Lesi Patologis Ekstratestikular-Trans
-
Upload
lalabahagia -
Category
Documents
-
view
322 -
download
2
description
Transcript of Lesi Patologis Ekstratestikular-Trans
Lesi Intratestikular Benigna
Kista. Kista testis ditemukan secara kebetulan pada sonografi pada 8% hingga 10%
populasi. Lesi testis kistik tidak selalu jinak karena tumor testis (terutama NSGCT)
dapat mengalami degenerasi kistik akibat perdarahan atau nekrosis. Perbedaan antara
kista jinak dan neoplasma kistik paling penting secara klinis. Dari 34 massa testis
kistik yang ditemukan dengan sonografi oleh Hamm et al., 16 adalah neoplastik dan
semuanya memiliki gambaran sonografik kista yang rumit. NCGCT, terutama yang
dengan elemen teratoma, merupakan tumor yang paling umum mengandung
komponen solid dan kistik.
Kista tunika albuginea berlokasi dalam tunika, yang mengelilingi testis.
Ukurannya bervariasi dari 2 hingga 30 mm dan berbatas tegas. Biasanya soliter dan
unilokular tetapi dapat pula multiple atau multilokular. Usia rata-rata saat muncul
adalah 40 tahun tetapi pasien juga dapat menderita kista pada decade kelima dan
keenam. Kista mungkin asimptomatik, tetapi pasien sering datang dengan kista yang
teraba secara klinis, nodul skrotum keras. Secara histologis, merupakan jajaran kista
simpel dengan sel kolumner rendah atau kuboid dan terisi dengan cairan serous.
Kompleks kista tunika albuginea dapat mensimulasikan neoplasma testis. Skanning
yang cermat pada bidang multipel dapat membantu mengidentifikasi sifat jinak kista
tunika albuginea.
Kista tunika vaginalis jarang dan muncul dari lapisan visceral atau parietal
tunika vaginalis. Dapat single atau multipel. Secara sonografi biasanya tampak
anekoik tetapi mungkin terdapat septasi atau mungkin mengandung echo akibat
perdarahan.
Kista intratestikular merupakan kista simple berisi cairan serous jernih;
ukurannya bervariasi dari 2 hingga 18 mm. Secara sonografi lesi berbatas tegas,
anekoik dalam dinding tipis, halus dan posterior acoustic enhancement. Hamm et al.
melaporkan bahwa dalam semua 13 kasusnya, kista berlokasi dekat mediastinum
testis, mendukung teori bahwa mereka berasal dari rete testis, mungkin sekunder dari
paska trauma atau pembentukan striktur post inflamasi (lihat Gamb. 24-12D-F).
METASTASIS TESTIKULARLIMFOMAKebanyakan non-Hodgkin
LEUKEMIAPaling sering kedua64% leukemia akutSanctuary site
METASTASIS NONLIMFOMAPaling sering pulmo dan prostatGinjal, lambung, kolon, pankrean, melanoma
GAMBAR 24-12. Lesi kistik jinak testis. A, Kista tunika albuginea. Scan longitudinal
menunjukkan dua kista muncul dari tunika. Kista-kista tersebut biasanya teraba. B dan C,
Dilatasi kistik rete testis. Scan longitudinal dan transversal menunjukkan dilatasi tubulus
rete testis pada kedua testis. D, Kista intratestikular jinak berhubungan dengan dilatasi rete
testis pada scan longitudinal. E dan F, Longitudinal transversal. Kista intratestikular jinak
dengan septasi multipel. G, Kista epidermoid (jinak). Tampilan berulir yang khas. H,
Kista epidermoid. Kalsifikasi perifer yang khas. I, Kista epidermoid. Scan transversal
menunjukkan massa hipoekoik dengan kalsifikasi sentral mirip tumor lain pada gray-scale,
tetapi avaskular pada pemeriksaan Doppler.
Ektasia Tubular dari Rete Testis. Ektasia tubular dari rete testis bisa salah untuk
neoplasma testis. Ektasia tubular ini biasanya terkait dengan obstruksi epididimis
akibat inflamasi atau trauma. Berbagai ukuran lesi kistik terlihat pada regio
mediastinum testis tanpa terkait dengan abnormalitas jaringan lunak, dan tidak
tampak aliran pada gambaran Doppler aliran berwarna (lihat Gamb. 24-12B-D).
Sebagian besar lesi ini bilateral dan asimetris. Sering terdapat spermatokel yang
terkait. Karakteristik gambaran sonografik dan lokasi harus memungkinkan untuk
membedakan kondisi jinak ini dari keganasan, sehingga menghindari orchiektomi.
Temuan karakteristik pada magnetic resonance imaging (MRI) termasuk intensitas
sinyal abnormal intratestikular mirip dengan air pada regio mediatinum testis.
Displasia Kistik. Displasia kistik merupakan malformasi congenital yang sangat
jarang, biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil, walaupun satu kasus dilaporkan
pada pria 30 tahun. Lesi ini diperkirakan berasal dari defek embriologis yang
mencegah hubungan tubulus rete testis dan duktus efferen. Secara patologis, lesi
terdiri dari kista interkoneksi, multipel dengan berbagai ukuran dan bentuk,
dipisahkan oleh septa fibrosa. Lesi ini berasal dari rete testis dan meluas ke dalam
parenkim terdekat, mengakibatkan atrofi tekanan pada parenkim testis terdekat. Kista
dilapisi oleh lapisan tunggal epitel pipih atau kuboid. Secara sonografi, tampilannya
mirip dilatasi kistik didapat dari rete testis. Agenesis ginjal atau displasia sering
berdampingan dengan displasia kistik testis.
Kista Epidermoid. Kista epidermoid merupakan tumor jinak, biasanya berbatas
tegas yang berasal dari sel germ, mewakili sekitar 1% dari semua tumor testis.
Tumor ini terjadi pada semua usia, namun paling sering terjadi selama decade kedua
hingga keempat. Pasien biasanya datang dengan nodul testis yang tidak nyeri;
sepertiga tumor ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan fisik. Pembesaran
testis yang tidak nyeri, difus terjadi pada 10% kasus. Secara patologis, dinding tumor
tersusun dari jaringan fibrous dengan lapisan dalam epitel skuamosa. Kista berisi
keratin putih, seperti keju, berkeping-keping.
Histogenesis kista epidermoid masih kontroversi. Pendapat yang paling
disukai adalah bahwa sebagian besar kista epidermoid berasal dari sisa epithelial atau
inklusi dan tidak berpotensi keganasan. Juga telah didalilkan bahwa kista epidermoid
mungkin mewakili perkembangan monomorfik atau monodermal dari teratoma
sepanjang garis diferensiasi sel ektodermal. Lesi jinak ini dapat dibedakan dari
teratoma premaligna hanya dengan pemeriksaan histologik. Secara sonografi, kista
epidermoid umumnya merupakan massa avaskular, berbatas tegas yang dapat
multipel atau bilateral. Tampilan sonografiknya dapat bervariasi. Karakteristik
tampilan berulir, seperti lapisan kulit bawang, sesuai dengan lapisan keratin yang
dipadatkan dan deskuamasi sel skuamus tampak secara histologist (lihat Gamb. 24-
12G). Tampilan tipikal lain dari kista epidermoid adalah massa hipoekoik berbatas
tegas dengan kapsul ekogenik yang dapat berkalsifikasi (lihat Gamb. 24-12H).
Mungkin terdapat kalsifikasi sentral yang memberikan gambaran mata banteng atau
target (lihat Gamb. 24-12I). Kista epidermoid juga dapat memiliki tampilan
nonspesifik dari massa hipoekoik dengan atau tanpa kalsifikasi dan dapat
menyerupai tumor sel germ. Kunci diagnosisnya adalah avaskularitas. Jika tampilan
sonografi merupakan karakteristiknya, konfirmasi histologis masih diperoleh dari
pendekatan testis konservatif dengan eksisi local (enukleasi). Gambara MRI telah
digunakan untuk mendukung diagnosis sonografi kista epidermoid jika konfirmasi
lebih lanjut diperlukan sebelum pembedahan testis. Membedakan kista epidermoid
dari teratoma membutuhkan pemeriksaan patologis yang cermat pada dinding kista
dan testis yang berdekatan.
