LI RITA LBM 1 SGD 18

download LI RITA LBM 1 SGD 18

of 24

Transcript of LI RITA LBM 1 SGD 18

LI RITA LBM 1

Glasgow Coma Scale ( GCS ) Cara Pemeriksaan a. Membuka Mata Spontan Dengan diajak bicara Dengan rangsang nyeri Tidak membuka mata Sadar dan orientasi ada Berbicara tanpa kacau Berkata tanpa arti Hanya mengerang Tidak ada suara Sesuai perintah Terhadap rangsang nyeri : Timbul gerakan normal Fleksi cepat dan abduksi bahu Fleksi lengan dengan adduksi bahu Ekstensi lengan, adduksi, endorotasi 5 4 3 4 3 2 1 5 4 3 2 1 6 Derajat

b. Respons verbal

c. Respon motorik

LI RITA LBM 1bahu, pronasi lengan bawah Tidak ada gerakan : 1 +1 +1 = 3 Nilai tertinggi scala coma Glasgow : 4+5+6 = 13 Nilai terendah Scoring : 15 = composmentis 3 = coma ( Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI ) C 2 1

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASANSTRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM RESPIRASI Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. STRUKTUR SISTEM RESPIRASI Sistem respirasi terdiri dari: 1. Saluran nafas bagian atas Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan

LI RITA LBM 12. Saluran nafas bagian bawah Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli 3. Alveoli terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2 4. Sirkulasi paru Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru. 5. Paru terdiri dari : a. Saluran nafas bagian bawah b. Alveoli c. Sirkulasi paru 6. Rongga Pleura Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis 7. Rongga dan dinding dada Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi Saluran Nafas Bagian Atas a. Rongga hidung Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal : Dihangatkan Disaring Dan dilembabkan Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke

LI RITA LBM 1b. c. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius) Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah) d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan) Saluran Nafas Bagian Bawah a. Laring Terdiri dari tiga struktur yang penting Tulang rawan krikoid Selaput/pita suara Epilotis Glotis b. Trakhea Merupakan pipa silider dengan panjang 11 cm, berbentuk cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus. c. Bronkhi Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior Alveoli Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar : Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant. Anastomosing capillary, merupakan system vena danarteri yang saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel

LI RITA LBM 1Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.

Aliran pertukaran gas Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli epitel alveoli membran dasar endotel kapiler plasma eitrosit. Membran sitoplasma eritrosit molekul hemoglobin O Co

Surfactant Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normalsurfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat dihindari.

Sirkulasi Paru Mengatur aliran darah vena vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke ventrikel kiri. Paru Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

Rongga dan Dinding Dada Rongga ini terbentuk oleh: Otot otot interkostalis

LI RITA LBM 1Otot otot pektoralis mayor dan minor Otot otot trapezius Otot otot seratus anterior/posterior Kosta- kosta dan kolumna vertebralis Kedua hemi diafragma Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.

Gambar 1 Anatomi sistem pernafasan FUNGSI RESPIRASI DAN NON RESPIRASI DARI PARU 1. Respirasi : pertukaran gas O dan CO 2. Keseimbangan asam basa 3. Keseimbangan cairan 4. Keseimbangan suhu tubuh 5. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi

LI RITA LBM 16. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin, ECF dan angiotensin 7. Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh bakteri Mekanisme Pernafasan Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras pernafasan yang tergantung pada: 1. Tekanan intar-pleural Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau selisih tekananatmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar. 2. Compliance Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai copliance. Ada dua bentuk compliance: Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas ( airway pressure)sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100 ml/cm H2O Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure)selama fase pernafasan. Normal: 50 ml/cm H2O Compliance dapat menurun karena: Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edemaparu, fibrosis paru Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak

LI RITA LBM 1Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas. 3. Airway resistance (tahanan saluran nafas) Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas SIRKULASI PARU a. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit Ventilasi alveolar = 4 liter/menit Sehingga ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8 b. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg. Tekanan vena pulmolais = 5 mmHg, mean capilary pressure = 7 mmHg Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke vena pulmonalis c. Adanya mean capilary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari rongga kapiler ke rongga interstitial, sedangkanosmotic colloid pressure akan menarik garam dan air dari rongga interstitial kearah rongga kapiler. Kondisi ini dalam keadaan normal selalu seimbang.Peningkatan tekanan kapiler atau penurunan koloid akan menyebabkan peningkatan akumulasi air dan garam dalam rongga interstitial. TRANSPOR OKSIGEN 1.Hemoglobin Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk: Kelarutan fisik dalam plasma Ikatan kimiawi dengan hemoglobin Ikatan hemoglobin dengan tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi oleh pH darah dan suhu tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikkan suhu tubuh mengakibatkan ikatan hemoglobin dan O2menurun. -

