lib.unnes.ac.id · 2016. 1. 26. · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Kegagalan biasanya merupakan...
Transcript of lib.unnes.ac.id · 2016. 1. 26. · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Kegagalan biasanya merupakan...
PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN
INKUIRI PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL
KALI KELARUTAN UNTUK MENINGKATKAN
METAKOGNISI SISWA SMA
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Maulida Fitriana
4301410065
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses
itu sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju
puncak sukses. (Lambert Jeffries)
PERSEMBAHAN
1. Untuk orang tuaku.
2. Untuk kakakku.
3. Untuk sahabatku.
4. Untuk teman-teman seperjuangan RotiPia (Rombel Tiga Pendidikan
Kimia 2010).
5. Untuk teman-teman Kos Purnama Indah.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan petunjuk-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul
“Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan untuk Meningkatkan Metakognisi Siswa SMA”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai atas bantuan,
petunjuk, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Sri Haryani, M.Si, dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Sri Susilogati Sumarti, M.Si dan Prof. Dr. Supartono, MS, dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun guna perbaikan
skripsi ini.
6. Kepala SMA Negeri 1 Donorojo yang telah memberikan izin penelitian.
7. Guru Kimia kelas XI SMA Negeri 1 Donorojo yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.
Semarang, Agustus 2014
Penulis
vii
ABSTRAK
Fitriana, Maulida. 2014. Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk Meningkatkan Metakognisi siswa SMA. Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Sri Haryani, M.Si. Kata Kunci: Metakognisi, Strategi Pembelajaran Inkuiri Pola pembelajaran yang diterapkan selama ini masih didominasi paradigma teaching (teacher-centered) dan non-kontruktivistik bukan paradigma learning (students-centered). Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa. Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan dan konsep yang dimiliki. Permasalahan tersebut dapat menghambat pengembangan keterampilan berpikir untuk mengkontruksikan pengetahuannya. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir dapat menjadi alternatif untuk perbaikan kemampuan berpikir siswa dalam memahami konsep kimia. Salah satu upaya untuk membangun kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan dengan pengembangan aspek metakognisinya. Metakognisi mempunyai peran penting dalam mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan metakognisi siswa melalui strategi pembelajaran inkuiri materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1 Donorojo. Metode eksperimen dengan desain pretest-posttest group design digunakan dalam penelitian ini. Objek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA. Teknik pengambilan sampel adalah cluster random sampling karena populasi berdistribusi normal dan homogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai postes kelas eksperimen 75,15 dan kelas kontrol 72,42. Berdasarkan hasil analisis N-gain pada kelas eksperimen menunjukkan peningkatan metakognisi sebesar 0,68 antara sebelum dan sesudah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri. Sedangkan hasil analisis N-gain pada kelas kontrol menunjukkan peningkatan metakognisi sebesar 0,62 antara sebelum dan sesudah penggunaan strategi pembelajaran langsung. Pada uji hipotesis diperoleh thitung sebesar 1,65 kurang dari tkritis 1,66 yang berarti rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen tidak berbeda dari kelas kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran langsung dapat meningkatkan metakognisi siswa.
viii
ABSTRACT Fitriana, Maulida. 2014. The Use of Inquiry Learning Method at solution and solubility product to improve the students’ metakognition in senior high school. Thesis, Chemistry Departement, Facilty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang Sate University. Supervisor: Dr. Sri Haryani, M.Si.
Keywords: Metacognition, The Inquiry Learning Method
Learning patterns that are applied during this time still dominated teaching paradigm (teacher-centered) is not a paradigm of learning (students-centered). Teachers are more active in learning activities as the giver of knowledge for students. As a result students have much knowledge but are not trained to find knowledge and concepts that are owned. These problems could hinder the development of thinking skills to construct knowledge. Learning oriented on the development of thinking skills can be an alternative for repair thinking ability of students in understanding the concept of chemistry. One of the efforts to build the students' thinking ability may be made with the development of metacognition. Metacognition has an important role in regulating and controlling one's cognitive processes in learning and thinking, so that learning and thinking is done by someone to be more effective and efficient. The objective of this study is to find out the improvement of the students’ metacognition by using the inquiry learning method on the water-soluble substance and the result of its product in SMAN 1 Donorojo. This study is an experimental research and the design was pretest-posttest group design. Object of this study is eleventh grade students of science program. The selection of the sample was by using cluster random sampling because the populations of this study were normal and homogenous. The result of this study showed that the mean score of post-test in the experiment group (75.15) was higher than that of the control group (72.42). The results of the analysis of N-gain in experiment group showed an increase of students’ metacognition 0.68 between before and after the use of inquiry learning method. While the results of the analysis of N-gain in the control group shows an improvement of students’ metacognition 0.62 between before and after the use of conventional method. In the hypothesis result, tarithmetic (1.65) was lower than that of the tcritic (1.66). The result indicated that the mean score of cognitive aspect of the experiment group was the same as the control one. Based on the result of this study, it can be concluded that basically, both the inquiry learning method and the conventional method can improve the students’ metacognition.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN ........................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat penelitian ....................................................................... 6
1.5 Penegasan Istilah ......................................................................... 7
2. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 10
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran ................................................. 10
2.2 Strategi Pembelajaran Inkuiri ....................................................... 11
2.3 Metakognisi ................................................................................. 16
2.4 Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan .................................. 22
2.5 Kerangka Berpikir ....................................................................... 27
2.6 Hipotesis...................................................................................... 28
2.7 Indikator Keberhasilan Penelitian ................................................ 28
3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 29
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 29
x
3.2 Lokasi, Waktu, dan Objek Penelitian ............................................ 29
3.3 Desain Penelitian .......................................................................... 30
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................... 30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 47
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 47
4.2 Pembahasan .................................................................................. 58
5. PENUTUP............................................................................................ 73
5.1 Simpulan ..................................................................................... 73
5.2 Saran ........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 74
LAMPIRAN ................................................................................................. 77
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Operasi-operasi Kunci dalam Metakognisi ............................................. 8
2.1 Kemampuan yang Dikembangkan dalam Proses Inkuiri ......................... 13
2.2 Indikator Metakognisi ............................................................................ 19
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 30
3.2 Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen ................................................. 33
3.3 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ................................................... 33
3.4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ............................................. 34
3.5 Kriteria Indeks Kesukaran ...................................................................... 35
3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba .................................... 35
3.7 Kriteria Daya Pembeda Instrumen .......................................................... 36
3.8 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik ........................ 37
3.9 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi Afektif .................................. 39
3.10 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Angket ................................................ 40
3.11 Kriteria Hasil Belajar Afektif ................................................................ 45
3.12 Kriteria Hasil Belajar Afektif Tiap Aspek .............................................. 45
3.13 Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik ....................................................... 46
3.14 Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik Tiap Aspek .................................... 46
3.15 Kriteria Skor Kuesioner Siswa .............................................................. 46
4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ........................................................ 47
4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi ............................................................. 48
4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ............................................................ 49
4.4 Hasil Uji Normalitas Data Postes ........................................................... 49
4.5 Hasil Analisis Normalized-gain .............................................................. 49
4.6 Hasil Analisis Peningkatan Metakognisi Siswa Kelas Eksperimen ......... 50
4.7 Hasil Analisis Peningkatan Metakognisi Siswa Kelas Kontrol ................ 50
4.8 Hasil Analisis Kesamaan Dua Varian ..................................................... 51
4.9 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar ....................................................... 52
4.10 Pencapaian Indikator Metakognisi ......................................................... 53
4.11 Hasil Analisis Pencapaian Indikator Metakognisi .................................. 53
xii
4.12 Hasil Analisis Aspek Afektif ................................................................. 54
4.13 Hasil Analisis Hasil Belajar Afektif Tiap Aspek .................................... 55
4.14 Hasil Analisis Aspek Psikomotorik ....................................................... 55
4.15 Hasil Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Tiap Aspek .......................... 56
4.16 Hasil Analisis Kuesioner Siswa ............................................................. 57
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Keterampilan Berpikir Metakognisi.............................................. 21
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................... 27
4.1 Persentase Aspek Afektif ........................................................................ 55
4.2 Persentase Aspek Psikomotorik ............................................................... 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Soal Uji Coba ............................................................................ 77
2. Soal Uji Coba ........................................................................................... 78
3. Hasil Analisis Soal Uji Coba .................................................................... 98
4. Perhitungan Validitas Butir Soal .............................................................. 100
5. Perhitungan Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran Soal ............................... 102
6. Perhitungan Daya Beda Soal .................................................................... 103
7. Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................................. 104
8. Soal Pretes ............................................................................................... 105
9. Soal postes ............................................................................................... 120
10. Pedoman Penskoran Criterion-Referenced Test dan Pencapaian Indikator
Metakognisi .................................................................................................. 136
11. Silabus .................................................................................................... 138
12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ........................... 140
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .................................. 171
14. Lembar Kerja Siswa ................................................................................ 199
15. Daftar Nilai Semester Ganjil Kelas XI IPA ............................................. 217
16. Uji Normalitas Kelas XI IPA1 ................................................................. 218
17. Uji Normalitas Kelas XI IPA2 ................................................................. 219
18. Uji Homogenitas Populasi ....................................................................... 220
19. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................... 221
20. Daftar Nilai Pretes-Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 222
21. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen ......................................... 223
22. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen ........................................ 224
23. Uji Kesamaan Dua Varian Pretes-Postes Kelas Eksperimen .................... 225
24. Uji Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen .................................... 226
25. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol ............................................... 227
26. Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol ............................................... 228
27. Uji Kesamaan Dua Varian Pretes-Postes Kelas Kontrol ........................... 229
xv
28. Uji Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen .................................... 230
29. Uji Kesamaan Dua Varian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............. 231
30. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 232
31. Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas Eksperimen ................... 233
32. Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas Kontrol ......................... 235
33. Uji N-Gain Kemampuan Metakognisi Siswa ........................................... 237
34. Kriteria Penilaian Aspek Afektif ............................................................. 238
35. Analisis Aspek Afektif ............................................................................ 240
36. Rubrik Penilaian Aspek Psikomotorik ..................................................... 242
37. Analisis Aspek Psikomotorik .................................................................. 247
38. Lembar Penilaian Diri Kuesioner Siswa .................................................. 251
39. Analisis Kuesioner Siswa ........................................................................ 252
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan yang berlangsung di dalam lembaga pendidikan formal adalah
pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka disusun kurikulum sebagai alat yang membawa segala kegiatan
kependidikan kepada tujuan yang dikehendaki (Gulo, 2008:28). Pendidikan
masa kini mencoba membantu siswa belajar untuk mengorganisasi dan
mengkonstruksi pendapat, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, dan
mencari pembuktian sendiri (Saptorini, 2010). Ini artinya siswa menjadi pusat
pembelajaran (student centered). Pola pembelajaran yang diterapkan selama ini
masih didominasi paradigma teaching (teacher-centered) dan non-
kontruktivistik bukan paradigma learning (students-centered), sehingga
pembelajaran menjadi kurang efektif dan tidak terkontruksi dengan baik
(Danial, 2010).
Paradigma teaching membuat siswa lebih cenderung pasif di kelas dalam
menerima pelajaran, lebih banyak diam, mendengar, mencatat, menghafal,
bahkan siswa dapat merasa bosan dan akhirnya tidak bersungguh-sungguh
mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran tersebut menyebabkan siswa
dalam mengikuti pelajaran bukan karena berminat, tetapi karena terpaksa.
Kondisi seperti ini akan berdampak pada kemandirian siswa dalam belajar
kurang terlatih dan tidak berkembang. Proses pembelajaran berlangsung secara
kaku sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan dan penguasaan
konsep, sikap, moral, dan pemberdayaan berpikir. Siswa kurang terlatih untuk
2
mengembangkan keterampilan berfikirnya. Dampak pola pembelajaran seperti
ini akan tampak setelah siswa mengikuti tes yang memperoleh nilai rendah
(Danial, 2010).
Kimia merupakan mata pelajaran yang erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Bagi sebagian besar siswa masih menganggap kimia merupakan
mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk dipahami, sehingga
membuat siswa enggan untuk mempelajarinya (Asmara, 2013). Materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan membutuhkan penguasaan dan pemahaman
konsep yang tinggi, serta kepiawaian dalam mengerjakan soal. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara kepada guru Kimia di SMA N 1 Donorojo
ternyata hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA untuk materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan masih rendah. Hal ini dilihat dari hasil ulangan harian materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kelas XI IPA 1, dari 39 siswa hanya ada 4
siswa yang nilainya memenuhi KKM, sedangkan untuk kelas X1 IPA 2, dari 39
siswa hanya ada 7 siswa yang nilainya memenuhi KKM. Rendahnya hasil
belajar kimia di kelas XI IPA tersebut menunjukkan rendahnya pemahaman
siswa terhadap konsep kimia. Siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi
informasi untuk memilih dan mengurutkan operasi yang dipakai dalam
menyelesaikan soal. Hal ini diduga karena siswa kurang termotivasi untuk
belajar dan sebagian besar pembelajaran berpusat pada guru. Guru lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa.
Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk
menemukan pengetahuan dan konsep yang dimiliki. Permasalahan tersebut
3
dapat menghambat pengembangan keterampilan berpikir untuk
mengkontruksikan pengetahuannya.
Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir
dapat menjadi alternatif untuk perbaikan kemampuan berpikir siswa dalam
memahami konsep kimia. Salah satu upaya untuk membangun kemampuan
berpikir siswa dapat dilakukan dengan pengembangan aspek metakognisinya.
Kemampuan metakognisi mempunyai indikator yang mencerminkan tingkat
ketercapaiannya yaitu ketika siswa mampu berpikir dengan mengoptimalkan
kemampuan berpikir yang dimiliki, mengidentifikasi strategi belajar yang baik,
dan secara sadar mengarahkan strategi belajarnya (Kadir: 2009).
Proses metakognisi adalah suatu aktivitas mental dalam struktur kognitif
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk mengatur, mengontrol, dan
memeriksa proses berpikirnya (Haryani, 2012:47). Menurut Romli (2010),
metakognisi mempunyai peran penting dalam mengatur dan mengontrol proses-
proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan
berpikir yang dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan efisien. Oleh
karena itu dengan mengembangkan kesadaran metakognisinya, siswa terlatih
untuk selalu merancang strategi terbaik dalam memilih, mengingat, mengenali
kembali, `mengorganisasi informasi yang dihadapi, dan menyelesaikan
masalah.
Facione et al dalam Haryani (2012:48) menyatakan bahwa pengembangan
metakognisi ditujukan agar peserta didik dapat menjadi pemikir-pemikir kritis
yang selalu perpikir dalam menerapkan suatu motivasi internal. Sementara itu
menurut Livingston (Haryani, 2012:48) metakognisi memiliki peran penting
4
dalam keberhasilan belajar, oleh karena itu penting mempelajari aktivitas dan
pengembangannya untuk menentukan bagaimana siswa dapat diajar
menerapkan sumber-sumber pengetahuan mereka dengan lebih baik melalui
kontrol metakognitifnya. Metakognisi merupakan proses membangkitkan minat
sebab kita menggunakan proses kognitif untuk merenungkan proses kognitif
kita. Metakognisi sangat penting kerena pengetahuan tentang proses kognitif
dapat menuntun kita dalam menyusun dan memilih strategi untuk memperbaiki
kinerja kognitif. Meningkatnya kemampuan metakognisi dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa (Kadir, 2009).
Berdasarkan karakteristik pembelajaran berbasis pengembangan
kemampuan metakognisi tersebut, pembentukan kemampuan metakognisi
merupakan hal penting untuk mendukung optimalisasi proses belajar kimia.
Dengan demikian hasil belajar kognitif dapat tercapai optimal. Pengembangan
kemampuan metakognisi dan hasil belajar kognitif dalam pembelajaran kimia
memerlukan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat meningkatkan
kemampuan metakognisi sekaligus hasil belajar kognitif adalah strategi
pembelajaran inkuiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Sugiarto (2013) menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis
garam dapat meningkatakan metakognisi siswa. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Anggraeni et al (2013) menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran inkuiri mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan sendiri pengetahuannya serta berperan aktif dalam pembelajaran
sehingga mampu memahami konsep dengan baik dan mengembangkan
5
kemampuan berpikir kritis. Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu
rangkaian kegiatan yang melibatkan kegiatan belajar secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri (Gulo, 2008:84-85).
Strategi pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dibandingkan dengan
strategi pembelajaran langsung. Menurut Kunandar sebagaimana dikutip oleh
Anggraeni et al (2013), keunggulan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri
adalah memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk
melanjutkan pekerjaan sehingga mereka menemukan jawaban dan siswa belajar
menemukan masalah secara mandiri dengan memiliki keterampilan berpikir
kritis. Manfaat yang diperoleh bagi siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah
siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu
dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar
yang baru dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Musthofa dalam Nurmaliah (2009) menyatakan, keterampilan berpikir
terutama berpikir kritis dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan
dan menyelesaikan masalah. Pengambilan keputusan merupakan salah satu
kemampuan metakognisi dan sangat penting untuk dilatihkan kepada siswa di
sekolah. Selain itu Eggen & Kauchak dalam Nurmaliah (2009) menyatakan,
salah satu jenis kemampuan berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi adalah
kemampuan metakognisi. Bransford et al dalam Santoso (2007) menjelaskan
langkah-langkah penting dalam proses pembelajaran sains di sekolah adalah
metakognisi. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
6
mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Strategi Pembelajaran
Inkuiri pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan
Metakognisi Siswa SMA”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang didapat adalah
1. Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
metakognisi siswa?
2. Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar siswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Meningkatkan metakognisi siswa kelas XI IPA melalui penggunaan
Strategi Pembelajaran Inkuiri.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui peneggunaan Strategi
Pembelajaran Inkuiri.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah metakognisi siswa dalam mata pelajaran
Kimia meningkat dan pemahaman siswa terhadap konsep kimia meningkat.
Selain itu sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat
digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
7
1.5 Penegasan Istilah
Penegasan Istilah dalam konteks ini dimaksudkan untuk mencari kesamaan
visi dan persepsi serta untuk menghindari distorsi pemahaman. Oleh sebab itu
diperlukan beberapa penjelasan tentang istilah dan pembatasan-pembatasan
penting yang ada dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Strategi
Pembelajaran Inkuiri pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk
Meningkatkan Metakognisi Siswa SMA”
1. Metakognisi
Metakognisi merupakan aspek pengetahuan yang paling tinggi
tingkatannya dalam revisi taksonomi Bloom setelah faktual, konseptual,
dan prosedural. Menurut Slavin, sebagaimana dikutip oleh Danial (2010)
mengatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan tentang pembelajaran
diri sendiri atau pengetahuan cara belajar. Selain itu, menurut Flavell,
sebagaimana dikutip oleh Haryani (2012:45), menyatakan bahwa
metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan dan kognisi tentang objek-
objek kognitif, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
kognitif. Metakognisi diukur dengan tes penguasaan konsep dengan soal
essay mengunakan indikator sesuai operasi kunci dalam metakognisi yang
disajikan dalam Tabel 1.1.
8
Tabel 1.1. Operasi-Operasi Kunci dalam Metakognisi (Beyer dalam Anderson, 2001:79)
Perencanaan (planning)
Pemantauan (monitoring)
Penilaian (assessing)
Menyatakan tujuan Menjaga tujuan yang telah ditetapkan
Menilai pencapaian tujuan
Memilih operasi yang dipakai
Menjaga urutan operasi agar sesuai dengan masalah yang dihadapi
Menimbang keakuratan dan ketepatan hasil-hasil
Mengurutkan operasi-operasi
Mengetahui bahwa tujuan telah tercapai
Mengevaluasi kesesuaian prosedur yang digunakan
Mengidentifikasi kesalahan dan hambatan
Memutuskan kapan menggunakan operasi yang berikutnya yang lain
Menilai penanganan kesulitan dan hambatan
Mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi kesalahan dan hambatan
Memilih operasi yang paling sesuai
Menimbang efisiensi rencana dan pelaksanaan
Memprediksi hasil yang diinginkan
Mengatasi kesalahan dan hambatan
Mengetahui kapan kesulitan dan hambatan itu teratasi
2. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dimaksud di sini adalah materi
yang akan diberikan kepada siswa selama penelitian berlangsung. Materi
yang akan diberikan disesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator
yang sudah ditentukan dalam silabus.
3. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajran inkuri adalah strategi yang digunakan untuk
meningkatkan keterampilan metakognisi siswa. Menurut Gulo (2008:84-85)
9
strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan yang
melibatkan kegiatan belajar secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Salah satu kegiatan yang dilakukan siswa yang berkaitan dengan
strategi ini adalah siswa mencari dan mengumpulkan data, merumuskan
masalah, serta menganalisis untuk menentukan kesimpulan.
10
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular education goal (Sanjaya,
2006:126). Menurut Hamruni (2011:3) strategi pembelajaran merupakan
rencana tindakan (rangkain kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan sebagai sumber daya dalam pembelajaran. Strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana dan cara-cara
membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan
segala tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif. Cara-cara
membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum perbuatan
guru-murid dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pola dan urutan umum
guru-murid itu merupakan suatu kerangka umum kegiatan pembelajaran yang
tersusun dalam suatu rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan
(Gulo, 2008:3). Sedangkan menurut Sanjaya (2011:126) strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan bagi sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran
yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu menurut
11
Suprihatiningrum (2013:153) strategi pembelajaran adalah rancangan
prosedural yang memuat tindakan yang harus dilakukan guru dalam proses
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan. Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan serangkaian cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan adalah hal
penting dalam implementasi suatu strategi. Oleh karena itu, sebelum
menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya.
2.2 Strategi Pembembelajaran Inkuiri
2.2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa. Gulo (2008:84-85) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama
kegiatan pembelajaran pada strategi ini adalah keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses belajar mengajar; keterarahan kegiatan secara logis
dan sistematis; mengembangkan sikap percaya diri sendiri (self believe) pada
diri siswa tentang apa yang ditemuakan dalam proses inkuiri. Menurut
Hamruni (2011:88) strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah.
12
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai strategi pembelajaran inkuiri
di atas dapat disimpulkan bahwa dengan strategi pembelajaran inkuiri siswa
diharapkan dapat belajar secara mandiri dan mengembangkan kreativitasnya
untuk memecahkan masalah. Inkuiri tidak hanya mengembangkan
keterampilan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional. Keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang
bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan (Gulo, 2008:93).
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajarn inkuiri.
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran.
Kedua, seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self believe). Strategi
pembelajaran inkuiri ini menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Kemampuan
guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan penggunaan srategi pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
13
proses mental. Dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut
agar menguasai pelajaran, tetapi dapat menggunakan potensi yang dimilikinya
(Hamruni, 2011:89). Kemampuan yang dikembangkan dalam proses inkuiri
disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kemampuan yang Dikembangkan dalam Proses Inkuiri
(Gulo, 2008:95).
No Tahap Inkuiri Kemampuan yang Dituntut
1. Merumuskan Masalah a. Kesadaran terhadap masalah b. Melihat pentingnya masalah c. Merumuskan masalah
2. Merumuskan Jawaban Sementara (Hipotesis)
a. Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh
b. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis
c. Merumuskan hipotesis 3. Menguji Jawaban
Tentatif a. Merakit peristiwa
- Mengidentifikasikan peristiwa yang dibutuhkan
- Mengumpulkan data - Mengevaluasi data
b. Menyusun data - Mentranslasikan data - Menginterprestasikan data - Mengklasifikasikan data
c. Analisis data - Melihat hubungan - Mencatat persamaan dan perbedaan - Mengidentifikasikan tren, sekuensi
dan keteraturan 4. Menarik Kesimpulan a. Mencari pola dan makna hubungan
b. Merumuskan kesimpulan 5. Menerapkan
Kesimpulan dan Generalisasi
Pada penelitian ini, digunakan pendekatan inkuiri terbimbing (Guided
Inquiry Approach)dimana pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan
kepada suatu diskusi. Pendekatan inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa
14
yang kurang berpengalaman belajar. Siswa belajar lebih kepada bimbingan
dan petunjuk guru sehingga mampu memahami konsep – konsep pelajaran.
Siswa dihadapkan pada tugas – tugas yang relevan untuk diselesaikan, baik
melalui kelompok maupun individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan
menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
2.2.2 Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Orientasi dilakukan untuk membina suasana pembelajaran yang
responsive. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap
melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam tahapan orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memotivasi belajar siswa.
2. Merumuskan Masalah
15
Merumuskan maslah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki, artinya siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat atas permasalahan yang ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu:
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
b. Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
c. Monsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban semantara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Jawaban sementara ini perlu dikaji kebenarannya. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan tapi harus memiliki landasan
berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat
rasional dan logis.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis. Dalam strategi pembelajarn inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah
mengajukan pertanyaan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
16
pengumpulan data. Menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan
siswa atas jawaban yang diberikan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
(Hamruni, 2011:95-99)
Selain itu menurut Gulo (2008:98) kegiatan belajar mengajar pada strategi
pembelajaran inkuiri dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Menghadapi stimulus (terencana atau tidak terencana),
b. Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang,
c. Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas
(merumuskan masalah, tugas kelas, peranan, dan sebagainya),
d. Belajar menyelasaikan masalah secara independen atau kelompok,
e. Benganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar,
f. Evaluasi dan tindak lanjut.
2.3 Metakognisi
2.3.1 Pengertian Metakognisi
Metakognisi merupakan aspek pengetahuan yang paling tinggi
tingkatannya dalam revisi taksonomi Bloom setelah faktual, konseptual, dan
prosedural. Menurut Slavin, sebagaimana dikutip oleh Danial (2010)
mengatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan tentang pembelajaran
diri sendiri atau pengetahuan cara belajar. Selain itu, menurut Flavell,
sebagaimana dikutip oleh Haryani (2012:45), menyatakan bahwa metakognisi
didefinisikan sebagai pengetahuan dan kognisi tentang objek-objek kognitif,
17
yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kognitif. Meskipun
demikian, menurutnya konsep metakognisi dapat diperluas mencakup sesuatu
yang psikologis, seperti jika seseorang memiliki pengetahuan atau kognisi
tentang emosi, motif diri sendiri, atau orang lain. Metakognisi dapat dikatakan
sebagai kemampuan berpikir tentang berpikir. Kenyataannya gambaran
tersebut tidak sesederhana itu, karena terdapat beberapa perbedaan istilah atau
konsep metakognisi. Metakognisi terdiri dari dua proses dasar yang
berlangsung scara stimulan yakni memonitor kemajuan ketika belajar dan
membuat perubahan serta mengadaptasi strategi-strategi jika memiliki
persepsi tidak melakukan sesuatu yang baik.
Flavell menyatakan bahwa metakognisi peserta didik bahkan orang pada
umumnya perlu dikembangkan dengan alasan sebagai berikut: (1) peserta
didik harus memiliki kecenderungan untuk banyak berpikir, dalam arti
semakin banyak metakognsi membutuhkan semakin banyak kognisi, (2)
pemikiran peserta didik dapat berbuat salah serta cenderung keliru, dan dalam
keadaan ini membutuhkan peonitoran dan pengaturan yang baik, (3) peserta
didik harus mau berkomunikasi, menjelaskan, dan memberikan alasan yang
jelas untuk pemikirannya kepada peserta didik lain dan juga pada dirinya
sendiri; aktifitas ini tentu saja membutuhkan metakognisi (4) untuk bertahan
dan berhasil dengan baik, peserta didik perlu merencanakan masa depan dan
secara kritis mengevaluasi rencana-rencana yang lain, (5) jika peserta didik
harus membuat keputusan yang berat, maka akan membutuhkan keterampilan
metakognitif, dan (6) peserta didik harus mempunyai kebutuhan untuk
18
menyimpulkan dan menjelaskan kejadian-kejadian psikologi pada dirinya dan
ogang lain.
Dari paparan tersebut, Haryani mengemukakan bahwa proses
metakognisi adalah suatu aktivitas mental dalam struktur kognitif yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk mengatur, mengontrol, dan
memeriksa proses berpikirnya sendiri (Haryani, 2012:47). Sedangkan menurut
Romli (2010), metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang proses
berpikirnya sendiri, atau pengetahuan seseorang tentang kognisinya serta
kemampuan dalam mengatur dan mengontrol aktivitas kognisinya dalam
belajar dan berpikir. Jadi dapat disimpulkan bahwa metakognisi merupakan
keterampilan berfikir yang dimiliki seseorang untuk mengkoordinasikan
pengetahuan yang dimiliki mulai dari merencanakan sampai mengevaluasi
proses kognitifnya.
Instrument untuk mengukur metakognisi yang selama ini banyak
dikembangkan adalah melalui observasi, kuesioner, dan wawancara.
Pengukuran metakognisi pada umumnya mengacu pada Flavell dan Schraw.
Pengetahuan metakognisi yang diadaptasi dari Flavell dan Schraw diukur
melalui kuesioner, sedangkan pengalaman metakognitif diungkap melalui
wawancara dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan
seltelah presentasi visual hasil penyelesaian masalah. Sementara itu Anderson
& Krathwohl menyatakan bahwa metakognisi dapat diukur melalui tes
sebagaimana penguasaan konsep dengan indikator metakognisi (Haryani,
2012:56-57)
19
2.3.2 Indikator Metakognisi
Metakognisi terdiri dari 2 komponen utama, yaitu pengetahuan
metakognisi dan regulasi metakognisi. Pengetahuan metakognisi mengacu
pada pengetahuan tentang kognisi seperti pengetahuan tentang keterampilan
(skill) dan strategi kerja yang baik untuk pebelajar dan bagaimana serta kapan
menggunakan keterampilan dan strategi tersebut. Selanjutnya regulasi
metakognisi mengacu pada kegiatan-kegiatan yang mengontrol pemikiran dan
belajar seseorang seperti merencanakan, memonitor pemahaman, dan
evaluasi. Danial (2010).
Menurut Romli (2010), komponen atau indikator metakognisi terdiri dari
tiga elemen, yaitu (1) menyusun strategi atau rencana tindakan, (2) memonitor
tidakan, dan (3) mengevaluasi tindakan. Ketiga komponen tersebut secara
rinci dapat dijabarkan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Indikator Metakognisi (diadaptasi dari Mc Gregor, Scraw, dan
Anderson & Krathwol) dalam Haryani (2011:58)
No. Level Metakognisi Sub Level Metakognisi
1. Menyadari proses berpikir dan mampu menggambarkannya
- Menyatakan tujuan - Mengetahui tentang apa dan bagaimana - Menyadari bahwa tugas yang diberikan
membutuhkan banyak referensi - Menyadari kemampuan sendiri dalam
mengerjakan tugas - Mengidentifikasi informasi - Memilih opersi/prosedur yang dipakai - Mengurutkan operasi yang digunakan - Merancang apa yang akan dipelajari
2. Mengembangkan pengenalan strategi berpikir
- Memikirkan tujuan yang telah ditetapkan - Mengelaborasi informasi dari berbagai
sumber - Memutuskan operasi yang paling sesuai - Menjelaskan urutan operasi lebih spesifik - Mengetahui bahwa strategi elaborasi
20
No. Level Metakognisi Sub Level Metakognisi
meningkatkan pemahaman - Memikirkan bagaimana orang lain
memikirkan tugas 3. Merefleksi prosedur
secara evaluative - Menilai pencapaian tujuan - Menyusun dan menginterpretasi data - Mengevaluasi prosedur yang digunakan - Mengatasi kesalahan/hambatan dalam
pemecahan masalah - Mengidentifikasi sumber-sumber
kesalahan dari percobaan 4. Mentransfer
pengalaman pengetahuan dan prosedural pada konteks lain
- Menggunakan operasi yang berbeda untuk penyelesaian masalah yang sama
- Menggunakan operasi/prosedur yang sama untuk masalah lain
- Mengembangkan prosedur untuk masalah yang sama
- Mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru
5. Menghubungkan pemahaman konseptual dengan pengalaman
- Mengaitkan data pengamatan dengan pembahasan
- Menganalisis efisiensi an efektifitas prosedur
2.3.3 Metakognisi dan Berpikir
Metakognisi merujuk pada perintah berpikir yang lebih tinggi, meliputi
kontrol aktif melalui proses kognitif yang diusahakan dalam pembelajaran.
Berpikir pada umumnya dianggap suatu proses kognitif, suatu aksi mental
yang dengan proses dan tindakan itu pengetahuan diperoleh. Proses berpikir
berhubungan dengan bentuk-bentuk tingkah laku yang lain dan memerlukan
keterlibatan aktif pada bagian-bagian tertentu dari si pemikir. Dengan
demikian, seorang pembelajar harus secara aktif memonitor penggunaan
proses berpikir mereka dan mengaturnya sesuai tujuan kognitif mereka
(Haryani, 2012:54). Berpikir metakognisi memiliki dua dimensi utama yaitu,
berorientasi pada tugas dan terkait dengan monitoring kinerja actual dari suatu
21
keterampilan. Menurut Presseisen keterkaitan antara kedua dimensi tersebut
dibuat dalam bentuk bagan yang disajikan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Model keterampilan berpikir metakognitif (Presseisen dalam
Costa) dalam Haryani (2012:55)
Pemantauan kinerja tugas memerlukan keterlibatan peserta didik untuk
mengawasi aktivitasnya sendiri, dan menjaga sekuen yakni membedakan
subtujuan dari suatu tugas dan menghubungkannya dengan tujuan yang
sesungguhnya. Dimensi kedua yaitu dalam memilih strategi yang sesuai untuk
bekerja, teori metakognitif menyarankan bahwa urutan belajar yang pertama
adalah mengenali masalah sehingga dapat memfokuskan perhatian terhadap
apa yang diperlukan dan menentukan perhatian terhadap apa yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah. Dalam perspektif metakognitif, pemikir
menjadi lebih memiliki kemampuan melakuka proses berpikir yang lebih
Metakognisi
Pemilihan dan pemahaman
strategi yang tepat:
Memfokuskan perhatian pada
apa yang dibutuhkan
Mengkaitkan apa yang
diketahui pada materi yang
dipelajari
Menguji ketepatan suatu
strategi
Monitoring kinerja tugas:
Menjaga tugas, sekuen
Mendeteksi dan mengoreksi
kesalahan
Alokasi waktu kerja
Akurasi kinerja lebih besar
Kemampuan melakukan proses
berpikir lebih berdaya guna
22
berdaya guna dan lebih mandiri karena keterampilan ini berkenbang dan terus
berulang (Haryani, 2012:55-56)
2.4 Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
2.4.1 Kelarutan
Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan
umumnya dinyatakan dalam gram L-1 atau mol L-1. Besarnya kelarutan suatu
zat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut.
1. Jenis pelarut
Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam
senyawa polar. Misalnya alkohol dan semua senyawa asam adalah
senyawa polar, sehingga mudah larut dalam air yang juga senyawa polar.
Selain senyawa polar, senyawa ion juga mudah larut dalam air dan terurai
menjadi ion-ion.
Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar,
misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa polar umumnya
tidak larut dalam senyawa nonpolar, misalnya alkohol tidak larut dalam
minyak tanah.
2. Suhu
Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan.
Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar
molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat
menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga
mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air.
23
2.4.2 Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Senyawa-senyawa ion yang terlarut di dalam air akan terurai menjadi
partikel dasar pembentuknya yang berupa ion positif dan ion negatif. Bila
kedalam larutan jenuh suatu senyawa ion ditambahkan kristal senyawa ion
maka kristal tersebut tidak melarut dan akan mengendap. Kristal yang tidak
larut ini tidak mengalami ionisasi. Bila ke dalam system tersebut ditambahkan
air maka endapan kristal tersebut akan segera terionisasi, dan sebaliknya bila
air dalam larutan tersebut diuapkan maka ion-ion akan segera mengkristal.
Dalam peristiwa tersebut terjadi system kesetimbangan antara zat padat
dengan ion-ionnya didalam larutan.
Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn di dalam air akan menghasilkan reaksi
kesetimbangan,
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Harga hasil kali kelarutannya dinyatakan dengan rumus,
Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n
2.4.3 Hubungan kelarutan dan Ksp
Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn konsentrasi zat di dalam larutan
sama dengan harga kelarutanny dalam satuan mol L-1. Senyawa AmBn yang
terlarut akan mengalami ionisasi dalam system kesetimbangan,
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L-1, maka di dalam
reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan ion Bm- sebagai
berikut
24
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
s mol L-1 m s mol L-1 n s mol L-1
sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah,
Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n
= (m s)m (n s)n
= mm x nn x (s)(m+n)
Jadi untuk reaksi kesetimbangan:
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Ksp AmBn = mm x nn x (s)(m+n)
Dengan s =kelarutan AmBn dalam satuan mol L-1
Dari rumus tersebut dapat ditentukan harga kelarutan sebagai berikut:
Besarnya Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan
suhu maka harga Ksp zat tersebut akan mengalami perubahan.
2.4.4 Pengaruh ion senama terhadap kelarutan
Jika ke dalam larutan jenuh AgCl ditambahkan beberapa tetes larutan
NaCl maka akan segera terjadi pengendapan AgCl, demikian pula bila ke
dalam lautan AgCl tersebut ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3.
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
Bila ke dalam sistem kesetimbangan tersebut ditambahkan ion Cl- maka
kesetimbangan akan bergeser ke kiri, sehingga mengakibatkan jumlah AgCl
25
yang mengendap bertambah. Demikian pula bila dalam system kesetimbangan
tersebut ditambah ion Ag+, maka sistem kesetmbangan akan bergeser ke kiri
dan berakibat bertambahnya jumlah AgCl yang mengendap. Kesimpulannya
bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang senama
akan mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang.
2.4.5 Fungsi dan Manfaat Hasil Kali Kelarutan
Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut
dapat memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air.
Semakin besar harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut senyawa tersebut.
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjasi tidaknya
endapan suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa
sukar larut dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan AmBn
jika larutan yang mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan digunakan
konsep hasil kali ion (Qsp) berikut ini.
Qsp AmBn = [An+]m [Bm-]n
Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn
Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn
Jika Qsp < Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan
AmBn.
Selain memberi informasi tentang kelarutan, harga Ksp dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemisahan zat dalam campuran dengan cara pengendapan selektif. Contoh :
Untuk memisah ion Zn2+ dan ion Cd2+ yang terdapat secara bersama-sama
26
dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas H2S ke dalam
larutan tersebut sehingga terjadi reaksi:
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Diketahui harga Ksp ZnS= 1,6x10-22 dan Ksp CdS= 8x10-27, dengan mengatur
harga pH maka konsentrasi ion sulfida dalam larutan dapat diatur sedemikian
sehingga Qsp ZnS< Ksp ZnS sehingga ZnS belum mengendap dan Qsp CdS >
Ksp CdS sehingga CdS mengendap. Dengan demikian kedua ion tersebut
dapat dipisahkan dari larutan. (Sudarmo, 2006:208-216)
27
2.5 Kerangka Berpikir
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, dan analitis, siswa memahami konsep-konsep dasar
dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir
Metakognisi meningkat dan Nilai
mencapai KKM
Pembelajaran berpusat pada guru
dan siswa kurang terlibat dalam
pembelajaran
Pengembangan keterampilan
berpikir untuk mengkontruksi
pengetahuan terhambat
Nilai belum mencapai
KKM
Mengembangkan aspek
metakognisi
28
2.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis adalah suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat diambil
hipotesis:
Ha : strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan metakognisi siswa
Ho : strategi pembelajaran inkuiri tidak dapat meningkatkan metakognisi
siswa
2.7 Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan penelitian ini untuk metakognisi siswa secara
klasikal adalah 27 dari 38 siswa, sedangkan untuk kemampuan kognitif siswa
secara klasikal 27 dari 38 siswa mencapai nilai lebih dari atau samadengan 73.
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen adalah suatu
penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel
lain dalam kondisi yang terkontrol. Dalam penelitian eksperimen, para peneliti
melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan
observasi. Selain itu peneliti juga membagi objek menjadi dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Darmadi, 2013:40)
3.2 Lokasi, Waktu, dan Objek Penelitian
Penelitian dilakukan dan dilaksanakan di SMA N 1 Donorojo Jepara, Jawa
Tengah. Objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap
yang terdiri dari dua kelas IPA. Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil
dengan teknik Cluster Random Sampling. Penelitian dilakukan pada tahun ajaran
2013/2014 selama bulan April 2014. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran langsung, sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan metakognisi yang dilih i hasil belajar
berupa tes penguasaan konsep dan kuesioner.
30
3.3 Desain penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperimen at dar
ini adalah Pretest-Postest Group Design. Dalam rancangan ini dilibatkan
hasil belajar dari dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kotrol berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan
pengukuran akhir dari kedua kelompok. Rancangan penelitian ini tampak pada
Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Kelompok Pretest Treatment Posttest Eksperimen P1 X P2 Kontrol P1 Y P2
Keterangan P1 : Tes awal (pretest) yang diberikan sebelum proses belajar mengajar
dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) X : perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri Y : perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu dengan
menggunakan strategi pembelajaran langsung. P2 : Tes akhir (posttest) yang diberikan setelah proses pembelajaran
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1.1 Tes
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tes adalah tes untuk
mengukur kemampuan metakognisi yaitu tes dengan indikator metakognisi yang
bermuatan konsep. Tes yang diberikan terdiri dari pretest dan posttest.
Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal
mengenai penguasaan konsep terhadap materi sebelum program pembelajaran
dilakukan. Posttest adalah tes yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
jauh kompetensi dasar atau indikator yang disampaikan dalam program
pembelajaran telah dikuasai oleh siswa. Posttest juga dapat dimaksudkan untuk
31
mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan setelah suatu
program pembelajaran dilakukan.
3.4.1.2 Observasi
Observasi dilakukan sebelum dan selama penelitian. Observasi sebelum
penelitian dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pembelajaran yang
selama ini dilakukan di sekolah. Observasi selama penelitian dilakukan untuk
memperoleh data mengenai aspek afektif dan psikomotorik. Aspek afektif
diamati selama proses pembelajaran dan aspek psikomotorik dilakukan saat
praktikum.
3.4.1.3 Angket (kuesioner)
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan angket bertujuan untuk
memperoleh data mengenai kemampuan metakognisi siswa. Hasil angket
dianalisis secara deskriptif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa
kemudian dianalisis dan disimpulkan.
3.4.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes hasil belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi,
atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk
mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang
disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan (Jihad &
Haris, 2013:67). Tes yang diberikan pada penelitian ini merupakan tes tertulis
berbentuk uraian pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan, yang
didasarkan pada indikator metakognisi (Haryani, 2012:57). Sebelum tes ini
32
diberikan kepada siswa kelas XI IPA, tes ini terlebih dahulu diuji cobakan untuk
diketahui validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan penilaian kemampuan
metakognisi dilakukan dengan menggunakan rubrik yang divalidasi oleh ahli.
