LI Gabungan Skenario B Blok 12

download LI Gabungan Skenario B Blok 12

of 37

Transcript of LI Gabungan Skenario B Blok 12

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    1/37

    1. Hipertermia Maligna1.1 Defnisi

    Hipertermia maligna merupakan nama yang diberikan

    berdasarkan beberapa reaksi yang terjadi pada saat

    dilakukannya anestesi umum pada tahun 1960. Monitoring saat

    berlangsungnya anestesia umum pada saat itu hanya

    berdasarkan pengawasan gejala klinis dan tanda tanda fsik

    tanpa disertai peralatan yang memadai. Gejala klinis utama yang

    terjadi yaitu adanya peningkatan suhu tubuh yang nyata yang

    berakibat kematian (Hopkins !000". Merupakan sindrom klinik

    yang jarang terjadi tetapi merupakan salah satu penyebab

    terjadinya kematian dikamar operasi biasanya diakibatkan

    penggunaan agen anestesi suksinilkoline se#o$uran des$uran

    iso$uran dan halotan. %iketahui se#o$uran merupakan agen

    inhalasi paling ke&il dalam memi&u kejadian hipertermi maligna

    ('hu &hia hsu !00".

    Hipertermia maligna merupakan penyebab kematian

    tersering saat kondisi anesthesia dengan insiden satu dari 000

    atau )0.000. *nsiden meningkat jika relaksan otot yang bersi+at

    depolarisator dikombinasi dengan inhalasi gas #olatil. ,ejadian ini

    paling sering pada anak-anak dimana )0 insiden terjadi pada

    umur kurang dari 1) tahun. Gangguan regulasi kalsium otot

    merupakan patofsiologi dari sindrom hipertermia malignan ini.

    /emi&u &ontohnya adalah anesthesi menyebabkan akti#asi

    reseptor ryanodine yang berlebihan pada kanal kalsium sehingga

    pengeluaran kalsium dari retina&ulum sarkoplasma terjadiberlebihan. e-uptake kalsium pada sitoplasma juga bisa

    mengalami gangguan. /eningkatan kadar kasium di sitoplasma

    menyebabkan kontraksi otot berlebihan hipermetabolisme

    rhabdomyolisis dan demam. dministrasi segera dantrolene

    menyebabkan inhibisi pengeluaran kalsium dari retinakulum

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    2/37

    sarkoplasma sehingga bisa menurunkan angka mortalitas dari

    0 ke 10. Mutasi reseptor ryanodine pada kromosom 19213

    terjadi pada )0 keluarga dengan sindrom hipertermi malignan.

    'ejauh ini telah diidentifkasi 30 mutasi kebanyakan dari mereka

    merupakan missense dan )0 berada antara e4on 39 hingga 56.

    amun heterogenitas banyak terjadi yang paling penting

    kelainan ini disorders &arnitine palmitoyl-trans+erase def&ien&y

    dan 7rody8s myopathy. /asien dengan ke&enderungan ini harus

    melakukan diskusi lanjut dengan anetsthesist dan dokter

    bedahnya.

    Hipertermia maligna dapat terjadi pada indi#idu yang

    mendapatkan paparan pertama kali terhadap agen anestesi

    inhalasi. ,ejadian hipertermi maligna biasanya lebih sering pada

    laki laki daripada wanita (!1". 'emua as dapat terkena dan

    insiden tertinggi terjadi pada indi#idu usia muda dengan rata-

    rata usia 1:.3 tahun. ;elah diketahui bahwa anak anak dibawah

    usia dibawah 1) tahun didapatkan terjadinya kemungkinan

    hipertermi maligna sebesar )!.1 .

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    3/37

    e&eptortype 1" yang mengkodekan skeletal muscle isoform dari

    calcium release channel pada sar&oplasmi& reti&ulum dan

    CACNA1Syang mengkodekan alpha-subunit dariL-type calcium

    channel isoform pada sar&olemma (dihydropyridine re&eptor".

    /enghentian yang menyimpang dari akti#itas y1 ditemukan

    pada orang yang rentan MH. /enyandang MH sebagian terbukti

    mengalami mutasi kromosom no.192 1!.1-13.!. Mutasi ini

    menyebabkan perilaku menyimpang pada reseptor ryanodin

    (y" di dalam sel otot skeletal.Gen yr1 terdapat pada kromosom 19. Mutasi pada y1

    terjadi pada sedikitnya )0 orang dengan MH. =ebih dari 30

    mutasi dan 1 delesi dihubungkan dengan Caeine-HalothaneContracture Test (>H>;" yang positi+ clinical malignant

    hyperthermia episode atau keduanya. >H>; adalah kriteria

    standar untuk menegakkan diagnosis MH.

    1.3 Epidemiologi

    *nsiden terjadinya MH berkisar antara 1 )000 hingga

    1)0.000-100.000 kasus dewasa dan 13000-1)000 pada kasus

    pediatrik. /re#alensi kelainan ini mungkin 1 dalam 3000 ? 5000

    indi#idu mengenai semua kelompok etnik dan golongan umur

    terbanyak adalah dewasa muda dengan kekerapan !1 untuk pria

    dibandingkan wanita.

    ngka kejadian MH di *ndonesia tidak diketahui karena belum

    ada sistem pen&atatan dan pelaporan. Hal yang sama tampaknya

    terjadi juga di negara-negara sia yang lain dengan perke&ualian

    di @epang dan ;aiwan. %iketahui berbagai laporan kasus anekdotal

    tentang kejadian yang sangat di&urigai MH di *ndonesia. ,asus-

    kasus tersebut banyak di antaranya +atal terutama karena tidak

    tersedianya dantrolen di *ndonesia.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    4/37

    1.4 Patofsiologi

    MH bukan merupakan penyakit alergi terhadap Aat

    anestetik atau Aat lainnya. MH adalah kelainan genetik

    autosomal dominan. @adi MH bukan penyakit akibat anestesia.

    Meskipun tidak mengalami krisis MH penyandangnya tetaplah

    penyandang MH. utosomal dominan berarti &ukup satu

    orangtua yang menyandangnya maka kemungkinan besar anak-

    anak mereka juga menyandang MH. /enyandang MH sebagian

    terbukti mengalami mutasi kromosom no.192 1!.1-13.!. Mutasi

    ini menyebabkan perilaku menyimpang pada reseptor ryanodin

    (y" di dalam sel otot skeletal.

    /ada setiap manusia normal y BmenempelC pada

    retikulum sarkoplasmik dalam sel yang merupakan gudang

    penyimpanan terbesar >a!D intraselular. kti#asi y akan

    menyebabkan penglepasan >a!Dke sitosol. /otensial aksi akan

    mengakti#asi y BmembukaC retikulum sarkoplasmik sehingga

    memungkinkan >a!D yang tersimpan keluar ke sitoplasma.

    >a!Dinilah yang memi&u eksitasi sel dengan hasil kontraksi sel

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    5/37

    otot. @adi yang berperan besar dalam eksitasi sel adalah >a!D

    intraselular yang tersimpan di retikulum sarkoplasmik bukan

    arus masuk >a!Ddari ekstrasel ke intrasel. (,arena itu tidak ada

    gunanya memberikan obat penghambat kanal >a ketika

    serangan MH terjadi". /ada penyandang MH mekanisme di atas

    terjadi berlebihan. kti#asi y yang tidak laAim menyebabkan

    penglepasan berlebihan dan akumulasi >a!D di sitosol yang

    berakibat hiperkontraktur sel otot rangka. y yang abnormali

    ini BbertingkahC setiap kali terpajan dengan Aat pemi&unya salah

    satunya yang paling terkenal adalah anestetika #olatil. /emi&u

    lain yang juga terkenal adalah ka+ein suksinilkolin dan suatu Aat

    kimia bernama klorokresol. ,etika penyandang MH terpajan

    dengan Aat pemi&unya terjadilah reaksi ini.

