LI LBM 6 GIT 74CK

download LI LBM 6 GIT 74CK

of 15

Transcript of LI LBM 6 GIT 74CK

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    1/15

    1. Anatomy of anorectal!

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    2/15

    2. Why the patient having bleeding during defecation?Dlm Skenario : BAB berdarah sudah sejak 5 tahun yang lalu, menandakan adanya

    suatu proses kronis. Dan ditambah pasien tidak suka makan sayur, padahal

    sayuran dan buah buahan mengandung selulosa dapat mencegah terjadinya

    kanker kolon melalui berbagai macam cara. Mekanisme selulosa sebagai

    antikanker juga disebabkan oleh peranannya dalam memperpendek waktu

    transit bolus di kolon dan meningkatkan pembentukan feses, sehingga akan

    menurunkan waktu kontak bahan karsinogen dengan mukosa kolon.

    Jadi apabila penderita tidak suka makan sayur maka bahan karsinogen gampang

    masuk dan bisa menimbulkan massa pada colon serta menimbulkan karsinoma,

    Karsinoma (colon transversum batas flexura lienalis, colon descenden, sigmoid

    dan rectum) tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkin-ring. Pada

    permulaan, tumor tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian tumbuhberbentuk plak melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian tengah

    mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir dan

    darah sehingga didapatkan BAB yang berdarah.

    www.usu.ac.id

    Kovarik J, Svoboda VH, Higgins B. Conservative treatment of anorectal tumors.

    Strahlenther Onkol 1998; 174:

    403-407

    3. Why the bleeding cured without the use of medication?4. Why does the patient had decreased appetite and weight loss?

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    3/15

    Hal tersebut dipengaruhi juga oleh proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh

    pasien tersebut akibat adanya suatu massa, pada inflamasi di produksi TNF (

    Tumor Necrosis Factor ) yaitu sitokin untuk menghambat pertumbuhan tumor

    dan menghancurkan sel sel tumor. Di lain pihak, TNF menyebabkan anoreksia

    yang hebat melalui efeknya pada pusat nafsu makan di hipotalamus. TNFmenimbulkan hambatan pengosongan di lambung sehingga menimbulkan

    perasaan kenyang. Di samping itu TNF menghambat kerja enzim lipoprotein

    lipase, yaitu enzim yang memindahkan lemak dalam serum ke sel sel lemak

    sehingga lemak disintesis dan di simpan. Dengan adanya TNF, cadangan lemak

    dalam jaringan menjadi sangat menipis sehingga penderita tampak kurus. Karena

    walaupun asupan nutrisi berkurang, tumor yang berkembang biak menyebabkan

    terjadinya peningkatan metabolisme.Selain itu TNF dalam jumlah besar dapat

    menyebabkan gangguan metabolisme berat seperti gula darah turun sampai

    kadar yang tidak memungkinkan untuk hidup. Hal ini disebabkan karenapenggunaan yang berlebihan glukosa oleh otot dan hati dan gagal untuk

    manggantikannya.

    Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Survei kesehatan rumah

    tangga (SKRT) tahun 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.

    5. Why the patient has a diarrhea with constipation?6. The difference symptom between mass in colon ascenden and colon

    descenden!

    Intestinal Obstruction oleh dr. H. ACHMAD FUADI, SpB-KBD, MKes

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    4/15

    7. Defecation process?

    8. Mechanism of diarrhea, constipation and bleeding during defecation?

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    5/15

    Berhubungan dengan adanya massa pada daerah colon akibat paparan bahan

    karsinogen yang tidak bias ditolerin karena kurangnya asupan dari sayuran dan

    buah- buahan yang mengandung selulosa, massa yang tumbuh berbentuk cincin

    menimbulkan napkin-ring. Pada permulaan, tumor tampak seperti massa

    berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak melingkar yang menimbulkanobstipasi. Kemudian bagian tengah mengalami ulserasi yang menimbulkan

    simtom diare, tinja campur lendir dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip

    dengan sindrom disentri.

    Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon ascenden, transversum

    sampai batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid.

    Pada permulaan, massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri.

    Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi

    dengan simtom habit bowel: sakit di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit,

    sering berkaitan dengan makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadang-kadang disertai diare ringan. Berat badan semakin menurun dan anemia karena

    adanya perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi, mungkin karena

    volum colon kanan lebih besar. Suatu saat dapat dipalpasi massa tumor di rongga

    abdomen sebelah kanan.

