Latar Belakang Ptk

50
i PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA WAHYU MAKASSAR Oleh : AHMAD SAHIDIN 11. 24. 269 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (YPUP) MAKASSAR

description

Latar belakang proposak ptk by ahmad sahidin

Transcript of Latar Belakang Ptk

Page 1: Latar Belakang Ptk

i

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMA WAHYU MAKASSAR

Oleh :

AHMAD SAHIDIN11. 24. 269

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (YPUP)

MAKASSAR2013

Page 2: Latar Belakang Ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Matematika merupakan sebuah ilmu yang memberikan kerangka berpikir

logis universal pada manusia. Matematika merupakan satu alat bantu yang urgen

bagi perkembangan berbagai disiplin ilmu lainnya. Oleh Karena itu, tidak

berlebihan jika matematika ditempatkan sebagai mathematics is king as well as

good servant (Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika).

Namun dalam praktek pembelajarannya, matematika dianggap sesuatu yang

abstrak, menakutkan dan tidak mempunyai daya tarik dimata peserta didik.

Sehingga hal ini mengakibatkan rendahnya output peserta didik dalam penguasaan

matematika.

Pendidikan di sekolah merupakan amanah untuk mengembangkan sumber

daya manusia yang dilakukan secara sistematis, praktis dan berjenjang. Dalam

pelaksanaan mengajar di sekolah, guru mempunyai peranan yang sangat besar

demi tercapainya proses belajar yang baik. Sehubungan dengan peranan ini,

seorang guru dituntut harus mempunyai kompetensi yang memadai dalam hal

pengajaran di sekolah. Kurangnya kompetensi guru maka menyebabkan

pelaksanaan mengajar menjadi kurang lancar yang mengakibatkan peserta didik

tidak senang terhadap pelajarannya sehingga peserta didik dapat mengalami

kesulitan belajar dan prestasi belajar menurun.

1

Page 3: Latar Belakang Ptk

2

Salah satu tugas utama guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah

adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik

agar senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat, sebab dengan iklim

pembelajaran yang seperti ini akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi

belajar yang optimal. Untuk itu sebaiknya guru mempunyai kemampuan dalam

memilih sekaligus menggunakan metode yang tepat.

Media belajar merupakan alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar

mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak disampaikan guru via

kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap peserta didik terhadap bahan

pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan

peserta didik memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan

alat bantu. Bahkan alat bantu diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari

peserta didik. Dengan memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel, guru dapat

menggairahkan belajar peserta didik. Alat bantu yang akan dibahas dalam

penelitian ini meliputi media pembelajaran visual.

Ada berbagai macam media pengajaran yang bisa digunakan guru serta

disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Media pengajaran sangat

bervariasi jenisnya dan kesemuanya mempunyai tujuan untuk mempermudah

penyaluran pesan dari guru kepada siswa. Pesan tersebut akan merangsang

pikiran, perhatian dan minat siswa sehingga proses transformasi ilmu pengetahuan

dapat terjadi. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa fungsi media sangat penting

dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

Page 4: Latar Belakang Ptk

3

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu

ke penerima pesan. Saluran atau media adalah komponen-komponen proses

komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikasi

yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun

penulis buku atau prosedur media. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di

kurikulum di tuangkan oleh guru ke dalam simbol-simbol komunikasi verbal mau

pun non verbal (visual).

Media visual adalah media yang menyajikan suara sekaligus gambar yang

memungkinkan siswa lebih tertarik mempelajari matematika. Media tersebut

diharapkan dapat menggugah minat siswa belajar matematika. Siswa tidak hanya

diajar melalui lambang verbal saja yaitu ceramah dari guru tetapi juga diberikan

variasi pembelajaran dengan menggunakan media visual. Dengan demikian,

media visual merupakan salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat

mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam proses belajar mengajar. Dapat

disimpulkan bahwa manfaat media visual adalah untuk memberikan variasi dalam

proses belajar mengajar siswa sehingga perhatian siswa pada pelajaran lebih besar

dan pelajaran yang diberikan mudah diingat dan dipahami.

