LEBARAN LAGI - ftp.unpad.ac.id fileLomba tersebut antara lain membuat kembang kelapa, membuat...

1
S EPENGGAL lagu dari sinetron Si Doel Anak Sekolahan (SDAS) itu amat akrab di telinga masyarakat di era 1990-an. Dengan bintang Rano Karno, (alm) Benyamin Sueb, (alm) Pak Tile, hingga Mandra, sine- tron ini menjadi potret seder- hana kehidupan masyarakat Betawi di tengah hiruk-pikuk Kota Jakarta. SDAS pernah tayang ulang dari episode perdana hingga selesai menunjukkan betapa tinggi- nya minat masyarakat mengi- kuti potret keseharian orang- orang Betawi itu. Sinetron-sinetron lain bernu- ansa Betawi sempat wira-wiri menghiasi layar kaca, namun tak ada yang memikat hati ma- syarakat seperti yang pernah dilakukan SDAS. Semenjak SDAS hilang dari peredaran, gaung budaya Betawi pun ikut hilang ditelan bumi. Mengalami kematian obor. Begitu ungkapan yang diu- tarakan Wakil Ketua Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi Amarulloh Asbah menggambarkan situasi masyarakat Betawi kini. Seiring derasnya arus glo- balisasi, masyarakat asli Ja- karta tersebut banyak yang tidak kenal sesama orang Betawi, bahkan kebudayaan mereka sendiri. “Apa kite mau begini aje seterusnye? Pasrah ama pembangunan, terus kagak ke- nal sodare?” tandas pria yang bia- sa disapa Bang Uwo ini dengan logat kentalnya. Atas dasar keprihatin- an inilah, masyarakat Betawi mengga- gas sebuah acara silaturahmi de- ngan nama Leba- ran Betawi. Lebaran atau Idul Fitri me- mang identik dengan kegiatan silaturahim se- hingga dipan- dang sebagai momen yang cocok untuk kembali meng- akrabkan tali kekeluargaan masyarakat Betawi pada khususnya. Acara akan digelar 25-26 September 2010 di lapangan Puri Kembangan, Jakarta Ba- rat. Ini merupakan gelaran ketiga setelah Lebaran Betawi pertama digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pada 2008, dan kedua di Ragunan, Jakarta Selatan, tahun lalu. “Dahulu, masyarakat Betawi hanya melakukan halalbihalal untuk merayakan Lebaran. Tapi Jakarta kan kampung kite, kampung orang Betawi. Jadi, Lebaran ya harus diraya- kan dengan semangat orang Betawi dong, bukan cuma ha- lalbihalal di dalam ruangan,” sambung Bang Uwo lagi. Berdasarkan sensus, jumlah orang Betawi berjumlah seki- tar 3 juta orang. Sebanyak 2,3 juta di antaranya hidup di Ibu Kota Jakarta, sisanya menye- bar ke wilayah Bekasi, Depok, Tangerang, dan Bogor. Dari jumlah jutaan itu, ter- catat hanya sekitar 20 ribu orang yang hadir dalam Leba- ran Betawi 2009. Ini bisa dibi- lang merupakan catatan miris bahwa Betawi semakin kurang peduli dengan kekerabatan di kampung sendiri. Pelestarian Lebaran Betawi digelar atas kerja sama Bamus Betawi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kerja sama ter- sebut menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya yang didukung peraturan pemerintah daerah mengenai pemeliharaan dan pelestarian budaya lokal dan budaya nusantara. Upaya itu sendiri menjadi tanggung jawab pe- merintah. “Lebaran Betawi ini momen seluruh warga Betawi dan ti- dak tertutup juga untuk war- ga etnik lainnya. Kegiatan ini sebagai implementasi dari UU No 29 Tahun 2007 tentang Ibu Kota,” papar Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Tatang Hidayat saat ditemui di Jakarta, kemarin. Jauh sebelum kegiatan Leba- ran Betawi digelar, kegiatan silaturahim sejenis sebenarnya sudah pernah ada yang digelar secara internal. Dulu, halalbihalal digelar dengan urunan biaya antarfo- rum Betawi, bahkan antarke- luarga saja. Tiga tahun bela- kangan Bamus sudah didu- kung pemda. Namun, seiring berjalan- nya waktu, kegiatan semakin jarang dilakukan karena ber- pindahnya warga Betawi ke luar wilayah DKI. Oleh karena itu, momen ini menjadi sangat penting bagi keluarga besar Betawi untuk mengenal kese- nian, budaya, serta kebiasaan leluhur. Menurutnya, Lebaran nanti memperlihatkan berbagai pe- nampilan kesenian, kuliner khas Betawi, ornamen, serta pakaian adat Betawi. Tidak ketinggalan prosesi acara juga mengikuti tradisi Betawi. “Dalam Lebaran Betawi, silaturahim dimulai dari yang muda ke lebih tua, dari anak ke orang tua, dengan mem- bawa hantaran. Nah, di acara itu kumpul yang muda sam- pai yang sepuh. Di situ kita silaturahim dengan makanan khas Betawi. Dengan demikian anak muda jadi tahu budaya khas Betawi itu apa dan seperti apa,” tandasnya. Selama ini, LKB dan warga ‘Anak Betawi ketinggalan jaman, katenye. Anak Betawi nggak bebudaye, katenye.’ Asni Harismi Nesty T Pamungkas 18 | JUMAT, 24 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus TANJIDOR: Sebuah grup musik tradisional asal Betawi, tanjidor, memainkan instrumen musik dalam acara Betawi Poenye Acare di Jakarta, beberapa waktu lalu. KOMEDI BETAWI: Pelawak Bolot (kanan) dan Mpok Nori tampil dalam acara komedi Betawi dengan judul Kebanjiran yang disutradarai Syaiful Amridi di Gedung Kesenian Jakarta, beberapa waktu lalu. TARI ENJOT-ENJOTAN: P Jakarta Pusat, Jumat (10/7). ILUSTRASI: EBET NYOK LEBARAN LAGI Betawi yang peduli menga- lami tantangan berat dalam melestarikan dan mengem- bangkan budaya mereka. Teru- tama mengimbangi kehadiran budaya kontemporer yang cenderung lebih memikat ma- syarakat. Misalnya, di acara nikahan maupun sunatan, orang le- bih memilih hiburan musik dangdut atau organ tunggal. “Jarang sekali yang memanggil samrah, tanjidor, atau gambang keromong,” terang Tatang. Meski tantangan belum da- pat diatasi secara keseluruhan, LKB bersyukur Lebaran Betawi akan membuka upaya untuk melestarikan serta mengem- bangkan budaya Betawi ke- pada generasi muda. Melalui kerja sama dengan pihak swasta maupun instansi serta organisasi nonpemer- intah, LKB optimistis ke de- pan dapat mengenalkan serta melestarikan budaya Betawi. (J-1) [email protected] [email protected] ANTARA/STR-YUDHI FOTO ANTARA/FANNY OCTAVIANUS

