LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA...

136
LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : NUR EVI PRATIWI NIM : 1112048000067 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA...

Page 1: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI)

DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU

(Analisis Putusan MA Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

NUR EVI PRATIWI

NIM : 1112048000067

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H/2017 M

Page 2: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392
Page 3: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392
Page 4: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392
Page 5: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

v

ABSTRAK

NUR EVI PRATIWI. NIM 1112048000067. LEGAL STANDING YAYASANKARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTIATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392K/Pdt.Sus.HKI/2013). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,Fakultas Syariah dan Hukum, Univesitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta, 1438 H / 2017 M.

Skripsi ini membahas tentang pemungutan royalti yang dilakukan oleh YayasanKarya Cipta Indonesia (YKCI) terhadap PT. Vizta Pratama Inul Vista KaraokeManado yang dimana kewenangan YKCI sebagai Lembaga Manajemen Kolektifdalam memungut royalti tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun2002 tentang Hak Cipta.

Tujuan dari skripsi ini untuk mengetahui proses pemungutan dan pembayaranroyalti oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI), untuk mengetahui legalstanding dari Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI), serta untuk mengetahui apadasar pertimbangan hakim dalam mengutus perkara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalahpenelitian kepustakaan (Library Research) yang bersifat yuridis normatif denganmenggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statutory approach).Pendekatan perundang-undangan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 19Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa legalitasdari Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) di dalam Undang-undang Nomor 19Tahun 2002 tentang Hak Cipta bahwa tidak dijelaskan mengenai Yayasn KaryaCipta Indonesia (YKCI) sebagai Lembaga Manajemen Kolektif yang bertugasuntuk memungut royalti. Di dalam Undang-undang Hak Cipta terbaru padaUndang-undang Nomor 28 Tahun 2014 terdapat penjelasan mengenai LembagaManajemen Kolektif namun tidak menyebutkan bahwa Yayasan Karya CiptaIndonesia (YKCI) termasuk Lembaga Manajemen Kolektif sehingga dikemudianhari undang-undang ini bisa digunakan untuk kasus serupa.

Kata kunci : Pencipta, Karya Cipta, Pemegang Hak Cipta, Royalti,Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI), Undang-Undang No. 19 Tahun 2002,Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Pembimbing : 1. Dr. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH2. M. Nuzul Wibawa, S.Ag., M.Hum

Daftar Pustaka : 1981-2015

Page 6: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan segala petunjuk dam kemudahan

kepada penulis sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW

beserta keluarga, para sahabat dan para umat-Nya.

Skripsi yang berjudul “LEGAL STANDING YAYASAN KARYA

CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS

KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

K/Pdt.Sus.HKI/2013)” penulis susun untuk memenuhi persyaratan mencapai

gelar Sarjana Hukum pada Konsentrasi Hukum Binis Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Peneliti sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan

terimakasih tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

beserta jajaran dan staff Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Dosen Pembimbig I saya Dr. H.

Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH. yang telah bersedia menyediakan

waktunya, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran, arahan dalam

Page 7: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

vii

menyusun, dan selalu membimbing peneliti selama proses penyelesaian

skripsi ini

3. Sekretaris Program Studi dan Dosen Pembimbing Akademik Drs. Abu

Tamrin, SH., M.Hum.

4. M. Nuzul Wibawa, S.Ag., M.Hum. sebagai Dosen pembimbing II yang

telah bersedia menyediakan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk

memberikan saran, arahan dalam menyusun penelitian ini dan selalu

membimbing peneliti selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas

berbagi ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.

6. Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk sumber

referensi dalam penulisan skripsi ini.

7. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan segala dukungan baik

materil maupun immateril serta doanya sehingga penulis dapat

menyelesaikan masa studi S1 serta Eko Prasetyo dan Nur Eva Pratiwi

sebagai kakak telah memberikan dukungan.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Hukum Angkatan

2012 Khususnya Amelia sinatriany, Feby Adelia Paramita Sari, Wahyu

Purnama Sari, F. Sentiyana Amarella dan semua yang sudah memberikan

dukungan serta kenangan selama penulis menempuh bangku kuliah.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, yang dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah Swt

Page 8: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

viii

meberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka.

Amin

Demikian ini peneliti ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-

besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang

berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skrispi ini bermanfaat bagi semua

pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 29 Mei 2017

Peneliti

Page 9: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI............................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................iv

ABSTRAK........................................................................................................v

KATA PENGANTAR......................................................................................vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................1

B. Identifikasi Masalah..............................................................8

C. Pembatasan dan Perumusan masalah.....................................8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................9

E. Tinjauan (Review) atau Kajian Terdahulu .............................10

F. Kerangka Konseptual ............................................................12

G. Metode Penelitian .................................................................15

H. Sistematika Penulisan ...........................................................18

BAB II TINJAUAN UMUM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS

KARYA CIPTA

A. Kerangka Teori dan Konseptual ...........................................20

B. Hak Cipta..............................................................................21

1. Pengertian .......................................................................21

2. Sejarah Hak Cipta ...........................................................25

Page 10: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

x

3. Hak Moral dan Hak Ekonomi..........................................32

C. Lisensi ..................................................................................38

1. Pengertian Lisensi ...........................................................38

2. Jenis-jenis Lisensi Hak Cipta...........................................40

D. Royalti ..................................................................................42

1. Pengertian Royalti...........................................................42

2. Jenis-Jenis Royalti...........................................................43

BAB III PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU

OLEH YKCI

A. Sejarah, Tujuan dan Tugas dari YKCI...................................45

1. Sejarah Terbentuknya YKCI ...........................................45

2. Tujuan Dari YKCI...........................................................47

3. Tugas Dari YKCI ............................................................48

B. YKCI Sebagai Manajemen Kolektif ......................................49

C. Proses Pemungutuan dan pembayaran Royalti oleh YKCI.....50

BAB IV LEGALITAS PEMUNGUTAN ROYALTI TERHADAP

KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan Mahkamah Agung

Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013)

A. Legal Standing Yayasan Karya Cipta Indonesia ....................55

B. Posisi Kasus..........................................................................55

C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri / Niaga Makassar

Pada Putusan Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN. Niaga Mks.

.............................................................................................58

Page 11: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

xi

D. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Pada Putusan MA

Nomor 392 K/Pdt. Sus. HKI/ 2013........................................69

E. Analisis Kasus ......................................................................72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................82

B. Saran.....................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................84

DAFTAR LAMPIRAN

1. Putusan Mahkamah Agung R.I Nomor 392 K/

Pdt.Sus.HKI/2013 ................................................................ 87

Page 12: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual

yang memiliki ruang lingkup objek yang dilindungi paling luas, karena

mencakup ilmu pengetahuan, seni, dan sastra (art and literary) yang

didalamnya mencakup pula program komputer. Perkembangan ekonomi

kreatif yang yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai

negara dan berkembang pesatnya informasi dan komunikasi

mengharuskan adanya pembaharuan Undang-Undang Hak Cipta,

mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif

nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur

perlindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini maka di harapkan

kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekenomian negara

dapat lebih optimal.1

Sebagai Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman seni

dan kebudayaan yang kaya, Indonesia memiliki potensi nasional berupa

hasil-hasil karya intelektual yang dapat dan harus dilindungi oleh Undang-

Undang. Kekayaan seni dan kebudayaan tersebut seharusnya tidak hanya

dimanfaatkan untuk kepentingan seni dan budaya itu sendiri melainkan

1 Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, (Bandung : PT.Alumni, 2008), h. 1.

Page 13: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

2

juga dapat dimanfaat bagi si pencipta untuk meningkatkan

kesejahteraannya.

Dalam era kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini

segala hasil karya intelektual seseorang seharusnya dihormati serta

dihargai dengan cara negara memberikan suatu perlindungan kepada

mereka yang memiliki hak atas kekayaan intelektual. Kebutuhan untuk

mengakui, melindungi dan memberi penghargaan terhadap pengarang,

artis, pencipta perangkat lunak (software) dan ciptaan lain serta akses atas

hasil karya mereka demi kepentingan manusia mulai dirasakan di

Indonesia.Di Indonesia hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UU HCI). Undang-Undang Hak Cipta

tersebut merupakan suatu wujud penghargaan terhadap hasil karya

intelektual seseorang serta suatu bentuk perlindungan hukum bagi hasil

cipta dan pencipta suatu karya intelektual.2

Hak cipta memiliki nilai ekonomis. Dikatakan demikian, karena

dari hak cipta tersebut dapat menimbulkan terjadinya pelanggaran

terhadap hak cipta, terutama dalam bentuk tindak pidana pembajakan lagu

atau musik, buku, penerbitan film, rekaman video, foto-foto, serta software

komputer. Pelanggaran terhadap hak cipta ini disebabkan oleh sikap dan

keinginan sebagian anggota masyarakat untuk memperoleh keuntungan

dagang dengan cara yang mudah sebagai akibatnya bukan saja merugikan

2 Danang Arief M, Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 18K/N/HAKI/2007 antara Yayasan Karya Cipta Indonesia dan PT. Telkomsel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, (Malang : Fakultas Hukum UniversitasBrawijaya, 2015), h. 2.

Page 14: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

3

pencipta atau pemegang hak cipta tetapi juga merugikan perekonomian

pada umumnya.

Pada hak eksklusif dari pemilik atau pemegang hak cipta, terdapat

hak untuk memberikan izin atau lisensi kepada pihak ketiga (users)

komersial untuk dapat ikut menggunakan, mengumumkan atau

memperbanyak karya cipta yang dilindungi hak cipta. Pemberian izin atau

lisensi dari pemilik atau pemegang hak cipta biasanya disertai dengan

kompensasi yang harus dibayarkan oleh pengguna kepada pemilik atau

pemegang hak cipta. Kompensasi yang harus dibayarkan tersebut

dinamakan royalti.3

HaKI yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai

bentuknya, memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi

kehidupan manusia. Adanya nilai ekonomi pada HaKI merupakan suatu

bentuk kekayaan bagi pemiliknya. Pencipta mendapatkan keuntungan dari

kepemilikan terhadap karyanya, misalnya dalam bentuk pembayaran

royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptaannya.

Di dalam hak cipta terkandung dua macam hak, yaitu hak ekonomi

dan hak moral. Hak ekonomi merupakan suatu hak yang dimiliki oleh

seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan dengan mengeksploitasi

karya ciptanya. Hak ekonomi yang terkandung dalam Undang-Undang

Hak Cipta meliputi hak untuk mengumumkan dan memperbanyak.

3 Danang Arief M, Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 18K/N/HAKI/2007 antara Yayasan Karya Cipta Indonesia dan PT. Telkomsel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, h. 3.

Page 15: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

4

konsepsi hak ekonomi yang terkandung di dalam hak cipta tersebut

mencerminkan bahwa ciptaan-ciptaan sebagai hasil olah pikir manusia

melekat secara alamiah sebagai suatu kekayaan.oleh karena itu, pencipta

berhak mendapatkan perlindungan hukum atas hasil ciptaannya. 4 Hak

moral terdiri dari paternity right (hak untuk di identifikasi sebagai

pengarang atau direktur suatu karya), integrity right (hak untuk menolak

perubahan atas suatu karya), dan privacy right (hak pemanfaatan foto dan

film).5

Pengguna musik atau lagu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

pengguna musik atau lagu non komersial (non commercial user) dan

pengguna musik atau lagu komersial (commercial user). Pengguna non

komersial adalah pengguna yang menggunakan karya cipta berupa lagu

atau musik hanya untuk kepentingan atau dinikmati sendiri. Para pengguna

non komersial ini juga membayar royalti atas musik atau lagu yang

mereka nikmati, namun royalti itu dibayarkan bersamaan pada saat mereka

membeli kaset atau compact disc (CD) tersebut. Sedangkan pengguna

komersial adalah pengguna musik atau lagu yang mempunyai tujuan

komersial karena dengan mereka memutar lagu atau musik tersebut,

mereka akan mendapatkan keuntungan. Para pengguna musik atau lagu

komersial ini contohnya adalah hotel, bioskop, radio, televisi, dll.

4 Armita Wilanda dan Henny Marlina, Perjanjian Lisensi dan Pembayaran RoyaltiKepada Lembaga Manajemen Kolektif atas Penggunaan Karya Cipta Lagu........, (Jakarta :Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013), h. 2.

5 Diao Ai Lien, Hak Cipta dan Penyebaran Pengetahuan, (Jakarta : Fakultas HukumUnika Atma Jaya Jakarta, 2004), h. 2.

Page 16: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

5

Pengguna komersial ini memiliki ketentuan tersendiri dalam menbayar

royalti lagu atau musik tersebut. Untuk mengadministrasi royalti ciptaan-

ciptaan lagu, di Indonesia dan juga di negara-negara lain didirikan

lembaga-lembaga untuk menjembatani para Pencipta lagu dengan para

Pengguna musik (music users) untuk mengurusi dan mengadministrasi

pemakaian lagu dan menyelesaikan kewajiban user untuk membayar

royalti.

Di Indonesia, lembaga yang melakukan pekerjaan ini adalah

Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). Lembaga ini bertujuan untuk

memudahkan Pencipta/Pemegang Hak Cipta dalam memonitor

penggunaan karya ciptanya, karena Pemegang Hak Cipta tersebut tidak

bisa setiap waktu mengontrol setiap stasiun televisi, radio, restoran

ataupun pengguna komersial lainnya untuk mengetahui berapa banyak

karya cipta lagunya telah diperdengarkan di tempat tersebut. Hampir setiap

sendi kehidupan, tidak terlepas dari pemakaian lagu atau musik. Indonesia

merupakan negara yang sangat besar dan memiliki wilayah yang sangat

luas, sehingga setiap Pencipta/ Pemegang Hak Cipta tidak mudah dalam

memantau pemakaian lagu atau musik ciptaannya. Dengan demikian,

peranan YKCI sangat dibutuhkan untuk mengadministrasi royalti lagu atau

musik dari user untuk selanjutnya diserahkan kepada Pencipta ataupun

Pemegang Hak Cipta. Namun, pada praktiknya, pemungutan royalti yang

dilakukan oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) tidak jarang

Page 17: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

6

menemui hambatan bahkan menimbulkan sengketa dengan para pengguna

musik komersial.6

Salah satu contohnya adalah pada putusan MA Nomor 392

K/Pdt.Sus.HKI/2013 antara PT. Vizta Pratama Inul Vista Karaoke Manado

melawan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). PT. Vizta Pratama Inul

Vista Karaoke Manado dalam kegiatan usahanya tersebut telah

mempergunakan karya cipta music dan lagu dari dalam maupun luar

negeri dengan cara memutar, menyiarkan, memperdengarkan karya cipta

music tersebut melalui alat/sarana pesawat televisi, tape recorder serta

dalam bentuk live music, sehingga karya cipta tersebut dapat di dengar

orang lain yaitu para konsumennya.

Menurut pertimbangan Mahkamah Agung terdapat cukup alasan

untuk mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi PT. Vizta

Pratama Inul Vista Karaoke Manado dan membatalkan putusan Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar Nomor 01/HKI/2012/PN Niaga

Mks. Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) dalam gugatan ini

merupakan wadah “Pencipta lagu dan pemusik” dengan tujuan memungut

royalti dari kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan “performing”

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 19

tahun 2002 Tentang Hak Cipta adalah tidak diperkenankan karena

bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

6 http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=182&Itemid=182, diakses pada tanggal 18 April 2016 Pukul 19:18.

Page 18: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

7

2004 tentang Yayasan yang menerangkan bahwa tujuan Yayasan adalah di

bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kegiatan memungut royalti yang dilakukan oleh

Yayasan KCI, bertentangan dengan tujuan Yayasan sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang, sehingga Yayasan KCI harus

dikategorikan tidak mempunyai legal standing dalam mengajukan gugatan

a quo.Atas dasar persona standi in judicio, YKCI tidak berwenang untuk

menagih suatu royalty atas hak cipta, karena dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2002 hanya menyebut tentang hak dari pencipta, antara

lain memberi lisensi kepada pihak lain yang terdapat pada pasal 45.

Penulis mecoba menganalisis kasus yang berkaitan dengan

lembaga manajemen kolektif di Indonesia, yaitu Yayasan Karya Cipta

Indonesia dengan PT. Vizta Pratama Inul Vizta Karaoke Manado. Kasus

ini menimbulkan ketidakpastian hukum dikarenakan belum adanya aturan

perundang-undangan yang mengatur tentang peran dan kewenangan

lembaga manajemen kolektif dalam memungut royalty atas karya cipta

lagu yang bersifat komersial.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut dan hasilnya akan dituangkan dalam

bentuk skripsi dengan judul “LEGAL STANDING YAYASAN KARYA

CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI

ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

K/Pdt.Sus.HKI/2013)”.

Page 19: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

8

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalah

pada penelitian ini adalah :

1. Apa tugas dari Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI)?

2. Bagaimana Legal Standing Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI)

terhadap pemungutan royalti?

3. Bagaimana implementasi ketentuan Undang-Undang No. 19 tahun

2002 tentang Hak Cipta terhadap kasus tersebut?

4. Bagaimana prosedur pelaksanaan pemungutan royalti yang dilakukan

oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI)?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya mencakup hal-

hal yang berkaitan dengan implementasi ketentuan Undang-undang

Nomor 19 Tahun 2001, khususnya Legal Standing Yayasan Karya

Cipta Indonesia (YKCI) dan prosedur pemungutan royalti yang

dilakukan oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dan pembatasan masalah yang diuraikan

diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana prosedur pelaksanaan pemungutan dan pembayaran

royalti atas karya cipta berupa lagu atau musik oleh Yayasan Karya

Cipta Indonesia (YKCI) kepada pengguna musik komersial?

Page 20: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

9

b. Bagaimana legal standing dari Yayasan Karya Cipta Indonesia

(YKCI) dalam memungut royalti atas karya cipta lagu dalam

putusan MA Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penulisan adalah untuk mendalami

tentang permasalahan-permasalan yang telah dirumuskan dalam

perumusan masalah. Secara khusus tujuan penulisan ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pemungutan dan

pembayaran royalti atas karya cipta berupa lagu atau musik oleh

Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) kepada pengguna musik

komersial.

b. Untuk mengetahui legal standing dari Yayasan Karya Cipta

Indonesia (YKCI) dalam memungut royalti atas karya cipta lagu

dalam putusan MA Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya

penelitian ini secara umum diharapkan dapat menambah pengetahuan

dibidang Hukum khususnya Hukum Bisnis dalam bidang Hak

Kekayaan Intelektual, utamanya mengenai segala aspek yang

menyangkut tentang Hak Cipta. Adapun maanfaat tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 21: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

10

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dalam hukum HKI, utamanya mengenai perizinan

penggunaan karya cipta lagu dan pembiayaan royalti karya cipta

lagu. Selain itu adanya tulisan ini dapat menambah koleksi karya

ilmiah dengan memberikan kontribusi juga bagi perkembangan

hukum HKI.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan

masukan baik bagi pemerintah maupun semua pihak yang terkait

dalam rangka penyiapan dan penyempurnaan perangkat hukum di

bidang HKI. Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan Hakim

Mahkamah Agung dalam menjatuhkan putusannya, sehingga dapat

diketahui apakah keputusan yang diambil telah tepat. Hasil

penilitian ini juga diharapakan dapat menjadi kerangka acuan dan

landasan bagi para akademisi, dapat dijadikan bahan bacaan dan

referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti melakukan kajian

pustaka dan menemukan beberapa penelitian yang berkaitan yaitu :

1. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2015, disusun oleh Kurnialif Triono yang

berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta

Page 22: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

11

Terhadap Pemberian Lisensi Karya Cipta Lagu” Penulis dalam

skripsi ini membahas kasus yang yang berkaitan dengan lembaga

manajemen kolektif di indonesia, yaitu kasus antara Yayasan Karya

Cipta Indonesia dengan CV. Pangrango yang menimbulkan

ketidakpastian hukum karena belum adanya aturan perundang-

undangan yang mengatur tentang peran dan kewenangan lembaga

manajemen kolektif dalam memungut royalti atas karya cipta lagu

yang bersifat komersial. Sedangkan skripsi ini membahas kasus antara

PT. Vizta Pratama Inul Vista Karaoke Manado dengan YKCI (Putusan

MA Nomor 392K/Pdt.Sus. HKI/2013) karena Pengadilan Negeri

Makassar telah salah menerapkan hukum dalam memutuskan perkara

pemungutan royalti yang berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2002

Yayasan Karya Cipta Indonesia tidak memiliki wewenang atau legal

Standing dalam memungut royalti. Perbedaan dari skripsi diatas jelas

terdapat pada objek penelitian dan pertimbangan hakim.

2. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013, disusun oleh iffah yang berjudul

”Penerapan Pembayaran Royalti Bagi Pencipta Lagu Dalam Hak

Cipta Atas Kegiatan Usaha Karaoke Oleh Yayasan Karya Cipta

Indonesia (KCI)” penulis dalam skripsi ini membahas mengenai

peraturan Hak Cipta dalam peraturan perundang-undangan di

indonesia. Kemudian membahas hubungan dan pembayaran royalti

antara Yayasan Karca Cipta Indonesia (YKCI) dengan pencipta dan

Page 23: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

12

pengusaha karaoke sebagai pengguna (user). Sedangkan skripi ini

membahas kasus antara PT. Vizta Pratama Inul Vista Karaoke Manado

dengan YKCI (Putusan MA Nomor 392K/Pdt.Sus. HKI/2013), dimana

Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) tidak memiliki legal standing

dalam memunut royalty.

3. Buku karya Prof. Tim Lindsey, B.A., LL.B., Blitt, Ph.D, dkk yang

berjudul Hak Kekayaan Intelektual diterbitkan oleh PT. Alumni tahun

2006. Buku ini memberikan pemahaman mengenai Kekayaan

Intelektual khususnya Hak Cipta.

4. Jurnal Ilmu Hukum yang di tulis oleh Umar Hasan dan Suherni

mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Hak cipta Menurut

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002” jurnal ini membahas

mengenai ruang lingkup hak cipta dan bagaimana perlindungan hukum

hak cipta menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Sedangkan

pada skripsi ini membahas mengenai hakim yang telah salah

menerapkan hukum dalam perkara pemungutan royalti.

F. Kerangka Konseptual

Dalam pembahasan konseptual, akan diuraikan beberapa konsep-

konsep terkait terhadap beberapa istilah yang sering digunakan dalam

penelitian ini, yaitu :

Page 24: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

13

1. Legal standing

Legal standing adalah adaptasi dari istilah personae standi in judicio

yang artinya adalah hak untuk mengajukan gugatan atau permohonan

di depan pengadilan.7

2. Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang berasal atau bersumber dari

hasil pemikiran seseorang, baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, industri, atau kesemuanya, yang hasilnya berupa

sebuah karya yang dapat dikategorikan karya intelektual dan nilai

komersial.8

3. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi Pencipta untuk mengumumkan

atau memperbanyak Ciptaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni

dan sastra yang antara lain dapat terdiri dari buku, program komputer,

ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu, serta

hak terkait dengan hak cipta. Rekaman suara dan/atau gambar

pertunjukan seorang pelaku (perrformer), misalnya seorang penyanyi

atau penari di atas panggung, merupakan hak terkait yang dilindungi

hak cipta.9

7 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia cet. ke-3, (Yogyakarta :Liberty, 1981), h. 23.

8 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual : Suatu Pengantar, (Bandung : PT. ALUMNI,2005), h. 6.

9 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, h. 6.

Page 25: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

14

4. Royalti

Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan

atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak

terkait.10

5. Pencipta

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama

yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian

yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.11

(Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta)

6. Pemegang Hak Cipta

Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau

pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.12

7. Ciptaan

Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan

keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.13

10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

13 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Page 26: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

15

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum

guna menjawab isu hukum yang dihadapi.14

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu pada norma

hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan

keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku di msyarakat.15

2. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan adanya penelitian ini, penulis

menggunakan pendekatan ilmu perundang-undangan (statutory

approach).

Pendekatan Ilmu Perundang-undangan (statutory approach)

yaitu dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkutan dengan isu hukum yang akan dihadapi dan

dipecahkan. Dalam Pendekatan ilmu Perundang-undangan ditujukan

untuk mempelajari kesesuaian dan konsistensi antara satu Undang-

undang dengan Undang-undang lainnya, atau antara Undang-Undang

14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2011), h. 35.

15 Soerdjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit UniversitasIndonesia, 1986), h. 18

Page 27: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

16

dengan Undang-undang dasar, atau antara regulasi dengan peraturan

Perundang-undangan.16

3. Sumber Data

Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan

preskripsi mengenai apa yang seyogyanya, diperlukan sumber-sumber

penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi

sumber-sumber penelitian yang berupa bahan hukum-bahan hukum

primer dan bahan-bahan hukum sekunder.

a. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas.17 Bahan hukum primer

meliputi Perundang-undangan dan Putusan-putusan Hakim.

Dalam penelitia ini yang termasuk dalam sumber hukum

primer adalah Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta, Putusan Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN. Niaga

Mks dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 392

K/Pdt.Sus.HKI/2013

b. Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang

hukum yang bukan merupakan. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan

komentar-komentar atas putusan pengadilan.18

16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2008), h. 93.

17 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 141.

18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 141.

Page 28: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

17

c. Bahan non-hukum dapat berupa buku-buku mengenai Ilmu

Politik, Ekonomi, Sosiologi, Filsafat, Kebudayaan atau

laporan-laporan penelitian non-hukum dan jurnal-jurnal non-

hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik

penelitian.19

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode

kepustakaan atau penelitian studi pustaka (library research), yaitu

dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti

buku-buku, jurnal dan skripsi yang berkaitan dengan Hak atas

Kekayaan Intelektual, Cipta dan dokumentasi berupa Putusan

Pengadilan atau sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan

dengan objek penelitian.

5. Metode Analisis Data

Sehubungan dengan penelitian ini menganalisis suatu putusan,

maka metode analisis yang digunakan adalah metode analisis

deskriptif, yaitu tipe penelitian untuk menggambarkan objek

penelitian. Dalam hal ini, digambarkan bagaimana putusan Hakim MA

pada putusan Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013 mengenai legal

standing Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) dalam pemungutan

royalti atas karya cipta lagu.

19 Peter Mahmud marzuki, Penelitian Hukum, h. 143.

Page 29: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

18

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini, mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan HukumTahun 2012”

yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.20

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah

skripsi yang berjudul “Legal Standing Yayasan Karya Cipta Indonesia

(YKCI) Dalam Pemungutan Royalti Atas Karya Cipta Lagu (Studi

Kasus Putusan MA Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013)” dirasa perlu

untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai

gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :

BAB I : Pada bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang

Latar Belakang Masalah, Identifikasi, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelian,

Sistematika Penulisan yang berkenaan dengan

permasalahan yang akan dibahas pada skripsi ini.

BAB II : Pada bab ini, penulis akan membahas tentang tinjauan

umum mengenai Kerangka Teori, Hak Cipta, Lisensi dan

Royalti.

20 TIM Penyusun FSH, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta : Pusat Peningkatan danJaminan Mutu (PPJM), 2012.

Page 30: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

19

BAB III : Pada bab ini akan menjelaskan mengenai sejarah, tujuan

dan tugas dari YKCI, YKCI sebagai manajemen kolektif,

serta membahas proses pemungutuan dan pembayaran

royalti oleh YKCI.

BAB IV : Pada bab ini akan menjelaskan Legal Standing Yayasan

Karya Cipta Indonesia, Posis Kasus, Pertimbangan Hakim

pada Putusan Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN. Niaga Mks.

, Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung pada Putusan

Nomor 392k/Pdt.Sus.HKI/2013, dan Analisis Putusan.

BAB V : Pada bab terakhir ini merupakan bab penutup yang berisi

kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari

penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menarik beberapa

kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu penulis

menegahkan beberapa saran yang dianggap perlu.

