LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT...

259
LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT BADAN BALITA SETELAH MENDAPAT PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH NURUL HAYATI NIM : 109101000022 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT...

Page 1: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT BADAN

BALITA SETELAH MENDAPAT PEMBERIAN MAKANAN

TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH

NURUL HAYATI

NIM : 109101000022

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 3: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, 18 November 2014

Nurul Hayati, NIM: 109101000022

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat

Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Tahun 2014

xvi + 194 halaman, 8 tabel, 2 bagan, 8 lampiran

ABSTRAK

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan

terhadap masalah kesehatan dan gizi. Gizi kurang adalah salah satu masalah gizi

terbanyak di Indonesia yang terjadi pada balita. Pemerintah telah mengupayakan

penanggulangan masalah gizi dengan mengembangkan Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga (UPGK) dan salah satu kegiatannya adalah Pemberian Makanan Tambahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang tidak meningkatnya

berat badan balita setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang

tahun 2014, dilakukan pada bulan Agustus-November tahun 2014, menggunakan

pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan

data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan utama (ibu dari

balita penerima PMT-P yang berat badannya tidak meningkat minimal satu tahun)

dan informan pendukung (keluarga balita penerima PMT-P, kader Posyandu, dan

staff Puskesmas yang terlibat langsung dalam program PMT-P).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang tidak meningkatnya berat

badan balita penerima PMT-P karena informan tidak membentuk pola makan balita

dan hanya mengikuti pola makan balita yang suka jajan yang mengakibatkan

ketersediaan pangan keluarga dan asupan makan balita menjadi buruk, baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. Selain itu, disebabkan pula oleh frekuensi makan balita

yang buruk, PMT-P tidak digunakan dengan tepat, adanya penyakit infeksi yang

diderita, upaya sanitasi yang kurang, dan pengetahuan informan yang buruk

mengenai pemberian makan dan penyakit infeksi.

Disarankan kepada petugas Puskesmas agar memberikan pengetahuan dan

informasi tentang kesehatan dan gizi seperti jumlah, jenis, porsi, frekuensi, dan cara

penyajian makanan yang seharusnya diberikan untuk balita. Karena sebagian besar

informan hanya menamatkan SD maka sebaiknya petugas Puskesmas memberikan

pengetahuan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh informan, sehingga

informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan dipraktikkan di rumah.

Daftar bacaan : 61 (1995-2014)

Kata kunci : Berat Badan, Balita, PMT Pemulihan

Page 4: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduate Thesis, 18 November 2014

Nurul Hayati, NIM: 109101000022

The Background is Not Increased Weight Gain After Getting Toddler Feeding

Recovery (PMT-P) in Puskesmas Pamulang at 2014

xvi + 194 Pages, 8 tables, 2 charts, 8 attachments

ABSTRACT

Children under five years old (infants) are vulnerable to health and nutrition

problems. Malnutrition is one of the biggest nutritional problem in Indonesia, which

often occur in children under five. The government has sought to develop a

nutritional problem prevention efforts Family Nutrition Improvement (UPGK) and

one of the activities is Feeding.

This study aims to determine the background is not increased body weight

infants after a PMT-P in Puskesmas Pamulang 2014, took place in August-November

2014, using a qualitative approach with case study research strategy. Data was

collected by means of observation and in-depth interviews with key informants that

mothers of children under five recipients PMT-P whose weight is not increased by at

least one year and a supporter of the family informant toddler PMT-P receiver, health

cadres, and health center staff who are directly involved in PMT-P program.

Based on this research, it is known that the background is not increased body

weight infants after a PMT-P is due to key informants did not form a toddler diet and

just follow the diet toddler who likes to snack, resulting in the availability of family

food and toddler food intake for the worse in terms of both quality and quantity. In

addition, also caused by poor eating frequency toddlers, PMT-P is not used properly,

the presence of an infectious disease that affects, attempts poor sanitation, and poor

knowledge of the informant feeding and infectious diseases.

So it is advisable to health center staff to be able to provide knowledge and

information about health and nutrition such as the number, type, portion, frequency,

and method of food preparation that should be given to toddlers. Because most of the

informants simply completing the primary health worker should provide the

knowledge to use language that is easily understood by the informant, so that the

information submitted well received and practiced at home.

Reading list: 61 (1995-2014)

Keywords: Body Weight, Infants, Feeding Recovery

Page 5: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 6: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 7: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

vi

DARTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

PERSONAL DATA

Nama : Nurul Hayati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bireuen, 21 Juli 1990

Status Menikah : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jln. Kertamukti No.103c Rt 01 Rw 08 Kelurahan

Pisangan, Ciputat Kota Tangerang Selatan

Nomor Handphone : 0852 6023 8238

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1994-1996 : TK Pocut Baren Padang Tiji

1996 – 2002 : SD Negeri No.1 Padang Tiji

2002 – 2005 : SMP YPPU Unggul Sigli

2005 – 2009 : SMA Galih Agung Sumatera Utara

2009 – 2014 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan skripsi ini hingga selesai.

Penulis sadar bahwa akan banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi

dengan judul “Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah

Mendapat PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014.”

Shalawat beserta salam selalu tercurahkan untuk sahabat dan kekasih terindah Allah

SWT yaitu baginda Rasulullah Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan para

pengikut setianya hingga akhir zaman. Semoga kelak kita semua mendapatkan

syafa’atnya. Amiinn...

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai

dengan baik tanpa bantuan doa, dukungan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini perkenankan penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat yang tak terbatas, kesehatan,

dan kemudahan dalam menjalankan aktivitas setiap harinya.

2. Orang tua (Ayah dan Umi) tercinta serta abang, kakak, dan adik penulis yang

tersayang yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, dukungan baik

Page 9: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

viii

moril maupun materiil, dan motivasi, serta selalu mendoakan dengan tulus agar

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

3. Bapak Prof. Dr (HC) dr. MK. Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Ibu Febrianti, SP, M.Si dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA selaku

pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan waktu dan kesabaran serta

keikhlasan dalam membimbing penulis selama proses penyusunan laporan skripsi

ini.

6. Pimpinan beserta staff Puskesmas Pamulang dan Kader Posyandu setempat,

khususnya yang bertugas dalam program Pemberian Makanan Tambahan

Pemulihan (PMT-P) yang telah meluangkan waktunya dan membantu serta

memberikan informasi guna melengkapi penyusunan laporan skripsi ini.

7. Para Ibu balita penerima PMT-P beserta keluarga yang telah bersedia menjadi

informan dan meluangkan waktu serta membiarkan penulis melihat kegiatan

sehari-hari informan. Semoga Ibu dan keluarga selalu diberikan kesehatan dan

kesuksesan. Amin.

Page 10: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

ix

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Program Studi Kesehatan Masyarakat

khususnya Peminatan Gizi, yang selalu saling memberikan dorongan, motivasi

dan masukan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Thanks a lot... Penulis mendo’akan agar kiranya kebaikan yang telah

kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiiinn..

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga

penyusunan laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, November 2014

Penulis

Page 11: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

x

DAFTAR ISI

Pernyataan Keaslian Karya……………………………………………………………i

Abstrak………………………………………………………………………………..ii

Abstract...…………………………………………………………………………….iii

Lembar Persetujuan………………………………………………………..…………iv

Daftar Riwayat Hidup Penulis……………………………………………………......vi

Kata Pengantar…………………………………………………………………...….vii

Daftar Isi……………………………………………………………………………....x

Daftar Tabel…………………………………………………………………………xiv

Daftar Bagan………………………………………………………………………....xv

Daftar Lampiran…………………………………………………………………….xvi

BAB I PENDAHULUAN………...…………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………7

1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………………...8

1.4 Tujuan Penelitin………………………………………………...…………8

1.4.1 Tujuan Umum………………………………………………………8

1.4.2 Tujuan Khusus……………………………………………………...8

1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………...9

1.5.1 Bagi Peneliti………………………………………………...………9

1.5.2 Bagi Puskesmas……………………………………………………..9

1.5.3 Bagi Peneliti Lain…………………………………………………...9

Page 12: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

xi

1.6 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………….10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….11

2.1 Status Gizi………………………………………………………………11

2.1.1 Penilaian Status Gizi……………………………………………...13

2.1.2 Indeks Status Gizi………………………………………...………14

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi………………….17

2.2 Gizi Kurang Pada Balita……………….………………………………..19

2.2.1 Penyebab Gizi Kurang……………………...…………………..…20

2.3 Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)………………….45

2.4 Kerangka Teori……………………………………………………….…47

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH………………………….48

3.1 Kerangka Pikir……………………………………………………....….48

3.2 Definisi Istilah……………………………………………………….….50

BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………………….….52

4.1 Jenis Penelitian……………………………………………………….…52

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………...52

4.3 Informan Penelitian…………………………………………………….53

4.4 Instrumen Penelitian……………………………………………………53

4.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..54

4.6 Validasi Data…………………………………………………………....55

4.7 Pengolahan dan Analisis Data………………………………………….55

BAB V HASIL………………………………………………………………………57

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………………..57

5.2 Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)……….58

Page 13: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

xii

5.3 Gambaran Umum Informan………………………...………………….58

5.3.1 Informan Utama……………………...………………………….58

5.3.2 Informan Pendukung………………………...…………………..60

5.4 Hasil Penelitian…………………………………………………………63

5.4.1 Gambaran Asupan Makanan…………………………………….63

5.4.2 Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Makanan……..89

5.4.2.1 Ketersediaan Makanan…………………………………..90

5.4.2.2 Pemberian Makan……………………………………...106

5.4.2.3 Pengetahuan Tentang Pemberian Makan Balita……….122

5.4.3 Gambaran Penyakit Infeksi…………………………………….128

5.4.4 Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Infeksi……..138

5.4.4.1 Sanitasi dan Hygiene…………………………………...138

5.4.4.2 Pelayanan Kesehatan………………...………………...150

5.4.4.3 Pengetahuan Tentang Penyakit Infeksi dan

Pemeliharaan Kesehatan……………………………….163

BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………………….170

6.1 Gambaran Asupan Makanan………………………………………….170

6.2 Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Makanan…………..174

6.2.1 Ketersediaan Makanan…………………………………………174

6.2.2 Pemberian Makan………………………………………………177

6.2.3 Pengetahuan Tentang Pemberian Makan………………………180

6.3 Gambaran Penyakit Infeksi…………………………………………...182

6.4 Gambaran Yang Mempengaruhi Penyakit Infeksi……………………184

6.4.1 Sanitasi dan Hygiene…………………………………………...184

Page 14: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

xiii

6.4.2 Pelayanan Kesehatan…………………………………………...186

6.4.3 Pengetahuan Tentang Penyakit Infeksi dan Pemeliharaan

Kesehatan………………………………………………………188

6.5 Keterbatasan Penelitian……………………………………………….189

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………...191

7.1 Simpulan………………………………………………………………191

7.2 Saran…………………………………………………………………..193

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………195

Page 15: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Balita…………………….15

Tebel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Bayi dan Balita……….24

Tabel 2.3 Pengukuran Makanan Balita………………………………………………28

Tabel 2.4 Anjuran Pemberian Makanan Sehari Anak Usia 3-5 Tahun Menurut

Kecukupan Energi………………………………………………………...31

Tabel 3.1 Definisi Istilah…………………………………………………………….50

Tabel 5.1 Karakteristik Ibu Dari Balita Yang Tidak Mengalami Peningkatan

Berat Badan Setelah Mendapat PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2014……………………………………………...…….59

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung Dari Keluarga Balita

Yang Berat Badannya Tidak Meningkat Setelah Mendapat PMT-P

di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014……………………61

tabel 5.3 Karakteristik Informan Pendukung Dari Staff Puskesmas dan Kader

Posyandu Yang Terlibat Langsung Dalam Program PMT-P di Wilayah

Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014…………………………………62

Page 16: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penyebab Gizi Kurang………………………………………………….47

Bagan 3.1 Kerangka Pikir………………………………………………………….49

Page 17: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Informan Utama (Ibu Balita)

Penerima PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Informan Pendukung (Keluarga

Balita) Penerima PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

Tahun 2014

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Informan Pendukung (Staff

Puskesmas dan Kader Posyandu) Yang Terlibat Langsung Dalam

Program PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

Lampiran 4 : Pedoman Observasi

Lampiran 5 : Foto Hasil Observasi

Lampiran 6 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam Dengan Informan Utama (Ibu

Balita Penerima PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

Tahun 2014

Lampiran 7 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam Dengan Informan Pendukung

(Keluarga Balita) Penerima PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2014

Lampiran 8 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam Dengan Informan Pendukung

(Staff Puskesmas dan Kader Posyandu) Yang Terlibat Langsung Dalam

Program PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

Page 18: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang

rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Gizi kurang adalah salah satu

masalah gizi terbanyak di Indonesia yang sering terjadi pada anak balita

akibat kekurangan Energi Protein (KEP). Kekurangan Energi Protein (KEP)

adalah salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi negara yang

sedang berkembang seperti Indonesia. Karena, pada penyakit KEP

ditemukan berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh

kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam.

Akibat kekurangan tersebut akan timbul keadaan KEP derajat sangat ringan

sampai berat (Pudjiadi, 2005). Anak balita paling mudah terkena masalah

gizi karena pada usia ini balita sedang aktif dan tumbuh, sehingga

memerlukan asupan zat gizi yang lebih besar.

Meskipun sering luput dari perhatian, masalah penyakit dan

kematian balita masih saja dilatarbelakangi oleh masalah gizi. Menurut UN-

SC on Nutrition, (2008) hasil observasi WHO tahun 2003 menunjukkan

60% dari 10,9 juta kematian balita di dunia setiap tahunnya, baik secara

langsung maupun secara tidak langsung disebabkan oleh gizi kurang atau

gizi buruk. Tahun 2012 tercatat sekitar 67% balita gizi kurang tinggal di

Page 19: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

2

Asia dan 29% di Afrika. Indonesia termasuk di antara 36 negara di dunia

yang memberi 90% kontribusi masalah gizi dunia (BAPPENAS, 2011).

Hasil Riskesdas memperlihatkan prevalensi gizi kurang secara

umum menurut indikator BB/U di Indonesia adalah sebesar 13,0% pada

tahun 2007 dan 2010 meningkat menjadi 13,9%. Untuk provinsi Banten,

prevalensi gizi kurang tahun 2007 sebesar 12,2% meningkat menjadi 13,7%

pada tahun 2010. Keadaan tersebut berpengaruh pada masih tingginya

angka kematian bayi karena menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi

dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah

gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat (Kemenkes, 2011). Data status

gizi balita menurut indeks BB/U dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang 8,51% tahun 2011 turun

menjadi 7,34% di tahun 2012. Meskipun terjadi penurunan, dan prevalensi

gizi kurang di Kota Tangerang Selatan berada di bawah rata-rata nasional,

namun masalah ini merupakan masalah kesehatan masyarakat dan jika tidak

ditanggulangi maka angka prevalensi gizi kurang di Kota Tangerang Selatan

dapat meningkat dengan cepat.

Menurut Depkes (2005), di samping dampak langsung terhadap

kesakitan dan kematian, gizi kurang juga berdampak pada pertumbuhan,

perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi

pada usia balita akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya

tingkat kecerdasan. Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan 220 juta IQ

poin akibat kekurangan gizi. Dalam “Pedoman Perencanaan Program

Page 20: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

3

Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan” tahun 2013 juga disebutkan

dampak buruk dalam jangka pendek yang ditimbulkan akibat kurang gizi

adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan,

dalam jangka panjang dapat menimbulkan penurunan kemampuan kognitif

dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit,

bahkan dapat menyebabkan kematian. Sehingga akan menurunkan kualitas

sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa. Oleh

karena itu, permasalahan gizi kurang harus dapat dicegah dan ditanggulangi

agar tercipta generasi penerus yang berkualitas.

Menurut Meriani (2010), kurangnya pengetahuan orang tua,

khususnya ibu tentang gizi dan kesehatan merupakan salah satu penyebab

terjadinya kurang gizi pada balita. Pengetahuan dasar yang seharusnya

dimiliki dan diketahui oleh seorang ibu diantaranya mengenai kebutuhan

gizi, cara pemberian makan, dan jadwal pemberian makan balita, sehingga

akan menjamin balita agar tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Kurang gizi pada balita dapat juga disebabkan perilaku ibu dalam pemilihan

bahan makanan yang tidak benar. Pemilihan bahan makanan, tersedianya

jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Selain itu,

masalah gizi juga timbul karena perilaku gizi seseorang yang salah yaitu

ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizi. Bila konsumsi

selalu kurang dari kecukupan gizi maka seseorang akan menderita gizi

kurang, sebaliknya jika konsumsi melebihi kecukupan gizi, maka seseorang

Page 21: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

4

akan menderita gizi lebih (Depkes RI, 1999). Pengetahuan gizi ibu sebagai

pengasuh dan penyedia makanan sangat berpengaruh terhadap praktek

dalam pemberian dan penyajian makanan sehari-hari yang kemudian

berdampak pada keadaan gizi keluarga.

Masalah gizi berhubungan erat dengan pola konsumsi balita, karena

pada masa ini balita sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Oleh sebab itu balita perlu mendapat perhatian dan perawatan dalam

pemberian makanan serta menerapkan pola kebiasaan makan yang baik

(Amos, 2000). Hasil penelitian Ida (1997) yang dikutip Sa’adah (2008),

menunjukkan bahwa balita yang perilaku makannya kurang baik yaitu

dengan asupan makanan <80% lebih banyak menderita KEP sebesar 64%,

dibandingkan balita yang perilaku makannya baik yaitu dengan asupan

makanan ≥80% sebesar 10%. Pada usia balita sering mengalami kesulitan

makan sehingga mengakibatkan asupan makanannya kurang. Oleh sebab

itu, diperlukan ketelatenan, kegigihan, dan kreativitas ibu sebagai pengasuh

dalam hal pemberian makan pada balita tertutama untuk meningkatkan

nafsu makan balita.

Masalah gizi bukanlah masalah yang sederhana, tetapi multi

kompleks karena penyebabnya terdiri dari beberapa faktor. Menurut Unicef

(1998), tahapan penyebab kurang gizi pada anak balita adalah penyebab

langsung, penyebab tidak langsung, dan akar masalah di masyarakat.

Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang

mungkin di derita anak. Kurang gizi timbul tidak hanya karena makanan

yang kurang, tetapi juga karena penyakit. Kedua, penyebab tidak langsung

Page 22: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

5

yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan

kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor penyebab tidak langsung

tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan

keterampilan keluarga. Ketiga adalah akar masalah yang ada di masyarakat

yang bersifat nasional yaitu adanya krisis ekonomi, politik, dan keresahan

sosial yang menyebabkan meningkatnya jumlah keluarga miskin dan

pengangguran (Hasanudin, 2001).

Dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

(Bab VIII) disebutkan bahwa Upaya Perbaikan Gizi memiliki tujuan untuk

meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat. Upaya Perbaikan

Gizi dilakukan melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan

perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan

kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, serta dilaksanakan

secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan

prioritas pembangunan nasional (Kemenkes, 2012).

Pemerintah telah mengupayakan penanggulangan masalah gizi

dengan mengembangkan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Kegiatan

utama UPGK adalah penyuluhan gizi melalui pemberdayaan keluarga dan

masyarakat. Strategi lain yang dapat dilakukan adalah melalui Keluarga

Sadar Gizi (Kadarzi). Tujuan dari program Kadarzi adalah meningkatkan

pengetahuan dan perilaku keluarga untuk mengatasi masalah gizi. Indikator

keluarga sadar gizi antara lain status gizi anggota keluarga khususnya ibu

dan anak baik, tidak ada lagi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada

keluarga, semua anggota keluarga mengonsumsi garam beryodium, semua

Page 23: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

6

ibu memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja pada bayinya sampai usia 6

bulan dan semua balita yang ditimbang naik berat badannya sesuai usianya

(Depkes, 2004).

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan salah satu

komponen penting Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program

yang dirancang oleh pemerintah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam

arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan

salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar

keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari,

sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan

perbaikan dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak

mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah. Pada saat

ini program PMT tampaknya masih perlu dilanjutkan mengingat masih

banyak balita dan anak-anak yang mengalami kurang gizi bahkan gizi

buruk. Apabila Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) ini

dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, memenuhi syarat gizi, dan tidak

disertai penyakit kronis diharapkan dapat memperbaiki status gizi balita

(Depkes, 1999).

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (BB/U) Kota Tangerang

Selatan tahun 2013 tercatat ada 21 (1,8%) balita menderita gizi buruk dan

107 (9,15%) dari 1.169 balita yang ditimbang di wilayah Puskesmas

Pamulang menderita gizi kurang. Untuk mengatasi masalah gizi buruk agar

tidak semakin meningkat, maka jumlah balita yang menderita gizi kurang

harus segera diatasi. Pemberian PMT-P bertujuan untuk memperbaiki

Page 24: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

7

keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita gizi kurang.

Namun, berdasarkan hasil evaluasi program PMT-P selama tiga bulan

memperlihatkan bahwa 26 balita (74,28%) dari 35 balita tidak mengalami

perubahan status gizi atau masih tetap menderita gizi kurang meski sudah

mendapatkan PMT-P.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada awal Maret

2014 melalui wawancara mendalam dengan 7 ibu balita dari 26 ibu yang

berat badan balitanya tidak meningkat, ternyata ditemukan 5 balita yang

sudah lebih dari satu tahun mendapat PMT-P namun berat badannya tidak

meningkat atau masih dengan status gizi kurang. Hasil wawancara dengan

Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Pamulang, menyatakan bahwa

balita yang tidak mengalami peningkatan berat badan dikarenakan pola

pemberian makan yang kurang baik oleh ibu balita atau karena penyakit

infeksi yang diderita balita. Mempertimbangkan dari hal-hal di atas peneliti

tertarik ingin meneliti dan menggali lebih dalam informasi mengenai latar

belakang tidak meningkatnya berat badan balita setelah mendapat PMT-P di

wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya program pemberian PMT-P di Puskesmas Pamulang

diharapkan dapat memperbaiki keadaan gizi pada anak yang menderita gizi

kurang. Namun, diketahui bahwa 26 balita (74,28%) dari 35 balita penerima

PMT-P tidak mengalami peningkatan berat badan. Hasil studi pendahuluan

Page 25: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

8

melalui wawancara mendalam dengan tujuh ibu yang balitanya tidak

mengalami peningkatan berat badan menunjukkan bahwa sebagian besar

balita masih menderita gizi kurang meskipun sudah mengikuti program

PMT-P selama lebih dari satu tahun.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti dan menggali lebih

dalam informasi mengenai latar belakang tidak meningkatnya berat badan

balita setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun

2014.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah latar belakang tidak meningkatnya berat badan balita setelah

mendapat PMT-P minimal satu tahun di wilayah kerja Puskesmas pamulang

tahun 2014?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui latar belakang tidak meningkatnya berat badan

balita setelah mendapat PMT-P minimal satu tahun di wilayah kerja

Puskesmas pamulang tahun 2014

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran asupan makanan dan faktor yang

mempengaruhi asupan makanan (meliputi ketersediaan pangan,

pemberian makan, pengetahuan tentang pemberian makan) balita

Page 26: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

9

yang tidak mengalami peningkatan berat badan setelah mendapat

PMT-P di wilayah kerja Puskesmas pamulang tahun 2014

2. Mengetahui gambaran penyakit infeksi dan faktor yang

mempengaruhi penyakit infeksi (meliputi sanitasi dan hygiene,

pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang penyakit infeksi dan

pemeliharaan kesehatan) pada balita yang tidak mengalami

peningkatan berat badan setelah mendapat PMT-P di wilayah

kerja Puskesmas pamulang tahun 2014

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai latar belakang

tidak meningkatnya berat badan balita setelah mendapat PMT-P

2. Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian

serta sebagai pengembangan kompetensi diri dan disiplin ilmu yang

diperoleh selama perkuliahan

1.5.2 Manfaat Bagi Puskesmas

1. Menjadi salah satu sumber yang menginformasikan permasalahan

yang ada di masyarakat pada masa sekarang ini

2. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam upaya

penanggulangan masalah gizi terutama pada anak balita

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi dan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya

Page 27: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul “latar belakang tidak meningkatnya berat

badan balita setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang tahun 2014” ini dilakukan di Puskesmas Pamulang pada bulan

Agustus-November tahun 2014 dengan jenis penelitian kualitatif.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara mendalam

(Indepth Interview) dan teknik observasi menggunakan pedoman observasi,

serta pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data

profil Puskesmas Pamulang dan data-data terkait masalah gizi kurang yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan dan Puskesmas

Pamulang.

Page 28: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu, dan dapat diartikan pula sebagai keadaan tubuh berupa hasil

akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan juga

perwujudan manfaatnya (Supariasa, 2002). Sedangkan menurut Riyadi

(1995), status gizi dapat didefinisikan sebagai keadaan kesehatan tubuh

seseorang atau sekelompok yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan

(absorbtion), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Penggunaan zat

gizi dapat dinilai melalui konsumsi makanan, penelitian laboratorium, uji

fisik, dan penilaian medis.

Soetjiningsih (2001) mengatakan bahwa balita merupakan anak

dengan usia di bawah 5 tahun, memiliki karakteristik pertumbuhan cepat pada

usia 0-1 tahun dimana pada usia 5 bulan berat badan naik 2 kali berat badan

lahir, pada usia 1 tahun 3 kali berat badan lahir, dan usia 2 tahun menjadi 4

kali berat badan lahir. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah (3-5

tahun), yaitu kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg per tahun, kemudian

pertumbuhan konstant mulai berakhir (Hasdianah, dkk, 2014).

Page 29: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

12

Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat. Sehingga, kebutuhan akan zat gizi yang tinggi harus terpenuhi baik dari

segi kualitas maupun kuantitas. Beberapa manfaat zat gizi bagi balita adalah

untuk proses pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, memelihara

kesehatan dan memulihkan kesehatan apabila sedang sakit, melaksanakan

berbagai aktivitas, dan mendidik kebiasaan makan yang baik dengan

menyukai makanan yang mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan

yang pesat, namun kelompok ini merupakan kelompok tersering yang

menderita kurang gizi (Lailiyana, dkk, 2010).

Pemantauan tumbuh kembang anak dapat mendeteksi secara dini

adanya kelainan pertumbuhan maupun perkembangan pada anak.

Pertumbuhan yang melambat merupakan tanda kurang gizi dengan ciri-ciri

kondisi tubuh anak kurus kering jauh dari normal, diagnosis berdasarkan

berat badan yang rendah berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas kecil,

pertumbuhan kerdil, pertumbuhan tinggi badan lamban dibandingkan anak

seusianya, anak lebih kurus dan lebih pendek dari normal (Nurlinda, 2013).

Masalah gizi pada balita dapat dicegah dengan melakukan

pemantauan pertumbuhan anak melalui kartu menuju sehat (KMS), dan

mengatasi penyebab masalah gizi dengan berbagai pendekatan seperti

penyuluhan, memberikan pendidikan gizi, atau dengan konseling (Lailiyana,

dkk, 2010).

Page 30: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

13

2.1.1 Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan

secara langsung maupun secara tidak langsung. Penilaian status gizi

secara langsung dilakukan melalui empat penilaian berikut :

a) Antropometri, yaitu pengukuran berbagai macam dimensi dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi untuk melihat

ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Hal ini dapat terlihat

dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh.

b) Klinis, yaitu metode yang didasarkan atas perubahan-perubahan

yang terjadi yang dikaitkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Metode

ini dilakukan untuk survei klinis secara cepat, sehingga tanda-tanda

klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi dapat

terdeteksi dengan cepat.

c) Biokimia, yaitu pemeriksaan spesimen pada berbagai macam

jaringan tubuh dan diuji secara laboratoris. Biasanya digunakan

sebagai peringatan kemungkinan akan terjadi malnutrisi yang lebih

parah lagi.

d) Biofisik, yaitu penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

fungsi dan perubahan struktur dari jaringan. Umumnya digunakan

pada situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik yang

dilakukan melalui tes adaptasi gelap.

Page 31: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

14

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan tiga cara berikut :

a) Survei konsumsi makanan, yaitu survei yang dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan zat gizi dengan melihat jumlah dan jenis

zat gizi yang dikonsumsi melalui pengumpulan data konsumsi

makanan pada masyarakat, keluarga, dan individu.

b) Statistik vital, yaitu pengukuran yang dilakukan dengan

menganalisis data statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi

karena hal itu merupakan indikator tidak langsung pengukuran status

gizi masyarakat.

c) Faktor ekologi, menurut Bengoa malnutrisi merupakan masalah

ekologi hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan

lingkungan budaya.

Hasil pengukuran tidak langsung tanpa disertai hasil

pengukuran langsung hanya akan menggambarkan apakah seseorang

memiliki risiko yang tinggi untuk kekurangan gizi atau tidak. Hanya

dengan pengukuran langsung yang bisa memastikan seseorang benar-

benar telah mengalami kekurangan gizi atau tidak (Syafiq, dkk, 2006).

2.1.2 Indeks Status Gizi

Supariasa (2002), parameter antropometri merupakan dasar

dari penilaian status gizi. Kombinasi dari beberapa parameter disebut

dengan indeks antropometri atau indeks status gizi. Keputusan Menteri

Page 32: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

15

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010

mengkategorikan status gizi anak balita seperti pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Balita

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

BB/U Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

PB/U atau

TB/U

Sangat Pendek < -3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi > 2 SD

BB/PB

atau

BB/TB

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk > 2 SD

IMT/U Sangat Kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk > 2 SD

Sumber : Kemenkes, 2011

Menurut Supariasa (2002), berat badan merupakan salah satu

indikator pengukuran antropometri yang memberi gambaran tentang

massa tubuh yaitu otot dan lemak. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan yang mendadak, seperti saat terserang penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang

dikonsumsi. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat

labil. Oleh karena itu, indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini.

Page 33: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

16

Penggunaan indeks BB/U memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya :

a) Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum

b) Sensitif terhadap perubahan status gizi jangka pendek

c) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

d) Dapat mendeteksi kegemukan

e) Berat badan dapat berfluktuasi

Di samping itu, indeks BB/U juga memiliki kekurangan, yaitu:

a) Dapat berakibat terjadinya kekeliruan interpretasi status gizi jika

terdapat edema

b) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak balita

c) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh

pakaian dan gerakan anak saat penimbangan

d) Di daerah pedesaan yang masih terpencil, umur sering sulit ditaksir

secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik

e) Secara operasional, sering mengalami hambatan karena masalah

sosial dan budaya setempat, misalnya orang tua yang tidak mau

menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan, dan

sebagainya.

Page 34: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

17

Status gizi dapat dinilai dengan persentase media dan standar

deviasi (Z-Score). Perhitungan untuk mencari nilai Z-Score

(Supariasa, 2002) adalah sebagai berikut :

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Hasdianah, dkk (2014), ada dua faktor yang mempengaruhi

status gizi seseorang, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung.

Faktor langsung adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang diperoleh dari

makanan dengan kebutuhan tubuh. Sedangkan faktor tidak langsung,

yaitu :

a) Pengetahuan, yaitu hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan

seseorang juga akan bertambah karena pengalaman yang

diperolehnya. Gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga

yang berpenghasilan kurang, bahkan dapat ditemukan juga pada

keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini dikarenakan

ketidaktahuan akan manfaat makanan bagi kesehatan tubuh serta

kurangnya keterampilan dibidang memasak dapat menurunkan

konsumsi makan anak.

Page 35: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

18

b) Persepsi, bahan makanan yang tinggi nilai gizi tetapi tidak

digunakan atau hanya digunakan secara terbatas yang dikarenakan

persepsi yang tidak baik terhadap bahan makanan tersebut. Di

beberapa daerah penggunaan bahan makanan tersebut dapat

menurunkan harkat keluarga, seperti jenis sayuran genjer, daun turi,

bahkan daun singkong yang kaya akan zat besi, vitamin A, dan

protein.

c) Kebiasaan atau pantangan, larangan terhadap anak untuk makan

makanan tertentu seperti telur, ikan, atau daging hanya berdasarkan

kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara turun

temurun, padahal anak sangat memerlukan bahan makanan tersebut

untuk pertumbuhan tubuhnya.

d) Kesukaan jenis makanan tertentu (faddisme), kesukaan yang

berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu akan

mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang

diperlukan.

e) Jarak kelahiran yang terlalu rapat, banyak penelitian membuktikan

bahwa anak yang menderita gangguan gizi dikarenakan ibunya hamil

lagi atau adik baru telah lahir, sehingga ibu tidak dapat merawat

dengan baik. Padahal anak di bawah usia 2 tahun masih sangat

memerlukan perawatan ibunya, baik makanan kesehatan, mau pun

kasih sayang.

f) Penyakit infeksi, infeksi dapat menurunkan nafsu makan sehingga

anak tidak mau makan, selain itu penyakit infeksi juga

Page 36: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

19

menghabiskan sejumlah kalori dan protein yang seharusnya

digunakan untuk pertumbuhan anak.

g) Sosial ekonomi, keterbatasan pendapatan keluarga turut menentukan

mutu makanan yang disajikan, baik kualitas mau pun jumlah

makanan.

h) Produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan, gagal panen yang

dikarenakan daerah yang kekeringan atau musim kemarau panjang

menyebabkan persediaan pangan di tingkat rumah tangga menurun

sehingga asupan gizi kurang.

2.2 Gizi Kurang Pada Balita

Khaidirmuhaj (2009) mengatakan bahwa gizi kurang merupakan

gangguan kesehatan akibat ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk

kehidupan seperti pertumbuhan, aktivitas berfikir, dan lain-lain (Hasdianah,

2014). Sedangkan balita gizi kurang menurut Kementerian Kesehatan (2012)

adalah balita dengan status gizi kurang yang dilihat berdasarkan indikator

BB/U dengan nilai z-score adalah <-2 SD sampai dengan -3 SD.

Anak dengan asupan gizi kurang akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang terhambat daripada anak dengan asupan gizi cukup.

Seperti pada pertumbuhan yang meliputi rendahnya tinggi badan, berat badan,

perkembangan otak, tingkat kecerdasan, serta psikisnya pun rendah dan

rentan terhadap penyakit infeksi (Hasdianah, 2014).

Page 37: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

20

Tumbuh kembang serta perkembangan otak anak sangat pesat pada

usia balita. Bahkan, fase cepat tumbuh (growth spurt) otak ternyata hanya

terjadi sampai usia 18 bulan (1,5 tahun). Meskipun kemudian otak masih

terus berkembang sampai anak berusia 5 tahun, namun kecepatannya sudah

mulai menurun (Khomsan, 2004).

2.2.1 Penyebab Gizi Kurang

Menurut Unicef (1998), gizi kurang pada anak balita disebabkan

oleh beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab

langsung, penyebab tidak langsung, pokok masalah di masyarakat, dan

akar masalah.

1) Penyebab langsung

a. Asupan makanan anak yang tidak memadai

Jika asupan makanan yang diberikan pada anak tidak

cukup baik, maka dapat menurunkan daya tahan tubuh (imunitas)

anak, sehingga anak mudah terserang penyakit infeksi dan dapat

mengurangi nafsu makan, akhirnya anak dapat menderita gizi

kurang. Semakin bertambahnya usia anak, maka semakin

bertambah pula kebutuhannya.

Di dalam keluarga, konsumsi makanan dipengaruhi oleh

jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam

keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga

tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan

keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2001).

Page 38: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

21

Menurut Kemenkes (2012) Gizi seimbang merupakan

makanan yang dikonsumsi dalam satu hari beragam dan

mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur sesuai

dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat

kesehatan dan tumbuh kembang balita yang optimal. Sedangkan

konsep dasar gizi seimbang adalah pemberian makanan yang

sebaik-baiknya yang harus memperhatikan kemampuan tubuh

seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis

aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Jadi,

untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin

dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus

terdiri dari aneka ragam bahan makanan.

Prinsip nutrisi yang perlu diperhatikan dalam pemberian

makanan pada balita (Barasi, 2009) adalah :

a) Harus mencapai angka referensi gizi untuk kelompok usia

yang bersangkutan

b) Tidak dianjurkan diet rendah lemak

c) Perhatikan densitas nutrient, terutama yang beresiko defisiensi

seperti kalsium, zat besi, zink, vitamin A, dan vitamin C

d) Hindari gula dari sumber selain susu, atau makanan berlemak

dalam jumlah berlebihan

Page 39: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

22

Sedangkan zat gizi yang dibutuhkan balita menurut Pandi

(2008) adalah :

1) Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdiri dari

dua jenis yaitu karbohidrat sederhana (gula pasir, gula merah,

jagung manis, madu, susu sapi, ASI, rumput laut, asparagus,

ubi jalar) sedangkan karbohidrat kompleks (tepung, beras,

gandum, pisang, daging has, apel, jambu biji, serealia).

2) Protein untuk pertumbuhan, terdapat pada ikan, susu, telur,

kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

3) Lemak terdapat pada margarin, mentega, minyak goreng,

lemak hewan atau lemak tumbuhan.

4) Vitamin adalah zat-zat organik yang kompleks yang

dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya

dapat dibentuk oleh tubuh.

a. Vitamin A untuk pertumbuhan tulang, mata, dan kulit juga

mencegah kelainan bawaan, vitamin A terdapat dalam susu,

keju, mentega, kuning telur, minyak ikan, sayuran dan

buah-buahan segar seperti wortel, pepaya, mangga, daun

singkong, daun ubi jalar.

b. Vitamin B untuk menjaga sistem susunan saraf agar

berfungsi normal, mencegah penyakit beri-beri dan anemia,

vitamin ini terdapat di dalam nasi, roti, susu, daging, dan

tempe.

Page 40: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

23

c. Vitamin C berguna dalam pembentukan integritas jaringan

dan peningkatan penyerapan zat besi, untuk menjaga

kesehatan gusi, banyak terdapat mangga, jeruk, pisang,

nangka.

5) Mineral berguna untuk menumbuhkan dan memperkuat

jaringan serta mengatur keseimbangan cairan tubuh.

a. Zat besi, berguna dalam pertumbuhan sel-sel darah merah

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, zat ini terdapat dalam

daging, ikan, hati ayam, bayam, kedelai.

b. Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi zat ini

terdapat dalam susu sapi, keju.

c. Yodium berguna untuk menyokong susunan saraf pusat

berkaitan dengan daya pikir dan mencegah kecacatan fisik

dan mental. Zat ini terdapat dalam rumput laut, serealia, dan

sea food.

Penentuan kebutuhan gizi berbeda antar zat gizi.

Patokannya berdasarkan penentuan angka atau nilai asupan gizi

untuk mempertahankan orang tetap sehat sesuai kelompok umur

atau tahap pertumbuhan dan perkembangan, jenis kelamin,

aktivitas fisik, dan kondisi fisiologisnya (WNPG, 2004).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi bayi

dan balita dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Page 41: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

24

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Bayi dan Balita

Usia BB

(kg)

TB

(cm)

Energi

(kkal)

Protein

(g)

Lemak

(g)

KH

(g)

Vit A

(mcg)

Vit C

(mg)

Besi

(mg)

Kalsium

(mg)

0 - 6 bln 6 61 550 12 34 58 375

40 - 200

7 - 11 bln 9 71 725 18 36 82 400 50 7 250

1 - 3 thn 13 91 1125 26 44 155 400 40 8 650

4 - 6 thn 19 112 1600 35 62 220 450 45 9 1000

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012

b. Penyakit infeksi

Faktor asupan makanan dan penyakit infeksi saling

berkaitan satu sama lain. Anak yang asupan makanannya baik

tetapi sering terserang penyakit, seperti diare atau demam, maka

anak tersebut dapat menderita gizi kurang. Karena, infeksi dapat

menyebabkan hilangnya nafsu makan, malabsorbsi, metabolisme

terganggu, dan perubahan perilaku, sehingga berpengaruh

terhadap pola makan anak. Penyakit infeksi disebabkan oleh

kurangnya sanitasi dan kebersihan, pola asuh anak yang tidak

memadai, dan pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai

(Soekirman, 2000).

2) Penyebab tidak langsung

a. Ketahanan pangan di keluarga

Kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan

seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik

jumlah maupun gizinya. Menurut Adisasmito (2007), ketahanan

pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan, harga

Page 42: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

25

pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan.

Selain itu, kebutuhan pangan yang bermutu gizi seimbang

menuntut adanya ketersediaan sumber zat tenaga (karbohidrat dan

lemak), sumber zat pembangun (protein), dan sumber zat

pengatur (vitamin dan mineral). Tidak ada satu jenis pangan pun

yang dapat menyediakan gizi secara lengkap. Oleh karena itu,

konsumsi pangan yang beraneka ragam sangat penting agar dapat

saling melengkapi kekurangan zat gizi dalam pangan tersebut

(Khomsan, 2004).

b. Pola pengasuhan anak

Kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan

waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat

bertumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik,

mental, dan sosial. Kurang baiknya pola pengasuhan anak karena

pengetahuan ibu yang kurang, terutama dalam pemberian

makanan pada anak mengakibatkan anak tidak mendapatkan

makanan sesuai kebutuhan

Menurut Adisasmito (2007), pola pengasuhan anak adalah

berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh dalam hal

kedekatannya dengan anak seperti, memberikan makan, merawat,

memberikan pendidikan, kebersihan, memberi kasih sayang, dan

sebagainya. Hal tersebut berhubungan dengan kesehatan fisik dan

mental ibu, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan

Page 43: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

26

keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam

keluarga atau masyarakat, pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan

keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dari ibu atau pengasuh

anak.