    1. Mole!"ler

    Hipertermia maligna merupakan reaksi partikular obat

    yang sering digunakan saat melakukan pembedahan dan

    prosedur in#asi#e lainnya. 'pesifknya reaksi ini terjadi karena

    respon dari beberapa bentuk anastesi gas yang digunakan untuk

    memblokir sensasi rasa sakit dan merelaksasi otot yang

    dilumpuhkan selama proses pembedahan. @ika obat ini diberikan

    kepada orang yang beresiko terserang hipertermia maligna

    maka akan terjadi kekakuan otot rhabdomyolisis demam tinggi

    asidosis dan takikardi. *ndi#idu yang terkena tidak akan tahu

    mereka mengalami kelainan ini ke&uali jika mereka menjalani

    test atau terjadi reaksi yang amat parah terhadap obat-obatanastesi saat akan dilakukakannya pembedahan.

    Eariasi dari gen >>1' and F1 meningkatkan resiko

    hipertermia. Mutasi pada gen F1 bertanggung jawab untuk

    membentuk kondisi yang dikenal dengan MH'1. /ada

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    6/37

    kebanyakan kasus mutasi ini terjadi pada kerentanan

    hipertermia maligna. /ada kondisi lain MH') hasil dari mutasi

    >>1' terjadi hanya kurang dari 1 dari semua kasus

    kerentanan hipertermia maligna. Gen >>1' dan F1

    memberikan petunjuk untuk membuat protein yang memainkan

    peran penting dalam pergerakan otot rangka.

    ,ontraksi otot dilatarbelakangi oleh kondisi aliran

    bermuatan tertentu (ion" di sel otot. /rotein yang dihasilkan oleh

    gen >>1' dan F1 terlibat pada gerakan ion kalsium di

    dalam sel otot. %alam menanggapi sinyal tertentu protein

    >>1' membantu akti#asi dari F1 &hannel lalu ion kalsium

    di simpan di dalam sel otot. Hasil peningkatan konsentrasi ion

    kalsium di dalam sel otot merangsang serat-serat otot

    berkontraksi.

    Mutasi dari gen >>1' dan F1 membuat saluran F1

    mudah membuka dan menutup dan lebih lambat dalam respon

    obat-obatan tertentu. kibatnya sebagian besar ion kalsium

    dikeluarkan dari penyimpanan didalam sel otot. ,arenabanyaknya ion kalsium yang tersebar menyebabkan otot

    berkontraksi se&ara abnormal yang mengarah pada kekakuan

    otot penderita hipertermia maligna. /eningkatan ion kalsium

    dalam sel otot yang menyebabkan kontraksi abnormal pada otot

    ini juga menyebabkan suhu tubuh meningkat dan produksi asam

    berlebih (asidosis".

    7eberapa penyebab genetik dari hipertemia maligna yaituMH'! MH'5 dan MH'6 (masih dalam penelitian".

    R#R1

    =okasi sitogenetik 19213.!

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    7/37

    =okasi molekular pada kromosom 19 pasangan basa berjumlah

    3:.533.00 hingga 3:.):.)65

    CACNA1S

    =okasi sitogenetik 123!

    =okasi molekular pada kromosom 1 pasangan basa berjumlah

    !01.039.)0 hingga !01.11!.)66

    1.$ %e&ala 'linis

    'ehari-hari penyandang MH tidak berbeda sama sekali

    dengan manusia normal lain. *tulah sebabnya tidak adapenyandang MH yang didiagnosis MH sebelum terjadinya MH

    Crisis yang paling sering terjadi ketika pasien menjalani

    anestesia inhalasi. 'ebelum patofsiologi MH diketahui orang

    akan dengan mudah menyatakan kondisi ini sebagai Bkomplikasi

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    8/37

    anestesiaC walaupun pernyataan ini tidak benar. ,risis MH bukan

    komplikasi anestesia. ;erbukti kemudian ada juga dilaporkan

    kematian penyandang MH di luar kamar bedah yaitu ketika

    sedang bermain bola karena pajanan dengan panas (heat) dan

    a!ti*itas s!eletal yang tinggi merupakan salah satu yang

    dapat pula memi&u krisis MH.

    ,etika terjadi krisis MH inilah sekuens yang sebenarnya.

    Hiperkontraktur otot-otot skeletal terjadi menyeluruh. 'ebagian

    besar dimulai dari otot masseter (masseter spasm" tapi segera

    diikuti otot skeletal yang lain. /asien akan tampak kaku. Hasil

    kontraksi berlebihan ini adalah peningkatan produksi panas >!

    dan asam laktat. 'elanjutnya akan terjadi kerusakan sel otot

    skeletal dengan hasil peningkatan kreatinin kinase (>," dan

    myoglobinuria serta peningkatan kalium darah. /eningkatan

    akti#itas simpatis dapat bermani+estasi sebagai gangguan

    hiperdinamik kardio#askular (takikardiaaritmia hipertensi dsb".

    'e&ara klinis selain masseter spasm tanda yang paling dini

    dapat terdeteksi adalah peningkatan I;>!. 'edangkan panas

    yang meningkat tidak selalu langsung terdeteksi. *tulah

    sebabnya istilah yang tepat sebenarnya bukan hipertermia

    tetapi hipermetabolisme.

    Gambaran klinis se&ara ringkas meliputi kekakuan otot

    terutama otot masseter sehingga menyebabkan rhabdomyolisis

    peningkatan >! tidal takikardia dan peningkatan suhu tubuh

    yang &epat (0.)0? 1.00> tiap ) - 10 menit suhu dapat men&apai

    550>" dengan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang normal

    sehingga pemberian antipiretik tidak beman+aat.

    ;atalaksana utama adalah menurunkan suhu tubuh dengan

    &epat dan agresi+ dengan total body cooling (air esdingin lewat

    G; re&tal dan *E" segera menghentikan pemakaian obat

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    9/37

    anestesi pemberian oksigen 100 memperbaiki asidosis

    +urosemid (1 mgkg77" manitol !0 (1 gkg77"insulin de4trose

    hidrokortison %antrolone (antidote spesifk !.) mgkg77 *E dan

    kemudian tiap )-10 menit" dan mengatasi aritmia.

    1.+ DiagnosisGejala klinis krisis MH tidak sepenting diagnosisnya. /roses

    ini berlangsung sangat &epat dan tentu lebih penting

    menyelamatkan pasien daripada berpikir mengenai diagnosis

    pasti. 7aku emas (gold standard)diagnosis pasti MH hingga saat

    ini masih >H>; (Caeine-Halothane Contracture Test). >aranya

    adalah dengan memaparkan halotan dan ka+ein pada otot

    tersangka penderita MH kemudian dilihat adakah hiperkontraksi

    akibat pajanan ini. ;etapi di dunia baru ada sedikit sekali

    laboratorium yang melakukan tes ini yang sebagian besar ada di

    H>; positi+ MH semua saudara kandung dan

    orangtuanya harus diperiksa kromosomnya untuk mengetahui

    dari garis mana MH ini didapat.

    ,arena >H>; sangat terbatas saat ini mulai digalakkan

    pemeriksaan alternati+ yaitu langsung dilakukan pemeriksaan

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    10/37

    kromosom untuk melihat mutasi yang sesuai. amun dikatakan

    hanya sekitar 30 pasien yang positi+ >H>; juga terbukti

    mengalami mutasi genetik sesuai MH.

