERENSI STOCKHOLM

Sejak tahun 1950-an, masalah lingkungan mendapatkan perhatian tidak saja dari para

ilmuwan, melainkan juga masyarakat umum dan politisi. Memicu perhatian itu ialah

terutama terjadinya pencemaran oleh limbah industri dan pertambangan serta pestisida.

Misalnya, di Jepang dalam tahun 1940-an dan 1950-an terjadi pencemaran oleh air raksa

(Hg) dari limbah industri dan oleh cadmium (Cd) dari limbah pertambangan (Zn).

Pencemaran itu telah menyebabkan penyakit keracunan yang berturut-turut disebut

penyakit Minamata (itai-itai). Nama penyakit Minamata diambil dari tempat terjadinya

keracunan tersebut yaitu di teluk Minamata. Secara harfiah penyakit itai-itai berarti aduh-

|

Page 5: Limbah Industri Pupuk

aduh, karena para korban mengaduh kesakitan. Kedua penyakit itu telah merenggut banyak

korban jiwa.

Di Amerika, pada tahun 1962, terbitlah buku yang dikarang oleh Rachel Carson dan

berjudul The Silent Spring dalam buku ini Carson menguraikan tentang adanya penyakit baru

yang mengerikan dan kematian hewan yang disebabkan oleh pencemaran. Musim semi

menjadi sunyi. Laporan tentang pencemaran pun bertambah banyak.

Suara keprihatinan mengenai lingkungan semakin keras. Suara itu mulanya hanya

terdapat di negara maju, karena di negara itulah orang merasa bahwa hidupnya yang aman

dan makmur terancam oleh berbagai masalah lingkungan itu. Akan tetapi mereka tidak

hanya mempermasalahkan lingkungan di negara maju, melainkan juga lingkungan di negara

sedang berkembang.

Di negara sedang berkembang orang semula berpendapat bahwa masalah itu bukan

masalah mereka. Mereka pun menentang gerakan lingkungan yang tumbuh di negara maju,

karena gerakan itu dianggap akan menghambat usaha pembangunan. Namun ternyata di

negara sedang berkembang pun terdapat masalah lingkungan. Misalnya di kota Sao Paulo

Brazil dan banyak di kota Cina pencemaran udara tidak kalah parahnya dibanding negara

maju. Lingkungan perairan pun banyak yang tercemar oleh limbah rumah tangga, misalnya

tinja, sehingga sering terjadi ledakan penyakit muntah berak. Sehingga munculah kesadaran

akan adanya masalah lingkungan makin meluas.

Dengan kesadaran makin meluas itu pada tahun 1972 berkumpulah lebih dari 100

negara anggota PBB di Stockholm untuk membicarakan masalah lingkungan yang dihadapi

dunia. Konferensi itu kini dikenal dengan Konferensi Stockholm. Dengan adanya konferensi

ini lingkungan tidak lagi merupakan masalah satu negara saja, melainkan telah menjadi

masalah internasional. Konferensi itu pun sepakat untuk mengusulkan didirikannya sebuah

badan PBB khusus untuk masalah lingkungan. Badan itu kemudian didirikan dengan nama

United Nations Environmental Programme yang bermarkas besar di Nairobi, Kenya.

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Dengan adanya Konferensi Stockholm masalah lingkungan yang dihadapi dunia tidak

dapat teratasi. Pada satu pihak negara maju masih meneruskan pola hidupnya yang mewah

dan boros serta yang mencemari lingkungan. Jumlah industri, kendaraan bermotor, dan

konsumsi energi terus meningkat sehingga limbah yang dihasilkan makin bertambah banyak.

Usaha untuk mengurangi limbah itu pun tidak banyak dilakukan, termasuk limbah berbahaya

|

Page 6: Limbah Industri Pupuk

dan beracun. Amerika dan Belanda misalnya, dihebohkan dengan adanya limbah beracun

yang mencemari pemukiman.

