life cycle and gerontology

22
Pemicu Seorang laki laki umur 65 tahun dibawa anaknya ke klinik swasta dengan keluhan tidak bisa tidur yang sudah berlangsung selama 2 minggu.keluhan lain penderita bicara sangat banyak dan lancar dan selalu menganggap dirinya hebat, aktivitas meningkat semua mau dikerjakan, kalau dilarang penderita marah dan sampai mau memukul orang. Dari hasil pemeriksaan didapati: pemeriksaan fisik tak, afek euforia, kontak sangat lancar, pembicaraan cepat, waham dan halusinasi belum dijumpai. Klarifikasi istilah 1. Euforia : Gembira yang berlebihan 2. Waham : Keyakinan yang salah yang tidak dapat dibenarkan 3. Halusinasi : Persepsi yang kuat terhadap sesuatu yang tidak ada 4. Afek : Suasana perasaan Defenisi masalah 1. Tidak bisa tidur 2 minggu 2. Banyak bicara dan sok hebat 3. Aktivitas meningkat, semua ingin dikerjakan 4. Terdapat afek euforia 5. Bicara cepat 6. Usia 65 tahun 7. Waham dan halusinasi tidak ada

description

definisi etiologi klasifikasi penatalaksanaan

Transcript of life cycle and gerontology

Page 1: life cycle and gerontology

Pemicu

Seorang laki laki umur 65 tahun dibawa anaknya ke klinik swasta dengan keluhan tidak bisa

tidur yang sudah berlangsung selama 2 minggu.keluhan lain penderita bicara sangat banyak

dan lancar dan selalu menganggap dirinya hebat, aktivitas meningkat semua mau dikerjakan,

kalau dilarang penderita marah dan sampai mau memukul orang. Dari hasil pemeriksaan

didapati: pemeriksaan fisik tak, afek euforia, kontak sangat lancar, pembicaraan cepat,

waham dan halusinasi belum dijumpai.

Klarifikasi istilah

1. Euforia : Gembira yang berlebihan

2. Waham : Keyakinan yang salah yang tidak dapat dibenarkan

3. Halusinasi : Persepsi yang kuat terhadap sesuatu yang tidak ada

4. Afek : Suasana perasaan

Defenisi masalah

1. Tidak bisa tidur 2 minggu

2. Banyak bicara dan sok hebat

3. Aktivitas meningkat, semua ingin dikerjakan

4. Terdapat afek euforia

5. Bicara cepat

6. Usia 65 tahun

7. Waham dan halusinasi tidak ada

8. Pasien mengalami depresi 6 bulan lalu

Analisa masalah

1. Aktivitas meningkat mengakibatkan tidak bisa tidur

2. Terjadi peningkatan suasana perasaan

Page 2: life cycle and gerontology

3. Perangsangan pada BMS oleh dopamin mengakibatkan peningkatan suasana perasaan

4. Pada lansia telah terjadi degenerasi sel sel saraf

Gali konsep

Usia dan riwayat penyakit terdahulu

Peningkatan Dopamin

BMS terganggu

Peningkatan semangat

Euforia Banyak bicara Aktivitas meningkat Tidak bisa tidur

Page 3: life cycle and gerontology

Learning objective

1. Defenisi gangguan bipolar

2. Klasifikasi gangguan bipolar

Klasifikasi Berdasarkan DSM-IV-TR

klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

a. Gangguan bipolar I.

Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor.

b. Gangguan bipolar II

Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode hipomanik;

c. Gangguan siklotimik

Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor;

d. Gangguan bipolar yang tidak terinci

Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi kriteria di atas.

3. Epidemiologi

Insiden dan Prevalensi

Gangguan depresif berat adalah gangguan yang lazim ditemukan dengan prevalensi seumur

hidup sekitar 15% , pada perempuan mungkin 25 %.insiden gangguan depresif berat 10%

pada pasien yang berobat difasilitas kesehatan primer dan 15% di tempat rawat

inap.Gangguan Bipolar I lebih jarang daripada gangguan depresif berat,dengan prevalensi

seumur hidup sekitar 1%, serupa dengan gambaran skizofrenia.

