LEMBARAN. DAERAH KHUSUS IBUKOT A...

31
LEMBARAN. DAERAH KHUSUS IBUKOT A JAKARTA NOMOR : 80 TAHUN : 1994 SERI : D ='iOMOR .:. 79 PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG PENA T AAN DAN PENGELOLAAN KEPULAUAi'l SERIBU KOTAMADYA JAKARTA UTARA DENGAN RAHMA T TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Menimbang a. ballwa wilayah Kepulauan Seribu yang memiliki ciri-ciri tersel!jiri, serta potensi sumber daya alamnya yang cukup hesar, Japat menun- jang pengembangan sektor kepariwisataan. pertanian. perikan:JIl, kchulanan, petemakan, pertambangan. budi<laya biola la~l. pendi- dikan dan penelitian ; . b. bahwa pemanfaatan polensi' tersebut harus IClap dikendalikan sehingga keseimbangan pengembangan dan kelestarian ljngkung~n. telap terpelihara untuk kcpentingan generasi yang akan datang ; c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersel>ul. perlu mcngatur penataan dan pengelolaan Kepulauan Seribu <lalam PeratUran Dacrah. j ! ~ ~ Mengingat 1. Undang-Undang Pelayaran Indonesia Tahun 1936; , 2. Undang-Undang NomoI' 5 Tahun 1960 tentang PeratUran Dasar Pokok-pokok Agraria;' . .';. 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tenlang, Pokok-p<'kok Kchulallan ;

Transcript of LEMBARAN. DAERAH KHUSUS IBUKOT A...

LEMBARAN. DAERAH KHUSUS IBUKOT AJAKARTA

NOMOR : 80 TAHUN : 1994 SERI : D ='iOMOR .:. 79

PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 11 TAHUN 1992

TENTANG

PENA T AAN DAN PENGELOLAAN KEPULAUAi'l SERIBUKOTAMADYA JAKARTA UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA.

Menimbang a. ballwa wilayah Kepulauan Seribu yang memiliki ciri-ciri tersel!jiri,serta potensi sumber daya alamnya yang cukup hesar, Japat menun-jang pengembangan sektor kepariwisataan. pertanian. perikan:JIl,kchulanan, petemakan, pertambangan. budi<laya biola la~l. pendi-dikan dan penelitian ; .

b. bahwa pemanfaatan polensi' tersebut harus IClap dikendalikansehingga keseimbangan pengembangan dan kelestarian ljngkung~n.telap terpelihara untuk kcpentingan generasi yang akan datang ;

c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersel>ul. perlu mcngaturpenataan dan pengelolaan Kepulauan Seribu <lalam PeratUranDacrah.

j

!~~

Mengingat 1. Undang-Undang Pelayaran Indonesia Tahun 1936;,

2. Undang-Undang NomoI' 5 Tahun 1960 tentang PeratUran DasarPokok-pokok Agraria;' . .';.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tenlang, Pokok-p<'kokKchulallan ;

.'

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Peme-rintahan Di Daerah;

5. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketemuanPokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ; .

6. Undang-Undang ~omor 9 Tahun 1985 tenta,itg Perikanan;7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan E1cosistemnya ;

8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan ;9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan ~emerin-

tahan Daerah KhusuS Ibukota Hegara Republik Indonesia Jakarta ;

10. Undang-Undang Nf)mor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan ;11. Peraturan Peme:intah Nomcr M Tahun 1957 tentang Pt:nyerahan

sebagian Urusan Pemerintah Pusat Dalam Bidang Kehutanan danKaret Rakyat kepada Daerab Propinsi Tingkat I ;

12. Peraturan Pernerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang Penyerahansebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kepariwisataankepada Daerah Tingkat I ;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1983 tentang J>embinaanKepelabuhan ;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 temang Analisis

. MengenaiDampakLingkungan;15. Peratu:an Pem::rintah Nomor 17 Tahun 1988 tentang Penyelengga-

raan dan Pengusahaan Angkutall Lam ;

16. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1982 tentang PengembanganBudidaya Laut di Perairan Indonesia;

,17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990'.. .

tentang Pengelolaan Kawasan Lmdung ;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976 tentan17Peng~unaan Acara Pembebasan Tanah umuk Kepentingan Pemerin~tah bagi Pembebasan Tanah oleh pihak Swasta ;

19. Peraturan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan HidupNomor KEP-02IMEN NWI/1988 Tahun 1988 ~tang PedomanPenetapan Baku Mutu Lingkungan ;

20. KeputUsan Menteri Pertanian Nomor 527/KPTSIUMn1l982tanggal 21 Juli 1982 tentang areal perairan Kepulauan Seribuditetapkan sebagai eagar alam laut dengan luas lebih kurang108.000 Ha ;

. 21. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1971 tentang pencegahanpengotoran udara, air dan lepas pantai dalam wilayah DaerahKhusus Ibukota Jakarta ;

LD Tabun 1994 No. 80 - 3 - Seri : D Nomor : 79

22. Peraturan Daerab Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun1984 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Khusus IbukotaJakarta Tahull1985 -2005 ;

23. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun1987 tentang Pem:tapan Rencana Bagian Wilayah KOla untukWilayah Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta ;

24. Peraturan Daerah Daerah 'Khusus Ibukota Jakarta Nomor II Tahun1988 tentang Ketertiban Umum. dalam wilayah Daerah KhususIbukota Jakarta;

1.5. t'eratUran [;aerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nemer 7 Tahun1991 tcntang Bangunan <Iiwila)"ah Daerah Khu!>usIbukota Jakarta;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Khususloukota Jakarta

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERA TURAN DAERAH DA,ERAH KHUSUS iBUKOT A JAKARTATENTANG PENATAAN DAN PENGELOLAAN KEPULAUANSERlBU KOTAMADYA JAKARTA UTARA.

BAB I

KETENTUAN U1\1U1\I

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Khusus IbukotaJakarta;

b. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala .Daerah KhususIbukOta Jakarta;

c,. Instansi penierintah adalah instansi yang mempunyai kewenanganmenetapkan suatu keputusan dan atau ketentuan berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku ;

d. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasilstudi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadaplingkungan hidup. yang diperlukan bagi proses pengambilankeputusan ;

e. Baku mutu air laut adalah bat4is atau kadar mahlulc. hidup. zat.energi. .atau komponen lain yang ada atau harus ada dan zat ataubahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut .;

"-r

-1

f. Bangunan adalah segala bangunan fisik yang meliputi lasilitas umumdan khusus ;

g. Budi daya laut adalah kegiatan untuk memelihara dan mengem-bangkan sumber daya hayati laut yang berupa jenis-jcnis ikM danbubn ikan yarig dilakukan di perairan laut ;

h. Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karel13 keadaanalamnya mempunyai kekhasan tUmbuhan. satwa dan ekosistemnyaatau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perlcembangannya~rlangSlJJ)t.;secara alami ;

i. Fasilitas pendukung penamhangan adalah sarana dan prasaran't yangdiperl~kan untuk mel1'lI1jangkegiatan penambangan ;

J. Garis Semp;;<1anPuntai (GSP) adalah garis batao; dibolehkannyadidirikan bangunan beratap dan berdinding, yang dihitung mulai daribatas pa.;ang air laut tertinggi ke af3h dalfltan wlau ;

k. lzin bangunan adalah izin yang diberikan kepada pemilik bangunanyang dapat berupa :

I) Izin Mendirikan Bangunan (1MB) adalah izin untuk menggu-nakan kegiatan membangun ;

2) Izin Penggunaan Bangunan (lPB) adalah izin untuk menggu-nakan bangunan setelah dinilai layak dar! segi teknis dan sesuai1MB;

3) Izin Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB) adalah izinu.1!ukmemperpanjang penggunaan bangu.nan setelah kondisi danpenggunaannya dinilai layak dari segi teknis ;

4) Izi!1membangundan menggunakanbangunan yang menyangkutkeselamatan jasa perhuuungan sesuai per<t(uran perundang-undangan yang berlaku ;

Izin Mendirikan Prasarana (IMP) adalah izin membangun prasaranaseperti dermaga, jembatan dermaga, jaringan jalan denganperkerasan. tanggul. pemecah ombak. dan sebagainya yangditerbitkan ole"hPemerintah Daerah ;

m. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsimama melindungi kelestarian lingkungan hidu» yang mencakupsumber alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budayabangsa guna kepemingan pembangunan l1erkelanjutan ;

n. Kecamatan Kepulauan Seribu adalah gugusan pulau-pulau dankawasan perairan (aut yang melingkupinya dengan batas-batassebagairnana tercantum dalam Undang-Undang Nornor 11 Tahun1990 ;

I.