    1., Pen-egaan7ukanlah suatu hal yang praktis untuk memeriksa keadaan

    setiap orang yang dijadwalkan untuk operasi. Jalau

    bagaimanapun setiap orang seharusnya diperiksa terlebih

    dahulu sebelum operasi atau mereka harus di jauhkan dari obat-

    obatan anestesi yang dapat memi&u keadaan ini.rang-orang tersebut antara lain1. Memiliki keluarga dengan riwayat MH!. iwayat hipertermia setelah olahraga atau berakt#itas

    3. ,elainan otot yang mungkin berhubungan dengan MH@ika anda tidak memiliki riwayat keluarga dengan MH maka

    kejadian ini mungkin tidak dapat diduga dan tidak dapat

    dihindari.'etelah didiagnosa dengan penyakit ini kejadian

    selanjutnya dapat di&egah. 7eritahu dokter anda mengenai

    ini sehingga mereka dapat menghindari penggunaan dari

    su&&inyl&holine dan obat-obat anestesi beresiko tinggi

    lainnya. nda tidak harus menghindari semua operasi.

    7anyak obat-obatan alternati+ anestesi lain yang dapat

    digunakan.

    1./ Penatala!sanaan

    ;atalaksana ,risis Hipertermia Maligna *ntra-nestesia

    1 'egera hentikan semua Aat anestetik #olatil.

    ! kti+kan situasi kegawatdaruratan.

    3 aikkan #entilasi semenit untuk menurunkan I;>!.

    Gunakan oksigen tinggi dengan melihat 'p!.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    11/37

    5 7erikan dantrolen sodium. %osis inisial !) mgkg 77

    dilakukan se&ara bolus intra#ena.

    ) %inginkan pasien. Gunakan ice packsdi inguinal aksila dan

    leher.

    6 =a#ase lambung dengan &airan dingin.

    Hentikan pendinginan jika suhu badan telah men&apai 3:) K>.

    : Ganti >!absorber tiap kali telah jenuh.

    9 tasi aritmia sesuai algoritma. @angan gunakan Ca channel

    blocker

    10 %osis lanjutan dantrolen dititrasi sesuai perubahan I;>!dan

    laju jantung.

    11 7atas dosis total (bolus dan rumatan" dantrolen adalah 10

    mgkg 77 namun boleh ditambah bilamana sangat perlu.

    1! /eriksa G% elektrolit kreatinin kinase urin. Hiperkalemia

    diatasi dengan insulin dan glukosa ditambah hiper#entilasi.

    13 /eriksa koagulasi lengkap setelah 6-1! jam.

    15 /astikan semua proses ter&atat dan segera

    dilaporkan ke Indonesian Malignant Hyperthermia

    1.10 Prognosis,ejadian hipertermia dapat mengan&am nyawa walaupun

    tatalaksana yang segera pada saat mun&ulnya gejala biasanya

    berhasil. 'ekali sudah didiagnosa dan di kenali kejadian

    selanjutnya selalu bisa di hindari atau &egah dengan menjauhi

    pemi&unya.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    12/37

    1.11 'ompli!asiberikut adalah da+tar komplikasi yang telah terjadi pada berbagai

    sumber kejadian MH1. Henti jantung

    !. ,ematian3. /erdarahan internal4. ,erusakan otak5. Degenerasi otot-otot skeletal

    6. Gagal ginjal7. Gagal jantung

    8. Edema paru

    1.12 Diagnosis anding (Diferential Diagnosis)

    7eberapa kondisi menunjukkan gambaran klinis mirip dengan

    krisis MH. %i antaranya adalah

    1. Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS)

    *ni adalah reaksi sebagian pasien yang mendapat antipsikosis

    tertentu. ;erjadi penurunan akti#itas dopamin baik akibat

    blokade maupun akibat withdrawal terapi dengan obat

    dopaminergik. 'elain suhu yang meningkat pasien akan

    menunjukkan agitasi atau penurunan kesadaran rigiditas otot

    dia+oresis dan dis+ungsi otonom. ;erapinya simtomatik namun

    dantrolen dan bromokriptin dapat

    meredakan dengan &epat

    2. o!sisitas Serotonin (Serotonin Syndrome)

    7anyak obat dapat memi&u reaksi ini terutama jika digunakan

    bersama-sama agonis )H; (golongan triptan" antagonis )H;

    (ondansetron granisetron" obat antikolinergik (metoklopramid"

    antidepresan (misalnya inhibitor M" opioid stimulan otak

    (am+etamin metam+etamin kokain" bahkan obat-obat herbal

    (misalnya ginseng" dilaporkan dapat memi&u toksisitas serotonin.

    Hipermetabolisme yang terjadi di sini tidak disertai rigiditas otot.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    13/37

    7iasanya yang terjadi adalah tremor hipere$eksia atau

    twit&hing. ;erapinya adalah antagonis serotonin (siproheptadin

    atau klorpromaAin" dan simtomatik.

    3. MHli!e Syndrome

    ,ondisi mirip dengan krisis MH juga dapat terjadi pada pasien

    dengan kelainan muskuloskeletal yang dibius dengan anestetika

    inhalasi terutama jika prosedurnya melibatkan manipulasi otot

    (misalnya operasi koreksi strabismus". Gejala klinis yang timbul

    tidak sehebat krisis MH dan diterapi simtomatik. /asien yang

    mengalami kondisi ini bukan penyandang MH.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    14/37

    !. S"--inyl-oline2.1 Se&ara

    =ebih dari 100 tahun yang lalu pada tahun 1906 '> pertama

    kali disintesa di laboratorium kesehatan di Jashington %.>

    sekarang dikenal sebagai *nstitusi ,esehatan asional. eid Hunt

    ,epala di#isi +armakologi dan asistennya enee de M. ;a#eau

    menghasilkan 1 dari 19 kumpulan deri#at kolin yang dipergunakan

    dalam per&obaan mereka satu diantaranya adalah suksinilkolin.

    wal tahun 19)0 segera setelah ditemukannya keberadaan

    penghambat neuromuskular uji klinis suksinilkolin di seluruh dunia.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    15/37

    'uatu penelitian yang paling mendekati untuk menghasilkan

    suatu perelaksasi otot ideal yang dikembangkan dari perelaksasi

    non depolarisasi. /ada tahun 1990 apa&uronium dan o&uronium

    telah diperkenalkan kedalam praktek klinis. ,edua obat ini

    memberikan harapan bagi klinisi bahwa suksinilkolin akan dapat

    digantikan. okuronium tertinggal dalam penggunaan klinis saat ini

    bagaimanapun rokuronium tidak mempunyai onset se&epat

    suksinilkolin dan jangka waktu kerjanya juga lebih panjang dan

    membutuhkan penggunaan dari suatu obat pembalik.

    2.2 R"m"s 'imia

    'uksinilkolin juga disebut dia&etyl&holine atau su4amethonium ?

    memiliki ! acethylcholine molekul yang bersatu (gambar 5".

    'uksinilkolin adalah inti dari ! molekul asetilkolin dalam kelompol

    metil asetat. Lormula kimianya adalah >15H30!05. 'truktur yang

    menyerupai acethylcholine inilah yang bertanggung jawab

    terhadap mekanisme kerja dari suksinilkolin e+ek sampingnya dan

    metabolismenya.

    2.3 arma!ologi

    bat pelumpuh otot adalah obat yang dapat digunakan

    selama intubasi dan pembedahan untuk memudahkan

    pelaksanaan anestesi dan mem+asilitasi intubasi. elaksasi otot

    lurik dapat di&apai dengan anestesi umum inhalasi blokade sara+

    regionaldan memberikan pelumpuh otot. %engan relakasasi otot

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.answers.com/topic/anesthesia&prev=/search%3Fq%3Dmuscle%2Brelaxant%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgLPsyAU_TqoXzl1qqYyp461FisuQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.answers.com/topic/intubation&prev=/search%3Fq%3Dmuscle%2Brelaxant%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrsJgFSAlmjFsgN2HJBGKwYBzT5Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.answers.com/topic/intubation&prev=/search%3Fq%3Dmuscle%2Brelaxant%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrsJgFSAlmjFsgN2HJBGKwYBzT5Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.answers.com/topic/intubation&prev=/search%3Fq%3Dmuscle%2Brelaxant%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrsJgFSAlmjFsgN2HJBGKwYBzT5Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.answers.com/topic/intubation&prev=/search%3Fq%3Dmuscle%2Brelaxant%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrsJgFSAlmjFsgN2HJBGKwYBzT5Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.answers.com/topic/anesthesia&prev=/search%3Fq%3Dmuscle%2Brelaxant%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgLPsyAU_TqoXzl1qqYyp461FisuQ
  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    16/37

    ini akan mem+asilitasi intubasitrakea mengontrol #entilasi

    mekanik dan mengoptimalkan kondisi pembedahan.

