Learning Organization

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan individu untuk belajar.Demikian pula organisasi harus siap menghadapi adanya perubahan tersebut, banyak hal yang harus disiapkan agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan menjaga kelangsungan organisasi agar tetap mampu bersaing dan bertahan. Organisasi yang dapat bersaing harus mengembangkan budaya belajar dan menjadi organisasi pembelajar (Learning Organization) Learning Organization merupakan ruh yang memberikan gerak bagi maju mundurnya suatu organisasi. Belajar menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi. Dari sisi Organisasi, organisasi yang mempunyai semangat Learning Organization, mereka akan memperjelas visi organisasi mereka, yang digali dari visi-visi individu. Visi mereka adalah visi yang jelas, karena visi tersebut digali dari diri mereka. Dalam Learning Organization ada sebuah iklim yang terbentuk yang mendorong individu- individu yang ada untuk berkembang. Dalam pelaksaan program kerja dan kegiatan, orientasinya bukan pada 1

description

lo

Transcript of Learning Organization

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan individu untuk belajar.Demikian pula organisasi harus siap menghadapi adanya perubahan tersebut, banyak hal yang harus disiapkan agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan menjaga kelangsungan organisasi agar tetap mampu bersaing dan bertahan. Organisasi yang dapat bersaing harus mengembangkan budaya belajar dan menjadi organisasi pembelajar (Learning Organization)Learning Organization merupakan ruh yang memberikan gerak bagi maju mundurnya suatu organisasi. Belajar menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi. Dari sisi Organisasi, organisasi yang mempunyai semangat Learning Organization, mereka akan memperjelas visi organisasi mereka, yang digali dari visi-visi individu. Visi mereka adalah visi yang jelas, karena visi tersebut digali dari diri mereka. Dalam Learning Organization ada sebuah iklim yang terbentuk yang mendorong individu-individu yang ada untuk berkembang. Dalam pelaksaan program kerja dan kegiatan, orientasinya bukan pada hasil dan target pencapaian waktu saja, tapi lebih pada proses, terlebih pada proses pembelajarannya.Sementara semua orang memiliki kapasitas untuk belajar, struktur di mana mereka harus berfungsi sering tidak kondusif untuk berefleksikan dan melibatkan mereka. Selanjutnya, orang mungkin tidak memiliki alat dan ide-ide pembimbing untuk memahami situasi yang mereka hadapi. Organisasi yang terus-menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan masa depan mereka memerlukan perubahan pemikiran secara mendasar di kalangan anggotanya. Setiap organisasi harus melakukan perubahan dan berbagai perbaikan seperti memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen/klien, merekrut SDM terbaik, serta memperbaiki sistem agar tetap dapat bertahan. Kunci sukses sebuah perubahan terletak pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan terus menerus, pembentuk proses serta budaya yang secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan organisasi. Namun demikian, usaha perubahan suatu organisasi akan tercapai jika setiap individu memiliki kemauan untuk berubah, tidak hanya mengandalkan kemampuan saja.Organisasi biasanya percaya bahwa untuk mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja individu yang setinggi-tingginya karena pada dasarnya kinerja individu akan berpengaruh pada kinerja dari sebuah tim atau kelompok dan akhirnya akan berpengaruh pada kinerja organisasi sehingga organisasi lebih mengharapkan perilaku individu yang baik sebagai cerminan dari kinerja yang baik. Seperti pendapat Senge (1990) bahwa ada lima disiplin (pilar) yang membuat suatu organisasi menjadi Learning Organization, yaitu: Personal Mastery yang merupakan prinsip bagi seseorang untuk secara terus menerus memperdalam visi pribadi, fokus pada kekuatan diri sendiri, mengembangkan kesabaran diri serta melihat realita secara objective. Sehingga dengan adanya pengembangan dari masing individu dapat meningkatkan kinerja organisasi. Pilar kedua adalah Mental Model yang memegang konsep bercermin, dan peningkatan gambaran tentang dunia luar, dan melihat bagaimana mereka membentuk keputusan dan tindakan kita. Pilar ketiga Shared Vision adalah membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok dengan menggambarkan visi perusahaan menjadi visi pribadi karyawan. Pilar keempat Team Learning adalah kelompok berbagi wawasan atau pengalamaan, sehingga dapat mengembangkan otak dan kemempuan berpikir. Pilar terakhir adalah System Thinking merupakan prinsip tentang mengaamati seluruh sistem dan tidak hanya fokus pada individu. Kelima point di atas serta adanya Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dapat membantu organisasi untuk mempercepat proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan.