LD Tahun 1994 No. 80 - 5 - Sed : D Nomor : 79

o. Keterangan Rencana Kota adalah keterangan yang diterbitkan olehPemerintah . Daerah tentang peruntukan dan ketentuan-ketemuante1mi!>pembangul14n atas sebidang lahan ;

p. Ketinggian bangunan adalah jumlah lapis bangunan yang dihitUngmulai dari lantai dasar bangunan ;

q. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah persentase jumlah luaskeseluruhan lantai dasar bangunan terhadap luas bersih lahan yangboleh dimanfaatkan (daerah perencanaan) ;

r. Koefisi::n Lantai Bangunan (KLB) adalah ratio antara jumlah luaskeseluruhan lantai bangunan terhadap luas bersih lahan yang bolehdimanfaatkan ;

s. Pantai adalah areal yang dibatasi oleh batas pasang naik air lautteninggi dan batas pasang surut air laut terendah ;

t. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata.termasuk obyek dan daya tirik wisata sena usaha-usaha yang terkaitdengan bidang tersebut ;

u. Pelestarian lingkung an adalah suatu kegiatan pembangunan dalamrangka pengelolaan lingkungan hidup dan memperhatikan kepen-tingan manus:a untuk meningkatkan kemampuan lingkungan yangserasi. selaras dan seimbang guna menunjang pembangunan .yang

.berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia ;

v. Pemugaran adalah pemulihan kembali fisik bangunan gedung danatau lingkungan kepada keadaan semula ;

w. Pencemaran air -!aut adalah masuk atau dimasukkannya mahlukhidup. zat. energi dan atau komponen lain ke dalam laut olehkegiatan manusia sehingga mutu air laut turun sampai ketingkattenentu yang menyebabkan perairan laut tidak berfungsi lagi sesuaidengan peruntukannya ;

x. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam peman-faatan. penataan. pemeliharaan. pengawasan. pengendalian, pemu-lihan dan pengembangan lingkungan hidup :

y. Penggunaan utama pulau adalah kegiatan dominan yang spesifiksebagai penjabaran peruntukan pulau yang diikuti dengan batasan-batasan teknis tersendiri ;

z. Penyempurna HijauUmum (PHU) adalah areal yang ditumbuhitanam-tanaman berupa hutan atau perkebunan binaan. dan ataupenghijalldn yang berfungsi untuk perlindungan ekosistem setempatdan di dalamnya tidak diperkenankan mendirikan bangunan kecualiuntuk sarana perlindungan lingkungan tersebut secara terbatas ;

(,

aa. Penyempuma Hijau Bangunan (PHB) adalah areal yang pada dasar-nya ditUmbuhi oleh tanam-tanaman berupa hUian atau perkebunanbi.J1aansebagai sarana perlindungan lingkungan, namun di dalamnyadiperkenankan mendirikan bangunan dengan koefisien dasar bangun-an yang rendah untuk penggunaan bersif.n spesifik, antar3 lain: per-ambuan lalu lintas lautludara, penelitian eagar alam, penelitian ke-laman, wisma kepresidenan, pos keamanan laut (KAMLA), wismapusat latihan TNI-AL, perikanan daraL dan fasilitas pendukung pe-nambangan ;

ab. Perairan dangkal adalah kawasan perairan laut sekeliling pulaumulai dari batas garis pasang air laut tertinggi sampai ke batas tubirkarang ;

3C. Perumahan ::dalah temp::t bermukim penduduk termasl!k seg21afasilitas sarana d!ln prasarana lingkungannya ;

ad.. Peruntukan pulau adalah kegunaan pulau baik secara harfi;ili maupun.

dalam penampilannya yang mencerminbn bentuk-bentuk kegiatan didalamnya ;

ae. Perusaka:1 lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahanlangsung atau tidak langsung terhadap sifai-sifat fisik d3n atau hayatilingkungan yang mengakibatkan lingkungan itU tidak berfungsi lagidalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan ;

af. Pulau adalah pulau di lingkungan Kepulauan Seribu ;

ago Rekreasi adalah segala kegiatan yang bersifat santai dalilm menik-mati'segala elemen potensi ::.Iamserra tanpa merusaknya ;

ah. Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB) adalah penetapan tata !etakbangunan yang boleh dibangun yang diterbitkan oleh PemerintahDaerah atas sebidang lahan sesuai deugan rencana peruntukan danketentuan-ketentuan teknis yang berlaku ;

ai. Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) adalah izin yangditerbitkan oleh Gubemur Kepala Daerah untuk keperluan penggu-naan tanah di wilayah Daerah Khusus lbukota Jakarta ;

aj. Taman arkeologi adalah suatU kelompot atau kompleks situs yangberisi peninggalan-peninggalan banguoan bersejarah (arkeologi)yang terdapat pada satu pulau atau Iebib pada gugusan pulau-pplaudi Kepulauan Seribu yang dilestarikan teberadaannya ;

ak. raman Nasional Laut Kepulauan Seribu adalah kawasan pelestarianalam sesuai Pemyataan Menteri Pertmian Nomor : 736IMentan/XI1982 yang di dalamnya terdapat zona iDIidan zona-zona lainnya ;

.

at Wisata bahari adalah usaha penyediaao fasilitas wisata bahari yangkegiatannya menyediakan dan mengelola prasarana dan 5arana sertajasa-jasa lainnya yang berkaitan dengaa wisata bahari ;

II.

7

am. Zat atau bahan pencemar adalah zat atau bahan dalam bentule cair,gas atau padat, baile tersuspensi maupun terlarut dalam lcadartertentu di lingleungan yang dapat menimbulkan gangguan terhadapmahluk hidup, iumbuh-tumbuhan dan atau benda ;

an. Zona Inti adalah daerah yang mutlak dilindungi untuk kepentinganpengawetan plasma nutfah dalam bentuk perlindungan habitat'pemyu laut di Pulau Gosong Renga!, Pulau Pateloran Timur, Pulau

. Pateloran Barat, Pulau Penjaliran Timur dan Penjaliran Barat ;p;:rlindungan ekosistem terumbu karang di Pulau Belanda dan PulauKayu Angin Bira ; serta perlir.dungan ,hutan bakzu di PulauPenjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Tirr.'ur. Zona ini tertutupuntuk umum leecuali untuk kegiatan ilmiah dan penelitian melaluiizin da:i Direkto:-at Ienderal Perlindungan Hutan c!an Pe;estarianAlam;

ao. Zona Perlindungan adalah daerah yang diperuntulcan bagi perlin-dungan zona inti dan eleosistem lainnya dengan pemanfaatan secaraterbatas. Zona ini rnerupalcan tempat pendidilcan konservasi danpengembangan kegiatan ci:tta alam dengan fasilitas terbatas;

ap. Zona Pemanfaatan adalah daerah yang diperuntukan bagi tujuanpengembangan pariwisata b~hari seeara intensif. Di daerah inidapat dikembanglean sarana akomodasi dan fasilitas lain yang diper-lukan dalam menunjang kegiatan pariwisata bahari ;

aq. Zona Penyangga adalah daerah yang diperuntukan bagi pengem-bangan pemanfaatan sumber daya alam secara tradisional oleh ma-syarakat setempat dan merupakan tempat pemukiman masyaralcat ;

ar. Tubir karang adalah' deretan karang yang membatasi kawasanrataan karang dan perairan laut dalam.

BAB II

PEMBAGIAN ZONA DAN RENCANA PERUNTUKAN

Pasal 2

(I) Pulau-pulau di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu besenaperairan laut yang rnelingleupinya, termasuk udara dan kelcayaanalam yang terlcandqng di dalamnya. dikuasai oleh Negara.

