LEUKIMIA.docx
-
Upload
etn-centre -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
Transcript of LEUKIMIA.docx
LEUKIMIA
A. Pengertian
Leukimia penyakit ini merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukimia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang.
Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja
aktif membuat sel-sel darah tepi yang di hasilkan adalah seldarah yang tidak normal dan sel
ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal.
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel
hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam pembentuk
sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. ( Kapita Selekta kedokteran,
2000 )
Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan
ganas serta disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia trombositopenia.
Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling umum pada masa kanak-kanak; di
amerika serikat, hampir mencapai sepertiga dari 7.000 kasus baru kanker anak setiap
tahunnya. Jenis leukemianya sama dengan dewasa, kecuali leukemia limfositik kronik,yang
amat jarang pada anak-anak. 76%merupakan leukemia limfositik akut, sisanya berupa
leukemia nonlimfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut dan leukemia
mielositik kronik,masing-masing 21% dan 3%. Leukemia nonlimfositik kronik lebih umum
di temukan pada orang dewasa ( Perawatan anak sakit edisi II 2005 )
B. Etiologi
1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen.
2. Radiasi
3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethylstilbetrol
4. Faktor herediter, misalnya pada kembaran monozigot
5. Kelainan kromosom misalnya pada down sydrome
C. Proses Penyakit
1. Normal nya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia
2. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
3. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang
akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
4. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe
dan nodus limfe dan nyeri persendian.
D. Manifestasi Klinis
1. Pilek tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam dan anorexia berat badan menurun
4. Ptechiae, memar tanpa sebab
5. Nyeri pada tulang dan persendian
6. Nyeri abdomen
7. Lymphadenopahty
8. Hepatosplenomegaly
9. Abnormal WBC
E. Klasifikasi
1. Leukimia Limfosit Akut
LLA subtype merupakan 60% dari bentuk leukemia anak dengan insidens puncak
pada usia 3-4 tahun. LLA lebih banyak ditemui pada anak laki-laki disbanding anak
perempuan. Laporan laporan tentang leukemia akut berkelompok pada anak
menimbulkan dugaan adanya pengaruh beberapa faktor lingkungan umum, seperti agen
infeksi atau karsinogen kimiawai, tetapi analisis statistic yang teliti belum dapat
mendukung dugaan ini.
Ciri-ciri sitokimia untuk indentifikasi sel-sel blasn LLA adalah tidak adanya granula-
granula yang positif dengan peroksidase atau sudan B hitam didalam sitoplasma, dan
seringkali menampakkan gumpalan materi yang positif, limfoblas tersebut juga bereaksi
negatif dengan esterase nenspesifik.
Manifestasi klinis Anak- anak dengan LLA umumnya memperlihatkan gambaran
yang agak konsisten. Sekitar dua pertiga telah memperlihat kan gejala dan tanda selama
kurang dari 6 minggu pada saat diagnosis ditegakkan,gejala pertama biasanya tidak khas;
dapat memunyai riwayat infeksi saluran napas akibat virus atau suatu eksentama yang
belum sembuh sempurna. Manifestasi awal yang lazim adalah anoreaksia , iritabilitas dan
alergi. Kegagalan fungsi sum-sum tulang yang progresif menimbulkan keadaan pucat,
perdarahan dan demam yaitu gambaran-gambaran yang mendesak dilakukannya
pemeriksaan diagnostic.
2. Leukemia Non Limfositik Akut
Bentuk leukemia ini ditemukan pada sekitar 20% penderita. Frekuensinya hampir
sama pada tiap kelompok umur dan sebanding pula pada anak laki-laki dan perempuan.
LNLA karakteristik pada beberapa kondisi yang merupakan predisposisinya, yaitu
anemia fanconi dan sindroma bloom dimana terdapat kerusakan kromosom yang berat.
Pembedaan berdasarkan ciri-ciri morfologi sel dengan pewarnaan wright pada
sediaan apus darah dan sumsum tulang. Derajat kemiripan sel predominan dengan sel
normal menentukan pembagian tipe. Bentuk yang paling umum adalah populasi sel
leukemik yang menyerupai mieloblas atau mielomonoblas.proporsi kedua jenis sel
tersebut membedakannya menjadi dua tipe leukemia yang menyusun sekitar 90% dari
seluruh LNLA. Meskipun berbeda secara sitologik,tampilan klinis dan respons terapi dari
tipe-tipe subgroup ini hampir sama dengan satu kekecualian: subgroup dengan
predominansi sel mirip promielosit mempunyai risiko gejala-gejala perdarahan akibat
koagulasi intravascular tersebar yang timbul pada saat respons pengobatan dini. Subtype
ini ditemukan sekitar 5% dari penderita LNLA.
Manisfestasi klinis. Biasanya gejala dan tanda pada penyakit ini tidak lama
berlangsungnya (pada sekitar 50% penderita kurang dari 6 minggu) hingga saat diagnose
ditegakan . namun pada beberapa, riwayat tanda dan gejala memberikan petunjuk bahwa
mungkin awitanya telah berlangsung selama lebih dari 12 bulan sebelum tampilan yang
nyata; pada pasien demikian , keluhan biasanya bersifat kelelahan dan infeksi berulang.
Gejala dan tanda lainya yang mangkin hebat dalam 2 minggu sebelum didiagnosis dapat
berupa pucat, demam, perdarahan aktif, nyeri tulang, distress, gastrointestinal, atau
infeksi berat.