Page 31: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

20

BAB II

TINJAUAN UMUM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA

A. Kerangka Teori

Menurut teori Honfeld hak dan kewajiban berhubungan antara satu

dengan yang lainnya dan merupakan hubungan hukum. Dalam konteks

pembicaraan kekayaan intelektual, yang dimaksud dengan hak adalah

suatu hak untuk melakukan sesuatu, seperti : memperbanyak suatu ciptaan

karya tulis dalam wujud buku-buku yang diterbitkan, merekam dan

memperbanyak untuk dijual secara komersial, suatu ciptaan lagu dalam

wujud compact disc (CD).

Hubungan hak-hak semacam ini dengan kewajiban, adalah

kewajiban dari orang-orang lain yang bukan pencipta untuk tidak

melanggar hak-hak yang dimiliki pencipta.

Kewajiban pihak lain bukan pencipta, tetap timbul/eksis, apabila

pihak lain yang bukan pencipta melakukan pelanggaran, walaupun si

pelaggar tidak mengetahui adanya hak yang demikian pada seorang

pencipta.

Oleh pencetus teori ini, dalam menjaga adanya keseimbangan

antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban diakui tentang perlu adanya

justifiable compromise, yaitu perlu adanya keseimbangan, keselarasan dan

keserasian antara hak cipta seseorang yang perlu dilingungi secara

Page 32: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

21

individual dengan kepentingan masyarakat luas atau fungsi sosialnya hak

hak cipta.1

John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18 dalam

kaitan antara hak cipta dengan hukum alam, mengemukakan bahwa :

Hukum hak cipta memberikan hak milik ekslusif kepada karya

cipta seseorang Pencipta, hukum alam meminta individu untuk mengawasi

karya-karyanya dan secara adil dikompensasikan untuk kontribusi kepada

masyarakat (lihat hendra tanu atmadja, 2003 :19)

Inti dari teori hukum alam dikaitkan dengan hak cipta, bahwa

Pencipta memiliki hak moral untuk menikmati hasil kerjanya, termasuk

keuntugan yang dihasilkan oleh keintelektualannya. karena pencipta telah

memperkaya masyarakat melalui Ciptannya, Pencipta memiliki hak untuk

mendapatkan imbalan yang sepadan dengan nilai sumbangannya. Disini,

hukum alam memberi hak milik ekslusif atas suatu karya Pencipta,

memberi individu hak untuk mempertahankan dan hak untuk mengawasi

karya-karyanya dan mendapat kompensasi yang adil atas sumbangannya

kepada masyarakat.2

B. Hak Cipta

1. Pengertian Hak Cipta

Istilah hak cipta diusulkan pertama kali oleh Sutan Mohammad Syah

pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 (yang kemudian

1 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung : P.T. Alumni, 2009), h. 32.

2 Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, (Bandung : P.T. Alumni, 2008), h. 52.

Page 33: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

22

diterima oleh Kongres tersebut) sebagai pengganti istilah hak pengarang

yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya,karena istilah hak

pengarang itu memberikan kesan penyempitan arti, seolah-olah yang

dicakup oleh pengarah itu hanyalah hak dari pengarang saja, atau yang ada

sangkut pautnya dengan karang mengarang saja, padahal tidak demikian.

Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari bahasa

belanda Auterus Rechts (Ajip Rosidi, 1984:3).

Istilah hak cipta ini merupakan pengganti auteusrechts atau copyrights

yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, dibandingkan jika

menggunakan istilah hak pengarang.3

Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam UUHC

(1982) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam

Auteurswet 1912. Dalam pasal 1 angka 1 UUHC 2002 telah dirumuskan

pengertian Hak Cipta, yang jika diperpanjangkan ternyata tidak jauh

berbeda dengan yang dirumuskan dalam pasal 2 Auteurswet maupun Pasal

2 UUHc 1997. Pasal 1 angka 1 UUHC 2002 berbunyi :

Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi Pencipta maupun penerima

hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau

memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-

pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung : P.T. Alumni,2003), h. 85.

Page 34: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

23

Terdapat dua unsur penting yang terkandung dalam pengertian Hak

Cipta yang termuat dalam pasal 1 angka 1 UUHC 2002 tersebut, yaitu :

pertama, hak yang dapat dipindahkan, dialihkan bagaimanapun dan

dengan jalan apapun tidak dapat ditinggalkan daripadanya, seperti

mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama

sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau

integritas ceritanya (bandingkan M. Hutahuruk, 1982: 11).

Apabila bunyi Pasal 1 angka 1 UUHC 2002 dibutiri, maka terungkap

pengertian dan sifat hak cipta itu, yakni :

1. Hak cipta itu merupakan hak yang bersifat khusus, istimewa, atau

ekslusif (ekslusif rights) yang diberikan kepada pencipta atau

pemegang hak cipta. Dengan hak yang bersifat khusus ini berarti

tidak ada orang lain yang boleh menggunakan hak tersebut, kecuali

dengan izin pencipta atau pemegang hak cipta yang bersangkutan;

2. Hak yang bersifat khusus, tunggal, atau monopoli tadi meliputi hak

pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan

ciptaannya, memperbanyak ciptaannya, dan memberi izin kepada

orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil

ciptaannya tersebut;

3. Dalam melaksanakan hak yang bersifat khusus ini, baik

pencipta,pemegang hak cipta, maupun orang lain yang telah diberi

izin untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptannya tadi

Page 35: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

24

harus dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang merupakan pembatasan-pembatasan tertentu;

4. Hak cipta tersebut dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat

immateriil yang dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain,

baik untuk seluruh maupun sebagian.

Walaupun hak cipta itu merupakan hak istimewa yang hanya dimiliki

atau pemanfaatannya hendaknya berfungsi sosial, karena ada pembatasan-

pembatasan tertentu yang telah diatur dalam UUHC 2002. Dengan kata

lain, hasil karya cipta atau ciptaan bukan saja hanya dinikmati oleh

penciptanya saja, tetapi juga dapat dinikmati, dimanfaatkan, dan

digunakan oleh masyarakat luas, sehingga ciptaan itu mempnuyai nilai

guna, di samping nilai moral dan ekonomis.

Sebagaimana diungkapkan diatas, melalui pasal 1 angka 1 UUHC

2002 bahwa hak cipta yang bersifat khusus atau ekslusif itu, baik bagi

pencipta, pemegang hak cipta atau orag lain, harus dilakukan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang merupakan

pembatasan-pembatasan tertentu. Artinya, dengan adanya pembatasan-

pembatasan tertentu ini, UUHC 2002 telah memberikan sarana guna

mewujudkan prinsip sosial yang harus melekat pada hak milik

sebagaimana lazimnya, yang memberikan kemungkinan kepada

masyarakat luas untuk memanfaatkan atau menikmati suatu ciptaan yang

dilindungi hak ciptaannya sebagaimana salah satu hak milik.4

4 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, h. 85.

Page 36: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

25

2. Sejarah Hak Cipta

Perkembangan terhadap pemahaman hak cipta di indonesia kini

setahap demi setahap mulai menampakkan hasil yang cukup

mengembirakan. Hal ini penting, mengingat pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan industri hiburan di indonesia tidak dapat terlepas dari

keberadaan hak cipta yang menjamin hak-hak bagi pemilik dan atau

pemegang karya cipta.

Dari segi sejarahnya, konsep perlindungan hak cipta mulai tumbuh

dengan pesat sejak ditemukannya mesin cetak oleh J. Gutenberg pada

pertengahan abad kelima belas di eropa. Keperluan di bidang ini timbul

karena dengan mesin cetak, karya cipta khususnya karya tulis, dengan

mudah diperbanyak secara mekanikal. Inilah yang pada awalnya

menumbuhkan copyright.

Di inggris pemakaian istilah copyright pertama kali berkembangan

untuk menggambarkan perlindungan terhadap penerbit dari tindakan

penggandaan buku oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak untuk

menerbitkannya. Perlindungan ini bukan diberikan kepada pencipta

melainkan kepada pihak penerbit. Perlindungan dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas investasi penerbit dalam membiayai pencetakan

suatu karya.

Setelah inggris, berikutnya menyusul pemberian hak tertentu kepada

para pengaram di Prancis yang timbul sebagai dampak dari adanya

Revolusi Prancis. Hak Cipta dalam perkembangan selanjutnya menjelma

Page 37: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

26

menjadi hak ekslusif bagi pengarang, baik untuk melakukan eksploitasi

secara ekonomi maupun hak atas fasilitas-fasilitas lain yang berkenaan

dengan karyanya.

Menyadari bahwa dari aspek ekonomi hak cipta memiliki peran cukup

penting maka beberapa negara kemudian menyelenggarakan konvensi

mengenai masalah ini, seperti Konvensi Bern dan Universal Copyright

Convention (UCC).

Menurut konvensi Bern, yang dimaksud dengan Hak Cipta adalah hak

yang melindungi pencipta secara efektif atas hasil karyanya yang berupa

karya sastra dan seni. Konvensi ini memiliki tiga asas yakni :

1. Asas national treatment atau assimilation, artinya memberikan

perlindungan yang sama atas ciptaan yang berasal dari peserta

konvensi seperti memberikan perlindungan atas ciptaan warga

negara sendiri.

2. Asas automatic protection, yang berarti bahwa perlindungan tidak

diberikan atas sesuatu formalitas, misalnya adanya pendaftaran hak

cipta dan pemberitahuan resmi mengenai pengumumannya atau

adanya pembayaran pendaftaran.

3. Asas independence of protection atau kebebasan perlindungan

tidak digantungkan pada adanya perlindungan di negara asal

ciptaan tersebut.

Perbedaan antara Konvensi Bern dengan UCC di antaranya sebagai

berikut :

Page 38: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

27

1. Konvensi Bern memberikan perlindungan terhadap ciptaan

pencipta, tanpa adanya syarat-syarat formal, seperti adanya

pendaftaran ciptaan atau pemberitahuan resmi mengenai

pengumumannya atau pun pembayaran pendaftaran, sedangkan

UCC menyaratkan adanya persyaratan formal tersebut.

2. Jangka waktu perlindungan yang diberikan bagi Konvensi Bern

adalah selama hidup pencipta dan ditambah 50 tahun setelah

meninggal, sementara bagi UCC adalah seumur hidup pencipta dan

ditambah 25 tahun setelah meninggal.

Di Indonesia, keberadaan pengaturan mengenai hak cipta dimulai

dengan diterbitkannya Undang-Undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982

yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menggantikan Auteurswet 1912

peninggalan belanda. Setelah Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982,

berturut-turut dilakukan perubahan terhadap undang-undang hak cipta di

Indonesia, diantaranya Undang-Undang Hak Cipta No. 7 Tahun 1987 yang

kemudian diubah menjadi Undang-Undang No. 12 Tahun 1922 tentang

perubahan Undang-Undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta,

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1987.

Dikeluarkannya Undang-Undang Hak Cipta No. 12 Tahun 1997 ini

sebenarnya merupakan konsekuensi atas keikutsertaan Indonesia dalam

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dimana Indonesia telah

meratifikasi perjanjian tersebut dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1994

tentang pengesahan Agreement Establishing The World Trade

Page 39: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

28

Organization. Dengan demikian, segala perangkat perundang-undangan

yang menyangkut hak kekayaan intelektual harus disesuaikan atau

merujuk pada ketentuan yang ada dalam TRIPS (Trade Related

Intellectual Property Rights) yang dihasilkan oleh WTO. Pada tahun 2002,

pemerintah kembali melakukan penggantian undang-undang hak cipta

dengan menetapkan Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta (selanjutnya UUHC) sebagai undang-undang yang baru.

Hak cipta merupakan hak milik intelektual yang melekat secara pribadi

terhadap penciptanya. Ketika karya telah berhasil diwujudkan dalam

bentuk tertentu, maka sejak saat itu pula hak cipta timbul dan menjadi

milik penciptanya. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada

Pasal 2 ayat 1 UUHC yang menyatakan :

Hak cipta merupakan hak ekslusif bagi Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya,

yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan

tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Menurut UUHC, pencipta adalah seseorang atau beberapa orang

secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan

berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau

keahlian yan dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

Bentuk yang khas dan pribadi dapat diartikan sebagai perwujudan ide dan

pemikiran pencipta yang menunjukkan tentang identitas dan kualitas

Page 40: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

29

dirinya. Misalnya, seorang pencipta lagu A dikenal oleh masyarakat

karena lagu-lagu cinta yang sedih dan melankolis, sedangkan pencipta

lagu B dikenal masyarakat karena lagu-lagunya yang penuh semangat dan

berisi kritik sosial. Dengan demikian, pencipta lagu dikatakan secara tidak

langsung telah menunjukkan identitas diri melalui karya-karya yang

dihasilkannya.

Sebagai penyempurnaan dari peraturan hak cipta, dalm UUHC juga

dimuat beberapa ketentuan baru, di antaranya sebagai berikut.

1. Database, merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi.

2. Peraturan mengenai penggunaan alat apa pun, baik melalui kabel

maupun tanpa kabel, termasuk media internet, untuk pemutaran

produk-produk cakram optik (optical disc) melalui media audio,

media audio visual, dan/atau sarana telekomunikasi.

3. Penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, Arbitrase, atau

alternatif penyelesaian sengketa.

4. Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih

besar bagi pemegang hak.

5. Batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan hak

terkait, baik di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung.

6. Pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana

kontrol teknologi

Page 41: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

30

7. Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap

produk-produk yang menggunakan sarana produksi berteknologi

tinggi.

8. Ancaman pidana atas pelanggaran hak terkait.

9. Ancaman pidana dan denda maksimal.

10. Ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan program

komputer untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan

melawan hukum.5

Sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta maka dibuat Undang-Undang baru yaitu Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang HakCipta. Dimana terdapat hal-hal

baru yang secara garis besar mengatur :6

a. Waktu perlindungan lebih panjang disesuaikan dengan

berbagai Negara sehingga beberapa bidang hak cipta

diberlakukan seumur hidup pencipta ditambah 70 tahun setelah

pencipta meninggal dunia.

b. Membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus

(sold flat).

5 Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, (Bogor : GhaliaIndonesia, 2009), h. 8.

6 Venantia Sri Handayani, Memahami Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta : PenerbitUniversitas katolik Indonesia Atma Jaya, 2015), h. 48.

Page 42: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

31

c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui mediasi, arbitrase

atau pengadilan serta penerapan delik aduan untuk tuntutan

pidana.

d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat

penjualan dan/atau pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait

di pusat tempat perbelanjaan yang dikelolanya.

e. Hak cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud obyek

jaminan fidusia.

f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang

sudah dicatatkan apabila ciptaan melanggar norma agama,

norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan

Negara, serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Pencipta, pemegang hakcipta, pemilik hak terkait menjadi

anggota Lembaga Managemen Kolektif agar dapat menarik

imbalan atau royalti.

h. Pencipta dan/atau pemilik hak terkait mendapat imbalan royalti

untuk ciptaan atau produk hak terkait yang dibuat dalam

hubungan dinas dan digunakans ecara komersial.

i. Lembaga Managemen Kolektif yang berfungsi menghimpun

dan mengelola hakekonomi pencipta dan pemilikhak terkait

wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada

menteri.

Page 43: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

32

j. Penggunaan hak cipta dan hak terkait dalam sarana multimedia

untuk merespon perkembangan teknologi infomasi dan

komunikasi.

3. Hak Moral dan Hak Ekonomi

Hak Cipta dapat dibedakan menjadi dua jenis hak, yakni hak moral

(moral rights) dan hak ekonomi (economic rights). Hak moral adalah hak-

hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta. Konsep hak moral

ini berasal dari sistem hukum kontinental, yaitu dari perancis.

Hak moral tercantum dalam pasal 6 Konvensi Bern yang menyatakan

bahwa :

“... Pencipta memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atas

karyanya dan mengajukan keberatan atas distorsi, mutilasi atau

perubahan-perubahan serta perbuatan pelanggaran lain yang

berkaitan dengan karya tersebut dapat merugikan kehormatan

atau reputasi si Pengarang/Pencipta. ”

Makna dari Hak Moral diatur dalam Pasal 24 UUHC No. 19 Tahun

2002 adalah bahwa dengan Hak Moral, pencipta dari suatu karya cipta

memiliki hak untuk :

a. Dicantumkan nama atau samarannya di dalam Ciptaannya ataupun

salinannya dalam hubungan dengan pengguanaan secara umum;

b. Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi atau bentuk

pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan dengan

Page 44: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

33

karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan

reputasi Pencipta.

Selain itu, tidak satupun dari hak-hak tersebut di atas dapat

dipindahkan selama Penciptanya masih hidup , kecuali atas wasiat

pencipta berdasarkan peraturan perundang-undangan.

“Hak-hak Moral” adalah hak-hak pribadi pencipta/pengarang untuk

dapat mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap disebut sebagai

Pencipta karya tersebut. Hak-hak ini menggambarkan hidupnya hubungan

berkelanjutan dari si Pencipta dengan karyanya walaupun kontrol ekonomi

atas karya tersebut hilang, karena telah diserahkan sepenuhnya kepada

Pemegang Hak Cipta atau lewat jangka waktu perlindungannya seperti

diatur dalam UUHC yang berlaku.

UU Hak Cipta Indonesia menekankan hak-hak moral secara jelas

dibandingkan UU Hak Cipta yang berlaku di negara yang lebih

menggambarkan pengaruh sistem hukum sipil. Pasal 1 ayat 2 dalam

mendefinisikan “Pencipta” mengacu kepada “sesuatu yang bersifat

pribadi” dari suatu hasil karya yang lahir berdasarkan kemampuan pikiran,

imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang diterangkan

keutuhan karya tersebut seperti yang dipahami si Pencipta terlihat

memperoleh perlindungan Hak cipta yang diatur dalam UU.

Hak-hak moral itu berlaku terhadap bermacam penggunaan karya

tersebut. Misalnya, di AS terjadi perdebatan sengit mengenai perwarnaan

film hitam putih yang dibuat pada tahun 1930-an dan 1940-an.

Page 45: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

34

Masalahnya adalah kemungkinan pewarnaan film hitam dan putih dapat

meningkat menjadi perlakuan yang menghina karya tersebut yang berarti

melanggar hak moral dari produser film tersebut.

Isu-isu serupa bermunculan dalam kaitannya denga karya parodi atau

satire film atau film dokumenter yang diedit oleh stasiun televisi atau

perusahaan distributor film tersebut ditayangkan kepada publik.7

Menurut konsep hukum kontinental hak pengarang (droit d’auteur,

author rights) terbagi menjadi hak ekonomi untuk mendapatkan

keuntungan yang bernilai ekonomi seperti uang, dan hak moral yang

menyangkut perlindungan atas reputasi si pencipta.

Untuk hak ekonomi diartikan sebagai hak yang dipunyai oleh si

pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi, menurut Djumhana hak

ekonomi umumnya di setiap negara meliputi jenis hak:

1. Hak Reproduksi atau Penggandaan

Hak pencipta untuk menggandakan ciptaannya, ini merupakan

penjabaran dari hak ekonomi si pencipta. Bentuk penggandaan atau

perbanyakan ini dapat dilakukan secara tradisional maupun melalui

peralatan modern. Hak reproduksi ini juga mencakup perubahan

bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman musik,

pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara

dan film.

7 Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, h. 117

Page 46: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

35

2. Hak Adaptasi

Hak untuk mengadakan adaptasi, dapat berupa penerjemahan dari

bahasa satu kebahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari

nondramatik, mengubah menjadi cerita fiksi dari karangan

nonfiksi, atau sebaliknya. Hak ini diatur baik dalam Konvensi

Berne maupun Konvensi Universal (Universal Copyright

Convention).

3. Hak Distribusi

Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk

menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya.

Penyebaran tersebut dapat berupa bentuk penjualan, penyewaan,

atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal

oleh masyarakat.

Dari hak distribusi itu dapat dimungkinkan timbul hak baru berupa

foreign right, yaitu suatu hak yang dilindungi di luar negaranya.

Misalnya suatu karya cipta berupa buku, karena merupakan buku

yang menarik, maka sangat digemari di negara lain, dengan

demikian buku iitu didistribusikan ke negara tersebut, sehingga

mendapatkan perlindungan sebagai foreign right.

4. Hak Penampilan Atau Performance Right

Hak untuk penyajian kuliah, pidato, khotbah, baik melalui visual

maupun presentasi suara, juga menyangkut penyiaran film, dan

rekaman suara pada media televisi, radio, dan tempat lain yang

Page 47: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

36

menyajikan tampilan tersebut. Setiap orang atau badan yang

menampilkan, atau mempertunjukkan sesuatu karya cipta, harus

meminta izin dari si pemilik hak performing tersebut. Keadaan ini

terasa menyulitkan bagi orang yang akan meminta izin

pertunjukkan tersebut, untuk memudahkan hal tersebut maka

diadakan suatu lembaga yang mengurus hak pertunjukkan itu

dikenal sebagai performing rights society.

5. Hak Penyiaran Dan Broadcasting Right

Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu

ciptaan oleh peralatan kabel. Hak penyiaran ini meliputi penyiaran

ulang dan mentransmisikan ulang. Ketentuan hak ini telah diatur

dalam Konvensi Bern, maupun Konvensi Universal, juga konvensi

tersendiri misalnya Konvensi Roma 1961; dan Konvensi Brussel

1974 yang dikenal dengan Relating on the Distribution of

Programme Carriying Signals transmitted by Satellite.hanya saja

di beberapa negara, hak penyiaran ini masih merupakan cakupan

dari hak pertunjukan.

6. Hak program kabel

Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja

mentransmisikan melalui kabel. Badan penyiaran televsi

mempunyai suatu studio tertentu, dari sana disiarkan program-

program melalui kabel kepada pesawat para pelanggan. Jadi siaran

sudah pasti bersifat komersial.

Page 48: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

37

7. Droit De Suite

Droit de Suite adalah hak pencipta. Hak ini mulai diatur dalam

pasal 14 bis Konvnesi Bern revisi Brussei 1948, yang kemudian

ditambah lagi dengan pasal 14 hasil revisi Stocholm 1967.

Ketentuan Droit de Suit ini menurut petunjuk dari WIPO yang

tercantum dalam buku Guide to Berne Convention, merupakan hak

tambahan. Hak ini bersifat kebendaan.

8. Hak Pinjam Masyarakat Atau Public Lending Right

hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di

perpustakaan, yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak

tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh

masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut.

Dari penjelasan hak cipta yang memunculkan hak moral dan hak

ekonomi ini pada dasarnya khusus untuk hak ekonomi dapat dimiliki si

pencipta satu atau lebih hak ekonomi. Namun demikian, hak-hak diatas

juga pada hakikatnya dapat dimiliki oleh si pencipta berupa orang atau

badan hukum. Ciptaan yang ciptaannya lebih dari satu orang, maka

menurut ketentuan pasal 6 UU Hak Cipta, maka ciptaan itu dimiliki oleh

orang yang mengawasi atau memimpin penyelesaian seluruh ciptaan itu.

Selangkapnya bunyi Pasal 6 UU Hak Cipta menyatakan :

“Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan

oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang

yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau

Page 49: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

38

dalam hal tidak ada tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang

yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi cipta masing-masing atas

bagian ciptaannya itu.”8

C. Lisensi

1. Pengertian Lisensi

Istilah lisensi dalam pengalihan hak cipta kepada pihak lain baru

dijumpai dalam perundang-undangan Hak Cipta Indonesia Tahun 1997.

Masuknya terminology hukum “lisensi” dalam peraturan perundang-

undangan hak cipta didasarkan pada ketentuan Article 6 bis (1) Konvensi

Bern. Ketentuan ini diperlukan untuk memberi landasan pengaturan bagi

praktik pelisensian di bidang Hak Cipta, sebagaimana dikenal dalam paten

dan merk prinsip dasar yang dianut adalah, kecuali diperjanjikan lain,

lisensi selalu bersifat non ekslusif. Artinya, jika tidak ada perjanjian lain,

pemegang hak cipta tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberi

lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan perbuatan hukum

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.9

Lisensi secara umum dapat diartikan pemberian izin, hal ini termasuk

dalam sebuah perjanjian. Definisi lain, pemberian izin dari pemilik

8 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya hukum,(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2004), h. 3.

9 OK. Sadikin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta : PT. RajaGrafindoPersada, 2007), h. 125.

Page 50: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

39

barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi untuk menggunakan

barang atau jasa.10

Menurut Undang-Undangtu Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau

Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau

memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan

persyaratan tertentu.

Dengan demikian lisensi merupakan suatu bentuk pemberian izin

untuk memanfaatkan suatu Hak Atas Kekayaan Intelektual, yang dapat

diberikan oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi agar penerima

lisensi dapat melakukan suatu bentuk kegiatan usaha, baik dalam bentuk

teknologi atau pengetahuan (knowhow) yang dapat dipergunakan untuk

memproduksi menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang

(berwujud) tertentu, maupun yang akan dipergunakan untuk

melakasanakan kegiatan jasa tertentu, dengan mempergunakan Hak Atas

Kekayaan Intelektual yang dilisensikan tersebut. Untuk keperluan tersebut

penerima lisensi diwajibkan untuk memberikan kontraprestasi dalam

bentuk pembayaran royalti yang dikenal juga dengan license fee.11

10 https://id.wikipedia.org/wiki/Lisensi diakses pada tanggal 22 November 2016 Pukul10:26 WIB.

11 Gunawan Widjaja, Lisensi, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h. 11.

Page 51: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

40

2. Jenis-jenis Lisensi Hak Cipta

Pada dasarnya, ada empat penggunaan karya cipta yang harus

melalui Pemberian Lisensi, yaitu:12

a. Lisensi Mekanikal (Mechanical Licenses)

Lisensi Mekanikal diberikan kepada Perusahaan Rekaman sebagai

bentuk izin penggunaan karya cipta. Seseorang pencipta lagu

dapat melakukan negosiasi langsung atau melalui penerbit musiknya

dengan siapa saja yang menginginkan lagu ciptaannya untuk di

eksploitir. Artinya, siapa saja yang ingin merekam, memperbanyak,

serta mengedarkan sebuah karya cipta bagi kepentingan komersial,

berkewajiban mendapatkan lisensi mekanikal.

Bila sebuah lagu telah di liris secara komersial untuk pertama

kalinya dan telah melewati batas waktu yang disepakati bersama,

pencipta lagu dapat memberikan lisensi mekanikal untuk lagu

ciptaannya tersebut kepada siapa saja yang memerlukannya untuk

dieksploitasi kembali. Biasanya bentuk rilis album kedua dan

selanjutnya ini diterbitkan dalam bentuk album seleksi atau

kompilasi.

b. Lisensi Pengumuman / Penyiaran (Peforming Licenses)

Lisensi penyiaran adalah salah satu bentuk izin yang diberikan oleh

pemilik hak cipta bagi lembaga-lembaga penyiaran seperti televisi,

radio, konser dan lain-lain. Setiap kali lagu ditampilkan atau

12 Syarifuddin, Perjanjian Lisensi dan Pendaftaran Hak Cipta, (Bandung : PT. Alumni,2013), h. 87.

Page 52: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

41

diperdengarkan kepada umum untuk kepentingan komersial,

penyelenggara siaran tersebut berkewajiban membayar royalti

kepada pencipta lagunya. Pemungutan royalti performing rights ini

pada umumnya dikelola atau ditangani oleh sebuah lembaga

administrasi kolektif hak cipta.

c. Lisensi Sinkronisasi (Synchronization Licenses)

Lisensi ini diberikan untuk kepentingan pengumuman sebuah lagu

dalam bentuk cetakan, baik untuk partitur musik maupun kumpulan

notasi dan lirik lagu-lagu yang diedarkan secara komersial. Hal

ini banyak diproduksi dalam bentuk buku nyanyian atau dimuat pada

majalah musik dan lain-lain.

d. Lisensi Mengumumkan Lembar Hasil Cetakan (Print Licenses)

Melalui sebuah lisensi sinkronisasi, pengguna dapat

mengeksploitasi ciptaan seseorang dalam bentuk visual image

untuk kepentingan komersial. Visual image ini biasanya berbentuk

video, DVD, VCD, MP3, program televisi atau audio visual lainnya.

e. Lisensi Luar Negeri (Foreign Licenses)

Lisensi Luar Negeri ini adalah sebuah lisensi yang diberikan

pencipta lagu atau penerbit musik kepada sebuah Perusahaan

Agency di sebuah negara untuk mewakili mereka dalam

memungut royalti lagunya atas penggunaan yang dilakukan oleh

penggunanya di negara bersangkutan bahkan di seluruh dunia.