(2). KebijaksanaanpokolcpengembanganwilayahKepulauanSeribu di-

.

tujukanuntule:.

a. pengembangan pariwisata ;

b. pengembangan kegiatan perilcanan dan hasil-hasillaut lainnya ;

e. pengemhangan konservasi sumber daya alam hayati danekosistemnya .' ~:"..

.-

...~',' - --

......

'i\

(3) Untuk tujuan lersebut di atas, peruntukan pulau-pulau baik di dalammaupun di luar kawasm Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.ditetapkan sebagai beritut :

a. relcreasi dan pariwisata ;b. perumahan dan f;:silitasnya ;c. PHU;d. PHB.;e. pemerintahan;f. fasilitas umum ;g. jenis peruntukanJaia yang akan dilelapkan kemudian.

(4) .Peruntukan liap pulall di Kepulauan Seribu ditetapkan di dalamReneana Bagian WiJayah Kota (RBWK) Kecamatan KepuJal!anSeribu.

(5) P~runtulqln perairan laut Kepulauan Seribu ditetap1can olehQUbemui KepaJa Daeab dengan memperhatikan peruntukan pulau,pembataSan kegiatan di setiap zona dalam kawasan Taman NasionalLaut KepuJauan Seribu. kondisi ekosistem perairan Jaut, sertafaktor Jain yang menuPjang kelestarian lingkungan hidup denganmemperhatikan penmdang-undangan yang berlaku.

Pasal-3

Kegiatan pemanfaatan daD pengeJolaan puJau meliputi segala jeniskegiatan yang dilakukan serra penataan ruang dan pembangunan fisikpulau tersebut, harus sesuai dengan peruntukan pulau dan ketentuanpedoman teknis rencana kora.

Pasal 4

(I) Pulau-pulau dengan perumukan rekreasi dan pariwisata terdiri ataspenggu~n utama scbagai peristirahatan, taman arkeologi. danperkemahanloJah raga.

(2) Pulau-pulau dengan peruntukan perumahan dan fasiJitasnyadimaksudkan sebagai taDpat bermukimnya penduduk setempat.

(3) Pulau-pulau dengan peruntukan PHU terdiri atas pulau-pulaudengan penggunaan u(aIna sebagai eagar alam, dan peng.,-unaanutama sebagai penghijaBanunluk eadangan pengembangan.

(4) Pulau-pulau dengan penmtukan PHB, dimaksudkan unluk peman-faatan bersifat S(iesifit clan terbatas. meliputi penggunaan utama :perambuan lalu liotas butludara. penelitian eagar alam, penelitiankelautan, wisma kepre:sidenan. perikanan darat, fasilitas penduJtungpenambangan, pusat labban TNI-AL, dan pos Keamanan laut..

---

~

t';

(5) Pulau-pulau dengan peruntukan Pemerintahan, adalah pulau yangdigunakan untuk kegiatan pemerintahan dengan bangunan pendu-kung berupa kantor pemerintah, rumah dinas, dan jenis bangunafitempat peristirahatan non komersial, da~jenis bangunan lainnya. .

(6) Pulau-pulau dengan peruntukan fasilitas umum adalah pulau yangkeseluruhan arealnya digunakan sebagai fasilitas umum, terutama

"

fasilitastransportasi udara dan laut, serta saranapenunjangnya.

Pasal 5

(1) Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan" Scribu merupakanbagian dari wilayah Kepulauan Seribu yang ditetapkan beniasarkansurat keputusantersendiri.

"(2) Sesuai dengan tujuan dan fungsinya;-Kawasan" Taman NasionalLaul Kepulauan Seribu dibagi atas 4 (empat) zona, yakni zona inti.zona pelindung, zona pemanfaatan dan zona penyangga.

(3) Pembagian zona Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dimak-sudkan sebagai penataan ruang di dalam kawasan pelestarian alam"untuk mengatur aktivitas yang ada.

Pasal 6

Kegiatan penambangan minyak dan gas bumi lepas pantai di KepulauanSeribu, dibatasi sehingga tidak mengganggu dan atau tit1a" masuk kekawasan Taman Nasi"~malLaut Kepulauan Seribu.

Pasal 7

(1) Setiap pulau atau bagian dari pulau dengan "perunlukan Rekreasi danPariwisata. dan perunrukan PHB khususnya yang dikelola alehswasta. hanya boleh dikelola sebanyak 60 % (eJ1!lmpuluh persen)dari luas pulau. atau lahan yang dimiliki. Sedangkan sisa sebanyak40 % (empat puluh persen) lagi, harus diserahkan kepemilikan danpenguasaannya kepada Pemerintah Daerah.

(2) Di atas lahan"bagian 40 % (empat puluh perseratus) sebagaimanadimaksud ayat (1) pasal ini harusmemiliki areal pantai dan di lahantersebut dapat didirikan bangunan Pemerintah untuk kepentinganumum.

(3) Pemanfaatan dan pengelolaan bagian 40 % (em;>at puluh persen)disebut pada butir (I) pasal ini, ditetapkan oteh Gubernur KepalaDaerah. "

.

\0

BAB III

PENUNJUKAN PENGGUNAAN TANAH

Pasal 8

(I) Pengelolaan pulau dan atau sebagian dari daratan pulau hanyadiberikan kepada Badan Hukum Indonesia dan harus memilikiSIPPT.

(2) Pengalihan pengelolaan hanya dapat.dibenarkan dengan persetujuanGubemur Kepala Daerah.

." Pasal 9

Untuk tujU2n pengadaan perumahan dan fasilitasnya bagi penduduksetempat, pada pulau dengan peruntukan Perumahan dan fasilitasnya,SIPPT hanya dapat diberikan kepada Badan Usaha milik Pemerintah,don kerjasama dengan pihak swasta hanya dapat dilakukan dengan seizinGubemur Kepala Daerah.

Pasal 10

Pemilikan dan atau pengelolaan tanah oleh periduduk setempat untukkeperluan pembangunan rumah tinggal di pulau-pulau denganperuntukan perumahan dengan fasilitasnya, tidak diharuskan.memilikiSIPPT, keeuali pendir1an bangunannYIt akan meliputi. sebidang tanahdengan luas 2500 (dua ribu lima ratus) m1 atau lebih.

Pasal 11

(1) Tanah-tanah yang sudah dikuasai masyarakat yang peruntukannya.Penyempurna Hijau Umum (PHU) dengan penggunaan utamaCagar Alam seeara berangsur-angsur dikuasai Pemerintah denganpemberian ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

(2) Pengelolaan pulau dengan peruntukan PHU dengan penggunaanutarna eagar alam, SIPPT hanya dapat diberikan kepada instansipemerintah yang terkait.

(3) Pengelolaan pulau dengan peruntukan PHU dengan penggunaaoutarna penghijauan, SIPPT dapat diberikan baik kePada instansipemerintah yang terkait maupun pihak sw~. untlik tujuanperlindungan dan perawatan pulau.

(4) SIPPT yang diterbitkan terhadap pulau ~an peruntukan PHUdisebutpada ayat (I) dan (2) pasal ini, mencakup keseluruhan(100 .%) daratan pulau tersebut.

..

\\

Pasal 12

(I) Terhadap bagian 60- % (enam puluh persen) luas tanah dan ataupulau yang telah diterbitkan SIPPT-QYa, dapat diproses penerbitanHak sesuai dengan peruntukanilya berdasarkan ketentuan yangberlaku.

" (2) Terhadap bagian 40 % (empat puluh persen) luas tanah pulau yang" diserahkan kepada Pemerintah Daerah, dapat diproses penerbitan

hak pengelolaan(HPL) nya. "

(3) Terhadap bagian 40 % (empat puluh persen) lua~ tanah pulau ~eba-gaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dengan izin CiubemurKepala Daerah pengelolaannya dapat dikerjasamakan denganpcmegang SIPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (I) pasal inio

(4)' Terhadap bagian 40 % (empat puluh persen) luas tanah sebagai-mana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, tidak dapat diberikan izinapapun kepada pihak lain.

.

Pasal 13

. (!) Terhadap"perairan di sekitar pulau yang di atasnya dapat didirikan!>angunan, dapat diproses sertifikat Hak Guna Bangunan di atas airkepad~pemegangSIPPT0 "

(2)0 Izin membangun di perairan ses.uai pel<lturan perundang-undanganyang berlaku.

