LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 15 … · Peserta KB Ganti Cara adalah peserta KB yang...
Click here to load reader
Transcript of LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 15 … · Peserta KB Ganti Cara adalah peserta KB yang...
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
NOMOR 15 TAHUN 2004 SERI C.1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
NOMOR 6 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PANDEGLANG,
Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana kepada masyarakat, yang merupakan bagian penting dalam pembangunan di bidang kependudukan, khususnya dalam sektor pengendalian penduduk dan peningkatan kualitas keluarga, dipandang perlu adanya peran serta masyarakat;
b. bahwa tarif pelayanan Keluarga Berencana selama ini belum diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf “a” dan “b” diatas, perlu ditetapkan Retribusi Pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten Pandeglang dengan Peraturan Daerah;
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3475);
2
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 411, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048 );
5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Keluarga Sejahtera;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70);
13. Keputusaan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Dati.II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Tahun 1986 Nomor 5 Seri D.);
3
15. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 26 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 35 Seri D.9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2003 (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 19 Seri D.16);
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang;
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;
3. Bupati adalah Bupati Pandeglang;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah;
5. Dinas Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil yang selanjutnya disingkat Disduk, KB dan Capil adalah Dinas Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil Kabupaten Pandeglang;
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil Kabupaten Pandeglang;
7. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT, adalah Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kependudukan Keluarga Berencana dan Catatan Sipil Kabupaten Pandeglang, yang melaksanakan sebagian tugas operasional Dinas Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil;
8. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya;
9. Keluarga Berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam mewujudkan keluarga berkualitas;
4
10. Keluarga Pra Sejahtera yang selanjutnya disebut keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan;
11. Keluarga Sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, Keluarga Berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi;
12. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya;
13. Jasa sarana adalah imbalan yang diterima oleh Dinas Kependudukan, KB dan Catatan Sipil dalam rangka pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana;
14. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh Dinas Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil atas jasa yang diberikan kepada keluarga Pasangan Usia Subur (PUS) peserta KB, baik peserta KB aktif dan peserta KB baru;
15. Jasa Pembinaan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada keluarga Pasangan Usia Subur (PUS) peserta KB, baik peserta KB aktif dan peserta KB baru dalam rangka konsultasi, diagnosa, observasi, rehabilitasi efek samping dan kegagalan dalam pemakaian alat/obat kontrasepsi Keluarga Berencana;
16. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas rawat inap ditempat pelayanan KB milik Pemerintah bagi akseptor yang mengalami kegagalan/komplikasi berat yang memerlukan perawatan khusus;
17. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh masyarakat;
18. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi atas tindakan pelayanan yang diberikan;
19. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 15 sampai dengan 49 tahun, termasuk pula pasangan suami isteri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun tetapi telah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid;
20. Peserta KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang memperoleh pelayanan KB melalui tempat-tempat pelayanan pemerintah;
21. Peserta KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi KB atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah mengalami kehamilan/keguguran;
22. Peserta KB lama / aktif adalah peserta KB aktif yang sedang menggunakan salah satu metode alat/obat kontrasepsi secara terus menerus tanpa diselingi kehamilan;
23. Peserta KB Ganti Cara adalah peserta KB yang pindah cara lain dari satu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya tanpa diselingi kehamilan;
5
24. Klinik KB adalah tempat pelayanan kontrasepsi KB yang dipimpin oleh seorang dokter/bidan yang terlatih dalam hal KB dan mampu memberikan pelayanan kontrasepsi KB untuk semua cara KB serta dapat juga melayani rujukan komplikasi dan kegagalan pemakaian kontrasepsi;
25. Efek Samping adalah keluhan dan keadaan yang akan dialami oleh peserta KB sebagai akibat penggunaan salah satu metoda kontrasepsi;
26. Komplikasi adalah gangguan kesehatan yang dialami oleh peserta KB sebagai akibat dari pemakaian alat kontrasepsi, yang dibedakan kedalam dua komplikasi, yaitu :
a. Komplikasi Berat adalah gangguan kesehatan akibat pemakaian alat kontrasepsi yang harus dilayani secara intensif dan perlu rawat inap di Puskesmas atau Rumah Sakit;
b. Komplikasi Ringan adalah gangguan kesehatan akibat pemakaian alat kontrasepsi, yang harus dilayani lebih lanjut tetapi tidak perlu rawat inap di Puskesmas atau Rumah Sakit;
27. Kegagalan adalah adalah terjadinya kehamilan pada peserta KB yang masih memakai kontrasepsi;
28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
29. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
30. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Pandeglang pada Bank Jabar atau Bank lain yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Bagian Pertama
Nama Retribusi
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan KB, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan alat/obat kontrasepsi Keluarga Berencana di tempat-tempat pelayanan KB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang
6
Bagian Kedua
Obyek Retribusi
Pasal 3
(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan Keluarga Berencana yang meliputi pelayanan Metode Operasi Pria (MOP), Metode Operasi Wanita (MOW), IUD (Intra Uterine Devices), Implant, Suntik, Pil dan Kondom di tempat-tempat pelayanan KB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
(2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah :
Pelayanan alat/obat kontrasepsi Keluarga Berencana yang bersifat sosial dan bagi Keluarga Pra KS dan KS 1.