    /ada prinsipnya obat ini menginterupsi transmisi impuls sara+

    pada neuromus&ular jun&tion.%aerah diantara motor neuron dan

    sel sara+ disebut neuromus&ular jun&tion .membran selneuron dan

    serat otot dipisahkan oleh sebuah &elah (!0 nm" yang

    disebutsebagai &elah sinaps. ,etika potensial aksi mendepolarisasi

    terminal sara+ ion kalsiumakan masuk melalui #oltage-gated

    &al&ium &hannels menuju sitoplasma sara+ yangakhirnya #esikel

    penyimpanan menyatu dengan membran terminal dan

    mengeluarkanasetilkolin. 'elanjutnya asetilkolin akan berdi+usi

    melewati &elah sinaps dan berikatandengan reseptor nikotinik

    kolinergik pada daerah khusus di membran otot yaitu motor end

    plate. Motor end plate merupakan daerah khusus yang kaya akan

    reseptor asetilkolindengan permukaan yang berlipat-lipat.Gambar

    .1 euromus&ular @un&tion

    Penya!atan ase 5 (depolarisasi)

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    17/37

    Succinylcholine adalah satu-satunya obat penyakat

    depolarisasi neuromuskuler yang digunakan se&ara klinis di

    merika 'erikat. I+ek-e+ek neuromuskulernya menyerupai

    acetylcholine ke&uali bahwa succinylcholine menghasilkan e+ek

    yang lebih lama. Succinylcholine bereaksi dengan reseptor

    nikotinik untuk membuka kanal dan menyebabkan depolarisasi

    pada end plate dan nantinya senyawa ini akan menyebar dan

    mendepolarisasi membran-membran yang berdekatan

    menyebabkan kontraksi yang tidak terorganisasi dari unit-unit

    motor otot.

    Hasil yang kita dapat dari perekaman kanal-tunggal

    mnenunjukkan adanya penyakat-penyakat depolarisasi dapat

    Bgerakan (ickering)! konduktans ion yang durasinya

    diperpanjang. leh karena Succinylcholine tidak metabolisme

    se&ara e+ekti+ pada sinaps membran-membran yang

    terdepolarisasi berada dalam keadaan tetap dan tidak

    memberikan respons terhadap impuls-impuls tambahan. =agi pula

    karena penggabungan konsentrasi eksitasi membutuhkan

    repolarisasi end plate ("repriming!) dan "#ring! yang si+atnya

    ulangan untuk menjaga ketegangan otot akibatnya terjadi

    paralisis $asid. /enyakatan +ase * ditingkatkan bukan sebaliknya

    dengan inhibitor-inhibitor choline esterase.

    Penya!atan ase 55 (desensitasi)6

    %engan paparan Succinylcholine yang kontinyu maka

    depolarisasi awal end plate berkurang dan membran akan

    mengalami repolarisasi. %engan mengabaikan repolarisasi ini

    membran sebenarnya tidak mudah mengalami depolarisasi

    kembali misalnya terjadi desensitisasi. Mekanisme untuk +ase ini

    tidak jelas tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa hambatan

    kanal menjadi lebih penting dibandingkan dengan e+ek agonis

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    18/37

    pada reseptor dalam +ase akti#itas Succinylcholine ini. papun

    mekanismenya kanal bertindak seolah-olah berada di dalam

    kondisi tertutup yang diperpanjang. ,emudian pada +ase **

    karakteristik-karakterisitk penyakatan dikatakan &ukup identik

    dengan penyakat nondepolarisasi misalnya respon yang tidak

    terus-menerus terhadap stimulus tetanik dan proses sebaliknya

    oleh inhibitor-inhibitor Succinylcholinsterase

    'uksinilkolin bekerja di neuromuskular jun&tion

    meningkatkan transmisi neuromuskular. Mekanisme kerja ini

    membuat postjun&tional dan prejun&tional memberikan e+ek yangmenyebabkan peningkatan depolarisasi obat. 'truktur kimiawi

    suksinilkolin membuat proses eliminasi yang unik yang memenuhi

    kriteria muscle rela$an yang ideal.

    I+ek postjun&tional 'uksinilkolin dapat dibagi menjadi ! +ase

    +ase * dan +ase **. *nilah yang dianggap sebagai akibat dari uniknya

    struktur kimia asetilkolin. 'eperti asetilkolin suksinilkolin terikat ke

    subunit di posjun&tional nikotinik asetilkolin reseptormenyebabkan reseptor terbuka dan ion sodium masuk sebanyak

    keluarnya potassium dan menyebabkan ion kalsium masuk.

    'ehingga suksinilkolin menyebabkan depolarisasi end plate dan

    menjadi pendepolarisasi neuromuskular blok disebut blok +ase

    *sementara blok +ase ** yaitu dengan paparan suksinilkolin yang

    kontiniu maka depolarisasi end plate berkurang dan membran akan

    mengalami repolarisasi tetapi membran menjadi tidak mudah

    mengalami depolarisasi kembali sehingga terjadi desensitasi. ;idak

    seperti setilkolin suksinilkolin menjadi akti+ di neuromuskular

    jun&tion untuk waktu yang lama. *ni men&egah repolarisasi

    endplate dan timbulnya paralisa. /emberian suksinilkolin

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    19/37

    menyebabkan e+ek agonis di reseptor asetil nikotinik menyebabkan

    peningkatan pelepasan dari asetilkolin.

    7anyak karekteristik suksinilkolin dapat melengkapi

    bagaimana obat ini tereleminasi. 'tudi ini memberi konstribusipenjelasan bagaimana tubuh mengeliminasi suksinilkolin ini

    dimulai di awal tahun 19)0. /ada tahun 19)1 Jhittaker

    menemukan bahwa suksinilkolin di hidrolisa melalui ! langkah oleh

    horse kolinesterase. /ertama sekali suksinilkolin dipe&ah menjadi

    suksinilmonokolin dan kolin dan kemudian hidrolisa berkelanjutan

    menghasilkan asam suksinat dan kolin. /enelitian lebih lanjut tahun

    19)3 dan 19)) mendukung +akta bahwa suksinilkolin juga dapat

    dihidrolisa di plasma manusia oleh kolinesterase. *ni digambarkan

    bahwa kira-kira 1)0 mg suksinilkolin dapat dihidrolisa dalam waktu

    1 menit. 7agaimanapun sesuai dengan &epatnya di+usi obat dari

    plasma ke neuromuskular %unction bagian ke&il obatnya kurang

    dari 10 masih dapat men&apai neuromuskular %unction dan

    menyebabkan kelumpuhan saat konsentrasi di sinaps meningkat.

    7entuk kimia suksinilkolin yang unik tidak langsung menyebabkan

    hidrolisa oleh asetilkolinesterase yang terdapat di neuromus&ular

    jun&tion. I+ek paralisa suksinilkolin berkurang sejalan dengan obat

    yang masuk ke jaringan dan plasma dimana butir kolinesterase

    meenghidrolisa dalam ! langkah untuk men&apai hasil akhir asam

    suksinat dan kolin. Hidrolisa &epat ini terjadi di dalam plasma

    mengusahakan distribusi yang &epat memperlama kerja obat.

