(LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT...

78
GAMBARAN POLIMORFISME GEN LEPTIN RECEPTOR (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT ORANGTUA DIABETES MELITUS TIPE 2 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : RISFY GUSTI PAMUNGKAS 11151030000015 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2018 M

Transcript of (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT...

Page 1: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

GAMBARAN POLIMORFISME GEN LEPTIN RECEPTOR

(LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT

ORANGTUA DIABETES MELITUS TIPE 2

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

RISFY GUSTI PAMUNGKAS

11151030000015

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 2: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak
Page 3: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak
Page 4: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak
Page 5: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabaralatuh,

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan ridho-Nya sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan laporan penelitian dengan judul GAMBARAN

POLIMORFISME GEN LEPTIN RECEPTOR (LEPR) PADA ANAK

DENGAN RIWAYAT ORANGTUA DIABETES MELITUS TIPE 2.

Penulis juga berterimakasih atas doa dan bantuan dari berbagai pihak

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Orang tua saya yang telah membesarkan, memberi doa, mencurahkan hati

dan raga nya untuk anak-anaknya, memberikan yang terbaik untuk anak-

anaknya sehingga memberikan saya semangat untuk menyelesaikan

penelitian ini.

2. Dr. Hari Hendarto, Sp.PD, K.EMD selaku Dekan Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Kepala Program Studi

Pendidikan dokter Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD dan DR. Zeti Harriyati,

M.Biomed. Selaku pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan,

mengajarkan, memfasilitasi dan membantu penelitian ini.

5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak Ayi dan Mba Suryani

yang telah membantu berjalannya penelitian ini.

6. Intan Aziz sebagai teman kelompok penelitian yang telah saling

membantu dan menyemangati menyelesaikan penelitian ini.

7. Teman-teman dan adik kelas angkatan 2015, 2016 dan 2017 yang telah

rela membantu menjadi responden penelitian.

8. Pasien klinik dan peserta prolanis beserta keluarganya yang rela

membantu menjadi responden penelitian.

9. Pegawai klinik Salsabilla Medical Centre yang telah membantu

mencarikan responden penelitian.

Page 6: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

v

10. Teman-teman amigdala 2015 yang selalu memberi semangat.

11. Iang Fatma Putri yang selalu memberikan doa, menyemangati, dan

memberikan dukungan.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan penelitian ini masih banyak

terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan

diterima dan sangat dihargai oleh penulis demi laporan yang lebih baik. Penulis

berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan berharap

penelitian ini dapat dikembangkan lagi. Demikian, semoga Allah SWT selalu

memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada seluruh pihak yang membantu dalam

penelitian ini. Aamiin ya Allah ya Rabbal’alamin

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 28 November 2018

Penulis

Page 7: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

vi

ABSTRAK

Risfy Gusti Pamungkas, Program Studi Kedokteran, Gambaran

Polimorfisme Gen Leptin Receptor (LEPR) Rs 1137101 pada Anak dengan

Riwayat Orangtua Diabetes Melitus Tipe 2

Leptin Receptor (LEPR) merupakan reseptor hormon yang di ekspresikan di

hipotalamus dan berfungsi dengan berinteraksi dengan Hormon Leptin yang

berfungsi untuk meregulasi asupan makanan, suhu tubuh dan homeostasis energi.

Polimorfisme gen LEPR diketahui berkaitan dengan peningkatan indeks massa

tubuh (IBM), peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan, hiperleptinemia

dan faktor predisposisi resistensi leptin. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran polimorfisme genetik LEPR pada anak dengan riwayat

orangtua menderita Diabetes Melitus tipe 2 (N = 100). Metode yang digunakan

adalah Reverse Transcription – Polymerase Chain Reaction (RT-PCT). Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa genotip GG memiliki proporsi terbanyak (N =

83).

Kata Kunci : LEPR, DM tipe 2, RT-PCR

Page 8: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

vii

ABSTRACT

Risfy Gusti Pamungkas, Medicine Study Program, Representation of Leptin

Receptor (LEPR) Gene Polymorphism Rs 1137101 on Child of Parents with

Type 2 Diabetes Mellitus.

Leptin Receptor (LEPR) is a hormone receptor that expressed in the

hypothalamus and its main function is to interact with Leptin Hormone to regulate

food intake, body temperature and energy homeostasis. LEPR gene polymorphism

known to related with increased Body Mass Index (BMI), weigh gain, increase of

apetite, hyperleptinemia and predisposition to leptin resistance. The purpose of

this research is to know the representation of LEPR gene polymorphism on child

of parents with type 2 Diabetes Mellitus( N = 100 ). The method used on this

research are Reverse Transcription – Polymerase Chain Reaction (RT-PCT). The

result of this research show that GG genotype has higher frequencies (N = 83).

Page 9: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 4

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 5

1.5.2 Bagi perguruan tinggi ......................................................................... 5

1.5.3 Bagi Masyarakat ................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 6

2.1.1 Insulin ................................................................................................. 6

2.1.2 Diabetes Melitus ................................................................................. 8

2.1.3 Materi Herediter ................................................................................ 13

2.1.4 Single Nucleotide Polimorphism (SNP) ........................................... 17

2.1.5 Hormon Leptin dan Polimorfisme Gen Leptin Receptor .................. 18

2.2 Kerangka Teori ............................................................................................ 22

2.3 Kerangka Konsep ........................................................................................ 23

2.4 Definisi Operasional .................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 24

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 24

3.3 Sampel Penelitian ........................................................................................ 24

3.4 Besar Sampel ............................................................................................... 24

3.5 Teknik Pengambilan Sampel ....................................................................... 25

3.6 Kriteria Pemilihan Sampel .......................................................................... 25

3.6.1 Kriteria Inklusi .................................................................................. 25

3.6.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................... 26

Page 10: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

ix

3.7 Alur Penelitian ............................................................................................. 26

3.8 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 27

3.9 Cara Kerja Penelitian ................................................................................... 28

3.9.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 28

3.9.2 Isolasi DNA ....................................................................................... 28

3.9.3 Amplifikasi Genom dengan RT-PCR ................................................ 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Karakteristik Responden ..................................................................... 39

4.2 Isolasi Genom .............................................................................................. 39

4.3 Identifikasi Genetik LEPR Menggunakan RT-PCR.................................... 40

4.4 Frekuensi Alel Gen LEPR ........................................................................... 42

4.5 Analisis Hubungan Gen LEPR Anak dengan Orangtua DM tipe 2 ............ 43

4.6 Analisis Hubungan Gen LEPR dengan DM tipe 2 ...................................... 43

4.7 Keterbatasan Peneliti ................................................................................... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...................................................................................................... 45

5.2 Saran ............................................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46

LAMPIRAN ......................................................................................................... 50

Page 11: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ekskresi Insulin dari Sel Beta Pankreas .............................................. 7

Gambar 2.2 Cara Kerja Insulin pada Sel ................................................................. 8

Gambar 2.3 Omnious Octet ................................................................................... 10

Gambar 2.4 Faktor Resiko DM tipe 2 ................................................................... 12

Gambar 2.5 DNA .................................................................................................. 14

Gambar 2.6 Gen .................................................................................................... 15

Gambar 2.7 Kromosom ......................................................................................... 16

Gambar 2.8 Lokasi Mutasi Gen FTO, LEPR, PPARg dan TCF7L2 ................... 21

Gambar 3.1 Skema Kerja Isolasi DNA dari Darah ............................................... 31

Gambar 3.2 Skema Kerja Isolasi DNA dari Air Liur ............................................ 34

Gambar 3.3 Prinsip Kerja Probe pada Endpoint Genotyping ............................... 37

Gambar 3.4 Hasil dari Endpoint Genotyping ........................................................ 38

Page 12: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus .................................................... 9

Tabel 2.2 Definisi Operasional ............................................................................. 23

Tabel 3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 27

Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden Penelitian .............................. 39

Tabel 4.2 Data Kemurnian DNA Genom Responden ........................................... 40

Tabel 4.3 Data Distribusi Genotip Responden ...................................................... 41

Tabel 4.4 Distribusi Data Genotip Berdasarkan Pasangan Orang Tua Dengan DM

Tipe 2 dan Anak .................................................................................................... 41

Tabel 4.5 Hasil Kalkulasi MedCalc ...................................................................... 43

Page 13: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

xii

DAFTAR SINGKATAN

LEPR Leptin Receptor

DM Diabetes Melitus

WHO World Health Organization

IDF International Diabetes Federation

SNP Single Nucleotide Polymorphism

GLUT-4 Glucose Transporter-2

PGE 2 Prostaglandine E 2

ATP Adenosine Triphosphate

ADP Adenosine Diphosphate

HGP Hepatic Glucose Production

GLP-1 Glucagon-like Polypeptide 1

GIP Glucose-dependent Insulinotrophic Polypeptide

IGT Impaired Glucose Tolerance

DNA Deoxyribonuclei Acid

CFTR Cystic Fibrosis Transmembrane Conductance Regulator

NPY Neuropeptida Y

RT-PCR Reverse Transcription Polmerase Chain Reaction

Page 14: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Susunan Asam Basa Gen LEPR ........................................................ 50

Lampiran 2 Karakteristik Sampel Kontrol ............................................................ 51

Lampiran 3 Karakteristik sampel Penderita DM tipe 2 ........................................ 53

Lampiran 4 Karakteristik Sampel Anak Penderita DM tipe 2 .............................. 55

Lampiran 5 Alat dan Bahan .................................................................................. 57

Lampiran 6 Analisis Data...................................................................................... 59

Lampiran 7 Surat Persetujuan Responden ............................................................ 62

Lampiran 8 Curricullum Vitae Peneliti ................................................................. 64

Page 15: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit metabolik kronis yang berlangsung

seumur hidup dan ditandai dengan tingginya kadar gula pada darah.

Meningkatnya kadar gula darah diakibatkan oleh rusaknya sel beta pankreas

atau resistensi insulin yang diakibatkan oleh kelainan genetik, efek dari

inflamasi, autoimun atau insufisiensi pankreas dalam memebentuk insulin.

Diabetes melitus termasuk dalam salah satu dari empat (4) prioritas

penyakit tidak menular selain dari penyakit kardiovaskular, kanker dan

penyakit paru kronis. Diabetes biasanya terjadi pada dewasa akhir, namun

sekarang ini diabetes mulai banyak terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa

muda, hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan angka obesitas,

inaktifitas dan diet yang buruk.34

International Diabetes Federation (IDF)

menyatakan bahwa pada populasi usia 20-79 tahun terdapat 425 juta penduduk

dunia yang menyandang diabetes tahun 2017 dan diprediksi padatahun 2045

akan meningkat menjadi 629 juta penduduk dunia. Indonesia juga merupakan

negara yang termasuk dalam 10 negara dengan angka diabetes tertinggi

sedunia, yaitu peringkat 6 setelah China, India, Amerika, Brazil dan Meksiko

dengan penderita pada usia >20 tahun sebanyak 10 juta penduduk di

Indonesia.34

Ada tiga jenis diabetes utama yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan

diabetes gestasional. Semua jenis DM memiliki kesamaan yaitu terjadinya

kerusakan atau ketidak mampuan tubuh untuk memetabolisme gula dengan

baik. Normalnya, tubuh akan memetabolisme gula dan karbohidrat yang

masuk kedalam tubuh dan diserap dalam bentuk glukosa. Glukosa akan di

metabolisme dalam sel untuk membentuk energi, namun untuk memasukan

glukosa kedalam sel memerlukan insulin sebagai mediator untuk

Page 16: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

2

mengaktifkan reseptor glukosa GLUT-4. Pada penyakit DM, jumlah insulin

dalam tubuh sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga glukosa tidak dapat