Pada lain pihak negara sedang berkembang meningkatkan eksploitasi sumber daya

alamnya untuk dapat meningkatkan pembangunannya dan untuk membayar utang luar

negerinya. Karena kemampuan ekonomi dan teknologi serta kesadaran lingkungan yang

masih terbatas, peningkatan pembangunan itu tidak disertai dengan tindakan yang memadai

untuk melindungi lingkungan.

Maka, kerusakan lingkungan sumber daya karena eksploitasi yang berlebihan dan

cara yang sembrono sehingga pencemaran lingkungan pun terjadi di negara sedang

berkembang. Apabila masalah-masalah ini tidak dapat dikendalikan tidak saja akan terjadi

pengurasan sumber daya melainkan berbagai fungsi ekologi lingkungan yang berguna bagi

manusia akan mengalami kerusakan. Dengan kerusakan itu tidak saja tumbuhan dan hewan

akan terancam kepunahan, melainkan manusia pun akan menghadapi bahaya yang serupa

atau paling sedikit akan mengalami banyak kesulitan. Gejala kearah itu sudah mulai terlihat.

Dengan demikian pembangunan yang didambakan akan menaikkan tingkat

kesejahteraan umat manusia justru akan menurunkannya, karena lingkungan tidak lagi

mampu mendukung kehidupan yang sehat. Seharusnya pembangunan itu tidak bersifat

serakah untuk kepentingan diri sendiri melainkan memperhatikan juga kepentingan anak

cucu dengan berusaha meninggalkan sumber daya yang cukup dan lingkungan yang sehat

yang dapat mendukung kehidupan mereka dengan sejahtera.

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mempunyai landasan hukum yang kuat

melalui UU no 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang harus diketahui pada makalah pengolahan limbah industri

pupuk yaitu sebagai berikut:

1. Proses kimia

2. Karakteristik limbah

3. Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk

4. Limbah B3 dan kesehatan

|

Page 7: Limbah Industri Pupuk

5. Industri dan pencemaran lingkungan

6. Limbah dan masalahnya

7. Pengolahan limbah cair

8. Pemantauan limbah cair industri pupuk.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah pengolahan limbah industri pupuk ini adalah

sebagai berikut :

a) Mengetahui proses limbah industri pupuk

b) Mengetahui prinsip pengolahan limbah industri pupuk

c) Mengetahui karakteristik limbah industri pupuk

1.4. Pembatasan masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka dalam pembahasan ini kami merasa perlu melakukan pembatasan masalah pada beberapa hal sebagai berikut :

a) Pengenalan pengolahan limbah pupuk

b) Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk

c) Analisa pemantauan limbah

1.5 Metode penulisan

Kami akan menyajikan penulisan laporan tugas mata kuliah pengetahuan lingkungan

dalam tiga bab yang diuraikan secara singkat dan sistematis. Setiap bab akan saling bekaitan

dimana bab yang berada pada bagian sebelumnya merupakan pedoman untuk bab-bab

selanjutnya. Masing-masing bab sebagai pokok bahasan terbagi menjadi beberapa sub

pokok pembahasan yang secara garis besar terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,

pembatasan masalah, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

|

Page 8: Limbah Industri Pupuk

Pada bab ini dibahas mengenai gambaran pengolahan limbah industri pupuk, karakteristik

limbah industri pupuk.

BAB III : PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran.

Metode penulisan pada makalah ini berhubungan dengan pokok pembahasan pengolahan

limbah industri pupuk. Sumber data yang di bahas dalam makalah ini di ambil dari internet.

BAB II |

Page 9: Limbah Industri Pupuk

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Kimia Pembuatan Ammonia dan Urea

Pupuk Urea yang dikenal dengan nama rumus kimianya NH2CONH2 pertama kali dibuat

secara sintetis oleh Frederich Wohler tahun 1928 dengan mereaksikan garam cyanat dengan

ammonium hydroxide.

Pupuk urea yang dibuat PT Pupuk Kujang merupakan reaksi antara karbon dioksida

(CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas bumi, air dan udara.

Ketiga bahan baku tersebut meruapakan kekayaan alam yang terdapat di Jawa Barat.