Menurut Sayogyo (1993) pola asuh anak adalah praktek

pengasuhan yang diterapkan kepada anak balita yang berkaitan

dengan pengasuhan makan balita dan pemeliharaan kesehatan

(Veriyal, 2010). Sedangkan menurut Rahim (2014) pola

pengasuhan anak dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu

praktik mengasuh anak balita dilihat dari pemberian makan pada

anak, praktik kebersihan anak, dan praktik pengobatan anak.

Pola asuh makan merupakan praktik pengasuhan

pemberian makan yang diterapkan ibu terhadap anaknya

(Mariani, 2002). Tujuan memberi makan pada anak adalah untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi demi kelangsungan hidup,

pemulihan kesehatan, aktivitas, pertumbuhan, dan perkembangan.

Pengasuhan makan contohnya menyediakan dan memberikan

makanan sesuai dengan mutu yang memadai. Asuhan makan

sering tidak menjadi optimal dikarenakan rendahnya daya beli,

harga pangan meningkat, serta krisis keuangan global (Nurlinda,

2013).

Page 44: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

27

Soehardjo (1989) menyebutkan bahwa tujuan pemberian

makan anak dalam lingkup keluarga mencakup tiga aspek

(Nurlinda, 2013), yaitu :

a) Aspek fisiologis, yaitu memenuhi kebutuhan zat gizi untuk

proses metabolisme, kelangsungan hidup, aktivitas, dan

tumbuh kembang.

b) Aspek edukatif, yaitu mendidik anak supaya terampil dalam

mengonsumsi makanan, membina kebiasaan dan perilaku

makan, memilih dan menyukai makanan yang baik, sehat, dan

dibenarkan oleh agama/keyakinan masing-masing.

c) Aspek psikologis, yaitu memberikan kepuasan kepada anak

dan memberikan kenikmatan yang lain berkaitan dengan anak.

Anak usia 1-3 tahun memiliki pertumbuhan yang berbeda

dengan masa bayi. Pada masa ini aktifitasnya lebih banyak dan

golongan ini sangat rentan terhadap penyakit gizi dan infeksi.

Syarat makanan yang harus diberikan adalah makanan yang

mudah dicerna dan tidak merangsang (tidak pedas) serta dengan

jadwal pemberian makanan sama yaitu 3 kali makanan utama

(pagi, siang, malam) dan 2 kali makanan selingan (diberikan

diantara 2 kali makanan utama). Jenis jumlah dan frekuensi

makan pada bayi dan anak balita, hendaknya diatur sesuai dengan

perkembangan usia dan kemampuan organ pencernaannya

(Depkes RI, 2006), seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3.

Page 45: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

28

Tabel 2.3 Pengukuran Makanan Balita

Umur Jenis/bentuk makanan Porsi Per hari Frekuensi

0 - 6 bulan ASI Disesuaikan dengan kebutuhan,

ASI di berikan setiap anak

menangis, siang atau malam hari

makin sering makin baik

Min 6x

6 - 9 bulan ASI Disesuaikan dengan kebutuhan Min 6x

MP-ASI

Makanan Lunak

Usia 6 bulan : 6 sdm (setiap

kenaikan usia anak 1 bulan porsi

di tambah 1 sdm)

2x

9-12 bulan ASI Disesuaikan dengan kebutuhan Min 6x

Makanan Lembik 1 piring ukuran sedang

(7 sdm)

4-5x

Makanan Selingan 1 piring ukuran sedang 1 kali

1-2 tahun ASI Disesuaikan dengan kebutuhan

Makanan keluarga

½ porsi orang dewasa

(10 sdm)

3x

Makanan selingan ½ porsi orang dewasa 2x

> 24 bulan Makanan Keluarga Disesuaikan kebutuhan 3x

Makanan Selingan Disesuaikan kebutuhan 2x

Sumber : Depkes RI, 2006

Pemilihan bahan pangan yang akan diberikan untuk bayi

dan balita hendaknya disesuaikan dengan usia, karena sistem

pencernaan yang relatif belum sempurna (Pandi, 2008).

a) Usia 4 – 6 bulan

Pada usia ini sudah dapat diberikan buah-buahan dan sayuran,

seperti pisang ambon, pepaya, alpukat, labu kuning, bayam,

wortel, dan lain-lain.

b) Usia 7 – 9 bulan

Pada usia ini dapat ditambahkan protein hewani, seperti kuning

telur dan ikan.

Page 46: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

29

c) Usia 9 – 12 bulan

Pada usia ini bahan makanan yang dapat diberikan seperti

makanan berbahan dasar tepung, yaitu pasta, roti, dan

sebagainya. Selain itu dapat pula diberikan protein hewani

seperti ayam, daging, susu, dan produk olahannya. Dapat

diberikan pula sayuran rebus dalam bentuk utuh untuk latihan

mengunyah, seperti brokoli, wortel, buncis, dan sebagainya.

d) Usia 1 – 2 tahun

Pada umumnya sudah dapat dimulai untuk makan makanan

orang dewasa yang tidak terlalu keras dan merangsang (terlalu

pedas atau terlalu asam).

e) Usia 2 – 3 tahun

Pada usia ini aktivitas anak sudah semakin meningkat. Oleh

karena itu, selain pemberian makanan utama dapat diberikan

pula makanan selingan (kudapan), seperti buah-buahan,

sandwich, yogurt, keju, atau pun makanan yang diolah sendiri.

f) Usia 3 – 5 tahun

Umumnya pada usia ini anak sudah dimasukkan ke taman

bermain atau taman kanak-kanak. Sehingga perlu diperhatikan

pemberian sarapan dan bekal makanannya. Bekal yang dapat

dipilih seperti buah-buahan, pasta, jus buah, sayuran, dan lain-

lain.

Saat menyiapkan dan memberikan makanan untuk balita,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Pandi, 2008), yaitu

Page 47: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

30

pemilihan bahan pangan yang cocok (jenis, kualitas, dan

kuantitas), perlakuan terhadap bahan pangan, peralatan yang

digunakan, sanitasi dan hygiene, membuat makanan secukupnya,

berikan makanan sebaik-baiknya, perkenalkan satu jenis makanan

saja setiap kali makan, sehingga dapat diketahui jika bayi tidak

dapat menerima suatu jenis makanan dan menimbulkan reaksi

alergi, variasikan makanan, berikan makanan selingan 2 kali

sehari di antara waktu makan, makan bersama anggota keluarga

yang lain, hindari pemberian makan dekat dengan waktu makan,

makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama, dan

tetap berikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2012, rata-

rata yang dianjurkan per orang/hari kebutuhan energi anak usia 1-

3 tahun adalah sebesar 1125 kkal dan kebutuhan protein 26 gram.

Sedangkan kebutuhan energi anak usia 4-6 tahun sebesar 1600

kkal dan kebutuhan protein 35 gram. Berikut adalah tabel porsi

makan dan contoh pembagian makanan anak usia 3-5 tahun

dalam sehari makan menurut kecukupan energi.

Page 48: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

31

Tabel 2.4 Anjuran Pemberian Makanan Sehari Anak Usia

3-5 Tahun Menurut Kecukupan Energi

No. Bahan

Makanan/

Penukar

1.200 kkal

Jumlah

Porsi

Pagi Selingan

Pagi

Siang Selingan

Sore

Malam

1. Nasi 3 ¾ - 1 ¼ - 1

2. Sayur 1 ¼ - ¼ - ½

3. Buah 3 1 ½ ½ ½ ½

4. Tempe 1 ½ - ½ 1 - -

5. Daging 2 ½ - 1 - ½

6. Minyak 2 ¼ ¼ ¾ - ¾

7. Gula 1 ½ ¾ ¾ - - -

8. Susu ½ - - - ½ -

Total Sehari (kkal) 1.200 275 112,5 437,5 87,5 287,5

No. Bahan

Makanan/

Penukar

1.400 kkal

Jumlah

Porsi

Pagi Selingan

Pagi

Siang Selingan

Sore

Malam

1. Nasi 3 1 - 1 - 1

2. Sayur 2 ¾ - ¾ - ½

3. Buah 2 ½ - ½ - 2 -

4. Tempe 2 - - 1 - 1

5. Daging 3 1 - 1 - 1

6. Minyak 2 ½ - ¾ - ¾

7. Gula 2 - 1 - 1 -

8. Susu 1 - - - 1 -

Total Sehari (kkal) 1.400 293,75 75 381,25 275 375 *Keterangan : Sumber : Kurniasih, 2010

1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gram = 175 kkal

2. Sayur 1 porsi = 1 gelas = 100 gram = 25 kkal

3. Buah 1 porsi = 1-2 buah = 50-190 gram = 50 kkal

4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gram = 75 kkal

5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gram = 75 kkal

6. Minyak 1 porsi = 1 sendok teh = 5 gram = 50 kkal

7. Gula 1 porsi = 1 sendok makan = 13 gram = 50 kkal

8. Susu bubuk (tanpa lemak) 1 porsi = 4 sendok makan = 20 gram = 75 kkal

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi

pemberian makanan pada balita (Suhardjo, 2005), yaitu :

a) Faktor Ekonomi. Masyarakat dengan pendapatan rendah harus

membagi pendapatannya untuk berbagai keperluan lain selain

makan keluarga, seperti pendidikan, transportasi, dan

sebagainya. Sehingga tidak jarang persentase pendapatan

Page 49: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

32

untuk keperluan penyediaan makanan sangat kecil. Dengan

demikian besar kecilnya pendapatan mempengaruhi pola

konsumsi keluarga yang akhirnya berimbas pada keadaan gizi

keluarga, khususnya anak balita yang rawan gizi.

b) Faktor Budaya. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan

suatu kebiasaan penduduk yang kadang-kadang bertentangan

dengan prinsip-prinsip ilmu gizi, misalnya budaya masyarakat

tertentu yang menganggap suatu bahan makanan tabu untuk

dikonsumsi karena alasan tertentu. Budaya di masyarakat

masih ada yang memprioritaskan anggota keluarga tertentu

untuk mengkonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkan

yaitu umumnya kepala keluarga, sedangkan anggota keluarga

lainnya menempati urutan prioritas berikutnya, dan yang

paling umum mendapatkan prioritas terbawah adalah ibu

rumah tangga. Apabila hal tersebut masih dianut dengan kuat

oleh suatu budaya, sedangkan pengetahuan gizi belum dimiliki

oleh keluarga yang bersangkutan, maka dapat menimbulkan

distribusi konsumsi pangan yang tidak baik di antara anggota

keluarga. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama maka

dapat mengakibatkan masalah gizi kurang dalam keluarga

tersebut, terutama pada golongan rawan seperti ibu hamil, ibu

menyusui, bayi dan anak balita.

c) Banyaknya Anggota Keluarga. Jumlah anggota keluarga yang

banyak akan berpengaruh pada konsumsi makanan keluarga,

Page 50: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

33

khususnya keluarga miskin. Pemenuhan kebutuhan makan

keluarga akan lebih mudah jika anggota keluarganya sedikit.

Apabila keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak

akan berkurang. Ironisnya jumlah anggota keluarga yang

banyak sebagian besar ditemui pada keluarga miskin, sehingga

banyak anak-anak keluarga miskin menderita gizi kurang

bahkan gizi buruk karena konsumsi makanannya kurang, baik

dari segi jumlah maupun mutunya.

Selain itu, makanan yang diberikan pada anak juga harus

memenuhi kuantitas dan kualitas yang sesuai, serasi dengan tahap

perkembangan anak, cara pengaturan dan pemberian makanan

yang benar supaya menimbulkan selera makan, serta kebersihan,

kerapihan, dan keindahan seperti kombinasi warna dan suasana

saat makan perlu diperhatikan. Sehingga anak merasa makan

merupakan saat-saat menyenangkan baginya (Nurlinda, 2013).

Sedangkan menurut Khomsan (2004), wanita memiliki

peran yang sangat besar dalam menentukan nasib bangsa. Melatih

ibu untuk menjadi pengasuh anak yang baik akan menghasilkan

generasi baru yang berkualitas. Ibu yang kelihatan bahagia ketika

mengasuh anaknya akan memberikan pengaruh positif terhadap

tumbuh kembang anak yang optimal. Membentuk pola makan

yang baik untuk anak menuntut kesabaran seorang ibu. Pada usia

prasekolah, anak sering mengalami fase sulit makan dan jika

dibiarkan akan mengganggu tumbuh kembang anak karena

Page 51: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

34

jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang.

Permasalahan makan bisa terjadi karena anak meniru pola makan

orang tuanya, seperti tidak suka sayur, suka pilih-pilih makanan,

bahkan yang mungkin sedang berdiet untuk menurunkan berat

badan. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada

perilaku makan anak.

Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu bisa memberikan

makanan pada anak dalam porsi kecil, jika sudah habis ibu bisa

menawarkan anak untuk menambahkan kembali. Karena ada anak

yang mual ketika melihat makanan dengan porsi besar tersaji di

depannya. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, beri

kesempatan anak untuk memilih makanan sendiri yang

disukainya disertai dengan pengawasan dari orang tua.

Sulistyoningsih (2011), kesulitan makan merupakan ciri

khas anak balita atau anak prasekolah, karena pertumbuhan

menjadi lebih lambat dibandingkan ketika masih bayi. Nafsu

makan anak tergantung pada aktivitas fisik dan kondisi kesehatan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan anak menjadi sulit makan,

yaitu :

a) Anak mengalami infeksi

b) Anak terlalu aktif sehingga kelelahan

c) Anak merasa kenyang, namun masih dipaksa untuk

menghabiskan makanannya

d) Waktu makan yang tidak menyenangkan

Page 52: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

35

e) Anak sedang terganggu secara emosional, mencari perhatian,

dan terlalu mendapat perhatian berlebih

Adapun gejala sulit makan pada anak adalah

memuntahkan atau menghambur-hamburkan makanan yang

sudah masuk ke mulut, makan berlama-lama atau memainkan

makanan, menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua,

hanya mau makan makanan cair atau lumat, kesulitan menghisap,

mengunyah, menelan, atau langsung menelan tidak mengunyah

(Nurlinda, 2013).

Sulistyoningsih (2011) dalam bukunya yang berjudul gizi

untuk kesehatan ibu dan anak juga menjelaskan upaya yang dapat

dilakukan untuk mengatasi anak yang kesulitan makan. Upaya

tersebut adalah :

a) Hindari menghidangkan makanan terlalu banyak

b) Tidak memaksa anak mencoba makanan baru

c) Hidangkan makanan yang bervariasi, baik dari bentuk, rasa,

maupun cara penyajiannya

d) Tidak memarahi atau memberi hukuman jika makanan tidak

dihabiskan, dan beri pujian jika anak berhasil menghabiskan

makanan

e) Berikan kesempatan anak belajar makan sendiri

f) Biasakan untuk makan bersama dengan anggota keluarga yang

lain

Page 53: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

36

Menurut Hasdianah, dkk (2014), karakteristik pola makan

balita adalah sulit makan, nafsu makan berubah-ubah, cepat bosan

dengan cara makan sambil duduk, sehingga perlu dengan cara

bermain-main. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan nafsu

makan maka ciptakan suasana makan yang menyenangkan,

kembangkan kebiasaan makan yang baik dengan makanan yang

beragam dan pola makan yang teratur, hindari makanan yang

banyak mengandung minyak, pengawet, atau junk food lainnya.

c. Pelayanan kesehatan, sanitasi dan hygiene

Pelayanan kesehatan merupakan akses atau

keterjangkauan anak dan keluarga terhadap upaya pencegahan

penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi,

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan

anak, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang

baik seperti posyandu, puskesmas, praktik bidan atau dokter,

rumah sakit dan persediaan air bersih. Ketidakterjangkauan

pelayanan kesehatan dikarenakan jauh atau tidak mampu

membayar, kurang pendidikan dan pengetahuan, merupakan

kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara baik

pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga

pada status gizi anak (Adisasmito, 2007).

Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau serta kesehatan

lingkungan yang buruk menyebabkan anak rentan terhadap

penyakit infeksi. Ketika mempersiapkan makanan, kebersihan

Page 54: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

37

makanan perlu mendapat perhatian khusus. Makanan yang kurang

bersih dan sudah tercemar dapat mengakibatkan diare atau

cacingan pada anak. Begitu pula dengan pembuat makanan dan

peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan

sebagainya sangat menentukan bersih tidaknya makanan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan

makanan balita adalah :

a) Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran

dari debu dan binatang

b) Peralatan makan dan memasak harus bersih

c) Ibu atau anggota keluarga yang memberikan makanan pada

balita harus mencuci tangan dengan sabun sebelum

memberikan makan

d) Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri

Selain kebersihan makanan, yang perlu diperhatikan juga

adalah kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Bahan

bangunan, kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi

syarat kesehatan merupakan faktor risiko dan sumber penularan

berbagai macam sumber penyakit. Penyediaan air bersih dan

sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi

faktor risiko penyakit diare. Faktor-faktor risiko lingkungan pada

bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit

maupun kecelakaan antara lain ventilasi, pencahayaan, kepadatan

hunian, ruang tidur, kelembapan ruang, kualitas udara ruang,

Page 55: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

38

binatang penular penyakit, air bersih, limbah rumah tangga,

sampah, serta perilaku penghuni dalam rumah (Depkes, 2007)

Menurut Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Depkes

RI tahun 2007 terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu

bangunan rumah untuk dapat dikatakan sebagai rumah sehat,

yaitu :

a) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang

cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan

penghuni rumah.

b) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar

penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan

tinja limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,

kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,

disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

c) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik

yang timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah antara lain

persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah,

bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah.

Sedangkan perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan

perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan

ini terdiri dari tiga aspek (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

Page 56: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

39

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan, yaitu usaha seseorang dalam

memelihara atau menjaga kesehatannya agar tidak terkena

penyakit dan usaha untuk melakukan penyembuhan jika sakit.

b) Perilaku pencarian pengobatan, yaitu upaya atau tindakan

seseorang ketika menderita penyakit mulai dari pengobatan

sendiri sampai dengan pencarian pengobatan ke luar negeri.

c) Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang

merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial

budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya.

Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan

dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan

keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan

keterampilan, semakin besar pula kemungkinan baiknya tingkat

ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, sanitasi dan

hygiene serta semakin banyak keluarga yang memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada, begitu pula sebaliknya.

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang

makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan,

makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan

penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi

dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat

(Notoatmodjo, 2003).

Page 57: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

40

Pengetahuan tentang gizi sangat penting. Karena, banyak

masyarakat tidak mengetahui bahwa makanan yang memenuhi

kebutuhan gizi tidak selalu makanan yang mahal. Masyarakat

harus mengetahui bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan

gizi dengan mengkonsumsi pangan yang sesuai dengan tingkat

pendapatan mereka (Heryati, 2005).

Menurut Indra (2013) tingkat pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan

makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi

yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak memadai,

kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik dan

tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan

menimbulkan masalah kecerdasan dan produktivitas. Peningkatan

pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui program pendidikan

gizi yang dilakukan oleh Pemerintah. Program pendidikan gizi

dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan

perilaku seseorang terhadap kebiasaan makannya. Ketidaktahuan

akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk

terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan atau

pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis

makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak

kelahiran yang rapat juga berpengaruh pada pengetahuan tentang

gizi di masyarakat Indonesia.

Page 58: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

41

Menurut Erfandi (2009) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a) Pendidikan, adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi. Seseorang dengan

pendidikan tinggi cenderung lebih mudah mendapatkan

informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan, dimana diharapkan orang dengan

pendidikan tinggi akan semakin luas pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan

rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

b) Media massa atau informasi, seiring berkembangnya teknologi,

berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah, dan lain-lain dapat mempengaruhi pengetahuan

dan berpengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan masyarakat. Media massa membawa pesan-pesan

berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Page 59: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

42

Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan

landasan terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c) Sosial budaya dan ekonomi, sosial budaya atau kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk, dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d) Lingkungan, merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak, yang direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

e) Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

Page 60: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

43

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik

yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f) Usia, berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin baik. Saat usia madya, individu

akan berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi

yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

Menurut Notoatmodjo (2005), untuk mengukur

pengetahuan kesehatan dapat dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung (wawancara) atau secara tertulis atau

angket. Indikator pengetahuan adalah tingginya pengetahuan

responden tentang kesehatan atau besarnya persentase kelompok

responden tentang variable atau komponen kesehatan.

Page 61: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

44

3) Pokok masalah di masyarakat

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam hal

peningkatan gizi, namun tanpa dukungan dan kepedulian dari

masyarakat tidak akan mendapatkan hasil yang optimal dan efektif.

Pemberdayaan keluarga melalui revitalisasi Usaha Perbaikan Gizi

Keluarga (UPGK) dan pemberdayaan masyarakat melalui revitalisasi

posyandu merupakan strategi utama dalam Gerakan Nasional

Heryati (2005).

Kader posyandu merupakan salah satu bentuk kepedulian

masyarakat dan partisipasi untuk perbaikan gizi masyarakat. Kader

adalah tumpuan pemberdayaan masyarakat dan keluarga yang perlu

mendapatkan pembekalan pengetahuan gizi melalui penyuluhan atau

pelatihan. Sehingga kader dapat memberikan pesan-pesan gizi secara

sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan yang

semuanya dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

4) Akar masalah

Faktor-faktor langsung dan tidak langsung seperti uraian di

atas sangat berhubungan dengan pokok masalah yang ada di

masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional yaitu krisis

ekonomi, politik, dan sosial. Seperti yang terjadi pada tahun

1998/1999, jumlah anak gizi buruk meningkat sampai 1,7 juta anak

sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga miskin akibat krisis

ekonomi, politik, dan kesehatan lansia yang melanda Indonesia sejak

tahun 1997 (Adisasmito, 2007).

Page 62: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

45

Menurut Adisasmito (2007), pokok kegiatan intervensi gizi

dan kesehatan dapat dilakukan melalui :

a) Perawatan atau pengobatan gratis balita gizi buruk dari keluarga

miskin di rumah sakit dan puskesmas

b) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak

usia 6-23 bulan dan PMT pemulihan bagi anak usia 24-59 bulan

kepada balita gizi kurang dari keluarga miskin

c) Pemberian suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet atau sirup Fe)

2.3 Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)

Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi

yang diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan

untuk pemulihan gizi (Kemenkes 2012).

Depkes RI (2006), Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat

digolongkan menjadi dua macam, yaitu PMT untuk penyuluhan dan PMT

untuk pemulihan. PMT Penyuluhan diberikan satu bulan sekali di posyandu

dengan tujuan sebagai pemberian makanan tambahan sekaligus memberikan

contoh pemberian makanan tambahan yang baik bagi ibu balita. sedangkan

PMT Pemulihan adalah sebagai suatu bentuk kegiatan pemberian zat gizi

makanan dari luar keluarga yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi

golongan rawan yang menderita kurang gizi maupun gizi buruk. PMT

Pemulihan diberikan setiap hari serta benar-benar sebagai penambah dan

tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari di rumah. PMT

Pemulihan diberikan selama 60 hari pada balita gizi kurang dan 90 hari pada

Page 63: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

46

balita gizi buruk dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi balita

tersebut. Prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah

adalah nilai gizi harus berkisar antara 350 - 450 kalori dan protein 10 - 15

gram.

Menurut Austin, JM (1981) PMT-P merupakan salah satu cara

penanggulangan masalah gizi melalui program langsung yaitu dengan

menyediakan jenis makanan yang penting akan tetapi kurang dalam diet

normal pada golongan rawan yakni balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

PMT-P bertujuan untuk meningkatkan status gizi, mencegah memburuknya

status gizi, membantu pengobatan penyakit infeksi, dan memfasilitasi

program KIE untuk orang tua dan anak (Agustine, 2010).

Pelaksanaan PMT-P dapat dilakukan dengan cara :

a) Pemberian PMT satu kali seminggu, dua kali seminggu atau bahkan satu

bulan sekali kepada sasaran untuk dibawa pulang ke rumah (Take Home

Feeding)

b) Untuk sasaran yang jumlahnya tidak terlalu banyak, PMT dibuat dan

didistribusikan di satu tempat (On Site Program Feeding)

c) Pelaksanaan PMT di Pusat Rehabilitasi Gizi (Nutrition Rehabilitation

Center)

Page 64: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

47

2.4 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Penyebab Gizi Kurang

Dampak

Penyebab Langsung

Penyebab Tidak

Langsung

Kurang Pendidikan, Pengetahuan, dan Keterampilan

Pokok Masalah

di Masyarakat

Kurang Pendidikan, Pengetahuan, dan Keterampilan

Akar Masalah (Nasional)

Sumber : UNICEF (1998) dalam Depkes (2003)

KURANG GIZI

Asupan Makanan Penyakit Infeksi

Tidak Cukup

Persediaan

Pangan

Pola Asuh

Tidak

Memadai

Sanitasi dan Air

Bersih/Pelayanan

Kesehatan Dasar

Tidak Memadai

Kurang Pemberdayaan Wanita dan

Keluarga, Kurang Pemanfaatan SDM

Krisis Ekonomi,

Politik, dan Sosial

Page 65: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

48

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui secara mendalam faktor-

faktor yang melatar belakangi tidak meningkatnya berat badan balita setelah

mendapatkan PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Untuk mencapai

tujuan tersebut dan berdasarkan tinjauan teori, maka disusunlah kerangka

berpikir dalam penelitian ini dengan mengadopsi teori UNICEF (1998) dalam

Depkes (2003) tentang penyebab terjadinya gizi kurang dari berbagai faktor.

Untuk mengetahui latar belakang tidak meningkatnya berat badan

balita setelah mendapat PMT-P, maka peneliti ingin melihat gambaran asupan

makanan dan faktor yang mempengaruhi asupan makanan (meliputi

ketersediaan pangan, pemberian makan, dan pengetahuan mengenai

pemberian makan) serta gambaran penyakit infeksi dan faktor yang

mempengaruhi penyakit infeksi (meliputi sanitasi dan hygiene, pelayanan

kesehatan, serta pengetahuan mengenai penyakit infeksi dan pemeliharaan

kesehatan). Sedangkan akar masalah di tingkat nasional (krisis ekonomi,

politik, dan sosial) tidak diteliti karena permasalahannya sangat kompleks dan

peneliti hanya ingin fokus untuk menggali lebih dalam permasalahan yang

ada di tingkat individu dan masyarakat.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya pada studi

kepustakaan, maka peneliti menggambarkan kerangka pikir seperti yang

dilukiskan pada bagan 3.1 berikut.

Page 66: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

49

Bagan 3.1 Kerangka Pikir

Asupan Makanan Penyakit Infeksi

STATUS GIZI KURANG

Ketersediaan Pangan Pelayanan Kesehatan Pola asuh, meliputi :

- Pemberian makan

- Pemeliharaan kesehatan

- Praktek sanitasi dan

hygiene

Pendidikan, Pengetahuan, dan Keterampilan

Page 67: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

50

3.2 Definisi Istilah

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No. Istilah Definisi Istilah Cara Ukur Alat Ukur

1. Status Gizi

kurang

Keadaan kesehatan tubuh balita akibat konsumsi,

penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan yang

diukur berdasarkan indikator BB/U dengan z-score yang

selama minimal satu tahun tidak melewati -2 SD

(Kemenkes (2012), Supariasa, (2002))

Wawancara mendalam Pedoman wawancara

2. Asupan

makanan

Makanan yang diberikan ibu dan dikonsumsi balita

selama 24 jam yang meliputi jenis dan jumlah makanan,

baik dari makanan utama maupun dari PMT-P

(Almatsier, dkk (2011))

Wawancara mendalam,

observasi

Pedoman wawancara,

pedoman obsrvasi

3. Penyakit

infeksi

Kejadian sakit selama 3 bulan terakhir, jenis penyakit

yang diderita, upaya pencegahan dan pengobatan

penyakit, serta pemahaman ibu tentang penyakit infeksi

(jenis, penyebab, akibat, gejala, cara penularan, bahaya

penyakit infeksi, pencegahan, dan pengobatan penyakit

infeksi pada balita), cara pemeliharaan kesehatan

(PHBS, bangunan rumah sehat, tempat bermain balita,

definisi pergantian udara, pencahayaan rumah, manfaat

air bersih, cara membuang sampah, upaya menjaga

kebersihan rumah dan halaman rumah, manfaat

imunisasi, manfaat penimbangan balita, bahaya

penurunan berat badan, dan dampak gizi kurang pada

balita) (Depkes (2007), Depkes (2009), Soekirman

(2000))

Wawancara mendalam Pedoman wawancara

Page 68: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

51

4. Ketersediaan

pangan

Kebiasaan informan memperoleh bahan makanan

mentah atau jadi bagi keluarga yang meliputi cara

perolehan, waktu atau frekuensi, jumlah, dan jenis

makanan (Supariasa (2002), Almatsier (2011))

Wawancara mendalam Pedoman wawancara

5. Pemberian

makan

Praktik atau cara yang dilakukan ibu dalam memberikan

makan kepada balita meliputi porsi, frekuensi, suasana

yang dimunculkan ibu ketika memberikan makan, dan

cara yang dilakukan ibu ketika balita sulit makan, serta

pemahaman ibu tentang komposisi makanan bergizi, zat

gizi dalam makanan dan sumbernya, porsi dan frekuensi

makan ideal, pengertian pemberian makanan tambahan,

manfaat dan waktu pemberian makanan tambahan, serta

jajanan yang baik bagi balita (Almatsier, dkk (2011),

Depkes (2009), Sulistyoningsih (2011))

Wawancara mendalam,

observasi

Pedoman wawancara,

pedoman obsrvasi

6. Sanitasi dan

Hygiene

Upaya informan dalam menjaga kebersihan lingkungan

meliputi penggunaan air bersih, pertukaran udara,

pencahayaan rumah, pembuangan sampah,

membersihkan rumah dan halaman, serta penyediaan

WC di dalam rumah, serta kebersihan diri meliputi

kebiasaan mencuci tangan, mandi, dan mengganti

pakaian balita (Depkes (2009), Supariasa (2002))

Wawancara mendalam,

observasi

Pedoman wawancara,

pedoman obsrvasi

7. Pelayanan

Kesehatan

Keterjangkauan informan terhadap upaya pencegahan

penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi,

penimbangan anak, pemberian PMT-P, penyuluhan

kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik

seperti posyandu, puskesmas, praktik bidan atau dokter,

dan rumah sakit (Almatsier, dkk (2011), Depkes (2009),

Kemenkes (2012), Supariasa, 2002)

Wawancara mendalam Pedoman wawancara

Page 69: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

52

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan

strategi penelitian studi kasus. Pemilihan strategi ini dilakukan untuk

menggali informasi-informasi secara lebih mendalam mengenai faktor-faktor

yang melatar belakangi tidak meningkatnya berat badan balita yang mendapat

PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Seperti yang dinyatakan oleh

Bogdan dan Taylor (1975) penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati serta diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara utuh untuk memperoleh informasi yang lebih

mendalam tentang suatu hal (Moleong, 2007).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, Kota

Tangerang Selatan, pada bulan Agustus sampai November tahun 2014.

Lokasi penelitian merupakan tempat pelaksanaan program PMT-P, dimana

ibu dan balitanya yang tidak naik berat badan datang ke Puskesmas Pamulang

untuk melakukan penimbangan, pemeriksaan kesehatan, serta konseling gizi

kepada ibu balita dan kemudian diberikan PMT-P berupa biskuit dan susu.

Selain itu, peneliti juga melakukan observasi ke tempat tinggal masing-

masing informan untuk melihat keseharian informan.

Page 70: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

53

4.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Informan Utama

Informan utama merupakan objek utama dalam penelitian ini dan dipilih

menurut kriteria, yaitu ibu dari balita yang tidak naik berat badannya

minimal satu tahun setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang.

2) Informan Pendukung

Informan pendukung merupakan informan yang secara langsung terlibat

dalam pelaksanaan PMT-P di Puskesmas Pamulang, yaitu :

a. Keluarga dari balita yang tidak naik berat badannya setelah

mendapatkan PMT-P yang ikut serta dalam pengasuhan balita dan

merupakan keluarga dari informan utama

b. Staf dari Puskesmas Pamulang dan kader Posyandu yang terlibat

langsung dalam program PMT-P

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data-data, peneliti memerlukan alat bantu

(instrumen penelitian). Dalam penelitian ini instrument yang digunakan

peneliti adalah :

1) Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan

tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara disusun

berdasarkan tujuan penelitian dan teori yang berkaitan dengan masalah

Page 71: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

54

yang diteliti. Dalam melakukan wawancara mendalam peneliti

menggunakan bantuan alat pencatat yaitu buku catatan yang digunakan

agar peneliti dapat mencatat semua informasi yang diberikan oleh

informan, dan alat tulis yang digunakan sebagai alat untuk mencatat

berbagai informasi yang diberikan oleh informan. Selain alat pencatat,

peneliti juga menggunakan alat perekam yang digunakan sebagai alat

bantu ketika melakukan wawancara. Jadi, selain mencatat peneliti juga

menggunakan alat perekam agar semua informasi dari informan tidak ada

yang terlewatkan. Pengumpulan data dengan alat perekam digunakan

setelah mendapat izin dari informan penelitian.

2) Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan

pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Observasi dilakukan selama 3

hari untuk melihat keseharian informan dalam mengasuh balita.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder.

Dimana data primer diperoleh melalui teknik wawancara mendalam (indepth

interview) dan observasi. Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti

menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun dan berdasarkan hasil

observasi. Hasil wawancara ditulis pada buku catatan dan direkam dengan

alat perekam.

Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang

telah dibuat sebelumnya. Patton menegaskan bahwa observasi merupakan

Page 72: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

55

metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, agar memberikan data

yang akurat dan bermanfaat (Poerwandari, 2007).

Sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data

profil Puskesmas Pamulang dan data-data terkait masalah gizi kurang yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan dan Puskesmas Pamulang.

4.6 Validasi Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam penelitian ini

dilakukan triangulasi berikut :

1) Triangulasi sumber yang dilakukan dengan mencari informasi pada

informan utama dan informan pendukung

2) Triangulasi metode dilakukan karena pada penelitian ini menggunakan

metode wawancara mendalam yang ditunjang dengan metode observasi

pada saat wawancara dilakukan

3) Triangulasi data dilakukan untuk meminta umpan balik dari informan serta

memperbaiki kualitas penelitian

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian kualitatif meliputi tiga

komponen, yaitu :

1) Reduksi data

Merupakan proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan dengan memfokuskan data yang relevan

Page 73: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

56

dan membuang hal-hal yang tidak penting, serta mengatur data sedemikian

rupa agar dapat membuat kesimpulan akhir.

2) Penyajian data

Merupakan suatu kegiatan penyajian data kualitatif dalam bentuk kolom,

tabel, maupun deskripsi. Susunan penyajian data yang baik dan jelas

sistematiknya akan memudahkan untuk melangkah pada tahapan

penelitian kualitatif selanjutnya.

3) Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian dengan

memperhatikan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen, setelah

data tersebut direduksi dan disajikan.

Page 74: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

57

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Pamulang terletak di sebelah timur Kota Tangerang

Selatan, berada di wilayah Kecamatan Pamulang dan mempunyai luas

wilayah 16,38 km2, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Ciputat, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Setu,

sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok, dan sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Ciputat Timur dan Kota Depok. Puskesmas Pamulang

menempati tanah seluas ± 2400 m2 di Jalan Surya Kencana No.1 RT/RW

01/022 Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Puskesmas Pamulang

terletak di tepi jalan raya, sehingga untuk mencapainya relatif lebih mudah

karena dilalui oleh kendaraan umum dan dapat pula berjalan kaki.

Wilayah kerja Puskesmas Pamulang mencakup 4 Kelurahan, yaitu

Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Ilir, dan Pondok Cabe Udik.

Jumlah penduduk berdasarkan data dari Kecamatan di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang sebanyak 143.335 orang dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 33.047 yang tersebar di 4 Kelurahan tersebut. Jumlah

Posyandu sebanyak 69, posbindu 19, dan Puskesmas Pembantu (Pustu) 1

buah di Kelurahan Pondok Cabe Udik. Untuk sarana penunjang kegiatan

Puskesmas Pamulang dilengkapi dengan 1 buah mobil Ambulans (Puskesmas

Keliling) dalam keadaan baik, 7 buah sepeda motor dalam kondisi baik serta

1 buah kendaraan roda tiga.

Page 75: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

58

5.2 Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)

Program pemberian PMT-P di Puskesmas Pamulang dilakukan

dengan tujuan meningkatkan status gizi balita serta untuk mencukupi

kebutuhan zat gizi anak agar tercapai status gizi dan kondisi gizi yang

baik sesuai dengan umur anak tersebut. Sasaran pemberian PMT-P

adalah balita usia 6-59 bulan gizi kurang atau kurus termasuk balita

dengan Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin.

Pemberian PMT-P dilakukan setiap hari selama 60 hari. PMT-P

yang diberikan berupa susu dan biskuit dengan komposisi zat gizi yaitu

energi sebesar 350 - 450 kkal dan protein sebesar 10-15 gram. Dalam

pelaksanaannya, TPG dibantu oleh bidan desa dan kader posyandu.

Program PMT-P di Puskesmas Pamulang memiliki beberapa kegiatan

seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

(antropometri), konseling gizi, dan pemeriksaan klinis oleh dokter.

5.3 Gambaran Umum Informan

5.3.1 Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah 5 ibu dari balita

yang tidak naik berat badannya setelah mengikuti program PMT-P

minimal 1 tahun. Status gizi diketahui berdasarkan indikator BB/U dari

hasil penimbangan berat badan yang dilakukan Puskesmas Pamulang

selama balita tersebut mengikuti program PMT-P sampai penelitian ini

berlangsung. Karakteristik informan utama dapat dilihat pada tabel 5.1.

Page 76: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

59

Tabel 5.1 Karakteristik ibu dari balita yang tidak mengalami peningkatan berat badan setelah mendapat PMT-P

di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014

Karakteristik Y A S N E

Umur 22 tahun 27 tahun 40 tahun 39 tahun 20 tahun

Umur nikah 18 tahun 17 tahun 19 tahun 16 tahun 18 tahun

Pendidikan SMP (tidak tamat) SMP SD SD SD

Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Buruh Ibu rumah tangga

Pekerjaan suami Satpam Sekolah Karyawan Jual bubur/Buruh Buruh Buruh Serabutan

Pendapatan keluarga/bulan Rp 1.000.000,- Rp 1.700.000,- Rp 1.500.000,- Rp 3.000.000,- Rp 800.000,-

Jumlah anggota keluarga

dalam satu rumah

6 orang 5 orang 5 orang 8 orang 7 orang

Jumlah balita dalam

keluarga

1 orang 2 orang 1 orang 1 orang 2 orang

Karakteristik balita penerima PMT-P

Umur 43 bulan 37 bulan 58 bulan 55 bulan 36 bulan

Anak ke 1 3 3 5 1

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan

BB lahir 2,5 kg 3,5 kg 3,4 kg 3 kg 2,5 kg

Gizi kurang sejak umur 7 bulan 19 bulan 24 bulan 12 bulan 6 bulan

Penyakit infeksi Demam, batuk, pilek,

diare

Demam, batuk,

pilek

Demam, batuk,

pilek, diare,

penyakit kulit

Demam, batuk,

pilek

Demam, batuk,

pilek, diare,

Sumber : Data primer

Page 77: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

60

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar

informan utama berumur di bawah 30 tahun dengan pekerjaan sebagai

ibu rumah tangga dan satu informan bekerja sebagai buruh. Empat

informan menamatkan Sekolah Dasar (SD) dan satu informan

menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka memiliki

balita yang berusia antara 3-5 tahun, dan menderita gizi kurang sudah

lebih dari setahun bahkan ada yang mencapai tiga tahun. Penyakit

infeksi yang diderita balita selama tiga bulan terakhir rata-rata sama

yaitu demam, batuk, pilek, dan beberapa balita dari informan utama

menderita diare.

5.3.2 Informan Pendukung

Pada penelitian ini, informan pendukung berjumlah 8 orang

terdiri dari 5 orang keluarga informan utama, 1 orang staff Puskesmas

Pamulang, dan 2 orang kader Posyandu. Pengambilan informasi

dilakukan melalui wawancara mendalam yang bertujuan untuk meng-

cross check informasi yang diperoleh dari informan utama.

1) Keluarga Informan Utama

Informan pendukung yang pertama dalam penelitian ini

adalah keluarga dari balita yang berat badannya tidak meningkat

setelah mendapat PMT-P yang turut serta dalam pengasuhan balita

dan merupakan keluarga dari informan utama yang terdiri dari 5

informan. Karakteristik keluarga informan dapat dilihat pada tabel

5.2 berikut.

Page 78: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

61

Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung dari keluarga balita yang berat badannya tidak meningkat

setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014

Karakteristik Ne/Y Ad/A Sn/S I/N Er/E

Umur 50 tahun 32 tahun 41 tahun 15 tahun 48 tahun

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan

Pendidikan SD SMA SD SMP (tidak tamat) SD (tidak tamat)

Pekerjaan Ibu rumah tangga Karyawan Jual bubur/buruh - Jual kue keliling

Hubungan dengan balita

penerima PMT-P

Nenek Ayah Ayah Kakak Nenek

Sumber : Data Primer

Page 79: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

62

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa karakteristik

keluarga balita gizi kurang yang mendapatkan PMT-P yaitu berumur

di atas 32 tahun dan satu informan pendukung yang masih berumur

15 tahun. Sebagian besar dari mereka menamatkan pendidikan

tingkat SD. Informan pendukung tersebut yaitu dua dari ayah balita,

dua dari nenek balita, dan satu dari kakak balita. Sebagian besar dari

informan pendukung memiliki pekerjaan, dan dua informan tidak

bekerja.