masuk ke dalam sel. Karena sel-sel tidak mendapat asupan glukosa, glukosa

akan menumpuk didalam darah. Kadar glukosa yang tinggi dapat merusak

fisiologi sistem organ di pembuluh darah, ginjal, jantung, mata, atau sistem

saraf. Sehingga jika tidak diobati dapat mengakibatkan komplikasi pada

sistem organ seperti stroke, glaukoma, neuropati diabetik, penyakit jantung,

hipertensi, retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan komplikasi di sistem

organ lainnya.24

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit dengan penyebab yang

multifaktorial, dari akibat faktor lingkungan berupa gaya hidup, kebiasaan

makan, olahraga, pekerjaan dan lain-lain. Faktor lainnya ada juga faktor risiko

genetik dimana riwayat keluarga menjadi faktor penting terjadinya diabetes

melitus tipe 2. Hal ini dibuktikan dan dilaporkan pada beberapa penelitian

bahwa terdapat peningkatan risiko yang cukup signifikan jika salah satu

keluarga yang mengalami diabetes melitus maka keturunannya akan

mengalami resiko diabetes melitus yang lebih tinggi dari orang tanpa riwayat

keluarga dengan diabetes melitus tipe 2. Selain dari faktor risiko riwayat

keluarga, ada faktor yang tidak dapat diubah seperti usia dan ras. Selain itu

masih ada faktor resiko lainnya yang masih dapat dimodifikasi seperti

obesitas, inaktifitas, konsumsi alkohol, stress, dislipidemia dan asupan

makanan. Dengan mengetahui terlebih dahulu apa saja faktor-faktor risiko

yang kita miliki maka kita dapat menghindari dan juga mengurangi

kemungkinan berkembangnya diabetes melitus. Oleh karena itu ada kebutuhan

untuk melakukan intervensi lebih awal pada penyakit ini bertujuan untuk

meningkatkan kemungkinan terkontrolnya diabetes, mempertahankan kualitas

hidup pasien, memperlambat onset penyakit dan juga memperkecil

kemungkinan terjadinya komplikasi dari diabetes melitus.35

Penelitian yang dilakukan baru-baru ini menemukan adanya varian gen

yang bertanggungjawab dalam peningkatan risiko kejadian diabetes melitus.

Page 17: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

3

Hasil dari penemuan ini diharapkan akan memberikan pemahaman lebih

dalam mengenai mekanisme terjadinya penyakit DM. Gen ini yang

bertanggung jawab dalam beberapa tahapan yang memungkinkan terjadinya

diabetes seperti mengganggu sekresi insulin oleh sel beta pankreas,

mengganggu ekspresi protein pembentukan reseptor leptin, abnormalitas gen

mitokondria, insensitifitas leptin dan insensitifitas insulin.5,7

Salah satu dari mutasi gen yang berpengaruh dalam kejadian penyakit

diabetes adalah mutasi gen Leptin Receptor (LEPR). Single Nucleotide

Polymorphism (SNP) yang umum terjadi seperti Lys109Arg (rs1137100),

Gln223Arg (rs1137101), dan Lys656Asn (rs8179183) sudah terbukti terkait

dengan peningkatan indeks massa tubuh, peningkatan berat badan,

penumpukan adiposit, hiperleptinemia, dan predisposisi dari resistensi leptin

yang cenderung mengarah ke diabetes tipe 2. Dengan adanya mutasi ini dapat

menyebabkan terjadinya perubahan dalam regulasi asupan makanan dengan

terjadinya peningkatan nafsu makan, sehingga tubuh akan mengirimkan rasa

lapar dan akan terjadi terus menerus sehingga asupan glukosa, lemak dan

protein meningkat. Dengan adanya peningkatan asupan glukosa maka akan

memicu terjadinya peningkatan glukosa darah, yang berujung dengan

terjadinyai defek pada utilisasi glukosa dan juga terjadi insensitifitas insulin.

Sehingga dapat menjadi salah satu fakto penyebab DM tipe 2. Dengan

peningkatan jumlah lemak dalam jaringan adiposa, maka akan terjadi

pelepasan hormon leptin kedalam darah. Peningkatan hormon tersebut dapat

mengganggu regulasi pengeluaran insulin, yang juga bisa memicu

insensitifitas insulin. Sehingga siklus ini pada akhirnya akan terus berulang,

dan menyebabkan obesitas dan DM tipe 2. Hiperleptinemia dapat dicegah

dengan cara menurunkan jumlah lemak dalam jaringan adiposa dalam tubuh.5

Page 18: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

4

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah ada polimorfisme gen LEPR pada populasi orang dengan

riwayat diabetes melitus tipe 2 pada pelayanan kesehatan keluarga

tingkat pertama di Ciputat dan Cibinong ?

b. Apakah terdapat hubungan terjadinya polimorfisme gen LEPR dengan

risiko terjadinya diabetes pada populasi orang dengan riwayat diabetes

melitus tipe 2 pada pelayanan kesehatan keluarga tingkat pertama di

Ciputat dan Cibinong ?

1.3 Hipotesis

a. Terdapat polimorfisme gen LEPR pada populasi orang dengan riwayat

diabetes melitus tipe 2 pada pelayanan kesehatan keluarga tingkat

pertama di Ciputat dan Cibinong.

b. Terdapat hubungan antara polimorfisme gen LEPR dengan risiko

terjadinya diabetes pada populasi orang dengan riwayat diabetes

melitus tipe 2 pada pelayanan kesehatan keluarga tingkat pertama di

Ciputat dan Cibinong

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui polimorfisme

genetik LEPR pada orang dengan riwayat diabetes melitus tipe 2 pada

keluarga pelayanan kesehatan tingkat pertama.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui polimorfisme genetik LEPR pada responden dari

Ciputat dan Cibinong.

Page 19: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

5

2. Mengetahui hubungan polimorfisme gen LEPR dengan risiko

yang ada pada orang dengan riwayat diabetes melitus tipe 2

pada keluarga tingkat pertama.

3. Mendapat gambaran varian genetik LEPR di Indonesia

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah menambah ilmu pengetahuan

mengenai gen LEPR dan risiko yang ditimbulkan dengan adanya

polimorfisme gen LEPR.

1.5.2 Bagi perguruan tinggi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya di FK dan FIKES UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

1.5.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai risiko

yang di dapat dari keluarga dengan diabetes melitus.

Page 20: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Insulin

Insulin merupakan hormon dengan protein yang tersusun dari 2

rantai polipeptida, dengan rantai peptida A sebanyak 21 residu asam

amino dan rantai peptida B sebanyak 30 residu asam amino yang

terhubung dengan rantai peptida C dan gugus disulfida. Insulin disintesis

di sel beta pankreas dalam bentuk preproinsulin yang merupakan

prekursor utama dari insulin. Dalam beberapa menit setelah disintesis,

akan di masukan ke dalam ruang sisternal pada retikulum endoplasma

kasar dimana akan di pecah menjadi proinsulin oleh enzim proteolitik.

Proinsulin yang memiliki rantai C yang masih terhubung dengan rantai A

dan rantai B akan di transpor dalam mikrovesikel ke kompleks golgi.

Proinsulin ini akan meninggalkan kompleks golgi di vesikel, dimana

protease akan memutus rantai C yang tidak aktif dan akan melepaskan

rantai A dan rantai B sebagai insulin aktif ke dalam darah. Rantai peptida

C dapat di ukur dalam darah sebagai salah satu indikator tak langsung

dari jumlah sintesis insulin dalam darah. Pada studi terbaru dikatakan

bahwa rantai peptida C ini memiliki fungsi biologis dan akan berikatan

dengan sel melalui reseptor protein G, ikatan ini akan menghasilkan

peningkatan kadar kalsium intraseluler. Peran reaksi ini dalam

komplikasi diabetes masih sedang diteliti.3, 24

Sekresi dari insulin diregulasi oleh bahan-bahan kimia, hormonal

dan kontrol neural. Sekresi insulin akan dipicu oleh peningkatan kadar

glukosa, asam amino (arginin dan lisin) dan hormon gastrointestinal

(glukagon, gastrin, kolesitokinin dan sekretin) dan pada saat sel beta

pankreas distimulasi secara parasimpatis. Sekresi insulin akan diturunkan

sebagai respon dari penurunan kadar glukosa dalam darah

Page 21: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

7

(hipoglikemia), tingginya kadar insulin (melalui respon negative

feedback ke sel beta) dan stimulasi simpatik ke sel alfa pankreas.

Prostaglandin (PGE2) juga diketahui menginhibisi sekresi insulin.24

Ketika terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah, glukosa

akan masuk ke sel beta pankreas melalui transporter spesifik yang

disebut Glucose Transporter-2 (GLUT-2). Lalu glukosa akan di

fosforilasi oleh glukokinasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dimetabolisme

melalui glikolisis, siklus asam sitrat dan fosforilasi oksidatif. Reaksi-

reaksi tersebut akan menghasilkan produk adenosine triphosphate (ATP)

dalam sel beta. Ketika rasio antara ATP/ADP dalam sel beta meningkat,

maka aktifitas kanal ion K+

ATP dihambat/ditutup. Penutupan kanal ini

akan memicu depolarisasi membran yang mengaktifkan kanal voltage-

gated Ca2+

sehingga akan terjadi peningkatan Ca2+

intraseluler yang

signifikan. Peningkatan dari kadar Ca2+

intraseluler ini akan merangsang

terjadinya eksositosis vesikel-vesikel yang membawa insulin, lalu akan

terjadi sekresi insulin.3

Gambar 2.1 Ekskresi Insulin dari Sel Beta Pankreas

Sumber : Guyton, 2006

Insulin merupakan hormon anabolik yang bukan hanya memicu

asupan insulin tapi juga sintesis protein, karbohidrat, lipid dan asam

Page 22: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

8

nukleat. Insulin utamanya bekerja di hepar, otot, dan jaringan adiposa.

Efek umum yang terjadi pada jaringan tersebut adalah untuk

menstimulasi sintesis protein dan lemak dan menurunkan kadar insulin

dalam darah. Pada otak, sel darah merah, ginjal dan lensa mata tidak

memperlukan insulin untuk melakukan transpor glukosa. Insulin juga

membantu dalam traspor kalium, fosfat dan magnesium intraseluler.

Insulin dimetabolisme di hepar dan ginjal oleh enzim yang memutuskan

ikatan disulfida. Sejumlah kecil insulin utuh juga diekskresikan melalui

urin.23

Gambar 2.2 Cara Kerja Insulin pada Sel

Sumber : Kathryn, 2014

2.1.2 Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah kumpulan gejala penyakit yang

diakibatkan oleh terjadinya defek pada sekresi insulin atau kerja insulin

yang berakibat peningkatan gula darah (hiperglikemia) menjadi ciri khas

dari gangguan ini.1

Page 23: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

9

Berikut tabel klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologi

Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus

Tipe 1 Destruksi sel beta, biasanya mengarah ke

defisiensi insulin absolut

a). Autoimun

b). Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi, mulai dari dominan resistensi

insulin dengan defisiensi insulin relatif

hingga yang dominan defek sekresi insulin

dengan resistensi insulin

Tipe Lain a) Defek genetik dari pembentukan atau

fungsi sel beta

b) Defek genetik dalam kerja insulin

c) Penyakit pada pankreas (Pankreatitis,

neoplasia, dll)

d) Endokrinopati

e) Dipicu oleh obat-obatan dan zat kimia

f) Infeksi

g) Sebab imunologi yang langka (Antibodi

reseptor antiinsulin, dll)

h) Sindrom genetik lainnya yang berkaitan

dengan diabetes (Sindrom Wolfram,

Sindrom Down, dll)

Diabetes Gestasional Diabetes pada kehamilan

Sumber : PERKENI, 2015

2.1.2.1 Diabetes melitus tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia kronis , dimana 90% individu pengidap DM

