Legal English

30
Perlindungan Hukum Terhadap Pulau-pulau kecil di Indonesia dari penjualan untuk kebutuhan private secara ilegal Nur Aini 1 Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau (citra satelit terakhir menunjukkan 18,108 pulau) termasuk 9.638 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 1996). Wilayah Indonesia yang terbentang dari 6°08′ LU hingga 11°15′ LS, dan dari 94°45′ BT hingga 141°05′ BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Luas total wilayah Indonesia 1 Mahasiswi Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, Angkatan 2014, NIM 146010100111001 1

description

perlindungan pulau-pulau kecil di Indonesia

Transcript of Legal English

Perlindungan Hukum Terhadap Pulau-pulau kecil di Indonesia dari penjualan untuk kebutuhan private secara ilegalNur Aini[footnoteRef:1] [1: Mahasiswi Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, Angkatan 2014, NIM 146010100111001]

Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau (citra satelit terakhir menunjukkan 18,108 pulau) termasuk 9.638 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 1996). Wilayah Indonesia yang terbentang dari 608 LU hingga 1115 LS, dan dari 9445 BT hingga 14105 BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Luas total wilayah Indonesia adalah 7.9 juta km2 terdiri dari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial dan 2.9 juta km2 perairan ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya. Banyaknya pulau-pulau kecil di Indonesia yang susah dijangkau karena minimnya alat transportasi dan tidak adanya akses langsung menuju kesana menyebabkan pemerintah kewalahan dalam melakukan penjagaan serta pengamanan terhadap pulau-pulau kecil tersebut dari penjualan secara illegal oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Maka dari itu perlu adanya perlindungan hukum dan ketegasan dari pemerintah dengan membentuk suatu perundang-undangan tertentu dan melakukan pengawasan secara rutin terhadap pulau-pulau tersebut.Keyword : Republik Indonesia, kepulauan, perlindungan hukum, penjualan, illegal.

IntroductionRepublik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Melintang di katulistiwa antara benua Asia dan Australiaserta antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di utara pulau kalimantan, dengan Papua Nugini di timur pulau Papua dan dengan Timor Timur di utara pulau Timor.Indonesia memiliki 18.000 lebih pulau (sekitar 6000 tidak berpenghuni) yang menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana setengah populasi Indonesia hidup. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya.Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau[footnoteRef:2], oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara[footnoteRef:3]. Dengan populasi sebesar 237 juta jiwa pada tahun 2010[footnoteRef:4], Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa[footnoteRef:5], meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presidenyang dipilih langsung. [2: Jumlah Pulau di Indonesia 'Berkurang' 4.042 Buah. Metrotvnews. Jum'at, 18 Oktober 2013. Diakses 28 Desember 2014.] [3: Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society 71 (3): 166171. doi:10.2307/595186.] [4: Biro Pusat Statistik bps.go.id.] [5: "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut". Sensus Penduduk 2010. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik. 15 Mei 2010.]

Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia-Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah suku terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia[footnoteRef:6]. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. [6: Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003.]

Namun masalah yang timbul ialah banyaknya pulau-pulau tak berpenghuni yang tidak dapat dijangkau dengan mudah oleh pemerintah sehingga akhirnya pulau tersebut menjadi incaran pihak-pihak nakal yang tidak bertanggung jawab untuk dijual secara illegal untuk kebutuhan pribadi yang tentu saja dapat merugikan Negara. Maka dari itu penulis ingin membahas tentang perlindungan hukum terhadap pulau-pulau tersebut dari penjualan secara illegal.Key IssuesDalam tulisan ini, penulis merasa belakangan ini isu-isu kewilayahan Indonesia kembali mencuat di berbagai media massa. Mulai dari masalah penjualan pulau, pengelolaan pulau oleh asing, sampai pada kasus Pulau Jemur yang disinyalir diklaim oleh Malaysia. Semua topik itu mendapatkan perhatian yang cukup besar dari banyak kalangan di Tanah Air. Besarnya perhatian yang diberikan menandakan tingginya rasa nasionalisme bangsa Indonesia terkait kewilayahannya. Meski demikian, reaksi yang disampaikan sebagian elemen bangsa terkesan mencerminkan keraguan terhadap status kewilayahan Indonesia. Keraguan ini dinilai wajar dikarenakan hal ini dilakukan secara illegal dan tidak ada undang-undang yang mengatur mengenai hal-hal tersebut di dalam perundang-undangan hukum lingkungan maupun dalam perundang-undangan Agraria di Indonesia.