    3.3.1 arma!o!ineti!

    witan aksi *E 30 ? 60 menit *M ! ? 3 menit.

    I+ek pun&ak *E 60 menit.

    =ama aksi *E 5 ? 6 menit *M 10 ? 30 menit.

    3.3.2 arma!odinami!

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    20/37

    Mengalami hidrolisis menjadi suksinilmonokolin lalu

    menjadi kolin dan asam sukssinat oleb kolin esterase plasma

    yang diekskresi melalui ginjal. ,adar pseudokolinesterase

    yang rendah misalnya pada kehamilan penyakit hati akibat

    obat-obat tertentu hipertensi dan kelainan genetik dapat

    memperpanjang lama kerja suksinilkolin.

    2.4 5ndi!asi

    'uksinilkolin digunakan untuk +asilitas intubasi &epat terutama

    pada pasien dengan aspirasi juga diindikasikan untuk pengelolaan

    spasme laring serta tindakan singkat seperti kejang listrik dan

    bronkoskopi.

    *ndikasikontranya pada trauma tembus mata miotonia dan

    progressi&e bulbar palsy. bat ini tidak dianjurkan pada pasien

    dengan luka bakar trauma massi+ interaksi intra abdomen berat

    &edera korda spinalis ense+alitis stroke sindroma Guillain ? 7arre

    /arkinson dan tetanus.

    %osis standarnya dihitung berdasarkan respon otot biasanya

    pada otot addu&tor yang terstimulasi setelah pemberian obat.

    ;eknik ini digunakan untuk menentukan potensi obat melalui

    respon gerakan otot addu&tor ketika terstimulasi. espon gerakan

    kurang dari 0 ketika terjadi kelumpuhan lengkap dan akan 100

    ketika tidak ada hambatan neuromuskular.

    ,arena mula kerja yang &epat durasi yang singkat dan

    murah banyak klinisi yang memilih suksinilkolin sebagai obat yang

    rutin digunakan untuk intubasi pada dewasa. %osis intubasi

    suksinilkolin dewasa biasanya 1 ? ! mgkg intra#enaonsetnya 3)-

    5) detikdurasi )-10 menit dan I%9) 0) mgkg77 suksinilkolin

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    21/37

    sebaiknya disimpan di lemari es ( ! ? :N>" dan sebaiknya

    digunakan dalam 15 hari setelah dikeluarkan dari lemari es.

    2. 'ontraindi!asi1. iwayat hiperternia ganasmalignan hipertermia.

    !. kti#itas kolinesterase plasma atipikal.3. ;rauma(terpukulterbenturteririsdll" parah dan luka bakar5. %efsit neurologi& meliputi penge&ilan otot- oto mayor akut.). 'ebelumnya terdapat hiperkalemia.6. =uka mata terbuka.. /enyakit miotonik &ongenital.

    2.$ Dosis

    /enggunaan suksinilkolin adalah untuk intubasi tra&hea.

    %osisnya adalah 1 mgkg77 dan dapat ditingkatkan sampai

    dengan 1) ? !.0 mgkg77. *ntubasi dilakukan pada saat optimal

    yaitu 1 ? 1) menit setelah pemberian obat.

    'uksinilkolin dapat digunakan untuk rumatan relaksasi

    sampai 3 jam. %alam bentuk in+usan sampai blo&kade 90 -9)

    digunakan dosis )0 ? 100 mgkg77menit dan dapat dapat

    dinaikan setelah 30 ? 60 menit.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    22/37

    I+ek samping suksinilkolin yang mungkin terjadi adalah sebagai

    berikut

    A. asi!"lasi otot

    =ebih dari )0 tahun sejak memperkenalkan suksinilkolin

    dalam praktek klinik +asikulasi otot di&atat sebagai e+ek samping

    pemberian suksinilkolin. Jalaupun per&obaan klinik pertama kali

    tahun 19)0an adanya gerakan otot atau kontraksi yang direkam

    mun&ul setelah pemberian suksinilkolin. %alam beberapa laporan

    +askulisasi digambarkan sebagai kesakitan menyebabkan

    ketidaknyamanan dalam pemberian obat saat tidak dianastesi.

    ;ahun !00) '&hreirber melaporkan hasil dari meta-analisis dari )!

    per&obaan a&ak dari tahun 191-!003. /er&obaan ini menggunakan

    berbagai jenis obat pen&egah +askulisasi otot. 'e&ara keseluruhan

    hasilnya adalah 9) peserta mengalami +askulisasi dimana

    peserta ini tidak mendapatkan obat anti +askulisasi. Laskulisasi ini

    menjadi topik pembi&araan utama para klinisi dengan tujuannya

    adalah menurunkan insiden +askulisasi.

    . Mialgia postoperasi

    'elama uji&oba klinis 'uksinilkolin pertama pada tahun 19)0

    peneliti mengungkapkan +enomena dari timbulnya mialgia disertai

    rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien post operasi. ,ejadian

    pertama yang dilaporkan terhadap mialgia post operasi adalah

    pada tahun 19)! ketika 7ourne +okus terhadap nyeri otot yang

    dianggap B kaku otot C yang disebabkan oleh kontraksi otot yang

    kuat karena pemberian 'uksinilkolin. 7eberapa tahun kemudian

    tahun 19)5 >hur&hill ? %a#idson mengajukan deskripsi awal dari

    sindrom mialgia postopearasi pada studi pertama yang

    mengkhususkan tentang mialgia dimana dilaporkan bahwa nyeri

    otot yang dirasakan oleh pasien adalah hasil dari pemberian

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    23/37

    'uksinilkolin. 7erbagai deskripsi keterbatasan fsik akibat e+ek yang

    disebabkan oleh mialgia postoperasi sering disebutkan pasien

    melalui literatur tersebut. Gejala yang sering dikeluhkan pasien

    antara lain adalah gejala yang menyerupai $u ( $u ? like

    symptom " nyeri otot seperti telah melakukan olahraga berat nyeri

    seperti ditendang kuda terinjak oleh gajah atau pun terlibat dalam

    pertandingan.

    C. 'ardio*as!"lar

    kibat miripnya relaksan otot ini dengan'cethylcholine tidak

    mengejutkan bahwa mereka mempengaruhi reseptor kolinergik

    selain mempengaruhi%unction neuromuskular. 'istem parasimpatis

    se&ara keseluruhan dan sebagian sistem sara+ simpatis (ganglion

    simpatis medula adrenal dan kelenjar keringat" tergantung pada

    'cethylcholine sebagai neurotransmiter.

    'uksinilkolin tidak hanya menstimulasi reseptor kolinergik

    nikotinik pada %unction neuromuskular ia menstimulasi seluruh

    reseptor 'cethylcholine. leh karena itu kerja suksinilkolin pada

    kardio#askular sangat kompleks. 'timulasi reseptor nikotinik pada

    ganglia sara+ parasimpatis dan simpatis dan reseptor muskarinik di

    nodus sinoatrial jantung bisa meningkatkan atau menurunkan

    tekanan darah dan +rekuensi denyut jantung. %osis rendah

    suksinilkolin bisa menimbulkan e+ek kronotropik dan inotropik

    negati+ namun dosis yang lebih tinggi biasanya meningkatkan

    +rekuensi denyut jantung dan kontraktilitas dan meningkatkan

    kadar katekolamin yang beredar dalam sirkulasi.