Seks

Dari suatu observasi yang hampir universal,tanpa melihat negara atau kebudayaan,prevalensi

gangguan depresif berat dua kali lebih besar pada perempuan daripada laki-laki.Alasan

perbedaan ini yang telah dihipotesiskan antara lain karena perbedaan hormonal,pengaruh

Page 4: life cycle and gerontology

kelahiran anak,stressor psikososial yang berbeda antara laki-laki dan perempuan,serta model

perilaku ketergantungan yang dipelajari.berlawanan dengan gangguan depresif

berat,gangguan bipolar I memiliki prevalensi yang seimbang antara laki-laki dan

perempuan.Episode manik lebih sering terjadi pada laki-laki dan episode depresif lebih sering

terjadi pada perempuan.

Usia

Awitan gangguan bipolar I lebih dini daripada gangguan depresi berat.awitan usia gangguan

bipolar I berkisar dari masa kanak-kanak(5 atau 6 tahun) sampai 50 tahun atau bahkan lebih

tua pada kasus jarang ditemui,dengan usia rata-rata yang paling sering adalah pada usia 30

tahun.sedangkan usia rata-rata awitan gangguan depresi berat sekitar 40 tahun,50% pasien

memiliki awitan antara 20 dan 50 tahun,hal ini juga dapat dipengaruhi dengan penggunaan

alkohol dan penyalahgunaan obat di mulai pada usia 20 tahun(mayor).gangguan depresi berat

dapat juga dimulai pada masa kanak-kanak atau pada usia tua.

Status Pernikahan

Gangguan depresif berat paling sering terjadi pada orang tanpa hubungan antarpersonal yang

dekat atau pada orang yang mengalami perceraian atau perpisahan.Gangguan Bipolar I lebih

lazim terjadi pada orang lajang dan orang yang bercerai daripada yang menikah,tetapi

perbedaan ini dapat mencerminkan awitan dini serta karakteristik akibat perpecahan

perkawinan pada gangguan ini.

Faktor Sosioekonomi dan Kebudayaan

Tidak ada hubungan yang ditemukan antara kasus sosioekonomi dan gangguan depresif

berat.Insiden yang lebih besar rata-rata pada gangguan Bipolar I ditemukan pada kelompok

sosioekonomi yang lebih tinggi,tetapi hal ini dapat disebabkan praktik diagnosis yang biasa

karena gangguan Bipolar didiagnosis berlebihan.Depresi lebih lazim ditemukan pada daerah

pedesaan daripada perkotaan.Gangguan Bipolar I lebih lazim ditemukan pada orang yang

pendidikan nya rendah dibandingkan orang yang berpendidikan.

Sumber : Kaplan,Harold I,dkk.2010.Kaplan dan Sadock Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri

Klinis edisi ketujuh jilid 1,Tanggerang ; Binarupa Aksara Publisher..

4. Etiologi

Page 5: life cycle and gerontology

Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial. Secara

biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan otak seperti

gangguan ,neurotransmitter otak (dopamine, serotonin, dan noradrenalin), gangguan struktur,

fungsi, neurokimia, dan neuroendokrin. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa

kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan

banyak lagi faktor lainya.

Didapatkan fakta bahwa ganguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode

manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasarkan

etiologi biologik. Jika seorang orangtua mengidap gangguan bipolar, maka 27% anaknya

memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan

bipolar maka 75% anaknya memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan

pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa

sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar

monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah yakni 10-20%. Beberapa studi

berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22,

namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar

terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer,

18q22, 18q22-q23, dan 21q22.

Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat

perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui

pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET),

didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal

subgenual, volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala

dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan

afek).

Penelitian lain juga menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak

penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang

membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila

jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak

berjalan lancar (Yayan A.2009.Gangguan afektif bipolar.Fk Unri)

Page 6: life cycle and gerontology

5. Patofisiologi

6. Gambaran klinis

7. Diagnosa

Pembagian menurut PPDGJ III:

Gangguan Afek bipolar

A. Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode)dimana

afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentuterdiri dari

peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (maniaatau hipomania), dan

pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas

(depresi). Yang khas adalah bahwa biasanyaada penyembuhan sempurna antar episode. Episode

manik biasanya mulai dengantiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,

episode depresicenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun

jarangmelebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode ituseringkali terjadi

setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mentallainnya (adanya stress tidak

esensial untuk penegakan diagnosis). 

B. Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: Gangguan bipolar,

episode manic tunggal.

 

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik 

a.Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania; dan 

b.Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik ,depresif, atau

campuran) di masa lampau.