Transcript of LEBARAN LAGI - ftp.unpad.ac.id fileLomba tersebut antara lain membuat kembang kelapa, membuat...

Page 1: LEBARAN LAGI - ftp.unpad.ac.id fileLomba tersebut antara lain membuat kembang kelapa, membuat aksesori ondel-ondel, ... kesenian rebana hadroh. Tak ketinggalan bazar berba-gai produk

FOKUSOLAHRAGA

BACA BESOK!Tema:

Perseteruan Dua Tim Kaya Inggris

LEBARAN Betawi 2010 digelar 25-26 September di Lapangan Puri Kem-

bangan, Jakarta Barat. Penye-lenggaraan kali ini berbeda de-ngan sebelumnya karena akan melibatkan tokoh-tokoh dan masyarakat Betawi dari luar Jakarta meliputi Bogor, Depok, Tangerang, serta Bekasi.

Replika rumah-rumah adat Betawi didirikan di lokasi se-bagai cerminan budaya yang menjadi ciri khas di lima wila-yah Jakarta (Jakpus, Jakut, Jak-bar, Jaktim, Jaksel), Kepulauan Seribu, dan rumah induk.

Menurut Ketua Panitia Lebaran Betawi 2010 Beky Mardani, semula panitia juga berencana membangun replika rumah untuk orang-orang Betawi yang datang dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Rencana itu dibatalkan, diganti dengan menempatkan mereka di tenda-tenda tamu VIP.

Namanya juga Lebaran

Betawi maka acara dijalankan seperti suasana Idul Fitri di sebuah ‘Kampung Kite’. Satu rumah induk sebagai simbol kediaman utama yang diisi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Adapun enam rumah lain berdiri di sekitarnya dan didiami wali kota atau mus-pida dari enam wilayah DKI.

Perwakilan wilayah akan me-ngunjungi rumah induk untuk bersilaturahim dengan guber-nur sebagai tokoh.

Setelah seremonial selesai, mereka kembali lagi ke rumah wilayah masing-masing untuk menerima tamu lainnya yang akan mengitari rumah terse-but. Selanjutnya Gubernur DKI mendatangi rumah dan tenda.