2) Staff Puskesmas Pamulang dan Kader Posyandu

Informan pendukung kedua adalah 1 orang staff bagian Gizi

Puskesmas Pamulang dan 2 orang kader Posyandu yang terlibat

langsung dalam program PMT-P bagi balita gizi kurang sampai

penelitian ini berlangsung. Karakteristik informan pendukung dari

staff Puskesmas Pamulang dan kader Posyandu dapat dilihat pada

tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Karakteristik informan pendukung dari staff Puskesmas dan kader

Posyandu yang terlibat langsung dalam program PMT-P di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang tahun 2014

Karakteristik Li En Ri

Umur 43 tahun 45 tahun 38 tahun

Pendidikan D3 Gizi SMP SMEA/SLTA

Jabatan Tenaga Pelaksana Gizi Kader Posyandu Kader Posyandu

Lama bekerja 20 tahun 4 tahun 2 tahun

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa karakteristik

informan pendukung yang terlibat langsung dalam program PMT-P

adalah satu orang petugas gizi lulusan D3 gizi dan telah bekerja di

Page 80: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

63

Puskesmas Pamulang sebagai Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) selama

20 tahun. Sedangkan dua informan pendukung lainnya yaitu kader

posyandu dengan tingkat pendidikan tamatan SMP dan SMEA.

Bertugas sebagai kader Posyandu sudah lebih dari 2 tahun.

5.4 Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam baik dengan

informan utama maupun dengan informan pendukung disertai dengan

observasi. Observasi dilakukan selama 3 hari, setelah observasi peneliti

melakukan wawancara mendalam kepada informan utama untuk menggali

penemuan-penemuan masalah yang timbul ketika peneliti melakukan

observasi. Selanjutnya peneliti melakukan validasi melalui cross check data

dengan informan pendukung, yaitu keluarga informan utama yang turut serta

mengasuh balita gizi kurang penerima PMT-P, staff Puskesmas Pamulang

dan kader Posyandu yang terlibat langsung dalam program PMT-P. Sehingga

diharapkan penelitian ini dapat menjawab latar belakang tidak meningkatnya

berat badan balita setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang tahun 2014.

5.4.1 Gambaran Asupan Makanan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan asupan makanan

adalah Makanan yang diberikan ibu dan dikonsumsi balita selama 24

jam yang meliputi jenis dan jumlah makanan baik dari makanan utama

maupun dari PMT-P.

Page 81: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

64

Jenis makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keragaman makanan yang diberikan oleh informan utama kepada

balitanya dalam sehari. Sedangkan jumlah makanan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah banyaknya makanan yang diberikan oleh

informan utama kepada balitanya dalam sehari.

Dikarenakan saat penelitian persediaan PMT-P dari Puskesmas

berupa susu dan biskuit sudah habis, sehingga peneliti berinisiatif

membawakan susu dan biskuit yang sama sehingga peneliti dapat

melihat secara langsung pemberian PMT-P oleh informan kepada

balitanya. Berikut hasil observasi dan wawancara mendalam yang

dilakukan peneliti selama 3 hari terkait pemberian makan balita.

a. Informan Y

Hasil observasi memperlihatkan bahwa informan sebisa

mungkin membuat menu makanan yang berbeda setiap harinya agar

balita mau makan dan tidak cepat bosan dengan makanan yang

disajikan. Makanan yang disajikan terdiri dari makanan pokok, lauk

pauk nabati dan hewani, serta sayur. Namun, hal ini hanya terjadi

pada awal bulan saja, saat pertengahan dan akhir bulan menu

makanan biasanya hanya terdiri dari dua jenis makanan saja, seperti

nasi dengan tempe, atau nasi dengan telur, atau nasi dengan sayur

saja. Meskipun di awal bulan informan masak berbagai macam menu

makanan, tetapi balita hanya makan makanan yang berkuah saja dan

hanya makan sedikit lauk pauk. Berikut kutipannya :

Page 82: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

65

“Masak kan segitu yak banyak, tapi ya tetep makannya sayur

doang. Kalo sayurnya lagi gak mau, kalo mau tempe ya

tempe doang gitu, ada ikan ya ikan doang. Iya, saya ganti-

ganti sayurnya biar anaknya gak bosen itu mulu sayurnya.”

Hal serupa juga disampaikan oleh informan pendukung.

Berikut kutipannya :

“Kagak dia mah, doyannya sayur yak. Kadang kalo lagi

kagak ada sayur baru pake telor apa tempe gitu. Ya

seadanya aja kita mah.”

Menurut informan utama, meskipun dalam satu piring

makanan balita terdapat bermacam jenis makanan, namun balita

hanya mau makan dua jenis makanan saja. Hal ini dikarenakan balita

merasa bingung dengan adanya berbagai macam jenis makanan

tersebut. Berikut kutipannya :

“Ni misalnya ada nasi, ada sayur, ada ikan, ada tempe, kalo

maunya dia makan nasi sama ikan yaudah sayurnya enggak,

tempenya enggak gitu, cuma makan ikannya doang, bingung

dia kali.”

Sedangkan jenis buah-buahan tidak pernah disediakan

informan sebagai makanan sehari-hari atau sebagai pencuci mulut.

Hal ini disebabkan keterbatasan biaya. Berikut kutipannya :

“Gak pernah beli buah habisnya uangnya kagak cukup yak,

kemarin kan masih ada angsuran motor yak. Paling kalo lagi

ayahnya doang kalo lagi suka bawa dari sekolahan. Kalo

Page 83: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

66

misalnya di sekolahan lagi ada acara apa ya dikasih nasi,

kan ada buahnya gitu, gak dimakan sama ayahnya. Pisang

paling mah, itu juga kalo ada orang hajatan kali mah.”

Hal senada juga disampaikan oleh informan pendukung.

Berikut kutipannya :

“Dia mah bukan karna gak doyan buah, ya karna mamanya

yang kagak beli, kagak punya duitnya beli buah.”

Rata-rata konsumsi perhari balita dari informan Y adalah

sekitar 150 - 200 gram nasi, 50 - 100 gram lauk pauk seperti telur,

tahu, tempe, dan sesekali ikan. Untuk sayur kurang dari 50 gram dan

susu sekitar 40 - 50 gram perhari. Informan mengakui balita setiap

hari hanya makan dengan jumlah seperti itu, hal ini disebabkan balita

merasa sudah kenyang baik karena jajan maupun karena susu.

Berikut kutipannya :

“Ya kalo abis-abis kalo kagak ya kagak, kenyang kali makan

itu jajanan juga kali ya. Jadi kenyang ama gituan. Susu 2

apa 3x setiap hari. Dia mau aja sih, cuma makannya kagak

mau, kenyang ama susu. Ya maksudnya kalo nyusunya ampe

5 botol gitu ya sehari, gak mau makan, paling makannya

dikit doang. Jadi dijatahin cuma 3x, paling kalo susu-susu

warung tetep minum.”

Informan pendukung juga membenarkan jika cucunya makan

dengan jumlah yang sedikit karena sangat sering jajan atau karena

kebanyakan minum susu. Berikut kutipannya :

Page 84: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

67

“Jajan mulu sama kalo banyak minum susu makannya dikit.”

Informan utama mengakui balitanya jajan dalam sehari

mencapai Rp 5.000,- bahkan lebih meskipun informan tidak

menyiapkan uang khusus buat jajan balita. Jenis jajanan biasanya

berupa es, permen, kuaci, dan lain-lain. Walaupun informan

terkadang mengetahui bahwa jajanan yang diberikan kepada

balitanya tersebut tidak sehat, namun tetap dibelikan dengan alasan

supaya balita tidak rewel. Berikut kutipannya :

“Kalo lagi kuat jajan paling 5 ribu sehari kadang bisa lebih

kadang kalo lagi gak punya duit ya cuma 2 ribu. Kagak,

paling kalo ada duit itu 5 ribu kalo kagak ya 2 ribu. Tiap hari

mah, kalo gak jajan nangis, kayak tadi orang disuruh tidur

minta jajan. Jajan coklat, bolu yang oreo itu, permen yupi,

chiki kayak kentang, taro, es, jelly drink, permen, kuaci. Iya

sih, kalo jajannya gak sehat mah, kalo sekarang kayak sosis-

sosisan atau nugget-nuggetan yang berwarna tuh, ya tetep

yak kalo anaknya mau ya dibeliin juga, hehe.. ya nangis, ya

dianya pengen dari pada ngadat dijalanan, malu, hehe..”

Sedangkan dalam pemberian PMT-P informan mengaku

balita menyukai susu yang sering diberikan oleh Puskesmas dan

diberikan sebanyak 3 gelas bahkan sampai 5 gelas perhari.

Sedangkan jika tidak mendapatkan susu dari Puskesmas, informan

menggantinya dengan susu kental manis. Sedangkan biskuit tidak

terlalu suka dan hanya dikonsumsi 2-3 keping saja perhari. Informan

Page 85: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

68

mengatakan jika pernah berusaha membuat supaya balitanya mau

mengkonsumsi biskuit seperti dibuatkan dalam bentuk agar-agar,

namun balita tetap tidak mau makan biskuit tersebut. Berikut

kutipannya :

“Dia susu 3x kalo lagi mau ya bisa 5x. Kalo dari Puskesmas

abis paling beli susu kalengan. Kalo kalengan 4 harian,

paling seminggu habis 2 kaleng. Biskuit paling sehari cuma 2

atau 3 keping doang. Pernah coba gitu, biskuit pake ager kita

udek, kagak dimakan, agernya doang kadang-kadang,

biskuitnya kan suka ke bawah kadang kan, agernya doang

dimakan.”

Informan pendukung juga membenarkan hal tersebut jika

balita menyukai susu dan kurang suka terhadap biskuit yang diterima

dari Puskesmas. Berikut kutipannya :

“Kalo nyusu mah kuat, tapi kalo ginian mah dia totol pakek

susu yak, paling 1 apa 2 biji.”

Informan juga mengaku jika pernah memberikan susu dari

Puskesmas kepada keponakannya, alasannya karena susu yang

diberikan saat itu bukan susu yang biasa diterima oleh informan dan

balita tidak suka dengan susu tersebut. Sedangkan biskuit tidak

hanya dikonsumsi oleh balita saja, melainkan dikonsumsi juga oleh

informan dan keponakannya. Berikut kutipannya :

“Kalo yang kemaren doang sekali ya gimana dikasih

ponakan, hehe.. gak mau dianya, sekali doang itu mah, lagi

Page 86: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

69

itu yang sachetan doang 20 biji, merek apa ya, lupa sih udah

lama bener, jadi susunya udah ada nasinya, udah ada

sayurnya, jadi itu minum susu itu aja udah kenyang gitu, yah

ayunya gak suka, iya dari Puskesmas, bungkusannya warna

putih, kalo beli mahal katanya gitu, ini susu bagus emang

untuk ayu, dianya gak mau. Yang lain mah suka, dancow,

SGM mah suka dia. Ponakan, mamanya juga suka makan

(biskuitnya), hehe..”

Namun, informan pendukung mengatakan jika susu tersebut

dijual untuk keperluan jajan balita. Sedangkan biskuit juga ada yang

konsumsi selain balita, yaitu ponakan informan utama dan informan

utama. Berikut kutipannya :

“Susu dancow sachetan, dia masih ASI dulu belum boleh.

Kita jualin aja bakal jajan dia ini, jualin ke hera yang doyan

dancow, jual 15 ribu. Dapet dari sono 2 sachetan tuh. Ya

mamanya juga makan, kadang si K (ponakan informan

utama).”

b. Informan A

Jenis makanan yang biasa dihidangkan oleh informan adalah

makanan pokok berupa nasi atau mie, sayuran seperti bayam atau

kangkung, dan lauk pauk seperti telur dan tempe. Namun terkadang

balita hanya makan dua jenis makanan saja, menurut informan hal

ini dikarenakan balita merasa bingung dengan banyaknya makanan

dalam satu piring. Berikut kutipannya :

Page 87: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

70

“Tapi bima kadang kalo ada semuanya salah satunya gak

dimakan, bingung kali ya, jadi gak kemakan semua, kadang

saya kasih sayur, tahu, tempe, bingung makannya, hehehe..

biasanya sayurnya yang dia makan, kadang tempenya makan

sambil dia main gitu. Pernah, mungkin karna masih kenyang,

jadi makan nasinya aja, sayurnya sama lauknya disisihin

gitu.”

Informan biasanya memasak makanan sehari 2 kali dan

sering membuat makanan cemilan untuk balitanya seperti puding

dan agar-agar, hal ini dilakukan supaya balita tidak bosan, tetap mau

ngemil, dan tidak jajan di luar rumah. Berikut kutipannya :

“Karna masak 2x jadi pagi masak ntar siang masak lagi buat

persediaan sore gitu, biasanya setengah 6 tuh udah masak,

siangnya jam 3 masak lagi, apa masak mie telor, telor dadar

gitu, tergantung bocahnya minta apa gitu, gak mesti sih

mbak. kadang saya bikinin ager-ager, kemaren saya bikinin

jelly habis tak kasih susu, biar bocahnya gak bosen gitu, ntar

biscuit terus takutnya bosen jadi gak mau ngemil lagi gitu.

Jadi kalo jajan ke warung mintanya roti, susu, gitu, kalo

yang chiki-chiki kan belum tau, saya takut ntar kalo tau jadi

ketagihan.”

Informan mengaku tidak memberikan buah secara khusus

setiap hari kepada balitanya. Namun membelikan buah sekitar dua

kali seminggu. Berikut kutipannya :

Page 88: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

71

“Tadi pisangnya saya kasih 1 biji gak habis, dia sukanya

salak mbak, kalo jeruk atau apa harus diambil isinya dulu,

gak bisa makan kalo sendiri. 2x seminggu biasanya beli

jeruk, mangga, atau pisang. Saya gak beli banyak sih mbak,

biar bocah gak bosen jadi saya beli sekilo dulu tapi lain

jenis.”

Dalam sehari balita mengonsumsi nasi rata-rata sekitar 130 -

200 gram, lauk pauk 30 - 70 gram, sayuran 50 gram, dan susu 40 -

50 gram perhari. Hal ini dibenarkan informan, karena balita sering

diberikan cemilan, sehingga merasa kenyang dan sedikit

mengonsumsi makanan utama. Berikut kutipannya :

“Iya sih, mungkin karna kebanyakan makan roti, roti biskuit

apa namanya ya yang gandum itu yang dalemnya ada

coklatnya, tadi cuman dikasih kakaknya sama masnya 2 biji

selainnya dihabisin sendiri 1 bungkus itu, jadi sukanya

ngemil gitu mbak. Kalo susu tergantung bocahnya kadang

kalo bocahnya minta saya bikinin, bisa 2-3 gelas.”

Hal serupa juga disampaikan oleh informan pendukung.

Berikut kutipannya :

“Nasi pake telor. Ya kalo lagi habis ya habis, kalo gak ya

kenyang mungkin ya. Soalnya kan mamanya tak suruh

bikinin cemilan buat anaknya biar gak jajan. Kalo pun minta

jajan di warung kayak misal habis nganter kakaknya sekolah

ya paling minta susu apa roti, gitu aja. Iya, satu sampai dua

Page 89: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

72

kali seminggu saya beliin (buah), kan lewat pasar kalo

pulang kantor.”

Informan mengatakan jika balitanya menyukai PMT-P yang

diberikan oleh Puskesmas, baik itu susu maupun biskuit. Namun,

jika dari Puskesmas tidak ada maka informan sesekali membeli susu

kotak cair, dan diberikan hanya jika balita minta, karena menurut

informan balita cepat bosan sehingga tidak diberikan kecuali

balitanya yang minta. Selain itu, balita tidak mau makan jika terlalu

banyak diberikan susu. Untuk biskuit balita bisa menghabiskan

setengah bahkan satu bungkus dalam sehari. Selain balita, biskuit

juga dikonsumsi oleh dua kakaknya. Berikut kutipannya :

“Suka. Sama ayahnya kadang dibeliin susu ultra itu mbak.

Cuma kalo gak ada dia gak minta susu, kalo lagi dibeliin dia

mau. Tergantung bocahnya kadang kalo bocahnya minta

saya bikinin, soalnya bocah suka bosen gitu mbak kalo itu

(susu) terus, mintanya air putih, sehari paling 1-2 gelas.

Cuman jangan terlalu sering gitu biar dia mau makan, kalo

dikuatin minum susunya ntar makannya susah. Tadi cuman

dikasih kakaknya sama masnya 2 keping selainnya bocahnya

habisin sendiri 1 bungkus itu.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama, jika

balitanya suka susu dan biskuit dari Puskesmas. Selain balita,

informan juga mengaku jika kedua anaknya yang lain juga ikut

mengkonsumsi biskuit tersebut. Berikut kutipannya:

Page 90: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

73

“Itu kemarin saya beliin susu ultramilk yang gede habis buat

dia sendiri dari pagi sampe sore. Iya, kadang kakaknya juga

suka makan, namanya anak-anak ya.”

Informan utama dan informan pendukung mengaku tidak

pernah memberikan PMT-P kepada orang lain. Berikut kutipannya :

“Gak pernah ya. Anaknya juga suka kan.”

“Gak.. Gak pernah.”

c. Informan S

Makanan pokok yang biasa dikonsumsi setiap hari adalah

nasi atau mie instant, sedangkan lauk balita lebih senang makan telur

daripada jenis lauk pauk yang lain, dan untuk sayur biasanya balita

hanya mengonsumsi sedikit dan lebih memilih untuk minum

kuahnya saja. Hal ini dikarenakan informan lebih sering menyajikan

nasi dengan lauk saja, sedangkan sayur tidak karena menurut

informan, jika lauk dicampur dengan sayur akan berbau amis.

Berikut kutipannya :

“Cuma bocahnya yang susah, susah gak mau makan, kayak

ikan gitu gak makan, ini gak makan, susah, paling telor.

Telor sih, seneng aja bocahnya. Kalo bocahnya gak seneng

kita masakin ya gak mau, sama aja. Maunya telor ya beliin,

kadang mie. Susah sih dia kalo sayur-sayuran. Kalo yang

doyan, bening-bening bayem gitu, itu pun hanya mau

kuahnya aja. Ga, kalo pake telor ama sayur kan amis,

kadang kering aja.”

Page 91: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

74

Sedangkan buah tidak disajikan sebagai makanan utama

balita, karena informan merasa malas jika hanya ke pasar untuk

membeli buah, selain itu buah dianggap tidak terlalu penting untuk

dikonsumsi. Terkadang informan hanya menyediakan mie instant

atau membeli makanan jadi seperti bakso, hal ini juga karena

informan merasa malas jika harus sering bolak-balik ke dapur.

Berikut kutipannya :

“Biasa aja sih ya (gak terlalu penting). Males jalan kesono

(pasar). Kadang beli buah doang males. Misalnya dari pagi

ampe sore kan masih (ada lauk atau sayur), kadang malem

bosan gitu ntar minta mie atau kalo ada bakso malang minta

bakso malang. Males masak mulu, gak ah, itu aja, males,

ribet. Pagi masak sore masak, males bolak-balik cuma ke

dapur doang.”

Informan pendukung juga mengatakan bahwa informan

utama kurang terampil dalam hal memasak, dan makanan yang

diberikan pada balita biasanya sesuai dengan keinginan balita.

Berikut kutipannya :

“Gak bisa dia, kurang. Ini aja yak, kan dagang bubur gini

kan banyak yang dimasak yak, yang masak yang ngebumbuin

yang ngeracik saya, ya kaya goreng kerupuk, bawang ya

bisa, kalo yang ngebumbuin ya saya. Ya sukanya makan

sama telor anak saya itu. Bukan berarti kita nurutin kemauan

anaknya banget sih, kan ada masakan buat anak-anak terus

Page 92: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

75

ga dimakan mintanya malah yang lain, ya yang kenyang

orang tua-tuanya juga. Jarang sih kalo buah ya.”

Rata-rata konsumsi balita dalam sehari berkisar antara 100 -

150 gram nasi, 30 - 50 gram lauk pauk, dan 20 gram sayur. Informan

memberikan susu sekitar 40 gram perhari. Informan membenarkan

jika balitanya sehari-hari mengonsumsi makanan utama dengan

jumlah seperti itu dan informan berpendapat jika balitanya merasa

kenyang atau jika balita sedang sakit maka makannya akan sedikit.

Berikut kutipannya :

“Iya, karna udah kenyang jajan, kayak permen, udah

kenyang ngemil, jajan kayak es, kerupuk, ya gitu. Ya paling

berapa suap udah. Kalo udah batuk juga gak mau makan

bocahnya, ngerasain sakit di sini (tenggorokan) kali ya,

dipaksain makan kasian malah muntah. Kalo susu bangun

tidur sama sebelum tidur aja.”

Informan mengaku selalu membelikan jika balita minta jajan,

kecuali jika balita sedang sakit kadang tidak dituruti permintaannya.

Bahkan dalam sehari balita bisa jajan lebih dari Rp 10.000,-. Berikut

kutipannya :

“Ya itu, semintanya dia bae, apa yang dia minta saya beliin,

iya jajan. Hhmm, ga bisa diitung. Kalo lagi kumat ya ampe

10 ribu, kadang lebih, gak bisa matokin saya mah, gak,

jarang (gak dibeliin). Biarin, hehe.. kadang kemana-mana

Page 93: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

76

saya siapin duitnya, kalo gak minta ya biarin aja. ya kalo

gini (sakit) saya larang, susah sih bocahnya.”

Informan mengaku tidak bisa melarang balitanya untuk tidak

jajan karena jika tidak dituruti maka balita akan rewel. Selain itu,

adanya warung tepat di depan rumah informan dan pengaruh

temannya yang jajan membuat balitanya semakin sering jajan.

Bahkan, terkadang informan memberikan jajanan balita tersebut

sebagai lauk. Berikut kutipannya :

“Iya udah biasa gitu, ya dilarang gimana ya, orang kulkas di

depan warung tinggal buka sendiri sih, hehe.. kalo kulkasnya

ada kuncinya kali ya dikunci, ya kalo tiap di warung pasti

ada kulkas ya gimana, bocahnya tiba-tiba udah dibawa udah

diminum, ya kalo lagi ngeliat temannya ya minta. Ya kalo

ada bapaknya masih bisa di ini-in sama bapaknya. Ya

enggak, biar anteng mau makan juga. Jadi kalo sambil

minum es nafsu makannya nambah gitu, jadi minum es

sambil makan nasi gitu. Makanya kadang minta permen ya

sambil makan, chiki kadang buat lauk gitu buat mancing.”

Hal senada terkait dengan kebiasaan jajan juga dikatakan

oleh informan pendukung. Berikut kutipannya :

“Udah gak keitung kalo dia mah, paling kalo ada saya di

rumah aja dia gak jajan, jajan es mulu tuh ya gimana

warungnya depan rumah ya.”

Page 94: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

77

Untuk PMT-P dari Puskesmas, informan utama mengaku jika

balita hanya menyukai biskuitnya saja dan dalam sehari dihabiskan

sebanyak 5 keping, sedangkan susu balita tidak mau karena

menurutnya tidak enak atau rasanya asin. Sehingga informan

mengganti susu tersebut dengan susu kental manis yang biasa

diberikan dua kali sehari. Informan tidak berupaya untuk membuat

balitanya menyukai dan mau mengkonsumsi PMT-P tersebut dengan

alasan susu tersebut tidak sesuai dengan umurnya. Berikut

kutipannya :

“Doyan. Paling 3 keping sekali makan, ntar bikin lagi 2.

Ngambil (dari Puskesmas), tapi gak minum, dia mah kan gak

doyan susunya katanya asin paling makan biskuitnya aja

sama teh gitu. Dia gak mau sih, kadang udah gak ukurannya,

saya juga takut. Minumnya susu sachet saya beliin, minum

pagi ama malem.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama bahwa

balitanya diberikan susu kental manis karena tidak suka dengan susu

yang diberikan dari Puskesmas. Berikut kutipannya :

“Dia mah minumnya susu itu, sachet yang manis. Kalo yang

dari Puskesmas gak doyan, gak ada rasanya katanya. Yang

penting mah dia mau minum susu ya, karna makannya juga

sedikit kan.”

Sedangkan menurut informan pendukung dari Staff

Puskesmas, tidak masalah jika balita tersebut diberikan susu

Page 95: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

78

meskipun tidak sesuai dengan umurnya karena berat badan balita

masih kurang dan tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Berikut

kutipannya :

“Iya, karna kan berat badannya tidak sesuai dengan

umurnya. Jadi gak apa-apa itu.”

Informan utama mengakui jika susu yang diperoleh dari

Puskesmas diberikan ke saudaranya dikarenakan balita tidak suka.

Sedangkan biskuit juga bukan hanya balita yang mengonsumsi,

melainkan kakak balita, bahkan orangtua balita juga terkadang ikut

menikmatinya. Berikut kutipannya:

“Ya itu kalo dapet dari Puskesmas aja saya kasih kesono

adek saya, habis dikasih gimana gak diambil, sayang kan, tak

kasih ponakan saya aja, umurnya segini sih 2 tahun. Mas

nya, mbak nya, kadang saya sama bapaknya paling satu dua

kalo lagi pengen gitu.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama bahwa

informan utama selalu memberikan susu yang diperoleh dari

Puskesmas kepada saudaranya. Berikut kutipannya :

“Ya itu kalo dapet dari Puskesmas dikasih ke adeknya terus.

Bocahnya doyan susu sachet ya. Daripada gak keminum

kan.”

d. Informan N

Informan N mengaku balitanya tidak mau makan nasi,

bahkan takut dengan nasi. Jadi untuk menggantikan nasi biasanya

Page 96: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

79

informan memberikan bubur atau mie instant. Selama observasi

balita juga terlihat sangat jarang makan sayur. Untuk lauk pauk

balita biasa mengkonsumsi telur, tempe, atau sosis. Makanan yang

diberikan biasanya sesuai dengan permintaan balita saja. informan

tidak menyiapkan makanan khusus. Selain karena informan bekerja,

menurut informan keluarganya menjadi tidak suka makan karena

terpengaruh oleh kebiasaan balitanya tersebut, sehingga informan

juga jarang memasak. Berikut kutipannya :

“Kagak, orang takut kak, dikasih 1 (nasi) aja begini nangis

emang dari kecil, kagak doyan nasi. Ya tergantung dia

mintanya aja, kayak makan juga gak bisa dipaksain harus

makan ini, enggak. Paling dia jajan atau mie, kalo bubur

juga masih mau dia. Jadi pada kebawa ini (balitanya),

abangnya gitu kakak-kakaknya juga, jadi asal dateng ga

ribut makan jadinya, kagak ada yang ma makan-ma makan,

iya kalo berangkat mah berangkat aj gitu, kalo pulang paling

kalo misalnya dia laper mie goreng aja biasa udah tidur bleg

gitu, jadi pagi jarang masak nasi, kadang nasi saya masak

kebuang.”

Sedangkan menurut informan pendukung balita tidak mau

makan nasi sekitar satu tahun ke atas, hal ini dikarenakan balita

merasa bosan dengan makanan yang disajikan tersebut. Berikut

kutipannya :

Page 97: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

80

“Soalnya waktu itu dia masih doyan ama nasi pas sebelum

bisa jalan, kan dia lagi bisa jalan 2 tahun kan yak, ee.. pas

itu masih suka makan nasi pake kuah mie telor gitu masih

mau, tapi pas udah lama-kelamaan mungkin bosen apa gitu

udah gak mau, sekitar setahun apa setahun setengah gitu lah,

gak tau bosen mungkin, tapi makin kesini malah makin parah

misalnya dikasih nih, dikasih makan tapi 2 suap udah, kayak

gitu udah, makin lama makin berkurang, dia cuman mau mie

nya aja gitu.”

Sedangkan untuk jenis makanan lain informan mengaku jika

balitanya suka pilih-pilih seperti seperti balita tidak mau bakso yang

dagingnya lebih terasa. Berikut kutipannya :

“Makannya telor rebus kadang bakso dia pake mie. Cuman

bakso dia yang banyak dagingnya kagak seneng, dia daging

gak mau. Kadang telor didadar pake terigu. Sayur sih masuk

taro dimangkok kayak sayur bayem, sawi putih. Paling kalo

kita abis masak pas abis mateng kita kasih kadang abis, kalo

siang gak, paling sehari sekali doang. Tempe ama tahu kalo

digoreng seneng banget digadoin makan pake sambel.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan pendukung,

bahwa balita hanya menyukai beberapa jenis makanan saja. Berikut

kutipannya :

“Ya kalo sayur masih mau yang penting ada kuah-kuahnya,

sayur apaan aja sih mau, kalo nasi gak mau. Kalo tahu dia

Page 98: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

81

mau, kalo ayam dia gak, misalnya makan bakso kadangkan

ada daging-dagingnya keluar dikit itu dipilihin ama dia, gak

mau, makanya dia sendiri doang ne yang aneh, daging gak

suka, ayam gak suka, ikan juga gak.”

Untuk buah-buahan, informan mengatakan hanya

menyediakan jika balita meminta, karena menurut informan akan

sia-sia jika sudah dibelikan namun balitanya tidak mau makan.

Berikut kutipannya :

“Buah suka, buah apa aja sih dia suka. Tergantung anaknya

juga sih, paling kalo dia minta langsung dibeliin, soalnya

kalo gak pasti gak dimakan percuma juga.”

Balita hanya mengonsumsi makanan pokok sebesar 100 - 200

gram perhari, lauk pauk sekitar 60 - 100 gram, sayuran sangat

jarang, dan susu 40 - 50 gram perhari. Menurut pengakuan informan,

karena balita tidak suka nasi dan beberapa jenis makanan lain, jadi

informan bingung mau memberikan asupan makanan seperti apa

untuk balitanya, jadi informan membiarkan balitanya untuk jajan,

bahkan informan menyebutkan jika jajanan tersebut sebagai

makanan utama balitanya. Berikut kutipannya :

“Tergantung dia aja kalo makan yak, kalo dia rasa laper ya

abis, kalo kagak ya paling dimakan sedikit. Kalo bocahnya

kayak gini bingung, udah dicoba kentang direbusin kagak

mau juga. Kalo orang mah jajan buat makanan tambahan

Page 99: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

82

kalo dia makanan utama dia itu. Bisa beberapa kali 3x,

tengah malem juga minta susu kalo bangun.”

Informan mengaku kewalahan karena setiap hari balitanya

jajan, baik itu bubur, mie instan, gorengan, atau jajanan seperti chiki,

es, permen, dan sebagainya. Menurut informan hal tersebut wajar

saja karena balita hanya mau makan makanan seperti itu. Berikut

kutipannya :

“Jajan gak keitung mah dia. Ya kadang ampe 30 rebu 40

rebu, kadang keteterannya begitu, kalo dia haus kadang

belinya teh gelas, kadang 3x kadang bisa 4x, ya jajan-jajan

makanan biasa gitu kayak es krim emang dia seneng itu.

Emang iya, pasti saya tinggalin kalo lagi pas-pasan 25ribu

itu sampe ke kerjaan kepikiran cukup apa enggak gitu kan.

Gak (dilarang) sih, soalnya mungkin mikirnya karna dia gak

doyan makan juga kali yak, jadi kasian kalo dia gak jajan

juga nanti laper atau gimana, kayak gitu jadi biar aja deh,

biar dia kenyang, kenyang jajanan gitu.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh informan pendukung,

bahwa balita sangat sering jajan. Berikut kutipannya :

“Kalo jajan sih udah gak keitung, bisa lebih dari 7x, sekali

jajan banyak, paling jajan chiki-chiki doang, jajan apa aja

maunya makanan anak-anak kecil, kalo es, coklat suka

banget dia, kayak roti, snack-snack. Kalo nangis pasti ujung-

Page 100: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

83

ujungnya jajan kayak gitu. (gak pernah dilarang) Habis dia

kalo dibilangin ngambek mulu sih, iya jadi berisik, males.”

Menurut informan utama, balitanya suka dengan PMT-P

yang diberikan oleh Puskesmas baik itu susu maupun biskuit dan

informan juga mengatakan jika pemberian PMT-P tersebut penting

bagi balitanya yang tidak suka makan nasi. Informan biasanya

memberikan sebanyak 3 sampai 4 gelas susu sehari bahkan bisa

lebih dan sejak tidak mendapat PMT-P informan menggantinya

dengan susu kental manis, sedangkan biskuit bisa habis satu bungkus

dalam sehari. Berikut kutipannya :

“Suka dia mah. Ya penting sih, bagi bocah yang gak doyan

nasi mah penting banget, kalo orang mah makanan

tambahan kalo dia makanan utama dia. Paling kalo siang

doang ga nyusu, kalo malem bisa 2x, kalo dulu kan susu dari

PKM, kalo sekarang sih susu kaleng biasa kayak gitu, 1

kaleng paling 2 hari habisnya, kadang bisa beberapa kali 3x,

tengah malem juga minta susu kalo bangun. Kalo biscuit

kadang kalo dia lagi mau makan seituan (bungkus) abis

semua.”

Informan mengatakan jika tidak pernah memberikan PMT-P

kepada orang lain, namun biskuit tidak hanya dikonsumsi oleh balita

saja melainkan juga oleh nenek balita. Berikut kutipannya :

“Gak ya, dia kan doyan banget. Paling neneknya doang suka

minta.”

Page 101: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

84

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan pendukung.

Berikut kutipannya :

“Gak kayaknya. Kadang juga kan nenek minta, dia suka

dicelupin ke susu. Ya kadang raihannya pelit, kadang kalo

neneknya minta diumpet-umpetin dulu sama mama gitu,

dianya pelit soalnya.”

e. Informan E

Jenis makanan yang sering diberikan oleh informan E adalah

makanan pokok seperti nasi dan bihun, lauk pauk seperti telur,

sedangkan tahu dan tempe menurut informan balita tidak terlalu suka

dan ikan sangat jarang diberikan karena menurut informan jika balita

makan ikan, perutnya tidak mampu menabungnya sehingga akan

dikeluarkan lagi atau Buang Air Besar (BAB). Sayuran seperti sawi

putih dan toge, selain itu biasanya informan hanya memberikan kuah

sayurnya saja.

“Paling nasi, telor, kuah. Kalo bayem kagak mau dia mah,

kuahnya doang. Iya, dia mah togenya aja, toge aja ada

kuahnya gitu, nasinya ntar belakangan kalo togenya udah

abis baru dimakan. Kalo tempe dia kurang, tahu juga

kurang, kalo ayam makannya bukan ayam tapi ceker sama

tulang yang muda itu, dagingnya kagak dimakan, ikan juga

jarang. Emang dianya kalo lagi makan ikan berak-berak

mulu. Kan lagi doyan ikan lele, saya beliin setengah kilo,

Page 102: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

85

habis sekali 3, siang makan, sore makan, makan mulu sehari

bisa makan berapa kali.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan pendukung,

bahwa balita tidak boleh makan ikan, karena perutnya tidak kuat

menampungnya. Berikut kutipannya :

“Iya, dia ada maag. Gak boleh makan ikan, lele, makan ikan

mas, somay, ikan cue, makanya yang bau amis-amis telor gak

boleh dulu, dilarang gak boleh. Itu bau amis, perutnya gak

mau nabung. Bocahnya doyan, sampe dalem langsung

keluar, gak kuat, keluar lagi, eneg kan.”

Sedangkan untuk buah-buahan informan tidak menyediakan

setiap hari karena menurut informan balita tidak suka makan buah,

dan diberikan hanya ketika balita minta saja atau ketika balita sedang

sakit diare. Berikut kutipannya :

“Bocahnya kan gak suka buah, paling jeruk doang beli sekilo

itu juga kalo lagi dia minta doang. Dia mah berak-berak

mulu jadi saya kasih pisang biar mampet.”

Informan pendukung juga mengatakan bahwa balita jarang

mengonsumsi buah meskipun kadang tersedia di rumah. Berikut

kutipannya :

“Buah kadang sering beli buat engkongnya, gak mau

bocahnya, paling kalo lagi minta tak kasih separohnya. Kan

kadang momongan saya suka makan, jadi dia pengen juga

kali yak, yaudah gitu.”

Page 103: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

86

Jumlah konsumsi makanan pokok perhari berkisar antara 200

- 250 gram, 80 - 150 gram lauk pauk, kurang dari 50 gram sayur, dan

susu hanya diberikan jika balita memintanya. Informan mengatakan

jika balitanya makan sedikit akibat kekenyangan oleh jajan. Balita

bisa menghabiskan Rp 10.000,- dalam sehari hanya untuk jajan dan

informan biasanya memilih untuk membelikan balitanya jajan

supaya tidak rewel atau karena kasihan jika teman balitanya jajan

sedangkan balitanya tidak jajan. Berikut kutipannya :

“Iya, makannya dikit kalo kekenyangan jajan. Sama

engkongnya dijajanin mulu. Chiki paling mah, permen,

paling mah es doang, es kelapa, cendol, gak kalo biskuit dia

jarang, orang depannya warung di pinggir jalan. Bisa

goceng kadang ga tentu juga, bisa 10 rebu, paling disediain

bapaknya goceng, ntar neneknya lain goceng, engkongnya

laen. Ya karna dia minta, kalo gak dikasih ya nangis, biar

jangan berisik, dia mah cerewet. Tetep bae jajan mulu, kalo

gak jajan kasian bocahnya ntar dia melongo bae, kadang

saya itu kasih jajanan di dalam sini, tetep bae jajan yang itu

lagi. Ncingnya beliin ale-ale sama jelly drink ditaroh di

kulkas, tetep bae jajan, padahal kan itu ngenyangin yak.

Paling 1x doang kalo itu, bikin susu, kagak nentu tiap hari

juga, kalo dia minta doang. Kalo lagi gak minta yaudah

kagak saya beliin.”

Page 104: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

87

Informan pendukung juga membenarkan jika cucunya sangat

sering jajan. Berikut kutipannya :

“Ya, kalo engkongnya jajanin, ya namanya juga bocah ya,

paling jajannya dibeli buat dikumpulin dikulkas, ya tiap hari

pasti. Ya itu, chiki-chiki itu, kalo biskuit kan dia gak suka,”

Informan mengaku jika balitanya tidak terlalu suka dengan

PMT-P berupa susu yang diberikan oleh Puskesmas sedangkan

biskuit balita suka. Informan hanya memberikan susu sebanyak satu

kali dalam sehari, karena menurut informan jika sering diberikan

dapat menyebabkan anak diare. Jika dari Puskesmas tidak diberikan

susu, maka informan memberikannya hanya ketika balita minta saja.

Untuk biskuit, balita menghabiskan lima keping perhari. Berikut

kutipannya :

“Paling 1x doang kalo itu, bikin susu cuma sekali doang Gak

sih, kagak nentu tiap hari, kalo dia minta doang. Kalo lagi

gak minta yaudah kagak. Ini udah 2 bulan kagak pernah

minta. Ya takut aja kalo setiap hari ngasih saya takut ntar

mencret mulu. Ya apa ya, emang lagi 9 bulan minum susu

ituan ya mencret. 5 keping paling sehari.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh informan pendukung jika

balita hanya diberikan susu ketika balita minta saja dan biskuit

dalam sehari dikonsumsi sebanyak 3 - 4 keping. Berikut kutipannya :

“Kan sekarang susu kalo lagi dia pengen doang, ya bisa 3

kadang 4 keping.”

Page 105: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

88

Informan mengakui jika PMT-P yang diterima dari

Puskesmas dikonsumsi tidak hanya oleh balitanya saja, melainkan

dikonsumsi juga oleh balita momongan informan pendukung baik itu

susu maupun biskuit. Karena PMT-P dari Puskesmas sudah habis,

jadi jika balita minta susu, maka informan membelikan susu kental

manis. Berikut kutipannya:

“2 kadang-kadang 1 bungkus. Bagi sama aping (momongan).

Kalo susu juga bagi dua kadang-kadang 2 dus kadang 3

sampe sebulan baru abis. Si aping yang makan (biskuit). Beli

yang sachet paling kalo dia minta kalo lagi gak dapet ya.”

Sedangkan menurut informan pendukung, PMT-P yang

diberikan oleh Puskesmas tidak hanya dikonsumsi oleh balita

momongannya saja, melainkan juga pernah diberikan kepada

tetangganya, karena menurut informan tidak ada salahnya jika saling

berbagi dengan orang lain. Terkadang susu PMT-P yang diberikan

oleh Puskesmas diganti dengan susu kental manis oleh ibu balita

momongannya. Sedangkan biskuit dikonsumsi juga oleh encing dan

engkong balita. Berikut kutipannya :

“Iya, dikasihin sama si kembar. Kalo gak punya susu kadang

kasian, dikasih 1 dus sama E, giraangg banget dia, kan

kekurangan susu kasian. Gak papa kan orang bagi-bagi

rejeki, kasian. Dia nyusu katanya kuat banget, bapaknya

belom gajian. Mboh si Aping, ama emaknya dituker, buat

cucu saya dibeliin susu set-setan, susu kaleng. Ditukerin

Page 106: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

89

sama mama Aping. Ga suka dia, ga ada rasanya kan. Ya

wika doang, kalo pagi, Aping dibagi dikit, paling encingnya

nyicipin dikit, engkongnya kadang.”

Informan pendukung dari staff Puskesmas dan kader

Posyandu mengatakan bahwa tidak ada pengawasan khusus yang

dilakukan supaya PMT-P yang diberikan hanya dikonsumsi oleh

sasaran yaitu balita penerima PMT-P bukan orang lain. Berikut

kutipannya :

“Kita titip kader tolong kasihin dan diliat, paling cuma

beberapa orang aja kan, gak setiap hari, kader juga sibuk

kan.” (Informan Pendukung Li)

“Kayaknya gak terlalu sampe diawasin juga sih. Kan susu

ada yang berapa-berapa bulan gitu ya, ya kita subtitusikan

buat mereka-mereka yang umurnya sesuai, kan gak mungkin

juga kita kasih susu dengan umur yang gak sesuai dengan

anaknya.” (Informan Pendukung En)

“Gak ada. Paling kalo ada dari Puskesmas tolong kamu liat

si ini, trus kalo ada susu tolong kasih ke ini, udah paling gitu

aja sih.” (Informan Pendukung Ri)

5.4.2 Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan

Faktor yang mempengaruhi asupan makanan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah ketersediaan pangan, pemberian makanan,

dan pengetahuan informan tentang pemberian makan balita.