3. Leukemia Molistik Kronik
Bentuk leukemia ini hanya merupakan 3% kasus pada anak-anak. Ada dua tipe dasar
leukemia mielositik kronik. Persamaan keduanya hanya pada ciri-ciri umum yaitu
peningkatan jumlah sel-sel myeloid yang berdiferensasi dalam darah. Pada bentuk
dewasa, kromosom ph1 ( Philadelphia ) yang patogonomik ditemukan secara konsisten.
Pada juvenile, sel leukemik dapat dengan berbagai pareasi kromosom aneoploidi tetapi
jarang ditemukan kromosom ph1. Bentuk dewasa LMK lasim ditemukan pada anak-anak
besar, namun kadang-kadang ditemukan pada bayi karena itu pada pasien LMK harus
dilakukan analisis kromosom untuk menentukan bentuk spesifiknya :
1. LEUKEMIA MIELOSITIK KRONIK JUVENIL
Pasien-pasein ini mempunyai ruwam eksematosa, limpadenopati dan infeksi
bakteri rekuren karena itu dapat menyerupai penderita penyakit granulamatosa
kronik. Pada saat diagnosis penderita umumnya pucat dengan purpura serta
pembesaran moderat hati dan limpa.
2. LEOKEMIA MELOLISTIK KRONIK FAMILIAL
Suatu subgroup LMK merupakan penyakit pamilial. Umur saat awitan 6 bulan
gingga 4 tahun dengan gambaran klinis kelelahan yang meningkat hambatan
pertumbuhan, hepatoplenomegali pasif. Temuan darah mirip dengan LMK juvenin.
F. Komplikasi
1. Sepsis
2. Perdarahan
3. Gagal organ
4. Iron deficiency Anemia ( IDA )
5. Kematian
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur
2. Aspirasi sumsum tulang ( BMP ) : hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
3. Biopsy sumsum tulang
4. Lumbal punki untuk mengetahui apakah system saraf pusat terinfil-trasi
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Tranfusi darah, biasanya diberikan jika kadar HB kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi trombosit
dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan Heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah sicapai
remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sistostatika. Selain sitostatika yang lama (6-markaptopurin atau 6-mp, metotreksat
atau MTX) pada waktu ini dipakai juga yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya
sitaostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada
penberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia (botak),
stomatitis, leukopenia, infeksi skunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang
dari 2000/mm pemberian harus hati-hati.
d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat yang suci hama)
e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara
pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
f. Transplantasi sumsum tulang sebagai terapi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang
menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang
menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan pisikososial
harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara bekerja yang
aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien
saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika
mengetahui penyakit anaknya.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) juga
disertai dengan sakit kepala.
2. Riwayat Perawatan Sebelumnya
3. Riwayat kelahiran anak :
Prenatal
Natal
Post natal
4. Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan kelainan lain
ataupun sering sakit-sakitan.
5. Riwayat keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada
kembar monozigot (identik).
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHG
Nadi :100x/mnt
Suhu :39 c
RR : 20x/mnt
c. Pemeriksaan Kepala Leher
Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri), perdarahan gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP.
d. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi.
e. Pemeriksaan Dada dan Thorax
- Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
- Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi
jantung I, II, dan III jika ada
- Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
- Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan vena, auskultasi
peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat.
2. Resiko infeksi b/d menurunnya sistem pertahanan tubuh
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat anemia
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemotrapi, radioterapy
5. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d adanya kontraksi
``
C. Perencanaan keperawatan ( Intevensi )
a. DX I
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a) . Nafsu makan (+)
b). Muntah (-)
c) . Berat badan (+)
Intervensi :
a. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsimakanan.
b. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan.
c. Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : makanan sedikit dapat meningkatkan pemasukan denganmencegah distensi
lambung.
d. Berikan penyuluhan pada orang tua klien pentingnya nutrisi yang adekuat.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi tubuh
dalam membantu proses penyembuhan.
e. Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan minuman
Rasional : guna mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan.
f. Dorong anak untuk minum.
Rasional : meningkatkan kepatuhan.
g. Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi
Rasional : menghindari keterlambatan therapi rehidrasi.
h. Tekankan pentingnya menghindari panas yang berlebihan.
Rasional : menghindari penyebab kehilangan cairan.
b. DX II
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
1) Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Kriteria hasil :
a) Demam (-)
b) Kemerahan (-)
c) Suhu kembali normal
2) Intervensi :
a. Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
a. Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
b. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
c. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
d. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
e. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
f. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
g. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
h. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
c. DX III
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1) Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil :
a) Anemia (-)
b) Kelemahan teratasi
c) Klien dapat istirahat dengan nyaman
d). Klien dapat beraktifitas
2) Intervensi :
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
a) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
b) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c. DX V
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit
pemberian kemoterapi, radioterapy dapat teratasi
Kriteria hasil ;
a) Kerusakan integitas kulit (-)
b) Kekurangan kalori dan protein teratasi
c) Dekubitus (-)
Intervensi :
a) Kaji secara dini tanda-tanda kerusakan intregitas kulit
Rasional: agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut
b) Berikan perawatan kulit khususnya daerah perinial dan mulut
Rasional : mencegah timbulnya infeksi
c) Ganti posisi dengan sering
Rasional : agar tidak terjadi kekakuan otot
d) Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan tubuh
d. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d adanya kontraksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri (-)
Intervensi :
a). Kaji skala nyeri
rasional : untuk mengetahui intensitas nyeri
b). Palpasi abdomen
rasional : untuk mengetahui apakah ada masa atau tidak
c). Atur posisi pasien
rasional : memberikan kenyaman pada pasien.