Page 24: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

10

tipe 2 di dunia disebabkan oleh resistensi insulin dan keadaan kurangnya

produksi insulin. Dari penelitian yang telah diadakan sebelumnya

menunjukan terjadinya peningkatan jumlah penyandang DM tipe 2

secara pesat di seluruh dunia. Secara global, jumlah pengidap penyakit

DM tipe 2 pada tahun 2010 sejumlah 285 juta individu diprediksi akan

meningkat menjadi 438 juta pada tahun 2030.36

Dan IDF memprediksi

adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada

tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. 1

Jenis kelamin, usia dan latar etnik merupakan faktor penting

dalam menentukan resiko terjadinya DM tipe 2. Penyakit ini lebih umum

terjadi pada wanita, dan peningkatan prevalensi pada ras dan kelompok

etnis tertentu sudah termasuk dalam faktor risiko penting dalam

berkembangnya penyakit ini. Usia merupakan faktor penting,

sebelumnya DM tipe 2 ini dilihat sebagai penyakit usia tua, dan itu

terbukti hingga hari ini. Namun akhir-akhir ini telah muncul tren baru

dimana terjadi peningkatan prevalensi obesitas dan DM tipe 2 pada usia

anak. Dahulu kasus diabetes pada anak dipercaya sebagai kasus DM tipe

1, dan hanya sekitar 1-2% saja yang termasuk dalam DM tipe 2 atau

bentuk langka lainnya dari diabetes. Pada laporan terbaru, sekitar 8-45%

Gambar 2.3 Omnious Octet Sumber : PERKENI, 2015

Page 25: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

11

anak telah didiagnosis diabetes yang tidak dimediasi oleh imun. Pada

penelitian di Amerika, pada anak yang diabetes di rentang usia 10-19

tahun terdapat 15% anak didiagnosis DM tipe 2.36

Secara garis besar, terdapat 8 penyebab utama DM tipe-2 atau

disebut omnious octet 1

, yaitu :

1. Kegagalan sel β-pankreas dalam memproduksi insulin.

2. Peningkatan pembentukan glukosa melalui proses

glukoneogenesis pada keadaan basal oleh liver atau disebut

peningkatan hepatic glucose production (HGP).

3. Gangguan kinerja insulin multipel di sel otot, dimana

terjadinya gangguan transport glukosa kedalam sel otot,

penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa

akibat adanya gangguan fosforilasi tirosin.

4. Peningkatan asam lemak bebas di darah akibat peningkatan

lipolisis karena adanya sel lemak yang resisten terhadap efek

antilipolisis dari insulin. Peningkatan jumlah asam lemak bebas

akan memicu proses glukoneogenesis dan dapat mencetuskan

resistensi insulin di liver dan otot. Tingginya kadar asam lemak

bebas disebut sebagai lipotoxicity yang bisa mengganggu sekresi

insulin.

5. Terjadi penurunan efek inkretin yang disebabkan oleh

defisiensi Glucagon-like Polypeptide 1 (GLP-1) dan resistensi

Glucose-dependent Insulinotrophic Polypeptide (GIP) di Usus.

Selain itu, inkretin akan segera dipecah oleh enzim DPP-4

sehingga kerja efektif dari inkretin menjadi singkat.

Page 26: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

12

6. Terjadi pengingkatan jumlah glukagon dari sel α-pankreas

sebagai kompensasi tubuh karena insufisiensi glukosa

intraseluler akibat dari gagalnya kerja insulin, maka akan terjadi

peningkatan HGP untuk meningkatkan glukosa dalam darah.

7. Peningkatan ekspresi gen Sodium Glucose co-Transporter 2

(SGLT-2) di ginjal sehingga penyerapan kembali glukosa

meningkat.

8. Pada individu obesitas yang DM maupun non-DM akan

terjadi resistensi insulin. Terjadinya resistensi insulin

mengakibatkan hiperinsulinemia sebagai mekanisme

kompensasi dari otak untuk memenuhi kebutuhan glukosa

karena agar otak dapat bekerja dibutuhkan glukosa dengan

jumlah kurang lebih 20% gula darah tubuh untuk melakukan

aktifitas pelepasan sinyal neurotransmitter, pembentukan ATP

dan memproses informasi.

Gambar 2.4 Faktor Resiko DM tipe 2

Sumber : Porth, 2014

Page 27: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

13

Pada DM tipe 2 dikarakteristikan dengan adanya kerusakan

dalam proses sekresi insulin, resistensi insulin, produksi glukosa hepatik

berlebih, dan metabolisme lemak yang abnormal. Kejadian obesitas, baik

viseral maupun sentral (dilihat berdasarkan Hip-Waist Ratio) umum

terjadi pada DM tipe 2 (80% kasus adalah diabetes disertai obesitas).

Pada fase awal dari penyakit ini, toleransi glukosa masih dalam batas

normal walaupun terdapat resistensi insulin, karena adanya kompensasi

sel beta pankreas dengan meningkatkan sekresi insulin. Dengan

berjalannya proses resistensi insulin dan kompensasi hiperinsulin oleh

pankreas, pulau kecil pankreatik pada individu tertentu tidak dapat

mempertahankan kondisi hiperinsulinemia. Nantinya akan terjadi IGT

(Impaired Glucose Tolerance) karena rusaknya sel beta pankreas, dengan

ciri terjadinya keadaan hiperglikemia setelah makan. Lalu akan terjadi

penurunan lebih jauh dari sekresi insulin dan peningkatan produksi

glukosa hepatik akan mengakibatkan diabetes yang nyata dengan

hiperglikemia puasa. Puncaknya, akan terjadi kegagalan sel beta

pankreas. Walaupun resistensi insulin dan kegagalan sekresi insulin

merupakan faktor utama yang berkontribusi dalam patogenesis

berkembangnya penyakit DM tipe 2, kontribusi dari kedua faktor ini

relatif berbeda pada tiap individu.37

2.1.3 Materi Herediter

2.1.3.1 DNA

DNA atau deoxyribonuclei acid, adalah materi herediter pada

manusia dan hampi semua organisme. Hampir setiap sel dalam tubuh

manusia memiliki DNA yang sama. Kebanyakan dari DNA pada

eukaryote terdapat di nukleus atau disebut DNA nuklear, tapi sedikit

jumlah dari DNA dapat ditemukan juga di mitokondria atau disebut DNA

mitokondria33

.

Page 28: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

14

Informasi yang dimuat dalam DNA adalah dalam bentuk kode

yang tersusun dari 4 basa kimia yaitu adenine (A), guanine (G), cytosine

(C) dan thymine (T). DNA manusia terdisi dari sekitar 3 milyar pasangan

basa, dan >99% dari basa tersebut sama pada seluruh manusia. Urutan

atau sekuens dari basa-basa inilah yang menentukan informasi genetik

yang tersedia untuk membangun dan mempertahankan sebuah

organisme, kode ini mirip dengan huruf alfabet yang jika diurutkan

dalam urutan tertentu akan membentuk kata-kata dan kalimat. Basa kimia

dalam DNA akan saling berpasang-pangsangan membentuk pasangan

basa, yaitu basa A akan berpasangan dengan T, dan G akan berpasangan

dengan C. Setiap pasangan basa akan menempel dengan molekul gula

dan satu molekul fosfat. Dari ke 3 komponen ini (basa, gula dan fosfat)

disebut satu nukleotida. Nukleotida tersusun menjadi 2 rantai panjang

yang membentuk spiral yang disebut double helix. Struktur double helix

ini terlihat seperti tangga dengan pasangan basa membentuk pijakan

tangga dan molekul gula serta molekul fosfat membentuk rangka vertikal

dari tangga. Properti penting dari DNA yaitu dapat bereplikasi atau

membuat salinan dari dirinya sendiri. Tiap rantai DNA dalam double

helix akan berfungsi sebagai pola untuk menduplikasi rangkaian basa.

Hal ini penting saat waktu pembelahan sel karena setiap sel perlu

memiliki salinan DNA yang sama persis dengan DNA yang ada pada sel

sebelumnya. 33

Gambar 2.5 DNA

Sumber : Genetic Home Reference, 2018

Page 29: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

15

2.1.3.2 Gen

Gen merupakan unit dasar fisik dan fungsional dari hereditas.

Gen tersusun dari DNA. Beberapa gen berfungsi sebagai instruksi untuk

membuat molekul yang disebut protein. Namun tidak semua gen akan

mengkode protein atau disebut non-coding DNA. Sedangkan genom

adalah suatu kesatuan dari unit fungsional gen yang dikoding dan juga

DNA yang tidak dikoding. Di manusia, gen memiliki variasi ukuran dari

beberapa ratus pasang basa hingga lebih dari 2 juta pasang basa. Pada

Human Genome Project , suatu projek yang bertujuan untuk melakukan

identifikasi sekuens dari genom manusia beserta gen yang terkandung

dalam genome, mengestimasi bahwa jumlah genom manusia sekitar

20.000 hingga 25.000 gen. 33

Gambar 2.6 Gen

Sumber : Genetic Home Reference, 2018

Setiap manusia memiliki 2 salinan dari setiap gen, yang

masing-masingnya didapatkan dari kedua orang tua. Hampir seluruh gen

sama pada setia manusia, namun sejumlah kecil gen (<1% dari total)

akan sedikit berbeda antar manusia. Alel adalah bentuk dari gen yang

sama dengan perbedaan yang sedikit dalam urutan pasangan basa.

Perbedaan yang sedikit inilah yang berkontribusi pada keunikan fisik

yang ada pada setiap manusia. Peneliti akan memberikan nama yang unik

pada setiap gen untuk lebih mudah diingat. Karena gen dapat memiliki

nama yang panjang, maka gen juga akan diberikan simbol., yang

biasanya dalam bentuk kombinasi pendek dari huruf yang

Page 30: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

16

merepresentasikan nama dari gen tersebut. Seperti misalnya gen pada

kromosom 7, yang berkaitan dengan cystic fibrosis itu disebut cystic

fibrosis transmembrane conductance regulator dan memiliki simbol

CFTR.33

2.1.3.3 Kromosom

Di dalam nukleus setiap sel, molekul DNA akan di bentuk

menjadi struktur seperti benang yang disebut kromosom. Tiap-tiap

kromosom ini terbentuk dari DNA yang di buat menjadi kumpara yang

padat dengan melilitkannya berkali-kali disekitar protein yang disebut

histon yang mempertahankan strukturnya. Kromosom tidaklah terlihat

dalam nukleus sel, bahkan dibawah mikroskop sekalipun, pada saat sel

tidak sedang melakukan pembelahan. Namun, DNA akan dipadatkan dan

menjadi kromosom pada saat pembelahan sel terjadi dan akan terlihat

dibawah mikroskop. Setiap kromosom memiliki bagian yang terdapat

konstriksi yang disebut sentromer, yang membagi kromosom menjadi 2

bagian atau biasa disebut lengan kromosom. Lengan pendek dari

kromosom disebut lengan P, sedangkan lengan yang panjang disebut

lengan Q. Lokasi dari sentromer dari tiap kromosom akan memberkan

bentuk karakteristik yang berbeda dari kromosom yang lainnya dan dapat

dapat digunakan untuk membantu mendeskripsi lokasi gen yang spesifik.