Abses. Abses testis biasanya merupakan komplikasi epididimo-orchitis; juga dapat
berasal dari torsio testis yang tidak terdiagnosa, tumor yang terinfeksi atau
gangrenous, atau orchitis piogenik primer. Penyebab infeksi umumnya pada
pembentukan abses adalah mumps, smallpox, demam scarlet, influenza, tifoid,
sinusitis, osteomielitis, dan apendiksitis. Abses testis dapat ruptur melalui tunika
vaginalis, menyebabkan pembentukan piokel atau fistula ke kulit.
Paling sering, sonografi menunjukkan pembesaran testis yang terutama
mengandung massa berisi cairan dengan area hipoekoik atau ekogenik campuran.
(Gamb. 24-13). Tampilan atipikal telah dideskripsikan dimana arsitektur testis
terganggu dengan goresan hiperekoik yang memisahkan ruang hipoekoik (lihat
Gamb. 24-13). Goresannya dianggap sebagai septa fibrous dalam parenkim testis
nekrotik, hipoekoik. Abses testis tidak memiliki ciri sonografi diagnostic, tetapi
sering dapat dibedakan dari tumor berdasarkan gejala klinis.
Pada pasien dengan sindrom imunodefisiensi didapat, membedakan abses dari proses
neoplastik mungkin sulit pada pemeriksaan sonografi. Temuan klinis mungkin
membantu; bagaimanapun, orchiektomi sering diperlukan untuk mendapatkan
diagnosis histologis.
LESI KISTIK TESTIKULARBENIGNAKista tunika albugineaKista tunika vaginalisKista intratestikularEktasia tubular dari rete testisDisplasia kistikKista epidermoidAbses
MALIGNATumor sel germ non-seminomaNekrosis atau perdarahan dalam tumorObstruksi tubular oleh tumorLimfoma
Infark. Infark testis dapat terjadi setelah torsio, trauma, endokarditis bacterial,
vaskulitis, leukemia, dan status hiperkoagulabilitas. Infark testis spontan jarang
terjadi. Tampilan sonografi tergantung pada usia infark. Awalnya, infark terlihat
sebagai massa fokal, hipoekoik atau sebagai testis hipoekoik difus berukuran normal.
Massa hipoekoik fokal tidak dapat dibedakan dari neoplasma berdasarkan
tampilannya. Lesi ini harus sebagian besar avaskular, tergantung usia infark. Jika
massa hipoekoik, berbatas tegas, tidak teraba, relatif perifer menunjukkan kurangnya
vaskularisasi pada gambaran Doppler mode power atau setelah pemberian agen
kontras, dimungkinkan untuk membedakan infark jinak dari neoplasma (Gamb. 24-
14). Seiring waktu, massa hipoekoik atau seluruh testis sering mengalami
pengurangan ukuran dan mengembangkan area dengan ekogenisitas yang meningkat
karena fibrosis atau kalsifikasi distrofi. Tampilan sonografi awal mungkin sulit untuk
dibedakan dari neoplasma testis, tetapi infark mengalami pengurangan substansial
dalam hal ukuran, sementara tumor memiliki karakteristik untuk membesar seiring
waktu.
GAMBAR 24-13. Abses testis. A, Abses testis hipoekoik yang khas (panah tipis) tidak
dapat dibedakan dari tumor. Bagaimanapun, peningkatan transmisi suara posterior (panah
tebal) memberi kesan bahwa massa terutama adalah cairan. B, Transversal gray-scale dan C,
Scan Doppler berwarna menunjukkan daerah hipoekoik dan ekogenik pada abses testis
dengan peningkatan vaskularisasi pada abses yang berkembang. Tampilan ini mirip dengan
neoplasma dan riwayat diperlukan untuk membedakannya.
Sarkoidosis. Sarkoidosis dapat melibatkan epididimis atau testis. Keterlibatan
genital terjadi pada kurang dari 1% pasien dengan sarkoidosis sistemik. Tampilan
klinis adalah salah satu dari epididimitis akut atau rekuren atau dari pembesaran
testis atau epididimis yang tidak nyeri. Secara sonografi, lesi sarkoid adalah massa
solid hipoekoik, irregular dalam testis atau epididimis (Gamb. 24-15). Terkadang,
dapat terlihat fokus kalsifikasi, hiperekoik dengan acoustic shadow. Membedakan
sarkoidosis dari proses inflamasi atau neoplasma sulit hanya dengan sonografi saja.
Reseksi atau orchiektomi mungkin diperlukan untuk diagnosis definitif.
Sisa adrenal. Hiperplasia adrenal congenital merupakan penyakit autosomal resesif
yang melibatkan defek enzim korteks adrenal. Penyakit ini dapat menjadi jelas secara
klinis pada awal kehidupan atau pada dewasa awal. Sering pasien datang dengan
massa atau pembesaran testis, dan dengan pubertas prekoks dengan atau tanpa
sindrom deplesi-garam. Sisa adrenal muncul dari sel korteks adrenal yang
menyimpang yang migrasi dengan jaringan gonad dalam fetus. Dapat membentuk
massa seperti-tumor sebagai tanggapan terhadap peningkatan kadar kortikotropin
sirkulasi pada hyperplasia adrenal congenital dan sindroma Cushing dan jarang dapat
mengalami transformasi maligna. Pada sonografi, lesi ini merupakan lesi hipoekoik
multifocal. Terkadang, posterior acoustic shadow telah dideskripsikan. Banyak sisa
adrenal menunjukkan vaskularisasi spokelike dengan pembuluh darah perifer
multipel memancar menuju titik pusat dalam massa. Dalam kebanyakan kasus, jika
pasien memiliki abnormalitas hormonal yang sesuai terkait dengan hyperplasia
adrenal congenital dan jika sonografi menunjukkan temuan yang sesuai, tidak ada
pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan.
Kalsifikasi Skrotum. Kalsifikasi skrotum dapat terlihat dalam parenkim testis, pada
permukaan testis, atau terletak bebas dalam cairan di antara lapisan tunika vaginalis.
Kalsifikasi luas, lunak, melengkung tanpa terkait massa jaringan lunak merupakan
karakteristik sel besar, kalsifikasi, tumor sel Sertoli, walaupu terkadang tumor sel
germ burned out dapat memiliki tampilan serupa. Kalsifikasi tersebar dapat
ditemukan pada tuberkulosa, filariasis, jaringan parut dari regresi tumor sel germ
atau trauma.
GAMBAR 24-14. Infark testis-spektrum tampilan. A, Infark akut. Doppler power
longitudinal menunjukkan daerah avaskular pada polus atas dari torsio parsial. B, Infark
akut. Scan Doppler berwarna longitudinal menunjukkan daerah avaskular pada midtestis
akibat vaskulitis. C, Infark kronis. Scan longitudinal menunjukkan daerah hipoekoik bentuk
baji di perifer akibat mumps orchitis sebelumnya. D, Infark kronik. Scan Doppler power
longitudinal menunjukkan kurangnya vaskularisasi pada polus bawah.
Mikrolithiasis testis merupakan kondisi dimana kalsifikasi terdapat dalam
tubulus seminferus testis baik unilateral atau bilateral. Telah didalilkan bahwa
mikrolithiasis adalah akibat fagositosis sel sertoli cacat pada sel tubulus yang
degenerasi, dimana kemudian mengalami kalsifikasi dalam tubulus seminiferus.
Mikrolithiasis diklasifikasikan menjadi difus dan limited. Pada bentuk difus, fokus
hiperekoik, sangat banyak, kecil-kecil, tersebar difus di seluruh parenkim testis.
Fokus sangat kecil ini (1-3 mm) jarang menampakkan bayangan dan terkadang
memberikan tampilan ekor komet (Gamb. 24-16). Pada bentuk limited, sebelumnya
dianggap tidak signifikan, kurang dari lima fokus hiperekoik tampak pada tiap
gambar dari testis.