LI RITA LBM 12. Oksigen content Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah dikenal sebagai oksigen content (Ca O2 ) Plasma Hemoglobin REGULASI VENTILASI Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan kadar/konsentrasi gas-gas yang ada di dalam darah Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur: -Rate impuls Respirasi rate -Amplitudo impuls Tidal volume Pusat inspirasi dan ekspirasi : posterior medulla oblongata, pusatkemo reseptor : anterior medulla oblongata, pusat apneu danpneumothoraks : pons. Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCo2, pH darah, PaO2 PEMERIKSAAN FUNGSI PARU Kegunaan: untuk mendiagnostik adanya nafas, sianosis,sindrom bronkitis Indikasi klinik: - Kelainan jalan nafas paru,pleura dan dinding toraks - Payah jantung kanan dan kiri - Diagnostik pra bedah toraks dan abdomen - Penyakit-penyakit neuromuskuler - Usia lebih dari 55 tahun.

:

sesak

LI RITA LBM 1

1.

Etiologi

Penyebab sumbatan yg sering kita jumpai adalah dasar lidah, palatum mole, darah atau benda asing yg lain. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring. hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi. Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yg tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Penderita yg mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi laringospasme an ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas atas pada penderita stupor atau koma yg dangkal. Sumbatan nafas juga dapat trjdi pad jalan nafas baigian bawh, dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi mukosa, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam paru. (Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP) Sebab Terjadinya obstruksi : 1. Trauma

LI RITA LBM 1Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll. 2. Benda Asing Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada : a. Laring Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tandatanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yg disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg tdk teratur bentuknya. b. Saluran nafas Berdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam saluran nafas maka dibagi atas : Pada Trakhea Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring Pada Bronkhus Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar (Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab) 2. Macam

a. Sumbatan Jalan Nafas Total

LI RITA LBM 1Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 10 menit dapat mengakibatkan asfiksi ( kombinasi antara hipoksemia dan hipercarbi), henti nafas dan henti jantung. b. Sumbatan jalan Nafas partial Bila tidak dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak, sembab paru, kepayahan henti nafas dan henti jantung sekunder. (Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP) Obstruksi yg trjdi dibagi menjadi 3 yaitu : a. Obstruksi total Terjadi perubahan yg akut berupa hipoksemia yg menyebabkan terjadinya kegagalan pernafasan secara cepat. Sementara kegagalan pernafasan sendiri menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi kardiovaskuler dan menyebabkan pula terjadinya kegagalan SSP dimana penderita kehilangan kesadaran secara cepat diikuti dengan kelemahan motorik bahkan mungkin pula terdapat renjatan (seizure0. Kegagalan fungsi ginjal mengikuti kegagalan fungsi darah dimana terdapat hipoksemia, hiperkapnia, dan lambat laun terjadi asidosis respiratorik dan metabolik b. Fenomena Check Valve yaitu udara dapat masuk, tetapi tdk keluar. keadaan ini menyebabkan terjadinya empisema paru, bahkan dapat terjadi empisema mediastinum atau empisema subkutan c. Udara dapat keluar masuk walaupun terjadi penyempitan saluran nafas dari 3 bentuk keadaan ini, Obstruksi total adalah keadaan yg terberat dan memerlukan tindakan yg cepat. dalam keadaan PCO2 tinggi dgn kecepatan pernafasan 30/menit dlm usaha kompensasi maksimal. Di atas keadaan ini, pasien tidak dapat mentoleransi. Bila

LI RITA LBM 1terjadi hipoksemia, menandakan fase permulaan terjadinya kegagalan pernafasan. (Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab) 3. Tanda dan Gejala