Ini merupakan simbol tradisi Lebaran bagi orang Betawi. Tradisi nanggok alias memberi uang kepada yang lebih muda tidak dilakukan kali ini.

“Salah satu ciri khas masya-rakat Betawi pada saat Lebaran

ialah membawa hantaran jika berkunjung ke rumah orang yang lebih tua. Bagi beberapa masyarakat Betawi, Lebaran bahkan belum komplet kalau tidak ada makanan bernama semur kerbau,” jelas Beky.

Mulai ditinggalkan Ia berharap setelah Lebaran

Betawi 2010, sense of belonging orang-orang Betawi akan kem-bali. Dikatakan akan kembali karena kebudayaan asli Jakarta telah mulai ditinggalkan.

“Dulu waktu saya kecil, sila-turahim diikuti semua keluarga dengan jalan kaki. Itu budaya Betawi.” Sekarang silatura-him hanya diikuti orang tua. “Ada juga yang datang enggak bareng. Ada yang jalan kaki dan ada yang naik motor.”

Artis Ibu Kota berdarah Betawi juga diundang yakni Mpok Nori, Opie Kumis, serta Haji Bolot. Selain itu, perayaan dihadiri tokoh etnik lain, se-perti etnik Sunda, Batak, Bugis, Madura, Jawa, dan Papua.

Untuk memeriahkan acara, panitia menggelar sejumlah lomba kesenian dan budaya Betawi. Lomba tersebut antara lain membuat kembang kelapa, membuat aksesori ondel-ondel, sirih nanas, membuat lampion, membuat asinan sayuran, dan

kesenian rebana hadroh.Tak ketinggalan bazar berba-

gai produk makanan-minuman khas Betawi. Di antaranya nasi uduk, nasi ulam, sayur asem, sayur gabus pucung, pecak lele, pecak gurame, sayur babanci, kue rangi, tape uli, geplak, wa-jik, bir pletok, serta peragaan pembuatan dodol betawi.

Selain makanan, panitia juga mempertunjukkan beberapa kesenian khas Betawi, yaitu wayang golek, tari topeng, gambang kromong, tanjidor, dan lenong. Ada pula acara fashion show yang menampilkan busana seperti baju krancang, baju demang, dan batik betawi.

Hari H perayaan Lebaran Betawi 2010 diselenggarakan 25-26 September, Beky me-ngatakan bahwa acara sudah dimulai 24. “Tradisi Betawi, sebelum acara biasanya ada tahlilan. Tahlilan dimulai Jumat (24/9) malam.” (Asni Harismi/Rommy K Karindon/J-1)

SEPENGGAL lagu dari sinetron Si Doel Anak Sekolahan (SDAS) itu amat akrab di telinga

masyarakat di era 1990-an. Dengan bintang Rano Karno, (alm) Benyamin Sueb, (alm) Pak Tile, hingga Mandra, sine-tron ini menjadi potret seder-hana kehidupan masyarakat Betawi di tengah hiruk-pikuk Kota Jakarta.

SDAS pernah tayang ulang dari episode perdana hingga

s e l e s a i

menunjukkan betapa tinggi-nya minat masyarakat mengi-kuti potret keseharian orang-orang Betawi itu.

Sinetron-sinetron lain bernu-ansa Betawi sempat wira-wiri menghiasi layar kaca, namun tak ada yang memikat hati ma-syarakat seperti yang pernah dilakukan SDAS. Semenjak SDAS hilang dari peredaran, gaung budaya Betawi pun ikut hilang ditelan bumi.

Mengalami kematian obor. Begitu ungkapan yang diu-tarakan Wakil Ketua Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi Amarulloh Asbah menggambarkan situasi masyarakat Betawi kini.

Seiring derasnya arus glo-balisasi, masyarakat asli Ja-karta tersebut banyak yang tidak kenal sesama orang Betawi, bahkan kebudayaan mereka sendiri.

“Apa kite mau begini aje seterusnye? Pasrah ama

p e m b a n g u n a n , terus kagak ke-

nal sodare?” t a n d a s

p r i a

yang bia-sa disapa Bang

Uwo ini dengan logat kentalnya.

Atas dasar keprihatin-an inilah, masyarakat

Betawi mengga-gas sebuah acara silaturahmi de-ngan nama Leba-ran Betawi.

Lebaran atau Idul Fi tr i me-m a n g i d e n t i k dengan kegiatan silaturahim se-hingga dipan-dang sebagai m o m e n y a n g c o c o k u n t u k kembali meng-akrabkan tali kekeluargaan

masyarakat Betawi pada khususnya.