B. Rumusan MasalahBerkaitan dengan hal di atas penulis ingin menyusun makalah dengan judul Learning Organization Terhadap Perubahan Individu Di Dalam Organisasi mencoba menggunakan pendekatan Learning Organization dimana inti dari Organisasi Pembelajar adalah Lima Disiplin (The Fifth Discipline), kelima disiplin itu adalah: Keahlian Pribadi (Personal Mastery), Model Mental (Mental Model), Visi Bersama (Shared Vision), Pembelajaran Tim (Team Learning), dan Pemikiran Sistem (System Thinking).

C. Tujuan1. Tujuan UmumTujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk memahami penjabaran dari Lima Prinsip Learning Organization yang dikemukakan oleh Peter Senge dan mencoba mengaplikasikan ke dalam organisasi, dengan demikian dapat dihasilkan gambaran keberhasilan organisasi tersebut.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui hubungan antara Budaya Organisasi dengan Operasi Learning Organizationb. Untuk mengetahui hubungan antara Kepemimpinan dengan Operasi Learning Organizationc. Untuk mengetahui hubungan antara Perubahan Individu dengan Operasi Learning Organization

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Organisasi 1. Pengertian OrganisasiMenurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut (Wikipedia) :a. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. b. James D. Mooneymengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.c. Chester I. Bernardberpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.d. Stephen P. Robbinsmenyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuanvisidanmisiserta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadapmasyarakat.Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

2. Pengorganisasian (Organization)Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan, dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan (G. R. Terry, 1986)Dengan adanya pembagian pekerjaan (division of work), menimbulkan adanya pengorganisasian dalam pengelompokan pekerjaan/kegiatan. Oleh karena itu, menurut Handayaningrat (1988) orgaisasi dapat disusun atas dasar pengelompokan kerja, yang terdir atas :a. Pengelompokan atas dasar fungsi, yaitu penyesuaian pekerjaan dengan fungsi tugasnya, misalnya pekerjaan umum (PU) fungsi tugasnya pembuatan jalan, irigasi, tata bangunan, dan lain-lain tugas yang termasuk dalam lingkup pekerjaan umum.b. Pengelompokan atas dasar proses, yaitu proses pengelompokan pekerjaan menjadi kesatuan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, misalnya pencarian tambang minyak melalui proses pencarian sumber, proses pengolahan minyak mentah, dan pemasaran minyak.c. Pengelompokan atas dasar langganan, yaitu pengelompokan dengan nama organisasi yang menggambarkan langganan, seperti Persatuan pekerja wanita dan lain-lain.d. Pengelompokan atas dasar produk, yaitu organisasi yang disusun berdasarkan produk, seperti Industri kerajinan dengan produk tikar, sulaman tapis, dan lain-lain.e. Pengelompokan atas dasar daerah (area, teritorial), yaitu organisasi yang disusun berdasarkan kedaerahan, misalnya Kopertis dearah bagian barat.Berdasarkan perincian ciri pengorganisasian di atas, maka dapat disipulkan bahwa prinsip pengorganisasian dalam manajemen meliputi eksistensi tujuan, skala hirarkis, kesatuan perintah, pelimpahan wewenang, pertanggungjawaban, pembagian kerja, rentang pengawasan, fungsional, pengelompokan tugas, keseimbangan/kesesuaian, fleksibelitas, dan kepemimpinan.