    Karsinoma usus besar kiri (colon transversum batas flexura lienalis, colon

    descenden, sigmoid dan rectum) tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkin-

    ring. Pada permulaan, tumor tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian

    tumbuh berbentuk plak melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian

    bagian tengah mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur

    lendir dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.

    www.usu.ac.id

    Kovarik J, Svoboda VH, Higgins B. Conservative treatment of anorectal tumors.

    Strahlenther Onkol 1998; 174:

    403-407

    9. Whats the relation he doesnt like vegetables and the symptom?Selulosa sebagai salah satu serat polisakarida bagian dari dinding sel tanaman

    terutama ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, sereal dan padipadian.

    Konsumsi selulosa sering dikaitkan dengan rendahnya prevalensi kanker kolon.

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa efek preventif selulosa terhadap

    karsinogenesis lebih besar bila dibandingkan dengan efek kuratifnya. Selulosa

    digolongkan sebagai serat yang tidak larut dalam air, sehingga bila dikonsumsi

    manusia tidak akan tercerna dengan baik. Di dalam usus besar, serat ini akan

    difermentasi oleh bakteri anaerob menghasilkan asam lemak rantai pendek

    seperti asam butirat, asam asetat, dan asam propionat.

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    6/15

    Selulosa dapat mencegah terjadinya kanker kolon melalui berbagai macam cara.

    Konsumsi selulosa terbukti memperhalus jalannya bolus di saluran cerna. Selain

    itu, mekanisme selulosa sebagai antikanker juga disebabkan oleh peranannya

    dalam memperpendek waktu transit bolus di kolon dan meningkatkan

    pembentukan feses, sehingga akan menurunkan waktu kontak bahan karsinogendengan mukosa kolon.

    www.usu.ac.id

    Kovarik J, Svoboda VH, Higgins B. Conservative treatment of anorectal tumors.

    Strahlenther Onkol 1998; 174:

    403-407

    10.Why in the physical examination showed anemia symptom?Pada Stadium lanjut mukosa berbenjol karena jaringan granulasi diselingi mukosa

    yang normal (cobble stone appearance) pada dasar ulkus karena rusaknyajaringan dan pembuluh darah dan disertai proliferasi kapiler dan miofibroblast.

    Patologi, EGC

    11.Why in the rectal toucher examination showed swelling and fragile anoperinealmucosa?

    Pada Stadium lanjut mukosa berbenjol karena jaringan granulasi diselingi mukosa

    yang normal (cobble stone appearance) pada dasar ulkus karena rusaknya

    jaringan dan pembuluh darah dan disertai proliferasi kapiler dan miofibroblast.

    Patologi, EGC

    12.DD?Ca Colon

    DEFINISI

    Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masaabnormal/neoplasma

    yang muncul dari jaringan epithelial daricolon (Brooker, 2001 : 72).

    Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kankeryang ganas di dalam

    permukaan usus besar atau rektum (Boyle& Langman, 2000 : 805).

    Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganasyang tumbuh pada

    kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya(Tambayong, 2000 : 143).

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    7/15

    Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulanbahwa kanker kolon

    adalah suatu pertumbuhan tumor yangbersifat ganas dan merusak sel DNA dan

    jaringan sehat disekitarkolon (usus besar).

    EPIDEMIOLOGI

    2.4.1. Distribusi dan Frekuensia. Orang

    Sekitar 75% dari kanker colorectal terjadi pada orang yang tidak memiliki faktor

    risiko tertentu. Sisanya sebesar 25% kasus terjadi pada orang dengan faktor-

    faktor risiko yang umum, sejarah keluarga atau pernah menderita kanker

    colorectal atau polip, terjadi sekitar 15-20% dari semua kasus. Faktor-faktor risiko

    penting lainnya adalah kecenderungan genetik tertentu, seperti Hereditary

    Nonpolyposis Colorectal Cancer (HNPCC; 4-7% dari semua kasus) dan Familial

    Adenomatosa Polyposis (FAP, 1%) serta Inflammatory Bowel Disease (IBD; 1%

    dari semua kasus).b. Tempat dan Waktu

    Kanker colorectal merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Berdasarkan

    laporan World Cancer Report WHO, diperkirakan 944.717 kasus ditemukan di

    seluruh dunia pada tahun 2000. Insiden yang tinggi pada kasus kanker colorectal

    ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Jepang, negara bagian Eropa, New

    Universitas Sumatera Utara

    Zealand, Israel, dan Australia, sedangkan insiden yang rendah itu ditemukan di

    Aljazair dan India. Sebagian besar kanker colorectal terjadi di negara-negara

    industri. Insiden kanker colorectal mulai mengalami kenaikan di beberapa negara

    seperti di Jepang, Cina (Shanghai) dan di beberapa negara Eropa Timur.8

    Menurut American Cancer Society pada tahun 2008 di Amerika Serikat

    diperkirakan sekitar 148.810 orang didiagnosis menderita kanker colorectal dan

    49.960 mengalami kematian dengan CFR 33,57%.

