LEMBAGA KAJIAN DIALEKTIKA - repository.uinjkt.ac.id

29
LEMBAGA KAJIAN DIALEKTIKA

Transcript of LEMBAGA KAJIAN DIALEKTIKA - repository.uinjkt.ac.id

LEMBAGA KAJIAN DIALEKTIKA

Hijrah Salafi & Anak Muda Perkotaan

Penulis:Syamsul RijalAde Masturi

ISBN :

Ukuran:115 hlm, 14 x 21 cm

Setting Cover: Irsyad

Setting, Layout Montase:Tim Redaksi Lembaga Kajian Dialektika

Diterbitkan olehLembaga Kajian Dialektika

Anggota IKAPI

Jl. Villa Dago Raya No. A257Telp. (021) 7477 4588

Tangerang Selatan 15415email. [email protected]

web: www.dialektika.or.id

Cetakan Pertama, Januari 2022

Copy Right 2022 LEMBAGA KAJIAN DIALEKTIKADilarang mengutip atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.Hak penulis dilindungi undang-undang.

All right reserved

Kata Pengantar iii

KATA PENGANTAR

Buku ini adalah hasil dari penelitian etnografi yang didanai oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian tersebut terinspirasi dari maraknya komunitas-komunitas hijrah dalam tujuh tahun terakhir. Kebanyakan studi cenderung mengkaji komunitas hijrah yang cair dalam ideologi dan akomodatif terhadap aspirasi anak-anak muda Muslim. Dua contoh komunitas yang paling sering diteliti adalah komunitas Pemuda Hijrah di Bandung dan Terang Jakarta. Studi kami mencoba melengkapi kajian-kajian sebelumnya tentang komunitas hijrah dengan berfokus pada komunitas kajian masjid yang berbasis pada ajaran Salafi yang ketat. Dalam hal ini, kami mengkaji suara dan pengalaman para jemaah kajian di Masjid Nurul Iman di Blok M Square, Jakarta. Masjid Nurul Iman merupakan basis kajian Salafi terbesar di Jakarta dan menarik animo anak-anak muda untuk mendalami Islam dan pada gilirannya berhijrah ke manhaj Salaf.

Buku ini tidak akan terwujud tanpa adanya kontribusi dari berbagai pihak. Kami mengucakan terimakasih kepada pihak Puslitpen UIN Jakarta yang memilih topik ini masuk dalam nominasi dan mendanai sepenuhnya kegiatan penelitian ini.

iv Kata Pengantar

Kami juga mengucapkan apresiasi yang mendalam kepada para informan kami selama penelitian yang meluangkan waktunya untuk wawancara, meskipun masih berada dalam situasi pandemi. Kepada pihak Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), yang diwakili oleh Bapak Yuni Fauzar dan Asdiwar, Tim Media Masjid Nurul Iman dan Panitia kelompok Kajian, kami mengucapkan syukran jazilan atas informasi yang diberitakan. Kami tentu tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada jemaah kajian, baik ikhwan dan akhwat, yang berbaik hati menjawab berbagai pertanyaan kami, baik offline dan online, terkait motivasi dan pengalaman hidup mereka ketika hijrah ke manhaj Salaf.

Akhirnya, kami berharap buku ini mampu meramaikan kajian tentang wacana dan praktek hijrah sebagai salah satu ekspresi keberagamaan kontemporer di Indonesia. Semoga buku sederhana ini memberikan manfaat kepada pembaca.

Wallahu a’lam bi al-shawab.

Penulis,

Daftar Isi v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................1

A. Latar Belakang ............................................................... 1B. Rumusan Masalah ......................................................... 7C. Tujuan Penelitian ......................................................... 8D. Signifikansi Penelitian .................................................. 9E. Sistematika Penulisan .................................................. 10

BAB II DISKURSUS ANAK MUDA DAN

GERAKAN ISLAM ......................................................13

A. Peta Literatur............................................................... 13B. Kerangka Teori ........................................................... 18C. Catatan Metodologis .................................................. 22

vi Daftar Isi

BAB III MASJID NURUL IMAN: Pusat Kajian Salafi

dan Magnet Spiritual Kaum Muda Hijrah

di Ibu Kota ................................................................. 27

A. Pendahuluan ............................................................... 27B. Masjid Nurul Iman: Dari Musallah Mall ke Pusat Kajian Salafi ................................................................ 28C. Memakmurkan Masjid dengan Beragam Kajian Salafi ............................................................................ 32D. Penceramah Salafi Populer dan Gaya Dakwah .......... 42E. Kelompok Kajian, Media Internet dan Budaya Populer ............................................................ 54F. Kesimpulan .................................................................. 59

BAB IV HIJRAH KE MANHAJ SALAF: Pemahaman,

Ekspresi & Negoisasi Kesalehan ...............................61

A. Pendahuluan ............................................................... 61B. Komposisi Sosial Jemaah dan Perkenalan dengan Salafisme ...................................................................... 65C. Motivasi Hijrah dan Kajian Agama ............................ 68D. Pemaknaan dan Artikulasi Hijrah .............................. 73E. Agency Salafi & Negoisasi dalam Berhijrah ............... 94F. Kesimpulan .................................................................. 98