Kajian Kepustakaan1. Teori KedaulatanTeori kedaulatan negara yang dikemukakan oleh para ahli kenegaraan adalah sebagai berikut:a. Teori Kedaulatan TuhanTeori ini merupakan teori kedaulatan yang pertama dalam sejarah, mengajarkan bahwa negara dan pemerintah mendapatkan kekuasaan tertinggi dari Tuhan sebagai asal segala sesuatu (Causa Prima). Menurut teori ini, kekuasaan yang berasal dari Tuhan itu diberikan kepada tokoh-tokoh negara terpilih, yang secara kodrati ditetapkan-Nya menjadi pemimpin negara dan berperan selaku wakil Tuhan di dunia. Teori ini umumnya dianut oleh raja-raja yang mengaku sebagai keturunan dewa, misalnya para raja Mesir Kuno, Kaisar Jepang, Kaisar China, Raja Belanda (Bidde Gratec Gods, kehendak Tuhan), Raja Ethiopia (Haile Selasi, Singa penakluk dari suku Yuda pilihan Tuhan). Demikian pula dianut oleh para raja Jawa zaman Hindu yang menganggap diri mereka sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Ken Arok bahkan menganggap dirinya sebagai titisan Brahmana, Wisnu, dan Syiwa sekaligus.Pelopor teori kedaulatan Tuhan antara lain: Augustinus (354-430), Thomas Aquino (1215-1274), juga F. Hegel (1770-1831) dan F.J. Stahl (1802-1861).Karena berasal dari Tuhan, maka kedaulatan negara bersifat mutlak dan suci. Seluruh rakyat harus setia dan patuh kepada raja yang melaksanakan kekuasaan atas nama dan untuk kemuliaan Tuhan. Menurut Hegel, raja adalah manifestasi keberadaan Tuhan. Maka, raja/ pemerintah selalu benar, tidak mungkin salah.

b. Teori Kedaulatan RajaDalam Abad Pertengahan Teori Kedaulatan Tuhan berkembang menjadi Teori Kedaulatan Raja, yang menganggap bahwa raja bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Kekuasaan raja berada di atas konstitusi. Ia bahkan tak perlu menaati hukum moral agama, justru karena status-nya sebagai representasi/ wakil Tuhan di dunia. Maka, pada masa itu kekuasaan raja berupa tirani bagi rakyatnya.Peletak dasar utama teori ini adalah Niccolo Machiavelli (1467-1527) melalui karyanya, Il Principe. Ia mengajarkan bahwa negara harus dipimpin oleh seorang raja yang berkekuasaan mutlak. Sedangkan Jean Bodin menyatakan bahwa kedaulatan negara memang dipersonifikasikan dalam pribadi raja, namun raja tetap harus menghormati hukum kodrat, hukum antarbangsa, dan konstitusi kerajaan (leges imperii). Di Inggris, teori ini dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679) yang mengajarkan bahwa kekuasaan mutlak seorang raja justru diperlukan untuk mengatur negara dan menghindari homo homini lupus.

c. Teori Kedaulatan NegaraMenurut teori ini, kekuasaan tertinggi terletak pada negara. Sumber kedaulatan adalah negara, yang merupakan lembaga tertinggi kehidupan suatu bangsa. Kedaulatan timbul bersamaan dengan berdirinya suatu negara. Hukum dan konstitusi lahir menurut kehendak negara, diperlukan negara, dan diabdikan kepada kepentingan negara. Demikianlah F. Hegel mengajarkan bahwa terjadinya negara adalah kodrat alam, menurut hukum alam dan hukum Tuhan. Maka kebijakan dan tindakan negara tidak dapat dibatasi hukum. Ajaran Hegel ini dianggap yang paling absolut sepanjang sejarah. Para penganut teori ini melaksanakan pemerintahan tiran, teristimewa melalui kepala negara yang bertindak sebagai diktator. Pengembangan teori Hegel menyebar di negara-negara komunis.Peletak dasar teori ini antara lain: Jean Bodin (1530-1596), F. Hegel (1770-1831), G. Jellinek (1851-1911), Paul Laband (1879-1958).

d. Teori Kedaulatan HukumBerdasarkan pemikiran teori ini, kekuasaan pemerintah berasal dari hukum yang berlaku. Hukumlah (tertulis maupun tidak tertulis) yang membimbing kekuasaan pemerintahan. Etika normatif negara yang menjadikan hukum sebagai panglima mewajibkan penegakan hukum dan penyelenggara negara dibatasi oleh hukum. Pelopor teori Kedaulatan Hukum antara lain: Hugo de Groot, Krabbe, Immanuel Kant dan Leon Duguit.