Pada proses pembuatan ammonia dengan tekanan rendah dalam reaktor (±150

atmosfir) yaitu dengan reaksi reforming merubah CO menjadi CO2, penyerapan CO2 dan

metanasi. Reaksi reforming ini dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :

Tingkat Pertama :

Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui pipa-pipa vertikal dalam dapur

reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Cn H2n + nH2O NCO + (2n+1)H2 - panas  

CH4 + H2O CO + 3H2 - panas  

Tingkat Kedua :

Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di dalam

reformer kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi reforming dan untuk

memperoleh campuran gas yang mengandung nitrogen (N)

2 CH4 + 3 O2 ---> 12 N2          

2 CO + 4 H2O ---> 12 N2          

lalu campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam converter CO

untuk mengubah CO menjadi CO2

CO + H2O ---> CO2 + H2      

CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2 CO3

K2 CO3 + CO2 + H2O --->   KHCO3      

larutan KHCO3 dipanaskan guna mendapatkan CO2 sebagai bahan baku pembuatan

urea.

|

Page 10: Limbah Industri Pupuk

Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam campuran gas harus dihilangkan

yaitu dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4 kembali

CO + 3H2 CH4 + H2O      

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O      

Lalu kita mensitesa nitrogen dengan hidrogen dalam suatu campuran ganda pada

tekanan 150 atmosfer dan kemudian dialirkan ke dalam ammonia converter.

N2 + 3H2 ---> 2NH3          

Setelah didapatkan CO2 (gas) dan NH3 (cair), kedua senyawa ini direaksikan dalam

reaktor urea dengan tekanan 200 - 250 atmosfer.

2NH3 + CO2 NH2COONH4 +Q      

ammonia karbon dioksida   ammonium karbamat         

NH2COONH4     NH2 CONH2 +H2O- Q  

Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu ± 25 menit. Proses selanjutnya

adalah memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil reaksi (urea, biuret,

ammonium karbamat, air dan ammonia kelebihan) dengan penurunan tekanan, dan

temperatur 120-165 derajat Celsius, sehingga ammonium karbamat akan terurai menjadi

NH3 dan CO2, dan kita akan mendapatkan urea berkonsentrasi 70-75%.

Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka dilakukan pemekatan

dengan cara:

Penguapan larutan urea di bawah vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1 atmosfir

mutlak), sehingga larutan menjadi jenuh dan mengkristal.

Memisahkan kristal dari cairan induknya dengan centrifuge.

Penyaringan kristal dengan udara panas.

Untuk mendapatkan urea dalam bentuk butiran kecil, keras, padat maka kristal urea

dipanaskan kembali sampai meleleh dan urea cair lalu disemprotkan melalui nozzle-nozzle

kecil dari bagian atas menara pembutir (prilling tower).

Sementara tetesan urea yang jatuh melalui nozzle tersebut, dihembuskan udara dingin

ke atas sehingga tetesan urea akan membeku dan menjadi butir urea yang keras dan padat.

Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang

disuplai dari Pabrik Ammonia.

Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu :

1. Synthesa Unit

2. Purification Unit

|

Page 11: Limbah Industri Pupuk

3. Cristaliser Unit

4. Prilling Unit

5. Recovery Unit

6. Process Condensate Treatment Unit

1. Synthesa Unit

Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa Urea dengan

mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor dan ke dalam reaktor ini

dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery. Tekanan

operasi di Sintesa adalah 175 Kg/cm2g. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi

untuk dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan ammonianya setelah dilakukan

stripping oleh CO2.

2. Purification Unit

Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit Sintesa

diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua langkah

penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2g dan 22,2 kg/cm2g. Hasil peruraian berupa

gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian Recovery, sedangkan larutan ureanya dikirim ke

bagian Cristaliser.

3. Cristaliser Unit

Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vakum. Kemudian kristal

ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air diambil

dari panas sensibel larutan urea, maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil

dari sirkulasi Urea Slurry ke HP Absorber dari Recovery.

4. Prilling Unit

Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat dengan udara

panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prilling Tower untuk dilelehkan dan

didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari distributor dijatuhkan ke bawah

|

Page 12: Limbah Industri Pupuk

sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill).

Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt conveyor.