BAB V PENUTUP ...................................................................101A. Kesimpulan ....................................................................... 101B. Saran .................................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 105

BIODATA PENULIS ...............................................................135

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah jatuhnya Orde Baru, Indonesia mengalami transformasi sosial politik yang melapangkan jalan bagi menaiknya peran Islam di wilayah publik. Menurut Noorhaidi Hasan,1 Islam telah menunjukkan vitalitasnya sebagai identitas simbolik dan kolektif yang turut mewarnai dinamika sosial dan politik di Indonesia selama empat dekade terakhir. Walaupun Islam tidak menjadi dasar Negara, namun ia berperan sebagai rujukan dalam ekspresi politik, aktivitas ekonomi dan praktek sosial dan budaya.2 Vitalitas Islam di ranah publik ditunjukkan dengan menjamurnya Masjid dengan Jemaah yang meningkat, munculnya beraneka ragam fashion Islami, program-program keagamaan di media baru, penerbitan buku dan majalah Islami, juga berkembangnya berbagai macam pendidikan Islami mulai dari PAUD (Pendidikan

1 Noorhaidi Hasan, “The Making of Public Islam: Piety, Agency, and Commodification on the Landscape of the Indonesian Public Sphere”, Contemporary Islam, no. 3, 2009, h. 235.

2 Ibid.

BAB I

2 Hijrah Salafi & Anak Muda Perkotaan

Anak Usia Dini) sampai perguruan tinggi.3 Dengan meningkatnya kesadaran Islam ini semakin pula membuka peluang bagi entrepreneur agama untuk menawarkan berbagai macam program dakwah dan produk agama dengan cara-cara inovatif. 4 Dalam kaitan ini, berbagai lembaga Islam dan gerakan dakwah muncul dan berkompetisi demi menarik umat Islam untuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran agama mereka agar terjaga dari pengaruh negatif modernisasi dan globalisasi.

Salah satu fenomena baru terkait aktivisme keagamaan di Indonesia sejak satu dekade terakhir adalah munculnya tren “hijrah” di kalangan masyarakat Muslim urban, khususnya di kalangan anak muda. Tren ini terlihat, misalnya, dari munculnya pengajian dan komunitas dakwah di berbagai kota besar yang mengusung tema hijrah. Beberapa nama gerakan tersebut mencakup Gerakan Pemuda Hijrah, Pengajian Blok M, Kajian Terang, Kajian Musyawarah, Gerakan Pemuda Kahfi, Gerakan Yuk Ngaji, dan seterusnya. Pengaruh dan jangkauan gerakan ini cepat meluas berkat penggunaan media sosial dengan konten-konten kreatif yang dihasilkan oleh pengelolanya. Selain itu, tren hijrah ini didorong dan diramaikan, secara tidak langsung, dengan munculnya sejumlah selebriti muda yang, selain aktif di komunitas dakwah, juga mempromosikan gaya hidup hijrah di ranah publik dan media sosial. Kemunculan tren ini menjadi suatu fenomena menarik untuk diteliti oleh pengkaji ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu sosial budaya.

Kata hijrah mengalami pemaknaan baru dalam perkembangan sejarah Islam. Hijrah, yang arti literalnya

3 Greg Fealy & Sally White (eds.). Expressing Islam: Religious Life and Politics in Indonesia. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2008.

4 Greg Fealy, “Hizbut Tahrir in Indonesia: Seeking a ‘Total’ Islamic Identity”, dalam S. Akbarzadeh & F. Mansouri, Islam and Political Violence: Muslim Diaspora and Radicalism in the West, London & New York: I.B. Tauris, 2007, h. 23.

3Pendahuluan

berpindah, dalam literatur Islam merujuk kepada pengalaman Nabi SAW dan pengikutnya yang berpindah dari Mekah ke Madinah ketika mereka mengalami penindasan dan ancaman yang membuat mereka harus pindah ke daerah lain yang lebih aman. Sehubungan dengan peristiwa ini, dengan adanya doktrin Islam berupa hadits Nabi yang menegaskan bahwa arti hijrah yang esensial adalah berpindah dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, nampaknya turut membentuk makna hijrah di kalangan aktivis dakwah. Pada level yang lebih ekstrim, hijrah telah dimaknai lebih jauh oleh kelompok-kelompok Islamist. Ideolog Ikhwanul Muslimin di Mesir, Sayyid Qutb, misalnya memaknai hijrah sebagai perpindahakan dari sistem jahiliyyah menuju sistem Islami. Konsep ini lebih lanjut dimaknai lebih militan oleh kelompok teroris seperti ISIS yang mengajak umat Islam berhijrah dan berjihad ke Syria untuk menegakkan khilafah yang dijanjikan Tuhan.5 Konsep hijrah dalam perkembangan terkini di Indonesia telah dimaknai sebagai perubahan dari perbuatan buruk menuju perbuatan baik, atau dari situasi pendosa ke arah Muslim yang shaleh. Dalam kajian sosiologi agama, fenomena dimana seseorang menjalani konversi untuk menjadi penganut agama yang religius disebut sebagai “born-again Christian” dalam konteks Kristen, ataupun “born-again Muslim” dalam konteks Islam. Namun demikian, konsep konversi tersebut lebih pada perpindahan atau transisi dari satu agama ke agama yang lain.