Pasal 14

Pengelola pulau yang telah memperoleh SIPPT, harus segeramengajukan atau memproses permohonan hak tanah dan perizinanlainnya untuk membangun, dan bilamana tidak diproses lebih Ianjutdalam jangka waktu 6 (ell!im) bulan maka SIPPTnya akan ditinjau dandikaji kembali untuk dipertimbangkan pencabutannya.

BAB IV

PENGENDALIAN KEPENDUDUKAN

Pasal 15

Jumlah penduduk di Kepulauan Seribu sampai dengan Tabun 2005disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah Khusus IbukotaJakarta Tahun 1985 - 2005.

\L

Pasa1 16

Pemukiman penduduk hanya diperbolehkan pada pulau-pulau yang di-peruntukkan sebagai perumahan.

Pasal 17

(1) Tenaga kerja yang didatangkan dari ii1aTwilayah Kepulauan Seribuoleh pengelola pulau hanya diizinkan bermukim pada pulau yangdikelola perusahaan tempatnya bekerja dengan status tidak menetapserta harus melaporkan diri kepada aparat wilayah setempat sesuaidengan ketcntuan yang berlaku.

(2) Izin tinggal dan bekerja bagi tenaga asing harus memenuhiketentuan yang berlaku.

(3) Tenaga ke!"ja yang>dipekerjakan di Kepulauan Seribll sebanyakmungkin diambil dari penduduk setempat.

BAB V

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN WISATA BAHARI

Pasal 18

(1) Untuk pengembangan dan pengendalian pembangunan KepulauanSeribu, diperlukan suatu sistem angkutan umum dan wisata bahariyang menjamin hubungan transportasi dari daratan Jalcarta kepulau-pulau, dan antar pulau.

(2) Penetapdn jenis sistem angkutan umum dan angkutan wisata baharisebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini seslI3i denganketentuan yang berlaku.

Pasal 19

(I) Ukuran dan persyaratan kapal yang beroperasi di zona pemanfaatanharusdibatasi. .

(2) Rambu-rambu laut harus dipasang pada zona inti dan daerahlainnya yang perlu dilindungi.

(3) Ukuran dan persyaratan kapal serta rambu-rambu laut sebagaimanadimaksud pada ayat (I) dan (2) pasal ini diatur sesuai denganketentuan yang berlak~.

-Pasa1 20

Gubemur Kepala Daerah menetapkan pulau-pulau sebagai lapanganterbang dan terminal bagi angkutan wisata.

13

~- u... ." .'''''' ...... . -- - - --

Pasal 21

Angkutan untuk masyarakat dapat langsung ke pulau-pulau denganmcmperhatikan ketentuan tentang keselamatan dan keamanan jasaperhubungan..

"

3AR VI

TERTIB PEI\IBANGUNAN DAN BANGUNAN

Bagian Pertama

Tertib Pembangunan

Pasal 22

(1) Setiap kegiatan membangun dan atau menggunakan bangunan danatau kelayakanmenggunakan bangunan di Kepulauan Seribu harusmemiliki izin sesuai'dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Setiap bangunan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimanatercantum dalam surat izin membangun dan atau menggunakanbangur.an, haTUSdibongkar atau dilakukan penyesuaian, sehinggamemenuhi ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua

Tertib Lingkungan

Pasal 23

(l) pilarang melakukan pengerukan pantai..

(2) Angkutan laut hanya boleh merapat sampai ke dermaga.

(3) Aliran listrik harus menggunakan kabel bawah tanah dan harustertanamdi bawah tanah. .

(4) Air limbah dan sampah dilarang dibuang ke laut atau perairanlainnya, dan semua sistem sanitasi harus tertanam dalam tanah,serta harus tersimpan atau terolah sedemikia!1 rupa sehingga tidakmencemarilingkungan. .

.

Pulau-pulau di Kepulauan Seribu tidak diperkenankan digunakansebagai Lokasi Pembuan~an Akhir (LPA) sampah.

(5) Dilarang menggunakan lampu-Iampu yang menyerupai lampu suar.

(6) Dilarang mengambil material setempat seperti pasir, batu, batukarang dan kayu untuk rnaksud pembangunan atau lainnya.

(7) Kualitas limbah cair <Iangas dari kegiatan penambangan yang mem-

peroleh izin pemerintah harus sesuai dengan Keputusan MenteriNegara Kependudukan dan Lingkungan. Hidup Nomor Kep-02/MEN KUIII/l988 tentang Pedomar- Penetapan Baku MutuLingkung~.

LD Tabuo 1994 No. 83 - 14 - -'>\';.1. . £.I"""""'''''-~

.

(8) Pantai yang taabrasi harus dilindungi dengan membangun tanggul-tanggul pantlilcerucuk pantai dan penghijauan dengan tidak meng-gunakan malaial setempat.

(9) Kegiatan penambangan sesuatu bahan galian pada- daratan pulau,tidak dipeJtenankan kecuali mei1dapat izin Gubernur Kepala"Daerah, dan dilengkapi dengan dokumen studi AMDAL.

. (10) Dilarang menggali dan atau mengambil benda-bend akepurbakalaan dan auu" kesejarahan yang dilindungi undang-undang, baiIt di daratan pulau" maupun di kawasan perairan laul.kecuali aenp i::in Instansi berwenang.

(II) Tiap oranglkdompok orang yang akan memasuki eagar alam harusmendapat izia dari KanwillDinas Kehutanan.

Pasal 24

(I) Dilarang maxlirikan bangunan arau membuat ruangan di bawahpermukaan WJab (basement) kecuali dengan izin Gubernur KepalaDaerah.

.

(2) Di ata~ perairan laut dapat didirikan rambu-rambu laut, dermaga.jembatan dennaga, gardu jaga dan ruang tunggu ;Jeoumpang alauruang penyambutan tamu. Ruang tun~gu penumpang atau ruangpenyambutaD tamu dapat dilengkapi dengan restoran, dan jumlahluas lantai dasar"bangunan maksimum 500 m1.

(3) Penempatan dermaga harus pada rehing laut dalam dan apabilatidalc terdapat kedalaman laut yang mencukupi, malca upayamemperdalam laut hanya diizinkan untuk Iceperluan alur Icapal dandermaga telSebut.

Pasal 25

,.-°..

(I) Bangunan di atas perairan laut selairt disebut pada Pasai 24 ayat (2),hanya boIeh didirikan di pulau-pulau di luar kawasan TamanNasional !.aut Kepulauan Seribu, dan hanya diperkenankan padapulau-pulau sebagai berikut :

a. memiliti kawasan perairan laut dangled, yaitU kawasan yangberada di antara garis surot air laut terendah sarnpai batas [Obir

-lcarang;

b. terumbu orang pada dasar perairan dangled tersebut sudahrusa1calai sudah berupa pasir.

(2) Pendirian hangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) pasal inihanya diperlcenankan pada pulau-pulau dengan peruntukanperumahaa dengan fasilitasnya, serta rekreasi d"anpariwisata.

.~

,.

.

..

LD Tahun 1994 No. 80 - 15 - Seri : D Nomor : 79

(3) Bagian pantai yang di atas perairan laut dangkal boleh didirikanbangunan maksimum 50 % dari panjang pamai bagian 60 % yang'boleh dikelola. .

(4) Bangunan terjauh yang boleh didirikan maksimum 12 M di belakanghatas tUbir karang.

(5) ?erletakan bangunan-bangunan <iiatas perairan sebagaimana dimaJc-sud dalam pasal ini, akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencanatata letak bangunan.

Pasal 26

(1) Tata letak bangunan harus semaksimal mungkin memanfaatkantopografi tanah setempat,. dan vegetasi atau pepohonan yang ada.

(2) Taman-taman harus tertata dengan baik. dengan memanfaatkansemaksimal mungkin kondisi alam setempat tanpa merusak ling-'kungan.

(3) Pagar bangunan atau kompleks bangunan hanya boleh menggunakanpagar ta03man hidup. dan harus ditata sebagai komponen lansekappulau.

(4) Penggunaan konstruksi untuk penyediaan' jalan di dalam pulau,harus merupakan material yang m\Jdah diresapi air seeara alami.