    D. Hiper!alemia

    tot normal melepaskan &ukup kalium selama depolarisasi

    yang disebabkan suksinilkolin untuk meningkatkan kalium serum

    sebesar 0.)mI2=. Jalaupun hal ini biasanya tidak signifkan pada

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    24/37

    pasien-pasien dengan kadar kalium dasar normal hal ini bisa

    mengan&am jiwa pada pasien-pasien dengan hiperkalemia yang

    telah ada sebelumnya atau pasien dengan luka bakar trauma

    masi+ kelainan neurologi dan beberapa kondisi lainnya. Henti

    jantung yang mengikuti bisa terbukti menjadi agak re+rakterbias

    terhadap resusitasi kardiopulmonar rutin membutuhkan kalsium

    insulin glukosa bikarbonat epine+rin kation-pertukaran resin

    dantrolene dan bahkan bypass kardiopulmonar untuk menurunkan

    asidosis metabolik dan kadar kalium serum.

    'etelah &edera sara+ reseptor'cethylcholine isoform imatur

    bisa diekspresikan didalam dan diluar %unction neuromuskular (up-

    regulation". eseptor e4trajun&tional ini membiarkan suksinilkolin

    untuk menimbulkan e+ek depolarisasi yang luas dan pelepasan

    kalium yang ekstensi+. /elepasan kalium yang mengan&am jiwa

    tidak bisa di&egah dengan terapi awal menggunakan relaksan non

    depolarisasi. isiko hiperkalemia biasanya tampak memun&ak

    dalam -10 hari setelah &edera namun waktu onset pasti dan

    durasi periode risiko ber#ariasi.

    E. Pening!atan e!anan 5ntragastri!

    Lasikulasi otot dinding abdomen meningkatkan tekanan

    intragastrik yang diimbangi dengan peningkatan tonus sfngter

    osoe+agus bawah. leh karena itu resiko re$uk lambung atau

    aspirasi pulmonar mungkin tidak ditingkatkan oleh suksinilkolin.

    Jalaupun terapi awal dengan relaksan non depolarisasi

    meniadakan peningkatan tekanan lambung ia juga men&egahpeningkatan tonus sfngter eso+agus.

    . Pening!atan e!anan 5ntrao!"lar

    tot-otot ekstra-okular berbeda dari otot lurik lain dimana ia

    memiliki motor end-plate multipel pada tiap sel. %epolarisasi

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    25/37

    membran yang memanjang dan kontraksi otot ekstra-okular setelah

    pemberian suksinilkolin meningkatkan tekanan intraokular

    sementara dan bisa membahayakan mata yang &edera.

    /eningkatan tekanan intraokular tidak bisa selalu di&egah dengan

    terapi awal dengan relaksan non-depolarisasi.

    %. 'e!"atan otot Masetter

    'uksinilkolin sementara meningkatkan tonus otot masetter.

    7eberapa kesulitan bisa pada awalnya dijumpai pada pembukaan

    rongga mulut karena relaksasi rahang yang tidak lengkap. 'uatu

    peningkatan bermakna pada tonus yang men&egah laringoskopi

    tidak normal dan bisa merupakan tanda awal hipertermia maligna.

    H. Hipertensi Maligna

    'uksinilkolin merupakan obat perangsang yang poten pada

    pasien-pasien yang rentan terhadap malignan hipertemia suatu

    kelainan hipermetabolik otot skeletal. Jalaupun tanda dan gejala

    sindroma neurolepti malignan (M'" menyerupai hipertermia

    maligna patogenesisnya berbeda se&ara keseluruhan dan tidak

    perlu menghindari penggunaan suksinilkolin pada pasien-pasien

    dengan M'.

    5. Paralisis yang meman&ang

    'ebagaimana didiskusikan sebelumnya pasien dengan kadar

    pseudokolinesterase rendah menimbulkan durasi kerja yang lebih

    lama dimana pasien dengan pseudokolinesterase atipikal akan

    mengalami paralisis memanjang yang bermakna.

    7.e!anan 5ntra!ranial

    'uksinilkolin bisa menimbulkan akti#asi pada

    elektroense+alogra+ dan sedikit meningkatkan aliran darah serebral

    dan tekanan intrakranial pada beberapa pasien. Lasikulasi otot

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    26/37

    meningkatkan reseptor otot yang selanjutnya meningkatkan

    akti#itas serebral. /eningkatan tekanan intrakranial bisa

    dilemahkan dengan menjaga kontrol jalan na+as yang baik dan

    memberikan hiper#entilasi. Hal ini bisa di&egah dengan terapi awal

    menggunakan relaksan relaksan otot non depolarisasi dan

    memberikan lidokain intra#ena (1)-!.0 mgkg" !-3 menit sebelum

    intubasi. I+ek intubasi pada tekanan intrakranial jauh lebih penting

    daripada peningkatan akibat suksinilkolin.35)30

    '.Pelepasan Histamin

    'edikit pelepasan histamin bisa terlihat setelah pemberian

    suksinilkolin pada beberapa pasien.

    2., 5ntera!si o8at 7lokade neuromuskuler dapat diperpanjang terjadi pada pasien

    dengan hipokalemia atau hipokalsemia pseudo kolinesterase

    plasma yang rendah dan pasien yang mendapat +enelAin

    penyekat beta prokainamid metoklopramid lidokain

    magnesium oksitosin trimeta+an anastetik #olatil dan

    antikolinesterase. 7lokade diperpanjang oleh pra pengobatandengan pankuronium. /ada miastenia gra#is respon tidak dapat

    diramalkan bradikardi setelah suntikan *E kedua. 'uksinil kolin

    tidak kompatibel dengan larutan alkali dan akan mengendapkan

    natrium tiopental. ,olinesterase *nhibitorkolinesterase

    *nhibitor memperpanjang +ase * blo&k pelumpuh ototdepolarisasi

    dengan ! mekanisme yaitu dengan menghambat kolinesterase

    maka depolarisasi akan

    meningkatkan depolarisasi. 'elain itu ia juga akan menghamba

    t pseudokolinesterase.

    /elumpuh tot ondepolarisasi

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    27/37

    'e&ara umum dosis ke&il dari pelumpuh otot nondepolarisasi m

    erupakan antagonis dari +ase * bo&k pelumpuh otot depolarisasi

    karena ia menduduki

    reseptor asetilkolin sehingga depolarisasi oleh suksinilkolin seba

    gian di&egah. 'u&&inyl&holine-%igo4in karena meningkatkan resiko irama

    jantung yang abnormal. minogly&osides (&ontoh gentami&in" aprotinin beta-

    adrenergi& blo&kers (&ontoh propranolol" &hloro2uine

    &lindamy&in &y&lophosphamide glu&o&orti&oids (&ontoh

    prednisone" lido&aine lithium magnesium salts

    meto&lopramide oral &ontra&epti#es o4yto&in pro&ainamide

    promaAine 2uinidine 2uinine terbutaline atau trimethaphan

    dapat meningkatkan pengaruh atau e+ek sussinyl&holine. /enggunaan su&&inyl&holine bersama dengan halothane dapat

    memperpanjang e+ek su&&inyl&holine.

    3. Halotane

    Halothane merupakan &airan yang mudah menguap sehingga

    dulu dikelompokkan dalam anastetik yang menguap tetapi

    semuanya dilakukan se&ara inhalasi setelah diuapkan dengan

    e#aporator (#aporiAer" dan biasanya di&ampur dengan anastetik gas

    yakni nitrogen monoksida (!" atau sikloropan. Halogen merupakan

    anastetik golongan hidrokarbon yang berhalogen. Halothane

    berbentuk &airan tidak berwarna berbau enak tidak mudah

    terbakar dan tidak mudah meledak meskipun di&ampur dengan

    oksigen. Halothane merupakan anestetik yang kuat dengan e+ek

    analgesia yang lemah.

    Halotan merupakan anestetik golongan hidrokarbon yang

    berhalogen. Halotan yang memiliki rumus kimia !-bromo-!-&hloro-

    111-tri$uoroethane merupakan satu-satunya anesthesi inhalasi

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    28/37

    yang memiliki atom 7romida (golongan halogen" (Iger et al !003".