Pemaknaan hijrah yang terakhir disebutkan tidak lepas dari perkembangan Islamisasi di Indonesia. Studi-studi oleh sejumlah ilmuan sosial menunjukkan bagaimana arus Islamisasi telah terjadi seiring dengan menguatnya kelompok kelas menengah Muslim dan merapatnya ke pemerintah Orde Baru yang

5 Erkan Togoslu, “Caliphate, Hijrah and Martyrdom as Performative Narrative in ISIS Dabiq Magazine”, Politics, Religion & Ideology, vol. 20, no. 1, 2019, h. 94-120.

4 Hijrah Salafi & Anak Muda Perkotaan

sebelumnya menununjukkan watak anti-Islam.6 Studi-studi lain juga menunjukkan bagaimana gerakan Islam transnasional ikut dalam mempengaruhi gaya baru beragama di kalangan Muslim kota, khususnya di kalangan kampus Hasan.7 Di era 1980-an ke atas ekspresi beragama seperti pemakaian jilbab besar, cadar, jenggot panjang, dan celana cingkrang menjadi penampilan baru di sebagian kalangan aktivis dakwah kampus dan partai Islam. Meskipun Islamisasi di ranah kampus mulai terjadi secara underground di masa Suharto, namun pemakaian istilah hijrah belum marak dipergunakan secara luas di kalangan publik Indonesia.

Kajian-Kajian terhadap anak muda Muslim Indonesia telah menarik banyak perhatian para ahli ilmu-ilmu sosial dan agama. Kebanyakan studi melihat artikulasi aktivisme dan kesalehan mereka sebagai hasil dari pengaruh gerakan Islam dan pengaruh politik di tanah air. Sejumlah sarjana seperti Rosyad,8 Muhtadi,9 Yon Machmudi,10 Rijal11, dan Eva Nisa,12 telah mengkaji gerakan Islam transnasional dan pengaruhnya terhadap aktivisme dan ekspresi kesalehan kaum muda kampus. Eva Nisa, misalnya, melihat bagaimana ajaran salafi menjadi pedoman bagi muslimah bercadar untuk menjadi pribadi yang taat dan memperkuat

6 Lihat William, Liddle, “The Islamic Turn in Indonesia: A Political Explanation”, The Journal of Asian Studies, vol. 55, no. 3, 1996, h. 613-634; Robert W. Hefner, Civil Islam: Muslims and Democratization in Indonesia, USA: Princeton University Press, 2000.

7 Lihat Suzanne Brenner, Reconstructing Self and Society: Javanese Muslim Women and “the Veil”. American Ethnologist, vol. 23, no. 4, 1996, h. 673-697; Noorhaidi Hasan, Laskar Jihad: Islam, Militancy, and the Quest for Identity in Post-New Order Indonesia. Ithaca: Cornell Southeast Asian Program, 2006; Yon Mahmudi, Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Propsperous Justice Party, Canberra: ANU E Press, 2008.

8 Rifki Rosyad, A Quest for True Islam: A Study of the Islamic Resurgence Movement among the Youth in Bandung, Indonesia, Canberra: ANU E-Press, 1995.

9 Muhtadi, Burhanudin, Dilema PKS: Suara dan Syariah, Jakarta: Penerbit KPG, 2012. 10 Rifki Rosyad, A Quest for True Islam.11 Syamsul Rijal, Indoctrinating Muslim Youths: Seeking Certainty through An-Nabhanism. Al-

Jami’ah, vol. 49, no. 2, 2011, 253-280.12 Eva Nisa, Embodied Faith: Agency and Obedience among Face-veiled University Students in

Indonesia. The Asia Pacific Journal of Anthropology, Vo. 13, no. 4, 2012, 366-381

5Pendahuluan

peranan mereka dalam bingkai agama. Di sisi lain muncul juga studi terhadap anak muda tradisionalis yang melihat partisipasi dan aktivisme mereka dalam mempertahankan dan mempromosikan tradisi di perkotaan yang mulai tergerus oleh modernisasi dan serangan kelompok Muslim puritan.13 Semua studi ini lebih fokus pada lembaga atau organisasi khusus Islam dengan ciri khas aliran dan ajaran masing-masing.