Page 107: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

90

5.4.2.1 Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan yang dimaksud adalah kebiasaan

informan memperoleh bahan makanan mentah atau jadi bagi

keluarga yang meliputi cara perolehan, waktu atau frekuensi,

jumlah dan jenis bahan makanan.

a. Informan Y

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan

informan, diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh suami

informan adalah Rp 1.000.000,- perbulan dan memiliki

pendapatan lebih sekitar Rp 80.000,- perhari jika suami

informan melakukan pekerjaan tambahan di sekolah, seperti

mengecat, atau bersih-bersih setelah sekolah mengadakan

suatu acara. Sebagian besar uang tersebut digunakan untuk

membayar angsuran motor yaitu Rp 650.000,- dan informan

juga mengeluhkan jika suaminya sangat suka merokok,

bahkan sehari menghabiskan 2 bungkus rokok atau beli rokok

eceran jika lagi tidak memiliki uang. Informan tinggal di

rumah ibunya sehingga tidak perlu lagi menyisihkan uang

untuk membayar kontrakan. Sedangkan uang untuk belanja

sehari-hari diberikan sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 20.000,-

perhari. Berikut kutipannya :

“Ayahkan gajinya 1 juta, kemarin buat motor 650,

paling megang berapa, paling 250 perbulan. Ya kalo

lagi ada sampingan dikasih, kalo lagi libur paling

Page 108: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

91

kayak ngecat, paling kalo dikasih ya 80, ya

separohnya mah kagak dikasih semua, ayahnya ayu

mah kuat banget rokoknya. Sehari 2 bungkus dia mah,

sebungkus 12 ribu, kalo lagi punya duit itu mah, kalo

lagi gak punya duit paling beli eceran. Ya disuruh

mah disuruh, orang kata dokternya juga udah disuruh

berhenti ntar jangan ngerokok jangan ngopi, tetep aja

masih ngerokok ama ngopi.”

Informan juga mengatakan bahwa setiap hari

berbelanja bahan makanan mentah di warung dekat rumahnya

dan tidak pernah membeli makanan jadi, karena menurut

informan jika membeli makanan jadi tidak mencukupi

seluruh anggota keluarganya yang berjumlah enam orang dan

hanya bisa untuk makan suami dan anaknya saja. Berikut

kutipannya :

“Gak pernah beli sih, abisnya gak pernah beli lauk

mateng gitu, habis kalo beli lauk mateng juga udah

langsung abis, hehe.. maksudnya, saya mah masak

terus, masak sendiri. Kalo beli lauk kita kan keluarga

banyak yak misalkan ada ponakan, emak, kalo beli

lauk mateng yak, beli 3 ribu dikit banget, cuma buat

ayu ama ayahnya, mendingan masak sendiri kan

banyak, ketauan.”

Page 109: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

92

Bahan mentah yang dibeli informan biasanya berupa

makanan pokok yaitu beras. Informan setiap hari membeli

beras sebanyak 1,5 liter dan bertahan sampai 4 kali waktu

makan. Jadi dalam sebulan informan memasak sebanyak 45

liter beras untuk 6 anggota keluarga. Untuk sayuran informan

selalu membeli sayur satu sampai dua ikat sawi, bayam, atau

sayuran campur seharga Rp 3.000,- seperti sayur sop yang di

dalamnya sudah termasuk wortel, kentang, buncis, dan kol.

Untuk lauk pauk informan sering membeli bakso,

tempe, tahu, ikan teri, ikan cue, ikan abong, dan jika sudah

tidak memiliki uang informan hanya membeli telur.

Sedangkan ikan basah lainnya seperti ikan patin atau ikan

mas hanya diperoleh ketika suami informan memancing saja

biasanya sekitar dua atau tiga minggu sekali. Untuk ayam dan

daging sangat jarang dikonsumsi, karena keterbatasan biaya.

Sedangkan buah juga tidak pernah disajikan informan sebagai

makanan sehari-hari. Menurut informan hal ini terjadi karena

informan tidak memiliki biaya lebih untuk membeli buah.

Biasanya buah diperoleh saat ada acara tertentu seperti acara

di sekolah tempat suami informan bekerja atau hajatan

tetangga. Berikut kutipannya :

“Sehari 1,5 liter beras. Iya habis sampe pagi,

misalnya masak pagi ini ampe pagi besok masih ada

paling sepiring. Habis itu masak lagi. Belanja sih tiap

Page 110: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

93

hari kadang kol, tempe, tahu, itu doang mah,

sayurnya sayur sop. Saya yang belanja. Kalo lagi

ayahnya gak pegang duit, yaudah makannya

seadanya aja. Ya gitu, yang penting ada sayurnya,

ikan ya gitu, ikan cue, ikan asin, ikan tongkol, ikan

teri, tempe, tahu, ya gitu. Ya kalo lagi gak ada duit,

beli telor aja mah. Paling kalo dikasih ya 20rb buat

belanja. Paling sering sayur sop sama sawi beli di

warung. Kalo yang udah campur biasanya 3 ribu

kentang, buncis, kol, yang udah jadi, kalo bakso beli

lagi lain yang 3 biji 3500. Paling misalnya gak pake

bakso tapi pake soun doang, paling beli tempe 3 ribu,

ikan-ikan ini ikan teri, ikan abong, gitu.”

Untuk susu, informan hanya membeli susu kental

manis kaleng. Karena pendapatan yang diperoleh suaminya

tidak mencukupi untuk membeli susu bubuk. Susu bubuk

hanya diperoleh dari Puskesmas atau bidan di Posyandu saja,

selebihnya balita diberikan susu kaleng.

Berdasarkan hasil observasi, makanan yang disajikan

informan sangat berbeda antara awal dengan akhir bulan. Jika

awal bulan terlihat banyak jenis makanan yang disajikan,

namun ketika pertengahan dan akhir bulan informan mulai

membatasi dengan hanya membeli dua jenis bahan makanan

saja. Hal ini dibenarkan oleh informan karena persediaan

Page 111: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

94

uangnya sudah mulai menipis. Sedangkan dalam pemilihan

makanan informan memilihnya sendiri biasanya berdasarkan

kesukaan balita terhadap jenis makanan tersebut. Berikut

kutipannya :

“Kan kalo dapet dari posyandu 2 dus paling 2

minggu habis, paling beli susu kalengan lagi. Kalo

kalengan 4 hari, paling seminggu habis 2 kaleng.

Kesukaan dia aja. Kadang-kadang gak nyayur ya

masak mie, mie gelas. Kalo dia mau pake nasi ya

pake nasi. Jarang sih kalo makan mie mah, kalo

emang gak punya duit, gak nyayur, gak ada tempe.

Biasanya pertengahan apa akhir bulan gitu yak.”

Informan pendukung juga membenarkan jika

informan utama selalu masak untuk keluarganya dan tidak

pernah membeli makanan jadi. Informan utama biasanya

sehari memasak 1,5 liter beras dan berbelanja setiap hari di

warung dekat rumah seperti tahu, tempe, sayur sop, ikan teri.

Berikut kutipannya :

“Gak pernah beli (makanan jadi) dia mah. Tiap hari

beli sayur di ono (warung) belakang, iya, tahu, tempe,

sop, teri, macem-macem. Beras 1,5 liter ampe besok

tuh baru masak lagi dia.”

Page 112: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

95

b. Informan A

Informan memiliki suami yang bekerja sebagai salah

satu karyawan percetakan dan dalam sebulan memperoleh

pendapatan sekitar Rp 1.700.000,- dipotong BPJS Rp

250.000,- kontrakan Rp 550.000,- dan memiliki 3 orang

anak. Anak pertama sudah menempuh pendidikan SD dan

biaya perbulan gratis dari Pemerintah, sedangkan anak kedua

masih duduk di bangku TK dan harus membayar iuran

sebesar Rp 40.000,- perbulan. Dalam hal belanja untuk

kebutuhan sehari-hari dilakukan oleh suami informan saat

pulang kerja, informan hanya menitipkan catatan belanjaan.

Informan jarang membeli makanan jadi di luar dan selalu

membuat masakan sendiri di rumah. Hal tersebut diketahui

dari hasil wawancara mendalam dengan informan utama dan

mengenai pendapatan dan biaya lainnya diketahui dari

informan pendukung, karena informan pendukung lebih

mengetahui masalah biaya tersebut. Berikut kutipannya :

“Masak terus mbak, emang gak boleh beli di luar

sama bapaknya. Biasanya mingguan. Kata bapaknya

kamu udah repot yaudah saya aja yang diluar

(belanja), biasanya nyatet trus malem-malem jam 2

kadang ke pasar, kadang pulang kerja.” (Informan A)

“Kalo disini UMR nya kan 1,7. Nanti kepotong BPJS

250, sekolah masnya gratis, sekolah kakaknya 40rb

Page 113: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

96

perbulan, kontrakan 550rb perbulan. Ya, saya

(belanja) sekalian pulang, tak mintain catetan aja

sama mamanya. Gak nyampe seminggu biasanya juga

udah abis. Sama saya tak biasain jangan beli di luar,

tau sendiri mbak Jakarta, banyak yang aneh-aneh

sekarang kan.” (Informan Pendukung Ad)

Untuk makanan pokok yaitu beras, suami informan

membeli sebanyak satu karung yang berisi 16 kg untuk 15

hari. Jadi dalam satu bulan informan memasak sebanyak 32

kg beras untuk keluarganya yang berjumlah 5 orang. Untuk

sayur, suami informan membeli untuk persediaan satu

minggu, namun biasanya belum sampai satu minggu sayur

tersebut sudah habis dimasak oleh informan, sehingga paling

tidak suami informan berbelanja sayur sekitar seminggu dua

kali. Jenis sayur yang biasa dibeli adalah bayam, kangkung,

dan sayur sop.

Untuk lauk pauk biasanya informan membeli telur,

ikan teri medan, ikan cue, tahu, tempe, dan sesekali membeli

ayam. Sedangkan daging dikonsumsi hanya pada hari besar

saja seperti lebaran. Untuk susu informan peroleh dari

Puskesmas, bidan atau kader di Posyandu. Jika susu dari

Puskesmas habis, kadang suami informan membelikan susu

ultramilk yang 1000 ml sekitar 2 - 3 kotak untuk satu

minggu.

Page 114: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

97

“Biasanya beli beras perkarung yang 16 kilo untuk 15

hari, jadi sebulan beli 2x yang 16 kilo. Gak nentu sih

mbak, sekitar 100 ribu sekali belanja mungkin ya, kan

bapaknya yang belanja. Paling bayem, kangkung,

tempe, tahu, telor, kadang ikan atau ayam kalo uang

lagi ada. Susu dapet dari Bu Li Puskesmas, kalo gak

ya dari bidan Posyandu, iya habis katanya. Paling

dibeliin bapaknya susu ultra yang gede itu 2 apa 3

kotak buat satu minggu.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan

pendukung mengenai cara memperoleh bahan makanan dan

jika susu dari Puskesmas habis, informan kadang

membelikan balita susu cair. Berikut kutipannya :

“Iya, yang 16 kg itu, sebulan 2 karung. Gak nentu sih ya

mbak, seratusan mungkin ya. Ya kayak biasa aja bayam,

telur, kangkung, gitu. Saya beliin, kemarin itu susu

ultramilk yang gede habis buat dia sendiri dari pagi

sampe sore. Kalo susu ultra yang ukuran kecil kadang

habis 5 kadang 6.”

c. Informan S

Informan S memiliki suami yang bekerja sebagai

penjual bubur ayam keliling, yang berjualan mulai dari jam

06.00 pagi sampai dengan jam 09.00 atau jam 10.00

menjelang siang. Suami informan berjualan sekitar enam atau

Page 115: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

98

lima kali dalam seminggu. Setelah pulang dari jualan bubur

biasanya suami informan mencari pekerjaan tambahan

sebagai buruh serabutan seperti kuli bangunan. Pendapatan

yang dihasilkan kurang lebih sekitar Rp 1.500.000,- perbulan

dan uang tersebut dipakai untuk membeli bahan untuk jualan

bubur sekitar Rp 250.000,- perhari, membayar kontrakan

sekitar Rp 550.000,- perbulan. Informan memiliki tiga orang

anak yang sudah sekolah, anak pertama SMA, anak kedua

SMP, dan anak ketiga TK. Informan mendapat uang belanja

sekitar Rp 10.000,- sampai dengan Rp 25.000,- perhari.

“Gak tau sih, perhari dari pagi sampe pulang

dagang, dari jam 6-9 gak nentu sih kadang 2 setengah

kadang 300, tergantung rame atau gaknya mbak, saya

gak tau, yang penting saya dikasih buat duit jajan.

Besoknya buat dibelanjain lagi, muterin lagi. Ya lebih

lah, orang ayam ama atinya aja udah 100 ribu

abisnya. Kalo ada (telur puyuh) ya pake kalo lagi gak

ada ya gak pake, bisa 2 setengah habisnya. Ya

ngambil dari bapaknya sebelum dia ke pasar belanja

saya ngambil duluan buat ongkos dan belanja gitu.

Kadang belanja juga nungguin bapaknya, yang

penting buat bocah, mas, dan kakaknya ada aja.”

Page 116: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

99

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama.

Berikut kutipannya :

“Ya gak nentu juga yak, kalo lagi rame nih bisa 300

kalo sepi ya seratus lebih. Iya, itu juga buat dipake

belanja lagi, kan saya biasanya jum’at apa minggu

tuh gak jualan, istirahat. Ada sih yak, kalo lagi ada

habis jualan saya nguli. Ya beginilah, seadanya aja.”

Untuk keperluan jualan, suami informan berbelanja ke

pasar, sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari informan

hanya membeli bahan makanan mentah atau makanan jadi di

warung dekat rumahnya saja. Untuk makanan pokok seperti

beras dibeli oleh suami informan sebanyak 6 liter perhari, 5

liter digunakan untuk membuat bubur dan 1 liter untuk

memasak nasi. Nasi dari 1 liter beras tersebut bertahan

sampai dua hari untuk 5 anggota keluarga. Untuk sayur,

informan biasanya membeli bahan mentah sayur asem, toge,

atau bayam. Jika tidak berbelanja sayur mentah, informan

hanya membeli sayur jadi ketika balita mau makan saja.

Jenis lauk mentah yang biasa informan beli adalah

tahu, tempe, ikan asin, telur. Untuk buah juga sangat jarang

diberikan, karena di sekitar rumah informan tidak ada yang

menjual buah dan informan merasa malas jika harus pergi

kepasar hanya untuk membeli buah. Untuk susu, informan

memberikan susu kental manis sachet kepada balitanya.

Page 117: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

100

Sedangkan susu yang biasa diberikan oleh Puskesmas

informan berikan ke saudaranya, karena balitanya tidak mau

susu tersebut.

Ketika observasi, informan terlihat jarang memasak,

untuk balitanya informan hanya membeli makanan jadi

seperti telur yang disantanin atau tempe orek di warung atau

hanya memasak mie instant. Berikut kutipannya :

“Karna harus beli seperempat atau setengah kilo kalo

di pasar, kalo disini kan bisa beli dikit-dikit. 6 liter

paling buat dagang, saya ambil seliter buat masak.

Kadang ne pagi masak seliter ampe besok masih ada.

Beli sayur ama telor paling di warteg sekali abis,

abisnya masnya kan alergi telor jadi gak pernah

masak telor, saya kasian. Tiap hari belanjanya,

warung depan. Gak tentu, tadi mah beli sayur kadang

20 ribu, 25 ribu, tergantung sayurnya sih. kadang 15

ribu, kadang 10 ribu. Tempe, tahu, kalo ikan jarang.

Maksudnya bocah saya jarang makan. Gak mau, noh

ada (susu). Ntar buat adeknya aja buat adek sepupu

saya aja noh punya anak umur berapa 6 bulan apa

yak. Gak mau dia maunya yang ini (susu kental manis

coklat), gurih kata saya mah.”

Informan pendukung juga mengatakan jika informan

lebih sering membeli makanan jadi di warteg atau

Page 118: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

101

membuatkan mie instant untuk balita dan keluarganya.

Berikut kutipannya :

“Semau anaknya aja sih, kalo gak cocok ama

masakan rumah ya beli di warteg tiap kali mau

makan, jarang masak juga mamanya, paling dibikin

mie aja mah.” (Informan Sn)

d. Informan N

Informan N bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik

konveksi dan memiliki penghasilan sebesar Rp 2.000.000,-

perbulan. Informan juga memiliki suami yang bekerja

sebagai buruh serabutan. Sehingga diperkirakan memiliki

pendapatan sebesar Rp 3.000.000,- perbulan. Informan

memiliki 6 orang anak, anak yang pertama sudah menikah,

anak kedua bekerja sebagai karyawan sebuah rumah makan,

anak ketiga yang menjaga balita gizi kurang di rumah karena

tidak sekolah lagi sejak SMP kelas 2, anak keempat masih

sekolah SD, anak kelima merupakan balita gizi kurang, dan

anak keenam diasuh oleh kakaknya yang tidak memiliki

keturunan.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota

keluarganya, informan berbelanja bahan makanan mentah

seminggu sekali, yaitu ketika informan sedang libur.

Informan memasak beras hanya 1 kaleng susu saja setiap hari

untuk 8 anggota keluarga, namun nasi tersebut sering

Page 119: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

102

terbuang karena keluarga informan jarang makan nasi,

melainkan sering mengkonsumsi mie instant. Berikut

kutipannya :

“Jadi gimana ya, jadi kebawa sama raihan gak pada

suka nasi. Nasi aja suka ke buang gak ada yang

makan, jadi pada ngikutin dia makan mie kayak gitu,

setiap hari masak 2 gelas kecil doang tapi kebuang, 1

kaleng susu kental manis lah, tapi segitu aja gak

abis.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama,

bahwa informan berbelanja bahan makanan hanya ketika

informan libur yaitu hari minggu, selain itu biasanya mereka

membeli makanan jadi seperti mie instan karena informan

jarang memasak. Berikut kutipannya :

“Iya, mama (belanja), pas lagi gak kerja, minggu. Ya

beli sayuran, telur, bayam, gitu. Kalo kita mah karna

udah biasa makan mie kali yak makanya jarang

masak, kalo masak paling ya masak mie doang,

biasanya beli aja.”

Jenis sayur yang biasa dibeli adalah bayam,

kangkung, dan sawi. Untuk lauk pauk informan sering

membeli tahu, tempe, bakso, sosis, dan ikan teri atau hanya

membeli lauk jadi saja karena informan jarang masak. Bahan

makanan yang disediakan oleh informan biasanya tidak

Page 120: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

103

diolah oleh anaknya, sehingga biasanya informan hanya

berbelanja dan memasak pada saat informan libur yaitu hari

minggu. Sedangkan hari kerja biasanya balita informan hanya

mengkonsumsi mie instant, membeli bubur ayam atau

makanan jajanan seperti gorengan, chiki, dan sebagainya.

Untuk buah informan hampir tidak pernah menyediakan

karena informan membeli hanya jika balita memintanya.

Sedangkan susu, informan membeli susu kental manis kaleng

dan untuk 1 kaleng susu bertahan sampai 2 hari.

“Iya, kan nyetock sayuran ne, ampe ketemu minggu

lagi tuh masih utuh. Kalo siang pengen makan gitu

yak ada sayuran di kulkas dimasak, terserah gitu yak,

ini mah kagak, beli mulu, kalo ada saya paling saya

masakin. Udah biasa disana (pasar), itu kadang sayur

yang kemarin di jual lagi (di warung). Gak tentu sih,

50 sampe 100 buat seminggu, iya kayak tahu, tempe,

sosis, bayem, kangkung, sawi, gitu. Lauk sih paling di

depan di warung, iya kan kasian nenek kadang kalo

gak masak, iya meskipun ada lauk ya makannya tetep

mie juga. Susu mah doyan, kalo dulu kan susu dari

Puskesmas, kalo sekarang sih susu kaleng biasa

kayak gitu, 1 kaleng paling 2 hari habisnya.”

Page 121: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

104

e. Informan E

Suami informan bekerja sebagai buruh serabutan dan

mendapat penghasilan sekitar Rp 800.000,- perbulan.

Informan tinggal di samping rumah orangtuanya. Untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari informan membeli beras

sebanyak 5 liter untuk persediaan 2 minggu dan jika kurang

dari 2 minggu beras sudah habis, informan membeli lagi 2

liter. Untuk sayur biasanya informan pendukung yang

berbelanja setiap hari, karena informan memasak di rumah

ibunya. Jadi, informan hanya memasak nasi saja, sedangkan

sayur dan lauk pauk diolah di rumah ibunya. Jenis sayuran

yang sering dibeli adalah toge, sawi, labu, terong, bayam, dan

sayur sop.

“5 liter doang, paling 2 minggu untuk bertiga

bapaknya, paling kalo abis beli lagi 2 liter. Sayur dari

neneknya, biasanya belanja di pasar depan noh. Ya

kayak toge, sawi, labu, bayem, gitu.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan

utama, bahwa informan pendukunglah yang setiap hari

berbelanja bahan makanan, sedangkan informan utama

tinggal mengambil makanan yang sudah dimasak untuk

diberikan ke suami dan balitanya. Berikut kutipannya :

“Belanjaan sama saya semua, kan saya dagang, kalo

dagang sekalian apa aja di kulkas ada gitu, bayem,

Page 122: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

105

labu, toge apa bae. Ya tiap hari (belanja) kalo lagi

dagang. Kagak nentu, bisa 20 rebu apa lebih. Saya

mah praktis bocahnya. Ne kan ngolahnya bareng

goreng telor, ntar suaminya tinggal ambil aja disini.”

Sedangkan lauk pauk seperti tahu, tempe, ikan teri,

dan telur. Informan jarang memberikan buah untuk balitanya

dan kadang hanya diberikan buah seperti pisang ketika

balitanya diare supaya diarenya berhenti. Untuk susu, tidak

diberikan jika balita tidak memintanya. Bahkan susu yang

diberikan oleh Puskesmas diberikan untuk balita

“momongan” ibu informan, menurut informan balita tidak

menyukai susu tersebut dan diganti dengan susu kental manis

sachet atau kaleng, selain itu informan memiliki persepsi jika

balita sering diberi susu akan buang air terus.

“Paling tempe, telor, ikan asin doyan banget dia.

Asal dia minta aja yang dari Puskesmas bagi dua

ama bocah neneknya, dia kalo mau ya paling saya

beliin susu set-setan itu.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh informan

pendukung. Berikut kutipannya :

“Dari Puskesmas kan, mboh si ini (momongan), ama

emaknya dituker, cucu ku dibeliin susu set-setan, susu

kaleng.”

Page 123: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

106

5.4.2.2 Pemberian makan

Maksud pemberian makan dalam penelitian ini adalah

praktik atau cara yang dilakukan oleh informan dalam

memberikan makan kepada balita baik makanan utama

maupun pemberian PMT-P yang meliputi porsi, frekuensi,

suasana yang dimunculkan informan ketika memberikan

makan, cara yang dilakukan informan ketika anak sulit makan.

a. Informan Y

Pada observasi hari pertama, sebelum sarapan terlihat

informan Y memberikan 1 gelas susu kental manis, jam 09.00

sarapan dengan 50 gram nasi ditambah 25 gram ceker ayam

dengan kuah, nasi yang dimakan sedikit karena balita ngambek

informan hanya membelikan satu ceker saja. Diantara sarapan

dan makan siang, terlihat balita makan jajanan berupa 1 teh

gelas, ice cream, 3 potong biskuit roma yang dicelupkan

dengan 1 gelas susu kental manis, dan keripik singkong sekitar

20 gram. Jam 13.45 informan memberikan makan siang sekitar

75 gram nasi dengan 15 gram tahu dan kuah, serta 20 gram

ikan patin. Satu jam kemudian balita dibelikan es kelapa 1

gelas oleh suami informan. Makan sore pada jam 16.00, balita

hanya makan 10 gram tahu dan 10 gram ikan patin saja.

Sedangkan makan malam informan terlihat memberikan

sekitar 75 gram nasi dengan 15 gram tahu dan kuah.

Page 124: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

107

Hari kedua informan memberi sarapan pada jam 09.30

sekitar 100 gram nasi dengan 50 gram sayur sop yaitu

campuran bihun, wortel, dan 1 bakso. Diantara waktu sarapan

dan makan siang, balita terlihat minum es susu milkuat coklat

3 bungkus, dan 1 gelas susu kental manis. Makan siang pada

jam 13.15 dengan 50 gram nasi, ditambah 10 gram mie soun

pake kuah. Sore hari terlihat balita jajan es oki jelly drink, 1

permen lollipop, dan kerupuk dengan gulali. Makan malam

informan memberikan 50 gram nasi dengan 20 gram tempe

orek dan kuah mie soun.

Sedangkan hari ketiga, sebelum sarapan balita terlihat

jajan 1 bungkus coklat, 1 bungkus kecil bolu oreo, dan 1

permen yupi. Jam 08.00 informan terlihat memberikan 1

bungkus mie gelas untuk sarapan. Di antara waktu sarapan dan

makan siang anak jajan es oki jelly drink, minum susu kental

manis 1 gelas, dan biskuit roma 2 potong. Balita makan siang

sekitar 75 gram nasi dan telur ceplok sekitar 50 gram.

Kemudian setelah magrib balita makan sekitar 75 gram nasi

dengan 3 bakso dan kuah.

Informan mengatakan jika balitanya makan memang

dengan porsi yang sedikit, oleh karena itu terkadang informan

memberi makan balita saat sedang jalan-jalan sore atau ketika

balita sedang bermain. Berikut kutipannya :

Page 125: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

108

“Paling secentong, lauknya paling sayur gitu sesendok

sayur yang kecil itu, tempe 1 atau tahu 1. Kadang abis

kadang kagak, sisa paling 3 sendok. Pagi mau (makan),

kalo siang nggak begitu, makannya ga mau, pas sore

baru makan, sore makan gak begitu ini yak, semangkok

sendokinnya juga gak begitu banyak, abis, cuma itu

juga kalo diajak jalan-jalan sore-sore ke sana ke

lapangan, diajak main iya. Paling kalo ada ayahnya

lagi gak mau makan dibawa naik motor sambil makan

ke rumah neneknya. Kalo gak ya di rumah bae.”

Sedangkan informan utama mengaku tidak terlalu

memperhatikan porsi makan balita, frekuensi makan, dan

upaya ketika balita sulit makan, karena balita hanya mau

makan jika disuapi oleh informan utama. Berikut kutipannya:

“Kagak tau yak, makan aja gak mau ama saya, maunya

disuapin emaknya bae. Paling disini (rumah) bae

makannya”

Informan memberikan makan kepada balitanya

sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Jika balita terlihat sulit

makan biasanya informan memberikan balita jajanan es,

supaya balita mau makan. Berikut kutipannya :

“Kalo dia bangun ya kadang jam 8 jam 9 baru makan,

kalo dia bangunnya jam 6 makannya jam 7, siangnya

makan jam 2 kadang jam 1, kalo sore jam 5 atau habis

Page 126: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

109

magrib, kadang jam 8 dia makan pake bakso suka beli.

Kadang 3x kadang 2x, gak tentu dia mah, kalo lagi

mau ya 3x. kalo sore makan malem gak. Kalo gak mau

makan ne, pernah gak mau makan, yaudah pancing

pake es, minum es sembari makan, gitu. Kayak kemarin

tuh, minta es. Tapi mam ya, iya mam. Gitu dia mah.”

b. Informan A

Pada observasi hari pertama terlihat balita sarapan

pukul 07.20 dan hanya menghabiskan sekitar 30 gram nasi

dengan 10 gram kuah campuran bayam dan wortel. Diantara

waktu sarapan dan makan siang balita terlihat mengkonsumsi

biskuit regal sebanyak 6 potong, susu ultra ¼ gelas, 1 buah

permen, sayur bayam 50 gram pada jam 10.00. Dikarenakan

balita tidur siang terlebih dahulu selama 2 jam, sehingga

informan baru memberikan makan lagi untuk balitanya pada

jam 16.23. yaitu dengan nasi sekitar 50 gram dan sayur bayam

50 gram. Untuk makan malam balita menghabiskan 50 gram

nasi dengan 30 gram telur ceplok.

Hari kedua sebelum sarapan terlihat informan

memberikan 1 potong roti rasa coklat, 20 menit kemudian

informan memberikan sarapan dengan nasi sebanyak 70 gram

ditambah 25 gram tempe, dan kuah sayur sop dengan

campuran wortel, buncis, dan kol. Menjelang siang balita

terlihat minum es susu milkuat coklat. Kemudian tidur siang

Page 127: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

110

dan makan lagi pada jam 15.30 dengan 50 gram nasi, 10 gram

mie instant goreng, 20 gram tempe, dan kuah sayur sop.

Malam harinya minum 2 kotak susu ultramilk coklat dan 1

potong roti rasa coklat.

Sedangkan hari ketiga sebelum sarapan balita

mengkonsumsi biskuit gandum sebanyak 5 potong, kemudian

informan memberikan sarapan nasi sekitar 75 gram dengan 20

gram mie instant goreng dan 30 gram telur ceplok. Diantara

sarapan dan makan siang balita terlihat mengkonsumsi biskuit

gandum sekitar 6 potong dan 1 gelas susu ultramilk coklat

sambil menonton televisi dan kemudian tidur siang. Sekitar

jam 16.00 balita makan dengan 75 gram nasi ditambah 35

gram tempe dan 10 gram sambal kacang atau sambal pecel.

Informan biasanya memberikan makan kepada

balitanya dengan porsi kecil dan jika balita mau akan

ditambahkan lagi. Hal ini dilakukan supaya makanan tersebut

tidak dijadikan sebagai mainan oleh balita, karena balita tidak

mau disuapi oleh informan. Balita lebih senang makan sendiri

sambil menonton TV atau bermain. Berikut kutipannya :

“Biasanya saya kasih satu centong dulu, ntar kalo

habis saya tambah, takutnya kalo kebanyakan gak

habis buat mainan, soalnya kalo disuapin gak mau

mbak, jadi makannya sendiri sambil nonton TV atau

Page 128: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

111

main gitu. Kadang sama telor, kadang tempe. Nyisa

paling 1 atau 2 suap.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama

bahwa balitanya lebih senang makan sendiri sambil menonton

TV, sedangkan untuk porsi makan informan mengaku kurang

tahu mengenai porsi yang diberikan informan utama, dengan

alasan yang penting informan pendukung mengetahui jika

balitanya makan. Berikut kutipannya :

“Iya, dia maunya makan sendiri mbak sambil nonton

gitu, kadang sama mamanya disuapin gak mau. Oh

kalo itu kurang tau ya, gak merhatiin, yang penting

anaknya mau makan kalo saya.”

Informan biasanya memberikan makan kepada balita

sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Jika balita sedang tidak

mau makan, informan tidak ada usaha untuk membujuk atau

memaksa balitanya untuk makan, karena menurut informan

jika balita merasa lapar akan minta makan sendiri, jadi tidak

harus dipaksa untuk makan. Berikut kutipannya :

“Tiga kali, pagi, siang, sama sore. Kadang kalo lagi

gak mau makan ya 2x aj pagi sama sore. Gak sih.

Misalnya gak mau makan sekarang ya makannya

siang, kalo dia laper kan minta, misalnya kalo lagi gak

mau saya biarin aja dia tidur dulu, ntar juga minta

sendiri, biasanya kalo paginya gak mau makan,

Page 129: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

112

siangnya habis bangun tidur mungkin laper kali ya,

baru ma maem, nyariin apa gitu dikulkas. Gak harus

dipaksain sih.”

Sedangkan menurut informan pendukung, jika balita

tidak mau makan, maka diberikan roti atau susu terlebih

dahulu supaya perutnya terisi. Berikut kutipannya :

“3x sih ya. Dikasih apa yang dia suka misalnya kayak

roti gitu, baru ntar dikasih nasi, maksudnya kan yang

penting biar perutnya keisi gitu, atau dikasih susu baru

nanti dikasih nasi. Ini anaknya kadang susah kadang

gampang makannya. Yang penting anaknya mau makan

dulu.”

c. Informan S

Hari pertama observasi informan terlihat memberikan 1

gelas susu tidak lama setelah balita bangun tidur. Balita sudah

berumur 58 bulan dan mulai jam 07.30 sampai dengan jam

09.00 balita sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) dekat

rumahnya. Jam 09.15 sepulang sekolah balita jajan bakso ikan

sebanyak 6 buah atau sekitar 60 gram dan 1 es teh gelas. Dari

pagi sampai siang tidak terlihat informan memberikan

makanan utama bagi balitanya. Informan menyuapi balita pada

sore hari sekitar jam 16.00 dengan 75 gram nasi dan 20 gram

sayur bayam. Malam hari balita hanya minum 1 gelas susu.

Page 130: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

113

Hari kedua nasi setelah bangun pagi informan

memberikan ¾ gelas susu kental manis dan informan tidak

memberikan balita sarapan. Diantara waktu sarapan dan makan

siang balita jajan 2 permen milkita. Jam 12.53 informan

menyuapi balitanya dan balita hanya makan sebanyak 40 gram

nasi dengan sedikit putih telur yang direbus dengan santan,

balita hanya mau minum kuahnya saja. Sambil makan terlihat

balita minum 1 es teh gelas. Sore hari balita jajan 1 bungkus

kacang sukro, 1 bungkus kerupuk kulit, dan 1 bungkus chiki.

Malam hari tidak terlihat informan memberikan makanan

utama, balita hanya diberikan 1 gelas susu sebelum tidur.

Hari ketiga sebelum sarapan balita makan 1 ½ potong

kue brownies sekitar 40 gram dan kemudian makan bubur

ayam dengan kecap sebanyak 75 gram. Sekitar jam 10 balita

terlihat jajan 1 es teh gelas dan chiki 1 bungkus. Jam 2 siang

balita juga jajan 1 es teh gelas dan 1 permen. Informan

memberikan nasi sebanyak 75 gram dengan telur 50 gram dan

kuah pada sore hari. Malam harinya balita tidak makan lagi,

tetapi hanya minum susu saja menjelang tidur.

Informan mengatakan jika balitanya biasa diberi makan

satu centong nasi dengan sebutir telur, dan terkadang tidak

dihabiskan sebanyak 2 sendok makan lagi. Informan biasanya

memberi makan balita ketika balita sedang bermain atau

Page 131: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

114

menonton Play Station (PS) di warung internet (warnet) depan

rumahnya. Berikut kutipannya :

“Satu centong kadang abis, kadang nyisa 2 sendok.

Kalo telor ya telor mulu. Seneng aja bocahnya. Paling

yang gak dimakan kuningnya doang sih, kan seret ya.

Ga, kalo pake telor ama sayur kan amis, jadi kering

aja. Makanya kan kalo lagi di warnet itu kan saya

bawain nasi, kalo lagi main layangan juga, kalo gak

gitu ntar gak mau makan. Ntar kata ayahnya ikutin

mah, biar mau makan. Makanya saya ikutin saya

momong.”

Informan lebih sering terlihat memberikan makanan

utama kepada balita hanya satu atau dua kali sehari dengan

alasan balitanya tidak minta makan. Tidak terlihat ada upaya

yang dilakukan informan supaya balitanya mau makan karena

menurut informan percuma dibujuk jika balitanya sudah

mengatakan tidak mau makan. Berikut kutipannya :

“Seininya dia aja, kalo lagi mau makan 2 ya 2 kalo 3

ya 3. Iya, kadang suapin, kalo lagi kagak minta sehari

kagak minta-minta (makannya), paling sore kalo lagi

mau, kalo ga mau ya udah sekali doang. Kalo lagi mau

sambil nonton PS gitu saya suapin mau, tapi kalo lagi

enggak dipaksa tetep aja gak mau. Kalo ga minta kalo

kita paksain capek.”

Page 132: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

115

Sedangkan informan pendukung tidak terlalu

mengetahui tentang pemberian makan balita dengan alasan

informan pendukung bekerja. Berikut kutipannya :

“Kurang tau sih saya mbak, saya kerja, itu saya

serahin ke mamanya aja deh, biar mamanya yang

urusin. Kadang kalo bocahnya lagi main saya suruh

ikutin biar mau makan. Susah soalnya anak saya.”

(Informan Pendukung Sn)

d. Informan N

Observasi hari pertama memperlihatkan balita makan 1

potong bakwan sekitar 30 gram pada pukul 08.03, kemudian

minum jamu 1 gelas pada pukul 09.02 dilanjutkan dengan

makan bubur ayam 1 mangkok sekitar 100 gram ditambah

suiran daging ayam sekitar 10 gram di jam 09.43. Balita

terlihat jajan 1 es teh gelas pada pukul 11.22 dan makan biskuit

regal sebanyak 3 potong. Sore hari balita jajan 1 bungkus chiki

dan 1 es oki jelly drink. Malam hari balita makan sekitar 100

gram mie instant rebus ditambah dengan 50 gram telur dan

sebelum tidur balita minum 2 gelas susu kental manis.

Hari kedua balita sarapan hanya dengan 1 butir telur

rebus sekitar 50 gram. Pukul 10.54 balita jajan 2 bungkus

coklat dan 1 buah es kiko. Balita kembali jajan 1 bungkus

biskuit oreo dan 1 es teh gelas pada siang hari. Menjelang

malam balita diberikan sekitar 100 gram mie instant rebus

Page 133: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

116

yang telah dicampurkan dengan 1 butir telur atau sekitar 50

gram dan minum 2 gelas susu kental manis.

Sedangkan hari ketiga balita tidak terlihat sarapan,

balita hanya minum 1 gelas minuman soft drink fanta, 1

bungkus wafer coklat, dan 2 bungkus susu milkuat coklat

dingin. Siang hari balita hanya makan sekitar 70 gram bubur

ayam dan sedikit daging ayam disuir. Kemudian balita jajan 1

es teh gelas, 2 batang sosis ayam sekitar 30 gram dan 1

bungkus chiki. Malam hari tidak terlihat informan memberikan

makanan pada balitanya, namun balita diberikan 3 gelas susu

kental manis sampai tertidur.

Informan biasanya memberikan makanan pokok berupa

bubur atau mie instant sebanyak satu porsi, dan terkadang tidak

dihabiskan oleh balita, sedangkan jenis makanan lain diberikan

jika balita minta saja. Balita biasanya makan sendiri sambil

menonton TV tanpa disuapi oleh informan karena informan

bekerja. Berikut kutipannya :

“Bubur aja sih karena kan dia gak suka nasi. Kadang 1

porsi itu habis kadang gak. Bubur atau mie kadang

telur, pokoknya yang gak berbau nasi sih. Kalo yang

lain mah seminta dia aja yak, susah sih bocahnya. Saya

kerja kan, jadi makan sendiri dia depan TV.”

Page 134: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

117

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama

bahwa balita sering tidak menghabiskan makanannya. Berikut

kutipannya :

“Iya, 1 mangkok bubur itu, kalo lagi datang mau ya

abis, tapi seringnya sih gak. Sisanya masih banyak

paling kemakan cuma berapa suap. Makan sendiri aja

sambil nonton.”

Balita terlihat tidak memiliki waktu makan yang tetap,

dan hal ini dibenarkan oleh informan karena semua tergantung

atas permintaan balitanya. Jika balita tidak mau makan

biasanya balita memilih jajan dan informan tidak berusaha

melakukan upaya agar balitanya mau makan dan tidak memilih

makanan jajanannya. Berikut kutipannya :

“Pernah, kadang malah suka gak makan, kan kadang

kalo pagi tukang bubur lewat, kalo gak lewat ya gak

makan dia, paling makan mie kalo mau, kalo gak ya

gak, misalnya nih abang laper nih, yaudah beli mie ya,

kadang gak dimakan tuh cuman dibejek gitu doang, gak

dimasak cuma dimakan kering gitu. Dia mah susah sih.

Repot-repot kita masakin yang ini ya kadang dia

mintanya yang lain. Jadi sesuai permintaan dia aja

baru kita masakin. Paling kalo lagi gak mau makan ya

gak sama sekali, paling jajan dia. “

Page 135: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

118

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan

pendukung bahwa balita hanya makan sebanyak dua kali sehari

bahkan dalam satu hari jika balita tidak minta makan, balita

tersebut tidak makan sama sekali, hanya makan jajanan serta

tidak ada upaya khusus yang dilakukan agar balita mau makan.

Berikut kutipannya :

“Ya paling dikasih 2x kadang dia kagak mau, ya

tergantung dia yang minta. Kadang dari pagi raihan

gak minta ini-gak minta itu, ya paling jajan doang,

sering gitu. Gak ada sih kak, semintanya aja, susah

dia.”

e. Informan E

Hari pertama observasi terlihat balita makan 1 potong

biskuit regal dan minum susu kental manis pada pukul 07.00,

dan balita baru sarapan setelah pulang sekolah pada jam 09.00.

Informan memberikan sekitar 70 gram nasi dengan kecap

ditambah 1 butir telur sekitar 50 gram yang diceplok.

Kemudian balita jajan 1 permen coklat dan makan nasi lagi 1

sendok makan pada pukul 11.00. Siangnya balita jajan bakso

ikan sebanyak 4 buah sekitar 40 gram. Sekitar pukul 14.00

informan memberikan sekitar 80 gram nasi dengan campuran

20 gram bihun dan kuah bakso. Sore hari balita makan

setengah risol atau sekitar 25 gram. Malam hari balita

Page 136: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

119

diberikan sekitar 70 gram nasi dengan 20 gram tempe dan kuah

sayur.