Page 53: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

42

D. Royalti

1. Pengertian Royalti

Royalty (inggris) yang diterjemahkan sebagai honorarium (fee) adalah

uang jasa. Uang jasa (royalty) yang dibayar atau diberikan kepada pemilik

HKI, misalnya kepada pengarang untuk setiap buku yang diterbitkan. Atau

Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) kepada anggotanya yang terdiri

dari para pemusik atau penyanyi.

Untuk mengadministrasikan, mengumpulkan, mendistribusikan royalty

para pencipta lagu dari user didirikan lembaga masyarakat, misalnya

Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI), yang juga mewakili Indonesia.

Pengguna karya cipta (user) wajib meminta ijin dan membayar royalty bila

memperdengarkan lagu, dan mempertunjukkannya pada kegiatan : radio,

TV, penerbangan, transportasi lain, tempat-tempat hiburan, restoran,

diskotik atau karaoke.13

Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 tidak memberi definisi

mengenai royalti. Namun, dalam Pasal 45 ayat (3), mengatur tentang

kewajiban pembayaran royalti kepada pemegang hak cipta oleh penerima

lisensi, dan ayat (4) mengatur besarnya atau jumlah royalti yang wajib

dibayarkan kepada pemegang hak cipta oleh penerima lisensi berdasarkan

pada kesepakatan dari kedua belah pihak dengan berpedoman pada

kesepakatan organisasi profesi.14

13 Venantia Sri Handayani, Memahami Atas Kekayaan Intelektual, h. 42.

14 Tyas Ika Merdekawati, Implemantasi Pemungutan Royalti Lagu Atau Musik UntukKepentingan Komersial, h. 99.

Page 54: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

43

Sehingga dapat disimpulkan bahwa royalti berhubungan dengan

pembagian bagian keuntungan berupa persentase dari penggunaan HKI

dalam hal ini adalah hak cipta yang diperoleh pencipta atau pemegang hak

cipta atas ijin yang diberikan kepada pihak lain oleh pencipta atau

pemegang hak cipta atas penggunaan suatu ciptaan. Untuk

mengadministrasi royalti ciptaan-ciptaan lagu, di Indonesia dan juga di

negara-negara lain didirikan lembaga-lembaga untuk menjembatani

para pencipta lagu dengan para pemakai lagu (users) untuk mengurusi

dan mengadministrasi pemakaian lagu dan menyelesaikan kewajiban

user membayar royalti, disebut juga dengan Collecting Society.15

2. Jenis-Jenis Royalti

Didalam Industri musik royalti dapat dibedakan antara lain :

1. Royalti (Royalty Payment) yaitu sistem pembayaran atau

kompensasi secara bertahap, baik dengan/ tanpa uang muka atau

Advance bagi penggunaan sebuah ciptaan. Pembayaran jenis ini

mengikuti omset penjualan secara terus menerus selama produknya

dijual di pasaran.

2. Flat (Flat Payment) adalah sistem pembayaran langsung atau tidak

bertahap. Dengan kata lain, royalti dibayarkan secara sekaligus atas

penggunaan sebuah karya cipta musik. Pembayaran ini harus

ditentukan jumlah dan jangka waktu peredarannya.

15 Sulasno, Kewenangan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) Sebagai PerformingRight Collecting Society, (Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 4 No. 3, September 2012), h. 148.

Page 55: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

44

Royalti harus dibayar karena lagu adalah suatu karya intelektual

manusia yang mendapat perlindungan hukum. Jika pihak lain ingin

menggunakannya sepatutnya meminta izin kepada si pemilik hak cipta.

Pembayaran royalti merupakan konsekuensi dari menggunakan jasa/ karya

orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, lagu merupakan salah satu sarana

penunjang dalam kegiatan usaha, misalnya restoran, diskotik atau karaoke

hingga usaha penyiaran.16

16 Tyas Ika Merdekawati, Implemantasi Pemungutan Royalti Lagu Atau Musik UntukKepentingan Komersial, h. 101.

Page 56: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

45

BAB III

PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU OLEH YKCI

A. Sejarah, Tujuan dan Tugas dari YKCI

1. Sejarah Terbentuknya YKCI

Yayasan Karya Cipta Indonesia didirikan pada tanggal 15 Januari

1988 dengan nama pertama Indonesia Collecting Society (INCOS),

yang kemudian diubah menjadi Yayasan Karya Cipta Indonesia.

Pendiri pertamanya disponsori oleh Organisasi Pencipta Lagu dan

Penulis Lirik Internasional (CISAC) dan PAPPRI1. Mulai tanggal 15

Januari 1991 Yayasan Karya Cipta Indonesia ini telah bekerja sama

dan menandatangani sebuah perjanjian timbal balik dengan Buma

Stemra (Belanda) dan CISAC.2

Yayasan Karya Cipta Indonesia ini didirikan oleh Peguyuban Artis

Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia. YKCI

merupakan suatu badan hukum pengelola performing right (hak

mengumumkan) dari para pencipta lagu di Indonesia, sehingga dengan

adanya badan hukum ini hak Pencipta musik dan lagu 34 Universitas

1 PAPPRI didirikan pertama kali pada tanggal 18 Juni 1986, semula merupakan singkatandari Paguyuban Artis Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia, kemudian pada tahun1987, kepanjangannya berubah menjadi Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan PenataMusik Rekaman Indonesia sebagai satu-satunya organisasi profesi yang resmi tercatat padalembaran Negara RI dan kemudian yang diputuskan pada Kongres II PAPPRI tahun 1994.Sebagai wadah para pemilik hak cipta, PAPPRI juga merupakan anggota resmi dari CISAC (TheInternational Confederation of Sociates of Authors And Composers) di Paris.

2 Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1998), h. 105.

Page 57: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

46

Sumatera Utara khusunya hak mengumumkan musik dan lagu tersebut

dapat direalisasikan pelaksanaannya.

YKCI dibentuk dan didirikan untuk membantu para pencipta

mengelola Hak Cipta atas musik dan lagu, khusunya dalam bidang hak

mengumumkan musik dan lagu atau performing right atau hak

memperbanyak musik dan lagu (rekaman) karena banyaknya keluhan-

keluhan terhadap dirugikannya para pencipta dalam perjanjian lisensi

mechanical right antara produser dengan pencipta musik dan lagu.

Yayasan Karya Cipta Indonesia(YKCI) adalah sebuah wadah

kolektif manajemen yang didirikan pada tanggal 12 Juni 1990 di

Jakarta. YKCI ini berperan sebagai pemegang hak cipta lagu yang di

beri kuasa oleh pencipta untuk menarik royalti atas pemakaian karya

cipta lagu oleh pelaku usaha sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2002 tentang hak cipta.

YKCI didirikan oleh para pencipta lagu dan para musisi Indonesia,

khususnya yang tergabung dalam PAPPRI (Persatuan Artis Pencipta

Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia) dengan didukung oleh

para sarjana hukum yang menaruh perhatian terhadap persoalan-

persoalan hak cipta. 32 Para pencipta lagu terdiri dari mereka

yang senior seperti H. Mutahar, Maladi hingga yang lebih muda

seperti Tito Soemarsono, Ebiet G. Ade, Elfa Secioria.3

3 Kurnialif Triono, Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta TerhadapPemberian Lisensi Karya Cipta Lagu, (Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 31.

Page 58: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

47

2. Tujuan Dari YKCI

Adapun maksud tujuan berdirinya KCI yaitu sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 4 Anggaran Dasarnya, adalah :

1) Mengurus kepentingan para Pencipta Indonesia yang hak

ciptanya dikuasakan kepada yayasan, terutama dalam rangka

pemungutan fee/royalti bagi pemakaian hak ciptanya oleh

orang lain untuk kepentingan penggunaan yang bersifat

komersial baik di dalam maupun luar negeri;

2) Mewakili kepentingan para Pencipta luar negeri, terutama

dalam rangka pemungutan fee/royalti atas pemakaian hak cipta

asing oleh orang lain untuk kepentingan penggunaan yang

bersifat komersial di wilayah Indonesia;

3) Mewakili dalam mempertahankan dan melindungi kepentingan

para Pencipta atas pelanggaran hak ciptaa; dan

4) Meningkatkan kreativitas para Pencipta melalui pendidikan,

pembinaan, pengembangan, dan kemampuan pengetahuan

dalam bidang musik.

Selain mempunyai tujuan, YKCI juga mempunyai visi dan misi.

YKCI mempunyai visi untuk mengoptimalkan pendapatan royalti

untuk kesejahteraan para anggotanya yaitu para Pencipta lagu, lirikus,

penata musik atau Pemegang Hak Ciptanya. Sedangkan misi dari

YKCI terdiri dari 2 (dua) yaitu :

Page 59: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

48

a. Untuk anggotanya, YKCI menjalankan fungsi administrasi

kolektif secara efektif dan efisien untuk memaksimalkan

pendapatan royalti serta meminimalkan pengeluaran biaya.

b. Untuk pengguna musik dan lagu, YKCI memberikan informasi

yang akurat dan lengkap serta ilmiah kepada pengguna musik

dan lagu, sehingga dapat memberikan manfaat yang diperoleh

untuk menghindari sekecil mungkin atas pelanggaran Hak

Cipta.

3. Tugas Dari YKCI

Untuk melaksanakan maksud dari tujuan tersebut KCI memiliki

usaha atau tugas sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Anggaran

Dasarnya yaitu :

1) Melaksanakan administrasi bersama (collecting administration)

atau pemakaian hak cipta dari para Pencipta pada umumnya,

Pencipta lagu pada khususnya, baik Ciptaan Indonesia maupun

asing;

2) Melakukan pemungutan fee/royalti atas pemakaian hak cipta

untuk kepentingan komersial baik berupa pertunjukkan maupun

penyiaran dan penggandaan melalui media cetak maupun alat

mekanik (mechanical right);

3) Mendistribusikan pungutan fee/royalti tersebut dalam sub b

kepada yang berhak setelah dipotong biaya administrasi; dan

Page 60: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

49

4) Berperan serta aktif dalam kegiatan pendidikan kreativitas,

pengetahuan, dan kemampuan para Pencipta lagu.4

B. YKCI Sebagai Manajemen Kolektif

YKCI adalah badan hukum nirlaba yang berbentuk yayasan, artinya

adalah suatu organisasi yang tidak mengambil keuntungan dalam arti

memupuk laba sebagaimana suatu perseroan terbatas, dengan anggaran

dasar yang telah disusun dan disesuaikan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.

Lahirnya organisasi manajemen kolektif lagu atau collecting society di

Indonesia merupakan suatu bentuk interprestasi atas dilindunginya suatu

karya cipta sebagaimana disebutkan dalam UUHC. Namun dalam

prakteknya di masyarakat, UUHC masih dianggap lemah, sebab tidak

mencantumkan secara tagas mengenai definisi lembaga manajemen

kolektif dan menunjuk lembaga mana yang berhak menjadi manajemen

kolektif.

Adanya lembaga manajemen kolektif pemungut royalti seperti YKCI

didasarkan atas pemikiran bahwa, terdapat kemudahan dalam akses

pengajuan izin yang diperoleh oleh mereka yang menggunakan atau

menikmati musik sesuai ketentuan yang berlaku dan dengan cara yang

tertib. Bagi YKCI, ini berhak untuk mewakili atau menyajikan katalog

daftar lagu seluruh dunia, dengan atau tanpa teks, untuk memberikan

lisensi pengguna musik tanpa diskriminasi kepada pemakai (users) yang

4 Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, h. 199

Page 61: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

50

memnuhi syarat, mengontrol penggunaan yang sah, menagih uang dari

penggunaan tersebut dan kemudian mendistribusikannya kepada para

pemilik hak cipta setelah dipotong biaya yang layak berdasarkan prinsip-

prinsip yang disetujui di antara para pihak. Dengan demikian, penggunaan

tersebut membentuk dasar perhitungan jumlah royalti kemudian di

distribusikan kepada para pemegang hak dari masing-masing pemilik

karya tersebut.5

C. Proses Pemungutan dan Pembayaran Royalti oleh YKCI

Di indonesia, cara pembagian royalti yang didistribusikan oleh YKCI

Kepada Pencipta Musik atau Lagu, mengikuti tahapan sebagai berikut :6

Sebelum royalti dipungut dari pemakai (user), untuk kemudian

dibayarkan kepada pencipta diperlukan data, nama-nama pencipta atau

pemegang hak cipta, laporan pemakaian musik atau lagu oleh pemakai

serta beberapa kali pemutarannya. Data diisi oleh pemakai berdasarkan

kesadaran dan perlindungan sendiri (self assessment). Selanjutnya user

membayar royalti kepada YKCI, berdasarkan jumlah yang sudah

ditentukan olehnya. Prinsip dasar perindustrian royalti ialah, membagikan

royalti yang dikumpulkan dari user berdasarkan laporan pemakaian musik.

Royalti didistribusikan kepada pencipta atau pemegang hak yang

sudah menjadi anggota YKCI. Besar kecilnya royalti tergantung dari

5 Rina Sartika Pamela, Perspektif Yuridis Mengenai Mekanisme Pemungutan Royalti AtasLagu Serta Kendala Yang Dihadapi oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia, (Jakarta : FakultasHukum Pasca sarjana Universitas Indonesia, 2011), h. 74.

6 Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta : Program Pasca sarjanaFakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), h. 315.

Page 62: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

51

pemakaian lagu atau musik yang dibagi berdasarkan kelompok

pemakaiannya. Jumlah royalti yang diterima dari tiap lagu dari tempat

yang sama, bisa berlainan setiap tahunnya.7

Selain mengelola performing right, YKCI sejak tanggal 1 Januari

1999, merancang suatu mekanisme sistem royalti untuk mechanical right.

Minimum royalti adalah Rp. 250.000 ( sudah dihitung pajak dan komisi

untuk YKCI sebesar 10%), untuk sebuah lagu yang direkam oleh

perusahaan rekaman pada masa edar pertama. Selanjutnya, akan dihitung

berdasarkan unit yang terjual, baik yang direkam, dijual, album seleksi,

maupun kompilasi, terjemahan, rekaman ulang. Ada cara lain untuk

menghitung royalti atau penghargaan atas lagu yang lebih lazim dianut

secara internasional. Presentase (5,4%) dari harga tertentu, biasanya

dihitung dari harga distributor (Published Price to Dealer), dikalikan

dengan jumlah unit kaset yang dijual. Penanganan mechanical right

pencipta, setelah pencipta menunjuk YKCI sebagai kolektor, kemudian

menandatangani perjanjian yang terpisah dari perjanjian performing right.

Perjanjian tersebut berisikan kesepakatan, antara lain, pencipta akan

memberitahu ke YKCI, tentang daftar lagu yang telah diserahkan kepada

Produser Perusahaan Rekaman (P3). Selanjutnya, pencipta menerima

royalti dari Divisi MR (Mechanical Rights) YKCI, segera setelah lagu

tersebut dinyatakan resmi diterima oleh perusahaan rekaman atau P3,

dalam bentuk penyerahan berkas dari P3 yang dinamakan Song Permision

7 Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, h. 315.

Page 63: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

52

Order (SPO). Pencipta tidak dapat menerima royalti secara langsung dari

P3, karena dapat menyulitkan perhitungan royalti atas penjualan.

Penunjukan YKCI sebagai kolektor melalui perjanjian kuasa berlaku untuk

jangka waktu tiga tahun, dan dapat diperpanjang untuk kurun waktu yang

sama. Disamping itu, mekanisme pembayaran royalti menurut

memorandum kesepakatan antara YKCI (Yayasa Karya Cipta Indonesia)

dan ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia). Produser akan

membayar royalti atas setiap lagu yang direkamnya yang berada di bawah

pengelolaan YKCI.

Penentuan besaran royalti dilakukan berdasarkan perjanjian lisensi.

Setiap produk yang diedarkan harus mencantumkan harga jual toko, baik

untuk format kaset maupun compact disc, dimana setiap perubahan atas

harga, produser harus segera memberitahukan YKCI, sejak perencanaan

awal. Untuk produk yang diedarkan diluar wilayah indonesia, harga dan

tarif yang digunakan adalah yang berlaku di negara bersangkutan.

Produser akan memberitahu nama, alamat, pernyataan jumlah yang

diekspor dan informasi lainnya dari importir di negara tujuan. Dalam hal

ini YKCI dapat menggunakan jasa instansi Bea Cukai untuk meneliti kaset

atau compact disc yang akan diekspor, apabila ditemukan alasan yang kuat

menduga kaset compact disc tersebut berisikan repertoire yang belum

diketahui oleh YKCI. PAPPRI dan ASIRI, dan tiga organisasi profesi hak

cipta pernah menerbitkan SPPL (Surat Perjanjian Pemakaian Lagu) pada

Page 64: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

53

tanggal 21 Februari 1994. SPPL ini mengatur perjanjian pembelian lagu

antara pencipta dan produser rekaman dengan sistem royalti.

Pembayaran royalti oleh pengguna (user) dilakukan melalui transfer

Bank, yang kemudian bukti pembayaran tersebut dikirimkan kepada

YKCI. Setelah pembayaran dilakukan dan YKCI menerima bukti

pembayaran dari pengguna, maka YKCI memiliki kewajiban untuk

menerbitkan Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik (SPLM). SPLM ini

kemudian diberikan kepada user untuk dipergunakan dalam jangka waktu

1 (satu) tahun kedepan. Sebagai sebuah bentuk perlindungan, maka

pengguna berdasarkan ketentuan dalam UUHC, wajib mencatatkan

/mendaftarkan perjanjian lisensi di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual. Hal ini bertujuan agar perjanjian lisensi dapat mempunyai

akibat hukum terhadap pihak ketiga. Sekalipun telah memiliki SPLM dan

berhak untuk menggunakan seluruh karya musik pencipta yang diwakilkan

oleh YKCI dalam kegiatan usahanya (Blanket Licensee), namun pengguna

masih dibebankan kewajiban berupa memberikan laporan pengguna

musiknya (Logsheet/Program Return) untuk kepentingan pembayaran

royalti kepada pencipta.

Setelah satu tahun dan habisnya jangka waktu SPLM, maka YKCI

melakukan konsfirmasi kepada users dan menanyakan apakah ada

perubahan data. Jika tidak ada, YKCI akan mengirimkan invoice kembali

kapada pengguna. Namun jika terdapat perubahan data, maka licensing

executive YKCI akan melakukan penyesuaian. Dan untuk selanjutnya,

Page 65: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

54

invoice perubahan tersebut akan dikirimkan kembali kepada pengguna.

Dalam alur mekanisme pemungutan royalti ini, terdapat sebuah tahapan

yang merupakan inti dari keseluruhan proses, yakni pendistribusian royalti

kepada pencipta/pemegang hak.8

8 Rina Sartika Pamela, Perspektif Yuridis Mengenai Mekanisme Pemungutan Royalti AtasLagu Serta Kendala Yang Dihadapi oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia, h. 91.

Page 66: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

55

BAB IV

LEGALITAS PEMUNGUTAN ROYALTI TERHADAP KARYA CIPTA

LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013)

A. Legal Standing Yayasan Karya Cipta Indonesia

Yayasan Karya Cipta Indonesia merupakan sebuah lembaga

manajemen kolektif di Indonesia berbentuk badan hukum nirlaba di

Indonesia untuk memungut royalti atas karya cipta lagu oleh para

pengguna yang bersifat komersial. Tugas dari Yayasan Karya Cipta

Indonesia yaitu memungut royalti untuk para pemilik atau

pencipta(pemberi kuasa) dari pengguna maupun pelaku usaha yang

bersifat komersial dan mendistribusikannya kembali kepada para pemilik

atau pencipta tersebut.

Yayasan Karya Cipta Indonesia sebagai lembaga manajemen

kolektif sejak didirikan memiliki hak dan kewajiban. Dan dari hak yang

didapat oleh Yayasan Karya Cipta Idonesia tersebut menimbulkan

kewajiban yaitu memberikan perlindungan hukum bagi pencipta berupa

royalti.

Dalam pertimbangan Hakim Agung, Majelis Hakim berpendapat

bahwa didalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 legal standing

dari Yayasan Karya Cipta Indonesia dalam mewakili para pencipta tidak

ada, sehingga Yayasan Karya Cipta Indonesia tidak memiliki kewenangan

dalam pemungutan royalti.

B. Posisi Kasus

Kasus Hak Cipta antara PT. Vizta Pratama Inul Vista Karaoke

Manado yang beralamat di Kompleks Mega Mas Blok A I-A2 unit ruko

nomor 50-52 Manado Sulawesi Utara dalam hal ini memberi kuasa

kepada Hotmaraja B Nainggolan, S.H., dankawan, para Advokat, disebut

sebagai Pemohon Kasasi dahulu Tergugat. Melawan Yayasan Karya Cipta

Indonesia (KCI) yang beralamat ITC Dutamas Blok D1 Nomor 20 Cipete

Page 67: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

56

Utara, kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang diwakili oleh selaku ketua

Yayasan Drs. Dharma Orat mangun, M.Si., dalam hal ini memberi kuasa

kepada Denny F. Kaunang, S.H., dan parakawan, para Advokat/Penasihat

Hukum, disebut sebagai Termohon Kasasi dahulu Penggugat.

Posisi kasus pada putusan Mahkamah Agung 392

K/Pdt.Sus.HKI/2013 merupakan kasus perdata khusus hak atas kekayaan

intelektual (hak cipta), yaitu antara Yayasan Karya Cipta Indonesia

(YKCI) dengan PT. Vizta Pratama Inul Vista Karaoke Manado. Gugatan

yang dilakukan Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap PT. Vizta

Pratama Inul Vista Karaoke Manado yang merupakan tergugat, yang

dalam menjalankan kegiatan usahanya tersebut si tergugat telah

mempergunakan karya cipta musik dan lagu dari dalam maupun luar

negeri dengan cara memutar, menyiarkan dan memperdengarkan karya

cipta musik dan lagu tersebut.

Adapun lagu-lagu yang diumumkan tergugat dalam bentuk musik

hidup yang dimana dalam menu/daftar lagunya menyajikan daftar lagu

yang terdiri di antaranya :

1. Koleksi lagu-lagu Indonesia;

2. Koleksi lagu-lagu Barat;

3. Koleksi lagu-lagu Daerah;

4. Koleksi lagu-lagu Anak-Anak ; dan

5. Koleksi lagu-lagu Rohani.

Didalam gugatannya, Yayasan Karya Cipta Indonesia menyatakan

bahwa PT. Vizta Pratama Inul Vista Karaoke Manado sebagai tergugat

melakukan kegiatan usahanya memutar dan memperdengarkan karya cipta

musik dan lagu dari dalam maupun luar negeri sehingga termasuk dalam

kategori “mengumumkan” sesuai Undang-Undang Hak Cipta, oleh karena

itu, seharusnya tergugat wajib terlebih dahulu mendapatkan izin berupa

Lisensi dari pemilik dan atau pemegang hak cipta lagu dan musik tersebut,

yang dalam hal ini adalah penggugat. Namun hal ini tidak dilakukan oleh

tergugat.

Page 68: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

57

Lebih lanjut penggugat menyatakan bahwa sejak tanggal 30 Maret

2012, Tergugat sudah tidak lagi mempunyai izin berupa Lisensi dalam

melakukan kegiatan usaha karaokenya tetapi masih menjalankan

usahanya. Padahal lisensi tersebut wajib dimiliki oleh Tergugat karena

secara de facto1 bahwa ciptaan (lagu) adalah faktor yang paling utama

dalam usaha karaoke yang dijalankan oleh Tergugat. Tanpa lagu, usaha

karaoke Tergugat tidak ada artinya sama sekali. Demgan demikian,

dengan tidak adanya izin berupa Lisensi yang dimiliki oleh Tergugat,

maka Tergugat nyata telah melakukan suatu pelanggaran hukum di bidang

Hak Cipta seperti yang disyaratkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Hak Cipta.

Di samping itu, dalam melakukan pembayaran royalti kepada

Penggugat, Tergugat tidak memperhatikan kewajaran dan rasa keadilan.

Untuk memenuhi rasa keadilan, baik bagi pihak Penggugat maupun pihak

Tergugat, pembayaran nilai royalti yang seharusnya dibayarkan oleh

Tergugat kepada Penggugat untuk periode tanggal 30 Maret 2012 sampai

dengan 20 November 2012 atau sama dengan 8 (delapan) bulan tanpa izin

dimana Tergugat memiliki 55 (lima puluh lima) kamar/room adalah

dengan perhitungan sebagai berikut :

Rp 720.000,00 per tahun : 360 hari = Rp 2.000,00 per hari;

Rp 2.000,00 per hari x 30 hari = Rp 60.000,00 per bulan;

Rp 60.000,00 per bulan x 55 kamar = Rp 3.300.000,00 per bulan;

Jadi, selama 8 (delapan) bulan tanpa izin, Tergugat harus

membayar sebesar :

Rp 3.300.000,00 x 8 bulan = Rp 26.400.000,00;

Sedagkan untuk biaya pengurusan Sertifikat/Lisensi yang telah

lewat masa berlakunya sejak 8 bulan yang lalu adalah sebesar:

Rp 720.000,00 per tahun x 55 kamar = Rp 39.600.000,00 ditambah 10% =

Rp 3.960.000,00 adalah sebesar Rp 43.560.000,00

1 De facto dalam bahasa Latin adalah ungkapan yang berarti "pada kenyataannya (fakta)"atau "pada praktiknya".

Page 69: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

58

Sehingga total yang harus di bayar oleh pihak Tergugat untuk

pembayaran royalti selama 8 bulan dengan tidak mempunyai

Sertifikat/Lisensi sebesar Rp 26.400.000,00 (dua puluh enam juta empat

ratus ribu rupiah) dengan ditambah dengan Rp 43.560.000,00 (empat

puluh tiga juta lima ratus enam puluh ribu rupiah). Jadi, total keseluruhan

yang harus dibayar oleh Tergugat ke Penggugat adalah Rp 69.960.000,00

(enam puluh sembilan juta sembilan ratus enam puluh ribu rupiah).

Bahwa besarnya tarif royalti yang diberlakukan oleh Yayasan

Karya Cipta Indonesia (KCI) mengacu pada standar internasional yang

ditetapkan oleh CISAC. Perhitungan tersebut diberlakukan oleh penggugat

kepada user lain, khususnya yang mempunyai kegiatan usaha karaoke.

Dalam halini Tergugat mempertanyakan mengenai legalitas

Penggugat dalam penagihan royalti kepada Tergugat, karena pada

ketentuan perundang-undangan bahkan Undang-Undang Hak Cipta

menyebutkan Termohon Kasasi/KCI sebagai lembaga yang tidak

berwenang untuk menagih royalti kepada para user.

C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri / Niaga Makassar Pada

Putusan Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN. Niaga Mks.

Terhadap gugatan yang diajukan di Pengadilan Niaga Makassar,

maka hakim Pengadilan Niaga Makassar telah mengambil putusan pada

tanggal 28 Maret 2013 yaitu Putusan Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN.