e. Teori Kedaulatan Rakyat (Teori Demokrasi)Teori ini menyatakan bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat[footnoteRef:7]. Pemerintah harus menjalankan kehendak rakyat. Ciri-cirinya adalah: kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat (teori ajaran demokrasi) dan konstitusi harus menjamin hak azasi manusia. Beberapa pandangan pelopor teori kedaulatan rakyat: [7: P.N.H Simanjuntak. Pendidikan Kewarganegaraan. Grasindo. hlm. 151.]

1) J.J. Rousseau menyatakan bahwa kedaulatan itu perwujudan dari kehendak umum dari suatu bangsa merdeka yang mengadakan perjanjian masyarakat (social contract).2) Johanes Althuisiss menyatakan bahwa setiap susunan pergaulan hidup manusia terjadi dari perjanjian masyarakat yang tunduk kepada kekuasaan, dan pemegang kekuasaan itu dipilih oleh rakyat.3) John Locke menyatakan bahwa kekuasaan negara berasal dari rakyat, bukan dari raja. Menurut dia, perjanjian masyarakat menghasilkan penyerahan hak-hak rakyat kepada pemerintah dan pemerintah mengembalikan hak dan kewajiban azasi kepada rakyat melalui peraturan perundang-undangan.4) Montesquieu yang membagi kekuasaan negara menjadi: kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif (Trias Politica).

2. Teori Hak Menguasai NegaraDalam kepustakaan, power diterjemahkan sebagai kekuasaan, sedang authority diterjemahkan sebagai wewenang.[footnoteRef:8] Kekuasaan, kekuatan dan wewenang berkaitan erat dengan paksaan yang antara lain terwujud dalam sanksi hukum.[footnoteRef:9] [8: Franz Magnis Suseno membedakan 2 (dua) jenis wewenang, yaitu: wewenang dalam arti ada kekuasaan yang berhak menuntut ketaatan, jadi ada hak untuk memberi perintah (diontis) yang berarti harus serta wewenang dalam ilmu pengetahuan yang disebut (Epsitemis), selengkapnya lihat dalam: Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, PT. Gramedia, Jakarta, 1987, hlm. 53.] [9: Abdul Gani dalam Padmo Wahyono, Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini, Galia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 157.]

Kekuasaan merupakan kesepadanan dari wewenang. Dalam hukum, wewenang ini sah jika dijalankan menurut hukum. Secara istimewa, wewenang dimiliki oleh negara. Sehingga, negara berhak menuntut kepatuhan. Oleh karena itu, wewenang atau kekuasaan negara berada dalam lingkup hukum publik.Kekuasaan berkaitan juga dengan lingkup hukum perdata, yaitu: kecakapan dan kemampuan melakukan sesuatu (bekwaam dan bekvougd).[footnoteRef:10] [10: Menurut N. E. Algra, kata kompeten diartikan sama dengan bekwaam dan bekvougd, selengkapnya lihat N. E. Algra, Inleiding tot het Nedherlands Privaatrecht, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, achtiende druk, 1985, hlm. 79 dan 121.]

Negara dapat melakukan hubungan hukum seperti benda-benda perseorangan dengan manusia pemiliknya. Hubungan hukum negara dengan tanah masuk kategori benda atau tanah yang dipergunakan bagi umum (res publicae). Dengan demikian, jalan umum dan sejenisnya adalah milik negara. Beberapa alasan dikemukakan:1) Adanya hubungan hukum khusus antara negara dengan tanah-tanah yang masuk kategori res publicae in publico usu, yang merupakan penyimpangan dari res publicae in patrimonio (benda-benda yang menjadi kekayaan masyarakat umum); 2) Kekuasaan hukum yang dijalankan negara terhadap tanah khususnya yang dipergunakan oleh umum, mempunyai isi yang sama dengan kekuasaan yang dilakukan negara terhadap tanah-tanah lain yang digunakannya secara tidak terbatas. Isi kekuasaan ini memiliki karakter yang sama dengan kekuasaan dalam milik perseorangan di dalam hukum perdata.3) Tanah yang dipergunakan untuk kepentingan dinas umum seperti bangunan perkantoran pemerintah, termasuk res publicae in publico usu sehingga menjadi milik negara.[footnoteRef:11] [11: Ibid., hlm. 36.]