    Eropa, sebagai salah satu negara maju memiliki angka kesakitan kanker colorectal

    yang tinggi. Pada tahun 2004, terdapat 2.886.800 kasus dan 1.711.000 kematian

    karena kanker dengan CFR 59,27%, kanker colorectal menduduki peringkat kedua

    pada angka insiden dan mortalitas.

    Insidens kanker colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka

    kematiannya. Pada tahun 2002 kanker colorectal menduduki peringkat kedua

    pada kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker

    colorectal menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker. Pada

    kebanyakan kasus kanker, terdapat variasi geografik pada insidens yang

    ditemukan, yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan

    penduduk, terutama antara negara maju dan berkembang.

    ETIOLOGI

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    8/15

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    9/15

    DUKES TNM DERAJAT DESKRIPSI HISTOPATOLOGIS

    A. T1NOMO 1 Kanker terbatas pd mukosa atua submukosa

    B1 T2NOMO 1 Kanker mencapai muscularis mukosa

    B2 T3N0M0 2 Kanker cenderung masuk ke lapisan serosaC TXN1M0 3 Tumor menjalar ke KGB Regional

    D TXNXM1 4 Metastasis ke organ lain

    Tumor (T) : mengacu pada tumor primer.

    N (Nodes) : merupakan keterlibatan kelenjar getah bening regional dan dapat

    juga peringkat 0-4.

    Metastasis : diwakili oleh huruf M; 0 jika tidak terjadi metastasis; 1 jika terjadi

    metastasis.

    Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

    Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

    Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

    Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

    KLASIFIKASI

    Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalahsebagai berikut (FKUI,

    2001 : 209) :

    A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum adametastasis.

    B1: kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

    B2:kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisanpropria.

    C1: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getahbening sebanyak satu

    sampai empat buah.

    C2:kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getahbening lebih dari 5

    buah.

    D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahaplanjut dan penyebaran

    yang luas & tidak dapat dioperasilagi

    PATOGENESIS

    Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus

    besar sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan

    (caecum, colon ascenden, transversum sampai batas flexura lienalis), tumor

    cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid. Pada permulaan, massa tumor

    berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh

    progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi dengan simtom habit bowel: sakit

    di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan dengan

    makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadang-kadang disertai diare

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    10/15

    ringan. Berat badan semakin menurun dan anemia karena adanya perdarahan

    kecil tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi, mungkin karena volum colon kanan

    lebih besar. Suatu saat dapat dipalpasi massa tumor di rongga abdomen sebelah

    kanan.

    Karsinoma usus besar kiri (colon transversum batas flexura lienalis, colondescenden, sigmoid dan rectum) tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkin-

    ring. Pada permulaan, tumor tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian

    tumbuh berbentuk plak melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian

    bagian tengah mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur

    lendir dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.

    PATOFISIOLOGIS

    Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian

    (Sthrock, 1991):

    26 % pada caecum dan ascending colon 10 % pada transfersum colon

    15 % pada desending colon

    20 % pada sigmoid colon

    30 % pada rectum

    Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon

    kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun

    (Sthrock).

    Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya

    tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan

    dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.

    Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di

    perut,mencapai serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada

    organ yang ada disekitarnya, kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar

    atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung

    masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui

    limpa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak

    menuju liver.

    Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.

