LATAR BELAKANG -...

17
A. LATAR BELAKANG Negara Republik Indonesia jauh sebelum kemerdekaan realitas sosiologis suku bangsa, bahasa, budaya, tradisi dan adat istiadat telah ada diberbagai wilayah maupun pedesaan. Desa merupakan suatu pemerintahan terkecil yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh kepala desa. sebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan pembentukannya, seperti Gampong, Nagari , Bori, Huta dan Marga 1 . demikian juga sisitem pemerintahan desa, minsal di daerah Minangkabau (Sumatra Barat) dikenal dengan “tali tiga sipilin, tungku tiga sejarangan” yang meliputi nenek mamak, bunda kandung dan pemangku adat. Sedangkan di Suku Gayo (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues) bernama sarakopat, yakni terdiri dari : Reje, Imem, Petue dan Rakyat Genap Mupakat. Lembaga Sarakopat sudah sejak masa Kerajaan Linge sultan Adi Genali. Pada masa lalu sistem pemerintahan di Gayo berpusat pada belah (klan) keluarga luas maupun inti, mereka dapat dibedakan menurut kelompok- kelompok yang disebut “kuru” yakni kekelurgaan dalam satu belah yang anggota-anggotanya merasa dekat antara satu dengan yang lain karena hubungan keturunan yang ditautkan pada empat unsur pimpinan belah yang disebut sarakopat. Oleh karena itu dalam setiap belah terdapat (1) kuru reje, yakni kerabat raja, (2) kuru imem, kerabat pimpinan keagamaan, (3)kuru petue, kerabat penegak pemelihara ketertiban, dan (4) kuru rayat, kerabat orang-orang biasa yang tidak termasuk kedalam salah satu dari tiga kerabat tersebut 2 . Masing-masing empat unsur sarakopat mempunyai tugas dan fungsi diantaranya (1) Reje (pengulu). Kepala masyarakat hukum adat, ia senantiasa 1 Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah: Jakarta, 2004 PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm(1). 2 Muklis., Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken., Banda Aceh. 1977., hlm. 29.

Transcript of LATAR BELAKANG -...

Page 1: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

A. LATAR BELAKANG

Negara Republik Indonesia jauh sebelum kemerdekaan realitas

sosiologis suku bangsa, bahasa, budaya, tradisi dan adat istiadat telah ada

diberbagai wilayah maupun pedesaan. Desa merupakan suatu pemerintahan

terkecil yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh kepala

desa. sebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan

pembentukannya, seperti Gampong, Nagari , Bori, Huta dan Marga1. demikian

juga sisitem pemerintahan desa, minsal di daerah Minangkabau (Sumatra

Barat) dikenal dengan “tali tiga sipilin, tungku tiga sejarangan” yang

meliputi nenek mamak, bunda kandung dan pemangku adat. Sedangkan di

Suku Gayo (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues) bernama

sarakopat, yakni terdiri dari : Reje, Imem, Petue dan Rakyat Genap Mupakat.

Lembaga Sarakopat sudah sejak masa Kerajaan Linge sultan Adi Genali.

Pada masa lalu sistem pemerintahan di Gayo berpusat pada belah (klan)

keluarga luas maupun inti, mereka dapat dibedakan menurut kelompok-

kelompok yang disebut “kuru” yakni kekelurgaan dalam satu belah yang

anggota-anggotanya merasa dekat antara satu dengan yang lain karena

hubungan keturunan yang ditautkan pada empat unsur pimpinan belah yang

disebut sarakopat. Oleh karena itu dalam setiap belah terdapat (1) kuru reje,

yakni kerabat raja, (2) kuru imem, kerabat pimpinan keagamaan, (3)kuru

petue, kerabat penegak pemelihara ketertiban, dan (4) kuru rayat, kerabat

orang-orang biasa yang tidak termasuk kedalam salah satu dari tiga kerabat

tersebut2.

Masing-masing empat unsur sarakopat mempunyai tugas dan fungsi

diantaranya (1) Reje (pengulu). Kepala masyarakat hukum adat, ia senantiasa

1 Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah: Jakarta, 2004 PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm(1). 2 Muklis., Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken., Banda Aceh. 1977., hlm. 29.

Page 2: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

musuket sipet makna berusaha selalu menegakkan keadilan, kebenaran, kasih-

sayang diantara anggota belahnya. (2) Imem berfungsi (muperlu sunet) berasal

dari kata-kata perlu atau fardhu dan sunet atau sunnat, katagori hukum Islam.

(3) petue. melakukan tugas atau fungsinya, musidik sasat: harus senantiasa

mengamati, menyelidiki dan memahami anggota belahnya. (4) Rayat genap

mupakat, menilai, mengawasi norma adat gayo dilaksanakan dalam berbagai

tugas yang ditetapkan masyarakat hukum adat setiap anggota belah.