Mikrolithiasis tampak pada 1% hingga 2% pasien yang dirujuk untuk
sonografi testis dan telah dikaitkan dengan kriptorkismus, sindrom Klinefelter,
sindrom Down, mikrolithiasis alveolar pulmonary, radioterapi sebelumnya, dan
subfertil. Lebih penting lagi, banyak laporan menghubungkan mikrolithiasis dengan
neoplasma sel germ testikular (seminoma atau non-seminoma), neoplasia sel germ
intratubular, dan tumor sel germ ekstratestikular. Ada kesepakatan umum bahwa
ada hubungan dengan malignansi, tetapi ada kontroversi mengenai kekuatan
hubungan ini dan signifikansi mikrolithiasis limited. Sebagian, disebabkan tidak ada
studi luas yang menunjukkan prevalensi mikrolithiasis pada populasi asimtomatik.
Data prospektif menunjukkan bahwa tumor testis terjadi lebih sering pada pasien
yang memiliki mikrolithiasis difus dan limited, terjadi pada 5% hingga 10% pasien.
Meskipun laporan kasus, hal ini belum jelas, bagaimanapun, apakah insidensi tumor
testis de novo meningkat signifikan pada pasien dengan mikrolithiasis yang sudah
ada. Oleh sebab itu, tidak ada konsensus follow-up yang sesuai (klinis atua
radiologis) untuk pasien dengan mikrolithiasis testis. Paling sering, sonografi
tahunan direkomendasikan, walaupun beberapa penulis menganjurkan pemeriksaan
fisik tahunan dan periodik sebagai gantinya.
Kalkuli skrotum ekstratestikular muncul dari permukaan tunika vaginalis
dan dapat terlepas untuk migrasi di antara dua lapisan tunika (Gamb. 24-17).
Demikian disebut fibrinoid loose bodies atau “mutiara skrotum” karena tampilan
makroskopiknya, dimana biasanya bulat, putih mutiara, dan elastic. Secara histologis
terdiri dari deposit material fibrinoid di sekitar nucleus sentral dari hidroksiapatit.
Dapat berasal dari inflamasi tunika vaginalis atau torsio appendiks testis atau
epididimis. Hidrokel mempermudah diagnosis sonografi kalkuli skrotum (lihat
Gamb. 24-17).
GAMBAR 24-15. Sarkoid testis. Scan longitudinal testis menunjukkan massa solid,
hipoekoik, kecil (panah) yang merupakan sarkoid
Lesi Patologis Ekstratestikular
Hidrokel, Hematokel dan Piokel. Cairan serous, darah, pus, atau urin dapat
berakumulasi dalam ruang antara lapisan parietal dan visceral tunika vaginalis yang
melapisi skrotum. Kumpulan cairan ini terbatas pada daerah anterolateral skrotum
karena perlekatan testis pada epididimis dan dinding skrotum posterior (area kosong)
(Gambar 24-18). Skrotum normal mengandung beberapa millimeter cairan serous di
antara lapisan tunika vaginalis dan ini biasanya tampak pada pemeriksaan sonografi.
KALSIFIKASI SKROTUMTESTIKULARSoliter, granulomatosa postinflamasi, vascularMikrolithiasisTumor germ cell "burned out”Tumor sel Sertoli kalsifikasi large cellTeratomaTumor germ cell campuranSarkoidTuberkulosisInfark kronik
EKSTRATESTIKULAR“mutiara skrotum” tunika vaginalisEpididimitis kronikSchistosomiasis
Gambar 24-16. Mikrolithiasis dan tumor testis terkait-spektrum tampilan. A,
Mikrolithiasis. Pemeriksaan mikroskop cahaya menunjukkan kalsifikasi intratubular
multiple (daerah gelap). B, Mikrolithiasis terbatas. Scan longitudinal menunjukkan
beberapa kalsifikasi-kalsifikasi kecil. C dan D, Mikrolithiasis difus. E, Mikrolithiasis
dengan tumor germ cell campuran. Scan transversal testis menunjukkan mikrokalsifikasi
dan massa kistik parsial akibat tumor germ cell campuran. F, Mikrolithiasis terbatas
dengan seminoma. Scan longitusinal menunjukkan beberapa mikrokalsifikasi kecil dan
massa homogen hipoekoik. G, Mikrolithiasis dan dua focus seminoma. Scan longitudinal
menunjukkan kalsifikasi kecil multiple dan dua massa homogen hipoekoik (panah). H,
Mikrolithiasis dan seminoma. Scan longitudinal menunjukkan massa hipoekoik besar
dengan beberapa kalsifikasi kecil dan kasar. I, Mikrolithiasis dan seminoma. Gambaran
melintang ganda menunjukkan massa besar testis kiri hipoekoik dan mikrokalsifikasi pada
testis kanan.
Hidrokel merupakan akumulasi abnormal cairan serous di antara lapisan
tunika vaginalis. Jarang, hidrokel dapat terlokalisir di antara tali sperma di atas testis
dan epididimis (lihat Gambar 24-18A-C). Hidrokel merupakan penyebab paling
umum pembengkakan skrotum yang tidak nyeri dan dapat congenital atau didapat.
Tipe congenital berasal dari penutupan inkomplit prosesus vaginalis, dengan
hubungan terbuka persisten di antara kantung skrotum dan peritoneum, biasanya
kembali seperti semula pada usia 18 bulan.
Hidrokel didapat berasal dari trauma pada 25% hingga 50% kasus. Hidrokel
yang berhubungan dengan tumor testicular biasanya kecil dan terjadi pada 10%
pasien. Penyebab lain dari hidrokel sekunder termasuk epididimitis, epididimo-
orkhitis dan torsio.
Sonografi berguna untuk mendeteksi penyebab potensial hidrokel dengan
memungkinkan evaluasi testis jika hidrokel yang besar mengganggu palpasi.
Hidrokel adalah kumpulan anekoik khas dengan transmisi suara yang baik di
sekeliling aspek anterolateral testis. Echo level rendah hingga level menengah dari
badan fibrin atau kristal kolesterol terkadang mungkin terlihat bergerak bebas dalam
hidrokel. Jarang hidrokel yang besar dapat menghambat drainase vena testikular dan
menyebabkan hilangnya aliran diastolik arterial antegrade.
Hematokel dan piokel kurang umum dibanding hidrokel simple. Hematokel
berasal dari trauma, operasi, diabetes, neoplasma, torsio, atau penyakit aterosklerotik.
Piokel berasal dari ruptur abses ke dalam suatu hidrokel yang ada atau langsung ke
dalam ruang di antara lapisan tunika vaginalis. Baik hematokel maupun piokel
mengandung septasi internal dan lokulasi (lihat Gambar 24-18D-F). Penebalan kulit
skrotum dan kalsifikasi dapat terlihat pada kasus kronik.
Gambar 24-17. Kalsifikasi intraskrotal jinak. A, Kalsifikasi plak tunika pada tunika
vaginalis. B, “Mutiara skrotum.” Kalsifikasi scrotal mobile dalam hidrokel kecil. C,
Mutiara skrotum. Scan longitudinal menunjukkan kalsifikasi mutiara skrotum kebanyakan
(panah) dalam hidrokel. T, Testis. D, Mutiara skrotum bilateral.
Varikokel. Varikokel merupakan kumpulan vena abnormal yang melebar, berliku-
liku dan memanjang pada pleksus pampiniformis di posterior testis, bersama
epididimis dan vas deferens dalam tali sperma. Vena pada pleksus pampiniformis
normalnya berdiameter 0.5 hingga 1.5 mm, dengan aliran vena utama berdiameter
hingga 2 mm.
Gambar 24-18. Kumpulan cairan skrotum-spektrum tampilan. A, Hidrokel. Scan
transversal menunjukkan hidrokel anterolateral dengan perlekatan testis pada posterior
tunika vaginalis. B, Hidrokel. Garis cairan appendiks testis (panah). C, Hidrokel tali. Scan
longitudinal region inguinal menunjukkan kumpulan cairan memanjang di atas level testis
dan epididimis. D, Hematokel. Scan transversal menunjukkan lokulasi cairan dengan echo
internal. E, Hematokel. Scan transversal menunjukkan cairan dengan echo internal dan
membrane linier. F, Piokel. Scan transversal menunjukkan kumpulan cairan dengan echo
internal.
Gambar 24-19. Varikokel. A, Scan longitudinal dan B, Doppler warna menunjukkan vena
yang melebar, hipoekoik, berkelok-kelok pada posterior testis. Aliran darah dalam varikokel
lambat dan hanya dapat dideteksi dengan pengaturan Doppler aliran-rendah atau maneuver
Valsava.