 

Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik 

a.Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

b.Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,depresif, atau

campuran) di masa lampau.

 

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik 

a.Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik

b.Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,depresif atau

campuran) di masa lampau.

Page 7: life cycle and gerontology

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang

a.Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan atau pun sedang

b.Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, ataucampuran di masa

lampau.

Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik 

a.Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berattanpa gejala psikotik

b.Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, ataucampuran di masa

lampau.

 

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan GejalaPsikotik 

a.Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif beratdengan gejala psikotik

b.Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, ataucampuran dimasa

lampau.

 

Gangguan Afektif Bipolar Campuran

a.Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dandepresif yang tercampur

atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomaniadan depresif yang sama-sama mencolok

selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-

kurangnya 2 minggu)

b.Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, ataucampuran di masa

lampau.

 

Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulanterakhir ini, tetapi

pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,

manik, depresif atau campuran).

Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

Gangguan Afektif Bipolar YTT.

(Diagnosis gangguan jiwa PPDGJ III)

Page 8: life cycle and gerontology

Pemeriksaan penunjang

1. Darah lengkap

Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia

sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat

mensupresisumsum tulang, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan sel darah merah dan sel darah putih

untuk mengecek supresi sumsum tulang. Lithium dapat menyebabkan peningkatansel darah

putih yang reversibel.

2. Elektrolit

Konsentrasi elektrolit serum diukur untuk membantu masalah diagnostic,

terutamadengan natrium, yang berkaitan dengan depresi. Hiponatremi dapat

bermanifestasisebagai depresi.. Penatalaksanaan dengan lithium dapat berakibat pada masalah ginjal

dangangguan elektrolit. Kadar natrium rendah dapat berakibat pada peningkatan

kadar lithium dan toxisitas lithium. Oleh karena itu, skrining kandidat untuk terapi

litiummaupun yang sedang dalam terapi lithium, mengecek elektrolit merupakan indikasi.

3. Kalsium

Kalsium serum untuk mendiagnosis hiperkalsemi dan hipokalsemi yang berkaitan

dengan perubahan status mental (e.g hiperparatiroid). Hiperparatiroid, yang dibuktikan

dengan peningkatan kalsium darah, mencetuskan depresi. Beberapa antidepresan,

sepertinortriptyline, mempengaruhi jantung, oleh karena itu, mengecek kadar kalsium

sangat penting.

4. Protein

Kadar protein yang rendah ditemukan pada pasien depresi sebagai hasil dari tidak makan..Kadar

protein rendah, menyebabkan meningkatkan bioavailabilitas beberapa medikasi,karena obat-obat ini

hanya memiliki sedikit protein untuk diikat. 

5. Hormone tiroid

Tes tiroid dilakukan untuk menentukan hipertiroid (mania) dan hipotiroid

(depresi).Pengobatan dengan lithium dapat menyebabkan hipotiroid, yang berkontribusi

pada perubahan mood secara cepat. 

6. Kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN)

Gagal ginjal dapat timbul sebagai depresi. Pengobatan dengan lithium

dapatmempengaruhi klirens ginjal, dan serum kreatinin dan BUN dapat meningkat.

7. Skrining zat dan alkohol

Penyalahgunaan alkohol dan berbagai macam obat dapat memperlihatkan sebagai maniaatau

Page 9: life cycle and gerontology

depresi. Contohnya, penyalahgunaan amfetamin dan kokain dapat timbul sebagaimania, dan

penyalahgunaan barbiturate dapat timbul sebagai depresi.

8. EKG

Banyak antidepresan, terutama trisiklik dan beberapa antipsikotik, dapat berefek

pada jantung dan membuat masalah konduksi. Lithium juga dapat berakibat pada

perubahanreversibel flattening atau inversi pada T wave pada EKG.

9. EEG

Alasan untuk penggunaan EEG pada pasien bipolar:

EEG menyediakan garis dasar dan membantu mengesampingkan masalah

neurologi.Menggunakan tes ini untuk mengesampingkan kejang dan tumor

otak.

Bila dilakukan ECT. Monitoring EEG saat ECT digunakan untuk

mendeterminasitimbulnya dan durasi kejang.

Beberapa studi memperlihatkan abnormalitas dari penemuan EEG sebagai

indikasiefektivitas antikonvulsan. Lebih spesifik, penemuan abnormal dari

EEG dapatmemprediksi respons dari asam valproate.