Berdasarkan wawancara dengan Dra. Hj. Marwati selaku Kepala Sekolah di

SMA Wahyu Makassar dan dokumen siswa tentang hasil belajar siswa kelas X,

diperoleh data bahwa di kelas X pada mata pelajaran matematika materi pokok

Trigonometri, siswa kurang menguasai materi pokok trigonometri. Hal ini karena,

waktu yang diperlukan untuk materi trigonometri sangat panjang, maka siswa

Page 5: Latar Belakang Ptk

4

kesulitan mengingat-ingat materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dengan

menggunakan metode konvensional, yaitu guru sebagai teacher centered dan

menggunakan metode ceramah, sehingga diperoleh hasil belajar siswa pada materi

pokok trigonometri, rata-rata nilainya 60, maka masih perlu ditingkatkan lagi hasil

belajar siswa yang kurang memuaskan tersebut.

Dari permasalahan di atas, penulis menawarkan sebuah pendekatan

pembelajaran yang memberikan pemecahan masalah yang terjadi di dalam kelas

tersebut, yaitu dengan penerapan media pembelajaran visual.

Media pembelajaran visual adalah media yang digunakan dalam perbuatan

mempelajari yang mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang

menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai),

foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan

gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

Salah satu aplikasi media pembelajaran visual dapat diperoleh dengan

menggunakan program komputer, seperti; Microsoft Office (Word, Power Point,

Excel), Flash, Adobe Reader, dan masih banyak lagi. Setiap program komputer

mempunyai keuntungannya sendiri-sendiri. Peneliti menggunakan media

pembelajaran visual dengan menggunakan Flash. Flash adalah program grafis

animasi standar professional untuk membuat halaman web yang interaktif.

Peneliti menggunakan media pembelajaran visual ini karena dengan

menggunakan flash dapat membuat animasi bergerak yang sesuai dengan kejadian

sebenarnya, sehingga materi yang diajarkan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Page 6: Latar Belakang Ptk

5

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud mengadakan

penelitian tentang: Penerapan media pembelajaran visual untuk meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Wahyu Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan yaitu :

Apakah penerapan media pembelajaran visual dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas X SMA Wahyu Makassar tahun ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa kelas X

SMA Wahyu Makassar melalui penerapan media pembelajaran visual.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah

1. Bagi Guru

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi guru dan calon guru untuk menambah variasi media

pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar.

b. Peningkatan kompetensi guru, karena dengan penelitian ini guru lebih

terpacu untuk meningkatkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 7: Latar Belakang Ptk

6

2. Bagi Siswa

a. Siswa lebih termotivasi dan bersemangat dalam meningkatkan

kemampuan berfikirnya.

b. Siswa lebih memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan media

pembelajaran visual.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat memberdayakan semua alat multimedia yang tersedia untuk

digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Dapat berperan serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Page 8: Latar Belakang Ptk

7

Page 9: Latar Belakang Ptk

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran

Pada kegiatan pembelajaran ada 4 (empat) peristiwa yang saling terkait

didalamya yaitu, peristiwa belajar, mengajar, proses dan hasil dari pembelajaran

tersebut (Robert Gagne, 1997). Peristiwa yang dimaksudkan dapat dijelaskan

sebagai berikut.

1. Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya

( Rober Gagne, 1997).

Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang

yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkahlaku, baik

dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya.

Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan adalah dari tidak mengerti

menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar; dalam aspek keterampilan adalah

dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil; dari aspek sikap

adalah dari ragu- ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang

ajar menjadi terpelajar. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar

yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

7

Page 10: Latar Belakang Ptk

8

individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat

dikatakan tidak berhasil atau gagal.

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil-hasil pengalamannya

sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Imron (1994: 2)

belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan dimana pengetahuan

tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau sekarang dikenal dengan

guru.

Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang

dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap nilai-

nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi

atau dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi

(Rusyan, 1994:).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu tuntunan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mengubah sikap dan

perilaku dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Mengajar

Mengajar merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa

melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan belajar siswa

dengan kegiatan mengajar guru. Mengajar pada dasarnya adalah usaha

direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan

siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin (Sudjana, 1998).

Page 11: Latar Belakang Ptk

9

Sedangkan Alvin dalam Roestiyah (1994) mendefinisikan mengajar sebagai suatu

aktifitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan

pemahaman atau mengembangkan keahlian (skill), sikap (attitude), cita-cita

(ideal), penghargaan (appreciation) dan pengetahuan (knowledge). Maksudnya

guru harus mampu membawa perubahan yang baik untuk mengubah tingkah laku

siswa.

Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar, dapat dikatakan bahwa

mengajar merupakan suatu aktifitas yang direncanakan untuk mencoba

membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar.

Mengajar pendidikan jasmani, guru seharusnya memahami teori dan tehnik

tentang belajar sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Peristiwa belajar

akan dapat terlihat apabila dalam mengajar terjadi interaksi dua arah antara

pengajar dengan peserta didik dapat dikatakan bahwa belajar dan mengajar

merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi dan dapat menentukan hasil

belajar. Suatu hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajar penjaskes yaitu

dalam mengajar harus memperhatikan bagaimana siswa dapat belajar secara

efektif tanpa mencoba memaksa siswa di luar tahap kesiapan intelektual anak

didik dan pengalaman mengajar yang diperoleh siswa.

3. Proses Belajar Mengajar

Belajar pendidikan jasmani adalah bentuk belajar yang dilakukan dengan

penuh kesadaran dan terencana yang pelaksanaanya mengutamakan aktivitas

jasmani dan pembinaan mentalis, sikap dan tindakan untuk hidup sehat serta

Page 12: Latar Belakang Ptk

10

mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan

emosional yang serasi, selaras dan seimbang.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari semua unsur pendidikan dan

guru sebagai pengajar memegang peranan utama. Belajar mengajar adalah suatu

kegiatan yang menyangkut hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang

berlangsung dalam suatu edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan

hasil belajar siswa. Hubungan timbal balik tersebut merupakan syarat utama

berlangsungnya kegiatan proses belajar. Dalam proses belajar mengajar hubungan

timbal balik mempunyai arti yang luas. Bukan hanya hubungan antara guru dan

siswa saja melainkan hubungan edukatif, berarti guru bukan hanya menyampaikan

pesan atau metode yang berupa materi pelajaran melainkan juga nilai dan sikap

pada tiap individu yang sedang aktif dalam mengikuti proses belajar.

Untuk lebih mengerti dan mengetahui prinsip proses belajar mengajar

baiknya terlebih dahulu diuraikan proses belajar mengajar. Definisi proses dalam

tulisan ini merupakan hubungan dari semua komponen dan unsur yang terdapat

dalam belajar mengajar yang masing-masing memiliki korelasi dalam ikatan

mencapai maksud (Usman, 2001).

Belajar berarti suatu bentuk perubahan pada diri seseorang sebagai akibat

dari pengalaman dan latihan serta pengulangan kembali yang di alami suatu

individu yang tampak pada tingkah lakunya. Slameto (2003) mengartikan bahwa

belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Page 13: Latar Belakang Ptk

11

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar pendidikan jasmani merupakan bentuk belajar yang dilakukan dengan

penuh kesadaran yang terencana dalam pelaksanaannya dibutuhkan aktifitas

jasmani, mentalis, sikap serta tindakan proses yang aktif untuk memperoleh

pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah

laku.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar tentu tidak terlepas dari proses belajar. Seseorang telah

mengalami proses belajar apabila memperoleh hasil belajar. Hasil belajar ini

sering disebut sebagai prestasi belajar.