3.4.2.1 Analilis Instrumen Tes
Sebelum instrumen digunakan, instrumen terlebih dahulu diujicobakan
kepada siswa kelas XII. Data hasil uji coba yang dianalisis yaitu validitas butir
soal, realibilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir
soal.
3.4.2.1.1 Validitas Instrumen
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan kesahihan atau ketepatan
suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang
hendak diukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Dalam penentuan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product moment
pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh siswa pada suatu
butir soal dengan skor total yang didapat. Rumus yang digunakan:
(Ruseffendi dalam Jihad dan Haris, 2012:179-180) Keterangan: rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N : banyaknya peserta tes X : skor total butir soal Y : skor total yang diperoleh siswa
Tabel 3.2. Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen Interval koefisien Kriteria
0.80< rxy ≤1.00 Sangat tinggi 0.60< rxy ≤0.80 Tinggi 0.40< rxy ≤0.60 Sedang 0.20< rxy ≤0.40 Rendah rxy ≤0.20 Sangat rendah
33
Hasil analisis soal berdasarkan rumus rxy, diperoleh harga koefisien korelasi
yang diinterpretasikan dengan kriteria validitas instrumen pada Tabel 3.2. Hasil
tersebut disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba
Nomor butir
soal
Validitas Keterangan
1 0.51 Sedang
2 0.47 Sedang
3 0.77 Tinggi
4 -0.45 Sangat Rendah
5 0.74 Tinggi
6 0.80 Tinggi
7 0.74 Tinggi
8 0.73 Tinggi
9 0.56 Sedang
10 0.22 Rendah
11 0.67 Tinggi
12 - -
13 0.23 Rendah
14 0.27 Rendah
15 -0.08 Sangat Rendah
Berdasarkan harga validitas, soal yang dipakai adalah soal dengan kategori
sedang dan tinggi. Tetapi soal-soal tersebut harus memenuhi kriteria reliabilitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran.
3.4.2.1.2 Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas ini dilakukan untuk menunjukkan apakah instrumen
tes yang diujikan reliabel atau tidak, suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes
tersebut menunjukkan hasil yang mantab. Suatu instrument tes dikatakan mantab
apabila instrument tes tersebut digunakan berulangkali. Dengan syarat saat
pengukuran tidak berubah, instrument tes tersebut memberikan hasil yang sama.
34
Reliabilitas instrument tes pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena
tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk uraian.
Kriteria reliabilitas instrumen ditentukan sesuai Tabel 3.4. Adapun rumus untuk
mencari reliabilitas instrumen tes adalah
(Suharsimi, 2012:122)
Keterangan rii = reliabilitas tes secara keseluruhan k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir
= varians total
Tabel 3.4. Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Interval koefisien Kriteria 0.81-1.00 Sangat tinggi 0.61-0.80 Tinggi 0.41-0.60 Sedang 0.21-0.40 Rendah <0.20 Sangat rendah
Berdasarkn hasil analisis butir soal diperoleh hasil rii sebesar 0,663. Hal ini
menunjukkan bahwa soal mempunyai kriteria reliabilitas tinggi. Harga rii
tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga r pada tabel r product moment
dengan taraf signifikansi 5% dan n = 10 yaitu 0,632. Kriteria soal reliabel bila
harga r11 lebih besar dari r tabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa soal reliabel
yang ditunjukkan dengan nilai r11 lebih besar dari harga r product moment.
3.4.2.1.3 Tingkat kesukaran tes
Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai
dengan karakteristik peserta tes. Taraf kerusakan suatu tes dapat dicari dengan
menggunakan rumus dan diinterpretasikan sesuai kriteria pada Tabel 3.5.
dengan
35
Keterangan IK : indeks kesukaran
Tabel 3.5. Kriteria Indeks Kesukaran Interval koefisien Kriteria
0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah
(Rudyatmi & Rusilowati, 2012: 95) Hasil analisis tingkat kesukaran soal disajikan dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba Nomor butir soal Tingkat Kesukaran Keterangan
1 0.343 Sedang
2 0.412 Sedang
3 0.592 Sedang
4 0.175 Sukar
5 0.210 Sukar
6 0.418 Sedang
7 0.218 Sukar
8 0.218 Sukar
9 0.175 Sukar
10 0.056 Sukar
11 0.052 Sukar
12 0 -
13 0.212 Sukar
14 0.046 Sukar
15 0.094 Sukar
3.4.2.1.4 Daya pembeda soal
Tes yang baik adalah tes yang bisa memisahkan dua kelompok peserta tes
atau siswa. Kedua kelompok itu adalah siswa yang betul-betul mempelajari
materi pelajaran dan siswa yang tidak mempelajari materi pelajaran. Kriteria
daya pembeda disajikan dalam Tabel 3.7 dan untuk menentukan daya beda
ditentukan rumus:
36
Keterangan DB : daya beda Mean kel. Atas : rata-rata nilai kelompok atas Mean kel. Bawah : rata-rata nilai kelompok bawah
Tabel 3.7. Kriteria Daya Pembeda Instrumen Interval koefisien Kriteria
D: 0,00-0,20 Jelek D: 0,21-0,40 cukup D: 0,41-0,70 Baik D: 0,71-1,00 Baik sekali
(Rudyatmi & Rusilowati, 2012:95)
Berdasarkan kriteria daya pembeda instrumen pada Tabel 3.7 hasil analisis daya
pembeda soal menunjukkan ada 3 soal yang memenuhi kategori baik yaitu soal
nomor 6, 7, dan 8; 3 soal yang memenuhi kategori cukup yaitu soal nomor 3, 5,
dan 11; 8 soal memenuhi kategori jelek yaitu soal nomor 1, 2, 4, 9, 10, 13, 14,
dan 15; serta ada satu soal yang tidak memenuhi kriteria jelek, cukup, baik,
maupun baik sekali yaitu soal nomor 12.
Berdasarkan keempat analisis soal uji coba peneliti memilih 10 soal yang
sesuai dengan indikator kompetensi dan indikator metakognisi untuk digunakan
sebagai instrumen penelitian yaitu soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 13
dengan perbaikan kalimat dalam soal maupun kunci jawaban.
3.4.2.2 Instrumen Penilaian Non Tes
Instrumen penilaian non tes meliputi aspek psikomotorik dan afektif.
Peningkatan keterampilan pada kedua aspek ini diukur dengan menggunakan
lembar observasi.
3.4.2.2.1 Lembar Observasi Psikomotorik
1. Validitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik
Instrumen penilaian lembar observasi psikomotorik menggunakan validitas
isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dalam mengukur indikator yang
37
diamati. Penentuan validasi non tes ditentukan oleh pakar ahli. Berdasarkan
analisis validasi lembar observasi psikomotorik memenuhi kriteria sangat baik
dan layak digunakan.
2. Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik
Perhitungan reliabilitas lembar observasi psikomotorik menggunakan rumus
Spearman :
(Suharsimi, 2002:278)
Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen n = jumlah objek yang diamati
= jumlah varians beda butir
Tabel 3.8. Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi
Interval Kriteria 0,80 < r11≤ 1,0 Sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah r11≤ 0,20 Sangat rendah
Berdasarkn hasil analisis lembar observasi psikomotorik diperoleh hasil r11
sebesar 0,79. Klasifikasi reliabilitas lembar observasi pada Tabel 3.8
menunjukkan kriteria reliabilitas tinggi. Harga rii tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan harga r pada tabel r product moment dengan taraf
signifikansi 5% dan n = 10 yaitu 0,632. Kriteria lembar observasi reliabel bila
harga r11 lebih besar dari r tabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa soal reliabel
yang ditunjukkan dengan nilai r11 lebih besar dari harga r product moment
38
3.4.2.2.2 Lembar Observasi Afektif
1. Validitas Lembar Observasi Aspek Afektif
Instrumen penilaian lembar observasi afektif menggunakan validitas isi,
dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dalam mengukur indikator yang
diamati. Penentuan validasi non tes ditentukan oleh pakar ahli. Berdasarkan
analisis validasi lembar observasi psikomotorik memenuhi kriteria sangat baik
dan layak digunakan.
2. Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif
Perhitungan reliabilitas lembar observasi afektif menggunakan rumus
Spearman yaitu:
(Suharsimi, 2002:278)
Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen n = jumlah objek yang diamati
= jumlah varians beda butir
Tabel 3.9. Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi
Interval Kriteria 0,80 < r11≤ 1,0 Sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah r11≤ 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil analisis lembar observasi afektif diperoleh hasil r11 sebesar
0,94. Klasifikasi reliabilitas lembar observasi pada Tabel 3.9 menunjukkan
kriteria reliabilitas tinggi. Harga r11 tersebut kemudian dikonsultasikan dengan
harga r pada tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5% dan n = 7 yaitu
0,754. Kriteria lembar observasi reliabel bila harga r11 lebih besar dari r tabel.
Jadi dapat disimpulkan bahwa soal reliabel.
39
3.4.2.2.3 Lembar Angket Respon Siswa
Analisis tahap awal dari angket respon siswa adalah dengan menggunakan
validasi isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dengan indikator–
indikator yang diamati. Validasi ini dilakukan oleh validator (pakar ahli).
Berdasarkan analisis validasi lembar observasi psikomotorik memenuhi kriteria
sangat baik dan layak digunakan. Sedangkan untuk reliabilitasnya dihitung
menggunakan rumus Alpha (Suharsimi, 2009:122). Kriteria reliabilitas lembar
observasi disajikan dalam Tabel 3.10.
α =
xS
jS
k
k2
2
11
Keterangan: α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total
Tabel 3.10. Interpretasi Kriteria Reliabilitas Angket Interval koefisien Kriteria 0.81-1.00 Sangat tinggi 0.61-0.80 Tinggi 0.41-0.60 Sedang 0.21-0.40 Rendah <0.20 Sangat rendah
Berdasarkn hasil analisis lembar Angket diperoleh hasil � sebesar 0,58. Hal ini
menunjukkan bahwa lembar Angket mempunyai kriteria reliabilitas sedang.
3.4.3 Teknik Analisis Data
Setelah melakukan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan penelitian.
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan
dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian
dan menguji hipotesis. Dalam pengelolaan dan penganalisisan data tersebut
40
digunakan statistik. Langkah- langkah yang ditempuh dalam penggunaan
statistik untuk pengolahan data tersebut adalah:
3.4.3.1 Analisis Tahap awal
Analisis tahap awal meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui bahwa populasi berawal dari kondisi yang sama
sehingga teknik pengambilan sampel dapat dilakukan sengan teknik Cluster
Random Sampling.
3.4.3.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data yang akan
dianalisis. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal ini adalah nilai ujian
akhir semester gasal kelas XI IPA. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-
kuadrat dengan rumus:
(Sudjana, 1996:273)
Keterangan : χ2 = chi kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval i = 1,2,3,...,k Kriteria pengujian adalah jika χ2
hitung< χ2(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka
distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal atau data
berdistribusi normal. Jika χ2 hitung > χ2
(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka
distribusi data berbeda dengan distribusi normal atau data tidak
berdistribusi normal.
3.4.3.1.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa populasi benar-benar
homogen. Uji ini menggunakan Uji Bartlett dengan rumus:
(Sudjana, 1996:263)
41
Keterangan: �2 = berasnya homogenitas B = koefisien Bartlett Si
2 = varian masing-masing kelas S2 = varian gabungan ni = jumlah siswa dalam kelas
3.4.3.2 Uji Tahap Akhir
3.4.3.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data yang akan
dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus:
(Sudjana, 1996:273)
Keterangan : χ2 = chi kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval i = 1,2,3,...,k
Kriteria pengujian adalah jika χ2 hitung< χ2
(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka
distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal atau data
berdistribusi normal. Jika χ2 hitung > χ2
(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) maka
distribusi data berbeda dengan distribusi normal atau data tidak
berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal analisis data
menggunakan statistik nonparametrik.
3.4.3.2.2 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dan Metakognisi
Uji peningkatan hasil belajar kognitif dan metakognisi digunakan untuk
mengetahui ada atau tidak peningkatan yang signifikan setelah proses
42
pembelajaran. Uji peningkatan ini dianalisis dengan uji normalized gain untuk
mengetahui besar peningkatan nilai pretest dan posttest. Rumus untuk
menghitung N-gain rata-rata yaitu:
N-gain = (Wiyanto dalam Suyanto, 2012:17)
Kriteria tingkat pencapaian n-gain: 0,00-0,29 kategori rendah; 0,30-0,69
kategori sedang; 0,70-1,00 kategori tinggi.
Uji Selanjutnya dilakukan dengan menggunakan uji-t. Untuk menentukan rumus
uji-t terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan dua varian.
1) Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda (s12 = s2
2) digunakan
rumus t
thitung =
21
21
11
nns
XX dengan s = 2
11
21
222
211
nn
snsn
Keterangan :
X1 = Rata-rata nilai Postes
X2 = Rata-rata nilai Pretes
1n = Jumlah siswa
2n = Jumlah siswa 21s = Varians nilai Postes 21s = Varians niali Pretes
s = Simpangan baku gabungan 2) Jikadua kelas mempunyai varians yang berbeda (s1
2 s22) digunakan
rumus t’
t’hitung = 2
221
21
21
// nsns
XX
Keterangan:
X1 = Rata-rata nilai Postes
X2 = Rata-rata nilai Pretes
43
1n = Jumlah siswa
2n = Jumlah siswa 21s = Varians nilai Postes 21s = Varians niali Pretes
3.4.3.2.3 Uji Kesamaan Dua Varian
Uji kesamaan dua varian bertujuan untuk menentukan rumus t-tes yang
digunakan dalam uji hipotesis akhir (Sudjana, 1996:250). Uji kesamaan dua
varian dapat dihitung dengan rumus menggunakan rumus:
(1) Jika harga Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1) dengan (σ12 = σ2
2) berarti kedua kelas
mempunyai varians sama sehingga diuji dengan rumus t.
(2) Jika harga Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1) dengan (σ12 ≠ σ2
2) berarti kedua kelas
mempunyai varians berbeda sehingga diuji dengan rumus t’.
Peluang yang digunakan adalah ½ α (α = 5 %), dk untuk pembilang= n1–1 dan
dk untuk penyebut = n2–1.
3.4.3.2.4 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Satu Pihak Kanan
Uji hipotesis dilakukan dengan statistik satu pihak, yaitu pihak
kanan dengan rumus uji t. Sudjana (1996:243) menyatakan uji ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Berdasarkan uji kesamaan dua varians:
1) Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda (s12 = s2
2) digunakan
rumus t
thitung =
21
21
11
nns
XX dengan s = 2
11
21
222
211
nn
snsn
44
Keterangan :
X1 = Rata-rata nilai kelas Eksperimen
X2 = Rata-rata nilai kelas kontrol
1n = Jumlah siswa
2n = Jumlah siswa 21s = Varians nilai kelas eksperimen 21s = Varians niali kelas kontrol
s = Simpangan baku gabungan 2) Jika dua kelas mempunyai varians yang berbeda (s1
2 s22) digunakan
rumus t’
t’hitung = 2
221
21
21
// nsns
XX
Keterangan:
X1 = Rata-rata nilai kelas Eksperimen
X2 = Rata-rata nilai kelas kontrol
1n = Jumlah siswa
2n = Jumlah siswa 21s = Varians nilai kelas eksperimen 21s = Varians niali kelas kontrol
3.4.3.2.5 Analisis Hasil Belajar Afektif
Analisis data hasil belajar afektif menggunakan analisis deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui nilai afektif baik kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol. Setelah skor dijumlahkan kemudian diinterpretasikan dengan
kriteria pada Tabel 3.11 dan Tabel 3.12.
Tabel 3.11. Kriteria Hasil Belajar Afektif Rata- rata skor
responden Kriteria Skor akhir
24 – 28 Sangat Baik/Sangat layak A 19 – 23 Baik/Layak B 14 – 18 Cukup C 7 – 13 Kurang D
45
Tabel 3.12. Kriteria Hasil Belajar Afektif Tiap Aspek Eksperimen Kontrol
Jumlah skor tiap aspek
Kriteria Jumlah Sakor tiap Aspek
Kriteria
124 – 152 Sangat Baik 131-160 Sangat Baik 95 – 123 Baik 101-130 Baik 66 – 94 Cukup 71-100 Cukup 38 – 65 Kurang 40-70 Kurang
3.4.3.2.6 Analisis Hasil Belajar Psikomotorik
Analisis data hasil belajar psikomotorik menggunakan analisis deskriptif
yang bertujuan untuk mengetahui nilai psikomotorik baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Setelah skor dijumlahkan kemudian
diinterpestasikana dengan kriteria pada Tabel 3.13 dan Tabel 3.14.
Tabel 3.13. Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik Rata- rata skor
responden Kriteria Skor akhir
81 – 100 Sangat Baik A 62 – 80 Baik B 43 – 61 Cukup C 25 – 42 Kurang D
Tabel. 3.14 Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik tiap aspek
Eksperimen Kontrol Jumlah skor tiap
aspek Kriteria Jumlah Sakor
tiap Aspek Kriteria
124 – 152 Sangat Baik 131-160 Sangat Baik 95 – 123 Baik 101-130 Baik 66 – 94 Cukup 71-100 Cukup 38 – 65 Kurang 40-70 Kurang
3.4.3.2.7 Analisis Kuesioner Siswa
Analisis keefektifan kuesioner siswa dilakukan secara deskriptif melalui
lembar angket yang sudah disediakan, menggunakan skala penilaian dari 1
hingga 4. Hasil analisis skor yang didapat kemudian disesuaikan dengan kriteria
pada Tabel 3.15.
46
Tabel 3.15. Kriteria Skor Kuesioner Siswa Rata- rata skor
responden Kriteria Skor akhir
23 – 28 Sangat Baik/Sangat layak A 18 – 22 Baik/Layak B 13 – 17 Cukup C 7 – 12 Kurang D
47
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPA SMA N 1
Donorojo diperoleh data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa
nilai ujian akhir semester gasal dan tes hasil belajar kognitif sedangkan data
kualitatif berupa data hasil observasi aspek afektif dan psikomotorik serta
kuesioner siswa.
4.1.1 Hasil Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal dilakukan untuk menentukan sampel kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Analisis ini terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal adalah data nilai
ujian akhir semester gasal Kelas XI IPA.
4.1.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Hasil uji normalitas data populasi disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Populasi
Kelas �2hitung �2
tabel Keterangan
XI IPA 1 5,96 5,99 Berdistribusi Normal
XI IPA 2 2,27 7,81 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas menunjukkan bahwa �2
hitung < �2tabel. Hal
ini menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.
48
4.1.1.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas berawal dari
kemampuan yang sama. Hasil analisis uji homogenitas populasi disajikan pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Data Populasi
Data �2hitung �2
tabel Keterangan
Nilai ujian akhir
semester gasal
1,939 3,84 Homogen
Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas menunjukkan bahwa �2
hitung < �2tabel.
Hal ini berarti kedua kelas homogen atau mempunyai kondisi awal yang sama,
dengan demikian teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik
Cluster Random Sampling.
4.1.2 Hasil Analisis Tahap Akhir
Data yang digunakan untuk analisis tahap akhir adalah nilai pretes-postes
kemampuan metakognisi yang meliputi uji normalitas, uji Normalized gain, uji
Kesamaan dua varian, dan uji perbedaan dua rata-rata. Sedangkan hasil
observasi aspek afektif dan psikomotorik serta kuesioner siswa dianalisis secara
deskriptif.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas pada tahap akhir ini digunakan untuk mengetahui analisis yang
akan digunakan selanjutnya apakah menggunakan analisis parametrik atau
analisis non parametrik. Hasil uji normalitas data pretes disajikan pada Tabel 4.3
dan postes disajikan pada Tabel 4.4.
49
Tabel 4.3. Hasil uji normalitas data pretes
Kelas �2hitung �2
tabel Keterangan
Eksperimen 4,62 9,49 Distribusi Normal
Kontrol 3,34 9,49 Distribusi Normal
Tabel 4.4. Hasil uji normalitas data postes
Kelas �2hitung �2
tabel Keterangan
Eksperimen 10,18 12,99 Distribusi Normal
Kontrol 7,175 7,81 Distribusi Normal
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas pretes dan postes, maka data berdistribusi
normal sehingga analisis selanjutnya menggunakan analisis parametrik.
4.1.2.2 Uji Normalized Gain
Uji normalized gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
kognitif dan metakognisi yaitu dengan melihat nilai pretes dan postes. Hasil
analisis peningkatan hasil belajar kognitif disajikan dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Analisis Normalized-gain
Eksperimen Kontrol
Pretest 35.68 36.15
posttest 75.15 72.425
N-gain 0.61 0.56
Hasil analisis normalized gain pada Tabel 4.5, menunjukan bahwa kelas
eksperimen mempunyai peningkatan hasil belajar kognitif yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelas kontrol. Tapi berdasarkan kriteria pencapaikan n-
gain kedua kelas mempunyai kategori sedang. Hasil analisis peningkatan
metakognisi kelas eksperimen disajikan pada Tabel 4.6 dan kelas kontrol
disajikan pada Tabel 4.7.
50
Tabel 4.6 Hasil analisis peningkatan metakognisi kelas eksperimen Indikator metakognisi Skor pretes Skor postes N-gain Tingkat
pencapaian Menyatakan tujuan 79 158 0,71 Tinggi Mengetahui tentang apa dan bagaimana
301 380 1 Tinggi
Mengidentifikasi informasi
534 1041 0,83 Tinggi
Memilih operasi/prosedur yang dipakai
74 271 0,64 Sedang
Mengurutkan operasi yang digunakan
410 735 0,60 Sedang
Merancang apa yang akan dipelajari
56 160 0,32 Sedang
Tabel 4.7 Hasil analisis peningkatan metakognisi kelas kontrol
Indikator metakognisi Skor pretes Skor postes N-gain
Tingkat pencapaian
Menyatakan tujuan 85 154 0,6 Sedang Mengetahui tentang apa dan bagaimana
317 400 1 Tinggi
Mengidentifikasi informasi
574 1062 0,78 Tinggi
Memilih operasi/prosedur yang dipakai
79 269 0,59 Sedang
Mengurutkan operasi yang digunakan
379 775 0,63 Sedang
Merancang apa yang akan dipelajari
84 136 0,16 Rendah
Analisis peningkatan metakognisi siswa pada Tabel 4.6 dan 4.7
menunjukkan bahwa kelas eksperimen mempunyai peningkatan metakognisi
yang lebih tinggi. Indikator yang paling terlihat adalah pada indikator
menyatakan tujuan dan indikator merancang apa yang akan dipelajari.
4.1.2.3 Uji Kesamaan Dua Varian
Uji kesamaan dua varian digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelas memiliki varian yang sama atau tidak, dengan demikian dapat menentukan
rumus yang digunakan untuk uji-t. Berdasarkan nilai pretes-poetes ada tiga kali
51
uji kesamaan dua varian yaitu uji kesamaan dua varian antara nilai pretes-postes
kelas kontrol, uji kesamaan dua varian antara nilai pretes-postes kelas
eksperimen, dan uji kesamaan dua varian antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Uji kesamaan dua varian antara nilai pretes-postes kelas kontrol dan uji
kesamaan dua varian antara nilai pretes-postes kelas eksperimen digunakan
untuk menentukan rumus uji-t sebelum menguji hipotesis peningkatan hasil
belajar, sedangkan uji kesamaan dua varian antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen digunakan untuk mengetahui rumus uji-t sebelum menguji hipotesis
perbedaan peningkatan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 4.8 Hasil analisis uji kesamaan dua varian
Kelas Fhitung Ftabel Keterangan
Eksperimen 1,78 1,71 Varian berbeda
Kontrol 1,58 1,69 Varian tidak berbeda
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen Fhitung > Ftabel hal ini
berarti antara nilai pretes-postes mempunyai varian berbeda, sehingga rumus
yang digunakan untuk menguji hipotesis peningkatan hasil belajar menggunakan
rumus t’. Sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel hal
ini berarti antara nilai pretes-postes mempunyai varian tidak berbeda (sama),
sehingga rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis peningkatan hasil
belajar menggunakan rumus t.
4.1.2.4 Uji Peningkatan Hasil Belajar
Uji peningkatan hasil belajar menggunakan uji hipotesis satu pihak
kanan. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar
kognitif antara nilai pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
52
Tabel 4.9 Uji peningkatan hasil belajar
Kelas t’hitung t’tabel Keterangan
Eksperimen 65,80 2,02 Meningkat signifikan
Kontrol 21,12 2,00 Meningkat signifikan
Berdasarkan Tabel 4.9 uji peningkatan hasil belajar kognitif, pada kelas
eksperimen diperoleh t’hitung > t’tabel sehingga hipotesis nol ditolak, artinya pada
kelas eksperimen mempunyai peningkatan hasil belajar yang signifikan. Begitu
juga dengan kelas kontrol, berdasarkan tabel peningkatan hasil belajar kognitif
diperoleh t’hitung > t’tabel sehingga hipotesis nol ditolak, artinya pada kelas kontrol
mempunyai peningkatan hasil belajar yang signifikan.
4.1.2.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil
analisis data diperoleh nilai thitung 1,65 < ttabel 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai perbedaan rata-rata
yang signifikan.
4.1.2.6 Hasil Analisis Pencapaian Indikator Metakognisi
Kemampuan metakognisi siswa selain dianalisis menggunakan N-gain juga
dianalisis pencapaian indikator metakognisinya berdasarkan kriteria pencapaian
indikator pada Tabel 4.10. Hasil analisis pencapaian indikator metakognisi
disajikan dalam Tabel 4.11
53
Tabel 4.10 Pencapaian Indikator Metakognisi
Skor Pencapaian Indikator Metakognisi
5 Indikator Tercapai
4
3 Sebagian Besar Indikator Tercapai
2 Sebagian Kecil Indikator Tercapai
1 Tidak Mencapai Indikator Metakognisi
0 Tidak Ada Respon
Tabel 4.11 Hasil Analisis Pencapaian indikator metakognisi
Indikator Eksperimen Kontrol Rata-rata Keterangan Rata-rata Keterangan
Menyatakan tujuan
4,15 Indikator tercapai
3,85 Sebagian besar indikator tercapai
Mengetahui tentang apa dan bagaimana
5 Indikator tercapai
5 Indikator tercapai
Mengidentifikasi informasi
4,56 Indikator tercapai
4,42 Indikator tercapai
Memilih operasi/prosedur yang dipakai
3,56 Sebagian besar indikator tercapai
3,36 Sebagian besar indikator tercapai
Mengurutkan operasi yang digunakan
3,86 Sebagian besar indikator tercapai
3,87 Sebagian besar indikator tercapai
Merancang apa yang akan dipelajari
2,10 Sebagian kecil indikator tercapai
1,7 Tidak mencapai indikator
metakognisi
4.1.3 Hasil Analisis Aspek Afektif
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran
diperoleh data pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil analisis aspek afektif
Kelas Kategori Jumlah
Siswa Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Eksperimen 7 26 5 0 38
Kontrol 6 26 8 0 40
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil belajar afektif dari kelas
eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen ada 7 dari
54
38 siswa yang memenuhi kriteria sangat baik, 26 siswa memenuhi kriteria baik
dan 5 siswa memenuhi kriteria cukup. Sedangkan pada kelas kontrol ada 6 dari
40 siswa yang memenuhi kriteria sangat baik, 26 siswa memenuhi kriteria baik,
dan 8 siswa memenuhi kriteria kurang. Persentase aspek afektif kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.1 dan hasil analisis hasil
belajar afektif tiap aspek disajikan pada Tabel 4.13.
Gambar 4.1 Gambar Persentase Aspek Afektif
Tabel 4.13 Hasil Analisis hasil belajar afektif tiap aspek
Aspek Afektif Eksperimen Keterangan Kontrol Keterangan
Rasa ingin tahu 105 Baik 122 Baik
Bekerjasama 126 Sangat baik 129 Baik
Tanggungjawab 135 Sangat baik 132 Baik
Kreatif 95 Baik 81 Cukup
Memperhatikan
penjelasan orang lain
137 Sangat baik 134 Sangat baik
Mengemukakan
pendapat
114 Baik 128 Baik
Bertanya 100 Baik 94 Cukup
55
4.1.4 Hasil Analisis Aspek Psikomotorik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran
diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.14 Hasil analisis aspek psikomotorik
Kelas Kategori Jumlah
Siswa Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Eksperimen 18 20 0 0 38
Kontrol 18 22 0 0 40
Tabel analisis aspek psikomotorik dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Pada kelas eksperimen ada 18 dari 38
siswa yang memenuhi kriteria sangat baik, dan 20 siswa memenuhi kriteria baik.
Sedangkan pada kelas kontrol ada 18 dari 40 siswa yang memenuhi kriteria
sangat baik, 22 siswa memenuhi kriteria baik. Persentase aspek psikomotorik
kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.2 dan hasil analisis
hasil belajar psikomotorik tiap aspek disajikan pada Tabel 4.15.
Gambar 4.2 Persentase Aspek Psikomotorik
Tabel 4.15 Hasil Analisis hasil belajar Psikomotorik tiap aspek
56
Aspek psikomotorik Eksperimen Keterangan Kontrol Keterangan
Menyiapkan alat yang
digunakan
143 Sangat Baik 155 Sangat Baik
Menyiapkan larutan
kerja
144 Sangat baik 152 Sangat Baik
Keterampilan
merangkai alat
praktikum
113 Baik 121 Baik
Keterampilan menuang
larutan ke dalam buret
141 Sangat Baik 132 Sangat Baik
Keterampilan
menggunakan alat
untuk mengidentifikasi
kesadahan air
110 Baik 121 Baik
Keterampilan
melakukan pengamatan
114 Baik 100 Cukup
Membuat laporan
sementara hasil
praktikum
109 Baik 100 Cukup
Menuang sisa larutan
kerja ke dalam
tempatnya
113 Baik 120 Baik
Membersihkan alat 126 Sangat Baik 153 Sangat Baik
Mengembalikan alat
ketempat semula
139 Sangat Baik 152 Sangat Baik
4.1.5 Hasil Analisis Kuesioner Siswa
Kuesioner siswa pada penelitian ini adalah untuk mengukur kemampuan
metakognisis siswa menggunakan pernyataan Sangat Setuju, Setuju, Tidak
Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.
57
Tabel 4.16 Hasil Analisis Kuesioner Siswa
Pernyataan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
SS S TS STS SS S TS STS
Saya dapat mengikuti
pelajaran dengan
baik
2 36 0 0 12 25 3 0
Saya dapat
memahami tujuan
pembelajaran yang
selama ini saya ikuti
1 36 0 1 4 28 7 1
Saya dapat
menjelaskan konsep-
konsep kimia yang
selama ini saya
pelajari
3 31 2 1 3 26 18 3
Saya menyadari
bahwa saya harus
banyak membaca
16 22 0 0 32 7 1 0
Saya menyadari
sejauh mana saya
bisa megerjakan
tugas
6 32 0 0 12 25 3 0
Saya dapat memilih
langkah-langkah
yang dipakai untuk
memecahkan soal
5 32 1 0 2 25 12 1
Saya mencari
informasi dari
berbagai sumber
untuk memecahkan
masalah dan soal-
soal kimia yang ada
di LKS
7 30 1 0 8 21 10 1
Berdasarkan tabel 4.16 hasil menujukkan bahwa kelas eksperimen mempunyai
kemampuan metakognisi lebih baik dari pada kelas kontrol.
58
4.2 Pembahasan
Penelitian dilakukan di SMA N 1 Donorojo selama bulan April 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan metakognisi siswa kelas
XI IPA mengunakan Strategi pembelajaran inkuiri materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan yang dianalisis menggunakan data hasil tes dan kuesioner siswa
serta hasil observasi aspek afektif dan psikomotorik.
4.2.1 Kondisi Awal Sampel Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster
random sampling yang terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas
populasinya. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, diperoleh harga �2hitung =
1,939 dan �2tabel = 3,84. Harga �2
hitung < �2tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa
masing-masing kelas memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan teknik
cluster random sampling terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.
4.2.2 Proses Pembelajaran
4.2.2.1 Kelas Eksperimen
Selama proses pembelajaran kelas eksperimen menggunakan strstegi
pembelajaran inkuiri. Gulo (2008:84-85) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Selain itu menurut Hamruni
(2011:88) strategi pembelajran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
59
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah. Jadi selama
proses pembelajaran siswa terlibat aktif dimana siswa dihadapkan dengan sebuah
masalah kemudian dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui
diskusi kelompok.
Masalah yang dihadapkan kepada siswa disajikan dalam LKS beserta
langkah-langkah penyelesaiannya sesuai dengan langkah-langkah strategi
pembelajaran inkuiri yang meliputi (1) merumuskan masalah; (2) merumuskan
hipotesisi; (3) mengunpulakan data dan menguji hipotesis; (4) menarik
kesimpulan. Selama proses pembelajaran siswa mendapat bimbingan dari guru
untuk menyelesaikan masalah berdasarkan langkah-langkah setrategi
pembelajaran inkuiri baik merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, maupun menarik kesimpulan. Hal ini
dilakukan karena siswa masih terbiasa belajar dengan menerima materi dari guru
sehingga siswa harus dibimbing untuk mengolah kemampuan berpikirnya.
4.2.2.2 Kelas Kontrol
Selama proses pembelajaran kelas kontrol menggunakan strategi
pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi
dimana guru menyajikan pelajaran secara lisan tentang fakta-fakta, konsep atau
prinsip. Biasanya guru memberikan perintah, menjelaskan hal-hal tertentu,
mengetengahkan pengalaman, dan dengan keahliannya dibantu bahan-bahan/
buku yang tersedia meningkatkan pengetahuan para siswa (Saptorini, 2011:11).
Selama kegiatan pembelajaran guru memulai dengan menjelaskan
konsep-konsep materi yang harus dikuasai oleh siswa kemudian memberikan
contoh soal. Siswa diberi latihan soal sederhana dan mengerjakan melalui
60
diskusi dalam kelompok. Setelah selesai mengerjakan beberapa siswa maju ke
depan kelas untuk memaparkan jawaban hasil diskusi. Jika masih ada materi
yang belum dipahami, siswa dapat secara langsung menyampaikan kepada guru
dan guru dapat melihat sejauh mana siswa memahami materi. Pembelajaran
dilanjutkan dengan membahas soal yang mempunyai tingkat kesulitan lebih
tinggi dibandingkan latihan soal sebelumnya. Jika ada yang belum dipahami
siswa, guru menjelaskan kembali bagian yang belum dipahami.
4.2.3 Peningkatan Hasil Belajar dan Metakognisi
Peningkatan hasil belajar kognitif dan metakognisi siswa dilihat dari
peningkatan nilai pretes-postes. Berdasarkan hasil analisis data pretes dan postes
kelas eksperimen diperoleh nilai t = 65,8 dengan taraf signifikansi 0,05
menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara nilai pretes dan
nilai postes. Hasil analisis data pretes dan postes kelas kontrol diperoleh nilai t =
21,12 dengan taraf signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
signifikan antara nilai pretes dan nilai postes. Dari uji peningkatan kedua kelas
menunjukkan bahwa antara kelas eksperimen yang menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri dan kelas kontrol yang menggunakan strategi pembelajaran
langsung sama-sama mempunyai peningkatan signifikan.
Berdasarkan analisis hasil belajar kognitif menggunakan uji normalized-
gain diperoleh nilai N-gain kelas eksperimen sebesar 0,61 yang termasuk dalam
kategori sedang dan nilai N-gain kelas kontrol sebesar 0,56 yang termasuk dalam
kategori sedang. Jika dibandingkan dengan kelas kontrol maka kelas eksperimen
mempunyai nilai N-gain yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa
61
peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol.
Peningkatan kemampuan metakognisi selain dilihat dari peningkatan skor
pretes-postes juga dilihat dari ketercapaian indikator metakognisi pada setiap
soal tes penguasaan konsep yang terintegrasi dengan indikator metakognisi.
Indikator metakognisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah level 1
metakognisi yaitu menyadari proses berpikir dan mampu menggambarkannya
yang terbagi menjadi indikator sebagai berikut:
1) Menyatakan tujuan
Menurut Flavell sebagaimana dikutip oleh Haryani (2012:46) menyatakan
bahwa metakognisi mengacu pada aktifitas memonitor, meregulasi serta
menyususn proses-proses dalam hubungan dengan objek kognitif atau data
yang mereka hadapi. Dengan demikian menyatakan tujuan merupakan
langkah awal yang harus dilakukan sebelum meregulasi dan menyususn
proses-proses dalam hubungan dengan objek kognitif. Pada penelitian ini
indikator menyatakan tujuan dituangkan dalam soal nomor 1.
Berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator menunjukkan bahwa kelas
eksperimen mencapai N-gain 0,71 dalam kategori tinggi sedangkan pada
kelas kontrol mencapi N-gain 0,60 dalam kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas eksperimen dengan menggunakan strategi
pembelajarn inkuiri mempunyai peningkatan metakognisi yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan menggunakan strategi
pembelajaran langsung. Berdasarkan analisis pencapaian indikator, kelas
eksperimen memperoleh skor 4,15 dalam kategori indikator tercapai dan
62
kelas kontrol memperoleh skor 3,85 dalam kategori sebagian indikator
tercapai. Hal ini menunjukkan siswa kelas eksperimen lebih dapat
menyatakan tujuan karena dalam proses pembelajran inkuiri siswa
dirangsang dan diajak untuk berpikir memecahkan masalah dan mencari
jawaban yang tepat, dengan demikian siswa terbiasa untuk memahami tujuan
pembelajaran sebelum meregulasi dan menyusun proses kognitifnya.
2) Mengetahui Tentang Apa dan Bagaimana
Metakognisi mengacu pada pengetahuan tentang kognisi (Robert dan
Erdos dalam Haryani, 2012:45). Mengetahui tentang apa dan bagaimana
merupakan bentuk dari pengetahuan tentang kognisi. Indikator Mengetahui
Tentang Apa dan Bagaimana pada penelitian ini terintegrasi dalam soal
nomor 2. Berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai harga N-gain 1
dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol mempunyai peningkatan metakognisi yang sama. Hasil analisis
pencapaian indikator menunjukkan bahwa kedua kelas dapat mencapai
indikator mengetahui tentang apa dan bagaimana.
Pengunaan strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran
langsung keduanya menekankan pada penguasaan konsep. Penerapan
Strategi pembelajaran inkuiri membantu siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan yang dimiliki sehingga siswa mampu memahami konsep
dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni et al menunjukkan
bahwa strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa. Strategi pembeljaran langsung
63
pada kelas kontrol berlangsung teacher centered, artinya dalam proses
pembelajaran guru sangat dominan. Dalam penerapannya guru menyajikan
informasi tahap demi tahap dan memberitahu siswa tentang apa yang harus
mereka pelajari atau baca. Strategi pembelajaran langsung menekankan
informasi konsep dan prinsip yang bertujuan untuk pengusaan pengetahuan
yang distrukturisasi dengan baik dan pengetahuan keterampilan (Anggraeni
et al, 2013). Dengan demikian siswa mempunyai penguasaan pengetahuan
yang cukup untuk mengetahui tentang apa dan bagaimana suatu konsep.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al (2010) menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran langsung efektif terhadap peningkatan
pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran RPL.
3) Mengidentifikasi Informasi
Metakognisi menuntun proses berpikir secara sadar untuk mengontrol,
membuat hubungan logis antara apa yang diketahui dan informasi yang baru
diterima (Bayer dalam Haryani, 2012:45). Untuk dapat membuat hubungan
yang logis antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan informasi yang
baru diterima diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi informasi
dengan baik. Pada penelitian ini indikator mengidentifikasi informasi
terintegrasi pada soal nomor 3 dan 4. Berdasarkan hasil analisis metakognisi
siswa menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai harga N-gain
0,83 lebih dari kelas kontrol 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa kelas
eksperimen mempunyai peningkatan yang lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
64
Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri pada kelas ekperimen menekankan
pada aktifitas siswa untuk mencari dan menemukan pengetahuannya. Salah
satu langakah dalam proses inkuiri adalah mengumpulkan data. Pada tahap
mengumpulkan data siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya dan
mengidentifikasi informasi yang diperlukan dalam pengujian hipotesis. Jadi
siswa pada kelas eksperimen sudah terbiasa untuk mengidentifikasi
informasi jika dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Siswa pada
kelas kontrol dengan strategi pembelajaran langsung lebih cenderung
menerima informasi daripada mengolah informasi karena dalam pembelajarn
ini siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru.
4) Memilih Operasi/ Prosedur yang dipakai
Metakognisi merupakan suatu proses yang tidak lepas dari kegiatan
merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi suatu proses. Memilih operasi/
prosedur yang dipakai merupakan salah satu bentuk dari perencanaa suatu
proses. Pada penelitian ini indikator memilih operasi/ prosedur yang dipakai
terintegrasi dengan soal nomor 5 dan 6.
Berdasarkan hasil analisis metakognisi siswa menunjukkan bahwa pada kelas
eksperimen mempunyai N-gain 0,64 lebih dari N-gain kelas kontrol 0,59.
Siswa pada kelas eksperimen mempunyai banyak kesempatan untuk mencari
informasi dan memilih informasi yang dibutuhkan. Mengidentifikasi
informasi merupakan proses yang harus dilakukan siswa agar dapat memilih
prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
65
5) Mengurutkan operasi yang digunakan
Mengurutkan operasi yang digunakan merupakan salah satu langkah yang
digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam metakognisi
mengurutkan operasi termasuk dalam proses pemonitoran. Sebagaimana
dijelaskan oleh Flavell dalam Kadir (2009), menyatakan bahwa metakognisi
merujuk pada dua hal yaitu (1) pengetahuan atau kesadaran seseorang
menyangkut proses kognitifnya, (2) pemonitoran aktif dan pengendalian
yang konsekuen terhadap proses yang berkaitan dengan objek-objek kognitif
atau data dalam proses penyelesaian suatu soal.
Indikator metakognisi “Mengurutkan operasi yang digunakan” pada
penelitian ini terintegrasi pada soal nomor 7, 8, dan 9. Berdasarkan hasil
analisis metakognisi siswa menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen
mempunyai harga N-gain sebesar 0,60 dan kelas kontrol mempunyai harga
N-gain sebesar 0,63. Hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol dengan
strategi pembejaran langsung mempunyai peningkatan yang lebih tinggi.
Proses latihan terstruktur dan latihan terbimbing yang dilakukan guru selama
pembelajaran membantu siswa memahami langkah-langkah dan urutan
operasi yang digunakan dalam menyelesaikan soal. Ikayanti dan Sugiarto
(2012) menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran langsung (direct
instruction) dalam penerapan strategi metakognisi menunjukkan bahwa
pengetahuan metakognisi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
66
6) Merancang apa yang akan dipelajari
Indikator metakognisi “Merancang apa yang akan dipelajari” pada penelitian
ini terintegrasi pada soal nomor 10. Berdasarkan hasil analisis N-gain, kelas
eksperimen mempunyai harga N-gain 0,32 dan kelas kontrol mempunyai
harga N-gain 0,16. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi
pembelajaran inkuiri mempunyai peningkatan yang lebih tinggi, karena
dalam pembelajaran inkuiri siswa terbiasa lebih aktif untuk mencari
informasi yang dibutuhkan, terbiasa untuk merancang prosedur untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Peningkatan metakognisi dari keenam indikator terjadi pada kedua kelas
baik eksperimen maupun kontrol. Jadi strategi pembelajaran inkuiri maupun
strategi pembelajarn langsung keduanya dapat meningkatkan kemampuan
metakognisi siswa. Tetapi secara garis besar strategi pembelajarn inkuiri
mempunyai pengaruh yang lebih positif terhadap kemampuan metakognisi
siswa. Hal ini disebabkan karena penggunaan strategi pembelajaran inkuri dapat
membantu siswa untuk melatih kemampuan berpikirnya. Strategi pembelajaran
inkuiri memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk memcari informasi
dengan melakukan observasi dan atau eksperiemen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah. Selain itu
dalam strategi pembelajaran inkuiri pemberian masalah nyata atau teoritis untuk
diinvestigasi. Kegiatan ini membuat siswa lebih aktif mencari solusi
permasalahan sehingga siswa menjadi paham terhadap apa yang mereka
kerjakan.
67
Pada pembelajaran langsung lebih cenderung teacher centered, artinya
dalam proses pembelajaran guru yang berperan paling dominan. Dalam
penerapan pembelajaran langsung guru menyampaikan informasi dan siswa
hanya memperhatikan dan menerima apa yang disampaikan guru. Akibatnya
siswa hanya mengingat konsep-konsep materi yang disampaikan guru tetapi
siswa tidak memahami untuk apa konsep tersebut dipelajari. Hal ini berdampak
pada kemampuan metakognisi siswa yang tidak berkembang secara maksimal.
Berdasarkan analisis kuesioner siswa menunjukkan bahwa siswa pada
kelas eksperimen lebih memahami tujuan pembelajaran, memahami konsep-
konsep yang dipelajari serta dapat memilih langkah-langkah yang digunakan
untuk menyelesaikan soal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan metakognisi
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Hasil analisis kesamaan dua rata-rata nilai postes antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung = 1,65 dan ttabel = 1,66, hal ini
menunjukkan bahwa kedua kelas tidak mempunyai perbedaan rata-rata yang
signifikan, artinya perlakuan strategi pembelajarn inkuiri dan strategi
pembelajarn langsung tidak jauh berbeda. Tidak adanya perbedaan antara
perlakuan strategi pembelajarn inkuiri dan strategi pembelajarn langsung
disebabkan karena keduanya menekankan pada penguasaan konsep siswa
terhadap materi (hasil belajar kognitif). Peningkatan hasil belajar kognitif
seseorang dapat berjalan beringingan dengan peningkatan kemampuan
metakognisi. Menurut Iin dan Sugiarto (2012) menyatakan bahwa terdapat
keterkaitan yang erat antara hasil belajar dengan keterampilan metakognisi, dan
keduanya merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan. Pada penerapannya
68
dalam kegiatan belajar atau pemecahan masalah, proses kognitif dan
metakognitif dapat berlangsung secara bersama atau beriringan, yang saling
menunjang satu sama lain. Selain itu Danial (2010) menyatakan bahwa jika
keterampilan metakognisi meningkat, maka penguasaan konsep juga cenderung
meningkat. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nuryana dan Sugiarto
(2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
keterampilan metakognisi siswa dengan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek afektif, pada kelas eksperimen
18,42% siswa mempunyai skor dalam kriteria sangat baik, 68,42% siswa
memenuhi kriteria baik, dan 13,16% siswa memenuhi kriteria cukup. Pada kelas
kontrol 15% siswa memenuhi kriteria sangat baik, 65% siswa memenuhi kriteria
baik, dan 20% siswa memenuhi kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan aspek afektif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Aspek
yang paling terlihat perbedaannya adalah pada kemampuan bekerjasama,
bertanggungjawab, kreatif, dan bertanya. Pada kelas eksperimen siswa lebih
terlihat mampu mengorganisasi, membagi tugas, dan membantu teman satu
kelompok jika mengalami kesulitan, selain itu siswa dapat menyelesaikan tugas
dengan lengkap dan dapat menemukan penyelesaian permasalahan melalui
indentifikasi masalah, menentukan hipotesis, mengumpulkan dan
mengidentifikasi data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Helena (2012)
menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri berbasis PBI dapat
meningkatkan aktivitas siswa.
69
Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek psikomotorik, pada kelas
eksperimen 47,37% siswa mempunyai skor dalam kriteria sangat baik dan 52%
siswa memenuhi kriteria baik. Pada kelas kontrol 45% siswa memenuhi kriteria
sangat baik dan 55% siswa memenuhi kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa
penguasaan prosedur praktikum kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Siswa pada kelas eksperimen lebih terbiasa membuktikan kasus yang diberikan
guru memalui demonstrasi atau pengamatan sederhana. Dalam melakukan
pengamatan dan membuat laporan semenatara hasil praktikum siswa kelas
eksperimen lebih terampil dan dapat mengkomunikasikan hasil percobaan
dengan pengetahuan yang dimiliki, hal ini terlihat ketika siswa mampu
membahas pertanyaan dengan jelas dan tepat. Hasil penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Praptiwi dkk (2012) menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing berbantuan My Own Dictionary
dapat lebih meningkatkan unjuk kerja siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
Siska dkk (2013) menunjukkan bahwa pembelajaran praktikum berbasis inkuiri
terbimbing pada meteri laju reaksi telah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpartisispasi secara aktif meningkatkan minat dan motivasi belajar, serta
membantu siswa menemukan konsep berdasarkan eksperimen sehingga materi
pembelajaran lebih mudah dipahami.
4.2.4 Metakognisi dan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Kemampuan metakognisi siswa dalam proses pembelajaran merupakan
kemampuan metakognisi yang berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan
bertindak siswa selama proses pembelajaran. Pada penelitian ini metakognisi
adalah hal penting yang harus ditingkatkan karena metakognisi memiliki peran
70
penting dalam mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif seseorang dalam
belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan menjadi lebih
efektif dan efisien (Romli, 2010). Facione et al dalam Haryani (2012:48)
menyatakan bahwa pengembangan metakognisi bertujuan agar peserta didik
dapat menjadi pemikir-pemikir kritis yang selalu berpikir dalam menerapkan
suatu motivasi internal untuk menjadi sadar, ingin tahu, teratur, penuh analisis,
percaya diri, toleransi, dan bertanggungjawab ketika menyampaikan alternatif,
jujur secara intelektual ketika memulai apakah penerima ide-ide orang lain
sebagai kebenaran maupun ketika bertentangan oleh keadaan. Metakognisi
merujuk pada perintah berpikir yang lebih tinggi, meliputi kontrol aktif melalui
proses kognitif yang diusahakan dalam pembelajaran (Haryani, 2012:53).
Dengan demikian meningkatkan metakognisi sangatlah penting untuk
optimalisasi proses belajar.
Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan metakognisi siswa. Karena dengan strategi pembelajaran inkuiri
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Salah satu kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah metakognisi (Eggen &
Kauchak dalam Nurmaliah, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Anggraeni et al (2013), menunjukkan bahwa dengan strategi pembelajaran
inkuiri dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Strategi
pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang dasar filosofinya
kontruktivisme, karena melalui strategi ini siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Dalam pembelajaran inkuiri siswa terlibat secara mental dan
fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Inkuiri memberikan
71
siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa dilatih
bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh
keterampilan. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Rahma (2012),
menunjukkan bahwa model inkuiri berpendekatan SETS dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Model ini menekankan pada aktifitas siswa
dalam proses belajar dengan mengoptimalkan keterlibatan siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Danial (2010) menunjukkan bahwa
keterampilan metakognisi dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang berbasis
konstruktivistik yang mana pelajar aktif mencari informasi dan membangun
pengetahuan mereka. Hal ini sesusai dengan strategi pembelajaran inkuiri yang
berbasis konstruktivistik (Hamruni, 2012:88). Strategi pembelajaran inkuiri
merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa
(Hamruni, 2012:90). Kegiatan pembelajaran inkuiri melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri (Gulo, 2008:84-85). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aprilia dan Sugiarto (2013) yang menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam
dapat meningkatakan metakognisi siswa.
Pada penerapannya di sekolah strategi pembelajaran inkuiri terdapat
beberapa kelemahan yaitu (1) siswa terbiasa dengan strategi pembelajaran
langsung sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran, (2) implementasinya
memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan
waktu yang ditentukan, (3) Guru harus memiliki keterampilan untuk membuat
72
kasus yang tidak mudah menimbulkan multi tafsir di kalangan siswa, (4)
Guru harus dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik, terutama saat
diskusi guru harus berupaya agar terjadi diskusi yang aktif, (5) Guru harus
cermat dan teliti pada saat mengkoreksi jawaban siswa karena jawaban yang
diberikan siswa bervariasi.
73
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan:
(1) Penggunaan strategi pembelajarn inkuiri dan strategi pembelajaran langsung
pada meteri kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat meningkatkan
metakognisi siswa SMA.
(2) Penggunaan strategi pembelajarn inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
5.2 Saran
(1) Guru hendaknya menerapkan strategi pembelajaran inkuiri untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa terutama kemampuan metakognisi.
(2) Guru hendaknya memanfaatkan berbagai metode pembelajaran dalam
pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa tidak cepat bosan dan jenuh.
(3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai strategi pembelajaran inkuiri
untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,L.W & Krathwohl,D.R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and
Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York: Longman
Anggraeni, N.W, Ristiati, N. P, & Widiyanti, N. L. P. M. 2013. Implementasi
strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan
pemahaman konsep IPA siswa SMP. E-Journal Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Ganesa, 3(1): 1-11.
Aprilia, F & Sugiarto, B. 2012. Keterampilan metakognitif siswa melalui
penerapan model pembeljaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis
garam. Unesa Journal of Chemical Education, 2(3): 36-41.
Asmara, S.D. 2013. Pengaruh Metode Konsep Bertingkat Berbantuan Question
Box Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
Danial, M. 2010. Pengaruh Strategi PBL Terhadap Keterampilan Metakognisi dan
Respon Mahasiswa. Journal Chemica, 11(2):1-10.
Darmadi, H. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Gramedia Sidiasarana
Indonesia
Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani
Haryani, S. 2012. Membangun Metakognisi dan Karakter Calon Guru Melalui
Pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Berbasis Masalah. Semarang:
UNNES Press.
Helena. 2012. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA SMA Katolik
Rajawali Makassar melalui pendekatan inkuiri berbasis PBI pada materi
pokok larutan penyangga. Jurnal Chemica, 13(1): 14-22.
Iin, Y. N. I. S & Sugiarto, B. 2012. Korelasi Antara Keterampilan Metakognitif
dengan Hasil Belajar Siswa di SMAN 1 Dawarblandong, Mojokerto. 1 (2):
78-83
75
Ikayanti, S & Sugiarto, B. 2012. The influence of metacognitive knowledge to
student learning outcomes on salt hydrolysis matter in XI Science 4 RSBI
SMAN Mojoagung Jombang. Unesa Journal of Chemical Education, 1(1):
78-83
Jihad, A & Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kadir. 2009. Meningkatkan metakognisi siswa dalam pembelajaran matematika
melalui asesmen kinerja berbasis masalah dan model pembelajaran. Jurnal
Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 7(3):88-108.
Nurmaliah, C. 2009.Analisis keterampilan metakognisi siswa SMP Negeri di Kota
Malang berdasarkan kemampuan awal, tingkat kelas, dan jenis kelamin.
Diunduh di www.jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/article/download/410/580
tanggal 15 Desember 2013
Nuryana, E & Sugiarto, B. 2012. Hubungan keterampilan metakognisi dengan
hasil belajar siswa pada materi reaksi reduksi oksidasi (redoks) kelas X-1
SMA Negeri 3 Sidoarjo. Unesa Journal of Chemical Education, 1(1): 78-
83
Praptiwi, L, Sarwi, & Handayani, L. 2012. Efektivitas model pembelajaran
eksperimen inkuiri terbimbing berbantuan my own dictionary untuk
meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja siswa SMP RSBI.
Unnes Science Education Journal, 1(2): 86-95.
Rahma, A. N. 2012. Pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri
berpendekatan sets materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan empati siswa terhadap
lingkungan. Journal of Education Research and Evaluation, 1(2): 133-138
Romli, M. 2010. Strategi membangun metakognisi siswa SMA dalam pemecahan
masalah matematika. Electronic journal, 1(2). Tersedia di http://e-
jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/aksioma/article/view/56 [diakses 10-
12-2013]
Rudyatmi, E & Rusilowati, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Universitas Negeri
Semarang: Fakultas MIPA
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Santoso, S. 2007. Pengajaran Sains. On line. Tersedia di
http://www.cbe.indoneia.org/id/index.php [diakses 20-01-2013]
76
Saptorini. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Sebagai
Upaya Peningkatan Kemampuan Inkuiri Guru Kimia Di Kabupaten
Demak. Jurnal penerapan teknologi dan pembelajaran. 8(2): 1-6.
Saptorini. 2011. Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Kimia. Universitas Negeri
Semarang.
Setiawan, W., Fitrajaya, E., & Mardiyanti, T. 2010. Penerapan model pengajaran
langsung (direct instruction) untuk meningkatkan pemahaman belajar
siswa dalam pembelajaran rekayasa perangkat lunak (RPL). Jurnal
Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. 3(1): 7-10.
Siska, M, Kurnia, & Sunarya, Y. 2013. Peningkatan keterampilan proses sains
siswa SMA melalui pembelajaran praktikum berbasis inkuiri pada meteri
laju reaksi. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, 1(1): 69-75.
Sudarmo, U. 2006. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Phibeta
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono.2009.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV ALFABETA.
Suharsimi, A. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Suyanto, Y. P., H. Susanto, & S. Linuwih. 2012. Keefektifan Penggunaan Strategi
Predict, Observe and Explain Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Kreatif Siswa. Unnes Physics Educational journal. 1 (1): 15-25.
77
Lampiran 1
KISI-KISI SOAL UJI COBA
Materi Indikator pencapaian Indikator
Metakognisi
Nomor Soal
Kelarutan Menjelaskan
kesetimbangan dalam
larutan jenuh atau larutan
garam yang sukar larut
Menyadari proses
berpikir dan mampu
menggambarkannya:
a. Menyatakan
tujuan
1
b. Mengetahui
tentang apa dan
bagaimana
2
Hasil kali kelarutan Menuliskan ungkapan
berbagai Ksp elektrolit
yang sukar larut dalam air
3
Menghubungkan tetapan
hasilkali kelarutan dengan
tingkat kelarutan atau
pengendapannya
c. Mengidentifikasi
informasi
4, 5
menghitung kelarutan
suatu elektrolit yang sukar
larut berdasarkan data
harga Ksp atau sebaliknya
6
Pengaruh ion
senama terhadap
kelarutan
Menjelaskan pengaruh
penambahan ion senama
dalam larutan
d. Memilih
operasi/prosedur
yang dipakai
7
Pengaruh pH
terhadap kelarutan
Menentukan pH larutan
dari harga Ksp-nya
8
Proses
pengendapan
Memperkirakan
terbentuknya endapan
berdasarkan harga Ksp
e. Mengurutkan
operasi yang
digunakan
9,10,11,12
f. Merancang apa
yang akan
dipelajari
13,14,15
78
Lampiran 2
SOAL UJI COBA Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Waktu : 90 menit
1. Mengapa jika kita melarutkan gula dengan jumlah banyak ke dalam air, maka ada
sebagian gula yang tidak dapat larut?
2. Jelaskan bagaimana pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat?
3. Persamaan tetapan hasil kali kelarutan merupakan tetapan yang diturunkan dari
reaksi kesetimbangan kelarutan.
a. Tulislah reaksi kesetimbangan untuk garam-garam berikut Fe(OH)3, Bi2S3, dan
Ag2CrO4.
b. Bagaimana rumusan tetapan hasil kali kelarutan untuk garam-garam berikut:
Fe(OH)3, Bi2S3, Ag2CrO4. Jika garam-garam tersebut mempunyai kelarutan
sebesar s, terntukan harga Ksp masing-masing garam.
4. Salah satu aplikasi dari konsep kelarutan adalah adanya penambahan
senyawa fluorida ke dalam pasta gigi yang bertujuan untuk mencegah
kerusakan email pada gigi.
a. Jelaskan bagaimana prinsip kerja dari penambahan senyawa fluoride
tersebut.
b. Tulislah reaksi senyawa Fluorida dengan senyawa hidroksiapatit yang ada
pada email gigi.
5. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk pada saat air merembes dari atas bukit gua melalui
rongga-rongga dan melarutkan kapur sedikit demi sedikit. Di dalam gua ini kapur
ada yang jatuh dan menempel di atap gua sehingga dalam waktu ribuan tahun
terbentuk stalaktit dan stalakmit.
a. Senyawa apa yang membentuk stalaktit dan stalakmit tersebut?
b. Jika senyawa tersebut memiliki tetapan hasil kali kelarutan sebesar 2.8 x 10-9,
tentukan kelarutan senyawa tersebut.
6. Di laboratorium terdapat banyak sekali garam, diantaranya:
Al(OH)3 1,3 x 10-33
BaCO3 5,1 x 10-9
Mg(OH)2 1,8 x 10-11
PbI2 7,1 x 10-9
CaSO4 9,1 x 10-6
a. Urutkan kelarutan garam-garam di atas dari yang terkecil!
b. Garam manakah yang paling sukar larut?
c. Jelaskan mengapa garam tersebut paling sukar larut?
d. Apa kesimpulan yang bisa Anda ambil dari kasus diatas mengenai hubungan
kelarutan dengan tingkat kesukaran larut dalam air?
7. Bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang sejenis maka
akan mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang. Jika diketahui kelarutan
Ag2CrO4 dalam air murni adalah 8,43 x 10-5mol/L pada suhu 25°C. Tetukanlah
kelarutan Ag2CrO4 (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12) itu dalam AgNO3 0,1 N
79
8. Di laboratorium terdapat 500 mL larutan Mg(OH)2 yang mengandung ion Mg2+
sebanyak 10-6 mol. Jika ke dalam larutan tersebut di celupkan pH meter, berapakah
pH larutan tersebut jika Ksp Mg(OH)2 = 1 x 10-11?
9. Diketahui:
Ksp PbS = 8 x 10-28
Ksp CdS = 8 x 10-27
Ksp CuS = 6,3 x 10-36
Ksp FeS = 6,3 x 10-19
Bila ke dalam 1 liter larutan yang mengandung ion Pb2+, Fe2+, Cu2+, dan Cd2+
dengan konsentrasi masing-masing 10-4 M dicampur dengan 1 liter larutan Na2S 10-4
M. dengan menggunakan perhitungan, ion manakah yang mengendap?
10. Batu ginjal dalam tubuh akan terbentuk bila terjadi pengendapan garam kalsium
fosfat atau kalsium oksalat secara perlahan-lahan. Pengendapan akan terjadi dalam
proses pencernaan bila konsentrasi ion oksalatnya berlebihan dan menimbulkan
terbentuknya kalsium oksalat.
a. Tulislah reaksi terbentuknya garam kalsium oksalat.
b. Jika konsentrasi ion Ca2+ dalam darah sebesar 10-4M, berapakah konsentrasi
maksimun ion C2O42- yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu ginjal? Ksp
CaC2O4 = 4 x 10-9
11. Air sadah merupakan air yang mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang cukup tinggi.
Kesadahan air dapat diatasi dengan penambahan natrium karbonat.
a. Tulislah reaksi pengendapan ion Mg2+ dan Ca2+ dengan penambahan natrium
karbonat.
b. Berapa gram Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+
dalam 100 L air sadah?
Ksp MgCO3= 3,5x10-8 dan Ksp CaCO3=2.8x10-9. Mr Na2CO3 = 106.
12. Untuk mengendapkan ion Ag+ dalam 100mL larutan AgNO3 0,01 M ditambahkan
larutan NaOH 0,001M. berapakah volume NaOH yang diperlukan agar dapat
mengendapkan ion Ag+? Ksp AgOH = 2 x 10-8
13. Terdapat dua garam yang sukar larut, yaitu kalsium karbonat dan kalsium
sulfat.
a. Manakah yang kelarutannya dipengaruhi oleh penambahan asam kuat?
b. Bagaimana kelarutan garamnya jika ditambah HCl, meningkat atau
menurun? Jelaskan!
14. Suatu larutan mengandung ion Mg2+ dan Mn2+ dengan konsentrasi masing-
masing 0,1 M.kedua ion tersebut akan dipisahkan dengan menambah larutan
NaOH.
a. Tulislah reaksi ion Mg2+ dan Mn2+ dengan penambahan basa.
b. Berapa pH larutan supaya Mn2+ mengendap sebagai Mn(OH)2, sedangkan
Mg2+ tetap di dalam larutan?
Ksp Mn(OH)2 = 1.9 x 10-13
Ksp Mg(OH)2 = 1.8 x 10-11.
15. Batu karang merupakan habitat dari sebagian besar penghuni laut,
diantaranya ikan-ikan kecil, tumbuhan laut dan sebagainya.
a. Berasal dari senyawa apakah batu karang itu ?
b. Jelaskan proses terbentuknya batu karang !
80
c. Tuliskan reaksi yang terjadi !
d. Permasalahan tersebut apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan termasuk bagian kelarutan, pengaruh ion senama, pH
atau reaksi pengendapan ? Mengapa?
Kunci Jawaban
1. Karena semakin banyak gula yang dilarutkan, akan semakin mudah menjadi
larutan jenuh sehingga gula tidak dapat larut. (Skor : 5)
Karena gula sudah melewati titik jenuh larutan sehingga tidak dapat larut.
(Skor : 4)
Karena gula sudah melewati titik jenuh larutan. (Skor: 3)
Karena konsentrasi gula lebih besar dari konsentrasi pelarut. (Skor: 2)
Karena gula dan air sudah setimbang sehingga gula tidak dapat larut. (Skor:
1)
2. Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya
panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antarmolekul zat
padat tersebut sehingga kekuatan gaya antarmolekul menjadi lemah. (Skor:
5)
Adanya suhu dapat memperbesar kelarutan suatu zat. Adanya panas
menyebabkan renggangnya jarak antar molekul. (Skor:4)
Adanya suhu dapat memperbesar kelarutan suatu zat, karena suhu dapat
mempercepat laju reaksi. (Skor:3)
Suhu dapat memperbesar kelarutan. (Skor:2)
Suhu tidak mempengaruhi kelarutan suatu zat. (Skor:1)
3.
a. Fe(OH)3(s) Fe3+(aq) + 3OH-
(aq)
Bi2S3(s) 2Bi3+(aq) + 3S2-
(aq)
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) (Skor: 5)
Fe(OH)3 Fe3+ + 3OH-
Bi2S3 2Bi3+ + 3S2-
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42-
(Skor: 4)
Fe(OH)3(s) Fe3+(aq) + 3OH-
(aq)
Bi2S3(s) 2Bi3+(aq) + 3S2-
(aq)
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) (Skor: 3)
Fe(OH)3 Fe3+ + OH-
Bi2S3 Bi3+ + S2-
Ag2CrO4 Ag+ + CrO4
2- (Skor: 2)
81
Fe(OH)3 Fe+ + OH3-
Bi2S3 Bi2+ + S3-
Ag2CrO4 Ag2+ + CrO4- (Skor: 1)
b. Ksp = [ Fe3+] [OH-]3
= s (3s)3
= 27s4
Ksp = [ Bi3+]2 [S2-]3
= (2s)2 (3s)3
= 108s5
Ksp = [ Ag+]2 [CrO42-]
= (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 15)
Ksp = [ Fe3+] [3OH-]3
= s (3s)3
= 27s4
Ksp = [ 2Bi3+]2 [3S2-]3
= (2s)2 (3s)3
= 108s5
Ksp = [ 2Ag+]2 [CrO42-]
= (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 12)
Ksp = s (3s)3
= 27s4
Ksp = (2s)2 (3s)3
= 108s5
Ksp = (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 9)
Ksp FeOH3 = 27s4
Ksp Be2S3 = 108s5
Ksp Ag2CrO4 = 4s3
(Skor: 6)
Ksp = [ Fe3+] [OH-]
82
= s (3s)
= 3s2
Ksp = [ Bi3+] [S2-]
= (2s) (3s)
= 5s2
Ksp = [ Ag+] [CrO42-]
= (2s) s
= 2s2
(Skor: 3)
4. a. Email terdiri dari senyawa hidroksiapatit, senyawa ini sedikit larut dalam
suasana asam. Suasana asam dapat terjadi karena pengaruh bakteri dalam
mulut ketika menguraikan sisa-sisa makanan yang terselip di gigi. Hal ini
akan menyebabkan terjadi demineralisasi email, dan email akan rusak.
(skor: 2) Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluorida (F-)
dapat mengubah senyawa hidroksiapatit menjadi fluoroapatit. (skor: 4)
Senyawa fluoroapatit lebih sukar larut dalam suasana asam, jadi dapat
mempertahankan email pada gigi. (skor: 4)
b. Ca5(PO4)3OH(s) + F- (aq) Ca5(PO4)3F(s) + OH- (aq) Skor: 5
5.
a. CaCO3 (Skor: 5)
b. CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 5,29 x 10-5 (Skor: 10)
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 5,29 x 10-5 (Skor: 8)
CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
83
= 1,32 x 10-4,5 (Skor: 6)
s =
=
= 5,29 x 10-5 (Skor: 4)
CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-] (Skor: 2)
6.
a.
Al(OH)3(s) Al3+(aq) + 3OH-
(aq)
s s 3s
Ksp Al(OH)3(s) = [Al3+][OH-]3
1,3 x 10-33 = s x (3s)3
1,3 x 10-33 = 27s4
s =
= 2,63 x 10-9
BaCO3(s) Ba2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp BaCO3(s) = [Ba2+] [CO32-]
5,1 x 10-9 = s x s
5,1 x 10-9 = s2
s =
= 7,14 x 10-5
Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][2OH-]2
1,8 x 10-11 = s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
PbI2(s) Pb2+(aq) + 2I-
(aq)
s s 2s
Ksp PbI2(s) = [Pb2+][2I-]2
7,1 x 10-9 = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
84
s =
= 1,21 x 10-3
CaSO4(s) Ca2+(aq) + SO4
2-(aq)
s s s
Ksp CaSO4(s) = [Ca2+] [SO42-]
9,1 x 10-6 = s x s
9,1 x 10-6 = s2
s =
= 3,01 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Al(OH)3, BaCO3, Mg(OH)2,
PbI2, dan CaSO4. (Skor: 15)
Ksp Al(OH)3(s) = s x (3s)3
1,3 x 10-33 = 27s4
s =
= 2,63 x 10-9
Ksp BaCO3(s) = s x s
5,1 x 10-9 = s2
s =
= 7,14 x 10-5
Ksp Mg(OH)2(s)= s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
Ksp PbI2(s) = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
= 1,21 x 10-3
Ksp CaSO4(s) = s x s
9,1 x 10-6 = s2
s =
= 3,01 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Al(OH)3, BaCO3, Mg(OH)2,
PbI2, dan CaSO4. (Skor: 12)
Ksp Al(OH)3(s) = s x (3s)3
1,3 x 10-33 = 27s4
85
s =
= 2,63 x 10-9
Ksp BaCO3(s) = s x s
5,1 x 10-9 = s2
s =
= 7,14 x 10-5
Ksp Mg(OH)2(s)= s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
Ksp PbI2(s) = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
= 1,21 x 10-3
Ksp CaSO4(s) = s x s
9,1 x 10-6 = s2
s =
= 3,01 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah dan CaSO4, PbI2, Mg(OH)2,
BaCO3 dan Al(OH)3. (Skor: 9)
Ksp Al(OH)3(s) = 1,3 x 10-33
Ksp BaCO3(s) = 5,1 x 10-9
Ksp Mg(OH)2(s) = 1,8 x 10-11
Ksp PbI2(s) = 7,1 x 10-9
Ksp CaSO4(s) = 9,1 x 10-6
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Al(OH)3, BaCO3, Mg(OH)2,
PbI2, dan CaSO4. (Skor: 6)
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah BaCO3, PbI2, Al(OH)3,
Mg(OH)2dan CaSO4. (Skor: 3)
b. Garam yang paling sukar larut adalah Al(OH)3. Skor: 5
c. Karena Al(OH)3 mempunyai kelarutan yang kecil. Skor: 5
d. Garam yang mempunyai kelarutan kecil adalah garam yang sukar larut.
Skor: 5
7. Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s
86
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO42-]
= (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 15) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 12) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (2x0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 4x10-2 s s = 6 x 10-9
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 9) Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
87
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 6) Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 (Skor: 3) Cara lain: Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) 8,43 x 10-5 1,686 x 10-4 8,43x10-5 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 15) Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) 8,43 x 10-5 1,686 x 10-4 8,43x10-5 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 12) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (2x0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 4x10-2 s s = 6 x 10-9
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 9) Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M
88
AgNO3(aq) Ag+(aq) + NO3
-(aq)
0,1 0,1 0,1 Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 6) Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L, kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 3)
8. [Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 20)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 16)
[Mg2+] = 10-6mol
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 3,16 x 10-3
pOH = -log 3,16x10-3
= 3-log 3,16
pH = 14-(3-log 3,16)
= 11+log 3,16. (Skor: 12)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
89
[OH-] = 2 x 2.10-6
= 4 x 10-6
pOH = -log 4x10-6
= 6-log 4
pH = 14-(6-log 4)
= 8+log 4. (Skor: 8)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq) (Skor: 4)
Cara lain:
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [2s]2
5 x 10-6 = 4s2
s =
= 1,118 x 10-3
[OH-] = b x Mb
= 2 x 1,118.10-3
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 20)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [2s]2
5 x 10-6 = 4s2
s =
= 1,118 x 10-3
[OH-] = 2 x 1,118.10-3
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 16)
90
[Mg2+] = 10-6mol
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 10-6 x [2s]2
10-5 = 4s2
s =
= 1,58 x 10-3
[OH-] = 2 x 1,58.10-3
= 3,16 x 10-3
pOH = -log 3,16x10-3
= 3-log 3,16
pH = 14-(3-log3,16)
= 11+log 3,16. (Skor: 12)
[Mg2+] = 10-6
[OH-] = 2 x10-6
pOH = -log 2x10-6
= 6-log2
pH = 14-(6-log2)
= 8+log 2. (Skor: 8)
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2 (Skor: 4)
9. Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M Untuk menngetahui ion-ion tersebut mengendap atau tidak, kita harus menghitung Qsp dari masing-masing ion - Qsp PbS = [Pb2+][S2-]
= [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp PbS> Ksp PbS mengendap
- Qsp CdS = [Cd2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp CdS> Ksp CdS mengendap
- Qsp CuS = [Cu2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp CuS> Ksp CuS mengendap
- Qsp FeS = [Fe2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5]
91
= 2,5x10-9 Qsp FeS> Ksp FeS mengendap Jadi ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor:
15)
Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M Untuk menngetahui ion-ion tersebut mengendap atau tidak, kita harus menghitung Qsp dari masing-masing ion Qsp PbS = [Pb2+][S2-]
= [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9
Qsp PbS> Ksp PbS mengendap Qsp CdS> Ksp CdS mengendap Qsp CuS> Ksp CuS mengendap Qsp FeS> Ksp FeS mengendap Jadi ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 12)
Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 6)
Ksp PbS = 8x10-28 Ksp CdS = 8x10-27 Ksp CuS = 6,3x10-36 Ksp FeS = 6,3x10-19 (Skor: 3)
10. a. Ca2+
(aq) + C2O42-
(aq) ⇄ CaC2O4(s)
Skor: 5
b. Agar tidak terjadi pengendapan maka QspCaC2O4=KspCaC2O4
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 4 x 10-5
Jadi konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak
terbentuk batu ginjal adalah 4x10-5M. (Skor: 10)
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 4 x 10-5 (Skor: 8)
Agar tidak terjadi pengendapan maka QspCaC2O4=KspCaC2O4
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 10-5
Jadi konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak
terbentuk batu ginjal adalah 10-5M. (Skor: 6)
Konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak terbentuk
batu ginjal adalah 4x10-5M. (Skor: 4)
92
CaC2O4(s) ⇄ Ca2+(aq) + C2O4
2-(aq) (Skor: 2)
11.
a. Ca2+(aq) + Na2CO3(aq) ⇄ CaCO3(s) + 2Na+ (aq)
Mg2+(aq) + Na2CO3(aq) ⇄ MgCO3(s)+ 2Na+
(aq)
Skor: 5 b. Karena harga Ksp MgCO3 lebih besar dari CaCO3, maka apabila MgCO3
mengendap CaCO3 juga akan mengendap. Jadi untuk menentukan banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ kita cukup menghitung banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+. Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
kelarutan CO32- = 1,87x10-4M, jadi [Na2CO3] yang diperlukan lebih dari
1,87x10-4 M. karena V= 100L, maka banyaknya
Na2CO3 = 1,87x10-4M x 100L = 1,87x10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 1,87x10-2 mol x 106 gr/mol = 1,98 gram. Jadi banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram. Skor: 20
Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
Na2CO3 = 1,87x10-4M x 100L = 1,87x10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 1,87x10-2 mol x 106 gr/mol = 1,98 gram. Jadi banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram. (Skor: 16) Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-]
2,8x10-9 = s2
s = 5,29 x 10-5
[CO32-] = 1,87x10-4 + 5,29x10-5
93
= 2,39 x 10-4
Na2CO3 = 2,39 x 10-4M x 100L = 2,39 x 10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 2,39 x 10-2mol x 106 gr/mol = 2,53 gram. (Skor: 12) Banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram (Skor: 8) Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-] (Skor: 4)
12. Agar tepat terbentuk endapan AgOH,
Qc AgOH = Ksp AgOH
[Ag+] [OH-] = Ksp AgOH
= Ksp AgOH
= 2 x 10-8
= 2 x 10-8
10-3 x = 2 x 10-8 ( 104 + 200x + x2 )
= 2.10-4 + 4.10-6x + 2.10-8 x2
105 x = 2.104 + 4.102x + 2x2
2x2 – 99600x + 20000 = 0
X2 – 49800x + 10000 = 0
X1,2 =
=
= 0,20 mL
Jadi volume NaOH yang diperlukan untuk mengendapkan ion Ag+ harus
lebih dari 0,2 mL (skor:10)
Qc AgOH = Ksp AgOH
[Ag+] [OH-] = Ksp AgOH
= Ksp AgOH
= 2 x 10-8
= 2 x 10-8
10-3 x = 2 x 10-8 ( 104 + 200x + x2 )
= 2.10-4 + 4.10-6x + 2.10-8 x2
105 x = 2.104 + 4.102x + 2x2
2x2 – 99600x + 20000 = 0
94
X2 – 49800x + 10000 = 0
X1,2 = = (skor:8)
Agar tepat terbentuk endapan AgOH,
Qc AgOH = Ksp AgOH
[Ag+] [OH-] = Ksp AgOH
= Ksp AgOH
= 2 x 10-8
= 2 x 10-8
10-3 x = 2 x 10-8 ( 104 + 200x + x2 )
= 2.10-4 + 4.10-6x + 2.10-8 x2
105 x = 2.104 + 4.102x + 2x2
2x2 – 99600x + 20000 = 0
X2 – 49800x + 10000 = 0
(skor:6)
Agar tepat terbentuk endapan AgOH,
Qc AgOH = Ksp AgOH
[Ag+] [OH-] = Ksp AgOH
= Ksp AgOH
= 2 x 10-8
Qc AgOH = Ksp AgOH
[Ag+] [OH-] = Ksp AgOH (Skor:2)
13.
a. Kelarutan yang dipengaruhi oleh penambahan asam adalah CaCO3.
Skor: 5
b. Kelarutan garamnya meningkat sehingga CaCO3 akan larut.
Misalnya dengan penambahan HCl
Ion Ca2+ dari CaCO3 akan berkumpul dengan ion Cl- dari HCl, tetapi
tidak dapat membentuk CaCl2 karena CaCl2 merupakan elektrolit kuat
sehingga dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya.Tetapi ion H+ dari HCl
akan bertemu dengan ion CO32- membentuk H2CO3 dan terurai menjadi
CO2 dan H2O. Karena CO32- berikatan dengan H+ maka dapat
mempengaruhi kesetimbangan CaCO3. Berkurangnya CO32- akan
menggeser kesetimbangan ke arah hasil reaksi (Ca2+ dan CO32-). Jadi
kelarutan CaCO3 meningkat. (skor: 10)
Penambahan HCl akan mengikat ion CO32- menjadi H2CO3 dan terurai
membentuk CO2 dan H2O, sehingga konsentrasi ion CO32- berkurang, hal
ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan yang menyebabkan
CaCO3 larut. (Skor:8)
95
Penambahan HCl akan mengikat ion CO32-, sehingga konsentrasi ion
CO32- berkurang, hal ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke
kanan yang menyebabkan CaCO3 larut. (Skor:6)
Penambahan HCl dapat mempengaruhi kelarutan CaCO3. (Skor:4)
Penambahan HCl tidak dapat mempengaruhi kelarutan CaCO3. (Skor:2)
14.
a. Mg2+(aq) + 2OH-
(aq) Mg(OH)2(s)
Mn2+(aq) + 2OH-
(aq) Mn(OH)2(s)
Skor: 5
b. Jika diperhatikan dari harga Ksp-nya, maka Mn(OH)2 lebih mudah
mengendap daripada Mg(OH)2, sehingga dapat dicari [OH-] larutan jenuh
Mg(OH)2.
Larutan jenuh Mg(OH)2 terjadi bila
[Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
0,1 [OH-]2 = 1,8x10-11
[OH-]2 = 1,8x10-10
[OH-] =
= 1,34x10-5
pOH = -log 1,34x10-5
= 4,87
pH = 9,13
Pada pH = 9,13 larutan Mg2+ belum mengendap sebagai Mg(OH)2 sebab
pada pH tersebut QspMg(OH)2=Ksp Mg(OH)2 dan baru terbentuk larutan
jenuh Mg(OH)2.
Untuk itu kita selidiki Qsp Mn(OH)2 pada pH 9,13
[Mn2+] = 0,1 M
Pada pH 9,13 [OH-] = 1,34 x 10-5M
Qsp Mn(OH)2 = [Mn2+][OH-]2
= (0,1) (1,34 x 10-5)2
= 1,8 x 10-11
Ksp Mn(OH)2 = 1,9 x 10-13
Qsp Mn(OH)2 > Ksp Mn(OH)2 artinya Mn(OH)2 sudah mengendap.
Jadi, pada pH = 9,13 ion Mn2+ sudah mengendap sebagai Mn(OH)2,
sedangkan ion Mg2+ tetap sebagai larutan. Dengan demikian kedua ion
dapat dipisahkan dengan dilakukan penyaringan. (skor: 20)
[Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
0,1 [OH-]2 = 1,8x10-11
[OH-]2 = 1,8x10-10
[OH-] =
= 1,34x10-5
pOH = -log 1,34x10-5
= 4,87
96
pH = 9,13
Jadi, ion Mn2+ dan ion Mg2+ tetap sebagai larutan dapat dipisahkan
dengan pH = 9,13. (skor: 16)
[Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
0,1 [OH-]2 = 1,8x10-11
[OH-]2 = 1,8x10-10
[OH-] =
= 1,34x10-5
pOH = -log 1,34x10-5
= 5,87
pH = 8,13
Jadi, ion Mn2+ dan ion Mg2+ tetap sebagai larutan dapat dipisahkan
dengan pH = 8,13. (skor: 12)
Ion Mn2+ dan ion Mg2+ dapat dipisahkan dengan pH 9,13. (Skor:8)
[Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (Skor:4)
15.
a. Batu karang berasal dari senyawa CaCO3. (Skor: 5)
b. Pembentukan CaCO3 berawal dari karbondioksida yang berada di
atmosfer bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat. Ketika
asam karbonat yang terbentuk larut dalam air larut, maka asam
karbonat terurai menjadi ion. Ion bikarbonat bereaksi dengan ion Ca2+
dalam air laut, membentuk CaCO3 yang merupakan batu karang. (Skor:
10)
Pembentukan CaCO3 berawal dari asam karbonat yang larut dalam air
laut, maka asam karbonat terurai menjadi ion. Ion bikarbonat bereaksi
dengan ion Ca2+ dalam air laut, membentuk CaCO3 yang merupakan batu
karang. (Skor: 8)
Ion bikarbonat bereaksi dengan ion Ca2+ dalam air laut, membentuk
CaCO3 yang merupakan batu karang. (Skor: 6)
Pembentukan CaCO3 berasal dari reaksi antara ion Ca2+ dan CO32- (Skor:
4)
Batu karang terbentuk dari ion-ion yang mengendap. (Skor: 2)
c. CO2 (g) + H2O(l) H2CO3 (aq) Ketika asam karbonat yang terbentuk
larut dalam air larut, maka asam karbonat terurai menjadi ion.
H2CO3 (aq) H+ (aq)+ HCO3
- (aq)
HCO3-
(aq) H+ (aq) + CO32-
(aq)
Ion bikarbonat bereaksi dengan ion Ca2+ dalam air laut, membentuk
CaCO3 yang merupakan batu karang. Ca2+(aq)+ 2 HCO3
-(aq) CaCO3 (s) +
CO2 (g) + H2O(l)
(Skor: 10)
CO2 (g) + H2O(l) H2CO3 (aq)
97
H2CO3 (aq) H+ (aq)+ HCO3
- (aq) H+ (aq) + CO3
2- (aq)
Ca2+(aq)+ 2 HCO3
-(aq) CaCO3 (s) + CO2 (g) + H2O(l)
(Skor: 8)
Ca2+(aq)+ 2 HCO3
-(aq) CaCO3 (s) + CO2 (g) + H2O(l)
(Skor:6)
Ca2+(aq)+ CO3
2-(aq) CaCO3 (s)
(Skor:4)
CaCO3
(Skor:2)
d. Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
termasuk bagian reaksi pengendapan. Karena batu karang terbentuk dari
reaksi pengendapan ion bikarbonat yang bereaksi dengan ion Ca2+ dalam
air laut. Skor: 5
98
Lampiran 3
Hasil Analisis Soal Uji Coba No
NAMA
Nomor Butir Soal Y y^2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 UC 20 2 5 20 2 15 30 15 12 15 0 9 0 5 0 0 130 16900 1 UC 1 1 2 20 3 11 25 15 12 0 5 5 0 5 9 6 119 14161 9 UC 9 5 5 18 0 5 30 15 12 15 0 9 0 0 0 0 114 12996 14 UC 14 5 1 20 0 15 18 0 8 15 0 0 0 7 0 5 94 8836 32 UC 32 3 2 18 0 11 25 0 12 3 0 5 0 5 0 0 84 7056 7 UC 7 2 2 16 0 5 18 6 4 0 0 0 0 3 5 8 69 4761 11 UC 11 1 2 18 0 0 6 6 12 3 15 0 0 5 0 0 68 4624 22 UC 22 2 2 11 2 5 25 9 4 0 0 0 0 5 0 0 65 4225 21 UC 21 2 2 11 0 5 20 9 8 0 0 0 0 5 0 0 62 3844 24 UC 24 1 2 20 0 0 3 0 8 12 0 5 0 5 5 0 61 3721 13 UC 13 2 2 11 0 5 22 9 4 0 0 0 0 5 0 0 60 3600 27 UC 27 2 2 14 4 1 25 0 8 0 3 0 0 0 0 0 59 3481 6 UC 6 1 2 14 0 0 24 0 0 0 0 0 0 0 5 11 57 3249 10 UC 10 0 0 20 0 0 0 0 8 0 0 9 0 5 13 0 55 3025 4 UC 4 2 2 11 0 0 20 9 8 0 0 0 0 0 0 0 52 2704 5 UC 5 2 2 11 0 0 20 9 8 0 0 0 0 0 0 0 52 2704 15 UC 15 1 2 17 3 3 12 0 0 0 3 0 0 5 0 6 52 2704 12 UC 12 3 2 14 2 3 14 3 0 0 0 0 0 3 0 6 50 2500 30 UC 30 2 2 9 0 0 14 0 8 0 1 0 0 0 0 7 43 1849 3 UC 3 1 3 20 0 0 6 0 4 0 0 0 0 0 0 5 39 1521 16 UC 16 2 2 6 10 1 6 0 0 0 0 0 0 7 0 5 39 1521 29 UC 29 3 3 4 9 1 0 0 0 3 0 0 0 5 0 7 35 1225 23 UC 23 1 3 4 9 1 0 0 0 3 0 0 0 1 0 10 32 1024 2 UC 2 1 1 11 4 1 0 0 0 3 0 0 0 5 0 3 29 841 8 UC 8 1 1 11 4 1 0 0 0 3 0 0 0 5 0 3 29 841 17 UC 17 1 1 4 4 5 0 0 0 3 0 0 0 5 0 3 26 676 31 UC 31 1 1 4 4 5 0 0 0 3 0 0 0 5 0 3 26 676 28 UC 28 1 2 5 0 0 11 0 0 0 0 0 0 3 0 3 25 625 26 UC 26 1 2 4 8 0 6 0 0 3 0 0 0 0 0 0 24 576 19 UC 19 1 2 5 8 0 6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 23 529 25 UC 25 1 2 4 4 1 10 0 0 0 0 0 0 1 0 0 23 529 18 UC 18 1 2 4 4 1 6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 19 361
Jumlah 55 66 379 84 101 402 105 140 84 27 42 0 102 37 91 1751 117885
Val
idit
as
2 133 166 5631 532 893 8190 1161 1296 900 269 318 0 504 325 611 3461 3954 24500 3216 8274 28736 9036 10580 6861 1991 4011 0 5965 2721 4636
r 0.37 0.28 0.63 -0.53 0.62 0.71 0.66 0.56 0.41 0.00 0.34 -0.34 -0.13 0.00 -0.29
Kriteria Rendah Rendah Tinggi Sangat Rendah
Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sangat Rendah
Rendah Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sangat Rendah
99
Rel
iab
ilit
as
( 2 / N 94.53 136.13 4488.7 220.50 318.78 5050.1 344.53 612.50 220.50 22.78 55.13 0.00 325.13 42.78 258.78 2 -
( 2/ N 38.47 29.88 1142.2 311.50 574.22 3139.8 816.47 683.50 679.50 246.22 262.88 0.00 178.88 282.22 352.22 Si 1.20 0.93 35.69 9.73 17.94 98.12 25.51 21.36 21.23 7.69 8.21 0.00 5.59 8.82 11.01
R11 0.66 Kriteria tinggi
IK
1.72 2.06 11.84 2.63 3.16 12.56 3.28 4.38 2.63 0.84 1.31 0.00 3.19 1.16 2.84
IK 0.34 0.41 2.37 0.53 0.63 2.51 0.66 0.88 0.53 0.17 0.26 0.00 0.64 0.23 0.57
Kriteria Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sukar Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang
Day
a B
eda
2.06 2.19 15.8 0.69 4.88 19.4 6.38 8 3.94 1.44 2.63 0 3.44 2.31 1.88
1.38 1.94 7.88 4.56 1.44 5.69 0.19 0.75 1.31 0.25 0 0 2.94 0 3.81
0.69 0.25 7.94 -3.9 3.44 13.8 6.19 7.25 2.63 1.19 2.63 0 0.5 2.31 -1.9 Skor maks 5 5 20 10 15 30 15 12 15 15 9 0 7 13 11 DB 0.14 0.05 0.4 -0.4 0.23 0.46 0.41 0.6 0.18 0.08 0.29 #### 0.07 0.18 -0.2 Kriteria Jelek Jelek Cukup Jelek Cukup Baik Baik Baik Jelek Jelek Cukup - Jelek Jelek Jelek
Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang
100
Lampiran 4 Perhitungan Validitas Butir Soal
Rumus
Keterangan: rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N : banyaknya peserta tes X : skor total butir soal Y : skor total yang diperoleh siswa
Kriteria
Bila rhitung dari rumus diatas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid.
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no.1, selanjutnya untuk butir soal yang lain
dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisa butir soal.
101
Kode X Y XY X^2 Y^2
UC 1 1 119 119 1 14161
UC 2 1 29 29 1 841
UC 3 1 39 39 1 1521
UC 4 2 52 104 4 2704
UC 5 2 52 104 4 2704
UC 6 1 57 57 1 3249
UC 7 2 69 138 4 4761
UC 8 1 29 29 1 841
UC 9 5 114 570 25 12996
UC 10 0 55 0 0 3025
UC 11 1 68 68 1 4624
UC 12 3 50 150 9 2500
UC 13 2 60 120 4 3600
UC 14 5 94 470 25 8836
UC 15 1 52 52 1 2704
UC 16 2 39 78 4 1521
UC 17 1 26 26 1 676
UC 18 1 19 19 1 361
UC 19 1 23 23 1 529
UC 20 2 130 260 4 16900
UC 21 2 62 124 4 3844
UC 22 2 65 130 4 4225
UC 23 1 32 32 1 1024
UC 24 1 61 61 1 3721
UC 25 1 23 23 1 529
UC 26 1 24 24 1 576
UC 27 2 59 118 4 3481
UC 28 1 25 25 1 625
UC 29 3 35 105 9 1225
UC 30 2 43 86 4 1849
UC 31 1 26 26 1 676
UC 32 3 84 252 9 7056
Jumlah 55 1715 3461 133 117885
102
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:
= 55
= 1715
= 3461
= 133
= 117885
= 3025
= 2941225
=
=
= 0.513
Pada � =5% dengan N=32 diperoleh rtabel = 0,349. Karena rhitung>rtabel maka soal no.1 valid.
103
Lampiran 5
Perhitungan Reliabilitas Instrumen
Keterangan rii = reliabilitas tes secara keseluruhan k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir
= varians total
Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Interval koefisien Kriteria 0.81-1.00 Sangat tinggi 0.61-0.80 Tinggi 0.41-0.60 Sedang 0.21-0.40 Rendah <0.20 Sangat rendah
Perhitungan
Berdasrakan tabel pada uji coba soal diperoleh:
k = 15 = 273.06
= 811.62
= 0,66 Nilai koefisien korelasi tersebut pada interval 0,61-0,80 dalam kategori tinggi.
Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
Kriteria Indeks Kesukaran
Interval koefisien Kriteria 0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah
Butir soal no.1 diperoleh: Mean : 1.72 Skor maksimum : 5
= 0,34 Berdasarkan kriteria indeks kesukaran terletak pada interval 0,30-0,70 dalam kategori sedang.
104
Lampiran 6 Perhitungan Daya Beda
Kelompok Atas Kelompok bawah No Kode Skor No Kode Skor 1 UC 20 2 1 UC 15 1 2 UC 1 1 2 UC 12 3 3 UC 9 5 3 UC 30 2 4 UC 14 5 4 UC 3 1 5 UC 32 3 5 UC 16 2 6 UC 7 2 6 UC 29 3 7 UC 11 1 7 UC 23 1 8 UC 22 2 8 UC 2 1 9 UC 21 2 9 UC 8 1
10 UC 24 1 10 UC 17 1 11 UC 13 2 11 UC 31 1 12 UC 27 2 12 UC 28 1 13 UC 6 1 13 UC 26 1 14 UC 10 0 14 UC 19 1 15 UC 4 2 15 UC 25 1 16 UC 5 2 16 UC 18 1
Rata-rata 2,06 Rata-rata 1,38
Kriteria Daya Beda
Interval koefisien Kriteria D: 0,00-0,20 Jelek D: 0,21-0,40 cukup D: 0,41-0,70 Baik D: 0,71-1,00 Baik sekali
=
= 0,14
Berdasarkan kriteria daya pembeda soal no.1 terletak pada interval 0,00-0,20 dalam kategori
jelek.
105
Lampiran 7
KISI-KISI INSTRUMEN
Materi Indikator pencapaian Indikator
Metakognisi
Nomor Soal
Kelarutan Menjelaskan
kesetimbangan dalam
larutan jenuh atau larutan
garam yang sukar larut
Menyadari proses
berpikir dan mampu
menggambarkannya:
a. Menyatakan
tujuan
1
Hasil kali kelarutan Menuliskan ungkapan
berbagai Ksp elektrolit
yang sukar larut dalam air
b. Mengetahui
tentang apa dan
bagaimana
2
Menghubungkan tetapan
hasilkali kelarutan dengan
tingkat kelarutan atau
pengendapannya
c. Mengidentifikasi
informasi
3
menghitung kelarutan
suatu elektrolit yang sukar
larut berdasarkan data
harga Ksp atau sebaliknya
4
Pengaruh ion
senama terhadap
kelarutan
Menjelaskan pengaruh
penambahan ion senama
dalam larutan
d. Memilih
operasi/prosedur
yang dipakai
5
Pengaruh pH
terhadap kelarutan
Menentukan pH larutan
dari harga Ksp-nya
6
Proses
pengendapan
Memperkirakan
terbentuknya endapan
berdasarkan harga Ksp
e. Mengurutkan
operasi yang
digunakan
7,8,9
f. Merancang apa
yang akan
dipelajari
10
106
Lampiran 8
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Waktu : 90 menit
1. Mengapa jika kita melarutkan gula dengan jumlah banyak ke dalam air, maka ada sebagian gula
yang tidak dapat larut?
2. Persamaan tetapan hasil kali kelarutan merupakan tetapan yang diturunkan dari reaksi
kesetimbangan kelarutan.
a. Tulislah reaksi kesetimbangan untuk garam-garam berikut Fe(OH)3, Bi2S3, dan Ag2CrO4.
b. Bagaimana rumusan tetapan hasil kali kelarutan untuk garam-garam berikut: Fe(OH)3, Bi2S3,
Ag2CrO4. Jika garam-garam tersebut mempunyai kelarutan sebesar s, terntukan harga Ksp
masing-masing garam.
3. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk pada saat air merembes dari atas bukit gua melalui rongga-
rongga dan melarutkan kapur sedikit demi sedikit. Di dalam gua ini kapur ada yang jatuh dan
menempel di atap gua sehingga dalam waktu ribuan tahun terbentuk stalaktit dan stalakmit.
a. Senyawa apa yang membentuk stalaktit dan stalakmit tersebut?
b. Jika senyawa tersebut memiliki tetapan hasil kali kelarutan sebesar 2.8 x 10-9, tentukan
kelarutan senyawa tersebut.
4. Di laboratorium terdapat banyak sekali garam, diantaranya:
Al(OH)3 1,3 x 10-33
BaCO3 5,1 x 10-9
Mg(OH)2 1,8 x 10-11
PbI2 7,1 x 10-9
CaSO4 9,1 x 10-6
a. Urutkan kelarutan garam-garam di atas dari yang terkecil!
b. Garam manakah yang paling sukar larut?
c. Jelaskan mengapa garam tersebut paling sukar larut?
d. Apa kesimpulan yang bisa Anda ambil dari kasus diatas mengenai hubungan kelarutan
dengan tingkat kesukaran larut dalam air?
5. Bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang sejenis maka akan
mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam
air murni adalah 8,43 x 10-5mol/L pada suhu 25°C. Tetukanlah kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3
0,1 N?
6. Di laboratorium terdapat 500 mL larutan Mg(OH)2 yang mengandung ion Mg2+ sebanyak 10-6
mol. Jika ke dalam larutan tersebut di celupkan pH meter, berapakah pH larutan tersebut jika
Ksp Mg(OH)2 = 1 x 10-11?
7. Diketahui:
Ksp PbS = 8 x 10-28
Ksp CdS = 8 x 10-27
Ksp CuS = 6,3 x 10-36
Ksp FeS = 6,3 x 10-19
Bila ke dalam 1 liter larutan yang mengandung ion Pb2+, Fe2+, Cu2+, dan Cd2+ dengan konsentrasi
masing-masing 10-4 M dicampur dengan 1 liter larutan Na2S 10-4 M. dengan menggunakan
perhitungan, ion manakah yang mengendap?
Soal Pretes
107
8. Batu ginjal dalam tubuh akan terbentuk bila terjadi pengendapan garam kalsium fosfat atau
kalsium oksalat secara perlahan-lahan. Pengendapan akan terjadi dalam proses pencernaan bila
konsentrasi ion oksalatnya berlebihan dan menimbulkan terbentuknya kalsium oksalat.
a. Tulislah reaksi terbentuknya garam kalsium oksalat.
b. Jika konsentrasi ion Ca2+ dalam darah sebesar 10-4M, berapakah konsentrasi maksimun ion
C2O42- yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu ginjal? Ksp CaC2O4 = 4 x 10-9
9. Air sadah merupakan air yang mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang cukup tinggi. Kesadahan air
dapat diatasi dengan penambahan natrium karbonat.
a. Tulislah reaksi pengendapan ion Mg2+ dan Ca2+ dengan penambahan natrium karbonat.
b. Berapa gram Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ dalam 100 L air sadah? Ksp MgCO3= 3,5x10-8 dan Ksp CaCO3=2.8x10-9. Mr Na2CO3 = 106.
10. Bagaimana pengaruh penambahan larutan HCl pekat terhadap kelarutan:
a. BaSO4?
b. BaCO3?
Kunci Jawaban
1. Karena semakin banyak gula yang dilarutkan, akan semakin mudah menjadi larutan
jenuh sehingga gula tidak dapat larut. (Skor : 5)
Karena gula sudah melewati titik jenuh larutan sehingga tidak dapat larut. (Skor : 4)
Karena gula sudah melewati titik jenuh larutan. (Skor: 3)
Karena konsentrasi gula lebih besar dari konsentrasi pelarut. (Skor: 2)
Karena gula dan air sudah setimbang sehingga gula tidak dapat larut. (Skor: 1)
2.
a. Fe(OH)3(s) Fe3+(aq) + 3OH-
(aq)
Bi2S3(s) 2Bi3+(aq) + 3S2-
(aq)
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) (Skor: 5)
Fe(OH)3 Fe3+ + 3OH-
Bi2S3 2Bi3+ + 3S2-
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42-
(Skor: 4)
Fe(OH)3(s) Fe3+(aq) + 3OH-
(aq)
Bi2S3(s) 2Bi3+(aq) + 3S2-
(aq)
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) (Skor: 3)
Fe(OH)3 Fe3+ + OH-
Bi2S3 Bi3+ + S2-
Ag2CrO4 Ag+ + CrO4
2- (Skor: 2)
Fe(OH)3 Fe+ + OH3-
Bi2S3 Bi2+ + S3-
Ag2CrO4 Ag2+ + CrO4- (Skor: 1)
b. Ksp = [ Fe3+] [OH-]3
108
= s (3s)3
= 27s4
Ksp = [ Bi3+]2 [S2-]3
= (2s)2 (3s)3
= 108s5
Ksp = [ Ag+]2 [CrO42-]
= (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 15)
Ksp = [ Fe3+] [3OH-]3
= s (3s)3
= 27s4
Ksp = [ 2Bi3+]2 [3S2-]3
= (2s)2 (3s)3
= 108s5
Ksp = [ 2Ag+]2 [CrO42-]
= (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 12)
Ksp = s (3s)3
= 27s4
Ksp = (2s)2 (3s)3
= 108s5
Ksp = (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 9)
Ksp FeOH3 = 27s4
Ksp Be2S3 = 108s5
Ksp Ag2CrO4 = 4s3
(Skor: 6)
Ksp = [ Fe3+] [OH-]
= s (3s)
= 3s2
Ksp = [ Bi3+] [S2-]
= (2s) (3s)
= 5s2
Ksp = [ Ag+] [CrO42-]
109
= (2s) s
= 2s2
(Skor: 3)
3. a. CaCO3 (Skor: 5)
b. CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 5,29 x 10-5 (Skor: 10)
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 5,29 x 10-5 (Skor: 8)
CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 1,32 x 10-4,5 (Skor: 6)
s =
=
= 5,29 x 10-5 (Skor: 4)
CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-] (Skor: 2)
4.
a.
Al(OH)3(s) Al3+(aq) + 3OH-
(aq)
s s 3s
Ksp Al(OH)3(s) = [Al3+][OH-]3
1,3 x 10-33 = s x (3s)3
110
1,3 x 10-33 = 27s4
s =
= 2,63 x 10-9
BaCO3(s) Ba2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp BaCO3(s) = [Ba2+] [CO32-]
5,1 x 10-9 = s x s
5,1 x 10-9 = s2
s =
= 7,14 x 10-5
Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][2OH-]2
1,8 x 10-11 = s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
PbI2(s) Pb2+(aq) + 2I-
(aq)
s s 2s
Ksp PbI2(s) = [Pb2+][2I-]2
7,1 x 10-9 = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
= 1,21 x 10-3
CaSO4(s) Ca2+(aq) + SO4
2-(aq)
s s s
Ksp CaSO4(s) = [Ca2+] [SO42-]
9,1 x 10-6 = s x s
9,1 x 10-6 = s2
s =
= 3,01 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Al(OH)3, BaCO3, Mg(OH)2, PbI2, dan
CaSO4. (Skor: 15)
Ksp Al(OH)3(s) = s x (3s)3
1,3 x 10-33 = 27s4
s =
111
= 2,63 x 10-9
Ksp BaCO3(s) = s x s
5,1 x 10-9 = s2
s =
= 7,14 x 10-5
Ksp Mg(OH)2(s)= s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
Ksp PbI2(s) = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
= 1,21 x 10-3
Ksp CaSO4(s) = s x s
9,1 x 10-6 = s2
s =
= 3,01 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Al(OH)3, BaCO3, Mg(OH)2, PbI2, dan
CaSO4. (Skor: 12)
Ksp Al(OH)3(s) = s x (3s)3
1,3 x 10-33 = 27s4
s =
= 2,63 x 10-9
Ksp BaCO3(s) = s x s
5,1 x 10-9 = s2
s =
= 7,14 x 10-5
Ksp Mg(OH)2(s)= s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
Ksp PbI2(s) = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
112
= 1,21 x 10-3
Ksp CaSO4(s) = s x s
9,1 x 10-6 = s2
s =
= 3,01 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah dan CaSO4, PbI2, Mg(OH)2, BaCO3 dan
Al(OH)3. (Skor: 9)
Ksp Al(OH)3(s) = 1,3 x 10-33
Ksp BaCO3(s) = 5,1 x 10-9
Ksp Mg(OH)2(s) = 1,8 x 10-11
Ksp PbI2(s) = 7,1 x 10-9
Ksp CaSO4(s) = 9,1 x 10-6
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Al(OH)3, BaCO3, Mg(OH)2, PbI2, dan
CaSO4. (Skor: 6)
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah BaCO3, PbI2, Al(OH)3, Mg(OH)2dan
CaSO4. (Skor: 3)
b. Garam yang paling sukar larut adalah Al(OH)3. Skor: 5
c. Karena Al(OH)3 mempunyai kelarutan yang kecil. Skor: 5
d. Garam yang mempunyai kelarutan kecil adalah garam yang sukar larut. Skor: 5
5. Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 15) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1
113
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO42-]
2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 12) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (2x0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 4x10-2 s s = 6 x 10-9
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 9) Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 6) Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 (Skor: 3) Cara lain: Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) 8,43 x 10-5 1,686 x 10-4 8,43x10-5 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 15) Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) 8,43 x 10-5 1,686 x 10-4 8,43x10-5
114
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO42-]
= [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 12) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (2x0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 4x10-2 s s = 6 x 10-9
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 9) Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 6) Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L, kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 3)
6. [Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 20)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
115
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 16)
[Mg2+] = 10-6mol
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 3,16 x 10-3
pOH = -log 3,16x10-3
= 3-log 3,16
pH = 14-(3-log 3,16)
= 11+log 3,16. (Skor: 12)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
[OH-] = 2 x 2.10-6
= 4 x 10-6
pOH = -log 4x10-6
= 6-log 4
pH = 14-(6-log 4)
= 8+log 4. (Skor: 8)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq) (Skor: 4)
Cara lain:
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [2s]2
5 x 10-6 = 4s2
s =
= 1,118 x 10-3
[OH-] = b x Mb
= 2 x 1,118.10-3
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 20)
116
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [2s]2
5 x 10-6 = 4s2
s =
= 1,118 x 10-3
[OH-] = 2 x 1,118.10-3
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 16)
[Mg2+] = 10-6mol
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 10-6 x [2s]2
10-5 = 4s2
s =
= 1,58 x 10-3
[OH-] = 2 x 1,58.10-3
= 3,16 x 10-3
pOH = -log 3,16x10-3
= 3-log 3,16
pH = 14-(3-log3,16)
= 11+log 3,16. (Skor: 12)
[Mg2+] = 10-6
[OH-] = 2 x10-6
pOH = -log 2x10-6
= 6-log2
pH = 14-(6-log2)
= 8+log 2. (Skor: 8)
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2 (Skor: 4)
7. Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S
117
[ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M Untuk menngetahui ion-ion tersebut mengendap atau tidak, kita harus menghitung Qsp dari masing-masing ion - Qsp PbS = [Pb2+][S2-]
= [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp PbS> Ksp PbS mengendap
- Qsp CdS = [Cd2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp CdS> Ksp CdS mengendap
- Qsp CuS = [Cu2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp CuS> Ksp CuS mengendap
- Qsp FeS = [Fe2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp FeS> Ksp FeS mengendap Jadi ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 15)
Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M Untuk menngetahui ion-ion tersebut mengendap atau tidak, kita harus menghitung Qsp dari masing-masing ion Qsp PbS = [Pb2+][S2-]
= [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9
Qsp PbS> Ksp PbS mengendap Qsp CdS> Ksp CdS mengendap Qsp CuS> Ksp CuS mengendap Qsp FeS> Ksp FeS mengendap Jadi ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 12)
Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 6)
Ksp PbS = 8x10-28 Ksp CdS = 8x10-27 Ksp CuS = 6,3x10-36 Ksp FeS = 6,3x10-19 (Skor: 3)
8. a. Ca2+
(aq) + C2O42-
(aq) ⇄ CaC2O4(s)
Skor: 5
b. Agar tidak terjadi pengendapan maka QspCaC2O4=KspCaC2O4
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
118
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 4 x 10-5
Jadi konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu
ginjal adalah 4x10-5M. (Skor: 10)
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 4 x 10-5 (Skor: 8)
Agar tidak terjadi pengendapan maka QspCaC2O4=KspCaC2O4
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 10-5
Jadi konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu
ginjal adalah 10-5M. (Skor: 6)
Konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu ginjal
adalah 4x10-5M. (Skor: 4)
CaC2O4(s) ⇄ Ca2+(aq) + C2O4
2-(aq) (Skor: 2)
9.
a. Ca2+(aq) + Na2CO3(aq) ⇄ CaCO3(s) + 2Na+ (aq)
Mg2+(aq) + Na2CO3(aq) ⇄ MgCO3(s)+ 2Na+
(aq)
Skor: 5 b. Karena harga Ksp MgCO3 lebih besar dari CaCO3, maka apabila MgCO3 mengendap
CaCO3 juga akan mengendap. Jadi untuk menentukan banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ kita cukup menghitung banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+. Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
kelarutan CO32- = 1,87x10-4M, jadi [Na2CO3] yang diperlukan lebih dari 1,87x10-4
M. karena V= 100L, maka banyaknya
Na2CO3 = 1,87x10-4M x 100L = 1,87x10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 1,87x10-2 mol x 106 gr/mol = 1,98 gram. Jadi banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram. Skor: 20
Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
Na2CO3 = 1,87x10-4M x 100L = 1,87x10-2 mol.
119
m Na2CO3 = n x Mr = 1,87x10-2 mol x 106 gr/mol = 1,98 gram. Jadi banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram. (Skor: 16) Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-]
2,8x10-9 = s2
s = 5,29 x 10-5
[CO32-] = 1,87x10-4 + 5,29x10-5
= 2,39 x 10-4
Na2CO3 = 2,39 x 10-4M x 100L = 2,39 x 10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 2,39 x 10-2mol x 106 gr/mol = 2,53 gram. (Skor: 12) Banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram (Skor: 8) Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-] (Skor: 4)
10.
a. BaSO4(s) ⇄ Ba2+(aq) + SO4
2-(aq)
HCl(aq) H+(aq) + Cl-
(aq)
Ion Ba2+ dari BaSO4 akan berkumpul dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat
membentuk BaCl2 karena BaCl2 merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan
terurai menjadi ion-ionnya. Begitu pula yang terjadi pada ion H+ dan ion SO42- akan
tetap dalam bentuk ion karena asam kuat. Jadi penambahan HCl tidak mempengaruhi
kelarutan BaSO4. (Skor: 5)
Penambahan HCl tidak dapat mengikat Ba2+ dan SO42- sehingga dalam larutan tetap
sebagai ion-ionnya, jadi tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4. (Skor: 4)
Penambahan HCl tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4 karena tidak mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan dan dalam larutannya tetap sebagai ion-ionnya. (Skor: 3)
Penambahan HCl tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4. (Skor:2)
BaSO4(s) ⇄ Ba2+(aq) + SO4
2-(aq)
HCl(aq) H+(aq) + Cl-
(aq) (Skor:1)
b. BaCO3(s) ⇄ Ba2+(aq) + CO3
2-(aq)
HCl(aq) H+(aq) + Cl-
(aq)
120
Ion Ba2+ dari BaCO3 akan berkumpul dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat
membentuk BaCl2 karena BaCl2 merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan
terurai menjadi ion-ionnya.Tetapi ion H+ dari HCl akan bertemu dengan ion CO32-
membentuk H2CO3 dan terurai menjadi CO2 dan H2O. Karena CO32- berikatan
dengan H+ maka dapat mempengaruhi kesetimbangan BaCO3. Berkurangnya CO32-
akan menggeser kesetimbangan ke arah hasil reaksi (Ba2+ dan CO32-). Jadi kelarutan
BaCO3 meningkat. (Skor: 5)
Penambahan HCl akan mengikat ion CO32- menjadi H2CO3 dan terurai membentuk
CO2 dan H2O, sehingga konsentrasi ion CO32- berkurang, hal ini mengakibatkan
kesetimbangan bergeser ke kanan yang menyebabkan BaCO3 larut. (Skor:4)
Penambahan HCl akan mengikat ion CO32-, sehingga konsentrasi ion CO3
2-
berkurang, hal ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan yang
menyebabkan BaCO3 larut. (Skor:3)
Penambahan HCl dapat mempengaruhi kelarutan BaCO3. (Skor:2)
121
Lampiran 9
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Waktu : 90 menit
1. Mengapa jika kita melarutkan garam dapur dengan jumlah banyak ke dalam air, maka ada
sebagian garam yang tidak dapat larut?
2. Persamaan tetapan hasil kali kelarutan merupakan tetapan yang diturunkan dari reaksi
kesetimbangan kelarutan.
a. Tulislah reaksi kesetimbangan untuk garam-garam berikut Fe(OH)3, Ca3(PO4)2, dan Ag2CrO4.
b. Bagaimana rumusan tetapan hasil kali kelarutan untuk garam-garam berikut: Fe(OH)3,
Ca3(PO4)2, Ag2CrO4. Jika garam-garam tersebut mempunyai kelarutan sebesar s, terntukan
harga Ksp masing-masing garam.
3. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk pada saat air merembes dari atas bukit gua melalui rongga-
rongga dan melarutkan kapur sedikit demi sedikit. Di dalam gua ini kapur ada yang jatuh dan
menempel di atap gua sehingga dalam waktu ribuan tahun terbentuk stalaktit dan stalakmit.
a. Senyawa apa yang membentuk stalaktit dan stalakmit tersebut?
b. Jika senyawa tersebut memiliki tetapan hasil kali kelarutan sebesar 2.8 x 10-9, tentukan
kelarutan senyawa tersebut.
4. Di laboratorium terdapat banyak sekali garam, diantaranya:
Cd(OH)2 5,5 x 10-6
Ag2S 6,3 x 10-55
Mg(OH)2 1,8 x 10-11
PbI2 7,1 x 10-9
BaF2 1,0 x 10-6
a. Urutkan kelarutan garam-garam di atas dari yang terkecil!
b. Garam manakah yang paling sukar larut?
c. Jelaskan mengapa garam tersebut paling sukar larut?
d. Apa kesimpulan yang bisa Anda ambil dari kasus diatas mengenai hubungan kelarutan
dengan tingkat kesukaran larut dalam air?
5. Bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang sejenis maka akan
mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam
air murni adalah 8,43 x 10-5mol/L pada suhu 25°C. Tetukanlah kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3
0,1 N?
6. Di laboratorium terdapat 500 mL larutan Mg(OH)2 yang mengandung ion Mg2+ sebanyak 10-6
mol. Jika ke dalam larutan tersebut di celupkan pH meter, berapakah pH larutan tersebut jika
Ksp Mg(OH)2 = 1 x 10-11?
7. Diketahui:
Ksp PbS = 8 x 10-28
Ksp CdS = 8 x 10-27
Ksp CuS = 6,3 x 10-36
Ksp FeS = 6,3 x 10-19
Bila ke dalam 1 liter larutan yang mengandung ion Pb2+, Fe2+, Cu2+, dan Cd2+ dengan konsentrasi
masing-masing 10-4 M dicampur dengan 1 liter larutan Na2S 10-4 M. dengan menggunakan
perhitungan, ion manakah yang mengendap?
Soal Postes
122
8. Batu ginjal dalam tubuh akan terbentuk bila terjadi pengendapan garam kalsium fosfat atau
kalsium oksalat secara perlahan-lahan. Pengendapan akan terjadi dalam proses pencernaan bila
konsentrasi ion oksalatnya berlebihan dan menimbulkan terbentuknya kalsium oksalat.
a. Tulislah reaksi terbentuknya garam kalsium oksalat.
b. Jika konsentrasi ion Ca2+ dalam darah sebesar 10-4M, berapakah konsentrasi maksimun ion
C2O42- yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu ginjal? Ksp CaC2O4 = 4 x 10-9
9. Air sadah merupakan air yang mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang cukup tinggi. Kesadahan air
dapat diatasi dengan penambahan natrium karbonat.
a. Tulislah reaksi pengendapan ion Mg2+ dan Ca2+ dengan penambahan natrium karbonat.
b. Berapa gram Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ dalam 100 L
air sadah?
Ksp MgCO3= 3,5x10-8 dan Ksp CaCO3=2.8x10-9. Mr Na2CO3 = 106.
10. Bagaimana pengaruh penambahan larutan HCl pekat terhadap kelarutan:
a. BaSO4?
b. BaCO3?
Kunci Jawaban
1. Karena semakin banyak garam yang dilarutkan, akan semakin mudah menjadi larutan
jenuh sehingga garam tidak dapat larut. (Skor : 5)
Karena garam sudah melewati titik jenuh larutan sehingga tidak dapat larut. (Skor : 4)
Karena garam sudah melewati titik jenuh larutan. (Skor: 3)
Karena konsentrasi garam lebih besar dari konsentrasi pelarut. (Skor: 2)
Karena garam dan air sudah setimbang sehingga garam tidak dapat larut. (Skor: 1)
2.
a. Fe(OH)3(s) Fe3+(aq) + 3OH-
(aq)
Ca3(PO4)2(s) 3Ca2+(aq) + 2PO4
3-(aq)
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) (Skor: 5)
Fe(OH)3 Fe3+ + 3OH-
Ca3(PO4)2 3Ca2+ + 2PO4
3-
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42-
(Skor: 4)
Fe(OH)3(s) Fe3+(aq) + 3OH-
(aq)
Ca3(PO4)2(s) Ca2+(aq) + PO4
3-(aq)
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) (Skor: 3)
Fe(OH)3 Fe3+ + OH-
Ca3(PO4)2 Ca2+ + PO4
3-
Ag2CrO4 Ag+ + CrO4
2- (Skor: 2)
Fe(OH)3 Fe+ + OH3-
Ca3(PO4)2 Ca3+ + PO4-
Ag2CrO4 Ag2+ + CrO4- (Skor: 1)
123
b. Ksp = [ Fe3+] [OH-]3
= s (3s)3
= 27s4
Ksp = [ Ca2+]3 [PO43-]2
= (3s)3 (2s)2
= 108s5
Ksp = [ Ag+]2 [CrO42-]
= (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 15)
Ksp = [ Fe3+] [3OH-]3
= s (3s)3
= 27s4
Ksp = [ 3Ca2+]3 [2PO43-]2
= (3s)3 (2s)2
= 108s5
Ksp = [ 2Ag+]2 [CrO42-]
= (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 12)
Ksp = s (3s)3
= 27s4
Ksp = (3s)3(2s)2
= 108s5
Ksp = (2s)2 s
= 4s3
(Skor: 9)
Ksp FeOH3 = 27s4
Ksp Ca3(PO4)2 = 108s5
Ksp Ag2CrO4 = 4s3
(Skor: 6)
Ksp = [ Fe3+] [OH-]
= s (3s)
= 3s2
Ksp = [ Ca2+] [PO42-]
= (2s) (3s)
= 5s2
124
Ksp = [ Ag+] [CrO42-]
= (2s) s
= 2s2
(Skor: 3)
3. a. CaCO3
Skor: 5
b. CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 5,29 x 10-5 (Skor: 10)
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 5,29 x 10-5 (Skor: 8)
CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-]
2.8 x 10-9 = s x s
2.8 x 10-9 = s2
s =
= 1,32 x 10-4,5 (Skor: 6)
s =
=
= 5,29 x 10-5 (Skor: 4)
CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
s s s
Ksp CaCO3(s) = [Ca2+] [CO32-] (Skor: 2)
4.
a.
Cd(OH)2(s) Cd2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Cd(OH)2(s) = [Cd2+][2OH-]2
5,5 x 10-6 = s x (2s)2
125
5,5 x 10-6 = 4s3
s =
= 1,11 x 10-2
Ag2S(s) 2Ag+(aq) + S2-
(aq)
s s 2s
Ksp Ag2S(s) = [2Ag+]2 [S2-]
6,3 x 10-55 = (2s)2 x s
6,3 x 10-55 = 4s3
s =
= 5,4 x 10-19
Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][2OH-]2
1,8 x 10-11 = s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
PbI2(s) Pb2+(aq) + 2I-
(aq)
s s 2s
Ksp PbI2(s) = [Pb2+][2I-]2
7,1 x 10-9 = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
= 1,21 x 10-3
BaF2(s) Ba2+(aq) + 2F-
(aq)
s s 2s
Ksp BaF2(s) = [Ba2+][2F-]2
1,0 x 10-6 = s x (2s)2
1,0 x 10-6 = 4s3
s =
= 6,29 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Ag2S, Mg(OH)2, PbI2, BaF2, dan Cd(OH)2.
(Skor: 15)
Ksp Cd(OH)2(s) = s x (2s)2
126
5,5 x 10-6 = 4s3
s =
= 1,11 x 10-2
Ksp Ag2S(s) = (2s)2 x s
6,3 x 10-55 = 4s3
s =
= 5,4 x 10-19
Ksp Mg(OH)2(s) = s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
Ksp PbI2(s) = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
= 1,21 x 10-3
Ksp BaF2(s) = s x (2s)2
1,0 x 10-6 = 4s3
s =
= 6,29 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Ag2S, Mg(OH)2, PbI2, BaF2, dan Cd(OH)2.
(Skor: 12)
Ksp Cd(OH)2(s) = s x (2s)2
5,5 x 10-6 = 4s3
s =
= 1,11 x 10-2
Ksp Ag2S(s) = (2s)2 x s
6,3 x 10-55 = 4s3
s =
= 5,4 x 10-19
127
Ksp Mg(OH)2(s) = s x (2s)2
1,8 x 10-11 = 4s3
s =
= 1,65 x 10-4
Ksp PbI2(s) = s x (2s)2
7,1 x 10-9 = 4s3
s =
= 1,21 x 10-3
Ksp BaF2(s) = s x (2s)2
1,0 x 10-6 = 4s3
s =
= 6,29 x 10-3
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Cd(OH)2, BaF2, PbI2, Mg(OH)2, dan Ag2S
(Skor: 9)
Ksp Cd(OH)2(s) = 5,5 x 10-6
Ksp Ag2S(s) = 6,3 x 10-55
Ksp Mg(OH)2(s) = 1,8 x 10-11
Ksp PbI2(s) = 7,1 x 10-9
Ksp BaF2(s) = 1,0 x 10-6
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Ag2S, Mg(OH)2, PbI2, BaF2, dan Cd(OH)2.
(Skor: 6)
Kelarutan garam dari yang terkecil adalah Cd(OH)2, BaF2, PbI2, Mg(OH)2, dan Ag2S
(Skor: 3)
b. Garam yang paling sukar larut adalah Ag2S. Skor: 5
c. Karena Ag2S mempunyai kelarutan yang kecil. Skor: 5
d. Garam yang mempunyai kelarutan kecil adalah garam yang sukar larut. Skor: 5
5. Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s)
128
2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 15) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 12) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = (2s)2 s = 4s3 = 4 (8,43.10-5)3 = 2,4 x 10-12 Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (2x0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 4x10-2 s s = 6 x 10-9
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 9) Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 6) Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 (Skor: 3) Cara lain: Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) 8,43 x 10-5 1,686 x 10-4 8,43x10-5 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12
129
Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 15) Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) 8,43 x 10-5 1,686 x 10-4 8,43x10-5 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 12) Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] = [1,686x10-4]2 [8,43x10-5] = 2,4 x 10-12 Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO4
2-] 2,4 x 10-12 = (2x0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 4x10-2 s s = 6 x 10-9
Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 9) Kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M AgNO3(aq) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
0,1 0,1 0,1 Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L. (Skor: 6) Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni = 8,43x10-5mol/L, kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 6 x 10-9 mol/L. (Skor: 3)
6. [Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 20)
130
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 16)
[Mg2+] = 10-6mol
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 10-6 x [OH-]2
[OH-] =
= 3,16 x 10-3
pOH = -log 3,16x10-3
= 3-log 3,16
pH = 14-(3-log 3,16)
= 11+log 3,16. (Skor: 12)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
[OH-] = 2 x 2.10-6
= 4 x 10-6
pOH = -log 4x10-6
= 6-log 4
pH = 14-(6-log 4)
= 8+log 4. (Skor: 8)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq) (Skor: 4)
Cara lain:
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [2s]2
5 x 10-6 = 4s2
s =
131
= 1,118 x 10-3
[OH-] = b x Mb
= 2 x 1,118.10-3
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 20)
[Mg2+] = 10-6mol/0,5 L = 2x10-6 M
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 2x10-6 x [2s]2
5 x 10-6 = 4s2
s =
= 1,118 x 10-3
[OH-] = 2 x 1,118.10-3
= 2,23 x 10-3
pOH = -log 2,23x10-3
= 3-log2,23
pH = 14-(3-log2,23)
= 11+log 2,23. (Skor: 16)
[Mg2+] = 10-6mol
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2
1 x 10-11 = 10-6 x [2s]2
10-5 = 4s2
s =
= 1,58 x 10-3
[OH-] = 2 x 1,58.10-3
= 3,16 x 10-3
pOH = -log 3,16x10-3
= 3-log 3,16
pH = 14-(3-log3,16)
= 11+log 3,16. (Skor: 12)
[Mg2+] = 10-6
[OH-] = 2 x10-6
pOH = -log 2x10-6
= 6-log2
132
pH = 14-(6-log2)
= 8+log 2. (Skor: 8)
Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2(s) = [Mg2+][OH-]2 (Skor: 4)
7. Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M Untuk menngetahui ion-ion tersebut mengendap atau tidak, kita harus menghitung Qsp dari masing-masing ion - Qsp PbS = [Pb2+][S2-]
= [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp PbS> Ksp PbS mengendap
- Qsp CdS = [Cd2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp CdS> Ksp CdS mengendap
- Qsp CuS = [Cu2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp CuS> Ksp CuS mengendap
- Qsp FeS = [Fe2+][S2-] = [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9 Qsp FeS> Ksp FeS mengendap Jadi ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 15)
Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M Untuk menngetahui ion-ion tersebut mengendap atau tidak, kita harus menghitung Qsp dari masing-masing ion Qsp PbS = [Pb2+][S2-]
= [5x10-5] [5x10-5] = 2,5x10-9
Qsp PbS> Ksp PbS mengendap Qsp CdS> Ksp CdS mengendap Qsp CuS> Ksp CuS mengendap Qsp FeS> Ksp FeS mengendap Jadi ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 12)
Konsentrasi masing-masing ion setelah dicampur dengan Na2S [ion] = 10-4/2 = 5x10-5M [S2-] = 10-4/2 = 5x10-5M ion-ion yang mengendap adalah Pb2+, Cd2+, Cu2+, dan Fe2+
. (Skor: 6)
Ksp PbS = 8x10-28
133
Ksp CdS = 8x10-27 Ksp CuS = 6,3x10-36 Ksp FeS = 6,3x10-19 (Skor: 3)
8. a. Ca2+
(aq) + C2O42-
(aq) ⇄ CaC2O4(s)
Skor: 5
b. Agar tidak terjadi pengendapan maka QspCaC2O4=KspCaC2O4
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 4 x 10-5
Jadi konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu
ginjal adalah 4x10-5M. (Skor: 10)
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 4 x 10-5 (Skor: 8)
Agar tidak terjadi pengendapan maka QspCaC2O4=KspCaC2O4
[Ca2+][C2O42-] = KspCaC2O4
10-4 [C2O42-] = 4 x 10-9
[C2O42-] = 10-5
Jadi konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu
ginjal adalah 10-5M. (Skor: 6)
Konsentrasi maksimum ion oksalat yang dibutuhkan agar tidak terbentuk batu ginjal
adalah 4x10-5M. (Skor: 4)
CaC2O4(s) ⇄ Ca2+(aq) + C2O4
2-(aq) (Skor: 2)
9.
a. Ca2+(aq) + Na2CO3(aq) ⇄ CaCO3(s) + 2Na+ (aq)
Mg2+(aq) + Na2CO3(aq) ⇄ MgCO3(s)+ 2Na+
(aq)
Skor: 5 b. Karena harga Ksp MgCO3 lebih besar dari CaCO3, maka apabila MgCO3 mengendap
CaCO3 juga akan mengendap. Jadi untuk menentukan banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ kita cukup menghitung banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk mengendapkan ion Mg2+. Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
kelarutan CO32- = 1,87x10-4M, jadi [Na2CO3] yang diperlukan lebih dari 1,87x10-4
M. karena V= 100L, maka banyaknya
Na2CO3 = 1,87x10-4M x 100L = 1,87x10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 1,87x10-2 mol x 106 gr/mol = 1,98 gram.
134
Jadi banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram. Skor: 20
Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
Na2CO3 = 1,87x10-4M x 100L = 1,87x10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 1,87x10-2 mol x 106 gr/mol = 1,98 gram. Jadi banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram. (Skor: 16) Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
3,5x10-8 = s2
s = 1,87x10-4
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-]
2,8x10-9 = s2
s = 5,29 x 10-5
[CO32-] = 1,87x10-4 + 5,29x10-5
= 2,39 x 10-4
Na2CO3 = 2,39 x 10-4M x 100L = 2,39 x 10-2 mol. m Na2CO3 = n x Mr = 2,39 x 10-2mol x 106 gr/mol = 2,53 gram. (Skor: 12) Banyaknya Na2CO3 yang diperlukan untuk nengendapkan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah 1,98 gram (Skor: 8) Ksp MgCO3 = [Mg2+][CO3
2-]
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-] (Skor: 4)
10.
a. BaSO4(s) ⇄ Ba2+(aq) + SO4
2-(aq)
HCl(aq) H+(aq) + Cl-
(aq)
Ion Ba2+ dari BaSO4 akan berkumpul dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat
membentuk BaCl2 karena BaCl2 merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan
terurai menjadi ion-ionnya. Begitu pula yang terjadi pada ion H+ dan ion SO42- akan
tetap dalam bentuk ion karena asam kuat. Jadi penambahan HCl tidak mempengaruhi
kelarutan BaSO4. (Skor: 5)
135
Penambahan HCl tidak dapat mengikat Ba2+ dan SO42- sehingga dalam larutan tetap
sebagai ion-ionnya, jadi tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4. (Skor: 4)
Penambahan HCl tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4 karena tidak mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan dan dalam larutannya tetap sebagai ion-ionnya. (Skor: 3)
Penambahan HCl tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4. (Skor:2)
BaSO4(s) ⇄ Ba2+(aq) + SO4
2-(aq)
HCl(aq) H+(aq) + Cl-
(aq) (Skor:1)
b. BaCO3(s) ⇄ Ba2+(aq) + CO3
2-(aq)
HCl(aq) H+(aq) + Cl-
(aq)
Ion Ba2+ dari BaCO3 akan berkumpul dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat
membentuk BaCl2 karena BaCl2 merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan
terurai menjadi ion-ionnya.Tetapi ion H+ dari HCl akan bertemu dengan ion CO32-
membentuk H2CO3 dan terurai menjadi CO2 dan H2O. Karena CO32- berikatan
dengan H+ maka dapat mempengaruhi kesetimbangan BaCO3. Berkurangnya CO32-
akan menggeser kesetimbangan ke arah hasil reaksi (Ba2+ dan CO32-). Jadi kelarutan
BaCO3 meningkat. (Skor: 5)
Penambahan HCl akan mengikat ion CO32- menjadi H2CO3 dan terurai membentuk
CO2 dan H2O, sehingga konsentrasi ion CO32- berkurang, hal ini mengakibatkan
kesetimbangan bergeser ke kanan yang menyebabkan BaCO3 larut. (Skor:4)
Penambahan HCl akan mengikat ion CO32-, sehingga konsentrasi ion CO3
2-
berkurang, hal ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan yang
menyebabkan BaCO3 larut. (Skor:3)
Penambahan HCl dapat mempengaruhi kelarutan BaCO3. (Skor:2)
Penambahan HCl tidak dapat mempengaruhi kelarutan BaCO3. (Skor:1)
136
Lampiran 10
Pedoman penskoran Criterion-Referenced Test dan Pencapaian Indikator Metakognisi
No Kriteria Derajat pemahaman Pencapaian indikator
metakognisi
Skor
1. Jawaban benar menunnjukkan materi dipahami dengan semua
penjelasan benar
Memahami materi Indikator tercapai 5
2. Jawaban benar dan menunjukkan hanya sebagian materi
dikuasai
Memahami sebagian 4
3. a. Jawaban benar dan menunjukkan ada materi yang dikuasai tetapi ada pertanyaan dalam jawaban yang kurang tepat
Memahami sebagian materi
dengan adanya ketidaktelitian
Sebagian besar
indikator tercapai
3
b. Sebagian besar penjelasan benar dan materi dikuasai tetapi jawaban salah karena ada pertanyaan dalam jawaban yang menunjukkan ketidaktelitian
3
4. a. Jawaban benar dengan penjelasan kurang logis Memahami sebagian tapi kurang
logis
Sebagian kecil
indikator tercapai
2
b. Ada sebagian materi yang dikuasai dan jawaban salah karena ada bagian yang kurang logis
2
c. Jawaban salah tetapi ada pernyataan yang menunjukkan kebenaran materi
2
d. Jawaban salah akibat adanya kesalahan dalam mengidentifikasi data yang diperlukan
2
5. a. Jawaban benar tapi kurang lengkap Memahami sebagian tapi tidak
bisa member penjelasan
2
b. Jawaban benar tanpa penjelasan yang jelas 2
6. a. Jawaban salah dengan penjelasan salah Tidak memahami Tidak mencapai
indikator metakognisi
1
b. Jawaban salah dengan penjelasan tidak berhubungan dengan materi sama sekali
1
c. Mengulang pernyataan atau pertanyaan dengan sedikit penjelasan dan kata-katanya sendiri
1
d. Jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan atau 1
137
jawaban tidak tepat
7. a. Menuliskan kembali pertanyaan Tidak ada respon 0
b. Tidak ada jawaban/kosong 0
c. Menjawab “saya tidak tahu” dsb 0
138
Lampiran 11
SILABUS
Nama Sekolah : SMA N 1 Donorojo Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI/2 Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. Alokasi Waktu : 12 jam (pretes-postes) Kompetensi dasar Indikator Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/ bahan/
alat Memprediksi
terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut dengan santun dan percaya diri
Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya dengan rasa ingin tahu dan bertanggungjawab
Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air dengan teliti dan kreatif
Memilih operasi yang paling sesuai untuk menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya dengan teliti dan bertanggungjawab
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Melalui diskusi kelas menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut, menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya, serta menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air dengan rasa ingin tahu, kreatif dan bertanggungjawab
Melalui diskusi kelas menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut, menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan,
Jenis tagihan Tugas individu Tugas kelompok Ulangan
Bentuk instrumen Performans (kinerja dan sikap), laporan tertulis, Tes tertulis
8 jam Sumber Buku kimia
Bahan Lembar kerja, Bahan/alat untuk praktek
139
Kompetensi dasar Indikator Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/
alat Menjelaskan pengaruh
penambahan ion senama dalam larutan dengan kreatif dan percaya diri
Memilih operasi yang dipakai untuk menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya dengan teliti dan bertanggungjawab
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan kreatif dan percaya diri
menentukan harga pH larutan dari harga Ksp-nya dengan teliti, kreatif, percaya diri dan bertanggungjawab
Merancang dan melakukan percobaan dengan rasa ingin tahu, kreatif, dan jujur untuk menentukan kelarutan garam dan membandingkannya dengan hasil kali kelarutan dengan penuh percaya diri
Menyimpulkan kelarutan suatu garam dengan santun dan percaya diri
140
Lampiran 12 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 1
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
a. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut dengan santun dan percaya diri
b. Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapanya dengan rasa ingin tahu dan bertanggungjawab
c. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air dengan teliti dan kreatif
d. Memilih operasi yang paling sesuai untuk menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya dengan teliti dan bertanggungjawab
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS mengenai kelarutan garam yang mudah
larut dan sukar larut dalam air. Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok
dengan langkah: merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan
menguji hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : Santun, Rasa ingin tahu, bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif Produk:
a. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut dengan santun dan percaya diri
b. Siswa dapat menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapanya dengan rasa ingin tahu dan bertanggungjawab
c. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air dengan teliti dan kreatif
d. Siswa dapat memilih operasi yang paling sesuai untuk menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya dengan teliti dan bertanggungjawab
EKSPERIMEN 1
141
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS mengenai kelarutan garam yang mudah
larut dan sukar larut dalam air. Siswa dapat memecahkan masalah melalui diskusi
kelompok dengan langkah: merumuskan masalah, menyusun hipotesis,
mengumpulkan data dan menguji hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa dapat menunjukkan karakter
santun, rasa ingin tahu, bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menymbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
E. Materi Pembelajaran a. Kelarutan
Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah maksimum
suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan umumnya dinyatakan
dalam gram L-1 atau mol L-1. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain sebagai berikut.
1) Jenis pelarut Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar.
Misalnya alkohol dan semua senyawa asam adalah senyawa polar, sehingga mudah larut
dalam air yang juga senyawa polar. Selain senyawa polar, senyawa ion juga mudah larut
dalam air dan terurai menjadi ion-ion.
Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah
larut dalam minyak. Senyawa polar umumnya tidak larut dalam senyawa nonpolar,
misalnya alkohol tidak larut dalam minyak tanah.
2) Suhu Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya panas
(kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut.
Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul
tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air.
b. Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Senyawa-senyawa ion yang terlarut di dalam air akan terurai menjadi partikel dasar
pembentuknya yang berupa ion positif dan ion negatif. Bila kedalam larutan jenuh suatu
senyawa ion ditambahkan kristal senyawa ion maka kristal tersebut tidak melarut dan
akan mengendap. Kristal yang tidak larut ini tidak mengalami ionisasi. Bila ke dalam
sistem tersebut ditambahkan air maka endapan kristal tersebut akan segera terionisasi, dan
sebaliknya bila air dalam larutan tersebut diuapkan maka ion-ion akan segera mengkristal.
Dalam peristiwa tersebut terjadi sistem kesetimbangan antara zat padat dengan ion-ionnya
didalam larutan.
Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn di dalam air akan menghasilkan reaksi
kesetimbangan,
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Harga hasil kali kelarutannya dinyatakan dengan rumus,
Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n
142
Sebagai contoh, pasangan garam perak klorida yang dapat larut menghasikan
kesetimbangan berikut jika dimasukkan dalam air:
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
Harga hasil kali kelarutannya adalah
Ksp AgCl = [Ag+][Cl-]
c. Hubungan kelarutan dan Ksp Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn konsentrasi zat di dalam larutan sama dengan
harga kelarutanny dalam satuan mol L-1. Senyawa AmBn yang terlarut akan mengalami
ionisasi dalam system kesetimbangan,
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L-1, maka di dalam reaksi
kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan ion Bm- sebagai berikut
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
s mol L-1 m s mol L-1 n s mol L-1
sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah,
Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n
= (m s)m (n s)n
= mm x nn x (s)(m+n)
Jadi untuk reaksi kesetimbangan:
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Ksp AmBn = mm x nn x (s)(m+n)
Dengan s =kelarutan AmBn dalam satuan mol L-1
Dari rumus tersebut dapat ditentukan harga kelarutan sebagai berikut:
Besarnya Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan suhu maka
harga Ksp zat tersebut akan mengalami perubahan.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : student centered
Strategi : inkuiri
Metode : diskusi kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Pembukaan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa
3 menit
Orientasi
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama pembelajaran melalui ceramah dengan santun
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa
4 menit
143
tentang molaritas dan kesetimbangan larutan. Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan
mengajukan pertanyaan mengenai kelarutan dan hasil kali kelarutan. - Mengapa kapur sukar larut dalam air?
Bagaimana hubungan kasus tersebut terhadap kelarutan dan hasil kali kelarutan?
KEGIATAN INTI
Merumuskan
masalah
Siswa diberi tugas mengerjakan LKS secara kelompok
Siswa dengan bimbingan guru merumuskan masalah mengenai kasus Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yang ada di LKS.
8 menit
Menentukan
hipotesis
Siswa bekerjasama dan tanggungjawab membuat
hipotesis atau menarik kesmpulan sementara dari
masalah yang ditemukan mengenai Kelarutan dan Hasil
Kali Kelarutan
7 menit
Mengumpulkan
data
Eksplolasi Siswa dengan rasa ingin tahu mencari informasi
untuk menguji hipotesis mengenai Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, serta hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
Siswa dengan penuh rasa ingin tahu mengumpulkan data atau informasi berkaitan dengan percobaan yang akan dilakukan mengenai kelarutan gula dalam air.
Siswa bekerjasama mengumpulkan data mengenai Hasil Kali Kelarutan, dan hubungan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan menjawab pertanyaan yang ada di LKS.
20 menit
Menguji
hipotesis
Elaborasi Siswa secara bekerjasama membuktikan hipotesis
dengan melakukan percobaan melarutkan gula ke dalam air dan menjawab pertanyaan mengenai kelarutan.
Siswa dengan penuh rasa ingin tahu menyelesaikan pertanyaan yang ada di LKS mengenai kelarutan dan hasil kali kelarutan, serta hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan informasi dan data yang telah dikumpulkan.
25 menit
144
Penarikan
Kesimpulan
Siswa secara kerjasama membuat simpulan dari hasil percobaan dan hasil diskusi yang telah dilakukan sesuai dengan arahan dari guru
Siswa dengan santun dan percaya diri menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dalam kegiatan presentasi hasil diskusi
Konfirmasi Guru memberikan catatan-catatan penting
mengenai materi yang harus dikuasai siswa Siswa dengan rasa ingin tahu diajak
membicarakan hal yang belum dipahami dari hasil diskusi kelas.
20 menit
KEGIATAN PENUTUP
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas
Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar gemar membaca tentang pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan dan hasil kali kelarutan
Siswa diberi tugas untuk melihat fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan untuk pertemuan berikutnya.
5 menit
H. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia
I. Penilaian Kognitif : tugas individu
Psikomotor: -
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
145
SOAL LATIHAN
1. Obat maag atau yang dikenal sebagai antasida umumnya merupakan senyawa yang bersifat basa, sehingga dapat menetralkan kelebihan asam yang terdapat di dalam cairan lambung. Umumnya obat antasida yang banyak dipilih adalah jenis yang sukar larut, sehingga reaksinya lambat dan dapat bertahan lama, misalnya aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Jika magnesium hidroksida mempunyai Ksp sebesar 1,8x10-11, berapa kelarutan magnesium hidroksida dalam usus?
2. Kelarutan PbSO4 dalam air pada suhu tertentu adalah 1,4×10−4 mol/L. Tentukan massa PbSO4 yang dapat larut dalam 500 mL air, nyatakan jawaban dalam satuan milligram (mg). (Ar Pb = 206; S = 32; O = 16)
3. Tuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk garam berikut: a. AgCl b. Ag2CO3 c. Ba3(PO4)2
4. Sebanyak 0,7 gram BaF2 (Mr = 175) melarut dalam air murni membentuk 2 L larutan jenuh. tentukan Ksp dari BaF2.
5. Hasil kali kelarutan Ca(OH)2 dalam air adalah 4 × 10−6. Tentukan kelarutan Ca(OH)2. 6. Dalam 100 cm3 air dapat larut 1,16 mg Mg(OH)2 (Mr = 58). Tentukan harga Ksp dari
Mg(OH)2 7. Harga hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2SO4 = 3,2 x 10−5, hitunglah kelarutannya dalam 1
liter air! KUNCI JAWABAN 1. Mg(OH)2(s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2 = s (2s)2
1,8x10-11 = 4s3
s =
= 1,65x10-4
2. S = 1,4×10−4 mol/L V = 0,5 L
S = n/v, jadi n= s x V
Sehingga jumlah mol PbSO4
n = s x V
= 1,4×10−4 mol/L x 0,5 L = 0,7 × 10−4 mol
dan massanya adalah
m = n x Mr
= 0,7.10-4 x 302 = 211,4 x 10-4 gram = 21,14 mg
3. a. AgCl(s) Ag+
(aq) + Cl-(aq) Ksp = [ Ag+] [Cl-]
b. Ag2CO3(s) 2Ag+(aq) + CO3
2-+(aq)
Ksp = [Ag+]2+[CO32-]
146
c. Ba3(PO4)2(s) 3Ba2+(aq) + 2PO4
3-(aq)
Ksp = [Ba2+]3 [PO43-]2
4. Jumlah mol dari BaF2 adalah: n = 0,7 / 175 = 4 × 10−3 mol Kelarutannya adalah S = 4 × 10−3 mol / 2 L = 2 × 10−3 mol/L BaF2 Ba2+ + 2F− 2 × 10−3 2 × 10−3 4 × 10−3 Ksp BaF2 = [Ba2+][F−]2 Ksp BaF2 = (2 × 10−3)(4 × 10−3)2 = 3,2 × 10−8
5. Ca(OH)2 (aq) Ca2+(aq) + 2OH-
(aq) Ksp Ca(OH)2 = [Ca2+] [2OH-]2 4 x 10-6 = (s) (2s)2 4 x 10-6 = 4s3 s3 = 10-6 s = 10-2 mol/L
6. V = 100 cm3 = 0,1 L massa = 1,16 mg = 1,16 × 10−3 gram Mr = 58 Ksp = .... mol Mg(OH)2 = gram / Mr mol Mg(OH)2 = 1,16 × 10−3 / 58 = 0,02 × 10−3 mol s = mol / liter s = 0,02 × 10−3 / 0,1 = 0,2 × 10−3 mol/L Mg(OH)2 Mg2+ + 2OH− s s 2s Ksp = (s)(2s)2 = 4s3 Ksp = 4(0,2 × 10−3)3 = 3,2 × 10−11
7. Volume V = 1 liter Ksp Ag2SO4 = 3,2 x 10−5 s =..... Ag2SO4 2Ag+ + SO4 2− s 2s s Ksp Ag2SO4 = [Ag+]2[SO4 2−] Ksp Ag2SO4 = (2s)2(s) 3,2 x 10−5 = 4s3 s3 = 0,8 x 10−5 s3 = 8 x 10−6 s = 2 x 10−2 mol/L
147
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 2
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan dengan kreatif dan
percaya diri
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS mengenai pengaruh ion sejenis terhadap
kelarutan. Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok dengan langkah:
merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan menguji
hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif Produk:
Siswa dapat menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan dengan
kreatif dan percaya diri
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS mengenai pengaruh ion sejenis terhadap
kelarutan. Siswa dapat memecahkan masalah melalui diskusi kelompok dengan
langkah: merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan
menguji hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter santu, rasa
ingin tahu, bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menymbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
EKSPERIMEN 2
148
E. Materi Pembelajaran
Pengaruh ion senama terhadap kelarutan
Jika ke dalam larutan jenuh AgCl ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl maka
akan segera terjadi pengendapan AgCl, demikian pula bila ke dalam lautan AgCl tersebut
ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3.
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
Bila ke dalam sistem kesetimbangan tersebut ditambahkan ion Cl- maka
kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga mengakibatkan jumlah AgCl yang mengendap
bertambah. Demikian pula bila dalam system kesetimbangan tersebut ditambah ion Ag+,
maka sistem kesetimbangan bergeser ke kiri dan berakibat bertambahnya jumlah AgCl
yang mengendap. Kesimpulannya bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan
ditambahkan ion yang senama mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : student centered
Strategi : inkuiri
Metode : ceramah, tanya jawab, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Pembukaan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa
3 menit
Orientasi
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama pembelajaran melalui ceramah dengan santun
Guru mengajukan pertanyaan secara santun untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa tentang kesetimbangan larutan, kelarutan dan hasil kali kelarutan serta mengenai fenomena yang telah dilihat oleh siswa mengenai pengaruh ion senama terhadap kelarutan.
4 menit
149
KEGIATAN INTI
Merumuskan
masalah
Eksplorasi Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
pengaruh ion senama terhadap kelarutan. Mengapa ion senama/sejenis dapat mempengruhi
kelarutan?
Siswa diberi tugas mengerjakan LKS secara kelompok
Siswa secara bekerjasama membuat rumusan masalah berdasarkan masalah yang mereka temukan mengenai pengaruh ion sejenis terhasap kelarutan suatu zat.
8 menit
Menentukan
hipotesis
Siswa bekerjasama dan tanggungjawab membuat
hipotesis atau menarik kesimpulan sementara
berdasarkan rumusan masalah mengenai pengaruh ion
sejenis terhadap kelarutan.
7 menit
Mengumpulkan
data
Siswa dengan penuh rasa ingin tahu mengumpulkan data atau informasi mengenai pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan.
Siswa secara bersama dan bertanggungjawab menjawab pertanyaan yang ada di LKS mengenai pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan.
20 menit
Menguji
hipotesis
Elaborasi
Siswa dengan percaya diri dan bertanggungjawab
membuktikan hipotesis dengan menyesaikan soal
perhitungan yang ada di LKS melalui data-data atau
informasi yang dikumpulkan secara bersama dalam
diskusi.
25 menit
Penarikan
Kesimpulan
Siswa secara kerjasama membuat simpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan sesuai dengan arahan dari guru
Siswa dengan santun dan percaya diri menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dalam kegiatan presentasi hasil diskusi
Konfirmasi Guru memberikan catatan-catatan penting
mengenai materi yang harus dikuasai siswa Siswa dengan rasa ingin tahu diajak
membicarakan hal yang belum dipahami dari hasil diskusi kelas.
20 menit
KEGIATAN PENUTUP
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas
Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar gemar membaca tentang pengaruh pH terhadap kelarutan dan melihat kejadian dalam kehidupan
5 menit
150
sehari-hari mengenai materi.
H. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia
I. Penilaian Kognitif : tugas individu
Psikomotor: -
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
151
SOAL LATIHAN
1. Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10−12. Tentukan kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan 0,01 M K2CrO4!
2. Tentukan kelarutan Mg(OH)2 dalam NaOH 0,1 M! Ksp Mg(OH)2 = 1,8×10−11 mol3 L−3 3. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni adalah 8,43 x 10-5mol/L pada suhu
25C. Tetukanlah kelarutan Ag2CrO4 (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12) itu dalam AgNO3 0,1 N KUNCI JAWABAN
1. Larutan 0,01 M K2CrO4 mengandung: ion K+ sebanyak 0,02 M ion CrO4
2− sebanyak 0,01 M Ag2CrO4 terurai menjadi: Ag2CrO4(s) 2Ag+
(aq) + CrO42−
(aq) s 2s s Ksp Ag2CrO4 = [Ag+] [CrO4
2-] = (2s)2 [CrO4
2-] ion CrO42- dari K2CrO4, sebanyak 0,01M, jadi
Ksp Ag2CrO4 = (2s)2 (0,01) 4 x 10-12 = 4s2 (0,01)
s =
= 10-5 mol/L 2. NaOH dengan molaritas ion-ionnya:
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-
(aq) 0,1 M 0,1 M 0,1 M Mg(OH)2 dengan ion-ion dan kelarutannya: Mg(OH)2(s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2 = s (2s)2
1,8x10-11 = s (0,1)2
s =
= 1,8x10-9 mol/L
3. Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 N Larutan AgNO3 0,1 mengandung 0,1 M ion Ag+ dan 0,1 M ion NO3
- AgNO3 (aq) Ag+ (aq) + NO3
- (aq)
0,1 M 0,1 M 0,1 M Jika ke dalam larutan ditambahkan Ag2CrO4 padat, maka kristal itu akan larut hingga larutan jenuh. Misalkan kelarutan Ag2CrO4 = s mol/L maka konsenterasi ion CrO4
2- yang dihasilkan = s mol/L dan ion Ag+ = 2s mol/L Ag2CrO4 (s) 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO42-]
2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10 Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L.
152
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 3
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Memilih operasi yang dipakai untuk menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya
dengan teliti dan bertanggungjawab
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS mengenai pengaruh pH terhadap
kelarutan suatu zat. Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok dengan langkah:
merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan menguji
hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
Produk:
Siswa dapat memilih operasi yang dipakai untuk menentukan pH larutan dari harga
Ksp-nya dengan teliti dan bertanggungjawab
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS mengenai pengaruh pH terhadap
kelarutan suatu zat. Siswa dapat memecahkan masalah melalui diskusi kelompok
dengan langkah: merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan
menguji hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter
bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menyumbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
E. Materi Pembelajaran Pengaruh pH dan Kelarutan
EKSPERIMEN 3
153
Beberapa zat padat hanya sedikit larut dalam air tetapi sangat larut dalam larutan asam.
Sebagai contoh, bijih tembaga dan nikel sulfida dapat larut dengan asam kuat, suatu fakta
yang amat membantu dalam pemisahan dan pengambilan logam berharga ini dari bentuk
unsurnya. Pengaruh pH terhadap kelarutan ditunjukkan secara dramatis pada kerusakan
bangunan dan monumen oleh pengendapan asam. Ada sebagian senyawa ionik dengan
kelarutan rendah mempunyai daya larut yang bergantung pada pH larutan. pH
mempengaruhi daya larut ion hidroksida dan garam yang mengandung anion basa lemah.
Tetapi tidak semua garam yang sukar larut dapat larut dalam asam, contohnya BaSO4,
kelarutan BaSO4 tidak dipengeruhi oleh penambahan asam. Untuk memahaminya, simak
contoh berikut :
- Kalsium karbonat (CaCO3)
Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan sebagai berikut:
CaCO3 (s) Ca2+ (aq) + CO32- (aq)
Dengan penambahan HCl mengakibatkan ion Ca2+ dari CaCO3 akan berkumpul
dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat membentuk CaCl2 karena CaCl2
merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya.
Tetapi ion H+ dari HCl akan bertemu dengan ion CO32- membentuk H2CO3 dan
terurai menjadi CO2 dan H2O. Karena CO32- berikatan dengan H+ maka dapat
mempengaruhi kesetimbangan CaCO3. Berkurangnya CO32- akan menggeser
kesetimbangan ke arah hasil reaksi (Ca2+ dan Cl-). Jadi kelarutan CaCO3 meningkat.
- Barium sulfat (BaSO4)
Dalam larutan jenuh BaSO4 terdapat kesetimbangan sebagai berikut:
BaSO4(s) Ba2+(aq) + SO4
2-(aq)
Dengan penambahan HCl mengakibatkan ion Ba2+ dari BaSO4 akan berkumpul
dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat membentuk BaCl2 karena BaCl2
merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya.
Begitu pula yang terjadi pada ion H+ dan ion SO42- akan tetap dalam bentuk ion
karena asam kuat. Jadi penambahan HCl tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4.
- Kelarutan Hidroksida Salah satu pengaruh pH terhadap kelarutan juga terjadi pada logam hidroksida.
Konsentrasi ion OH- muncul secara eksplisit dalam rumus hasil kali kelarutan
senyawa tersebut. Sebagai contoh garam Zn(OH)2, akan mengalami reaksi
kesetimbangan sebagai berikut:
Zn(OH)2(s) Zn2+(aq) + 2OH-
(aq)
Jika larutan dibuat lebih asam, konsentrasi ion hidroksida berkurang, yang
menyebabkan kenaikan konsentrasi ion Zn2+. Jadi seng hidroksida lebih larut dalam
larutan asam daripada dalam air murni.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : student centered
Strategi : inkuiri
Metode : ceramah, tanya jawab, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran
154
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Pembukaan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa
3 menit
Orientasi
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama pembelajaran melalui ceramah dengan santun
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa tentang kesetimbangan larutan, kelarutan dan hasil kali kelarutan serta mengenai kejadian dalam kehidupan siswa yang berkaitan dengan pengaruh pH terhadap kelarutan.
4 menit
KEGIATAN INTI
Merumuskan
masalah
Eksplorasi Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
pengaruh pH terhadap kelarutan. Mengapa pH dapat mempengruhi kelarutan?
Siswa diberi tugas LKS secara kelompok Siswa secara bekerjasama membuat rumusan
masalah berdasarkan masalah yang mereka temukan mengenai pengaruh pH terhasap kelarutan suatu zat.
8 menit
Menentukan
hipotesis
Siswa bekerjasama dan tanggungjawab membuat
hipotesis atau menarik kesimpulan sementara
berdasarkan rumusan masalah mengenai pengaruh pH
terhadap kelarutan dan cara menentukan pH larutan
berdasarkan harga Ksp-nya
7 menit
Mengumpulkan
data
Siswa dengan penuh rasa ingin tahu mengumpulkan
data atau informasi untuk menguji hipotesis mengenai
pengaruh pH terhadap kelarutan dan cara menentukan
pH larutan berdasarkan harga Ksp-nya.
20 menit
Menguji
hipotesis
Elaborasi
Siswa dengan percaya diri dan bertanggungjawab
membuktikan hipotesis dengan menjawab pertanyaan
mengenai pengaruh pH terhadap kelarutan melalui data-
data atau informasi yang dikumpulkan secara bersama
dalam diskusi.
25 menit
155
Penarikan
Kesimpulan
Siswa secara kerjasama membuat simpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan sesuai dengan arahan dari guru
Siswa dengan santun dan percaya diri menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dalam kegiatan presentasi hasil diskusi
Konfirmasi Guru memberikan catatan-catatan penting
mengenai materi yang harus dikuasai siswa Siswa dengan rasa ingin tahu diajak
membicarakan hal yang belum dipahami dari hasil diskusi kelas.
20 menit
KEGIATAN PENUTUP
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas
Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar gemar membaca tentang proses pengendapan dan mencari kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan proses pengendapan.
Siswa diberi tugas untuk membuat rancangan percobaan untuk mengidentifikasi kesadahan air berdasarkan proses pengendapan.
5 menit
H. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia
I. Penilaian Kognitif : tugas individu
Psikomotor: -
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
156
SOAL LATIHAN
1. Larutan jenuh X(OH)2 memiliki pOH = 5. Tentukan hasil kali kelarutan (Ksp) dari X(OH)2 tersebut!
2. Larutan jenuh senyawa hidroksida dari suatu basa L(OH)2 dilarutkan dalam 1 liter air. Diketahui Ksp L(OH)2 = 4×10−12, tentukan pH akhir dari pelarutan L(OH)2 tersebut!
3. Diketahui tetapan hasilkali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentuknlah kelarutan Mg(OH)2 dalam : a. Aquades (air murni) b. Larutan dengan pH = 12
KUNCI JAWABAN
1. pOH = 5 artinya konsentrasi OH− nya diketahui sebesar 10−5 M. Dari X(OH)2 X2+ + 2OH− [OH−] = 10−5 M [X2+] = 1/2 x 10−5 M = 5 x 10−6 M Ksp = [X2+] [OH−]2 Ksp = [5 x 10−6] [10−5]2 = 5 x 10−16
2. L(OH)2 L2+ + 2OH- s s 2s
Ksp = [L2+] [OH-]2
= s . (2s)2 = 4s3
s =
=
= 10-4
[OH-] = 2 x s
= 2x10-4
pOH = - log 2.10-4
= 4-log2
pH = 14-(4-log2)
= 10+log2
3. Kelarutan Mg(OH)2 a. Dalam Aquades (air murni) Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 Misalkan kelarutan Mg(OH)2 = s mol/L Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+ (aq) + 2OH- (aq) s s 2s [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (s) (2s)2 = 2 x 10-12 4s3 = 2 x 10-12 s = 7,94 x 10-5 mol/L Jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol/L
157
b. Dalam Larutan dengan pH = 12 pH = 12, pOH = 14-pH
= 14 -12 = 2
[OH-] = 1 x 10-2 mol/L Mg(OH)2 akan larut hinggga terjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol/L Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
x x 2x Konsenterasi ion OH – dalam larutan 1 x 10-2 mol / L + 2x . subtitusi data ini kedalam persamaan tetapan kesetibangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai berikut : [Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (x) (2x)2 = 2 x 10-12 (x) (10-2 + 2x )2 = 2 x 10-12
Oleh karena dapat diduga bahwa x <<>-2 , maka 1 x 10-2 + 2x ≈ 1 x 10-2 maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut : (x) (2 x 10-2)2 = 2 x 10-12 x = 2 x 10-8 Jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8 mol / L.
Kelarutan ini kira-kira 4000 kali lebih kecil daripada kelarutan Mg(OH)2 dalam aquades
158
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 4
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan kreatif dan
percaya diri
Proses:
Melakukan percobaan dengan kerja sama dan bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi kesadahan air berdasarkan proses pengendapan.
2. Afektif Karakter : teliti, kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
3. Psikomotorik a. Menggunakan alat dengan benar dan teliti. b. Melakukan percobaan dengan teliti sesuai prosedur percobaan c. Melakukan pembersihan alat dengan baik d. Membuat laporan sementara dengan tepat secara bekerjasama.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif Produk:
Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan
kreatif dan percaya diri
Proses:
Siswa dapat melakukan percobaan dengan kerja sama dan bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi kesadahan air berdasarkan proses pengendapan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter teliti,
kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab.
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menyumbangkan ide atau pendapat
EKSPERIMEN 4
159
b. Siswa bisa berkomunikasi 3. Psikomotorik
a. Siswa dapat menggunakan alat dengan benar dan teliti. b. Siswa dapat melakukan percobaan dengan teliti sesuai prosedur percobaan c. Siswa dapat melakukan pembersihan alat dengan baik d. Siswa dapat membuat laporan sementara dengan tepat secara bekerjasama.
E. Materi Pembelajaran Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat
memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar
harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut senyawa tersebut.
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjasi tidaknya endapan
suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut
dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan AmBn jika larutan yang
mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut
ini.
Qsp AmBn = [An+]m [Bm-]n
Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn Jika Qsp < Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan AmBn. Selain memberi informasi tentang kelarutan, harga Ksp dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemisahan zat dalam campuran
dengan cara pengendapan. Contoh : Untuk memisah ion Zn2+ dan ion Cd2+ yang terdapat
secara bersama-sama dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas H2S
ke dalam larutan tersebut sehingga terjadi reaksi:
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Diketahui harga Ksp ZnS= 1,6x10-22 dan Ksp CdS= 8x10-27, dengan mengatur harga pH
maka konsentrasi ion sulfida dalam larutan dapat diatur sedemikian sehingga Qsp ZnS<
Ksp ZnS sehingga ZnS belum mengendap dan Qsp CdS > Ksp CdS sehingga CdS
mengendap. Dengan demikian kedua ion tersebut dapat dipisahkan dari larutan.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : teacher centered
Strategi : konvensional
Metode : kerja kelompok, eksperimen, penugasan
Media : Alat dan bahan praktikum, Papan tulis, boardmarker, dan penghapus
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Pembukaan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan memberikan motivasi secara kreatif dan mengondisikan siswa untuk duduk sesuai kelompoknya masing-masing
Guru memeriksa kehadiran siswa Siswa dengan rasa ingin tahu di ajak
membicarakan mengenai prosedur percobaan yang
3 menit
160
telah ditugaskan kepada siswa pada pertemuan sebelumnya.
Orientasi
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama praktikum melalui ceramah dengan santun
Guru memberikan pengarahan tentang tata tertib melakukan percobaan agar efektif, efisien dan memenuhi kriteria keselamatan kerja.
4 menit
KEGIATAN INTI
Merumuskan
masalah
Eksplorasi Guru mengajukan pertanyaan yang menjadi pokok
permasalahan yang harus di uji saat melakukan percobaan. - Bagaiman cara mengidentifikasi kesadahan air?
Siswa diberi tugas untuk mengerjakan LKS. Siswa secara kerjasama dan tanggungjawab
merumuskan masalah mengenai kasus yang ada di LKS.
3 menit
Menentukan
hipotesis
Siswa bekerjasama dan tanggungjawab membuat
hipotesis dari masalah yang telah dirumuskan 5 menit
Mengumpulkan
data
Siswa secara bekerjasama dan bertanggungjawab mengumpulkan data mengenai hal yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis melalui percobaan mengidentifikasi kesadahan air.
10 menit
Menguji
hipotesis
Elaborasi Siswa secara kerjasama dan bertanggungjawab
melakukan percobaan sesuai dengan prosedur kerja tang telah disusun untuk mengidentifikasi kesadahan air.
Siswa dengan arahan guru mengumpulkan data percobaan dengan teliti.
Siswa secara kerjasama membuat analisis data percobaan dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS mengenai proses pengendapan dalam mengidentifikasi kesadahan air melalui diskusi kelompok.
Siswa menyajikan hasil diskusi dalam laporan sementara.
40 menit
161
Penarikan
Kesimpulan
Siswa bekerjasama membuat simpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan arahan dari guru
Siswa dengan santun dan percaya diri menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dalam kegiatan presentasi hasil diskusi
Konfirmasi Guru memberikan catatan-catatan penting
mengenai kesimpulan yang telah dirumuskan siswa Siswa dengan rasa ingin tahu diajak
membicarakan hal yang belum dipahami dari hasil percobaan.
25 menit
KEGIATAN PENUTUP
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan
Siswa diberi tugas untuk membuat laporan hasil percobaan dan dikumpulkan minggu depan.
5 menit
H. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia, LKS
I. Penilaian Kognitif : laporan sementara (kelompok) dan laporan praktikum (individu)
Psikomotor: lembar Observasi
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
162
KESADAHAN AIR
I. Tujuan
Mengidentifikasi kesadahan air.
II. Alat dan Bahan
Alat Bahan
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur
c. Erlenmeyer
d. Buret
e. Air sumur
f. Air suling
g. Larutan Na2CO3
h. Air sabun
i. Air sadah
III. Langkah kerja
Berdasarkan alat dan bahan yang sudah di sediakan, rancanglah sebuah percobaan
untuk mengidentifikasi kesadahan air.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
163
IV. Hasil Pengamatan
Sampel air
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
Sampel air dipanaskan
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
Sampel air + lar
Na2CO3
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
V. Permasalahan
1) Dari ketiga sampel air, manakah yang memerlukan air sabun paling banyak untuk membentuk busa? Jelaskan mengapa demikian! ..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada masing-masing sampel air! …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3) Jika ke dalam air sadah yang mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ ditambahkan larutan natrium karbonat 10-2M, hitunglah kelarutan ion Mg2+ dan Ca2+ jika diketahui Ksp MgCO3= 3,5x10-8 dan Ksp CaCO3=2,8x10-9.
164
MgCO3(s) ……. + ………
Ksp MgCO3 = [……..][…….]
= ………………
[……..] =……………….
Ksp CaCO3 = [……..][…….]
= ………………
[……..] =……………….
Jadi kelarutan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah………….mol/L dan…………….mol/L
4) Apabila ion Mg2+ dan Ca2+ yang ada dalam 100mL air sadah mempunyai kadar sebesar 10-2M diendapkan dengan menambahkan 100mL NaCO3 10-2M, hitunglah harga hasil kali ion-ion masing-masing garam yang terbentuk! Dalam campuran terdapat :
[Mg2+] =…………………………………………………………………………………
=…………………………………………………………………………………
[CO32-]=…………………………………………………………………………………
=…………………………………………………………………………………
Qsp MgCO3 = [……..][…….]
=…………………………………………………………………………
=…………………………………………………………………………
Bagaimana harga hasil kali ion-ion jika dibandingkan dengan harga Ksp? Apakah ada
hubungan antara perbandingan tersebut dengan terbentuknya endapan? Ksp MgCO3=
3,5x10-8 dan Ksp CaCO3=2,8x10-9.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
VI. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
165
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 5
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan kreatif dan
percaya diri
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS yang berhubungan dengan proses
pengendapan. Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok dengan langkah:
merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan menguji
hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : teliti, kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif Produk:
Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan
kreatif dan percaya diri
Proses:
Siswa dihadapkan dengan masalah pada LKS yang berhubungan dengan proses
pengendapan. Siswa dapat memecahkan masalah melalui diskusi kelompok dengan
langkah: merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan
menguji hipotesis serta merumuskan kesimpulan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter teliti,
kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab.
Keterampilan social
a. Siswa dapat menyumbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
EKSPERIMEN 5
166
E. Materi Pembelajaran Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat
memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar
harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut senyawa tersebut.
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjasi tidaknya endapan
suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut
dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan AmBn jika larutan yang
mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut
ini.
Qsp AmBn = [An+]m [Bm-]n
Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn Jika Qsp < Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan AmBn. Selain memberi informasi tentang kelarutan, harga Ksp dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemisahan zat dalam campuran
dengan cara pengendapan. Contoh : Untuk memisah ion Zn2+ dan ion Cd2+ yang terdapat
secara bersama-sama dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas H2S
ke dalam larutan tersebut sehingga terjadi reaksi:
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Diketahui harga Ksp ZnS= 1,6x10-22 dan Ksp CdS= 8x10-27, dengan mengatur harga pH
maka konsentrasi ion sulfida dalam larutan dapat diatur sedemikian sehingga Qsp ZnS<
Ksp ZnS sehingga ZnS belum mengendap dan Qsp CdS > Ksp CdS sehingga CdS
mengendap. Dengan demikian kedua ion tersebut dapat dipisahkan dari larutan.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : teacher centered
Strategi : konvensional
Metode : kerja kelompok, eksperimen, penugasan
Media : Alat dan bahan praktikum, Papan tulis, boardmarker, dan penghapus
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Pembukaan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan memberikan motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerime pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa
3 menit
Orientasi
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama praktikum melalui ceramah dengan santun
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa mengenai kelarutan dan hasil kali kelarutan
4 menit
KEGIATAN INTI
167
Merumuskan
masalah
Eksplorasi Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
proses pengendapan. - Bagaimana pengendapan bisa terjadi?
Siswa diberi tugas untuk mengerjakan LKS. Siswa secara kerjasama dan tanggungjawab
merumuskan masalah mengenai kasus yang ada di LKS.
3 menit
Menentukan
hipotesis
Siswa bekerjasama dan tanggungjawab membuat
hipotesis dari masalah yang telah dirumuskan 5 menit
Mengumpulkan
data
Siswa dengan penuh rasa ingin tahu mengumpulkan data atau informasi untuk menguji hipotesis mengenai proses pengendapan.
15 menit
Menguji
hipotesis
Elaborasi Siswa dengan percaya diri dan bertanggungjawab membuktikan hipotesis dengan menjawab pertanyaan mengenai proses pengendapan melalui data-data atau informasi yang dikumpulkan secara bersama dalam diskusi.
35 menit
Penarikan
Kesimpulan
Siswa secara kerjasama membuat simpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan sesuai dengan arahan dari guru
Siswa dengan santun dan percaya diri menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dalam kegiatan presentasi hasil diskusi
Konfirmasi Guru memberikan catatan-catatan penting
mengenai materi yang harus dikuasai siswa Siswa dengan rasa ingin tahu diajak
membicarakan hal yang belum dipahami dari hasil diskusi kelas.
25 menit
KEGIATAN PENUTUP
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas
Guru mengingatkan siswa agar tetap belajar mengenai materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
5 menit
168
H. Sumber Pelajaran
Bahan ajar : buku kimia, LKS
I. Penilaian
Kognitif : laporan sementara (kelompok) dan laporan praktikum (individu)
Psikomotor: lembar Observasi
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
169
SOAL LATIHAN
1. Apakah penambahan 100 mL larutan Na2CO3 0,001 M ke dalam 100 mL larutan AgNO3 0,001 M menyebabkan terjadinya endapan? (Ksp Ag2CO3 = 6,3 . 10–12).
2. Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 2.4 x 10-12. Jika 25 mL larutan AgNO3 10-3 M dicampur dengan 75 mL larutan Na2CrO410-3M, apakah terjadi endapan?
3. Dapatkah campuran 100 mL 0.001M ZnCl2 dan 100 mL 0.0001M MgCl2 dipisahkan dengan menggunakan a. 100 mL 0.001M NaOH b. 100 mL 0.001M Ba(OH)2 c. 100 mL 0.001M NH4OH (Kb NH4OH : 1,8x10-5)
KUNCI JAWABAN
1. AgNO3 = 0,001 M x 100 mL = 0,1 mmol Ag+ = 0,1 mmol
Na2CO3 = 0,001 M x 100 mL = 0,1 mmol
CO32– = 0,1 mmol
Volume campuran 200 mL, sehingga:
[Ag+] = (0,1/200) mol . L–1 = 5.10–4 M
[CO32–] = (0,1/200) mol . L–1 = 5.10–4 M
[Ag+]2 [CO32–] = (5.10–4)2 (5.10–4) = 1,25 . 10–5 M
Karena [Ag+]2 [CO3–2] > Ksp atau 1,25 . 10–5 > 6,3.10–12, maka terbentuk endapan PbI2.
2. [AgNO3][Ag+] = (25 mL x 10-3 }: 100 mL= 2.5x 10-4 M
[N2CrO4] = (75 mL x 10-3M) : 100 mL = 7.5x 10-4 M
Qc Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-] = (2.5x 10-4)2 (7.5x 10-4) = 46.8 x 10-12
Jadi Qc Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4, sehingga terjadi endapan Ag2CrO4
3. Campuran 100 mL 0.001M ZnCl2 dan 100 mL 0.0001M MgCl2 a. 100 mL 0.001M NaOH
Ksp Zn(OH)2 = 1,2.10-17
Q Zn(OH)2 = [Zn2+] [OH-]
=
= 3.70 x 10-11
Q > Ksp mengendap
Ksp Mg(OH)2 = 1,8.10-11
Q Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]
=
= 3.70 x 10-12
Q < Ksp tidak mengendap
b. 100 mL 0.001M Ba(OH)2
170
Ksp Zn(OH)2 = 1,2.10-17
Q Zn(OH)2 = [Zn2+] [OH-]2
=
= 1.48 x 10-10
Q > Ksp mengendap
Ksp Mg(OH)2 = 1,8.10-11
Q Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]2
=
= 1.48 x 10-11
Q < Ksp tidak mengendap
c. 100 mL 0.001M NH4OH Kb NH4OH = 1.8 x 10-5
M OH- =
=
= 1.34 x 10-4
Ksp Zn(OH)2 = 1,2.10-17
Q Zn(OH)2 = [Zn2+] [OH-]
=
= 6.65 x 10-13
Q > Ksp mengendap
Ksp Mg(OH)2 = 1,8.10-11
Q Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]
=
= 6.65 x 10-12
Q < Ksp tidak mengendap
Jadi ion Zn2+ dan Mg2+ dapat dipisahkan menggunakan 100mL larutan NaOH
0,001M, larutan Ba(OH)2 0,001M, larutan NH4OH 0,001M
171
Lampiran 13 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 1
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
a. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut dengan santun dan percaya diri
b. Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapanya dengan rasa ingin tahu dan bertanggungjawab
c. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air dengan teliti dan kreatif
d. Memilih operasi yang paling sesuai untuk menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya dengan teliti dan bertanggungjawab
Proses:
a. Mengolah informasi dari penjelasan yang diberikan guru tentang definisi
kelarutan dan hasil kali kelarutan.
b. Menganalisis berbagai senyawa untuk menentukan rumus Ksp.
c. Mengidentifikasi informasi untuk menentukan operasi yang peling sesuai untuk
menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp
atau sebaliknya.
2. Afektif Karakter : Santun, Rasa ingin tahu, bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
Produk:
a. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut dengan santun dan percaya diri
b. Siswa dapat menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapanya dengan rasa ingin tahu dan bertanggungjawab
c. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air dengan teliti dan kreatif
Kontrol 1
172
d. Siswa dapat memilih operasi yang paling sesuai untuk menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya dengan teliti dan bertanggungjawab
Proses:
a. Siswa dapat mengolah informasi dari penjelasan yang diberikan guru tentang
definisi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
b. Siswa dapat menganalisis berbagai senyawa untuk menentukan rumus Ksp.
c. Siswa dapat mengidentifikasi informasi untuk menentukan operasi yang peling
sesuai untuk menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan
data harga Ksp atau sebaliknya.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa dapat menunjukkan karakter
santun, rasa ingin tahu, bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menymbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
E. Materi Pembelajaran a. Kelarutan
Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah maksimum
suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan umumnya dinyatakan
dalam gram L-1 atau mol L-1. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain sebagai berikut.
1) Jenis pelarut Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar.
Misalnya alkohol dan semua senyawa asam adalah senyawa polar, sehingga mudah larut
dalam air yang juga senyawa polar. Selain senyawa polar, senyawa ion juga mudah larut
dalam air dan terurai menjadi ion-ion.
Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah
larut dalam minyak. Senyawa polar umumnya tidak larut dalam senyawa nonpolar,
misalnya alkohol tidak larut dalam minyak tanah.
2) Suhu Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya panas
(kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut.
Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul
tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air.
b. Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Senyawa-senyawa ion yang terlarut di dalam air akan terurai menjadi partikel dasar
pembentuknya yang berupa ion positif dan ion negatif. Bila kedalam larutan jenuh suatu
senyawa ion ditambahkan kristal senyawa ion maka kristal tersebut tidak melarut dan
akan mengendap. Kristal yang tidak larut ini tidak mengalami ionisasi. Bila ke dalam
sistem tersebut ditambahkan air maka endapan kristal tersebut akan segera terionisasi, dan
sebaliknya bila air dalam larutan tersebut diuapkan maka ion-ion akan segera mengkristal.
Dalam peristiwa tersebut terjadi sistem kesetimbangan antara zat padat dengan ion-ionnya
didalam larutan.
173
Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn di dalam air akan menghasilkan reaksi
kesetimbangan,
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Harga hasil kali kelarutannya dinyatakan dengan rumus,
Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n
Sebagai contoh, pasangan garam perak klorida yang dapat larut menghasikan
kesetimbangan berikut jika dimasukkan dalam air:
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
Harga hasil kali kelarutannya adalah
Ksp AgCl = [Ag+][Cl-]
c. Hubungan kelarutan dan Ksp Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn konsentrasi zat di dalam larutan sama dengan
harga kelarutanny dalam satuan mol L-1. Senyawa AmBn yang terlarut akan mengalami
ionisasi dalam system kesetimbangan,
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L-1, maka di dalam reaksi
kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan ion Bm- sebagai berikut
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
s mol L-1 m s mol L-1 n s mol L-1
sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah,
Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n
= (m s)m (n s)n
= mm x nn x (s)(m+n)
Jadi untuk reaksi kesetimbangan:
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-
(aq)
Ksp AmBn = mm x nn x (s)(m+n)
Dengan s =kelarutan AmBn dalam satuan mol L-1
Dari rumus tersebut dapat ditentukan harga kelarutan sebagai berikut:
Besarnya Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan suhu maka
harga Ksp zat tersebut akan mengalami perubahan.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : student centered
Strategi : langsung
Metode : diskusi kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan
174
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Persiapan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun
untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa tentang molaritas, beberapa garam, dan kesetimbangan larutan.
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama pembelajaran melalui ceramah dengan santun.
10 menit
KEGIATAN INTI
Penyampaia
n materi
Eksplorasi Guru menjelaskan materi kelarutan, hasil kali kelarutan
dan hubungan kelarutan dan Ksp
20 menit
Pelatihan
terbimbing
Guru memberi salah satu rumus senyawa suatu garam dan meminta siswa untuk menuliskan reaksi kesetimbangannya, menentukan kelarutan suatu garam, dan menyatakan rumus Ksp dalam kelarutan (s)
Elaborasi Siswa dengan teliti menyelesaikan soal latihan
mengenai kelarutan, hasil kali kelarutan, dan hubungan kelarutan dengan Ksp yang diberikan guru
30menit
Mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami dengan percaya diri
Konfirmasi Guru memberikan penguatan tentang kelarutan dan
hasil kali kelarutan secara bertanggungjawab.
Guru secara kreatif memberikan catatan-catatan penting mengenai materi pokok yang harus dikuasai siswa
15 menit
Latihan
mandiri Guru memberikan tugas rumah mengenai materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan 10 menit
KEGIATAN PENUTUP
Guru membimbing siswa secara mandiri untuk membuat rangkuman dari materi yang telah dibahas
Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar gemar membaca tentang pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan dan hasil kali kelarutan serta cara menentukan pH larutan berdasarkan harga Ksp-nya untuk pertemuan berikutnya.
175
H. Sumber Pelajaran
Bahan ajar : buku kimia
I. Penilaian
Kognitif : tugas individu
Psikomotor: -
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
176
SOAL LATIHAN
1. Obat maag atau yang dikenal sebagai antasida umumnya merupakan senyawa yang bersifat basa, sehingga dapat menetralkan kelebihan asam yang terdapat di dalam cairan lambung. Umumnya obat antasida yang banyak dipilih adalah jenis yang sukar larut, sehingga reaksinya lambat dan dapat bertahan lama, misalnya aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Jika magnesium hidroksida mempunyai Ksp sebesar 1,8x10-11, berapa kelarutan magnesium hidroksida dalam usus?
2. Kelarutan PbSO4 dalam air pada suhu tertentu adalah 1,4×10−4 mol/L. Tentukan massa PbSO4 yang dapat larut dalam 500 mL air, nyatakan jawaban dalam satuan milligram (mg). (Ar Pb = 206; S = 32; O = 16)
3. Tuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk garam berikut: a. AgCl b. Ag2CO3 c. Ba3(PO4)2
4. Sebanyak 0,7 gram BaF2 (Mr = 175) melarut dalam air murni membentuk 2 L larutan jenuh. tentukan Ksp dari BaF2.
5. Hasil kali kelarutan Ca(OH)2 dalam air adalah 4 × 10−6. Tentukan kelarutan Ca(OH)2. 6. Dalam 100 cm3 air dapat larut 1,16 mg Mg(OH)2 (Mr = 58). Tentukan harga Ksp dari
Mg(OH)2 7. Harga hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2SO4 = 3,2 x 10−5, hitunglah kelarutannya dalam 1
liter air! KUNCI JAWABAN 1. Mg(OH)2(s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2 = s (2s)2
1,8x10-11 = 4s3
s =
= 1,65x10-4
2. S = 1,4×10−4 mol/L V = 0,5 L
S = n/v, jadi n= s x V
Sehingga jumlah mol PbSO4
n = s x V
= 1,4×10−4 mol/L x 0,5 L = 0,7 × 10−4 mol
dan massanya adalah
m = n x Mr
= 0,7.10-4 x 302 = 211,4 x 10-4 gram = 21,14 mg
3. a. AgCl(s) Ag+
(aq) + Cl-(aq) Ksp = [ Ag+] [Cl-]
b. Ag2CO3(s) 2Ag+(aq) + CO3
2-+(aq)
Ksp = [Ag+]2+[CO32-]
177
c. Ba3(PO4)2(s) 3Ba2+(aq) + 2PO4
3-(aq)
Ksp = [Ba2+]3 [PO43-]2
4. Jumlah mol dari BaF2 adalah: n = 0,7 / 175 = 4 × 10−3 mol Kelarutannya adalah S = 4 × 10−3 mol / 2 L = 2 × 10−3 mol/L BaF2 Ba2+ + 2F− 2 × 10−3 2 × 10−3 4 × 10−3 Ksp BaF2 = [Ba2+][F−]2 Ksp BaF2 = (2 × 10−3)(4 × 10−3)2 = 3,2 × 10−8
5. Ca(OH)2 (aq) Ca2+(aq) + 2OH-
(aq) Ksp Ca(OH)2 = [Ca2+] [2OH-]2 4 x 10-6 = (s) (2s)2 4 x 10-6 = 4s3 s3 = 10-6 s = 10-2 mol/L
6. V = 100 cm3 = 0,1 L massa = 1,16 mg = 1,16 × 10−3 gram Mr = 58 Ksp = .... mol Mg(OH)2 = gram / Mr mol Mg(OH)2 = 1,16 × 10−3 / 58 = 0,02 × 10−3 mol s = mol / liter s = 0,02 × 10−3 / 0,1 = 0,2 × 10−3 mol/L Mg(OH)2 Mg2+ + 2OH− s s 2s Ksp = (s)(2s)2 = 4s3 Ksp = 4(0,2 × 10−3)3 = 3,2 × 10−11
7. Volume V = 1 liter Ksp Ag2SO4 = 3,2 x 10−5 s =..... Ag2SO4(s) 2Ag+
(aq) + SO4 2−(aq)
s 2s s Ksp Ag2SO4 = [Ag+]2[SO4 2−] Ksp Ag2SO4 = (2s)2(s) 3,2 x 10−5 = 4s3 s3 = 0,8 x 10−5 s3 = 8 x 10−6 s = 2 x 10−2 mol/L
178
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 2
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan dengan kreatif dan
percaya diri
Proses:
Mengidentifikasi informasi dari penjelasan yang diberikan guru mengenai pengaruh
penambahan ion senama terhadap kelarutan.
2. Afektif Karakter : bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
c. Menyumbangkan ide atau pendapat d. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif Produk:
Siswa dapat menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan dengan
kreatif dan percaya diri
Proses:
Siswa dapat mengidentifikasi informasi dari penjelasan yang diberikan guru mengenai
pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter santun, rasa
ingin tahu, bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menymbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
E. Materi Pembelajaran
Pengaruh ion senama terhadap kelarutan
Jika ke dalam larutan jenuh AgCl ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl maka
akan segera terjadi pengendapan AgCl, demikian pula bila ke dalam lautan AgCl tersebut
ditambahkan beberapa tetes larutan AgNO3.
Kontrol 2
179
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
Bila ke dalam sistem kesetimbangan tersebut ditambahkan ion Cl- maka
kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga mengakibatkan jumlah AgCl yang mengendap
bertambah. Demikian pula bila dalam system kesetimbangan tersebut ditambah ion Ag+,
maka sistem kesetimbangan bergeser ke kiri dan berakibat bertambahnya jumlah AgCl
yang mengendap. Kesimpulannya bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan
ditambahkan ion yang senama mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : student centered
Strategi : langsung
Metode : ceramah, tanya jawab, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Fase
persiapan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun
untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa tentang kesetimbangan larutan, kelarutan dan hasil kali kelarutan dan membahas pekerjaan rumah yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama pembelajaran melalui ceramah dengan santun
20 menit
KEGIATAN INTI
Fase
penyampaia
n materi
Eksplorasi
Guru menjelaskan materi megenai pengaruh ion senama
dalam larutan
20 menit
Fase
pelatihan
terbimbing
Guru memberikan contoh soal mengenai perhitungan pengaruh ion senama terhadap kelarutan dan meminta siswa menyelasaikan soal secara berpasangan dengan teman sebangkunya
Elaborasi Siswa dengan teliti dan bekerja sama menyelesaikan
soal latihan mengenai kelarutan dan Ksp serta pengeruh ion senama terhadap kelarutan yang diberikan guru
25 menit
180
Fase
mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Siswa dengan santun menyampaikan jawabannya di depan kelas.
Siswa dengan rasa ingin tahu melakukan Tanya jawab dan menanggapi jawaban dari siswa lain.
Konfirmasi Guru memberikan penguatan tentang kelarutan dan
hasil kali kelarutan, pengaruh ion senama terhadap kelarutan secara bertanggungjawab.
Guru secara kreatif memberikan catatan-catatan penting mengenai materi pokok yang harus dikuasai siswa
15 menit
Fase latihan
mandiri
Guru membarikan tugas rumah mengenai pengaruh ion
sejenis terhadap kelarutan 5 menit
KEGIATAN PENUTUP
Guru membimbing siswa secara mandiri untuk membuat rangkuman dari materi yang telah dibahas
Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar gemar membaca tentang pengaruh pH terhadap kelarutan
5 menit
H. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia
I. Penilaian Kognitif : tugas individu
Psikomotor: -
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
181
SOAL LATIHAN
1. Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10−12. Tentukan kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan 0,01 M K2CrO4!
2. Tentukan kelarutan Mg(OH)2 dalam NaOH 0,1 M! Ksp Mg(OH)2 = 1,8×10−11 mol3 L−3 3. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni adalah 8,43 x 10-5mol/L pada suhu
25C. Tetukanlah kelarutan Ag2CrO4 (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12) itu dalam AgNO3 0,1 N KUNCI JAWABAN
1. Larutan 0,01 M K2CrO4 mengandung: ion K+ sebanyak 0,02 M ion CrO4
2− sebanyak 0,01 M Ag2CrO4 terurai menjadi: Ag2CrO4(s) 2Ag+
(aq) + CrO42−
(aq) s 2s s Ksp Ag2CrO4 = [Ag+] [CrO4
2-] = (2s)2 [CrO4
2-] ion CrO42- dari K2CrO4, sebanyak 0,01M, jadi
Ksp Ag2CrO4 = (2s)2 (0,01) 4 x 10-12 = 4s2 (0,01)
s =
= 10-5 mol/L 2. NaOH dengan molaritas ion-ionnya:
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-
(aq) 0,1 M 0,1 M 0,1 M Mg(OH)2 dengan ion-ion dan kelarutannya: Mg(OH)2(s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
s s 2s
Ksp Mg(OH)2 = s (2s)2
1,8x10-11 = s (0,1)2
s =
= 1,8x10-9 mol/L
3. Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 N Larutan AgNO3 0,1 mengandung 0,1 M ion Ag+ dan 0,1 M ion NO3
- AgNO3 (aq) Ag+ (aq) + NO3
- (aq)
0,1 M 0,1 M 0,1 M Jika ke dalam larutan ditambahkan Ag2CrO4 padat, maka kristal itu akan larut hingga larutan jenuh. Misalkan kelarutan Ag2CrO4 = s mol/L maka konsenterasi ion CrO4
2- yang dihasilkan = s mol/L dan ion Ag+ = 2s mol/L Ag2CrO4 (s) 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq) s 2s s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[ CrO42-]
2,4 x 10-12 = (0,1)2 (s) 2,4 x 10-12 = 10-2 s s = 2,4 x 10-10 Jadi kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M = 2,4 x 10-10 mol/L.
182
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 3
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Memilih operasi yang dipakai untuk menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya
dengan teliti dan bertanggungjawab
Proses:
Mengolah informasi dari penjelasan guru mengenai pengaruh pH terhadap kelarutan.
2. Afektif Karakter : bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
Produk:
Siswa dapat memilih operasi yang dipakai untuk menentukan pH larutan dari harga
Ksp-nya dengan teliti dan bertanggungjawab
Proses:
Siswa dapat mengolah informasi dari penjelasan guru mengenai pengaruh pH
terhadap kelarutan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter
bertanggungjawab, dan teliti
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menyumbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
E. Materi Pembelajaran
Pengaruh pH dan Kelarutan
Beberapa zat padat hanya sedikit larut dalam air tetapi sangat larut dalam larutan asam.
Sebagai contoh, bijih tembaga dan nikel sulfida dapat larut dengan asam kuat, suatu fakta
yang amat membantu dalam pemisahan dan pengambilan logam berharga ini dari bentuk
unsurnya. Pengaruh pH terhadap kelarutan ditunjukkan secara dramatis pada kerusakan
Kontrol 3
183
bangunan dan monumen oleh pengendapan asam. Ada sebagian senyawa ionik dengan
kelarutan rendah mempunyai daya larut yang bergantung pada pH larutan. pH
mempengaruhi daya larut ion hidroksida dan garam yang mengandung anion basa lemah.
Tetapi tidak semua garam yang sukar larut dapat larut dalam asam, contohnya BaSO4,
kelarutan BaSO4 tidak dipengeruhi oleh penambahan asam. Untuk memahaminya, simak
contoh berikut :
- Kalsium karbonat (CaCO3)
Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan sebagai berikut:
CaCO3 (s) Ca2+ (aq) + CO32- (aq)
Dengan penambahan HCl mengakibatkan ion Ca2+ dari CaCO3 akan berkumpul
dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat membentuk CaCl2 karena CaCl2
merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya.
Tetapi ion H+ dari HCl akan bertemu dengan ion CO32- membentuk H2CO3 dan
terurai menjadi CO2 dan H2O. Karena CO32- berikatan dengan H+ maka dapat
mempengaruhi kesetimbangan CaCO3. Berkurangnya CO32- akan menggeser
kesetimbangan ke arah hasil reaksi (Ca2+ dan Cl-). Jadi kelarutan CaCO3 meningkat.
- Barium sulfat (BaSO4)
Dalam larutan jenuh BaSO4 terdapat kesetimbangan sebagai berikut:
BaSO4(s) Ba2+(aq) + SO4
2-(aq)
Dengan penambahan HCl mengakibatkan ion Ba2+ dari BaSO4 akan berkumpul
dengan ion Cl- dari HCl, tetapi tidak dapat membentuk BaCl2 karena BaCl2
merupakan elektrolit kuat sehingga dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya.
Begitu pula yang terjadi pada ion H+ dan ion SO42- akan tetap dalam bentuk ion
karena asam kuat. Jadi penambahan HCl tidak mempengaruhi kelarutan BaSO4.
- Kelarutan Hidroksida Salah satu pengaruh pH terhadap kelarutan juga terjadi pada logam hidroksida.
Konsentrasi ion OH- muncul secara eksplisit dalam rumus hasil kali kelarutan
senyawa tersebut. Sebagai contoh garam Zn(OH)2, akan mengalami reaksi
kesetimbangan sebagai berikut:
Zn(OH)2(s) Zn2+(aq) + 2OH-
(aq)
Jika larutan dibuat lebih asam, konsentrasi ion hidroksida berkurang, yang
menyebabkan kenaikan konsentrasi ion Zn2+. Jadi seng hidroksida lebih larut dalam
larutan asam daripada dalam air murni.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : student centered
Strategi : langsung
Metode : ceramah, tanya jawab, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Persiapan Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan
pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan 20 menit
184
kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran Guru memeriksa kehadiran siswa Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun
untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa tentang reaksi kesetimbangn larutan, kelarutan dan hasil kali kelarutan dan membahas pekerjaan rumah yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama pembelajaran melalui ceramah dengan santun
KEGIATAN INTI
Penyampaia
n materi
Eksplorasi Guru memberikan beberapa contoh soal mengenai cara
menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya serta mengingatkan kembali pengenai cara menghitung pH larutan
Guru menjelaskan megenai pengaruh pH terhadap kelarutan dan cara menentukan pH larutan berdasarkan harga Ksp-nya
Elaborasi Guru memberikan contoh soal mengenai perhitungan pH
larutan berdasarkan harga Ksp serta meminta siswa menyelasaikan soal secara berpasangan dengan teman sebangkunya
30 menit
Mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Siswa dengan santun menyampaikan jawabannya di depan kelas.
Siswa dengan rasa ingin tahu melakukan Tanya jawab dan menanggapi jawaban dari siswa lain.
Konfirmasi Guru memberikan penguatan tentang kelarutan dan hasil
kali kelarutan, dan penentuan pH larutan berdasarkan harga Ksp-nya secara bertanggungjawab.
Guru secara kreatif memberikan catatan-catatan penting mengenai materi pokok yang harus dikuasai siswa
15 menit
Latihan
mandiri
Guru memberikan kuis mengenai pengaruh ion sejenis
terhadap kelarutan 20 menit
185
KEGIATAN PENUTUP
Guru membimbing siswa secara mandiri untuk membuat rangkuman dari materi yang telah dibahas
Guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar gemar membaca tentang proses pengendapan
5 menit
H. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia
I. Penilaian Kognitif : tugas individu
Psikomotor: -
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
186
SOAL LATIHAN
1. Larutan jenuh X(OH)2 memiliki pOH = 5. Tentukan hasil kali kelarutan (Ksp) dari X(OH)2 tersebut!
2. Larutan jenuh senyawa hidroksida dari suatu basa L(OH)2 dilarutkan dalam 1 liter air. Diketahui Ksp L(OH)2 = 4×10−12, tentukan pH akhir dari pelarutan L(OH)2 tersebut!
3. Diketahui tetapan hasilkali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentuknlah kelarutan Mg(OH)2 dalam : a. Aquades (air murni) b. Larutan dengan pH = 12
KUNCI JAWABAN
1. pOH = 5 artinya konsentrasi OH− nya diketahui sebesar 10−5 M. Dari X(OH)2(s) X2+
(aq) + 2OH−(aq)
[OH−] = 10−5 M [X2+] = 1/2 x 10−5 M = 5 x 10−6 M Ksp = [X2+] [OH−]2 Ksp = [5 x 10−6] [10−5]2 = 5 x 10−16
2. L(OH)2 L2+ + 2OH- s s 2s
Ksp = [L2+] [OH-]2
= s . (2s)2 = 4s3
s =
=
= 10-4
[OH-] = 2 x s
= 2x10-4
pOH = - log 2.10-4
= 4-log2
pH = 14-(4-log2)
= 10+log2
3. Kelarutan Mg(OH)2 a. Dalam Aquades (air murni) Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 Misalkan kelarutan Mg(OH)2 = s mol/L Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+ (aq) + 2OH- (aq) s s 2s [Mg2+][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (s) (2s)2 = 2 x 10-12 4s3 = 2 x 10-12
187
s = 7,94 x 10-5 mol/L Jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol/L b. Dalam Larutan dengan pH = 12 pH = 12, pOH = 14-pH
= 14 -12 = 2
[OH-] = 1 x 10-2 mol/L Mg(OH)2 akan larut hinggga terjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol/L Mg(OH)2(s) ⇄ Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
x x 2x Konsenterasi ion OH – dalam larutan 1 x 10-2 mol / L + 2x . subtitusi data ini kedalam persamaan tetapan kesetibangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai berikut : [Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (x) (2x)2 = 2 x 10-12 (x) (10-2 + 2x )2 = 2 x 10-12
Oleh karena dapat diduga bahwa x <<>-2 , maka 1 x 10-2 + 2x ≈ 1 x 10-2 maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut : (x) (2 x 10-2)2 = 2 x 10-12 x = 2 x 10-8 Jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8 mol / L.
Kelarutan ini kira-kira 4000 kali lebih kecil daripada kelarutan Mg(OH)2 dalam aquades
188
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke- : 4
Waktu : 2x45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan kreatif dan
percaya diri
Proses:
Mengidentifikasi informasi dari penjelasan yang diberikan guru mengenai proses
pengendapan.
2. Afektif Karakter : teliti, kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif Produk:
Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan
kreatif dan percaya diri
Proses:
Siswa dapat mengidentifikasi informasi dari penjelasan yang diberikan guru mengenai
proses pengendapan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter teliti,
kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab.
Keterampilan sosial
a. Siswa dapat menyumbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
E. Materi Pembelajaran Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat
memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar
harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut senyawa tersebut.
Kontrol 4
189
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjasi tidaknya endapan
suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut
dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan AmBn jika larutan yang
mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut
ini.
Qsp AmBn = [An+]m [Bm-]n
Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn Jika Qsp < Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan AmBn. Selain memberi informasi tentang kelarutan, harga Ksp dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemisahan zat dalam campuran
dengan cara pengendapan. Contoh : Untuk memisah ion Zn2+ dan ion Cd2+ yang terdapat
secara bersama-sama dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas H2S
ke dalam larutan tersebut sehingga terjadi reaksi:
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Diketahui harga Ksp ZnS= 1,6x10-22 dan Ksp CdS= 8x10-27, dengan mengatur harga pH
maka konsentrasi ion sulfida dalam larutan dapat diatur sedemikian sehingga Qsp ZnS<
Ksp ZnS sehingga ZnS belum mengendap dan Qsp CdS > Ksp CdS sehingga CdS
mengendap. Dengan demikian kedua ion tersebut dapat dipisahkan dari larutan.
E. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : teacher centered
Strategi : langsung
Metode : diskusi, tanya jawab, penugasan
Media : Papan tulis, boardmarker, dan penghapus
F. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Persiapan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian
yang digunakan selama pembelajaran melalui ceramah dengan santun
10 menit
KEGIATAN INTI
Penyampaia
n materi
Eksplorasi Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun
untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa tentang reaksi kesetimbangn larutan, kelarutan dan hasil kali kelarutan dan membahas pekerjaan rumah yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya
Guru menjelaskan megenai proses pengendapan Elaborasi Guru memberikan contoh soal mengenai proses
40 menit
190
pengendapan serta meminta siswa menyelasaikan soal secara berpasangan dengan teman sebangkunya
Mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Siswa dengan santun menyampaikan jawabannya di depan kelas.
Siswa dengan rasa ingin tahu melakukan Tanya jawab dan menanggapi jawaban dari siswa lain.
Konfirmasi Guru memberikan penguatan tentang proses
pengendapan secara bertanggungjawab.
Guru secara kreatif memberikan catatan-catatan penting mengenai materi pokok yang harus dikuasai siswa
15 menit
Latihan
mandiri
Guru memberikan kuis mengenai proses pengendapan 20 menit
KEGIATAN PENUTUP
Guru membimbing siswa secara mandiri untuk membuat rangkuman dari materi yang telah dibahas
Guru membagikan LKS dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa agar membaca dan memahami prosedur paktikum mengenai kesadahan air
5 menit
G. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia, LKS
H. Penilaian Kognitif : laporan sementara (kelompok) dan laporan praktikum (individu)
Psikomotor: lembar Observasi
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
191
SOAL LATIHAN
1. Apakah penambahan 100 mL larutan Na2CO3 0,001 M ke dalam 100 mL larutan AgNO3 0,001 M menyebabkan terjadinya endapan? (Ksp Ag2CO3 = 6,3 . 10–12).
2. Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 2.4 x 10-12. Jika 25 mL larutan AgNO3 10-3 M dicampur dengan 75 mL larutan Na2CrO410-3M, apakah terjadi endapan?
3. Dapatkah campuran 100 mL 0.001M ZnCl2 dan 100 mL 0.0001M MgCl2 dipisahkan dengan menggunakan a. 100 mL 0.001M NaOH b. 100 mL 0.001M Ba(OH)2 c. 100 mL 0.001M NH4OH (Kb NH4OH : 1,8x10-5)
KUNCI JAWABAN
1. AgNO3 = 0,001 M x 100 mL = 0,1 mmol Ag+ = 0,1 mmol
Na2CO3 = 0,001 M x 100 mL = 0,1 mmol
CO32– = 0,1 mmol
Volume campuran 200 mL, sehingga:
[Ag+] = (0,1/200) mol . L–1 = 5.10–4 M
[CO32–] = (0,1/200) mol . L–1 = 5.10–4 M
[Ag+]2 [CO32–] = (5.10–4)2 (5.10–4) = 1,25 . 10–5 M
Karena [Ag+]2 [CO3–2] > Ksp atau 1,25 . 10–5 > 6,3.10–12, maka terbentuk endapan PbI2.
2. [AgNO3][Ag+] = (25 mL x 10-3 }: 100 mL= 2.5x 10-4 M
[N2CrO4] = (75 mL x 10-3M) : 100 mL = 7.5x 10-4 M
Qc Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-] = (2.5x 10-4)2 (7.5x 10-4) = 46.8 x 10-12
Jadi Qc Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4, sehingga terjadi endapan Ag2CrO4
3. Campuran 100 mL 0.001M ZnCl2 dan 100 mL 0.0001M MgCl2 a. 100 mL 0.001M NaOH
Ksp Zn(OH)2 = 1,2.10-17
Q Zn(OH)2 = [Zn2+] [OH-]
=
= 3.70 x 10-11
Q > Ksp mengendap
Ksp Mg(OH)2 = 1,8.10-11
Q Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]
=
= 3.70 x 10-12
Q < Ksp tidak mengendap
b. 100 mL 0.001M Ba(OH)2 Ksp Zn(OH)2 = 1,2.10-17
Q Zn(OH)2 = [Zn2+] [OH-]2
192
=
= 1.48 x 10-10
Q > Ksp mengendap
Ksp Mg(OH)2 = 1,8.10-11
Q Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]2
=
= 1.48 x 10-11
Q < Ksp tidak mengendap
c. 100 mL 0.001M NH4OH Kb NH4OH = 1.8 x 10-5
M OH- =
=
= 1.34 x 10-4
Ksp Zn(OH)2 = 1,2.10-17
Q Zn(OH)2 = [Zn2+] [OH-]
=
= 6.65 x 10-13
Q > Ksp mengendap
Ksp Mg(OH)2 = 1,8.10-11
Q Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]
=
= 6.65 x 10-12
Q < Ksp tidak mengendap
Jadi ion Zn2+ dan Mg2+ dapat dipisahkan menggunakan 100mL larutan NaOH
0,001M, larutan Ba(OH)2 0,001M, larutan NH4OH 0,001M
193
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA N 1 Donorojo Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/2 Pertemuan ke- : 5 Waktu : 2x45 menit A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya
B. Kompetensi Dasar 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
C. Indikator 1. Kognitif
Produk:
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan kreatif dan
percaya diri
Proses:
Melakukan percobaan dengan kerja sama dan bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi kesadahan air berdasarkan proses pengendapan.
2. Afektif Karakter : teliti, kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab
Keterampilan sosial
a. Menyumbangkan ide atau pendapat b. Bisa berkomunikasi dengan baik
3. Psikomotorik a. Menggunakan alat dengan benar dan teliti. b. Melakukan percobaan dengan teliti sesuai prosedur percobaan c. Melakukan pembersihan alat dengan baik d. Membuat laporan sementara dengan tepat secara bekerjasama.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif Produk:
Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp dengan
kreatif dan percaya diri
Proses:
Siswa dapat melakukan percobaan dengan kerja sama dan bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi kesadahan air berdasarkan proses pengendapan.
2. Afektif Karakter : selama proses pembelajaran siswa menunjukkan karakter teliti,
kreatif, percaya diri, kerja sama, dan bertanggungjawab.
Keterampilan social
a. Siswa dapat menyumbangkan ide atau pendapat b. Siswa bisa berkomunikasi
3. Psikomotorik
Kontrol 5
194
a. Siswa dapat menggunakan alat dengan benar dan teliti. b. Siswa dapat melakukan percobaan dengan teliti sesuai prosedur percobaan c. Siswa dapat melakukan pembersihan alat dengan baik d. Siswa dapat membuat laporan sementara dengan tepat secara bekerjasama.
E. Materi Pembelajaran Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat
memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar
harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut senyawa tersebut.
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjasi tidaknya endapan
suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut
dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan AmBn jika larutan yang
mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut
ini.
Qsp AmBn = [An+]m [Bm-]n
Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn Jika Qsp < Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan AmBn. Selain memberi informasi tentang kelarutan, harga Ksp dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemisahan zat dalam campuran
dengan cara pengendapan. Contoh : Untuk memisah ion Zn2+ dan ion Cd2+ yang terdapat
secara bersama-sama dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas H2S
ke dalam larutan tersebut sehingga terjadi reaksi:
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Zn2+(aq) + S2-
(aq) ZnS(s)
Diketahui harga Ksp ZnS= 1,6x10-22 dan Ksp CdS= 8x10-27, dengan mengatur harga pH
maka konsentrasi ion sulfida dalam larutan dapat diatur sedemikian sehingga Qsp ZnS<
Ksp ZnS sehingga ZnS belum mengendap dan Qsp CdS > Ksp CdS sehingga CdS
mengendap. Dengan demikian kedua ion tersebut dapat dipisahkan dari larutan.
F. Model, Metode, dan Media Pembelajaran Pendekatan : teacher centered
Strategi : konvensional
Metode : kerja kelompok, eksperimen, penugasan
Media : Alat dan bahan praktikum, Papan tulis, boardmarker, dan penghapus
195
G. Kegiatan Pembelajaran
FASE KEGIATAN PENDAHULUAN WAKTU
Persiapan
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pemberian motivasi secara kreatif dan mengondisikan kelas sampai tenang agar siswa siap menerima pelajaran
Guru memeriksa kehadiran siswa Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara santun
untuk menyelidiki pengetahuan awal siswa tentang proses pengendapan.
Guru menginformasikan tujuan, metode, dan penilaian yang digunakan selama percobaan
Guru meminta siswa untuk berkelompok menurut kelompoknya masing-masing.
10 menit
KEGIATAN INTI
Penyampaia
n materi
Guru memberikan pengarahan tentang tata tertib melakukan percobaan agar efektif, efisien dan memenuhi criteria keselamatan kerja. Guru mendistribusikan LKS untuk setiap kelompok
Eksplorasi Siswa dengan percaya diri dan bertanggungjawab
memperhatikan materi dan memahami konsep-konsep yang ada.
Guru mendemonstrasikan cara kerja mengidentifikasi kesadahan air.
10 menit
Pelatihan
terbimbing
Elaborasi Siswa secara kerjasama dan bertanggungjawab dengan
bimbingan guru melakukan percobaan mengidentifikasi zat yang sukar larut dalam air dan pengaruh ion sejenis terhadap Larutan serta kemungkinan pembentukan endapan sesuai LKS yang telah didistribusikan.
Siswa dengan arahan guru mengumpulkan data percobaan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis hasil percobaan
Siswa secara berkerjasama menyajikan hasil percobaan dalam penulisan laporan sementara secara kelompok sesuai dengan bimbingan dari guru
50 menit
Latihan
mandiri
Siswa secara teliti dan kerjasama menganalisis data hasil percobaan
Siswa secara bersama membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan arahan dari guru
Siswa secara bersama dengan santun mempresentasikan hasil percobaannya dalam diskusi kelas
20 menit
196
Mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Konfirmasi Guru memberi acuan agar siswa melakukan pengecekan
hasil percobaan Guru mengevaluasi penarikan kesimpulan yang
dilakukan oleh siswa Siswa dengan rasa ingin tahu diajak tanya jawab
tentang hal yang belum jelas dari hasil percobaan yang telah dilakukan
7 menit
KEGIATAN PENUTUP
Guru membimbing siswa secara mandiri untuk membuat rangkuman hasil percobaan
Guru memotivasi siswa untuk tetap belajar. 3 menit
H. Sumber Pelajaran Bahan ajar : buku kimia, LKS
I. Penilaian Kognitif : laporan sementara (kelompok) dan laporan praktikum (individu)
Psikomotor: lembar Observasi
Afektif : lembar observasi
Semarang, Februari 2014
Guru Praktikan
Maulida Fitriana
NIM.4301410065
197
KESADAHAN AIR
I. Tujuan
Mengidentifikasi kesadahan air.
II. Alat dan Bahan
Alat Bahan
a. Gelas Kimia
b. Gelas ukur
c. Erlenmeyer
d. Buret
e. Corong
f. Statif
g. Pipet tetes
a. Air Sumur
b. Air Suling
c. Air Sadah
d. Air Laut
e. Larutan Na2CO3
f. Air Sabun
III. Langkah kerja
1. Susunlah alat seperti pada gambar!
2. Isilah buret dengan air sabun sampai skala nol!
3. Ambillah 10 mL air suling dalam erlenmeyer.
4. Teteskan air sabun dalam buret pada air suling sampai terbentuk busa. Catat
jumlah tetesan air sabun!
5. Ambillah 10 mL air suling dalam erlenmeyer kemudian didihkan lalu tetesi
dengan air sabun sampai terbentuk busa, catat jumlah tetesan!
6. Ambillah 10 mL air suling dalam erlenmeyer tambahkan 2 mL larutan Na2CO3
kemudian tetesi dengan air sabun dan catat jumlah tetesannya!
7. Ulangi langkah 3 sampai 6 dengan mengganti air suling dengan sampel air
sumur, air laut dan air sadah!
198
IV. Hasil Pengamatan
Sampel air
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
Sampel air
dipanaskan
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
Sampel air + lar
Na2CO3
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
V. Permasalahan
1. Dari ketiga sampel air, manakah yang memerlukan air sabun paling banyak untuk membentuk busa? Jelaskan mengapa demikian! ..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada masing-masing sampel air! …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
199
VI. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
200
Penyusun
Maulida Fitriana
Pembimbing
Dr. Sri Haryani, M.Si
Nama :
Kelas :
No.Abs :
Sekolah :
UNTUK KELAS XI
IPA
LEMBAR KERJA SISWA
201
LEMBAR KERJA SISWA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga Lembar Kerja Siswa ini dapat terselesaikan dengan baik. LKS ini dibuat berdasarkan silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan. LKS ini memuat beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh siswa melalui langkah-langkah yaitu merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan membuat kesimpulan. Melalui langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam menemukan konsep-konsep baru terutama mengenai materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu terselesainya LKS ini terutama Dosen Pembimbing, Dr. Sri Haryani,M.Si yang telah membimbing hingga LKS ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semarang, Februari 2014
Penulis
202
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode
pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar : Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu
reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. Indikator pencapaian:
a. Menjelaskan kesetimbangan
dalam larutan jenuh atau larutan
garam yang sukar larut
b. Menghubungkan tetapan
hasilkali kelarutan dengan
tingkat kelarutan atau
pengendapannya
c. Menuliskan ungkapan berbagai
Ksp elektrolit yang sukar larut
dalam air
d. Memilih operasi yang paling
sesuai untuk menghitung
kelarutan suatu elektrolit yang
sukar larut berdasarkan data
harga Ksp atau sebaliknya
e. Menjelaskan pengaruh
penambahan ion senama dalam
larutan
f. Memilih operasi yang dipakai
untuk menentukan pH larutan
dari harga Ksp-nya
g. Memperkirakan terbentuknya
endapan berdasarkan harga Ksp
Tujuan Pembelajaran:
a. Melalui diskusi kelas siswa
dapat menjelaskan
kesetimbangan dalam larutan
jenuh atau larutan garam yang
sukar larut,
b. Melalui diskusi kelas siswa
dapat menghubungkan tetapan
hasil kali kelarutan dengan
tingkat kelarutan atau
pengendapannya.
c. Melalui diskusi kelas siswa
dapat menuliskan ungkapan
berbagai Ksp elektrolit yang
sukar larut dalam air
d. Melalui diskusi kelas siswa
dapat memilih operasi yang
paling sesuai untuk menghitung
kelarutan suatu elektrolit yang
sukar larut.
e. Melalui diakusi kelas, siswa
dapatmenjelaskan pengaruh
penambahan ion senama dalam
larutan.
f. Melalui diskusi kelas siswa
dapat memilih operasi yang
dipakai untuk menentukan harga
pH larutan dari harga Ksp-nya
g. Siswa dapat merancang dan
melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi kesadahan air.
h. Siswa dapat menyimpulkan cara
mengidentifikasi kesadahan air
melalui proses pengendapan.
203
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan KEGIATAN 1
A. Merumuskan Masalah
Berdasarkan masalah yang kalian temukan, tuliskan rumusan masalahnya.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………....
B. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang kamu temukan, buatlah hipotesis yang sesuai untuk
rumusan masalah tersebut.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
C. Mengumpulkan Data dan Menguji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis terlebih dahulu kita harus melakukan kegiatan berikut ini!
1. Apa yang akan terjadi jika kita mencampurkan
No Pelarut Gula Pasir
1 sendok 2 sendok 3 sendok 4 sendok
1 Air
2 Air panas
2. Apakah penambahan gula pasir pada air dingin dan air panas menunjukkan hasil yang
sama?
3. Manakah gula pasir yang lebih mudah larut? Dalam air dingin atau air panas?
Mengapa demikian?
D. Kesimpulan
Kesimpulan apa yang dapat kalian ambil dari kegiatan ini?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Berhadapan dengan masalah
Zafran melakukan sebuah eksperimen dengan menambahkan garam dapur ke
dalam setengah gelas air. Pertama zafran menambahkan garam sebanyak satu
sendok makan ke dalam satu gelas air, garamnya larut semua. Kemudian zafran
menambahkan sebanyak satu sendok lagi, garamnya juga larut semua, begitu
seterusnya sampai dengan penambahan satu sendok garam yang kelima ternyata
ada garam yang tidak larut dalam air. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
204
KEGIATAN 2.
A. Merumuskan masalah
Berdasarkan masalah yang kalian temukan, tentukan rumusan masalahnya.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
B. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah kalian temukan, buatlah hipotesis yang sesuai.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
C. Mengumpulkan Data dan Menguji Hipotesis
untuk memecahkan masalah yang kalian temukan, kalian harus menjawab pertanyaan
berikut ini.
1. Pada bab sebelumnya kita telah mengenal yang namanya asam basa. Ada asam dan
basa kuat serta ada asam dan basa lemah.
Air mempunyai tetapan ionisasi air yaitu Kw
Asam lemah mempunyai tetapan ionisasi asam yaitu Ka
Basa lemah mempunyai tetapan ionisasi basa yaitu ….
Garam-garam yang sukar larut mempunyai tetapan hasil kali kelarutan yaitu….
2. Bagaimana reaksi ionisasi garam kalsium karbonat dan perak klorida?
CaCO3(s) ……. + ……
………… …….. + ……
Dari reaksi ionisasi garam kalsium karbonat dan perak klorida, buatlah rumusan
tetapan kesetimbangan dan tetapan hasil kali kelarutan untuk garam kalsium karbonat
dan perak klorida.
KCaCO3 =……………………………………………………………………………….
Ksp =……………………………………………………………………………….
KAgCl =………………………………………………………………………………..
Pada kegiatan 1, Zafran melarutkan zat yang tergolong mudah larut
dalam air. Sekarang ia mencoba untuk melarutkan salah satu garam
elektrolit, yaitu kalsium karbonat. Sebanyak 1 gram kalsium karbonat
dilarutkan ke dalam 100mL air. Kemudian diaduk selama beberapa
menit, ternyata garam yang larut hanya sedikit. Kemudia dengan cara
yang sama ia melarutkan garam perak klorida ke dalam 100mL air,
ternyata perak klorida yang larut lebih sedikit lagi. Bagaimana hal ini
bisa terjadi? Padahal kalsium karbonat dan perak klorida merupakan
garam elektrolit seperti halnya garam dapur. Mengapa garam kalsium
karbonat dan perak klorida sukar larut dalam air?
Berhadapan dengan Masalah
205
Ksp =………………………………………………………………………………..
3. Apa yang dimaksud dengan hasil kali kelarutan?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Pada kegiatan 1 kita telah mengenal yang namanya kelarutan. Nah bagaimana
hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan? Tuliskan dalam bentuk
persamaan!
a. Jika garam kalsium karbonat dan perak klorida mempunyai kelarutan sebesar s
mol/L. Tentukan tetapan hasil kali kelarutannya.
Ksp CaCO3 = [……] [……]
=……..
Ksp AgCl =……..
=……..
Dari persamaan tersebut kita bisa menentukan kelarutan suatu zat dari harga Ksp-
nya.
Jika Ksp CaCO3 = ……., maka
s CaCO3 =…….
Jika Ksp AgCl = ……., maka
s AgCl =…….
b. Jika garam perak kromat dan kalsium phospat mempunyai kelarutan sebesar
1x10-4 mol/L berapakah harga Ksp-nya?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
c. Jika garam Ag2C2O4 dan Al(OH)3 masing-masing mempunyai harga Ksp sebesar
1,1x10-12 dan 1,3x10-33 , berapakah kelarutan masing-masing garam tersebut?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
D. Kesimpulan
Kesimpulan apa yang dapat kalian ambil dari masalah yang kalian temukan?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
206
207
1. Obat maag atau yang dikenal sebagai antasida umumnya merupakan
senyawa yang bersifat basa, sehingga dapat menetralkan kelebihan asam yang terdapat di dalam cairan lambung. Umumnya obat antasida yang banyak dipilih adalah jenis yang sukar larut, sehingga reaksinya lambat dan dapat bertahan lama, misalnya aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Jika magnesium hidroksida mempunyai Ksp sebesar 1,8x10-11, berapa kelarutan magnesium hidroksida dalam usus?
2. Kelarutan PbSO4 dalam air pada suhu tertentu adalah 1,4×10−4 mol/L. Tentukan massa PbSO4 yang dapat larut dalam 500 mL air, nyatakan jawaban dalam satuan milligram (mg). (Ar Pb = 206; S = 32; O = 16)
3. Tuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk garam berikut:
a. AgCl
b. Ag2CO3
c. Ba3(PO4)2 4. Sebanyak 0,7 gram BaF2 (Mr = 175) melarut dalam air murni membentuk
2 L larutan jenuh. tentukan Ksp dari BaF2. 5. Hasil kali kelarutan Ca(OH)2 dalam air adalah 4 × 10−6. Tentukan
kelarutan Ca(OH)2. 6. Dalam 100 cm3 air dapat larut 1,16 mg Mg(OH)2 (Mr = 58). Tentukan
harga Ksp dari Mg(OH)2 7. Harga hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2SO4 = 3,2 x 10−5, maka kelarutannya
dalam 1 liter air adalah...
Sebelumnya kalian sudah tahu apa itu kelarutan, Ksp, dan hubungan antara
kelarutan dan Ksp, untuk lebih memahami materi silahkan kerjakan soal-soal
berikut.
208
Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan
A. Merumuskan Masalah
Berdasarkan masalah yang kalian temukan, tuliskan rumusan masalahnya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
B. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang kamu temukan, buatlah hipotesis yang sesuai untuk
rumusan masalah tersebut!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
C. Mengumpulkan Data dan Menguji Hipotesis
untuk memecahkan masalah tersebut, terlebih dahulu kalian jawab pertanyaan di bawah
ini!
1. Tulislah reaksi kesetimbangan yang terjadi pada masing-masing tabung!
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Bagaimana pergeseran reaksi kesetimbangan yang terjadi pada masing-masing tabung
setelah penambahan air, NaCl, dan AgNO3?
a. AgCl(s) ….. + ……
Dengan penambahan air maka reaksi bergeser ke……….
Karena………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….......
Baim sedang melakukan ekperimen, dia mempunyai 3 buah tabung reaksi yang
masing-masing diisi dengan 5 mL larutan AgNO3 0,1M kemudian ke dalam
masing-masing tabung ditambahkan 5 mL larutan NaCl 0,1M. Selang waktu satu
menit ternyata dalam ketiga tabung membentuk endapan putih. Kemudian ke
dalam tabung pertama ditambahkan 5 mL air, ke dalam tabung ke dua
ditambahkan 5 mL larutan NaCl 0,1M dan ke dalam tabung ke tiga ditambahkan
5 mL larutan AgNO3 0,1M. Setelah diamati ternyata pada tabung pertama ada
sebagian endapan yang larut, tetapi pada tabung ke dua dan ke tiga endapan yang
terbentuk bertambah. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Faktor apa yang
mempengaruhi terbentuknya endapan yang semakin banyak?
Berhadapan Dengan Masalah
209
b. AgCl(s) ….. + ……
NaCl(aq) ….. + ……
Dengan penambahan NaCl maka reaksi bergeser ke……….
Karena………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….......
c. AgCl(s) ….. + ……
AgNO3(aq) ….. + ……
Dengan penambahan AgNO3 maka reaksi bergeser ke……….
Karena………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….......
3. Bagaimana kelarutan AgCl pada masing-masing tabung setelah ditambah dengan air,
NaCl, dan AgNO3?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Mari kita selidiki menggunakan perhitungan.
Jika pada suhu 25°C garam AgCl mempunyai harga Ksp sebesar 2,0x10-10, tentukan
a. Berapa kelarutan AgCl dalam air pada suhu tersebut?
b. Berapa kelarutan AgCl di dalam larutan NaCl 0,1M?
c. Berapa kelarutan AgCl di dalam larutan AgNO3 0,1 M?
Jawab:
a. Misal kelarutan AgCl dalam air s mol/L
AgCl(s) ….. + …..
s mol/L ….. …..
Ksp AgCl =
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
s = …………mol/L
b. Dari jawaban a, diketahui kelarutan AgCl dalam air sebesar…….
Misal kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M = n mol/L
AgCl(s) …… + ……
n mol/L …... …...
NaCl(aq) ….. + ……
0,1 mol/L …... ……
Di dalam system terdapat:
[Ag+] = …… mol/L
[Cl-] = …… mol/L
Ksp AgCl =
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
n = ……….. mol/L
210
Jadi kelarutan AgCl dalam air lebih…………daripada kelarutan AgCl dalam
NaCl.
c. Dari jawaban a, diketahui kelarutan AgCl dalam air sebesar…….
Misal kelarutan AgCl dalam larutan AgNO3 0,1 M = n mol/L
AgCl(s) …… + ……
n mol/L …... …...
AgNO3(aq) ….. + ……
0,1 mol/L ...... ……
Di dalam system terdapat:
[Ag+] = …… mol/L
[Cl-] = …… mol/L
Ksp AgCl =
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
n = ……….. mol/L
Jadi kelarutan AgCl dalam air lebih…………daripada kelarutan AgCl dalam
AgNO3.
D. Kesimpulan
Kesimpulan apa yang dapat kalian ambil dari masalah tersebut?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
1. Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10−12. Tentukan kelarutan
Ag2CrO4 dalam larutan 0,01 M K2CrO4! 2. Tentukan kelarutan Mg(OH)2 dalam NaOH 0,1 M! Ksp Mg(OH)2 =
1,8×10−11 mol3 L−3 3. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni adalah 8,43 x 10-
5mol/L pada suhu 25C. Tetukanlah kelarutan Ag2CrO4 (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12) itu dalam AgNO3 0,1 N
Latihan soal!
211
Pengaruh pH Terhadap Kelarutan
A. Merumuskan Masalah
Berdasarkan masalah yang kalian temukan, tentukan rumusan masalahnya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
B. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang kamu temukan, buatlah hipotesis tyang sesuai untuk
rumusan masalah tersebut!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
C. Mengumpulkan Data dan Menguji Hipotesis
Untuk menyelesaikan masalah yang kamu temukan, terlebih dahulu kalian harus
menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Tulislah reaksi yang terjadi pada kedua tabung reaksi, setelah diatmbah air dan asam
klorida?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Berhadapan Dengan Masalah
Fani mempunyai dua tabung reaksi yang masing-masing berisi endapan dari garam
kalsium karbonat. Ke dalam tabung yang pertama ditambahkan air, sedangkan pada
tabung ke dua ditambahkan larutan asam klorida. Kemudian ia mengaduk larutan
yang berada di kedua tabung kurang lebih selama satu menit. Setelah diamati
ternyata endapan yang ada di tabung pertama hampir tidak berkurang, sedangkan
pada tabung yang ke dua endapan larut. Fani kemudian melakukan hal yang sama
dengan mengganti garam kalsium karbonat dengan garam barium sulfat. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa garam barium sulfat tidak larut dalam asam
klorida. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Kenapa larutan asam klorida dapat
melarutkan garam kalsium karbonat tetapi tidak dapat melarutkan garam barium
sulfat?
212
2. Bagaiman pergeseran reaksi kesetimbangan pada masing-masing tabung setelah
ditambah air dan asam klorida?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Bagaiman kelarutan kalsium karbonat dan barium sulfat pada masing-masing tabung
setelah ditambah air dan asam klorida?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Bagaiman pengaruh pH terhadap kelarutan garam kalsium karbonat?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
D. Kesimpulan
Kesimpulan apa yang dapat kalian ambil dari masalah tersebut?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
1. Larutan jenuh X(OH)2 memiliki pOH = 5. Tentukan hasil kali kelarutan (Ksp) dari X(OH)2 tersebut!
2. Larutan jenuh senyawa hidroksida dari suatu basa L(OH)2 dilarutkan dalam 1 liter air. Diketahui Ksp L(OH)2 = 4×10−12, tentukan pH akhir dari pelarutan L(OH)2 tersebut!
3. Diketahui tetapan hasilkali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukanlah kelarutan Mg(OH)2 dalam : a. Aquadest (air murni) b. Larutan dengan pH = 12
Mari kita selesaikan
soal berikut
213
Proses Pengendapan
A. Merumuskan Masalah
Berdasarkan masalah yang kalian temukan, tentukan rumusan masalahnya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………....
B. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang kalian buat, tulislah hipotesis yang sesuai.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
C. Mengumpulkan Data dan Menguji Hipotesis
Untuk menyelesaikan masalah yang kalian temukan, terlebih dahulu kalian harus
melakukan kegiatan berikut ini.
Rancanglah sebuah percobaan untuk mengidentifikasi kesadahan air dari alat dan bahan
yang telah disediakan.
Dita sedang mencuci pakaian dan membutuhkan banyak sabun karena air yang ia
gunakan membuat sabun sedikit berbusa. Dita bertanya-tanya, kenapa air tersebut
membuat sabun sedikit berbusa? Kemudian ia mencari informasi mengenai hal
tersebut. Setelah mendapatkan informasi ternyata air yang ia gunakan untuk
mencuci adalah air sadah. Air sadah adalah air yang mengandung mineral dengan
kadar yang tinggi, umumnya mineral tersebut adalah ion kalsium dan magnesium.
Untuk mengatasi kesadahan tersebut Dita harus menambahkan garam natrium
karbonat yang dapat mengendapkan ion kalsium dan magnesium. Kenapa ion
kalsium dan magnesium dapat diendapkan dengan natrium karbonat?
Berhadapan dengan Masalah
214
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan KESADAHAN AIR
I. Tujuan
Mengidentifikasi kesadahan air.
II. Alat dan Bahan
Alat Bahan a. Tabung reaksi b. Gelas ukur c. Erlenmeyer d. Buret
a. Air sumur b. Air suling c. Larutan Na2CO3 d. Air sabun
e. Air sadah
III. Langkah kerja
Berdasarkan alat dan bahan yang sudah di sediakan, rancanglah sebuah percobaan
untuk mengamati kemungkinan terbentukan endapan pada proses menghilangkan
kesadahan air.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
IV. Hasil Pengamatan
215
Sampel air
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
Sampel air
dipanaskan
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
Sampel air + lar
Na2CO3
Banyaknya air sabun
yang diperlukan
V. Permasalahan
1) Dari ketiga sampel air, manakah yang memerlukan air sabun paling banyak untuk membentuk busa? Jelaskan mengapa demikian! ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada masing-masing sampel air! ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3) Jika ke dalam air sadah yang mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ ditambahkan larutan natrium karbonat 10-2M, hitunglah kelarutan ion Mg2+ dan Ca2+ jika diketahui Ksp MgCO3= 3,5x10-8 dan Ksp CaCO3=2,8x10-9. MgCO3(s) ……. + ……… Ksp MgCO3 = [……..][…….]
216
= ……………… [……..] =………………. Ksp CaCO3 = [……..][…….] = ……………… [……..] =………………. Jadi kelarutan ion Mg2+ dan Ca2+ adalah………….mol/L dan…………….mol/L
4) Apabila ion Mg2+ dan Ca2+ yang ada dalam 100mL air sadah mempunyai kadar sebesar 10-2M diendapkan dengan menambahkan 100mL NaCO3 10-2M, hitunglah harga hasil kali ion-ion masing-masing garam yang terbentuk! Dalam campuran terdapat : [Mg2+] =………………………………………………………………………………… =………………………………………………………………………………… [CO3
2-]=………………………………………………………………………………… =………………………………………………………………………………… Qsp MgCO3 = [……..][…….] =………………………………………………………………………… =………………………………………………………………………… Bagaimana harga hasil kali ion-ion jika dibandingkan dengan harga Ksp? Apakah ada hubungan antara perbandingan tersebut dengan terbentuknya endapan? Ksp MgCO3= 3,5x10-8 dan Ksp CaCO3=2,8x10-9. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
VI. Kesimpulan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
D. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan tulislah kesimpulan dari penyelesaian
masalah yang kalian temukan.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………....
217
Lembar Diskusi Siswa Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal merupakan salah satu penyakit paling sering
ditemui dan dialami oleh banyak masyarakat Indonesia yang
umumnya dialami oleh pria. Pada umumnya penyakit batu ginjal
disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang membuat pola makan
menjadi tidak teratur, kurangnya konsumsi air putih, banyak
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung bahan
kimia, bahan pengawet dan lingkungan suhu udara disekitar
tempat tinggal dan tempat bekerja yang tidak mendukung
aktivitas sehari-hari. Batu ginjal dalam tubuh terbentuk apabila
terjadi pengendapan garam kalsium misal kalsium oksalat, kalsium sulfat, dan kalsium
karbonat secara perlahan-lahan. Di dalam tubuh manusia sudah terdapat ion kalsium. Jika
konsentrasi ion oksalat di dalam pencernaan berlebih, dapat menimbulkan kalsium oksalat.
Oksalat penyeban batu ginjal banyak terdapat pada buah nanas dan jeroan hewan. Sedangkan
ion sulfat berasal dari obat-obatan yang mengandung sulfa. Kalsium penyebab batu ginjal
juga dapat berasal dari makanan yang terlalu tinggi mengandung kalsium dan air minum
jenuh mineral kalsium atau sering disebut air sadah. Ion kalsium dalam air sadah harus
dihilangkan agar tidak membentuk endapan di dalam ginjal sehingga tersedianya air bersih
bebas ion kalsium. Untuk menghilangkan batu yang terdapat diginjal, perlu dilakukan
pembedahan. Masyarakat harus lebih hati-hati atau cermat dalam memilih makanan dan harus
menjaga kesehatan. (http://batuginjal.net/)
Latihan soal!
1. Apakah penambahan 100 mL larutan Na2CO3 0,001 M ke dalam 100 mL
larutan AgNO3 0,001 M menyebabkan terjadinya endapan? (Ksp Ag2CO3 = 6,3 . 10–12).
2. Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 2.4 x 10-12. Jika 25 mL larutan AgNO3 10-3 M dicampur
dengan 75 mL larutan Na2CrO410-3M, apakah terjadi endapan?
3. Dapatkah campuran 100 mL 0.001M ZnCl2 dan 100 mL 0.0001M MgCl2 dipisahkan
dengan menggunakan: (Ksp Zn(OH)2 = 1,2.10-17, Ksp Mg(OH)2 = 1,8.10-11)
a. 100 mL 0.001M NaOH
b. 100 mL 0.001M Ba(OH)2
c. 100 mL 0.001M NH4OH
Seorang pasien di dalam ginjalnya terdapat ion Ca2+ dengan konsentrasi sebesar 2 x
10-4 M dan ion C2O42- dengan konsentrasi 2 x 10-4 M.
a. Selidikilah apakah pasien tersebut menderita batu ginjal? Ksp CaC2O4 = 4x10-9
b. Bagaimana cara mencegah terjadinya pengendapan kalsium oksalat agar tidak
terjadi batu ginjal?
c. Makanan apa yang tidak boleh dikonsumsi penderita batu ginjal?
218
Lampiran 15
Daftar Nilai Semester Ganjil Kelas XI IPA No Kelas IPA 1 Kelas IPA 2 1 75 80 2 78 67 3 74 72 4 73 73 5 73 80 6 76 68 7 75 78 8 75 81 9 71 72 10 75 75 11 74 76 12 78 77 13 72 72 14 75 73 15 73 74 16 77 72 17 74 72 18 77 80 19 71 72 20 83 73 21 73 84 22 73 73
23 81 73 24 73 76 25 72 80 26 80 72 27 72 78 28 72 72 29 73 80 30 73 72 31 77 72 32 77 78 33 84 79 34 72 84 35 73 75
36 78 73
37 76 74 38 74 77 39 77 40 73
Jumlah 2852 3009 Jumlah
75.05263 75.225
Si2 9.943101 15.66603
dk 37 39 76
dk x Si2 367.8947 610.9752 978.87
log Si2 0.997522 1.194959
dk x log Si2 36.90831 46.6034 83.5117
Si 3.153268 3.958034
219
Lampiran 16
UJI NORMALITAS KELAS XI IPA 1
1. Hipotesis :
Ho : Data populasi berdistribusi normal
Ha : Data populasi tidak berdistribusi normal
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Kelas BB/BA zi Luas Luas antar batas
Ei Oi (Oi-
Ei)^2/Ei
69.5 -1.7609 0.4608
70-72 0.1698 6.4524 7 0.04647
72.5 -0.8094 0.291
73-75 0.3467 13.1746 18 1.76738
75.5 0.14209 0.0557
76-78 0.3053 11.6014 9 0.58332
78.5 1.09356 0.361
79-81 0.1183 4.4954 2 1.3852
81.5 2.04504 0.4793
82-84 0.0193 0.7334 2 2.18745
84.5 2.99651 0.4986
5.96981
5. Daerah Kritik
|�2| �2hit>�
2tab|
Pada α=5% diperoleh �2 (0.05)(2)= 5.99
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan �2 hitung < �2 tabel ,
7. Kesimpulan
Data berdistribusi normal
220
Lampiran 17
UJI NORMALITAS KELAS XI IPA 2
1. Hipotesis :
Ho : Data populasi berdistribusi normal
Ha : Data populasi tidak berdistribusi normal
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Kelas BB/BA zi Luas Luas antar batas
Ei Oi (Oi-
Ei)^2/Ei
66.5 -2.2033 0.4861
67-69 0.061 2.44 2 0.07934
69.5 -1.4457 0.4251
70-72 0.1734 6.936 10 1.35353
72.5 -0.6881 0.2517
73-75 0.2796 11.184 11 0.00303
75.5 0.06944 0.0279
76-78 0.266 10.64 8 0.65504
78.5 0.82702 0.2939
79-81 0.149 5.96 7 0.18148
81.5 1.5846 0.4429
82-84 0.0472 1.888 2 0.00664
84.5 2.34217 0.4901
2.27906
5. Daerah Kritik
|�2| �2hit>�
2tab|
Pada α=5% diperoleh �2 (0.05)(3)= 7.81
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan �2 hitung < �2 tabel ,
7. Kesimpulan
Data berdistribusi normal
221
Lampiran 18
UJI HOMOGENITAS POPULASI
1. Hipotesis :
Ho : σ1=σ2
Ha : σ1≠σ2
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Kel N dk(n-1) Si2 dk x Si2 log Si2 dk x log Si2
1 38 37 9.943 367.894 0.997 36.908
2 40 39 15.66 610.975 1.195 46.603
76 978.87 83.511
5. Daerah Kritik
|�2| �2hit>�
2tab|
Pada α=5% diperoleh �2 (0.05)(1)= 3.84
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan �2 hitung < �2 tabel ,
7. Kesimpulan
Data kedua kelas homogen
222
Lampiran 19
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI IPA
No XI A1 Kode XI A2 Kode 1 Ana Faris Setyaningsih E 1 Abil Finda Farrukhi K 1 2 Ana Nur Faizza Ni'mah E 2 Ana Sinta Prasetyo K 2 3 Ananda Eko Saputro E 3 Anduah Ari Arundati K 3 4 Aniq Shofial Huda E 4 Ani Prawita K 4 5 Antonius Jatmiko E 5 Aulia Febri Gunawati K 5 6 Arden Andrean Syah E 6 Ayu Windi Wijayanti K 6 7 Arif Wicaksono E 7 Devita Ariyani K 7 8 Beni Ernando E 8 Dika Hariyanti K 8 9 Chrisara Okta Ingkaristi E 9 Dwi Ariska Widiyanti K 9 10 Dini Erida Oktafia Putri E 10 Faricha Ulfa K 10 11 Dino Surya Senjaya E 11 Farida Rahmawati K 11 12 Dwi Kartini E 12 Fery Riyanto K 12 13 Dwi Martalena E 13 Himmatul Ulya K 13 14 Eva Indriyani E 14 Ida Rinawati K 14 15 Eva Zahrotin E 15 Leni Widiastuti K 15 16 Fendi Bagus Priyadana E 16 Luluk Hermawan K 16 17 Fifi Sintiya Sari E 17 Lutvi Arviyanti K 17 18 Fitri Noor Janah E 18 Mada Rizka Romadlona K 18 19 Hanny Agnes Maria E 19 Marisa Ardiyanti K 19 20 Izza Maulida Ni'mah E 20 Maryani K 20 21 Levi Febri Ervita Sari E 21 Maulida Rahmawati K 21 22 Luisiana Nosa Yuda E 22 Muhammad Riza S K 22 23 Luki Nofianto E 23 Nira Dwi Agustin Raharjo K 23 24 Margareta Susi Susanti E 24 Norma Dewi Maisyaroh K 24 25 Muhammad Bakhrul U E 25 Nunung Rahmawati K 25 26 Nadya Rismawati E 26 Nurvita Fauziyah K 26 27 Nova Alqomariyah E 27 Pawuri Locananta K 27 28 Novi Siti Sholekhah E 28 Putri Destiani Pertiwi K 28 29 Novia Anjarsari E 29 Putri Invia Septiana K 29 30 Nur Fina Mawadah E 30 Rahmat Jalaluddin K 30 31 Nur Muhammad Bagus F E 31 Rahmat Puspita K 31 32 Ovia Fitriana E 32 Ria Fitriyani K 32 33 RR Dyah Ayu Rina Sadewi E 33 Septian Bayu Pradana K 33 34 Riany Presetyowati S E 34 Sri Hayati K 34 35 Sisilia Tia Fransiska W E 35 Sulistya Rahmawanto K 35 36 Tari Mega Astuti E 36 Syafa'attul Lailia K 36 37 Umi Nor Kholifah E 37 Wimantara K 37 38 Wahyu Setyopambudi E 38 Wiwin Kurniawan Y I K 38 39 Yuseva Resmawanti K 39 40 Ziana Olga N K 40
223
Lampiran 20
Daftar nilai pretes-postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
No Kode Pretest Postest g Ket Nama Pretest Posttest g Ket
1 E - 01 34 83 0.74 Tinggi K - 01 46 81 0.65 Sedang 2 E - 02 41 84 0.73 Tinggi K - 02 39 75 0.59 Sedang 3 E - 03 35 62 0.42 Sedang K - 03 41 76 0.59 Sedang 4 E - 04 41 79 0.64 Sedang K - 04 29 80 0.72 Tinggi 5 E - 05 39 80 0.67 Sedang K - 05 49 76 0.53 Sedang 6 E - 06 21 51 0.38 Sedang K - 06 39 75 0.59 Sedang 7 E - 07 28 56 0.39 Sedang K - 07 28 68 0.56 Sedang 8 E - 08 34 76 0.64 Sedang K - 08 39 72 0.54 Sedang 9 E - 09 32 81 0.72 Tinggi K - 09 40 75 0.58 Sedang
10 E - 10 42 82 0.69 Sedang K - 10 25 68 0.57 Sedang 11 E - 11 37 77 0.63 Sedang K - 11 39 70 0.51 Sedang 12 E - 12 29 70 0.58 Sedang K - 12 26 75 0.66 Sedang
13 E - 13 38 74 0.58 Sedang K - 13 31 65 0.49 Sedang
14 E - 14 35 81 0.71 Tinggi K - 14 41 80 0.66 Sedang 15 E - 15 38 83 0.73 Tinggi K - 15 46 72 0.48 Sedang 16 E - 16 30 79 0.70 Sedang K - 16 44 69 0.45 Sedang
17 E - 17 26 70 0.59 Sedang K - 17 32 74 0.62 Sedang
18 E - 18 41 78 0.63 Sedang K - 18 31 78 0.68 Sedang
19 E - 19 41 79 0.64 Sedang K - 19 21 61 0.51 Sedang
20 E - 20 35 78 0.66 Sedang K - 20 23 78 0.71 Tinggi 21 E - 21 35 73 0.58 Sedang K - 21 37 76 0.62 Sedang 22 E - 22 46 76 0.56 Sedang K - 22 52 61 0.19 Rendah 23 E - 23 38 74 0.58 Sedang K - 23 39 69 0.49 Sedang 24 E - 24 38 79 0.66 Sedang K - 24 31 68 0.54 Sedang 25 E - 25 36 79 0.67 Sedang K - 25 31 56 0.36 Sedang 26 E - 26 39 77 0.62 Sedang K - 26 29 78 0.69 Sedang 27 E - 27 35 75 0.62 Sedang K - 27 38 72 0.55 Sedang 28 E - 28 34 78 0.67 Sedang K - 28 27 57 0.41 Sedang 29 E - 29 29 82 0.75 Tinggi K - 29 38 65 0.44 Sedang 30 E - 30 36 74 0.59 Sedang K - 30 43 81 0.67 Sedang 31 E - 31 37 69 0.51 Sedang K - 31 55 79 0.53 Sedang 32 E - 32 35 73 0.58 Sedang K - 32 54 68 0.30 Sedang 33 E - 33 54 87 0.72 Tinggi K - 33 38 72 0.55 Sedang 34 E - 34 38 72 0.55 Sedang K - 34 41 84 0.73 Tinggi 35 E - 35 37 79 0.67 Sedang K - 35 34 65 0.47 Sedang 36 E - 36 28 66 0.53 Sedang K - 36 22 78 0.72 Tinggi 37 E - 37 35 81 0.71 Tinggi K - 37 29 72 0.61 Sedang 38 E - 38 29 59 0.42 Sedang K - 38 31 76 0.65 Sedang 39
K - 39 34 70 0.55 Sedang
40
K - 40 34 82 0.73 Tinggi
35.68 75.15 0.61
36.15 72.425 0.56
varian 33.37 59.60 0.0091
70.68 44.59 0.01
Sb 5.77 7.72 0.095
8.41 6.68 0.12
224
Lampiran 21
UJI NORMALITAS DATA PRETES KELAS EKSPERIMEN
1. Hipotesis :
Ho : Data populasi berdistribusi normal
Ha : Data populasi tidak berdistribusi normal
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Kelas BB/BA zi Luas Luas antar batas
Ei Oi (Oi-Ei)^2/Ei
20.5 -2.5949 0.4952
21-25 0.0361 1.3718 1 0.10077
25.5 -1.7402 0.4591
26-30 0.1485 5.643 7 0.32632
30.5 -0.8855 0.3106
31-35 0.2986 11.3468 11 0.0106
35.5 -0.0308 0.012
36-40 0.3059 11.6242 12 0.01215
40.5 0.82393 0.2939
41-45 0.1586 6.0268 5 0.17494
45.5 1.67863 0.4525
46-50 0.0418 1.5884 1 0.21796
50.5 2.53333 0.4943
51-55 0.0047 0.1786 1 3.7777
55.5 3.38803 0.499
4.62045
5. Daerah Kritik
|�2| �2hit>�2
tab|
Pada α=5% diperoleh �2 (0.05)(4)= 9.49
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan �2 hitung < �2 tabel ,
7. Kesimpulan
Data berdistribusi normal
225
Lampiran 22
UJI NORMALITAS DATA POSTES KELAS EKSPERIMEN
1. Hipotesis :
Ho : data populasi berdistribusi normal
Ha : data populasi tidak berdistribusi normal
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Kelas BB/BA zi Luas Luas antar batas
Ei Oi (Oi-Ei)^2/Ei
50.5 -3.1515 0.499 51-55 0.005 0.19 1 3.45316
55.5 -2.5125 0.494 56-60 0.0247 0.9386 2 1.20027
60.5 -1.8734 0.4693 61-65 0.0786 2.9868 1 1.32161
65.5 -1.2344 0.3907 66-70 0.1683 6.3954 4 0.8972
70.5 -0.5953 0.2224 71-75 0.2384 9.0592 7 0.46807
75.5 0.04372 0.016 76-80 0.2357 8.9566 14 2.8399
80.5 0.68277 0.2517 81-85 0.1549 5.8862 8 0.75909
85.5 1.32182 0.4066 86-90 0.0684 2.5992 1 0.98393
90.5 1.96086 0.475 10.1802
5. Daerah Kritik
|�2| �2hit>�
2tab|
Pada α=5% diperoleh �2 (0.05)(5)= 12.99
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan �2 hitung < �2 tabel ,
7. Kesimpulan
Data berdistribusi normal
226
Lampiran 23
UJI KESAMAAN DUA VARIAN PRETES DAN POSTES KELAS EKSPERIMEN
1. Hipotesis :
Ho : σ1 = σ2
Ha : σ1 ≠ σ2
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Pretes Postes
Jumlah 1356 2856
N 38 38
35.68 75.15
Varians (s2) 34.27 61.21
Standart Deviasi (s) 5.85 7.82
5. Daerah Kritik
Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1)
Pada α=5% diperoleh F(0.05)(37)(37) = 1.71
6. Keputusan
Ho ditolak karena berada pada daerah penolakan F hitung > F tabel ,
7. Kesimpulan
Sampel mempunyai variansi yang berbeda
227
Daerah penerimaan Ho
Lampiran 24
UJI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN
1. Hipotesis :
Ho : tidak ada peningkatan hasil belajar yang signifikan
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
t’hitung = 2
221
21
21
// nsns
XX
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Pretes Postes
Jumlah 1356 2856
N 38 38
35.68 75.15
Varians (s2) 34.27 61.21
Standart Deviasi (s) 5.85 7.82
5. Daerah Kritik
- ttabel < thitung < ttabel
Pada α=5% dengan dk = 38 + 38 – 2 = 74 diperoleh t(0.975)(74) = 2.02
-2.02 2.02
6. Keputusan
Ho ditolak karena berada pada daerah penolakan t hitung > t tabel ,
7. Kesimpulan
Ada peningkatan hasil belajar yang signifikan
Daerah penolakan Ho Daerah penolakan Ho
228
Lampiran 25
UJI NORMALITAS DATA PRETES KELAS KONTROL
1. Hipotesis :
Ho : data populasi berdistribusi normal
Ha : Data populasi tidak berdistribusi normal
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Kelas BB/BA zi Luas Luas antar batas
Ei Oi (Oi-Ei)^2/Ei
20.5 -1.8243 0.4656
21-25
0.0749 2.996 4 0.33645
25.5 -1.2368 0.3907
26-30
0.1485 5.94 6 0.00061
30.5 -0.6492 0.2422
31-35
0.2661 10.644 9 0.25392
35.5 -0.0617 0.0239
36-40
0.2224 8.896 10 0.13701
40.5 0.52585 0.1985
41-45
0.168 6.72 5 0.44024
45.5 1.1134 0.3665
46-50
0.0889 3.556 3 0.08693
50.5 1.70094 0.4554
51-55
0.0333 1.332 3 2.08876
55.5 2.28848 0.4887
3.34392
5. Daerah Kritik
|�2| �2hit>�
2tab|
Pada α=5% diperoleh �2 (0.05)(4)= 9.49
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan �2 hitung < �2 tabel ,
7. Kesimpulan
229
Data berdistribusi normal
Lampiran 26
UJI NORMALITAS DATA POSTES KELAS KONTROL
1. Hipotesis :
Ho : data populasi berdistribusi normal
Ha : Data populasi tidak berdistribusi normal
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Kelas BB/BA zi Luas
Luas antar batas Ei Oi
(Oi-Ei)^2/Ei
55.5 -2.5037 0.4938
56-60 0.033 1.32 2 0.3503
60.5 -1.7641 0.4608
61-65 0.1147 4.588 5 0.037
65.5 -1.0244 0.3461
66-70 0.4564 18.256 8 5.7617
70.5 -0.2848 0.1103
71-75 0.2839 11.356 10 0.16192
75.5 0.45488 0.1736
76-80 0.2094 8.376 11 0.82204
80.5 1.19453 0.383
81-85 0.0902 3.608 4 0.04259
85.5 1.93417 0.4732
7.17554
5. Daerah Kritik
|�2| �2hit>�
2tab|
Pada α=5% diperoleh �2 (0.05)(3)= 7.81
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan �2 hitung < �2 tabel ,
7. Kesimpulan
230
Data berdistribusi normal
Lampiran 27
UJI KESAMAAN DUA VARIAN PRETES DAN POSTES KELAS KONTROL
1. Hipotesis :
Ho : σ1 = σ2
Ha : σ1 ≠ σ2
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Pretes Postes
Jumlah 1446 2897
N 40 40
36.15 72.425
Varians (s2) 72.49 45.73
Standart Deviasi (s) 8.51 6.76
5. Daerah Kritik
Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1)
Pada α=5% diperoleh F(0.05)(39)(39) = 1.69
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan F hitung < F tabel ,
7. Kesimpulan
Sampel mempunyai variansi yang tidak berbeda (sama)
231
Daerah penerimaan Ho
Lampiran 28
UJI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KELAS KONTROL
1. Hipotesis :
Ho : tidak ada peningkatan hasil belajar yang signifikan
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
21
21
11
nns
XX
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Pretes Postes
Jumlah 1446 2897
N 40 40
36.15 72.425
Varians (s2) 72.49 45.73
Standart Deviasi (s) 8.51 6.76
5. Daerah Kritik
- ttabel < thitung < ttabel
Pada α=5% dengan dk = 40 + 40 – 2 = 78 diperoleh t(0.975)(78) = 2.00
-2.0 2.0
6. Keputusan
Ho ditolak karena berada pada daerah penolakan t hitung > t tabel ,
7. Kesimpulan
Ada peningkatan hasil belajar yang signifikan
Daerah penolakan Ho Daerah penolakan Ho
thitung = dengan s = 2
11
21
222
211
nn
snsn
232
Lampiran 29
UJI KESAMAAN DUA VARIAN KELAS KONTROL DAN KELAS EKSPERIMEN
1. Hipotesis :
Ho : σ1 = σ2
Ha : σ1 ≠ σ2
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Jumlah 2897 2856
N 40 38
72.425 75.15
Varians (s2) 45.73 61.21
Standart Deviasi (s) 6.76 7.82
5. Daerah Kritik
Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1)
Pada α=5% diperoleh F(0.05)(37)(39) = 1.69
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan F hitung < F tabel ,
7. Kesimpulan
Sampel mempunyai variansi yang tidak berbeda (sama)
233
Daerah penerimaan Ho
Lampiran 30
UJI RATA-RATA DUA KELAS
1. Hipotesis :
Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 > μ2
2. Taraf Signifikasi
α =5% = 0,05
3. Uji Statistik
Rumus yang digunakan:
21
21
11
nns
XX
4. Perhitungan
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Jumlah 2897 2856
N 40 38
72.425 75.15
Varians (s2) 45.73 61.21
Standart Deviasi (s) 6.76 7.82
5. Daerah Kritik
- ttabel < thitung < ttabel
Pada α=5% dengan dk = 38 + 40 – 2 = 76 diperoleh t(0.95)(68) = 1,66
1,66 1,66
6. Keputusan
Ho diterima karena berada pada daerah penerimaan t hitung < t tabel ,
thitung < t(0.975)(68) ; -1,66 < thitung < 1,66
7. Kesimpulan
Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan s = 2
11
21
222
211
nn
snsn thitung =
Daerah penolakan Ho Daerah penolakan Ho
234
Lampiran 31 Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas Eksperimen
Data Pretes Kelas Ekserimen
Kode Nomor Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A b a b a b c d a b a b a b
E - 01 2 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 0 0 0
E - 02 1 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 0 0
E - 03 2 5 3 5 1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1
E - 04 1 5 3 5 4 2 5 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1
E - 05 1 5 3 5 2 2 5 1 1 1 1 1 5 1 5 1 2 2
E - 06 1 5 1 5 4 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
E - 07 1 5 2 1 4 1 1 1 0 1 1 1 0 1 5 1 0 0
E - 08 2 5 3 5 1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 0 0
E - 09 2 5 1 5 5 2 1 1 0 1 1 1 5 1 5 0 0 0
E - 10 1 5 4 5 5 1 5 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1
E - 11 1 5 1 5 5 2 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 2 2
E - 12 1 3 3 5 1 2 5 1 0 1 1 1 1 1 5 0 0 0
E - 13 1 5 2 5 4 1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 0 0
E - 14 1 5 5 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1
E - 15 3 5 3 1 4 1 5 1 1 1 1 1 5 0 5 1 2 2
E - 16 1 4 3 5 3 1 1 1 1 0 1 0 5 0 5 1 1 1
E - 17 1 5 5 1 4 1 1 1 1 0 0 0 5 1 0 0 1 1
E - 18 3 5 5 5 3 2 1 1 1 1 1 1 5 0 5 1 1 1
E - 19 5 5 5 5 4 2 5 1 0 1 1 1 5 0 5 0 0 0
E - 20 3 5 3 5 1 1 1 1 1 1 1 1 5 2 5 1 1 1
E - 21 2 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 0 5 0 0 0
E - 22 1 5 5 5 4 1 5 5 5 2 1 0 5 0 5 1 1 1
E - 23 2 4 3 1 4 1 5 5 1 1 1 1 2 2 5 1 1 1
E - 24 5 5 1 1 4 1 5 5 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1
E - 25 3 5 3 5 1 2 1 1 0 1 1 1 5 2 5 1 1 1
E - 26 5 5 2 5 1 3 5 5 1 1 1 1 5 4 0 0 0 0
E - 27 3 4 4 5 5 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
E - 28 1 5 3 5 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 5 1 0 0
E - 29 1 5 2 5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 0 2 2
E - 30 5 5 5 5 5 1 1 1 1 0 2 0 1 1 0 0 2 2
E - 31 1 5 1 5 5 2 5 5 1 1 1 1 5 1 5 0 0 0
E - 32 1 1 1 5 4 1 5 5 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1
E - 33 5 5 5 5 5 2 5 5 1 2 1 1 5 4 5 1 0 0
E - 34 2 5 5 5 5 1 1 1 1 0 1 0 5 5 0 0 1 1
E - 35 1 4 4 5 3 2 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 0 0
E - 36 3 5 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1
E - 37 2 4 4 5 3 2 1 1 1 1 1 1 5 0 5 0 1 1
E - 38 2 5 2 1 0 1 5 1 1 1 1 0 5 1 5 1 1 1
Jumlah 79 179 122 154 120 59 98 66 37 36 38 31 149 49 156 25 28 28
Indikator 1 2 3 4 5 6
Skor 79 301 534 74 410 56
235
Data Postes Kelas Eksperimen
Kode
Nomor Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A b a b a b c d a b a b a b
E - 01 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 2 5 5 5 5 4 1 1
E - 02 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 1 1
E - 03 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 1 1 5 5 0 0 1 1
E - 04 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 2 5 5 5 5 2 2 2
E - 05 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 5 5
E - 06 1 5 5 5 5 2 5 5 0 1 1 1 5 5 5 1 0 0
E - 07 1 5 5 5 5 2 5 5 5 5 1 1 5 5 1 0 0 0
E - 08 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 1 0 0
E - 09 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 5 5 5 5 1 5 5
E - 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 0
E - 11 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 1 1 1
E - 12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 2 5 5 5 1 0 0
E - 13 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 3 1 5 5 5 1 5 0
E - 14 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 2 5 5 5 5 1 5 5
E - 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 5 5 1 5 5
E - 16 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 0 0
E - 17 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 0 0 0 0
E - 18 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 1 5 5 5 5 2 5 5
E - 19 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 1 5 5 5 5 4 0 0
E - 20 5 5 5 5 5 1 5 5 0 5 4 5 5 5 5 2 5 5
E - 21 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 5 5 5 5 0 5 0
E - 22 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 1 1
E - 23 2 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 2 5 5 5 1 5 5
E - 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 5 5 5 2 1 1
E - 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 0 5 5
E - 26 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 0
E - 27 3 5 5 5 5 2 5 5 1 5 2 5 5 5 5 1 5 5
E - 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 1 0 0
E - 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 0 5 5
E - 30 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 2 5 5 5 5 0 1 1
E - 31 2 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 4 5 5 5 0 0 0
E - 32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 1 5 5 5 2 0 0
E - 33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 0 0
E - 34 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 0 1 1
E - 35 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 1 5 5 5 2 5 5
E - 36 3 5 5 5 5 5 5 1 1 5 3 5 5 0 1 1 0 0
E - 37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 4 5 2 5 5
E - 38 5 5 5 5 5 2 5 5 5 1 1 0 5 4 5 1 5 5
Jumlah 158 190 190 190 189 155 190 186 131 182 89 145 190 183 172 45 85 75
Indikator 1 2 3 4 5 6
Skor 158 380 1041 271 735 160
236
Lampiran 32
Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas Kontrol Data Pretes Kelas Kontrol
Kode Nomor butir soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A b a b a b c d a b a b a b K 1 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 2 1 1 5 5 0 1 1 K 2 2 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 K 3 2 5 5 5 4 2 1 1 1 0 0 1 5 5 5 0 1 1 K 4 1 2 2 5 0 2 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 2 2 K 5 1 5 5 5 2 2 5 5 5 1 1 0 5 5 5 1 1 1 K 6 1 5 5 5 4 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 K 7 1 4 3 1 4 1 5 5 5 1 1 1 1 3 5 1 0 0 K 8 5 5 5 5 5 2 1 1 1 1 1 1 2 0 5 0 0 0 K 9 2 5 5 5 5 2 1 1 1 1 1 1 5 0 5 0 1 1
K 10 1 2 2 1 0 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 K 11 5 5 5 5 5 2 1 1 1 1 1 1 1 0 5 0 1 1 K 12 2 3 3 1 1 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 K 13 5 4 2 5 0 1 1 1 1 1 1 1 5 5 0 0 1 1 K 14 2 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 2 2 K 15 3 5 3 1 4 1 5 5 5 1 1 0 5 5 5 1 2 2 K 16 1 4 3 5 3 1 5 5 5 0 1 0 5 5 5 1 2 2 K 17 1 5 5 1 4 1 1 1 1 0 0 0 5 5 1 0 1 1 K 18 2 4 3 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 5 1 1 1 K 19 0 4 2 5 0 2 5 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 K 20 3 2 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 0 0 0 K 21 1 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 0 5 0 2 2 K 22 1 5 5 5 4 1 5 5 5 2 1 0 5 5 5 1 1 1 K 23 2 4 3 1 4 1 5 5 5 1 1 0 2 2 5 1 1 1 K 24 5 5 1 1 0 1 5 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1 K 25 3 2 3 5 1 2 1 1 0 1 1 1 5 1 5 0 1 1 K 26 3 2 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 0 0 K 27 3 4 4 5 5 2 1 1 1 1 1 1 1 0 5 1 1 1 K 28 3 2 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 5 0 0 0 K 29 1 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 0 2 2 K 30 5 5 5 5 5 1 1 1 1 0 2 0 5 5 0 0 2 2 K 31 1 5 5 5 5 2 5 5 5 2 1 0 5 5 5 1 1 1 K 32 1 5 5 5 4 2 5 5 5 2 1 0 5 5 5 1 1 1 K 33 1 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 0 0 5 1 1 1 K 34 2 5 5 5 5 1 1 1 1 0 2 0 5 5 1 0 1 1 K 35 1 4 4 5 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 5 1 0 0 K 36 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 K 37 1 4 4 5 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 K 38 2 5 2 1 0 1 5 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1 K 39 2 4 3 5 0 2 5 1 5 1 1 1 1 0 1 1 2 2 K 40 1 5 5 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 5 1 2 2
Jumlah 85 167 150 156 115 62 96 71 74 38 41 29 109 76 143 22 42 42
Indikator 1 2 3 4 5 6
Skor 85 217 574 79 379 84
237
Data Postes Kelas Kontrol
Kode Nomor Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A b a b a b c d a b a b a b K 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 5 5 5 5 1 5 5 K 2 5 5 5 5 5 3 5 5 1 5 1 5 5 5 5 1 5 5 K 3 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 4 1 5 5 5 0 5 5 K 4 2 5 5 5 10 2 5 5 1 5 4 3 5 5 5 4 0 0 K 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 0 5 5 K 6 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 4 5 5 5 1 1 1 K 7 1 5 5 5 5 2 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 0 0 K 8 5 5 5 5 5 2 5 5 1 5 1 4 5 5 5 1 5 5 K 9 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 1 5 5 5 4 0 0
K 10 2 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 1 1 K 11 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 2 5 5 5 1 0 0 K 12 3 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 5 5 5 5 1 1 1 K 13 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 1 1 5 5 5 0 1 1 K 14 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 2 3 5 5 5 4 2 2 K 15 1 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 5 5 5 5 1 2 2 K 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 5 5 5 1 1 1 K 17 2 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 5 5 5 5 1 0 0 K 18 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 4 3 5 5 5 1 5 5 K 19 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 1 0 5 5 5 0 0 0 K 20 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1 5 5 5 1 5 5 K 21 5 5 5 5 5 3 5 5 1 5 5 3 5 5 5 1 1 1 K 22 5 5 5 5 4 2 5 5 5 5 2 0 5 5 5 0 1 1 K 23 2 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 1 5 5 5 1 5 5 K 24 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 4 5 5 5 1 1 1 K 25 5 5 5 5 0 2 5 1 1 5 2 0 0 5 5 4 0 0 K 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 3 5 5 5 1 5 5 K 27 1 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 1 1 K 28 5 5 5 5 0 2 5 1 0 5 2 0 1 5 5 4 0 0 K 29 1 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 2 5 5 5 1 0 0 K 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 0 K 31 2 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5 5 5 5 1 5 5 K 32 5 5 5 5 5 5 5 5 1 2 1 5 5 5 5 1 0 0 K 33 2 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 5 5 5 4 0 0 K 34 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 2 2 K 35 1 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 2 5 5 5 1 0 0 K 36 5 5 5 5 5 5 5 1 1 5 2 3 5 5 5 4 1 1 K 37 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 0 0 K 38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 1 1 K 39 1 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 5 5 5 5 1 0 0 K 40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 2 1 1
Jumlah 154 200 200 200 194 150 200 188 130 185 84 125 191 200 200 59 68 68
Rata-rata 3.85 5 5 5 4.85 3.75 5 4.7 3.25 4.62 2.1 3.12 4.77 5 5 1.47 1.7 1.7
Indikator 1 2 3 4 5 6
Skor 154 400 1062 269 775 136
238
Lampiran 33 Uji N-gain kemampuan metakognisi siswa
Indikator metakognisi
Skor pretes Skor postes N-gain Eksperimen
Tingkat pencapaian
N-gain Kontrol
Tingkat pencapaian E K E K
Menyatakan tujuan
79 85 158 154 0,71 Tinggi 0,6 Sedang
Mengetahui tentang apa dan bagaimana
301 317 380 400 1 Tinggi 1 Tinggi
Mengidentifikasi informasi
534 574 1041 1062 0,83 Tinggi 0,78 Tinggi
Memilih operasi/prosedur yang dipakai
74 79 271 269 0,64 Sedang 0,59 Sedang
Mengurutkan operasi yang digunakan
410 379 735 775 0,60 Sedang 0,63 Sedang
Merancang apa yang akan dipelajari
56 84 160 136 0,32 Sedang 0,16 Rendah
Indikator Eksperimen Kontrol
Rata-rata Keterangan Rata-rata Keterangan Menyatakan tujuan
4,15 Indikator tercapai
3,85 Sebagian besar indikator tercapai
Mengetahui tentang apa dan bagaimana
5 Indikator tercapai
5 Indikator tercapai
Mengidentifikasi informasi
4,56 Indikator tercapai
4,42 Indikator tercapai
Memilih operasi/prosedur yang dipakai
3,56 Sebagian besar indikator tercapai
3,36 Sebagian besar indikator tercapai
Mengurutkan operasi yang digunakan
3,86 Sebagian besar indikator tercapai
3,87 Sebagian besar indikator tercapai
Merancang apa yang akan dipelajari
2,10 Sebagian kecil indikator tercapai
1,7 Tidak mencapai indikator
metakognisi
239
Lampiran 34 KRITERIA PENILLAIAN ASPEK AFEKTIF
Rubrik Pengamatan Karakter No Karakter Deskripsi Indikator yang mungkin muncul
A Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
Membaca sumber dari buku teks
Membaca sumber diluar buku teks tentang materi yang tekait dengan pelajaran
Bertanya kepada teman
B Bekerjasama Sikap dan perilaku
menunjukkan
kemampuan berinteraksi
dalam kelompok
Membantu teman satu kelompok
Membagi tugas dalam kelompok
Mengorganisir kelompoknya
C Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara dan Tuhan YME
Dapat dipercaya dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun mandiri
Dapat menyelesaikan tugas dengan lengkap
Dapat menyelesaikan tugas tepat waktu
D Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Menemukan cara sendiri dalam
memecahkan sebuah perrmasalahan /
soal.
Menciptakan permainan sederhana
yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
Menciptakan situasi belajar yang bisa
menumbuhkan daya pikir dan
bertindak kreatif.
Pedoman penskoran 4 : jika semua indikator muncul 3 : jika dua indikator muncul 2 : jika satu indikator muncul 1 : jika tidak ada indikator yang muncul
Rubrik Pengamatan Keterampilan Sosial No Karakter Indikator yang mungkin muncul Gradasi tingkat
ketercapaiaan
240
E Memperhatikan penjelasan orang lain
Mendengarkan teman yang sedang menyampaikan hasil
4 = apabila semua indikator muncul 3 = apabila 3 indikator muncul 2 = apabila 2 indikator muncul 1 = apabila 1 indikator muncul
Mendengarkan teman yang sedang mengajukan pertanyaan
Mendengarkan jawaban teman
Mendengarkan pendapat pro maupun kontra
F Mengemukakan pendapat
Berpendapat dengan mengacungkan jari
4 = apabila semua indikator muncul 3 = apabila 3 indikator muncul 2 = apabila 2 indikator muncul 1 = apabila 1 indikator muncul
Mengemukakan pendapat setelah dipersilahkan Pendapat disampaikan dengan runtut dan jelas
Pendapat logis dan sesuai dengan topic bahasan yang dibahas
G Bertanya Bertanya dengan mengacungkan jari 4 = apabila semua indikator muncul 3 = apabila 3 indikator muncul 2 = apabila 2 indikator muncul 1 = apabila 1 indikator muncul
Memulai pertanyaan setelah dipersilahkan Pertanyaan disampaikan dengan runtut dan jelas Pertanyaan logis sesuai dengan topik bahasan yang dibahas
Kriteria Hasil Belajar Afektif
Rata- rata skor responden
Kriteria Skor akhir
24 – 28 Sangat Baik/Sangat layak A 19 – 23 Baik/Layak B 14 – 18 Cukup C 7 – 13 Kurang D
Kriteria Hasil Belajar Afektif Tiap Aspek
Eksperimen Kontrol Jumlah skor tiap
aspek Kriteria Jumlah
Sakor tiap Aspek
Kriteria
124 – 152 Sangat Baik 131-160 Sangat Baik 95 – 123 Baik 101-130 Baik 66 – 94 Cukup 71-100 Cukup 38 – 65 Kurang 40-70 Kurang
241
Lampiran 35 ANALISIS ASPEK AFEKTIF
ANALISIS ASPEK AFEKTIF KELAS EKSPERIMEN
No Kode Karakter Keterampilan Sosial Jumlah Keterangan
A B C D E F G
1 E 1 4 3 4 4 4 3 4 26 Sangat Baik
2 E 2 4 4 3 2 4 3 3 23 Baik
3 E 3 2 3 4 1 3 3 2 18 cukup
4 E 4 2 4 4 3 3 2 3 21 Baik
5 E 5 3 4 4 3 4 3 4 25 Sangat Baik
6 E 6 2 2 3 2 4 3 0 16 cukup
7 E 7 1 3 3 3 3 3 2 18 cukup
8 E 8 1 3 3 2 3 3 3 18 cukup
9 E 9 3 4 3 4 3 2 3 22 Baik
10 E 10 4 4 4 3 4 4 2 25 Sangat Baik
11 E 11 2 3 3 3 3 2 3 19 Baik
12 E 12 3 3 4 1 4 3 4 22 Baik
13 E 13 3 3 4 2 4 3 3 22 Baik
14 E 14 4 4 3 3 4 4 0 22 Baik
15 E 15 3 3 3 1 3 3 3 19 Baik
16 E 16 3 3 4 2 4 3 0 19 Baik
17 E 17 3 3 3 2 4 2 3 20 Baik
18 E 18 2 3 3 3 4 3 2 20 Baik
19 E 19 4 4 4 3 4 4 3 26 Sangat Baik
20 E 20 3 2 4 2 4 2 4 21 Baik
21 E 21 3 4 4 3 3 4 2 23 Baik
22 E 22 3 3 4 3 4 3 3 23 Baik
23 E 23 3 3 3 3 3 2 3 20 Baik
24 E 24 2 3 4 3 3 3 2 20 Baik
25 E 25 2 3 4 3 3 2 3 20 Baik
26 E 26 3 4 3 3 4 3 3 23 Baik
27 E 27 3 3 4 3 4 3 4 24 Sangat Baik
28 E 28 3 4 3 2 3 4 3 22 Baik
29 E 29 4 3 4 2 4 3 4 24 Sangat Baik
30 E 30 3 3 3 2 3 3 3 20 Baik
31 E 31 1 4 3 2 3 3 2 18 cukup
32 E 32 2 3 4 2 4 3 4 22 Baik
33 E 33 4 4 4 3 4 4 4 27 Sangat Baik
34 E 34 3 3 4 3 4 3 0 20 Baik
35 E 35 3 4 3 2 4 3 3 22 Baik
36 E 36 2 3 3 3 4 3 2 20 Baik
37 E 37 3 3 4 2 3 3 4 22 Baik
38 E 38 2 4 4 2 4 4 0 20 Baik
Jumlah 105 126 135 95 137 114 100
keterangan Baik Sangat baik
Sangat baik
Baik Sangat baik
Baik Baik
242
ANALISIS ASPEK AFEKTIF KELAS KONTROL
No Kode Karakter Keterampilan sosial
Jumlah Keterangan A B C D E F G
1 K 1 4 4 4 3 4 3 4 26 Sangat Baik 2 K 2 3 3 3 2 3 3 3 20 Baik 3 K 3 3 3 3 1 3 3 3 19 Baik 4 K 4 2 3 3 2 4 3 3 20 Baik 5 K 5 4 4 4 3 4 4 3 26 Sangat Baik 6 K 6 3 2 3 2 3 2 1 16 Cukup
7 K 7 3 3 3 1 3 3 3 19 Baik 8 K 8 3 3 4 1 3 3 2 19 Baik 9 K 9 2 3 3 2 4 3 1 18 Cukup 10 K 10 3 3 4 1 3 3 1 18 Cukup 11 K 11 3 4 3 2 3 4 3 22 Baik 12 K 12 3 3 3 2 4 3 3 21 Baik 13 K 13 2 3 3 2 4 3 3 20 Baik 14 K 14 4 3 4 2 4 3 2 22 Baik 15 K 15 3 4 3 2 3 4 1 20 Baik 16 K 16 2 3 3 2 2 3 2 17 Cukup 17 K 17 3 2 3 2 3 2 3 18 Cukup 18 K 18 3 4 3 2 3 4 2 21 Baik 19 K 19 3 3 3 3 3 3 1 19 Baik 20 K 20 3 4 3 2 4 3 3 22 Baik 21 K 21 3 4 4 2 4 3 2 22 Baik 22 K 22 3 4 3 2 4 3 3 22 Baik 23 K 23 3 3 4 2 3 3 1 19 Baik 24 K 24 3 3 3 3 3 4 1 20 Baik 25 K 25 4 3 4 2 4 3 1 21 Baik 26 K 26 3 3 3 2 3 4 1 19 Baik 27 K 27 4 2 3 3 2 2 2 18 Cukup 28 K 28 3 3 3 2 3 3 3 20 Baik 29 K 29 3 3 3 3 3 3 3 21 Baik 30 K 30 4 4 4 3 4 4 3 26 Sangat Baik 31 K 31 4 4 4 2 4 4 3 25 Sangat Baik 32 K 32 3 3 3 1 3 3 3 19 Baik 33 K 33 3 4 3 2 3 4 3 22 Baik 34 K 34 4 4 4 3 4 4 4 27 Sangat Baik 35 K 35 2 3 3 1 2 3 2 16 Cukup 36 K 36 3 3 3 2 3 4 3 21 Baik 37 K 37 2 3 3 1 4 3 1 17 Cukup 38 K 38 2 2 4 1 4 2 2 17 Cukup 39 K 39 3 3 3 2 3 3 3 20 Baik 40 K 40 4 4 3 3 4 4 3 25 Sangat Baik Jumlah 122 129 132 81 134 128 94 keterangan Baik Baik Baik Cukup Sangat
Baik Baik Cukup
243
Lampiran 36 RUBRIK PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK
No Dimensi Kerja Yang
Dinilai Ketercapaian Kinerja Paling Tinggi Skor
I Menyiapkan Praktikum 1. Menyiapkan alat yang
akan digunakan
Menyiapkan alat yang lengkap terdiri atas gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, dan buret
Diamati kelengkapan dan ketepatan alat yang digunakan. Tingkat ketercapaian : 4 : lengkap dan tepat. 3 : kurang satu alat, dan tepat. 2 : lengkap, tidak tepat. 1 : tidak lengkap dan tidaktepat
2. Menyiapkan zat yang akan digunakan.
Menyiapkan larutan kerja yang lengkap:terdiri atas: air sadah, air sumur, air suling, air sabun, dan larutan Na2CO3 0,1 M
Diamati kelengkapan zat yang akan digunakan. Tingkat ketercapaian : 4 : lengkap. 3 : kurang satu larutan 2 : kurang dua larutan 1 : kurang lebih dari 2 larutan.
II Keterampilan Proses 1. Keterampilan
merangkai alat praktikum
Merangkai alat dengan baik, posisi buret tegak lurus, posisi erlenmeyer di bawah buret, dengan senter mata buret. Tangan kiri mengendalikan pengunci buret, tangan kanan mnggoyangkan erlenmeyer, penambahan volume titran tetes-tetes. Lihat Gambar!
Diamati teknik dan cara merangkai alat untuk titrasi, pastikan posisi buret lurus, tidak bocor. Tingkat ketercapaian: 4 : teknik dan cara benar, posisi buret sempurna. 3 : teknik dan cara benar, posisi buret tak sempurna. 2 : teknik benar, caranya salah, posisi buret tak
sempurna. 1 : bila teknik dan cara salah.
244
2. Keterampilan menuang
larutan ke dalam buret Menuang larutan baku ke dalam buret
dengan menggunakan corong, larutan baku
dipindahkan dari gelas ukur 100 ml ke dalam
buret sampai tanda batas. Lihat Gambar di
bawah ini
Diamati teknik dan cara menuang larutan baku ke
dalam buret, volume tepat pada tanda batas.
Tingkat ketercapaian :
4: Teknik dan cara benar, volume tepat,
3 : teknik dan cara benar,volume kurang tepat.
2 : teknik benar, cara salah, volume kurang tepat.
1 : teknik,cara salah.
2. Keterampil Menggunakan alat dengan benar, tangan kiri Diamati urutan langkah kerja, teknik dan cara titrasi
245
menggunakan alat untuk mengidentifikasi kesadahan air
mengendalikan kunci buret untuk mengatur volume air sabun secara tetes-tetes, tangan kanan memegang leher erlenmeyer yang berisi sampel air dan menggoyangnya supaya larutan bercampur merata. Titrasi diakhiri setelah bentuk busa.
Tingkat ketercapaian : 4 : langkah kerja urut, teknik benar, cara benar. 3 : langkah kerja urut, teknik benar, cara salah. 2 : langkah kerja urut, teknik salah, cara salah. 1 : langkah kerja tidak urut, teknik salah, cara salah.
3. Keterampilan melakukan pengamatan
Mengamati volume air sabun yang sudah
digunakan dalam buret, posisi mata sejajar
dengan permukaan larutan minuskus bawah,
mengamati terbentuknya busa.
Diamati perubahan warna indikator, dan cara pengatannya. Tingkat ketercapaian : 4 : pengamatan teliti, caranya benar, hasil pengamatan
tepat. 3 : pengamatan teliti, caranya benar, hasil
pengamatannya tidak tepat 2 : pengamatan teliti, caranya salah. 1 : pengamatan dan carany salah.
246
III
Membuat Laporan Sementara 1. Membuat laporan
sementara.
Membuat laporan sementara dengan lengkap dan jelas.
Diamati kelengakapan dan kejelasan laporan Tingkat ketercapaian : 4 : membuat laporan dengan lengkap dan jelas. 3 : membuat laporan dengan lengkap tetapi kurang
jelas 2 : laporan kurang lengkap dan jelas 1 : laporan kurang lengkap dan kurang jelas.
IV Aktifitas Selesai Praktikum 1. Menuang sisa larutan di
tempatnya.
Menuang sisa larutan kerja ditempat yang sudah disediakan, dengan cara hati-hati jangan sampai tumpah di sekitar tempat yang disediakan.
Diamati dimana praktikan membuang sisa larutan kerja. Tingkat ketercapaian : 4 : Menuang ditempatnya. 3 : sebagian dibuang ditempat pencucian. 2 : semua dibuang. 1 : larutan baku dikembalikan ketempat semula.
2. Membersihkan alat-alat. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan baik dan benar. Membersihkan tabung reaksi menggunakan sabun cair dan sikat panjang.
Diamati semua alat yang telah digunakan, pastikan semuanya bersih, dan tanpa cacat. Tingkat ketercapaian : 4 : semua alat utuh dan bersih.
247
3 : alat tidak utuh bersih. 2 : alat ada yang pecah,bersih. 1 : alat tidak utuh kurangbersih
3. Mengembalikan alat ketempatnya.
Mengembalikan semua alat dan menyusun alat yang telah dibersihkan, ke tempat semula.
Diamati jumlah alat yang diambil untuk praktikum, jumlahnya harus sama dengan yang dikembalikan, pastikan semua alat-alat yang telah digunakan dalam keadaan bersih dan utuh. Tingkat ketercapaian : 4 : jika jumlah alat komplit, bersih, disusun seperti
semula. 3 : jumlah alat komplit, kurang bersih, disusun seperti
semula. 2 : alat tidak utuh bersih, disusun seperti semula. 1 : alat tidak utuh, kurang bersih, tidak disusun seperti
semula.
248
Lampiran 37
ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK Analisis Aspek Psikomotorik (kelas Eksperimen)
Kode A B C D E F G H I J Jumlah Kriteria E 1 5 5 15 20 15 7.5 10 1.5 2.5 3 84.5 Sangat Baik E 2 5 5 10 20 15 10 10 1.5 5 3 84.5 Sangat Baik E 3 5 5 15 20 20 7.5 7.5 1.5 3.75 3 88.25 Sangat Baik E 4 3.75 5 15 15 20 10 7.5 1 2.5 2.25 82 Sangat Baik E 5 5 5 10 20 20 7.5 5 1.5 5 3 82 Sangat Baik E 6 5 5 10 20 15 7.5 5 1.5 5 3 77 Baik E 7 3.75 3.75 20 20 10 10 10 1 3.75 1.5 83.75 Sangat Baik E 8 5 5 15 20 15 7.5 10 1.5 2.5 3 84.5 Sangat Baik E 9 3.75 3.75 15 20 15 10 7.5 1.5 3.75 3 83.25 Sangat Baik
E 10 3.75 3.75 20 15 15 7.5 7.5 2 5 3 82.5 Sangat Baik E 11 5 5 15 20 15 7.5 10 1.5 2.5 3 84.5 Sangat Baik E 12 5 5 10 20 15 7.5 5 1.5 5 3 77 Baik E 13 3.75 3.75 20 20 15 7.5 7.5 1 3.75 1.5 83.75 Sangat Baik E 14 5 5 20 15 10 7.5 7.5 1.5 3.75 3 78.25 Baik E 15 5 5 10 20 15 5 5 2 5 3 75 Baik E 16 5 5 10 20 15 7.5 5 1.5 5 3 77 Baik E 17 5 5 20 15 10 7.5 7.5 1.5 3.75 3 78.25 Baik E 18 5 5 15 15 15 7.5 7.5 1.5 3.75 3 78.25 Baik E 19 5 5 15 20 15 7.5 7.5 1.5 3.75 3 83.25 Sangat Baik E 20 5 5 20 15 10 7.5 7.5 1.5 5 3 79.5 Baik E 21 5 5 10 20 15 7.5 5 1.5 5 3 77 Baik E 22 5 5 10 20 15 5 5 2 5 3 75 Baik E 23 5 5 10 20 15 7.5 5 1.5 5 3 77 Baik E 24 5 5 20 15 10 7.5 7.5 1.5 5 3 79.5 Baik E 25 5 5 10 20 15 5 5 2 5 3 75 Baik E 26 5 5 15 15 15 7.5 7.5 1.5 3.75 3 78.25 Baik E 27 5 5 15 15 15 7.5 7.5 1.5 3.75 3 78.25 Baik E 28 3.75 3.75 20 20 15 7.5 7.5 1 3.75 1.5 83.75 Sangat Baik E 29 5 5 10 20 15 5 5 2 5 3 75 Baik E 30 3.75 3.75 20 20 15 7.5 7.5 1 3.75 1.5 83.75 Sangat Baik E 31 5 5 15 15 15 7.5 7.5 1.5 3.75 3 78.25 Baik E 32 5 5 15 20 15 7.5 10 1.5 2.5 3 84.5 Sangat Baik E 33 5 5 15 20 15 7.5 7.5 1.5 3.75 3 83.25 Sangat Baik E 34 5 5 10 20 15 7.5 5 1.5 5 3 77 Baik E 35 3.75 3.75 20 20 15 7.5 7.5 1 3.75 1.5 83.75 Sangat Baik E 36 5 5 20 15 10 7.5 7.5 1.5 5 3 79.5 Baik E 37 5 5 10 20 15 5 5 2 5 3 75 Baik E 38 3.75 3.75 20 20 10 10 10 1 3.75 1.5 83.75 Sangat Baik
249
Analisis Psikomotorik Tiap Aspek (Kelas Eksperimen)
No Kode A B C D E F G H I J
1 E 1 4 4 3 4 3 3 4 3 2 4
2 E 2 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4
3 E 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4
4 E 4 3 4 3 3 4 4 3 2 2 3
5 E 5 4 4 2 4 4 3 2 3 4 4
6 E 6 4 4 2 4 3 3 2 3 4 4
7 E 7 3 3 4 4 2 4 4 2 3 2
8 E 8 4 4 3 4 3 3 4 3 2 4
9 E 9 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4
10 E 10 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4
11 E 11 4 4 3 4 3 3 4 3 2 4
12 E 12 4 4 2 4 3 3 2 3 4 4
13 E 13 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2
14 E 14 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4
15 E 15 4 4 2 4 3 2 2 4 4 4
16 E 16 4 4 2 4 3 3 2 3 4 4
17 E 17 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4
18 E 18 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4
19 E 19 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4
20 E 20 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4
21 E 21 4 4 2 4 3 3 2 3 4 4
22 E 22 4 4 2 4 3 2 2 4 4 4
23 E 23 4 4 2 4 3 3 2 3 4 4
24 E 24 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4
25 E 25 4 4 2 4 3 2 2 4 4 4
26 E 26 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4
27 E 27 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4
28 E 28 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2
29 E 29 4 4 2 4 3 2 2 4 4 4
30 E 30 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2
31 E 31 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4
32 E 32 4 4 3 4 3 3 4 3 2 4
33 E 33 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4
34 E 34 4 4 2 4 3 3 2 3 4 4
35 E 35 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2
36 E 36 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4
37 E 37 4 4 2 4 3 2 2 4 4 4
38 E 38 3 3 4 4 2 4 4 2 3 2 Jumlah 143 144 113 141 110 114 109 113 126 139 Keterangan SB SB B SB B B B B SB SB
250
Analisis Aspek Psikomotorik (kelas Kontrol)
Kode A B C D E F G H I J Jumlah Kriteria K 1 5 5 20 15 15 5 7.5 2 5 3 82.5 Sangat Baik K 2 5 5 15 20 10 5 7.5 2 3.75 3 76.25 Baik K 3 5 5 15 15 15 5 5 1.5 3.75 3 73.25 Baik K 4 5 5 15 15 10 7.5 7.5 1.5 5 3 74.5 Baik K 5 5 5 15 20 20 5 7.5 1.5 5 3 87 Sangat Baik K 6 5 5 10 20 20 7.5 5 1 5 2.25 80.75 Baik K 7 5 5 10 20 20 7.5 5 1.5 5 2.25 81.25 Sangat Baik K 8 5 5 20 15 15 5 7.5 1.5 5 3 82 Sangat Baik K 9 5 5 15 15 20 5 7.5 1.5 5 3 82 Sangat Baik
K 10 5 5 15 20 15 5 5 2 5 3 80 Baik K 11 5 5 10 20 15 7.5 5 1 5 2.25 75.75 Baik K 12 5 5 15 20 15 5 5 1.5 5 3 79.5 Baik K 13 5 5 15 15 10 7.5 7.5 1.5 5 3 74.5 Baik K 14 5 5 15 15 20 7.5 7.5 1.5 2.5 3 82 Sangat Baik K 15 5 5 20 20 15 5 5 1.5 2.5 3 82 Sangat Baik K 16 5 5 15 20 15 5 2.5 1.5 5 3 77 Baik K 17 5 5 15 15 20 5 5 1.5 5 3 79.5 Baik K 18 3.75 5 15 20 15 5 7.5 1.5 5 3 80.75 Baik K 19 5 5 15 15 15 5 5 1.5 3.75 3 73.25 Baik K 20 3.75 3.75 15 15 20 7.5 7.5 2 5 2.25 81.75 Sangat Baik K 21 5 5 20 15 10 7.5 7.5 1.5 5 3 79.5 Baik K 22 3.75 3.75 15 20 20 5 5 1.5 5 3 82 Sangat Baik K 23 5 3.75 15 15 15 5 5 1.5 5 3 73.25 Baik K 24 5 5 15 15 15 10 7.5 1.5 5 3 82 Sangat Baik K 25 5 5 15 15 20 7.5 5 1.5 5 3 82 Sangat Baik K 26 5 5 15 15 20 7.5 7.5 1.5 5 2.25 83.75 Sangat Baik K 27 5 3.75 10 20 15 5 7.5 1.5 5 3 75.75 Baik K 28 3.75 5 15 15 15 7.5 5 1.5 5 3 75.75 Baik K 29 5 3.75 10 20 15 7.5 5 1.5 5 3 75.75 Baik K 30 5 5 20 15 20 7.5 5 1 5 2.25 85.75 Sangat Baik K 31 3.75 3.75 15 15 20 7.5 7.5 2 5 3 82.5 Sangat Baik K 32 5 5 10 15 15 10 7.5 1.5 5 3 77 Baik K 33 5 5 20 20 15 5 5 1.5 5 2.25 83.75 Sangat Baik K 34 3.75 3.75 20 15 20 7.5 5 2 5 3 85 Sangat Baik K 35 5 5 10 15 20 2.5 7.5 1.5 5 3 74.5 Baik K 36 5 5 20 10 15 5 5 1.5 5 3 74.5 Baik K 37 5 5 15 15 20 5 5 1.5 5 2.25 78.75 Baik K 38 5 3.75 15 15 15 5 7.5 1.5 5 3 75.75 Baik K 39 5 5 20 10 20 5 7.5 1 5 3 81.5 Sangat Baik K 40 3.75 3.75 20 15 15 7.5 7.5 1.5 5 3 82 Sangat Baik
251
Analisis Psikomotorik Tiap Aspek (kelas Kontrol)
No Kode A B C D E F G H I J
1 K 1 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4
2 K 2 4 4 3 4 2 2 3 4 3 4
3 K 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 4
4 K 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4
5 K 5 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4
6 K 6 4 4 2 4 3 3 2 2 4 3
7 K 7 4 4 2 4 3 3 2 3 4 3
8 K 8 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4
9 K 9 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4
10 K 10 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4
11 K 11 4 4 2 4 3 3 2 2 4 3
12 K 12 4 4 3 4 3 2 2 3 4 4
13 K 13 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4
14 K 14 4 4 3 3 4 2 3 3 2 4
15 K 15 4 4 4 4 3 2 2 3 3 4
16 K 16 4 4 3 4 3 1 2 3 4 4
17 K 17 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4
18 K 18 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4
19 K 19 4 4 3 3 3 2 2 3 3 4
20 K 20 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3
21 K 21 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4
22 K 22 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4
23 K 23 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4
24 K 24 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4
25 K 25 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4
26 K 26 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3
27 K 27 4 3 2 4 3 2 3 3 4 4
28 K 28 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4
29 K 29 4 3 2 4 3 3 2 3 4 4
30 K 30 4 4 4 3 4 3 2 2 4 3
31 K 31 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4
32 K 32 4 4 2 3 3 4 3 3 4 4
33 K 33 4 4 4 4 3 2 2 3 4 3
34 K 34 3 3 4 3 4 3 2 4 4 4
35 K 35 4 4 2 3 4 1 3 3 4 4
36 K 36 4 4 4 2 3 2 2 3 4 4
37 K 37 4 4 3 3 4 2 2 3 4 3
38 K 38 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4
39 K 39 4 4 4 2 3 2 3 2 4 4
40 K 40 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 Jumlah 153 151 123 132 128 100 100 122 154 152
Keterangan SB SB B SB B C C B SB SB
252
Lampiran 38
LEMBAR PENILAIAN DIRI KUESIONER SISWA
Kuesioner penilaian diri ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang proses kognitif
siswa. Pengisian kuesioner berdasarkan petunjuk sebagai berikut:
1. Setiap pernyataan tersedia empat pilihan (SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju). Berilah tanda “v” pada salah satu pilihan yang tersedia!
2. Jawablah langsung ditulis pada lembar ini. 3. Tuliskan identitas anda.
Nama : No. absen : Kelas : No Pernyataan Respon
SS S TS STS
1 Saya dapat mengikuti pelajaran
dengan baik
2 Saya dapat memahami tujuan
pembelajaran yang selama ini saya
ikuti
3 Saya dapat menjelaskan konsep-
konsep kimia yang selama ini saya
pelajari
4 Saya menyadari bahwa saya harus
banyak membaca
5 Saya menyadari sejauh mana saya
bisa megerjakan tugas
6 Saya dapat memilih langkah-
langkah yang dipakai untuk
memecahkan soal
7 Saya mencari informasi dari
berbagai sumber untuk
memecahkan masalah dan soal-soal
kimia yang ada di LKS
253
Lampiran 39
ANALISIS KUESIONER SISWA
Analisis Kuesioner Siswa Kelas Eksperimen Kode A B C D E F G JUMLAH E 1 3 3 3 3 3 3 3 21 E 2 3 3 3 3 3 3 3 21 E 3 3 3 3 3 3 3 3 21 E 4 3 3 3 4 3 3 3 22 E 5 3 3 3 3 3 4 4 23 E 6 3 1 1 4 3 2 4 18 E 7 4 3 3 3 3 4 4 24 E 8 3 3 3 4 4 3 3 23 E 9 3 3 3 3 3 3 3 21
E 10 3 3 3 3 3 4 3 22 E 11 3 3 3 3 3 3 3 21 E 12 3 3 3 3 3 3 3 21 E 13 3 3 3 3 3 3 3 21 E 14 3 3 3 4 3 3 4 23 E 15 3 3 3 4 4 3 3 23 E 16 3 3 3 4 4 3 3 23 E 17 3 3 3 3 3 3 3 21 E 18 3 3 3 4 4 3 3 23 E 19 3 3 4 4 3 3 3 23 E 20 3 3 3 4 4 4 3 24 E 21 3 3 3 3 3 3 3 21 E 22 3 3 3 3 3 3 3 21 E 23 4 4 3 4 3 4 4 26 E 24 3 3 3 3 3 3 3 21 E 25 3 3 4 4 4 3 4 25 E 26 3 3 3 3 3 3 3 21 E 27 3 3 3 4 3 3 3 22 E 28 3 3 3 4 3 3 3 22 E 29 3 3 3 4 3 3 4 23 E 30 3 3 3 3 3 3 3 21 E 31 3 3 3 3 3 3 3 21 E 32 3 3 3 3 3 3 3 21 E 33 3 3 4 4 3 3 3 23 E 34 3 3 3 4 3 3 3 22 E 35 3 3 3 3 3 3 3 21 E 36 3 3 2 3 3 3 2 19 E 37 3 3 3 3 3 3 3 21 E 38 3 3 2 3 3 3 3 20
varian 0.049 0.130 0.236 0.243 0.132 0.146 0.185 2.29
Jumlah varian 1.126
reliabilitas 0.610
254
Analisis Kuesioner Siswa Kelas Kontrol Kode 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah K 1 4 3 3 4 4 3 3 24 K 2 2 2 2 4 4 2 3 19 K 3 2 2 2 4 2 3 3 18 K 4 3 3 2 4 4 3 4 23 K 5 3 3 3 3 2 2 3 19 K 6 3 3 3 4 3 3 3 22 K 7 3 3 2 3 4 2 2 19 K 8 3 3 2 4 3 3 3 21 K 9 3 3 2 3 3 3 3 20
K 10 3 3 2 4 3 2 3 20 K 11 3 3 2 4 3 3 3 21 K 12 3 3 2 3 3 3 3 20 K 13 3 2 2 3 3 2 3 18 K 14 4 3 4 4 3 3 4 25 K 15 2 2 2 4 4 2 3 19 K 16 4 1 1 4 3 1 1 15 K 17 3 3 3 4 3 3 3 22 K 18 4 4 3 2 4 3 4 24 K 19 3 4 3 4 4 4 4 26 K 20 4 3 3 4 3 2 2 21 K 21 4 3 3 4 3 3 3 23 K 22 3 3 3 4 3 3 3 22 K 23 3 3 2 4 3 3 3 21 K 24 4 3 2 4 3 2 2 20 K 25 4 4 3 4 3 3 4 25 K 26 3 3 3 4 3 2 2 20 K 27 4 3 3 4 4 2 2 22 K 28 4 3 2 4 3 3 3 22 K 29 3 3 2 4 4 3 3 22 K 30 4 4 4 4 4 3 4 27 K 31 3 3 3 4 3 3 3 22 K 32 4 3 4 3 3 4 4 25 K 33 3 3 2 4 3 3 3 21 K 34 3 3 3 4 3 3 2 21 K 35 3 2 1 4 3 2 2 17 K 36 3 3 2 4 4 3 4 23 K 37 3 2 1 4 3 2 2 17 K 38 3 3 2 4 2 3 3 20 K 39 3 2 3 4 4 3 2 21 K 40 3 3 3 3 3 3 3 21
varian 0.324 0.359 0.549 0.224 0.324 0.36 0.519 6.31
Jumlah varian 2.66
reliabilitas 0.693
255
Hasil Analisis Kuesioner Siswa
Pernyataan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
SS S TS STS SS S TS STS
Saya dapat mengikuti
pelajaran dengan baik
2 36 0 0 12 25 3 0
Saya dapat memahami
tujuan pembelajaran yang
selama ini saya ikuti
1 36 0 1 4 28 7 1
Saya dapat menjelaskan
konsep-konsep kimia yang
selama ini saya pelajari
3 31 2 1 3 26 18 3
Saya menyadari bahwa
saya harus banyak
membaca
16 22 0 0 32 7 1 0
Saya menyadari sejauh
mana saya bisa megerjakan
tugas
6 32 0 0 12 25 3 0
Saya dapat memilih
langkah-langkah yang
dipakai untuk memecahkan
soal
5 32 1 0 2 25 12 1
Saya mencari informasi
dari berbagai sumber untuk
memecahkan masalah dan
soal-soal kimia yang ada di
LKS
7 30 1 0 8 21 10 1