LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT IIjdih.sumedangkab.go.id/Prodhuk/perda/1981/No.2 1981...

26
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 10 TAHUN 1985 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN 1981 TENTANG B A N K K A R Y A P R O D U K S I D E S A DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SUMEDANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian masyarakat di pedesaan, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 40 / BI / Pem / SK / 1965, tanggal 21 Desember 1965, tentang Pembentukan Bank-bank Produksi Desa dan Lumbung-lumbung Produksi Desa di Pedesaan ; Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang telah mendirikan sejumlah BKPD yang untuk tahap pertama berkedudukan di tingkat Kecamatan ; b. Bahwa BKPD dalam kegiatannya merupakan lembaga mempunyai arti dan fungsi penting, karena disamping sebagai motor penggerak potensi ekonomi pedesaan juga sebagai alat penanggulangan dan pemberantasaan Ijon/Pelepas Uang berbunga tinggi, sehingga dengan berkembangnya BKPD di pedesaan diharapkan sistim ijon dapat dibendung dan pendapatan perkapita rakyat di pedesaan akan meningkat dengan melalui perbaikan daya produksi dan daya tukar hasil produksi masyarakat pedesaan ;

Transcript of LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT IIjdih.sumedangkab.go.id/Prodhuk/perda/1981/No.2 1981...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

S U M E D A N G

NOMOR : 10 TAHUN 1985 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

NOMOR : 2 TAHUN 1981

TENTANG

B A N K K A R Y A P R O D U K S I D E S A

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian

masyarakat di pedesaan, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 40 / BI / Pem / SK / 1965,

tanggal 21 Desember 1965, tentang Pembentukan Bank-bank Produksi

Desa dan Lumbung-lumbung Produksi Desa di Pedesaan ; Pemerintah

Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang telah mendirikan sejumlah

BKPD yang untuk tahap pertama berkedudukan di tingkat Kecamatan ;

b. Bahwa BKPD dalam kegiatannya merupakan lembaga mempunyai arti

dan fungsi penting, karena disamping sebagai motor penggerak potensi

ekonomi pedesaan juga sebagai alat penanggulangan dan

pemberantasaan Ijon/Pelepas Uang berbunga tinggi, sehingga dengan

berkembangnya BKPD di pedesaan diharapkan sistim ijon dapat

dibendung dan pendapatan perkapita rakyat di pedesaan akan

meningkat dengan melalui perbaikan daya produksi dan daya tukar hasil

produksi masyarakat pedesaan ;

c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan b di atas yang

di tunjang dengan telah di berikan Ijin Usaha untuk BKPD dari Menteri

Keuangan maka dalam rangka menunjang Program Pemerintah di

bidang perekonomian dan perbankan pada khususmya, dianggap perlu

diadakan pengaturan mengenai status BKPD dalam Peraturan Daerah

ini sebagai Peraturan Dasar bagi BKPD-BKPD di Wilayah Kabupaten

Daerah Tingkat II Sumedang.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah ;

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat ;

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok

Perbankan ;

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1974 tentang

Bentuk Peraturan Daerah ;

6. Surat Ijin Usaha Bank dari Departemen Keuangan RI kepada BKPD-

BKPD dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

7. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

Nomor 14/BI/Pem/SK/1965 jo Instruksi Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Barat Nomor 17/Inst/A F/66 tentang Pembentukan

BKPD ;

8. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

Nomor 12/Peg/7/B II/V/1966 jo Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 1/Peg/7/AK/1968 tentang

Pembentukan Badan Pembina BKPD ;

9. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

Nomor 266/A III/SK/1975 jo Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 267/A III/SK/1975 tentang

Penetapan Jumlah Anggota Badan Pembina BKPD ;

10. Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 194/A

III/Inst/1974 tentang Pengawasan terhadap perkembangan BKPD.

DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

SUMEDANG TENTANG BANK KARYA PRODUKSI DESA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah ialah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

b. Pemerintah Daerah ialah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II

Sumedang ;

c. Bupati Kepala Daerah ialah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumedang ;

d. DPRD ialah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat

II Sumedang ;

e. Kecamatan ialah kecamatan yang ada dalam Wilayah Kabupaten Daerah

Tingkat II Sumedang ;

f. Desa ialah Desa-desa yang ada dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat

II Sumedang ;

g. BKPB ialah Bank Karya Produksi Desa dalam Wilayah Kabupaten Daerah

Tingkat II Sumedang ;

h. Pegawai ialah Pegawai Bank Karya Produksi Desa dalam Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

i. Pemimpin ialah Pemimpin Bank Karya Produksi Desa dalam Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

j. Badan Pembina ialah Badan Pembina Bank Karya Produksi Desa dalam

Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

k. Inspektur ialah Inspektur Bank Karya Produksi Desa dalam Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

l. Inspektorat ialah Inspektorat Bank Karya Produksi Desa dalam Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang.