Sudijono (1998) mengemukakan bahwa prestasi belajar siswa adalah tingkat

pencapaian yang berhasil dicapai oleh siswa setelah terlibat dalam proses

pendidikan selama jangka waktu tertentu dimana untuk mengetahui dengan

menggunakan alat berupa test prestasi belajar. Lebih spesifik pada mata pelajaran

tertentu, Sudijono (1998) mengemukakan bahwa prestasi siswa adalah tingkat

pencapaian siswa peserta didik yang dilambangkan dengan nilai hasil belajar yang

mencerminkan sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan

pendidikan yang di tentukan oleh masing-masing mata pelajaran dalam jangka

waktu tertentu.

Page 14: Latar Belakang Ptk

12

Poerwadarminta (1984) disebutkan bahwa prestasi diartikan sebagai hasil

yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.

Sedangkan Winkel (1990) mengemukakan bahwa prestasi belajar yang dihasilkan

oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dari prestasi belajar

yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan dan persoalan serta tugas yang

diberikan oleh guru.

Beberapa definisi tersebut di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa pada hakekatnya hasil belajar atau prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh siswa yang dilambangkan dengan nilai belajar setelah melakukan

usaha belajar penjaskes-rek dalam waktu tertentu. Hasil tertentu mencerminkan

tingkat penguasaan serta pemahaman siswa terhadap materi penjaskes-rek yang

dipelajari dalam waktu tertentu.

B. Pembelajaran Matematika

Dewasa ini matematika sudah berkembang sedemikian rupa sehingga

terlalu sulit untuk dapat dikuasai seluruhnya oleh seorang pakar. Matematika yang

selama ini dipelajari di jenjang pendidikan dasar dan menengah masih bertumpu

pada logika yang dikotomik (hanya bernilai benar atau salah) serta himpunan

intuitif yang klasik. Dewasa ini telah berkembang secara luas cabang-cabang

matematika yang tidak lagi hanya bertumpu pada logika dikatomik dan himpuna

klasik, tetapi bertumpuh pada logika non-dikotomik serta himpunan non klasik

(Muhkal, 2009).

Page 15: Latar Belakang Ptk

13

Dienes (Hudojo, 2001) mengemukakan bahwa belajar matematika melibatkan

suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa

yang telah terbentuk sebelumnya. Dalam pembelajaran matematika yang menekankan

pemahaman ini, kemampuan melakukan eksplorasi, bertanya, merumuskan masalah,

membuat dugaan-dugaan dan memecahkan masalah memegang peranan yang sangat

penting.

Menurut Soedjadi dalam matematika memiliki karakteristik : (1) memiliki

obyek kajian abstrak; (2). Bertumpu pada kesepakatan; (3) berpola piker deduktif;

(4) Memiliki symbol yang kosong dari arti; (5) Memperhatikan semesta

pembicaraan; dan (6) Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud

matematika memiliki ciri-ciri yaitu: (1) Memiliki obyek yang abstrak; (2)

Memiliki pola piker deduktif dan konsisten; dan (3) tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) (Marsigit, 2009).

C. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah,

perantara, atau pengantar”(Azhar Arsyad, 2003 :3). Maka media merupakan

wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media dapat digunakan

sebagai alat bantu dan sumber belajar. Media sebagai alat bantu dalam belajar

mengajar adalah media digunakan untuk membantu guru dalam proses belajar

mengajar. Media sebagai sumber belajar adalah media dipergunakan sebagai

tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.

Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu dalam proses belajar

Page 16: Latar Belakang Ptk

14

mengajar, yang berupa alat bantu auditif (suara), visual (penglihatan), dan

audiovisual (suara dan penglihatan). Sehingga dapat dipahami bahwa media

adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna

mencapai tujuan pengajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006).

b. Media Pembelajaran

Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya mengemukakan bahwa media

pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai

tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, Koran, majalah, dan sebagainya.

Gerlach dan Ely menyatakan “A medium, conceived is any person, material or

event that establish condition which enable the learner to acquire knowledge,

skill, and attitude.” Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang,

bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan

siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Syaiful Bahri Djamarah

dan Aswan Zain, 2006 : 120-124).