Terdapat dua tipe varikokel: primer (idiopatik) dab sekunder. Varikokel idiopatik
disebabkan inkompetensi valvula pada vena spermatika interna, dimana
memungkinkan pasase retrograde darah melalui tali sperma ke dalam pleksus
pampiniformis. Varikokel merupakan penyebab paling umum infertilitas pria yang
dapat dikoreksi, terjadi pada 21% hingga 30% pria yang datang di klinik infertilitas.
Varikokel idiopatik terjadi di sisi kiri pada 98% kasus dan biasanya terdeteksi pada
pria berusia 15 hingga 25 tahun. Predominan pada sisi kiri diperkirakan ada akibat
drainase vena pada sisi kiri ke dalam vena renalis, sebaliknya pada vena spermatika
kanan, yang mengalir langsung ke dalam vena cava. Varises idiopatik normalnya
menggelembung jika pasien tegak lurus atau melakukan manuver Valsava dan dapat
hilang jika pasien supine. Varikokel primer bilateral terjadi pada 70% kasus.
Varikokel sekunder berasal dari peningkatan tekanan pada vena spermatika
atau cabangnya yang ditandai dengan hidronefrosis, pembesaran hepar, neoplasma
abdominal, atau kompresi vena oleh massa retroperitoneal. Varikokel sekunder dapat
pula terjadi pada “sindrom nutcracker” dimana arteri mesenterika superior
menekan vena renalis kiri. Pencarian obstruksi neoplastik pada aliran balik vena
gonadal harus dilakukan pada kasus sisi-kanan, yang tidak hilang, atau varikokel
yang baru ditemukan pada pasien berusia lebih dari 40 tahun karena kasus ini jarang
idiopatik. (Gambar 24-20). Penampilan varikokel sekunder tidak dipengaruhi posisi
pasien.
Pada pria infertil, sonografi membantu pada diagnosis varikokel yang secara
klinis teraba dan subklinis. Tidak ada korelasi antara ukuran varikokel dan derajat
kerusakan jaringan testicular yang menyebabkan infertilitas. Oleh sebab itu, deteksi
dini dan pengobatan varikokel subklinis penting dilakukan.
Secara sonografi, varikokel terdiri atas struktur anekoik, berkelok-kelok,
multiple dengan diameter lebih dari 2 mm, membentuk kumpulan multikistik
berliku-liku terletak berdekatan atau proksimal dari dan kepada epididimis.
Terkadang varikokel dapat tampak mirip spermatokel kecil, septate. Membedakan
antara varikokel dan spermatokel dapat dilakukan dengan menggunakan sonografi
Doppler color flow atau dupleks. Demikian pula, vena yang melebar dalam
mediastinum testis dapat dibedakan dari ektasia tubular pada rete testis menggunakan
sonografi Doppler color flow atau pulsed wave. Transduser frekuensi tinggi bersama
pengaturan Doppler aliran rendah harus digunakan untuk mengoptimalkan deteksi
aliran-lambat dalam varises. Sel darah merah yang bergerak lambat dapat
divisualisasikan dengan transduser frekuensi-tinggi, bahkan jika aliran terlalu lambat
untuk dideteksi dengan gambaran Doppler. Aliran vena dapat diperbesar dengan
pasien pada posisi tegak lurus atau selama manuver Valsava. Sebagai tambahan,
varikokel, tidak seperti spermatokel, mengikuti arah tali sperma ke dalam kanalis
inguinalis dan mudah ditekan dengan transduser. Jarang varikokel dapat
intratestikular, baik pada lokasi subkapsular atau di sekeliling mediastinum testis.
(Gamb. 24-21).
Gambar 24-20. Varikokel akibat paraganglioneuroma retroperitoneal. A, Scan
longitudinal menunjukkan vena yang sangat melebar dari varikokel kanan yang besar. B,
Sonogram abdominal transversal menunjukka paraganglioneuroma (panah) dekat dengan
vena cava inferior (I). A, aorta. GB, kantung empedu. C, CT axial menunjukkan massa
vaskular (panah) dekat dengan I.
TUMOR EKSTRATESTIKULARBENIGNATumor adenomatoidFibromaLipomaHemangiomaLeiomiomaNeurofibromaGranuloma kolesterolSisa adrenalKistadenoma papiler
MALIGNAFibrosarkomaLiposarkomaRhabdosarkomaHistiositomaLimfomaMetastasis
Hernia Skrotalis. Hernia skrotalis merupakan massa paratestikular lain yang umum.
Walaupun hernia skrotalis biasanya didiagnosis berdasarkan riwayat klinis dan
pemeriksaan fisik, sonografi berguna dalam evaluasi kasus atipikal. Hernia dapat
mengandung usus halus atau kolon, dengan atau tanpa omentum. Adanya loop usus
dalam hernia dapat dikonfirmasi dengan visualisasi valvula conniventes atau haustra
dan deteksi peristaltic pada pemeriksaan real-time. Jika ciri ini tidak ada,
membedakan hernia dengan massa multikistik ekstratestikular lain, seperti hematokel
dan piokel, mungkin sulit. Adanya material yang sangat echogenik dalam skrotum
mungkin akibat hernia yang mengandung omentum atau massa lemak lainnya
(Gamb. 24-22). Pemeriksaan sonografi kanalis inguinalis juga harus dilakukan untuk
mengidentifikasi pemanjangan omentum atau loop usus dari kanalis inguinalis ke
dalam skrotum.
Tumor. Neoplasma skrotum ekstratestikular jarang dan biasanya melibatkan
epididimis. Neoplasma ekstrstestikular paling umum adalah tumor adenomatoid
jinak, mewakili 32% dari tumor ini. Paling sering berlokasi pada epididimis,
terutama pada globus minor, tetapi juga dapat muncul dalam tali sperma atau tunika
testicular (Gamb. 24-23D,E). Neoplasma ini terkadang dapat menginvasi dekat
parenkim testis. Ini dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi paling sering ditemukan
pada pasien berusia 20 sampai 50 tahun. Tumor adenomatoid biasanya unilateral,
soliter, berbatas tegas, dan bulat atau oval, jarang berukuran diameter lebih dari 5
cm. Kadang dapat tampak seperti-plak dan berbatas tidak tegas. Sonografi biasanya
menunjukkan massa solid, berbatas tegas dengan ekogenisitas yang setidaknya sama
baiknya dengan testis. Ini juga dapat hipoekoik.
Tumor ekstratestikular jinak lain jarang ditemukan dan termasuk fibroma,
hemangioma, lipoma, leiomioma (Gamb. 24-23G), neurofibroma, dan granuloma
kolesterol. Sisa adrenal juga dapat ditemui pada tali sperma, testis, epididimis, rete
testis, dan tunika albuginea pada sekitar 10% bayi.
Kistadenoma papiler epididimis dapat dilihat pada pasien dengan penyakit
Hippel-Lindau. Tumor ini dianggap hamartoma dan biasanya ditemukan pada
kepala epididimis. Neoplasma maligna skrotum ekstratestikular primer termasuk
fibrosarkoma, liposarkoma, histiositoma maligna dan limfoma pada dewasa, dan
rhabdomiosarkoma pada anak-anak (Gamb. 24-23H).
Tumor metastasis ke epididimis juga jarang. Tempat primer paling umum
termasuk testikel, lambung, ginjal, prostat, kolon, dan, kurang umum, pancreas (lihat
Gamb. 24-23I). Sonografi menunjukkan area fokal, ekogenik dari penebalan dalam
epididimis, umumnya berhubungan dengan hidrokel.
Lesi Epididimis
Granuloma Sperma. Granuloma sperma diperkirakan timbul dari ekstravasasi
spermatozoa ke dalam jaringan lunak di sekeliling epididimis, menghasilkan respon
granulomatous necrotizing. Lesi ini mungkin nyeri atau asimptomatik, dan paling
sering ditemukan pada pasien setelah vasektomi. Juga dapat dikaitkan dengan infeksi
epididimis sebelumnya atau trauma. Tipikal tampilan sonografi adalah massa
hipoekoik atau heterogen, solid yang biasanya berlokasi dalam epididimis, tetapi
mungkin mensimulasikan lesi intraintestinal (Gamb. 24023B). Granuloma sperma
kronik mungkin mengandung kalsifikasi.
