Les Bedah, Anestesiologi, Radiologi
description
Transcript of Les Bedah, Anestesiologi, Radiologi
Oleh: dr. Widya EmilianaTIM UKMPPD UNIVERSITAS MALAHAYATI
TRAUMA LIFE SUPPORT
Triase
Merah (segera) = tidak akan bertahan tanpa terapi segera, punya kemungkinan selamat
Kuning (observasi) = perlu observasi (& mungkin triase ulang). Sekarang stabil, tidak dalam bahaya maut. Butuh perawatan. Dalam kondisi normal akan segera ditangani.
Hijau (tunggu) = “walking wounded”; butuh terapi setelah pasien kritis ditangani
Putih (dismiss) = luka minor, tidak perlu penanganan dokter
Hitam (expectant) = meninggal/luka sangat ekstensif sehingga tidak bisa selamat dengan terapi yang tersedia
PRIMARY SURVEY
1. AIRWAY (WITH C-SPINE PROTECTION) TRIPLE MANEUVERS OFA, NFA, LMA DEFINITIVE AIRWAY2. BREATHING AND VENTILATION3. CIRCULATION WITH HEMORRHAGE CONTROL4. DISABILITY: NEUROLOGIC STATUS5. EXPOSURE/ ENVIRONMENTAL CONTROL WITH
HYPOTHERMIA PREVENTION
AIRWAY MANAGEMENT:
Penyebab obstruksi jalan nafas pada pasien tidak sadar :Lidah jatuh benda asing: muntahan, darahStimulasi terhadap pasien setengah sadar menyebabkan Laringospasme upper airway Trauma wajahRadang (epiglotitis dan edema faring)
• bisa obstruksi total atau parsial (jika tidak dikoreksi) akan apnea dan cardiac arrest dalam 5 – 10 min ,obstruksi parsial harus dikoreksi dgn benar jika tidak dapat terjadi kerusakan otak dan kerusakan jantung arrest
Penilaian obstruksi jalan nafas;
Tidak dapat mendengar dan merasakan aliran udara di hidung dan mulut obstruksi total
pasien masih bernafas retraksi interkostal dan supraklavikular saat inspirasi
obstruksi parsial : snoring, crowing, gurgling, wheezing
Hypercarbia somnolence
Hypoxemia stimulasi simpatis
Definitive airway/Airway protection
Jika tidak sadar Cedera berat maxillofacial Risiko aspirasi, obstruksi, hematom
laring/trachea Ventilation-Apnea-respirasi tidak
adekuat-cedera kepala berat
Indikasi: tidak dapat intubasi trachea-Edema Glottis-Fractur laring-perdarahan oropharingeal berat
Surgical airway
ccricothyrotomy
Algoritma airway
KEGAWATDARURANTAN BREATHING DAN VENTILATION1. PNEUMOTHORAX VENTIL
KEGAWATAN : TIDAK PERLU DI RONTGEN KLINIS: JEJAS PADA HEMITHORAX, JVP
MENINGKAT, PERKUSI HIPERSONOR, BP TURUN
TINDAKAN: NEEDLE DECOMPRESSION ICS 2 LINEA MIDCLAVICULA
2. OPEN PNEUMOTHORAX LUKA TAJAM BESAR SUCKING CHEST WOUND TINDAKAN: BALUT LUKA3 SISI3. FLAIL CHEST DAN CONTUSIO PARU
Pneumotoraks Perkusi hipersonor Ro: pleural line, radiolusen
pd hemitoraks yg terkena Tension pneumotoraks:
hipotensi, trakea terdorong, distensi vena jugular
Hematopneumotoraks air fluid level
Stages of Shock
Timeline and