Beberapa pasien dapat mengalami kejang saat pengobatan, terutama anti

depresan

(www.academia.edu/refratbipolar )

8. Penatalaksanaan

Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya, seperti depresi atau manic, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap.

Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan.

Pengobatan pasien rawat inap

indikasi seseorang dengan gangguan bipolar untuk dirawat inap adalah sebagai berikut

• Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang serius dan ideasi spesifik dengan rencana menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan perlindungan pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian,

Page 10: life cycle and gerontology

sejalan dengan itu, penderita dengan manic yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin mengalami kelelahan yang hebat.

• Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa ornag lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia.

• Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali, meninggalkan orang seperti ini sendirian sanagt berbahaya dan tidak menyembuhkannya.

• Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode manic. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya.

• Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medi, dimana obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.Rawat inap parsial atau program perawatan sehari.

• Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.

• Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malamdan harus peduli terhadap penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan hubungan interpersonal.

Pengobatan rawat jalan : Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.

• Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini bisa berasal dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi, mereka mendorong penderita menjadi manic atau depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.

• Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau melanjutkan pengobatan.

• Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli

Page 11: life cycle and gerontology

membantu mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat.

• Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.

Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem urinari, dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Terapi Terapi Farmakologi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut dan mood stabilization.

Rentang yang luas dari antidepresan dan ECT digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya, suatu medikasi lain dipilih untuk terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan.Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manic dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan mood penderita sesuai namanya, juga menstabilakn manic dan depresi yang ekstrim.

Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manic akut, bahkan untuk mengobati beberapa kasus depresi bipolar untukmenstabilkan mood, seperti ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole and olanzapine.

Berdasarkan konsensus yang sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manic akut adalah kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood stabilizing.

Terapi Non Farmakologi

Konsultasi

Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.

Diet

Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.

Page 12: life cycle and gerontology

Aktivitas Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.

Edukasi Penderita

Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.

• Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.

• Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terkait apresiasi tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik.

• Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting dari perawatan dan edukasi.

• Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu identifikasi individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan aspek kritis penderita dan kewaspadaan keluarga.

• Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang kekambuhan dalam konteks gangguan.

• Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan keluarga, terutama cerita tentang individu dengan MDI dapat membantu penderita untuk berusaha menghadapi tantangan dari perspektif lain.

9. Skema gangguan bipolar

Skema gangguan bipolar dapat dijelaskan berdasarkan gambar berikut : (Saddock 2010)

Page 13: life cycle and gerontology

10. Komplikasi

11. Pencegahan

Mendekatkan diri pada Tuhan yang Maha Kuasa, beribadah sesuai Ajaran agama yang dianut pribadi, Dapatkan pendidikan tentang cara mengatasi gangguan bipolar sebanyak-banyaknya, agar dapat menghindarkan anda dalam gangguan depresi. Hindarkan stres tinggi dengan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat. Mencari dukungan Saat memiliki masalah, sangat penting anda mencari orang/teman yang dapat dipercaya, untuk mensharingkan masalah yag sedang anda hadapi, membantu anda agar dapat menyelesaikan masalah anda, dan tidak menyimpannya sendiri. Buatlah pilihan hidup yang sehat. Tidur teratur, mengatur pola makan seimbang, dan berolahraga teratur.

12. Prognosa

13. Persamaan dan perbedaan antara ketiga DD tersebut

Page 14: life cycle and gerontology
Page 15: life cycle and gerontology

ETIOLOGI GANGGUAN BIPOLAR

Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial. Secara

biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan otak seperti

gangguan ,neurotransmitter otak (dopamine, serotonin, dan noradrenalin), gangguan struktur,

fungsi, neurokimia, dan neuroendokrin. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa

kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan

banyak lagi faktor lainya.

Didapatkan fakta bahwa ganguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode

manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasarkan

etiologi biologik. Jika seorang orangtua mengidap gangguan bipolar, maka 27% anaknya

memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan

bipolar maka 75% anaknya memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan

pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa

sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar

monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah yakni 10-20%. Beberapa studi

berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22,

namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar

terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer,

18q22, 18q22-q23, dan 21q22.

Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat

perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui

pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET),

didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal

subgenual, volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala

dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan

afek).

Penelitian lain juga menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak

penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang

Page 16: life cycle and gerontology

membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila

jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak

berjalan lancar.