Pseudotumor Fibrous. Pseudotumor Fibrous merupakan massa non-neoplastik yang
jarang dari jaringan fibrous reaktif yang mungkin melibatkan tunika vaginalis atau
epididimis. Pada sonografi, pseudotumor fibrous mungkin tampak sebagai massa
paratestikular hipoekoik, hiperekoik, atau heterogen (lihat Gamb. 24-23C).
Lesi Kistik. Spermatokel lebih umum daripada kista epididimis. Keduanya terlihat
pada 20% hingga 40% dari semua pasien asimptomatik pada studi Leung, et al. dan
30% adalah kista multiple. Baik kista epididimis spermatokel diperkirakan berasal
dari dilatasi tubulus epididimis, tetapi isi dari massa berbeda. Kista mengandung
cairan serous jernih, sedangkan spermatokel berisi spermatozoa dan limfosit
mengandung sedimen, globul lemak, dan debris seluler, memberikan tampilan cairan
yang kental, seperti susu. Kedua lesi dapat berasal dari epididimitis episodik
sebelumnya atau trauma. Spermatokel dan kista epididimis tampak identik pada
sonografi: anekoik, massa berbatas dengan tanpa atau beberapa internal echo (Gamb.
24-24). Lokulasi dan septasi sering terlihat (lihat Gamb. 24-24). Jarang, spermatokel
mungkin hiperekoik. Perbedaan antara spermatokel dan kista epididimis jarang
penting secara klinis. Spermatokel hampir selalu terjadi pada kepala epididimis,
sedangkan kista epididimis muncul di sepanjang epididimis.
Perubahan Postvasektomi pada Epididimis. Perubahan sonografik pada
epididimis telah dilaporkan pada 45% pasien setelah vasektomi. Temuan ini
termasuk pembesaran epididimis dan inhomogenesitas dan perkembangan granuloma
sperma dan kista. Diasumsikan bahwa vasektomi menyebabkan peningkatan tekanan
dalam tubulus epididimis, menyebabkan rupture tubular dengan diikuti pembentukan
granuloma sperma. Ruptur tubular ini mungkin melindungi testis dari efek
peningkatan tekanan balik. Temuan sonografik ini nonspesifik dan mungkin tampak
pada pasien yang menderita epididimitis. Temuan sonografik postorchitektomi
termasuk hematoma (Gamb. 24-25), rekurensi tumor local, tumor primer sekunder,
dan tampilan sonografik prosthesis testis.
Epididimitis Kronik. Pasien dengan epididimitis bakterial akut yang
pengobatannya tidak lengkap biasanya hadir dengan massa skrotum yang nyeri
kronik (lihat Gamb 24-23A). Pasien dengan epididimitis granulomatosa kronik
akibat penyebaran tuberkulosis dari traktus genitourinarius mengeluh massa skrotum
yang keras, tidak lunak. Sonografi kebanyakan menampilkan penebalan tunika
albuginea dan epididimis yang menebal, irregular (Gamb. 24-26). Kalsifikasi
mungkin diidentifikasi dalam tunika albuginea atau epididimis. Epididimis
granulomatosa yang tidak diobati akan menyebar ke testis pada 60% hingga 80%
kasus. Keterlibatan testis fokal mungkin mensimulasikan tampilan neoplasma
testicular pada sonografi, sedangkan keterlibatan testis difus menyebabkan
pelebaran, irregularitas testis dengan hipoekogenisitas homogeny difus.
GAMBAR 24-23. Massa solid skrotum ekstratestikular-spektrum tampilan. A,
Epididimitis kronik. Scan longitudinal skrotum menunjukkan massa pada ekor epididimis.
T, Testis. B, Granuloma sperma. Scan longitudinal menunjukkan massa solid hipoekoik
(panah) di posterior testis pada pasien dengan vasektomi sebelumnya. C, Pseudotumor
fibrous. Scan longitudinal menunjukkan massa dengan ekogenisitas campur pada inferior
testis. (T). D, Tumor adenomatoid benigna dari epididimis. Scan longitudinal
menunjukkan massa hipoekoik (panah) pada ekor. E, Tumor adenomatoid beningna dari
tunika. Scan longitudinal menunjukkan massa hiperekoik (panah). F, Lipoma
intraskrotum. Scan longitudinal menunjukkan massa hiperekoik pada inferior testis (T). G,
Leiomioma dari tali. Scan longitudinal menunjukkan massa solid pada superior testis (T).
H, Rhabdomiosarkoma. Scan longitudinal dengan lapangan pandang yang diperluas pada
usia 12 tahun menunjukkan massa paratestikular besar pada inferior testis (T). I, Metastasis
karsinoma paru-paru. Scan longitudinal menunjukkan massa pada ekor epididimis. T,
testis.
NYERI SKROTUM AKUT
Diferensial diagnosis dari pembengkakan dan nyeri akut skrotum termasuk torsio tali
sperma dan testis, torsio appendiks testis, epididimitis atau orchitis, hidrokel akut,
hernia strangulate, edema skrotum idiopatik, Henoch-Schonlein purpura, abses,
perdarahan traumatik, perdarahan ke dalam neoplasma testis, dan nekrosis lemak
skrotum. Torsio tali sperma dan epididimitis akut atau epididimoorchitis merupakan
penyebab paling umum dari nyeri skrotum akut. Entitas ini tidak dapat dibedakan
dengan pemeriksaan fisik atau tes laboratorium pada hingga 50% kasus. Eksplorasi
bedah segera telah disarankan pada anak laki-laki atau pria muda dengan nyeri
skrotum akut, kecuali diagnosis definitif epididimitis atau orchitis dapat dilakukan.
Pendekatan agresif telah memberikan peningkatan laju penyelamatan testis dari
torsio tetapi juga meningkatkan prosedur bedah yang tidak perlu. Skintigrafi
radionuklida testicular, MRI, sonografi real-time, dan sonografi Doppler telah
digunakan untuk meningkatkan akurasi untuk membedakan antara infeksi dan torsio.
Sonografi saat ini, menggunakan aliran warna atau mode power Doppler, merupakan
studi imaging pilihan untuk mendiagnosa penyebab nyeri skrotum akut.
Torsio
Torsio lebih umum pada anak laki-laki daripada pria dewasa, dan ini
merepresentasikan hanya 20% dari fenomena patologis skrotum akut pada laki-laki
postpubertas. Bagaimanapun, diagnosis segera diperlukan karena torsio
membutuhkan pembedahan segera untuk menyelamatkan testis. Laju penyelamatan
testis adalah 80% hingga 100% jika pembedahan dilakukan dalam 5 hingga 6 jam
dari onset nyeri, 70% jika pembedahan dilakukan dalam 6 hingga 12 jam, dan hanya
20% jika pembedahan ditunda hingga lebih dari 12 jam.
Terdapat dua tipe torsio testis: intravaginal dan ekstravaginal. Torsio
intravaginal merupakan tipe yang lebih umum, terjadi paling sering saat pubertas.
Ini berasal dari anomali penggantungan testis oleh tangkai tali sperma, menyebabkan
investasi komplit testis dan epididimis oleh tunika vaginalis. Ini disamakan dengan
bell-clapper (Gamb. 24-27). Anomali penggantungan testis bilateral pada 50%
hingga 80% pasien. Insidensi torsio sepuluh kali lipat lebih besar pada undesensus
testis setelah orkiopeksi.
Paling sering, torsio ekstravaginal terjadi pada bayi baru lahir tanpa
deformitas “bell-clapper”. Diperkirakan akibat buruknya atau hilangnya perlekatan
testis pada dinding skrotum, memungkinkan rotasi testis, epididimis, dan tunika
vaginalis sebagai sebuah unit dan menyebabkan torsio tali pada tingkat cincin
eksternal (lihat Gamb. 24-27D).
Vena yang lebih sesuai mengalami obstruksi sebelum arteri di keduanya
membentuk torsio, menyebabkan pembengkakan vaskular awal dan edema testis.