BAB II

KEDUDUKAN HUKUM DAN DAERAH USAHA

Pasal 2

(1) BKPD yang di maksud dalam Peraturan Daerah ini yang di bentuk

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa

Barat Nomor : 40/BI/Pem/SK/1965, statusnya disempurnakan sebagai Bank

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok

Perbankan ;

(2) BKPD adalah Badan Hukum yang berhak dan berkewajiban melaksanakan

usahanya berdasarkan peraturan Daerah ini ;

(3) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam peraturan Daerah ini

BKPD tunduk pada ketentuan Hukum Perbankan dan Peraturan yang

berlaku.

Pasal 3

BKPD dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan Desa-desa

Pasal 4

(1) BKPD untuk tahap pertama berkedudukan di Tingkat Kecamatan dan

selanjutnya dapat diperlukan sampai di Tingkat Desa ;

(2) Daerah usaha BKPD pada tahap pertama meliputi Desa-desa/Kelurahan-

kelurahan yang berada di Wilayah Kecamatan yang bersangkutan, dan

selanjutnya daerah usaha BKPD adalah desa dimana BKPD itu berada ;

(3) Perluasan BKPD termasuk dalam ayat (1) pasal ini, pendiriannya

berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah yang telah mendapat

persetujuan DPRD.

BAB III

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 5

Maksud dan tujuan BKPD ialah untuk meningkatkan teraf hidup masyarakat

Desa menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 dalam rangka meningkatkan peranan serta tanggung jawab

sosial masyarakat melalui sistem Perbankan antara lain dengan jalan :

a. Membantu masyarakat pedesaan dalam bentuk penambahan modal

usahanya ;

b. Membimbing masyarakat Pedesaan agar mengenal azas-azas ekonomi dan

perbankan ;

c. Memberantas praktek-praktek Ijon, mempersempit ruang gerak pada

pelepas uang berbunga tinggi dan usaha-usaha lainnya yang merugikan

masyarakat Pedesaan ;

d. Meningkatkan daya Produksi masyarakat Pedesaan ;

e. Meningkatkan daya tukar hasil produksi masyarakat Pedesaan.

BAB IV

U S A H A

Pasal 6

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut pada pasal 5 Peraturan Daerah ini

BKPD melakukan usaha-usaha sebagai berikut ;

a. Memberi kredit kepada perorangan, lembaga-lembaga dan badan-badan

usaha guna meningkatkan kemakmuran masyarakat ;

b. Menerima simpanan ;

c. Menerima pinjaman setelah mendapat persetujuan Badan Pembina Tingkat

Kabupaten ;

d. Dapat di tunjuk sebagai :

d.1. Pemegang Kas Desa/Kecamatan dari Kecamatan dan Desa-desa

dalam Wilayah Kecamatan yang bersangkutan ;

d.2. Penyalur Kredit Pemerintah baik yang berasal dari Pusat maupun

dari Daerah ;

d.3. Pembentukan Kas Daerah ;

e. Mengadakan kerja sama dalam usaha BKPD dengan Bank lainnya

Khususnya dengan Bank-bank yang ada di masing-masing daerahnya ;

f. Melakukan usaha-usaha BKPD lainya yang tidak bertentangan dengan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 7

(1) BKPD tidak diperkenankan menerima simpanan dalam bentuk Giro ;

(2) BKPD tidak diperkenankan memberikan kredit blanco.

BAB V

MODAL DAN CADANGAN

Pasal 8

(1) Modal BKPD adalah kekayaan Pemerintah Daerah dan Desa yang

dipisahkan ;

(2) Modal statutair setiap BKPD berjumlah Rp 10.000.000,00 (Sepuluh juta

rupiah) ;

(3) Modal BKPD tersebut pada ayat (2) di atas terdiri dari kekayaan yang telah

ada, yaitu saham Pemerintah Daerah dan Desa ditambah modal tambahan

dari Anggaran Pemerintah Daerah dan Desa ;

(4) Ketentuan-ketentuan lain yang menyangkut mengenai penyertaan modal

ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah atas usul Badan Pembina dengan

memperhatikan petunjuk dan atas ketentuan yang berlaku setelah ada

persetujuan DPRD.

Pasal 9

Penyerataan modal seperti termaksud pada pasal 8 Peraturan Daerah ini, tidak

boleh dipergunakan sebagai jaminan pinjaman pada pihak ke tiga kecuali atas

persetujuan Bupati Kepala Daerah dan DPRD.