5. Recovery Unit

Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil kembali dengan 2

langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagian absorbent kemudian di

recycle kembali ke bagian sintesa.

6. Process Condensate Treatment Unit

Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan dan

dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah

dan dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas NH3 - nya dikirim kembali ke

bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas.

2.2. Industri Dan Pencemaran Lingkungan

Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan

kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup

dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu

lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.

Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya,

secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar

dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi

komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar

dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil

resiko kerusakan lingkungan.

Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap

"survival". Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal peradaban hingga kini, tetapi

peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan,

teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap

mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan

dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan

yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama

berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.

|

Page 13: Limbah Industri Pupuk

1. Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan

Joseph Schumpeter (dalam Marchinelli dan Smelser,1990 :14-20) mengisyaratkan

tentang pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara. Dalam hal

ini, pesatnya hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan

ekonomi suatu bangsa.

Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya

dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa

manusia "survival" yaitu oleh karena teknologi.

Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api,

industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia.. Teknologi juga mampu menghasilkan

sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam

kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek "rumah kaca".

Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam "revolusi hijau" mampu

meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang

bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga

menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan

akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat

daya tahan hama tananam misalnya wereng dan kutu loncat.

Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu

menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari

es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti

nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses

tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang

digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozone di stratosfer.

Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk

memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara

dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan

tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang

langka.

Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh

teknologi dan sektor industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber

daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang

|

Page 14: Limbah Industri Pupuk

berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, Bandung Lhokseumawe, Medan, dan

sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu

udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut

tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Amsyari (1996:104), mencatat kerusakan

lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota di Indonesia, yaitu:

Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.

Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti

merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam

kandungan air permukaan dan biota airnya.

Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di

musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang

berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.

Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan

temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat

celcius.

Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan

debu.

Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti

minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.

Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang

disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur,

dan lahan pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran.

2. Klasifikasi Pencemaran Lingkungan

Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU

No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau

komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai

peruntukannya.

Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu :

sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah

|

Page 15: Limbah Industri Pupuk

berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi

lingkungan dalam menunjang kehidupan.

Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola

pengelompokannya.

Berkaitan dengan itu, Amsyari (1996: 102), mengelompokkan pencemaran alas dasar:

a) bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik,

dan budaya;

b) pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran

udara, air, tanah, makanan, dan sosial; c) pengelompokan menurut sifat sumber

menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.

Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada

esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan

masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.

2.3. Karakteristik limbah industri pupuk

Jenis limbah yang dihasilkan oleh industri pupuk adalah limbah cair, gas dan padat.

1. Limbah Cair

Limbah cair mengandung ammonia dan urea berasal dari pabrik ammonia dan

pabrik urea

Limbah cair mengandung minyak berasal dari kompressor dan pompa

Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi

Limbah cair mengandung lumpur berasal dari pengolahan air

Limbah sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

2. Limbah Gas dan Kebisingan

Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer dari

pabrik utilitas dan pabrik ammonia. Diatasi dengan pengoperasian boiler sesuai

SOP dan pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih

Emisi gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir. Diatasi

dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber dan penggantian

filter secara kontinyu

|

Page 16: Limbah Industri Pupuk

Limbah gas buang ( purge gas ) yang berasal dari daur sintesa pabrik ammonia

diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk memisahkan NH3 dan

H2

Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik ammonia dan pabrik

urea diatasi dengan keharusan setiap pekerja memakai alat penyumbat telinga

3. Limbah Padat

Limbah katalis bekas berasal dari pabrik ammonia yang mengandung oksida -oksida

dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan sementara ditempat yang

aman kemudian dijual kembali

Limbah debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan pemasangan

peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea dust dan waste

dilarutkan kembali kemudian di – recycle.

2.4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Kesehatan

Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 1 butir

1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.

Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :

Faktor Lingkungan

Faktor Perilaku

Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor Bawaan (Keturunan)

Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar

pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.

Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan seimbang,

maka keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab sehingga

keseimbangan ini terganggu atau mungkin tidak dapat tercapai, maka dapat menimbulkan

dampak yang merugikan bagi kesehatan.