3. Budaya OrganisasiTerdapat beberapa pengklasifikasian budaya organisasi yang telah disampaikan oleh para ahli. Salah satunya adalah yang disampaikan oleh Chang dan Lee (2007). Mereka mengadopsi proposal Denison dan Mishra (1995), dimana terdapat dua point referensi, yakni (1) cara yang stabil dan fleksibel untuk memenuhi permintaan lingkungan yang kompetitif dan (2) strategi yang focus pada dua dimensi elemen karyawan internal dan pelanggan eksternal. Berdasarkan proposal tersebut, Chang dan Lee membagi tipe budaya organisasi menjadi empat, yakni:a. Budaya adaptif (adaptive culture)Budaya ini merupakan budaya yang bersifat fleksibel dan eksternal sehingga dapat memuaskan permintaan pelanggan dengan memusatkan perhatian utama pada lingkungan eksternal.b. Budaya misi (mission culture) Budaya ini merupakan budaya yang bersifat stabil dan eksternal sehingga menekankan organisasi dengan tujuantujuan yang jelas dan versi-versinya. Para anggota organisasi dapat mengambil tanggung jawab untuk secara efisien menyelesaikan tugas yang diberikan. Organisasi menjanjikan para karyawannya dengan penghargaan khusus.

c. Budaya klan (clan culture) Budaya ini merupakan budaya yang bersifat fleksibel dan internal sehingga menekankan bahwa para anggotanya harus memainkan peran mereka dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan mereka juga harus menunjukkan rasa pertanggungjawaban yang kuat akan pengembangan dan memperlihatkan komitmen organisasi yang lebih.d. Budaya birokratik (bureaucratic culture)Budaya ini merupakan budaya yang bersifat stabil dan internal sehingga organisasi memiliki tingkat konsistensi yang tinggi akan segala aktivitas-aktivitasnya. Melalui kapatuhan dan kerja sama dari para anggotanya, organisasi dapat meningkatkan aktivitas organisasional dan efisiensi kerja.

B. Learning OrganizationLearning is the power of growth, and individual learning is also the resource of business growth. (Chang dan Lee, 2007). Kehidupan merupakan suatu proses dari pertumbuhan, dan kekuatan dari pertumbuhan itu sendiri adalah dengan belajar. Dengan belajar, seseorang dapat mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik. Proses belajar itu sendiri tidak akan berhenti karena seseorang akan terus belajar selama hidupnya. Begitu pula dengan organisasi.Keadaan lingkungan yang terus berubah, memaksa organisasi untuk terus membenahi diri dan menghadapi perubahan itu dengan segala kemampuan yang telah disiapkannya. Dengan kata lain, organisasi secara tidak langsung juga selalu mengalami proses pembelajaran.1. Pengertian Learning OrganizationTerdapat beberapa definisi mengenai learning organization, diantaranya adalah: Learning organization mencakup pembelajaran secara individu, kelompok, maupun organisasi dengan mendorong proses yang berkesinambungan bagi pembelajaran organisasi dan individu (Chang dan Lee, 2007). Suatu organisasi yang memfasilitasi pembelajaran bagi seluruh anggotanya dan secara berkesinambungan merubah dirinya (Pedler et al.s, 1989 dalam Wikipedia). Suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya (Lundberg Dale, 2003 dalam Wikipedia). Organisasi dimana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, dimana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan dimana orang-orang secara terus menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama (Senge, 1996). Suatu organisasi yang belajar secara bersungguh-sungguh dan bersama-sama,dan secara terus menerus mentransformasikan dirinya menjadi lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan pengetahuan untuk kesuksesan organisasi. Organisasi memberdayakan manusia di dalam dan diluar organisasi dan diluar organisasi untuk belajar sebagaimana mereka bekerja.Teknologi dimanfaatkan organisasi untuk mengoptimalkan pembelajaran maupun produktivitas (Marquardt, 1996).