Benda Asing di Laring Stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dengan otototot tambahan, dapat pula terjadi sianosis Benda Asing di Trakhea Lebih berbahaya daripada didalam bronkhus karena dapat menimbulkan asfiksia. terdengar stridor dan akhirnya trjdi sianosis yg disertai dgn edema Benda Asing di Bronkhus Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar Benda Asing di Trankeobronkial Pasien mengalami batuk yg hebat dan bersin-bersin selama beberapa menit. Batuk ini diikuti wheezing (mengi) dan ila tdk terdapat riwayat asma, maka hal ini harus dicurigai sbg benda asing, terutama bila wheezing (mengi) terdapat di unilateral. Berdasarkan tingkat obstruksi yg trjdi pda saluran nafas dibagi mnjdi 3 bagian, yaitu : a. Dimana obstruksi yg tjd dpt menganggu ventilasi, maka hanya ditemukan wheezing tanpa ditemukan gangguan pada parenkim paru b. Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve phenomen atau empisema paru c. Bila terjadi obstuksi total, maka akan terjadi atelektasis (Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)

LI RITA LBM 14. a. Radiologi Berdasarkan pemeriksaan ini bayangan radiologi yg trjdi dpt disebabkan oleh : Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yg trjdi adalah disebabkan oleh benda asing itu sendiri Bila bayangan yg terjadi disebabkan oleh karena komplikasi, misalnya atelektasis dan empisema maka akan tergantung kepada tipe obstruksi yg terjadi. b. Pemeriksaan faal paru Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru, dan ini bergantung kepada lokasi obstruksi yg terjadi. Bila obstrkusi terjadi didaerah laringotrakheal, maka akan terjadi penggunaan dari kecepatan aliran ( flow rate). Bila obstruksi terjadi di suprasternal notch, sedangkan bila trjdi dibawah suprasternal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspresi. berapa jauh obstruksi terjadi, ditentukan pula oleh hasil penilaian FEVt. Makin distal obstruksi, makin besar pula pengaruh nilai FEVt. Sedangkan FEV1 akan lebih kecil pengaruhnya pada obstruksi yg bersifat proksimal. c. Pemeriksaan analisis gas. Pada fase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCO2 . Kecepatan pernafasan yg 30 kali/menit masih dapat mengkompensasi sehingga tdk terjadi hipoksemia. Akan tetapi pada penyumbatan yg sifatnya proksimal, total perburukan gas dan pH darah terjadi secara cepat. (Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab) 5. Penatalaksanaan PP

Bila dicurigai ada benda asing dijalan nafas atas, mulut harus dibuka dgn paksa dan mengeluarkan benda asing tersebut.

LI RITA LBM 1Ada 3 cara untuk membuka mulut dengan paksa : a. Gerakan jari menyilang (untuk mandibula yg agak lemas) Penolong pada verteks atau samping kepala penderita. Jari telunjuk penolong dimasukkan kedalam sudut mulut penderita dan tekankan jari tersebut pada gigi geligi atasnya. Kemudian tekanlah gigi geligi bawah dengan ibu jari yg menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara paksa membuka. b. Gerak jari dibelakang gigi geligi (untuk mandibula yg kaku) Masukkan satu jari telunjuk diantara pipi dan gigi geligi penderita dan ganjalkan ujung jari telunjuk tadi dibelakang molar terakhir, c. Gerak angkat mandibula lidah (untuk mandibula yg sangat lemas) Ibu jari penolong dimasukkan ke dalam mulut dan faring penderita dan dgn ujung ibu jari penolong dasar lidah diangkat. jari-jari yg lain memegang mandibula tadi pada dagu dan mengangkatnya ke depan (Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP) MANUVER HEIMLICH

LI RITA LBM 1

LI RITA LBM 1

LI RITA LBM 1

LI RITA LBM 1

Perasat Heimlich A. Pasien Masih dapat Berdiri Penolong berdiri dibelakang pasien yang sedikit membungkuk. Kepalan tangan kiri penolong diletakkan di epigastrium (bawah processus xiphoideus). Tangan kanan penolong diletakkan diatas kepalan tangan kiri, kemudian kedua tangan menekan perut-dada ke belakang dan keatas. Dengan demikian udara dalam paru akan terdorong ke atas (keluar melalui mulut) sambil mendorng benda asing ke luar faring B. Pasien Duduk Penolong berdiri / jongkok dibelakang kursi dengan kepalan tangan diletakkan seperti pada cara menolong pasien yg masih dapat berdiri