Selain itu terdapat beberapa jabatan lainnya yang melaksanakan tugas

pemerintahan sehari-hari, yaitu Bedel (wakil/pembantu Reje), Lebe

(wakil/pembantu Imem), Banta (sekretaris/Ajudan Reje), dan Sekolat

(Wakil/pembantu Petue)3. Disamping itu juga ada lembaga kedinasan, sebagai

unsur pelaksana tugas teknis sehari-hari, yaitu: (1) Kejurun Blang (semah tun)

bertugas dibidang pertanian; (2) Pengulu Uten, bertugas dibidang kehutanan

dan kelestarian alam; (3) Pawang Uer, bertugas dibidang peternakan; (4)

Pawang Lut bertugas dibidang perikanan; (5) Biden, (Bidan); (6) Harie

bertugas dibidang informasi, komunikasi, dan hubungan masyarakat. dengan

kebesamaan sarakopat dan berpartisipasi seluruh anggota belah, melalui tertib

bermajelis, umet bermulie, segala upaya mencapai ketertiban masyarakat

terselengara secara musyawarah, pakat jeroh genap bise.

Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia telah mejadi bagian dari

sistem politik pemerintahan Hindia Belanda dan melancarkan

imperialismenya melalui kebijakan hukum adat (adatrecht). Konsep adatrecht

ini dikembangkan dari Universitas Leiden dimana Cornelis Van Vollenhoven

(1876-1933) menjadi tokoh utamanya. Ia mendefenisikan adat sebagai tata

aturan dalam kehidupan masyarakat indonesia, dengan kata recht, sebuah kata

yang secara konvensional diterjemahkan dalam bahasa inggris „law‟ atau

„hukum‟ dalam bahasa indonesia. Van Vollenhoven dan teman-temannya di

Leiden turun ke lapangan di pulau-pulau Hindia-Belanda dengan tujuan

3 Aman Pinan AR Hakim., syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan Mahkamahmuda, Takengon,

hlm; 137.

Page 3: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

membuat konplikasi-konplikasi hukum adat. Akhirnya merak harus mengakui

bahwa model hukum Eropa (Roman Law) kurang cocok dengan kenyataan

dalam praktek adat yang lebih ke arah rekonsiliasi. Meskipun begitu,

pengertian adat sebagai hukum tetap hidup di indonesia sampai sekarang4.

Warisan kolonial mempengaruhi sistem hukum dan pemerintahan pada

masa awal kemerdekaan Indonesia. Sikap pemerintahan Soekarno terhadap

adat ternyata tidak kalah kontroversialnya dengan masa kolonial. Disatu sisi

pemimpin-pemimpin nasionalis merasa adat kurang cocok dengan sistem

masyarakat modern yang mau dibangun di Indonesia. Diawal 1950-an

peradilan-peradilan adat dihapus hampir seluruh indonesia dan digantikan

dengan peradilan negara..

Pada masa pemerintahan Orde Baru lembaga adat mendapat tantangan

yang lebih besar lagi. Hal ini disebabkan kebijakan sentralisasi yang dilakukan

pemerintah Soeharto. Sentralisasi merupakan kebijakan dimana pemerintah

melakukan intervensi sampai pada tingkat pemerintahan lokal pedesaan. Hal

ini dilakukan dengan membentuk jaringan administrasi yang ketat yang serupa

(penyeragaman) diseluruh daerah di Indonesia Kebijakan itu tertuang dalam

Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang sistem Pemerintahan Desa. Alasan

yang utama dimunculkan adalah kebutuhan pembangunan dan efektifitas

pemerintahan. Akibatnya adalah munculnya suatu sistem yang paling sentralis

dan tidak punya fleksibilitas sedikitpun untuk memperhatikan keperluan-

keperluan yang ada di daerah-daerah negara yang luas ini.Pemerintah Orde

Baru tetap mengakui kemajmukan budaya dan masyarakat Indonesia, dan juga

posisi adat sebagai dasar pluralisme. Tetapi adat hanya diposisikan sebagai

seni dan budaya5.

Pada masa berlakunya UU, No.5 Tahun 1979, lembaga sarakopat tidak

menentu, persoalan-persoalan gampong cenderung diselesaikan di kepolisian

4 Avonius Leena dkk, Adat dalam Dinamika Politik Aceh. 2010. ICAIOS, PT ISB Unsyah. Banda Aceh. Hlm (4) 5 Ibid4 hlm: 5

Page 4: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

dan pengadilan tinggi lainnya, penyelenggaraan pemerintahan gampong

disesuaikan dengan peraturan yang berlaku seperti struktur pemerintahan desa,

penyebutan Reje diganti dengan Kepala Desa, Banta diganti dengan Sekretaris

dan lain-lainya, pelaksanaan adat tetap ada namun non-formal dalam

penyelengaraanya di gampong, contoh kejurun blang yang mengatur pertanian

khusus dibidang persawahan menentukan waktu bercocok tanam. sedangkan

penyelesaian sengketa baik secara perdata maupun pidana kebanyakan

ditangani di pengadilan tinggi, dampak yang terjadi kontrol sosial memudar

dan salah satu sebab memperparah konflik berkepanjangan di Aceh.