2. Prinsip-prinsip dalam Learning Organization Peter senge dalam bukunya The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization seperti yang telah diadaptasi oleh beberapa ahli maupun peneliti, mengungkapkan bahwa terdapat 5 disiplin atau prinsip dalam Learning Organization, yakni:a. System Thinking:System thinking adalah suatu cara berpikir, dan suatu bahasa untuk menguraikan dan memahami, kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan antar pribadi yang membentuk suatu perilaku sistem. Disiplin ini membantu untuk melihat bagaimana mengubah sistem-sistem secara lebih efektif dan bagaimana bertindak. Sistem yang mendasari setiap sistem kerja diri, membentuk banyak sekali tingkah laku dari individu yang bekerja.b. Personal Mastery:Personal Mastery adalah disiplin dari klarifikasi secara terus menerus dan pendalaman visi diri pribadi, mulai dari memfokuskan tenaga, membangun kesabaran dan melihat kenyataan secara obyektif, belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi untuk menciptakan hasil yang dikehendaki dan menciptakan lingkungan organisasi dengan mendorong semua yang terlibat untuk mengembangkan diri sendiri ke arah tujuan dan maksud yang diinginkan.c. Mental Models:Mental Models adalah merenungkan, terus menerus mengklarifikasikan dan memperbaiki gambaran-gambaran dalam diri tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan. Mental models mempengaruhi fisik pribadi tentang bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi dalam kerja, dan apa yang dapat dilakukan terhadap hal itu.d. Shared Vision:Membangun Shared Vision adalah proses di mana visi asli dari organisasi bisa ditentukan oleh pemimpin, dan juga bisa ditentukan melalui interaksi antar individu dalam organisasi, kemudian diterjemahkan untuk menjadi gambaran semua orang untuk menemukan arti, arah dan alasan untuk bertahan dalam organisasi. Shared Vision dibangun dari visi pribadi.e. Team Learning:Mengubah kecakapan dan ketrampilan-ketrampilan individuindividu untuk berpikir secara bersama-sama. Dimpiana organisasi dipercaya dapat lebih mengembangkan kepandaian dan kemampuan lebih besar daripada perorangan. Dialog antar anggota dalam team dapat mengembangkan organisasi. Disiplin Personal Mastery, Mental Models, dan System Thinking akan membantu untuk secara produktif memeriksa dan mengubah cara berpikir individu. Disiplin Shared Vision, System Thinking dan Team Learning secara khusus ditujukan untuk mengubah interaksi antar pribadi. Setiap disiplin membuat praktek yang lainnya menjadi lebih efektif. Hal ini dapat diumpamakan seperti sebuah tangan dengan kelima jarinya. Tapi sulit untuk melaksanakan kelima disiplin tersebut secara sekaligus.

Gambar 1. Hubungan antara Learning Organization, Learning pada Level Individu, dan Learning pada Level Kelompok dengan Birokrasi dan Kepemimpinan

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa komponen paling mendasar dari LO adalah system thinking. Dengan sistem thinking orang akan memiliki kemampuan untuk melihat suatu peristiwa secara menyeluruh. System thinking ini akan mendasari terbentuknya mental model dan mendorong orang untuk mencapai personal mastery. Mental model dan personal mastery secara bersama-sama menjadi landasan terbentuknya shared vision. Shared vision menjadi dasar pengembangan team learning. Proses pengembangan system thinking, mental model, dan personal mastery merupakan learning pada level individu. Kemudian, shared vision dan team learning merupakan learning pada level kelompok. Learning pada level kelompok akan berjalan dengan baik jika masing-masing anggota yang terlibat memiliki system thinking yang mendukung. Learning pada level kelompok dan individu akan dapat dicapai apabila difasilitasi oleh biro yang efektif dan kepemimpinan yang mendukung terjadinya learning. Jika disusun dalam bentuk gambar kerangka pikir tersebut tersusun seperti gambar berikut (Purwanto, 2008)