    Tempat metastase yang lain termasuk :

    Kelenjar Adrenalin

    Ginjal

    Kulit

    Tulang

    Otak

    Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan

    sistem sirkulasi tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    11/15

    sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor

    dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

    PENEGAKAN DIAGNOSIS

    a.1. Anamnesis yang teliti

    Meliputi perubahan pola kebiasaan defekasi, baik berupa diare ataupunkonstipasi (change of bowel habit), perdarahan per anum (darah segar),

    penurunan berat badan, faktor predisposisi (risk factor), riwayat kanker dalam

    keluarga, riwayat polip usus, riwayat colitis ulserosa, riwayat kanker

    payudara/ovarium, uretero sigmoidostomi, serta kebiasaan makan (rendah serat,

    banyak lemak).

    a.2. Pemeriksaan Fisik

    Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya perubahan pola buang air

    besar (change of bowel habits), bisa diare bisa juga obstipasi. Semakin distal letak

    tumor semakin jelas gejala yang ditimbulkan karena semakin ke distal fesessemakin keras dan sulit dikeluarkan akibat lumen yang menyempit, bahkan bisa

    disertai nyeri dan perdarahan, bisa jelas atau samar. Warna perdarahan sangat

    bervariasi, merah terang, purple, mahogany, dan kadang kala merah kehitaman.

    Makin ke distal letak tumor warna merah makin pudar. Perdarahan sering

    disertai dengan lendir, kombinasi keduanya harus dicurigai adanya proses

    patologis pada colorectal. Selain itu, pemeriksaan fisik lainnya yaitu adanya

    massa yang teraba pada fossa iliaca dextra dan secara perlahan makin lama

    makin membesar. Penurunan berat badan sering terjadi pada fase lanjut, dan 5%

    kasus sudah metastasis jauh ke hepar a.3. Pemeriksaan laboratorium

    Meliputi pemeriksaan tinja apakah ada darah secara makroskopis/mikroskopis

    atau ada darah samar (occult blood) serta pemeriksaan CEA (carcino embryonic

    antigen). Kadar yang dianggap normal adalah 2,5-5 ngr/ml. Kadar CEA dapat

    meninggi pada tumor epitelial dan mesenkimal, emfisema paru, sirhosis hepatis,

    hepatitis, perlemakan hati, pankreatitis, colitis ulserosa, penyakit crohn, tukak

    peptik, serta pada orang sehat yang merokok. Peranan penting dari CEA adalah

    bila diagnosis karsinoma colorectal sudah ditegakkan dan ternyata CEA meninggi

    yang kemudian menurun setelah operasi maka CEA penting untuk tindak lanjut.

    a.4. Double-contrast barium enema (DCBE)

    Pemeriksaan dengan barium enema dapat dilakukan dengan Single contras

    procedure (barium saja) atau Double contras procedure (udara dan barium).

    Kombinasi udara dan barium menghasilkan visualisasi mukosa yang lebih detail.

    Akan tetapi barium enema hanya bisa mendeteksi lesi yang signifikan (lebih dari

    1 cm).42 DCBE memiliki spesifisitas untuk adenoma yang besar 96% dengan nilai

    prediksi negatif 98%. Metode ini kurang efektif untuk mendeteksi polips di

    rectosigmoid-colon. Angka kejadian perforasi pada DCBE 1/25.000 sedangkan

    pada Single Contras Barium Enema (SCBE) 1/10.000.43

    a.5. Flexible Sigmoidoscopy

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    12/15

    Flexible Sigmoidoscopy (FS) merupakan bagian dari endoskopi yang dapat

    dilakukan pada rectum dan bagian bawah dari colon sampai jarak 60 cm

    (sigmoid) tanpa dilakukan sedasi. Prosedur ini sekaligus dapat melakukan biopsi.

    Hasilnya terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat karsinoma colorectal

    hingga 60%-80% dan memiliki sensistivitas yang hampir sama dengancolonoscopy 60%-70% untuk mendeteksi karsinoma colorectal. Walaupun jarang,

    FS juga mengandung resiko terjadinya perforasi 1/20.000 pemeriksaan.42,44

    Intepretasi hasil biopsi dapat menentukan apakah jaringan normal,

    prekarsinoma, atau jaringan karsinoma. American Cancer Society (ACS)

    merekomendasikan untuk dilakukan colonoscopy apabila ditemukan jaringan

    adenoma pada pemeriksaan FS. Sedangkan hasil yang negatif pada pemeriksaan

    FS, dilakukan pemeriksaan ulang setelah 5 tahun.44

    a.6. Endoscopy dan biopsi

    Endoscopy dapat dikerjakan dengan rigid endoscope untuk kelainan-kelainansampai 25 cm 30 cm, dengan fibrescope untuk semua kelainan dari rectum

    sampai caecum. Biopsi diperlukan untuk menentukan secara patologis anatomis

    jenis tumor.39

    a.7. Colonoscopy

    Colonoscopy adalah prosedur dengan menggunakan tabung fleksibel yang

    panjang dengan tujuan memeriksa seluruh bagian rectum dan usus besar.