progression will depend on: -Cause -Patient Characteristics -Intervention
Insult
Preshock(Compensation)
Shock(CompensationOverwhelmed)
End organDamage
Death
Hypovolemic Shock
Distributive Shock
Cardiogenic Shock
ObstructiveShock
HR Increased Increased(Normal in Neurogenic shock)
May be increased or decreased
Increased
JVP Low Low High High
BP Low Low Low Low
SKIN Cold Warm (Cold in severe shock)
Cold Cold
CAPREFILL
Slow Slow Slow Slow
CLASS I CLASS II CLASS III CLASS IV
BLOOD LOSS
750 CC (15%)
750-1500 CC (15-30%
1500-2000 CC (30-40%)
>2000CC (>40%)
PULSE <100 100-120 120-140 >140
BP SYST Low Low Low Low
RR Cold Warm (Cold in severe shock)
Cold Cold
URINE OUTPUT
Slow Slow Slow Slow
CLASSIFICATION OF HEMORRHAGIC SHOCK
Stages of Sepsis
SIRS
SEPSIS
SEVERESEPSIS
SEPTICSHOCK
MODS/DEATH
Definitions of Sepsis
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) – 2 or > of:
-Temp > 38 or < 36 -RR > 20
-HR > 90/min -WBC >12,000 or <6,000 or more than 10%
immature bands
Sepsis – SIRS with proven or suspected microbial source
Severe Sepsis – sepsis with one or more signs of organ dysfunction or hypoperfusion
Definitions of Sepsis
Septic shock = Sepsis + Refractory hypotension-Unresponsive to initial fluids 20-40cc/kg – Vasopressor dependant
MODS – multiple organ dysfunction syndrome-2 or more organs
SISTEM SYARAF
EDH vs. SDH (2) Lucid interval periode sadar antara dua
periode tidak sadar, khas pada EDH. CT Scan bikonveks
SDH – ada lateralisasi, pada CT scan gamparan Sabit (ingat SDH ingat Sabit)
ICH – ada lateralisasi, pada CT scan hiperdens
SAH – nyeri kepala yang paling hebat, mual muntah, fotofobia. CT scan gambaran hiperdens menggantikan CSF
Perdarahan subdural sumber: bridging veins (progresi lbh lambat, bs berminggu2)
Perdarahan subaraknoid nyeri parah dg progresi cepat (thunderclap headache), gejala iritasi meninges (kaku kuduk)
Perdarahan intraventrikel energi penyebab trauma >>>
Perdarahan intraserebral defisit neuro sesuai area yg terkena
GLASGOW COMMA SCALE
PRINSIP PENANGANAN KASUS TRAUMA KEPALA
CKR: GCS 14-15, TIDAK ADA RGA PASIEN DIBOLEHKAN PULANG DENGAN
OBS 24 JAM TIDAK BOLEH KONSUMSI ALKOHOL/ OBAT
HIPNOTIK ANALGETIK DIBATASI HANYA DIBERI
ACETAMINOPHEN JIKA TERJADI: PENURUNAN KESADARAN/
SAKIT KEPALA HEBAT/ MUNTAH, KEMBALI KE YANKES
PRINSIP PENANGANAN KASUS TRAUMA KEPALA
CKB/CKS ELEVASI KEPALA 30 DERAJAT PASIEN TIDAK SADARKAN DIRI
PROTOKOL A-B-C-D UTK PASIEN CKB (GCS<8): PASANG
DEFINITIVE AIRWAY JIKA ADA TANDA-TANDA PENINGKATAN TIK/
TANDA HERNIASI UNCAL: BERI MANNITOL 20 MG/KGBB/6 JAM. ALT: NACL 3%
JANGAN BERI DEXTROSE: MENINGKATKAN TIK
SIST. INTEGUMEN &MUSKULOSKELETAL
LUKA terputusnya
kontinuitas jaringan tubuh.