Hari kedua informan memberikan sarapan sebelum

berangkat ke sekolah dengan bubur ayam sekitar 30 gram, dan

sepulang sekolah balita terlihat jajan es, 1 permen. Makan

siang dengan 75 gram nasi ditambah 50 gram telur, dan kuah

sayur bayam. Setelah makan balita kembali jajan 1 permen

coklat, 1 permen relaxa, 1 permen milkita. Pukul 15.55

informan memberikan makan sekitar 70 gram nasi dengan 40

gram telur dadar, 10 gram tahu, dan 20 gram mentimun.

Setengah jam kemudian balita kembali jajan bakso sebanyak 3

buah atau sekitar 30 gram dengan campuran bihun 50 gram

dan kuah bakso. Kemudian makan mangga muda 3 potong

kecil atau sekitar 20 gram, dan makan garam kira-kira 1

sendok teh. Malam balita 30 gram nasi dengan 20 gram tempe

dan kuah sayur.

Sedangkan hari ketiga diberikan sarapan nasi sekitar 70

gram ditambah telur ceplok 50 gram dan sedikit kecap.

Kemudian makan 1 potong kue putu ayu. Menjelang siang

balita jajan es cendol 1 gelas dan permen yupi 2 bungkus.

Siangnya informan memberikan sekitar 50 gram bihun dan

makan pisang goreng sekitar 30 gram. Untuk makan sore

informan memberikan sekitar 80 gram nasi dengan 20 gram

sayur toge dan kuah. Kemudian balita terlihat jajan 1 gelas pop

Page 137: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

120

ice. Makan malam informan memberikan balita dengan

semangkok bakso malang, yaitu sekitar 50 gram bihun

ditambah 3 buah bakso atau sekitar 30 gram dan kuah bakso.

Informan mengatakan jika memberikan balita satu

centong setiap kali makan dengan kuah sayur dan terkadang

tanpa lauk. Untuk lauk jenis ikan tidak pernah diberikan

informan kepada balitanya karena menurut informan jika balita

makan ikan bisa membuat balita sakit perut. Informan biasanya

memberikan makan saat balita sedang menonton TV atau saat

sedang bermain di halaman rumah. Berikut kutipannya :

“Nasi sama sayur doang, nasi secentong. Gak (lauk),

dia mah kagak mau, yang penting ada kuahnya aja, ya

ama sayur-sayurnya oyong ama soun gitu. Nyisa 5

suapan paling. Saya mah gak pernah ngasih ikan,

jarang. Emang dianya kalo lagi makan ikan berak-

berak mulu. Paling sambil nonton apa di depan.”

Hal tersebut juga diutarakan oleh informan pendukung

bahwa balita terkadang menyisakan makanan dan tidak boleh

diberikan ikan, selain karena bau amis, perut balita juga tidak

mampu menabung ikan tersebut sehingga bisa mengakibatkan

balita diare. Berikut kutipannya :

“Dia makan ya banyak wika ya, sisa paling 2 suap

doang, kadang bersih, ya namanya juga bocah yak,

kalo lagi enak ya makan terus dia, kalo lagi gak enak

Page 138: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

121

ya gak makan. Gak boleh makan ikan, lele, makan ikan

mas, somay, ikan cue, makanya yang bau amis-amis

telor gak boleh, dilarang. Kalo dikasih telor kan eneg

gak boleh. Itu bau amis, perutnya gak mau nabung.

Bocahnya doyan, sampe dalem langsung keluar, gak

kuat, keluar lagi, eneg kan.”

Untuk frekuensi makan biasanya diberikan sebanyak

tiga kali sehari dan ketika balita sedang tidak mau makan,

informan biasanya mengiming-imingkan sesuatu seperti akan

membeli jajanan berupa es jika balita mau makan, dan

sebagainya. Berikut kutipannya :

“Tiga kali, pagi makan, siang makan, sore makan,

makan mulu dia. Paling dibujukin, yaudah dibujuk

diboongin beli es.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama

bahwa balita makan sebanyak tiga kali sehari. berikut

kutipannya :

“Mau berangkat ngaji makan nasi, ntar pulang jam 12

makan lagi baru tidur, nah sore makan lagi, 3 kali

sehari. Ya sebelum tidur makan lagi itu bakso, biar

pules tidurnya, kan sekarang susu kalo lagi dia pengen

doang, makannya ya bisa 4 kali kalo lagi enak, kalo

lagi gak enak ya 3x aja. Sambil nonton, kadang dia

makan sendiri.” (Informan Pendukung Er)

Page 139: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

122

5.4.2.3 Pengetahuan Tentang Pemberian Makan Balita

Pengetahuan tentang pemberian makan balita yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah informan mengetahui

komposisi makanan bergizi bagi balita, zat gizi dalam

makanan dan sumbernya, serta porsi dan frekuensi makan yang

ideal bagi balita dalam sekali makan.

Pengetahuan orangtua terutama ibu sebagai pengasuh

balita tentang makanan yang bergizi bagi balita merupakan

pengetahuan dasar yang penting untuk mengetahui perilaku

pengasuh dalam memenuhi kebutuhan gizi balitanya.

Pengetahuan mengenai makanan akan berpengaruh pada

bagaimana pengasuh menyajikan makanan tersebut.

Hasil wawancara mendalam dengan kelima informan

utama mengenai komposisi makanan bergizi yang seharusnya

diberikan kepada balita diperoleh jawaban yang beragam,

namun dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa

komposisi makanan bergizi menurut informan terdiri dari

makanan pokok yaitu nasi, sayur, lauk, dan buah. Menurut

kelima informan, pemberian makanan bergizi penting dan

alasan empat informan supaya balitanya sehat sedangkan satu

informan mengatakan untuk perkembangan dan kesuburan

balita. Berikut kutipannya :

Page 140: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

123

“Menunya harus ada ikan, sayur gitu, tahu, tempe,

habis itu makan buah. Penting, buat perkembangan

kali yak, badannya biar subur gitu.” (Informan Y)

“Sayur, lauk, buah ya. Penting, supaya bocahnya

sehat.” (Informan A)

“Sayuran, lauk pauk, nasi. Iya penting, supaya sehat.”

(Informan S)

“Makan pokoknya nasi ya. Penting sih ya untuk

kesehatan dia juga.” (Informan N)

“Dikasih sayur-sayuran, buah-buahan. Penting, biar

sehat.” (Informan E)

Sedangkan pengetahuan tentang zat gizi dalam

makanan dan sumbernya hanya satu informan yang

mengetahui dan menjawab protein dari ikan, vitamin dari

sayur, energi dari susu, karbohidrat dari buah, dan lemak dari

minyak. Satu informan menjawab protein dari ikan dan tiga

informan lainnya mengaku tidak mengetahuinya atau belum

pernah mendengar mengenai zat gizi dalam makanan. Berikut

kutipannya :

“Kalo makan ikan, daging, tahu, telor ada protein yak,

kalo makan sayur ada vitaminnya apa gitu, kalo energi

kayak susu yak, kalo karbohidrat dari sayur kalo gak

Page 141: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

124

salah apa buah kali ya kalo lemak itu yang berminyak-

minyak yak, itu daging juga kali yak.” (Informan Y)

“Hehe,, apa ya, lupa mbak... Protein dari ikan

biasanya.” (Informan A)

“Belum pernah denger sih ya.” (Informan S)

“Kurang tau yak.” (Informan N)

“Gak tau.” (Informan E)

Sedangkan pengetahuan informan tentang porsi makan

yang ideal bagi balita dalam sekali makan satu informan

menjawab porsi nasi sebanyak 2 centong, sayur 1 mangkok

kecil, tempe atau tahu 1 potong, buah 1, dan susu 3 kali sehari

dan satu informan lagi menjawab nasi ½ centong, sayur 1

sendok sayur yang besar, tempe 1 potong, buah 1, dan susu 2

gelas. Satu informan menjawab nasi satu centong, tempe 1

potong, dan sayur satu sendok. Sedangkan 2 informan lain

menjawab nasi 1 centong dan tidak tahu. Untuk pengetahuan

tentang frekuensi makan yang ideal bagi balita semua informan

menjawab pemberian makan pada balita sebaiknya dilakukan

tiga kali sehari. Berikut kutipannya :

“Nasi mah sepiring ya 2 centong sekali makan, sayur

paling gak banyak cuma semangkok kecil, ada lauknya

kayak tahu 1 atau tempe 1 atau kalo ikan udang 1, kalo

ayam sepaha, kalo buah sehari 1 ya bisa jeruk atau

apel. Kalo susu 3x yak gak boleh lebih. Makan 3x

Page 142: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

125

sehari. Pagi jam 7, siang jam 12, sore atau habis

magrib.” (Informan Y)

“Nasi secentong, tempe 1 potong, sama dikasih sayur 1

sendok juga. 3x sehari sih. Pagi jam 9, siang jam 3,

malam setengah 8.” (Informan A)

“Nasi ½ centong, sayur 1 sendok sayur yang gede,

tempe 1 potong, buah 1, susu 2 gelas. Makan 3x. Pagi,

siang, sore.” (Informan S)

“Gak tau. 3x. Tergantung anak minta.” (Informan N)

“Kagak tau saya, kalo ngasih ya kasih aja secentong.

3x sehari mah. Semau anak aja kalau minta.”

(Informan E)

Sebagian besar informan mengatakan bahwa pemberian

makanan tambahan itu merupakan pemberian makanan

cemilan, satu informan menjawab makanan seperti roti, dan

satu informan menjawab pemberian susu dan bubur. Untuk

manfaat pemberian makanan tambahan setiap informan

memiliki jawaban yang berbeda, satu informan menjawab

supaya gemuk, satu informan menjawab agar sehat, satu

informan menjawab sebagai pengganti makanan utama bagi

balita yang tidak menyukai nasi, dan dua informan menjawab

tidak tahu. Sedangkan waktu pemberian makanan tambahan

sebagian besar informan menjawab tidak tahu, satu informan

mengatakan dua jam setelah sarapan dan satu informan

Page 143: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

126

menjawab waktu pemberian makanan tambahan adalah siang

hari. Untuk jajanan yang baik sebagian besar informan

mengatakan roti dan biskuit. Berikut kutipannya :

“Ya kayak biskuit, cemilan gitu yak. Iya penting biar

dia gemuk kali ya dikasih cemilan. Habis nyarap, kalo

misalnya nyarap jam 7 ya jam 9 atau jam 10 dikasih

biskuit atau bubur kacang ijo. Roti, biskuit yak.”

(Informan Y)

“Ngemil gitu. Biar sehat mbak. Nanti saya agak kasih

jarak, misalnya lagi habis makan biskuit agak ntar gitu

berapa jam baru saya kasih nasi, kadang 1 jam sih gak

tentu. Roti, susu, biskuit roma, kadang saya bikinin

ager-ager.” (Informan A)

“Kayak ngemil apa. Gak tau. Siang, gak tau juga sih.

Biskuit.” (Informan S)

“Paling makan-makanan itu kaya roti, kadang

energen. Ya penting sih, bagi bocah yang gak doyan

nasi mah penting banget, kalo orang mah makanan

tambahan kalo dia makanan utama dia. Gak tau yak.

Sebenernya kayak biskuit, sebenernya chiki juga kagak

baik ya, habis ya gimana dia kalo gak jajan.”

(Informan N)

Page 144: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

127

“Susu ama bubur. Gak sih, gak penting, paling dia

minta jajan-jajan bae. Ya kalo dia udah kenyang

yaudah jangan dikasih lagi. Gak tau. Bikin sendiri

kayak ager, ya kue-kue neneknya.” (Informan E)

Informan pendukung dari staff Puskesmas mengatakan

bahwa informasi tentang gizi sering diberikan ketika konseling

dengan informan utama, namun beberapa informan utama

sering lupa atau tidak mengerti dengan apa yang dijelaskan

oleh informan pendukung. Sedangkan informan pendukung

dari kader Posyandu menyatakan bahwa kurangnya keingin

tahuan informan utama terkait gizi dan kesehatan balita. Hal

ini karena disebabkan oleh tingkat pendidikan sebagian besar

informan utama yang masih rendah. Berikut kutipannya :

“Ya kadang lupa, kadang ada ibu yang sudah saya

jelasin terus saya suruh ulang lagi dia bingung, kadang

suka saya jelasin lagi gitu.” (Informan Pendukung Li)

“Ya ibu-ibunya kadang kita pengen ngasih informasi

ya kalo anaknya BB nya turun gitu kan 2 bulan

berturut-turut misalnya nanti jangan pulang dulu gitu,

duh gimana ya kadang gitu, gak bisa diajak

kompromi.” (Informan Pendukung Ri)

Page 145: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

128

5.4.3 Gambaran Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kasus kejadian sakit selama 3 bulan terakhir, jenis penyakit yang

diderita, serta upaya pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.

a. Informan Y

Informan mengatakan jika balitanya jarang sakit dalam tiga

bulan terakhir, jika sakit pun hanya berupa demam, batuk, atau pilek

saja sebulan sekali. Menurut informan hal ini dikarenakan balita

terlalu capek bermain, tidak mau tidur siang, atau karena jajan es.

Berikut kutipannya :

“Paling anget doang yak, saya minumin bodrexin. Iya batuk

apa pilek juga, tapi jarang ya, paling sebulan sekali doang.

Paling seharian doang, karena kagak mau tidur siang,

kecapean main, yaudah panas deh, kadang gara-gara minum

es yak.”

Sedangkan upaya terhadap pencegahan penyakit sepertinya

tidak dilakukan oleh informan, hal ini dibuktikan dengan informan

sudah tau jika balitanya akan sakit perut jika makan makanan atau

minuman yang asam, namun jika balita minta informan tetap

memberikan makanan tersebut, begitu pula dengan jajanan yang

tidak sehat, meskipun informan mengetahuinya namun informan

tetap memberikan jajanan tersebut supaya anak tidak rewel. Berikut

kutipannya :

Page 146: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

129

“Ya itu yang asem-asem dia mah gak boleh kan, ntar berak-

berak. Ya pernah (dikasih) ya dia nya mau ini, gak ngerti

minta, hehe,, ya dia mah tetep mau, dimakan. Kalo jajannya

gak sehat mah bisa sakit yak, kalo sekarang kayak sosis-

sosisan atau nugget-nuggetan yang berwarna tuh, ya tetep

yak kalo anaknya mau ya dibeliin juga, hehe.. ya nangis, ya

dianya pengen dari pada ngadat dijalanan, malu, hehe..”

Sedangkan dalam hal upaya pengobatan yang dilakukan

informan jika balitanya sakit adalah informan selalu menyediakan

obat warung seperti penurun panas, obat batuk anak yang akan

diberikan jika sewaktu-waktu balita sakit. Namun, jika dalam 3 hari

sakitnya tidak berkurang baru kemudian dibawa ke bidan terdekat.

Berikut kutipannya :

“Saya selalu sediain itu tu bodrexin anak apa obat batuk

buat anak, jadi kalo panas dikit saya langsung kasih

bodrexin. Ntar kalo 3 hari gak turun baru saya bawain ke

bidan yang disono.”

Menurut informan pendukung dalam 3 bulan terakhir balita

pernah sakit seperti demam, batuk pilek. Sedangkan upaya

pencegahan informan utama tidak mengetahuinya, dan jika

pengobatan biasanya diberikan obat yang dibeli dari warung. Berikut

kutipannya :

Page 147: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

130

“Ya paling anget, batuk, pilek gitu bae dia mah, jajan es bae

sih. Kalo dulu yak pernah itu kejang apa gitu. Kagak tau

saya.” (Informan Pendukung Ne)

b. Informan A

Dalam tiga bulan terakhir informan mengatakan jika

balitanya sering sakit, seperti demam, batuk, atau pilek. Menurut

informan balita sakit karena tertular oleh temannya atau pengaruh

cuaca atau karena balita sering minum minuman dingin. Dalam

sebulan balita bisa 1-2 kali menderita sakit. Berikut kutipannya :

“Pilek, batuk gitu, cuaca, kadang temen-temennya

(ketularan), kemarin habis sakit juga sakit panas jadi

makannya sedikit, radang mbak, kemarin kan habis musim,

batuk pilek, nelennya sakit, dikasih makan nangis. Iya,

kemarin itu pilek sama panas lagi, kan kemarin cuacanya

panaass trus hujan gitu ya, minta diurutin dia, kadang kalo

kecapean saya urutin biar enak badannya. Bisa 1 kadang 2

kali sebulan.”

Untuk upaya mencegah supaya balitanya tidak sakit sudah

informan lakukan misalnya dengan tidak langsung memberikan air

dingin kepada balitanya, namun hal ini tidak dengan gigih dilakukan

informan karena jika balita tetap meminta air dingin akan diberikan

juga oleh informan dan informan terlihat selalu menyediakan

minuman dingin di dalam lemari es. Berikut kutipannya :

Page 148: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

131

“Kalo malem kan mintanya air es mulu mbak. Jadi kan kalo

nganu apa namanya kebanyakan minum es, cuma bima kalo

gak dingin-dingin gak mau, air putih, kadang saya taroh dulu

diatas meja biar gak dingin, mau cuman masih nyariin yang

dingin, iya tak kasih tapi gak banyak, mungkin karna udah

biasa. Main tetep sama teman-temannya. Namanya juga

anak-anak ya mbak.”

Sedangkan jika balita sakit biasanya informan hanya memijat

atau mengurut balitanya. Karena menurut informan, balitanya jangan

dibiasakan minum obat, karena giginya sudah rusak akibat sewaktu

kecil dulu sering diberikan obat jika sakit. Berikut kutipannya :

“Alhamdulillah ini kalo agak capek dikit saya urut gitu, pake

minyak haji ros saya urut. Saya urutin gitu, saya kerokin,

Alhamdulillah berapa lama udah keringetan gitu. Kalo yang

agak ringan-ringan saya tanganin sendiri, seumpamanya

udah agak-agak berat, saya obat, biar ga biasa obat gitu.

Makanya kalo udah segini rada takut kalo dikasih obat,

soalnya giginya udah rusak. Giginya dulu kan bagus, trus

karna sering sakit-sakitan jadi sering dikasih antibiotik. ini

kan anu panas. Ini kalo udah sehat berapa hari, sakit lagi.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama bahwa

balita sering sakit karena faktor cuaca dan minum es. Untuk upaya

pencegahan tidak diberikan minuman dingin untuk balita dan

Page 149: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

132

pengobatan hanya diurut karena balita tidak boleh dibiasakan minum

obat. Berikut kutipannya :

“Iya mbak, kan sekarang lagi panas-panasnya ya, trus dia

kalo malem gitu, mau tidur minumnya yag dingin-dingin.

Padahal sering tak bilangin jangan minum es. Kalo udah

keliatan mau sakit dipijitin sama mamanya. Demam, batuk,

kalo udah batuk ya pilek. Gak sih ya, jangan dibiasain obat.”

(Informan Pendukung Ad)

c. Informan S

Informan mengaku jika balitanya sangat sering sakit dalam 3

bulan terakhir, seperti demam, batuk, pilek, muntah, dan diare. Hal

ini dikarenakan balita terlalu sering jajan, minum es, atau karena

kecapean bermain. Berikut kutipannya :

“Ya kadang-kadang panas, batuk, pilek, diare kan sering

sebulan 2 atau 3 kali. Iya dia kalo jajan salah minum es apa

gitu langsung batuk, kecapean biasa maen mulu, makannya

kan kadang kurang minumnya es mulu. Gak panas sih

badannya, cuman batuk dari kemaren, kalo lagi batuk dia

muntah.”

Meskipun informan mengetahui penyebab balitanya sakit

seperti karena jajan, namun tidak ada upaya gigih yang dilakukan

informan untuk mencegah agar balitanya tidak jajan makanan atau

Page 150: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

133

minuman tersebut kecuali dilakukan hanya ketika balita sakit, seperti

kutipan berikut :

“Kalo makan es langsung itu iya, berak-berak, ampe pucet

tuh bocahnya. Kan kalo lagi minum es itu sakit langsung

batuk, jadi turun timbangannya gitu, panas batuk gitu doang,

ya kalo abis minum es, sehari ampe berapa tuh, batuk, pilek,

buang air. Kalo lagi pas gitu (sakit) ya saya hentiin, tar kalo

udah sembuh ya minum lagi, namanya juga bocah, dimana

ada kulkas ya warungnya tinggal buka doang.”

Informan mengatakan jika selalu menyediakan obat yang

dibeli dari warung untuk diberikan kepada balitanya jika sedang

sakit. Menurut informan, jika balita sakit sebaiknya ditangani

terlebih dahulu dengan cara tradisional seperti dikerokin

menggunakan bawang merah dan minyak. Namun, jika sudah 3 hari

sakit balita belum berkurang maka balita dibawa ke dokter. Berikut

kutipannya :

“Gak. saya tanganin dulu, kalo batuk dikit saya minumin itu

yang formula 44 anak, ya kalo panas saya kasih itu aja

bawang sama asem di parut dan di pijek dikasih minyak trus

saya polesin gitu, adeeemm,, emang obatnya begitu. Cuma

orang jawa gitu ya obatnya. Katanya kalo bocah panas

jangan diselimutin, jangan diapain, dikasih asem ama

bawang aja. Kalo diselimutin takut step. Trus saya minumin

Page 151: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

134

bodrexin juga. Kalo 3 hari gak sembuh baru saya bawa ke

dokter.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan pendukung

bahwa balitanya sering menderita sakit seperti batuk dan diare

karena sering sekali jajan dan sedikit makan. Namun, untuk upaya

pencegahan informan mendukung sering memberi tahu istrinya

untuk melarang balita supaya tidak sering jajan, sedangkan dalam

hal pengobatan biasanya diberikan obat yang dibeli dari warung.

Berikut kutipannya :

“Iya, dia mah sering ya kayak batuk gitu sering banget

kadang sampe muntah, terus buang air juga. Kalo udah

jajan-jajan kayak es, apa itu macem-macem, makanya sakit

mungkin yak. Sering saya kasih tau mamanya biar ngelarang

gitu, pas ada saya aja dia jarang jajan. Iya, paling beli di

warung depan aja ya.” (Informan Pendukung Sn)

d. Informan N

Menurut informan balitanya jarang sakit selama 3 bulan

terakhir. Balita hanya sakit satu kali dalam sebulan seperti demam,

batuk, atau pilek. Hal ini dikarenakan balita sering mengkonsumsi es

atau minuman dingin, seperti kutipan berikut :

“Enggak sih, jarang yak, paling sekali. Dia mah kalo lagi

batuk, meriang, kalo badannya panas gak dirasain itu. Ya

karna minum es tiap hari dia mah.”

Page 152: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

135

Informan hanya sebatas memberitahukan balitanya supaya

tidak jajan ketika sakit, namun tidak ada tindakan secara tegas yang

ditunjukkan informan, sehingga balita tidak menghiraukan perkataan

informan. Sedangkan untuk pengobatan balita ketika sakit tidak

dilakukan karena menurut informan tanpa diberikan obat pun balita

akan sembuh sendiri nantinya, dan uang untuk berobat bisa

digunakan untuk balitanya jajan. Berikut kutipannya :

“Enggak dikasih apa-apa, dia mah kalo lagi batuk, meriang,

kalo badannya panas gak dirasain itu. Kalo lagi panas batuk,

saya bilang bang jangan jajan es, alah mak es-es, es mah

beli aja terus katanya, tar sembuh sendiri. Kayak kemarin

badannya kan panas, saya bilang ke dokter ya bang, kata dia

ah panas segini mah, sayang-sayang tau mending buat jajan

abang aja nanti. Paling sembuh sendiri 3 hari.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama bahwa

balita jarang sakit, biasanya hanya demam atau pilek saja dan tidak

ada pencegahan dan pengobatan yang dilakukan jika balita sakit.

Berikut kutipannya :

“Jarang, paling dia anget apa pilek doang, biasa es terus.

Gak ada sih, kadang kalo dia lagi batuk juga kalo minta es

ya beli aja. Gak mau minum obat dia mah. Biarin aja, ntar

kan sembuh sendiri biasanya.” (Informan Pendukung I)

Page 153: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

136

e. Informan E

Informan mengatakan jika balitanya sering sakit, baik itu

demam, batuk, pilek, atau diare. Dalam satu bulan balita bisa 3-4 kali

menderita sakit. Menurut informan biasanya balita sakit karena

tertular oleh temannya atau karena sering jajan. Selain itu, informan

menganggap jika balitanya sakit itu adalah pertanda balitanya mau

pintar. Seperti dalam kutipan berikut :

“Dia mah sakit mulu. Bisa 2 apa 3 kali tuh sebulan. Paling

anget badannya, batuk, pilek, berak-berak, gitu bae udah. Itu

gara-gara makan somay kemaren, kadang gara-gara minum

ituan punya engkongnya minum yang jeruk itu, nutrisari.

Pagi-pagi, belon makan nasi minum, ngambil di kulkas

sendiri. Iya main, ya pada ketempelan bocah juga ya itu,

gara-gara makan ya permen, chiki gitu, dia batuk, tapi cepat

kena radang dia mah. Ya mau pinter biasanya kalo sakit ya.”

Meskipun balita sedang sakit, informan terkadang tetap

memberikan makanan yang seharusnya tidak diberikan seperti

penuturan informan berikut yang mengatakan bahwa tidak masalah

jika balita hanya diberikan sedikit makanan pedas meskipun saat itu

balita sedang diare. Seperti kutipan berikut :

“Tadi sih berak-berak. Paling sekali doang udah, tapi kalo

orang lagi makan (pedas) suka minta. Tadi kan makan

lontong itu pake sambel (padahal balita sedang diare).”

Page 154: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

137

Dalam hal pengobatan balita biasanya informan memberikan

obat warung terlebih dahulu jika balita menderita demam, diare, atau

batuk. Sedangkan jika balita sedang flu atau pilek, informan tidak

memberikan obat apapun karena menurut informan jika diberikan

obat akan semakin “meler” dan jika sudah 2 hari balita terlihat masih

lemas maka informan kemudian membawanya ke dokter seperti

kutipan berikut :

“Gak, dicegah dulu, dikasih bodrexin. Kalo pilek kan gak

bisa, kalo anget paling saya kasih bodrexin, kalo batuk kasih

OBH anak, kalo 2 hari kagak ini, tiduran bae yaudah bawa

ke dokter. Paling beli tolak angin anak dulu apa mungkin dia

masuk angin. Makanya kalo dia lagi anget buru-buru dikasih

obatnya, disiapin gitu, tolak angin juga, bodrexin. Kalo pilek

gak usah dikasih obat. Sembuh sendiri dia. kalo dia dikasih

obat malah ini, malah meler mulu. Kata Bapaknya gak usah

dikasih obat, ntar kebiasaan. Paling kalo 3 hari gak turun-

turun panasnya bawa kesitu (klinik) berobat.”

Informan pendukung juga mengatakan hal serupa bahwa jika

balita sakit tandanya mau pintar, untuk pencegahan biasanya

informan sering menasehati supaya balita tidak sering jajan di luar.

Sedangkan pengobatan diberikan obat warung saja. berikut

kutipannya :

“Ya namanya juga bocah kan mau pinter kalo berak-berak,

lemas, panas, apa batuk biasanya kalo sakit ada kemauan

Page 155: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

138

nakal apa mau apa gitu. Ya tau, kadang tak bilangin juga

jangan jajan di luar terus yak. Paling diminumin obat dari

beli disitu (warung).” (Informan Pendukung Er)

5.4.4 Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Infeksi

Faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi meliputi sanitasi

dan hygiene, pelayanan kesehatan, dan pengetahuan informan mengenai

penyakit infeksi dan pemeliharaan kesehatan balita.

5.4.4.1 Sanitasi dan Hygiene

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sanitasi

dan Hygiene adalah upaya informan dalam menjaga

kebersihan lingkungan meliputi penggunaan air bersih,

pertukaran udara dan pencahayaan rumah, pembuangan

sampah, penyediaan WC di dalam rumah dan kebersihan diri

meliputi kebiasaan mencuci tangan, mandi dan mengganti

pakaian balita. Berikut hasil observasi keadaan rumah

informan dan wawancara mendalam dengan informan.

a. Informan Y

Keluarga informan tinggal di rumah orangtua informan,

sehingga informan dapat menghemat pengeluaran bulanan

karena tidak perlu membayar uang kontrakan. Rumah yang

ditempati informan terdiri dari tiga kamar tidur, satu ruang

tamu merangkap ruang makan dan ruang keluarga, satu dapur,

dan satu kamar mandi. Pintu rumah terdapat di bagian depan

dan samping. Sedangkan jendela dan ventilasi hanya di bagian

Page 156: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

139

depan saja, sehingga pencahayaan dan pertukaran udara sangat

baik di bagian ruang tamu, namun kurang di bagian kamar dan

dapur sehingga terlihat gelap dan pengap.

Di bagian samping rumah terlihat banyak kayu yang

digunakan informan untuk memasak air. Karena menurut

informan air yang dimasak banyak, sedangkan jika

menggunakan kompor gas akan memakan waktu lama. Di

bagian dapur sering terpapar dengan asap tersebut. Sumber air

berasal dari sumur bor. Kamar mandi terlihat tidak terawat,

karena pintunya tidak tertutup rapat dan sudah rusak, lantai

yang terbuat dari semen juga sudah bolong yang

mengakibatkan air menjadi tergenang.

Terlihat satu tempat sampah di samping rumah tersebut.

Sampah yang telah terkumpul nantinya akan dibuang ke

empang atau sawah 2 sampai 3 hari sekali. Informan Y terlihat

menyapu rumah bagian dalam sebanyak satu sampai dua kali

sehari, sedangkan halaman hanya sekali sehari. Untuk

kebersihan diri balita biasanya informan mencuci tangan balita

sebelum makan dan setelah bermain, balita dimandikan sehari

dua kali dan diganti pakaiannya setiap habis mandi atau jika

baju balita sudah terlihat basah. Berikut kutipan hasil

wawancara dengan informan :

“Buat sehari-hari, mandi, minum, air sumur bor.

Sampah dikumpulin dulu, itu di samping kan ada

Page 157: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

140

tempat sampah. Iya di sawah ada empang ada pohon

ada apa bae, dibuang trus dibakar kalo perlu 2 atau 3

hari sekali, bapak sih yang buang. Di WC belakang,

iya di dalem. Kalo rumahnya ada jendela yak, ini mah

rumahnya rapet banget cuma depannya doang,

harusnya belakang ada (jendela) samping ada, biar

gak engap kali yak, biar gak panas. Cuci tangan kalo

mau makan, kalo habis main, kalo nyuci sendiri mah

pake air doang, kalo habis megang-megang apa, kalo

mau makan cuci tangan dulu, kalo gak mau ya saya

gendong cuci tangan dulu. Mandi 2x, gosok gigi,

sampoan tiap pagi doang sih kalo sore gak mau. Ganti

baju setiap habis mandi atau bajunya basah dia minta

ganti.”

Informan pendukung juga mengatakan bahwa sumber

air keluarga berasal dari sumur bor dan digunakan untuk

keperluan sehari-hari. Untuk usaha pergantian udara dan

pencahayaan rumah informan mengatakan tidak mengerti,

sedangkan upaya membuang sampah dikumpulin terlebih

dahulu kemudian dibuang ke empang dan tempat membuang

hajat biasanya adalah di WC rumahnya. Dalam usaha menjaga

kebersihan rumah dilakukan dengan menyapu dan untuk

kebersihan balita dengan memandikan balita, selebihnya

Page 158: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

141

informan mengaku tidak terlalu memperhatikan. Berikut

kutipannya :

“Ngebor di samping, ya dipake buat minum, nyuci,

masak, semuanya. Kagak ngerti saya begitu. Sama

engkongnya dibawa keempang, kalo di rumah udah

penuh kan sekalian nyari kayu buat masak air, sekalian

dibawa kesono. Di WC di dalem noh. Ya disapu sama

dia depan belakang. Bocahnya dimandiin, kagak tau

sih, kagak merhatiin banget saya.” (Informan

Pendukung Ne)

b. Informan A

Keluarga informan tinggal di sebuah rumah kontrakan

seharga Rp 550.000,- perbulan yang terdiri dari tiga sekat,

sekat pertama atau bagian depan dijadikan sebagai ruang tamu

dan ruang keluarga, sekat kedua sebagai kamar tidur, dan sekat

terakhir sebagai dapur, di bagian dapur terdapat satu kamar

mandi. Rumah informan memiliki dua buah pintu, yaitu di

bagian depan dan belakang dan satu buah jendela dan ventilasi

di bagian depan. Pencahayaan dan pertukaran udara tergolong

cukup karena belum terdapat bangunan tinggi di sekitar rumah

informan sehingga cahaya matahari dan udara dapat masuk dan

menerangi rumah.

Sumber air yang digunakan berasal dari sumur bor.

Kondisi kamar mandi terlihat cukup terawat. Informan

Page 159: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

142

memiliki satu tempat sampah yang diletakkan di bagian depan

rumah, sedangkan di bagian belakang sampah hanya

dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik dan

digantungkan di dinding dekat pintu belakang. Informan

terlihat menyapu dan mengepel lantai sebanyak dua sampai

tiga kali sehari, sedangkan halaman satu sampai dua kali

sehari. Informan membiasakan balita untuk mencuci tangan

sebelum makan dan setelah bermain. Balita dimandikan dan

digantikan pakaiannya setiap pagi dan sore, seperti kutipan

berikut :

“Sumur bor, nganu buat mandi, nyuci, semuanya. WC

lah, di samping dapur itu. Ya dibuka (jendela) biar

anginnya masuk ya, adem gak panas. Iya ada tempat

sampahnya nanti dibuang ke depan sama bapaknya,

tiap hari, kalo di belakang cuma saya masukin plastik

aja, hehe..“Iya, saya biasain cuci tangan sebelum

makan, habis main tak cuciin, kadang pake (sabun)

kadang pake air aja, yang penting kan saya cuci bersih

ya. Mandi ya pagi sama sore, langsung diganti bajunya

habis mandi, pakein yang baru lagi.”

Informan pendukung juga mengatakan bahwa sumber

air berasal dari sumur bor dan digunakan untuk keperluan

sehari-hari, kecuali minum karena menggunakan air isi ulang.

Cara pergantian udara dan pencahayaan rumah menurut

Page 160: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

143

informan dengan membuka jendela rumah, dan membuang

sampah di tempat sampah serta membuang hajat di WC dalam

rumah. Dalam upaya menjaga kebersihan rumah informan

pendukung mengaku istrinya sering menyapu dan mengepel

lantai. Untuk kebersihan balita dilakukan dengan

memandikannya dan memakai sandal ketika bermain. Berikut

kutipannya :

“Kita dari sumur bor makainya, pokoknya gak buat

minum karna kita beli yang isi ulang. Jendela dibuka

biar cahayanya masuk gitu maksudnya ya. Sampah ya

biasa buangnya di tempat sampah kadang kita

kumpulin di plastik dulu baru nanti saya buang gitu. Di

dalam (WC). Kalo dia sih seneng banget ya nyapu

ngepel gitu, kan banyak anak-anak biar bersih ya,

dimandiin, trus kalo main ya harus pake sandal. Mau

makan ya cuci tangan.” (Informan Pendukung Ad)

c. Informan S

Keluarga informan menempati sebuah rumah kontrakan

yang memanjang ke belakang yang terdiri dari satu kamar

tidur, satu ruang tengah merangkap ruang keluarga dan ruang

beristirahat suami, informan, dan balita, satu dapur, dan kamar

mandi. Pintu rumah terdapat di bagian tengah. Sedangkan

jendela terdapat di bagian kamar tidur namun tidak pernah

dibuka karena terhalang dengan bangunan yang lebih tinggi.

Page 161: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

144

Selain di kamar, terdapat satu jendela kecil di bagian ruang

tengah dan ventilasi di bagian dapur. Namun, pencahayaan dan

pertukaran udara tergolong kurang, sehingga udara di dalam

rumah terasa panas, gelap, dan pengap. Kondisi kamar mandi

terlihat tidak terawat dan gelap.

Sumber air berasal dari sumur bor dan informan terlihat

sering kekurangan air karena informan malas untuk

menyalakan air yang terletak di rumah pemilik kontrakan yang

berada tidak jauh dari rumah informan. Informan tidak

memiliki tempat sampah, dan hanya memasukkan sampah ke

dalam plastik kemudian setiap pagi di buang di pasar ketika

mengantar anak keduanya sekolah. Informan terlihat menyapu

rumahnya 1 atau 2 kali sehari dan menyapu halaman 1 sampai

2 hari sekali. Informan mencuci tangan balita setiap habis

bermain dan mandi serta mengganti pakaian balita sebanyak

dua kali sehari. Berikut kutipannya :

“Sumur di bor, ya buat sehari-hari aja kayak mandi,

minum, gitu. Iya di dalam WC nya. Bawa ke pasar, dari

rumah kan ada tempat sampah jadi dikumpulin dulu

baru di buang ke pasar. Tiap hari dibawa sekalian

nganter anak saya sekolah. Pake plastik trus langsung

diikat dibawa. Gak tau saya (pergantian dan

pencahayaan rumah). Kalo habis main cuci tangan, ya

kadang gak kadang pake, kalo kotor banget ya pake

Page 162: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

145

sabun kalo gak ya sirem aja. Mandi biasa 2x. Dua kali,

ya gak mandi kalo udah keliatan kotor ya saya ganti

bajunya, saya lapin kalo mau tidur saya ganti.”

Informan pendukung mengatakan bahwa sumber air

yang digunakan keluarganya berasal dari sumur yang dibor,

dan biasa digunakan untuk keperluan seperti mencuci,

memasak, mandi dan sebagainya. Untuk usaha dalam

pergantian udara dan pencahayaan rumah informan

mengatakan jika rumahnya tidak mempunyai jendela. Sampah

biasanya dibuang di pasar setiap hari. Informan juga memiliki

WC di dalam rumah. Untuk menjaga kebersihan rumah

biasanya dengan cara disapu sedangkan kebersihan balita

dengan cara dimandikan. Namun informan mengakui tidak

mengetahui secara detail apa yang dilakukan informan utama.

Berikut kutipannya :

“Disini pake air sumur depan itu, nanti tinggal nyalain

mesinnya. Buat semuanya, keperluan hari-hari lah.

Apa ya, jendela kagak punya kita, ya begini apa

adanya aja. Saya bawa setiap hari pas nganter masnya

sekolah, sekalian lewat saya buang di pasar, iya udah

diiket-iketin dimasukin plastik. Di kamar mandi dalam.

Disapu, kurang tau sih, gak merhatiin juga saya yak.

Mandi, mau sekolah, sore mandi lagi. Gimana-

Page 163: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

146

gimananya gak terlalu merhatiin saya.” (Informan

Pendukung Sn)

d. Informan N

Informan memiliki sebuah rumah yang ditempati

bersama kedelapan anggota keluarganya, yang terdiri dari tiga

sekat yaitu sekat pertama sebagai ruang tamu merangkap ruang

keluarga dan ruang tidur keluarga informan yang laki-laki,

sekat kedua sebagai kamar tidur keluarga informan yang

perempuan, dan sekat ketiga yang terdiri dari dapur dan kamar

mandi. Terdapat satu pintu, satu jendela, dan dua ventilasi di

rumah informan, namun tidak membuat rumah informan

mendapatkan pencahayaan dan pertukaran udara yang cukup

karena rumah informan terhalang bangunan rumah yang lebih

tinggi sehingga cahaya tidak bisa masuk. Kamar mandi terlihat

tidak terawat dengan baik karena terdapat genangan air dan cat

tembok yang sudah terkelupas.

Sumber air berasal dari sumur bor. Informan

membuang sampah di dalam sebuah plastik yang digantungkan

di tembok bagian depan rumah dan jika sudah penuh baru di

buang ke tempat sampah yang terletak di belakang rumahnya.

Dalam sehari informan terlihat menyapu rumahnya hanya

sekali, jika rumah sudah terlalu kotor baru kemudian informan

membersihkannya. Informan mengatakan jika balitanya dalam

sehari bisa mandi sebanyak lima kali karena karena merasa

Page 164: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

147

gerah dan mengganti pakaian setiap habis mandi. Namun,

balita tidak dibiasakan mencuci tangan. Berikut kutipannya :

“Sumur bor. Buat mandi ama minum kan. Di WC mah

di dalem. Setiap hari, ya dikumpulin kalo udah banyak

seplastik buang di belakang sono. Kurang tau yak

(pergantian dan pencahayaan rumah). Kagak, kadang

cuci kadang kagak dia mah. Biasanya ya kita mandiin

dia, lap yang bersih ya kan, dia sih udah kayak ikan

gak keitung, dikit-dikit nyebur, kadang bisa sehari 5

kali mandinya, kadang malem-malem dia rasa gerah

yaudah nyebur gitu. Ya kadang bisa 4 kadang 5, cucian

kadang ampe banyak banget.”

Sedangkan informan pendukung mengaku tidak

mengetahui mengenai sumber air keluarga namun mengatakan

jika air biasanya digunakan untuk masak, minum, mandi,

mencuci dan sebagainya. Informan juga mengaku kurang

paham mengenai upaya pergantian udara dan pencahayaan

rumah, sedangkan sampah biasanya dibuang di plastik yang

digantungkan di depan rumah, keluarga informan juga

memiliki WC di dalam rumah dan usaha yang dilakukan untu

menjaga kebersihan rumah adalah dengan menyapu,

sedangkan untuk menjaga kebersihan balita dengan

memandikannya. Informan mengaku jika balita jarang mencuci

Page 165: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

148

tangan, dan bermain diluar tanpa menggunakan sandal. Berikut

kutipannya :

“Gak tau, buat masak, mandi, nyuci, minum. Gak

ngerti kak. Biasanya digantung disitu, kayak gitu, nanti

kalo udah penuh baru dibuang. Iya, di WC rumah ada

dibelakang. Paling disapuin ya biar bersih. Biasanya

dia mandi, mandi sendiri seringnya sih, kalo udah

ngerasa gerah langsung tuh. Jarang banget (cuci

tangan), kadang ya habis lari-larian tuh kan gak pake

sandal ya, langsung aja main masuk ke dalam, injak-

injak kasur gitu.” (Informan Pendukung I)

e. Informan E

Informan tinggal di rumah yang bersebelahan dengan

rumah orangtuanya yang terdiri dari satu ruang tamu, satu

kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Pintu, jendela, dan

ventilasi hanya terdapat di bagian depan rumah sehingga

memungkinkan cahaya masuk dan hanya menyinari bagian

ruang tamu saja. Untuk kamar tidur dan bagian dapur terlihat

pengap. Sedangkan kawar mandi terlihat sedikit berantakan

dan terdapat beberapa sangkar burung di atasnya.