    Halotan inimun 'l&eolar Concentration (M>" 0.) Halotan

    menjadi standar bagi anestetik lain yang kini banyak di pakai karena

    dari Aat inilah semua semua itu dikembangkan. Halotan berbentuk

    &airan tidak berwarna berbau enak tidak mudah terbakar dan tidak

    mudah meledak meskipun di&amour dengan oksigen. Halotan

    mudah berubah si+atnya bila terkena &ahaya maka dari itu Halotan

    dikemas dalam botol berwarna &oklat gelap dan di&ampur dengan

    0.01 ;hymol.

    Halotan merupakan anestetik yang kuat dengan e+ek analgesia

    yang lemah. *nduksi dan tahapan anestesia dilalui dengan mulus dan

    pasien segera bangun setelah anestetik dihentikan. Halotan

    diberikan dengan alat khusus dan penetuan kadar harus dapat

    dilakukan dengan &epat.

    Halotan se&ara langsung menghambat otot jantung dan otot

    polos pembuluh darah serta menurunkan akti#itas sara+ simpatis.

    /enurunan tekanan darah terjadi akibat ! hal

    1 %epresi langsung dengan miokard! %ihambatnya re$eks baroreseptor terhadap hipotensi.

    amun respon simpatoadrenal tidak dihilangkan oleh halotan.

    angsangan yang sesuai misalnya peningkatan /&o! atau adanya

    rangsangan pembedahan akan memi&u respon simpatis. Makin

    dalam anestesia makin jelas turunnya kekuatan kontraksi

    otot jantung &urah jantung tekanan darah dan resistensi peri+er.

    7ila kadar halotan ditingkatkan dengan &epatmaka tekanan darah

    akan tidak terukur dan dapat terjadi henti jantung.

    Halotan juga menyebabkan bradikardia karena akti#itas #agal

    yang meningkat. Halotan menyebabkan #asodilatasi pembuluh

    darah di otot rangka dan otak sehingga aliran darah ke otak dan otot

    bertambah. Halotan meningkatkan automatisitas miokard yang akan

    diperkuat dengan pemberian agonis adrenergik dan dapat

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    29/37

    menimbulkan aritmia jantung. leh karena itu suntikan epine+rin

    untuk hemostatis pada pembiusan dengan halotan hanya boleh

    diberikan dengan syarat

    a Eentilasi memadai

    b ,adar epine+rin tidak lebih dari 1 100.000& %osis orang dewasa tidak lebih dari 10 m= larutan 1 100.000 dalam

    10 menitatau 30 m= dalam satu jam.

    %epresi napas yang terjadi pada kadar halotan yang

    menimbulkan anestesia. Halotan dapat men&egah spasme laring dan

    bronkus batuk serta penghambat sali#asi sedan gkan relaksasi otot

    master &ukup baik sehingga intubasi mudah dilakukan. apas

    buatan harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan

    dosis halotan yang berlebihan.

    /enggunaan halotan yang berulang kali dapat menyebabkan

    nekrosis hati sentrobular yang bersi+at alergi. Gejalanya berupa

    anoreksia mual muntah kadang-kadang kemerahan pada kulit

    dengan eosinoflia. Jalaupun angka kejadian Bhepatitis halotanC ini

    rendahkerusakannya dapat berkembang menjadi gagal hati yang

    +atal dan kemungkinan kejadiannya sukar diramalkan. Hal ini dan

    tersedianya anestetik lain yang lebih aman seperti en$uran

    des$uran dan iso$uram menyebabkan halotan tidak populer lagi.

    Ikskresi halotan utamanya melalui paru hanya !0 yang

    %imetabolisme dalam tubuh badan untuk kemudian dibuang melalui

    urin dalam bentuk asam tri$uoroasetat tri$uoroetanol dan bromida.

    3.1 Siat 9m"m

    Halotan yang memiliki rumus kimia !-bromo-!-&hloro-111-

    tri$uoroethane merupakan satu-satunya anesthesi inhalasi yang

    memiliki atom 7romida (Iger et al !003". Halotan merupakan

    senyawa jernih tak berwarna dan berbau kurang menyengat

    dibanding anestesi inhalasi yang lain.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    30/37

    'ejak ditemukannya Halotan oleh >.J 'u&ling pada tahun

    19)1 Halotan telah menggantikan anestesi inhalasi lain seperti

    diethylether dan 'iklopropana. 'ama seperti *so$uran si+atnya

    yang stabil tidak mudah meledak titik didih yang relati+ tinggi

    ()0!& pada 1 atm" batas keamanan yang &ukup lebar dan

    kemampuan relaksasi otot yang baik membuatnya digunakan

    se&ara luas dan banyak menjadi pilihan bagi kalangan medis.

    Harganya yang &ukup terjangkau membuatnya masuk ke dalam

    B*H+ essentialdrug listC yang merupakan syarat minimum bagi

    unit kesehatan dasar.

    Meskipun stabil halotan dapat teroksidasi dan pe&ah bila

    terpapar sinar ultra #iolet dan terurai menjadi asam klorat (H>l"

    asam hidrobromida (H7r" klorida (>l-" bromida (7r -" dan

    phosgene (>>l!".

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    31/37

    3. 'ebelumnya ada riwayat hiperpireksia (keadaan suhu badan

    yang meningkat melampaui 511K>"5. 'elain itu berhubungan dengan e+ek depresi otot jantungnya

    Halotan dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat gagal

    jantung dan aritmia.

    3.4 5ntera!siHalothanedan Succinylcholine

    halothane succinylcholine

    Applies to: halothane, succinylcholine

    Using succinylcholine together with halothane can prolong the effects of succinylcholine.

    You should be closely monitored for prolong breathing cessation and respiratory

    paralysis after use of halothane. You may need a dose adjustment or special test if you

    use both medications. It is important to tell your doctor about all other medications you

    use, including vitamins and herbs. Do not stop using any medications without first

    talking to your doctor.

    halothane succinylcholine

    Applies to: halothane, succinylcholine

    ADJUST DOSE: Inhalation anesthetics may potentiate the effects of nondepolarizing

    muscle relaxants. Long-acting muscle relaxants such as pancuronium and d-

    tubocurarine are more affected than other agents.

    MANAGEMENT: The muscle relaxant dosage may need to be reduced when inhalation

    anesthetics are used, especially during longer procedures. In general, inhalation

    anesthetics should be administered only by health care providers specially trained in the

    use of these agents and in the care of anesthetized patients.

    3. Ee! samping

    I+ek samping yang sering timbul pada penggunaan Halotan

    adalah bradikardi hipotensi aritmia jantung hiperpireksia

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    32/37

    kerusakan hati menggigil selama pemulihan dan nausea &omitus

    setelah operasi (Miller !001". Halotan juga menyababkan

    depresi miokard yang dose-related sedangkan iso$uran dan

    des$uran tidak. *so$uran dan ! dapat menyebabkan

    tekikardia sedangkan en$uran tidak banyak mempengaruhi

    +rekuensi jantung. Halotan dapat menyebabkan bradikardia

    melalui stimulasi #agal. ritmia supra#entrikel biasanya dapat

    diatasi ke&uali bila &urah jantung dan tekanan arteri menurun.

    ritmia #entrikel jarang terjadi ke&uali bila timbul hipoksia atau

    hiperkapnia. Halotan menimbulkan sensitisasi jantung terhadap

    katekolamin sehingga penggunaan adrenalin noradrenalin tau

    isoproterenol bersama halotan akan menyebabkan aritmia

    #entrikel. Halotan berbahaya diberikan pada pasien yang merasa

    khawatir berlebihan karena keadaan tersebut disertai kadar

    katekolamin yang tinggi.