Tujuan manajemen luka :
mendapatkan penyembuhan yang cepat
fungsi dan hasil estetik yang optimal
FASE PENYEMBUHAN LUKA:1. Respons inflamasi akut : hemostasis, pelepasan histamin dan mediator inflamasi lain dari sel-sel yang rusak serta migrasi lekosit ke tempat luka.2. Fase destruktif : pembersihan debris dan jaringan nekrotik oleh makrofag dan netrofil3. Fase proliferatif : neovaskularisasi dan diperkuat dengan jaringan ikat.4. Fase maturasi : adanya re-epitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi jaringan ikat
LUKA PRIMER VS LUKA SEKUNDER Luka Primer :
- Menyatukan kedua tepi luka dengan jahitan, plester, skin graft, flap- Hanya sedikit jaringan yang hilang- Luka bersih- Jaringan granulasi yang dihasilkan sedikit- Re-epitelisasi sempurna dalam 10-14 hari, menyisakan jaringan parut tipis
LUKA PRIMER VS LUKA SEKUNDER Luka Sekunder :
- Tidak ada tindakan aktif untuk menutup luka,
luka sembuh secara alamiah
- Jaringan yang hilang cukup luas
- Jaringan granulasi yang dihasilkan banyak
- Luka terbuka sehinga kadang kotor
- Jaringan granuylasi yang dihasilkan banyak
- Jaringan parut luas dan hipertrofi, jaringan
yang dihasilkan kurang kuat
LUKA-LUKA KHUSUS
Luka gigitan binatang yang merupakan vektor rabies
Snake bite Luka dengan resiko tetanus Luka bakar
RABIES DAN PENCEGAHANNYA Rabies ialah penyakit infeksi virus rabies yang
menyerang susunan syaraf pusat dengan angka mortalitas 100%
Terdapat 2 jenis Vaksin Anti Rabies(VAR):A.Vaksin Purifed Verp Rabies Vaccine (PVRV) Diberikan 4x IM; h-0 (2 dosis), h-7 (1dosis), h-
21 (1 dosis)B. Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV) Vaksinasi diberikan 7x dalam 7 hari Vaksin pertama diberikan subcutan di
abdomen Selanjutnya diberikan intracutan di fleksor
lengan bawah Dosis dewasa 0.25cc, anak-anak 0.1 cc
RABIES DAN PENCEGAHANNYASERUM ANTI RABIES1. Serum heterolog ( Kuda ), disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka
sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular.
Dosis 40 Iu/KgBB diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0, dengan melakukan skin test terlebih dahulu.
2. Serum homolog, disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka
sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular.
Dosis 20 Iu/kgBB diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0.
SNAKE BITEJenis ular berbisa DAN racunnya yang banyak dijumpai di Indonesia adalah jenis ular :Hematotoksik, seperti ular hijau, ular tanah, menyebabkan perdarahan spontan dan kerusakan endotel (racun prokoagulan memicu kaskade pembekuan)Neurotoksik, ular welang, ular sendok,ular kobra, ular laut. Neurotoksin pascasinaps terikat pada reseptor asetilkolin pada motor end-plate sedangkan neurotoxin prasinaps mencegah pelepasan asetilkolin pada neuromuscular junction. Beberapa spesies memproduksi rabdomiolisin sistemik
SNAKE BITEMenurut Parrish, terdapat klasifikasi derajat gigitan ular:Derajat I: Terdapat bekas gigitan 2 taring, pembengkakan diameter 1 - 5 cm, tidak ada gejala sistemik observasiDerajat II: Sama dengan derajat I, terdapat ptechiae atau ecchymosis, nyeri hebat dalam 12 jam SABU 3-4 vialDerajat III: Sama dengan derajat I dan II, syok dan distress pernapasan, ecchymosis di seluruh tubuh SABU 5-15 vialDerajat IV: Sangat cepat memburuk +6-8 vial
TETANUS
TETANUSDerajat I (tetanus ringan) : • Trismus ringan sampai sedang Kekakuan umum: kaku kuduk,
opistotonus, perut papan• Tidak dijumpai disfagia atau
ringan• Tidak dijumpai kejang• Tidak dijumpai gangguan
respirasi Derajat II (tetanus sedang) : • Trismus sedang• Kekakuan jelas• Dijumpai kejang rangsang,
tidak ada kejang spontan• Takipneu• Disfagia ringan
Derajat III (tetanus berat) : • Trismus berat• Otot spastis, kejang spontan• Takipne, takikardia• Serangan apne (apneic spell) • Disfagia berat• Aktivitas sistem autonom
meningkat
Derajat IV (stadium terminal],
derajat III ditambah dengan : • Gangguan autonom berat• Hipertensi berat dan takikardi,
atau• Hipotensi dan bradikardi• Hipertensi
PENCEGAHAN TETANUS
PENCEGAHAN TETANUS
PENCEGAHAN TETANUS
TERAPI TETANUS 1. Antibiotik (penisilin prokain, ampisilin,
tetrasiklin, metronidazol, eritromisin), Bila terdapat sepsis/ pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin.