Sumber air berasal dari sumur bor. Sedangkan sampah

informan kumpulkan dalam sebuah plastik atau kadang hanya

meletakkan di lantai saja kemudian baru dikumpulkan dan di

bakar di belakang rumahnya atau sesekali dibuang di pasar

Page 166: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

149

bersamaan dengan orangtua informan berbelanja kebutuhan

sehari-hari. Informan terlihat 1 sampai 2 kali dalam sehari

menyapu rumah dan halamannya. Informan membiasakan

balitanya mencuci tangan setelah bermain kotor, menurut

informan balita sering bermain di kandang ayam sehingga

tangannya perlu dicuci bersih. Balita dimandikan sebanyak tiga

kali sehari dan mengganti pakaian setiap habis mandi atau

ketika baju balita terlihat basah. Berikut kutipannya :

“Ngebor, udah minum, mandi, semuanya. WC mbak.

Di belakang di bakar, kalo udah penuh baru bakar.

Tiap hari buang, bakar bareng-bareng, ada tempat

sampah dibikinin kan ada tanah kosong, kadang buang

di pasar. Cuci tangan pakai sabun, itu dia main kotor

mulu, main di kandang ayam, kalo gak main dikandang

ayam ya gak. Bisa 3x kalo dia lagi gerah ya saya

mandiin. Dia mah komplit pake sampo, sabun, sikat

gigi. Ganti baju juga bisa 3x tiap habis mandi, kalo

bajunya basah ganti lagi.”

Informan pendukung mengatakan bahwa sumber air

berasal dari sumur bor dan digunakan untuk mandi, masak dan

keperluan sehari-hari. Sedangkan upaya pergantian udara dan

pencahayaan rumah menurut informan jika sedang hujn akan

terasa segar dan jika panas terasa sumpek. Untuk sampah

biasanya dibuang dibelakang langsung, sedangkan menjaga

Page 167: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

150

kebersihan rumah dengan cara disapu. Dalam menjaga

kebersihan balita biasanya jika balita bermain kotor tangannya

dicuci menggunakan sabun, sebelum tidur mencuci tangan,

mandi dua sampai tiga kali sehari sedangkan ganti baju dua

kali sehari jika tidak kotor. Berikut kutipannya :

“Ya ngebor, untuk mandi, masak, ya keperluan sehari-

hari. Kalo lagi ujan rasa seger ya kalo lagi panas

kadang rada sumpek sedikit gitu. Buang dibelakang.

Nyapu. Ya kalo lagi main kotoran ya dicuci tangannya

pake sabun, kalo udah mau tidur cuci tangan. Kalo

mandi sehari 2x, kalo lagi kotor ya bisa 3x sehari, kalo

gak main kotor ya 2x ganti bajunya, gitu.” (Informan

Pendukung Er)

5.4.4.2 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah keterjangkauan informan terhadap upaya

pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti

imunisasi, penimbangan anak, pemberian PMT-P, penyuluhan

kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan seperti Posyandu,

Puskesmas, bidan, dokter, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kelima

informan, diketahui bahwa sebagian besar informan

mengetahui manfaat imunisasi supaya terhindar dari penyakit,

satu informan menjawab supaya balita menjadi lebih segar

Page 168: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

151

badannya dan satu informan tidak mengetahui manfaat

imunisasi. Meskipun demikian, sebagian besar informan

melakukan imunisasi kepada balitanya secara lengkap, hanya

satu informan yang memberikan satu jenis imunisasi saja

karena informan mengaku jika tidak diperbolehkan oleh ibu

informan dengan alasan balita menjadi kecil jika diimunisasi.

Berikut kutipannya :

“Yah, dia gak, cuma campak doang lagi dia bayi, gak

boleh dari neneknya. Gak tau, kan lahirnya dirumah

gak di bidan. Nanti kecil bocahnya katanya gitu, kalo

saya kan mau ya tapi gak boleh. Tau, biar jaga

kesehatan, biar gak gampang sakit.” (Informan Y)

“Iya, lengkap dia imunisasinya, cuma saya lupa ya apa

saja, pokoknya sesuai kayak di KMS aja. Biar

terhindar dari macam-macam penyakit.” (Informan A)

“Lengkap, 9 bulan udah komplit semuanya. Ada sih

ono (di KMS), campak, apa ya BCG 1, BCG 2. Biar

gak kena penyakit.” (Informan S)

“Lengkap. Kurang tau, kurang nanya sih yak. Lupa.”

(Informan N)

“Lengkap. Kagak ingat yang ingat cuma suntik campak

doang. Setiap bulan saya mah, itu lagi 9 bulan

Page 169: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

152

terakhir. Untuk kesehatan badan biar seger.”

(Informan E)

Sebagian besar informan pendukung tidak mengetahui

apakah balita diimunisasi secara lengkap atau tidak. Satu

informan pendukung mengatakan jika balita diimunisasi

lengkap dan satu informan mengatakan jika hanya diimunisasi

campak. Berikut kutipannya :

“Kagak, sekali doang dia mah dulu. Ya kagak boleh

sama saya, bocahnya pan lahirnya udah kecil, 2 kilo

lebih dikit, ya kalo pake disuntik-suntik gitu lagi ya

makin kecil kata saya mah.” (Informan Pendukung Ne)

“Kurang tau ya.” (Informan Pendukung Ad)

“Kurang tau ya saya.” (Informan Pendukung Sn)

“Kurang tau kalo itu kak.” (Informan Pendukung I)

“Iya lengkap semua. Gak begitu ingat ya.” (informan

Pendukung Er)

Semua informan mengaku jika penimbangan balita

penting untuk mengetahui berat badan balita, namun beberapa

informan mengaku pernah tidak menimbang balitanya dengan

alasan bekerja, malas, tidak mengetahui adanya penimbangan

di hari tersebut, dan sebagainya. Bahkan satu informan

mengaku balitanya sering datang ke Posyandu sendiri untuk

Page 170: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

153

melakukan penimbangan dikarenakan informan bekerja dan

informan mengaku bosan menimbang balitanya ke Puskesmas

karena berat badan balita tidak naik-naik dan tidak

mendapatkan PMT-P lagi. Berikut kutipannya :

“Dari 9 bulan, rutin. Iya lagi 9 bulan badannya kecil

tapi anaknya aktif. Beda-beda, kalo gak di Posyandu ya

di Puskesmas, pernah di ACT juga. Biar liat

perkembangannya, untuk mengetahui berat badan

anak.” (Informan Y)

“Sebulan sekali nimbangnya, tanggalnya gak nentu,

kadang tanggal 20 kadang 19 kayak kemarin, gak

nentu disini mungkin karna ibu-ibunya sibuk atau

gimana. Makanya kadang dateng kadang gak, hehe..

kadang kadernya suka dateng ngasih tau biar nimbang

gitu. Ya kalo gak kemana-mana saya dateng. Kadang

kan nimbangnya pagi, pas saya nganter kakaknya

sekolah. Penting sih ya, biar tau berapa

timbangannya.” (Informan A)

“Iya setiap bulan, paling setaun bolosnya 2 atau 3

hari. Males kadang gak denger juga. Tanggalnya beda-

beda. Kadang males udah siang. Ya penting buat tau

timbangannya turun apa gak.” (Informan S)

Page 171: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

154

“Nimbang sih, kadang kalo lagi ada posyandu dia

dateng sendiri, Bu RT abang mau nimbang dong, kan

posyandunya deket sini, kadang dia nimbang sendiri,

kadang bu RW nanyain abang nimbang sendiri ii nya

mana, noh lagi tiduran, begitu. Kadang kalo pulang

kerja dikasih tau ama bu RW nya, tadi si raihan

nimbang, berapa bu RW gitu yak, 11 katanya, iyak tar

bulan berikutnya saya tanya bu RW raihan nimbang?

Iya, berapa? 10,5 yah kagak naik dah kata saya gitu.

Umur berapa dia ya nimbang, pokoknya pas kejadian

BB nya turun terus tuh. Kan dulu posyandunya kurang

aktif jadi saya bawa ke Puskesmas dari pada putus. 3

tahun setengah udah gak pe PKM lagi, kayaknya lama-

lama bosen juga, bosennya gini badannya segitu, dah

gitu gak dapet jatah susu lagi. Sebenarnya sih penting,

maksudnya biar tau timbangan dia gitu. Tapi kan saya

kerja, kakaknya kerja, paling ii di rumah, ya namanya

bocah segitu kadang ya namanya ABG ya, kadang

merhatiin kadang gak.” (Informan N)

“Baru 2 tahun baru ke Puskesmas, iya rutin, kan ke

Puskesmasnya kalo disuruh doang, kalo kagak ya

paling kadang ke Posyandu. Penting, buat ketauan

timbangannya.” (Informan E)

Page 172: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

155

Sebagian besar informan pendukung dari keluarga tidak

terlalu memperhatikan dan mengetahui tentang penimbangan

balita, sedangkan menurut informan pendukung dari kader

Posyandu, ibu balita ada yang rutin dan jarang ke Posyandu

untuk melakukan penimbangan. Berikut kutipannya:

“Gak tau saya.” (Informan Pendukung Ne)

“Kurang tau sih ya.” (Informan Pendukung Ad)

“Ya kadang bilang kalo mau nimbang, cuma saya gak

terlalu ini yak.” (Informan Pendukung Sn)

“Dianya nimbang sendiri ke Posyandu, kalo liat ada

rame-rame gitu dia dateng tuh, ntar dipanggilin ama

bu RT.” (Informan Pendukung I)

“Kurang tau juga sih, tapi biasanya disiarin kan dari

sononya.” (Informan Pendukung Er)

“Kalo Y rutin, kalo A kadang ada bolongnya juga, kalo

gak disamperin kadang gak dateng, alasannya gak tau,

padahalkan udah disiarin, makanya kadang saya puter

yang bagian banyak balitanya meskipun nanti disiarin,

nanti nimbang ya di posyandu gitu. Kadang bidannya

nanyain A dateng gak, kalo gak disuruh paranin.

Maunya saya kan kalo disiarin kan pasti kedengaran

Page 173: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

156

ya datenglah diusahain, kan anaknya masih dalam

pengawasan, gitu sih.” (Informan Pendukung Ri)

Sebagian besar informan mengatakan jika PMT-P yang

diberikan oleh Puskesmas rata-rata berkisar antara 2-4 dus susu

dan 1-2 bungkus biskuit. Sedangkan saat pemberian PMT-P

tersebut menurut sebagian besar informan, petugas Puskesmas

atau kader Posyandu tidak memberitahukan cara pemberian

PMT-P kepada balita, namun dua informan mengatakan jika

petugas Puskesmas atau kader Posyandu terkadang

memberikan saran agar balita mau mengonsumsi dan tidak

bosan dengan PMT-P tersebut. Berikut kutipannya :

“Dapet susu kadang 2, kadang 4 dus, kalo biskuit 1

kadang juga 2 bungkus. Paling dikasih doang, ama

kadang suka dibilangin suruh bikinin ager biar bocah

kagak bosen gitu, pernah saya bikinin sekali eh yang

dimakan agernya doang, biskuitnya kagak. Ya gak saya

bikin lagi, habis bocahnya kagak doyan, paling celup

pake susu dia mah.” (Informan Y)

“Susu paling dapet 1 kadang dikasih 2, biskuit kadang

1 kadang 2 juga. Dikasih gitu aja, pernah dikasih tau

sih disuruh buatin puding atau ager gitu biar gak bosen

katanya. Iya, saya sering bikin ager, cuma gak pakai

biskuit, karna bocahnya suka makan gitu aja apa

dicelupin ama susu, gitu.” (Informan A)

Page 174: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

157

“Pernah dapet 2, kadang 4 dus, biskuit 1 kadang 2

ituan. Dikasih gitu aja mah, kagak ngomong apa-apa

sih.” (Informan S)

“Susu 2 sih biasanya yak, kalo biskuit mah kadang 1

kadang 2 bungkus, tergantung dari sononya juga sih

yak. Dikasih bae, udah.” (Informan N)

“Tergantung yak, kadang dikasih 2 kadang 4 dus,

biskuit 1 kadang juga 4. Kasih aja gitu, emang bilang

apa, hehe..” (Informan E)

Informan pendukung dari petugas Puskesmas dan kader

Posyandu juga mengatakan bahwa PMT-P yang diberikan

sesuai dengan ketersediaan di Puskesmas. Sedangkan saat

pemberian PMT-P tidak ada penjelasan tentang cara pemberian

PMT-P kepada balita, namun terkadang petugas menyarankan

jika PMT-P bisa divariasikan dengan membuatkan puding,

sop, dan sebagainya. Petugas Puskesmas dan kader Posyandu

juga mengakui bahwa tidak ada pengawasan khusus dalam

program PMT-P tersebut. Berikut kutipannya :

“Ya 4, kalo gak 6 dus tergantung gramnya sama

persediaan dari Dinkes. Kadang kita anjurkan untuk

bikin sopnya dicampur susu, tapi kadang tergantung

ibunya juga, ya kita udah ngasih tau, dianya gak

telaten anaknya gak mau, yaudah gak dibikinin lagi.

Kadang PMT-P nya suka dikasih ke kader sebagai

Page 175: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

158

perpanjangan tangan untuk memantau, kadang kalo

misalnya dikasih biskuit sama susu, susunya diminum

anaknya, biskuitnya buat ngeteh orangtuanya ama

kakak-kakaknya yang lain. Kalo pengawasan paling

kita titip kader tolong kasihin dan diliat, paling cuma

beberapa orang aja kan, gak setiap hari, kader juga

sibuk kan.” (Informan Pendukung Li)

“Iya susu ama biskuit doang. Tergantung yang turun

dari Puskesmas berapa, gak tentu juga sih. Iya kadang

susu 1 dus, biskuit Sun 2 bungkus. Ya langsung dikasih

aja ke ibu-ibu balitanya, dia kan pasti udah tau ya.”

(Informan Pendukung En)

“Kadangkan ibu balita yang anaknya kurang gizi

alasannya gak mau makan, trus kalo dikasih susu gak

mau, saya bilang paling saya saranin biar susu itu

keminum diolah sama ager, gulanya gak usah pake

gula pasir tapi dikasih susu, sering saya saranin. Gak

ada pengawasan sih. Paling kalo ada dari Puskesmas

tolong kamu liat si ini, trus kalo ada susu tolong kasih

ke ini, udah paling gitu aja sih. Langsung kasih aja

PMT-P nya, kadang kan dia udah tau dari bu Leni,

udah dikasih tau disana, jadi kita cuma ngasih aja.”

(Informan Pendukung Ri)

Page 176: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

159

Sebagian besar informan mengaku mendapat informasi

tentang gizi dan cara pemberian makan balita dari Puskesmas

dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan selebihnya menjawab

tidak mendapatkan informasi dari Puskesmas. Berikut

kutipannya :

“Iya dari ACT, maksudnya cara memberi makan kan,

dikasih tau menunya ini, jam 10 bubur kacang ijo gitu

ada jam-jamnya gitu mbak, ASI sampe 2 tahun lebih.

Iya dari Puskesmas tentang makannya, pola makannya,

paling bilang jajannya dikurangin ya, paling gitu

doang sih, sama kayak di ACT juga yak, misalnya

dikasih sayur, tiap hari harus makan sayur, buah, gitu.

Eh ayunya jarang makan buah, hehe.. tau ah..

Posyandu mah enggak, nimbang doang.” (Informan Y)

“Pernah dulu sama dokter Li dikasih contoh-

contohnya, digambarkan sayurnya segini, ntar kalo

nganu di ACT, kalo pagi ini sayurnya misalnya bayem,

tempe goreng sama cumi gitu, kadang-kadang ini

makanannya nasinya di taroh dipiring, tapi kadang kan

bocahnya gak doyan ya.” (Informan A)

“Cuma disuruh makan aja sih ama dikasih vitamin,

udah. Ya paling ama bu Li suruh kasih makan sayur

gitu, makan yang banyak.” (Informan S)

“Gak sih.” (Informan N)

Page 177: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

160

“Iya, dari Puskesmas disuruh makan buah, sayur,

dikasih susu.” (Informan E)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

pendukung yaitu staff Puskesmas dan kader Posyandu

menyatakan bahwa penyuluhan tentang gizi dan pemberian

makan yang baik untuk balita sangat jarang dilakukan. Namun,

secara khusus informasi tersebut diberikan oleh staff

Puskesmas pada ibu balita yaitu saat konseling gizi di

Puskesmas dan biasanya hanya diberitahukan ketika awal-awal

ibu balita berkunjung, selebihnya hanya pertanyaan seputar

kondisi balita. Sedangkan kader pada umumnya hanya

memberitahukan permasalahan secara umum yang sering

terjadi di masyarakat seperti DBD.

“Ya biasanya waktu makan, terus banyaknya, terus

selingannya, jam-jamnya, porsi makannya, misalnya

antara makan siang dan sore, pagi dan siang, dikasih

makanan pokoknya kapan aja gitu, misalnya sayuran,

lauk-pauk. Iya, misalnya kayak pagi bangun tidur

jangan langsung dikasih susu, dikasih makan dulu baru

nanti habis makan baru kasih susu, jangan sering

jajan. Ya awal-awal datang sih, he’eh. Kalo kesini-sini

ya kita tanya lagi udah sesuai belom sama yang saya

anjurin, udah dijalanin belum. Biasanya jawaban

Page 178: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

161

mereka udah bu, tapi kok tetep aja begitu, ya mungkin

ibunya kurang telaten gitu.” (Informan Pendukung Li)

“Kalo penyuluhan gini mbak, karna mereka kan datang

dan pergi, jadi susah. Jarang, udah nimbang pulang,

gitu. Ya lebih seringnya kan ibu bidan yang ngasih tau,

tapi kita kalo dia nanya apa ya kita kasih tau, kayak

DBD yang lagi marak, biasanya ibu balitanya nanya

emang gak ke kader tapi sama bu bidan.” (Informan

Pendukung En)

“Belum sih, belum ada penyuluhan tentang pola

makan. Kalo kader biasanya nimbang doang. Kalo

nanya, langsung ke bidannya, kan ada kayak konseling

gitu.” (Informan Pendukung Ri)

Sedangkan untuk keterjangkauan informan utama

terhadap sarana kesehatan, beberapa informan mengaku

memiliki rumah yang jaraknya jauh dengan Puskesmas dan

biasanya mereka ke Puskesmas untuk mengontrol balitanya

atas permintaan dari TPG Puskesmas. Sedangkan beberapa

informan mengaku meskipun memiliki rumah yang dekat

dengan Posyandu, informan sering merasa malas untuk pergi

ke sarana kesehatan tersebut atau informan tidak sempat

karena harus bekerja. Berikut kutipannya :

Page 179: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

162

“Puskesmas juga dapet susu, cuma karena jauh juga

yak, kadang-kadang sih sebulan sekali baru kesana

kalo disuruh yak, paling ke Posyandu ini deket,

posyandu bonsai.” (Informan Y)

“Puskesmas jarang ya, lumayan jauh juga, paling kalo

mau nganu kesana saya harus nunggu Bapaknya dulu,

biar dianterin kan. Posyandu ada disana, gak terlalu

jauh.” (Informan A)

“Ke Puskesmas kan kalo disuruh doang mbak, kalo gak

ya disini (Posyandu) aja. Cuma kadang-kadang males

mau nimbang, males jalan, males kadang gak denger

juga, tanggalnya beda, kadang males udah siang.

(Informan S)

“Dia umur 3 tahun setengah udah gak ke PKM lagi,

kayaknya lama-lama bosen juga, saya kan kerja, ii kan

gak bisa ya, bosennya gini badannya segitu, dah gitu

gak dapet jatah susu lagi. Kalo Posyandunya deket

sini, kadang dia juga nimbang sendiri.” (Informan N)

“Emang saya kan gak pernah nimbang di posyandu,

males mbak, ya gak sih deket paling 10 langkah dari

rumah, ya itu males, kalo ada yang ngajakin baru

nimbang. Paling ke Puskesmas kalo disuruh doang.”

(Informan E)

Page 180: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

163

Informan pendukung dari staff Puskesmas juga

mengatakan bahwa jika pemantauan gizi atau pemberian PMT-

P balita di Puskesmas biasanya dijadwalkan sebulan sekali

bagi ibu balita yang bisa datang ke Puskesmas, jika tidak bisa

ke Puskesmas akan diwakilkan ke Posyandu. Berikut

kutipannya :

“Ibu balitanya saya suruh dateng kesini tiap hari rabu,

tapi kadang saya janjiin minggu ke-2 apa minggu ke-3

gitu. Kalo mereka bisa kesini ya saya suruh kesini

setiap 2 minggu sekali saya manggilnya, tapi kalo

mereka gak bisa kesini titip aja ke posyandu.”

(Informan Pendukung Li)

5.4.4.3 Pengetahuan Tentang Penyakit Infeksi dan Pemeliharaan

Kesehatan

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan

pengetahuan tentang penyakit infeksi meliputi pengertian

penyakit infeksi, jenis, penyebab, akibat, gejala, cara

penularan, bahaya penyakit infeksi pada anak, pencegahan, dan

pengobatan penyakit infeksi pada balita.

Sedangkan pengetahuan mengenai pemeliharaan

kesehatan balita meliputi perilaku hidup bersih dan sehat,

bangunan rumah sehat, tempat bermain anak, definisi

pergantian udara, pencahayaan rumah, manfaat air bersih, cara

Page 181: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

164

membuang sampah, upaya menjaga kebersihan rumah dan

halaman rumah, manfaat imunisasi, manfaat penimbangan

balita, bahaya penurunan berat badan, dan dampak gizi kurang

pada balita.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui

bahwa sebagian besar informan tidak mengetahui tentang

pengertian penyakit infeksi, jenis, penyebab, akibat, gejala,

cara penularan, bahaya penyakit infeksi pada anak, dan

pencegahan penyakit infeksi pada anak. Namun, ada satu

informan yang menjawab penyakit infeksi adalah jika sedang

luka, jenis penyakit infeksi seperti penyakit dalam atau paru-

paru, bahaya penyakit infeksi karena dapat menjadi penyakit,

gejala penyakit infeksi balita terlihat kecil dan kurus, akibatnya

karena balita kurang makan, cara penularannya dari tempat

makanan, dan pencegahannya dengan cara menjaga kebersihan

dan jauh dari asap rokok. Sedangkan untuk pengobatan

penyakit infeksi pada balita sebagian besar informan

menjawab sebaiknya diberikan obat warung terlebih dahulu,

jika tidak sembuh baru dibawa ke dokter. Berikut kutipannya :

“Iya, ya karna makanan juga kali yak, apa kalo dia

lagi luka. Apa di dalam paru-paru ya. Hehe.. gak tau

penyebabnya. Kayak ayu kali mbak kecil, kurus.

Akibatnya apa ya, karena kurang makan kali yak. Kalo

misalnya paru-paru gak boleh deket rokok gitu, trus

Page 182: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

165

jaga kebersihan juga. Bahayanya ya jadi penyakit yak,

gak tau. Diberi obat dari warung dulu.” (Informan Y)

“Hehe.. apa ya. Gak boleh jajan sembarangan

mungkin. Diurut sama diminumin obat.” (Informan A)

“Gak tau saya. Disediain obat aja, kalo gak pake yang

alami aja kayak orang-orang dulu tuh ya, kayak kalo

panas pakein bawang gitu-gitu, ya kalo gak sembuh

baru ke dokter.” (Informan S)

“Kurang tau saya, gak pernah dengar. Ya seharusnya

dikasih obat yak.” (Informan N)

“Kagak tau saya. Dicegah dulu pake obat kalo gak

sembuh 3 hari ya bawa ke dokter apa bidan gitu.”

(Informan E)

Sebagian besar informan tidak mengetahui dan belum

pernah mendengar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS), dan satu informan menjawab PHBS itu ada 10 namun

informan lupa dan hanya menjawab menjaga kebersihan serta

satu informan lagi menjawab merapikan rumah. Semua

informan mengatakan balita sebaiknya bermain di dalam atau

di halaman sekitar rumah. Berikut kutipannya :

“Jaga kebersihan. PHBS yak ada 10, lupa, hehe.. dari

ACT lupa sih saya, udah lama banget sih. Main ya di

luar sama di dalam aja.” (Informan Y)

Page 183: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

166

“Enggak tau. Di dalam, kalo di luar kan harus

diawasin terus.” (Informan A)

“Gak tau. Ya di dalam aja sama di sekitar rumah.”

(Informan S)

“Kurang tau yak. Di sekitar sini aja sih.” (Informan N)

“Pernah, rapih-rapih rumah gitu. Di dalem ama di

samping atau depan.” (Informan E)

Tiga dari lima informan tidak mengetahui bangunan

rumah yang sehat, namun dua informan menjawab bangunan

rumah sehat itu adalah rumah yang terawat dan bersih,

menjaga kebersihan rumah, tidak meludah sembarangan, dan

membersihkan kamar mandi seminggu tiga kali. Sedangkan

pengertian dari pergantian udara dan pencahayaan rumah

sebagian informan tidak mengetahuinya dan dua informan

menjawab dengan cara membuka jendela dan rumah yang

memiliki banyak jendela. Untuk manfaat air bersih dua

informan menjawab supaya sehat, dua informan menjawab

dipakai untuk keperluan sehari-hari, dan satu informan

menjawab tidak tahu menfaat air bersih. Berikut kutipannya :

“Jaga kebersihan, jangan meludah sembarangan,

kamar mandi bersihin seminggu 3x. Kalo rumahnya

ada jendela yak, ini mah rumahnya rapet banget cuma

depannya doang, harusnya belakang ada (jendela)

samping ada, biar gak engap kali yak, biar gak panas.

Page 184: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

167

Buat sehari-hari, untuk kebersihan kali yak, ya gak

mungkin kalo kita mandi air kotor.” (Informan Y)

“Gak tau mbak. Jendelanya dibuka ya. Supaya sehat.”

(Informan A)

“Enggak tau. Gak pernah denger. Biar sehat.”

(Informan S)

“Menurut saya sih yang terawat, bersih, ya kan. Kalo

rumah ini biar dikata bersih tapi tempatnya begini ya

kan. Kurang tau. Buat mandi, minum.” (Informan N)

“Gak tau juga saya. Kagak tau juga. Gak tau.”

(Informan E)

Untuk cara membuang sampah semua informan

menjawab dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu di

tempat sampah atau di dalam kantong plastik, kemudian baru

dibuang atau dibakar. Sedangkan dalam hal menjaga

kebersihan rumah dan halaman rumah semua informan

menjawab dengan cara disapu dan beberapa informan

menambahkan dengan cara dipel dan diberikan pewangi lantai.

Berikut kutipannya :

“Ya dibuang di tempat sampah dulu baru nanti

dibuang, kalo disini yak buangnya di empang gitu.

Rumah disapu ama dipel, kalo halaman ya disapu juga

tiap pagi ama sore.” (Informan Y)

Page 185: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

168

“Dibuang di tempat sampah, iya tiap hari. Lantainya

disapu kalo bisa ya dipel biar bersih, depan disapu

juga tiap sore.” (Informan A)

“Jadi dikumpulin dulu baru di buang. Tiap hari pake

plastik trus langsung diikat dibawa. Disapu sehari 2x

pagi ama sore.” (Informan S)

“Ya dikumpulin kalo udah banyak seplastik buang.

Disapu ama dilap.” (Informan N)

“Dari sini disatuin dulu semua, kalo udah penuh ya di

bakar. Disapu, dipakein wangi-wangi.” (Informan E)

Untuk manfaat imunisasi sebagian besar informan

menjawab untuk menjaga kesehatan agar tidak mudah sakit

sedangkan satu informan tidak mengetahui manfaat imunisasi.

Untuk penimbangan berat badan semua informan menganggap

hal tersebut penting supaya informan dapat mengetahui berat

badan balitanya. Sedangkan untuk bahaya penurunan berat

badan sebagian besar informan menjawab tidak bahaya atau

biasa saja karena melihat anaknya tetap aktif dan tidak rewel

bahkan ada yang menjawab balita mau pintar jika sakit atau

berat badannya turun, namun ada satu informan yang

menjawab hal tersebut bahaya karena dapat mengakibatkan

terjadinya gizi buruk. Sedangkan dampak yang terjadi jika

balita mengalami gizi kurang empat dari lima informan tidak

mengetahui dan hanya satu informan yang menjawab dampak

Page 186: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

169

gizi kurang dapat mengakibatkan balita menjadi gizi buruk.

Berikut kutipannya :

Biar jaga kesehatan, biar gak gampang sakit. Penting

sih ya, biar tau berapa timbangannya. Jadi penyakit,

jadi gizi buruk nanti. Bisa gizi buruk ya.” (Informan Y)

Biar gak sakit. Biar liat perkembangannya, untuk

mengetahui Berat badan anak. Penting sih, biar

bocahnya sehat ya. Kalo bocahnya masih aktif ya gak

masalah ya. Hehe.. apa ya.” (Informan A)

Biar gak kena penyakit. Ya penting buat tau

timbangannya turun apa gak. Gak lah, gak rewel.

Kecuali kalo turunnya sekilo lebih mah baru saya

takut, kalo ini mah gak, masih sedikit cuma ons-ons

doang. Paling nanti naik lagi. Gak tau.” (Informan S)

Kurang tau, kurang nanya sih yak. Sebenarnya sih

penting, maksudnya biar tau timbangan dia gitu. Biasa

dia. Dikata BB nya naik biasa, dikata turun pun dia

biasa. Kurang tau saya yak.” (Informan N)

Untuk kesehatan badan biar seger. Penting, buat

ketauan timbangannya. Dia mah turun mulu sih, gak

pernah naik. Kalo kata neneknya mau pinter. Apa yak,

kagak tau.” (Informan E)

Page 187: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

170

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Asupan Makanan

Dalam praktiknya, jumlah makanan yang diberikan kepada balita

tidak mencukupi kebutuhan sesuai dengan umur dan berat badan. Sebagian

besar informan hanya memberikan makanan pokok sekitar 100-200 gram

nasi, sayur 50 gram dan rata-rata hanya mengambil kuah sayurnya saja,

dengan lauk pauk sekitar 50-100 gram, buah sangat jarang diberikan sebagai

makanan utama, sedangkan susu sekitar 40 gram dan sebagian besar informan

memberikan susu yang tinggi lemak. Sedangkan menurut Kurniasih (2010)

anjuran pemberian makanan balita dengan kecukupan energi 1.400 kkal

dalam sehari adalah 300 gram nasi, 200 gram sayur, 100 gram tempe, 105

gram daging, 250 gram buah, 10 gram minyak, 26 gram gula dan 20 gram

susu tanpa lemak. Selain itu, asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan

dapat mengakibatkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit

(Sulistyoningsih, 2011).

Menurut Soekirman (2004) tubuh membutuhkan energi, karbohidrat,

lemak dan protein dalam jumlah seimbang untuk pertumbuhan dan

perkembangan. Apabila asupan energi kurang dari kebutuhan, maka tubuh

akan menggunakan cadangan energi yang berupa glikogen dan lemak. Bila

kekurangan energi berlangsung lama dan cadangan energi tidak mencukupi,

maka protein akan digunakan sebagai sumber energi untuk menjalankan

fungsi-fungsi vital tubuh yang berdampak pada berkurangnya massa tubuh

Page 188: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

171

dan terhambatnya pertumbuhan. Sedangkan menurut Amrahu yang dikutip

oleh Fitriyanti (2012) kekurangan protein juga dapat mempengaruhi status

gizi. Hal ini dikarenakan protein di dalam tubuh merupakan zat pembangun

yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak,

memelihara keseimbangan metabolisme tubuh, transport zat gizi dan

pembentukan antibodi.

Kurniasih, dkk (2010) menyatakan bahwa keragaman makanan anak

saat dihidangkan mulai dari makanan pagi, siang, dan malam, serta makanan

selingan harus terdiri atas makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah,

sehingga seluruh makanan akan memenuhi prinsip gizi seimbang. Namun,

dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan hanya

memberikan makanan yang terdiri dari dua jenis makanan saja, seperti nasi,

lauk, dan kuah sayur atau hanya nasi dengan sayur, atau hanya nasi dengan

lauk, sedangkan buah sangat jarang diberikan, sehingga kebutuhan nutrisi

tidak tercukupi secara sempurna, bahkan tiga informan sering memberikan

mie instant sebagai makanan utama balita. Hal ini dilakukan karena cara

membuatnya yang praktis dan mudah, serta hemat waktu dan biaya. Padahal

menurut Southeast Asia Food and Agricultural Science and Technology

Center (2010) mie instant belum dapat dianggap sebagai makanan lengkap

(wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang

bagi tubuh. Mie yang terbuat dari tepung terigu mengandung karbohidrat

dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein, vitamin, dan mineral, sedangkan

fungsi pemenuhan kebutuhan gizi mie instant hanya dapat diperoleh jika ada

penambahan sayuran dan sumber protein (Ratnasari, 2012).

Page 189: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

172

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, yang menyebabkan asupan

makanan balita kurang adalah karena faktor sulit makan yang dialami oleh

sebagian besar balita, hal ini disebabkan oleh kebiasaan balita dalam

mengonsumsi makanan selingan atau jajan yang berlebihan, sehingga balita

merasa kenyang sebelum makan makanan utama, selain itu jajanan seperti

chiki, permen, teh gelas, dan sebagainya merupakan makanan yang rendah

kandungan energi dana dapat menurunkan nafsu makan balita. Menurut

Kurniasih (2010) pemberian makanan selingan secara berlebihan atau

menjelang waktu makan utama dapat menyebabkan anak kenyang sehingga

anak tidak berselera lagi untuk mengonsumsi makanan utamanya.

Selain itu, informan utama mengikuti pola makan balitanya dan tidak

membentuk pola makan balita dengan baik, sehingga ketersediaan pangan

tidak ada untuk mendukung asupan makanan yang berkualitas. Penyajian

makanan yang tidak beragam juga membuat makanan tersebut menjadi

kurang menarik dan hal tersebut juga dapat menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi nafsu makan balita. Menurut Almatsier (2011) anak usia

prasekolah atau balita menyukai makanan yang disiapkan dan dihidangkan

secara menarik. Serta kurangnya pengetahuan informan sebagai penyedia

makanan dalam keluarga tentang kecukupan gizi, sehingga informan tidak

dapat memanfaatkan bahan makanan yang bergizi.

Selain pemberian makanan utama yang kurang, ternyata pemberian

PMT-P oleh informan juga tidak tepat baik dari segi jumlah maupun cara

pemberian. PMT-P tidak dikonsumsi secara benar oleh balita karena balita

lebih memilih makanan jajanan dibandingkan PMT-P tersebut. Bahkan ada

Page 190: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

173

beberapa informan yang tidak memberikan PMT-P tersebut kepada balitanya,

dengan alasan balita tidak menyukai PMT-P tersebut. Padahal PMT-P

diberikan supaya berat badan balita meningkat. Namun, kesadaran informan

nampaknya masih rendah dalam upaya meningkatkan berat badan balitanya.

Terbukti dengan pemberian PMT-P yang hanya dilakukan oleh beberapa

informan ketika balita memintanya saja bahkan beberapa informan mengakui

memberikan PMT-P tersebut kepada orang lain. Konsumsi PMT-P yang

kurang disebabkan juga oleh kebiasaan balita mengkonsumsi makanan

jajanan, sehingga balita lebih menyukai makanan jajanan yang rendah energi

dibandingkan PMT-P tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Renata Pardosi

tentang Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Balita di

Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Tahun 2009, menyatakan

bahwa frekuensi makanan tambahan pada balita di Kelurahan Mangga

Perumnas Simalingkar Medan ≤ 2 kali sehari sebesar 60% dikarenakan balita

lebih banyak makan diluar (jajan) daripada makanan di rumah.

Menurut Yusrianto (2010) balita harus mendapatkan asupan gizi yang

seimbang supaya memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Hal tersebut dapat

diperoleh dari makanan yang mengandung zat tenaga (karbohidrat dan

lemak), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral).

Komposisi makanan yang diberikan sebaiknya antara 50-70% karbohidrat,

20-30% lemak, dan 10-15% protein. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

asupan makanan kelima balita yang tidak mengalami peningkatan berat badan

setelah mendapat PMT-P secara umum tergolong kurang, hal tersebut dapat

dilihat dari segi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita.

Page 191: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

174

Sehingga diharapkan kepada pihak Puskesmas agar dapat memberikan

pengetahuan mengenai sumber-sumber makanan yang mengandung zat gizi,

jumlah makanan utama yang seharusnya diberikan kepada balita, dan cara

memilih jajanan yang sehat.

6.2 Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan

6.2.1 Ketersediaan pangan

Menurut Natalia, dkk (2012) ketersediaan pangan keluarga akan

dipengaruhi oleh faktor keterjangkauan (jarak) dan kemampuan daya

beli keluarga terhadap bahan makanan. Apabila keluarga mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan yang disebabkan oleh

ketidakmampuan dalam menyediakan makanan karena jarak tempuh

untuk mendapatkan makanan tidak terjangkau atau tidak mampu

membeli karena segi ekonomi, maka keluarga tersebut dikatakan tidak

tahan pangan. Kondisi ketahanan pangan yang menurun, akan berakibat

pada kurangnya pemenuhan gizi anggota keluarga.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa informan utama tidak

memiliki lahan pertanian sehingga informan mendapatkan bahan

makanan untuk keluarganya dengan cara membeli, baik membeli bahan

makanan mentah ataupun makanan jadi. Sebagian besar informan

membeli bahan makanan mentah untuk diolah karena lebih hemat untuk

dikonsumsi oleh anggota keluarga yang banyak dibandingkan membeli

makanan jadi. Jenis bahan makanan pokok yang sering dibeli adalah

beras. Lauk pauk seperti tempe, tahu, telur, ikan teri. Sayuran seperti

Page 192: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

175

bayam, kangkung, sawi, sayur asem, toge. Buah-buahan jarang dibeli

dan dikonsumsi. Susu seperti susu kental manis. Sedangkan informan

yang membeli makanan jadi salah satunya adalah informan yang

bekerja.

Sebagian besar informan dari segi jarak tergolong mudah untuk

mendapatkan bahan makanan, hal ini bukan berarti ketersediaan

pangannya cukup, karena terbukti beberapa informan merasa enggan

atau malas untuk berbelanja meskipun jaraknya dekat, hal ini

dikarenakan informan merasa bosan karena harus selalu memasak jenis

makanan yang sama setiap hari. Padahal jika informan kreatif, informan

dapat membuat berbagai variasi makanan dengan bahan makanan yang

biasa mereka beli seperti tempe, telur, tahu, bayam, sawi, susu dan

sebagainya.

Faktor lain yang menyebabkan keluarga informan mengalami

kekurangan makanan adalah rendahnya daya beli keluarga karena faktor

ekonomi. Keluarga merasa tidak mampu membeli makanan karena

tidak mempunyai uang seperti buah-buahan, susu, atau sumber protein

hewani seperti ikan, ayam, dan daging. Karena sebagian besar informan

memiliki pendapatan kurang dari Upah Minimum Regional (UMR)

yaitu berkisar antara Rp 800.000,- sampai Rp 1.700.000,- perbulan dan

penghasilan tersebut sebagian besar dihabiskan untuk biaya sewa

kontrakan, biaya sekolah anak, angsuran motor, rokok, dan keperluan

lainnya, sehingga hanya tersisa sedikit untuk mencukupi kebutuhan

makanan sehari-hari. Wora (2011) mengatakan bahwa rendahnya

Page 193: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

176

pendapatan dan banyaknya anggota keluarga juga menjadi pemicu

kurangnya penyediaan makanan bagi anggota keluarga yang

berpengaruh pada tingkat konsumsi energi (Natalia, dkk, 2012).

Sedangkan menurut Kristijono (2000) penghasilan adalah

rendahnya daya beli masyarakat merupakan halangan utama yang akan

berpengaruh terhadap asupan gizi keluarga baik dari segi kualitas

maupun kuantitasnya. Sehingga kandungan gizi lengkap seperti

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral jarang terpenuhi.

Sebenarnya, meskipun daya beli masyarakat rendah kekurangan gizi

dapat diatasi jika ibu tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala

sumber yang dimiliki. Penghasilan keluarga akan turut menentukan

hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas

maupun kuantitas makanan. Pengetahuan tentang kadar gizi dalam

berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga

dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak

begitu mahal akan tetapi memiliki nilai gizi yang tinggi.

Sehingga disimpulkan bahwa ketersediaan pangan keluarga

informan masih tergolong kurang. Hal ini disebabkan karena faktor

daya beli informan dan pengetahuan yang kurang, sehingga tidak bisa

memanfaatkan bahan makanan yang ada dengan baik. Sehingga

diharapkan kepada pihak Puskesmas dapat memberikan pengetahuan

mengenai contoh menu makanan sehat dan murah, serta memberikan

motivasi kepada informan untuk dapat memberikan makanan bergizi

terutama untuk balitanya.