Niaga yang amar putusannya berbunyi :

I. Dalam Konvensi

1. Dalam Eksepsi

- Menolak eksepsi tergugat untuk seluruhnya ;

2. Dalam Pokok Perkara

- Mengabulkan gugatan penggugat sebagian ;

- Menyatakan tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap

hak cipta lagu karya cipta lagu / musik yaitu telah melakukan

kegiatan pengumuman (performing) tanpa izin dan penggugat

Page 70: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

59

yang dikwalifikasi sebagai Perbuatan Melawan Hukum (PMH)

;

- Menghukum tergugat membayar ganti rugi / royalty sebesar Rp

15.840.000, (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu

rupiah) kepada penggugat ;

- Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi ;

II. Dalam Rekonvensi

- Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi

III. Dalam Konvensi dan Rekonvensi

Menghukum tergugat dalam konvensi Penggugat dalam

Rekonvensi untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp 1.511.000

(satu juta lima ratus sebelas ribu rupiah) ;

Amar putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan

Niaga Makassar berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

I. Dalam Konvensi

Menimbang, bahwa maksud gugatan Penggugat adalah

sebagaimana dalam surat gugatannya tersebut ;

I.1. Dalam Eksepsi

Menimmbang, bahwa Tergugat telah mengajukan eksepsi atas

gugatan Penggugat sebagaimana tertuang dalam jawabannya ;

A. Eksepsi Error In Persona ;

Bahwa gugatan Penggugatan sebagaimana nyata tersurat

dalam gugatan a quo ditujukan kepada PT. VIZTA PRATAMA

(INUL VISTA KARAOKE MANADO), berkedudukan di

Kompleks Mega Mas Blok 1-A2 Jalan Unit Ruko No. 50-52

Manado Sulawesi Utara;

Bahwa Berdasarkan fakta yang ada, dialamat tersebut diatas

sebagaimana dalil penggugat tidak terdapat dan tidak dikenal PT.

VIZTA PRATAMA ;

Page 71: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

60

Bahwa yang sebenarnya berdomisili hukum dialamat

tersebut diatas adalah CV. MUARA INDAH yang dipimpin oleh

DAVID GONI JOKOM, MBA. MSA ;

Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim gugatan

Penggugat sudah tepat dan benar dengan menggugat PT. INUL

VISTA karena hubungan hukum yang tercipta antara Penggugat

selaku lembaga Kolektif Manajemen (LKM) dengan Tergugat PT.

INUL VISTA selaku pengguna karya cipta music / lagu ;

Bahwa tergugat sebagai Badan Hukum dalam mengelola

usahanya melakukan kerja sama dengan pihak ketiga secara

francise (waralaba)dengan membuka beberapa outlet yang

tersebar di beberapa kota di Indonesia, demikian halnya dalam

perkara in casu, Tergugat kerja sama (melakukan francise /

waralaba) dengan CV. Suara indah yang beralamat di Megamas

Manado Blok 1-A2 Jl. Unit Ruko No. 50-52 Manado Sulawesi

Utara (sebagaimana disebutkan dalam gugatan) ;

Bahwa dengan demikian CV. Suara Indah adalah

berkepetingan untuk membela kepentingannya, karena alamat

yang ditujukan dalam gugatan sama dengan alamat outlet yang

dikelola oleh CV. Suara Indah

B. Eksepsi Litis Pendentis

Bahwa gugatan yang sama telah dan sementara

disidangkan, di pengadilan Niaga Jakarta Pusat, sehingga untuk

menghindari duplikasi seyogyanya gugatan In Casu harus ditolak

setidaknya tidak dapat diterima ;

Menimbang, bahwa menurut hemat majelis, mengenai siapa

substansi dan dimana gugatan itu diajukan sepenuhnya menjadi

wewenang Penggugat, sepanjang memenuhi ketentuan hukum ;

Dalam Pasal 148 (1) Rbg “ditentukan gugatan diajukan di

tempat tanggal / domisili Tergugat” sedangkan outlet PT. Inul

Vista yang digugat adalah berdomisili di Manado, sehingga

Page 72: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

61

gugatan dimaksud sudah tepat diajukan ke Pengadilan Niaga

Makassar yang wilayahnya meliputi wilayah hukum Sulawesi

Utara (Manado) ;

Dengan demikian makas eksepsi Tergugat tersebut harus

pula dinyatakan di tolak ;

C. Eksepsi Surat Kuasa Penggugat selaku penerima kuasa dari

pencipta lagu bersifat umum dan tidak bersifat khusus sehingga

tidak memenuhi syarat formal ;

Bahwa kuasa yang diterima Penggugat dari para pencipta

lagu tersebut bersifat umum yaitu antara lain untuk melakukan

pemungutan Royalti dan melakukan gugatan ke Pengadilan,

karena sifat surat kuasa tersebut umumdan bukan khusus, maka

kuasa yang diterima oleh Penggugat dari 2.636 pencipta lagu

tersebut tidak dapat dipakai untuk mengajukan gugatan ke

Pengadilan, apalagi menurut kabar berita, terdapat banyak

pencipta lagu yan telah mencabut kuasa dari Penggugat, Tergugat

mensoomer Penggugat untuk membuktikan hal tersebut dalam

persidangan ini ;

Bahwa disamping itu, Penggugat saat ini sudah

mengundurkan diri Keanggotaan CISAC terhitung sejak bulan

November 2012, sehingga dalil posita Penggugat angka 3 harus

ditolak, Penggugat tidak dapat lagi mengklaim sebagai wakil

sebagai wakil dari 136 negara anggota CISAC dan 2 juta pencipta

lagu asing, dengan demikian Penggugat juga tidak memiliki

kewenangan untuk mengajukan gugatan a quo berdasarkan

Reciporal Agreement antara Penggugat denga CISAC ;

Menimbang, bahwa dalam hal ini harus dibedakan antara

surat kuasa para pencipta lagu kepada Karya Cipta Indonesia

(KCI), dengan surat kuasa untuk berperkara, terhadap hal tersebut

Majelis mempertimbangkan sebagai berikut ;

Page 73: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

62

Bahwa Penggugat adalah suatu badan hukum (Recht

Person) yang berbentuk Yayasan yang didirikan berdasarkan Akte

pendirian Nomor 42 tertanggal 12 Juni 1990 yang dibuat oleh dab

di hadapan Ny. Lindasari Bachroem, S.H., Notaris Jakarta, yang

diprakarsai oleh para seniman music/ pencipta, diantaranya yaitu :

Hein Enteng Tanamal, Titiek Puspa, Guruh Soekarno Putra, Rinto

Harapa, Chandra Darusman, S.E., Wakter simanjuntak, S.H., taufik

hidayat, bambang kesowo, S.H., LL. A Riyanto, Dimas Wahab,

Paul Hutabarat, S.H., Tb. Sadikin Zuchra dan PAPPI (Persatuan

Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia).

Bahwa penggugat dalam kegiatan usahanya bertindak

sebagai suatu wadah kolektif manajemen, dimana wadah ini

sebagai pemegang hak cipta yang mendapat kuasa dari pencipta

sebagai pemilik hak cipta sesuai Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dan Wadah

ini dikalangan internasional biasa disebut Collective Management

Oraganization (CMO) atau dalam bahasa indonesia disebut

Lembaga Manjemen Kolektif (LMK), dimana secara internasional,

komunitas pencipta tergabung dalam organisasi internasional yaitu

International Confederation of Societes of Aouthors and

Composers (CISAC) yang berkedudukan di Paris, Perancis, dengan

beranggotakan beberapa CMO di 136 negara, dimana Penggugat

sebagai salah satu CMO yang pertama kali berdiri di Indonesia dan

pada tahun 1991 telah diterima sebagai anggota CISAC yan ke

109, disamping itu, eksitensi Penggugat sebagai Lembaga

Manajemen Koletif di Indonesia telag terdapat dukungan penuh

berupa rekomendasi dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR-RI), Kementrian Hukum dan HAM Republik

Indonesia (d/h Departemen Kehakiman dan Sekretariat Negara

Republik Indonesia) ;

Page 74: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

63

Bahwa sebagai pemegang hak cipta yang dikuasakan oleh

pencipta, Penggugat telah diberikan kuasa oleh 2.636 (dua ribu

enam ratus tiga puluh enam) pencipta lagu indonesia dengan karya

cipta lagunya sebanyak 130.000 (seratus tiga puluh rivu) lagu.

Disamping itu sebagai CMO, Penggugat telah diberi kuasa melalui

Recipcoral Agreement dengan 136 negara anggota CISAC untuk

mengelola seluruh lagu asing di Indonesia yang meliputi sebanyak

lebih dari 2 juta pencipta lagu asing dengan karya cipta lagu

sebanyak 10 juta lagu. Khusus untuk lagu-lagu Indonesia, yang

dikelola oleh Penggugat sendiri atas lagu-lagu Legend, Pop,

Tradisional dan Pop Daerarah. Dimana salah satu pencipta lagu

(composer) yang telah menjadi anggota /memberikan kuasa kepada

Penggugat adalah DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden

Ke-6 Republik Indonesia) yang juga merupakan ketua dewan

pembina PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan

Pemusik Republik Indonesia) ;

Bahwa dalam replik Penggugat menjelaskan sesuai surat

kuasa dan Perjanjian Kerja Sama yang diberikan oleh pemegang

Hak Cipta kepada Penggugat, didalamnya termasuk kuasa untuk

melakukan gugatan ke Pengadilan. Dengan demikian Penggugat

telah mempunyai Legal Standing In Judicio yang benar dalam

mengajukan gugatan ini ;

Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim berdasarkan

bukti-bukti suart dan keterangan saksi, Penggugat adalah Badan

Hukum yang bergerak dibidang Karya Cipta Lagu / Music;

Menimbang, bahwa menurut Majelis oleh karena

Penggugat sebagai Legal Standing In Judicio maka secara hukum

Penggugat dapat menjadi pihak dalam berperkara tanpa harus

mendapatkan kuasa lagi dari para pihak dan dalam hal ini jangan

Page 75: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

64

dicampur adukkan dengan surat kuasa dalam gugatan Class

Action2;

Dengan demikian maka eksepsi Tergugat tersebut harus dinyatakan

di tolak ;

D. Eksepsi Tuntutan Ganti Rugi Tidak Beralasan ;

Bahwa berdasarkan kebiasaan yang berjalan selama ini

didalam bisnis waralaba khususnya karaoke, maka kesepakatan

untuk pembayaran royalty selama ini dilakukan antara Penggugat

dengan pemilik pemberi waralaba yaitu PT. Vizta Pratama yang

berkedudukan di Jakarta sedangkan Tergugat selaku penerima

waralaba tentunya wajib mentaati seluruh ketentuan yang tekah

disepakati oleh PT. Vizta Pratama dengan Penggugat ;

Bahwa sedangkan terhadap kesepakatan yang telah ada

sebelumnya antara Penggugat dan PT. Zvizta Pratam ayang

menjadi kewajiban Tergugat, telah dibayarkan secara kontinyu

oleh tergugat sampai saat ini ;

Bahwa oleh karena Penggugat ternyata tidak dapat

membuktikan adanya dan besarnya kerugian secara terperinci

melainkan hanya mengitung secara sepihak saja, maka sudah jelas

tidak berdasar hukum sama sekali dan oleh karenanya haruslah

ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima ;

E. Gugatan Penggugat Obscuur Libel ;

Bahwa penggugat tidak menguraikan secara jelas dan

cermat tindakan atau perbuatan apa yang dilakukan oleh Tergugat

sehingga Tergugat meyebutkan bahwa Penggugat telah melakukan

pelanggaran hukum dibidang Hak Cipta sebagaimana posita angka

10 ;

Bahwa dalil posita penggugat angka 9 menyebutkan pelanggaran

yang dilakukan Tergugat adalah :

2 Class Action adalah suatu cara yang diberikan kepada sekelompok orang yangmempunyai kepentingan dalam suatu masalah, baik seorang atau lebih anggotanya menggugat ataudigugat sebagai perwakilan kelompok tanpa harus turut serta dari setiap anggota kelompok

Page 76: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

65

- Tidak memliki lisensi dari Penggugat ;

- Tidak melakukan pembayaran royalty sesuai tarif yang berlaku

;

Dengan demikian yang menjadi permasalahan Penggugat

adalah : pertama, Tergugat tidak memiliki lisensi dari Penggugat.

Dan kedua, Tergugat sebearnya telah membayar royalty, namun

tidak sesuai dengan tarif yang berlaku ;

Bahwa berdarkanbukti pembayaran yang ada, Tergugat telah

membayar lisensi dan royalty kepada Penggugat pada tanggal 18

April 2012 untuk jangka waktu 1 (satu) tahun kedepan, artinya

berlaku sampai dengan tanggal 17 Maret 2013 ;

Bahwa selain itu Penggugat sebagai anggota CISAC

mendalilkan parameter tarif yang dihitungnya mengacu pada

standar Internasional yang ditetapkan oleh CISAC, padahal

berdasarkan pemberitaan media penggugat sudak tidak lagi

bergabung dengan CISAC, karena etalah melakukan pengunduran

diri dari keanggotaan CISAC terhitung sejak bulan November 2012

;

Bahwa oleh karena itu, tuntutan Penggugat akan kenaikan

Royalty tersebut menjadi kabur, tidak jelas dan tidak cermat,

karena tidak jelas parameternya dan metode perhitungannya

dilakukan secara sepihak. Sehingga gugatan Penggugat haruslah

dinyatakan ditolak atau setidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim setelah mempelajari

Eksepsi Tergugat pada point D dan E menurut Majelis Hakim

sudah menyangkut materi perkara maka eksepsi tergugat tersebut

akan dipertimbangkan bersamaan pertimbangan dalam pokok

perkara ;

I.2. Dalam Pokok Perkara

Menimbang, bahwa maksdud dan tujuan gugatan Penggugat

adalah sebagaimana terurai diatas ;

Page 77: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

66

Menimbang, bahwa setelah Majelis teliti dan pelajari gugatan

Penggugat, jawaban, surat bukti, maupun keterangan para saksi serta

kesimpulan para pihak, diperoleh faktor hukum yang tidak dapat

dibantahkan yaitu :

1. Pihak Penggugat merupakan Lembaga Manajemen Kolektif

(LKM) atau Collective Manajement Organization (CMO) yang

bertugas sebagai kuas dari para pencipta lagu untuk memungut

(Collect) uang royalty atas penggunaan lagu (Performing) ;

2. Antara pihak Penggugat dan Tergugat telah terjadi kesepakatan

yaitu pihak Penggugat memberikan lisensi / ijin kepada

Tergugat untuk menggunakan (mengumumkan) karya cipta

lagu / music dengan pembayaran royalty ;

3. Pihak Penggugat secara sepihak telah manaikan tarif baru

royalty secara sepihak ± 2500 % ;

Menimbang, bahwa selanjutnya majelis akan

mempertimbangkan pokok perkara yaitu “apakah tergugat telah

melakukan perbuatan melawan hukum karena menggunakan karya

cipta music dan lagu tanpa ijin dari Penggugat ?”

Menimbang, bahwa sebagaimana fakta hukum diatas,

hubungan hukum antara Penggugat dan Tergugat tercipta karena

adanya perjanjian ijij (lisensi) penggunaan karya cipta musik dan lagu

dari Penggugat kepada Tergugat, dengan kewajiban membayara

royalty bukti P. 11 dan T.5 dan T.6 masa berakhir lisensi adalah

tanggal 29 maret 2012, akan tetapi Tergugat tetap menggunakan /

mengumumkan karya cipta music dan lagu tanpa ijin dari Penggugat

(bukti P.7) dan telah dilakuka somasi oleh Penggugat dengan

demikian Tergugat telah melakukan pelanggaran hak cipta (Pasal 45

ayat (1) dan (3) jo Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2012 tentang Hak Cipta), sehingga dikwalifikasikan sebagai perbuatan

melawan hukum ;

Page 78: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

67

Memnimbang, bahwa dengan demikiam petitu angka (2 dan 3)

dapat dikabulkan ;

Menimbang bahwa selanjutnya majelis akan

mempertimbangkan “besaran pembayaran royalty, apakah sesuai

permohonan Penggugat demgan menaikkan tarif royalty sebesar ±

2500 % ? ;

Menimbang, bahwa dengan merujuk pasal 45 aya (4) Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Hak Cipta yang menentukan “

jumlah royalty yang wajib dibayarkan kepada pemegang hak cipta

oleh penerima lisensi adalah berdasarkan kesepakata kedua belah

pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi” ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim teliti surat bukti

yang diajukan para pihak berikut keterangan saksi dari Penggugat

diperoleh fakta “belum tercapai kesepakatan antara Penggugat dan

Tergugat mengenai penentuan tarif royalty yang baru” dengan

demikian belum mengikat secara hukum ;

Menimbang, bahwa meskipun demikian Majelis akan

mempertimbangkan petitum yang dimohon oleh Penggugat secara

layak dan adil ;

Menimbang, bahwa karena Tergugat telah melakukan

perbuatan melawan hukum, sebagaimana telah dipertimbangkan

diatas, oleh karena itu Tergugat akan dihukum untuk membayar ganti

rugi / royalty ;

Menimbang, bahwa nerdarkan keterangan para saksi dari

Penggugat pada intinya diketerangan sebenarnya pihak Tergugat

selama ini (sudah beberapa tahun berjalan) telah diberikan bebrapa

dispensasi dan kelonngaran, bahkan juga dikenakan tarif yang

terendah ;

Menimbang, bahwa gugatan Penggugat sekarang juga masih

memberikan kelonggaran dengan memungut tarif / royalty yang

terendah Rp 720.000,- pertahun ;

Page 79: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

68

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis

berpendapat bahwa sudah selayaknya harus diapresiasi kepentingan

para pencipta lagu, akan tetapi juga harus pula dipertimbangkan

kondisi riil kepentingan para pelaku usaha pengguna jasa karya cipta

music / lagu, supaya agar tetap exist dalam menjalankan usahanya,

untuk itu kepentingan para pihak harus dipertimbangkan secara

berimbang, dan oleh karenanya dipandang layak, patut dan adil kalau

besaran royalty yang haruis dibayarkan sebesar Rp 288.000,- per room

per tahun ;

Menimbang bahwa dengan demikian pembayaran royalty yang

seharusnya dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat sejak tanggal

30 Maret 2012 s/d 30 Maret 2013 tanpa ijin, dengan 55 (lima puluh

lima) room / kamar milik Tergugat menjadi ;

Rp 288.000,- per tahun : 360 hari = Rp 800,- per hari ;

Rp 800,- per hari × 30 hari = Rp 24.000,- perbulan ;

Rp 24.000,- per bulan × 55 kamar = Rp 1.320.000,- per bulan ;

Jadi, selama satu tahun berjalan (30 Maret 2012 – 30 Maret

2013) tanpa ijin, Tergugat harus bayar kepada Penggugat sebesar

Rp 1.320.000,- × 12 bulan = Rp 15.840.000,- per 55 room per

tahun;

Menimbang, bahwa tentang kerugian immaterial sebesar

Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak ada perincian lebih

lanjut untuk itu dipandang tidak beralasan, maka harus ditolak ;

Menimbang, bahwa demikian pula mengenai petitum untuk

membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 500.000,- (lima

ratus ribu rupiah) per hari, Majelis tidak mengabulkan karena

secara normative permohonan pembayaran uang paksa

diberlakukan untuk “bentuk prestasi untuk berbuat sesuatu”

sedangkan perkara a quo untuk prestasi yang dimintakan adalah

“pembayaran ganti rugi sejumlah uang” yang semestinya

tuntutannya adalah pengenaan bukan uang dwangsom ;

Page 80: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

69

Menimbang, bahwa selanjutnya mengenai petitum angka 7

menyatakan sah dan berharga sita jaminan Majelis juga tidak

mengabulkan karena selama proses persidangan berlangsung tidak

pernah dilakukan penyitaan ;

Sedangkan mengenai tuntutan putusan serta merta (petitum

angka 8) setelah diteliti tidak memenuhi rumusan pasal 191 (1)

Rbg untuk itu harus di tolak ;

Menimbang, bahwa berdarkan keseluruhan pertimbangan

tersebut dapat disimpulkan gugatan utama Penggugat dapat

dikabulkan sebagian ;

II. Dalam Rekonvensi

Menimbang, bahwa maksud dari gugatan rekonvensi

sebagaimana disebutkan di atas ;

Menimbang, bahwa dalam gugatan rekonvensi segala

pertimbangan hukum pada bagian konvensi yang berkaitan dengan

dalil-dalil pada gugatan hukum pada bagian rekonvensi, sipandang

termasuk dan Majelis mengambil alih sebagai pertimbangan hukum

pada bagian Rekonvensi ;

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dalam

konvensi dinyatakan dikabulkan sebagian maka gugatan Penggugat

dalam Rekonvensi dinyakatan ditolak ;

III. Dalam Konvensi dan Rekonvensi

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dalam

Konvensi dinyatakan dikabulkan sebagian maka biaya perkara

dibebankan kepada Tergugat Konvensi Penggugat dalam Rekonvensi ;

Memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku ;

D. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Pada Putusan MA Nomor

392 K/Pdt. Sus. HKI/ 2013

Putusan Hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara

yang sedang diperiksa dan diadili oleh Hkaim. Maka, Hakim dalam

Page 81: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

70

membuatan Putusan harus mempertimbangkan segala aspek di dalamnya.3

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu Putusan Hakim yang

mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian.

Putusan MA Nomor 392 K/Pdt. Sus. HKI/ 2013merupakan

sebuah putusan yang menyelesaikan kasus hukum antara PT. Vizta

Pratama Inul Vizta Karaoke Manado dan Yayasan Karya Cipta

Indonesia, karena adanya penggunaan lagu yang bersifat komersial

dalam kegiatan usahanya tanpa izin dari pemegang hak cipta. Yayasan

Karya Cipta Indonesia merupakan sebuah lembaga manajemen

kolektif di Indonesia berbentuk badan hukum nirlaba di Indonesia

untuk memungut royalti atas karya cipta lagu oleh para pengguna yang

bersifat komersial.4

Untuk menyelesaikan kasus tersebut hakim meyatakan bahwa

pihak Tergugat Kasasi dahulu sebagai Penggugat adalah Lembaga yang

mengurusi dan mengadministrasikan pemakaian lagu dan menyelesaikan

kewajiban pemakai (user) membayar royalti.

Memperhatikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 tentang Kekuasaaan

Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

Terhadap gugatan yang diajukan di Mahkamah Agung, maka

majelis Hakim Mahkamah Agungdalam amarnya menjatuhkan putusan

pada tanggal 31 Maret 2015 yaitu Putusan Mahkamah Agung Nomor 392

K/Pdt.Sus.HKI/2013 adalah sebagai berikut :

3 Achmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif,(Jakarta : Sinar Grafika 2011), h. 94

4 Lembaga Manajemen Kolektif adalah institusi yang berbentuk bdan hukum nirlaba yangdiberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan/atau pemilih Hak Terkait guna mengelolahak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti. Penjelasan Pasal 1 ayat22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.

Page 82: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

71

I. Mengadili

- Mengabulkan Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi

PT.VIZTA PRATAMA INUL VISTA KARAOKE MANADO

tersebut;

- Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Makassar Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN. Niaga Mks.

tanggal 28 Maret 2013;

II. Mengadili Sendiri

- Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

Dalam amar putusan di dalam tingkat kasasi majelis hakim

berpendapat Bahwa alasan yang pemohon kasasi sampaikan tersebut dapat

dibenarkan, oleh karena setelah memeriksa secara saksama memori kasasi

tanggal 19 April 2013 dan jawaban memori tanggal 20 Mei 2013

dihubungkan dengan pertimbangan judex facti dalam hal ini Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar telah salah menerapkan hukum

dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahwa dalam hal ini Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) yang

dalam gugatan ini merupakan wadah “pencipta lagu dan pemusik”

memiliki tujuan untuk memungut royalti dari kegiatan yang

berhubungan degan kegiatan “performing” sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

karena bertentangan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun

2004 tentang Yayasan.

2. Bahwa tujuan kegiatan Yayasan di bidang sosial meliputi kegiatan

pendidikan formal/non formal, rumah sakit, laboratorium,

penelitian di bidang ilmu pengetahuan, studi banding, di bidang

keagamaan meliputi kegiatan mendirikan sarana ibadah,

pemahaman keagamaan, studi banding keagamaan, di bidang

kemanusaiaan memberi bantuan kepada korban bencana, tuna

wisma, fakir miskin, memberi perlindungan konsumen dan lain-

lain;

Page 83: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

72

3. Bahwa dapat disimpulkan kegiatan yang dilakukan Yayasan Karya

Cipta Indonesia dalam memungut royalti, bertentangan dengan

tujuan dari Yaysan sebenarnya, sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang bahwa Yayasan Karya Cipta Indonesia tidak

memiliki legal standing dalam mengajukan gugatan perkara

tersebut.

Memperhatikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 tentang Kekuasaaan

Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

E. Analisis Kasus

Berdasarkan putusan terebut dapat ditarik sebagai yuriprudensi

adalah pengguanaan musik dan lagu tanpa izin pemegang hak cipta adalah

suatu perbuatan melawan hukum. Bahwa YKCI sebagai badan hukum

nirlaba berbentuk yayasan adalah suatu collective society, pemegang hak

cipta musik dan lagu dan berwenang untuk mengelola hak ekslusif untuk

mengelola hak ekslusif para pencipta musik dan lagu, baik dalam negeri

maupun luar negeri, khususnya yang berkaitan dengan hak ekonomi untuk

mengumumkan (performing right) karya cipta musik dan lagu yang

bersangkutan, termasuk da tidak terkecuali untuk memberikan izin atau

lisensi pengumuman kepada semua pihak yang mempergunakannya untuk

usaha-usaha yangb berkaitan dengan kegiatan komersil dan atau musik

untuk setiap kepentingan yang berkaitan dengan tujuan komersil serta

memungut royalti sebagai konsekuensinya.

Dalam kasus yang penulis analisis, kesesuaian Peraturan Hak Cipta

terhadap izin lisensi dan pembayaran royalti pada putusan Mahkamah

Agung Republik Indonesia Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/ 2013, menurut

penulis Hakim Mahkamah Agung sudah sesuai dalam memutuskan atau

Page 84: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

73

mengadili perkara tersebut. Mahkamah Agung menjelaskan secara rinci

apa yang menjadi dasar hukum dari pertimbangan hakim dalam memutus

perkara itu.

1. Analisa Terhadap Pembayaran Royalti dan Peran Organisasi

Manajemen Kolektif dalam Hak Cipta Lagu

Di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta tidak diatur secara khusus mengenai royalti, akan tetapi

berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta ditentukan bahwa dalam mekanisme pemberian lisensi,

Pemegang Hak Cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain

berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melakukan perbuatan

mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan selama jangka

waktu yang ditentukan antara kedua belah pihak yang berlaku untuk

seluruh wilayah Indonesia disertai dengan kewajiban pemberian royalti

kepada Pemegang Hak Cipta.

Menurut hemat penulis, organisasi profesi sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah suatu administrasi atau

organisasi kolektif yang memiliki tugas sebagai wakil dari pencipta

atau pemegang hak cipta dalam mengumpulkan royalti.

Pengeksploitasian karya cipta tertentu yang dilakukan oleh

perorangan bagaimanapun tidak praktis dan efektif. Seperti halnya

pertunjukan atau pengumuman ke publik untuk karya cipta musik,

sungguh tidak mungkin bagi pencipta secara perorangan, untuk

melacak, mengenali, dan mengawasi beratus perusahaan seperti stasiun

radio, satelit dan televisi, diskotik, pub, hotel, tempat karaoke,

restaurant, pesawat terbang dan lain-lain. Pengadminitrasian kolektif di

bidang hak cipta ini dilakukan suatu organisasi yang bergerak di

bidang Hak Cipta dan keberadaan organisasi profesi ini juga diakui

oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.