Acara akan digelar 25-26 September 2010 di lapangan Puri Kembangan, Jakarta Ba-rat. Ini merupakan gelaran ketiga setelah Lebaran Betawi pertama digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pada 2008, dan kedua di Ragunan, Jakarta Selatan, tahun lalu.

“Dahulu, masyarakat Betawi hanya melakukan halalbihalal untuk merayakan Lebaran. Tapi Jakarta kan kampung kite, kampung orang Betawi. Jadi, Lebaran ya harus diraya-kan dengan semangat orang Betawi dong, bukan cuma ha-lalbihalal di dalam ruangan,” sambung Bang Uwo lagi.

Berdasarkan sensus, jumlah orang Betawi berjumlah seki-tar 3 juta orang. Sebanyak 2,3 juta di antaranya hidup di Ibu Kota Jakarta, sisanya menye-bar ke wilayah Bekasi, Depok, Tangerang, dan Bogor.

Dari jumlah jutaan itu, ter-catat hanya sekitar 20 ribu orang yang hadir dalam Leba-ran Betawi 2009. Ini bisa dibi-lang merupakan catatan miris bahwa Betawi semakin kurang peduli dengan kekerabatan di kampung sendiri.

PelestarianLebaran Betawi digelar atas

kerja sama Bamus Betawi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kerja sama ter-sebut menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya yang didukung peraturan pemerintah daerah mengenai pemeliharaan dan pelesta rian budaya lokal dan budaya nusantara. Upaya itu sendiri menjadi tanggung jawab pe-merintah.

“Lebaran Betawi ini momen seluruh warga Betawi dan ti-dak tertutup juga untuk war-ga etnik lainnya. Kegiatan ini sebagai implementasi dari

UU No 29 Tahun 2007 tentang Ibu Kota,” papar Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Tatang Hidayat saat ditemui di Jakarta, kemarin.

Jauh sebelum kegiatan Leba-ran Betawi digelar, kegiatan silaturahim sejenis sebenarnya sudah pernah ada yang digelar secara internal.

Dulu, halalbihalal digelar dengan urunan biaya antarfo-rum Betawi, bahkan antarke-luarga saja. Tiga tahun bela-kangan Bamus sudah didu-kung pemda.

Namun, seiring berjalan-nya waktu, kegiatan semakin jarang dilakukan karena ber-pindahnya warga Betawi ke luar wilayah DKI. Oleh karena itu, momen ini menjadi sangat penting bagi keluarga besar Betawi untuk mengenal kese-nian, budaya, serta kebiasaan leluhur.

Menurutnya, Lebaran nanti memperlihatkan berbagai pe-nampilan kesenian, kuliner khas Betawi, ornamen, serta pakaian adat Betawi. Tidak ketinggalan prosesi acara juga mengikuti tradisi Betawi.

“Dalam Lebaran Betawi, silaturahim dimulai dari yang muda ke lebih tua, dari anak ke orang tua, dengan mem-bawa hantaran. Nah, di acara itu kumpul yang muda sam-pai yang sepuh. Di situ kita silaturahim dengan makanan khas Betawi. Dengan demikian anak muda jadi tahu budaya khas Betawi itu apa dan seperti apa,” tandasnya.

Selama ini, LKB dan warga

‘Anak Betawi ketinggalan jaman,

katenye. Anak Betawi nggak bebudaye,

katenye.’

Asni Harismi Nesty T Pamungkas

18 | JUMAT, 24 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA JUMAT, 24 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 19Fokus Megapolitan

TANJIDOR: Sebuah grup musik tradisional asal Betawi, tanjidor, memainkan instrumen musik dalam acara Betawi Poenye Acare di Jakarta, beberapa waktu lalu.

KOMEDI BETAWI: Pelawak Bolot (kanan) dan Mpok Nori tampil dalam acara komedi Betawi dengan judul Kebanjiran yang disutradarai Syaiful Amridi di Gedung Kesenian Jakarta, beberapa waktu lalu.

TARI ENJOT-ENJOTAN: Penari membawakan tari Enjot-enjotan saat pembukaan Festival Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Jumat (10/7).

KERAK TELOR: Pedagang makanan khas Betawi kerak telor meramaikan Festival Budaya Betawi Cipete Vaganza di Jalan Raya Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu (5/6).

MI/RAMDANI

ILUSTRASI: EBET

Silaturahim di Kampung Kite

Salah satu ciri khas masyarakat Betawi pada saat Lebaran ialah membawa hantaran jika berkunjung ke rumah orang yang lebih tua.”Beky MardaniKetua Panitia Lebaran Betawi 2010

NYOKLEBARAN LAGI

Betawi yang peduli menga-lami tantangan berat dalam melestarikan dan mengem-bangkan budaya mereka. Teru-tama mengimbangi kehadiran budaya kontemporer yang cenderung lebih memikat ma-syarakat.