Beberapa perubahan sonografik gray-scale terjadi pada fase akut torsio,
dalam 1 hingga 6 jam. Mulanya testis membesar, dengan ekogenisitas normal, dan
kemudian menjadi heterogen dan hipoekoik dibandingkan dengan testis normal
kontralateral (Gamb.24-28). Ekogenisitas hipoekoik atau heterogen mungkin
mengindikasikan non viabilitas. Hiperekogenisitas testis generalisata telah
dilaporkan pada dua kasus torsio akut tanpa adanya perubahan histologist pada
perdarahan atau infark testis.
NYERI SKROTUM AKUTTorsio testisEpididimo-orchitisTorsio appendiks testisHernia strangulataEdema skrotum idiopatikTraumaHenoch-Schonlein purpura
GAMBAR 24-24. Kista skrotum ekstratestikular-spektrum tampilan. A, Spermatokel.
Scan longitudinal menunjukkan kista anekoik pada kepala epididimis. B, Spermatokel. Scan
longitudinal menunjukkan kista besar yang mengandung echo internal pada kepala
epididimis. C, Spermatokel septal. Scan longitudinal menunjukkan kista septate pada
kepala epididimis. D, Kista epididimal. Scan longitudinal menunjukkan kista pada badan
epididimis. E, Kista pada sisa vas deferens. Scan longitudinal menunjukkan kista dengan
echo internal pada inferior testis (terbukti pada pembedahan). F, Kista inklusi epidermoid
dari epididimis. Scan Doppler warna longitudinal menunjukkan massa kistik bilobus pada
kepala epididimis dengan pembuluh darah di sekelilingnya.
GAMBAR 24-25. Hematoma setelah orchiektomi. Gambaran Doppler warna longitudinal
menunjukkan massa kistik mengandung-debris, avaskular dalam skrotum dimana testis
diangkat akibat karsinoma sel embrional 3 minggu sebelumnya.
Torsio mungkin mengubah posisi dari aksis panjang testis (lihat Gamb. 24-
28B). Temuan sonografik ekstratestikular umumnya terjadi pada torsio dan penting
untuk dikenali. Tali sperma segera ke cranial testis dan epididimis terpelintir,
menyebabkan karakteristik “torsion knot” atau gambaran “whirlpool” dari lapisan
konsentris yang terlihat pada sonografi atau MRI (lihat Gamb. 24-28G). Epididimis
mungkin melebar dan heterogen akibat perdarahan dan sulit untuk memisahkan dari
ikatan torsio tali sperma (lihat Gamb. 24-28G.h). Epididimis spheris/kompleks tali
ini dapat dikira epididimitis. Hidrokel reaktif dan penebalan kulit skrotum sering
terlihat dengan torsio. Selama fase subakut torsio (1 hingga 10 hari), derajat
hipoekogenisitas testis dan pembesaran meningkat dalam 5 hari pertama, kemudian
berkurang selama 4 sampai 5 hari berikutnya. Epididimis tetap membesar dan sering
ekogenik. Hidrokel umum terjadi pada kasus torsio. Ekogenik luas atau massa
ekstratestikular kompleks yang disebabkan oleh perdarahan dalam tunika vaginalis
atau epididimis mungkin tampak pada kasus torsio yang tidak terdiagnosis. Temuan
gray-scale pada torsio akut dan subakut tidak spesifik dan mungkin tampak pada
infark testis akibat epididimitis, epididimo-orchitis, dan ruptur testis traumatik atau
infark.
GAMBAR 24-26. Epididimo-orchitis tuberkulosa. A, Scan longitudinal menunjukkan
massa heterogen dengan kalsifikasi yang melibatkan kepada dan badan epididimis dan testis
yang berdekatan (T). B, Gambaran Doppler warna longitudinal menunjukkan peningkatan
vaskularisasi dalam epididimis dan testis yang berdekatan.
GAMBAR 24-27. Anomali “Bell-clapper”, torsio intravaginal dan torsio ekstravaginal.
A, Anatomi normal. Tunika vaginalis (panah) tidak sepenuhnya mengelilingi testis dan
epididimis, yang melekat pada dinding skrotum posterior (panah pendek). B, Anomali Bell-
clapper. Tunika vaginalis (panah) sepenuhnya mengelilingi testis, epididimis, dan bagian
dari tali sperma, predisposisi untuk torsio. C, Torsio intravaginal. Anomali bell-clapper
dengan torsio komplit tali sperma, menghambat suplai darah ke testis. D, Torsio
ekstravaginal pada neonates. Tunika vaginalis (panah) pada posisi normal, tetapi motilitas
abnormal memungkinkan rotasi testis, epididimis, dan tali sperma.
Sonografi Doppler berwarna merupakan teknik yang paling berguna dan
paling cepat untuk menegakkan diagnosis torsio testis dan membantu membedakan
torsio dari epididimo-orchitis (lihat Gamb. 24-28). Pada torsio, aliran darah hilang
pada testis yang terkena atau berkurang secara signifikan disbanding testis normal,
kontralateral. Skanning yang teliti pada parenkim testis dengan menggunakan setting
Doppler deteksi aliran-rendah (repetisi frekuensi pulse rendah, filter dinding rendah,
dan gain Doppler tinggi) penting dilakukan karena pembuluh darah testis kecil dan
memiliki kecepatan aliran rendah, terutama pada anak laki-laki prepubertal.
Sonografi Doppler aliran berwarna lebih sensitif untuk menunjukkan penurunan
aliran testis pada torsio inkomplit disbanding skintigrafi nuclear. Power Doppler dan
Doppler frequency shift color digunakan, walaupun tekniknya tampak memiliki
sensitivitas yang setara dalam mendiagnosis torsio. Pada torsio testis, sonografi
Doppler berwarna memiliki sensitivitas dari 80% hingga 98%, spesifitas dari 97%
hingga 100%, dan tingkat akurasi 97%. Penggunaan agen kontras pada sonografi
mungkin meningkatkan sensitivitas untuk mendeteksi aliran darah dalam skrotum,
tetapi hal tersebut belum terbukti dalam secara luas. Pada pasien pediatrik, mungkin
sulit untuk mendokumentasikan aliran dalam testis normal, dan skintigrafi testis telah
dianjurkan untuk mempertegas temuan sonografi. Dalam praktiknya, banyak ahli
bedah memilih untuk memeriksa testis dengan pembedahan jika gejala klinis dan
tandanya sugestif dan hasil pemeriksaan sonografi kurang jelas.
Kesalahan potensial pada menggunakan sonografi dalam mendiagnosis torsio
adalah torsio parsial, torsio/detorsi, dan iskemia akibat orchitis. Torsio minimal
540 derajat diperlukan untuk oklusi arteri komplit. Dengan torsio parsial 360 derajat,
atau kurang, aliran arterial mungkin masih terjadi, namun aliran keluar vena sering
mengalami obstruksi menyebabkan berkurangnya aliran arterial distolik pada
pemeriksaan Doppler spectral (lihat Gamb. 24-28). Jika terjadi detorsi spontan, aliran
dalam testis yang terkena mungkin normal atau mungkin meningkat dan menyerupai
orchitis. Detorsi spontan jarang terjadi meninggalkan infark testis segmental. Infark
testis segmental mungkin juga terjadi dengan Henoch-Schonlein purpura atau dengan
orchitis (lihat Gamb. 24-14). Orchitis juga mungkin menyebabkan iskemia global
pada testis dan menyerupai torsio.
Pada kasus torsio subakut atau kronik, Doppler aliran berwarna menunjukkan
tidak adanya aliran dalam testis dan meningkatkan aliran dalam jaringan
paratestikular, termasuk kompleks tali-epididimis dan fascia dartos (lihat Gamb. 24-
28).
Torsio appendiks testis merupakan penyebab umum nyeri skrotum akut dan
secara klinis mungkin menyerupai torsio testis. Pasien jarang diarahkan untuk
imaging karena nyeri biasanya tidak hebat dan appendiks yang terpelintir mungkin
terlihat secara klinis sebagai “blue dot” sign. Tampilan sonografi dari appendiks
testis yang terpelintir dideskripsikan sebagai massa hipoekoik avaskular berdekatan
dengan testis perfusi normal dan dikelilingi oleh daerah dengan perfusi Doppler
aliran warna yang meningkat. Bagaimanapun, appendiks yang terpelintir mungkin
tampak sebagai massa ekstratestikular ekogenik terletak di antara kepala epididimis
dan polus atas testis.