C. Kepemimpinan1. Pengertian KepemimpinanKepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi sejumlah orang dan mengarahkan organisasinya untuk mencapai suatu tujuan, sehingga hubungan antara manusia didalam organisasi tersebut lebih kohesif dan koheren. Atau suatu proses dimana seseorang berupaya mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.Kepemimpinan lazim ada di antara orang dan organisasi (Chang dan Lee, 2007). Melalui kepemimpinan, suatu organisasi akan berjalan menuju titik-titik pencapaian tertentu. Terdapat banyak ahli yang mencoba untuk merumuskan definisi dari kepemimpinan. Beberapa diantaranya adalah: Kepemimpinan adalah sebagai pengaruh, seni, atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias (Harold Koontz, 1986 : 147). Kepemimpinan adalah kemampuan mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja bersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pemimpin mereka (George R. Terry, 1986 : 152) Cara untuk menciptakan visi yang jelas, mengisi bawahan mereka dengan kepercayaan diri, yang diciptakan melalui koordinasi dan komunikasi hingga ke hal yang mendetail (Bohn dan Grafton, 2002, dalam Chang dan Lee, 2007). Proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnyadalam upaya mencapai tujuan organisasi (Nurkolis, 2003 dalam Wikipedia)

2. Tipe-tipe KepemimpinanSeperti dikutip oleh Soewarno Handayaningrat (1988) bahwa menurut Dr. Sondang P. Siagian tipe-tipe pemimpin diuraikan sesuai dengan pimpinan dalam berbagai bentuk organisasi, menggolongkan tipe itu dalam lima golongan, yaitu :a. Tipe pemimpin yang otokratisSeorang pemimpin yang otokratis ialah seorang pemimpin yang : Menganggap organisasi sebagai milik pribadi Mengidentifikasi tujuan pribadi dengan tujuan organisasi Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.Pemimpin yang memiliki tipe demikian tidak tepat untuk diterapkan di suatu organisasi yang modern di mana hak-hak asasi manusia yang menjadi bawahan itu harus dihormati.

b. Tipe pemimpin yang militeristisSeorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat : Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan Sukar menerima kritikan dari bawahannya Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaanTerlihat pula dari sifat-sifat tersebut bahwa seorang pemimpin yang militeristis bukanlah seorang pemimpin yang idealc. Tipe pemimpin yang paternalistisSeorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang : Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa Bersikap terlalu melindungi Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya Sering bersikap maha tahuSeorang pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifat-sifatnya yang negatif mengalahkan sifat-sifatnya yang positif.d. Tipe pemimpin yang kharismatisHingga sekarang ini para sarjana belum belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa sesorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.e. Tipe pemimpin yang demokratisPengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demikratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena : Selaluberusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya Selalu berusaha mengutamakan kerjasama danteamworkdalam usaha mencapai suatu tujuan Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibanding dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang lain Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpinSecara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai, akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

3. Kepemimpinan Organisasi dan Kepemimpinan PribadiKewenangan selalu sada dalam suatu organisasi maupun dalam pribadi orangnya. Yang dimaksud dengan kepemimpinan organisasi adalah manifestasi daripada jabatan yang dibentuk dalam suatu organisasi. Sedangkan kepemimpinan pribadi (Personal Leadership) adalah sifat khusus daripa orang yang menduduki jabatan dalam organisasi itu. Seperti halnya kepemimpinan organisasi dapat disamakan dengan kepemimpinan bersifat formal sedangkan kepemimpinan pribadi daat disamakan dengan kepemimpinan bersifat informal.Kepemimpinan formal dimaksudkan orang yang ditunjuk dalam suatu jabatan oranisasi formal, dengan sistem hirarki termasuk dengan tugas, susunan dan wewenangnya yang telah ditentukan. Oleh karena itu, menduduki jabatan tertentu, dengan wewenang tertentu, maka ia melakukan pelimpahan wewenang dalam organisasi itu. Di samping itu, ia dapat memberikan perintah, membuat keputusan, menentukan kebijaksanaan, menetapkan hubungan dan sebagainya, yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan daripada orang-orang yang terdapat dalam organisasi itu.Kepemimpinan yang informal adalah orang yang mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku orang lain di dalam kelompok organisasi formal. Orang yang dianggap sebagai pemimpin tidak formal ini, kedudukannnya dalam organisasi formal mungkin sebagai pegawai biasa, atau mungkin hanya sebagai pemimpin rendahan. Pemimpin yang bersifat informal dapat mempunyai pengaruh yang baik terhadap kegiatan individu maupun kelompok dalam organisasi yang formal, tetapi sebaliknya dapat juga menghalangi kegiatan individu dan kelompok sebagai suatu keseluruhan dalam organisasi yang formal itu. Oleh karena pemimpin yang bersifat formal mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengikutnya, maka pemimpin yang bersifat formal itu harus memperhatikan atau memperhitungkan terhadap mereka, agar tidak ada hambatan atau berusaha agar dapat melancarkan pelaksanaan tugas pekerjaannya.