Misalnya, di acara nikahan maupun sunatan, orang le-bih memilih hiburan musik dangdut atau organ tunggal. “Jarang sekali yang memanggil samrah, tanjidor, atau gambang keromong,” terang Tatang.

Meski tantangan belum da-pat diatasi secara keseluruhan, LKB bersyukur Lebaran Betawi akan membuka upaya untuk melestarikan serta mengem-bangkan budaya Betawi ke-pada generasi muda.

Melalui kerja sama dengan pihak swasta maupun instansi serta organisasi nonpemer-intah, LKB optimistis ke de-pan dapat mengenalkan serta melestarikan budaya Betawi. (J-1)

[email protected]@mediaindonesia.com

P E L E S -TA R I A N budaya Be-tawi bukan

hanya tang-gung jawab warga Betawi, melainkan juga pihak pemerin-tah daerah (pemda). Itu tertuang dalam UUD 1945 yang me-nyatakan bahwa pe-lestarian budaya Ja-karta sebagai ibu kota negara juga tanggung jawab pihak pemda.

Budaya Betawi harus mampu bertahan di tengah-tengah kehidupan modern Ibu Kota, walaupun harus menghadapi gempuran bu-daya asing.

Insya Allah, pemda dan Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi akan mampu melestarikan kebudayaan Betawi. Acara Leba-ran Betawi 2010 yang diselenggarakan 25-26 September ini salah satu upaya melestarikan budaya Betawi. Pemda telah membantu de-ngan mengalokasikan dana ke setiap wali kota, termasuk di Kepulauan Seribu. Tokoh-tokoh masyarakat Betawi juga telah banyak membantu dengan menyumbang pemikiran, tenaga, dan dana. (Pri/J-5)

P E R A -Y A A N L e b a r a n secara na-

sional mau-pun lokal menjadi tradisi keagamaan dan bahkan menjadi budaya masyarakat Betawi. Bertolak dari itulah, masyarakat lokal Jakarta meraya-kan Lebaran Betawi secara rutin setiap ta-hun. Soal besar kecil-nya dan meriah tidaknya acara itu, tergantung panitia penyelenggaranya.

Meski masyarakat Betawi dari segi jumlah kini menjadi minoritas di DKI Jakarta, tidak mungkin perayaan Lebaran Betawi hilang be-gitu saja. Mereka memang sudah banyak yang pindah rumah meninggalkan Jakarta pergi menyebar ke daerah-daerah lain seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Na-mun semangat, jiwa, sifat, dan fanatisme Betawi dalam diri mereka masih kuat dan kental. Soal perayaan Lebaran Betawi secara besar-besaran itu hanya di Indonesia. Di Arab Saudi saja, yang merupakan negara asal agama Islam, tidak se-perti di Indonesia yang merayakannya secara berlebihan. Di negara kita ini, Lebaran menjadi budaya dan tradisi. (Ssr/J-5)

A c a r a L e b a r a n B e t a w i itu sangat b a i k k a -

rena menjadi ajang silaturahim yang me-narik. Acara itu tidak hanya dihadiri orang-orang Betawi, tapi ada juga dari luar etnik Betawi.

Acara itu menjadi ajang memperkenal-kan kebudayaan dan kuliner Betawi yang

selama ini masih kurang terekspos. Mereka yang bukan Betawi belum mengenal kebudayaan Betawi dan kekayaan kuliner Betawi. Apa saja kuliner itu nanti dapat dikenal dan dicoba di acara tersebut.

Menurut saya, acara itu harus terus dilaksa-nakan. Saat ini memang sudah menjadi agenda rutin dari Pemerintah Kota Madya Jakarta Barat. Meski begitu, acara semacam ini harus lebih di-kembangkan agar pelestarian dan pengenalan budaya serta kuliner Betawi dapat mengena ke masyarakat sehingga menjadi ajang pariwisata tersendiri bagi orang Betawi atau pemkot.

Animo masyarakat yang besar akan sangat baik bagi budaya Betawi. (FD/J-5)

Mayjen (Purn) Nachrowi RamliKetua Bamus Betawi

ANTARA

Djan FaridPutra Betawi, anggota DPD RI asal DKI Jakarta

DOK PRIBADI

Vivi EffendyArtis berdarah Betawi

DOK PRIBADI

KATENYE

ANTARA/STR-YUDHI FOTO ANTARA/FANNY OCTAVIANUS ANTARA/FANNY OCTAVIANUS