Epididimitis dan Epididimo-Orchitis
Epididimitis merupakan penyebab paling umum dari nyeri skrotum akut pada laki-
laki post pubertas, menyebabkan 75% dari semua proses inflamasi intraskrotal akut.
Ini biasanya berasal dari infeksi traktus urinarius bawah dan kurang umum berasal
dari hematogen atau traumatic. Organism penyebab paling umum adalah Escherichia
coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Organisme yang ditransmisikan secara seksual
menyebabkan uretritis, seperti gonokokus dan Chlamydia, merupakan penyebab
umum dari epididimitis pada laki-laki muda. Kurang umum, epididimitis mungkin
akibat tuberkulosis, mumps, atau orchitis sifilitik. Secara khusus, pasien datang
dengan onset nyeri tersembunyi, yang meningkat selama 1 sampai 2 hari. Demam,
disuria, dan discharge uretra mungkin juga muncul.
GAMBAR 24-28. Torsio tali sperma dan testis-spektrum tampilan. A, Torsio akut.
Scan Doppler power longitudinal menunjukkan tidak adanya aliran dalam testis. B, Torsio
akut. Scan Doppler power longitudinal menunjukkan orientasi abnormal, transversal dan
longitudinal pada testis dengan tanpa adanya aliran. C, Setelah detorsi manual dengan
kasus sama dengan B, Scan Doppler warna longitudinal menunjukkan orientasi normal dari
testis dengan adanya aliran darah. Testis memiliki tampilan bergaris akibat iskemia
sebelumnya. D, Torsio akut-perubahan gray-scale. Scan transversal dual menunjukkan
pembesaran hipoekoik testis kanan akibat torsio dan penebalan kulit pada hemiskrotum
kanan. E, Torsio parsial. Scan longitudinal dengan Doppler spectral menunjukkan
resistensi-tinggi arteri skrotum berbentuk gelombang dengan aliran diastolic kecil akibat
oklusi vena. Hidrokel reaktif kecil. F, Setelah detorsi spontan. Kasus yang sama dengan E.
Scan longitudinal dengan Doppler spektral menunjukkan pembalikan aliran diastolic. G,
“Simpul torsio.” Scan longitudinal dengan torsio tali sperma akut menunjukkan kompleks
simpul torsio dari epididimis dan tali sperma. H, Torsio akut. Foto intraoperatif
menunjukkan tali sperma memuntir sehingga memberikan tampilan “simpul torsio” pada
sonograf. I, Torsio subakut (nyeri 3 hari). Scan Doppler power transversal menunjukkan
hilangnya aliran dalam testis dengan hiperemis di sekelilingnya.
Pada epididimitis akut, secara khas sonografi menunjukkan penebalan dan
pembesaran epididimis, awalnya melibatkan ekor dan sering menyebar hingga
melibatkan seluruh epididimis (Gamb. 24-29A,B). Ekogenisitas epididimis biasanya
menurun, dan tekstur echonya sering kasar dan heterogen, mungkin akibat edema
atau perdarahan, atau keduanya. Pembentukan hidrokel reaktif umum terjadi, dan
penebalan kulit yang terkait dapat dilihat. Sonografi Doppler aliran warna biasanya
menunjukkan peningkatan aliran darah dalam epididimis atau testis, atau keduanya,
dibandingkan dengan sisi asimptomatik.
Perluasan langsung inflamasi epididimis ke testis, disebut epididimo-
orchitis, terjadi pada hingga 20% dari pasien epididimis akut. Orchitis terisolasi
mungkin terjadi. Pada kasus demikian, peningkatan aliran darah terlokalisir pada
testis (lihat Gamb. 24-29D,E,H,I). Keterlibatan testis mungkin fokal atau difus. Khas,
orchitis fokal menghasilkan area hipoekoik dekat dengan bagian pembesaran
epididimis. Color Doppler menunjukkan peningkatan aliran dalam area hipoekoik
testis; peningkatan aliran dalam tunika vaskulosa mungkin tampak sebagai garis
sinyal warna yang memancar dari mediastinum testis. Garis-garis warna ini yang
sesuai dengan aksentuasi septal tampak sebagai pita-pita hipoekoik pada sonografi
gray-scale (lihat Gamb. 24-29H,I). Doppler Spektral menunjukkan peningkatan
aliran diastolik pada orchitis unkomplikata. (Gamb. 24-30A). Jika dibiarkan tanpa
pengobatan, seluruh testis mungkin terlibat, tampak hipoekoik dan membesar.
Karena tekanan dalam testis meningkat dari edema, infark vena perdarahan mungkin
terjadi, menampilkan awalnya hiperekoik dan kemudian hipoekoik (lihat Gamb.24-
29). Iskemia dan kemudian infark mungkin terjadi jika vaskularitas testis terganggu
oleh oklusi vena dalam epididimis dan tali. Jika disrupsi vaskular berat,
menyebabkan infark testis komplit, perubahan tidak dapat dibedakan dari yang
terlihat pada torsio testis. Sonografi Doppler Color flow mungkin menunjukkan area
fokal dari hiperemis reaktif dan peningkatan aliran darah terkait dengan area
avaskular relative dari infark baik pda testis dan epididimis pada kasus epididimo-
orchitis berat. Pembalikan aliran diastolik dalam bentuk gelombang arteri testis
merupakan temuan tidak baik terkait dengan infark testis pada kasus epididimo-
orchitis berat (lihat Gamb. 24-30B). Sebagai tambahan pada infark, komplikasi lain
epididimo-orchitis akut termasuk abses dan piokel (lihat Gamb. 24-13 dan 24-18F).
Perubahan kronik mungkin tampak pada epididimis atau testis dari epididimo-
orchitis yang secara klinis sembuh. Pembengkakan epididimis mungkin tetap ada dan
tampak sebagai massa heterogen pada sonografi (lihat Gamb. 24-23A). Testis
mungkin memiliki tampilan bergaris, persisten dari aksentuasi septal dari fibrosis
(Gamb. 24-31 dan 24-32). Tampilan bergaris testis ini nonspesifik dan juga dapat
dilihat setelah iskemia dari torsio atau selama perbaikan hernia. Tampilan heterogen
yang mirip pada testis mungkin terlihat pada pasien usia tua akibat atrofi dan
sklerosis tubulus seminiferus. Daerah fokal infark pada testis mungkin tetap ada
sebagai area hipoekoik bentuk baji atau kerucut atau mungkin tampak sebagai skar
hiperekoik. Jika infark komplit telah terjadi pada testis akibat epididimo-orchitis,
testis akan mengecil, dengan ekotekstur hipoekoik atau heterogen.
TRAUMA
Diagnosis cepat dari ruptur testis adalah sangat penting karena hubungan langsung
antara intervensi bedah awal dan kemampuan menyelamatkan testis. Sekitar 90%
ruptur testis dapat diselamatkan jika dilakukan pembedahan dalam 72 jam pertama,
sedangkan hanya 45% yang mungkin diselamatkan setelah 72 jam. Diagnosis klinis
sering tidak mungkin dilakukan karena pembengkakan dan nyeri skrotal yang jelas.
Jeffrey et al. mengidentifikasi secara tepat 12 dari 12 kasus ruptur testis
menggunakan sonografi. Ciri sonografi mencakup daerah fokal dari perubahan
ekogenisitas testis, sesuai dengan daerah perdarahan atau infark, dan pembentukan
hematokel pada 33% pasien. Pesawat fraktur diskret diidentifikasi hanya pada 17%
kasus (Gamb. 24-33). Kontur testis sering irregular. Walaupun ciri ini tidak spesifik
untuk ruptur testis, ini mungkin sugestif untuk diagnosis pada keadaan klinis yang
sesuai, mendorong eksprolasi pembedahan segera. Disrupsi vaskular mungkin juga
akan tampak pada sonografi Doppler aliran warna. Diperlukan perhatian untuk
menghindari misdiagnosis hematoma intraskrotal kompleks sebagai ruptur testis.
Sonografi juga dapat digunakan untuk melihat keparahan trauma skrotum akibat luka
peluru. Hematoma dan hematokel dapat dibedakan dari ruptur testis, dan benda asing
dapat dilokalisir. Evaluasi Doppler aliran warna dan gray-scale cermat pada
epididimis harus dilakukan dalam semua pemeriksaan untuk trauma tumpul.