Keseimbangan tersebut sangat kompleks. Dari lingkungan alaminya manusia mengambil

makanan dan sumber daya lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan materinya, ke

|

Page 17: Limbah Industri Pupuk

lingkungan alami pula manusia membuang berbagai bahan buangan baik dari badannya

maupun dari proses produksinya.

Proses pengambilan maupun pembuangan ini bila tidak terkendali, menimbulkan

dampak terhadap lingkungan yang dapat merugikan bagi kehidupan manusia itu sendiri,

antara lain gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan, gangguan ekonomi dan sosial.

Dalam hal tersebut diatas yang perlu kita cermati adalah bahwa alam mempunyai daya

dukung dan daya tampung yang terbatas. Bila pengelolaannya tidak seimbang maka

kelestarian lingkungan juga akan terganggu.

Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi lingkungan dengan

timbulnya “man made breeding places” bagi kuman dan vektor penyakit maupun sumber

pencemar yang dapat memajani manusia.

Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambahnya jumlah

penduduk dengan mobilitas yang cepat, sangat berpengaruh terhadap kebutuhan manusia

yang tidak hanya kebutuhan dasar saja. Dari kebutuhan dasar yang berupa makanan dan

sandang sampai pada kebutuhan materi sebagai hasil proses industri, memunculkan

kecenderungan semakin meningkatnya tempat / kegiatan yang juga menghasilkan limbah

berupa bahan berbahaya dan beracun bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup

lainnya.

Kondisi tersebut, bila tidak terkendali akan menimbulkan masalah kesehatan yang

semakin berat dan luas dengan semakin tingginya angka kesakitan, baik karena penyakit

infeksi maupun non infeksi sebagai akibat dari pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan

yang tidak diinginkan.

Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi transisi epidemiologik, yaitu bergesernya pola

penyakit yang sebelumnya didominasi oleh penyakit infeksi, pada saat ini penyakit non

infeksi antara lain hipertensi, jantung, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, kanker, lebih

menonjol dibanding tahun-tahun sebelumnya.

2.5. Limbah dan Masalahnya

|

Page 18: Limbah Industri Pupuk

Karena limbah dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya merata dan

menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu tempat ke tempat

lainnya. Limbah cair atau padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh

ke hilir, melampaui batas-batas wilayah akhirnya bermuara di laut atau danau, seolah-olah

laut atau danau menjadi tong sampah.

Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri, pertanian,

pertambangan dan rekreasi.

Limbah pemukiman selain berupa limbah padat yaitu sampah rumah tangga, juga

berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Air yang

tercemar akan menjadi sumber penyakit menular.

Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau

dengan sifat limbah B3.

Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga

menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair,

yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan

dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air

tanah.

Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa

SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx di udara dapat

menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak

bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari

industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung berbagai macam

unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya

bagi kesehatan manusia.

Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Walau pestisida

digunakan untuk membunuh hama, ternyata karena pemakaiannya yang tidak sesuai dengan

peraturan keselamatan kerja, pestisida menjadi biosida–pembunuh kehidupan. Pestisida

yang berlebihan pemakaiannya, akhirnya mengkontaminasi sayuran dan buah-buahan yang

dapat menyebabkan keracunan konsumennya.

Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai di perairan dapat merangsang

pertumbuhan gulma penyebab timbulnya eutrofikasi. Pemakaian herbisida untuk mengatasi

eutrofikasi menjadi penyebab terkontaminasinya ikan, udang dan biota air lainnya.

|

Page 19: Limbah Industri Pupuk

Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan

yang diinginkan. Misalnya proses di pertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau

mercury akan menghasilkan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan

merupakan bahan teratogenik.

Kegiatan sektor pariwisata menimbulkan limbah melalui sarana transportasi, dengan

limbah gas buang di udara, tumpahan minyak dan oli di laut sebagai limbah perahu atau

kapal motor di kawasan wisata bahari.