(5) Kolam yang menggunakan air laut, harus dibangun dengan menggu-nakan bahan yang tidak memungkinkan air laut merembes ke dalamtanah.

Pasal 27

-.."t

Areal pantai keeuali bagian.bagian daratan pulau yang diperbolehkandidirikan bangunan sebagaimana dimak$ud dalam pasal 24 dan 25, harusterbuka dan dapat dilewati oleh umum, dan dilarang dipagar ataudikuasai. .

Pasal 28

(1) Sumber air bersih yang dapat diambil adalah air hujan, air tanahaalam. air laut dan hasil daur ulang air yang telah digunakan.

(2) Air tanah dangkal hanya dapat diambil pada pulau-pulau denganperumubn :

a. PHU. dengan penggunaan utama eagar alam ;

b. PHB. dengan penggunaan utama perambuan lalu-lintaslautludara.

\0

Pasal 29

Gubemur Kepala Daerah mcoetapkan rencana-rencana. kegiatan peJnan-faatan dan kegiatan pemanfaatan yang sedang berlangsung, yang barusdilengkapi studi AMDAL.

Bagian Ketiga

Tertib Bangunan

Pasal 30

(I) Pembillasan besaran b;mgunan yang dibenarkan didirikan di atasdaratan pulau, dimaksudkan untuk perlindungan terhadap Iteles-tarian dan pertumbuh;on pulau, serta untuk memperoJeh ruangterbuka yang cu}(ripdaIam menikmati alam lingkungan pula\L

(2) Besaran bangunan yang dibenarkan dibangun di atas daratan padamasing-masing pulau ditetapkan dengan pembatasan GSP mi-nimum, Koefisien Lanlai Bangunan (KLB) maksimum, dan Koefi-sien Dasar Bang~naD (KDB) maksimum, yang akan diatur lebihIanjut oleh Gubemur Kepala Daerah.

(3) Perhitungan GSP; KDB dabn KLB mengikuti ketentuan sebagaiberikut :a. GSP dihitung dari batas pasang air laut tertinggi ;b. KDB dihitung benbsarkan luas daerah perencanaan yaibl luas

bersih dari areal daratan yang diperbolehkan untule dimanf~at-kan dan atau dikelola dari luas lahan pulau tersebut, yangdihitung mulai dari gar is batas pasang air laut tertinggi ;

c. ruang tUnggu peoumpang dan atau ruang penyambutan tamuyang dibangun antara lain dalam bentuk restoran, kantor pcneri-maan tamu (front office), dan icios cindera mata dapat didin1candi atas permukaan air laut atau di atas areal GSP, denganjumlah luas keseluruh~n lantai .

dasar rnaksimum 500 (Ijmaratus) M2, luas laDlai dasamya diperhitungkan 100 ~ (seratlispersen) di dalam perhitungan KDB atas areal daratan yangboleh.~ikeloladanatau dimanfaatkan;

.

d. luas lantai keseluruban ruang tunggu penumpang disebutpadabutirc diatas diperbitungkan 100

"(seratUS persen) di dalam

perhitungan KLB atas areal yang boJeh dikelola dan ataudimanfaatkan ;

e. luas lantai dasar kcseJuruhan bangunan yang boleh didin"ltan diatas permukaan air laut, maksimum sarna dengan jumlab luaslantai dasar bangunan ~'2ng boleh didirikan di atas daratanpulau, dan KDB bangunan di atas permukaan air laut tersebutdihitung tersendiri.

If

..

"-(4) Tata letak bangulWl harus dirancang dengan memperhatikan keles-

tarian lingkungan.(5) Tinggi bangunan yang dibenarkan maksimum 2 (dua) lantai.

dengan ketinggian puncak a13p 12 (dua belas) meter dari permukaan13nah, dan peil lantai dasar maksimum 1,2 {satu dua persepuluh)meter dari permukaan 13nah.

(6) Konstruksi dan bahan bangunan dite13pkanseOOgaiberikut :.

a. bangunan yang boleh didirikan berkonstruksi ringan, penggu-naan konstruksi beton terOOtas hanya untuk tiang dan lan13iOOgiOOngunan berla::tai dua. -

b. bangunan yang menggunakan dinding 0013 harus diup3yakansedemikian rupa agar serasi dengan lingkungan di sekitamyayang alami.

(1) PenutUp atap tidak diperkenankan menggunakan warna yang kon-tras dengan lingkungan seki13mya. -

.

Pasal 31

Terhadap bangunan yang dapat didirikan secara terba13sdi pulau denganperuntukan PHU, GSFnya minimum 10 (sepuluh) meter.

Pasal 32

(1) Bangunan dermaga tidak diperkenankan tertUtup-masif, serta luasmaksimum dermaganya 120 (ser.itus dua puluh) 011.

(2) Panjang jemhatan dermaga tergantung kondisi setempat, denganlebar minimum 1,9 (satU sembilan persepuluh) meter dan maksi-mum 2,40 (dua empat puluh perseratus) meter, dan menggunakanbahan dari kayu serta tidak tertutup rnasif.

(3) Setiap bangunan harus dilengkapi dengan imtalasi-penampungan airhujan.

Pasal 33

Unwk bangunan yang dibangun di dalam air. barus mendapat izin dariGubemur Kepala Daerah dengan memenuhi persyaratan teknis danlingkungan :a. sesuai dengan rencana kota ;b. aman terhadap pengaruh-negatif pasang surut air ;c. penggunaannya tidak mengganggu keseimOOngan lingkungan, dan

tidak menimbulkan perubahan arus air yang- dapat merusak ling-kungan St7kitarnyaserta tidak menimbulkan pencem;iran ;

LD Tahun 1994 No. 80 - 18 - Sed : D NOlllor : 79

d. penggllnaan bahan yang tidak rawan terhadap kerusakan karena air;

e. penghawaan dan pencahayaan harus memenuhi persyaratan kese-batan pada setiap jenis bangu~n sesuai dengan fungsi bangunan ;

f. ruangan dala!11bangunan di bawah air. harns memiliki sarana bagikeamanan dan k~lamalan pemakai bangunan ;

g. mendapalkan rekomendasi dari TNI-AL. Dirjen Perhubungan Lautserta Direktorat lenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam ;

h. dilengkapi dengan AMDAL.

Pasal 34

(1) Perwujudan alau pembangunan di alaS pulau dengan peruntukanrekreasi dan pariwisala dengan penggunaan utama sebagai tamanarkeoJogi dilakukan dengan memugar bangu!)3n dan benda-bendakepurbakalaan yang ada serta lingkungannya sehingga fisiknyakembali puiih seperti keadaan 5emula.

(2) Bangunan-bangunan kuno yang dipugar harus dimunculkan seoagai\Ansur utama dar. merupakan bagian yang. menyatu dengan unsur-unsur bangunan lain di dalam disain tata letak bangunan.

(3) Bangunan-bangunan yang didirikan di atas pulau seb~gajmanadimaksud pada ayat (I) pasal ini. harus memenuhi persyar;\tan se-bagai berikut :

a. boleh didirikan di luar radius 50 (lima puluh) meter dari lokasibangunan kuno yang dipugar ;

b. baleh dibangun dalam jumlah yang lerbatas umuk kegialanwisata ilmiah sebagai pendukung laman arkeologi.

Bagian Keempat

Perizinan

Pasal 35

(1) Di samping keharusan memiliki izin unluk setiap kegialanmembangun. dan atau menggunakan bangunan dan atau kelayakanmenggunakan bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22.berlaku pula dari instansi lerkait untuk k~giatan sebagai berikul :

a. budidaya.laul;

b. -!)embuatan rumpon ;

c. pemasangan kabel lelekomunikasi dan pipa minyak dan gasbumi bawah laut ;

d. pelldirian anlene telekomunikasi ;

~

-.,,:- .;..~ ,.

"

i. .1\J

e. pendirian sarana bantu navigasi; ,

f. penggalian benda-benda purbakala dan 3tau bersr-jarah ;g. penggalian bahan-bahan 13mbang;

h. penggunaan air tanab dalam ;i. pembangunan dara pembinaan lapangan ~rbang, dermaga.,

pelabuhan, galangan dan bengkel kapal.