Pasal 10

(1) BKPD mempunyai cadangan umum yang di tentukan pada pasal 26 ayat (4)

huruf g Peraturan Daerah ini ;

(2) Cadangan umum sebagaimana termaksud ayat (1) pasal ini dipergunakan

untuk menutup kerugian yang mungkin diderita ;

(3) Disamping cadangan umum BKPD mempunyai pula cadangan bertujuan

sesuai dengan ketentuan pada pasal 26 ayat (4) Peraturan Daerah ini.

BAB VI

SUKU BUNGA DAN BATAS MAXIMAL KREDIT

Pasal 11

Suku bunga BKPD yang dikenakan kepada kepada para peminjam ditetapkan

oleh Badan Pembina Kabupaten setelah dikonsultasikan dengan Badan

Pembina Propinsi atau berdasarkan ketentuan lain yang mengatur tentang hal

tersebut.

Pasal 12

Batas maximal Kredit yang dapat diberikan oleh setiap BKPD baik untuk

setiap debitur maupun untuk keseluruhannya ditetapkan oleh Badan Pembina

Kabupaten dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai

hal itu.

BAB VII

PENGAWASAN, PEMBINAAN DAN BIAYA

Bagian Pertama

PENGAWASAN

Pasal 13

Pengawasan dan Pembinaan Umum Perbankan terhadap BKPD menurut

Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 dilaksanakan oleh

Bank Indonesia c/q Bank Rakyat Indonesia

Pasal 14

(1) Untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap BKPD secara

intern sebagai pelengkap dari pengawasan dan pembinaan sebagaimana

tercantum dalam Pasal 13 Peraturan Daerah ini, dibentuk Badan Pembina

Kabupaten dan Badan Pembina Kecamatan.

(2) Badan Pembinaan Kabupaten terdiri dari 5 (lima) orang anggota, dengan

susunan sebagai berikut :

a. Ketua merangkap Anggota

b. Wakil Ketua merangkap Anggota

c. Sekretaris merangkap Anggota

d. Bendaharawan merangkap Anggota

e. A n g g o t a

(3) Badan Pembina Kecamatan terdiri dari 3 (tiga) orang anggota dan

susunannya sebagai berikut :

a. Ketua merangkap Anggota

b. Sekretaris merangkap Anggota

c. Anggota (Kepala Desa/Kepala Kelurahan)

(4) Anggota Badan Pembina Kabupaten maupun Kecamatan diangkat dan

diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah.

(5) a. Baik Badan Pembina Kabupaten maupun Kecamatan secara organisasi

mempunyai hubungan hierarchi dengan Badan Pembina Propinsi

b. Susunan anggota Badan Pembina Kabupaten dan Kecamatan harus

berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Badan

Pembina Propinsi.

(6) Masa jabatan anggota Pembina selama-lamanya 5 (lima) tahun dan setelah

waktu itu berakhir, dapat diangkat kembali.

Bagian kedua

Tugas Badan Pembina

Pasal 15

(1) Badan Pembina Kabupaten mempunyai tugas :

a. Sebagai pelaksanaan kebijakan yang telah digariskan oleh Badan

Pembina Propinsi.

b. Menetapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi Daerahnya guna

mengembangkan BKPD yang tidak bertentangan dengan kebijakan

yang telah ditetapkan oleh Badan Pembina Propinsi

(2) Badan Pembina Kecamatan bertugas :

a. Melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh Badan Pembina

Kabupaten

b. Memberikan dorongan dan bantuan bagi kelancaran usaha-usaha

BKPD dengan jalan memberikan pengertian-pengertian dan

penerangan-penerangan mengenai kemanfaatan BKPD bagi

masyarakat.

c. Membantu mengamankan kekayaan BKPD

d. Menyusun dan menyampaikan laporan bulanan, tahunan dan laporan-

laporan periodik lainnya mengenai perkembangan BKPD yang ada di

daerah bimbingannya pada Badan Pembina Kabupaten

Bagian Ketiga

Inspektorat

Pasal 16

(1) Untuk melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap semua BKPD

dibentuk Inspektorat yang dipimpin oleh seorang Inspektur.

(2) Inspektur sebagaimana termaksud ayat (1) pasal ini diangkat dan

diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah selaku Ketua Badan Pembina.