    Colonoscopy umumnya dianggap lebih akurat daripada barium enema, terutama

    dalam mendeteksi polip kecil. Jika ditemukan polip pada usus besar, maka

    biasanya diangkat dengan menggunakan colonoscope dan dikirim ke ahli patologi

    untuk kemudian diperiksa jenis kankernya.38

    Tingkat sensitivitas colonoscopy dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau polip

    colorectal adalah 95%. Namun tingkat kualitas dan kesempurnaan prosedur

    pemeriksaannya sangat tergantung pada persiapan colon, sedasi, dan

    kompetensi

    operator. Colonoskopi memiliki resiko dan komplikasi yang lebih besar

    dibandingkan FS. Angka kejadian perforasi pada skrining karsinoma colorectal

    antara 3-61/10.000 pemeriksaan, dan angka kejadian perdarahan sebesar 2-

    3/1.000 pemeriksaan.

    a.8. Colok dubur

    Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap penderita dengan tujuan untuk

    menentukan keutuhan spinkter ani, ukuran dan derajat fiksasi tumor pada

    rectum 1/3 tengah dan distal. Pada pemeriksaan colok dubur yang harus dinilai

    adalah pertama, keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rectum. Kedua,

    mobilitas tumor untuk mengetahui prospek terapi pembedahan. Ketiga, ekstensi

    penjalaran yang diukur dari ukuran tumor dan karakteristik pertumbuhan primer,

    mobilitas atau fiksasi lesi.

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    13/15

    PENATALAKSANAAN dan terapi serta alasannya

    b.1. Kemoprevensi

    Obat Antiinflamatori Nonsteroid (OAIN) termasuk aspirin dianggap berhubungan

    dengan penurunan mortalitas kanker colorectal. Beberapa OAIN seperti sulindac

    dan celecoxib telah terbukti secara efektif menurunkan insidens berulangnyaadenoma pada pasien dengan FAP (Familial Adenomatous Polyposis). Data

    epidemiologi menunjukkan adanya penurunan risiko kanker dikalangan pemakai

    OAIN namun bukti yang mendukung manfaat pemberian aspirin dan OAIN

    lainnya untuk mencegah kanker colorectal sporadik masih lemah.

    b.2. Pembedahan

    Tindakan yang paling sering dilakukan adalah hemikolektomi kanan, kolektomi

    transversal, hemikolektomi kiri atau reseksi anterior, dan reseksi

    abdominoperineal. Pembedahan sangat berhasil bila dilakukan pada pasien yang

    tidak mengalami metastasis. Pemeriksaan tindak lanjut dengan antigenembrionik adalah penanda yang sensitif untuk rekurensi tumor yang tidak

    terdeteksi. Daya tahan hidup 5 tahun adalah sekitar 50%.

    Indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor di caecum, colon ascenden, colon

    transversum, tetapi lesi di fleksura lienalis dan colon descenden di atasi dengan

    hemikolektomi kiri. Tumor di sigmoid dan rectum proksimal dapat diangkat

    dengan tindakan LAR (Low Anterior Resection). Angka mortalitas akibat operasi

    sekitar 5% tetapi bila operasi dikerjakan secara emergensi maka angka mortalitas

    menjadi lebih tinggi. Reseksi terhadap metastasis di hati dapat memberikan hasil

    25-35% rata-rata masa bebas tumor (disease free survival rate).

    b.3. Radiasi

    Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rectum. Sementara itu,

    radiasi pasca bedah diberikan jika sel karsinoma telah menembus tunika

    muscularis propria, ada metastasis ke kelenjar limfe regional, atau apabila masih

    ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal akan tetapi belum ada metastasis

    jauh.

    b.4. Kemoterapi

    Kemoterapi diberikan apabila ada metastasis ke kelenjar regional (Dukes C),

    tumor telah menembus muskularis propria (Dukes B), atau tumor setelah

    dioperasi kemudian residif kembali.

    Kemoterapi yang biasa diberikan pada penderita kanker colorectal adalah

    kemoterapi ajuvan. Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan

    mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan dimaksudkan untuk menurunkan

    tingkat rekurensi kanker colorectal setelah operasi. Pasien Dukes A jarang

    mengalami rekurensi sehingga tidak perlu terapi ajuvan. Pasien kanker colorectal

    Dukes C yang mendapat levamisol dan 5 FU secara signifikan meningkatkan

    harapan hidup dan masa interval bebas tumor (disease free interval). Kemoterapi

    ajuvan tidak berpengaruh pada kanker colorectal Dukes B.