Pengertian milik negara tidak saja berdasar wewenang yang ditentukan menurut hukum, melainkan juga meliputi kompetensi dengan kemampuan memikul hak dan kewajiban. Negara dengan demikian dipandang sebagai pribadi hukum yang sama dengan manusia alamiah.Dalam literatur, tidak ada teori yang secara tegas menyatakan bahwa negara tidak perlu memiliki tanah kecuali pendapat-pendapat tentang hak milik perseorangan yang bersifat asasi sebagai kebalikan dari ketidakmungkinan negara memiliki tanah. Mr. W.G. Vegting[footnoteRef:12]dengan menganut pemikiran ahli hukum Romawi menyatakan bahwa negara bukanlah pemilik tanah atau hubungan antara tanah dengan negara bukan atas hubungan milik. [12: Ronald Z. Titahelu, Penetapan Asas-asas Hukum Umum dalam Penggunaan Tanah Untuk Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat, Suatu Kajian Filsafati dan Teoritik tentang Pengaturan dan Penggunaan Tanah di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 1993, hlm. 91.]

Menurut Von Jhering, negara tidak mempunyai milik privat di atas benda-benda yang diperuntukkan bagi umum, dengan alasan benda yang dipergunakan umum tidak dapat diperjual-belikan. Atas dasar pandangan ini, maka dapat disimpulkan bahwa hak milik atas tanah adalah milik manusia alami. Dalam hal ini milik perseorangan merupakan pemilikan yang tunduk pada hukum alam, dimana secara alamiah eksistensi manusia senantiasa disertai dengan hak-hak yang secara alami melekat padanya, termasuk hak untuk memiliki sehingga bersifat asasi.[footnoteRef:13] [13: Ibid., hlm. 95.]

Penempatan hak manusia untuk memiliki yang bersifat asasi memperlihatkan kuatnya kedudukan manusia atas tanah sehingga dapat mengecualikan pemilikan tanah oleh negara. Atas dasar ini, negara tidak mungkin memiliki tanah.Kehadiran manusia dalam negara adalah untuk secara aktif mengambil bagian dalam kehidupan politik, namun negara tidak menerima kekuasaan untuk memiliki apa yang dimiliki oleh warga. Tugas negara di dalam hidup bermasyarakat sebagai suatu kesatuan adalah melindungi kehidupan riil masyarakatnya termasuk melindungi hak milik setiap orang yang ada dalam masyarakat itu. Dalam hal ini, diterima suatu dalil bahwa milik seseorang tidak dapat dilepaskan secara paksa.[footnoteRef:14] Demikian pula jika negara memiliki tanah, maka pemilikan tanah oleh negara itu akan memberi akibat sebagaimana sifat-sifat kepemilikan secara perdata. [14: Sony Keraf, Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi, Kanisius, Yogyakarta, 1997, hlm. 8.]

Teori yang berbeda diajukan oleh Karl Marx dan Friederich Engels. Teori ini bertolak dari teori-teori ekonomi khususnya teori nilai buruh. Negara sebagai bangun ideal dari penerapan sistem ekonomi riil merupakan pengemban cita-cita masyarakat yaitu masyarakat yang tidak terdapat pertentangan antar kelas.[footnoteRef:15] Cara yang dilakukan adalah tidak dikenal adanya pemilikan pribadi selain pemilikan masyarakat komunis. Tanah dipandang sebagai alat produksi dikuasai dan dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk negara. [15: Ronald Z. Titahelu, Penetapan ..., Op. Cit., hlm 113.]