Pada perkembangan satu dekade terakhir, istilah hijrah menjadi populer di kalangan anak-anak muda Muslim. Kemunculan tren ini nampaknya melampaui ikatan aliran atau organisasi Islam yang disebutkan sebelumnya. Sejauh yang penulis amati, ada semacam benang merah, yaitu taubat dan proses menjadi orang baik, yang menghubungkan beberapa kelompok kajian Islam yang berbeda. Kelompok hijrah yang pertama dan populer di media sosial adalah Gerakan Pemuda Hijrah yang berbasis di Bandung. Gerakan ini tampaknya lebih inklusif dan tidak menonjolkan afiliasi aliran tertentu. Gerakan ini terlihat lebih santai dan menarik sebagai upaya untuk mengakomodasi aspirasi dan hobbi anak-anak muda agar tertarik memperlajari agama. Isi dakwahnya lebih pada siraman ruhani dan perbaikan moral dengan kisah-kisah inspiratif14 Pada perkembangannya selanjutnya, muncul kelompok-kelompok pengajian yang mengusung tema hijrah namun kecenderungannya lebih pada purifikasi agama seperti ditunjukkan oleh gaya berpakaian pengikutnya dan pemilihan ustaz-ustaz Salafi. Ada pula gerakan hijrah yang lebih ideologis dan menonjolkan agenda perjuangan khilafah, seperti gerakan Hijrah Yuk yang diinisiasi oleh penceramah populer HTI,

13 Syamsul Rijal, “Following Arab Saints: Urban Muslim Youth and Traditional Piety in Indonesia”, Indonesia and Malay World, vol. 48, no. 141, h. 145-168.

14 Wahyudi Akmaliyah, “The Rise of Cool Ustadz: Preaching , Subcultures, and the Pemuda Hijrah Movement, dalam Norshahril Saat dan Ahmad Najib Burhani (eds.), The New Santri: Challenges to Traditional Religious Authority in Indonesia, Singapore: ISEAS Yusof Ishak Institute, 2018, h. 239-257.

6 Hijrah Salafi & Anak Muda Perkotaan

Felix Siaw.

Meskipun terdapat variasi dan kecenderungan lintas aliran dari komunitas hijrah sebelumnya, pada perkembangan berikutnya ajaran dan penampilan Salafi nampaknya mulai menjadi representasi penampilan hijrah secara luas di kalangan anak muda Muslim. Hal ini disebabkan oleh munculnya komunitas pengajian Salafi yang ikut pula mengangkat tema-tema hijrah dalam dakwah mereka. Nama-nama penceramah Salafi seperti Khalid Basalamah, Syafiq Riza Basalamah, Subhan Bawazier, Muhammad Nuzul Dzikri telah menjadi popular di banyak kalangan Muslim milenial di tanah air melengkapi penceramah-penceramah lainnya yang non-Salafi seperti Ustadz Hannan Attaki, Abdul Somad, Adi Hidayat, dan Felix Siauw.

Kemunculan tren hijrah ini menjadi perbincangan dan diskursus di media dan kalangan agamawan. Di kalangan aktivis dakwah tren ini dibanggakan sebagai pertanda bahwa Islamisasi semakin berkembang dan diresapi oleh kalangan anak-anak muda. Di sisi lain, para pemuka agama, terutama dari kalangan organisasi NU dan Muhammadiyah, melihat tren ini sebagai kebangkitan konservatisme agama seiring dengan pudarnya otoritas kegamaan saat ini. Sebuah riset oleh Hasan15 tentang literatur Islami di kalangan muda juga menemukan bahwah ada indikasi kecenderungan Islamisme baru di kalangan muda tetapi dengan gaya baru, yang mereka sebut sebagai Islamisme populer. Pendapat ini mengindikasikan bahwa ada semacam ancaman yang tersembunyi dalam gerakan ini yang pada akhirnya nanti akan meledak dan mengancam toleransi, pluralisme, dan demokrasi Indonesia di masa depan.

Perkembangan yang kami sebutkan di atas menimbulkan

15 Noorhaidi Hasan (ed.), Literatur Keislaman Generasi Milenial: Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2018.

7Pendahuluan

permasalahan bagi peneliti untuk melihat lebih jauh perilaku dan aspirasi Jemaah hijrah serta kaitan keberagamaan mereka dengan ajaran Salafi. Ketimbang meneguhkan suara-suara dari media yang mengkritik komunitas ini, diperlukan riset mendalam untuk memahami fenomena hijrah langsung dari subyek yang mengalami dan merasakan. Oleh karena itu, riset ini akan lebih fokus melihat agency para Jemaah hijrah dengan menggali motivasi dan pengalaman hidup mereka sebelum dan sesudah hijrah serta dampaknya bagi kehidupan mereka. Dengan demikian kita bisa melihat seperti apa hijrah dimaknai, diekspresikan dan dinegoisasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Penelitian ini akan fokus pada komunitas hijrah yang mengikuti aliran Salafi dengan mengangkat kasus jemaah pengajian Masjid Nurul Iman di Blok M Jakarta.

B. Rumusan Masalah

Adapun pertanyaan utama yang diangkat oleh buku ini adalah: Bagaimana jemaah kajian di Masjid Nurul Iman memaknai konsep hijrah dan mempraktekkannya dalam kehidupan personal dan sosial?

Adapun pertanyaan minor untuk mengembangkan pertanyaan utama adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Masjid Nurul Iman bertransformasi menjadi pusat kajian Salafi dan menarik kalangan muda untuk berhijrah?