Demikian juga dalam hal pembayaran royalti, sungguh sangat

sulit pengarang perorangan mendatangi sendiri ke para pengguna karya

Page 85: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

74

ciptanya, disamping memerlukan biaya yang tinggi juga waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan negosiasi sangat sulit untuk

menjangkaunya. Sehingga untuk mengatasi kesulitan-kesulitan

tersebut dibutuhkan bantuan suatu organisasi administrasi di bidang

hak cipta.

2. Analisis Substansi Perkara dalam Putusan Mahkamah Agung

Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013

a. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Dalam kasus ini pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Vizta

Pratama Inul Vista Karaoke Manado atas kegiatan usahanya yaitu

dengan cara memutar, menyiarkan dan memperdengarkan karya

cipta musik dan lagu sebenarnya merupakan bagian dari fakta

nyata di lapangan yang merupakan kendala hak cipta dalam

menarik royalti dari para users, telah terjadi kesalahpahaman

terhadap pemanfaatan ciptaan antara pihak-pihak yang

berkepentingan didalamnya.

Pihak PT. Vizta Pratama Inul Vista Karaoke Manado dalam

hal sebagai pihak ketiga, menurut YKCI seharusnya membayar

royalti atas pengumuman karya cipta lagu. Hal ini dikarenakan

usaha karaoke sebenarnya merupakan bentuk pemanfaatan suatu

karya cipta sehingga bagi penggunanya memiliki kewajiban untuk

membayarkan sejumlah royalti kepada pencipta dalam hal YKCI

yang telah diberi kuasa untuk menarik royalti.

YKCI sebagai kuasa pemegang hak cipta dalam hal

pemungutan royalti dari pencipta berhak dan berwenang untuk

menarik royalti dari user yang memanfaatkan ciptaan musik/lagu

pencipta, namun YKCI tidak berhak menarik royalti kepada user

yang juga merupakan pihak ketiga (PT. Vizta Pratama Inul Vista

Karaoke Manado) karena di dalam Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2002 tidak disebutkan definisi mengenai serta tugas dan

wewenang dari Lembaga Manajemen Kolektif itu sendiri yang

Page 86: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

75

dalam hal ini berarti YKCI bukan sebagai Lembaga Manajemen

Kolektif. Berdasarkan Pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berbunyi “Produser Rekaman

Suara5 memiliki hak ekslusif untuk memberikan izin atau melarang

pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau

menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi”. Pada saat

proses rekaman dilakukan, pencipta lagu telah mengalihkan baik

Hak Menggandakan (mechanical rights) maupun Hak

Pengumuman (performing rights) lagu yang mereka ciptakan pada

produser rekaman dalam sebuah perjanjian kerjasama.

b. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan

sastra, sudah demikian pesat sehingga memerlukan peningkatan

perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi Pencipta,

pemegang Hak Cipta, dan pemilik Hak Terkait. Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta sudah tidak sesuai

dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga

perlu diganti dengan Undang-Undang yang baru.6

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan :

NO Jenis Perbedaan UU No. 19 Tahun

2002

UU No. 28 Tahun

2014

1 Definisi Lembaga

Managemen Kolektif

Tidak ada Pasal 1 ayat 22

(institusi yang

berbentuk badan

hukum nirlaba yang

diberi kuasa oleh

Pencipta, Pemegang

5 Produser rekaman suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekamdan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baikperekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya.

6 Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Page 87: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

76

Hak Cipta, dan/atau

pemilik Hak Terkait

guna mengelola hak

ekonominya dalam

bentuk menghimpun

dan

mendistribusikan

royalti).

2 Tata cara pendaftaran

LMK

Tidak ada Pasal 88 (LMK

harus memiliki ijin

operasional yang

diajukan kepada

Menkum HAM

dengan syarat-syarat

yang telah

ditentukan).

3 Tugas dan Wewenang

LMK

Tidak ada Pasal 89 (LMK

memiliki wewenang

untuk menarik,

menghimpun, dan

mendistribusikan

royalti dari

pengguna yang

bersifat komersial).

4 Perjanjian Lisensi Pasal 45-47 (dalam

UUHC yang lama

pihak yang berhak

memberikan lisensi

hanya pemegang hak

cipta. Dan juga tidak

Pasal 80-86 (dalam

UUHC yang baru

pihak yang berhak

memberikan lisensi

kepada pihak lain

adalah pemegang

Page 88: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

77

diatur mengenai

lisensi wajib).

hak cipta atau

pemilik hak terkait.

Dan di UUHC yang

baru ini juga diatur

mengenai lisensi

wajib yang

merupakan lisensi

untuk melaksanakan

penerjemah dan/atau

penggandaan

ciptaan dalam

bidang ilmu

pengetahuan dan

sastra).

5 Royalti Pasal 45 (dalam

UUHC yang lama

tidak tercantum

secara jelas

pengertian mengenai

royalti namun kata

royalti disebutkan

dalam pasal 45 ini)

Pasal 1 ayat 21 dan

Pasal 80 ayat (3),

(4), (5) (dalam

UUHC yang baru

diatur secara jelas

mengenai pengertian

royalti dan juga

siapa yang berhak

untuk menarik

royalti tersebut dari

para pengguna hak

cipta atau hak

terkait).

Dalam kasus antara YKCI dengan PT. Vizta Pratama Inul

Vista Karaoke Manado, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah diatur jelas mengenai

kedudukan YKCI dan PT. Vista Pratama Inul Vista Karaoke

Page 89: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

78

Manado. YKCI merupakan sebuah lembaga manajemen kolektif

yang dapat menarik royalti dari para pengguna hak cipta. Namun

dalam ketentuan umum Undang-Undang tersebut tidak menyebut

bahwa Lembaga Manajemen Kolektif adalah YKCI melainkan

institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa

pencipta, pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait guna

mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan

mendistribusikan royalti.7

Dapat disimpulkan bahwa didalam Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 lembaga yang yang berwenang untuk menarik,

menghimpun, dan mendistribusikan royalti dari pengguna yang

bersifat komersial adalah Lembaga Manajemen Kolektif bukan

Yayasan Karya Cipta Indonesia.

Adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

ini, diharapkan dapat mengatasi persoalan-persoalan yang belum dapat

terselesaikan pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta. Selain itu dengan adanya Undang-Undang Hak Cipta yang baru ini,

perlindungan terhadap hak moral maupun hak ekonomi pemegang hak

cipta atau hak terkait, dapat lebih terjamin.

Dalam Putusan Mahkamah Agung terhadap kasus sengketa PT.

Vizta Pratama Inul Vista Karaoke Manado dengan Yayasan Karya Cipta

Indonesia (YKCI), penulis menemukan bahwa majelis hakim

menggunakan metode interpretasi auntentik. Dalam interpretasi auntentik,

hakim tidak diperkenankan melakukan penafsiran dengan cara lain selain

dari apa yang telah ditentukan di dalam Undang-undang.8

Ajaran Cita Hukum (Idee des Recht) oleh Gustav Radbruch

menyebutkan adanya tiga unsur cita hukum yangharus ada secara

7 Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

8 Achmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, h.71.

Page 90: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

79

proporsional, yaitu kepastianhukum (rechtssicherkeit), keadilan

(gerechtigkeit) dan kemanfaatan (zweckmasigkeit). Ketiga hal terdapat

dalam hal yang dilihat hakim dalam memutuskan suatu perkara. Kepastian

hukum tercermin dalam hal tepat hukumnya (penggunaan pasal),

subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumanya. Keadilan hukum bisa

dilihat jika pengambilan keputusan mengandung kebenaran, tidak

memihak, dapat dipertanggung jawabkan dan memperlakukan setiap

manusia pada kedudukan yang sama didepan hukum. Kemanfaatan bisa

dilihatsetiap orang akan berhati-hati untuk tidak melanggar hukum karena

mengetahui sanksinya atau akibat hukum dari suatu putusan yang diputus

oleh pengadilan.

Karena itu, putusan MA No. 392K/Pdt.Sus.HKI/2013 kurang

mencerminkan unsur kemanfaatan (zweckmasigkeit/benefit) karena Pasal 1

ayat (5) yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta bertentagan dengan Pasal 1 Undang-undangNomor 28

Tahun 2004 tentang Yayasan, karena tujuan dari Yayasan adalah di

bidangsosial, kegamaan, dan kemanusiaan menjadi dasar Hakim dalam

memutus perkara. Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

sudah tidak berlaku sehingga jika ada kasus yang serupa, Putusan

Mahkamah Agung Nomor 392 K/Pdt.Sus.Hki/2013 hakim tidak dapat

menggunakan putusan ini sebagai rujukan, dan unsur keadilan

(gerechtigkeit/justice) terutama dilihat dari kepentingan para pihak yang

menuntut keadilan sudah adil karena Hakim dalam memutus perkara

sudah sesuai dengan dasar hukum yang berlaku pada saat itu, walaupun

menurut penulis unsur kepastian (rechtssicherkeit) sudah tercermin karena

sudah ada putusan yang jelas.

Metode interprestasi (penafsiran) adalah metode untuk

menafsiirkan terhadap teks perundang-undangan yang tidak jelas, agar

peruundang-undangan tersebut dapat diterapkan terhadap peristiwa konkrit

tertentu. Penafsiran tidak hanya dilakukan oleh hakim, tetapi dilakukan

juga oleh peneliti hukum dan juga mereka yang berhubungan dengan

Page 91: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

80

kasus (konflik) dan peraturan-peraturan hukum. Penafisran oleh hakim

adalah penafsiran dan penjelasan) dan peraturan-peraturan hukum.

Penafisran oleh hakim adalah penafsiran dan penjelasan yang harus

menuju kepada diterapkan atau tidak diterapkannya suatu peraturan hukum

umum terhadap peristiwa konkrit yang dapat diterima oleh masyarakat.9

Dalam Putusan Pengadilan Niaga Makassar Nomor

01/HKi/CIPTA/2012/PN.Niaga Mks. terhadap kasus sengketa Hak Cipta

tentang pembayaran royalty, penulis menemukan bahwa majelis hakim

menggunakan metode interprestasi autentik. Dalam metode interprestasi

autentik, hakim tidak diperkenankan melakukan penafsiran dengan cara

lain selain apa yang telah di tentukan di dalam Undang-undang.10 Pada

pertimbangan Pengadilan Niaga Makassar Majelis Hakim

menginterpretasikan secara autentik Pasal 148 (1) Rbg “ditentukan

gugatan ajukan di tempat tanggal / domisili Tergugat” dan merujuk Pasal

45 ayat (4) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

yang menentukan “jumlah royalty yang wajib dibayarkan kepada

pemegang hak cipta oleh penerima lisensi adalah berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi

profesi”.

Dalam Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor 392 K/Pdt.Sus.

HKI/2013 terhadap terhadap kasus sengketa Hak Cipta tentang

pembayaran royalty, penulis menemukan bahwa majelis hakim

menggunakan metode interprestasi autentik. Dalam metode interprestasi

autentik, hakim tidak diperkenankan melakukan penafsiran dengancara

lain selain apa yang telah di tentukan di dalam Undang-undang.11

Selain itu, hukum islam menjadi sumber hukum di indonesia juga

sangat melindungi hak cipta seseorang asal tidak bertentangan dengan

9 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum, (Yogyakarta : UII press Yogyakarta,2012), h. 109.

11 Achmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim, h. 71.

Page 92: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

81

hukum islam. Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah SWT.

surat An-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”

Page 93: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab I sampai dengan

bab IV diatas, maka penulis menyimpulkan :

1. Prosedur pemungutan royalti yang dilakukan oleh Yayasan Karya

Cipta Indonesia kepada pengguna musik komerisal sudah tepat, karena

sudah sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan pengisian data

yang diperlukan. Penentuan besaran royalti dilakukan berdasarkan

perjanjian lisensi antara kedua belah pihak. Setelah YKCI menerima

bukti pembayaran, YKCI memiliki kewajiban untuk menerbitkan

Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik (SPLM).

2. Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) belum memiliki Legal

Standing dalam pemungutan royalti atas karya cipta lagu. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tidak menyebutkan adanya

lembaga (YKCI) untuk melakukan pemungutan royalti.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat penulis sampaikan untuk

perkembangan dan perlindungan hak cipta sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaannya semua pihak diharapkan untuk bersama-sama

melakukan sosialisai tentang hak cipta dan pemungutan royalti,

sehingga kedepannya keadaan dimana masyarakat tahu akan

Page 94: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

83

kewajibanya sebagai penguna lagu itu benar-benar terwujud dengan

demikian hal ini akan menguntungkan dan membantu semua pihak,

dari sisi pencipta lagu akan memperoleh haknya sesuai dengan apa

yang terdapat dilapangan, YKCI pun akan terbantu dalam pelaksanaan

tugasnya sementara untuk penguna lagu akan lebih berhati-hati dan

bertanggungjawab atas karya orang lain yang dipakainya untuk

kepentingan komersil. Serta yang terakhir akan membentuk

pemerintah dalam sektor pajak yang didapatnya.

2. Lembaga Managemen Kolektif Negara diharapkan bisa menjadi

jembatan antara Pencipta lagu atau Pemilik Hak Terkait dan Pengguna

(user). Agar lembaga Manajemen Kolektif Negara bekerja sesuai

peraturan yang ada di dalam Undang-undang dan memberikan

kontribusi kepada seluruh Pencipta atau Pemilik Hak Terkait di

Indonesia dan dalam arti luas bisa menjadi aset yang sangat

menguntungkan bagi negara.

Page 95: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

84

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Agus Riswandi, Budi dan M. Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya

hukum. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 2004.

Arief M, Danang. Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 18

K//N/HAKI/2007 Antara Yayasan Karya Cipta Indonesia Dan PT.

Telkomsel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta. Malang : Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

2015.

Bintang, Sanusi. Hukum Hak Cipta. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 1998

FSH, TIM PENYUSUN. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta : Pusat Peningkatan

dan Jaminan Mutu (PPJM). 2012.

Hasibuan, Otto. Hak Cipta di Indonesi. Bandung : PT. Alumni. 2008

Ika Merdekawati, Tyas. Implemantasi Pemungutan Royalti Lagu Atau Musik

Untuk Kepentingan Komesrsial, Semarang : Fakultas Hukum

Universitas Dipenogoro. 2009.

Isnaini, Yusran. Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space. Bogor :

Ghalia Indonesia. 2009.

Lien, Diao Ai. Hak Cipta Dan Penyebaran Pengetahuan. Jakarta : Fakultas

Hukum Unika Atma Jaya. Jakarta : 2004.

Lindsey, TIM. Hak Kekayaan Intlektual suatu Pengantar. Bandung : PT. Alumni.

2005.

Page 96: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

85

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia cet. Ke-3. Yogyakarta :

Liberty. 1981.

Marzuki, Peter Mahmud. Metode Penelitian Hukum (edisi revisi). Jakarta :

Prenada Media Grup. 2008.

Marzuki, Peter Mahmud. Metode Penelitian Hukum (edisi revisi). Jakarta :

Prenada Media Grup. 2011.

Rifai, Achmad. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum

Progresif. Jakarta : Sinar Grafika. 2011.

Sadikin, O.K. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada. 2007.

Sartika Pamela, Rina. Perspektif Yuridis Mengenai Mekanisme Pemungutan

Royalti Atas Lagu Serta Kendala Yang Dihadapi oleh Yayasan Karya

Cipta Indonesia. Jakarta : Fakultas Hukum Pasca sarjana Universitas

Indonesia. 2011.

Soekanto, Soerdjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Pustaka Pelajar.

1992.

Sri Handayani, Venantia. Memahami Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta : Penerbit

Universitas katolik Indonesia Atma Jaya. 2015.

Sulasno. Kewenangan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) Sebagai

Performing Right Collecting Society. Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 4 No.

3. September 2012.

Sutiyoso, Bambang. Metode Penemuan Hukum. Yogyakarta : UII press

Yogyakarta. 2012.

Page 97: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

86

Syarifuddin. Perjanjian Lisensi dan Pendaftaran Hak Cipta. Bandung : PT.

Alumni. 2013.

Tanu Atmadja, Hendra. Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta : Program

Pascasarjana. Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2003.

Triono, Kurnialif. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta Terhadap

Pemberian Lisensi Karya Cipta Lagu, (Jakarta : Fakultas Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.

Usman, Rachmadi. Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual. Bandung : P.T. Alumni.

2003.

Widjaja, Gunawan. Lisensi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2003.

Wilanda, Armita dan Henny Marlina. Perjanjian lisensi dan royalti kepada

lembaga manajemen kolektif atas penggunaan karya cipta lagu (studi

kasus perbandingan putusan nomor 01/HKI/CIPTA/2011/PN. NIAGA.

MKS dengan putusan Nomor 70/HAK CIPTA/2012/PN. NIAGA. JKT.

PST). Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2013.

INTERNET :

http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=18

2&Itemid=182

https://id.wikipedia.org/wiki/Lisensi

PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

Page 98: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N Nomor 392 K/Pdt.Sus.HKI/2013

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus hak atas kekayaan intelektual (hak cipta) dalam

tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:

PT VIZTA PRATAMA INUL VISTA KARAOKE MANADO, yang

diwakili oleh David Goni Jokom, MBA., MSA., Direktur CV. Suara

Indah, berkedudukan di Kompleks Mega Mas Blok I – A2 unit Ruko

Nomor 50-52 Manado Sulawesi Utara, dalam hal ini memberi Kuasa

kepada Hotmaraja B Nainggolan, S.H., dan kawan, Para Advokat,

berkantor di Jalan Dewi Sartita Nomor 123, Cawang, Jakarta Timur,

berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 1 April 2013 dan memberikan

kuasa kepada Dr. Hotman Paris Hutapea, S.H., M.Hum., dan kawan-

kawan, Para Advokat, berkantor di Gedung Summitmas I, Lantai 18,

Jalan Jenderal Sudirman, Kav 61-61, Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus tanggal 11 April 2013;

Pemohon Kasasi dahulu Tergugat;

Melawan

YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (KCI), Diwakili oleh selaku

Ketua Yayasan, Drs. Dharma Oratmangun, M.Si., berkedudukan di ITC

Dutamas Blok D1 Nomor 20 Cipete Utara, Kebayoran Lama Jakarta

Selatan, dalam hal ini mermberi kuasa kepada Denny F. Kaunang, SH

dan kawan, Para Advokat/ Penasihat Hukum pada Kantor Hukum Denny

F. Kaunang, S.H., & Rekan, berkantor di Perumahan Bangun Indah

Celebes Blok K-10 Jalan Sea Malalayang I Barat, Kota Manado,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 11 Mei 2013;

Termohon Kasasi dahulu Penggugat;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon

Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan terhadap Pemohon Kasasi

dahulu sebagai Tergugat di muka persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Makassar pada pokoknya sebagai berikut:

Hal. 1 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 99: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Bahwa Penggugat adalah suatu Badan Hukum (Recht Persoon) yang berbentuk

Yayasan yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 42 tertanggal 12 Juni

1990 yang dibuat oleh dan di hadapan Ny. Lindasari Bachroem, S.H., Notaris

Jakarta (bukti P-1), yang diprakarsai oleh para seniman music/Pencipta, di antaranya

yaitu: Hein Enteng Tanamal, Titiek Puspa, Guruh Soekarno Putra, Rinto Harahap,

Chandra Darusman, S.E., Walter Simanjuntak, S.H., Taufik Hidayat, Bambang

Kesowo, S.H., LL.M., A. Riyanto, Dimas Wahab, Paul Hutabarat, S.H., Tb. Sadikin

Zuchra dan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik

Republik Indonesia;

2 Bahwa Penggugat dalam kegiatan usahanya bertindak sebagai suatu wadah kolektif

manajemen. Dimana wadah ini sebagai pemegang hak cipta yang mendapat kuasa

dari Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta sesuai Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dan wadah ini di kalangan internasioal

biasa disebut Collective Management Organization (CMO) atau dalam bahasa

Indonesia disebut Lembaga Kolektif Manajemen (LMK). Dimana secara

internasional, komunitas Pencipta tergabung dalam organisasi internasional yaitu

Internasional Confederation of Societies of Authors and Composers (CISAC) yang

berkedudukan di Paris, Perancis, dengan beranggotakan beberapa CMO di 136

negara. Dimana Penggugat sebagai salah satu CMO yang pertama kali berdiri di

Indonesia dan pada tahun 1991 telah diterima sebagai anggota CISAC yang ke 109

(bukti P-2). Di samping itu, eksistensi Penggugat sebagai Lembaga Kolektif

Manajemen (LMK) di Indonesia telah mendapatkan dukungan penuh berupa

rekomendasi dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) (bukti

P-3), Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia (d/h Departemen

Kehakiman) (bukti P-4) dan Sekretariat Negara Republik Indonesia (bukti P-5);

3 Bahwa sebagai Pemegang Hak Cipta yang dikuasakan oleh Pencipta, Penggugat

telah diberikan kuasa oleh 2.636 (dua ribu enam ratus tiga puluh enam) Pencipta

Lagu Indonesia (bukti P-6) dengan karya cipta lagunya sebanyak 130.000 (seratus

tiga puluh ribu) lagu. Di samping itu sebagai CMO, Penggugat telah diberi kuasa

melalui Reciprocal Agreement dengan 136 negara anggota CISAC untuk mengelola

seluruh lagu asing di Indonesia yang meliputi sebanyak lebih dari 2 juta Pencipta

Lagu Asing dengan karya cipta lagu sebanyak dari 10 juta lagu. Khusus untuk lagu-

lagu Indonesia, yang dikelola oleh Penggugat terdiri atas lagu-lagu Legend, Pop,

Tradisional dan Pop Daerah. Dimana salah satu Pencipta Lagu (Composer) yang

telah menjadi anggota/memberikan kuasa kepada Penggugat adalah DR. H. Susilo

Hal. 2 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 100: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bambang Yudhoyono (Presiden Republik Indonesia) yang juga merupakan Ketua

Dewan Pembina PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik

Republik Indonesia);

4 Bahwa dalam surat kuasa dan Perjanjian Kerjasama yang diberikan oleh Pemegang

Hak Cipta kepada Penggugat, di dalamnya termasuk kuasa untuk melakukan gugatan

ke Pengadilan. Dengan demikian Penggugat telah mempunyai legal standing in

judicio yang benar dalam mengajukan gugatan ini;

5 Bahwa dari sekian banyak lagu yang dikelola tersebut pada angka 3 (tiga) di atas,

selanjutnya lagu-lagu tersebut menjadi Repertoir Penggugat. Dimana tugas utama

Penggugat sebagai Pemegang Kuasa dari Para Pencipta Lagu tersebut adalah untuk

memungut (collect) uang royalty yang merupakan Hak Ekonomi para Pencipta Lagu,

untuk selanjutnya didistribusikan kepada para Pencipta Lagu tersebut. Hak Ekonomi

berupa royalty a quo timbul dari adanya kegiatan yang berhubungan dengan

kegiatan Pengumuman (Performing) sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal

1 ayat (5) Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berbunyi:

“Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau

penyebaran dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet, atau

melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau

dilihat orang lain”;

6 Bahwa selanjutnya Tergugat sebagai User, dalam menjalankan kegiatan usaha

karaokenya dengan melakukan Pengumuman (Performing) tersebut, telah

menggunakan lagu-lagu yang menjadi Repertoir Penggugat (bukti P-7). Dimana

dalam menu/daftar lagunya menyajikan daftar lagu yang terdiri di antaranya:

• Koleksi lagu-lagu Indonesia;

• Koleksi lagu-lagu Barat (Western);

• Koleksi lagu-lagu Daerah;

• Koleksi lagu-lagu Anak-anak; dan;

• Koleksi lagu-lagu Rohani.

7 Bahwa Tergugat selaku User, sesuai ketentuan hukum yang mengatur Hak Atas

Kekayaan Intelektual/HAKI (Intellectual Property Rights) in casu Undang Undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC), demi hukum untuk

melaksanakan usaha karaoke (Performing) tersebut, maka harus mendapatkan izin

berupa Lisensi dari Pemegang Hak Cipta, dalam hal ini Penggugat selaku Pemegang

Kuasa dari Pencipta. Vide Pasal 45 ayat (1) UUHC. Selanjutnya Tergugat wajib

Hal. 3 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 101: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

untuk membayar uang royalty kepada Penggugat. Vide Pasal 45 ayat (3) UUHC.

Kewajiban yang dibebankan dan harus dipenuhi oleh Tergugat tersebut, telah

memenuhi rasa keadilan, wajar dan layak, baik bagi pihak Penggugat maupun pihak

Tergugat karena pihak Tergugat secara nyata telah mendapatkan manfaat ekonomi

dari suatu Ciptaan dalam kegiatan usahanya yang bersifat komersial;

8 Bahwa berdasarkan dalil-dalil Penggugat sebagaimana diuraikan di atas, nyata telah

ada hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat, masing-masing sebagai

Pemegang Hak Cipta dan User, yang mana atas hubungan hukum tersebut

menimbulkan kewajiban bagi Tergugat selaku User;

9 Bahwa selanjutnya Tergugat selaku User, berdasarkan data dan bukti-bukti yang

dimiliki oleh Penggugat, Tergugat selaku User dalam melaksanakan kegiatan usaha

karaokenya (Pengumuman/Performing) telah melakukan beberapa hal pelanggaran,

di antaranya:

a Tidak memiliki Lisensi dari Penggugat;

b Tidak melakukan Pembayaran royalty sesuai tarif yang berlaku.