- Macam-macam media (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, : 124-

126)

a. Dilihat dari jenis media

a) Media auditif, media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

saja.

Contohnya; radio, cassette recorder.

b) Media visual, media yang hanya mengandalkan indera penglihatan.

Contohnya; flim strip, slides, foto, gambar atau lukisan, film bisu,

film kartun.

Page 17: Latar Belakang Ptk

15

c) Media audiovisual, media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Media audiovisual dibagi lagi ke dalam audiovisual diam

dan audiovisual bergerak.

b. Dilihat dari daya liput media

a) Media dengan daya liput luas dan serentak, dalam penggunaan

media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat

menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang

sama. Contohnya; radio dan televisi.

b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, dalam

penggunaan media ini membutuhkan ruang dan tempat yang khusus

seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan

tempat yang tertutup dan gelap

c) Media untuk pengajaran individual, dalam penggunaan media ini

hanya untuk seorang diri. Contohnya; pengajaran melalui komputer.

c. Dilihat dari bahan pembuatan media

a) Media sederhana adalah media yang bahan dasarnya mudah

diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan

penggunaannya tidak sulit.

b) Media kompleks adalah media yang bahan dan alat pembuatannya

sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit membuatnya, dan

penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.

c. Media pembelajaran visual

Page 18: Latar Belakang Ptk

16

Media pembelajaran visual adalah media yang digunakan dalam perbuatan

mempelajari yang mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang

menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai),

foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan

gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

Media pembelajaran dapat dibuat dengan program komputer. Beberapa

media pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan

beberapa percobaan/kejadian dalam matematika, melalui layar monitor komputer

sehingga siswa lebih memahami konsep/materi yang disampaikan.

Salah satu aplikasi media pembelajaran visual dapat diperoleh dengan

menggunakan program komputer, seperti; Microsoft Office (Word, Power Point,

Excel), Flash, Adobe Reader, dan masih banyak lagi. Setiap program komputer

mempunyai keuntungannya sendiri-sendiri. Peneliti menggunakan media

pembelajaran visual dengan menggunakan Flash. Flash adalah program grafis

animasi standar professional untuk membuat halaman web yang interaktif.

Peneliti menggunakan media pembelajaran visual ini karena dengan

menggunakan flash dapat membuat animasi bergerak yang sesuai dengan kejadian

sebenarnya, sehingga materi yang diajarkan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Wenty Dwi Yuniarti, Simulasi dan Pemodelan, (Semarang: Pendidikan Fisika

Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007 :1).

d. Fungsi Dan Kelebihan Media Pembelajaran Visual

Page 19: Latar Belakang Ptk

17

Menurut Levied an Lentz dalam Azhar Arsyad mengemukakan empat

fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu; fungsi atensi, fungsi

afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.

a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran

yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks

materi pelajaran.

b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa

ketika belajar/membaca teks yang bergambar.

c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan

yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris media visual yang memberikan konteks untuk

memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

(38Azhar Arsyad, op.cit., hlm. 16-17).

Dari keempat fungsi yang dikemukakan Levied an Lentz, maka media

berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting

dalam proses belajar. Kelebihan menggunakan media pembelajaran visual antara

lain; Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan,

menumbuhkan minat siswa, memberikan hubungan antara isi materi pelajaran

dengan dunia nyata, media visual dapat meyakinkan terjadinya proses informasi

Page 20: Latar Belakang Ptk

18

(Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan

dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

D. Hipostesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori diatas maka hipostesis tindakan dapat dirumuskan

sebagai berikut.

“Hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Wahyu Makassar dapat

ditingkatkan dengan menerapkan media pembelajaran visual.

Page 21: Latar Belakang Ptk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas

dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan tertentu (action) untuk

memperbaiki proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran serta

peningkatan mutu pendidikan, yang desainnya sebagai berikut :

Gambar 4: Desain penelitian tindakan kelas

Sugiono. (2004)

B. Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semestes Genap

tahun ajaran 2013/2014 pada siswa kelas X.b SMA Wahyu Makassar.