33

Gambar 2.7 Kromosom

Sumber : Genetic Home Reference, 2018

Page 31: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

17

2.1.4 Single Nucleotide Polimorphism (SNP)

Mutasi genetik dapat terjadi dalam beberapa bentuk, salah satunya

adalah Polimorfisme Tunggal Nukleotida / Single Nucleotide

Polymorphism (SNP) atau dapat dibaca “snip”, yang merupakan variasi

genetik yang paling umum pada manusia. Tiap dari SNP

merepresentasikan perbedaan dalam nukleotida. SNP dapat terjadi secara

normal timbul di DNA manusia dan muncul rata – rata 1 kali setiap 300

nukleotida, yang berarti diperkirakan ada 10 juta SNP dalam genom

manusia.33

Jika terjadi SNP dalam sebuah gen atau dalam sebuah regio yang

meregulasikan fungsi khusus dekat sebuah gen, maka SNP ini dapat

memiliki peranan khusus dalam penyakit dengan mengganggu fungsi

normal gen. Namun di antara 10 juta SNP yang ada pada manusia, tidak

seluruhnya berpengaruh langsung terhadap kesehatan tubuh, bahkan

beberapa dari perubahan genetik ini berperan penting dalam

pembelajaran mengenai kesehatan tubuh manusia. SNP juga dapat

berguna sebagai tanda seseorang dapat dipengaruhi terhadap suatu obat,

faktor – faktor lingkungan seperti toksin, berkembangnya suatu penyakit,

selain itu SNP dapat digunakan untuk menelusuri penyakit genetik dari

keluarga. Polimorfisme yang terjadi pada SNP juga beragam dan sedang

diteliti kaitannya dengan penyakit kompleks seperti penyakit jantung,

diabetes dan kanker.33

Page 32: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

18

2.1.5 Hormon Leptin dan Polimorfisme Gen Leptin Receptor

2.1.5.1 Leptin

Leptin merupakan suatu protein yang tersusun dari 167 asam

amino yang bekerja sebagai hormon yang disekresi oleh jaringan adiposit

dan mengatur asupan makanan. Leptin membatu meregulasi kebiasaan

makan melalui mekanisme neuroendokrin sentral dengan cara

memberikan sinyal kenyang dengan berikatan dengan reseptor neural di

hipotalamus sehingga menurunkan nafsu makan dengan cara melakukan

downregulating pada peptida oreksigenik ( Neuropeptida Y, agouti-

related peptide, Melanin-concentrating hormone, dan oreksin) yang

fungsinya menstimulasi nafsu makan dan dengan melakukan

upregulating peptida anoreksigenik ( alpha-melanocyte stimulating

hormone, kokain dan amphetamine-regulated transcripts, dan

corticotropin-releasing hormone) yang dapat menginhibisi nafsu makan.

Leptin diproduksi oleh jaringan lemak putih dan dilepaskan sebagai

protein 16 kDa.9 Leptin akan melakukan efek kerja fisiologisnya dengan

berikatan dengan reseptor leptin, yang berupa sebuah protein

transmembran yang termasuk ke dalam famili reseptor sitokin kelas 1.

Leptin membantu meregulasi metabolisme energi , suhu tubuh, dan

homeostasis lipid tubuh.7,8

Hormon leptin berfungsi untuk meregulasi sekresi insulin

dengan 2 mekanisme, dengan cara menginhibisi sistem saraf parasimpatis

dan mengeksitasi saraf simpatis dengan menginhibisi produk gen NPY

yang akhirnya menurunkan sekresi insulin. Leptin juga berikatan ke

LEPR di sel beta pankreas dan membantu meregulasi sekresi insulin.16,17

Kerja hormon leptin berlawanan dengan hormon ghrelin yang

disekresikan oleh lambung dengan fungsi utamanya untuk menstimulasi

nafsu makan.10

Peningkatan rasa lapar merupakan efek langsung dari

Page 33: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

19

peningkatan rasio ghrelin dengan leptin. Studi klinis menunjukan bahwa

terjadi peningkatan tingkat leptin pada saat tidur. Riset sebelumnya juga

menemukan bahwa tingkat ghrelin berkebalikan dengan durasi waktu

tidur.10,11

Pada orang dengan obesitas, terjadi peningkatan jumlah leptin

dalam darah akibat dari peningkatannya simpanan lemak dalam jaringan

adiposa. Peningkatan jumlah leptin dalam kasus obesitas dapat dikatakan

sebagai resistensi leptin, yaitu suatu keadaan dimana leptin tidak bisa

berfungsi secara normal dalam mengurangi asupan makanan. Sehingga

orang dengan obesitas akan merasakan kenyang lebih cepat dan lapar

lebih lama. Resistensi leptin yang diakibatkan oleh asupan lemak

berlebih akan berefek terjadinya kerusakan pada situs aksi leptin di

hipotalamus, yang akan menurunkan kemampuan leptin perifer untuk

mengaktifkan rangkaian sinyal neurohormonal hipotalamik secara

signifikan. Pada kasus resistensi leptin ini masih dapat kembali lagi ke

fungsi normalnya jika jumlah simpanan lemak dikurangi agar sensitivitas

leptin kembali normal. Resistensi leptin ini dapat mengakibatkan diabetes

melitus tipe 2 karena efek leptin yang berlebih ini bisa mengakibatkan

resistensi dari insulin.13,14,15

Belum banyak studi yang mempelajari hubungan pasti antara

hormon leptin dengan penyakit diabetes melitus. Dan pada beberapa

penelitian dijelaskan bahwa terjadi peningkatan nilai leptin umumnya

tinggi pada orang dengan diabetes melitus tipe 2.18

Leptin memiliki

kemampuan untuk meningkatkan atau bahkan mengakibatkan resistensi

insulin. Hormon ini juga diketahui memiliki fungsi untuk memediasi

pelepasan insulin dari sel β pankreas. Sehingga pada beberapa penelitian

dijelaskan bahwa dengan adanya obesitas memiliki hubungan langsung

dengan terjadinya resistensi insulin dan berkembangnya penyakit

diabetes melitus tipe 2 di manusia. Hal tersebut dikarenakan oleh dengan

adanya obesitas, maka akan sangat memungkinkan terjadinya resistensi

Page 34: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

20

leptin dan resistensi leptin ini sangat mungkin terkait dengan

berkembangnya penyakit ini.19

Seperti halnya resistensi leptin, defisiensi

dari leptin juga memiliki patogenesis yang signifikan dalam terjadinya

resistensi insulin dalam diabetes melitus dengan defisiensi insulin yang

tidak terkontrol. 21

Namun persinyalan leptin yang rusak pada sistem saraf dapat

dikembalikan dengan overexpression dari peptida anoreksigenik dan atau

dengan repression peptida oreksigenik. Komponen makanan seperti

teasaponin, reservatol, kafein, taurin, dan selastrol dapat mengembalikan

persinyalan leptin di sistem saraf menggunakan ekspresi atau represi

peptida-peptida tersebut. Dikatakan juga bahwa vitamin A dan vitamin D

dapat membantu transpor leptin melewati sawar darah otak. 22

Peneliti

menemukan perlakuan pemberian leptin dapat memperbaiki diabetes

pada tikus lipoatrofi. 23

2.1.5.2 Polimorfisme Gen Leptin Receptor

Polimorfisme adalah sebuah variasi sekuens/urutan DNA yang

dapat terjadi pada sebuah populasi dengan frekuensi sebanyak 1% atau

lebih. Tingginya kejadian polimorfisme menandakan bahwa

polimorfisme terjadi secara alami. Terjadinya polimorfisme bisa bersifat

netral atau tidak berarti dan juga bisa bermakna jika terjadi perubahan

pada gen terebut. 26

Gen LEPR terletak di kromosom 1p31, dengan panjang 70 kb,

dan memiliki 20 ekson dan 19 intron dan mengkode 1165 asam amino.

Walaupun banyak mutasi dan polimorfisme di gen LEPR manusia, letak

polimorfisme khususnya terjadi di 20 ekson dari gen LEPR. Spesifiknya

polimorfisme gen Gln223Arg, atau disebut juga sebagai Rs 1137101,

disebabkan oleh subtitusi adenin (A) pada posisi basa ke 668 oleh guanin

(G), dan akan memutasi asam amino ke 223, yaitu protein arginin dan

digantikan dengan glutamin. Mutasi ini terletak di ekson ke 6 dari

Page 35: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

21

sekuens gen LEPR dan akan pada mutasi ini dapat merusak transduksi

sinyal yang bisa meningkatkan resiko penyakit DM tipe 2.25

Gambar 2.8 Lokasi Mutasi Gen FTO, LEPR, PPARg dan TCF7L2

Sumber : Anghebem, 2017

Dengan adanya polimorfisme gen LEPR Gln223Arg, dapat

terjadi peningkatan kemungkinan terjadinya peningkatan indeks massa

tubuh, terjadinya keadaan leptinemia, dan insulinemia. 29

Selain itu, pada

varian Gln223Arg dan Lys109Arg terlihat adanya peningkatan pada

profil lipid aterogenik. Sehingga bukan hanya varian ini dapat

menyebabkan penyakit metabolik, tapi juga dapat meningkatkan

kemungkinan munculnya aterosklerosis.29

Dikatakan juga pa sebuah

meta-analisis dari 11 studi dengan kurang lebih 5000 total kasus

menyimpulkan bahwa alel Rs 1137101 / Gln223Arg (G) memiliki

hubungan yang signifikan dengan DM tipe 2 dengan odds ratio 1,2 – 1,8.

27,28 Sehingga dapat dikatakan LEPR Gln223Arg memiliki potensi

sebagai salah satu penyebab terjadinya resistensi leptin dan juga

resistensi insulin pada beberapa populasi di Brazil, Malaysia, Cina dan

beberapa etnis lain di negara lainnya. 30,31,32

Page 36: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

22

2.2 Kerangka Teori

Obesitas Diet tidak terkontrol

Peningkatan

profil lipid

Mutasi gen LEPR

Gln223Arg

Perubahan ekspresi protein

pembentuk reseptor leptin

Insensitifitas

hormon leptin

Peningkatan produksi

leptin (leptinemia)

Insensitifitas

hormon insulin

Kompensasi pankreas untuk

mensekresi insulin lebih

Diabetes

Tipe 2

Varian mutasi

menurun ke anak

Resiko obesitas dan Diabetes

meningkat pada anak

Page 37: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

23

2.3 Kerangka Konsep

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Skala Skor

1 Gen LEPR

Rs 1137101

(GG, AG, AA)

Variasi

urutan DNA

pada gen

LEPR

Gln223Arg

RT-PCR Nominal 1. Homozigot

mutan

2. Heterozigot

mutan

3. Homozigot

murni

Orangtua dengan DM

Terdapat varian

gen Gln223Arg

Varian menurun

ke anak

Identifikasi Polimorfisme

Genetik LEPR (AA , AG , GG)

Peningkatan Resiko

mengalami obesitas dan

DM tipe 2 pada anak

Page 38: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

desain cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 hingga

Agustus 2018. Penelitian dilaksakan di Laboratorium Kultur Sel,

Biokimia, dan Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah responden laki-laki dan perempuan di

Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Islam

Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan di klinik Salsabila Medical

Centre Cibinong.

3.4 Besar Sampel

Keterangan:

N = besar sampel

Page 39: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

25

Zα = deviasi baku alfa

P = proporsi kategori variable yang diteliti

Q = (1-P)

d = presisi

Pada penelitian ini ditetapkan alfa sebesar 5% sehingga nilai Zα =

1,96, dengan kesalahan prediksi yang masih bisa diterima (presisi)

ditetapkan sebesar 10%. Nilai P ditetapkan oleh peneliti sebesar 50%

karena belum ada nilai dari kepustakaan sebelumnya. Nilai P = 50%

dipilih karena perkalian antara P dan Q akan menunjukkan hasil yang

maksimal apabila nilai P = 50%. Apabila perhitungan peneliti benar,

maka peneliti akan memperoleh prevalensi sebesar 50% ± 10%, yaitu

40% - 60%. Apabila dihitung nilai N x P, akan didapatkan minimal 40%

x 97 = 38,8 dan maksimal 60% x 97 = 58,2. Keduanya > dari 5. Dengan

demikian, besar sampel 97 boleh digunakan karena memenuhi syarat N x

P > 5 dan N x (1 – P) > 5 dalam penelitian deskriptif analitik. 42

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive

Sampling. Dimana sampel diambil berdasarkan kriteria yang sudah

ditentukan di lokasi pengambilan sampel.

3.6 Kriteria Pemilihan Sampel

3.6.1 Kriteria Inklusi

Kriteria yang digunakan untuk penelitian ini adalah penderita DM

tipe 2 yang sudah mengkonsumsi obat antidiabetik oral, anak dari

penderita DM tipe 2 tersebut, dan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK)

dan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Islam Negri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun angkatan 2015-2017 yang tidak

memiliki riwayat DM tipe 2 dikeluarganya.