2. Bagaimana jemaah Masjid Nurul Iman menegoisasikan ajaran Salafi dalam kehidupan sosial?

9

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mengkaji perkembangan kontemporer anak-anak muda Muslim urban di Indonesia dimana hijrah telah menjadi tren dan ekspresi baru dalam beragama. Pro dan kontra menjadi ramai di perbincangan publik media tentang otoritas dan dampak dari tren ini: apakah menuju keberagamaan yang inklusif atau ekslusif serta dampaknya terhadap kehidupan bangsa di masa depan. Narasi-narasi langsung dari komunitas hijrah dan jamaahnya menjadi penting untuk digali dan dianalisis lebih lanjut. Karena ada berbagai isu atau sudut pandang yang dapat dilihat dari komunitas hijrah, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Penelitian ini berupaya memahami motivasi dan pengalaman dari anak-anak muda Muslim yang bergabung dalam komunitas-komunitas hijrah, khususnya yang dibina oleh ustaz-ustaz Salafi. Para peneliti menggali suara Jemaah tentang faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi mereka tertarik hijrah. Dalam studi agama kontemporer, telah berkembang temuan adanya faktor- faktor non-agama atau tren budaya populer yang mengarahkan para anak muda bergabung dalam sebuah gerakan.

2. Penelitian ini juga akan melihat dampak hijrah terhadap perilaku dan pola konsumsi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup apa makna hijrah bagi mereka dan bagaimana pemahaman tersebut mempengaruhi kehidupan mereka dalam keluarga dan masyarakat. Pola-pola konsumsi dalam kaitan ini mencakup pilihan ustaz dan bacaan, pakaian dan penampilan, olahraga dan hobi, pemilihan Bank Islami, preferensi budaya populer dan sebagainya.

10

3. Secara teoritis, kami akan menganalisis bagaimana anak muda Muslim di Jakarta melakukan negoisasi antara Islam dan modernitas yang sejauh ini kadang diperhadapkan dalam studi gerakan-gerakan Islam di Indonesia. Kami akan menguji apakah Islam dan modernitas, atau kesalehan dan budaya populer, berhadap-hadapan secara diametral, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa kajian sebelumnya, ataukah terjadi semacam persilangan dan interplay yang menyebabkan gerakan ini menjadi sebuah tren baru atau sub-kultur yang menarik bagi kalangan muda Muslim di Indonesia.

D. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini memiliki signifikansi sebagai berikut:

1. Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi diskursus kajian hijrah, terutama dari kalangan muda, di Indonesia. Kasus hijrah kalangan Salafi yang dibahas dalam laporan riset ini menunjukkan pemahaman dan praktek yang berbeda dari komunitas hijrah lainnya yang kebanyakan berupaya tampil netral dan non-afiliasi ke aliran tertentu. Dengan demikian penelitian ini menambah wawasan baru tentang keragaman artikulasi hijrah di Indonesia.

2. Penelitian ini menggambarkan dinamika baru dalam studi Salafisme di Indonesia. Selama ini, kelompok Salafi seringkali digambarkan secara tunggal dengan citra yang radikal, kaku, dan ekslusif. Penelitian ini menunjukkan bahwa Salafi di perkotaan, walaupun secara umum taat dengan doktrin-doktrin Salafi, mereka menunjukkan adaptasi dalam berinteraksi, studi dan bekerja. Dalam kaitan ini, kalangan

11

muda Salafi cenderung non-konfrontatif dan melakukan negoisasi-negoisasi dalam rangka mempraktekkan keyakinan Salaf.

E. Sistematika Penulisan

Buku ini terdiri dari lima bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan riset dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi pembahasan tentang Diskursus anak muda dan gerakan Islam. Bagian awal memetakan dan mengidentifikasi literatur sebelumnya yang terkait dengan partisipasi anak muda Muslim ke dalam gerakan-gerakan Islam pada umumnya, dan juga komunitas-komunitas hijrah pada khususnya. Hal ini dilakukan untuk mencari letak kebaruan dan posisi dalam penelitian ini. Adapun Kerangka teori membahas teori- teori yang digunakan dalam membaca dan menganalisis temuan di lapangan. Bagian berikutnya membahas metodologi yang digunakan dalam penelitian dan lokasi penelitian yang menjadi basis dalam pengumpulan data.

Bab ketiga membahas tentang keberadaan Masjid Nurul Iman, Blok M, sebagai pusat kajian Salafi di Jakarta serta daya tariknya bagi kalangan jemaah muda Muslim. Bab ini mengawali deskripsi tentang sejarah dan perkembangan masjid Nurul Iman, kemudian diikuti sub bab tentang berbagai program keagamaan yang menjadi daya tarik bagi jemaah. Pada uraian berikutnya, peneliti membahas profil penceramah populer di masjid tersebut serta menganalisis peran kelompok kajian dalam mengemas dakwah dan mendiseminasikannya ke dunia maya.