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Hubungan antara Budaya Organisasi dengan Operasi Learning OrganizationPenerapan organisasi pembelajar dimulai dari peningkatan kapasitas anggota dalam menjalankan tugas. Anggota organisasi mengembangkan keterampilan dan kemampuan baru untuk mengubah apa yang dapat mereka lakukan dan pamahi. Setelah kemarnpuan.yang dimiliki berkembang maka berkembang pula kesadaran dan sensibilitas yang baru dan kemudian akan mulai terbentuk keyakinan dan asumsi baru. Peningkatan keterampilan dan kemampuan menjadi kunci keberhasilan organisasi pembelajar (Djumair, 2011).Budaya organisasi sebagai pengalaman, sejarah, keyakinan dan norma-norma bersama yang menjadi ciri organisasi mengontrol interaksi setiap anggota organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja organisiasi. Peningkatan budaya organisasi untuk menjadi lebih kuat sangat diperlukan guna menciptakan kemampuan yang tinggi dari organisasi (Djumair, 2011).

B. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Operasi Learning OrganizationKepemimpinan sebagai suatu upaya penggunaan pengaruh untuk memotivasi orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi. Terdapat cukup banyak penelitian sebelumnya yang telah mencoba menemukan serta merumuskan hubungan antara kepemimpinan dengan learning organization, namun akan kita bahas beberapa diantaranya. Senge (1990) mengungkapkan bahwa peran kepemimpinan dalam learning organization adalah untuk memfasilitasi pembelajaran yang lainnya. Dia merumuskan bahwa pengembangan learning organization membutuhkan suatu perubahan dan pemikiran kembali kepemimpinan untuk menjadi designer, guru, serta pelayan akan visi bersama.Peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin adalah serangkaian perilaku yang diharapkan muncul dalam pekerjaan. Setiap peran memiliki seperangkat tugas, wewenang dan tanggung jawab. Peran memiliki dampak yang kuat terhadap perilaku karena beberapa alasan, diantaranya adalah adanya aspek prestise yang melekat pada peran, disamping adanya rasa kebanggaan baik tentang prestasi maupun kemampuan dalam mengatasi tantangan. Suatu hubungan dan interaksi dalam suatu organisasi akan ditentukan oleh tugas dan peran tersebut. Meskipun beberapa tugas dilakukan secara tersendiri, akan tetapi sebagian besar tugas dilakukan dalam hubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Sementara tugas akan menentukan siapa pemegang peran yang akan memainkannya. Dengan demikin berbagai tugas dan perilaku yang berkaitan dengan peran akan ditentukan oleh pola hubungan dan interaksi dalam organisasi. Artinya, tugas dan perilaku baru yang diharapkan saat ini akan bergantung pada sejauh mana hubungan yang telah dijalin dan dikembangkan di masa lalu, baik oleh pemegang peran sebelumnya atau oleh pemegang peran sesudahnya. Dari kesinambungan peran inilah suatu iklim organisasi akan tercipta, yang pada gilirannya berkontribusi pada pembentukkan budaya organisasi. Kepercayaan dan keyakinan dalam kepemimpinan adalah prediktor yang paling dapat diandalkan untuk menjamin kepuasan para pekerja dalam suatu organisasi. Apalagi jika hal tersebut ditunjang oleh komunikasi yang efektif oleh seorang pemimpin di tiga faktor penting, yaitu: pertama, membantu para pekerja memahami strategi organisasi bisnis secara keseluruhan. Kedua, membantu para pekerja untuk memahami bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk mencapai tujuan utama organisasi bisnis. Dan terakhir, berbagi informasi atau pengetahuan (share knowledge) dengan para pekerja, terutama tentang apa yang tengah dilakukan oleh organisasi bisnis, dan apa yang tengah dilakukan oleh para pekerja sendiri, sejalan dengan strategi dan tujuan organisasi bisnis yang akan dicapai.