(2) Bangunanyang boleh diditikan secara terbatas pada pulau dengan'

peruntukanPHU. harus memiliki izin, dan retribusi atas penerbitanKeterangan Rencana Kota dan SIPPT-nya dihitung sesuai KDB daribangunan-b:ingunan yang diperbolehkan didirikan di pulau tersebut.

B A B VII

KE1'ENTUAN MENGENAI REKLAMASI

PasaJ 36

(1), Reklamasi harusdengan izin Gubemur Kepala Daerah'.

(2) Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) pasal ini hanyaboleh dilakukan pada bagian~agian pan13ipulau yang tererosi dana13u terabrasi, sampai batas yang mernungkinkan pulau tersebutaman dari proses abrasi ,sejauh maksimum 10 (sepuluh) m ke tubirkGrang, dengan pembuatan turap a13u 13nggul-tanggul dan a13uba!1gunan pemecah ombak, dengan tidak menggunakan karang.

Pasal 37

!,ulau-pulau yang peruntukannya sel.agai areal rekreasi dan pariwisatatetapi pan13inya ditutupi oleh batu-batu karaiig mati, diperkenankanditutUp atau dilapisi dengan pasir atau direklamasi.

Pasal 38

Material yang digunakan untuk reklamasi dan pembuatan tanggulpengaman dan a13u pemecah ombak, tidak boleh diambil dari wilayahKepulauan Seribu baik dari darat maupun dariperairannya.

Pasal 39

-,

(1) Akibat perlua~n 13nah sebagai basil reklamasi SIPPT harnsdimohonkan oleh pengelola pulau untuk diperbaharui sesuai denganketentuan yang berlaku.

(2) -Perluasan 13nahhasil reklamasibaik karena proses alami maupun- buatan menjadi t,anah n~gara dan dikuasai oleb Peperin13h.

LU j anun1''''

NO. OU - 1.11 - L:)\:11 ; A.I J ",UUI.VI. ; I;JI

Pasa! 40

(1) Batas baru daratan pulau sebagai hasil reklamasi ditetapkan beradapada gar is batas pas~lOgair laut tertinggi, dan gar is batas harusdipenegas den.~andiberi tanggurig-tanggul pengaman.

(2) Di dalam perhiwngan KDB dan KLB, daerah perencanaandisesuaikan dengan batas baru daratan pulau sebagaimana dimaksudpada ayat (1) pasaI ini.

Pasa} 41

Untuk menjaga ekosistem dan untuk kepentingan penelitian ilmiah,reklamasi tidak diperbolehkan terhadap pulau yang sedang mengalamipenumbuhan yang permukaannya..masih berada di bawah pennukaan airla\it.

B A B VIII

PERLINDUNGAN LING KUNG AN

Pasa} 42

Untuk perlindungan lingkungan Kepulauan Seribu dilarang melakukankegiatan sebagai berikut :

.

a. mengambil pasir, batu karang dan kerikil dari Kepulauan Seribu :b. membuang jangkar yang dapat mengakibatkan rusaknya terumbu

karang ; .

c. membuang sampah dan minyak ke laut ;d. membuang limbah yang dapat mengotori dan mencemari perairan

laut;e. menangkap ikan di jalur pelayaran; .

f. menangkap ikan dengan menggunakan bahan kimia beracun danbahan peledak ;

g. menembak ikan dengan senjaia tembak (spear gun) kecuali denganizin Gubernur KepaJa Daerah.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

- Pasa} 43

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 22, 23, 24 dan 25Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selaJTIa-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000,00(1ima pu}uh n"burupiah).

2\

(2) Selain sanksi sebagaimaaa dimaksud pada pada ayat (1) pasal ini,terhadap pelanggaran tcrsebut dapat dikenakan biaya paksaan pene-~akan hukum seluruhnya atausebagian.

(3) Gubernur Kepala Daer.ab menetapkan pelaksanaan dan besarnyabiaya sebagaimana dimak..qJ(fpada ayat (2) pasal i!1i.

Pasal 41

Pelanggaran yang dilakukan pada zona inti, dan zona-zona lain dikawasan Taman Nasional !.aut dan Pulau Bokor dan Pulau Rambutdikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur Llam Unda:lg-Undan!!Nomor 5 Tahun 1990. ."

~

RAB X

PENGA WASA1~ DAN PENGENDALIAN

Pasal 45

(I) Pengaw3san dan" pengendalian atas pelaksanaan Peraturan Daerahini, ditugaskan kepada instansi yang terkait dalam wilayah DaerahKhusus Ibukota Jakarta.

(2) Pembiayaan khusus uniuJt pengawasan dan pengendalian sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dibebankan pada AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah.

B A B XI

PENYIDIKAN

Pasal 46

(I) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindakpidana. penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPeratUran Daerah ini dan rnenjadi wewenang daerah. dapat jugadilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkunganPemerimah Daerah, pengangkatannya ditetapkan sesuai denganperaturan perundailg-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melakukan tugas penyidikan. para pejabat penyidik sebagai-

"mana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berwenang :a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tel1t~ng

adanya tindak pidana ;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadiandan melakukan pemeriksaan ;

,

'

c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tandapengenal diri tersangka ;

d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ;

e. mengambil sidik jari dan memotret diri tersangka ;

f. memanggil orang untuk. didengar dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi ;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannyadengan pemeriksaan perkara ;

h. menghenrikan penyidikan setc:lah mendapat petul~uk bahwa.tidak terdap::tcukup bukti atau perisliwa tersebut bukan meru-pakan tindakan pidana dai1 selanjulnya memberitahukan hallersebut kepada penunlut umum, tersangka alaU keluarganya :

I. mengadakan tindakan Jai'1 menurut hukum yang dapatdipertanggungjawabkan.

(3) Dalam melakukan tugasnya. penyidik tidak berwenang melakukanpenangkapan dan atau penahanan.

(4) Penyidik membuat berita acara setiap tindakan tentang ;

a. pemeriksaan tersangka ;b. .pemasukan rumah ;c. penyilaan benda ;d. pemeriksaan surat ;e. pemeriksaan saksi :f. pemeriksaan di tempat kejadian ;

dan . mengirimkan berka~'lya keparla Pengadilan Negeri melaluip'enyidik Polri.

B A B XII

KETENTUAN PERALIHAN

Bagian PertamaKetentuan Pengelolaan

Pasal 47

Pulau-pulau yimg dikelola secara perorangan, harus segera diubahsehingga pengelolaannya dilakukan oJeh badan hukum Indonesia dan

. selanjumyadiberikan kesempatanuntuk mengurusseluruh perizinannyasesuai dengan ketentuan yang berJaku.

Pasal 48

Terhadap pengelola puJau baik instansi pemerintah maupun badanhukum yang telah memiliki SIPPT. tetapi belum melaksanakan kewajib-

:c/

an membayar retribusi penerbitan SIPPT berdasarkan ketentuan lama.diberikan kesempatan mengurns SIPPT yang barn atas nama badanhukum yang bersangkutan dan membayar retribusinya.

Pasal 49

Pulau atau bagian dari daratan pulau yang telah dtkelola oleh suatubadan hukum namun belum memiliki SIPPT. harus segera mengajukanpennohonan SIPPT kepada Gubemur Kepala Daerah sesuai denganketentuan Yllngberlaku.

Bagian Ked~

Ketentuan Perizinan Bangunan

Pasal 50

(1) Semua bangunan yang telah didirikan harus memiliki perizinansesuai dengan ketentuan yang berlakuo

(2) Bangunan yang telah didirikan di lapangan di luar penetapan dalamRTLB dan jzin bangunan yang telah diterbitkan. harns segeradiajukan permohonan perizil)annya.

(3) Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini yangmelanggar ketentuan °teknis renca!\3.kota termasuk yang berada dibagian 40 % daratan pulau yang harus diserahlcan kepada Peme-rintah Daerah. dikenakan sanksidan atau ketentuan-ketentuanyangditetapk.an kemudian oleh Gubernur Kepala Daerah.

Pasal 51

Terhadap bangunan yang telah didirikan di atas perairan laut dan belummemiliki perizinan, ditetapkan ketentuan sebagai berilcut: '-a. Untuk bangunan yang digunakan sebagai ruang tunggu penlJmpang

atau ruang penyambutan tamu atau restoran dengan luas lantai dasartidak lebih dari 500 (lima ratus) M2. dapat diberikan RTLB dan iznbangunan.