Page 40: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

26

3.6.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah penderita DM tipe 2

dengan komplikasi, dan penderita DM tipe 2 yang tidak mengkonsumsi

obat antidiabetik oral.

3.7 Alur Penelitian

Pasien Diabetes Klinik

Salsabilla Cibinong beserta 1

orang anak pasien

Mahasiswa PSKPD dan Fikes UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan

2015 – 2017 beserta orang tua

dengan DM tipe 2

Sampel Darah atau Liur

Isolasi Genom

Mengukur konsentrasi

dan kemurnian DNA

DNA Genom + TaqMan

Mastermix + Probe

DNA

RT - PCR

Interpretasi AA , AG ,

GG

Identifikasi jumlah

kejadian polimorfisme

gen LEPR Gln223Arg

Page 41: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

27

3.8 Prosedur Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di

dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan Keterangan

Pengambilan sampel darah dan liur

Spuit 1 cc

Torniquet

Tabung EDTA

Handscoen

Alchohol swab

Tabung Centrifuge plastik 15 mL

Isolasi genom DNA dari darah dan liur

Microsentrifuge tube 1,5 mL steril Whole Blood 300 µL

Water bath AS ONE TRW-42 TP

60o C

RBC Lysis Buffer 900 µL dan

100 µL

GD Collumn GB Buffer 200 µL

2 mL Collection Tube Ethanol Absolute 200 µL

Eppendorf centrifuge 5417 R W1 buffer 400 µL

Micropipet Nichipet Ex Wash Buffer 600 µL

Nichiryo (2 – 20 µL dan 20 – 200

µL)

Elution Buffer 50 µL

Micropipet BIORAD ukuran 100 –

1000 µL

GST 200 µL

Microtip Biologix ukuran 200 µL

dan 1000 µL

GSB 200 µL

Biomedical Freezer SANYO Proteinase 10 µL

Pengkuran kemurnian dan konsentrasi hasil isolasi DNA

Maestro nano drops Genom DNA 1 µL

Aquadest elution buffer 1 µL

Page 42: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

28

Micropipet 0,5 – 2 µL

Microtip Biologix 10 µL

RT PCR

LightCycler 480 Taqman SNP

Assay Mastermix

Genom DNA +

Aquades

2 µL

3.9 Cara Kerja Penelitian

3.9.1 Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dari responden yang

sudah mengisi lembar informed consent dan penjelasan mengenai

penelitian dari pengambil data. Data responden diperoleh dengan

pengambilan pungsi vena sebanyak 1 cc darah. Kemudian darah

dimasukan kedalam tabung EDTA, diberi label nama dan tanggal

pengambilan, lalu disimpan dalam Biomedical freezer dengan suhu -20o C.

Untuk pengambilan sampel orang tua yang diluar Jakarta dan Bogor

diambil menggunakan pengumpulan air liur didalam tabung 15 ml pada 1

hari sebelum diserahkan ke peneliti dan di simpan dalam Biomedical

freezer dengan suhu -20o C.

3.9.2 Isolasi DNA

Selanjutnya sampel akan diproses untuk mengisolasi DNA untuk

mendapat genom DNA dari sampel darah dan liur responden. Prinsip dari

perlakuan isolasi DNA adalah mengambil sampel DNA dari sel yang ada

dari sampel, pada sampel darah materi DNA akan di ekstraksi dari sel

darah putih dan pada sampel liur akan diambil dari sel epitel yang ada di

dalam endapan air liur. Langkah yang pertama adalah membuang atau

Page 43: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

29

melisiskan sel-sel yang tidak berguna atau berpotensi sebagai kontaminan

menggunakan Red Blood Cell lysis buffer pada darah dan GST pada

sampel liur. Selanjutnya melakukan lisis sel leukosit menggunakan GB

buffer dan lisis sel epitel menggunakan GSB buffer. Langkah berikutnya

adalah melakukan DNA binding menggunakan GS collomn untuk liur dan

GD collomn untuk darah yang berfungsi sebagai saringan DNA dan

membuang cairan sisa ke tabung collection diluarnya. Setelah itu melalui

proses Wash menggunakan W1 buffer dan Wash buffer berurutan untuk

mengeluarkan kotoran atau kontaminan yang menempel pada saringan

filtrasi. Terakhir dengan menggunakan buffer Elution dilakukan proses

DNA Elution untuk melarutkan DNA yang menempel di saringan untuk

turun ke tabung bersama dengan Elution buffer. 41

Langkah pengerjaan isolasi DNA dengan sampel darah / whole

blood. Langkah yang pertama adalah persiapan sampel.

1) Menyiapkan Microsentrifuge tube dan diberi label sesuai dengan

kode sampel.

2) Memasukkan darah sampel sebanyak 300 μl ke dalam

Microsentrifuge tube ukuran 1,5 ml.

3) Menambahkan 900 μl RBC Lysis buffer kemudian dihomogenkan

dengan cara mengkocok kuat Microsentrifuge tube.

4) Menyentrifugasi Microsentrifuge tube selama 5 menit dengan

kecepatan 3000 rpm.

5) Membuang supernatant lalu menambahkan 100 μl RBC Lysis

buffer untuk mensuspensi endapan leukosit kemudian mengocok

Microsentrifuge tube.

Setelah menghancurkan sel darah merah, masuk ke fase Cell Lysis

yang bertujuan untuk mengeluarkan DNA yang ada pada sel dalam darah.

1) Menambahkan 200 μl GB buffer ke dalam Microsentrifuge tube.

Page 44: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

30

2) Menginkubasi tabung selama 10 menit pada suhu 60oC untuk

memastikan bahwa sel telah lisis.

3) Menyiapkan tabung berisi Elution buffer sebanyak 50 μl dan

inkubasi pada suhu 60oC, Elution buffer akan digunakan pada

proses selanjutnya.

4) Mendinginkan Micosentrifuge tube sampel pada suhu ruangan.

Setelah dilakukan fase Cell Lysis, prinsipnya adalah mengikat

DNA yang berasal dari dalam sel dengan DNA Binding.

1) Menambahkan 200 μl Ethanol absolute ke dalam Microsentrifuge

tube kemudian dihomogenkan dengan mengocok tabung selama 10

detik.

2) Menyiapkan GD column pada 2 ml Collection tube.

3) Memindahkan campuran dalam Microsentrifuge tube ke dalam GD

column.

4) Menyentrifugasi GD column selama 5 menit pada kecepatan

14.000 – 16.000 rpm.

5) Membuang cairan yang ada pada Collection tube Menempatkan

kembali GD column ke Collection tub.

DNA yang sudah terikat dalam GD Column akan dilanjutkan ke

fase Wash.

1) Menambahkan 400 μl W1 buffer ke dalam GD column kemudian

menyentrifugasi selama 1 menit pada kecepatan 14.000 – 16.000

rpm

2) Membuang cairan yang tidak tersaring pada Collection tube

3) Menempatkan kembali GD column ke Collection tube

4) Menambahkan 600 μl Wash buffer ke dalam GD column

5) Menyentrifugasi GD column selama 1 menit pada kecepatan

14.000 – 16.000 rpm

6) Membuang cairan yang tidak tersaring pada Collection tube

Page 45: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

31

7) Menempatkan kembali GD column ke Collection tube

8) Menyentrifugasi GD column selama 1 menit pada kecepatan 3.000

rpm untuk mengeringkan matriks column

DNA yang ada pada GD column selanjutnya akan di larutkan

dengan pelarut pada fase DNA Elution

1) Memindahkan GD column yang sudah kering ke dalam

Microsentrifuge tube yang steril.

2) Menambahkan 50 μl Elution buffer yang telah diinkubasi ke dalam

GD column dan dibiarkan selama 3 menit.

3) Menyentrifugasi Microsentrifuge tube selama 1 menit pada

kecepatan 14.000 – 16.000 rpm untuk mendapatkan hasil isolasi

DNA.

Gambar 3.1 Skema Kerja Isolasi DNA dari Darah

Page 46: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

32

Cara lainnya yang dilakukan adalah mengisolasi DNA dari

sampel air liur. Prinsip yang digunakan adalah sama yaitu dengan

mengisolasi DNA yang ada pada sel yang terdapat pada air liur

menggunakan isolasi DNA air liur. 41

Untuk melakukan isolasi DNA dengan air liur langkah pertama

yang dilakukan adalah persiapan sampel.

1) Menyentrifugasi 13-15mL air liur selama 10 menit dengan

kecepatan 3000 rpm

2) Membuang air liur hingga tersisa endapannya

3) Menambahkan reagen GST 200 μl kemudian dihomogenkan

4) Memindahkan endapan air liur dan GST yang sudah dihomogenkan

ke tube 1,5 mL

Setelah sampel disiapkan, akan dilanjutkan ke fase Cell Lysis untuk

mendapatkan DNA dari dalam sel.

1) Menambahkan 10 μl Protease yang digunakan untuk melisis

protein ke dalam tube kemudian mengocoknya kuat-kuat

2) Menginkubasi tabung selama 10 menit pada suhu 60oC kemudian

tunggu hingga suhu tabung turun ke suhu ruang

3) Menambahkan 200 μl GSB buffer ke dalam Microsentrifuge tube

4) Menginkubasi tabung selama 20 menit pada suhu 60oC dan

mengocoknya pelan tiap 10 menit

5) Menyiapkan tabung berisi Elution buffer sebanyak 50 μl dan

inkubasi pada suhu 600C, Elution buffer akan digunakan pada

proses selanjutnya.

6) Mendinginkan Micosentrifuge tube sampel pada suhu ruangan.

Page 47: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

33

Setelah DNA dikeluarkan dari sel, maka DNA tersebut akan

dilakukan pengikatan dengan cara DNA Binding.

1) Menambahkan 200 μl Ethanol absolute ke dalam Microsentrifuge

tube kemudian mengocok tabung selama 10 menit

2) Menyiapkan GS column pada 2 ml Collection tube

3) Memindahkan campuran Microsentrifuge tube ke dalam GS

column

4) Menyentrifugasi GS column selama 1 menit pada kecepatan 14.000

– 16.000 rpm

5) Membuang cairan yang tidak tersaring pada Collection tube

6) Menempatkan kembali GS column ke Collection tub

DNA yang sudah terikan akan di lakukan Wash untuk menyisakan

DNA saja pada GD column

1) Menambahkan 400 μl W1 buffer ke dalam GS column kemudian

menyentrifugasi selama 30 detik pada kecepatan 14.000 – 16.000

rpm

2) Membuang cairan yang terdapat pada Collection tube

3) Menempatkan kembali GS column ke dalam Collection tube

4) Menambahkan 600 μl Wash buffer ke dalam GS column

5) Menyentrifugasi GS column selama 30 detik pada kecepatan

14.000 – 16.000 rpm

6) Membuang cairan yang terdapat pada Collection tube

7) Menempatkan kembali GS column ke dalam Collection tube

8) Menyentrifugasi GS column selama 30 detik pada kecepatan 3.000

rpm untuk mengeringkan matriks column

Setelah DNA yang terdapat di GS column melalui fase Wash maka

dilanjutkan DNA Elution yaitu melarutkan DNA dengan buffer.