Hal ini yang dijadikan alasan Penggugat untuk mengajukan gugatan terhadap

Tergugat. Dimana kebenaran dalil Penggugat pada huruf a dan b di atas, dapat

dilihat dengan uraian sebagai berikut:

10 Bahwa sejak tanggal 30 Maret 2012, Tergugat sudah tidak lagi mempunyai izin

berupa Lisensi dalam melakukan kegiatan usaha karaokenya tetapi masih

menjalankan usahanya (bukti P-8). Padahal Lisensi tersebut wajib dimiliki oleh

Tergugat karena secara de facto bahwa ciptaan (lagu) adalah factor yang paling

utama dalam usaha karaoke yang dijalankan oleh Tergugat. Tanpa lagu, usaha

karaoke Tergugat tidak ada artinya sama sekali. Dengan demikian, dengan tidak

adanya izin berupa Lisensi yang dimiliki oleh Tergugat, maka Tergugat nyata telah

melakukan suatu pelanggaran hukum di bidang Hak Cipta seperti yang disyaratkan

dalam Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Hak Cipta, yang berbunyi:

“Hak Cipta adalah Hak Ekslusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan ijin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku”;

“Yang dimaksud dengan hak ekslusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan

bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak

tersebut tanpa izin pemegangnya”;

Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan

Hal. 4 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 102: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menterjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih wujudkan, menjual,

menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada

publik, menyiarkan, merekam dan mengkomunikasikan Ciptaan kepada publik

melalui sarana apapun;

11 Bahwa Tergugat dalam melakukan pembayaran Royalty kepada Penggugat, tidak

memperhatikan kewajaran dan rasa keadilan:

Ketentuan dalam Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Hak Cipta, berbunyi:

“Jumlah royalty yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh Penerima

Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman

kepada kesepakatan organisasi profesi”;

Dengan mengacu kepada ketentuan Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Hak Cipta di

atas, jika diterapkan dalam pembayaran royalty yang dilakukan oleh Tergugat,

Penggugat menilai kurang fair/adil, apalagi jika berpedoman kepada kesepakatan

organisasi profesi seperti Cisac;

12 Bahwa oleh karena itu, demi penegakan hukum di bidang Hak Atas Kekayaan

Intelektual (Intellectual Property Rights) in casu Hak Cipta, maka Penggugat selaku

pencari keadilan (Justiciable), sudah sepatutnya dan dirasakan adil untuk

memperjuangkan haknya dengan memohon keadilan kepada Ketua Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar cq Yang Mulia Majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara dengan mengajukan gugatan ini;

13 Bahwa untuk memenuhi rasa keadilan, baik bagi pihak Penggugat maupun pihak

Tergugat, pembayaran nilai royalty yang seharusnya dibayarkan oleh Tergugat

kepada Penggugat untuk periode tanggal 30 Maret 2012 sampai dengan tanggal 30

November 2012 atau sama dengan 8 (delapan) bulan tanpa izin dimana Tergugat

memiliki 55 (lima puluh lima) kamar/room adalah dengan perhitungan sebagai

berikut:

Rp720.000,00 per tahun: 360 hari = Rp2.000,00 per hari;

Rp2.000,00 per hari x 30 hari = Rp60.000,00 per bulan;

Rp60.000,00 per bulan x 55 kamar = 3.300.000,00 per bulan;

Jadi, selama 8 (delapan) bulan tanpa izin, Tergugat harus membayar sebesar:

Rp3.300.000,00 x 8 bulan = Rp26.400.000,00;

Sedangkan biaya pengurusan Sertifikasi/Lisensi yang telah lewat masa berlakunya

sejak 8 bulan yang lalu adalah sebesar:

Rp720.000,00 per tahun x 55 kamar = Rp39.600.000,00 ditambah 10% =

Rp3.960.000,00 adalah sebesar Rp43.560.000,00;

Hal. 5 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 103: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Total yang harus dibayarkan Tergugat terhadap pembayaran royalty selama 8

(delapan) bulan ditambah dengan tidak mempunyai Sertifikat/Lisensi yang

dikeluarkan oleh Penggugat selama 8 (delapan) bulan untuk diurus kembali, yaitu

Rp26.400.000,00 (dua puluh enam juta empat ratus ribu rupiah) ditambah dengan

Rp43.560.000,00 (empat puluh tiga juta lima ratus enam puluh ribu rupiah) adalah

sebesar Rp69.960.000,00 (enam puluh sembilan juta sembilan ratus enam puluh ribu

rupiah);

14 Bahwa parameter tarif di atas mengacu kepada standar Internasional yang ditetapkan

oleh Cisac. Perhitungan tersebut oleh Penggugat diberlakukan terhadap beberapa

User lain, khususnya yang mempunyai kegiatan usaha karaoke;

15 Bahwa selanjutnya dikarenakan pembayaran yang dilakukan oleh Tergugat a quo di

bawah standar yang berdampak dirasakan tidak adil oleh Penggugat, maka

Penggugat telah menyampaikan usulan penyesuaian tarif kepada Tergugat yaitu

dengan parameter Rp720.000,00 (tujuh ratus dua puluh ribu rupiah) per room per

tahun untuk periode tahun 2012. Usulan tersebut disampaikan berulang kali disertai

ajakan untuk berunding bersama, namun pihak Tergugat selalu mengelak dan

mengulur-ulur waktu untuk pertemuan tersebut. Tergugat tetap pada pendiriannya

yaitu hanya mau membayar Rp3.900.000,00 (tiga juta sembilan ratus ribu rupiah)

yang dilakukan oleh Tergugat. Bahkan cara pembayaranpun “asal-asalan”, yaitu

main transfer saja” tanpa melalui prosedur yang diterapkan oleh Penggugat padahal

Penggugat selaku CMO mempunyai prosedur dalam melakukan penagihan (meng-

collect) royalty , dan sudah diterapkan/diikuti oleh banyak User diseluruh Indonesia;

16 Bahwa disamping itu, Tergugat tidak jujur dalam menyampaikan data jumlah Room.

Sikap Tergugat di atas tentu sangat berdampak merugikan terhadap Penggugat, baik

dari aspek materiel maupun imateriel. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya

kerugian yang lebih besar terhadap Penggugat dan agar Gugatan Penggugat tidak

sia-sia belaka (ilusoir), sudah sepatutnya dan dirasakan adil, Penggugat mengajukan

Sita Jaminan (conservatoir beslag) atas outlet milik Tergugat. Dan untuk selanjutnya

agar putusan perkara ini dilaksanakan secara serta merta (uitvoorbaar bij voraad)

meskipun ada upaya hukum lain oleh Tergugat;

Bahwa, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar agar memberi putusan sebagai

berikut:

1 Menerima dan Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

Hal. 6 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 104: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 Menyatakan, menetapkan Tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap Hak

Cipta Lagu berupa Hak Eksklusif yaitu telah melakukan kegiatan Pengumuman

(Performing) tanpa izin dari Penggugat;

3 Menyatakan, menetapkan Tergugat dalam kegiatan usaha karaoke telah melakukan

kegiatan Pengumuman (Performing) atas karya cipta lagu milik (repertoire)

Penggugat, dan selanjutnya wajib membayar royalty kepada Penggugat;

4 Menghukum Tergugat dan Turut Tergugat untuk membayar ganti rugi royalty

selama 8 (delapan) bulan tanpa izin kepada Penggugat sebesar Rp26.400.000,00

(dua puluh enam juta empat ratus ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut:

Rp720.000,00 per tahun: 360 hari = Rp2.000,00 per hari;

Rp2.000,00 per hari x 30 hari = Rp60.000,00 per bulan;

Rp60.000,00 per bulan x 55 kamar = 3.300.000,00 per bulan;

Rp3.300.000,00 x 8 bulan = Rp26.400.000,00;

Beserta biaya pengurusan Sertifikasi/Lisensi yang telah lewat masa berlakunya sejak

8 bulan yang lalu adalah sebesar:

Rp720.000,00 per bulan x 55 kamar = Rp39.600.000,00 ditambah 10% =

Rp3.960.000,00 senilai Rp43.560.000,00;

Total = Rp69.960.000,00;

5 Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian immaterial kepada Penggugat

sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

6 Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar

Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per hari sampai dengan dilaksanakannya

putusan;

7 Menyatakan Sah dan Berharga, sita jaminan (conversatoir beslag) atas outlet Inul

Vista Karaoke milik Tergugat;

8 Menyatakan putusan dapat dilaksanakan secara serta merta (uitvoorbaar bij voraad)

meskipun ada upaya hukum lain oleh Tergugat;

9 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.

Atau apabila Yang Mulia Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar cq.

Yang Terhormat Majelis Hakim Yang Memeriksa dan Mengadili perkara a quo

berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Bahwa terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat mengajukan eksepsi yang

pada pokoknya sebagai berikut:

Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil Penggugat kecuali yang diakui kebenarannya

secara tegas dan jelas oleh Tergugat;

Hal. 7 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 105: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

I Eksepsi Error In Person;

1 Bahwa Gugatan Penggugat sebagaimana nyata tersurat dalam Gugatan a quo

ditujukan kepada PT Vista Pratama (Inul Vista Karaoke Manado), berkedudukan

di Kompleks Mega Mas Blok 1-A2, Jalan Unit Ruko Nomor 50-52, Manado,

Sulawesi Utara;

2 Bahwa berdasarkan fakta yang ada, di alamat tersebut di atas sebagaimana dalil

Penggugat tidak terdapat dan tidak dikenal PT Vista Pratama;

3 Bahwa yang sebenarnya berdomisili hukum di alamat tersebut di atas adalah CV.

Suara Indah yang dipimpin oleh David Goni Jokom, MBA. MSA;

4 Bahwa sedangkan sepengetahuan Tergugat, PT Vizta Pratama, beralamat di Ruko

Sentra Bisnis, Jalan Artha Gading Blok A 7 D Nomor 15, Kelapa Gading Barat –

Jakarta Utara, sehingga dengan demikian seharusnya Gugatan Penggugat

diajukan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;

5 Bahwa selain itu, apabila Gugatan ditujukan kepada Inul Vizta Karaoke Manado

juga tidak tepat, karena Inul Vizta Karaoke Manado bukanlah sebuah Badan

Hukum, melainkan hanyalah sebuah Merek Dagang atau Brand atau Entitas

Bisnis dalam jenis usaha Karaoke yang menggunakan nama Inul Vizta;

6 Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Gugatan Penggugat adalah Error in

Person, sehingga dengan demikian Gugatan a quo haruslah dinyatakan ditolak

atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

Eksepsi Litis Pendentis;

1 Bahwa Penggugat telah mengajukan Gugatan Pembayaran Royalty yang telah

didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar

pada hari Kamis tanggal 13 Desember 2012 dalam Register Perkara Nomor 01/

H.KI/CIPTA/2012/PN Niaga Mks.;

2 Bahwa akan tetapi, selain di Pengadilan Negeri/Niaga Makassar, Penggugat juga

telah mengajukan Gugatan yang substansinya sama di Pengadilan Negeri/Niaga

Jakarta Pusat dalam Perkara Nomor 70/HAKI/CIPTA/2012/PN Niaga Jkt. Pst.

terhadap PT Vizta Pratama (Pemilik dan Pemberi Waralaba), beralamat di Ruko

Sentra Bisnis, Jalan Artha Gading Blok A 7 D Nomor 15, Kelapa Gading Barat

– Jakarta Utara, selaku Tergugat dan kepada 12 (dua belas) Penerima Waralaba

lainnya selaku Turut Tergugat yang telah didaftarkan pada tanggal 9 November

2012;

Hal. 8 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 106: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Bahwa dengan demikian Gugatan Penggugat di Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta

Pusat nyata telah lebih dulu didaftarkan daripada Gugatan Penggugat di

Pengadilan Negeri/Niaga Makassar;

4 Bahwa di dalam Gugatan Penggugat yang diajukan di Pengadilan Negeri/ Niaga

Jakarta Pusat tersebut di atas, terdapat klausula yaitu di dalam Alinea Kedua

Posita pada angka 19 (sembilan belas) maupun dalam Petitum pada angka 6

(enam) yang pada intinya menyatakan: “Penggugat mohon kepada Majelis

Hakim agar menyatakan putusan ini mengikat terhadap semua outlet Inul Vizta

Karaoke yang berada di seluruh wilayah Republik Indonesia”;

5 Bahwa dengan demikian, apabila Klausula dalam Gugatan Penggugat yang

diajukan di Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat tersebut dikabulkan, tentunya

dapat membawa implikasi hukum yang sama dan mengikat kepada semua outlet

Inul Vizta Karaoke yang berada di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Sehingga dengan demikian akan timbul kebingungan dalam menyikapi Gugatan

Penggugat yang diajukan secara terpisah di Pengadilan Negeri/Niaga Makassar,

yang pada dasarnya memiliki substansi tuntutan yang sama;

6 Bahwa selain itupun akan terjadi Duplikasi Putusan atau Putusan Ganda terhadap

sebuah perkara yang sama dan sejenis yang akan menimbulkan akibat hukum

yang membingungkan, antara lain:

1 Seandainya Gugatan Penggugat yang diajukan di Pengadilan Negeri/ Niaga

Jakarta Pusat maupun yang diajukan di Pengadilan Negeri/Niaga Makassar

dikabulkan seluruhnya, maka Putusan Peradilan manakah yang harus ditaati oleh

Tergugat?;

2 Seandainya hanya salah satu dari Gugatan Penggugat yang diajukan di

Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat maupun yang diajukan di Pengadilan

Negeri/Niaga Makassar yang dikabulkan, sementara yang satunya lagi ditolak,

maka Putusan Peradilan manakah yang harus ditaati oleh Tergugat?;

7 Bahwa oleh karena masih berjalannya Gugatan Penggugat dengan substansi yang

sama yang telah terdaftar lebih dulu di Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat

dalam Perkara Hak Cipta Nomor 70/HAKI/ CIPTA/2012/PN Niaga Jkt. Pst.,

maka untuk menghindari duplikasi putusan terhadap perkara yang sama, Gugatan

Penggugat haruslah dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak

dapat diterima;

II Eksepsi Surat Kuasa Penggugat Selaku Penerima Kuasa Dari Pencipta La-

Hal. 9 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 107: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

gu Bersifat Umum Dan Tidak Bersifat Khusus Sehingga Tidak Memenuhi Syarat

Formal;

1 Penggugat mendalilkan dalam gugatan a quo pada Posita angka 5 (lima) adalah

sebagai Penerima Kuasa dari 2.636 Pencipta Lagu sebagai suatu Wadah atau

Lembaga Kolektif Manajemen;

2 Bahwa Kuasa yang diterima Penggugat dari Para Pencipta Lagu tersebut bersifat

Umum yaitu antara lain untuk melakukan pemungutan Royalty dan melakukan

Gugatan ke Pengadilan. Karena sifat Kuasa tersebut Umum dan bukan Khusus,

maka Kuasa yang diterima Penggugat dari 2.636 Pencipta Lagu tersebut tidak

dapat dipakai untuk mengajukan Gugatan ke Pengadilan. Apalagi menurut kabar

berita, terdapat banyak Pencipta Lagu yang telah mencabut Kuasa dari

Penggugat, sehingga jumlah 2.636 Pencipta Lagu tersebut wajib diverifikasi

ulang. Tergugat mensoomer Penggugat untuk membuktikan hal tersebut dalam

persidangan ini;

3 Bahwa di samping itu, Penggugat saat ini sudah mengundurkan diri dari

Keanggotaan Cisac terhitung sejak bulan November 2012, sehingga dalil Posita

Penggugat angka 3 (tiga) harus ditolak. Penggugat tidak dapat lagi mengklaim

sebagai wakil dari 136 Negara anggota Cisac dan 2 juta Pencipta Lagu Asing.

Dengan demikian Penggugat juga tidak memiliki kewenangan untuk mengajukan

gugatan a quo berdasarkan Reciprocal Agreement antara Penggugat dengan

Cisac;

4 Bahwa karena Surat Kuasa dari Pencipta Lagu kepada Penggugat bersifat Umum

dan Jumlah Pencipta lagu yang memberi Kuasa kepada Penggugat diragukan

kebenarannya, sehingga membuat Surat Kuasa tersebut Tidak Memenuhi Syarat

Formal untuk mewakili Para Pencipta Lagu menggugat di Pengadilan. Oleh

karena itu, Gugatan Penggugat haruslah dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya

dinyatakan tidak dapat diterima;

III Eksepsi Prematur Karena Gugatan Tidak Mengandung Sengketa Atau Karena Masa

Berlaku Lisensi Belum Habis dan Royalty Telah Dibayar Atau Karena Masih

Berjalannya Perundingan Antara Penggugat Dengan PT Vizta Pratama;

1 Bahwa Tergugat telah membayar Lisensi dan Royalty untuk masa satu tahun

Performing terhitung sejak bulan April 2012 sampai dengan Maret 2013;

2 Bahwa dengan demikian seluruh Kewajiban Tergugat telah dilaksanakan

sehingga tidak terdapat sengketa antara Penggugat dan Tergugat;

Hal. 10 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 108: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Bahwa adapun sengketa yang didalilkan Penggugat adalah semata-mata

mengenai Besaran Kenaikan Royalty yang sampai saat ini masih dalam

perundingan antara Penggugat dengan PT Vizta Pratama selaku Pemilik dan

Pemberi Waralaba;

4 Bahwa oleh karena itu gugatan a quo nyata tidak mengandung sengketa,

sehingga oleh karenanya gugatan Penggugat haruslah dinyatakan ditolak atau

setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

IV Eksepsi Tuntutan Ganti Rugi Tidak Beralasan

1 Bahwa Penggugat dalam dalil gugatannya angka 13 (tiga belas) secara sepihak

menyebutkan penghitungan Nilai Royalty yang seharusnya dibayarkan oleh

Tergugat kepada Penggugat terhitung sejak tanggal 30 Maret 2012 sampai

dengan tanggal diajukan Gugatan a quo yang totalnya adalah sebesar

Rp69.960.000,00 (enam puluh sembilan juta sembilan ratus enam puluh ribu

rupiah) adalah dalil yang tidak masuk akal serta mengada-ada;

2 Bahwa hal tersebut bertentangan dengan Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Hak

Cipta yang menyatakan Pembayaran Royalty dilakukan berdasarkan

Kesepakatan antara Pemegang Hak Cipta dan Penerima Lisensi;

Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Hak Cipta:

“Jumlah Royalty yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh

Penerima Lisensi adalah berdasarkan Kesepakatan Kedua Belah Pihak dengan

berpedoman pada Kesepakatan Organisasi Profesi”;

3 Bahwa berdasarkan kebiasaan yang berjalan selama ini di dalam bisnis Waralaba

khususnya Karaoke, maka Kesepakatan Pembayaran Royalty selama ini

dilakukan antara Penggugat dengan Pemilik dan Pemberi Waralaba yaitu PT

Vizta Pratama yang berkedudukan di Jakarta. Sedangkan Tergugat selaku

Penerima Waralaba, tentunya wajib mentaati seluruh ketentuan yang telah

disepakati oleh PT Vizta Pratama dengan Penggugat;

4 Bahwa sampai saat ini belum tercapai suatu kesepakatan baru tentang Kenaikan

Pembayaran Royalty tersebut. Hal tersebut dikarenakan Penggugat bermaksud

meminta Kenaikan Pembayaran Royalty yang besarnya tidak masuk diakal yaitu

2500% (dua ribu lima ratus persen) dari tarif sebelumnya;

5 Bahwa sedangkan terhadap Kesepakatan yang telah ada sebelumnya antara

Penggugat dan PT Vizta Pratama yang menjadi kewajiban Tergugat, telah

dibayarkan secara kontinyu oleh Tergugat termasuk Pembayaran Royalty untuk

jangka waktu 2012 - 2013;

Hal. 11 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 109: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6 Bahwa sampai dengan saat ini belum terdapat Peraturan Pemerintah

terhadap Tata Cara Pembayaran Royalty atau Tata Niaga Industri Musik yang

dapat menjadi Pedoman bagi setiap pihak untuk melakukan Penghitungan

Pembayaran Royalty. Sehingga mekanismenya tetap diserahkan kepada

Kesepakatan Kedua Belah Pihak sebagaimana maksud Pasal 45 ayat (4) Undang

Undang Hak Cipta;

7 Bahwa selain itu, sesuai dengan Yurisprudensi MARI Nomor 588 K/ Sip/1983

tanggal 28 Mei 1984 yang menyatakan: “Tuntutan Penggugat mengenai Ganti

Rugi karena tidak disertai dengan bukti-bukti harus ditolak” dan Yurisprudensi

MARI Nomor 51 K/Sip/1974 tanggal 29 Mei 1975 yang menyatakan: “Dalam

hal adanya tuntutan ganti rugi, maka adanya kerugian untuk mana dituntut ganti

rugi itu harus dibuktikan” serta Yurisprudensi MARI Nomor 459 K/Sip/1975

tanggal 18 Agustus 1975 yang menyatakan: “Penuntutan Ganti Rugi baru dapat

dikabulkan apabila si Penuntut dapat membuktikan secara terperinci adanya

kerugian dan besarnya kerugian”;

8 Bahwa oleh karena Penggugat ternyata tidak dapat membuktikan adanya dan

besarnya kerugian secara terperinci melainkan hanya menghitung secara sepihak

saja, maka jelaslah tuntutan Ganti Rugi yang diajukan Penggugat sangatlah tidak

berdasar hukum sama sekali dan oleh karenanya haruslah ditolak atau setidak-

tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

V Gugatan Obscuur Libel;

1 Bahwa Penggugat tidak menguraikan secara jelas dan cermat tentang tindakan

atau perbuatan apa yang dilakukan oleh Tergugat sehingga tiba-tiba dikualifisir

telah melakukan Pelanggaran Hukum di bidang Hak Cipta sebagaimana Posita

angka 10 (sepuluh);

2 Bahwa dalil Posita Penggugat angka 9 (sembilan) menyebutkan pelanggaran

yang dilakukan Tergugat adalah:

• Tidak memiliki Lisensi dari Penggugat;

• Tidak melakukan Pembayaran Royalty sesuai tarif yang berlaku;

Dengan demikian yang menjadi permasalahan Penggugat adalah: Pertama,

Tergugat tidak memiliki Lisensi dari Penggugat, dan Kedua, Tergugat

sebenarnya telah membayar Royalty, namun tidak sesuai dengan tarif yang

berlaku;

Hal. 12 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 110: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Bahwa berdasarkan fakta yang ada, Tergugat selama ini selalu membayar Lisensi

dan Royalty kepada Penggugat sesuai dengan Kesepakatan antara Penggugat dan

PT Vizta Pratama yang wajib ditaati oleh Tergugat;

4 Bahwa berdasarkan bukti pembayaran yang ada, Tergugat telah membayar

Lisensi dan Royalty kepada Penggugat pada tanggal 18 April 2012 untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun ke depan. Artinya berlaku sampai dengan tanggal 17 Maret

2013;

5 Bahwa akan tetapi dengan memakai alasan yang sumir yaitu kewajaran dan

keadilan, Penggugat lalu mencoba menaikkan harga Lisensi dan Royalty menjadi

sebesar lebih dari 25 (dua puluh lima) kali lipat dari harga yang berlaku

sebelumnya. Hal yang sungguh tidak masuk diakal;

6 Bahwa selain itu Penggugat sebagai anggota Cisac mendalilkan Parameter Tarif

yang dihitungnya mengacu pada Standar Internasional yang ditetapkan oleh

Cisac. Padahal berdasarkan pemberitaan di Media, Penggugat tidak lagi

bergabung dengan Cisac, karena telah melakukan pengunduran diri dari

keanggotaan Cisac terhitung sejak Bulan November 2012;

7 Bahwa oleh karena itu, tuntutan Penggugat akan Kenaikan Royalty tersebut

menjadi kabur, tidak jelas dan tidak cermat, karena tidak jelas parameternya dan

metode perhitungannya dilakukan secara sepihak. Sehingga selayaknyalah

apabila Gugatan Penggugat haruslah dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya

dinyatakan tidak dapat diterima;

Bahwa, terhadap gugatan tersebut, Tergugat mengajukan Rekonvensi pada

pokoknya sebagai berikut:

1 Bahwa seluruh uraian yang termuat dalam Eksepsi dan Konvensi mohon

dianggap menjadi satu kesatuan dalam Rekonvensi ini;

2 Bahwa Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi telah

melakukan Pembayaran Lisensi dan Royalty pemakaian lagu secara

sekaligus untuk masa 1 (satu) tahun ke depan pada tanggal 18 April 2012

melalui Transfer ke Rekening Penggugat dalam Konvensi/Tergugat

dalam Rekonvensi pada Bank BCA Nomor 1453503031, akan tetapi

Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi tidak bersedia

menerbitkan Sertifikat Lisensinya. Oleh karena itu Tergugat dalam

Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi mohon agar Penggugat dalam

Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi diperintahkan untuk menerbitkan

Sertifikat Lisensi untuk masa pemakaian lagu 2012 sampai 2013 dan

Hal. 13 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 111: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menyerahkannya kepada Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam

Rekonvensi;

3 Bahwa apabila Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi

tidak bersedia menerbitkan Sertifikat Lisensi, maka Penggugat dalam

Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi harus dihukum untuk membayar

Uang Paksa (dwangsom) sebesar Rp1.000.000,00 untuk setiap hari

keterlambatan pelaksanaan putusan ini;

4 Bahwa selain itu, tindakan Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam

Rekonvensi yang menaikkan Tarif Lisensi dan Royalty secara Sepihak

tanpa berdasarkan Kesepakatan Kedua Belah Pihak sebagaimana

dimaksud Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Hak Cipta harus dinyatakan

tidak dapat berlaku;

5 Bahwa mengingat kesepakatan penentuan Tarif Lisensi dan Royalty yang

baru belum tercapai, namun bisnis Karaoke ini harus berjalan terus

operasional karena menyangkut nasib pekerja yang tidak sedikit, maka

Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi mohon agar

selama dan sepanjang belum tercapai kesepakatan tersebut, Tergugat

dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi tetap dapat beroperasional

dengan mewajibkan Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam

Rekonvensi untuk membayar Lisensi dan Royalty kepada Penggugat

dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi sesuai dengan Kesepakatan

Terdahulu;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat Rekonvensi mohon

kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar agar memberi putusan

sebagai berikut:

1 Menerima dan Mengabulkan Gugatan Rekonvensi Tergugat dalam Konvensi/

Penggugat dalam Rekonvensi;

2 Memerintahkan Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi untuk

menerbitkan Sertifikat Lisensi untuk masa pemakaian lagu 2012 sampai 2013

dan menyerahkannya kepada Tergugat dalam Konvensi/ Penggugat dalam

Rekonvensi;

3 Menyatakan Kenaikan Tarif Lisensi dan Royalty yang dilakukan Penggugat

dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi secara Sepihak tidak berlaku

karena tidak didasarkan pada Kesepakatan Kedua Belah Pihak sebagaimana

dimaksud Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Hak Cipta;

Hal. 14 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 112: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4 Menyatakan Menetapkan agar selama dan sepanjang belum tercapai

Kesepakatan Pembayaran Royalty tersebut, Tergugat dalam Konvensi/

Penggugat dalam Rekonvensi tetap dapat beroperasional dengan mewajibkan

Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi untuk membayar

Lisensi dan Royalty kepada Penggugat dalam Konvensi/ Tergugat dalam

Rekonvensi sesuai dengan Kesepakatan Terdahulu;

5 Menghukum Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi untuk

membayar Uang Paksa (dwangsom) sebesar Rp1.000.000,00 untuk setiap hari

keterlambatan pelaksanaan putusan ini;

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Makassar telah memberi putusan Nomor 01/HKI/Cipta/2012/PN Niaga Mks. tanggal 28

Maret 2013 yang amarnya sebagai berikut:

I Dalam Konvensi:

1 Dalam Eksepsi:

• Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

2 Dalam Pokok Perkara:

• Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;

• Menyatakan Tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap hak cipta lagu

karya cipta lagu/musik yaitu telah melakukan kegiatan pengumuman

(performing) tanpa izin dai Penggugat yang dikwalifikasi sebagai Perbuatan

Melawan Hukum (PMH);

• Menghukum Tergugat membayar ganti rugi/royalty sebesar Rp

15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) kepada

Penggugat;

• Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya;

II Dalam Rekonvensi:

• Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi;

III Dalam Konvensi Dan Rokenvensi:

• Menghukum Tergugat dalam konvensi Penggugat dalam Rekonvensi untuk

membayar ongkos perkara sebesar Rp1.511.000,00 (satu juta lima ratus sebelas

ribu rupiah);

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makasar

tersebut telah diucapkan pada tanggal 28 Maret 2013, terhadap putusan tersebut,

Tergugat dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 1 April

Hal. 15 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 113: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2013 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 8 April 2013, sebagaimana ternyata

dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 01/Srt.Pdt.G/2012/PN.MKS yang dibuat oleh

Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Makassar, permohonan tersebut disertai dengan

memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Makassar

tersebut pada tanggal 19 April 2013;

Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Termohon Kasasi dahulu

Penggugat pada tanggal 6 Mei 2013, kemudian Termohon Kasasi dahulu Penggugat

mengajukan kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Makassar pada tanggal 20 Mei 2013;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah

diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan

dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, sehingga permohonan kasasi

tersebut formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Tergugat pada pokoknya sebagai berikut:

Berdasarkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2009

tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung dalam Pasal 30 secara lengkap dinyatakan sebagai berikut:

“Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan

Pengadilan-pengadilan dari semua Lingkungan Pengadilan karena:

a tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;

b salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;

c lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan

yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan”;

Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan dan menolak Putusan Pengadilan Naga pada

Pengadilan Negeri Makassar Nomor 01/HKI/CIPTA/ 2012/PN Niaga Mks. tanggal 28

Maret 2013 karena Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar jelas-jelas telah

salah menerapkan hukum atau melanggar hukum dalam memeriksa perkara a quo dan

Putusan Judex Facti telah lalai karena kurang cukup mempertimbangkan (onvoldoende

gemotiveerd) sehingga harus dibatalkan sebagaimana disebut dalam Putusan Mahkamah

Agung RI Nomor 671 K/Sip/1972 tanggal 13 Agustus 1972 dan Putusan Mahkamah

Agung RI Nomor 339 K/Sip/1969 tanggal 21 Februari 1970;

Berikut di bawah ini kami uraikan alasan-alasan dan pengajuan Permohonan Kasasi dari

Memori Kasasi dalam perkara ini:

Hal. 16 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 114: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dalam Konvensi:

A Dalam Eksepsi:

I Alasan Kasasi I (Pertama): Surat Kuasa Termohon Kasasi/Penggugat Bukan Surat

Kuasa Khusus;

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar (Judex Facti) telah melakukan

kesalahan penerapan hukum acara karena Para Pencipta Lagu Tidak Pernah

Memberikan Kuasa Kepada Termohon Kasasi/Penggugat Untuk Mengajukan

Gugatan Terhadap Pemohon Kasasi/Tergugat;

1 Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Judex

Facti yang memihak Termohon Kasasi, karena telah salah dan keliru menilai

bahwa Surat Kuasa Pemohon Kasasi sah dan bersifat khusus sebagaimana

disebut dalam pertimbangan Putusan Judex Facti halaman 40-41 sebagai berikut:

“Bahwa sebagai pemegang hak cipta yang dikuasakan oleh pencipta, Penggugat

telah diberikan kuasa oleh 2.636 (dua ribu enam ratus tiga puluh enam) pencipta

lagu Indonesia dengan karya cipta lagunya sebanyak 130.000 (seratus tiga puluh

ribu) lagu. Di samping itu sebagal CMO, Penggugat telah diberi kuasa melalui

Reciprocal Agreement dengan 136 negara anggota CISAC untuk mengelola

seluruh lagu asing di Indonesia yang meliputi sebanyak lebih dan 2 juta pencipta

lagu asing dengan karya cipta lagu sebanyak 10 juta lagu. Khusus untuk lagu-

lagu Indonesia, yang dikelola oleh Penggugat terdiri atas lagu-lagu legend, pop,

tradisional dan pop daerah. Dimana salah satu pencipta lagu (composer) yang

telah menjadi anggota/memberikan kuasa kepada Penggugat adalah DR. H.

Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden Republik Indonesia) yang juga

merupakan Ketua Dewan Pembina PAPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta

Lagu dan Pemusik Republik Indonesia);

Bahwa dalam replik Penggugat menjelaskan sesuai surat kuasa dan Perjanjian

Kerjasama yang diberikan oleh pemegang hak cipta kepada Penggugat, di

dalamnya termasuk kuasa untuk melakukan gugatan ke Pengadilan. Dengan

demikian Penggugat telah mempunyai legal standing in judicio yang benar

dalam mengajukan gugatan ini;

Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim berdasarkan bukti-bukti surat dan

keterangan saksi, Penggugat adalah Badan Hukum yang bergerak di bidang

Karya Cipta Lagu/cipta;

Menimbang, bahwa menurut Majelis oleh karena Penggugat sebagai Legal

Standing Judicio maka dengan sendirinya secara hukum Penggugat dapat

Hal. 17 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 115: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menjadi pihak dalam berperkara tanpa harus mendapat kuasa lagi dan para pihak

(in casu para pencipta lagu) dan hal ini Jangan dicampur adukan dengan kuasa

dalam gugatan class action; dengan demikian maka eksepsi Tergugat tersebut

harus pula dinyatakan ditolak”;

2 Bahwa dalil Termohon Kasasi/Penggugat dalam butir 4 gugatannya menyatakan

Termohon Kasasi/Penggugat sebagai pemegang hak cipta yang diberi kuasa oleh

para Pencipta Lagu untuk mengelola hak cipta para Pencipta Lagu dari dalam

dan luar negeri, karenanya mempunyai legal standing untuk mengajukan gugatan

ke pengadilan berdasarkan Surat Kuasa dan Perjanjian Kerjasama yang dberikan

Pencipta Lagu

kepada Termohon Kasasi/Penggugat;

3 Bahwa selanjutnya pada butir 5 dan 6 posita gugatannya. Termohon Kasasi/

Penggugat mendalilkan tugas utama Termohon Kasasi/ Penggugat adalah untuk

memungut (collect) uang royalti yang merupakan Hak Ekonomi para Pencipta

Lagu yang timbul dan adanya kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan

Pengumuman (performing), berdasarkan pemberian kuasa dan pencipta,

termasuk kuasa untuk melakukan gugatan ke Pengadilan;

4 Surat Kuasa Termohon Kasasi/Penggugat yang ditandatangani oleh Drs. Dharma

Oratmangun, M.Si., selaku Ketua Yayasan Karya Cipta Indonesia tertanggal 3

Desember 2013 tersebut adalah Surat Kuasa Umum, yang tidak dapat digunakan

untuk mengajukan gugatan perkara wanprestasi/ingkar janji di Pengadilan Niaga

pada Pengadilan Negeri Makassar karena:

• Tidak menyebut secara jelas dan spesifik surat kuasa, untuk mengajukan

perkara di pengadilan dan tidak menyebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Makassar;

• Tidak menyebut pengadilan yang mengadili perkara;

• Tidak menyebut dengan tegas kedudukan pihak yang digugat;

• Tidak menyebut dasar hukum suatu gugatan (apakah wanprestasi atau

perbuatan melawan hukum);

• Penerima kuasa tidak pernah dikuasakan menggugat ganti rugi seperti

tercantum di dalam surat gugatan;

5 Bahwa Yurisprudensi MARI Nomor 3412 K/Pdt/1983 menyebutkan ‘Kuasa

khusus yang hanya menyebut objek perkara, tetapi tidak menyebut pihak yang

Hal. 18 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 116: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hendak digugat, tidak memenuhi syarat formil sebagai surat kuasa khusus, dan

karenanya bertentangan dengan ketentuan Pasal 123 HIR”;

6 Bahwa dengan tidak adanya pemberian kuasa khusus dan para Pencipta Lagu.

maka jelas Termohon Kasasi/Penggugat tidak mewakili kepentingan para

Pencipta Lagu, bahkan lebih jauh lagi Termohon Kasasi/Penggugat tidak

berdasar menyatakan dirinya sebagai kuasa dan para Pencipta Lagu untuk

menggugat Pemohon Kasasi/Tergugat, padahal telah terbukti sejak pendaftaran

gugatan hingga saat ini, Termohon Kasasi/Penggugat tidak menunjukkan kuasa

khusus dan para Pencipta Lagu. sehingga Termohon Kasasi/Penggugat tidak

berhak mengajukan gugatan atas nama para Pencipta Lagu;

7 Bahwa dan fakta tersebut, jelas bahwa tindakan Termohon Kasasi/ Penggugat

mengajukan gugatan terhadap Pemohon Kasasi/Tergugat ke Pengadilan Niaga

adalah tanpa alas hak yang jelas, sehingga sudah seharusnya Majelis Hakim

menyatakan gugatan Termohon Kasasi/ Penggugat tidak dapat diterima;

8 Bahwa berdasarkan dalil Termohon Kasasi/Penggugat tersebut di atas, maka

jelas terbukti kuasa yang diberikan pencipta kepada Termohon Kasasi/Penggugat

merupakan surat kuasa umum berdasarkan ketentuan Pasal 1795 KUH Perdata,

yang ditujukan untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa (pencipta). bukan

surat kuasa khusus dan para pencipta untuk mengajukan gugatan terhadap

Pemohon Kasasi/Tergugat. Bahwa surat kuasa umum yang demikian

bagaimanapun juga tidak dapat dianggap sebagai suatu surat kuasa khusus untuk

berperkara di depan pengadilan berdasarkan ketentuan Pasal 123 ayat (1) H.I.R.

yang berbunyi:

“Kedua belah pihak, kalau mau boleh dibantu atau diwakili oleh juru kuasa, yang

untuk maksud itu dikuasakan dengan surat kuasa istimewa, kecuali jika yang

memberi kuasa itu hadir sendiri. Si Penggugat juga dapat memberi kuasa dalam

surat permintaan yang ditandatangani… dan seterusnya”;

9 Bahwa disamping itu, Mahkamah Agung melalui SEMA Nomor 6 Tahun 1994

tertanggal 14 Oktober 1994 telah membuat suatu syarat formulasi surat kuasa

khusus untuk berperkara di pengadilan, yaitu (i) menyebut dengan jelas dan

spesifik surat kuasa untuk berperan di pengadilan (ii) menyebut kompetensi

relatif, (iii) menyebut identitas dan kedudukan para pihak, dan (iv) menyebut

secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa yang diperkarakan;

10 Bahwa oleh karena kuasa yang diterima Termohon Kasasi/Penggugat dari para

Pencipta Lagu sebelum perkara ini didaftarkan bukan merupakan kuasa khusus.

Hal. 19 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 117: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

maka Termohon Kasasi/Penggugat dengan demikian tidak berhak dan tidak

berwenang untuk dan atas nama Para Pencipta Lagu berperkara di pengadilan,

termasuk dalam hal ini memberikan dan menandatangani kuasa khusus kepada

Kantor Hukum Denny F. Kaunang, S.H. & Rekan tertanggal 3 Desember 2012

untuk berperkara di pengadilan dalam rangka menggugat Pemohon Kasasi/

Tergugat;

11 Bahwa hal ini telah menjadi kaidah hukum yang dapat ditemukan dalam

Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 531 K/Sip/1972 tertanggal 25 Juli

1974, dimana Mahkamah Agung memberikan pertimbangan sebagai berikut:

“Surat kuasa untuk menjaga, mengurus harta benda yang bergerak dan tidak

bergerak, tanah-tanah, rumah-rumah, hutang dan semua kepentingan seseorang

adalah suatu surat kuasa umum yang bagaimanapun juga tidak dapat dianggap

sebagai suatu surat khusus untuk berperkara di pengadilan”;

12 Bahwa kaidah hukum yang terkandung dalam Yurisprudensi Nomor 531 K/

Sip/1972 tanggal 25 Juli 1974 di atas, sudah seharusnya menurut hukum

diterapkan dalam perkara a quo, karena dalam perkara a quo. jelas terbukti

bahwa pemberian kuasa dari para Pencipta Lagu kepada Termohon Kasasi/

Penggugat bukanlah bersifat kuasa khusus guna berperkara di pengadilan. Oleh

karena itu sudah seharusnya Majelis Hakim yang memeriksa perkara

menyatakan gugatan Termohon Kasasi/Penggugat tidak diterima;

13 Demikian juga Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 018 K/N/Haki/2007

tanggal 1 Oktober 2007 dengan Majelis Hakim yang terdiri dan Ketua Marianna

Sutadi, S.H. dan Hakim-hakim Anggota Dr. Harifin A Tumpa, S.H. dan Prof. Dr.

Paulus E Lotulung, S.H., dalam perkara antara Yayasan Karya Cipta Indonesia

(YKCI) selaku Penggugat melawan PT Telekomunikasi Selular (TELKOMSEL)

selaku Tergugat telah menolak Gugatan yang diajukan Yayasan Karya Cipta

Indonesia karena surat kuasa yang diajukan dalam persidangan untuk

mengajukan gugatan atas nama Karya Cipta Indonesia tidak memenuhi syarat

suatu surat kuasa khusus dengan pertimbangan hukum sebagai berikut:

“Bahwa menurut Pasal 35 ayat (1) Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001

sebagaimana telah dirubah dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2004

Pengurus Yayasan yang berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar

Pengadilan;

Hal. 20 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 118: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa susunan Pengurus, sesuai dengan Pasal 32 ayat (3) Undang Undang

Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 16 Tahun

2001, sekurang-kurangnya terdiri atas:

a Seorang ketua;

b Seorang sekretaris;

c Seorang bendahara;

Bahwa dalam surat kuasa DA-0301001 tanggal 17 Januari 2003 (dan Ketua

Umum dan Sekretaris Jenderal Yayasan kepada Dahuri, S.E., selaku General

Manager, Pelaksana Harlan Yayasan Karya Cipta Indonesia) tidak tercantum

kuasa khusus untuk mengajukan gugatan atas nama Penggugat/Yayasan Karya

Cipta Indonesia terhadap Tergugat di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat sehingga Dahuri, S.E. tidak berwenang untuk memberi kuasa

kepada Martinus F. Hemo, S.H., dan kawan-kawan sebagaimana dimaksud

dalam surat kuasa khusus tertanggal 14 November 2006 untuk mewakili

Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat di Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (surat kuasa khusus seperti yang dimaksud oleh

Pasal 123 HIR);

Bahwa sesuai dengan yurisprudensi tetap, yang dimaksud dengan surat kuasa

khusus seperti yang dimaksud oleh Pasal 123 HIR adalah surat kuasa yang hanya

dipergunakan untuk keperluan tertentu yakni dengan jelas menyebutkan siapa

pihak Penggugat dan siapa Pihak Tergugat, apa yang disengketakan dan

Pengadilan yang berwenang;

Bahwa oleh karena surat kuasa dan Ketua Umum dan Sekretaris Yayasan Karya

Cipta Indonesia Dahuri, S.E. tidak bersifat khusus, lagipula tidak sesuai dengan

ketentuan Pengurus Yayasan seperti yang dimaksud oleh Pasal 32 ayat (3)

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2004, maka Dahuri, S.E. tidak berwenang

bertindak untuk dan atas nama Penggugat dan surat kuasa tertanggal 14

November 2006 dan Dahuri, S.E. kepada Martinus F. Hemo, S.H. dan kawan-

kawan harus dinyatakan tidak dapat diterima;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, lagi pula ternyata

bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum

dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon

Kasasi: Yayasan Karya Cipta Indonesia tersebut harus ditolak;

Hal. 21 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 119: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, oleh karena permohonan kasasi dan Pemohon Kasasi ditolak, maka

Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi

ini;

Memperhatikan pasal-pasal dan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004, Undang

Undang Nomor 14 Tahun 1985, sebagaimana yang telah diubah dan ditambah

dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004, Undang Undang Nomor 19

Tahun 2002 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: YAYASAN KARYA CIPTA

INDONESIA tersebut;

Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)”;

14 Bahwa tidak ada satu pun ketentuan perundang-undangan bahkan undang-

undang hak cipta yang menyebutkan Termohon Kasasi/KCI sebagai lembaga

yang berwenang untuk menagih royalty kepada para user. Oleh karenanya,

Termohon Kasasi tidak berhak bertindak mengaku-ngaku sebagai kuasa dan

Pencipta musik karena status KC tidak dikenal di dalam peraturan perundangan

yang berlaku;

II Alasan Kasasi II (Kedua): Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar

Tidak Berwenang untuk Mengadili Perkara a quo (Eksepsi Kompetensi Absolut);

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar (Judex Facti) telah melakukan

kesalahan penerapan hukum acara karena seharusnya Judex Facti tidak berwenang

mengadili perkara a quo sebab Termohon Kasasi/Penggugat mengajukan gugatan

untuk pembayaran royalty, Bukan perkara Pelanggaran Hak Cipta sebagaimana

diatur dalam Pasal 59 Undang Undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak

Cipta, melainkan murni perkara perdata perihal tagihan pembayaran jumlah royalti

wanprestasi) yang merupakan kewenangan dari Pengadilan Umum (Perdata);

15 Bahwa Termohon Kasasi/Penggugat mengakui bahwa Pemohon Kasasi/

Tergugat adalah user yang sah bahkan Termohon Kasasi/Penggugat menyatakan

telah terjadi hubungan hukum antara Termohon Kasasi/ Penggugat dengan

Pemohon Kasasi/Tergugat, (lihat pengakuan Termohon Kasasi/Penggugat

tersebut butir B halaman 4 Surat Gugatan yang dikutip sebagai berikut:)

“8. Bahwa berdasarkan dalil-dalil Penggugat sebagaimana diuraikan di atas,

nyata telah ada hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat, masing-

Hal. 22 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 120: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

masing sebagai Pemegang Hak Cipta dan User, yang mana atas hubungan

hukum tersebut menimbulkan kewajiban bagi Tergugat selaku User”;

16 Di dalam Surat Gugatan, butir 9, 11, 13 diutarakan bahwa Penggugat

mempersoalkan mengenai tarif royalti. Apabila ada tagihan royalti berarti yang

wajib membayar royalti sudah sah diberi Hak sebagai user;

Jadi, telah terbukti Termohon Kasasi/Penggugat mengakui bahwa Pemohon

Kasasi/Tergugat telah diberi hak sebagai user sehingga perkara a quo bukan

perkara pelanggaran Hak Cipta melainkan murni tagihan kenaikan royalti (yang

merupakan murni perkara perdata umum);

Dengan demikian terbukti bahwa perkara ini bukan pelanggaran dan Hak Cipta

yang merupakan kewenangan Pengadilan Niaga akan tetapi murni mengenai

Gugatan Perdata tentang wanprestasi pembayaran royalti;

17 Di dalam Petitum Gugatan, Butir 4 yang pada dasarnya menuntut pembayaran

atas tagihan royalti yakni agar Pemohon Kasasi/Tergugat membayar royalti

sebesar Rp26.400.000,00 (dua puluh enam juta empat ratus ribu rupiah) kepada

Termohon Kasasi/Penggugat;

Apabila ada tagihan royalti berarti sudah ada izin (lisensi). Jadi telah terbukti

perkara ini adalah murni perkara perdata perihal tagihan royalti, bukan perkara

hak cipta;

18 Bahwa yang menjadi kewenangan Pengadilan Niaga tidak mencakup sengketa

besarnya royalti dan tidak mencakup perkara tentang pembayaran royalti. Sebab

Yang Menjadi Kewenangan Pengadilan Niaga hanya terbatas Diatur Dalam

Pasal 59 Undang Undang Hak cipta yang dikutip sebagai berikut:

“Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, 56, dan Pasal 58 wajib diputus

dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan di

Pengadilan Niaga yang bersangkutan”;

Jadi menurut Pasal 59 Undang Undang Hak Cipta bahwa kewenangan

Pengadilan Niaga hanya terbatas pada yang diatur di Pasal 55, 56 dan 56 yaitu

tentang perkara tentang pelanggaran hak cipta murni, yang tidak ada perjanjian

lisensinya;

Kewenangan Pengadilan Niaga tidak mencakup masalah royalti yang diatur di

Pasal 45 Undang Undang Hak Cipta;

Contohnya:

Apabila seseorang yang mengubah si ciptaannya tanpa ijin dan pencipta (lihat

Pasal 55) adalah termasuk pelanggaran hak cipta yang merupakan kewenangan

Hal. 23 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 121: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pengadilan Niaga, sedangkan mengenai masalah royalti adalah murni perdata

dan perkara wanprestasi tentang royalti dan Perjanjian Lisensi yang secara

absolute tidak termasuk kewenangan Pengadilan Niaga;

19 Bahwa terbukti Pengadilan Niaga tidak berwenang mengadili perkara a quo

sebab yang dipersoalkan oleh Termohon Kasasi adalah mengenai selisih

besarnya royalty yang telah dibayar oleh Pemohon Kasasi pada tanggal 18 April

2012 sebesar Rp3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) per tahun (bukti

T-12) namun tidak diterima oleh Pemohon Kasasi karena Termohon Kasasi

menetapkan besarnya royalty baru secara sepihak yaitu sebesar Pp720.000,00

(tujuh ratus dua puluh ribu rupiah)/ kamar/tahun.

20 Pendapat Ahli Hukum (Doktrin):

Dalam tulisan hasil penelitian Fakultas Hukum Universitas Airlangga dalam

makalah berjudul perjanjian lisensi merek terkenal oleh Agung Sujatmiko,

dipublikasi di Mimbar Hukum, Volume 22, Nomor 2, Juni 2010 (Vide Bukti

Tambahan T-14), halaman 252-264 ditulis bahwa sengketa perjanjian lisensi

bukan merupakan kewenangan Pengadilan Niaga seperti dikutip dan halaman

261 tulisan sebagai berikut:

“Dalam lisensi yang dibuat antara licensor dan licensee, biasanya selalu dimuat

klausula yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa yang timbul antara para

pihak. Penyelesaian sengketa dapat dilakukan di depan pengadilan atau para

pihak sepakat untuk menyelesaikannya di luar pengadilan. Jika diselesaikan di

Pengadilan, maka pihak yang dirugikan akan menggugat berdasarkan alasan

perbuatan melanggar hukum (onrechtmatigedaad) atau ingkar janji

(wanprestasi). Pengadilan yang berwenang memutus sengketa ini adalah

Pengadilan Negeri dan Bukan Pengadilan Niaga, karena menyangkut Perjanjian

Lisensi merek yang pada dasarnya masalah perdata biasa. Hal ini juga terjadi

pada sengketa perkara lisensi merek Cap Kaki Tiga. Dalam perkara ini

Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, tetapi

berdasarkan Putusan selanya, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan tidak

berwenang memeriksa dan mengadili sengketa lisensi tersebut, karena

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak mempunyai kewenangan absolute atas

perkara tersebut”;

21 Bahwa Eksepsi absolut dapat diajukan setiap waktu selama perkara belum

diputus oleh Majelis Hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 134 HIR yang

isinya dikutip sebagai berikut:

Hal. 24 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 122: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Sebaliknya, jika sengketa itu adalah mengenai suatu hal yang tidak termasuk

wewenang Pengadilan Negeri maka, dalam semua tingkatan pemeriksaan dapat

diajukan tuntutan agar Hakim menyatakan dirinya tidak berwenang, malahan

Hakim itu sendiri berkewajiban karena jabatannya menyatakan dirinya tidak

berwenang”;

22 Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka cukup beralasan bagi Ketua Mahkamah

Agung RI. cq. Majelis Hakim Kasasi yang mengadili perkara ini berkenan

memberikan putusan membatalkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Makassar Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN

Niaga Mks. tanggal 28 Maret 2013, dan mengadili sebagai berikut

MENGADILI:

• Menerima permohonan Kasasi dan Pemohon Kasasi/Tergugat;

• Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar

Nomor 01/HKI/CIPTA/2012/PN Niaga Mks. tanggal 28 Maret 2013 yang

dimohonkan Kasasi tersebut;

MENGADILI SENDIRI:

Dalam Eksepsi Absolut:

1 Mengabulkan eksepsi Pemohon Kasasi/Tergugat tentang Kompetensi

Absolut;

2 Menyatakan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar tidak

berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini;

3 Menghukum Termohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara;

III Alasan Kasasi III (Ketiga): Gugatan Pemohon Kasasi Error In Persona;

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar (Judex Facti) telah melakukan

kesalahan penerapan hukum acara karena pemilik Inul Vizta Karaoke di Megamas

Manado Blok I-A2, Unit Ruko Nomor 50-52, Manado Sulawesi Utara adalah CV

Suara Indah, bukan PT Vizta Pratama sehingga terbukti Gugatan Termohon Kasasi/

Penggugat Salah Alamat I Eksepsi Error in Persona;

23 Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Judex

Facti yang memihak Termohon Kasasi, karena telah salah dan keliru menilai

bahwa gugatan Pemohon Kasasi tidak salah sasaran/tidak error in persona

sebagaimana disebut dalam pertimbangan Putusan Judex Facti halaman 37-38

sebagai berikut:

“I.1. Dalam Eksepsi:

Hal. 25 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 123: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Tergugat telah mengajukan eksepsi atas gugatan Penggugat

sebagaimana tertuang dalam jawabannya;

A. Eksepsi Error In Persona;

Bahwa gugatan Penggugat sebagaimana nyata tersurat dalam gugatan a quo

ditujukan kepada PT Vista Pratama (Inul Vista Karaoke Manado), berkedudukan

di Kompleks Mega Mas Blok 1-A2 Jalan Unit Ruko 50-52 Manado Sulawesi

Utara;

Bahwa berdasarkan fakta yang ada, di alamat tersebut di atas sebagaimana dalil

Penggugat tidak terdapat dan tidak dikenal PT Vista Pratama;

Bahwa yang sebenarnya berdomisili hukum di alamat tersebut di atas

adalah CV. Suara Indah yang dipimpin oleh David Goni Jokom, MBA, MSA;

Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim gugatan Penggugat sudah tepat dan

benar dengan menggugat PT Inul Vista karena hubungan hukum yang tercipta

antara Penggugat selaku Lembaga Kolektif Manajemen (LKM) dengan Tergugat

PT Inul Vizta selaku pengguna karya cipta musik/lagu;

Bahwa Tergugat sebagai Badan Hukum dalam mengelola usahanya melakukan

kerja sama dengan pihak ketiga secara francise (waralaba) dengan membuka

beberapa outlet yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, demikian halnya

dalam perkara in casu, Tergugat kerja sama (melakukan francise/waralaba)

dengan CV Suara Indah yang beralamat di Megamas Manado Blok 1-A2 JI. Unit

Ruko Nomor 50-52 Manado Sulawesi Utara (sebagaimana disebutkan dalam

surat gugatan);

Bahwa dengan demikian CV Suara lndah adalah berkepentingan untuk membela

kepentingannya, karena alamat yang ditujukan dalam gugatan sama dengan

alamat outlet yang dikelola oleh CV Suara Indah”;

24 Bahwa jelas pertimbangan Judex Facti tersebut adalah sangat keliru karena

badan hukum Perseroan Terbatas berbeda dengan badan usaha yang berbentuk

CV;

Terlebih lagi, tidak ada pernah Tergugat yang bernama PT Inul Vizta, melainkan

yang digugat Termohon Kasasi/Penggugat adalah PT Vizta Pratama, sehingga

sangat aneh dan salah pertimbangan Judex Facti yang menyebut:

“Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim gugatan Penggugat sudah tepat dan

benar dengan menggugat PT Inul Vista karena hubungan hukum yang tercipta

antara Penggugat selaku Lembaga Kolektif Manajemen (LKM) dengan Tergugat

PT Inul Vizta selaku pengguna karya cipta musik/lagu”;

Hal. 26 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 124: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

25 Bahwa yang digugat Termohon Kasasi/Penggugat adalah PT Vizta Pratama,

adalah suatu badan usaha yang beralamat di Rukan Sentra Bisnis, Jalan Artha

Gading Blok A7D Nomor 15 Jakarta Utara 14240 (Vide Bukti Tambahan T-15.

T-16, dan T-17) namun PT Vizta Pratama bukan Pemilik Usaha Karaoke “Inul

Vista Karaoke”. PT Vizta Pratama adalah pemegang merek dagang terdaftar

dengan nama “Inul Vizta Karaoke’ untuk kelas Barang/Jasa . NCL9 41 dengan

Nomor Pendaftaran IDM000224605 dan NCL9 43 dengan Nomor Pendaftaran

IDM000224604 (Vide Bukti Tambahan T-18 dan T-19), konsultan franchise

karaoke keluarga (consulting franchise family karaoke) dan selaku Pemberi

Waralaba (Franchisor) outlet karaoke dengan nama produk usaha “Inul Vizta

Karaoke”. kepada setiap perorangan/badan usaha yang ingin membuka outlet

karaoke selaku Penerima Waralaba (Franchisee);

26 26. Bahwa pemilik outlet lnul Vizta Karaoke yang terletak di Komplek

Megamas, Blok 1 A2, Unit Ruko Nomor 50-52, Kota Manado-Sulawesi Utara,

adalah CV Suara Indah bukan PT Vizta Pratama (Vide Bukti T-1 sampai dengan

Bukti T-4);

27 Bahwa dengan demikian terbukti Gugatan Termohon Kasasi/Penggugat terhadap

Pemohon Kasasi/Tergugat selaku Pemilik outlet lnul Vizta Karaoke di Komplek

Megamas, Blok 1-A2, Unit Ruko Nomor 50-52 Kota Manado-Sulawesi Utara,

adalah salah alamat/Error in Persona, dan karenanya Gugatan Termohon Kasasi/

Penggugat haruslah ditolak atau setidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

28 Bahwa gugatan Termohon Kasasi/Penggugat, harus dinyatakan tidak dapat

diterima/ditolak oleh Pengadilan, karena terbukti Error in Persona. dan

Pemohon Kasasi/Tergugat dengan ini mengutip Pendapat ahli hukum, M. Yahya

Harahap, S.H., Mantan Hakim Agung RI. dalam bukunya yang berjudul:

“Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian,

dan Putusan Pengadilan” (Penerbit S Sinar Grafika Cetakan Pertama 2005),

halaman 112 yang pada pokoknya menyebutkan apabila suatu gugatan error in

persona haruslah ditolak oleh Pengadilan, dan selengkapnya dikutip sebagai

berikut:

“b. Salah Sasaran Pihak yang Digugat;

Bentuk lain error in persona yang mungkin terjadi adalah orang yang ditarik

sebagai Tergugat keliru (gemis aanhoeda nigheid). Yang meminjam uang adalah

A, tetapi yang ditarik sebagai Tergugat untuk melunasi pembayaran adalah B.