.

b. Jenis bangunan disebut pada ayat (1) pasal ini yang luas lantaidasamya lebih dari 500 (lima ratus) M2. dikenakan sanksi dan atauketentuan-ketentuan yang ditetapkan kemudian oleh GubemurKepala Daerah.

c. Untuk bangunan yang digunakan sebagai cottage atau jenis penggu-naan lainnya. sepanjang berada di luar \(awasan Taman .NasionalLaut Kepulauan Seribu dan merne!1uhi ketentuan-ketentuan yangberlaku. dapat diterbitkan RTLB dan izin bangunan sesuai proseduryang berlaku.

'L~

d. Terbadap jenis bangunan disebut pada ayat (3) pasal ini yang beradadi dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu,dikenakan sanksi dan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkankemudian oleh Gubemur Kepala Daerah.

Pasal 52

Terhadap bangunan dan atau prasarana dan sarana lingkungan yangberdasarkan hasil sludi AMDAL dan penelitian teknis tidak mcmenuhipersyaratan, baik dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangkawaktu panjang, harus dilaksanakan :

a. Penyesuai~n dan usaha-l.~ha perbaikan atau penyempurnaansehingga memenuhi persyaratan teknis dan tidak merusak ling-kung~, atau ;

b. Pembongkaran atas biaya sendiri atau pembongkaran secara paksaoleh Pemerintah Daerah atas biaya pemilik bangunan.

Pasal 53

Terhadap bangunan yang telah didirikan di lapangan haik yang telahmaupun yang belum memiliki izin bangunan yang konstruksi, bahandinding maupun alap yang tidak sesuai dengan Peraluran Daerah ini,harus di!aku~an penyesuaian-penyesuaian sehingga menjadi serasidengan lingkungan di sekilarnya yang alami.

Pasal 54

(I) Reklamasi dan atau pengurugan perairan dangkal yangmengakibalkan luas daratan pulau bertambah, alau terwujudnyapulau baru, diharuskan segera rnengadakan slUdi AMDAL, sertamengajukan pef/nobonan izin kepada Gubemur Kepala Daerah.

(2) Selelah memperoleh izin dari Gubemur Kepala Daerah, pengelolapulau harus mengadakan perbaikan-perbaikan sesuai rekomendasiAMDAL.

(3) Reklamasi yang dilakukan terbadap pulau yang telah memilikiSIPPT, diharuskan mengajukan permohonan pembaharuall SIPPT,RTLB, 1MB dan IMP.

(4) Pengerukan yang telah dilakukan terhadap pantai dan atau bagiandaratan pulau, diharuskan segera mengadakan studi AMDAL sertapermo~nan izin kepada Gubemur Kepala Daerah.

29

(5) Sanksi dan atau ketentuan-ketentuan terhadap perlakuan disebutpada ayat (4) pasal ini, ditetapkan kemudian oleh Gubemur KepaJaDaerah.

?asal. 55

Tata cara daft jangka waktu pengajuan, serta penyelesaian :>ermohonanunt!.lk mendapatkan izjn sebagaimana dimaksud. dalam Pasal 47 sampaidengan Pasal 54 ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah.

Pasal 56

Penggunaan nama puJau di luar nama resmi yang ditetapkan' di dalamSIPPT haoya diperkenankan dengan seizin Gubemur Kepala Daerah.

B A B XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 57,

Hal-hal yang merupakan' pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkanoleh Gubernur Kepala Daerah.

Paszl 58

Dengan berlakunya Peratl!ran Daerah ini maka semua ketentuan yangbertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlalcu lagi.

Pasal 59

(I) Peraturan Daerah ini dapat disebut Peratura~Kepulauan Seribu.(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

DEW AN PERWAKILAN RAKYATDAERAII DAERAH KHUSUS

mUKOTA JAKARTAKETUA,

Jakarta, 23 Juli 1992.

GUBER1\'UR KEPALA DAERAH KHUSUSmUKOTA JAKARTA,

SUPARN~ \yIRYOSUBROTO WIYOGO ATMODARMINTO

'=-,,')

j..,U ..I.CU..u.u. J..J.7-. ...'v.v" ~--- - - - . .'"

Disahkan oleh Menteri Dalam Negeri denganKeputusan Nomor 050.31-4lI- Tanggal 18Agustus 1994.

Diundangkan dalam Lembaran Daerah KhususIbukota Jakarta Nomor 80 Tahun 1994 Seri DNomor 79 tanggall September 1994.

SEKRETARIS WlLAYAllJDAERAH KH1JSUS

ffiUKOTA JAKARTA,

Drs. H. HARUN AL RASYlDJl:1P. 470030S38

'1-7

PENJELASAN

ATAS

PERA TURAN DAERAH DAERAH KHUSUS mUKOTA JAKARTA

NOMOR 11 TAHUN 1992

TENTANG

PENATAA.."lDAN PEi.'iGELOLAAN KEP(JLAUAN SERIBUKOTAMADYA JAKARTA UfARA

I. PENJELASAN IJMU1\-1

Kepulauan Seribu yang terletak di wilayab Jakarta Utara, keadaan alamnyamemiliki ciri-ciri tersendiri yang sangat berbeda dengan keadaan alam di daratan sertamemiliki potensi sumber daya alam, yang cukup besar ootu!c dapat dikembangkan danmenunjang kepariwisataan, pertanian, perikanan. perernakan, pertambangan, maupunbudi daya biota laut, pendidikan dan penelitian.

Sekalipun potensi sumber alamnya cukup besar, namoo kondisi fisikny~ tetapdalam keterbatasan oleh karenanya pengembangan dan pemanfaatan potensi dimaksudharus tetap dapat dikendalikan sedemikian rupa, sehingga keseimbangan antarape.-;gembangan dan kelestariannya tetap terpe!ihara:-Dengan demikian kesinambunganpembangunan yang berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi yang akan datangdapat terwujud. -

Selama ini pengelola Kepulauan Seribu, diatur dalam beberapa ketenlUan,yaitU :

a. Instruksi Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakana Nomor 06.786/001982tentang Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Pengembangan Kepulauan Seribu dalamrangka pelayanan pembangunan kepada masyarakat ;

b. Surat Keputusan Menteri Pertanlan Rl Nomor 527/KPTS/UmI7/1982 mengenaiRefungsionalisasi Pulau-pulau di Kepulauan Seribu dalam tujuan rnewujudkan TamanNasional ;

c. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 taboo 1984 tentang Ren-cana Umum Tata Ruang Daerah Daerah Khusus Ibutota Jakarta ;

d. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakana Nomor 3 Taboo 1981, dalamlampiran II tentang Rencana Bagian Wilayab KOla Taboo 2005 untuk KecamatanKepulauan Seribu Jakarta Utara ;

e. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1814Tahun 1989 tentang Pedoman Pembangunan FJSik Kecamatan Kepulauan Seribuwilayah Jakarta Utara. -

.

LD Tahun 1994 No. 80 - 28 - Seri : D Nomor : 79

Dalam RUTRD Daerah Khtlsus Ibukota Jakarta 2005, Kepulauan Seribu digo-longkan menjadi wilayah khusus, memiliki karakteristik yang sangat berbeca dengandaerah dara!"an,dengan kebijaksanaan pokok sebagai berikut :

I. Peningkatan kegiatan pariwisata dan kegiatan pemukinlan.

2. Konservasi atau pelestarian alam dan biota laut dalam konteks Taman Nasional Lautsesuai dengan isi SK Menteri Pertanian Nomor 527/KptslUm!7/1982.

Suatu kenyataan di lapangan q1enunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunandan pengembangan di Kepulauan Seribu telah dijumpai berbagai tantai1gan dan hambatanbahican ~nyimpangan-penyimp:lJlgan. Tantangan, hambatan dan penyimpangan yang adatersebut sebagai akioat antara lair. lemahnya pengcndaJian dan penj;awasan serta dirasakanadanya celah-celah kekosongan hukum pada ketentuan perundang-undangan yang ada.