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    14/15

    KOMPLIKASI

    Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi

    tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :

    - Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis

    - Pembentukan abses- Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina

    Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan

    pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur

    membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor

    melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya (

    Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut

    tertutupi oleh kanker.

    PENATALAKSANAAN

    Pembedahan

    Tindakan ini dibagi menjadi Curative, Palliative, Bypass, Fecal diversion, dan

    Open-and-close.Bedah Curative dikerjakan apabila tumor ditemukan pada

    daerah yang terlokalisir. Intinya adalah membuang bagian yang terkena tumor

    dan sekelilingnya. Pada keadaan ini mungkin diperlukan suatu tindakan yang

    disebut TME (Total Mesorectal Excision), yaitu suatu tindakan yang membuang

    usus dalam jumlah yang signifikan. Akibatnya kedua ujung usus yang tersisa

    harus dijahit kembali. Biasanya pada keadaan ini diperlukan suatu kantong

    kolostomi, sehingga kotoran yang melalui usus besar dapat dibuang melalui jalur

    lain. Pilihan ini bukanlah suatu pilihan yang enak akan tetapi merupakan langkah

    yang diperlukan untuk tetap hidup, mengingat pasien tidak mungkin tidak makan

    sehingga usus juga tidak mungkin tidak terisi makanan / kotoran; sementara ada

    bagian yang sedang memerlukan penyembuhan. Apa dan bagaimana kelanjutan

    dari kolostomi ini adalah kondisional dan individual, tiap pasien memiliki keadaan

    yang berbeda-beda sehingga penanganannya tidak sama.

    Bedah paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak,

    dengan tujuan membuang tumor primernya untuk menghindari kematian

    penderita akibat ulah tumor primer tersebut. Terkadang tindakan ini ditunjang

    kemoterapi dapat menyelamatkan jiwa. Bila penyebaran tumor mengenai organ-

    organ vital maka pembedahan pun secara teknis menjadi sulit, sehingga dokter

    mungkin memilih teknik bedah bypass atau fecal diversion (pengalihan tinja)

    melalui lubang. Pilihan terakhir pada kondisi terburuk adalah open-and-close, di

    mana dokter membuka daerah operasinya, kemudian secara de facto melihat

    keadaan sudah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dilakukan apa-apa lagi

    atau tindakan yang akan dilakukan tidak memberikan manfaat bagi keadaan

    pasien, kemudian di tutup kembali. Tindakan ini sepertinya sudah tidak pernah

    dilakukan lagi mengingat sekarang sudah banyak tersedia laparoskopi dan

  • 7/28/2019 LI LBM 6 GIT 74CK

    15/15

    radiografi canggih untuk mendeteksi keberadaan dan kondisi kanker jauh

    sebelum diperlukan operasi.

    Terapi Non Bedah

    Kemoterapi dilakukan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi terjadinya

    metastasis (penyebaran), perkembangan sel tumor, mengecilkan ukurannya,atau memperlambat pertumbuhannya. Radioterapi jarang digunakan untuk

    kanker kolon karena memiliki efek samping dan sulit untuk ditembakkan ke

    bagian yang spesifik pada kolon. Radioterapi lebih sering pada kanker rektal saja.

    Imunoterapi sedang dikembangkan sebagai terapi tambahan untuk kanker

    kolorektal. Terapi lain yang telah diujicoba dan memberikan hasil yang sangat

    menjanjikan adalah terapi Vaksin. Ditemukan pada November 2006 lalu sebuah

    vaksin bermerek TroVax yang terbukti secara efektif mengatasi berbagai macam

    kanker. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun penderita

    untuk melawan penyakitnya. Fase ujicobanya saat ini sedang ditujukan bagikanker ginjal dan direncanakan untuk kanker kolon. Terapi lainnya adalah

    pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi metastasisnya(penyebaran

    tumornya).

    Nah selain dari terapi non bedah di atas, yang juga tak kalah pentingnya adalah

    Terapi Suportif. Diagnosis kanker sangat sering menimbulkan pengaruh yang

    sangat besar pada kejiwaan penderitanya. Karenanya dorongan dari rumah sakit,

    dokter, suami/istri, kerabat, keluarga, social support group sangat penting bagi

    penderitanya.

    www.usu.ac.id

    Kovarik J, Svoboda VH, Higgins B. Conservative treatment of anorectal tumors.

    Strahlenther Onkol 1998; 174