1) Memindahkan GS column yang sudah kering ke dalam

Microsentrifuge tube yang steril

Page 48: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

34

2) Menambahkan 50 μl Elution buffer yang telah diinkubasi ke dalam

GS column dan dibiarkan selama 5 menit

3) Menyentrifugasi Microsentrifuge tube selama 3 menit pada

kecepatan 14.000 – 16.000 rpm untuk mendapatkan hasil isolasi

Gambar 3.2 Skema Kerja Isolasi DNA dari Air Liur

Hasil isolasi DNA dari darah dan air liur selanjutnya dinilai jumlah

konsentrasi (260/280) dan kejernihan (purity) DNAnya menggunakan alat

Maestro Nano Drops. Sampel genom DNA diambil sebanyak 1 µL, lalu

diteteskan pada lensa nano, lalu ditutup dan dianalisa. Hasil jumlah

konsentrasi dan kejernihan akan ditampilkan pada layar alat, lalu dicatat

hasil analisisnya. Setelah dipastikan bahwa konsentrasi dan kejernihan

DNA-nya sesuai dengan batas minimum, hasil isolasi DNA disimpan

dalam lemari pendingin dengan suhu 4o C hingga akan dilakukan proses

selanjutnya. 41

Page 49: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

35

3.9.3 40Amplifikasi Genom dengan RT-PCR

Setelah isolasi DNA dilakukan, langkah selanjutnya adalah

menghomogenkan DNA yang sudah didapatkan dengan campuran Master

Mix, Taqman SNP, dan dH2O dengan perbandingan 2 : 8 jika konsentrasi

dan kemurnian cukup atau dengan perbandingan 4 : 6 jika konsentrasi dan

kemurnian tidak mencukupi. DNA dan campuran diambil menggunakan

micro pippet ke dalam LightCycler® 480 Multiwell Plate 96 white yang

kemudian ditutup dengan LightCycler® 480 Sealing Foil. Setelah itu,

LightCycler® 480 Multiwell Plate 96 white digerak-gerakkan dengan

tangan secara horizontal untuk menghomogenkan campuran lalu

dimasukkan ke dalam The LightCycler® 480 Instrumen yang sudah

dihidupkan. 40

Tabel 3.3 Komponen Campuran SNP untuk DNA Assay

Komponen dan konsentrasi bahan Volume akhir dalam larutan

Master Mix 5 x (n+1) μl

Taqman SNP + dH2O* 0,5 x (n+1) μl

dH2O 2,5 x (n+1) μl

Penelitian ini menggunakan kit Taqman-ThermoFisher dengan

Catalog Number: 4351379, SNP Id: Rs 1137101, dan SNP Type: Exon. 39

The LightCycler® 480 Instrument merupakan suatu rapid thermal

block cycler dengan kemampuan deteksi online real-time terintegrasi.

Pengaturan ini memungkinkan terbentuknya amplifikasi simultan dan

deteksi asam nukleat target atau disebut PCR homogen. Deteksi asam

nukleat target dilakukan dengan cara menambahkan pewarna fluorescent

Double Helix DNA spesifik atau urutan probe oligonukleotida spesifik

yang berlabel dengan fluorophores. Kedua pendekatan ini memungkinkan

pengukuran generasi produk PCR selama amplifikasi, yanga merupakan

prinsip dasar dari PCR kuantitatif (qPCR). 40

Page 50: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

36

Sistem The LightCycler® 480 mempunyai dua cara untuk

melakukan analisis SNP, yaitu dengan cara Endpoint Genotyping Analysis

dan Melting Curve Genotyping Analysis. Pada penelitian ini, cara yang

digunakan adalah Endpoint Genotyping Analysis. Analisis kurca

amplifikasi pada cara ini biasanya dilakukan dengan mendeteksi sinyal

fluorescent dengan dua probe hidrolisis dengan label yang berbeda pada

masing-masing alel dalam dua saluran. Endpoint Genotyping Analysis

menyediakan metode yang mudah diakses dan dapat dijalankan

pengaturan eksperimental sederhana untuk menganalisis SNP tunggal pada

regio yang ditandai dengan baik dan tanpa variasi yang tidak dikertahui

yang tidak diinginkan. 40

Endpoint Genotyping Analysis menggunakan dua probe dengan

sequence basa yang spesifik yang dirancang untuk target DNA wildtype

dan mutan dan akan dilabeli dengan pewarna fluorescent yang berbeda.

Program ini bisa menentukan genotip dengan mengukur intensitas

distribusi dari dua zat pewarna setelah PCR dilakukan. Intensitas pewarna

relatif dapat divisualisasikan secara komprehensif pada scatterplot, dan

akan menyederhanakan hasil dengan membedakannya menjadi wildtype,

mutan heterozigot, atau sampel mutan homozigot. 40

Page 51: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

37

A: Probe dengan sekuens basa spesifik dan pewarna reporter yang

berbeda

B: Selama fase elongasi, hanya probe yang dengan tepat pada sekuens

basa spesifik yang dibelah, memisahkan pewarna reporter dari pemadam.

C: Pewarna reporter yang dibelah tidak lagi dipadamkan dan

memancarkan sinyal fluoresensi dan akan terdeteksi oleh alat.

D: Scaterplot menampilkan intensitas fluoresensi akhir dari beberapa

sampel yang dapat dibedakan dengan mudah yaitu, Intensitas tinggi dari

Probe alel X ditempatkan ke kanan, intensitas tinggi dari Probe alel Y

ditempatkan ke atas, intensitas tinggi dari kedua Probe ditempatkan di atas

dan kanan ini menandai sampel heterozigot.

Gambar 9 3.3 Prinsip Kerja Probe pada Endpoint Genotyping Sumber : Roche , 2008

Page 52: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

38

Dari hasil yang dikeluarkan dari alat, maka akan terlihat pada tabel

hasil dengan kode warna, nama sampel, tingkat intensitasnya, dan hasil

pendaran yang dideteksi yang menentukan apakah termasuk golongan

wildtype, mutan heterozigot, atau sampel mutan homozigot.

Gambar 3.4 Hasil dari Endpoint Genotyping Sumber : Roche, 2008

Page 53: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 152 orang yang diambil di

daerah sekitar kampus Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu kesehatan

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan di klinik Salsabilla

Medical Centre Cibinong. Responden 51 orang pasien diabetes melitus tipe 2

(terdiri dari 18 laki-laki dan 33 perempuan), dan 51 orang anak dari pasien DM

tipe 2 (terdiri dari 16 laki-laki dan 35 perempuan ). Sementara untuk kontrol 50

orang yang terdiri 10 laki-laki dan 40 perempuan.

Adapun hasil karakteristik sampel dapat ditampilkan dalam bentuk tabel

dibawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden Penelitian

Frekuensi ( % )

Kontrol DM tipe 2 Anak dari pasien DM

tipe 2

Jenis Kelamin Laki-laki 10 (20%) 18 (35,29%) 16 (31,37%)

Perempuan 40 (80%) 33 (64,71%) 35 (68,63%)

Total 50 51 51

4.2 Isolasi Genom

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi berjumlah 152. Sampel yang digunakan adalah sampel darah

dan sampel liur yang dilakukan berdasarkan protokol Genaid GB 300 dan Genaid

GS 300. Hasil dari isolasi DNA genom dilihat secara kuantitatif menggunakan

spektrofotometer DeNovix Nano Drops untuk dilihat kemurnian dan konsentrasi

DNA dalam hasil isolasi menggunakan rasio panjang gelombang A260/280

sebagaimana dapat dilihat di tabel dibawah ini.

Page 54: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

40

Tabel 4.2 Data Kemurnian DNA Genom Responden

Kontrol DM tipe 2 Anak DM Tipe 2

Kemurnian

DNA

Genom

A260/280

Frekuensi Persentase

(%) Frekuensi

Persentase

(%) Frekuensi

Persentase

(%)

<1,8 12 24 37 72,55 12 23,53

1,8 - 2,0 36 72 12 23,53 33 64,70

>2,0 2 4 2 3,92 6 11,77

Total 50 100 % 51 100 % 51 100 %

Dari tabel tersebut diketahui dari 50 sampel kontrol, didapatkan 24%

termasuk ke kategori kemurnian DNA kurang dari 1,8 ; 72% orang termasuk ke

kategori kemurnian DNA 1,8 – 2,0 ; dan 4% orang termasuk ke kategori

kemurnian DNA lebih dari 2,0. Dari 51 sampel pasien DM tipe 2, didapatkan

72,55% orang termasuk ke kategori kemurnian DNA kurang dari 1,8 ; 23,53%

orang termasuk ke kategori kemurnian DNA 1,8 – 2,0 ; dan 3,92% orang

termasuk ke kategori kemurnian DNA lebih dari 2,0. Dan dari 51 sampel anak

pasien DM tipe 2, didapatkan 23,53% orang termasuk ke kategori kemurnian

DNA kurang dari 1,8 ; 64,70% orang termasuk ke kategori kemurnian DNA 1,8 –

2,0 ; dan 11,77% orang termasuk ke kategori kemurnian DNA lebih dari 2,0.

4.3 Identifikasi Genetik LEPR Menggunakan RT-PCR

Selanjutnya hasil isolasi DNA diamplifikasi menggunakan RT-PCR untuk

diidentifikasi adanya polimorfisme genetik LEPR spesifiknya pada rs 1137101

atau Gln223Arg. Probe yang digunakan akan menempel pada segmen primer gen

LEPR dan ketika dilakukan PCR maka akan berpendar dikarenakan terdapat

warna fluorescent yang akan dideteksi oleh mesin PCR dan akan dimunculkan

hasil akhirnya pada program Light Cycler. Pada Rs 1137101 terdapat 2 probe

yang akan mendeteksi dan menempel pada sekuens alel yang berbeda, probe

berlabel Vic akan menempel pada sekuens primer dengan alel A dan pada probe

Page 55: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

41

berlabel Fam akan menempel pada sekuens primer dengan alel G. Pada sampel

ditemukan hasil seperti yang disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Data Distribusi Genotip Responden

SNP Alel beresiko Distribusi genotip

Alel Kontrol DM tipe 2

Anak penderita

DM tipe 2

Rs 1137101 G AA 4(8%) 2 (3,92%) 1 (1,96%)

AG 25(50%) 6 (11,77%) 10 (19,61%)

GG 21(42%) 43 (84,31%) 40 (78,43%)

Total 50 51 51

Dari tabel tersebut diketahui pada populasi kontrol terdapat 8 % yang

mempunyai alel AA, 50 % mempunyai alel AG dan 42 % mempunyai alel GG.

Pada populasi pasien DM tipe 2 terdapat 3,92 dengan alel AA; 11,77% dengan

alel AG; dan 84,31 % dengan alel GG. Pada populasi anak dari pasien DM tipe 2

terdapat 1,96 % dengan alel AA; 19,61 % dengan alel AG; dan 78,43 % dengan

alel GG.

Tabel 4.4 Distribusi Data Genotip Berdasarkan Pasangan Orang Tua Dengan DM

Tipe 2 dan Anak

SNP Alel beresiko Distribusi genotip berdasarkan pasangan orang tua dengan

DM tipe 2 dan anak

Orang tua Anak Jumlah Persentase (%)

Rs 1137101 G AA AA 0 0

AA AG 3 5,882

AA GG 0 0

AG AG 2 3,921

AG GG 9 17,647

GG GG 37 72,549

Total 51 100

Dari tabel tersebut diketahui pada pasangan orang tua dengan DM tipe2

dan anaknya, pada pasangan alel AA-AA terdapat 0%, pada pasangan alel AA-

AG terdapat 5,882%, pada pasangan alel AA-GG terdapat 0%, pada pasangan alel

Page 56: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

42

AG-AG terdapat 3,921%, pada pasangan alel AG-GG terdapat 17,647%, dan pada

pasangan alel GG-GG terdapat 72,549%.

4.4 Frekuensi Alel Gen LEPR

Hasil screening yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta dan di klinik Salsabilla Medical Centre Cibinong didapatkan bahwa dari

152 sampel keseluruhan, memiliki perbedaan pada populasi kontrol dan populasi

orang tua dengan DM tipe 2 beserta anaknya.

Pada populasi kontrol terdapat 50 sampel dengan persentase genotip

homozigot wildtype 8% (4 orang), genotip heterozigot mutan 50% (25 orang),

genotip homozigot mutan 42% (21 orang), sehingga frekuensi genotip heterozigot

mutan merupakan varian paling dominan. Dengan frekuensi alel A 0,33 dan

frekuensi alel G 0,67.