(3) Inspektur pada pokoknya melaksanakan tugas sebagai berikut :

a. Melakukan pemeriksaan langsung secara intensif pada BKPD.

b. Memberikan laporan secepat mungkin bila terjadi hal-hal yang luar

biasa, penyalahgunaan wewenang/penyelewengan yang dilakukan oleh

Pimpinan atau pegawai BKPD kepada Badan Pembina Kabupaten

disertai saran untuk penyelesaiannya.

c. Menetapkan jadwal pengiriman laporan yang dibuat oleh Pimpinan

BKPD.

d. Menampung, memeriksa dan menganalisa laporan yang dikirimkan

oleh Pimpinan BKPD.

e. Menyelenggarakan rapat periodik minimal satu bulan sekali dengan

para pimpinan BKPD.

f. Melakukan penelitian dan memberikan rekomendasi dalam hal

pengangkatan, pemberhentian dan mutasi Pimpinan/Pegawai BKPD

g. Menyusun dan memberikan laporan menurut jadwal waktu yang

ditetapkan kepada Badan Pembina Kabupaten Inspektorat Bank dan

lembaga Perkreditan Rakyat Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

h. Melakukan Konsultasi dengan Badan Pembina Kabupaten, dalam hal

merumuskan dan memecahkan masalah-masalah yang berhubungan

dengan Pengawasan tehnik dan administrasi Perbankan.

Pasal 17

Biaya Pembinaan dan Pengawasan yang dilaksanakan oleh Badan Pembina dan

Inspektorat, dibebankan kepada BKPD.

BAB VIII

KEPEGAWAIAN

Pasal 18

(1) BKPD dipimpin oleh seorang Pimpinan dan dibantu oleh beberapa orang

pegawai yang masing-masing berstatus pegawai BKPD.

(2) Pegawai termasuk Pemimpin diangkat dan diberhentikan oleh Bupati

Kepala Daerah setelah mendapat keterangan/pertimbangan dari Badan

Pembina Kabupaten.

(3) Untuk diangkat menjadi pegawai harus memenuhi syarat-syarat

kepegawaian BKPD yang ditentukan dalam peraturan Kepegawaian

tersendiri dengan keputusan Bupati Kepala Daerah.

Pasal 19

(1) Untuk diangkat menjadi Pemimpin, yang bersangkutan harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

a. Warga negara Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa

dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

b. Pendidikan minimal SLTA/sederajat

c. Memiliki pengetahuan Perbankan

d. Bermoral/berakhlak baik

(2) Masa jabatan Pemimpin di satu tempat ditentukan 5 (lima) tahun terhitung

mulai tanggal pengangkatannya, kecuali ada pertimbangan lain dari Badan

Pembina Kabupaten

(3) Pegawai termaksud Pemimpin berhenti atau diberhentikan dari jabatan

apabila :

a. Meninggal dunia

b. Atas permintaan sendiri

c. Melakukan sesuatu yang bersikap merugikan BKPD atau bertentangan

dengan Negara atau melanggar peraturan perundang-undangan yang

berlaku

d. Berakhir masa jabatan sebagaimana termaksud dalam ketentuan ayat (2)

pasal ini

e. Sakit terus menerus dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik

(4) Bupati Kepala Daerah dapat melakukan pemberhentian sementara

terhadap pimpinan yang diduga telah melakukan perbuatan tersebut pada

ayat (3) sub c pasal ini, dan apabila berdasarkan keputusan Pengadilan

yang telah mempunyai hukum yang pasti dan tetap, yang bersangkutan

dinyatakan tidak bersalah maka pemberhentian sementara tersebut tidak

ditinjau kembali

(5) Untuk mengisi kekosongan jabatan Pemimpin yang disebabkan oleh hal-

hal tersebut dalam ayat 3 (tiga) pasal ini, Bupati Kepala Daerah

mengangkat seseorang Pejabat Pimpinan

(6) Setelah mengalami masa percobaan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan

selambat lambatnya 6 (enam) bulan, maka Pejabat Pimpinan dapat

ditetapkan menjadi Pimpinan

(7) Pemimpin tidak diperkenankan merangkap jabatan diluar usaha BKPD

yang meminta tenaga penuh dari padanya, kecuali atas persetujuan Bupati

Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan dari Bank Indonesia c/q

Bank Rakyat Indonesia

(8) Pemimpin tidak diperkenankan merangkap jabatan lain kecuali atas

persetujuan tertulis dari Bupati Kepala Daerah

(9) Antara Pemimpin dan Anggota Badan Pembina tidak boleh ada hubungan

keluarga sampai dengan derajat ketiga menurut garis lurus maupun garis

kesamping termasuk suami istri, menantu atau ipar

Pasal 20

(1) Pemimpin mewakili BKPD diluar dan didalam pengadilan

(2) Pemimpin dapat menyerahkan kekuasaan mewakili hal tersebut dalam ayat

(1) pasal ini secara tertulis kepada beberapa orang Pegawai suatu Badan

atau orang lain yang ditunjuk olehnya atas persetujuan Badan dan Pembina

Kabupaten

(3) Pemimpin menyampaikan laporan secara periodik kepada Badan Pembina

Kabupaten melalui Inspektur

Pasal 21

(1) Pemimpin melakukan kebijakan yang telah digariskan oleh Badan

Pembina Kabupaten

(2) Pemimpin mengurus dan menguasai kekayaan BKPD

Pasal 22

BKPD mengadakan dana tunjangan bagi Pegawai yang merupakan kekayaan

BKPD yang dipisahkan dan pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan

tersendiri

BAB IX

G A N T I R U G I

Pasal 23

(1) Pemimpin yang karena tindakannya melawan hukum atau melalaikan

kewajiban dan tugas yang dibebankan kepadanya dengan langsung telah

menimbulkan kerugian kepada BKPD diwajibkan mengganti kerugian-

kerugian tersebut dengan tidak mengurangi tuntutan Pidananya

(2) Ketentuan-ketentuan tentang tuntutan ganti rugi terhadap pegawai yang

bukan bendaharawan berlaku juga bagi Pimpinan

BAB X

ANGGARAN DAN RENCANA KERJA

Pasal 24

(1) Tahun buku adalah tahun Taqwin

(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai berjalan,

Pimpinan menyampaikan kepada Badan Pembina Kabupaten melalui

Inspektur Anggaran Perusahaan dan Rencana Kerja tahun buku untuk

mendapat pengesahan

(3) Apabila sampai dengan awal tahun buku, anggaran dan rencana kerja

tersebut berlaku sepenuhnya

(4) Paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir, Pimpinan

menyampaikan laporan realisasi Anggaran Perusahaan dan rencana kerja

dari tahun Buku yang telah berakhir tersebut, kepada Badan Pembina

Kabupaten melalui Inspektur untuk mendapat pengesahaan

BAB XI

PERHITUNGAN TAHUNAN

Pasal 25

(1) Paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir, Pimpinan

menyampaikan perhitungan tahunan kepada Badan Pembina Kabupaten

melalui Inspektur

(2) Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya

perhitungan tahunan, Badan Pembina Kabupaten tahunan tersebut

dianggap telah disahkan

(3) Perhitungan tahunan yang telah disahkan pada ayat (2) pasal ini

disampaikan pula kepada Pemerintah Daerah

(4) Laba BKPD yang disahkan setelah dikurangi pajak penghapusan (10%)

dan cadangan tujuan (30%), dibagi sebagai berikut :

a. 55% Pemilik modal

b. 17% Kesejahteraan pegawai/ Jasa produksi

c. 5% Badan Pembina Kecamatan

d. 3% Badan Pembina Kabupaten

e. 1% Badan Pembina Propinsi

f. 4% Inspektorat

g. 10% Cadangan umum (cadangan kerugian)

h. 5% Dana pendidikan, Sosial dan lain-lain

BAB XII

PERTANGGUNG JAWABAN

Pasal 26

(1) Pemimpin bertanggung jawab atas kesempurnaan pelaksanaan pengusahaan

BKPD kepada Bupati Kepala Daerah melalui Badan Pembina Kabupaten

(2) Badan Pembina Kecamatan atas segala sesuatu yang terjadi di BKPD

bertanggung jawab kepada Badan Pembina Kabupaten, serta Badan Pembina

Kabupaten bertanggungjawab kepada Pemerintah Daerah

BAB XIII

PEMBUBARAN

Pasal 27

(1) Pembubaran BKPD serta penunjukan Liqwidaturnya ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah

(2) Sisa kekayaan BKPD setelah diadakan Liqwidasi dibagikan kepada para

peserta modal yang bersangkutan

(3) Apabila setelah Liqwidasi masih ada kewajiban keuangan lainnya, hal

tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah

(4) Liqwidatur memberikan pertanggungan jawab tentang pelaksanaan

liqwidasi pada Pemerintah Daerah

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Hal-hal belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai

teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian dengan keputusan Bupati Kepala

Daerah.

Pasal 29

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua surat-surat

Keputusan dan atau Peraturan lainnya yang telah ada sebelumnya yang

meterinya sudah tertampung atau bertentangan dengan Peraturan Daerah

ini dinyatakan tidak berlaku lagi

(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal

Sumedang, 27 April 1981

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUPATI KEPALA DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TINGKAT II SUMEDANG

S U M E D A N G

Ketua

Ttd ttd

O Y O S U N A R Y O Drs. H KUSTANDI ABDOERAHMAN

Peraturan Daerah tersebut disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

dengan keputusannya tanggal 8 November 1985 Nomor 188. 342/Kep.1738-Huk/1985.

GUBERNUR DAERAH TINGKAT I

JAWA BARAT

Ttd

Y O G I E SM

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah tingkat II Sumedang tanggal

24 Desember 1985 Nomor 10 Tahun 1985 Seri D

SEKRETARIS WILAYAH / DAERAH

Ttd

Drs DENNY SUGANDI

PENJELASAN UMUM : ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH

TINGKAT II SUMEDANG TENTANG BKPD

UMUM : Tertib dan tercapainya suatu tujuan tidak bisa terlepas dari Landasan Hukum

dan Peraturannya tentang tata cara dan usaha-usaha kearah terlaksananya

tujuan tersebut.

Demikian pula halnya dengan masalah pembentukan BKPD yang bersumber

kepada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

Nomor : 40 /BI/Pem/SK/1965, Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Jawa Barat Nomor : 446/A III/SK/1975.

Landasan pembentukan ini belumlah dapat terjamin kemungkinan-

kemungkinan terlaksana usaha BKPD secara sebaik-baiknya sesuai dengan

tujuan dan ketentuan yang berlaku.

Karena pembentukan BKPD dengan Surat Keputusan Gubernur belumlah

dapat dikatakan mempunyai landasan yang kuat.

Apalagi jenis dan cara pengurusan serta pengelolaan BKPD belum diatur

secara terperinci di dalam pembentukannya, hal mana adalah merupakan

masalah yang sangat prinsipil yang tidak bisa diabaikan untuk tetap

berlangsung karena kemungkinan akan menimbulkan hambatan karena

pelaksanaan usaha-usaha BKPD serta Pembangunan dan Pengembangan

BKPD itu sendiri walaupun pada kenyataannya sampai saat ini BKPD dapat

menjalankan fungsinya namun untuk memperoleh hasil yang semaksimal

mungkin dan pengembangannya yang pesat perlu dilengkapi dengan suatu

wewenang dan landasan hukum yang kuat.

Selanjutnya berdasarkan ketentuan pokok Perbankan dan ketentuan pokok

Bank Pembangunan Daerah termaksud dan Undang-undang Nomor 14 Tahun

1967 dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1962 serta hakekat pasal 63 ayat

(3) dan pasal 45 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, maka masalah

pembentukan dan pengurusan BKPD harus dituangkan dalam Peraturan

Daerah.

Adapun BKPD itu sendiri didirikan dengan menyisihkan sebagian kekayaan

milik Daerah dan menerima modal penyetoran dari Desa-desa dalam Wilayah

usaha tersebut.

BKPD selain melakukan usaha-usaha juga diusahakan dalam waktu yang

singkat mungkin dapat berfungsi sebagai pemegang Kas Desa/Pembantu

pemegang Kas Daerah

Hal mana didasarkan kepada Instruksi Menteri Negara EKUIN Nomor :

Instr/II Menkuin/II/ 1968 serta edaran Bank Indonesia tentang penyimpangan

uang Negara pada Bank-bank Swasta dan ketentuan pasal 62 ayat (2)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang keharusan penyimpanan uang

Daerah pada Kas Daerah atau Bank Pembangunan Daerah.

Walaupun ayat (3) pasal 62 tersebut klausule tentang dapat ditunjukan Bank

Pemerintah tertentu dalam Kas Daerah dan Bank Pembangunan Daerah

belum terbentuk. Sedangkan untuk peningkatan pengawasan dan kelancaran

pemasukan pendapatan Daerah/pemegang Kas Desa berfungsi cukup penting

dan merupakan yang harus kita capai berdasarkan peraturan-peraturan diatas.

Oleh karena itu untuk memberikan status dan kedudukan yang lebih jelas

melalui pembentukan yang memenuhi persyaratan ketentuan yang berlaku

serta untuk menjamin agar BKPD dapat berkembang dan melaksanakan

fungsinya semaksimal mungkin, seyogyanya ditetapkan Peraturan Daerah

yang mengatur masalah itu.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

BAB I : KETENTUAN UMUM

Pasal 1 : Cukup Jelas

BAB II : KEDUDUKAN HUKUM DAN DAERAH USAHA

Pasal 2 :

Ayat (1) : Sesuatu dengan maksud dikeluarkannya Peraturan Daerah ini seperti

telah dikemukakan dalam penjelasan umum, Bank Karya Produksi

Desa (BKPD) yang ditetapkan dalam Peraturan ini ialah Bank Karya

Produksi Desa yang telah ada dan dibentuk berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkap I Jawa Barat Nomor :

40/BI/Pem/SK/65, tetapi setatus hukumnya disempurnakan sesuai

dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967.

Ayat (2) : Cukup Jelas

Ayat (3) : Cukup Jelas

Ayat (4) : Cukup Jelas

Ayat (5) : Cukup Jelas

Pasal 3 : BKPD dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat II, artinya

modal seluruhnya berasal dari Pemda Tk II. Tetapi bila Pemerintah

Daerah Tingkat II menghendaki Desa-desa yang ada di wilayahnya

ikut juga menanamkan modalnya di BKPD tersebut, pemilikan

Sahamnya dapat diatur, misalnya : 51 % dimiliki oleh Pemda Tk II

dan 49 % oleh Desa.

Pasal 4 :

Ayat (1) : Sehubungan dengan keuangan Pemda Tingkat II, mula-mula ditiap

Kecamatan hanya didirikan 1 (satu) BKPD tetapi apabila kemudian

hari Uangnya mengijinkan, pembentukan BKPD itu secara bertahap

dapat dilanjutkan ke tingkat Desa.

Dengan demikian dalam satu Kecamatan itu akan terdapat lebih dari

1 (satu) BKPD, dan mungkin pula banyaknya BKPD itu sama

dengan banyak Desa yang ada di Kecamatan yang bersangkutan,

atau dengan kata lain tiap Desa memiliki BKPD.

Ayat (2) : Apabila dalam 1 (satu) Kecamatan itu hanya memiliki 1 (satu)

BKPD, maka daerah Operasinya adalah seluruh Wilayah Desa

tempat BKPD itu menjalankan Usahanya.

Tetapi apabila di Kecamatan itu baru terdapat beberapa BKPD saja

(belum terdapat disetiap desa), maka daerah Operasinya dapat diatur

oleh Badan Pembina Kecamatan, setelah mengadakan konsultasi

dengan Badan Pembina Kabupaten.

Ayat (3) : Apabila Bupati Daerah Tingkat II akan mendirikan BKPD yang

baru, hal tersebut harus di bicarakan terlebih dahulu dalam sidang

DPRD, dan baru dibicarakan setelah DPRD menyetujuinya.

BAB III : MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 5 : Dengan memberikan bantuan modal berupa kredit dengan bunga

yang rendah, diharapkan produksi Desa meningkat begitu pula

penghasilannya.

Umumnya karena terdesak oleh kebutuhan para pengusaha kecil di

Daerah Pedesaan, terpaksa menjual hasil produksi Perusahaannya

dengan harga yang murah. Tapi apabila penghasilan mereka

meningkat, mereka tak akan mempertahankan barang dagangannya

sampai mencapai harga yang layak (daya tukar hasil).

Karena bunga yang dilaksanakan BKPD kepada para nasabahnya

lebih rendah dibanding dengan bunga dari para pelepas uang yang

berbunga tinggi, mereka akan terlepas dari cengkraman lintah

darat/pengijon. Hubungan yang terus menerus dengan BKPD akan

memberikan kesadaran kepada mereka betapa besar manfaat BKPD

bagi masyarakat Pedesaan (menimbulkan Bankmindedness).

BAB IV : U S A H A

Pasal 6 :

Sub a : Cukup jelas

Sub b : Bank selain memberi kredit, juga dapat memberi simpanan dari

pihak ketiga baik perorangan maupun lembaga dalam bentuk

simpanan biasa/titipan dan simpanan berjangka/deposito dengan

ketentuan simpanan deposito mendapat jasa simpanan yang besarnya

diatur oleh Bank Indonesia cq Bank Rakyat Indonesia.

Sub c : Selain menerima simpanan BKPD dapat pula menerima pinjaman

dengan bunga rendah dan menguntungkan bagi perkembangan

usahanya dari pihak ketiga (Pemda, Bank Indonesia dsb), setelah

mendapat persetujuan Badan Pembina Kabupaten.

Sub d 1 : Bank Pembangunan Daerah (BPD) telah ditunjuk sebagai Kas

Daerah atau penyimpanan atau penyalur uang Daerah untuk

mengamankan uang Daerah yang ada di Desa-desa dan Kecamatan-

kecamatan, BKPD dapat diberi tugas untuk menerima dan

menyimpan uang tersebut, yang dalam waktu-waktu tertentu akan

diambil oleh Petugas Khusus dari Pemda Kabupaten, yang kemudian

menyetorkan ke BPD setempat.

Sub d 2 : Cukup jelas

Sub d 3 : Cukup jelas

Sub e : Semua BKPD yang ada di Daerah-daerah mempunyai tujuan yang

sama, yaitu untuk membantu Pemerintah dalam usaha meningkatkan

kesejahteraan masyarakat oleh karena itu antara BKPD-BKPD yang

ada di Daerah Pedesaan perlu diadakan kerja sama, dengan jalan

saling memberikan informasi, tukar menukar pengalaman dsb.