C. Hubungan antara Perubahan Individu dengan Operasi Learning Organization Secara umum perubahan individu setelah pelaksanaan LO cukup baik. Perubahan individu yang sudah jelas terlihat adalah, ketika ada kemauan untuk melakukan diskusi-diskusi kecil di sela-sela waktu kerja, walaupun belum sampai didapat core poblem, tetapi sudah ada keinginan yang kuat untuk mencari dan menemukan core problem. Gambaran perspektif kerja, kepemimpinan, dan perilaku kerja dalam kelompok pada saat ini sudah lebih baik dari sebelum diberikan pelatihan LO. Mereka sudah mampu berperilaku konsisten sesuai nilai dan keyakinan yang dimiliki, mampu mengambil keputusan, memahami risiko terhadap keputusan yang diambil, dan bersikap proaktif terhadap penyelesaian masalah. Namun demikian, perilaku responden dalam kelompok yang memperlakukan orang lain sebagai individu ketimbang sebagai anggota kelompok dan masih mementingkan kepentingan individu kadang-kadang masih muncul. Perubahan institusi pasca pelaksanaan LO juga lebih baik meskipun perubahan besar tidak terjadi pada semua institusi anggota core team (Ayuningtias, 2008).Menurut Herwin, keahlian pribadi menjadi titik lokus utama dalam Learning organization. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka tidak ada cara lain yang terbaik bagi aparatur selain harus mau belajar untuk meningkatkan keahlian pribadi-nya. Peningkatan kapasitas aparatur berupa keahlian pribadi tersebut melalui learning organization cukup strategis sebab, seperti dikemukakan Senge (1990), aparatur berkesempatan untuk mengembangkan sikap dan kemampuannya secara terus menerus hingga menemukan konsep jati dirinya. Perubahan mendasar pada individu tentang tujuan hidupnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta misi hidupnya menjadi persyaratan utama perubahan kelompok dan organisasi. Secara khusus, perubahan kesadaran individu ini terlihathasilnya dalam bentuk : (1) pengenalan diri (inner knowing), suatu bentuk supra kesadaran yang termanifestasikan di dalam imajinatif kreatif, pertimbangan institusi, perasaan estetika, dan sensibilitas spritual; (2) intuisi (deep intuition), yang menghasilkan kesadaran autentik dan kemenyatuan dengan alam semesta; (3) harmoni dengan keseluruhan. Dampak pentik dari perubahan kesadaran diatas adalah terciptanay penguasaan diri (personal mastery) pada tingkat individu, kelompok yang berhasil (winning team) pada tingkat kelompok, dan pengelolaan dari dala diri (self management) pada tingkat organisasi (Hendrawan, 2009).Seseorang akan berusaha untuk selalu mengembangkan diri menjadi lebih berkualitas sebagai tindakan personal mastery. Personal mastery akan berpengaruh terhadap perkembangan organisasi, Karena dengan mengembangkan personal mastery yang dimilikinya, maka ia akan mampu mengembangkan organisasi dengan penguasaan pribadi yang dimilikinya. Jika personal mastery seseorang sudah berkembang, maka akan berkembang pula salah satu kinerja yang diharapkan oleh perusahaan yaitu organizational citizenship behavior. Organizational Citizenship Behaviour merupakan kontribusi yang diberikan individu terhadap organisasi tersebut dengan ikhlas. Kedua sifat tersebut, jika bersatu akan menjadikan organisasi tersebut menjadi organisasi yang efektif dan efisien karena menggabungkan antara proses pengembangan yang terus menerus dan rasa tolong menolong antar anggota organisasi (Priska, 2013)..