Bagian Ketiga
Subyek Retribusi
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi yang mendapatkan pelayanan Alat/Obat Kontrasepsi Keluarga Berencana di tempat-tempat pelayanan KB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
BAB III
PETUGAS DAN TEMPAT PELAYANAN
Pasal 5
(1) Petugas yang melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana adalah orang pribadi dari unsur medis yang telah mendapat kompetensi tentang pelayanan kontrasepsi KB.
(2) Petugas yang melaksanakan Advokasi/Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan pembinaan terhadap peserta Keluarga Berencana yaitu Petugas Lapangan Keluarga Berencana yang telah mendapat kompetensi tentang pelayanan kontrasepsi KB.
(3) Tempat pelayanan kontrasepsi Keluarga Berencana adalah Klinik KB yang berada di tingkat Kabupaten, Kecamatan, Polindes, Posyandu dan Pos Alat Keluarga Berencana Desa (PAKBD) di tingkat Desa.
BAB IV
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
Retribusi pelayanan Obat/Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
7
BAB V
CARA MENGUKUR PENGGUNAAN JASA
Pasal 7
Tingkat Penggunaan Jasa dihitung berdasarkan jenis dan frekwensi Pelayanan Keluarga Berencana.
BAB VI
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1). Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi adalah untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan KB yang ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat;
(2). Biaya penyelenggaraan pelayanan KB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini termasuk biaya investasi prasarana, biaya operasional dan biaya jasa pelayanan;
(3). Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelayanan terhadap peserta KB baru dan pembinaan serta penanganan rujukan peserta KB yang mengalami efek samping, komplikasi ringan/berat dan kegagalan;
BAB VII
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 9
(1). Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan alat/obat kontrasepsi KB dengan memperhatikan tahapan keluarga sejahtera;
(2). Tarif pelayanan KB terdiri dari komponen biaya sarana, biaya jasa pelayanan dan biaya jasa pembinaan, dan asuransi KB;
(3). Pelayanan KB yang menggunakan bahan dan alat habis pakai, besarnya tarif ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan harga pasar;
(4). Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan KB di klinik KB Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini tertuang dalam lampiran Peraturan Daerah ini;
(5). Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pasal ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;
8
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah tempat Penyediaan Pelayanan Keluarga Berencana diberikan.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 11
(1). Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
(2). Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau alat lain yang dipersamakan;
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 12
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) dari retribusi yang terutang atau dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1). Pembayaran retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas, kecuali wajib retribusi mengajukan permohonan cara pembayaran lain kepada Bupati;
(2). Retribusi yang terutang dilunasi selambat - lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau alat lain yang dipersamakan;
(3). Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan keputusan Bupati.
9
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1). Pelaksanaan penagihan retribusi terutang yang telah ditetapkan berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran akan dikeluarkan surat teguran/peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan sebagai tindakan awal;
(2). Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan, wajib retribusi harus melunasi retribusi terutang;
(3). Surat teguran / peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk;
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 15
(1). Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
(2). Pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi;
(3). Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini antara lain diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam atau kerusuhan;
(4). Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.
BAB XIV
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 16
(1). Hak untuk melakukan penagihan retribusi , kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi;
(2). Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, tertangguh apabila :
a. Diterbitkan surat teguran;
b. Ada pengakuan retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
10
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17
(1). Wajib retribusi yang tidak menjalankan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang;
(2). Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 18
(1). Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan pidana;
(2). Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi Daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat, pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf “e” pasal ini;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan untuk diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
11
j. Menghentikan Penyidikan
k. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah, menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3). Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 20 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya , memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.
Ditetapkan di Pandeglang
pada tanggal 19 Juli 2004
BUPATI PANDEGLANG,
Cap / ttd A. DIMYATI NATAKUSUMAH
Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 26 Juli 2004 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
Cap / ttd
ERWAN KURTUBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2004 NOMOR 15 SERI E.1 LD2004-Ret-Pelayanan-KB
12
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2004
TARIF PELAYANAN ALAT/OBAT KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA
DINAS KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG
TARIF PELAYANAN ALAT/OBAT KONTRASEPSI
KOMPONEN TARIF NO JENIS PELAYANAN
JASA SARANA
JASA PELAYANAN
JASA PEMBINAAN
ASURANSI KB
TOTAL
1 2 3
Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi : a. IUD b. MOP c. MOW d. IMPLANT e. SUNTIKAN f. PIL g. Kondom (1/2 lusin) Pelayanan Pencabutan : a. IUD b. Implant Pelayanan Rujukan : a. Komplikasi Ringan b. Komplikasi Berat c. Kegagalan
15.000 50.000
100.000 70.000 3.000 2.500 6.000
10.000 20.000
25.000 400.000 35.000
10.000 40.000 50.000 12.500 2.500 500 500
10.000 15.000
15.000 75.000
25.000
5.000 15.000 15.000 5.000 2.500 500 500
5.000 5.000
10.000 25.000
40.000
10.000 10.000 10.000
0 0 0 0
0 0
0 0
0
40.000
115.000 175.000 87.500 8.000 3.500 7.000
25.000 40.000
50.000 500.000
100.000
BUPATI PANDEGLANG,
Cap / ttd
A. DIMYATI NATAKUSUMAH
13