Pada populasi pasien DM tipe 2 terdapat 51 sampel dengan persentase

genotip homozigot wildtype 3,92% (2 orang), genotip heterozigot mutan 11,77%

(6 orang), genotip homozigot mutan 84,31% (43 orang), sehingga frekuensi

genotip heterozigot mutan merupakan varian paling dominan. Dengan frekuensi

alel A 0,098 dan frekuensi alel G 0,902.

Pada populasi pasien DM tipe 2 terdapat 51 sampel dengan persentase

genotip homozigot wildtype 1,96% (1 orang), genotip heterozigot mutan 19,61%

(10 orang), genotip homozigot mutan 78,43% (40 orang), sehingga frekuensi

genotip heterozigot mutan merupakan varian paling dominan. Dengan frekuensi

alel A 0,1176 dan frekuensi alel G 0,8824.

Page 57: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

43

4.5 Analisis Hubungan Gen LEPR Anak dengan Orangtua DM tipe 2

Pada tabel 4.4 menggambarkan bahwa pada pasangan orang tua dan anak

yang memiliki genotip GG - GG terdapat 37 orang, AG - GG sebanyak 9 orang,

AG - AG sebanyak 2 orang dan AA - AG sebanyak 3 orang. Sedangkan tidak ada

pasangan orang tua dan anak pada genotip AA – AA dan AA – GG. Dari hasil uji

Chi-Square didapatkan nilai harapan (expected count) <5 adalah 77,8 %, sehingga

nilai signifikansi dari Likelihood Ratio dapat digunakan. Nilai signifikansi yang

didapatkan adalah 0,011 ( p Value <0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara polimorfisme yang terjadi pada anak

dan orang tua dengan DM tipe 2.

Adanya signifikansi hubungan antara polimorfisme yang terjadi pada anak

dan orang tua dengan DM tipe 2 ini dapat mengindikasikan adanya kemungkinan

bahwa dengan adanya polimorfisme gen LEPR ini menjadi salah satu faktor

resiko yang dapat menyebabkan DM tipe 2 dan dapat diturunkan risiko nya dari

orangtua ke anaknya.

4.6 Analisis Hubungan Gen LEPR dengan DM tipe 2

Untuk mencari hubungan antara penderita DM tipe 2 dan dengan

kelompok tanpa DM tipe 2, penelitian ini menggunakan Software medcalc online

dengan aplikasi kalkulator untuk menghitung Odds Ratio dan Allel Frequency

Calculator untuk mencari frekuensi alel merujuk pada penelitian 45

dengan hasil

pada tabel berikut. 43, 44

Tabel 4. 5 Hasil Kalkulasi MedCalc

Alel Frekuensi

Alel Risiko

Odds Ratio

( OR )

Confidence

Interval ( CI )

Significance

Level ( P )

DM Tipe 2 0,902 4.5335 3.5424 – 5.8014 P <0.0001

Kontrol 0,670

Page 58: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

44

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa pada populasi dengan DM tipe

2 memiliki frekuensi alel berisiko sebanyak 0,902 dan pada populasi Kontrol

didaparkan frekuensi alel berisiko sebanyak 0,670. Dari hasil analisis yang

dianalisis menggunakan aplikasi MedCalc, didapatkan Odds Ratio 4.5335 yang

dapat disimpulkan bahwa pada orang dengan polimorfisme gen LEPR ini

memiliki 4,5 kali risiko lebih tinggi terkena DM tipe 2. Hasil tingkat signifikansi

(Significance Level) yang didapat adalah p < 0,0001 yang menandakan adanya

hubungan gen LEPR ini dengan kejadian DM tipe 2.

4.7 Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain :

1. Tidak diukur kriteria diagnosis untuk diabetes melitus tipe 2 seperti gula

darah sewaktu dan gula darah puasa pada peserta penelitian.

2. Tidak diketahui apakah anak dari penderita DM juga menderita DM atau

tidak.

3. Pencatatan karakteristik peserta penelitian tidak tertulis dengan lengkap.

Page 59: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

45

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Terdapat polimorfisme genetik LEPR rs 1137101 pada populasi

mahasiswa FK dan FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pada

populasi pasien DM tipe 2 di klinik Salsabilla Cibinong

2. Genotip LEPR GG memiliki proporsi paling banyak pada populasi

pasien DM tipe 2 dan anaknya, dan mahasiswa FK dan FIKES UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan pada klinik Salsabilla Cibinong

3. Terdapat hasil yang signifikan dari gambaran genotip yang ada

dengan membandingkan populasi kontrol dan populasi sampel dengan

diabetes melitus tipe2

4. Terdapat hasil yang signifikan yang menggambarkan hubungan gen

LEPR pada anak dan orangtua dengan DM tipe 2

5.2 Saran

1. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk diagnosis DM tipe 2

seperti GDS dan GDP

2. Dapat dilakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih besar lagi

3. Dapat dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih beragam lagi

agar dapat gambaran lebih luas pada populasi di Indonesia

4. Dilakukan pengambilan darah orangtua atau anak pada populasi

Kontrol (non-DM)

Page 60: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

46

DAFTAR PUSTAKA

1. Soelistijo, Soebagijo A, Hermina N, Achmad R, dll. Konsensus :

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2015.

PB Perkeni 2015

2. Li YY, Hui W, Xin XY, dll. LEPR gene Gln223Arg polymorphism and type

2 diabetes mellitus: a meta-analysis of 3,367 subjects. Oncotarget. 2017 : 8 :

37.

3. Lieberman, Michael. Marks, Allan D. Marks’ Basic Medical Biochemistry:

A Clinical Approach. 4th ed. 2013.

4. Scott RA, Langenberg C, Shar SJ, dll. The link between Family History and

risk of Type 2 Diabetes is Not Explained by Anthropometric, Lifestyle or

Genetic Risk Factors: the EPIC-InterAct Study. Diabetologia. 2013: 56(1):

60–69.

5. Ramachandrappa S, Farooqi IS. Genetic approaches to understanding

human obesity. J Clin Invest. 2011 : 121:2080-6.

6. Papadakis MA, Stephen JM. Current Medical Diagnosis and Treatment.

New York : McGraww-Hill. 2013

7. Facey A, Lowell D dan Rachel I. A Review of the Leptin Hormone and the

Association with Obesity and Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes and

Metabolism. 2017.

8. Minikoshi Y, Kim Y, Peroni OD, et al. Leptin stimulates fatty-acid

oxidation by activating AMP-activated protein kinase. Nature. 2002 : 415:

339-343.

9. Ahima RS, Flier JS. Leptin. Annual Review of Physiology. 2000 : 62 : 413-

437.

10. Spiegel K, Tasali E, Penew P, et al. Brief Communication: Sleep

Curtailment in Healthy Young Men Is Associated with Decreased Leptin

Levels, Elevated Ghrelin Levels, and Increased Hunger and Appetite.

Annals of Internal Medicine. 2004 : 141: 846-850.

11. Taheri S, Lin L, Austin D, et al. Short Sleep Duration Is Associated with

Reduced Leptin, Elevated Ghrelin, and Increased Body Mass Index. PLOS

Medicine. 2004 : 1: e62.

12. El-Haschimi K, Pierroz DD, Hileman SM, et al. Two defects contribute to

hypothalamic leptin resistance in mice with diet-induced obesity. The

Page 61: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

47

Journal of Clinical Investigation. 2000 : 105:1827-1832.

13. Ahima RS, Prabakaran D, Mantzoros C, et al. Role of leptin in the

neuroendocrine response to fasting. Nature. 1996 : 382 : 250-252.

14. Myers MG, Leibel RL, Seeley RJ, et al. Obesity and leptin resistance:

distinguishing cause from effect. Trends in Endocrinology and Metabolism.

2010 : 21: 643-651.

15. Enriori PJ, Evans AE, Sinnayah P, et al. Diet-Induced Obesity Causes

Severe but Reversible Leptin Resistance in Arcuate Melanocortin Neurons.

Cell Metabolism. 2007 : 5: 181-194

16. Kieffer TJ, Heller RS, Leech CA, et al. Leptin suppression of insulin

secretion by the activation of ATP-sensitive K+ channels in pancreatic beta-

cells. Diabetes. 1997 : 46:1087-93.

17. Emilsson V, Liu YL, Cawthorne MA, et al. Expression of the functional

leptin receptor mRNA in pancreatic islets and direct inhibitory action of

leptin on insulin secretion. Diabetes. 1997 : 46:313-6.

18. Bandaru P, Shankar A. Association Between Plasma Leptin Levels and

Diabetes Mellitus. Met Syndrome and Related Disorders. 2011. 9: 19-23.

19. Ceddia RB, Koistinen HA, Zierath JR, et al. Analysis of paradoxical

observations on the association between leptin and insulin resistance. Нe

FASEB Journal, 2002 : 16: 1163-1176.

20. Ebihara K, Ogawa Y, Masuzaki H, et al. Transgenic Overexpression of

Leptin Rescues Insulin Resistance and Diabetes in a Mouse Model of

Lipoatrophic Diabetes. Diabetes, 2001 : 50: 1440-1448.

21. German JP, Wisse BE, Нaler JP, et al. Leptin Deficiency Causes Insulin

Resistance Induced by Uncontrolled Diabetes. Diabetes, 2010 : 59: 1626-

634.

22. Aragonès G, Ardid-Ruiz A, Ibars M, Suárez M, Bladé C. Modulation of

leptin resistance by food compounds. Molecular Nutrition & Food Research,

2016 : 60: 1789-1803.

23. Reitman ML, Gavrilova O, Marcus-Samuels B, Leon LR, Vinson C.

Hormones: Leptin and diabetes in lipoatrophic mice. Nature, 2000 : 403:

850-850.

24. McCance , Kathryn L and Sue E Huether.. Patophysiologi : the Biologic

Basis for Disease in Adults and Children, edisi 7. Missouri : Elsevier

Mosby.

Page 62: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

48

25. Yiannakouris N, Yannakoulia M, Melistas L, Chan JL, Klimis-Zacas D,

Mantzoros CS. The Q223R polymorphism of the leptin receptor gene is

significantly associated with obesity and predicts a small percentage of

bodyweight and body composition variability. J Clin Endocrinol Metab.

2001 : 86:4434-9.

26. Scripichai O, Fucharoen S. Genetic polymorphisms and implications for

human diseases. J med Assoc Thai, 2007 : 90:394-8

27. Yang MM, Wang J, Fang J, et al. Variations in the Obesity Gene "LEPR"

Contribute to Risk of Type 2 Diabetes Mellitus: Evidence from a Meta-

Analysis. J Diabetes Res. 2016 : 5412084.

28. SNPedia. RS1137101. https://www.snpedia.com/index.php/Rs1137101 .

Diakses pada 25 oktober 2018

29. Gallicchio L, Chang HH, Christo DK, Thuita L, Huang HY, Strickland P, et

al. Single nucleotide polymorphisms in obesity-related genes and all-cause

and cause-specific mortality: a prospective cohort study. BMC Med Genet.

2009 :10:103.

30. Oliveira RD, Cerda A, Genvigir FDV, et al. Leptin receptor gene

polymorphisms are associated with adiposity and metabolic alterations in

Brazilian individuals. Arq Bras Endocrinol Metab. 2013 : 57:9

31. Fan SH dan Say FH. Leptin and leptin receptor gene polymorphisms and

their association with plasma leptin levels and obesity in a multi-ethnic

Malaysian suburban population. Journal of Physiological Anthropology

2014 : 33:15

32. Zhang L, Qing Y, Liang D, et al. Association of polymorphisms in LEPR

with type 2 diabetes and related metabolic traits in a Chinese population. .

Lipids in Health and Disease 2018 : 17:2

33. US National Library of Medicine. What are single nucleotide

polymorphisms(SNPs).https://ghr.nlm.nih.gov/primer/genomicresearch/snp.

Diakses pada 30 oktober 2018

34. International Diabetes Federation, IDF Diabetes Atlas. 7th Ed. US:

International Diabetes Federation, 2015. hal. 57

35. World Health Organization. Global Report on Diabetes. 2016.

36. Melmed S, Polonsky K.S, Larsen P.R, et al. Williams Textbook of

Endocrinology, 12th edition. 2011. Philadelphia : Elsevier Sanders.