Berkenaan dengan hal tersebut, dalam rangka menyerasikan pengetJ1banganipemanfaatan sumber daya alam di Kepulauan $eribu dengan rencaraa strUktur kOla yangterpadu dan menyeluruh, perlu adanya pengaturan mengenai penal<'an dan pengelolaanKepulauan Seribu dalam suatu Peraturan Daerah agar:

a. ada Peraturan Daerah tentang tata eara pengelolaan dan pe!13laan Kepulauan Seribu.untuk kepastian hukum ;

b. masalah yang belum ~iatur dapat dituangkan dalam Peraturan Daerah ;

c. masalah yang bertentangan deJ'gan ketentuan yang berlaku dapat dirumuskan !cembaliagar tidak merugikan pemerintah maupun pemilik ;

.

d. adanya sanksi yang tegasatas pelanggaran.

II.

Pasal 1

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

huruf as.d. ii

huruf jj

Pasal 2

Cukup jelas.

Fasilitas umum adalah fasilitas Pemerintah untuk kepentinganumum.

Wilayah Kepulauan Seribu terdiri alaS kawasan yang termasukdalam Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu serta kawasandi luar Taman Nasional Laut tersebuLBalaS-balaS zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan.dan zona penyangga dalam kawasan Taman Nasional LautKepulauan Seribu. ditetapkan berdasarkan peraturantersendiri.Apabila dimungkinkan peruntlikan PHU dan PHB dapatdirnanfaatkan untuk rekreasi dan pariwisata secara terbalaS dandengan sarana penunjang yang terbatas, dengan izin instansiyang berwenang.

Pasal 3

Pasal 4

, .

ayat (l)

ayat (2)

ayat (3)

ayat (4)

2-?>

Cukup jelas.

Pulau-pulau dengan peruntukan rekreasi dan pariwisata dike-lola secara komersiil yang meliputi usaha-usaha sarana wisatabahari, cottage, restoran, akomodasi dan ruang pertemuan,dan sebagainya.Pengelolaan pulau-pulau dengar. peruntukan rekreasi danpariwisata secara bertahap dibina dan dikembangkan untukterbuka bagi umum sebagai sarana wisata.

Pada pulau-pulau dengan pj:runtukan perumahan dan fasi-litasnya dapat didirikan jenis bangunan restoran, toko,warung, pasar, fasilitas umum. kantor pemerintah, losmer.,sarana olah raga , industri kecil yang tidak mencemari ling-kungan, bengkel dan pemakaman umum.

PHU eagar alam di Kepulauan Seribu berfungsi sebagai habitatflora dan fauna demi perlindungan plasma nutfah, yangmeliputi eagar alam di dalam maupun di luar kawasan TamanNasional ~ui Kepulauan Seribu. Kegiatan yang diperke-nankan pada pulau dengan peruntukan PHU dan penggunaanutama eagar alam hanya penelilian ilmiah dan wisata dalamrangka pendidikan, sedangkan sebagai-sarana penunjang kegi-alan tersebut, bangunan yang boleh didirikan, hanya denganjumlah luas lantai dasar maksimum 150 (seratus lima puluh)M2 pada pulau yang .Iuasnya lCurangdari 6 (enam) Ha. dan

maksimum 500 (lima ralus) M2 pada pulau yang luasnya !ebihdari 6 (enam) Ha, dengan jumlah"luas'lanlai dasar maksimum500 (lima ralus) M2. Sedangkan pada pulau-pulau yang diper-untukan PHU dengan penggunaan utama sebagai penghijauandimaksudkan scbagai" cadangan pengembangan dengan mem-bina vegetasi di daratan pulau serta mencegah kerusakanlerumbu karang yang berada di perairan laut sekitarnya yangberfungsi sebagai pelindung pulau. Adapun keglatan yangdiperkenankan adalah pertanian, perkebunan. pelernakan,penelitian ilmiah, sena peristirahatan secara terbatas, dengansarana penunjang berupa bangunan dengan jumlah keseluruhanlantai dasar" bangunan maksimum seluas 250 (dua ratus limapuluh) M2.

Peruntu!ran PHB (Penyempurna Hijau Bangunan) di Kepulau-an Seribu. dimaksudkan untuk pemanfaatan bersifat spesifikdan lerbalas, yang terdiri atas penggunaan utama untuk : per-ambuan lalu lintas lautludara, penelitian eagar alam, penelitiankelautan, wisma kepresidenan, perikanan darat. fasilitas pen-dukung penambangan, pos latihan TNI-AL, dan pos KAMLA.

Pasal 5 s.d. 8

Pasal 9

Pasal 10 s.d. 12

Pasal \3 ayat (1)

LD Tahun 1994 No. 80

ayat (5)

ayat (6)

- 30- Seri : D Nomor : 79

Padapulau-pulaudenganperumukan PHB. boleh didirikan ba- .

ngunan dengan batasan intensi13s bangunao seperti ditetapkandi daJam RBWK Kecamatan K~pulauan Seribu. Sedangkanjenis-jenis bangunan yang boleh didirikan di tiap jenis penggu-naan u13ma dimaksud adalah seperti berikut :

a. Pada pulau dengan p6tggunaan utama untuk penelitianeagar alam boleh didirikan jenis bangunan penunjang kegi-a13npenelitian dan pembinaan eagar alam.

b. Pada pulau dengan penggunaan utama untuk penelitiankelautan, boleh didirikan jenis banguoan untuk penunjangkegiatan penelitian, ~ermasuk pos pengawasan lingkungan.

c.. Pada pulau dengan penggunaan \i13ma untuk wisma kepre-sidenan boleh didirikan jenis-jenis bangunan peristiraha13n,rumah .kaiyawanlpetugc.s, ruang pertemuan, dan jenis ba-ngunan lain sesuai keperluan -

d. Pada pulau dengan penggunaan utama untuk perikanandarat, boleh didirikan bangunan kanror, mess karyawan,gudang, bengkel kerja, dan bangunan sarana kegia13nbudidaya perikanan dengan syarat setiap kolam yangmengguna1can air laut, lantal dasamya h:lrUS dari bahanyang kedap air.

e. Pada pulau dengan penggunaan utaffia untuk fasiJitas.pendukungpenambangan,boJendidinlcanbangunankantor

. .pengelola, mess karyawan, bengkel kerja, dan jenis ins13-lasi minyak a13u gas bumi yang dilengkapi dengan saranalperala13npencegahanpeneemaranlingkungan.

.

f. Pada pulau dengan penggunaan u~ untuk pos JatihanTNI-AL, boJeh didirikan bangunan'sesuai keperluan, semwisma peristirahatan untuk penggunaan bukan komersil.

g. Pada puJau dengan penggunaan Utama untuk pos KAMLA,boleh didirikan bangunan'pendukung sesuai keperluan.

Cukup jeJas.

Pada pulau-pulau <k:ngan perumukan tersebut dapat didirikanjenis bangunan peristiraha13n seeara terbatas, bengkel, gudang,depot bahan bakar, dermaga umum, serta bangunan penunjangkegiatan pelayanan angkutan udara.

Cukup jelas..

Dara13n pulau yang dikeloJa tidak tergantung pada luasnya,dan pengelolaan banya diberikan kepada badan hukum.

Cutup jeJas.

Cukup jelas

;{..

Pasal 14

Pasal 23

I -

Pasal 34

Pasal 36

Pasal 45

ayat (2)

s.d. 22

ayat (1)s.d. ayat(9'1'

. ayat (10) :

s.d. 35

s:d. 44

ayat (1)

ayat (2)

Pasal 46 s.d. 59

coI

/

Bangunan untuk kepentingan perhubungan harus mendapat izin .dari Menteri Perhubungan, bangunan untuk kepentingan lainharus mendapatJcanrekomendasi dari instansi terkait.

C.ukup jelas.

Cukup jelas.

Termasuk pengertian benda-benda kepurbakalaan dan ataukesejarahan yang dilindungi Undang-Undang adalah kapalkuno yang tenggelam beserta isinya yang biasa disebut hartakarun. -

Cukup jelas.

Cukup jelas.

Cu}..-up jelas.

Dnt'lk pelaksanaan operasional agar berdaya guna dan berhasilguna maka diperlukan pembiayaan yang khusu.s untuk penga-wasan dan pengendaliannya.

Cukup jelas.