Page 194: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

177

6.2.2 Pemberian Makan

Menurut Lia Amalia dikutip oleh Komsatiningrum (2009) porsi

makan bagi orang dewasa dan balita sangatlah jauh berbeda, porsi

makan balita lebih sedikit karena aktivitasnya berbeda. Makanan

selingan perlu diberikan kepada balita terutama jika porsi makan utama

yang dikonsumsi belum mencukupi. Pemberian makanan selingan tidak

boleh berlebihan karena akan mengakibatkan berkurangnya nafsu

makan akibat terlalu kenyang makan makanan selingan atau snack.

Dalam praktiknya porsi makan yang diberikan informan kepada

balitanya biasanya sebanyak satu centong nasi dan balita sering

menyisakannya sekitar 2-3 sendok. Hal ini karena informan terlalu

mengikuti kemauan balita dan jika balita sudah tidak mau makan,

informan tidak berusaha membujuk supaya balita mau menghabiskan

makanannya. Orangtua hendaknya berdiskusi dengan anak tentang

makanan yang tidak disukai, memberi banyak perhatian, membujuk

anak untuk makan, dan menghidangkan makanan yang bervariasi.

Selain itu, hampir semua informan membiarkan balitanya jajan tanpa

diawasi. Padahal jajan dapat menyebabkan nafsu makan menurun,

sehingga hal inilah yang menyebabkan porsi makan balita menjadi

sedikit. Pengawasan orangtua yang baik akan menurunkan pilihan anak

terhadap makanan tidak bergizi (Almatsier, dkk. 2011)

Dalam hal frekuensi makan, sebagian informan memberikan

makan kepada balitanya sebanyak 2-3 kali sehari, bahkan dua informan

hanya memberikan makan sebanyak 1-2 kali sehari dan terkadang

Page 195: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

178

makanan diberikan hanya ketika balita minta. Menurut Almatsier, dkk

(2011) sebagian besar anak usia 3-5 tahun makan lebih dari tiga kali

sehari, mereka memiliki perut yang kecil, sehingga memberi makan

lima hingga enam kali sehari lebih baik daripada tiga kali sehari.

Sedangkan menurut Arisman (2009) frekuensi makan dapat

menunjukkan tingkat kecukupan konsumsi gizi. Semakin tinggi

frekuensi makan, maka semakin besar kemungkinan terpenuhinya

kecukupan gizi. Frekuensi makan pada seseorang dengan kondisi

ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan

kondisi ekonomi lemah. Hal ini disebabkan orang dengan kondisi

ekonomi yang lemah memiliki daya beli yang rendah sehingga tidak

dapat mengkonsumsi makanan dengan frekuensi yang cukup. Ketiadaan

pangan dapat mengakibatkan berkurangnya asupan seseorang.

Beberapa informan memberikan susu lebih dari tiga kali.

Sedangkan menurut Beck (2011) konsumsi susu sebanyak 500 ml

perhari sudah cukup bagi seorang balita. Konsumsi susu berlebihan

cenderung menghilangkan selera makan anak sehingga anak menolak

makan makanan penting lainnya.

Beberapa informan terkadang membiarkan balita makan sendiri.

Padahal pemberian makanan pada balita tanpa diawasi mengakibatkan

makanan yang dikonsumsi tidak maksimal. Hal ini terjadi akibat ibu

sedang melakukan pekerjaan rumah atau karena ibu yang bekerja dan

balita diasuh oleh kakaknya. Lestrina (2009), salah satu penyebab tidak

langsung dari balita yang gizi buruk di Kecamatan Lubuk Pakam adalah

Page 196: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

179

ibu yang bekerja diluar, sehingga ibu menyerahkan pemberian makanan

kepada orang lain seperti kakak, ayah atau neneknya. Ibu rumah tangga

mempunyai kesempatan yang lebih banyak dalam pengasuhan anak,

sedangkan status ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap

kehidupan keluarga. Di satu sisi hal ini berdampak positif bagi

pertambahan pendapatan, namun di sisi lain berdampak negatif

terhadap pembinaan dan pemeliharaan anak. Perhatian terhadap

pemberian makan pada anak yang kurang, dapat menyebabkan anak

menderita kurang gizi, yang selanjutnya berpengaruh buruk terhadap

tumbuh kembang anak dan perkembangan otak mereka.

Sebagian besar informan memberikan makan ketika balita

sedang bermain atau menonton TV. Menurut Almatsier (2011)

pemberian makan ketika sedang menonton TV dapat mengalihkan

perhatian anak terhadap makanan. Apalagi beberapa informan

membiarkan balitanya makan sendiri tanpa diawasi, sehingga makanan

yang dikonsumsi balita pun tidak optimal. Bahkan ada satu informan

membuat makanan jajanan balita seperti chiki sebagai lauk. Hal ini

memungkinkan balita lebih memilih mengonsumsi makanan jajanan

dibandingkan makanan utama.

Sedangkan menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) apabila

praktik pengasuhan yang diterapkan oleh keluarga khususnya ibu yang

berkaitan dengan cara dan situasi makan dapat memberikan suasana

yang menyenangkan bagi anak, maka ibu tidak akan mengalami

kesulitan dalam hal pemberian makan kepada anak. Pada usia anak di

Page 197: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

180

bawah lima tahun merupakan masa yang tergolong rawan. Pada

umumnya anak mulai susah makan atau suka pada makanan jajanan

yang rendah energi dan tidak bergizi. Oleh karena itu perhatian

terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat

diperlukan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa praktik pemberian

makan pada balita yang dilakukan oleh informan utama tergolong

buruk, baik dari pemberian makanan utama maupun pemberian PMT-P

yang meliputi porsi, frekuensi, suasana yang dimunculkan, maupun

upaya yang dilakukan informan ketika balita mengalami sulit makan.

Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak Puskesmas untuk

memberikan pengetahuan mengenai porsi dan frekuensi makan yang

ideal untuk balita, dan memotivasi informan untuk tetap gigih dan

kreatif dalam pemberian makanan, sehingga dapat membuat nafsu

makan balita meningkat. Selain itu, dilakukan pula pemantauan dan

evaluasi terhadap pemberian PMT-P.

6.2.3 Pengetahuan Tentang Pemberian Makan

Sebagian besar informan tidak mengetahui komposisi makanan

bergizi bagi balita, sumber dan zat gizi dalam makanan, dan porsi

makan ideal bagi balita. Namun, ada satu informan yang memiliki

pengetahuan lebih baik dibandingkan informan yang lain. Meskipun

demikian, dalam praktik pemberian makan informan tersebut relatif

Page 198: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

181

sama dengan informan yang lain. Hal ini disebabkan oleh kesadaran

informan untuk meningkatkan status gizi balitanya masih kurang.

Selain itu, pengetahuan orangtua tentang asupan gizi untuk

anaknya juga sebagai pemicu gizi kurang. Selama ini banyak orangtua

menganggap jika anaknya hanya diberikan makanan nasi dengan kecap

atau dengan lauk kerupuk atau hanya dengan ikan saja tanpa sayur,

maka orangtua beranggapan itu sudah benar, karena anaknya sudah

terbebas dari rasa lapar, tetapi sebenarnya pemberian yang dilakukan

secara terus menerus akan berdampak pada anak sendiri, ketahanan

tubuh akan lemah sehingga anak akan mudah terserang penyakit. Selain

itu, orangtua terutama ibu tidak begitu tanggap dengan perubahan yang

terjadi pada diri anaknya, ketika berat badan anaknya menurun dengan

drastis, tidak segera diambil tindakan untuk menangani kondisi anak

tersebut.

Menurut Notoadmodjo (2003) pendidikan adalah suatu kegiatan

atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan

kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri

sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,

pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula

pengetahuannya. Tingkat pendidikan informan yang sebagian besar

hanya menamatkan Sekolah Dasar (SD) memiliki andil besar terhadap

praktik pemberian makan di keluarga termasuk pemberian makan pada

balita yang berakibat pada status gizi balita, karena informan

Page 199: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

182

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan makan sehari-hari. Baik

buruknya mutu serta jumlah hidangan tergantung pada kemampuan

informan dalam memilih bahan makanan yang berkualitas dan

menyusun menu dengan gizi yang seimbang.

Hal ini sesuai dengan penelitian Mazarina yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap

perilaku makan anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin baik

perilaku konsumsi makannya dan semakin baik status gizinya

(Faradevi, 2011).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan informan

masih tergolong rendah. Oleh karena itu, diharapkan untuk pihak

Puskesmas dapat memberikan pengetahuan mengenai gizi dengan

bahasa yang lebih sederhana agar informan dapat memahaminya, atau

bisa dilakukan dengan memperagakan langsung mengenai praktik

pemberian makan, seperti contoh menu makanan yang meliputi

komposisi makanan yang beragam, porsi makan, frekuensi makan, dan

cara penyajian makanan yang tepat, sehingga informan dapat

mempraktikkan langsung di rumah.

6.3 Gambaran Penyakit Infeksi

Adanya penyakit infeksi pada balita selama kegiatan PMT-P

merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan perbaikan

status gizi. Penyakit infeksi yang sering dialami oleh balita selama kegiatan

PMT-P yaitu diare, batuk, pilek yang disertai dengan peningkatan suhu tubuh.

Page 200: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

183

Sehingga berdampak pada penurunan nafsu makan dan akhirnya akan

menurunkan berat badan balita. Semua balita responden selama kegiatan

PMT-P pernah mengalami sakit yaitu antara 1 - 3 kali. Hal ini disebabkan

oleh asupan makanan balita yang buruk, sehingga mengakibatkan daya tahan

tubuhnya lemah. Menurut Yusrianto (2010) pemenuhan gizi berpengaruh

terhadap kesehatan dan daya tahan tubuh balita. Jika gizi baik, risiko balita

terkena penyakit semakin berkurang. Daya tahan tubuh yang disebut dengan

immunoglobulin berasal dari protein. Sehingga jika asupan protein sedikit

bahkan tidak ada, maka tidak akan terbentuk faktor daya tahan tubuh.

Semakin buruk gizinya maka daya tahan tubuhnya pun semakin jelek,

semakin sering terinfeksi maka nafsu makan semakin menurun dan semakin

menurun lagi daya tahan tubuhnya. Begitu pula Menurut UNICEF (1998)

selain ketidakcukupan intake zat gizi, kesakitan merupakan salah satu faktor

penyebab kurang gizi pada balita. Balita yang menderita sakit dalam waktu

relative lama akan mengalami penurunan berat badan yang berdampak pada

status gizi balita tersebut. Kesakitan akan menurunkan efektifitas penggunaan

zat gizi dalam tubuh (Depkes, 2003).

Dari hasil penelitian diketahui pula bahwa ada dua informan yang

balitanya memiliki riwayat BBLR dan salah satunya juga memiliki riwayat

penyakit infeksi Tuberkulosis (TBC). Sekarang balita tersebut sudah

dinyatakan sembuh oleh dokter. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa

ibu memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan penyakit TBC

sehingga balita dapat dinyatakan sembuh. Namun, berbeda dengan kasus gizi

kurang yang sudah dua tahun lebih diderita oleh balita bahkan sampai

Page 201: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

184

penelitian selesai dilakukan balita masih memiliki berat badan di bawah

normal atau masih dinyatakan gizi kurang. Hal ini disebabkan oleh persepsi

informan tentang penyakit. Persepsi informan tentang kegawatan penyakit

TBC berbeda dengan gizi kurang, sehingga upaya untuk mengobati balita

yang TBC lebih tinggi dibandingkan balita gizi kurang. Sesui dengan teori

Health Belief Model (HBM) seseorang akan melakukan tindakan pengobatan

atau pencegahan bila diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah

dibandingkan dengan penyakit yang dirasakan lebih ringan. Begitupula

persepsi keparahan yang tinggi tentang penyakit TBC akan membuat

seseorang mengambil tindakan pencegahan atau deteksi dini terhadap

penyakit tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa empat dari lima

informan menganggap gizi kurang adalah sesuatu yang biasa dan tidak

membahayakan. Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak Puskesmas untuk

memberikan pengetahuan terkait dampak dan bahaya dari gizi kurang serta

motivasi untuk informan agar selalu berupaya meningkatkan status gizi

balitanya.

6.4 Gambaran yang Mempengaruhi Penyakit Infeksi

6.4.1 Sanitasi dan Hygiene

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya

menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan,

menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak

Page 202: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

185

dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Pada umumnya sebagian

besar informan memiliki tingkat sanitasi yang baik dalam hal

penggunaan air bersih, upaya membuang sampah, membersihkan

rumah, halaman, dan penyediaan WC di dalam rumah, namun beberapa

informan memiliki WC yang terlihat tidak terawat karena lantainya

yang rusak sehingga menyebabkan genangan air dan cat dinding yang

terlihat kusam dan terkelupas, dan pertukaran serta pencahayaan rumah

yang kurang. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan biaya informan

dalam merawat kondisi rumahnya.

Sedangkan dalam upaya menjaga kebersihan balita, sebagian

besar informan telah melakukan dengan baik yaitu mencuci tangan

balita setelah bermain dan sebelum makan, meskipun beberapa

informan terkadang hanya mencuci saja tanpa menggunakan sabun.

Dalam hal memandikan dan mengganti pakaian balita dilakukan

minimal dua kali sehari sesuai kebutuhan balita. Menurut Muhajirin

(2007) Personal hygiene adalah langkah pertama untuk hidup lebih

sehat. Personal hygiene mencakup praktek kesehatan seperti mandi,

keramas, menggosok gigi, dan mencuci pakaian. Memelihara personal

hygiene yang baik membantu mencegah infeksi dengan membuang

kuman atau bakteri yang hidup di permukaan kulit. Faktor perilaku

mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan

menurunkan angka kejadian diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan

mempunyai risiko 1,88 kali lebih besar akan menderita diare dibanding

Page 203: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

186

yang mencuci tangan. Mencuci tangan dapat menurunkan risiko terkena

diare sebesar 47%.

Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa upaya sanitasi dan

hygiene informan tergolong baik, meskipun beberapa aspek terlihat

tidak terawat karena keterbatasan biaya dalam upaya perawatan rumah.

6.4.2 Pelayanan Kesehatan

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar membuat

antibodi untuk mencegah penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang

dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan

kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak,

memalui mulut seperti polio (Hidayat, 2008).

Sebagian besar informan memberikan imunisasi lengkap untuk

balitanya, namun ada satu informan yang hanya memberikan satu jenis

imunisasi saja untuk balitanya yaitu imunisasi campak. Hal ini

dikarenakan pengaruh orangtua informan yang tidak memperbolehkan

balita untuk diimunisasi. Hal ini disebabkan oleh ketakutan atau

kecemasan orangtua informan terhadap efek samping yang ditimbulkan

setelah imunisasi seperti demam dan sebagainya. Efek samping vaksin

bagi sebagian anak umumnya berupa reaksi ringan di area penyuntikan

seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan. Terkadang reaksi disertai

demam ringan 1-2 hari setelah imunisasi, gejala tersebut umumnya

tidak berbahaya dan akan hilang dengan cepat (Depkes, 2006).

Page 204: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

187

Dalam hal penimbangan balita semua informan menganggap hal

tersebut penting dilakukan agar informan dapat mengetahui berat badan

balitanya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa

informan sering tidak menimbang balita ke Puskesmas atau ke

Posyandu, hal ini dikarenakan informan bekerja, informan bosan

dengan berat badan balitanya yang tidak kunjung naik, informan merasa

malas, dan informan tidak mengetahui jadwal penimbangan. Padahal

pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan untuk

mengetahui adanya gangguan pertumbuhan secara dini, oleh karena itu

diperlukan penimbangan setiap bulan (Rahmadiliyani, 2012).

Pemberian PMT-P adalah salah satu upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan berat badan balita. Pemberian PMT-P tanpa

pengawasan dari petugas kesehatan membuat informan memberikan

PMT-P tersebut dengan sesuka hati, bahkan ada informan yang

memberikan PMT-P kepada anaknya yang lain, tetangga, dan saudara

informan. Agar upaya yang dilakukan Pemerintah tidak sia-sia, maka

perlu adanya monitoring dan konseling sehingga dengan pemberian

PMT-P dapat memberikan dampak pada pertambahan berat badan

balita. Pemberian PMT-P tanpa adanya penyuluhan atau konseling pada

masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita gizi kurang tidak

akan memberi efek yang maksimal.

Sebagian besar informan mengatakan jika mereka memperoleh

pengetahuan tentang gizi dari Puskesmas dan ACT, namun beberapa

informan mengatakan jika tidak pernah mendapatkan pengetahuan gizi

Page 205: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

188

dari Puskesmas. Menurut Almatsier (2011) pengetahuan gizi orangtua

dan pengasuh anak ternyata sangat berpengaruh terhadap pilihan

makanan anak.

Sedangkan keterjangkauan informan terhadap pelayanan

kesehatan Puskesmas, informan merasa jauh sehingga informan datang

ke Puskesmas hanya jika diundang oleh TPG saja, selebihnya informan

memantau gizi balitanya di Posyandu. Namun, meskipun Posyandu

berada tidak jauh dari rumah informan, sebagian besar informan

terkadang tidak datang untuk menimbang balitanya, hal ini disebabkan

informan merasa malas, informan bekerja, informan tidak mengetahui

adanya jadwal penimbangan, atau karena teman informan tidak

mengajak ke Posyandu.

6.4.3 Pengetahuan Tentang Penyakit Infeksi dan Pemeliharaan

Kesehatan

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah

penyakit infeksi yang dapat mengganggu metabolisme dan fungsi

imunitas. Penyakit infeksi dapat menyebabkan perubahan status gizi

kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke status gizi buruk. Namun,

sebagian besar informan tidak mengetahui tentang penyakit infeksi

baik itu pengertian, jenis, penyebab, akibat, gejala, cara penularan,

bahaya penyakit infeksi pada anak, bahkan pencegahan penyakit

infeksi pada anak.

Page 206: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

189

Menurut Depkes (2007) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas

kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong

dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–

kegiatan kesehatan di masyarakat. Rumah tangga sehat adalah rumah

tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangganya yaitu persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif,

menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan

dengan menggunakan air bersih dan sabun, menggunakan jamban

sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap

hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam

rumah.

Sedangkan pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan

seperti PHBS dan rumah sehat, sebagian besar informan tidak

mengetahui bahkan tidak pernah mendengar istilah tersebut. Namun,

satu informan mengetahui bahwa ada 10 PHBS tetapi informan lupa

isi dari 10 PHBS tersebut. Sedangkan dalam upaya pemeliharaan

rumah dan halaman rumah semua informan mengetahuinya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mengenai

penyakit infeksi sebagian besar informan tergolong buruk dan

pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan juga masih tergolong

kurang. Oleh karena itu, diharapkan pada pihak Puskesmas agar dapat

Page 207: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

190

memberikan informasi mengenai penyakit infeksi dan pemeliharaan

kesehatan seperti PHBS.

6.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain :

a) Pada saat penelitian, persediaan PMT-P berupa susu dan biskuit di

Puskesmas Pamulang sudah habis, sehingga peneliti harus membawa

PMT-P untuk mengetahui pemberian makanan tambahan tersebut kepada

balita.

b) Sebagian besar praktik pengasuhan baik dalam pemberian makanan

maupun pemeliharaan kesehatan dilakukan oleh informan utama,

sedangkan informan pendukung dari keluarga terkadang ada yang tidak

mengetahui dan memperhatikan praktik pengasuhan yang dilakukan oleh

informan utama secara detail.

c) Pada saat wawancara mendalam dengan informan pendukung dari

keluarga terkadang ditemani oleh informan utama, sehingga terkadang

informan utama ikut menjawab pertanyaan yang diberikan kepada

informan pendukung dari keluarga.

Page 208: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

191

BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang pada bulan Agustus sampai dengan November,

diperoleh simpulan sebagai berikut :

a. Latar belakang tidak meningkatnya berat badan balita setelah mendapat

PMT-P adalah karena informan utama tidak membentuk pola makan balita

dan hanya mengikuti pola makan balita yang suka jajan sehingga

mengakibatkan ketersediaan pangan keluarga dan asupan makan balita

menjadi buruk baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu,

disebabkan pula oleh frekuensi makan balita yang buruk, PMT-P tidak

digunakan dengan tepat, adanya penyakit infeksi yang diderita, upaya

sanitasi yang kurang, dan pengetahuan informan yang buruk mengenai

pemberian makan dan penyakit infeksi.

b. Asupan makanan balita masih tergolong buruk dalam hal jumlah dan jenis

makanan baik dari makanan utama maupun dari PMT-P, baik dalam hal

jumlah maupun jenis makanan. Karena hampir di setiap waktu makannya

jumlah makanan utama yang dikonsumsi balita tergolong sedikit dengan

jenis makanan yang hanya terdiri dari dua jenis, seperti makanan pokok

dan lauk atau makanan pokok dan sayur. Sedangkan PMT-P yang

diberikan sering tidak tepat sasaran.

Page 209: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

192

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan yaitu :

a) Ketersediaan pangan dalam keluarga umumnya tergolong buruk

dikarenakan informan utama mengikuti pola makan balita yang suka

jajan, sehingga berakibat pada asupan makanan menjadi kurang baik

dari segi kualitas maupun kuantitas, serta daya beli dan pengetahuan

informan yang rendah.

b) Pemberian makan balita tergolong buruk dalam hal porsi, frekuensi,

suasana yang dimunculkan ketika memberi makan pada balita, dan

upaya yang dilakukan jika balita sulit makan

c) Pengetahuan tentang pemberian makan tergolong buruk dalam hal

komposisi makanan bergizi bagi balita, zat gizi dalam makanan dan

sumbernya, serta porsi makan yang ideal bagi balita. Sedangkan

pengetahuan tentang frekuensi makan yang ideal bagi balita sudah

tergolong baik.

d. Penyakit infeksi yang diderita balita selama menjalani program PMT-P

tergolong sering sehingga mengakibatkan nafsu makan balita menurun.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi yaitu :

a) Upaya sanitasi dan hygiene yang dilakukan informan sudah tergolong

baik. Baik dalam hal menjaga kebersihan lingkungan meliputi

penggunaan air bersih, pertukaran udara dan pencahayaan rumah,

pembuangan sampah, penyediaan WC di dalam rumah dan kebersihan

diri meliputi kebiasaan mencuci tangan, mandi dan mengganti pakaian

balita.

Page 210: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

193

b) Keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan dan dalam hal

penimbangan balita tergolong rendah, meskipun dalam upaya imunisasi

dan penyuluhan gizi sudah baik Sedangkan pengawasan terhadap

pemberian PMT-P tidak dilakukan, sehingga PMT-P tidak tepat

sasaran.

c) Pengetahuan tentang penyakit infeksi dan pemeliharaan kesehatan

tergolong buruk, baik dalam hal pengertian penyakit infeksi, jenis,

penyebab, akibat, gejala, cara penularan, bahaya penyakit infeksi pada

anak, pencegahan, perilaku hidup bersih dan sehat, bangunan rumah

sehat, definisi pergantian udara, pencahayaan rumah, bahaya penurunan

berat badan, dan dampak gizi kurang pada balita. Sedangkan

pengetahuan dalam hal pengobatan penyakit infeksi pada balita, tempat

bermain anak, manfaat air bersih, cara membuang sampah, upaya

menjaga kebersihan rumah dan halaman rumah, manfaat imunisasi, dan

manfaat penimbangan balita pada umumnya sudah tergolong baik.

7.2 Saran

a. Diharapkan kepada petugas Puskesmas untuk dapat memberikan konseling

secara terjadwal mengenai pemberian makan yang baik bagi balita dengan

menggunakan alat peraga atau dengan contoh menu makanan meliputi

komposisi makanan, porsi makan, frekuensi makan, dan cara penyajian

makanan yang baik dan menarik, sehingga dapat dipahami oleh ibu balita

dan dapat dipraktikkan di rumah.

Page 211: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

194

b. Diharapkan kepada petugas Puskesmas saat konseling tidak hanya

membahas tentang pemberian makan pada balita, melainkan juga tentang

penyakit infeksi dan pemeliharaan kesehatan, baik itu jenis penyakit

infeksi, gejala, cara penularan, cara pencegahan, bahaya jika balita

mengalami penurunan berat badan atau gizi kurang, cara membuang

sampah, PHBS, dan sebagainya.

c. Diharapkan kepada petugas Puskesmas untuk dapat melakukan

pemantauan dan pengawasan dalam pemberian PMT-P dengan cara

menjalin kerja sama dengan bidan desa atau kader setempat supaya PMT-P

hanya dikonsumsi oleh sasaran dan tidak berpindah tangan.

d. Diharapkan kepada petugas Puskesmas untuk dapat melakukan upaya lain

jika PMT-P yang diberikan tidak disukai oleh balita sasaran.

e. Diharapkan kepada ibu balita untuk dapat memberikan jajanan yang sehat

dan kaya akan kandungan gizi.

f. Diharapkan kepada ibu balita untuk dapat lebih kreatif dalam pengolahan

dan pemberian makan kepada balita, baik makanan utama maupun PMT-P

supaya balita lebih memiliki nafsu makan dan dapat mengurangi kebiasaan

jajan yang tidak sehat.

g. Kegiatan penyuluhan dan pemberian motivasi sangat diperlukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran informan terhadap status gizi

dan kesehatan balitanya.

Page 212: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

195

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Agustine, Arini. 2010. Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan

(PMT-P) dan Karakteristik Balita dengan Status Gizi (BB/U) Balita Gizi

Buruk di Lima Puskesmas Kabupaten Indramayu Tahun 2009. Skripsi FKIK

UIN

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Almatsier, dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama

Amos, John. 2000. Hubungan Persepsi Ibu Balita Tentang Kurang Gizi dan PMT-

P dengan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin di Kabupaten Padang

Pariaman Propinsi Sumatera Barat Tahun 1999. Tesis FKM UI

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC

BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi. Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional

Barasi, Mary. 2009. Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga

Beck, Mary. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit-Penyakit

Untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica (YEM)

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat

2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Page 213: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

196

Depkes RI. 2003. Status Gizi Ibu Hamil, Bayi, dan Balita Tahun 1989-2002.

Jakarta : Pusat Data dan Informasi Depkes RI

_______. 2003. Pedoman Penatalaksanaan Balita Gizi Buruk Secara Rawat

Jalan (untuk Puskesmas). Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi

dan Makanan

_______. 2004. Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP)

dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita. Jakarta : Direktorat Bina Gizi

Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes RI

_______. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta : Ditjen PPM

dan PL

_______. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan penanggulangan Gizi

Buruk 2005-2009. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

_______. 2006. Informasi Program Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah

Gizi Mikro. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

_______. 2006. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Campak. Jakarta : Subdit

Imunisasi Direktorat Epim & Kesma, Direktorat Jenderal PP & PL

Departemen Kesehatan RI

_______. 2007. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI

_______. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan

RI

Page 214: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

197

Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi .

D i ak s es d a r i http://forbetterhealth.wordpress.com

Faradevi, Reny. 2011. Perbedaan Besar Pengeluaran Keluarga, Jumlah Anak

Serta Asupan Energi dan Protein Balita Antara Balita Kurus dan Normal.

Skripsi. Jurusan Ilmu Gizi Universitas Diponegoro

Fitriyanti, Farida. 2012. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan

(PMT-P) Terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota

Semarang Tahun 2012. Skripsi. Ilmu Gizi Universitas Diponegoro

Hasanudin, Maulana. 2001. Gambaran Status Gizi Balita Sebelum dan Sesudah

Mendapat PMT-Pemulihan di Kabupaten Tangerang Tahun 2000. Skripsi

FKM UI

Hasdianah, dkk. 2014. Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta :

Nuha Medika

Heryati, dkk. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk

Pendidikan Kebidaan. Jakarta : Salemba medika

Indra, Dewi. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta : Dunia Cerdas

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Jakarta :

Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI

Page 215: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

198

_______. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian

Status Gizi Anak. Jakarta : Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI

_______. 2012. Buku Rencana Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI

________. 2012. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan

Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK (Bantuan

Operasional Kesehatan). Jakarta : Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan

Anak

Khomsan, Ali. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta :

PT Grasindo

Komsatiningrum. (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan

Pendapatan Keluarga dengan Pola Konsumsi Pangan Balita di Desa Meger

Kecamatan Ceper kabupaten Klaten. Semarang : Skripsi. FT-UNS

Kurniasih, Dedeh, dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta :

Kompas Gramedia

Lailiyana, et al. 2010. Buku Ajar Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Lestrina, Dini. 2009. Penanggulangan Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas

Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Pascasarjanan USU

Mariani. 2002. Hubungan Pola Asuh Makan, Konsumsi Pangan dan Status

Kesehatan dengan Status Gizi Anak Balita. Tesis. Pascasarjana IPB

Page 216: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

199

Meriani, Gusti Ayu. 2010. Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Gizi

Seimbang Dengan Status Gizi Pada Balita di Posyandu Kelurahan Depok

Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. SRIPSI. Universitas Pembangunan

Nasional Jakarta

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Muhajirin. 2007. Hubungan Antara Praktik Personal Hygiene Ibu Balita dan

Sarana Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di

Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap Tahun 2007. Tesis. Universitas

Diponegoro

Natalia, dkk. 2012. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dan Tingkat

Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Batita di Desa Gondangwinangun

Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor 2,

diakses dari http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. Skripsi. FKM

Universitas Diponegoro

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip

Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nurlinda, Andi. 2013. Gizi dalam Siklus Daur Kehidupan Seri Baduta.

Yogyakarta : CV Andi Offset

Page 217: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

200

Pandi, Emma. 2008. Panduan Lengkap Makanan Bayi dan Balita. Jakarta :

Penebar Pus

Poerwandari, Kristi. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan

Pendidikan Psikologi (LPSP3)

Pudjiadi, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Edisi Keempat. Balai

Penerbit FKUI : Jakarta

Rahim, Fitri Kurnia. 2014. Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan.

Jurnal Kesehatan Masyarakat di unduh dari

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas diakses tanggal 21 Oktober

2014

Rahmadiliyani, Nina. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan

Keengganan Ibu Balita Berkunjung Ke Posyandu dinDesa Jingah Habang

Hilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Media SainS, volume 4

Nomor 2, Oktober 2012 ISSN 2085-3548.

Ratnasari, Dewi. 2012. Gambaran Kebiasaan Konsumsi Mie Instant Pada Anak

Usia 7-12 Tahun Studi di Sekolah Dasar Kanisius Tlogosari Kulon

Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Gizi Universitas Diponegoro

Riyadi, H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Jurusan GMSK-IPB

Bogor

Sa’adah, Jazilatus. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Makan dan Hubungan Perilaku Makan Dengan Status Gizi Balita (12-59

Page 218: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

201

Bulan) di Desa Cibeuteung Muara Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor.

Skripsi. FKM UIN

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional

Soekirman. 2004. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.

Jakarta: Penebar Swadaya

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta

: Graha Ilmu

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Syafiq, dkk. 2006. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : UIN Jakarta Press

UNICEF. 1998. The State of The World’s Children 1998. New York : Oxford

University Press

Veriyal, Nura. 2010. Analisis Pola Asuh Gizi Ibu Terhadap Balita Kurang Energi

Protein (KEP) Yang Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan

Kabupaten Tangerang. SKRIPSI. FKM UIN

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di

Era Otonomi Daerah dan Globalisasi

Yusrianto. 2010. 100 Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Balita. Jogjakarta :

Power Books

Page 219: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 220: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Lampiran 1

Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Informan Utama (Ibu Balita) Penerima

PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

Tanggal wawancara :

Waktu wawancara : .......... s/d ..........

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Umur menikah :

6. Pendapatan keluarga :

7. Jumlah anak :

8. Alamat :

B. Identitas Balita

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Anak ke- :

5. Berat badan lahir :

Page 221: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

C. Pertanyaan

1. Pengetahuan

a. Asupan Makanan

1) Apa yang ibu ketahui tentang komposisi makanan bergizi? (probing:

dari mana informasi tersebut ibu dapatkan?)

2) Apa yang ibu ketahui tentang zat gizi dalam makanan?

3) Apa saja makanan yang mengandung energi?

4) Apa saja makanan yang mengandung karbohidrat?

5) Apa saja makanan yang mengandung lemak?

6) Apa saja makanan yang mengandung protein?

7) Apa saja makanan yang mengandung vitamin dan mineral?

8) Berapa porsi makanan sebaiknya diberikan kepada balita setiap kali

makan? (probing: apakah makan dengan porsi tersebut dapat membuat

balita sehat?)

9) Berapa kali sebaiknya balita diberi makan? (probing: kapan waktu yang

tepat dalam memberikan makan pada balita?)

10) Apa yang ibu ketahui tentang Pemberian Makanan Tambahan?

(probing: apakah Pemberian Makanan Tambahan tersebut penting bagi

balita? Mengapa?)

11) Kapan sebaiknya Pemberian Makanan Tambahan diberikan pada balita?

(probing: mengapa diberikan pada waktu tersebut?)

12) Jajanan seperti apakah yang baik diberikan untuk balita?

Page 222: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

b. Penyakit Infeksi

1) Apa yang ibu ketahui tentang penyakit infeksi pada balita? (probing:

dari mana ibu mendapatkan informasi tersebut?)

2) Apa saja yang termasuk dalam penyakit infeksi pada balita? (probing:

apa gejala atau tanda-tanda penyakit infeksi tersebut?)

3) Apa yang ibu ketahui tentang penyebab penyakit infeksi pada balita?

(probing: apakah penyakit infeksi tersebut menular? Bagaimana cara

penularannya?)

4) Apa yang ibu ketahui tentang akibat penyakit infeksi pada balita?

(probing: apakah menurut ibu penyakit tersebut berbahaya? Mengapa?)

5) Apa yang ibu ketahui tentang cara pencegahan penyakit infeksi pada

balita?

6) Apa yang ibu ketahui tentang cara pengobatan penyakit infeksi pada

balita?

7) Apa yang ibu ketahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat? (probing:

dari mana informasi tersebut ibu peroleh?)

8) Apa yang ibu ketahui tentang tempat bermain anak?

9) Apa yang ibu ketahui tentang bangunan rumah yang sehat? (probing:

bagaimana ciri-ciri bangunan rumah yang sehat? Apakah menurut ibu

rumah ibu termasuk ke dalam ciri-ciri rumah sehat?)

10) Apa yang ibu ketahui tentang pergantian udara dan pencahayaan rumah?

(probing: apa yang harus ibu lakukan agar terjadi pertukaran udara yang

sehat di dalam rumah?)

Page 223: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

11) Apa manfaat air bersih untuk kesehatan? (probing: sebaiknya air bersih

digunakan untuk apa?)

12) Apa yang ibu ketahui tentang cara pembuangan sampah yang benar?

(probing: dimana sebaiknya ibu membuang sampah? Berapa kali dalam

seminggu sebaiknya sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah?)

13) Apa yang ibu ketahui tentang upaya menjaga kebersihan rumah dan

halaman rumah? (probing: berapa kali sehari sebaiknya rumah dan

halaman rumah dibersihkan?)

14) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat imunisasi? (probing: sejak usia

berapa anak sebaiknya mulai diimunisasi? Jenis imunisasi apa saja yang

seharusnya diberikan?)

15) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat penimbangan balita? (probing:

apa akibat jika berat badan balita menurun? Apakah hal tersebut

berbahaya bagi balita? Mengapa?)

16) Apa yang ibu ketahui tentang dampak gizi kurang pada balita? (probing:

bagaimana ciri-ciri balita gizi kurang? Apakah gizi kurang berbahaya

bagi balita? Mengapa?)

2. Praktik Pemberian Makan

1) Berapa banyak balita makan dalam sehari? (probing: apakah setiap hari

balita makan dengan jumlah seperti itu? Mengapa?)

2) Jenis makanan apa yang biasa ibu berikan saat balita makan? (probing:

apakah ibu sering membuat variasi makanan untuk balita? Mengapa?)

Page 224: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

3) Apakah ibu memberikan buah sebagai makanan utama bagi balita?

Mengapa? (probing: kapan biasanya ibu memberikan buah kepada balita?

Mengapa?)

4) Bagaimana ibu memperoleh bahan makanan untuk keluarga? (probing:

kapan ibu biasanya berbelanja atau memperoleh bahan makanan tersebut?

jenis bahan makanan apa sajakah yang sering ibu beli? Berapa banyak

bahan makanan yang ibu beli setiap kali berbelanja? Apakah bahan

makanan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga?)

5) Berapa porsi yang ibu diberikan pada balita setiap kali makan? (probing:

apakah setiap hari balita makan dengan porsi tersebut? Apakah makan

dengan porsi tersebut dapat membuat balita sehat? Mengapa?)

6) Berapa kali balita diberikan makan dalam sehari? Apakah selain di waktu

tersebut anak diberikan makan lagi, seperti kudapan atau jajan? (probing:

berapa kali balita jajan dalam sehari? jenis jajanan apa yang biasanya

diberikan? Mengapa balita diberikan jajanan tersebut?)

7) Bagaimana suasana yang ibu munculkan saat memberi makan balita?

8) Apa yang biasanya menyebabkan balita sulit makan? (probing: apa yang

ibu lakukan jika balita sulit makan?)

9) Apa saja jenis PMT-P yang ibu terima dari Puskesmas? (probing: apakah

balita menyukai PMT-P yang diberikan oleh Puskesmas? Apa yang ibu

lakukan jika balita tidak menyukai PMT-P tersebut? Siapa saja yang

biasanya menikmati PMT-P tersebut selain balita?)

Page 225: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

10) Berapa kali sehari PMT-P diberikan? Berapa banyak PMT-P diberikan

dalam sekali pemberian?

11) Bagaimana cara petugas Puskesmas atau kader memberikan PMT-P?

(Probing: berapa banyak PMT-P yang diberikan? apakah mereka

menjelaskan cara pemberian PMT-P tersebut?)

3. Praktik Pemeliharaan Kesehatan

1) Apakah balita menderita sakit dalam tiga bulan terakhir? (probing: berapa

kali dalam seminggu atau sebulan balita sakit? Jenis penyakit apa yang

biasanya diderita oleh balita? Apa penyebabnya?)

2) Apa upaya yang ibu lakukan untuk mencegah balita supaya tidak sakit?

3) Apa upaya pengobatan yang ibu lakukan ketika balita sakit? (probing:

apakah balita ditangani terlebih dahulu atau langsung dibawa ke pelayanan

kesehatan? Mengapa?)

4) Darimanakah sumber air sehari-hari keluarga? Digunakan untuk apa saja

sumber air tersebut?

5) Apa yang ibu lakukan agar pergantian udara dan pencahayaan di dalam

rumah baik?

6) Bagaimana cara ibu membuang sampah? (probing: dimana biasanya ibu

membuang sampah? Kapan biasanya ibu membuang sampah ke tempat

pembuangan sampah?)

7) Dimanakah tempat biasanya ibu dan keluarga membuang hajat?

Page 226: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

8) Apa yang biasanya ibu lakukan dalam menjaga kebersihan rumah dan

halaman rumah? (probing: berapa kali dalam sehari hal tersebut ibu

lakukan? Mengapa?)

9) Apa yang ibu lakukan dalam menjaga kebersihan balita? (probing: berapa

kali dalam sehari hal tersebut dilakukan? Mengapa?)

10) Kapan biasanya balita mencuci tangan?

11) Apakah balita diberikan imuisasi? (probing: berapa kali hal tersebut

dilakukan? Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan? apakah penting

seorang balita diimunisasi? Mengapa?)

12) Apakah ibu rutin melakukan penimbangan balita? (probing: dimanakah

biasanya ibu melakukan penimbangan balita? Alasannya? Apakah penting

dilakukan penimbangan balita? mengapa?)

13) Darimana biasanya ibu memperoleh informasi atau pengetahuan tentang

gizi dan kesehatan? (probing: informasi apa yang biasanya diberikan?

Kapan biasanya informasi tersebut diberikan?)

Page 227: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Lampiran 2

Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Informan Pendukung (Keluarga Balita)

Penerima PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

Tanggal wawancara :

Waktu wawancara : .......... s/d ..........

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Hubungan dengan balita :

6. Nama balita :

7. Alamat :

B. Pertanyaan

1. Praktik Pemberian Makan

1) Berapa banyak balita makan dalam sehari? (probing: apakah setiap hari

balita makan dengan jumlah seperti itu? Mengapa?)

2) Jenis makanan apa yang biasa ibu berikan saat balita makan? (probing:

apakah ibu sering membuat variasi makanan untuk balita? Mengapa?)

3) Apakah ibu memberikan buah sebagai makanan utama bagi balita?

Mengapa? (probing: kapan biasanya ibu memberikan buah kepada balita?

Mengapa?)

Page 228: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

4) Bagaimana ibu memperoleh bahan makanan untuk keluarga? (probing:

kapan ibu biasanya berbelanja atau memperoleh bahan makanan tersebut?

jenis bahan makanan apa sajakah yang sering ibu beli? Berapa banyak

bahan makanan yang ibu beli setiap kali berbelanja? Apakah bahan

makanan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga?)

5) Berapa porsi yang ibu diberikan pada balita setiap kali makan? (probing:

apakah setiap hari balita makan dengan porsi tersebut? Apakah makan

dengan porsi tersebut dapat membuat balita sehat? Mengapa?)

6) Berapa kali balita diberikan makan dalam sehari? Apakah selain di waktu

tersebut anak diberikan makan lagi, seperti kudapan atau jajan? (probing:

berapa kali balita jajan dalam sehari? jenis jajanan apa yang biasanya

diberikan? Mengapa balita diberikan jajanan tersebut?)

7) Bagaimana suasana yang ibu munculkan saat memberi makan balita?

8) Apa yang biasanya menyebabkan balita sulit makan? (probing: apa yang

ibu lakukan jika balita sulit makan?)