LI RITA LBM 1C. Pasien Terbaring Penolong jongkok dgn dengkul dikiri dan kanan pasien. Kepalan tangan kiri diletakkan dibawah processus xiphoideus dan tangan kanan diatasnya. Tekan paru dengan menekan ke bawah-atas sehingga udara dalam paru mendorong benda asing ke luar dari laring. Kepala pasien harus lurus ke depan, supaya benda asing yg keluar tdk tertahan tenggorok. ( Sumber : Buku panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FK UI) benda yg masuk ke trakheobronkhial kecil, digunakan bronkoskop fiberoptik. Bila benda asing telah menyebabkan infeksi disekitar bronkhus , maka perdarahan yg disebabkan oleh pengangkatan benda asing dgn bronkoskop fiberoptik tdk dapat mengatasi perdarahan yg masif ini. Kadang-kadang diperlukan pula penggunaan balon Forgatry dan dengan suction (pengisap) benda asing ini diangkat. Kadangkadang pecahan benda asing yg kecil dapat keluar melalui lavase bronkhus, karena sulit sdicapai dengan fosep melalui bronkoskopi , terutama bila pecahan benda ini kecil dan banyak. Apabila benda asing ini tidak dapat diangkat dgn bronkosko, maka perlu dipertimbangkan utk melakukan ekstraksi melalui torakotomi, terutama bila benda asing ini besar dan telah menempel akibat infeksi, yg mpy resiko trjdinya perdarahan dan penyumbatan dari infeksi, yg dpt tjd oleh karena tindakan bronkoskopi tersebut. Benda asing dapat menimbulkan infeksi pada bagian distal sumbatan dan dapat menimbulkan sepsis. (Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab) 6. 1. Henti napas a. Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dan korban/pasien. Komplikasi

LI RITA LBM 1b. Henti nafas, merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan; i. Tenggelam ii. Stroke iii. Obstruksi jalan napas iv. Epiglotitis v. Overdosis obat-obatan. vi. Tersengat listrik vii. Infark miokard viii. Tersambar petir ix. Koma akibat berbagai macam kasus. c. Pada awal henti napat oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung. 2. Henti jantung a. Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital akan kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terhadinya henti jantung. Ditandai : a. tidak sadar, detak jantung b. tidak teraba denyut nadi arteri besar c. henti nafas atau gasping d. pupil melebar e. death like appearance (pucat, sianotik) f. gambaran EKG dapat berupa i. Fibrilasi ventrikel ii. Asistol. :

LI RITA LBM 1iii. Dissosiasi Bektromekanik b. Bantuan Hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat yang bertujuan : i. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi. ii. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas malalui Resusitasi Jantung Paru (RJP) c. Resusitasi jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu i. Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang ii. Survei sekunder (Secondary survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan para medis terlatih dan merupkan lanjutan dari survey primer. SURVEI PRIMER Difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta defibrilasi. Tindakan survey primer meliputi : A airway (jalan nafas) B breathing (bantuan nafas) C circulation (bantuan sirkulasi) D defbrilation (terapi listrik) Diagnosis henti jantung 1. penderita tidak sadar 2. penderita kelihatan telah meninggal a. sikap b. warna kulit 3. tidak ada pernapasan 4. tidak ada denyut nadi di arteri besar.

LI RITA LBM 1 Sewaktu melakukan kempaan toraks untuk masase jantung mungkin terjadi penyulit yang tidak daipat dihindari. Penyulit yang berupa patah tulang iga atau sternum dan cedera pleura, hati, dan jantung terutama ditemukan pada orang tua.

Jangan berikan tekanan pada lambung Jika terdapat distensi tamburig saat ditaktikan pernapasan buatan, sebab dapat terjadi alir balik cairan atau isi lambung ke faring yang biasa diaspirasi kejalan napas Kempaan toraks tidak mungkin jika alas tidur tidak keras

Gambar Letak tangan di toraks ketika melakukan kempaan toraks untuk masase jantung. Pangkal tangan diletakkan pada sepertiga kaudal tulang sternum.

Gambar: Kempaan toraks Dilakukan kempaan seluruh toraks sedalam 4-5 cm, kempaan maksimal akan menghasilkan 40% sirkulasi nomal dalam keadaan istirahat.

LI RITA LBM 1

A. Jika ada dua penyelamat: Buka jalan napas. Insuflasi dilakukan oleh penyelamat pertama, sedangkan masase jantung (sirkulasi) dilakukan oleh orang kedua, berturut-turut dilakukan lima kempaan toraks dan satu insuflasi paru dengun irama kempaan 60-80/menit. B. Jika hanya ada satu penyelamat dilakukan berturut-turut 10 kempaan dan dua insuflasi. Irama kempaan 60-80/meuit dan insuflasi dalam waktu 3 detik,