12

Bab keempat adalah pembahasan utama dari penelitian ini yang berisi deskripsi dan analisis tentang pemahaman, ekspresi dan negoisasi kesalehan kalangan muda yang berhijrah ke manhaj Salafi. Bab ini mengawali pembahasan tentang komposisi sosial jemaah Salafi serta proses partisipasi mereka ke Kajian Salafi. Dua sub berikutnya membahas motivasi hijrah jemaah Salafi serta artikulasi hijrah mereka dalam kehidupan sehari-hari. Bagian akhir bab ini menganalisis agency para jemaah dalam berhijrah dan praktek negoisasi mereka ketika menghadapi rintangan dalam melaksanakan ajaran Salafi yang mereka yakini.

Bab kelima berisi kesimpulan dan saran-saran

111

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Isi buku ini telah menunjukkan bahwa masjid Nurul Iman telah bertransformasi menjadi pusat kajian salafi terbesar di Jakarta dan bahkan di Indonesia. Para pemateri kebanyakan berasal dari alumni universitas-universitas Islam di Timur Tengah dan sebagian dari alumni LIPIA. Mereka membawakan beragam aspek kajian Islam dengan basis ajaran Salafi secara rutin. Kelebihan kajian ini terletak pada kajian kitab yang dipadukan dengan pengemasan topik dan penggunaan media sosial yang membuatnya tersebar luas dan diminati di kalangan anak-anak muda yang ingin belajar agama.

Hasil studi kami menunjukkan bahwa diseminasi kajian Salafi di Masjid Nurul Iman melalui media sosial memiliki pengaruh besar terhadap keputusan mereka untuk berhijrah ke manhaj Salaf. Hijrah ini meliputi perubahan dalam sikap, penampilan, pergaulan, dan kebiasaan. Yang menonjol dalam hijrah mereka antara lain menumbuhkan janggut dan memakai celana panjang non-isbal bagi laki- laki dan memakai gamis syar’i dan cadar bagi perempuan. Hal lainnya adalah mereka meninggalkan kebiasaan lama seperti mendengarkan musik, menonton film di bioskop, pacaran dan berinteraksi dengan

112

lawan jenis, memajang foto diri, dan menjauhi riba bank. Narasi-narasi mereka menunjukkan bahwa mereka memaknai hijrah sebagai upaya dan proses untuk menjadi Muslim yang lebih baik. Mereka melihat hijrah sebagai transformasi diri yang belum selesai dalam rangka menuju kesempurnaan ajaran Islam yang mereka harapkan. Studi ini memberikan kontribusi pada perdebatan agensi religius yang cenderung terpolarisasi kepada dua kubu analisis: kubu Saba Mahmood yang lebih menekankan pada kultivasi kesalehan yang sempurna dari seorang subyek dan kubu Samuli Schielke yang memercayai adanya ambivalensi dan keretakan dalam praktek agama karena didorong oleh faktor eksternal di luar dirinya. Temuan kami mengindikasikan bahwa kebanyakan kalangan muda Salafi melakukan negoisasi dengan situasi-situasi sosial yang membatasi pergerakan mereka dan tidak selamanya melakukan konfrontasi seperti gambaran kebanyakan media dan karya kesarjanaan.

B. Saran

Studi terhadap kalangan jemaah Salafi di Masjid Nurul Iman menggambarkan perilaku hijrah kaum muslim muda di perkotaan. Fleksibilitas dan negoisasi yang mereka lakukan merupakan artikulasi dari anak-anak muda Muslim yang memiliki habitus tersendiri dan ruang sosial dimana mereka berada. Studi ini menawarkan masukan kepada pemerintah, media, pengamat, dan sarjana untuk memotret kalangan Salafi secara adil dan proporsional sehingga tidak terjebak pada sweeping generalization yang cenderung melihat mereka sebagai potensi ancaman terhadap toleransi dan demokrasi di Indonesia. Dalam kenyataannya, justru mayoritas Salafi di Indonesia didominasi

113

oleh kelompok quietist yang hanya fokus kepada ibadah dan kajian agama serta tunduk kepada pemerintah. Dengan demikian, pemerintah perlu juga merangkul kalangan Muslim Salafi untuk berperan dalam penguatan nasionalisme, kerukunan, dan moderasi beragama di Indonesia.

115

DAFTAR PUSTAKA

Akmaliyah, W. “The Rise of Cool Ustadz: Preaching, Subcultures and the Pemuda Hijrah Movement”. Norshahril Saat and Najib Burhani (eds.), The New Santri: Challenges to Traditional Religious Authority in Indonesia. Singapore: ISEAS, 2012, h. 239-257.

Ammerman, Nancy T. (ed.), Everyday Religion: Observing Modern Religious L ives, Oxford: Oxford University Press, 2007.

Bakti, Andi Faisal, “Islam and Modernity: Nurcholish Madjid’s Interpretation of Civil Society, Pluralism, Secularization and Democracy, Asian Journal of Social Sciences, 2005, Vol. 33, No. 3.