18

Page 22: Latar Belakang Ptk

19

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa kelas X.b SMA Wahyu

Makassar yang berjumlah 24 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 14

perempuan

D. Faktor yang Diselidiki

Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka ada

beberapa faktor yang ingin di selidiki antara lain :

1. Faktor siswa : a) untuk melihat aktivitas atau kegiatan siswa dalam

mempelajari materi trigonometri dengan menggunakan media visual

dengan lembar observasi. b) kemampuan siswa dalam menguasai materi

trigonometri dengan menggunakan tes.

2. Faktor guru : melihat atau memperhatikan guru dalam menyajikan materi

pelajaran trigonometri, dengan menggunakan media visual dengan

lembar observasi/ pengamatan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan dua siklus, sesuai

dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang ingin diselidiki.

Dari hasil obeservasi awal yakni berupa wawancara langsung dengan guru bidang

studi matematika SMA Wahyu Makassar, untuk menjawab masalah kurangnya

media dalam pembelajaran matematika ditetapkan bahwa tindakan yang akan

Page 23: Latar Belakang Ptk

20

digunakan untuk meningkatan hasil belajar matematka siswa adalah adanya

media visual dalam proses pembelajaran matematika.

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri dari : (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi/ pengamatan, (4) refleksi,.

secara rinci prosedur pnelitian tindakan kelas tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Tindakan siklus 1

1. Perencanaan

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini setelah ditetapkan untuk

menerapakan pembelajaran trigonometri menggunakan media visual, maka

kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang perlu dilakukan

sebagai berikut :

1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan program

tahunan, program semester, serta silabus

2) Menyusun media pembelajaran visual dengan program animasi macromedia

flash.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar penilaian dan lembar

observasi.

4) Mempersiapkan peralatan multimedia yang digunakan, meliputi: OHP, LCD

dan notebook.

2. Pelaksanaan Tindakan

Page 24: Latar Belakang Ptk

21

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

telah direncanakan sebelumnya. Langkah langkah kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan membuka pelajaran,

kemudian memberikan apersepsi tentang materi pokok Trigonometri.

b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan

pembelajaran.

c) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran visual. Yang

meliputi:

1. Guru menyiapkan media pembelajaran visual berupa animasi flash.

2. Guru memberikan petunjuk-petunjuk yang akan dilaksanakan dalam

kegiatan pembelajaran

3. Guru membentuk kelompok belajar, memilih ketua kelompok dan

mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling

bertatap muka dan melihat media pembelajaran yang digunakan.

4. Guru mengawali dengan menjelaskan materi Ukuran Sudut yang terdapat

pada media pembelajaran visual yang dimunculkan pertama kali, sambil

menjelaskan petunjuk-petunjuk yang akan dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran.

5. Setelah guru selesai menjelaskan, giliran siswa diminta mengikuti setiap

materi yang disajikan dengan menggunakan media pembelajaran visual

dengan animasi flash.

Page 25: Latar Belakang Ptk

22

6. Siswa berdiskusi untuk merangkum, mengajukan pertanyaan,

mengklarifikasi apa yang telah dipelajari dengan media pembelajaran

visual.

7. Siswa berdiskusi untuk memprediksi animasi yang belum di

jalankan/masih diam.

8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan tentang materi pada media pembelajaran visual yang kurang

jelas.

9. Guru meminta salah seorang siswa dari perwakilan salah satu kelompok

yang akan berperan sebagai seorang guru di depan kelas dan bertindak

sebagai layaknya seorang guru menjelaskan materi yang baru saja

dipelajari. Sedangkan Guru yang sebenarnya mengisi kekosongan

kelompok dengan menjadi anggota kelompok.