2.Netralisasi toksin :
Anti tetanus serum (ATS),dilakukan uji kulit lebih dulu . Bila tersedia, dapat diberikan human tetanus immunoglobulin (HTlG)
3. Anti konvulsan (diazepam). 4.Perawatan luka atau port d'entree dilakukan
setelah diberi antitoksin dan anti-konvulsan
LUKA BAKAR
RESUSITASI CAIRAN
FRAKTUR DAN DISLOKASIPemeriksaan Status Lokalis• Look: cek bengkak, memar, deformitas,
dan keutuhan kulit untuk menentukan adanya fraktur terbuka. Tanda2 ggn NVD.
• Feel: nyeri tekan, palpasi nadi ,sensibilitas kulit di bagian distal
• Move: gerakan abnormal, krepitasi. Pasien diminta untuk menggerakkan bagian distal dari cedera untuk menilai gangguan fungsi syaraf.
FRAKTUR TERTUTUP• Reduksi (Reduce)– Reduksi Tertutup (Closed Reduction): efektif jika
periosteoum dan otot masih utuh, dilakukan di bawah anestesi dan dalam kondisi otot rileks.
– Reduksi Terbuka (Open Reduction) –apabila reduksi tertutup gagal, kesulitan mengontrol fragmen, atau jika melibatkan sendi besar yang sangat mobile.
Hold/ Imobilisasi- Traksi Kontinyu (Continuous Traction)- Cast Splintage: Prinsip pemasangan gips adalah
melewati 2 sendi, tidak terlalu ketat sehingga tidak mengganggu vaskularisasi dan inervasi syaraf.
... Lanjutan
- Functional Bracing - Fiksasi Internal (Internal Fixation) –
dilakukan secara operatif dengan memasang pen.
- Fiksasi Eksternal (External Fixation) – dilakukan secara operatif dengan memasang wire dan baut-baut yang difiksasi di luar ekstremitas.
FRAKTUR TERBUKA
FRAKTUR TERBUKA • Profilaksis Antibiotik• Debridemen• Stabilisasi– Stabilisasi fraktur terbuka dilakukan secara
reduksi terbuka (open reduction). Sementara untuk fiksasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal maupun internal tergantung pada kondisi fraktur.
• Menutup Luka– fraktur derajat I dan II: dapat segera dijahit
setelah dilakukan debridement dan stabilisasi. Jika lebih besar dibantu dengan skin graft
HIP DISLOCATION POSTERIOR HIP DISLOCATION (>90% kasus)
ANTERIOR HIP DISLOCATION
• Nyeri lutut, nyeri pada sendi panggul bag. belakang, sulit menggerakkan ekstremitas bawah
• Kaki terlihat memendek dan dalam posisi fleksi, endorotasi, dan adduksi
Risk Factor
• Kecelakaan
• Improper seating
adjustment
• sudden break in
the car
Gejala
• Nyeri pada sendi panggul
• Tidak dapat berjalan atau melakukan adduksi dari kaki.
• Kaki tampak eksorotasi, abduksi, eksteni pada panggul
DISLOKASI BAHUDislokasi Anterior– Lengkung (contour) bahu berubah,– Posisi bahu abduksi & rotasi ekterna– Teraba caput humeri di bag anterior– Back anestesi à ggn n axilaris• Dislokasi Posterior– Lengan dipegang di depan dada– Adduksi– Rotasi interna– Bahu tampak lebih datar (flat and squared
off)
Sprain/”Keseleo” Sprain dan Strain adalah cedera
olahraga/muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Perbedaan pada bagian yang terkena
Sprain Cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada ligamen (penghubung antar tulang)
Strain Cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada otot maupun tendon (penghubung tulang dan otot)
Treatment: RICE + R
Rest Ice Compression Elevation Referal &Rehabilitation
SISTEM GASTROINTESTINAL DAN HEPATOBILIER
ATRESIA DAN GANGGUAN BAWAAN LAIN PADA SIST GIH(2) UNTUK MENGETAHUI LETAK ATRESIA : KLINIS,
FISIK DIAGNOSTIK, PEMERIKSAAN PENUNJANG MUNCUL GEJALA 24-72 JAM PERTAMA
KEHIDUPAN MUNTAH LANGSUNG PIKIRKAN A. ESOPHAGUS MUNTAH HIJAU PIKIRKAN A. DUODENUM MUNTAH HIJAU LATE ONSET+ TIDAK BAB
PIKIRKAN A. JEJUNOILEAL GAGAL EVAKUASI MEKONIUM DALAM 24 JAM, RT
FESES MUNCRAT HIRSCHPRUNG GAGAL EVAKUASI MEKONIUM, ANUS (-)
DENGAN FISTULA : A. ANI LETAK RENDAH; TANPA FISTULA: A. ANI LETAK TINGGI
Omfalokel tertutup peritoneum Gastroskisis usus saja terburai Duktus urakus persisten: keluar urin dari
perut tsb
Omfalokel VS Gastroschisis
HERNIA HERNIA BERDASARKAN LOKASI: HERNIA INGUINALIS LATERALIS HERNIA INGUINALIS MEDIALIS HERNIA UMBILIKAL HERNIA DIAFRAGMATIKA
Hernia – Klasifikasi Lokasi
TIPE HERNIA MENURUT LOKASIHernia inguinal
Hernia femoralismasuk melalui kanalis femoralis (di bawah kanalis inguinalis)
Tipe Definisi
Hub. dgn arteri
epigastrik inferior
Bisa mencapai skrotum?
Awitan (umumn
ya)
Indirek
Akibat tidak tertutupnya cincin inguinal interna. Viscera masuk melalui cincin tersebut dan bisa mencapai skrotum.
Lateral YaKongenit
al
DirekMasuk dari titik lemah pada fasia dinding abdomen (segitiga Hesselbach)
Medial Tidak Dewasa
Hernia INGUINALIS – Klasifikasi Kondisi
TIPE HERNIA INGUINALIS MENURUT KONDISIReponibilis : bisa dimasukkanIreponibilis : tidak bisa dimasukkanInkarserata : terjadi obstruksi (muntah, konstipasi)Strangulata : terjadi iskemia (nyeri)
APPENDICITIS AKUT (3B)
Appendisitis• Appendisitis merupakan peradangan appendiks
vermivormis, penyebab nyeri abdomen akut paling sering, hampir 10% populasi akan mengalami appendisitis akut
• Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI 2012), dokter umum harus dapat membuat diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, memutuskan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien, serta merujuk ke spesialis yang relevan kasus appendisitis akut (kategori 3B).
DIAGNOSIS APPENDICITIS: ALVARADO SCORE
Gejala Nyeri berpindah 1
Anorexia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeri kanan bawah 2
Rebound 1
Peningkatan suhu 1
Lab Leukositosis 2
Hitung leukosit bergeser ke kiri 1
9-10 (almost certain) harus segera operasi
7-8 (high likehood) dipastikan dengan pencitraan abdomen
5-6 (compatible) dipastikan dengan pencitraan abdomen
0-4 (extremely unlikely, but not immposible) observasi
Total poin 1036
Hemorrhoid
PEMBAGIAN BERDASARKAN DERAJAT HEMORRHOID
I. Berdarah sajaII. Masuk sendiriIII. Dimasukkan dengan tanganIV. Tidak dapat dimasukkan
ILEUS (2)Ileus merupakan gangguan pasase usus. Terjadi karena sumbatan (obstruktif/mekanik) maupun karena kelumpuhan otot – otot usus (paralitik).
PRINSIP PENANGANAN AWAL ILEUS
Dekompresi tekanan intraabdomen dengan Naso Gastric Tube (NGT)
Stabilisasi A-B-C Pemeriksaan Penunjang: Penapisan: abdomen 3 posisi Mencari Kausa: USG, Foto Abdomen
dengan kontras
SISTEM GINJAL DAN SALURAN KEMIH
Batu Saluran Kemih (3B)
Batu kalsiumradioopaq 80% mengandung ca.oksalat,ca.fosfat,asam
urat,MAP,xantyn,dan sistin Etio:hiperkalsiuri,hiperoksalouri,hiperurikosu
ria,hipositraturia,hipomagnesiuria Batu struvit (MAP) batu infeksi
gol.urea splitter Batu asam urat pasien
gout,staghorn,fillinng defect(radiolusen pada PIV),acoustic shadowingUSG
Batu jenis lain
TEKNIK RADIOGRAFI BATU SAL. KEMIH
- FOTO POLOS BNO- FOTO IVP (DENGAN KONTRAS)- USG
Kelainan kongenital pada genital Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit dan nyeri saat
berkemih, perlu mengedan dan sebelum berkemih ada gelembung di
penis
Parafimosis: preputium menjepit batang penis, saat diretraksi
tidak dapat dikembalikan lagi, merupakan keadaan emergency dalam
urologi
Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak berada di ujung glans
penis, tetapi di bagian bawah (ventral), keluhan pasien: kencing
menetes
Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal) penis
Kelainan kongenital paling sering pada genitalia pria
Pada kasus langka dapat terjadi pada dewasa muda
Dapat unilateral (2/3) & bilateral (1/3)
Insidens 3% bayi aterm dan 30% bayi prematur
80% kasus membaik pada usia 1 tahun (paling sering dalam usia 3 bulan pertama)
Normalnya, testis turun pada masa gestasi 8-14 minggu
Cryptorchidism / UNDESCENDED TESTIS
TORSIO TESTIS (3B) TERPUNTIRNYA SPERMATIC
CORD TESTIS TESTIS NAIK, NYERI, POSISI
HORIZONTAL, ANCAMAN ISKEMIA DAN NEKROSIS TESTIS
KEGAWATAN TESTIS: BUTUH INTERVENSI OPERATIF SEGERA
JIKA TIDAK BISA DIOPERASI DALAM 6 JAM: MANUAL DETORSION
DD: EPIDIDIMITIS BEDA: PHREN SIGN, TT (-)
EPIDIDIMITIS (+)
TRAUMA SIST. GENITOURINARIA (3B) Ruptur urethra: Gejala dan tanda:
– Perineum terbentur Dapat menyebabkan straddle injuries– trauma uretra anterior distal-uretra membranosa
– Trauma uretra posterior uretra membranosa-prostatika trauma tumpul seperti kecelakaan motor.
– Hematuria– Tidak bisa BAK– Terdapat darah di meatus
Diagnosis:– retrograde urethrography
Hal ini didukung dengan adanya hematom pada penis atau hematoma kupu-kupu (robekan pada korpus spongiosum)
Fraktur pelvis biasanya menyebabkan ruptur buli
PEM. PENUNJANG TRAUMA SISTEM GENITOURINARIA Pemeriksaan penunjang pada ruptur uretra
posterior adalah uretrocystogram retrogade pyelogram: injeksi kontras ke ureter
utk liat ginjal dan ureter uretra ga kliatan anterograd pyelogram injeksi kontras dari
darah utk liat ureter dan ginjal Uretrocystogram injeksi kontras dari uretra
untuk liat bocor dmana voiding uretrocystogram: kontras dmasukin lewat
kateter suprapubik diobservasi dengan floroskopi. Kalo masuk ke ureter/ginjal vesicouretral reflux
intravena urogram: kontras dimasukin lewat darah utk visualisasi ginjal, ureter, uretra (kaya IVP)
BPH (2) Pembesaran prostate di zona transisional prostate Gejala pada BPH adalah Gejala LUTS (lower urinary tract symptoms): Gejala Obstruksi (hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi, atau retensi urin total),
Gejala iritasi (frekuensi, nokturi, urgensi, disuri).
PF: Rectal touche Penunjang: USG Tatalaksana: alfa-bloker (tamsulosine), 5-alfa-reduktase inhibitor (finasteride), tindakan bedah (TURP, TUIP, prostatektomi)
MASALAH PAYUDARA
Fibroadenoma mammae (FAM) Massa kenyal, berbatas tegas, mobile, tanpa tanda
peradangan Tumor Phyllodes
Berasal dari sel periduktal 80-85% jinak, sisanya ganas Massa keras, berbatas tegas, mobile, kulit permukaan
tipis dan mengkilat, vena dapat terlihat, ukuran bisa mencapai 30 cm
Ca mammae Massa keras, permukaan tidak rata/bernodul, tidak
berbatas tegas, immobile, peau d’orange, retraksi puting, nipple discharge, ulserasi
Fibrokistik (fibrocystic breast changes) Akibat hiperproliferasi jaringan ikat Massa kenyal, permukaan rata, batas tegas, muncul
berkaitan dengan siklus menstruasi Lipoma
Tumor jinak jaringan lemak
Ca mammae = curiga bila massa keras, ireguler, terfiksasi Disertai perubahan ukuran/bentuk
payudara (asimetri payudara), perubahan kulit (bengkak, penebalan, radang, edema/peau d’ orange), abnormalitas puting (retraksi, inversi, bloody discharge, ulserasi), massa aksila