Bayat, Asef, Post-Islamism: The Changing Faces of Political Islam, Oxford: Oxford University Press, 2013.

- - - - - - - , Life as Politics: How Ordinary People Change the Middle East, Amsterdam: Amsterdam University Press, 2010, h. 137-160.

- - - - - - - , Making Islam Democratic: Social Movements and the Post-Islamist Turn, California: Standford University Press, 2007.

Bourdieu, Pierre, Outline of Theory of Practice, Translated by Richard Nice. Cambridge: Cambridge University Press, 1977.

Brenner, Suzanne, Reconstructing Self and Society: Javanese Muslim Women and “the Veil”. American Ethnologist, vol. 23, no. 4, 1996, h. 673-697.

116

Chaplin, Chris, “Communal Salafi Learning and Islamic Selfhood: Examining Religious Boundaries through Ethnographic Encounters in Indonesia, vol. 21, no. 1, 2020, h. 113-132.

De Koning, Martijn, “’Reaching the Land of Jihad’- Dutch Syria Volunteers, Hijra and Counter-Conduct”, Contemporary Islam, no. 15, 2021, h. 107-122.

Delong-Bas, Natana J. Wahhabi Islam: From Revival and Reform to Global Jihad, Oxford: Oxford University Press, 2004.

Durkheim, Emile. “The Elementary Forms of Religious Life”, dalam M. Lambek (Ed.). A Reader in the Anthropology of Religion, London: Blackwell, 2002, h. 34-47.

Eickelman, Dale & Anderson, J.W., New Media in the Muslim World: The Emerging Public Sphere, USA: Indiana University Press, 2003.

Einstein, Mere, Brands of Faith: Marketing Religion in Commercial Age, London and New York: Routledge, 2008.

Fadil, Nadil, and Fernando, Mayanthi, “Rediscovering the Everyday Muslim”, HAU: Journal of E thnographic Theory, vol. 5, no. 2, 2015, h. 59-88.

Fealy, Greg, “Hizbut Tahrir in Indonesia: Seeking a ‘Total’ Islamic Identity”, In S. Akbarzadeh & F. Mansouri, Islam and Political V iolence: Muslim Diaspora and Radicalism in the West, London & New York: I.B. Tauris, 2007.

- - - - - - - - - & White, Sally, (eds.). Expressing Islam: Religious L ife and Politics in Indonesia. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2008.

117

Hasan, Noorhaidi. Laskar Jihad: Islam, Militancy, and the Quest for Identity in Post-New Order Indonesia. Ithaca: Cornell Southeast Asian Program, 2006.

- - - - - - - - - - , “The Making of Public Islam: Piety, Agency, and Commodification on the Landscape of the Indonesian Public Sphere”, Contemporary Islam, no. 3, 2009, h. 229-250.

- - - - - - - - - - , Literatur Keislaman Generasi Milenial: Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2018.

Heryanto, Ariel, Identity and Pleasure: The Politics of Indonesian Screen Culture. Singapore: NUS, 2014.

Hoesterey, James B., Rebranding Islam: Piety, Prosperity, and A Self-Help Guru, California: Stanford University Press, 2016.

Janson, Munson. “‘How, for God’s Sake, Can I be a Good Muslim?’: Gambian Youth in Search of A Moral Lifestyle”, Ethnography, vol. 17, no. 1, h. 22-46.

Jawas. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Mulia dengan Manhaj Salaf, Bogor: Pustaka At-Taqwa, 2020.

- - - - - - - , Sifat Wudhu dan Shalat Nabi Shallallahu alaihi wa Sallama, Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2019,

Kloos, David, Becoming Better Muslims: Religious Authority and Ethical Improvement in Aceh, Indonesia, Princeton: Princeton University Press, 2018.

Liddle, R. William, “The Islamic Turn in Indonesia: A Political Explanation”, The Journal of Asian Studies, vol. 55, no. 3, 1996, h. 613-634.

118

Mahmood, Saba, Politics of Piety: The Islamic Revival and the Feminist Subject. Princeton: Princeton University Press, 2005.

Mahmudi, Yon, Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Propsperous Justice Party, Canberra: ANU E Press, 2008.

Masud, Muhammad Khalid, “The Obligation to Migrate: The Doctrine of Hijra in Islamic Law”, dalam Dale F. Eickelman & James Piscatory, Muslim Travellers: Pilgrimage, Migration, and the Religious Imagination, London & New York: Routledge, 1990, h. 29-49

McGuire, Meredith B., Lived Religion: Faith and Practice in Everyday L ife, Oxford: Oxford University Press, 2008.

Meijer, Roel (ed.), Global Salafism: Islam’s New Religious Movement, London: Hurst & Company, 2009.

Meyer, Birgit, “‘Make a Complete Break with the Past’: Memory and Post-Colonial Modernity in Ghanaian Pentecostalist Discourse”, Journal of Religion in Africa vol. 28, no. 3, 1998, h. 316-349.

Mubarak, Fadly Zaty, Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta Selatan dalam Mensyiarkan Dakwah Islam di Tengah Pusat Perbelanjaan, Skripsi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017.