Hal.1371-99

Page 63: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

49

37. Kasper D.L, Harrison T.R, Faucy A.S, et al. Harrison's Principles of Internal

Medicine, 19th edition. New York : McGraw-Hill. 2015. hal. 2399-407

38. Anghebem, Oliveira, Mauren I, et al. Type 2 diabetes-associated genetic

variants of FTO, LEPR, PPARg, and TCF7L2 in gestational diabetes in a

Brazilian population. Arch. Endocrinol. Metab. 2017 : 61(3) : 238-48.

39. NCBI. dbSNP Short Genetic Variation.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/projects/SNP/snp_ref.cgi?rs=1137101.

Diakses pada 1 November 2018

40. Roche Diagnostics GmbH. The LightCycler® 480 Instrument Operator’s

Manual Book Software Version 1.5. Roche Applied Science.2008:90-232.

41. Geneaid. Blood/ cell DNA mini kit (GB100/GB300).

http://www.geneaid.com/products/genomic-dna-purification/dna-extraction-

kit-blood-cultured-cell-miniprep. Diakses 11 November 2018

42. Dahlan MS. Penelitian Deskriptif. In: Besar Sampel dan Cara Pengambilan

Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-3. Salemba

Medika : 2013:56-60.

43. Free Stastistical Calculator. https://www.medcalc.org/calc/odds_ratio.php.

Diakses 11 November 2018

44. Allele Frequency Calculator. https://www.easycalculation.com/health/allele-

frequency-calculator.php. Diakses 11 November 2018

45. Parshall MB. Unpacking the 2 x 2 Table. Heart Lung. 2013 : 42(3):221-6

Page 64: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

50

LAMPIRAN

Lampiran 1 Susunan Asam Basa Gen LEPR

Page 65: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

51

Lampiran 2 Karakteristik Sampel Kontrol

No No Sampel Jenis Kelamin Konsentrasi 260/280 Gen LPER

1 3 L 90.856 1,86 AG

2 4 P 82.557 1,86 AG

3 5 L 106.916 1,88 AG

4 6 P 104.116 1,88 AA

5 7 P 97.619 1,78 AG

6 8 P 116.224 1,82 AG

7 9 P 69.672 1,90 AG

8 10 P 81.716 1,88 AG

9 13 P 77.020 1,86 AG

10 15 L 71.092 1,88 AG

11 20 P 106.341 1,90 AG

12 26 P 61.651 1,91 AG

13 27 P 68.537 1,60 AG

14 28 P 98.592 1,89 AG

15 29 P 117.143 2,10 AA

16 30 P 64.294 1,60 AA

17 31 P 66.003 1,03 AG

18 32 P 104.116 1,71 GG

19 38 P 75.023 1,90 AG

20 39 P 97.357 1,84 GG

21 40 P 173.793 1,86 AG

22 41 L 112.477 1,85 AG

23 42 P 92.312 1,85 GG

24 43 P 73.376 1,84 AG

25 44 P 112.619 1,87 GG

26 45 L 132.721 1,68 GG

27 46 L 77.324 1,85 AG

28 47 P 68.594 1,84 AG

29 48 P 57.642 1,75 AG

30 49 P 68.069 1,88 GG

31 51 L 120.113 1,88 GG

32 52 L 15,81 2,02 GG

33 55 P 85.444 1,83 GG

34 56 P 120.942 1,85 AG

35 57 P 164.679 1,86 GG

36 58 P 60.068 1,86 GG

37 59 P 189.987 1,49 AG

38 60 P 143.146 1,86 AG

39 61 P 272.328 1,84 GG

40 62 P 220.708 1,91 GG

41 63 P 219.691 1,86 GG

42 66 L 194.297 1,86 GG

Page 66: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

52

43 12 P 37.387 1,32 GG

44 16 P 46.492 1,93 GG

45 17 P 54.434 1,92 GG

46 19 L 39.157 1,51 AA

47 24 P 49.716 1,82 GG

48 25 P 47.239 1,72 AG

49 54 P 81.872 1,79 GG

50 84 P 103.852 1,90 GG

Page 67: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

53

Lampiran 3 Karakteristik sampel Penderita DM tipe 2

No No Sampel Jenis Kelamin Konsentrasi 260/280 LPER

1 A L 99.307 1,80 GG

2 B L 85.410 1,16 GG

3 C L 515.397 2,01 GG

4 E L 23.427 2,08 GG

5 G L 139.175 1,12 GG

6 L L 396.132 1,71 GG

7 M P 68.854 1,75 GG

8 N P 109.385 1,71 GG

9 O L 31.038 1,91 GG

10 P P 33.914 1,77 GG

11 Q P 36.609 1,74 GG

12 AB L 32.370 1,64 GG

13 AC P 14.092 1,76 GG

14 AD P 35.178 1,94 GG

15 AE L 65.803 1,79 AG

16 AF P 97.470 1,85 GG

17 AG L 120.822 1,85 GG

18 AH P 22.692 1,82 GG

19 AI P 13.446 1,15 AG

20 AJ P 12.372 2,13 GG

21 AK P 27.571 1,92 GG

22 AL L 14.483 1,78 GG

23 AP L 88.461 1,16 GG

24 AW P 40.580 1,66 GG

25 AX L 7.750 1,21 GG

26 AY L 34.610 1,71 GG

27 AZ P 99.452 1,64 GG

28 BA P 41.535 1,71 GG

29 BB P 86.627 1,88 GG

30 BC P 67.825 1,81 GG

31 BD P 134.457 1,83 GG

32 BF P 106.980 1,76 GG

33 BG P 74.836 1,77 GG

34 BH P 98.176 1,78 AA

35 BI P 41.114 1,73 GG

36 BJ P 21.634 1,62 GG

37 BK L 70.368 1,76 GG

38 BL P 54.397 1,72 GG

39 BM P 73.334 1,76 GG

40 BN L 42.527 1,71 AG

41 BO P 53.760 1,71 GG

42 BP P 46.224 1,70 AG

Page 68: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

54

43 105 P 25.461 1,92 GG

44 BR P 23.350 1,62 GG

45 BT P 90.026 1,71 GG

46 BU L 27.805 1,74 AG

47 BV P 45.656 1,75 AA

48 BW P 30.796 1,54 GG

49 BX P 47.302 1,90 AG

50 BY P 45.359 1,79 GG

51 BZ L 35.673 1,55 GG

Page 69: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

55

Lampiran 4 Karakteristik Sampel Anak Penderita DM tipe 2

No No Sampel Jenis Kelamin Konsentrasi 260/280 Gen LPER

1 2 L 109.710 1,90 AG

2 14 L 49.152 1,68 GG

3 18 P 49.569 1,27 GG

4 23 P 34.949 1,84 GG

5 36 L 64.590 1,85 GG

6 65 P 135.639 1,82 GG

7 82 P 61.805 1,96 GG

8 67 P 31.404 1,92 GG

9 68 P 90.615 1,83 AG

10 69 P 132.136 1,88 GG

11 70 P 29.276 1,95 GG

12 81 P 88.205 1,76 GG

13 72 P 39.638 1,79 GG

14 73 P 33.174 2,03 GG

15 74 P 24.127 1,51 AA

16 75 L 19.929 2,15 GG

17 76 P 37.549 1,79 GG

18 77 P 17.962 2,13 AG

19 78 P 58.565 1,83 AG

20 79 P 27.129 1,81 GG

21 80 L 11.232 2,57 GG

22 83 P 37.751 1,86 GG

23 85 P 120.140 1,85 AG

24 106 P 26.178 1,94 GG

25 109 L 41.950 1,97 AG

26 111 L 60.491 1,85 GG

27 89 P 39.364 1,72 GG

28 103 P 58.903 1,85 GG

29 93 P 31.804 1,80 GG

30 107 P 35.072 1,94 GG

31 110 P 23.915 2,09 GG

32 113 L 31.894 1,88 AG

33 88 L 82.576 1,80 GG

34 90 L 59.677 1,75 AG

35 96 P 64.046 1,79 GG

36 87 P 53.373 1,75 GG

37 92 P 68.248 1,82 GG

38 114 P 82.681 1,85 GG

39 104 P 41.502 1,99 GG

40 108 L 8.773 2,21 GG

41 112 L 74.180 1,82 GG

42 91 L 55.649 1,81 GG

Page 70: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

56

43 BQ L 9,581 1,31 GG

44 95 L 18.561 2,07 GG

45 94 P 104.322 1,86 GG

46 97 P 90.616 1,80 AG

47 102 P 34.461 1,88 AG

48 100 P 27.252 1,96 GG

49 99 L 40.908 1,74 GG

50 101 P 57.141 1,85 GG

51 98 P 26.894 1,88 GG

Page 71: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

57

Lampiran 5 Alat dan Bahan

Micropipet

Tabung EDTA

GS Column GB Column

Airtech

Waterbath AS ONE TRW-42 TP

Page 72: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

58

Lanjutan

Genomic DNA Mini Kit Geneaid GB

100

GT Buffer, GB Buffer, W1 Buffer

Wash Buffer, RBC Lysis Buffer,

Elution Buffer

Microtip dan Microsentrifuge Tube

Microsentrifuge Eppendorf 5417 R TaqMan Master Mix

Page 73: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

59

Lanjutan

LightCycler® 480 Instrument.

Vortex

-4oC Kulkas Penyimpan

-20o C Kulkas Penyiman

Lampiran 6 Analisis Data

Page 74: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

60

A. Hasil Analisis Chi-Square

B. Hasil Analisis MedCalc

Page 75: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

61

C. Jenis Kelamin

Kontrol DM tipe 2

Anak dari

pasien DM

tipe 2

Total

Laki-laki 10 18 16 44

Perempuan 40 33 35 108

Total 50 51 51 152

D. Distribusi Genetik LEPR

Alel Kontrol DM tipe 2

Anak dari

Pasien DM

tipe 2

Total

AA 4 2 1 7

AG 25 6 10 41

GG 21 43 40 104

Total 50 51 51 152

E. Distribusi Genetik LEPR pada Anak dan Orangtua dengan DM tipe 2

Pasangan Genotip Orangtua - Anak Jumlah

AA – AA 0

AA – AG 3

AA – GG 0

AG – AG 2

AG – GG 9

GG – GG 37

Page 76: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

62

Lampiran 7 Surat Persetujuan Responden

Page 77: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

63

Page 78: (LEPR) RS 1137101 PADA ANAK DENGAN RIWAYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48374/1/RISFY GUSTI PAMUNGKAS-FK.pdf5. Laboran laboratorium biokimia dan biologi, Mbak

64

Lampiran 8 Curricullum Vitae Peneliti

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Risfy Gusti Pamungkas

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Februari 1999

Glongan Darah : A+

Agama : Islam

E-mail : [email protected]

Alamat : Perumahan Bumi Sentosa Blok C6 nomor 20-21,

Kabupaten Cibinong, Kota Bogor, Jawa Barat

B. Pendidikan

Sekolah Dasar : SD Taman Rezeki Cibinong

SD IT Al-Madinah Cibinong

Sekolah Menengah Pertama : SMPN 5 Bogor

Sekolah Menengah Atas : SMAN 6 Bogor

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Tangerang Selatan

C. Pengalaman Organisasi

1. Ketua Pramuka SMPN 5 Bogor 2012-2013

2. Anggota Peer Councelor for Teenager di SMPN 5 Bogor 2011-2013

3. Anggota Remaja Pecinta Alam SMAN 6 Bogor 2013-2015

4. Ketua SCOPE CIMSA UIN Jakarta 2017-2018

D. Penghargaan

1. Juara 3 Tryout SD Primagama Cibinong

2. Juara 1 Turnamen Taekwondo SD setingkat kecamatan

3. Juara harapan 3 lomba Pramuka di SMKN 1 Bogor