10. Siswa yang mewakili kelompok menjelaskan materi sesuai dengan

animasi yang dimunculkan. Guru bertindak seperti anggota kelompok

sebagai mediator, motivator, memberi dukungan, umpan-balik, serta

semangat bagi siswa yang menjadi guru, dan mendorong siswa dalam

kelompok lain untuk berperan serta dalam dialog.

11. Secara bertahap Guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran kepada

siswa dalam kelompok untuk memotivasi, memberi dukungan, membantu

dengan katakata dan memberi semangat anggotanya yang menjadi seorang

guru di depan kelas.

d) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Page 26: Latar Belakang Ptk

23

3. Obeservasi/ Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan proses

observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi

yang telah dibuat. Proses ini dilakukan mulai dari awal sampai akhir

pembelajaran.

4. Refleksi

Data yang diperoleh dari pelaksanaan dan pengamatan dikumpulkan

dan dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan tentang berhasil atau

tidaknya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan penerapan

media pembelajaran visual. Kekurangan, kelebihan, dan hasil yang

diperoleh pada siklus 1 ini dijadikan acuan untuk melakukan siklus II.

2. Tindakan Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti bersama guru melakukan hal-hal

sebagai berikut :

a) Penyempurnaan pelaksanaan siklus I.

b) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan

program tahunan, program semester, serta silabus.

c) Menyusun media pembelajaran visual dengan program animasi

macromedia flash.

d) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar penilaian dan

lembar observasi.

Page 27: Latar Belakang Ptk

24

e) Mempersiapkan peralatan multimedia yang digunakan, meliputi:

OHP, LCD dan notebook.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran

yang telah direncanakan sebelumnya. Langkah- langkah kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan membuka

pelajaran, kemudian memberikan apersepsi tentang materi pokok

trigonometri.

b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

kegiatan pembelajaran.

c) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran Yang meliputi:

1. Guru menyiapkan media pembelajaran visual berupa

animasi flash.

2. Guru membentuk kelompok belajar, memilih ketua

kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota

kelompok dapat saling bertatap muka dan melihat media

pembelajaran yang digunakan.

3. Setelah guru selesai menyiapkan media pembelajaran visual dengan

animasi flash. Siswa berdiskusi untuk merangkum, mengajukan

pertanyaan, mengklarifikasi apa yang telah dipelajari dengan media

pembelajaran visual.

Page 28: Latar Belakang Ptk

25

4. Siswa berdiskusi untuk memprediksi animasi yang belum di

jalankan/masih diam.

5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan tentang materi pada media pembelajaran visual yang

kurang jelas.

6. Guru meminta salah seorang siswa dari perwakilan salah satu

kelompok yang akan berperan sebagai seorang guru di depan kelas

dan bertindak sebagai layaknya seorang guru menjelaskan materi

yang baru saja dipelajari. Guru tidak lagi menjadi anggota

kelompok.

7. Siswa yang mewakili kelompok menjelaskan materi sesuai dengan

animasi yang dimunculkan.

8. Guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran kepada siswa

dalam kelompok untuk memotivasi, memberi dukungan,

membantu dengan kata-kata dan memberi anggotanya yang

menjadi seorang guru di depan kelas.

d) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

c. Observasi/ Pengamatan

Pada tahap pengamatan, peneliti mengamati jalannya kegiatan

pembelajaran di kelas yang sedang berlangsung. Untuk mendapatkan data yang

diperlukan dalam penerapan media pembelajaran visual, yang meliputi

pengamatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Page 29: Latar Belakang Ptk

26

d. Refleksi

Data yang diperoleh dari pelaksanaan dan pengamatan dikumpulkan dan

dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan tentang berhasil atau tidaknya kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan dengan penerapan media pembelajaran visual.

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ada

tiga cara yaitu:

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis (Suharsimi Arikunto,

2006 :158). Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta

didik serta nilai peserta didik.

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Ibid : 150). Di dalam

penelitian ini memiliki kecenderungan untuk mengetahui hasil belajar siswa

pada materi pokok trigonometri. Karena hal tersebut digunakan untuk mengukur

besarnya kemampuan subjek, maka pengumpulan data yang digunakan berupa

tes. Tes yang digunakan tes prestasi (achievement test), yaitu tes yang digunakan

untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Ibid : 151).