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanHubungan diawali pada penjabaran Learning Organization yang terdiri dari 5 disiplin Senge. Disiplin-disiplin ini kemudian masing-masing diarahkan ke tujuan organisasi, dari tujuan ini diarahkan menuju pengembangan kemampuan Learning Organization dengan melalui langkah-langkah menuju Learning Organization. Setelah kemampuan perusahaan dikembangkan akan diperoleh hasil-hasil pada pengalaman individu yang akan mempertinggi kemampuan organisasi dalam fungsi yang penting. 1. Hubungan antara Budaya Organisasi dengan Operasi Learning Organization menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja organisiasi.2. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Operasi Learning Organization menunjukkan bahwa peran kepemimpinan dalam learning organization adalah untuk memfasilitasi pembelajaran yang lainnya dan pengembangan learning organization membutuhkan suatu perubahan dan pemikiran kembali kepemimpinan untuk menjadi designer, guru, serta pelayan akan visi bersama.3. Hubungan antara Perubahan Individu dengan Operasi Learning Organization menunjukkan bahwa seseorang akan berusaha untuk selalu mengembangkan diri menjadi lebih berkualitas sebagai tindakan personal mastery yang akan berpengaruh terhadap perkembangan organisasi. Keahlian pribadi menjadi titik lokus utama dalam Learning organization

B. SaranOrientasi terhadap individu oleh organisasi perlu ditingkatkan, perhatian terhadap individu akan meningkatkan percaya diri anggota dalam menjalankan tugas. Selain itu orientasi tim juga ditingkatkan dengan menciptakan kepercayaan antar anggota, sehingga tugas-tugas yang dijalankan dapat diselesaikan dengan melalui koordinasi yang baik karena adanya saling percaya yang ada pada masing-masing anggota. Kepemimpinan lebih proaktif yaitu dengan mengedepankan kepentingan individu dan organisasi. Pimpinan memberikan kesempatan yang luas kepada anggota untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas. Perhatian terhadap anggota yang memiliki prestasi untuk diberikan penghargaan yang layak. Pimpinan dalam mengedepankan kepentingan organisasi dengan memotivasi anggota untuk memberikan kontribusi kepada organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Organisasi. On Line http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi Anonim. Organisasi Belajar. On Line http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_belajar Anonim. Kepemimpinan. On Line http://id.wikipedia.org/wiki/KepemimpinanAyuningtias, D. Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization Terhadap perubahan Individu dan Institusi di Cianjur dan Bogor Tahun 2004-2006. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol 11 No. 01, Maret 2008 : hal 14-20.Chang, Su-Chao and Lee, Ming-Shing. 2007. A study on relationship among leadership, organizational culture, the operation of learning organization and employees job satisfaction. Emerald Insight, Vol.14 : 155-185. On Line.Djumahir, Eka, dan Surachman. Pengaruh Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajar terhadap Kinerja Organisasi. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol 9 No.4, Juli 2011. On Line.George R. T. 1986. Guide to Management. Terjemahan. Edisi 2. Bumi Aksara.Handayaningrat, S. 1988. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Gunung Agung : Jakarta.Harold Koontz, Cyrll ODonnell, Heinz Weihrich. 1990. Manajemen. Edisi 8. Terjemahan. Erlangga : Jakarta.Hendrawan, S. 2009. Spritual Management :From Personal Enlinghtenment Towards God Corporate Goverance. PT. Mizan Mustaka : Bandung. (Google Books)Herwin, Rakhmat, dan Ahmad, B. Peningkatan Kapasitas Aparatur Melalui Learning Organization pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. On line http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/82073fe9084e44fb044ed348aeb687b5.pdfMarquardt, M.J. 2002. Building the learning organization. New York : McGraw-Hill. (A Book Summary by Jyrki J.J. Kasvi) Priska, H. W, dkk. 2013. Personal mastery dan Organizational citizenship behaviour. Makalah Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. On line. http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/kelompok_11.pdfPurwanto, A. J. 2008. Kajian Learning Organization pada Organisasi Publik. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol 3, No. 1, Maret 2007, 1-9. On Line. Senge, P. M. 1990. The Fifth Dicipline (The Art and Pratice of The Learning Organization), Doubleday Dell Publishing Group. On line www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-102575.pdf

1