9) Apa saja jenis PMT-P yang ibu terima dari Puskesmas? (probing: apakah

balita menyukai PMT-P yang diberikan oleh Puskesmas? Apa yang ibu

lakukan jika balita tidak menyukai PMT-P tersebut? Siapa saja yang

biasanya menikmati PMT-P tersebut selain balita?)

10) Berapa kali sehari PMT-P diberikan? Berapa banyak PMT-P diberikan

dalam sekali pemberian?

Page 229: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

2. Praktik Pemeliharaan Kesehatan

1) Apakah balita menderita sakit dalam tiga bulan terakhir? (probing: berapa

kali dalam seminggu atau sebulan balita sakit? Jenis penyakit apa yang

biasanya diderita oleh balita? Apa penyebabnya?)

2) Apa upaya yang ibu lakukan untuk mencegah balita supaya tidak sakit?

3) Apa upaya pengobatan yang ibu lakukan ketika balita sakit? (probing:

apakah balita ditangani terlebih dahulu atau langsung dibawa ke pelayanan

kesehatan? Mengapa?)

4) Darimanakah sumber air sehari-hari keluarga? Digunakan untuk apa saja

sumber air tersebut?

5) Apa yang ibu lakukan agar pergantian udara dan pencahayaan di dalam

rumah baik?

6) Bagaimana cara ibu membuang sampah? (probing: dimana biasanya ibu

membuang sampah? Kapan biasanya ibu membuang sampah ke tempat

pembuangan sampah?)

7) Dimanakah tempat biasanya ibu dan keluarga membuang hajat?

8) Apa yang biasanya ibu lakukan dalam menjaga kebersihan rumah dan

halaman rumah? (probing: berapa kali dalam sehari hal tersebut ibu

lakukan? Mengapa?)

9) Apa yang ibu lakukan dalam menjaga kebersihan balita? (probing: berapa

kali dalam sehari hal tersebut dilakukan? Mengapa?)

10) Kapan biasanya ibu mengajarkan agar balita mencuci tangan?

Page 230: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

11) Apakah balita diberikan imuisasi? (probing: berapa kali hal tersebut

dilakukan? Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan? apakah penting

seorang balita diimunisasi? Mengapa?)

12) Apakah ibu rutin melakukan penimbangan balita? (probing: dimanakah

biasanya ibu melakukan penimbangan balita? Alasannya? Apakah penting

dilakukan penimbangan balita? mengapa?)

13) Darimana biasanya ibu memperoleh informasi atau pengetahuan tentang

gizi dan kesehatan? (probing: informasi apa yang biasanya diberikan?

Kapan biasanya informasi tersebut diberikan?)

Page 231: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Lampiran 3

Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Informan Pendukung (Staff Puskesmas

dan Kader Posyandu) Yang Terlibat Langsung Dalam Program PMT-P di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

Tanggal wawancara :

Waktu wawancara : .......... s/d ..........

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Jabatan :

5. Lama bekerja :

B. Pertanyaan

1. Bagaimana keterlibatan petugas kesehatan dalam program pemberian PMT-P?

2. Apakah ada pengawasan terhadap ibu balita dalam pemberian PMT-P pada

balitanya?

3. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan PMT-P pada balita?

4. Apa saja jenis PMT-P yang diberikan pada balita?

5. Apa kendala yang biasanya ditemui selama pelaksanaan program PMT-P?

6. Bagaimana karakteristik ibu balita penerima PMT-P?

Page 232: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

7. Apakah ibu balita sering memeriksakan balitanya ke Puskesmas atau

Posyandu?

8. Apa saja jenis penyakit yang biasa diderita balita penerima PMT-P?

9. Apa yang dilakukan jika balita penerima PMT-P tidak mengalami peningkatan

berat badan?

10. Apa yang dilakukan jika PMT-P yang diberikan tidak disukai oleh balita?

Page 233: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Lampiran 4

PEDOMAN OBSERVASI

No. Domain Aspek Yang Diamati Keterangan

1. Asupan

Makanan

- Adanya jumlah makanan yang

dikonsumsi mencukupi dan sesuai

dengan usia balita

- Adanya jenis makanan yang terdiri dari

makanan pokok, lauk-pauk, sayuran,

buah, dan susu

2. Praktik

Pemberian

Makan

- Porsi makan balita yang diberikan

mencukupi dan sesuai dengan usianya

- Adanya pemberian makanan tiga kali

atau lebih dalam sehari

- Adanya suasana menyenangkan yang

dimunculkan ibu ketika memberi

makan balita

- Adanya upaya yang dilakukan ketika

balita sulit makan

- PMT-P yang diberikan ibu dimakan

habis oleh balita, dan atau tidak ada

orang lain yang memakan PMT-P

tersebut selain balita penerima PMT-P

- Adanya pemberian makanan selingan

diantara waktu makan dan anak tidak

diberi atau dibiarkan jajan sembarangan

3. Sanitasi dan

Hygiene - Adanya penggunaan air bersih

- Adanya tempat sampah

- Adanya pencahayaan dan penerangan

rumah yang cukup

- Adanya usaha dalam membersihkan

rumah

- Adanya WC di dalam rumah

- Adanya lingkungan rumah dan tempat

bermain balita yang bersih

- Adanya usaha mencuci tangan balita

- Adanya usaha memandikan balita

- Adanya usaha mengganti pakaian balita

Page 234: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

LAMPIRAN 5

Foto Hasil Observasi

Page 235: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 236: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 237: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 238: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah
Page 239: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Lampiran 6

MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN UTAMA (IBU BALITA)

PENERIMA PMT-P DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2014

Pengetahuan Tentang Pemberian Makan Balita

Domain Y A S N E

Komposisi

makanan bergizi

Menunya harus ada ikan,

sayur, tahu, tempe

Sayur, lauk, buah Sayuran, lauk-

pauk, nasi

Nasi Sayuran, buah-

buahan

Zat gizi dalam

makanan

Makan ikan, tahu,

daging, telor ada protein,

makan sayur ada vitamin,

energi kayak susu,

karbohidrat dari sayur

apa buah, lemak yang

berminyak-minyak

Protein dari ikan Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Makanan yang

mengandung

energi

Susu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Makanan yang

mengandung

karbohidrat

Sayur dan buah Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Makanan yang

mengandung

lemak

Ikan, daging, tahu, telor Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Makanan yang

mengandung

protein

Yang berminyak-minyak

dan daging

Ikan Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Page 240: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Makanan yang

mengandung

vitamin dan

mineral

Sayur Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Porsi makanan

balita yang ideal

Nasi 2 centong, sayur

semangkok kecil, tempe

atau tahu 1 potong, buah

1, susu 3x sehari

Nasi secentong,

tempe 1, sayur 1

sendok

Nasi ½ centong,

sayur 1 sendok

sayur yang

besar, tempe 1,

buah 1, susu 2

gelas

Tidak tahu Tidak tahu. Nasi

1 centong

Frekuensi

pemberian

makanan utama

yang ideal

3x sehari. Pagi jam 7,

siang jam 12, sore atau

habis magrib

3x sehari. Pagi jam

9, siang jam 3,

malam setengah 8

3x sehari. Pagi,

siang, sore

3x sehari.

Tergantung anak

minta

3x sehari. Semau

anak kalau minta

Pengertian

pemberian

makanan

tambahan

Diberikan cemilan Ngemil Seperti ngemil Makanan seperti

roti, energen

Dikasih susu dan

bubur

Pentingnya

pemberian

makanan

tambahan

Supaya gemuk Biar sehat Tidak tahu Sebagai

pengganti

makanan utama

bagi anak yang

tidak suka nasi

Tidak tahu

Waktu

pemberian

makanan

tambahan

2 jam setelah sarapan Satu jam sebelum

makan utama

Siang Tidak tahu Tidak tahu

Jajanan yang

baik untuk balita

Roti dan biskuit Roti, susu, biscuit,

agar-agar

Biskuit Biskuit Bikin sendiri

seperti agar, kue

Page 241: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Pengetahuan Tentang Penyakit Infeksi dan Pemeliharaan Kesehatan

Pengertian

penyakit infeksi

Karena makanan,

kalau lagi luka

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Jenis penyakit

infeksi

Penyakit dalam

seperti paru-paru

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Gejala penyakit

infeksi

Kecil dan kurus Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Penyebab

penyakit infeksi

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Cara penularan

penyakit infeksi

Dari tempat

makanannya

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Akibat penyakit

infeksi

Kurang makan Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Bahaya penyakit

infeksi pada

balita

Jadi penyakit Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Cara pencegahan

penyakit infeksi

Tidak boleh terkena

asap rokok dan

menjaga kebersihan

Jangan jajan

sembarangan

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Pengobatan

penyakit pada

balita

Diberi obat warung

terlebih dahulu

Diurut dan diberi

obat

Diberi obat warung

terlebih dahulu

atau pakai obat

tradisional, kalau

belum sembuh

baru ke dokter

Seharusnya

diberikan obat

Diberi obat

terlebih dahulu,

kalau 3 hari belum

sembuh dibawa ke

dokter atau bidan

Perilaku hidup

bersih dan sehat

(PHBS)

Jaga kebersihan,

ada 10 PHBS, lupa

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Rapi-rapi rumah

Page 242: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Tempat bermain

anak

Di dalam dan di

halaman rumah

Di dalam rumah,

diluar harus

diawasi

Di dalam, di

sekitar rumah

Di sekitar rumah Di dalam dan di

samping rumah

Pengertian

bangunan rumah

sehat

Menjaga

kebersihan, jangan

meludah

sembarangan,

membersihkan

kamar mandi

seminggu 3x

Tidak tahu Tidak tahu Rumah yang

terawat dan bersih

Tidak tahu

Ciri-ciri

bangunan rumah

sehat

Bersih, rapi Tidak tahu Tidak tahu bersih Tidak tahu

Definisi

pergantian udara

dan pencahayaan

rumah

Rumah yang ada

jendelanya di

depan, samping,

dan belakang

Jendelanya dibuka Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Upaya yang

dilakukan agar

terjadi

pertukaran udara

yang sehat di

rumah

Jendela dibuka

supaya udara masuk

Jendela dibuka Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Manfaat air

bersih

Untuk kebersihan

dan dipakai sehari-

hari

Supaya sehat Biar sehat Dipakai untuk

mandi dan minum

Tidak tahu

Cara membuang

sampah

Dibuang di tempat

sampah terlebih

dahulu

Dibuang di tempat

sampah setiap hari

Dikumpulin dulu

di plastik, lalu

dibuang setiap hari

Dikumpulin dulu di

dalam plastik, jika

penuh baru dibuang

Dikumpulin dulu,

kalau sudah penuh

dibakar

Page 243: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Upaya menjaga

kebersihan

rumah dan

halaman rumah

Rumah disapu dan

dipel, halaman

disapu, setiap pagi

dan sore

Lantai disapu dan

dipel, halaman

disapu setiap sore

Disapu sehari 2x

pagi dan sore

Disapu dan dilap Disapu dan dipakai

pewangi lantai,

halaman disapu

Manfaat

imunisasi

Biar jaga kesehatan

dan tidak mudah

sakit

Supaya tidak sakit Biar tidak terkena

penyakit

Tidak tahu Untuk kesehatan

badan biar segar

Usia sebaiknya

anak mulai

diimunisasi

Setelah lahir Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Bayi baru lahir

Jenis imunisasi

yang sebaiknya

diberikan

Campak Campak Campak, BCG 1,

BCG 2

Tidak tahu Campak

Manfaat

penimbangan

balita

Penting, supaya tau

timbangannya

Untuk mengetahui

perkembangan dan

berat badan balita

Penting, supaya

tahu timbangannya

turun apa tidak

Sebenarnya

penting, biar tahu

timbangan balita

Penting, supaya

tahu timbangan

anak

Akibat jika berat

badan balita

turun

Lemas Lemas Tidak tahu Kurang bertenaga Kurang nafsu

makan

Bahaya

penurunan berat

badan balita

Jadi penyakit, gizi

buruk

Kalo balita aktif

tidak masalah

Tidak bahaya

karena tidak rewel,

turun cuma seons,

nanti naik lagi

Biasa saja mau

turun atau naik

Berat badannya

turun terus, kata

neneknya mau

pintar

Dampak gizi

kurang

Mengakibatkan gizi

buruk

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Ciri-ciri balita

gizi kurang

Kurus, kecil Kurus, tidak mau

makan

Makannya kurang Kurus dan perutnya

buncit

Batuk

Page 244: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Praktik Pemberian Makan Balita

Asupan makanan

dalam sehari

Kadang habis

kadang tidak, susu

3x sehari jika lebih

balita tidak mau

makan

Makan sedikit

karena banyak

ngemil roti atau

biskuit, susu jika

balita minta

Sedikit apalagi jika

sedang sakit,

karena sudah

kenyang jajan,

susu 2x sehari

Tergantung balita

kadang habis

kadang tidak. Susu

bisa 3x bahkan

lebih dalam sehari.

Balita sangat sering

jajan

Makan sedikit jika

kenyang jajan.

Susu sekali jika

balita minta

Komposisi

makanan

Nasi dengan

tempe/tahu/telur/

ikan/ceker atau nasi

dengan sayur sop/

sawi, kalau semua

jenis makanan ada

balita bingung

Nasi dengan sayur

atau nasi dengan

tempe/telur, balita

bingung jika

banyak jenis

makanannya

Nasi dengan telur/

ceker atau mie

instant, tidak pakai

sayur karena jika

lauk dicampur

sayur akan bau

amis

Bubur ayam/telur

rebus/bakso/sosis

(makanan selain

nasi)

Nasi dengan telur

dan kuah sayur.

Ayam dan ikan

jarang karena jika

balita makan ikan

akan buang air

terus

Upaya dalam

memvariasikan

makanan untuk

balita

Setiap hari

sayurnya bervariasi

supaya balita tidak

bosan

Biasanya sayur

bervariasi setiap

hari, lauk lebih

suka telur, supaya

balita tidak bosan

Ganti-ganti misal

pagi bubur, siang

nasi atau apa, sore

bakso pakai nasi

Sesuai permintaan

balita saja

Sayur suka diganti

karena balita lebih

senang sayur

Pemberian buah

sebagai makanan

utama

Tidak pernah beli

buah, uang tidak

cukup

Tidak, hanya

sesekali saja

Jarang karena

malas membeli ke

pasar

Tidak, hanya jika

balita minta saja

Balita tidak suka

buah, jika minta

baru dibelikan

Waktu

pemberian buah

Kalau ada acara di

sekolah atau hajatan

baru makan buah

2x seminggu beli

1kg dulu biar

balita tidak bosan

Tidak tentu Tergantung

permintaan. Jika

balita minta

langsung dibelikan

Jika balita minta

Cara memperoleh

bahan makanan

Membeli bahan

makanan mentah

Masak terus, tidak

boleh beli diluar

Kadang masak

kadang beli lauk di

Kadang beli bahan

makanan mentah,

Membeli bahan

makanan mentah

Page 245: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

dan masak sendiri,

jika beli lauk

matang tidak

mencukupi untuk

sekeluarga

warteg lebih sering beli

jadi

Waktu

memperoleh

bahan makanan

Setiap hari di

warung dekat

rumah

Seminggu sekali di

pasar

Setiap hari di

warung atau

warteg

Seminggu sekali

bahan mentah, jika

beli jadi setiap hari

Setiap hari di pasar

Jumlah bahan

makanan yang

dibeli

Berbelanja 10-20

ribu perhari

100 ribu sekali

belanja

10-25 ribu perhari 50-100 ribu sekali

belanja mingguan

Tidak tahu

Jenis bahan

makanan yang

dibeli

Beras 1,5 liter

untuk 4 waktu

makan, sayur

campur (kentang,

buncis, kol), tempe

atau tahu atau ikan

teri atau telur

Beras 16kg untuk

15 hari, sayur

bayam, kangkung

pakai telur atau

tempe, sesekali

ikan atau ayam

Beras 1 liter untuk

2 hari, beli sayur

dan telur di warteg

Jarang masak nasi,

lebih sering makan

mie instant. Tahu,

tempe, sosis,

bayam, sawi, telur

Beras 5 liter untuk

2 minggu, jika

habis beli 2 liter

lagi, toge atau sawi

atau labu atau

bayam

Porsi makan

balita dalam

sekali makan

Nasi secentong

kadang sisa 3 suap,

sayur 1 sendok

sayur kecil, tempe/

tahu 1 potong

Nasi 1 centong

kadang sisa 2 suap,

tempe 1 potong/

telur 1 butir atau

sayur 1 sendok

makan

Nasi 1 centong

kadang sisa 2

sendok, telur 1

butir, kadang pakai

kuah sayur

Bubur ayam 1

mangkok kadang

sisa 3 suap atau

telur rebus 2 butir

atau mie instant 1

bungkus

Nasi 1 centong

kadang sisa 5 suap,

sayur 1 sendok dan

kuah sayur

Frekuensi makan 2-3 kali sehari 2-3 kali sehari 1-2 kali sehari,

kalau mau makan

3 kali sehari,

tergantung

permintaan balita

1-2 kali sehari

tergantung

permintaan balita,

jika tidak minta

tidak diberikan

3 kali sehari

Page 246: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Pemberian

kudapan/jajanan

Iya, sehari 5 ribu

jajan. Biskuit, susu

dan jajanan seperti

chiki, coklat, oreo,

permen, kuaci, es,

dan lain-lain

Iya. Roti, biskuit,

susu, agar-agar,

puding, susu

kedelai, dan bubur

kacang hijau

Iya, sehari 10 ribu

jajan, seperti es,

cendol, kerupuk

kulit, kacang,

permen, bakso,

chiki, dan

sebagainya

Iya, sehari 30 ribu

jajan roti, biskuit,

susu, dan jajanan

seperti chiki, es,

coklat, permen,

bakso, sosis,

gorengan, dan lain-

lain

Iya, 10 ribu.

Jajanan seperti

chiki, es, permen,

gorengan, coklat,

siomay, bakso, dan

lain-lain

Alasan

pemberian

makanan jajanan

Supaya balita tidak

nangis

Karena permintaan

balita

Supaya balita tidak

rewel dan ada

warung dekat

rumah

Karena balita tidak

suka nasi dan

daripada tidak

makan, lebih baik

jajan supaya

kenyang, pengganti

makan

Supaya tidak

rewel, kasihan

melihat temannya

jajan sedangkan

balitanya tidak

jajan, dijajanin

sama kakek dan

encingnya

Suasana saat

pemberian

makan

Di rumah saja,

kadang dibawa

main ke lapangan

atau naik motor ke

rumah nenek

Makan sendiri

sambil menonton

TV atau bermain

Ketika lagi

bermain di warnet

atau layangan

Makan sendiri di

depan TV

Saat nonton TV

atau bermain di

sekitar rumah

Penyebab balita

sulit makan

Kekenyangan jajan Kebanyakan

minum susu

Kebanyakan jajan

es

Lebih suka jajan Karena sering jajan

Upaya jika balita

sulit makan

Dipancing dengan

es, diberi makan

sambil minum es

Dibiarkan dulu,

jika balita merasa

lapar pasti minta

makan sendiri

Jika tidak mau

makan ya sudah,

tidak mau maksa,

capek

Jika balita tidak

mau makan ya

sudah, paling

makan jajanan

Dibujuk,

dibohongin beli es

Jenis PMT-P dari

Puskesmas

Susu dan biskuit Susu dan biskuit Susu dan biskuit Susu dan biskuit Susu dan biskuit

Page 247: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Kesukaan balita

terhadap PMT-P

Susu suka,

sedangkan biskuit

tidak terlalu suka

Suka Susu tidak suka,

sedangkan biskuit

suka

Suka Susu tidak terlalu

suka, sedangkan

biskuit suka

Upaya yang

dilakukan jika

balita tidak

menyukai PMT-P

Dibikin puding

biskuit atau

dicelupkan ke susu

Tidak ada, karena

balita suka

Tidak ada upaya

yang dilakukan,

bahkan susu

tersebut diberikan

ke saudaranya

karena balita tidak

suka

Tidak ada, karena

balita suka

Tidak ada upaya

yang dilakukan,

karena informan

juga membatasi

pemberian susu,

takut balita

mencret jika

kebanyakan

minum susu

Yang menikmati

PMT-P selain

balita

Sepupu dan ibu

balita

Mas dan kakak

balita

Mas, mbak, dan

kadang orangtua

balita

Nenek balita Balita momongan,

encing, engkong

Frekuensi

pemberian PMT-

P

2-3 kali sehari 1 kali sehari 2 kali sehari 1-2 kali sehari 1 kali sehari

Jumlah PMT-P

yang dimakan

dalam sehari

Susu 3 gelas atau 5

gelas, biskuit 2-3

keping

Susu 1-2 gelas

tergantung

permintaan balita,

biskuit ½ - 1

bungkus

Susu 2 gelas,

biskuit 5 keping

Susu 4 botol,

biskuit ½ - 1

bungkus

Susu 1 gelas,

biskuit 5 keping

Jumlah PMT-P

yang diberikan

oleh Puskesmas

Susu 2-4 dus,

sedangkan biskuit

1-2 bungkus

Susu 1-2 dus,

biskuit 1-2

bungkus

Susu 2-4 dus,

sedangkan biskuit

1-2 bungkus

Susu 2 dus,

sedangkan biskuit

1-2 bungkus

Susu 2-4 dus,

sedangkan biskuit

1-4 bungkus

Cara pemberian

PMT-P oleh

petugas

Diberikan susu dan

biskuit, dan jika

balita tidak suka

Diberikan saja

untuk dimakan

oleh balita atau

Diberikan saja dan

tidak ada pesan

yang diberikan

Diberikan susu dan

biskuit saja

Diberikan susu dan

biskuit saja, tidak

ada pesan khusus

Page 248: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Puskesmas atau

kader

dengan PMT-P

maka dibuatkan

pudding atau kue

dari bahan PMT-P

tersebut

dibuatkan puding

Praktik Pemeliharaan Kesehatan

Sakit dalam 3

bulan terakhir

Iya. Sebulan sekali Iya. 1-2 kali dalam

sebulan

Iya. 2-3 kali dalam

sebulan

Jarang. Sebulan

sekali

Sakit terus. 3-4

kali dalam sebulan

Jenis penyakit

yang biasa

diderita

Demam, batuk,

pilek

Demam, batuk,

pilek

Demam, batuk,

muntah, pilek,

diare

Demam, batuk,

pilek

Demam, batuk,

pilek, diare

Penyebab balita

sakit

Kebanyakan jajan

dan makan yang

asam-asam

Pengaruh cuaca

dan ketularan

temannya

Kebanyakan

minum es

Kebanyakan jajan Kebanyakan jajan

Upaya

pencegahan

penyakit

Tidak ada Diurut, tidak

langsung

memberikan

minuman dingin

Jika sedang sakit

tidak boleh minum

es

Hanya diberi tahu

tidak boleh minum

es jika lagi sakit

Tidak ada upaya

khusus

Upaya

pengobatan

penyakit

Diberikan obat

warung terlebih

dahulu jika 3 hari

belum sembuh baru

dibawa ke bidan

Diurut atau dipijat

dengan minyak

dari tukang pijat

langganan, jangan

dibiasakan minum

obat, kalo udah

berat sakitnya baru

di kasih obat

Balita dikerokin

dengan campuran

bawang atau jahe,

asam, dan minyak,

serta diberikan

obat warung

terlebih dahulu,

kalau 3 hari belum

sembuh baru

dibawa ke dokter

Tidak diberi obat,

nanti sembuh

sendiri

Diberi obat warung

terlebih dahulu,

jika 2 atau 3 hari

masih lemas baru

dibawa ke dokter,

jika sakit pilek

tidak diberi obat

nanti sembuh

sendiri paling lama

seminggu

Sumber dan Dari sumur bor, Dari sumur bor, Dari sumur bor, Dari sumur bor, Dari sumur bor,

Page 249: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

penggunaan air

bersih

untuk keperluan

sehari-hari seperti

masak, minum,

nyuci, mandi

untuk keperluan

sehari-hari seperti

masak, mandi

untuk keperluan

sehari-hari seperti

masak, minum,

mandi

untuk keperluan

sehari-hari seperti

minum dan mandi

untuk keperluan

sehari-hari seperti

masak, minum,

mandi

Usaha dalam

pergantian udara

dan pencahayaan

rumah

Harusnya samping

dan belakang ada

jendela supaya

tidak pengap

Jendelanya dibuka

supaya angin dapat

masuk

Tidak tahu Tidak tahu Berada dekat

jendela

Cara membuang

sampah

Dikumpulin dulu

kemudian dibuang

dan dibakar oleh

kakek balita di

empang yang ada

pohonnya sekitar 2

atau 3 hari sekali.

Di sawah atau

empang

Dibuang di tempat

sampah, setiap

hari. Di tempat

sampah depan

rumah

Dikumpulin dulu

di plastik,

kemudian dibuang

ke pasar oleh ayah

balita setiap pagi

hari. Di pasar

Dikumpulin dulu di

dalam plastik,

kalau sudah penuh

baru dibuang di

belakang rumah. Di

belakang rumah

Dibuang dan

dibakar di

belakang rumah

setiap hari. Di

belakang rumah

Tempat

membuang hajat

WC rumah WC rumah WC rumah WC rumah WC rumah

Usaha menjaga

kebersihan

rumah dan

halaman rumah

Membersihkan

rumah bagian

dalam dengan cara

disapu dan dipel

sedangkan halaman

rumah disapu pagi

atau sore hari

Membersihkan

rumah bagian

dalam dengan cara

disapu dan dipel,

sehari bisa 3x,

halaman disapu

setiap sore

Membersihkan

rumah dengan cara

disapu sehari 2x

pagi dan sore

Membersihkan

rumah dengan cara

disapu setiap hari

dan kalau sempat

dilap

Membersihkan

rumah bagian

dalam dengan cara

disapu dan dipakai

pewangi lantai,

sedangkan

halaman disapu

Cara menjaga

kebersihan balita

Mencuci tangan

balita sebelum

makan dan setelah

Mencuci tangan

balita sebelum

makan dan setelah

Mencuci tangan

balita setelah

bermain, jika

Balita dimandikan

dan dilap yang

bersih. Mandi

Mencuci tangan

balita

menggunakan

Page 250: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

bermain, jika balita

mencuci sendiri

tidak menggunakan

sabun. Mandi 2x

sehari pagi dan sore

menggunakan

sabun, sedangkan

sampo dan sikat

gigi hanya saat

mandi pagi. 2-3x

sehari setiap habis

mandi atau ketika

bajunya terasa

basah

bermain, mandi 2x

sehari. Mandi 2x

sehari pagi dan

sore menggunakan

sabun. 2x sehari

setiap habis mandi

terlalu kotor baru

pakai sabun.

Mandi 2x sehari

pagi dan sore

menggunakan

sabun. 2x sehari

sehabis mandi atau

jika baju sudah

terlihat kotor dan

basah

sehari bisa 5x

tergantung balita

jika merasa gerah

langsung mandi,

kadang pakai sabun

kadang tidak. 4-5x

tergantung balita

sabun setelah

bermain kotor.

Mandi 2-3x sehari

tergantung jika

balita merasa

gerah,

menggunakan

sabun, sampo, dan

sikat gigi. 3x

sehari setelah

mandi atau jika

baju balita terasa

basah

Kebiasaan cuci

tangan balita

Cuci tangan

sebelum makan dan

setelah bermain,

kadang pakai sabun

kadang tidak

Cuci tangan

sebelum makan

dan setelah

bermain kadang

pakai sabun

kadang tidak

Cuci tangan

setelah bermain,

pakai sabun jika

tangan terlalu

kotor

Kadang cuci tangan

kadang tidak

Cuci tangan pakai

sabun setelah

bermain di

kandang ayam dan

bermain tanah

Upaya imunisasi

pada balita

Hanya imunisasi

campak, karena

tidak diperbolehkan

oleh nenek balita

karena takut balita

menjadi kecil

Imunisasi lengkap

seperti yang

tercantum dalam

KMS

Imunisasi lengkap

seperti yang

tercantum dalam

KMS

Imunisasi lengkap

seperti yang

tercantum dalam

KMS

Imunisasi lengkap

seperti yang

tercantum dalam

KMS

Pentingnya

imunisasi bagi

balita

Penting, untuk jaga

kesehatan, supaya

tidak mudah sakit

Penting, supaya

terhindar dari

penyakit

Penting, agar tidak

terkena penyakit

Tidak tahu Penting, untuk

kesehatan badan

supaya segar

Page 251: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Upaya

penimbangan

balita

Sejak balita 9

bulan, rutin di

Puskesmas atau

Posyandu atau

ACT, Puskesmas

jauh, sebulan sekali

kalau diminta

kesana. Posyandu

dekat

Setiap bulan.

Kadang datang

kadang tidak,

karena jadwal

tidak tentu,

Puskesmas jauh.

Posyandu tidak

terlalu jauh

Sebulan sekali.

Dalam setahun 2-3

kali bolos karena

malas atau tidak

dengar informasi,

Puskesmas jika

diminta saja.

posyandu dekat,

kadang malas

jalan, tidak

mendengar, jadwal

yang berbeda,

karena sudah siang

Balita nimbang

sendiri ke

Posyandu dekat

rumah, Puskesmas

jauh, karena tidak

naik berat badan

jadi malas dan

berhenti nimbang,

kadang balita

sendiri yang

nimbang di

Posyandu

Sejak 2 tahun

terakhir nimbang,

ke Puskesmas jika

disuruh kalau tidak

nimbangnya di

Posyandu,

Puskesmas kalau

disuruh datang

saja. Posyandu

dekat, kadang

malas karena tidak

ada temen

Pentingnya

penimbangan

bagi balita

Iya, untuk melihat

perkembangan dan

berat badan balita

Penting, supaya

tahu timbangan

balita

Penting, supaya

tahu timbangannya

turun atau tidak

Penting, supaya

tahu timbangannya

Penting, supaya

tahu timbangannya

Informasi atau

pengetahuan

tentang gizi dan

kesehatan yang

diperoleh

Dari ACT atau

Puskesmas tentang

cara memberi

makan, pola makan.

Posyandu hanya

nimbang

Dari Puskesmas

dan ACT tentang

contoh menu

makanan

Dari Puskesmas

disuruh makan

sayur, makan yang

banyak

Tidak pernah Dari Puskesmas

disuruh makan

buah, sayur, susu

Page 252: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Lampiran 7

MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN PENDUKUNG (KELUARGA BALITA)

PENERIMA PMT-P DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2014

Praktik Pemberian Makan Balita

Domain Ne Ad Sn I Er

Asupan makanan

dalam sehari

Jajan terus, jika

banyak minum susu

makan sedikit

Kadang habis

kadang tidak,

suruh bikin

cemilan di rumah

biar balita tidak

jajan di luar

Tidak tahu.

Kebanyakan jajan

Jajan lebih dari 7x

sehari

Sedikit jika sering

dibelikan jajan

Komposisi

makanan

Nasi dengan sayur

atau telor atau

tempe

Nasi pakai telur Nasi dengan telur,

tergantung

permintaan balita

Nasi, ayam, ikan,

daging tidak mau,

sayur, tahu, tempe,

telor mau

Yang penting tidak

diberikan ikan

karena perut balita

tidak bisa

menampung

Pemberian buah Tidak pernah beli

buah, tidak punya

uang

1-2x seminggu

diberikan

Jarang Tergantung

permintaan balita

Balita tidak suka,

jika minta baru

diberikan

Cara memperoleh

bahan makanan

Masak terus, tidak

pernah membeli

makanan jadi

Membeli bahan

makanan mentah

Jarang masak, beli

di warteg

Membeli bahan

mentah atau

makanan jadi

Membeli bahan

makanan mentah

Waktu Setiap hari membeli Seminggu sekali, Setiap hari di Setiap libur kerja Setiap hari di pasar

Page 253: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

memperoleh

bahan makanan

di warung sekat

rumah

kadang belum

seminggu sudah

habis, belanja di

pasar

warteg atau

warung

hari minggu

Jumlah bahan

makanan yang

dibeli

Tidak tahu Tidak tentu.

Sekitar 100 ribu

untuk belanja

mingguan

Tidak tahu Tidak tahu Sekitar 20 ribu

atau lebih

Jenis bahan

makanan yang

dibeli

Beras 1,5 liter,

sayur sop, tahu,

tempe, ikan teri

Beras 16 kg per 15

hari, bayam atau

kangkung pakai

telur

Tidak tahu,

seadanya saja,

kadang mie instant

Tidak tahu.

Sayuran, telur,

bayam

Telur, bayam,

labu, toge

Porsi makan

balita dalam

sekali makan

Tidak tahu Tidak tahu, yang

penting balita mau

makan

Tidak tahu Bubur ayam 1

mangkok, makan

paling berapa suap,

sisanya banyak

Kadang habis,

kadang sisa 2 suap

Frekuensi makan Tidak tahu 3 kali sehari. Tidak tahu 2 kali sehari,

tergantung

permintaan balita,

lebih sering jajan

3 kali sehari

kadang 4 kali

Suasana saat

pemberian

makan

Di rumah Makan sendiri

sambil menonton

TV

Saat bermain Makan sendiri

sambil nonton TV

Disuapin kadang

makan sendiri di

depan TV

Upaya jika balita

sulit makan

Tidak tahu Diberikan roti

untuk mengganjal

Tidak tahu Tidak ada, sesuai

permintaan balita

Tidak tahu

Page 254: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

perut, nanti

diberikan nasi

Jenis PMT-P dari

Puskesmas

Susu dan biskuit Susu dan biskuit Susu dan biskuit Susu dan biskuit Susu dan biskuit

Kesukaan balita

terhadap PMT-P

dan yang

menikmati PMT-

P selain balita

Suka. Ibu balita dan

keponakannya

Suka. Mas dan

kakak balita

Susu tidak suka,

biskuit suka. Mas,

mbak, dan kadang

orangtua balita

Suka. Nenek balita Susu tidak suka,

biskuit suka. Balita

momongan,

encing, engkong

Jumlah PMT-P

yang dimakan

dalam sehari

Susu sering, biskuit

dicelupin susu 1-2

keping

Susu ultramilk 1

liter dihabiskan

dalam sehari

Susu 2 gelas,

biskuit tidak tahu

Susu, biskuit

dicelupin ke susu

Susu jika balita

minta, biskuit 3-4

keping

Praktik Pemeliharaan Kesehatan

Sakit dalam 3

bulan terakhir

Pernah Iya karena

pengaruh cuaca

Sering Jarang Sering, karena mau

pintar

Jenis penyakit

yang biasa

diderita

Demam, batuk,

pilek

Demam, batuk,

pilek

Batuk, muntah,

diare

Demam, batuk,

pilek

Diare, batuk,

demam

Upaya

pencegahan

penyakit

Tidak tahu Dikasih tau pada

balita agar tidak

minum minuman

dingin

Memberi tahu istri

supaya melarang

balita jajan

Tidak ada Diberitahu supaya

jangan jajan di luar

rumah

Upaya

pengobatan

penyakit

Diberikan obat

warung

Diurut atau dipijat,

jangan dibiasakan

minum obat

Diberikan obat

warung

Tidak diberi obat,

nanti sembuh

sendiri

Diberi obat warung

Page 255: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Sumber dan

penggunaan air

bersih

Dari sumur bor,

untuk sehari-hari

seperti masak,

minum, nyuci

Dari sumur bor,

untuk keperluan

kecuali minum

karena beli yang

isi ulang

Dari sumur, untuk

keperluan sehari-

hari

Tidak tahu, untuk

masak, mencuci,

minum, mandi

Dari sumur bor,

untuk keperluan

sehari-hari seperti

masak, mandi

Usaha dalam

pergantian udara

dan pencahayaan

rumah

Tidak tahu Jendelanya dibuka

agar cahaya masuk

Tidak tahu Tidak tahu Jika hujan terasa

segar, jika panas

terasa sumpek

Cara membuang

sampah

Dikumpulin dulu

kemudian dibuang

oleh kakek balita di

empang

Dibuang di tempat

sampah

Dikumpulin dulu

di plastik, diikat,

dibuang ke pasar

setiap pagi

Dimasukkan ke

dalam plastik dan

digantung di depan,

jika sudah penuh

baru dibuang

Dibuang di

belakang

Tempat

membuang hajat

Di WC rumah Di WC rumah Di kamar mandi

(WC)

Di WC rumah WC di kamar

mandi

Usaha menjaga

kebersihan

rumah dan

halaman rumah

Disapu depan dan

belakang

Menyapu dan

mengepel

Disapu, kurang

memperhatikan

Disapu biar bersih Menyapu

Cara menjaga

kebersihan balita

Dimandikan Memandikan dan

menggunakan

sandal ketika

bermain

Mandi sebelum

sekolah dan sore

Mandi sendiri jika

merasa gerah

Mandi 2-3 kali

sehari, ganti baju 2

kali sehari

Kebiasaan cuci Tidak tahu Cuci tangan Tidak terlalu Jarang sekali Jika main kotor

Page 256: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

tangan balita sebelum makan memperhatikan cuci tangan pakai

sabun dan sebelum

tidur

Upaya imunisasi

pada balita

Hanya imunisasi

campak, karena

tidak boleh, takut

balita menjadi kecil

Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Lengkap, tidak

begitu ingat

Upaya

penimbangan

balita

Tidak tahu Tidak tahu Kadang nimbang Balita datang

sendiri ke

Posyandu untuk

menimbang

Tidak tahu,

biasanya disiarkan

dari Posyandu

Informasi atau

pengetahuan

yang diperoleh

Tidak tahu Dari Puskesmas.

Tidak tahu

Tidak tahu Tidak tahu Dari Puskesmas.

Tidak tahu

Jarak Puskesmas

dan Posyandu

Tidak tahu Lumayan jauh Tidak tahu Jauh Tidak tahu

Page 257: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Lampiran 8

MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN PENDUKUNG (STAFF PUSKESMAS DAN

KADER POSYANDU) YANG TERLIBAT LANGSUNG DALAM PROGRAM PMT-P DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2014

Domain Li En Ri

Keterlibatan petugas

dalam program PMT-P

Pendistribusian PMT-P ke sasaran,

melakukan konseling gizi dan

kesehatan, melakukan pemeriksaan

antropometri

Memberikan makanan

tambahan

Memberikan pengetahuan

kepada ibu balita

berdasarkan pengetahuan

kader, seperti membuat

menu makanan yang

kreatif, sehingga jika balita

tidak suka susu, ibu bisa

mencampurnya dengan

agar-agar atau puding

Pengawasan yang

dilakukan terhadap ibu

balita penerima PMT-P

Titip ke kader supaya diawasi dan

dilihat, tetapi hanya beberapa orang

dan beberapa hari saja karena kader

memiliki kesibukan sendiri

Tidak ada pengawasan

khusus. Hanya memberikan

susu sesuai dengan umur

balita

Tidak ada pengawasan

khusus. Hanya

memberikan PMT-P ke

sasaran jika Puskesmas

menitipkan ke kader

Kegiatan selama

pelaksanaan program

PMT-P

Pemberian PMT-P, konseling,

pemeriksaan antropometri,

pemeriksaan klinis oleh dokter

Penimbangan, pemberian

bubur kacang hijau atau

bubur sumsum atau telur atau

biskuit

Pemberian PMT-P (susu

dan biskuit), mengukur

tinggi badan, dan

penimbangan tinggi badan

Page 258: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Jenis PMT-P yang

diberikan

Susu dan biskuit Susu dan biskuit, tergantung

dari Puskesmas

Susu dan biskuit

Kendala di lapangan

selama program

PMT-P

Biasanya balita tidak suka susu Dana untuk membuat PMT

penyuluhan tidak mencukupi,

ibu balita yang datang ke

Posyandu sedikit

Ibu balita yang susah

diajak kompromi untuk

diberikan pengetahuan

atau penyuluhan

Karakteristik ibu balita

penerima PMT-P

Pengetahuan kurang, tidak telaten,

jika balita tidak mau makan

dibiarkan saja dan tidak berusaha

untuk membujuknya

Pengetahuan masih rendah Pengetahuan kurang, tidak

memiliki inisiatif jika

balita tidak mau makan,

rasa ingin tahu kurang

terhadap masalah

kesehatan dan gizi,

kebiasaan jajan balita yang

tinggi karena ibu tidak

mau melihat balita rewel

Frekuensi kunjungan

ibu balita ke Puskesmas

atau Posyandu

Diundang ke Puskesmas sebulan

sekali setiap hari rabu minggu

kedua atau ketiga

Rutin, biasanya bolong 2 atau

3 kali, mungkin sudah ada

jadwal di Puskesmas

Jika ke Puskesmas

tergantung TPG. Jika ke

Posyandu ada yang rutin

ada yang tidak, alasannya

tidak tahu padahal sudah

disiarkan

Jenis penyakit yang

biasa diderita balita

penerima PMT-P

Demam, batuk, pilek Demam, batuk, pilek, diare

jarang

Batuk, pilek, demam, diare

jarang,

Page 259: LATAR BELAKANG TIDAK MENINGKATNYA BERAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25798/1/NURUL... · latar. belakang tidak . meningkatnya berat badan . balita setelah

Upaya yang dilakukan

jika balita tidak

mengalami peningkatan

berat badan

Diberikan PMT-P terus, baik PMT

penyuluhan maupun PMT

pemulihan

Dilaporkan ke Puskesmas jika

berat badan 2x berturut-turut

tidak naik dan akan ditangani

oleh Puskesmas

Dilaporkan ke Puskesmas

setiap selesai penimbangan

Upaya yang dilakukan

jika PMT-P yang

diberikan tidak disukai

balita

Diberikan konseling agar PMT-P

tersebut dicampur dengan bahan

makanan lain seperti puding, kue,

dan sebagainya, ibu balita harus

telaten

Diberikan sedikit-sedikit

terlebih dahulu

Disaranin untuk dibuatkan

makanan yang kreatif