2.6. Prinsip pengelolaan lingkungan industri pupuk

1. Prinsip Pengelolaan Lingkungan

Pengendalian dan penanggulangan Pencemaran

Monitoring limbah dan kondisi lingkungan

Pemeliharaan kondisi lingkungan

2. Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Limbah

a) Pencegahan terjadinya insiden pencemaran

House Keeping, untuk mencegah terjadinya kebocoran, ceceran atau tetesan

bahan pencemar

Mengendalikan kondisi operasi pabrik sesuai SOP

Operasi penanggulangan keadaan darurat

Melakukan minimisasi limbah dengan cara daur ulang ( recycling ), penggunaan

kembali ( reuse )

b) Memasang dan mengoperasikan alat pengolah limbah

c) Pemantauan kualitas air limbah dan air sungai

3. Manajemen Pengolahan Limbah

a) Organisasi Pengelola Lingkungan

Manajemen Pengolahan Limbah ditangani secara struktural dan fungsional yang

mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab :

Struktural : berdasarkan struktural organisasi Perusahaan uang ada

Divisi Produksi : pengoperasian unit pengolahan limbah sesuai SOP

Divisi Pemeliharaan : pemeliharaan unit pengolahan limbah agar dapat

beroperasi kontinyu

|

Page 20: Limbah Industri Pupuk

Biro Pengawasan Proses : evaluasi unjuk kerja unit-unit pengolahan limbah, serta

analisa kualitas limbah

Biro Keselamatan dan Lingkungan Hidup/Bagian Ekologi : pemantauan

lingkungan dari aspek fisika-kimia-biologi dan aspek sosial-ekonomi-budaya

Bagian Pertamanan dan Kebersihan Lingkungan : menjaga kebersihan dan

penghijauan lingkungan

Fungsional : Berdasarkan fungsi-fungsi yang terbagi dalam 3 bidang pada struktur

organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dengan rincian

tugas sebagai berikut :

Bidang Lingkungan Hidup : Menangani kasus pencemaran lingkungan

Bidang Hyperkes : pemantauan kondisi lingkungan kesehatan kerja karyawan

yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik

Bidang Keselamatan Kerja : Pemeriksaaan kebocoran gas-gas mudah terbakar,

beracun dan mudah meledak di area pabrik

2.7. Pengolahan limbah cair

Agar tidak mencemari lingkungan maka seluruh limbah cair diolah terlebih dahulu

dengan proses fisika, kimia, biologi atau gabungan ketiga proses tersebut, sebelum dibuang

ke lingkungan ( sungai ). Unit pengolahan tersebut antara lain :

1. Kolam Pengendap Lumpur

Terdiri dari dua kolam yang beroperasi paralel, yang mempunyai tujuan utama untuk

memisahkan bahan - bahan padat yang terkandung dalam air limbah yang berasal dari :

backwash sand filter, blowdown clarifier dan blodown boiler. Kapasitas dari dua kolam ini

sekitar 9 juta gallon dan cukup mampu untuk menampung lumpur dalam selang waktu 6

tahun. Overflow dari kolam ini akan mengalir ke Kolam Equalisasi / stabilisasi.

2. Kolam Netralisasi

Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang bersifat asam atau basa, yang

berasal dari : regenerasi unit penukar ion di unit demineralisasi. Untuk mencapai pH netral

|

Page 21: Limbah Industri Pupuk

( = 7,0 ) kolam ini dilengkapi dengan mixer dan perlengkapan untuk menambahkan asam

sulfat atau kaustik seperti yang diinginkan. Kapasitas kolam adalah 100.000 galon, cukup

untuk waktu ritensi 3 – 4 jam. Keluaran dari kolam ini dialirkan ke kolam

equalisasi/stabilisasi.

3. Unit Sanitasi

Unit ini dirancang untuk memproses air limbah sanitasi dengan sistem lumpur aktif,

dilanjutkan dengan aerasi udara dan klorinasi. Unit ini mempunyai kapasitas retensi desain

sekitar 50.000 galon. Keluaran kolam ini dialirkan ke kolam stabilisasi.