Tes prestasi yang digunakan adalah tes buatan guru. Tes buatan guru yang

Page 30: Latar Belakang Ptk

27

dibuat berupa multiple choice test (tes pilihan ganda) dan tes essay. Tes multiple

choice test digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik

dalam belajar matematika, sedangkan tes essay digunakan untuk nilai tugas dan

mengukur kemampuan psikomotorik peserta didik, khususnya pada materi

pokok trigonometri.

c. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan

pengamatan secara langsung menggunakan lembar pengamatan. Lembar

pengamatan ini digunakan untuk pengambilan data siswa yang berkaitan dengan

aspek afektif dan psikomotorik selama proses kegiatan pembelajaran dengan

media pembelajaran visual.

G. Metode Analisis Data

1. Analisis hasil belajar

Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data kuantitatif,

maka di dalam analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan cara

membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar

siswa setelah tindakan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, digunakan

daftar nilai kognitif yang diperoleh dari tes prestasi yang berupa multiple

choice test (tes pilihan ganda) yang diperoleh pada setiap siklus. Untuk

mengetahui hasil psikomotorik siswa digunakan tes essay, daftar nilai

psikomotorik yang diperoleh dari tes essay pada setiap siklus. Selanjutnya

tes essay dinilai dengan rating method. Yaitu dinilai dengan menimbang-

Page 31: Latar Belakang Ptk

28

nimbang kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya. Jawaban-jawaban pada soal tes essay dibagi ke

dalam 5 tingkat yang selanjutnya diberi nilai 0, 1, 2, 3, 4, 5 (Ngalim

Purwanto, 2009 : 64). Selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan

menghitung percentages correction (hasil yang dicapai setiap siswa

dihitung dari persentase jawaban yang benar) dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (yang dicari).

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.

N = Skor maksimum dari tes tersebut (Ibid : 112).

Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum

tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan, dihitung dengan

menggunakan rumus :

Keterangan :

= nilai rerata

= Jumlah semua skor

= banyaknya siswa (Suharsimi Arikunto, Op Cit : 264).

Page 32: Latar Belakang Ptk

29

Untuk mencari persentasi nilai rata-rata menggunakan persamaan :

Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang

tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi, atau

mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran,

sedangkan keberhasilan kelas di lihat dari jumlah peserta didik yang mampu

menyelesaikan atau mencapai nilai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85%

dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut ( E. Mulyasa, 2008 : 254).

2. Analisis data hasil observasi

Data hasil observasi meliputi penilaian afektif yang dihitung dengan

menggunakan rumus:

3. Indikator keberhasilan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan maka

penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika:

a. Nilai rata-rata kelas di atas 65

b. Ketuntasan klasikal diatas 85%

Page 33: Latar Belakang Ptk

30

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar, Prof. Dr. M.A., Media Pembelajaran, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2003, Cet. 5

Bahri Djamarah, Syaiful, Drs., dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar

Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Dwi Yuniarti, Wenty, S.Pd. M.Kom., Simulasi dan Pemodelan Fisika,

Semarang: Pendidikan Fisika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2007

Gagne R, 1997. Belajar dan Pembelajaran, Rineka Bandung.

Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dirjen

Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya,

2006, Cet.2

Rusyan, T., 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Sudjana, N dan Rivai, A.1990. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C. V.

Sinar Bandung

Page 34: Latar Belakang Ptk

31

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algosindo.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka

Cipta. Jakarta.

Sudijono, A. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Trianto, S.Pd. M.Pd., Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis, Praktis dan Implementasinya,

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2007

Trianto, S.Pd. M.Pd., Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik,

Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2009.

Usman, U. 2001. Menjadi Guru Yang Profesional. Remaja Karya. Bandung

Winkel. W. S. 1990. Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta.