LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP...

58
i LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho Provinsi Aceh 2. Nama Institusi : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh 3. Alamat : Jl. P. Nyak Makam No. 27 lampineung-Banda Aceh Telp. (0651) 7552077, Fax. (0651) 7551811 4. Sumber Dana : DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh 5. Status Kegiatan : Lanjutan 6. Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Gol. c. Jabatan : : : Dr. Rachman Jaya, S.Pi, M.Si. Penata Muda Tk.I (III/d) Peneliti Muda 7. Lokasi : Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh 8. Agroekosistem : Lahan kering, Iklim Basah 9. Tahun mulai : 2015 10. Tahun selesai : 2017 11. Output tahunan : Peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas padi sawah ternak sapi serta mencetak pengusaha muda sektor pertanian di kawasan TTP Kota Jantho. 12. Output akhir : Peningkatan pendapatan petani dan ekonomi di kawasan TTP Kota Jantho 13. Biaya Kegiatan : Rp. 2.987.500.000 (Dua milyar sembilan ratus delapan puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) Koordinator program Penanggung Jawab Kegiatan, Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740503 200003 1 001 Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si. NIP. 19740503 200003 1 001 Mengetahui : Kepala Balai Besar Menyetujui Kepala Balai Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001 Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001

Transcript of LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP...

Page 1: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho

Provinsi Aceh

2. Nama Institusi : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh

3. Alamat : Jl. P. Nyak Makam No. 27 lampineung-Banda Aceh Telp. (0651) 7552077, Fax. (0651) 7551811

4. Sumber Dana : DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh 5. Status Kegiatan : Lanjutan 6. Penanggung Jawab

a. Nama b. Pangkat/Gol. c. Jabatan

: : :

Dr. Rachman Jaya, S.Pi, M.Si. Penata Muda Tk.I (III/d) Peneliti Muda

7. Lokasi : Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

8. Agroekosistem : Lahan kering, Iklim Basah

9. Tahun mulai : 2015

10. Tahun selesai : 2017

11. Output tahunan : Peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas

padi sawah ternak sapi serta mencetak pengusaha

muda sektor pertanian di kawasan TTP Kota Jantho.

12. Output akhir : Peningkatan pendapatan petani dan ekonomi di

kawasan TTP Kota Jantho

13. Biaya Kegiatan : Rp. 2.987.500.000 (Dua milyar sembilan ratus delapan

puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

Koordinator program Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740503 200003 1 001

Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si. NIP. 19740503 200003 1 001

Mengetahui : Kepala Balai Besar

Menyetujui Kepala Balai

Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001

Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001

Page 2: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

ii

KATA PENGANTAR

Untuk meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian ekonomi salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP). Sampai dengan tahun 2016 sedang dibangun 24 TTP di berbagai wilayah Indonesia, dimana salah satu diantaranya adalah TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Pemilihan lokasi ini dilakukan oleh Tim Pembangunan TTP Aceh melalui proses seleksi berdasarkan kriteria yang dikeluarkan dari Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPENAS). Ditetapkannya TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh oleh Tim berdasarkan pada data dukung dari hasil observasi lapang, wawancara dengan pihak Pemerintah Daerah dan dukungan data sekunder.

Keberadaan TTP merupakan wahana yang dapat digunakan untuk mempercepat arus penyampaian teknologi dari Badan Litbang Pertanian kepada para pengguna melalui kegiatan disseminasi dan pendampingan, sekaligus sebagai wahana bernuansa bisnis yang menghasilkan pengusaha baru (UMKM) di bidang pertanian dan bidang lain yang mendukung, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dalam kawasan TTP.

Berdasarkan data potensi dan permasalahan yang ada di kawasan TTP yang diperoleh melalui kegiatan Participatory Rural Appraisal (PRA), Focus Group Discussion (FGD), serta observasi dan penelusuran data sekunder akan dilakukan intervensi beberapa teknologi pertanian berbasis komoditas tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan hortikultura. Cakupan intervensi sesuai kebutuhan baik secara vertikal hulu-hilir dan horizontal antar komoditas.

Laporan akhir ini dibuat dengan tujuan sebagai tanggung jawab tim terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, serta sebagai informasi dan umpan balik proses yang dilakukan di TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar. Dengan demikian diharapkan pembangunan TTP dapat memberikan masukan dan berkontribusi langsung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Banda Aceh, Desember 2016

Tim Pembangunan TTP

Kota Jantho

Page 3: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

iii

RINGKASAN

1. Judul RDHP : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh

3. Lokasi : Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar

4. Agro Ekosistem : Sawah Irigasi, Lahan Kering

5. Status : Baru

6. Tujuan : A. Melakukan pembangunan fisik di pusat TTP Kota Jantho.

B. Melakukan pembangunan fisik berupa jalan usaha tani dan

saluran irigasi di kawasan TTP Kota Jantho. C. Melakukan penerapan inovasi teknologi pada komoditas

padi, hortikultura dan ternak. D. Melakukan verifikasi, validasi dan legalisasi dokumen kerja

sama antara Balitbangtan dengan Pem.Kab. Aceh Besar.

E. Melakukan pelatihan teknis untuk petani pada komoditas komoditas padi, hortikultura dan ternak.

F. Menginisiasi pembentukan kelembagaan Koperasi Babah Pinto di TTP Kota Jantho.

G. Melaksanakan proses bisnis di TTP Kota Jantho.

7. Keluaran : A. Tersedianya fasilitas di pusat TTP Kota Jantho.

B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi di

kawasan TTP Kota Jantho. C. Teradopsinya inovasi teknologi pertanian pada komoditas

padi, hortikultura dan ternak. D. Terverifikasi, tervalidasi dan terlegalisasinya dokumen kerja

sama antara Balitbangtan dengan Pem.Kab. Aceh Besar.

E. Terlaksananya pelatihan teknis untuk petani pada komoditas padi, hortikultura dan ternak.

F. Terbentuknya kelembagaan Koperasi Babah Pinto di TTP Kota Jantho.

G. Terlaksananya aktivitas bisnis di TTP Kota Jantho.

8. Hasil : Pada pusat TTP Kota Jantho telah dibangun empat fasilitas

tambahan yaitu pagar disekeliling TTP, saluran drainase,

gapura dan tempat parkir. Dari aspek legalitas hukum, proses penyerahan aset dari Kementerian Pertanian, melalui Badan

Litbang Pertanian ke Pemerintah Daerah Aceh Besar untuk aset tahun 2015 telah dilaksanakan. Dari sisi penerapan inovasi

teknologi pertanian, telah dilakukan uji performa VUB padi

Varietas Inpari 30 dan 16, dengan dengan luas lahan 10 ha. Hasil ubinan menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 7.2 ton/ha,

meningkat dari 6.2 ton/ha. Selain itu juga dilakukan aktivitas untuk penangkaran benih padi sawah, dengan Varietas Inpari

32, dengan hasil calon benih 24 ton, 8 ton gagal mendapatkan

sertifikasi, sedangkan 14 ton menjadi benih dengan lebel biru, dan telah berhasil dijual dengan harga Rp. 8000/kg. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di kawasan TTP Kota Jantho telah berjalan.

Pada komoditas hortikultura kegiatan pembuatan demplot tanaman cabai merah dan jagung manis pada tahap

pemeliharaan (tanaman berumur 10-30 hari). Luas lahan yang

digunakan 2 ha yang tersebar pada delapan lokasi. Pada komoditas peternakan (sapi) pengembangan model kandang

komunal masih pada tahap perbaikan fasilitas fisik seperti perbaikan kandang, akses jalan ke lokasi, penanaman rumput

Page 4: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

iv

dan leguminosa dengan luas lahan sekitar 2.5 Ha. Dari sisi peningkatan kapasitas SDM petani, telah dilakukan beberapa

pelatihan teknis seperti peningkatan kapasitas penangkar benih padi, pelatihan peningkatan kapasitas peternak sapi dan

pelatihan penggunaan agensia hayati pada komoditas hortikultura serta pelatihan teknik budidaya dan pembibitan

Jamur Merang.

9. Manfaat : A. Sebagai informasi bagi tim teknis pelaksana pembangunan TTP Kota Jantho untuk melakukan perbaikan berdasarkan

hasil evaluasi dan umpan balik pada tahun kegiatan 2016. B. Sebagai informasi bagi tim legalisasi dokumen dari

Balitbangtan dan Pem. Kab Aceh Besar untuk segera

merampungkan dokumen hukum yang belum selesai, terutama untuk penyerahan aset kegiatan yang

dilaksanakan pada tahun anggaran 2016. C. Sebagai informasi teknis bagi seluruh stakeholder yang

terlibat untuk memberikan masukan kepada tim pelaksana teknis sesuai dengan hasil evaluasi dan umpan balik.

D. Sebagai informasi dan future work untuk melaksanakan

penelitian dan pengkajian yang sesuai dengan aspek teknis pada inovasi teknologi pertanian yang dikembangkan di

pusat dan kawasan TTP Kota Jantho. 10. Perkiraan

Dampak

: A. Peningkatan ekonomi wilayah di kawasan TTP Kota Jantho

sebesar 5-10%.

B. Peningkatan pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho sebesar 10-20%.

11. Prosedur : Kegiatan pembagunan fisik dilakukan melalui lelang secara terbuka sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu penggadaan

barang dan jasa. Kegiatan yang bersifat inovasi teknologi pertanian dilakukan secara terstruktur (scientific based)

berbasis partisipatif. Kegiatan dilakukan di lahan milik petani di

kawasan TTP Kota Jantho dengan komoditas padi sawah, hortikultura dan peternakan.

12. Jangka waktu : Tiga Tahun 13. Biaya : Pada awalnya biaya pembangunan TTP Kota Jantho untuk

tahun 2016, adalah sebesar Rp. 4.000.000.000, akan tetapi

mengalami pemotongan hingga Rp. 3.022.500.000 (tiga milyar dua puluh dua juta lima ratus ribu rupiah)

Page 5: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data empiris menunjukkan adanya korelasi antara penguasaan teknologi

dengan kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu contoh nyata adalah

Tiongkok. Dalam kasus Indonesia, meskipun kinerja perekonomian Indonesia

relatif baik, namun kontribusi teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi masih

belum menggembirakan. Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada dua kendala

yang menjadi tantangan utama, yaitu: (1) keterbatasan kapasitas investasi

nasional di sektor industri hilir untuk mengolah bahan mentah atau bahan

setengah jadi menjadi produk jadi, dan (2) belum siapnya teknologi nasional untuk

menyokong tumbuh kembang industri hilir tersebut. Demikian juga yang terjadi di

Provinsi Aceh.

Pada konteks pertanian, sebenarnya inovasi yang dihasilkan secara oleh

institusi pencetak teknologi seperti Balitbang Pertanian dan perguruan tinggi sudah

cukup memadai. Balitbang Pertanian, melalui inovasi pertanian spesifik lokasi telah

menghasilkan paket teknologi spesifik lokasi yang secara teknis telah sesuai

dengan kebutuhan daerah yang dikaji. Namun fakta di lapangan menunjukkan

bahwa inovasi paket teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut belum terlihat

nyata pada tataran industry pertanian yang berorientasi profit, sehingga diperlukan

wadah untuk menyatukan temuan inovasi tersebut dengan pengguna

(entrepreneur), sehingga dapat dirasakan dampaknya terhadap perekonomian

wilayah.

Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan suatu kawasan berbasis

industri pertanian yang dikembangkan berdasarkan inovasi-inovasi pertanian

(Seonarso 2011) spesifik lokasi. TTP adalah kawasan Ipteks yang dibangun untuk

memfasilitasi percepatan alih teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang

pemerintah, perguruan tinggi dan swasta, sekaligus sebagai percontohan pertanian

terpadu bersiklus biologi (Tatsuno, 1996; Bozzo et al. 2002; Vila dan Pages, 2008).

Berkaca kepada kesuksesan beberapa negara lain dalam mengembangkan agro

tekno-park, seperti Amerika Serikat dengan Sillicon Valley high-tech, Daejon di

Korea Selatan, Zongguanchun Science Park di Cina, Andalusia techno-park di

Spanyol dan Tsukaba science di Jepang serta Kampung tekno-park di Jepara

Page 6: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

2

(Raharjo, 2002). Tentunya tidak salah jika Indonesia, dalam hal ini adalah Provinsi

Aceh melalui Badan Litbang Pertanian yang di jalankan BPTP Aceh dapat

mengembangkan (TTP) berbasis inovasi-inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

yang telah dimiliki dengan bekerjasama dengan univeritas, pemerintah daerah dan

industriawan lokal.

Berdasarkan aspek kewilayahan, BPTP Aceh sebagai agensi Balitbang

Pertanian di Provinsi Aceh telah menghasilkan beberapa inovasi paket teknologi

pertanian spesifik lokasi, akan tetapi secara teknis dan bisnis paket teknologi

belum secara nyata dapat dirasakan oleh pelaku karena belum memberikan

manfaat ekonomi wilayah. Untuk itu diperlukan terobosan baru agar paket

teknologi tersebut dapat dikembangkan dalam skala industri, melalui

pembangunan TTP Kota Jantho. Dalam hal ini TTP Kota Jantho merupakan suatu

wahana yang didapat digunakan sebagai media transfer inovasi teknologi berbasis

bisnis (provit) dan juga dapat sebagai wahana diseminasi (show window) untuk

memperluas cakupan adopsi teknologi.

Hal yang paling mendasar dari pembangunan TTP Kota Jantho pada tahun

2015 dan 2016 adalah adanya beberapa penyesuaian terhadap beberap core bisnis

yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil review dari tim monitoring dan

evaluasi (monev) Balitbangtan, faktor penciri dari TTP Kota Jantho adalah sistem

bio-industri berbasis padi-ternak, karena potensi yang besar (teknis dan pasar) dari

kedua komoditi tersebut. Pada tataran operasional, wujud dari sistem tersebut

adalah pengembangan bisnis Jamur Merang, baik pada sisi budidaya maupun pada

usaha penyediaan bibit Jamur tersebut. Dengan pengembangan komoditas ini

diharapkan akan meningkatkan nilai tambah dari aktivitas budidaya padi sawah,

selain fokus kepada penyediaan benih padi bersertifikat dan beras premium

dengan segmentasi pasar.

1.2. Dasar Pertimbangan

Dua dari sembilan agenda prioritas pembangunan atau Nawa Cita

pemerintahan Joko Widodo dan Yusuf Kalla tahun 2014-2019 adalah akan

meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional (butir

keenam) dan akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik (butir ketujuh). Pada tahun 2015

Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembagan Pertanian

Page 7: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

3

(Balitbangtan) menindaklanjuti agenda tersebut dalam program membangun 5 unit

Taman Sain Pertanian (TS) dan 16 unit Taman Teknologi Pertanian (TTP). Salah

satu diantaranya adalah TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Berikut diuraikan hal-hal yang terkait pada TTP, khususnya TTP Kota Jantho.

Visi pembangunan Indonesia dalam periode pemerintahan 2014 – 2019

adalah “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian

berlandaskan gotong royong”. Penjabaran program untuk tercapainya visi

tersebut dituangkan dalam 9 Agenda Prioritas atau disebut dengan Nawa Cita,

yang salah satunya adalah “Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di

pasar internasional”, yang antara lain dijabarkan dalam program membangun

sejumlah Taman Sains (Science Park) danTaman Teknologi (Techno Park).

Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan

Nasional mengagendakan untuk membangun Taman Sains (TS) di 34 provinsi dan

Taman Teknologi (TT) di 100 kabupaten dalam waktu 5 tahun yang dituangkan

dalam program quick win. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN), Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan

Litbang mendapat tugas untuk membangun 5 (lima) Taman Sains Pertanian (TSP)

di area Kebun Percobaan milik Badan Litbang dan 16 Taman Teknologi Pertanian

(TTP) di tingkat kabupaten/kota. Di samping itu, Kementan juga memiliki program

untuk mengembangkan Taman Sains dan Teknologi Pertanian Nasional (TSTPN)

yang dipusatkan di Cimanggu, Bogor.

Dari sisi kewilayahan, Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP)

Kota Jantho merupakan wujud dari salah satu dari program kolaborasi antara BPTP

Aceh, Perguruan Tinggi di Acehm seperti Universitas Syiah Kuala, Univeristas Al-

Muslim Bireuen, Universitas Malikulsaleh Aceh Utara dan Pemerintah Kabupaten

Aceh Besar serta beberapa wirausaha bidang pertanian dalam mendukung

pencapaian target peningkatan ekonomi wilayah, dalam hal masih terbatas pada

kawasan pembangunan TTP Kota Jantho. TTP Kota Jantho telah menjadi salah

satu ikon dari pembangunan pertanian di Kabupaten Aceh Besar, sehingga

beberapa program utama pembangunan pertanian di kabupaten ini dapat

disinkronan dengan aktivitas pembangunan TTP Kota Jantho.

Page 8: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

4

1.3. Tujuan

• Membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis komoditas

padi sawah, ternak, hortikultura.

• Membangun unit bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih

sumber padi, beras Premium dan jamur merang.

• Meningkatkan pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho.

1.4. Keluaran yang di harapkan

• Terbangunnya Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis

komoditas padi sawah, ternak, hortikultura dan perkebunan.

• Terbangunnya bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih

sumber padi.

• Menghasilkan wirausaha muda berbasis sektor pertanian di kawasan TTP Kota

Jantho.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

• Meningkatnya produktivitas komoditas padi sawah, hortikultura dan populasi

ternak sapi di kawasan TTP Kota Jantho.

• Tersedianya benih sumber padi bersertifkat untuk kawasan TTP Kota Jantho.

• Tersedianya beras kualitas premium.

• Dihasilkannya wirausaha muda berbasis sektor pertanian di kawasan TTP Kota

Jantho

• Meningkatnya pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho.

• Meningkatnya perekonomian regional di kawasan TTP Kota Jantho.

Page 9: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Selama berkiprah lebih dari satu dasawarsa, BPTP Aceh telah menghasilkan

beberapa teknologi pertanian spesifik lokasi yang secara teknik dan bisnis layak

untuk dikembangkan. Teknologi pertanian spesifik lokasi untuk komoditi padi,

kedelai, jagung, kacang tanah, nilam, kopi, kakao, penggemukan sapi Aceh,

manajamen perkandangan untuk pemeliharaan kambing. Teknologi tersebut

tentunya akan disinkronkan dengan arah dan kebijakan pengembangan pertanian

Balitbangtan dan juga pemerintah daerah serta perguruan tinggi, sehingga pada

tahap awal akan dihasilkan model tekno-park yang merepresentasikan kewilayahan

Aceh dalam suatu kawasan pengembangan berbasis pertanian.

K8nseptual pembangunan Taman Teknologi Pertanian (Gambar 1) berbasis

pada penggunaan varietas unggul (VUB), adanya sistem mekanisasi pada jalur

(channel) produksi, pelaksana merupakan aktor terlatih, serta adanya wirausaha

baru (young entrepreneur). Wujud fisik dan agro-tekno park dibangun pada suatu

kawasan minimal 30 ha, di kabupaten. Basis dasar dari pembangunan agro tekno

park adalah kompetensi yang dimiliki oleh pelakunya, dalam hal ini adalah

kolaborasi antara peneliti, penyuluh, petani, dan wirausahawan. Berbeda dengan

agro science park yang lebih pada wujud inovasi. Sedangkan pada tataran

produksi masaal dijalankan oleh penyuluh lapangan (PPL) dengan wujud

peningkatan produksi.

Gambar 1. Model Agro Tekno-Park (adaptasi Bozzo et al. 1999; FAO 2009; Vila dan

Pages 2008).

Balitbangtan

Pemerintah Daerah

Universitas

Entrepreneur

muda Inovasi pertanian

spesifik lokasi

: mekanisme pencipataan dan adopsi : mekanisme koordinasi

Page 10: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

6

Berdasarkan Gambar 1 dapat dikaji bahwa proses pembentukan agro

tekno-park di Provinsi Aceh berbasis kepada inovasi teknologi pertanian spesif

lokasi yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan dan Perguruan tinggi, sedangkan

pihak pemerintah daerah hanya sebagai pendukung dalam regulasi dan insentif-

insentif bagi entrepreneur yang siap untuk mengindustrikan teknologi pertanian

spesifik lokasi tersebut, dalam bentuk inkubasi bisnis yang berorientasi profit.

Dengan demikian hasil-hasil inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang

dihasilkan oleh Balitbangtan lebih berdaya guna untuk mencapai kemandirian

pangan dan perekonomian wilayah.

TSP adalah suatu wahana berbasis inovasi teknologi yang bertujuan untuk

menjembatani antara pelaku pencetak invensi, inovasi dan pengguna (Altunoğlu &

Bulgurcu Gürel, 2015), umumnya telah berbasis bisnis untuk meningkatkan

perekonomian regional dan daya saing bangsa (Soenarso et al., 2013; Zeng et al.

2011), karena telah melibatkan pengusaha dan tenan (Bank, 2015). Dari sisi

teknis pembangunan TSP mengacu (Etzkowitz et al. 2007). Dalam konteks dengan

Kementerian Pertanian, TSP diterjemahkan menjadi Taman Sains Pertanian yang

dibangun di Kebun Percobaan (KP), dan Taman Teknologi Pertanian (TTP) yang

dibangun di kabupaten dan lahan yang digunakan milik pemerintah daerah

(Kementerian Pertanian, 2015). Pembangunan TSP mengacu kepada konsep triple

helix (Gambar 1) yang pada intinya adalah pembangunan TSP berdasarkan empat

aktor utama yaitu akademisi, pemerintah, komunitas dan swasta (Kementerian

Pertanian, 2015).

Gambar 2. Konsep Triple Helix Pembangunan TSP (Kementerian Pertanian, 2015) adaptasi (M.Spolidoro, 2011; Soenarso et al., 2013)

Secara harfiah Taman Teknologi Pertanian adalah tempat untuk

pengembangan dan penerapan inovasi yang diarahkan berfungsi sebagai: a)

Page 11: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

7

pengembangan inovasi bidang pertanian dan peternakan yang telah dikaji, untuk

diterapkan dalam skala ekonomi; b) tempat pelatihan, pemagangan, pusat

disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas sehingga

dapat dikatakan bahwa Taman Teknologi Pertanian adalah suatu kawasan

implementasi inovasi yang telah dikembangkan pada TSP, berskala pengembangan

dan berwawasan agribisnis hulu-hilir yang bersifat spesifik lokasi dengan

kegiatannya meliputi: penerapan teknologi pra produksi, produksi, panen, pasca

panen, pengolahan hasil, dan pemasaran, serta wahana untuk pelatihan dan

pembelajaran bagi masyarakat serta pengembangan kemitraan agribisnis dengan

swasta.

Berdasarkan sisi internal Balitbangtan, pembangunan TTP bertujuan

sebagai pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan,

dan pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga penelitian,

swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi. Selain itu juga

sebagai pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis bagi masyarakat

luas. Fakta ini menunjukan bahwa secara kelembagaan Balitbangtan telah secara

jelas mengintroduksi sistem pembangunan TTP berbasis model triple helix yang

secara detail (Gambar 3) diilustrasikan oleh Gibson dalam Seong (2010). Pada

ilustrasi tersebut dapat dijelaskan bahwa pembangunan TTP berbasis kepada

kreativitas yang merupakan domain dari pencetak (invensi) teknologi seperti balai

penelitian komoditas serta perguruan tinggi melalui proses pembelajaran. Proses

pembelajaran yang dibangun tentunya membutukan metode yang secara umum

mencakup proses, mekanisme dan metrik. Basis ini pada dasarnya adalah aplikasi

dari pendekatan sistem (Parnell et al. 2011) yang dalam pelaksanaannya

menggunakan metode IDEF family (Suharman, 2014).

Gambar 3. Sistem triple helix yang menjadi konsep pembangunan TTP

Page 12: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

8

III. PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1 Pendekatan

Tahap awal kegiatan adalah bagaimana konsep pembangunan Taman

Teknologi Pertanian (TTP) di Provinsi Aceh dapat diwujudkan. Konsep

pengembangan TTP dirumuskan melalui diskusi mendalam (FGD) yang

merepresentasikan aktor utama yang terlibat yaitu Balitbangtan melalui Pusat

Penelitian berbasis komoditas, BPTP Aceh, perguruan tinggi (Universitas Syiah

Kuala, Malikulsaleh-Lhoksumawe dan Universitas Teuku Umar, Meulaboh),

Pemerintah daerah (Tingkat I dan II) dan beberapa entrepreneur (HIPMI provinsi

Aceh) serta Gapoktan yang sesuai dengan lokasi dan komoditas yang akan

dikembangkan. Tujuan dari tahap ini adalah penyatuan persepsi tentang komoditi

yang berpotensi untuk dikembangkan dan berdaya jual tinggi serta lokasi kegiatan

akan dilaksanakan yang tentunya berbasis scientific research based.

Pendekatan yang akan digunakan dalam pembangunan TTP di Provinsi

Aceh adalah pendekatan sistem (system approach) yang berorientasi pada

pencapaian tujuan (efektivitas), holistik dan sibernatik (Wasson, 2006; Parnell et

al. 2011). Justifikasi penggunaan pendekatan ini adalah muatan dari kegiatan TTP

yang dikembangkan berbasis integrasi beberapa inovasi-inovasi pertanian

komoditas spesifik lokasi Provinsi Aceh, serta multi-peran dari aktor yang terlibat.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pembanguan TTP ini memiliki kompleksitas yang

tinggi untuk pencapaian suatu tujuan.

Secara teknis prosesnya, pembangunan TTP berbasis pendekatan sistem.

Menurut Eriyatno (1998) dan Marimin (2009) dalam pendekatan sistem beberapa

tahap yang harus dilakukan adalah identifikasi sistem yang dikaji, analisis

kebutuhan, pemodelan sistem, uji coba (running), penyempurnaan model,

verifikasi dan validasi model. Wujud dari masing-masing tahapan ini berupa

diagram sebab-akibat (causal-loop diagram), input-output diagram, prototype

model (diagram, fisik dan matematik).

3.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Setelah ditentukan beberapa paket teknologi spesifik lokasi yang layak

secara tekniks dan bisnis untuk dikembangkan, tahap selanjutnya adalah

melakukan penentuan dimana purwarupa tersebut akan dibangun. Agar tetap

Page 13: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

9

fokus kepada kegiatan BPTP Aceh yang telah dikembangkan, purwarupa akan

dikembangkan di Kabupaten Aceh Selatan Laboratorium lapang (LL) pada dasarnya

adalah representasi dari TTP, walaupun belum ada kajian potensi bisnis (inkubasi

bisnis), sehingga kegiatan LL yang telah dikembangkan pada tahun 2014 lebih

berdaya guna dan lebih diperkuat potensi bisnisnya dan media pembelajaran bagi

siapa saja yang membutuhkan.

Dalam pencapaian tujuan dari kegiatan yang tentunya diperlukan justifikasi

yang kuat, mengenai dasar pelaksanaan kegiatan yang mencakup pemilihan lokasi,

aktor internal dan eksternal yang terlibat, metode yang digunakan (scientific

research based), pasar, ketersediaan air, jaringan listrik, komunikasi dan

transportasi. Pencapaian tujuan juga merujuk kepada output, outcame, benefit dan

dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang diilustrasikan secara detail pada

Gambar 4.

Gambar 4. Struktur pencapaian pembangunan Taman Teknologi Pertanian

Output

Lokasi, aktor internal dan eksternal, KTI, sarana dan prasarana

Teknologi, opsi pasar, model (fisik dan matematik), ketersediaan air

Identifikasi system

Obervasi lapang, model konseptual Focus grup discussion (FGD)

Model agro-tekno park berbasis ...

Dampak

Perbaikan ekonomi pelaku dan komunitas

Perbaikan lingkungan, peningkatan kapasitas peneliti dan penyuluh

Outcame

Peningkatan produksi, kapasitas penyuluh

Peningkatan keuntungan, kapasitas peneliti

Page 14: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

10

Secara teknis TTP lebih difokuskan pada pemberdayaan masyarakat

khususnya petani untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian sehingga lebih

kompleks karena dalam sistem yang terbuka dan melibatkan banyak stakeholders

termasuk mitra. Sedangkan TSP dilaksanakan dalam sistem yang lebih tertutup

yaitu di suatu lokasi/kebun percobaan milik Kementerian dengan tetap

terhubungkan dengan stakeholders terkait. Oleh karena itu, umpan balik yang

diperoleh atau permasalahan-permasalahan dalam implementasi inovasi yang tidak

dapat diselesaikan di lokasi TTP merupakan materi yang akan dikaji lebih lanjut

atau dilaksanakan di TSP.

3.3 Bahan dan Prosedur Pelaksanaan

Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan

pembangunan TTP Kota Jantho, Provinsi Aceh adalah sarana produksi pertanian

yang mencakup untuk komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan

perikanan. Secara garis besar mencakup benih padi, pupuk urea, KCl, SP-36 dan

NPK serta obat-obatan untuk penangulangan hama dan penyakit secara terpadu.

Untuk komoditas peternakan seperti bibit sapi, pakan hijauan, vitamin dan obat-

obatan. Bahan-bahan untuk tanaman perkebunan seperti bibit unggul kakao,

pupuk urea, NPK dan KCl, obat-obatan untuk penganganan hama dan penyakit

secara terpadu. Selain yang berhubungan dengan aktivitas intervensi teknologi,

kegiatan TTP Kota Jantho juga mencakup aktivitas pembangunan fisik seperti

pembangunan pagar keliling inti TTP, pembangunan toko tani, gapura dan

drainase sekitar inti TTP. Dari sisi diseminasi inovasi teknologi pertanian

menyangkut pembangunan display media diseminasi, pembenahan lanskap inti

TTP Kota Jantho.

Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan kegiatan TTP Kota Jantho tahun 2016 mengacu

kepada teknik pelaksanaan diseminasi yang telah dilaksanakan oleh Balitbangtan.

Prosedur mencakup hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan TTP Kota

Jantho tahun 2015. Dalam hal ini dilakukan analisis mendalam terhadap

pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan. Kemudian dilakukan diskusi

mendalam yang melibatkan seluruh tim dari Balitbangtan dan unsur teknis (dinas)

Page 15: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

11

terkait dari Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar. Kemudian menyusun

rencana pelaksanaan kegiatan TTP Kota Jantho.

Mengacu kepada teori dasar manajemen (plan, do, check dan act), setelah

pembentukan purwarupa, tentunya akan dilakukan evaluasi terhadap kegiatan

yang telah dilaksanakan, untuk penyesuaian beberapa kegiatan yang tidak sejalan

dengan tujuan yang dimaksud, agar pada tahap selanjutnya kegiatan dapat lebih

fokus dalam pencapaian tujuan. Beberapa kegiatan yang bersifat ilmiah (scientific

based) dilakukan untuk mengetahui tingkat capaian tujuan kegiatan dengan

melihat pencapaian indikator keberhasilan dari kegiatan TTP itu sendiri. Kegiatan

mencakup post test terhadap capaian tujuan TTP tahun 2015. Post-test dilakukan

dengan menggunakan metode survey dengan alat bantu kuesioner.

Penentuan responden secara purposive, dengan justifikasi bahwa calon

responden merupakan aktor pengambil kebijakan yang secara teknis menguasai

lingkup kegiatan. Selain itu dilakukan juga survey terhadap responden yang telah

ikut dalam baseline survey pada TTP 2015 untuk mengetahui level pencapaian

tujuan kegiatan TTP yaitu adopsi inovasi teknologi pertanian.

Pada tataran teknis, untuk mencapai peningkatan ekonomi regional dapat

dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan magang calon wirausaha muda pada

sektor pertanian. Pada tahun 2016, calon wirausaha muda digalakan, salah

satunya melalui kerjasama dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)

Provinsi Aceh (Gambar 5) serta dengan beberapa perguruan tinggi di Provinsi

Aceh, seperti Universitas Syiah Kuala, Universitas Malikulsaleh dan Universitas Al-

Muslim. Penjajakan kerjasama telah dilakukan pada triwulan pertama tahun 2016.

Diharapkan setidaknya pada tahun 2016, akan dihasilkan 3-5 calon wirausaha

muda di kawasan TTP Kota Janto.

Gambar 5. Penjajakan kerjasama BPTP Aceh dengan KNPI Prov. Aceh

Page 16: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, sistematika hasil dan pembahasan pada laporan akhir

kegiatan pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho mengacu

kepada instrument monev yang telah dilakukan oleh tim monev Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, yang diketuai oleh Prof (R)). Dr. Ahmad Suryana.

Instrumen berdasarkan indikator kinerja dari pembangunan TTP. Indikator kinerja

mencakup fungsi dari TTP yaitu berupa item penelitian/pengkajian inovasi

teknologi pertanian, pusat diseminasi, fungsi TTP sebagai mediasi, pemagangan,

pusat pelatihan calon wirausaha muda (capacity building), inkubasi/unit bisnis,

HAKI dan peran dari pemerintah daerah. Selain berbasis kepada indikator kinerja,

kegiatan TTP Kota Jantho berbasis/berciri pada sistem bio-industri dengan

komditas utama adalah padi-ternak.

4.1 Pembangunan Fisik

Pada tahun anggaran 2016, porsi pendanaan dari pembangunan TTP Kota

Jantho mengalami penurunan, pada tahun 2015, dana pembangunan TTP Kota

Jantho mencapai Rp.7,5 Milyar, akan tetapi pada tahun 2016 dialokasikan Rp. 4

Milyar. Dengan dinamika penggangaran, dilakukan pemotongan dan save bloking

anggaran untuk kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho, total pemotongan dan

save bloking sebesar Rp. 977.500.000. Item pemotongan dan save bloking berupa

belanja modal bangunan yaitu pembangunan toko tani, sedangkan belanja

peralatan dan mesin mencakup rice milling unit (RMU), computer jinjing (laptop)

dan meja computer.

Penurunan penggangaran ini, faktanya telah sesuai dengan road-map

pendanaan dari pembangunan TTP, yang semakin menyusut setiap tahunnya,

karena alokasi untuk pembangunan gedung, bangunan, peralatan dan mesin

semakin kecil. Selain itu, sesuai dengan instruksi Kementerian Keuangan, tentang

adanya pengurangan anggaran tahun berjalan, maka porsi pendanaan

pembangunan TTP Kota Jantho juga mengalami pengurangan secara bertahap.

Berdasarkan data pengurangan anggaran BPTP Aceh, sampai dengan pengurangan

Tahap ketiga, total pengurangan pendanaan pembangunan TTP Kota Jantho

mencapai Rp. 1.012.500.000, sehingga pagu akhir pembangunan TTP Kota Jantho

adalah Rp. 2.987.500.000 atau 74.68% dari pagu awal.

Page 17: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

13

Pada perencanaan awal pembangunan fisik untuk tahun anggran 2016, di

TTP Kota Jantho, mencakup pembangunan saluran drainase, gapura, tempat parkir

dan bundaran yang dilengkapi dengan ikon TTP Kota Jantho, juga sebagai foto

corner (Gambar 6 dan lampiran 1), pagar sekeliling TTP dan toko tani. Akan tetapi

karena adanya pengurangan anggaran untuk TTP Kota Jantho, maka

pembangunan toko tani dibatalkan (Save bloking), walaupun stakeholder yang

terlibat sangat mengharapkan agar pembangunan toko tani dapat dilanjutkan pada

tahun anggaran 2017, mengingat pentingnya bangunan ini untuk menunjang

aktivitas bisnis koperasi Babah Pinto dalam usaha bisnis penyediaan saran produksi

pertanian.

(1)

(2)

(3)

Gambar 6. Pengerasan jalan, pembangunan pagar dan Gapuran TTP Kota Jantho

Selain pada pembangunan fisik, pengurangan anggaran juga terjadi

penggadaan saran peralatan (mesin). Beberapa peralatan yang dibatalkan proses

pengadaannya antara lain mobil operasional, sarana angkut (viar-tiga roda), dan

rice milling unit (RMU). Pengadaan perlatan dan mesin yang masih bisa didanai

adalah pengadaan traktor, dengan total anggaran Rp. 360.000.00, AC standing

dan split untuk ruang diseminasi dan 1 unit computer PC. Secara teknis

pembatalan penggadaan RMU sangat disayangkan oleh stakeholder yang terlibat,

karena peran penting dari RMU untuk menghasilkan beras premium dan beras

Page 18: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

14

merah yang merupakan salah satu aktivitas bisnis yang sangat prospektif untuk

dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho. Dalam hal ini stakeholder yang

terlibat sangat berharap agar penggadaan peralatan RMU dapat dilanjutkan pada

tahun anggaran 2017.

4.2 Aktivitas Kelembagaan

Berdasarkan arahan dari tim monitoring dan evaluasi Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian serta buku panduan pelaksanaan pembangunan TSP dan

TTP, salah satu faktor kunci dari keberhasilan pembangunan TTP adalah aspek

kelembagaan. Pengertian kelembagaan di sini adalah suatu lembaga yang secara

teknis melaksanakan penggelolaan lembaga TTP itu sendiri. Aspek teknis

mendeskripsikan bahwa, aset-aset TTP yang telah diserahkan kepada pemerintah

daerah harus dikelola secara mandiri oleh suatu lembaga berbadan hukum, dalam

hal ini adalah koperasi.

Pada konteks dengan TTP Kota Jantho, inisiasi pembentukan lembaga yang

menggelola aset-aset TTP Kota Jantho berbasis bisnis (provit) telah dilakukan pada

saat awal pembangunan TTP Kota Jantho dimulai (Juli 2015). Pada tataran

operasioan konseptual pembentukan kelembagaan dilaksanakan pada kegiatan

Rapid Rural Apraisal (RRA) dan Baseline Survei. Kelembagaan tani yang ada di

kawasan TTP Kota Jantho adalah terdapat 1 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

dengan nama “Babah Pinto”, sedangan kelompok tani (Poktan) terdapat 7. Total

anggota Gapoktan mencapai 140 petani yang sebagian besar berasal dari Desa

Teureubeh.

Pada tahun 2016, aspek kelembagaan menjadi salah satu prioritas dalam

pembangunan TTP Kota Jantho. Kelembagaan yang dimaksud adalah penggelola

dari aset-aset TTP Kota Jantho dan dilaksanakan berbasis bisnis. Berdasarkan

hasil diskusi mendalam dengan beberapa tim ahli dari Balitbangtan serta dengan

para stakeholder, disepakati bahwa lembaga penggelola di TTP Kota Jantho adalah

koperasi, karena sesuai dengan dinamika dan tujuan dari pembangunan TTP itu

sendiri. Secara teknis, pembentukan kelembagaan koperasi juga didampingi oleh

salah satu konsultan yang berafiliasi dengan Dinas Koperasi, Usaha kecil dan

Menengah, Kabupaten Aceh Besar yaitu Pusat layanan Terpadu (PLUT) Kabupaten

Aceh Besar.

Page 19: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

15

Proses pembentukan koperasi dimulai dengan diskusi (Gambar 7) antara

anggota Gapoktan dan perangkat desa mengenai bentuk koperasi, jenis dan

lingkup usaha serta waktu pemilihan pengurus koperasi. Diskusi dilaksanakan di

ruang pertemuan BPP Kota Jantho, dipimpin oleh Kepala BBP Kota Jantho, M.

Amin, SP. Secara teknis pelaku sepakat bahwa cikal bakal pengurus koperasi

berasal dari anggota Gapoktan, akan tetapi yang membedakan ketua Gapokta dan

Poktan tidak boleh menjadi pengurus inti koperasi. Berdasarkan kesepakatan

bahwa pemilihan calon pengurus koperasi dilaksanakan pada pertengahan Bulan

April 2016, bertempat di Ruangan manajemen Taman Teknologi Pertanian Kota

Jantho.

Gambar 7. Diskusi awal pembentukan koperasi di TTP Kota Jantho

Proses pemilihan pengurus koperasi dilaksanakan pada pada tanggal 20

Agustus 2016, di ruang manajemen TTP Kota Jantho. Kegiatan di pimpin oleh Dr.

Rachman Jaya sebagai lokal koordinator pembangunan TTP Kota Jantho (BPTP

Aceh) dan sekretaris M. Amin, SP kepala BPP Kota Jantho, serta pengurus PLUT

Kabupaten Aceh Besar. Kegiatan juga dihadiri oleh perangkat Desa Teureubeh,

Ketua Gapoktan dan Ketua Poktan. Tahap awal pemilihan adalah penyampian

maksud dan tujuan pembentukan koperasi sebagai lembaga berbadan hukum yang

akan menggelola aset-aset TTP Kota Jantho berbasis bisnis.

Tahap selanjutnya adalah proses pemilihan yang dilakukan secara

demokratis. Secara aklamasi terpilih saudara Fahlupi sebagai ketua koperasi dan

Aji sebagai sekretaris. Tahap selanjutnya korum memberikan waktu selama dua

minggu kepada ketua dan sekretaris terpilih untuk membentuk kepengurusan

koperasi. Selain memilih pengurus koperasi, juga dibahas nama dari koperasi yang

dibentuk. Disepakati juga bahwa nama dari koperasi adalah Babah Pinto, yang

Page 20: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

16

merupakan ekspresi dari insane tani yang ada di kawasan TTP Kota Janto untuk

memasuki era pertanian modern, melalui program pembangunan TTP yang telah di

inisiasi oleh Kementerian Pertanian.

Sesuai dengan berjalannya waktu, proses pembentukan kelembagaan di

TTP Kota Jantho, yaitu Koperasi Babah Pinto memasuki pendaftaran di

Kementerian Koperasi dan Usaha kecil, dan Menengah, serta pembuatan akta

pembentukan koperasi yang dimaksud. Seluruh kegiatan pembentukan koperasi

difasilitasi oleh PLUT Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Koperasi dan Usaha kecil, dan Menengah Nomor: 001541/BH/M.KUKM.2/VI/2016,

tentang Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Pertanian Babah Pinto, tanggal 24

Juni 2016. Selain berdasarkan SK dari Men. KUKM, legalitas pembantukan

koperasi juga berdasarkan akta notaris Ika Susilawati, SH., M.Kn, yang beralamat

di Jalan Soekarno Hatta, Ruko Solong No. 7, Lampeneurut, Darul Imarah, Aceh

Besar, Telp. (0651) 46380, tentang akta pendirian Koperasi Pertanian Babah Pinto,

tanggal 16 Juni 2016 (Gambar 8 dan 9).

Gambar 8. Proses pimilihan pengurus koperasi TTP Kota Jantho

Gambar 9. Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha kecil, dan Menengah

Nomor: 001541/BH/M.KUKM.2/VI/2016, tentang Pengesahan Akta

Pendirian Koperasi Pertanian Babah Pinto, tanggal 24 Juni 2016

Page 21: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

17

Gambar 10. Akta Notaris tentang pendirian Koperasi Pertanian Babah Pinto

Tahap selanjutnya dan yang terpenting dari pasca pemilihan pengurus

Koperasi Babah Pinto adalah melakukan bimbingan teknis kepada pengurus

koperasi tersebut. Sesuai dengan konsep awal pembangunan TTP Kota Jantho,

bahwa untuk meningkatkan kapasitas pengurus koperasi, diperlukan bimbing

teknis dan berkala dari tim pelaksana TTP Kota Jantho, dalam hal ini adalah oleh

PLUT Aceh Besar. Hasil kesepakatan dengan tim monev Badan Litbang Pertanian

bahwa bimbingan teknis (Gambar 10) dilaksanakan oleh Pusat Layanan Usaha

Terpadu (PLUT) Kabupaten Aceh Besar. Pemilihan ini berkaitan erat dengan Tugas

dan Fungsi (Tupoksi) dari PLUT sebagai lembaga khusus yang menginduk kepada

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), untuk memperbaiki

dan meningkatkan kinerja koperasi di seluruh Indonesia.

Gambar 11. Bimbingan Teknis oleh PLUT untuk pengurus Koperasi Babah Pinto

Bimbingan teknis dilaksanakan setiap minggu sesuai dengan materi yang

telah disiapkan oleh tim pendamping PLUT. Sampai dengan Bulan Agustus 2016,

telah dilaksanakan bimbingan teknis sebanyak 8 kali, dengan materi (Tabel 1)

Page 22: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

18

pertemuan yang dimulai dengan dinamika kelompok, perencanaan usaha/bisnis,

pembukuan teknis dan manajemen sumberdaya manusia, masing-masing materi

dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Tahap selanjutnya adalah penggunaan

perangkat teknologi informasi dan exercise pengelolaan keuangan (cach-flow)

pada bidang penyediaan benih sumber padi bersertifikat dan penyediaan jasa

alsintan, yaitu pada peralatan traktor. Untuk tahun 2017, materi pelatihan akan

ditingkatkan pada penyusunan rencana bisnis untuk masing-masing sektor sesuai

dengan struktur organisasi yang telah disepakati oleh seluruh anggota Koperasi

Babah Pinto.

Tabel 1. Proses Bimbingan Teknis Bagi Pengurus Koperasi Babah Pinto

No. Materi Pelatihan Trainer/fasilitator Keterangan

1. Pembentukan koperasi Rachman Jaya+ Peserta anggota Gapoktan

Babah Pinto

2. Dinamika kelompok* Azhari** Peserta pengurus Koperasi

Babah Pinto

3. Perencanaan Usaha* Nonong** Peserta pengurus Koperasi

Babah Pinto

4. Penyusunan Buku Kas* Fiza** Peserta pengurus Koperasi

Babah Pinto

5. Manajemen Sumberdaya*

Manusia

Fiza/Nonong** Peserta pengurus Koperasi

Babah Pinto

Ket:+ (BPTP Aceh), ** (PLUT Aceh Besar), * Materi pelatihan dilaksanakan 2 kali pertemuan

4.3 Inovasi Teknologi Pertanian

4.3.1 Bidang Tanaman Pangan

Berdasarkan hasil diskusi mendalam dan FGD saat penyusunan komoditas

unggulan di kawasan TTP, ditetapkan bahwa komoditas unggulan untuk sub

tanaman pangan adalah padi sawah. Secara umum kegiatan dibagi menjadi dua

komponen yaitu berdasarkan pengembangan berbasis introduksi beberapa varietas

unggul baru (VUB) yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian melalui

Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2016,

fokus kegiatan bidang tanaman pangan adalah pada penyediaan benih padi

bersertifikat, budidaya Jamur Merang dan produksi beras premium. Akibat adanya

Page 23: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

19

pengurangan anggaran kegiatan produksi beras premium agak sedikit terhambat,

karena penggadaan rice milling unit (RMU) dibatalkan.

Secara umum, kegiatan utama pada bidang tanaman pangan adalah

kegiatan penangkaran yang pada dasarnya untuk mendukung usaha bisnis

penyediaan benih sumber padi. Kegiatan on-farm (Gambar 11) mencakup kegiatan

pra-produksi yaitu pembersihan saluran bersama dengan seluruh anggota

kelompok tani Babah Pinto (Gambar 12). Selanjutnya pada kegiatan produksi

berupa persemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, regouing, panen,

pasca panen dan pemasaran. Beberapa tahapan penting dan menjadi kunci

keberhasilan perbenihan padi yang harus dilakukan adalah regouing dan aktivitas

teknis lainnya berupa pemupukan dasar dan lanjutan tetap dilakukan.

Sertifikasi dilakukan oleh UPTD. Balai Sertifikasi Benih Daerah (BPSB). Luas

lahan yang digunakan untuk penyediaan benih sumber bersertifikat sekitar 8 Ha,

dengan melibatkan petani kooperator sebanyak 9 orang dengan target benih yang

dihasilkan berkisar 20 ton, varietas yang digunakan adalah Inpari 32, karena

berdasarkan hasil baseline survei dan kegiatan 2015, varietas inilah yang paling

banyak disukai oleh konsumen. Hasil kegiatan penangkaran benih padi secara

keseluruhan menghasilkan calon benih sumber sebanyak 24.887 ton, akan tetapi

yang mendapatkan sertifikasi hanya sebanyak 14.60 ton (Gambar 13), dengan

label unggu (label FS). Sisanya sebanyak 8 ton digunakan sebagai produk

konsumsi. Kegagalan menjadi benih sumber disebabkan oleh keterbatasan alat

pengering dan belum tersedianya lantai jemur, sedangkan musim panen terjadi

pada musim pengujan. Dalam hal ini, pihak koperasi menyarankan agar tahun

2017, dilakukan pembuatan lantai jemur. Sedangkan pembahasan cash-flow benih

sumber disajikan pada bagian inkubasi bisnis.

Gambar 12. Pasca pembersihan saluran bersama dengan anggota kelompok tani

Page 24: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

20

Gambar 13. Kondisi pertanaman padi untuk penyediaan benih bersertifikat

Gambar 14. Benih sumber padi produksi Koperasi Babah Pinto TTP Kota Jantho

Kegiatan pengkajian inovasi teknologi pertanian pada komoditas padi

sawah juga mencakup unsur non bisnis/diseminasi. Kegiatan non bisnis bertumpu

pada usaha penyebarluasan inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan

Litbang Pertanian. Varietas yang didiseminasi adalah Inpari 16 dan 30. Tujuan

utama dari kegiatan ini adalah menurunkan penggunaan Varietas Ciherang yang

telah lama digunakan, diduga varietas ini telah rentan terhadap serangan Blast dan

Hawar Daun Bakteri (HDB) sehingga sangat rentan untuk digunakan secara massal

saat ini. Secara produksi, juga telah terjadi peningkatan produktivitas (Gambar 14)

dari tahun ke tahun (sebelum dan sesudah kegiatan TTP), demikian juga dengan

implemantasi sistem jajar logowo, walaupun belum sepenuhnya sesuai dengan

petunjuk teknis.

Selain pada komoditas padi sawah, kegiatan inovasi teknologi pertanian

juga dilakukan pada budidaya Jamur Merang. Aktivitas ini dilakukan atas dasar

sistem bio-industri padi-ternak, dimana komoditas jamur merang dikembangkan

dari hasil samping (by-product) padi yaitu jerami. Inovasi teknologi tidak saja

dapat dilihat dari usaha budidaya, tetapi juga dapat dilihiat dari konstruksi

bangunan (kumbung) jamur yang telah dibuat di TTP Kota Jantho (Gambar 15).

Demikian juga dengan usaha penyediaan benih dari bibit jamur merang tersebut,

Page 25: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

21

yang sampai dengan saat ini masih harus didatangkan dari Pulau Jawa. Untuk

proses transfer teknologi produksi bibit jamur merang dibahas secara mendalam

pada sub-bab peningkatan sumberdaya manusia, melalui kegiatan pelatihan teknis

dan magang.

Gambar 15. Grafis perkembangan produktivitas dan aplikasi jajar legowo di

kawasan TTP Kota Jantho

Pemilihan komoditas ini dikarenakan potensi di kawasan TTP Kota Jantho

dari sisi bahan baku yang sangat besar, demikian juga dari sisi harga (demand).

Saat ini harga jual komoditas ini di Kota Banda Aceh berkisar antara Rp.50.000-

60.000/kg, umumnya konsumen produk ini adalah hotel-hotel dan swalayan utama

di Banda Aceh. Pada tahap awal dibangun kumbung atau tempat budidaya jamur

merang di inti TTP Kota Jantho. Sampai dengan saat ini proses pembangunan

kumbung. Konstruksi terbuat dari kayu dan bambu, sesuai dengan potensi lokal

yang ada. Pelatihan teknis budidaya jamur merang telah dilaksanakan (Gambar

16), dengan peserta dari petani, penyuluh, TNI AD yang ada di sekitar kawasan

TTP Kota Jantho.

Gambar 16. Konstruksi Pembangunan Kumbung Jamur Merang

Page 26: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

22

Gambar 17. Pelatihan Budidaya Jamur Merang

4.3.2 Bidang Hortikultura

Salah satu komoditas penting yang dikembangkan di kawasan TTP Kota

Jantho adalah hortikultura. Komoditas ini mengacu kepada pemenuhan kebutuhan

sayuran di kawasan. Beberapa komoditas tanaman sayuran antara lain: jagung

manis dan cabai (Gambar 17 dan 18). Pada tahun 2016, fokus utama dari bidang

hortikultura adalah kegiatan diseminasi (show window) inovasi teknologi pertanian,

terutama pada komoditas cabai merah dan jagung manis. Berdasarkan hasil review

dari tim monev Balitbangtan, untuk komoditas hortikultura pada TTP Kota Jantho

masih pada tahap diseminasi inovasi teknologi pertanian (kategori II), sehingga

kegiatan hanya difokuskan kepada kegiatan yang bersifat diseminasi, seperti

pembuatan demplot, denfarm, pelatihan teknis dan manajemen, bukan sebagai

usaha bisnis dari penggelola TTP Kota Jantho.

Secara teknis demplot yang dikembangkan mencakup budidaya tanaman

cabai merah, dengan introduksi teknologi berbasis good agriculture practices (GAP)

yang mengacu kepada usaha budidaya cabai yang sesuai dengan prinsip-prinsip

budidaya yang efektiv dan efisien serta ramah lingkungan. Introduksi teknologi

yang juga dilakukan adalah integrasi tanaman cabai dengan jagung manis, secara

teknis dengan jagung manis sebagai tanaman barrier yaitu sebagai penghambat

serangan hama dan penyakit. Diharapkan pada tahun 2017, inovasi teknologi cabai

merah di kawasan TTP Kota Jantho telah berbasis pada teknologi budidaya cabai

off-season. Selain itu komoditas ini juga merupakan salah satu komoditas strategis

pertanian, sehingga sangat penting untuk menjamin produksi, terutama untuk

konsomsi Banda Aceh.

Page 27: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

23

Dari sisi ekonomi, integrasi cabai merah dengan jagung manis tentunya

juga memberikan manfaat (nilai tambah) bagi petani, karena nilai jual jagung

manis di kawasan juga relatif tinggi, yakni berkisar antara Rp. 15.000-

20.000/bounch. Secara teknis kegiatan diseminasi budidaya cabai sesuai dengan

GAP di kawasan TTP Kota Jantho rata-rata menghasilkan 4.6 ton/ha. Nilai ini

tentunya masih jauh dari produktivitas rata-rata nasional yang mencapai 9 ton/ha.

Hal ini disebabkan oleh kekeringan yang melanda Provinsi Aceh. Hal ini

menyebabkan pasokan komoditas cabai menjadi terbatas, harga komoditas ini di

Banda Aceh bahkan telah mencapai Rp. 120.000/kg (September-November 2016).

Jika dikaji dari sisi ekonomi, hasil tersebut pada dasarnya petani tidak mengalami

kerugian, karena nilai jual yang tinggi. Hasil analisis R/C rasio kegiatan ini adalah

2.1 (Lampiran 2), yang menunjukkan bahwa secara ekonomis kegiatan ini masih

memberikan keuntungan bagi petani atau dengan kata lain layak untuk

dilaksanakan.

Berdasarkan hal ini, sangat disarankan pada tahun 2017, tim pelaksana

sebaiknya mengintroduksi tata kelola air untuk mengatasi masalah kekurangan air

di kawasan TTP, khususnya untuk komoditas hortikultura. Hal ini didukung oleh

tingkat ketersediaan air/sumber air yang tersedia sepanjang tahun di kawasan,

yang bersumber dari sungai Krueng Neng. Secara teknis komoditas cabai sangat

rentan terhadap masalah air, di mana hal ini akan menyebabkan tanaman menjadi

keriting, dan sangat sulit untuk diatasi. Demikian juga dengan serangan hama dan

penyakit, dalam hal ini juga sangat penting untuk introduksi pola manajemen

hama terpadu (integrated pest management) di kawasan TTP Kota Jantho.

Gambar 18. Salah satu lokasi pengembangan komoditas cabai merah

Page 28: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

24

Gambar 19. Tanaman jagung sebagai barrier bagi cabai merah

4.3.3 Bidang Peternakan

Selain tanaman pangan dan hortikultura, komoditas utama yang akan

dikembangkan pada kawasan TTP Kota Jantho adalah peternakan, dalam hal ini

fokus kepada ternak ruminansia (sapi). Sejak pertengahan tahun 2015, sampai

dengan saat ini kegiatan masih fokus kepada penyediaan hijauan. Introduksi

hijauan dilakukan di lahan seluas 2.5 ha, yang merupakan milik pemerintah daerah

Kabupaten Aceh Besar. Secara prinsip, lahan dapat dikembangkan untuk model

penyediaan pakan (hijauan) kegiatan peternakan di kawasan TTP Kota Jantho.

Fokus kegiatan ini telah sesuai dengan rekomendasi tim Monev Badan

Litbang Pertanian, bahwa untuk bidang peternakan fokus utama pada tahun

pertama dan kedua adalah pemenuhan pakan hijauan (Gambar 19), melalui

introduksi beberapa leguminosa. Salah satu lokasi yang menjadi sentra introduksi

adalah kandang komunal (Gambar 20) miliki Bapak Jailani yang terletak di Dusun

Paya Sukun. Pada kandang ini telah dikandangkan beberapa jenis sapi seperti

Aceh, Bali dan Brahman dengan jumlahk mencapai 88 ekor. Sedangkan untuk

penggemukan dilakukan pada kandang khusus dengan jumlah sapi di inti TTP Kota

Jantho dengan kapasitas mencapai 16 ekor/kandang. Untuk pemenuhan pakan,

peternak melakukan penanaman disekitar kandang komunal berupa rumput gajah.

Secara teknis, pengembangan model kandang komunal yang telah di

inisiasi oleh tim peternakan TTP Kota Jantho, bekerjasama dengan beberapa

institusi peternakan lingkup Badan Litbang Pertanian dan Dinas Peternakan

Kabupaten Aceh Besar telah berjalan dengan baik, beberapa kendala di lapangan

yang saat ini dihadapi adalah klaim beberapa masyarakat terhadap lahan milik

pem.kab Aceh Besar yang digunakan, dalam hal terdapat perbedaan terhadap

Page 29: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

25

status tanah tersebut. Akan tetapi, permasalah tersebut telah mampu ditangani

melalui musyawarah antara dinas penggelolaan aset dan kekayaan Kabupaten

Aceh Besar, dengan pemilik serta warga Desa Teureubeh. Hal terpenting dari

kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2016, adalah beberapa hijauan yang

telah ditanam mampu tumbuh dengan baik, tinggal bagaimana replikasi dari

pertanaman tersebut, tentunya dengan melibatkan peternak di kawasan TTP Kota

Jantho serta Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Besar.

Pada tahun 2017, kegiatan peternakan akan fokus kepada replikasi hijauan

dilahan milik peternak, optimalisasi kandang yang berada di inti TTP, melalui

beberapa kegiatan hilir, misalnya diseminasi biogas, biourine, mineral block serta

beberapa produk olahan seperti sosis dan bakso. Model kandang komunal akan

mengggunakan ternak milik peternak di kawasan, karena sampai dengan saat ini

ternak dilepas bebas, sehingga banyak yang masuk ke pemukiman warga, yang

secara estetika sangat menggangu warga. Sistem yang akan digunakan adalah

ternak yang akan dikandangkan tetap dikelola oleh pemiliknya, dengan

memanfaatkan pakan yang tersedia di sekitar model kandang komunal. Hal

penting lainya adalah, manajemen perkawinan ternak yaitu diberlakukannya sistem

carry-over terhadap pejantan, sehingga kasus-kasus inbreeding dapat dikurangi

untuk meningkatkan kualitas sapi bakalan.

Gambar 20. Kondisi leguminosa untuk pakan ternak

Gambar 21. Model Kandang Penggemukan

Page 30: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

26

4.3.4 Kegiatan Bisnis

4.3.4.1 Penyediaan Benih Sumber Padi

Berdasarkan hasil diskusi mendalam dengan seluruh tim TTP Kota Jantho

dan masukan dari stakeholder pada FGD, ditetapkan bahwa bisnis inti dari

kegiatan TTP Kota Jantho adalah usaha penyediaan benih padi sawah bersertifikat,

gogo bersertifikat, padi beras premium dan penyediaan bibit jamur merang. Akan

tetapi yang telah berjalan secara bisnis faktual adalah penyediaan benih sumber

untuk padi sawah. Pada dasarnya kegiatan berbasis penangkaran benih padi.

Petani koperator yang terlibat telah dilatih pada akhir tahun 2015, kegiatan

pelatihan mencakup perbaikan teknis perbenihan dan teknis penangkaran benih

padi. Teknis pelaksanaan bisnis penyediaan benih sumber secara penuh dikelola

oleh Koperasi Babah Pinto, yang secara kelambagaan telah terbentuk, sedangkan

proses sertifikasi dilakukan oleh Balai Pengawas Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi

Aceh.

Petani kooperator yang terlibat dalam pelaksanaan bisnis penyediaan benih

sumber padi di kawasan TTP Kota Jantho berjumlah 9 orang, dengan luas lahan

yang digunakan mencapai 8 Ha, Varietas yang digunakan adalah Inpari 32 dengan

sistem tanam Jajar Legowo, label benih yang dihasilkan adalah unggu (FS). Total

produksi yang dihasilkan dari kegiatan penangkaran untuk kegiatan bisnis

penyediaan benih sumber padi adalah 24.887 ton, sedangkan yang lolos sertifikasi

sebesar 14.60 ton (Gambar 21), dilain pihak calon benih yang gagal sertifikasi

sebesar 8 ton. Proses bisnis terjadi ketika benih yang telah dilakukan laku dijual

dengan harga Rp.8.000/kg, sehingga didapatkan pendapatan kotor sebesar

Rp.116.800.000, calon benih yang gagal menjadi benih dijual untuk konsumsi

dengan harga Rp. 4.700/kg, sehingga didapatkan pendapatan kotor sebesar Rp.

37.600.000, Total pendapatan penyediaan benih sumber adalah Rp. 154. 400.000.

Dengan biaya produksi sebesar Rp. 44.000.000. Total pendapatan bagi koperasi

Babah Pinto adalah Rp. 110.000.000, yang sepenuhnya menjadi modal usaha

koperasi tersebut. Secara lengkap perhitungan bisnis (cash-flow) kegiatan bisnis

penyediaan benih dapat dilihat pada Lampiran 3.

Berdasarkan hasil monev tim dari Badan Litbang Pertanian dirumuskan

bahwa fokus utama dari kegiatan bisnis TTP Kota Jantho adalah komoditas padi,

Page 31: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

27

akan tetapi berdasarkan perencanaan bisnis yang telah disusun dan disarankan

oleh tim, bahwa yang paling mungkin dilaksanakan saat ini adalah penyediaan

benih sumber padi sawah dan diharapkan pada tahun selanjutnya dilakukan juga

penyediaan benih sumber untuk padi gogo, karena besarnya potensi Provinsi Aceh

terhadap pengembangan padi gogo, di lain pihak ketersediaan benih padi ini yang

memenuhi kriteria sebagai benih sangat terbatas. Berdasarkan hal tersebut, sangat

dimungkinkan untuk menjadi kawasan TTP Kota Jantho menjadi sentra produksi

benih sumber padi untuk Provinsi Aceh.

Gambar 22. Contoh pra produksi benih padi

Secara teknis, hal paling mendasar dari pengembangan bisnis penyediaan

benih padi bersertifikat adalah aspek pemasaran. Untuk itu peran dari

pendamping koperasi Babah Pinto menjadi sangat penting, agar produksi benih

sumber yang dihasilkan oleh TTP Kota Jantho dapat diserap oleh pasar dengan

harga yang bersaing, dengan pihak kompetitor. Pelatihan dan magang bagi

pengurus koperasi untuk aspek ini sangat dibutuhkan agar mereka mampu secara

mandiri menjalankan bisnis penyediaan benih sumber secara berkelanjutan.

Berdasarkan hasil diskusi mendalam dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Kabupaten Aceh Besar, bahwa pada tahun anggaran 2016, tersedia dana untuk

penyediaan benih padi bersertifikat yang nilainya mencapai Rp. 20 milyar,

sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk penyerapan benih padi yang telah

dihasilkan oleh TTP Kota Jantho dan Koperasi Babah Pinto. Hal inilah yang harus

ditindaklanjuti oleh penggelola dalam aspek pemasaran benih yang telah

dihasilkan.

Page 32: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

28

4.3.4.2 Penyediaan Jasa Alsintan

Selain berbasis kepada penyediaan benih sumber padi, aktivitas bisnis di

TTP Kota Jantho juga pada penyediaan jasa alsintan, dalam hal ini penyediaan alat

dan mesin pertanian traktor. Traktor (Gambar 22) yang digunakan dalam jasa

alsintan adalah milik TTP Kota Jantho yang diadakan melalui mekanisme

pendanaan APBN, yaitu pada tahun 2015 dan 2016. Dengan luasan mencapai

lahan produktif mencapai 400 ha, tentunya sangat dibutuhkan pengolahan tanah

dengan menggunakan alsintan, selain itu ketersediaan alat ini untuk di kawasan

TTP Kota Jantho juga sangat terbatas, sehingga untuk aplikasi teknoloogi sistem

tanam serempak sangat sulit untuk dilakukan. Dengan adanya traktor sebanyak 2

unit dari penggadaan TTP Kota Jantho, setidaknya kebutuhan jasa alsintan untuk

pengolahan lahan di kawasan TTP dapat dipenuhi.

Gambar 23. Unit bisnis TTP Kota Jantho berupa penyediaan jasa alsintan

Dari aspek bisnis, penyediaan jasa alsintan berupa traktor untuk kawasan

TTP Kota Jantho dilakukan dengan sistem sewa. Seluruh aktivitas bisnis

dilaksanakan oleh Koperasi Babah Pinto, mekanisme sewa yang ditempuh terdiri

dari tunai (cash) dan non-tunai, dimana pembayaran dilakukan setelah kegiatan

panen selesai (sistem yarnen). Untuk tunai, biaya sewa ditentukan sebesar Rp.

125/meter, sedangkan sistem yarnen petani dikenakan sewa sebesar Rp.

150/meter. Nilai ini sebenarnya masih dibawah harga rata-rata sewa traktor di

Kecamatan Aceh Besar yang mencapai Rp. 200-250/meter. Sistem pembagian hasil

yang dilaksanakan oleh Koperasi Babah Pinto adalah setiap penerimaan jasa

alsintan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu untuk operator, operasional dan sisanya

untuk koperasi.

Page 33: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

29

Pada musim tanam Oktober – Maret (2016/2017), kegiatan penyediaan

jasa alsintan telah dilaksanakan secara bisnis. Total lahan yang dapat diusahakan

dengan menggunakan 2 traktor sebesar 18 Ha, sistem sewa sepenuhnya dengan

menggunakan sistem yarnen. Berdasarkan hal ini dapat diprediksi pendapatan

kotor koperasi sebesar Rp. 27.000.000, dengan kata lain pendapatan bersih

koperasi sebesar Rp. 9.000.000. Jika dilihat dari nilai utilisasi dari traktor yang

digunakan, tentunya masih sangat rendah dibandingkan dengan nilai kapasitas

utilisasi traktor, sehingga sangat diperlukan untuk meningkatkan utilitas kedua

traktor tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, pada tahun selanjutnya sangat diperlukan

peningkatan sumberdaya manusia pengurus koperasi, terutama dalam utilitas

traktor, sehingga nilai ekonomis dari alat tersebut dapat dipertahankan. Dalam hal

ini peran PLUT sebagai tenaga pendamping untuk meningkatkan pengurus

koperasi terutama pada divisi jasa alsintan. Peningkatan utilitas traktor sangat

diperlukan karena jika asumsi tanam serentak dapat dilaksanakan di Kabupaten

Aceh Besar, maka utilitas traktor harus ditingkatkan, dalam hal ini dapat

ditingkatkan sampai 2 kali lipat di utilitas sekarang.

4.3.5 Pengembangan Sumberdaya Manusia

Selain fokus kepada pembangunan fasilitas fisik, kajian inovasi teknologi

pertanian, diseminasi, inkubasi bisnis dan kelembagaan, pada kegiatan TTP Kota

Jantho juga dilakukan peningkatan kapasitas pelaku TTP, dalam hal ini adalah

petani, penyuluh, pengurus koperasi, calon wirausaha muda, TNI AD. Fokus

peningkatan kapasitas yaitu pada penguasaan teknologi budidaya, pasca panen,

pemasaran, pemanfaatan nilai sisa (by product) dan kelembagaan pada masing-

masing bidang (komoditas).

Jika dikaji dari indikator utama pembangunan TTP, maka inisiasi wirausaha

muda bidang pertanian menjadi yang utama, sedangkan jika diperdalam dengan

mengkaji salah satu tujuan pembangunan TTP yaitu meningkatkan ekonomi

wilayah, maka indikator inisiasi wirausaha muda menjadi yang utama. Pada tahun

anggaran 2016, fokus utama pembangunan TTP Kota Jantho adalah pembentukan

kelembagaan yang akan menjadi penggerak utama aktivitas bisnis yang ada di

kawasan TTP Kota Jantho. Basis utama pembentukan kelembagaan adalah

Page 34: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

30

berdasarkan sumberdaya manusia yang ada di kawasan yaitu Desa Teureubeh dan

sekitarnya, selain itu juga berbasis kalangan anak muda (21-35 tahun).

Secara teknis, pembentukan kelembagaan melalui proses yang panjang,

yaitu diskusi mendalam dengan tokoh masyarakat (tuha-peut), kepala desa

(geuchik), Tengku Imeum Meunasah (Langgar), Kepala Balai Penyuluh Pertanian,

Kepala BPTP Aceh serta Dinas Koperasi, Usaha kecil dan Menengah Aceh Besar.

Berdasarkan hal tersebut disepakati kelembagaan di TTP Kota Jantho adalah

Koperasi Pertanian. Tahap selanjutnya adalah melakukan pemilihan pengurus

koperasi tersebut (lihat bab kelembagaan).

Pada bagian ini dibahas aspek pengembangan sumberdaya manusia, dalam

hal ini mengacu kepada kapasitas pengurus koperasi Babah Pinto. Tim teknis

kelembagaan TTP Kota Jantho, terdiri dari tim pelaksana pembangunan dan

didampingi oleh konsultan dari lingkup Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Aceh Besar yaitu Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). Konsultan ini khusus

menjadi pendamping beberapa koperasi yang ada di Aceh Besar. Kemampuan

teknis konsultan sangat baik untuk membantu pengurus koperasi menjalankan

sistem perkoperasian. Materi pelatihan yang dilaksanakan oleh konsultan

mencakup pengembangan sumberdaya manusia (Gambar 23) yang dikaji dari

berbagai aspek (lihat Tabel 1).

Gambar 24. Pelatihan peningkatan kapasitas pengurus koperasi

Selain pada peningkatan kapasitas pengurus koperasi, peningkatan

sumberdaya manusia melalui pelatihan berbasis komoditas. Berdasarkan hasil dan

masukan tim Monev Badan Litbang Pertanian, faktor penciri TTP Kota Jantho

adalah model bioindustri berbasis integrasi komoditas padi sawah dan ternak

(sapi). Salah satu komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangan adalah

jamur merang, karena tingginya permintaan di Banda Aceh, serta secara langsung

Page 35: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

31

merupakan bagian dari sistem bioindustri berbasis padi-ternak di kawasan TTP

Kota Jantho.

Untuk meningkatkan kapasitas petani dan penyuluh di kawasan TTP, telah

dilakukan beberapa pelatihan budidaya jamur merang (Gambar 24) termasuk juga

materi konstruksi pembuatan kumbung jamur merang. Selain pada budidaya jamur

merang, pada dasarnya hal terpenting dari komoditas ini adalah penyediaan bibit

jamur tersebut. Sampai dengan saat ini para petani jamur merang di seluruh

Provinsi Aceh mendatangkan bibit jamur merang dari beberapa wilayah di Provinsi

Jawa Barat. Untuk itu juga telah dilakukan pelatihan pembuatan bibit jamur

merang (Gambar 25) dengan instruktur Dr. Iwan Saskiawan dari Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Gambar 25. Dokumentasi pelatihan budidaya Jamur Merang

Gambar 26. Pemateri Dr. Iwan Saskiawan pelatihan pembibitan jamur merang

Selain berbasis pada tanaman pangan, kegiatan peningkatan sumberdaya

manusia melalui beberapa pelatihan teknis di kawasan TTP Kota Jantho juga

menyangkut komoditas lainnya, seperti hortikultura, peternakan dan perikanan,

walaupun hasil penilaian tim monev Balitbangtan bahwa untuk komoditas

hortikultura berupa cabai merah, jagung manis dan beberapa tanaman sayuran

lainnya masih pada kategori diseminasi. Dalam hal ini bermakna untuk aktivitas

bisnis dari komoditas ini belum dapat dilaksanakan, karena keterbatasan aspek

Page 36: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

32

teknis dan pasar. Diseminasi yang dimaksud adalah penyebarluasan inovasi

teknologi Badan Litbang Pertanian.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh petani hortikultura, terutama

cabai merah adalah tingginya serangan hama dan penyakit. Berdasarkan laporan

dari pengamat hama dan penyakit Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Aceh Besar, bahwa di kawasan TTP Kota Jantho, tingkat kegagalan

produksi cabai merah mencapai 60% akibat serangan hama dan penyakit, untuk

itu dilakukan pelatihan teknis penggunaan agensia hayati pada tanaman

hortikultura (Gambar 26). Fasilitator dalam pelatihan adalah penyuluh bidang

hama dan penyakit, Firdaus, SP, MP., sedangkan peserta umumnya berasal dari

para petani, penyuluh dan praktisi di kawasan TTP Kota Jantho.

Gambar 27. Dokumentasi pelatihan penggunaan agensia hayati pada komoditas

hortikultura

Secara teknis, pasca pelatihan didapatkan masukan bahwa umumnya

petani masih belum menggunakan agensia hayati dalam pengendalian hama dan

penyakit pada tanaman cabai merah mereka, selama ini masih menggunakan

insektisida, fungisida berbahan dasar kimia. Pasca pelatihan juga diketahui

pengetahuan petani dan penyuluh tentang penggunaan agensia hayati meningkat

30%, dan harapan mereka nantinya dapat menurunkan tingkat serangan hama

dan penyakit serta biaya produksi.

Pelatihan lainnya yang sangat mendukung aktivitas pertanian di kawasan

TTP Kota Jantho adalah, pelatihan pembuatan pupuk organik dan pengolahan

pangan (Gambar 27). Pelatihan pembuatan pupuk organik sangat penting untuk

Page 37: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

33

dilaksanakan, karena hasil dari kajian dari Balai Penelitian Tanah, menunjukkan

bahwa telah terjadi kejenuhan lahan sawah yang ada di kawasan akibat tingginya

penggunaan pupuk anorganik dalam waktu yang lama. Di lain pihak di kawasan

TTP Kota Jantho banyak terdapat ternak sapi, yang kotoranya dapat dijadikan

pupuk organik melalui teknologi fermentasi sederhana. Diharapkan dengan

pelatihan ini tingkat penggunaan pupuk organik pada lahan di kawasan dapat

ditingkatkan dan penurunan daya dukung lahan dapat ditingkatkan.

Gambar 28. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik di TTP Kota Jantho

Berdasarkan hasil monev dari tim Balitbangtan, dihasilkan dan disarankan

bahwa otomisasi kegiatan bioindustri berbasis padi-ternak di TTP Kota Jantho

adalah peningkatan sumberdaya manusia terutama adalah pada aspek perbenihan

padi, karena secara teknis petani penangkar sudah mampu melaksanakan kegiatan

penangkaran, diharapkan TTP Kota Jantho nantinya akan menjadi sentra produksi

dan penyediaan benih sumber. Pada tahun 2017, pada kegiatan penangkaran juga

menyangkut aspek benih padi gogo. Fakta ini didasarkan pada besarnya potensi

lahan kering dan tadah hujan di Kabupaten Aceh Besar dan Provinsi Aceh dan

secara teknis petani penangkaran telah mampu melaksanakan kegiatan

penangkaran, walaupun mereka belum pernah melaksanakan, sehingga sangat

dibutuhkan pelatihan penangkaran benih padi gogo untuk ekspansi bisnis benih

padi di kawasan TTP Kota Jantho.

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Teurebeh terdiri dari lima dusun yaitu Dusun Gampong, Blang Daroh,

Paya Sukun, Iom dan Care dengan jumlah KK masing-masing 26, 27, 32, 150, dan

120 KK. Mata pencaharian utama penduduk adalah dari usahatani padi, menjadi

buruh tani dan non tani, berdagang, dan lainnya. Pada umumnya petani yang

Page 38: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

34

memiliki lahan sawah adalah penduduk yang bermukim di tiga desa pertama.

Penduduk di dua desa terakhir yaitu Desa Iom dan Care, kalaupun mereka

memiliki lahan hanya berupa lahan pekarangan dan perkebunan di pinggiran

hutan. Oleh karena itu, penduduk yang bermukim di Desa Iom dan Care bekerja di

sawah sebagai penggarap dengan sistem bagi hasil. Pemilik lahan sawah garapan

berasal dari dalam dan luar desa.

Kegiatan usahatani padi tidak hanya menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga, tetapi juga dari luar keluarga khususnya pada kegiatan menanam,

menyiang, panen dan pasca panen. Dengan demikian, tenaga kerja dari luar desa

harus didatangkan khusus untuk kegiatan tanam, panen dan pasca panen karena

musim tanam yang sama. Keterlibatan tenaga kerja wanita pada usahatani padi

mencapai 50 persen, sedangkan pada kegiatan jasa, perdagangan dan buruh non-

tani masing-masing 33 persen, 25 persen dan nol persen.

Keterbatasan tenaga kerja, kelangkaan pupuk saat dibutuhkan,

ketidaktepatan penyediaan benih dan banyaknya saluran irigasi yang rusak

menyebabkan jadwal musim tanam rendeng menjadi lebih lama, yaitu dari bulan

Oktober sampai Maret. Kondisi ini menyebabkan waktu bera saat musim tanam

ketiga hanya tersisa dua bulan. Pada saat itu sawah digunakan untuk

menggembala sapi dan kerbau yang dikenal dengan istilah lokal sebagai saat “luah

blang”. Pada kondisi ini, jika ada penduduk yang bercocok tanam di lahan sawah,

harus melakukan pemagaran.

Di Desa Teureubeh tidak tersedia kelembagaan pasar input. Untuk

memperoleh input usaha pertanian, masyarakat membeli di Ibukota Kabupaten

yang berjarak 2- 4 Km dan di Kecamatan Seulimum yang berjarak sekitar 14 Km.

Produk pertanian padi umumnya dijual dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP).

Penjualan dilakukan di luar kecamatan (Seulimum) karena ada keterikatan hutang

saat pengadaan sarana dan biaya produksi usahatani padi. Umumnya sumber

modal usahatani padi petani berasal dari pedagang input-output yang ada di luar

kecamatan dengan sistem pembayaran saat panen (yarnen).

Sampai dengan pertengahan tahun kedua pelaksanaan pembangunan TTP

Kota Jantho, dari sisi sosial ekonomi beberapa hal mendasar yang dapat

disampaikan adalah adanya peningkatan hasil (take home pay) petani, karena

meningkatkanya produktivitas tanaman padi sawah dari 6 ton/ha menjadi 6.5-7

ton/ha. Peningkatan ini salah satunya adalah akibat dari pembangunan beberapa

Page 39: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

35

infrastruktur penunjang, seperti perbaikan saluran irigasi dan pembanguan jalan

usaha tani.

Gambar 29. Perbaikan saluran drainase di kawasan TTP Kota Jantho

Selain pada aspek teknis, perkembangan sosial ekonomi di kawasan TTP

Kota Jantho adalah penggunaan 2 traktor dalam pengolahan lahan persawahan di

kawasan. Traktor tersebut merupakan penggadaan dari pembangunan TTP Kota

Jantho, dengan adanya 2 traktor tersebut membuat sistem pengolahan lahan di

kawasan menjadi lebih cepat, yang berujung pada adanya penghematan waktu

(saved time) bagi petani, serta penggunaan buruh tani dalam hal ini adalah petani

setempat dapat menggunakan waktu tersebut dengan kegiatan positif pertanian

lainya, misalnya mencari tambahan penghasilan dengan usaha hortikultura,

memilihara unggas sehingga meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu

dengan penggunaan traktor biaya pengolahan lahan dapat diturunkan sampai

30%, dibandingkan dengan sewa traktor milik Pemerintah Daerah Aceh Besar yang

harus didatangkan dari luar kecamatan.

4.5 TTP Kota Jantho sebagai Site Pekan Pertanian Daerah

Selain sebagai pusat transfer teknologi dan wahana bagi calon wirausaha

muda, pada Bulan Juli TTP Kota Jantho juga menjadi salah satu site kunjungan

bagi peserta Pekan Pertanian Daerah (Gambar 29 dan 30). Pekan Pertanian

Daerah merupakan ajang pertemuan bagi seluruh insan pertanian yang ada di

Provinsi Aceh untuk membahas dan sarana pertukaran informasi inovasi teknologi

pertanian terkini. Pekan Pertanian Daerah melibatkan lebih dari 2000 insan

pertanian se-Provinsi Aceh. Khusus untuk site kunjungan ke TTP Kota Jantho,

jumlah peserta mencapai 50 orang, dengan aktivitas melihat dan berdiskusi

tentang deskripsi program TTP, tujuan dan misinya. Hal yang sangat penting dari

kegiatan ini adalah antusiasi peserta mengenai program TTP yang berorientasi

Page 40: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

36

kepada usaha bisnis pertanian dan sebagai wahana pelatihan, magang dan

inkubasi bisnis dengan target wirausaha muda.

Gambar 30. Kepala BPTP, Ir. Basri AB, M.Si memberikan sambutan pada kegiatan

PEDA di TTP Kota Jantho

Gambar 31. Peserta PEDA di TTP Kota Jantho

Selain itu pada tahun tanggal 5-11 Mei 2017, akan dilaksanakan kegiatan

Pekan Pertanian Nasional (PENAS) yang berpusat di kawawan Stadion Harapan

Bangsa, Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Pada kegiatan ini akan dihadiri oleh

seluruh insan pertanian Indonesia. Dalam hal ini, Taman Teknologi Pertanian (TTP)

Kota Jantho juga akan menjadi salah satu site kunjungan bagi peserta kegiatan

tersebut. Fokus kunjungan mencakup Gelar Teknologi (Geltek) tanaman padi

dengan sistem Jarwo Super, luas kawasan sekitar 5 Ha penanggung jawab

kegiatan kegiatan ini adalah Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Badan Litbang

Pertanian. Pada inti TTP akan menjadi pusat kunjungan peserta widyawisata Penas

bersama dengan Kebun Percobaan Gayo.

Page 41: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

37

V. ORGANISASI PELAKSANAAN TTP KOTA JANTHO

5.1. Organisasi Pelaksana

Strategi yang digunakan dalam pengembangan program TTP adalah

pengembangan komunitas secara terintegrasi (integrated community

development) dengan mensinergikan antara alam, masyarakat, dan inovasi, serta

mengimplementasikan sistem pertanian terpadu (integrated farming system).

Dalam percepatan proses penerapan, adopsi, dan masalisasi serta peningkatan

nilai tambah inovasi, melibatkan empat komponen pelaku pembangunan pertanian

yaitu kelompok akademisi (Academician), swasta (Bussiness), pemerintah

(Government), dan komunitas (Community).

Untuk TTP Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar, pada tahun 2016

penanggung jawab pembangunan adalah Kepala Balai Besar Penelitian Padi

Sukamandi dan Pelaksana di lapangan dilakukan oleh Kepala Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh serta dibantu oleh para peneliti dari pusat dan

balai penelitian (Gambar 31dan Tabel 2) antara lain: Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian Bogor, BB Pasca Panen Bogor, BB Sumberdaya Lahan

Pertanian Bogor, BB Padi Sukamandi, Balit Klimat Bogor, Balitri Pakuwon, Balitkabi

Malang, Balitbu Solok, Balitsa Brastagi, Sub Balitnak Sei Putih Deli Serdang.

Kegiatan ini didukung oleh Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Besar, Universitas

Syiah Kuala, Universitas Al Muslim-Bireuen, Universitas Malikulsaleh-Lhoksumawe

dan unsur pemerintahan lain baik pusat maupun provinsi.

Pihak swasta diharapkan terlibat untuk dapat melakukan kerjasama

kemitraan usaha dengan masyarakat di TTP dengan asas saling menguntungkan

dan target untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur swasta tidak

harus dari luar desa, tetapi bisa juga menciptakan dari SDM lokal yang dilatih dan

didampingi agar jiwa kewirausahawannya menjadi meningkat. Perlu diketahui

bahwa secara sosiologis umumnya masyarakat Aceh memiliki jiwa wirausaha yang

tinggi.

Kegiatan pengembangan TTP yang pembangunannya diinisiasi Badan

Litbang Pertanian (Balitbangtan)-Kementerian Pertanian dengan pola pendanaan

yang makin menurun, selanjutnya setelah berjalan tiga tahun akan menjadi

tanggungjawab Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Aceh

Page 42: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

38

Besar. Namun demikian kegiatan pendampingan akan tetap dilakukan oleh

Balitbangtan melalui BPTP Aceh.

Secara teknis, pelaksanaan pembangunan TTP pada tahun 2017 harus

mengacu kepada struktur organisasi pelaksana TTP Kota Jantho, dimana sampai

dengan laporan akhir ini disusun draft struktur organisasi masih ditelaah oleh tim

dari biro hukum pemerintah daerah Aceh Besar, sedangakn struktur seperti pada

Gambar 31 masih bersifat draft yang sangat mungkin untuk dilakukan penyesuaian

oleh Bupati Aceh Besar, sebagai pihak yang menandatangani (mensahkan) struktur

organisasi TTP Kota Jantho.

Keterlibatan Bupati Aceh Besar dalam penyusunan dan pensahan struktur

organisasi pelaksana TTP Kota Jantho, erat kaitanya dengan penyerahan aset dan

pelaksanaan TTP Kota Jantho pada tahun 2018, hal ini telah sesuai dengan

kesepakatan antara Kementerian Pertanian dengan Pemerintah Daerah Aceh Besar

(MOU TTP). Secara legalitas keterlibatan pihak pemerintah daerah tidak saja pada

aspek teknologi dan operasional, tetapi juga menyangkut aspek pendanaan dan

pendampingan teknis kepada penggelola TTP, yaitu Koperasi Babah Pinto. Selain

itu salah satu indikator kinerja dari pembangunan TTP adalah bagaimana peran

pemerintah daerah dalam pelaksanaan atau kegiatan operasional pasca

penyerahan (exit startegy) dari Kementerian Pertanian ke Pemerintah Daerah Aceh

Besae.

Gambar 32. Struktur organisasi TTP Kota Jantho

Balitbangtan Pem. Kab Aceh Besar

BPTP ACEH • Balit Komoditas

• Universitas

• LSM

• Dinas Teknis

• PLUT

• KNPI

• Perangkat Desa

• Gapoktan

Koperasi Babah Pinto

Jasa Alsintan Benih padi dan Beras premium

Peternakan

Page 43: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

39

Tabel 2. Tenaga pelaksana internal BPTP Aceh TTP Kota Jantho

No. NAMA/NIP JABATAN DALAM

KEGIATAN URAIAN TUGAS

ALOKASI

WAKTU (Jam/

minggu)

1. Dr. Rachman Jaya, S.Pi, M.Si.

Penanggung Jawab - Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan sampai pelaporan

35

2. Ir. M. Ferizal, M.Sc* Ramlan, SP

Anggota - Membantu perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring serta pelaporan

30

3. Dr. drh. Iskandar Mirza* Zuardi, SP

Anggota - Melaksanakan kegiatan lapangan (field- supervisor)

30

4. Fenti Ferayanti, SP* Ahmad Adriani, SP

Anggota - Melaksanakan kegiatan lapangan dan pelaporan devisi hama dan penyakit tanaman

25

5. Ir. Nurbaiti, M.Si* Ir. Elviwirda M. Yusuf Ali

Anggota - Melaksanakan kegiatan lapangan devisi tanaman

25

6. Irhas* Husaini, SP

Anggota - Melaksanakan kegiatan lapangan dan pelaporan penyiapan lahan

25

7. Ir. Nasir Umar, M.Si* Ahmad

Anggota - Melaksanakan tata kelola aset 25

8. Eka Fitria, SP* Rini Andriani, SP

Anggota - Melakukan kegiatan lapangan dan pelaporan devisi pemasaran hasil

25

10. Cut Maysura, SP* Cut Hielda Rahmi, SP

Anggota - Melakukan kegiatan lapangan dan pelaporan devisi penanganan dan pengolahan hasil

25

11. Cut Nina Herlina, S.Pi* Abdul Azis, S.Pi.M.Si Irvanda Fatmal, SP

Anggota - Melakukan kegiatan peliputan, dokumentasi

25

12. Setia Budi* Suryani Novita

Anggota - Melaksanakan tata kelola keuangan

30

13. Ir. Basri A. Bakar, M.Si Ir. T. Iskandar, M.Si

Anggota - Melakukan bimbingan teknis dan advokasi

15

ket: *koordinator

5.2 Pagu dan Realisasi Anggaran

Pada tahun anggaran 2016, kegiatan TTP Kota Jantho awalnya mendapat

pagu anggaran Rp. 4.000.000.000, akan tetapi beberapa kali mengalami

pengurangan, yaitu melalui mekanisme pemotongan anggaran, sampai dengan

revisi terakhir pagu kegiatan TTP Kota Jantho adalah Rp. 2.980.500.000.

Sementara itu realisasi akhir anggaran kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho

mencapai 99%.

Page 44: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

40

VI. RENCANA TINDAK LANJUT TAHUN 2017

6.1 Komoditas Tanaman Pangan

Untuk komoditas padi sawah kegiatan selanjutnya fokus kepada

peningkatan kapasitas penangkaran benih padi sawah, dimana kapasitas produksi

benih padi harus ditingkatkan sampai 60 ton, hal ini sesuai dengan efektivitas

usaha bisnis. Berdasarkan hasil kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho, tahun

2016, dimana produksi benih padi baru mencapai 14.887 ton, dengan tingkat

kegagalan sertifikasi mencapai 30%. Fakta ini menunjukan masih tingginya

kegagalan sertifikasi. Berdasarkan amatan, faktor utama kegagalan produksi benih

adalah pada asepek pasca panen, hal ini disebabkan oleh musim panen pada

periode basah terjadi pada musim penghujan, sehingga gagal produksi akibat

calon benih terlalu lama basah (fisik benih menjadi hitam). Untuk itu pada tahun

selanjutnya sangat diperlukan untuk pembangunan lantai jemur yang

representative untuk kegiatan perbenihan.

Selain itu, dengan peningkatan produksi sampai 2 kali lipat tentunya sangat

dibutuhkan juga manajemen penggelolaan bisnis benih padi, terutama bagi

pelaksana bisnis TTP Kota Jantho, yaitu Koperasi Babah Pintoe. Mekanisme yang

dapat ditempuh adalah melalui pelatihan teknis, karena jumlah petani penagkar

yang terlibat tentunya lebih banyak, dan belum semua petani tersebut memiliki

kapasitas sebagai penangkar, demikian juga lahan yang digunakan juga meningkat

sampai 3 kali lipat dari sekarang. Selain aspek teknis, hal yang sangat penting

untuk aktivitas bisnis benih padi adalah ekspansi pemasaran, perlu juga

pengembangan diseminasi/promosi ke cakupan yang lebih luas.

Ekspansi bisnis di TTP Kota Jantho, juga dilakukan melalui penyediaan

benih sumber padi gogo. Hal ini didukung dengan besarnya potensi/ceruk pasar

yang masih sangat luas bagi komoditas ini. Selain itu potensi pasar benih padi

gogo juga dapat dilihat dari besarnya wilayah lahan lahan kering yang dapat

dimanfaat untuk pengembangan padi gogo di Kabupaten Aceh Besar, termasuk

juga di Provinsi Aceh. Untuk pelaksanaan kegiatan ini, diperlukan juga

peningkatan kapasitas petani dan penyuluh dalam hal produksi benih padi gogo

melalui pelatihan serta penyediaan benih dasar (label putih) dari dari Balai Besar

Page 45: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

41

Penelitian Padi sebagai penyedia benih dasar. Demikian juga pada aspek pasca

panen dan pemasaran.

6.2 Komoditas Hortikultura

Berdasarkan hasil dari Tim Monitoring dan Evaluasi, Badan Litbang

Pertanian, khusus untuk pembangunan TTP, dalam hal ini TTP Kota Jantho

dihasilkan bahwa untuk komoditas hortikultura lebih difokuskan kepada kegiatan

diseminasi, bukan pada aspek bisnis. Hal ini disebabkan oleh secara teknis, petani

yang ada dikawasan belum menguasai sistem budidaya hortikultura berupa

tanama sayuran, seperti cabai merah, mentimun kacang panjang. Selain itu

pangsa pasar yang ada di kawasan juga sangat terbatas sehingga sangat sulit

untuk meningkatkan aspek kegiatan menuju bisnis.

Akan tetapi, dengan perkembangan Kota Banda Aceh, tentunya permintaan

akan komoditas tanaman sayuran juga akan meningkat, di lain pihak dengan

harapan kemampuan teknis pelaku (petani) hortikultura meningkat seiring dengan

pendampingan teknis serta introduksi teknologi dan varietas baru Badan Litbang

Pertanian, dapat dicanangkan bahwa komoditas ini dapat ditingkatkan levelnya

menjadi bisnis pada tahun 2018. Fokus bisnis diarahkan kepada tanaman cabai

sebagai salah satu komoditas utama Kementerian Pertanian yang harus di kuasai

baik aspek teknis dan pasar. Komoditas ini memegang peranan penting dalam

menjaga inflasi regional maupun nasional, sehingga dengan kemampuan

penguasaan aspek teknis dan pasar harapanya kondisi inflasi yang disebabkan oleh

komoditas ini dapat terjaga. Tahap selanjutnya untuk komoditas hortikultura

adalah pengembangan beberapa tanaman sayuran seperti kacang panjang, cabai

merah, cabai rawit, mentimun dan gambas. Luas lahan yang digunakan sekitar 3

ha dengan melibatkan 4 petani kooperator. Secara teknis kegiatan akan dimulai

awal Bulan Januari 2017, yaitu dengan kegiatan pembersihan lahan dan

pengolahan tanah, serta persiapan persemaian. Pola tanam yang digunakan adalah

sistem budidaya tanaman sayuran berbasis Good Agriculture Practices (GAP) dan

Good Handling Practices (GHP).

Page 46: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

42

6.3 Komoditas Peternakan

Pada tahap selanjutnya untuk kegiatan peternakan adalah model

penyediaan hijauan yang telah dikembangan dapat direplikasi di beberapa tempat

di kawasan TTP Kota Jantho. Selaint itu di inti TTP juga akan diintroduksi teknologi

biogas, bio urine, mineral blok dan beberapa produk olahan berbasis daging sapi.

Pada inti TTP sudah terdapat fasilitas infrastuktur kandang sapi dengan kapasitas

14 ekor, akan tetapi tim pembangunan TTP Kota Jantho tidak mengadakan ternak

sapi. Untuk mengatasi hal tersebut, mekanisme yang dapat ditempuh adalah

dengan melakukan kerjasama dengan petani setempat melalui Koperasi Babah

Pinto, sebagai penggelola inti TTP Kota Jantho. Model yang dikembangkan di inti

TTP adalah penggemukan (fattening) berbasis hijauan yang telah dikembangkan

pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil tim Monitoring dan Evaluasi Badan Litbang Pertanian,

khusus pembangunan TTP dihasilkan bahwa untuk kegiatan peternakan di

kawasan TTP Kota Jantho harus mencakup aspek penggemukan dan penyediaan

sapi bakalan berbasis pengembangan model penyediaan pakan ternak berbasis

hijauan (leguminosa). Hal lain yang menjadi sangat penting adalah aspek legalitas

lahan milik Pemerintah Aceh Besar seluas 2.5 Ha yang dapat digunakan sebagai

model kandang komunal sampai dengan saat ini masih proses penyelesaian

administrasi antara pemerintah Aceh Besar dengan klim kepemilikan oleh warga.

6.4 Aktivitas Fisik

Untuk tahun anggaran 2017, pembangunan fisik yang akan dilaksanakan di

TTP Kota Jantho hanya fokus kepada pembangunan fasilitas penunjang untuk

kegiatan bisnis yang dilakukan. Aspek bisnis yang akan dikembangkan menyangkut

penyediaan benih sumber padi sawah, penyediaan benih sumber untuk padi gogo,

jasa alsintan dan penyediaan jamur merang serta bibit jamur merang. Untuk itu

akan dibangun lantai jemur untuk prosesing benih padi, baik padi sawah maupun

padi gogo. Selain itu juga akan dibangun pos jaga untuk aspek keamanan dan

saung tani sebagai media pertemuan antar petani/kelompok tani dalam skala

terbatas.

Page 47: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

43

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Sesuai dengan arahan dari tim monitoring dan evaluasi Badan Litbang

Pertanian, bahwa faktor penciri utama dari TTP Kota Jantho adalah sistem bio-

industri berbasis padi-ternak. Implementasi dari sistem tersebut salah satunya

adalah budidaya dan pembibitan jamur merang, disisi lain tidak semua kegiatan

ditujukan untuk kegiatan bisnis, terutama pada komoditas hortikultura yang fokus

kepada aspek diseminasi inovasi (show window) teknologi pertanian. Pembinaan

calon wirausaha muda ditekankan kepada peningkatan kapasitas penggelola

koperasi Babah Pinto dan magang bagi mahasiswa tingkat akhir dari universitas

Syiah Kuala, Al-Muslim, Malikulsaleh dan Universitas Teuku Umar. Secara

kelembagaan TTP Kota Jantho telah membentuk koperasi penggelola dengan

nama Babah Pinto serta sebagai site kunjungan peserta Pekan Pertanian Daerah.

Dari sisi pengembangan (inkubasi) bisnis, TTP Kota Jantho telah mampu

membangkitkan sisi bisnis usaha penyediaan benih sumber padi sawah yang

dilaksanakan oleh Koperasi Babah Pinto, dengan dukungan teknis dari BPTP Aceh

dan BPSB Aceh, sedangkan dari sisi adiminstrasi penyerahan aset, untuk

pengadaan tahun 2015, semua aset TTP Kota Jantho telah diserahkan kepada

Pemerintah Daerah Aceh Besar. Dukungan Pemerintah Daerah juga diarahkan

kepada perbaikan infrastruktur di kawasan TTP Kota Jantho, juga sharing

penggangaran penggelolaan inti TTP pada tahun 2017.

7.2 Saran

Fokus untuk tahun 2017 adalah pada penguatan sistem kelembagaan

Babah Pinto melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan ekspansi

jenis usaha, demikian juga dengan kemitraan dengan Kementerian Koperasi,

Usaha Kecil dan Menengah serta Kementerian Desa Tertinggal, peningkatan

kapasitas inovasi teknologi dengan perguruan tinggi serta beberapa organisasi

kepemudaan sebagai media penyedia calon wirausaha muda.

Page 48: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

44

DAFTAR PUSTAKA

Bozzo U, Gibson DV, Sabatelli R, Smilor RW. 1999. Sosioeconomic Development Through Technology Transfer: Technopolis Novus Ortus.

Biswas RR. 2004. Making a Technopolis in Hyderabad, India: The Role Of Government IT Policy. Technological Forecasting and Social Change, 71:823-835.

Carayannis EG, Rogers EM, Kurihara EM dan Allbritton MM. 1998. High-Technology Spin-Off from Government R&D Laboratories and Research Universities. Technovation in Press.

Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: meningkatkan mutu dan efektifitas manajemen.

Bogor: UIPB-Press.

FAO. 2009. Technology Parks, Incubation Centres, Centres of Excellence: Best

Practices and Business Model Development in North and Southern Africa.

Jaya, R., Machfud, Raharja, P., Marimin. 2014. Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan dengan Pendekatan Fuzzy. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 24 (1) : 61-71.

Jaya, R. 2015. Grand Design Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho. Belum dipublikasi.

Widodo, J., Kalla J. 2014. Visi, Misi dan Program Aksi. Jalan Perubahan Untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkpribadian. www.KPU.go.id. diakses 23 Juli 2015.

Leydesdorff, L., Etzkowitz, H. 1998. The Triple Helix as a Model for Innovation Study, Science & Public Policy, 25 (3): 195-203.

Lee, S., Yoon, B., Lee, C., Park, J. 2009. Business Planning Based on Technological Capabilities: Patent Analysis for Technology-Driven Roadmapping. Technological Forecasting & Social Change, 76 : 769–786.

Narasimhalu, AD. 2013. CUGAR: A Model for Open Innovation in Science and Technology Parks. World Technopolis Review (WTR) 2 (1): 1-11. Research Collection School of Information Systems.

Soenarso WH. 2011. Pengembangan Science and Technology Park Di Indonesia.

Disampaikan pada Seminar Nasional Kebijakan Iptek dan Inovasi Tanggal

26 Juli 2011, PAPPIPTEK-LIPI.

Parnell GS, Driscoll PJ, Henderson DL. 2011. Decision Making in System Engineering and Management. John Wiley and Son, Inc. New Jersey.

Wasson CS. 2006. System analysis, design, and development concepts, principles, and practices. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey

Oh DS. 1995. High-Technology and Regional Development Policy: An Evaluation of Korea’s Technopolis Programme. Habitat Int, 19 (3): 253-267.

Page 49: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

45

Raharjo B. 2002. Kerangka Technopark di Perguruan Tinggi: Sebuah Pemikiran dan Rangkuman. Pusat Penelitian Antar Universitas Bidang Mikroelektrika (PPAUME). Instutut Teknologi Bandung, Bandung.

Raymond W, Smilor G, Kozmetsky dan Gibson G (eds). 1988a. Creating The Technopolis : Linking Technology Commercialization and Economic Development. Cambridge, Mass. Ballinger Publishing.

Roberts EB, Malone DE. 1996. Policies and Structure for Spinning Off New Companies From Research and Development Organization. R and D, 26 (1): 17-48.

Sheridan T. 1986. The Technopolis Strategy. Reading Mass. : Addison-Wesley Publishing.

Simatupang, P. 2014. Perspektif Sistem Pertanian Biondustri Berkelanjutan. Dalam Haryono, dkk (penyunting). Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press.

Smilor RW, Gibson DV, Kozmetsky G. 1988. Creating The Technopolis: High-Technology Development in Austin Texas. Journal of Business Venturing, 4: 49-67.

Spolidoro, RM., Cortes, P., Galian, CE. Cerione A., Inta, Zorzi, I. et al. 2011. Innovation Habitats and Regional Development driven by the Triple Helix: Perspectives from a South American School of Thought and Action

Stankovic, I., Gosic, M., Trajkovic, S., 2009. Forming of Science and Technology Park as an Aspect of Civil Engineering. Architecture and Civil Engineering, 7 (1) 57-64.

Steffensen M, Rogers EM, Speakmen K. 1999. Spin-Off from Research Centers at A Research University. Journal of Business Venturing, 15:93-111.

Tahir, R.Sintaningrum, Maulina, E., Rizal, M., Nurasa, H., Heryadi, RD., Bekti, H. 2015. Harmonization Of Global Governance Oriented Policies Through The Development Plan Science and Technology Park In Jatinangor of Education Strategic Area. Proceeding, International Conference on Democracy and Accountability (ICoDA). Surabaya, 10 November 2015.

Tatsuno S. 1986. The Technopolis Strategy. Reading, MA: Addison-Wesley Publishing Company.

Vila PG, Pages PL. 2008. Science and technology parks. Creating new environments favourable to innovation. Paradigames, 0:141-149.

Page 50: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

46

LAMPIRAN

Page 51: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

47

Lampiran 1. Bangunan Fisik di TTP Kota Jantho

Salah satu item penggadaan untuk

fasilitas fisik di TTP Kota jantho,

Pembangunan Pagar sekeliling TTP.

Pembangunan Gapuran TTP Kota

Jantho

Pengecatan ulang bangunan-bangunan

di TTP Kota Jantho, sesuai dengan

arahan Irjen Kementan.

Kolam di model kandang komunal di

kawasan TTP Kota Jantho.

Page 52: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

48

Salah satu site penangkaran benih padi

untuk bisnis usaha penyediaan benih

sumber padi sawah (Inpari 32).

Pembangunan aspek sosial, lokal

koordinator bersama dengan kepala BPP

Kota Jantho, saat pembersihan saluran

di kawasan TTP Kota Jantho.

Kunjungan tim Kementerian Koordinator

Bidang Pengembangan Manusia dan

Kebudayaan, untuk melihat progress

pemmbangunan TTP Kota Jantho.

Kepala Balai bersama dengan

Komandan Batalyon Kavaleri 112

sedang memanen jamur merang, wujud

kolaborasi dengan pihak TNI-AD.

Page 53: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

49

Kunjungan Sekretaris Daerah dan

Kepala Dinas Penggelola Aset dan

Kekayaan Aceh Besar pada proses

penyerahan aset TTP Kota Jantho ke

Pemerintah Daerah Aceh Besar, tim

BPTP Aceh didampingi Irjen Kementan.

Dr. Iwan Saskiawan dari Pusat

Penelitian Biologi LIPI, sedang

memberikan materi pembibitan jamur

merang.

Kondisi pertanaman cabai di kawasan

TTP Kota Jantho.

Page 54: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

50

Lampiran 2. Perhitungan R/C rasio bagian hortikultura

Page 55: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

51

Lampiran 3. Cash-Flow Benih sumber dan jasa alsintan

Page 56: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

52

Lampiran 4. Roadmap

Intervensi Teknologi di TTP Kota Jantho

Bidang 2015 Outcome

Tanaman Pangan

• Uji performa VUB Padi • Penguatan Penangkar Pengusaha

• Penguatan GAP-PTT Padi

• Teradopsinya VUB padi pengganti ciherang 60% di Kawasan TTP

• Peningkatan produktivitas padi

rata-rata dari 6 menjadi 6.5 ton/ha

• Tersedianya benih padi dan kelembagaan produsen benih

kabupaten

• Memperpendek masa tanam I dan memanfaatkan MT III

• Penguatan budidaya jagung (feed dan food).

• Penggunaan VUB jagung komposit

• Perluasan areal tanam di lahan tegalan dan MT III

Peternakan • Introduksi pembuatan pupuk organik di kandang komunal sapi bibit kawasan

• Introduksi teknologi usaha penggemukan

sapi potong di TTP dengan pakan jerami olahan, rumput dan legume budidaya serta

pengolahan pupuk organik • Penyediaan pejantan unggul

• Kaderisasi vaksinator

• Tersedianya pupuk organik di kawasan TTP

• Teradopsinya usaha

penggemukan sapi potong menggunakan bahan pakan lokal

di kawasan TTP • Menurunnya derajat inbreeding • Tersedianya tenaga vaksinator di

kawasan TTP

Perkebunan • Introduksi bibit unggul kopi dan kakao • Tersedianya bibit unggul kopi dan

kakao

Hortikultura • Introduksi VUB mentimun, gambas, kacang

panjang dan sayuran lain. • Introduksi teknologi budidaya jamur merang

di TTP.

• Introduksi buah naga dan pengembangan sirsak

• Display vertikultur sayuran di TTP

• Meningkatnya luas tanam dan

produksi di tegalan dan MT III • Teradopsinya teknologi budidaya

jamur merang di kawasan

• Teradopsinya teknologi buah naga dan berkembangnya usaha

tanaman sirsak. • Teradopsinya teknologi vertikultur

di kawasan TTP

Perikanan • Introduksi budidaya lele di TTP

• Pemanfaatan lahan pekarangan untuk

budidaya lele • Introduksi sistem mina padi (nila dan

mujair)

• Teradopsinya teknologi budidaya

lele di kawasan TTP

• Meningkatnya pemenuhan gizi keluarga

• Teradopsinya teknologi mina padi di kawasan TTP

Kelembagaan • Asosiasi penangkar benih • Penguatan sistem pemasaran

Page 57: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

53

Intervensi Teknologi di TTP Kota Jantho

Bidang 2016 Outcome

Tanaman

Pangan

• Perluasan areal penangkaran benih padi

• Penguatan Penangkar Pengusaha yang

didukung gudang benih (L) • Penguatan GAP-PTT Padi (L)

• Peningkatan areal penangkaran

untuk penyediaan benih padi di

kawasan Kota Jantho

• Introduksi Alsintan jagung (mesin

perontok) • Tersedianya jagung pipilan

• Introduksi Teknologi Pasca Panen Jagung (oven, pressure cooker, sealer)

• Terbangunnya industri rumah

tangga untuk jagung pop corn

Peternakan • Penyediaan pejantan unggul di kawasan

TTP (pemda) • Peningkatan mutu padang penggembalaan

melalui introduksi rumput dan legume asal BPTU

• Pengadaan dan penjualan sapi bakalan dan

siap potong untuk unit bisnis TTP

• Menurunnya derajat inbreeding

• Tersedianya padang penggembalaan bermutu melalui

introduksi rumput dan legume

asal BPTU

• Pendapatan unit bisnis TTP

Perkebunan • Penangkaran bibit unggul kopi dan kakao

di TTP (L)

• Pendapatan unit bisnis TTP

Hortikultura • Pembangunan kebun bibit desa (KBD) • Tersedianya benih/bibit sayuran

Perikanan • Introduksi teknologi pakan lele di TTP • Teradopsinya teknologi pakan

lele di kawasan TTP

Kelembagaan • Pembentukan pengusaha beras premium: aromatik (varietas), rendah Indeks Glikemik

(pasca panen), dan/atau beras kepala (varietas)

• Adanya pengusaha beras premium didukung oleh fasilitas

penyediaan benih, teknologi pasca panen, pengepakan,

pelabelan dan pemasaran

(Agrimart)

Ket: (L) adalah kegiatan lanjutan

Intervensi Teknologi di TTP Kota Jantho

Bidang 2017 Outcome

Tanaman Pangan

• Usaha penangkaran benih padi (L) • Penguatan GAP-PTT Padi (L)

• Penyediaan benih padi untuk kawasan Kota Jantho (L)

Peternakan • Peningkatan mutu dan perluasan padang

penggembalaan melalui introduksi rumput dan legume asal BPTU (L)

• Pengadaan dan penjualan sapi bakalan

dan siap potong untuk unit bisnis TTP (L)

• Menurunnya derajat inbreeding

• Tersedianya padang penggembalaan bermutu melalui

introduksi rumput dan legume

asal BPTU • Pendapatan unit bisnis TTP

Perkebunan • Penangkaran bibit unggul kopi dan kakao

di TTP (L)

• Pendapatan unit bisnis TTP

Hortikultura • Pembangunan kebun bibit desa (KBD) (L) • Tersedianya benih/bibit sayuran

Page 58: LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi

54

Perikanan • Introduksi teknologi pembuatan bakso lele di TTP

• Teradopsinya teknologi pembuatan bakso lele di

kawasan TTP

Kelembagaan • Pembentukan pengusaha beras premium • Adanya pengusaha beras

premium didukung oleh fasilitas penyediaan benih, pasca panen,

pengepakan, pelabelan dan pemasaran (Agrimart)

Ket: (L) adalah kegiatan lanjutan

Potensi Unit Bisnis TTP Kota Jantho dari Kegiatan Intervensi Teknologi

Unit Bisnis 2015 2016 2017

1. Penyediaan benih

padi (UPBS): Label

ungu (ss)

2. Penyediaan beras

premium

• Kebutuhan

kawasan desa

• Satker Pemkab

dan Agrimart

• Kawasan Kota Jantho

• Supermarket Banda

Aceh dan Agrimart

• Kawasan Kota Jantho

(L)

• Supermarket Banda Aceh dan Agrimart

(L)

3. Ternak (sapi) • Unit bisnis Sapi

kurban di TTP

▪ Unit bisnis Sapi

kurban di TTP (L)

4. Bibit kopi dan kakao • Unit bisnis kopi,

kakao

▪ Usaha bibit kopi,

kakao (L)

5. Pupuk organik • Unit bisnis pupuk

organik

▪ Unit bisnis pupuk

organik (L)

Ket: (L) lanjutan

Ket:CU=Ci Usaha;SPK=Seupakat;BA=Bungong Asan;BP=Bungong Pade;ST= Seumangat; JB=Jroh Beut; MJ= Mau

Maju