    %epresi napas dapat timbul pada semua stadium selama

    anestesia inhalasi. leh karena itu keadaan pernapasan pasien

    perlu diperhatikan selama pemberian anestetik anestesi inhalasi.

    nestetik inhalasi juga menekan +ungsi mukosilier saluran napas

    sehingga anestesia yang berlama-lama dapat menimbulkan

    penumpukan lendir.

    amun anestesi inhalasi bersi+at bronkodilator. %engan si+at

    ini halotan dan se#o$uran menjadi pilihan untuk induksi

    anestesia pada pasien yang menderita sumbatan jalan napas.

    nestetik inhalasi juga bersi+at iritati+ bagi jalan napas tetapi ini

    hanya menimbulkan masalah pada des$uran. 'e&ara spesifk ada

    ! e+ek samping atau toksisitas dari penggunaan Halotan

    a. Hepatitis halotan kejadian 130.000 dari pemberianP

    pasien yang mempunyai resiko adalah yang mengalami obesitas

    wanita usia muda lebih banyak terjadi dengan periode waktu

    yang singkatP ditandai dengan nekrosis sentrilobulerP uji +ungsi

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    33/37

    hati abnormal dan eosinoflia. 'indrom ini dapat juga terjadi

    dengan iso$uran dan etran (Muna+ !00:".

    b. Hipertermi maligna suatu sindrom yang ditandai

    dengan peningkatan suhu tubuh se&ara belebihan rigiditas otot

    rangka serta dijumpai asidosis metabolik. 'e&ara umum hal ini

    berakibat +atal ke&uali jika diobati dengan dantrolen yang

    merupakan pelemas otot yang men&egah >a dari reti&ulum

    sarkoplasmik (Muna+ !00:".

    3.$ arma!o!ineti!

    Halotan diserap melaui al#eolus paru-paru. Halotan memilikikelarutan dalam darah yang lebih besar dari *so$uran. ;etapi si+at

    bron&hodilatatornya dapat memper&epat penyerapan Halotan

    sehingga waktu induksinya tidak kalah &epat dibanding *so$uran

    (Miller !001". Halotan diekskresi dari tubuh melalui paru-paru.

    'ebanyak :0 hilang melalui gas yang dihembuskan !0 melalui

    metabolisme di hati. Metabolit berupa bromida dan asam

    tri$uoroasetat (Muna+ !00:".

    Laktor-+aktor yang memengaruhi Larmakokinetik nastesik

    'adar Anasteti! dalam 9dara 5nspirasi

    ,adar anestetik dalam &ampuran gas yang dihirup

    menentukan tekanan maksimum yang di&apai di al#eoli maupun

    ke&epatan naiknya tekanan parsial arteri. ,adar anestetik yang

    tinggi akan memper&epat trans+er anestetik ke darah sehingga

    akan meningkatkan ke&epatan induksi anestesi.

    :entilasi Par"

    Hiper#entilasi memper&epat masuknya anestetik gas ke

    sirkulasi dan jaringan tetapi hal ini hanya nyata pada anestetik

    yang larut baik dalam darah seperti halotan.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    34/37

    #entilasi ini tidak begitu nyata karena kadar darah arteri &epat

    mendekati kadar al#eoli.

    'e-epatan Aliran Dara Par"

    7ertambah &epat aliran darah paru bertambah &epat pula

    pemindahan anestetik dari udara inspirasi ke darah. amun hal itu

    akan memperlambat peningkatan tekanan darah arteri sehingga

    induksi anestesia akan lebih lambat khususnya oleh anestetik

    dengan tingkat kelarutan sedang dan tinggimisalnya halotan dan

    iso$uran.

    3.+ arma!odinami!

    Halotan mempunyai e+ek analgesi yang lemah namun

    mempunyai e+ek relaksasi otot yang kuat. Maka dari itu biasanya

    penggunaan Halotan di&ampur dengan ! atau ;ri&hloroetylen.

    Halotan memiliki e+ek relaksasi otot yang kuat terutama pada

    otot polos hal ini dapat menyebabkan turunnya kontraktibilitas

    otot jantung depresi pernapasan dan turunnya tekanan darah.

    Maka dari itu Halotan jarang digunakan pada operasi darurat.

    I+ek terhadap 'istem dalam ;ubuh

    a. 'ardio*as!"lar

    %epresi miokard bergantung pada dosis penurunan otomatisitas

    sistem konduksi penurunan aliran darah ginjal dan splanknikus

    dari &urah jantung yang berkurang serta pengurangan

    sensiti#itas miokard terhadap aritmia yang diinduksi katekolamin

    yang menyebabkan terjadinya hipotensi untuk menghindari e+ek

    hipotensi yang berat selama anestesi yang dalam hal ini perlu

    diberikan #asokonstriktor langsung seperti +enileprin (Muna+

    !00:".

    8. Pernapasan

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    35/37

    %epresi respirasi terkait dengan dosis yang dapat menyebabkan

    menurunnya #olume tidal dan sensiti#itas terhadap pengaturan

    respirasi yang dipa&u oleh >!. /emberian bronkodilator poten

    sangat baik untuk mengurangi spasme bronkus (Muna+ !00:".

    -. S"s"nan Sara P"sat

    Hilangnya autoregulasi aliran darah serebral yang menyebabkan

    tekanan intrakranial menurun (Muna+ !00:".

    d. %in&al

    Menurunnya GL dan berkurangnya aliran darah ke ginjal

    disebabkan oleh &urah jantung yang menurun (Muna+ !00:".

    e. Hati

    liran darah ke hati menurun (Muna+ !00:".

    . 9ter"s

    Menyebabkan relaksasi otot polos uterusP berguna dalam

    manipulasi kasus obstetrik (misalnya penarikan plasenta" (Muna+

    !00:".

    3., Dosis dan Sediaan%iberikan melalui saluran pernapasan atau inhalasi.

    ,emasan &airan 1!) ml dan !)0 ml. /enyimpanan pada suhu

    kamar (1)o? 30o" dan lindungi dari &ahaya ultra #iolet.%osis1. *nduksi %itingkatkan bertahap hingga !-5 Halotan (anak-

    anak 1)-! Halotan" dalam !atau kombinasi !-!.!. /emeliharaan 0)-! Halotan (untuk anak-anak dan

    dewasa" dalam !atau kombinasi !-!.

    2./ 'e"nt"ngan

    /otensi anastesi umum kuat induksi dan penyembuhan

    baik iritasi jalan napas tidak ada serta bronkodilator yang

    sangat baik.

    2.10 'er"gian

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    36/37

    %epresi miokard dan pernapasan sensitisasi miokard

    terhadap aritmia yang diinduksi oleh katekolamin serta aliran

    darah serebral menurun yang dapat menyebabkan

    peningkatan tekanan intra&ranial.

    2.11 5ndi!asi 'lini! Halothane digunakan se&ara ekstensi+ dalam anesthesia

    nak karena ketidakmampuannya menginduksi inhalasi se&ara

    &epat dan status asmatikus yang re+raktur. bat ini

    dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit intra&ranial.

    2.12 Peratian1. Hindari penggunaan berulang dalam jangka waktu 3 bulan.

    !. /astikan ke&ukupan #entilasi ruangan.3. Halotan tidak disarankan untuk anestesi obstetrik karena

    halotan merupakan relaksan uterus yang poten dan dapat

    menambah kehilangan darah peribedah ke&uali jika

    diperlukan relaksasi uterus.5. %apat mengganggu kinerja psikomotorik sehingga

    kemampuan mengendarai kendaraan Q mengoperasikan

    mesin dapat mengalami perubahan.). /enggunaan bersama epine+rin kokain atau

    simpatomimetik dapat menyebabkan aritmia jantung.

  • 7/24/2019 LI Gabungan Skenario B Blok 12

    37/37

    %L; /