3. Viktimisasi di bidang pertanahanDalam membahas pengertian tentang kejahatan terhadap tanah, perlu diketahui dahulu apa pengertian kejahatan yang sering diartikan perbuatan pidana atau perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, dan ada sanksi bagi yang melanggar larangan tersebut .Kejahatan atau perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, dan disertai dengan ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang oleh hukum dilarang atau diancam pidana, asal perlu kita ingat bahwa larangan itu ditunjukkan kepada perbuatan (suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh perbuatan seseorang), sedangkan ancaman itu pidananya ditujukan kepada orang yang mnimbulkan kejahatan itu .Dapat diartikan bahwa kejahatan pertanahan dalam KUHP adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang disertai sanksi pidana bagi yang melakukannya.Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang mengatur dalam hal pertanahan pada buku II tentang kejahatan, dan buku III tentang pelanggaran .Kejahatan pertanahan dalam KUHP terdapat pada buku II dan buku III diantaranya dibedakan dari segi waktunya:1) Pra perolehan, terdapat dalam pasal 385, 389, 263, 264, 266.2) Menguasai tanpa hak, terdapat dalam pasal 425.3) Mengakui tanpa hak, terdapat dalam pasal 167, 168.Dan dalam buku III juga terdapat delik-delik tentang pelanggaran terhadap pertanahan, yang terdapat dalam pasal 548, 549, 550, 551. Sementara unsur-unsur dari pasal-pasal tersebut berbeda-beda sesuai dengan motif delik masing-masing. Pertanggung jawaban pemidanaan dalm kejahatan pertanahan diantara masing-masing delik diatur tersendiri dalam KUHP.4. Perjanjian Jual-BeliJual beli (menurut B.W.) adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanjian untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. Perkataan jual beli menunjukan bahwa dari satu pihak perbuatan dinamakan penjual, sedangkan dari pihak yang lain dinamakan membeli. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai dengan istilah belanda koop en verkoop yang juga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu verkoopt (menjual) sedangkan yang lainnya menjual koop (membeli. Dalam bahasa inggris jual beli disebut dengan hanya sale saja yang berarti penjualan (hanya dilihat dari sudutnya si penjual), begitu pula dalam bahasa perancis disebut hanya dengan vente yang juga berarti penjualan, sedangkan dalam bahasa jerman dipakainya perkataan kauf yang berarti pembeli.Barang yang menjadi objek perjanjian jual belo harus cakup tertentu, setidaknya dapat ditentukan ujud dan jumlahnya pada saat akan diserahkan hak miliknya kepada si pembeli. Dengan demiklian adlah sah menurut hukum misalnya jual beli mengenai panenan yang akan diperoleh pada suatu waktu dari bidang tanah tertentu.Unsur-unsur pokok (essentialia) perjanjian jual beli adalah barang dan harga sesuai dengan azas konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian B.W. perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya \sepakat: mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.Sifat konsensuil dari jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi: jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketiaka setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.Konsensualisme berasal dari perkataan consensus yang berarti kesepakatan. Dengan kesepakatan dimaksudkan bahwa diantara pihak pihak yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak, artinya: apa yang dikehendaki oleh yang satu adalah pula yang dikehendaki yang lain. Kedua kehendak itu belum dalam sepakat tersebut tercapainya sepakat ini dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan perkataan-perkataan, misalnya setuju, accord, oke dan lain lain sebagainya ataupun dengan bersama-sama menaruh tanda tangan dibawah pernyataan-pernyataan tertulis sebagai tanda (bukti) bahwa kedua belah pihak telah menyetujui segala apa yang tertera diatas tulisan itu. Bahwa apa yang dikehendaki oleh yang satu itu adalah juga yang dikehendaki oleh yang atau bahwa kehendak mereka adalah sama, sebenernya tidak tepat. Yang betul adalah bahwa mereka kehendaki adalah sama dalam kebalikannya. Misalnya: yang satu ingin melepaskan hak miliknya atas suatu barang asal diberi sejumlah uang tertentu sebagai gantinya, sedangkan yang lain ingin memperoleh hak milik atas barang tersebut dan bersedia memberikan sejumlah uang disebutkan itu sebagai gantinya kepada si pemilik barang.Kesepakatan berarti persesuaian kehendak, namun kehendak atau keinginan ini harus dinyatakan. Kehendak atau keinginan yang disimpan dalah hati, tidak mungkin diketahui pihak lain karenanya tidak mungkin melahirkan sepakat yang diperlukan unuk melahitkan suatu perjanjian. Menyatakan kehendak ini tidak terbatas pada mengucapkan untuk melahirkan suatu perjanjian. Menyatakan kehendak ini tidak terbatas pada mengucapkan perkataan-perkataan, ia dapat dicapai pula dengan memberikan tanda-tanda apa saja yang dapat diterjemahkan kehendak itu, baik oleh pihak yang mengambil prakarsa yaitu pihak yang menawarkan (melakukan offerce) maupun oleh pihak yang menerima penawaran tersebut. Kewajiban-kewajiban si penjualBagi pihak si penjual ada dua kewajiban utama yaitu :1. Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual belikan.Kewajiban menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut hukum yang diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual belikan itu dari si penjual kepada si pembeli. Biaya penyerahan dip[ikul oleh si penjual, jika ada telah diperjanjikan sebaliknya (pasal 1476).2. Menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan menanggung terhadap cacad-cacad yang berbunyiKewajiban menanggung kenikmatan tentram dan menanggung terhadap cacad-cacad tersembunyi (vrijwaring, warranti) Jika dijanjikan penanggungan, atau jika tentang itu tidak ada suatu perjanjian, si pembeli berhak, dalam halnya suatu penghukuman untuk menyerahkan barang yang dibelunya kepada seorang lain, menuntut kembali dari si penjual:a) pengembalian uang harga pembelianb) pengambilan hasil-hasik jika ia diwajibkan menyerahkan hasil-hasil itu kepada si pemilik sejati yang melakukan tuntutan penyerahanc) biaya yang dikeluarkan berhubung dengan gugatan si pembeli untuk ditanggung, begitu pula biaya yang telah dikeluarkan oleh si penggugatd) penggantian kerugian beserta biaya perkara mengenai pembelian dan penyerahan, sekedar itu telah dibayar oleh si pembeli. Kewajiban-kewajiban si pembeliKewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian. harga tersebut harus berupa sejumlah uang. Meskipun mengenai hal ini tidak ditetapkan dalam sesuatu pasal undang-undang, namun sudah dengan sendirinya termasuk didalam pengertian jual beli, oleh karena itu tidak umpamanya harga itu berupa barang, maka ia akan memperoleh perjanjiannya akan menjadi tukar-menukar kerja dan begitu seterusnya. Dalam pengertian jual beli sudah temasuk pengertian bahwa disatu pihak ada barang dan dilain pihak ada uang. Tentang macamnya uang, dapat diterangkan bahwa, meskipun jual beli itu terjadi di indonesia, tidak diharuskan bahwa harga itu ditetapkan dalam mata uang rupiah, namun diperolehkan kepada para pihak untuk menetapkannya dalam mata uang apa saja..[footnoteRef:16] [16: Neltje F.Katuuk, Diktat Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta : Gunadarma, 1994.]

Perlindungan Hukum Terhadap Pulau-pulau kecil di Indonesia dari penjualan untuk kebutuhan private secara illegalDalam hal ini pulau-pulau kecil di Indonesia yang tidak dapat diakses dengan mudah karena tidak adanya alat transportasi dan sulitnya medan yang harus dilampaui membuat pemerintah tidak dapat melakukan pengamanan dan pengawasan terhadap pulau-pulau tersebut serta tidak dapat melakukan pembangunan dalam upaya pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat disana maupun pengembangan kepariwisataan sehingga pulau-pulau tersebut jadi terbengkalai dan sangat rawan atas tindakan penjualan illegal oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.Maka dari itu diperlukan suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur secara tegas untuk melindungin kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Serta julukannya sebagai Negara kepulauan. Dalam hal ini tentu saja harus juga adanya peran serta secara aktif dari pemerintah untuk menjaga dan melindungi serta melestarikan pulau-pulau tersebut.KesimpulanAdanya praktek penjualan pulau-pulau kecil di Indonesia secara illegal oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Seharusnya pemerintah bias menindak tegas atas tindakan tersebut hanya saja belum adanya undang-undang yang mengatur secara tegas tentang hal ini menjadi hambatan dasar dari pemerintah untuk melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan. Maka dari itu diperlukan adanya penyempurnaan peraturan perundang-undangan oleh pembentuk undang-undang agar pemerintah lebih leluasa dalam menindak dengan tegas jika terjadi kasus seperti ini.Daftar PustakaMEDIA :Jumlah Pulau di Indonesia 'Berkurang' 4.042 Buah. Metrotvnews. Jum'at, 18 Oktober 2013. Diakses 28 Desember 2014."Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut". Sensus Penduduk 2010. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik. 15 Mei 2010.BUKU :P.N.H Simanjuntak. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Grasindo.Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, PT. Gramedia, Jakarta, 1987.Abdul Gani dalam Padmo Wahyono, Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini, Galia Indonesia, Jakarta, 1986.N. E. Algra, Inleiding tot het Nedherlands Privaatrecht, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, achtiende druk, 1985.Sony Keraf, Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi, Kanisius, Yogyakarta, 1997.WEB :Biro Pusat Statistik bps.go.id.JURNAL :Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003.Ronald Z. Titahelu, Penetapan Asas-asas Hukum Umum dalam Penggunaan Tanah Untuk Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat, Suatu Kajian Filsafati dan Teoritik tentang Pengaturan dan Penggunaan Tanah di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 1993, hlm. 91.Neltje F.Katuuk, Diktat Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta : Gunadarma, 1994.Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society 71 (3).2