Gugatan yang demikian, salah dan keliru, karena tidak tepat orang didudukkan

Hal. 27 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 125: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagai Tergugat. Dapat juga terjadi salah sasaran, apabila yang digugat anak di

bawah umur atau di bawah perwalian, tanpa mengikutsertakan orangtua atau

walinya. Mungkin saja yang ditarik sebagai Tergugat, tidak mempunyai status

legal persona standi in judicio (yang sah mempunyai wewenang bertindak di

pengadilan). Perseroan Terbatas (PT) yang belum disahkan menurut Pasal 9 ayat

(1) Undang Undang Nomor 1 tahun 1995, tidak dapat bertindak sebagai badan

hukum. Apabila perseroan yang belum mendapat pengesahan ditarik sebagai

Tergugat, gugatan salah sasaran, karena perseroan tersebut belum memiliki

kedudukan sebagai persona standi in judicio. Yang harus ditarik sebagai

Tergugat adalah para pengurusnya”;

29 Bahwa pentingnya indentitas pihak dalam (Gugatan. juga dapat dilihat dan

Putusan Pengadilan Naga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. dalam Perkara

Nomor 48/Hak Cipta/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst. tentang gugatan Hak Cipta antara

Yayasan Karya Cipta Indonesia selaku Penggugat dan Sirkuit Karaoke dan The

Club Diskotik selaku Tergugat, Telah Menolak/Menyatakan gugatan YKCI tidak

dapat diterima karena YKCI tidak dapat menurunkan siapa perorangan/badan

hukum pemilik/ pengelola Sirkuit Karaoke dan The Club Diskotik, dengar

pertimbangan hukum sebagai berikut:

“Tidak jelas apakah Tergugat merupakan badan hukum atau bukan? Seharusnya

ditujukan kepada Pemilik Sirkuit Karaoke dan The Club Diskotik. Ternyata

berdasarkan Bukti yang diajukan Tergugat, Pemilik adalah Subara Subandhi,

sehingga identitas Tergugat tidak lengkap”;

30 Bahwa demikian juga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam Putusan Perkara

Nomor 47/Pdt.G/2006/PN Jkt. Pst. tanggal 1 Agustus 2006 dalam perkara antara

PT Bank Industri (dalam likuidasi) sebagai Penggugat melawan PT Tirtamas

Comexindo (Tergugat I) dan Hashim S. Djojokusumo (Tergugat II) telah

menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima karena Error In Persona,

dengan pertimbangan hukum sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa perihal Eksepsi Tergugat tersebut kedua, yang menyatakan

Gugatan Penggugat Error in Persona, karena Pihak yang tersebut dalam Surat

Kuasa tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Surat Gugatan Majelis

mempertimbangkan sebagai berikut:

Bahwa mencermati Surat Kuasa Penggugat bertanggal Jakarta, 30 Januari 2006

Nomor SK. TLBI.467.l.06, Identitas Tergugat tertulis sebagai Hashim S.

Djojohadikusumo;

Hal. 28 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 126: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa sementara itu dalam Surat Gugatannya tertanggal 16 Februari 2006

Nomor 47/Pdt.G/2006/PN Jkt. Pst., identitas Tergugat II tertulis sebagai Hashim

S. Djojokusumo;

Bahwa selama proses persidangan ternyata Penggugat tidak pernah menyatakan

memperbaiki gugatannya terkait dengan identitas Tergugat II tersebut;

Bahwa identitas Para Pihak dalam suatu Gugatan adalah merupakan hal yang

prinsipil, sehingga kekeliruan penulisan identitas Para Pihak menye-

babkan tidak sempurnanya gugatan a quo;

Menimbang, bahwa atas dasar rangkaian pertimbangan-pertimbangan tersebut

Majelis Hakim berpendapat, Eksepsi Tergugat beralasan hukum untuk diterima;

Berdasarkan hal tersebut, Majelis Hakim memutus:

Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk

verklaard)”;

IV Alasan Kasasi IV (Keempat);

Judex Facti telah melakukan kesalahan penerapan hukum acara karena mendengar

dan memeriksa saksi dari pihak yang berperkara yaitu saksi Drs. Dharma

Oratmangun, M.Si., selaku Ketua Yayasan Karya Cipta Indonesia yang juga

memberikan kuasa berdasarkan surat kuasa tertanggal 3 Desember 2013 kepada

kantor Hukum Denny F. Kaunang, S.H & Rekan;

31 Bahwa Judex Facti telah salah menerapkan hukum karena mendengar saksi yang

berperkara (Drs. Dharma Oratmangun, MSi, selaku Ketua Yayasan Karya Cipta

Indonesia) sebagai saksi yang diajukan Termohon Kasasi/Penggugat di

persidangan sebagaimana dikutip dalam pertimbangan Judex Facti sebagai

berikut:

“Menimbang, bahwa selain bukti surat, Penggugat juga telah memberikan

keterangannya di persidangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Saksi Oratmangun Dharma;

Padahal saksi Dharma Oratmangun adalah pemberi kuasa sebagaimana disebut

dalam Surat Gugatan tertanggal 13 Desember 2012 yang berbunyi sebagai

berikut:

“KANTOR HUKUM

DENNY F. KAUNANG, SH & REKAN

Advokat & Konsultan HukumNomor 17/G/DK&RJXII/12 Makassar, 13 Desember 2012

Hal. 29 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 127: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kepada Yth.

Yang Mulia Ketua Pengadilan Niaga

Pada Pengadilan Negeri Makassar

Jalan Kartini Nomor 23/18

Makassar 90111

Perihal: GUGATAN PERIZINAN PENGGUNAAN KARYA CIPTA LAGU DAN

PEMBIAYAAN ROYALTI KARYA CIPTA LAGU

Dengan Hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, Denny f. Kaunang, S.H., dan Jellij F.B.

Dondokambey, SM., Advokat/Penasehat Hukum pada Kantor Hukum Denny F.

Kaunang, S.H. & Rekan, beralamat di Perumahan Bangun Indah Celebes Blok K-b,

Jalan Sea, Malalayang 1 Barat, Kota Manado, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor

005/SK/HC/KCI-DFK/XIl/12 tertanggal: Jakarta, 3 Desember 2012 (asli terlampir,),

baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak untuk dan atas nama:

Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) yang diwakili oleh Drs, Dharma Oratmangun,

M.Si. melalui Surat Kuasa Khusus tersebut di atas selaku Ketua Yayasan, berkedudukan

di ITC Dutamas Fatmawati, Blok Dl Nomor 20, Cipete Utara, Kebayoran Lama, Jakarta

Selatan. Untuk selanjutnya disebut sebagai Penggugat”;

32 Bahwa dengan demikian Judex Facti telah salah menerapkan hukum acara

karena bertentangan dengan Pasal 139 ayat 1 HIR dan 165 ayat (1) Rbg yang

pada pokoknya menyebutkan sebagai berikut:

“Yang dapat didengar sebagai saksi adalah pihak ketiga dan bukan salah satu

pihak yang berperkara”;

Bahwa Judex Facti ternyata mempertimbangkan keterangan saksi Drs Dharma

Oratmangun, M.Si. sebagaimana dikutip dalam halaman 45 sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa karena Para Tergugat telah melakukan Perbuatan melawan

hukum, sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, dan oleh karena itu Tergugat

akan dihukum untuk membayar ganti rugi/royalty;

Menimbang, bahwa berdasarkan Penggugat pada intinya diterangkan selama ini

(sudah beberapa tahun dispensasi dan kelonggaran bahkan terendah;”

33 Bahwa dengan demikian, seperti putusan Judex Facti yang didasarkan pada

keterangan saksi Termohon Kasasi/Penggugat adalah salah dan keliru sebab

keterangan saksi Termohon Kasasi tidak wajar dan tidak objektif. Bahwa ahli

hukum Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., dalam bukunya yang berjudul

Hukum Cara Perdata Indonesia Edisi Ke Tujuh, Penerbit. Liberty Yogyakarta,

Hal. 30 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 128: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keterangan para saksi dan “sebenarnya pihak Tergugat berjalan) telah

memberikan juga dikenakan tarif yang dalam halaman 167 menyebutkan bahwa

pihak yang berperkara tidak dapat didengar sebagai saksi karena tidak obyektif.

selengkapnya sebagai berikut:

“Yang dapat didengar sebagai saksi adalah pihak ketiga dan bukan salah satu

pihak yang berperkara (Ps.139 ayat 1 HIR, 165 ayat 1 Rbg,). Baik pihak formil

maupun materil tidak boleh didengar sebagai saksi. Lain halnya dengan di

Inggris di mana para pihak di bawah sumpah didengar sebagai saksi dalam

perkaranya sendiri;

Kesaksian merupakan alat bukti yang wajar, karena keterangan yang diberikan

kepada hakim di persidangan itu berasal dan pihak ketiga yang melihat atau

mengetahui sendiri peristiwa yang bersangkutan. Pihak ketiga pada umumnya

melihat peristiwa yang bersangkutan lebih obyektif daripada pihak yang

berkepentingan sendiri: para pihak yang berperkara pada umumnya akan mencari

benarnya sendiri”;

Dalam Pokok Perkara;

Bahwa segala sesuatu yang dikemukakan Pemohon Kasasi dalam Eksepsi di atas

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan mohon juga dianggap sebagai

bagian Dalam Pokok Perkara secara mutatis mutandis;

V Alasan Kasasi V (Kelima);

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar (Judex Facti) telah melakukan

kesalahan penerapan hukum karena menilai Pemohon Kasasi/ Tergugat Telah

Melakukan Pelanggaran Hak Cipta karena Mengumumkan Karya Cipta Lagu Tanpa

Izin dan Termohon Kasasi, padahal Pemohon Kasasi telah membayar royalty dan

Termohon Kasasi tetap mengirimkan tagihan invoice;

34 Bahwa Pemohon Kasasi/Tergugat sangat keberatan dengan pertimbangan hukum

Judex Facti dalam halaman 43-44 Putusan yang menyebutkan Pemohon Kasasi/

Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum, sebagaimana dikutip

sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan pokok

perkara yaitu “apakah Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum

karena menggunakan karya cipta musik dan lagu tanpa ijin dan Penggugat?”;

Menimbang, bahwa sebagaimana fakta hukum di atas, hubungan hukum antara

Penggugat dan Tergugat tercipta karena adanya perjanjian ijin (lisensi)

Hal. 31 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 129: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

penggunaan karya cipta musik dan lagu dari Penggugat kepada Tergugat, dengan

kewajiban membayar royalty (bukti P.11 yang sama dengan bukti T.5 dan T.6);

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.11 dan T.5 dan T.6 tersebut masa

berakhir lisensi adalah tanggal 29 Maret 2012, akan tetapi secara nyata Tergugat

masih menggunakan/mengumumkan karya cipta musik dan lagu tanpa ijin dan

Penggugat (bukti P.7) dan telah pula berulangkali dilakukan somasi oleh

Penggugat dengan demikian Tergugat telah melakukan pelanggaran hak cipta

(Pasal 45 ayat (1) dan (3) jo. Pasal 2 ayat (1) Undang Undang hak Cipta),

sehingga dikwalifikasi sebagai perbuatan melawan hukum;

Menimbang, bahwa dengan demikian petitum angka (2 dan 3) dapat

dikabulkan“;

35 Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti tersebut adalah keliru karena:

1 Termohon Kasasi telah mengirimkan tagihan/invoice kepada Pemohon

Kasasi sebagaimana terbukti dalam bukti Foto copy Invoice KCI No ADOO1

10040410, tanggal 12 April 2012 yang ditunjuk kepada PT Vizta Pratama

beralamat di Mega Mas Manado Blok -A2, Jalan Unit Ruko Nomor 50-52

Manado, Sulawesi Utara Premises I Inul Vizta Karaoke Manado (Bukti P-b);

2 Termohon Kasasi pada tanggal 18 April 2012. telah membayar royalty sesuai

dengan kesepakatan yaitu sebesar Rp3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu

rupiah) per tahun ke rekening Pemohon Kasasi pada Bank BCA Nomor

1453503031 (Bukti T-12) untuk masa 1 (satu) tahun. Akan tetapi secara

sepihak Termohon Kasasi tidak memberikan sertifikat lisensi dengan dalih

Pemohon Kasasi harus membayar tarif royalty baru sebesar Rp720.000,00

(tujuh ratus dua puluh ribu rupiah)/kamar/tahun kepada Termohon Kasasi,

yang ditetapkan secara sepihak oleh Pemohon Kasasi. Padahal penetapan

tarif royalty baru seharusnya didasarkan pada kesepakatan bersama antara

Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi;

36 Bahwa dengan demikian tidak terbukti Pemohon Kasasi melanggar Undang-

Undang Hak Cipta sebab Pemohon Kasasi telah melaksanakan pembayaran

sesuai kesepakatan yaitu sebesar Rp3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu

rupiah) kepada Termohon Kasasi;

37 Bahwa dengan demikian terbukti justru Termohon Kasasi yang telah terlebih

dahulu wanprestasi dengan tidak mentaati kesepakatan menerima pembayaran

royalty sebesar Rp3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah)/tahun dan oleh

karenanya penetapan royalty fee sebesar Rp720.000,00 (tujuh ratus dua puluh

Hal. 32 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 130: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ribu rupiah)/kamar/tahun adalah penetapan yang sewenang-wenang, tidak

berdasar dan tanpa kesepakatan bersama. Maka tindakan Termohon Kasasi yang

melakukan penagihan berdasarkan tarif royalty baru secara sepihak jelas

merupakan perbuatan melawan hukum;

38 Bahwa karena Pemohon Kasasi telah terbukti membayar royalty sebesar harga

yang telah disepakati yaitu Rp3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) per

tahun kepada Termohon Kasasi maka adalah sangat keliru jika Judex Facti

menilai Pemohon Kasasi telah melanggar ketentuan Pasal 45 ayat (1) dan (3) jo.

Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Hak Cipta;

39 Bahwa di satu sisi Judex Facti sendiri telah memberikan pertimbangan hukum

bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan terbukti belum pernah ada

kesepakatan antara Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi mengenai tarif

royalty yang baru. Oleh karenanya penetapan tarif royalty baru oleh Termohon

Kasasi tidak mengikat secara hukum sebagaimana dikutip dalam Putusan Judex

Facti halaman 45 sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa setelah Majelis teliti surat-surat bukti yang diajukan para

pihak berikut keterangan saksi dan Penggugat diperoleh fakta “Belum

tercapainya kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat mengenai penentuan

tarif royalty yang baru, dengan demikian belum mengikat secara hukum”;

40 Bahwa apabila antara Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi tidak tercapai

kesepakatan baru mengenai besarnya royalty. maka seharusnya tetap

diberlakukan atau masih berlaku perjanjian atau kesepakatan lama mengenai

besaran royalty sebesar Rp3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) per

tahun dan terbukti Pemohon Kasasi telah membayar royalty berdasarkan bukti

telah membayar royalty sesuai dengan kesepakatan yaitu sebesar Rp3.500.000,00

(tiga juta lima ratus ribu rupiah) per tahun ke rekening Pemohon Kasasi pada

Bank BCA Nomor 153503031 (bukti T-12);

VI Alasan Kasasi VI (Keenam);

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar (Judex Facti) telah melakukan

kesalahan penerapan hukum karena secara sepihak menilai patut dan adil besaran

royalty yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp288.000,00 (dua ratus delapan puluh

delapan rupiah)/room/tahun, dan sebelumnya sebesar Rp3.500.000,00 (tiga juta lima

ratus ribu rupiah)/tahun;

41 Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Judex

Facti dalam halaman 45-46 Putusan yang menyebutkan bahwa adalah adil dan

Hal. 33 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 131: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

layak apabila besaran royalty sebesar Rp288.000,00 (dua ratus delapan puluh

delapan rupiah)/kamar/tahun, sebagaimana dkutip sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan besaran

pembayaran royalty, apakah sesuai pemohonan Penggugat

dengan menaikkan tarif royalty sebesar ± 2500% ?“;

Menimbang, bahwa dengan merujuk Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Nomor

19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menentukan “Jumlah royal’ yang wajib

dibayarkan kepada pemegang hak cipta oleh penerima lisensi adalah berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan

organisasi profesi”;

Menimbang, bahwa setelah Majelis teliti surat-surat bukti yang diajukan para

pihak berikut keterangan saksi dan Penggugat diperoleh fakta “Belum

tercapainya kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat mengenai penentuan

tarif royalty yang baru, dengan demikian belum mengikat secara hukum;

Menimbang, bahwa meskipun Majelis akan mempertimbangkan petitum yang

dimohon oleh Penggugat secara layak dan adil;

Menimbang, bahwa karena Para Tergugat telah melakukan Perbuatan melawan

hukum, sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, dan oleh karena itu Tergugat

akan dihukum untuk membayar ganti rugi/royalty;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi dan Penggugat pada

intinya diterangkan “sebenarnya pihak Tergugat selama ini (sudah beberapa

tahun berjalan) telah memberikan dispensasi dan kelonggaran bahkan juga

dikenakan tarif yang terendah;

Menimbang, bahwa gugatan Penggugat sekarang masih memberikan

kelonggaran dengan memungut tarif/royalty yang terendah Rp720.000,00

pertahun;

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis berpendapat bahwa sudah

selayaknya harus diapresiasikan kepentingan pada pencipta lagu, akan tetapi juga

harus pula dipertimbangkan kondisi ini kepentingan pelaku usaha pengguna jasa

karya cipta musik/lagu, supaya agar tetap exist dalam menjalankan usahanya,

untuk itu kepentingan para pihak harus dipertimbangkan secara berimbang, dan

oleh karenanya dipandang layak, patut dan adil kalau besaran royalty yang

seharusnya dibayarkan sebesar Rp288.000,00 per room per tahun;

Menimbang, bahwa dengan demikian pembayaran royalty yang seharusnya

dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat sejak tanggal 30 Maret 2012 sampai

Hal. 34 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 132: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dengan 30 Maret 2013 tanpa ijin, dengan 55 (lima puluh lima) room/kamar milik

Tergugat menjadi:

Rp288.000,00 pertahun: 360 hari = Rp800,00 hari;

Rp800,00 perhari x 30 hari = Rp24.000,00 per bulan;

Rp24.000,00 per bulan x 55 kamar = Rp1.320.000,00 per bulan;

Jadi selama satu tahun berjalan (30 Maret 2012 sampai dengan 30 Maret 2013)

tanpa izin, Tergugat harus bayar kepada Penggugat sebesar Rp1.320.000,00 x 12

bulan = Rp15.840.000,00 per 55 room pertahun“;

42 Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan karena penetapan besaran royalty

sebesar Rp288.000,00 (dua ratus delapan puluh delapan rupiah)/room/tahun

haruslah didasarkan kepada kesepakatan bersama antara Pemohon Kasasi dan

Termohon Kasasi, tidak dapat ditetapkan sepihak oleh Judex Facti maupun pihak

manapun. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 45 ayat (4) Undang Undang

Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berbunyi sebagai berikut;

“Jumlah royalty yang wajib dibayarkan kepada pemegang hak cipta oleh

penerima lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan

berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi”;

43 Bahwa besarnya biaya royalty sebesar Rp3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu

rupiah) adalah layak dan tidak berdasar jika Judex Facti menetapkan kenaikan

royalty dengan besaran sebesar Rp288.000,00 (dua ratus delapan puluh delapan

rupiah)/room/tahun karena alasan sebagai berikut:

1 Para pencipta lagu di KCI telah banyak yang hengkang keluar dan KCl

sehingga jumlah lagu yang dinyanyikan semakin sedikit sebagaimana

terbukti dengan dibentuknya organisasi WAMI yang berhak atas lagu-lagu

barat dan pencipta lagu-lagu barat (Vide Bukti Tambahan T-20);

2 Para pencipta lagu dangdut juga telah keluar dan KCl yaitu dengan

dibentuknya PT Royalti Musik Indonesia (Vide Bukti Tambahan T-21);

44 Bahwa Judex Facti juga tidak mempertimbangkan bagaimana memformulasikan

besaran tarif royalty yang baru yang layak, sehingga Judex Facti dapat

menyimpulkan besarnya harga royalty yang baru sebesar Rp288.000,00 (dua

ratus delapan puluh delapan ribu rupiah)/kamar/tahun sehingga jelas Putusan

Judex Facti kurang pertimbangannya atau kurang cukup mempertimbangkan

(onvoldoende gemotiveerd) sehingga harus dibatalkan sebagaimana disebut

dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 671 K/Sip/1972 tanggal 13 Agustus

Hal. 35 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 133: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1972 dan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 339 K/Sip/1969 tanggal 21

Februari 1970;

Dalam Rekonvensi:

1 Bahwa seluruh uraian yang termuat dalam eksepsi dan konvensi mohon masuk

dalam rekonvensi ini secara mutatis mutandis;

2 Bahwa Pemohon Kasasi/Penggugat Rekonvensi telah melakukan pembayaran

royalty pemakaian lagu secara sekaligus untuk masa 1 tahun ke depan pada tanggal 8

April 2012 melalui transfer ke rekening Termohon Kasasi/Tergugat Rekonvensi

pada bank BCA Nomor 1453503031 akan tetapi Termohon Kasasi/Tergugat

Rekonvensi tidak bersedia menerbitkan sertifikat lisensi, Oleh karenanya Pemohon

Kasasi/Penggugat Rekonvensi mohon agar Termohon Kasasi/Tergugat Rekonvensi

diperintahkan untuk menerbitkan sertifikat lisensi untuk masa pemakaian lagu 2012

sampai 2013 dan menyerahkannya kepada Pemohon Kasasi/Penggugat Rekonvensi;

3 Bahwa apabila Termohon Kasasi/Tergugat Rekonvensi tidak bersedia menerbitkan

Sertifikat Lisensi. maka Termohon Kasasi/Tergugat Rekonvensi harus dihukum

untuk membayar Uang Paksa (dwangsom) sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)

untuk setiap hari keterlambatan pelaksanaan putusan ini;

4 Bahwa selain itu tindakan Termohon Kasasi/Tergugat Rekonvensi yang menaikkan

tarif Lisensi dan Royalti secara sepihak tanpa berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak sebagaimana dimaksud Pasal 45 ayat (4) Undang Undang Hak Cipta harus

dinyatakan tidak dapat berlaku;

5 Bahwa mengingat kesepakatan penentuan tarif lisensi dan royalty yang baru belum

tercapai, namun bisnis karaoke ini harus berjalan terus operasional karena

menyangkut nasib pekerja yang tidak sedikit, maka Pemohon Kasasi/Penggugat

Rekonvensi mohon agar selama dan sepanjang belum tercapai kesepakatan tersebut,

Pemohon Kasasi/Penggugat Rekonvensi tetap dapat beroperasional dengan

mewajibkan Pemohon Kasasi/Penggugat Rekonvensi untuk membayar lisensi dan

royalty kepada Termohon Kasasi/Tergugat Rekonvensi sesuai dengan kesepakatan

terdahulu;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut Mahkamah Agung

berpendapat:

Bahwa alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti

secara saksama memori kasasi tanggal 19 April 2013, jawaban memori kasasi tanggal 20

Mei 2013 dihubungkan dengan putusan Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan Niaga

Hal. 36 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 134: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pada Pengadilan Negeri Makassar telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan

sebagai berikut:

• Bahwa keberadaan Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) yang dalam

gugatan ini merupakan wadah “Pencipta lagu dan pemusik” dengan

tujuan memungut royalti dari kegiatan yang berhubungan dengan

kegiatan “performing” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (5)

Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah tidak

diperkenankan karena bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 Undang

Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan yang menerangkan

bahwa tujuan Yayasan adalah di bidang Sosial, Keagamaan dan

Kemanusiaan;

• Bahwa kegiatan Yayasan dibidang sosial meliputi kegiatan pendidikan

formal/non formal, rumah sakit, laboratorium, penelitian di bidang ilmu

pengetahuan, studi banding, di bidang keagamaan meliputi kegiatan

mendirikan sarana ibadah, pemahaman keagamaan, studi banding

keagamaan, di bidang kemanusiaan memberi bantuan kepada korban

bencana, kepada tuna wisma, fakir miskin, memberi perlindungan

konsumen dan lain-lain;

• Bahwa dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan memungut

royalti yang dilakukan Yayasan KCI, bertentangan dengan tujuan

Yayasan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang, sehingga

Yayasan KCI harus dikategorikan tidak mempunyai legal standing

dalam mengajukan gugatan a quo;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah

Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari

Pemohon Kasasi PT VIZTA PRATAMA INUL VISTA KARAOKE MANADO tersebut

dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar Nomor

01/HKI/2012/PN Niaga Mks. tanggal 28 Maret 2013 serta Mahkamah Agung akan

mengadili sendiri dengan amar sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi

dikabulkan, Termohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang

Hal. 37 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 135: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah

diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan

Undang Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang

bersangkutan;

M E N G A D I L I:

• Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT VIZTA PRATAMA

INUL VISTA KARAOKE MANADO tersebut;

• Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar Nomor

01/HKI/2012/PN Niaga Mks. tanggal 28 Maret 2013;

MENGADILI SENDIRI:

• Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

Menghukum Termohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam

semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi ditetapkan sebesar Rp5.000.000,00

(lima juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada

hari Selasa tanggal 31 Maret 2015 oleh Dr. H. Abdurrahman, S.H., M.H., Hakim

Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Soltoni

Mohdally, S.H., M.H., dan H. Hamdi, S.H., M.Hum., Hakim-Hakim Agung, masing-

masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh Anggota-Anggota tersebut dan

dibantu oleh Ferry Agustina Budi Utami, S.H., M.H., Panitera Pengganti, dengan tidak

dihadiri oleh para pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,

Ttd./ Ttd./

Soltoni Mohdally, S.H., M.H. Dr. H. Abdurrahman, S.H., M.H.

Ttd./

H. Hamdi, S.H.

Panitera Pengganti,

Ttd./

Ferry Agustina Budi Utami, S.H., M.H.

Biaya-biaya Kasasi:1 Meterai : Rp 6.000,002 Redaksi : Rp 5.000,00

Hal. 38 dari 39 hal Put. Nomor .... K/Pdt.Sus/....

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 136: LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA …...LEGAL STANDING YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU (Analisis Putusan MA Nomor 392

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Administrasi Kasasi : Rp4.989.000,00Jumlah : Rp5.000.000,00

Untuk Salinan

MAHKAMAH AGUNG R.I.

An. Panitera

Panitera Muda Perdata Khusus

( RAHMI MULYATI, SH.MH. ) NIP : 19591207 1985 12 2 002

Hal. 39 dari 39 hal Put. Nomor 392 K/Pdt.Sus-HKI/2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39