Muhtadi, Burhanudin, Dilema PKS: Suara dan Syariah, Jakarta: Penerbit KPG, 2012.

119

Muller, Dominik M., Islam, Politics and Youth in Malaysia, New York: Routledge, 2014.

Nisa, Eva, Embodied Faith: Agency and Obedience among Face-veiled University Students in Indonesia. The Asia Pacific Journal of Anthropology, Vo. 13, no. 4, 2012, 366-381.

Pink, Sarah etch, Digital Ethnography: Principles and Practice, Los Angeles: Sage 2016.

Pusat Penelitian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Hasil Penelitian Tren Keberagamaan Gerakan Hijrah Kontemporer, https://ppim.uinjkt.ac.id/download/tren-keberagamaan-gerakan-hijrah-kontemporer/, diakses 5 September 2021.

Rijal, Syamsul, Indoctrinating Muslim Youths: Seeking Certainty through An-Nabhanism. Al-Jami’ah, vol. 49, no. 2, 2011, 253-280.

- - - - - - - , “Following Arab Saints: Urban Muslim Youth and Traditional Piety in Indonesia”, Indonesia and Malay World, vol. 48, no. 141, h. 145-168.

Rosyad, Rifki, A Quest for True Islam: A Study of the Islamic Resurgence Movement among the Youth in Bandung, Indonesia, Canberra: ANU E-Press, 1995.

Sakhinah, Siti, Strategi Komunikasi Persuasif Pengurus Komunitas Terang Jakarta Dalam Mengajak Anak Muda Berhijrah Melalui New Media, Skripsi pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Saputra, S. Gerakan Hijrah Kaum Muda Muslim di Kota Medan (Studi Kasus Gerakan Komunitas Sahabat Hijrahku), Tesis

120

Magister di Departemen Sosiologi Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatra Utara, 2019.

Schielke, Samuli, “Being Good in Ramadan: Ambivalence, Fragmentation, and the Moral Self in the Lives of Young Egyptians”, Journal of the Royal Anthropological Institute, no. 15, 2009, h. 24-40.

Tarmizi, Erwandi, Harta Haram: Muamalat Kontemporer, Bogor: Berkat Mulia Insani, 2021.

Tibi, Bassam, Islam and Islamism, USA: Yale University Press, 2012.

Togoslu, Erkan, “Caliphate, Hijrah and Martyrdom as Performative Narrative in ISIS Dabiq Magazine”, Politics, Religion & Ideology, vol. 20, no. 1, 2019, h. 94-120.

Vroon-Najem, Vanessa, and Moors, Annelies, “’Making Hijra’: Mobility, Religion and the Everyday in the Lives of Women Converts to Islam in the Netherlands”, Contemporary Islam, no. 15, 2021.

Wahid, Din. Nurturing the Salafi Manhaj: A Study of Salafi Pesantrens in Contemporary Indonesia, PhD Thesis. Utrecht University, 2014.

Yazid, Ahmad, Politik Hijrah Anak Muda di Komunitas YukNgaji Yogyakarta, Tesis di Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2019.

121

Daftar Wawancara

Abdul Hamid, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 23 Juni 2021

Aidil, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 26 Juni 2021.

Amri, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 20 Juni 2021.

Annisa, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 2 Juli 2021.

Arham, Jemaah aktif Masjid Nurul Iman, Wawancara, 25 Juli 2021.

Armanto, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 7 Juli 2021.

Arya, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 24 Juni 2021.

Asdiwar, Ketua Bidang Marbot, wawancara, 6 Juni 2021

Asnan, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 27 Juni 2021.

Dani, Tim Media Kajian Kebayoran, komunikasi pribadi, 20 Juni 2021.

Dewi, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 26 Juni 2021.

Fatimah, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 28 Agustus 2021.

Fauziah, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 29 Juni 2021.

Fitrian, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 20 Juni 2021.

Hilman, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 20 Juni 2021.

Imran, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 20 Juni 2021.

Irwan, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 23 Juni 2021.

Khadijah, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 22 Juni 2021.

Maulidah, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 25 Juni 2021.

Musyrifah, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 20 Juni 2021.

Nirwanto, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 24 Juni 2021.

122

Rahmi, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 8 Juli 2021.

Rahmi, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 8 Juli 2021.

Siti Maryam, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 6 Juli 2021.

Sudarto, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 24 Juni 2021.

Sugianto, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 22 Juni 2021.

Ummu Bintan, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 25 Juni 2021.

Yuni Fauzar, Ketua Bidang Dakwah DKM Nurul Iman, wawancara, 17 Juni 2021.

Yunita, Jemaah Masjid Nurul Iman, Wawancara, 8 Juli 2021.

123

BIODATA PENULIS

Syamsul Rijal dan Ade Masturi adalah dosen tetap pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keduanya memiliki minat yang sama pada kajian Islam dan sosial-budaya. Kedua penulis bisa dikontak melalui email: syamsul.rijal@ uinjkt.ac.id dan ade.masturi@ uinjkt.ac.id.