Epididimitis traumatik mungkin merupakan temuan terisolasi yang seharusnya tidak
membingungkan dengan proses infeksi.
KRIPTORKISMUS
Normalnya testis mulai turun melalui kanalis inguinalis ke dalam kantung skrotum
pada sekitar minggu ke 36 kehamilan. Gubernakulum testis merupakan struktur
fibromuskular yang memanjang dari polus bawah testis ke skrotum dan memandu
penurunan testis, yang normalnya selesai pada saat dilahirkan. Undesensus testis
merupakan salah satu penyebab tersering anomali genitourinaria pada bayi laki-laki.
Saat dilahirkan, 3.5% bayi laki-laki dengan berat lebih dari 2500 g menderita
undesensus testis; 10% hingga 25% dari kasus tersebut terjadi bilateral. Gambaran
ini berkurang menjadi 0.8% pada usia satu tahun karena testis turun spontan pada
sebagian besar bayi. Insidensi undesensus testis meningkat menjadi 30% pada bayi
premature, mencapai 100% pada neonates yang beratnya kurang dari 1 kg saat lahir.
Penurunan sempurna diperlukan untuk maturasi testis.
GAMBAR 24-29. Epididimo-orchitis, epididimitis, dan orchitis- spektrum tampilan. A
dan B, Epididimitis akut. Pemeriksaan scan longitudinal gray-scale (A) dan Doppler warna
(B) menunjukkan pembesaran dan ekotekstur heterogen dari ekor epididimis dengan
peningkatan aliran yang jelas dalam ekor epididimis dan peningkatan aliran minimal dalam
testis yang berdekatan. C, Epididimo-orchitis akut. Scan Doppler warna longitudinal
menunjukkan peningkatan aliran dalam epididimis dan testis. D dan E, Orchitis akut.
Gambaran dual longitudinal gray-scale (D) dan gambaran Doppler warna (E) menunjukkan
testis kanan hipoekoik dan memiliki peningkatan aliran yang jelas.
Malposisi testis mungkin berlokasi dimanapun sepanjang jalur penurunan
dari retroperitoneum ke skrotum. Sebagian besar (80%) undesensus testis yang
teraba, berada pada atau di bawah kanalis inguinalis. Anorchia terjadi pada 4% dari
sisa pasien dengan dengan testis yang tidak teraba.
GAMBAR 24-29, lanjutan. Epididimo-orchitis, epididimitis, dan orchitis- spektrum
tampilan. F, Scan longitudinal gray-scale dengan epididimo-orchitis selama 3 minggu yang
tidak sembuh dengan terapi antibiotik menunjukkan area hipoekoik dalam testis dan
pembesaran heterogen dari tali epididimis. G, Gambaran Doppler warna menunjukkan
peningkatan aliran dalam testis dan epididimis dengan area yang mengalami pengurangan
aliran akibat iskemia (panah). H dan I, Orchitis akut. Gambaran longitudinal gray-scale
dan Doppler warna menunjukkan pita hipoekoik akibat aksentuasi septal dari edema dan
peningkatan vaskularitas testis.
Lokasi undesensus testis penting untuk pencegahan dua komplikasi
potensial kriptorkismus : infertilitas dan kanker. Infertilitas berasal dari
perubahan patologis progresif yang berkembang pada undesensus testis dan testis
normal, kontralateral setalah usia satu tahun. Undesensus testis 48 kali lebih mungkin
untuk mengalami perubahan keganasan daripada testis yang turun normal.
Diperkirakan bahwa defisiensi hormonal yang menyebabkan kegagalan penurunan
testis sebagai predisposisi keganasan pada pasien. Setiap tahun, sekitar 0,04% pasien
dengan undesenses testis, menjadi karsinoma. Risiko kematian seumur hidup dari
malignansi testis pada pria semua usia dengan undesensus testis sekitar 9.7 kali risiko
pada pria normal. Risiko malignansi meningkat baik pada undesensus testis setelah
orchiopeksi maupun testis yang turun normal. Oleh karenanya, penting dilakukan
pemeriksaan serial yang cermat pada kedua testis.
Akibat lokasi kanalis inguinalis yang superficial pada anak-anak, sonografi
undesensus testis harus dilakukan dengan transduser frekuensi tinggi. Secara
sonografi, undesensus testis sering lebih kecil dan sedikit kurang ekogenik daripada
testis kontralateral yang turun normal (Gamb. 24-34). Kelenjar limfe yang besar atau
gubernakuli pars infravaginalis (PIG), dimana pada segmen bulbus distal dari
gubernakulum testis, bisa keliru sebagai testis. Setelah penurunan testis selesai, PIG
dan gubernakulum normalnya atrofi. Jika testis tetap undesensus, kedua struktur
tersebut tetap ada. PIG terletak di distal undesensus testis, biasanya dalam skrotum,
tetapi juga dapat ditemukan pada tali inguinal. Secara sonografi, PIG merupakan
struktur hipoekoik, seperti-tali yang ekogenisitasnya mirip testis, dengan
gubernakulum yang menuju ke arahnya.
GAMBAR 24-30. Perubahan Doppler Spektral pada orchitis. A, Orchitis
unkomplikata. Scan longitudinal dengan tanda Doppler spectral menunjukkan peningkatan
aliran diastolic dalam testis. B, Orchitis dengan compromise vena. Scan longitudinal
dengan tanda Doppler spektral pada orchitis yang lebih berat menunjukkan pembalikan
aliran diastolic akibat edema hambatan aliran vena.
GAMBAR 24-31. Testis “bergaris” heterogen. Gambaran dual transversal menunjukkan
heterogenesitas pada testis kanan dengan aksentuasi septal yang jelas akibat orchitis
sebelumnya. Tampilan ini juga mungkin tampak setelah iskemia.
Kesuksesan sonografi dalam pada lokalisasi undesensus testis bervariasi di
antara seri. Wolverson et al. melaporkan sensitivitasnya 88%, spesifitasnya 100%,
dan akurasinya 91% pada lokalisasi sonografik dari undesensus testis. Pada studi
selanjutnya, Weiss et al. melaporkan sensitivitas 70% pada testis yang teraba dan
13% pada testis yang tidak teraba. Sensitivitas dan spesifitas MRI mirip sonografi
pada evaluasi kriptorkismus. MRI memberikan dua keuntungan utama dengan
sonografi: non invasif dan kurangnya radiasi pengion. Keunggulan tambahan dari
MRI adalah kemampuan untuk memperoleh gambaran multiplanar dari
retroperitoneum dan regio inguinal. Undesensus testis memiliki karakteristik
hipointens sehubungan dengan lemak pada rangkaian repetisi waktu /waktu echo
singkat, dan hiperintens atau isointens sehubungan dengan lemak pada rangkaian
waktu repetisi /waktu echo lama. Karakteristik sinyal dari undesensus testis ini
identik untuk testis skrotum tersebut. Kelemahan MRI termasuk biaya, waktu
skanning yang lama, dan seringkali, membutuhkan sedasi. Sonografi sering
digunakan pada evaluasi awal kriptorkismus, walaupun nilainya dipertanyakan
karena kurang sensitive dalam mendeteksi testis tinggi intra-abdominal. Banyak ahli
bedah menggunakan pendekatan pembedahan yang sama baik testis terlihat secara
sonografi ataupun tidak. Undesensus testis yang tidak tervisualisasi pada sonografi
atau MRI tidak meniadakan keberadaannya, dan karenanya laparoskopi atau
eksplorasi pembedahan harus dilakukan jika terindikasi secara klinis.
GAMBAR 24-32. Fibrosis testis setelah orchitis. Spesimen patologis dari testis
menunjukkan pita linear fibrosis (daerah putih) akibat orchitis berat sebelumnya. Testis
“end-stage” serupa dapat memiliki tampilan ini akibat iskemia.
GAMBAR 24-34. Testis dalam kanalis inguinalis. Scan longitudinal menunjukkan
undesensus testis, ovoid, memanjang.
GAMBAR 24-33. Fraktur testis. Scan transversal menunjukkan testis heterogen dengan pita
linear (panah) yang mengindikasikan suatu fraktur. H, Hematoma testis