Sub f : Cukup jelas

Pasal 7 :

Ayat (1) : BKPD termasuk Bank Secundair tidak dapat diperkenankan ikut

dalam lalu lintas giral/kuitansi menyerupai ceque karena BKPD

tidak bisa menciptakan uang berdasarkan sebi Nomor : 3/829

BKPD/Pb B tanggal 21 Januari 1971.

Ayat (2) : BKPD tidak menerima kredit didalam jaminan, kecuali kredit yang

bersifat khusus seperti Modal Pangjeujeuh Bantuan Gubernur

(MPSG) dsb.

BAB V : MODAL DAN CADANGAN

Pasal 8 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas

Ayat (3) : Cukup jelas

Ayat (4) : Cukup jelas

Pasal 9 : Cukup jelas

Pasal 10 : Cadangan-cadangan yang dimaksud dalam pasal ini adalah

merupakan bagian dari laba setelah dikurangi pajak dan disisihkan

untuk cadangan umum dan cadangan tujuan, antara lain

diperuntukan bagi pembiayaan milik tetap, investasi perluasan dana

Pendidikan, dana sosial serta apabila memungkinkan dapat pula

disediakan untuk pemberian.

BAB VI : SUKU BUNGA DAN DATA MAKSIMAL KREDIT

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 12 : Modal operasi BKPD diantaranya terdiri dari Pemda Tingkat II dan

Pemda Tingkat I Jawa Barat.

Plafon kredit yang modalnya berasal dari Pemda Tingkat II,

ditentukan oleh Pemda/Badan Pembina Tingkat II, sedangkan

modalnya yang bersumber pada bantuan Modal berupa kredit dari

Pemda Tingkat I ditetapkan oleh Badan Pembina cq Pemda Tingkat I

Jawa Barat (misalnya kredit bertujuan MPBG dll).

BAB VII : PENGAWASAN, PEMBINAAN DAN BIAYA

Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Anggota Badan Pembina pada umumnya adalah Pejabat/Pegawai

Pemerintah Daerah yang mewakili Pemilik BKPD karena

kesibukannya, kebanyakan tak mempunyai banyak waktu untuk

melaksanakan tugas Badan Pembina, karena itu untuk melancarkan

jalannya pekerjaan satu atau dua orang anggota Badan Pembina

dapat diambil dari luar Pemerintah sebagai full atau partimer.

Ayat (3) : Cukup jelas

Ayat (4) : Cukup jelas

Ayat (5) : Cukup jelas

Ayat (6) : Cukup jelas

Pasal 15 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Pasal 16 : Seluruh atau hampir semua anggota Badan Pembina terdiri dari

Pejabat Pemda, sehingga sebagian kecil saja dari tenaga dan

pikirannya dapat dicurahkan kepada kepentingan Bank dan Lembaga

Perkreditan Rakyat. Oleh karena itu untuk melakukan pengawasan

pembinaan terutama dalam bidang tehnik dan administrasi

Perbankan, dibentuklah suatu aparat pembina yang suatu saat dapat

menjalankan tugas tersebut yaitu Inspektorat yang dipimpin oleh

seorang Inspektur dan bertanggung jawab kepada seorang Badan

Pembina.

Ayat (2) : Cukup jelas

Ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 17 : Cukup jelas

BAB VIII : KEPEGAWAIAN

Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Pertimbangan khusus yang dimaksud adalah Pertimbangan-

pertimbangan yang berhubungan Kharisma Wibawa dsb dari

Pembina dalam mengembangkan usaha BKPD setempat.

Ayat (3) : Cukup jelas

Ayat (4) : Cukup jelas

Ayat (5) : Cukup jelas

Ayat (6) : Cukup jelas

Ayat (7) : Cukup jelas

Ayat (8) : Cukup jelas

Ayat (9) : Cukup jelas

Pasal 20 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas

Ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 21 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas

Pasal 22 : Cukup jelas

BAB IX : GANTI RUGI

Pasal 23 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas

BAB X : ANGGARAN DAN RENCANA KERJA

Pasal 24 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas

Ayat (3) : Cukup jelas

Ayat (4) : Cukup jelas

BAB XI : PERHITUNGAN TAHUNAN

Pasal 25 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Peraturan yang berlaku dan dimaksud bagi Pegawai Negeri/Daerah

adalah Undang-undang Pembendaharaan Indonesia (ICW)

Ayat (3) : Cukup jelas

Ayat (4) : Cukup jelas

BAB XII : PERTANGGUNG JAWABAN

Pasal 26 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas

BAB XIII : PEMBUBARAN

Pasal 27 :

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas

Ayat (3) : Cukup jelas

BAB XIV : KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28 : Cukup jelas

Pasal 29 : Cukup jelas

Ayat (1) : Cukup jelas

Ayat (2) : Cukup jelas