4. Unit Pemisah Air Berminyak

Unit ini dirancang untuk mengolah buangan minyak atau oli dari kompresor pabrik

ammonia, dan buangan oli dari utilitas dan urea dengan metode perbedaan berat jenis. Unit

ini mempunyai desain kapasitas pemrosesan 300 gpm, daya tampung cairan 3.600 gallon,

konsentrasi minyak keluaran 1,5 mg/l

5. Unit Pemisah Ammonia

Unit ini dirancang untuk memisahkan ammonia yang terkandung dalam air buangan

dengan metoda Steam Stripping. Metoda pemisahan yang dipakai adalah proses pelepasan

ammonia dengan steam. Jika ammonia dalam air buangan dikontakkan dengan aliran steam

berlawanan arah dalam suatu menara maka ammonia akan dibebaskan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi proses pelepasan ammonia adalah : jenis

unit stripping, pH, suhu laju pembebanan dan pengendapan kerak.

6. Kolam Ekualisasi / Stabilisasi

Kolam ini berfungsi untuk menstabilkan air limbah agar kualitasnya sama (equal) dengan

kualitas air sekitarnya.

2.8. Pemantauan limbah cair industri pupuk

Program pemantauan lingkungan untuk menjaga kualitas air limbah dan badan air

penerima (sungai) dilakukan secara kontinyu oleh bagian ekologi yang dianalisasi oleh

|

Page 22: Limbah Industri Pupuk

laboratorium intern, dan laboratorium intansi pemerintah yang terkait dengan pemantauan

lingkungan.

2.9. Baku mutu air limbah

Baku Mutu Air Limbah industri pupuk berpedoman kepada peraturan - peraturan yang

ada baik ditingkat pusat maupun daerah. Baku Mutu Air limbah industri pupuk mengacu

kepada Surat Keputusan Gubernur nomor 6 tahun 1999 dan Surat Keputusan Kementerian

Lingkungan Hidup nomor 122 tahun 2004 yang merupakan perubahan dari Surat Keputusan

KLH nomor 51 tahun 1995.

BAB IIIPENUTUP

|

Page 23: Limbah Industri Pupuk

3.1. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian diatas, sebagai berikut :

1. Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan

tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi

lingkungan hidup manusia.

2. Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup,

sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan

dan ketentraman hidup manusia.

3. Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya

lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan

tindakan dan perilaku manusia untuk lebih mementingkan lingkungan hidup.

4. Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup

merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat

dirinya sebagai warga dunia.

3.1. Saran

Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana

wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri

dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan

pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan

pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan

pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak

meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu

dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri

yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau

teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.

Saran yang dapat disampaikan untuk semua pihak agar proses industrialisasi tidak lantas

menjadi penyebab kerusakan lingkungan adalah :

Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan oleh

dunia industri tidak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan ekonomi semata, harus pula

|

Page 24: Limbah Industri Pupuk

diiringi dengan kemauan untuk menyisihkan biaya bagi penelitian dan pemeliharaan

lingkungan hidup.

Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah buangan industri

agar lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup.

Upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan adalah upaya promotif,

preventif, pengobatan dan pemulihan; dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan

preventif. Filosofi kesehatan yang menyatakan bahwa mencegah lebih mudah dan murah

dari pengobatan, sebaiknya dapat menjadi rujukan.

Limbah B3 sebelum dibuang ke media lingkungan seharusnya diolah / ditreatment lebih

dulu.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan dengan masalah

lingkungan hidup, antara lain yang mengatur bahwa limbah yang dihasilkan oleh suatu

kegiatan (misal : industri) yang dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai

dengan baku mutu lingkungan baik itu baku mutu untuk udara maupun baku mutu untuk air.

Maksud dan tujuan peraturan tersebut adalah sebagai upaya pencegahan agar daya

dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia dapat

dipertahankan. Biaya yang dikeluarkan dari pada untuk pengobatan atau pemulihan

kesehatan lebih baik untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan agar manusia

dapat tetap produktif dan dapat menikmati hidupnya.

Daftar pustaka http://koransurya.blogspot.com/2011/11/dampak-limbah-industri-pada-lingkungan.html

Slamet Ryadi. Kesehatan Lingkungan. Karya Anda. Surabaya, 1984.

|