Oleh karena itu Era reformasi ini, keberadaan adat dan lembaga adat

mulai diakui kembali hal ini dilihat dari berbagai landasan hukum, seperti

UUD, dan Qanun (PERDA). UUD 1945 Pasal 18 B ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa;

Pasal (1) negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan

daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang di atur dengan

Undang-undang; Pasal (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-

kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia6.

Lahirnya Undang-Undang No.11 Tahun 2006, tentang Pemerintahan

Aceh telah mengeluarkan beberapa regulasi di tingkat provinsi: Qanun No.9

Tahun 2008 tentang pembinaan Kehidupan adat dan istiadat, serta Qanun No.

10 Tahun 2008 tentang lembaga adat. Kedua qanun tersebut disatu sisi

menjadi indikasi keseriusan pemerintah Aceh dalam upaya menjadikan adat

yang ada di Aceh berlaku kembali dan menjadikan adat yang ada di Aceh

berlaku kembali dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintahan

Aceh. Disisi lain ini juga menjadi sebuah “sentralisasi” yang dilakukan

pemerintahan Aceh terhadap prulisme adat yang ada diberbagai kabupaten di

Aceh. Saat ini Aceh memiliki 23 kabupaten yang setiap kabupaten memiliki

6 Lihat : Undang-undang pasal 18/1945.

Page 5: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

perkembangan adat tersendiri. Di daerah yang mayoritas suku Aceh sekalipun

memiliki adat yang khas. Minsalnya perkembagan adat yang ada di Aceh

Barat berbeda dengan adat di Aceh Timur, meskipun pada dasarnya mereka

sama-sama suku Aceh. perbedaan ini lebih besar lagi pada suku-suku kecil

yang ada di kabupaten lain, seperti suku Gayo, Alas, Kluet dan lainya.

Implikasi dari UU-PA maupun qanun-qanun Provinsi ini adalah pemerintah

kabupaten diminta untuk menghidupkan kembali lembaga adat Aceh di

wilayah masing-masing, oleh karena itu Kabupaten Aceh Tengah memiliki

Qanun yakni Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Pemerintahan Gampong dan Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 5 Tahun

2011 tentang Kemukimen, kedua qanun ini banyak mengatur peran lembaga

adat dalam penyelenggaraan pemerintahan meski tidak sepenuhnya mirip

dengan adat masa lalu.

Walau lembaga adat telah sah sebagai sistem pemerintahan gampong

namun pemahaman genarasi baru saat ini baik masyarakat maupun yang

masuk dalam sistem lembaga adat sangat kurang dari segi pengetahuan

apalagi pengalaman dalam hal Impelementasi adat seperti dahulu, maka

tingkat pemerintahan dan masyarakat perlu pelatihan atau sosialisasi.

Dari masalah diatas saya selaku penulis tertarik untuk meneliti lebih.

Dengan pertimbagan pentingnya manfaat penelitian ini baik secara teoritik

maupun praktis. Maka saya selaku penulis mengambil judul:

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENEYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN GAMPONG

(Studi Penyelengaraan Pemerintah di Gampong Gegarang, Kecamatan

Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

Page 6: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun persoalan yang terdapat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut;

“Bagaimana Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Gampong. di Gampong Gegarang Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh

Tengah”.

C. TUJUAN

Tujuan Penelitian merupakan suatu yang ingin diteliti, penelitian

ini bersangkutan dengan sistem pemerintahan Gampong yang mempunyai

relasi adat antara unsur pemerintah, sejauhmana implementasi dan

progres yang sudah tercapai di Kabupaten Aceh Tengah khususnya di

Gampong Gegarang, jadi tujuan peneliti ialah:

a. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Lembaga Adat dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong di Kabupaten Aceh

Tengah .

b. Untuk Mengetahui apa saja dinamika Pemerintah Gampong

terhadap Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Gampong di Aceh Tengah.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam Ilmu

Pengetahuan Yakni;

1. Manfaat Secara Akademik

Sebagai suatu wacana dan referensi bagi kaum intelektualis

atau akademis umumnya di ilmu sosial politik maupun khususnya

untuk Mahasiswa ilmu pemerintahan.

Page 7: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

2. Manfaat Secara Praktis

a. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah sejauh mana

prospek yang dicapai dalam Peran Lembaga Adat dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Gegarang,

Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah

b. Dapat dijadikan pertimbangan positif kepada elemen

masyarakat supaya sadar hukum, politik maupun

pemerintahan..

E. DEPENISI KONSEP DAN OPERASIONAL

1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah, terdiri terdiri dari suatu kata atau lebih yang

mengambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu.

Bailey (1982) menyebutkan sebagai persepsi (mental image) atau abstrak

yang dibentuk dengan umum pada hal-hal khusus.7 Untuk jauh dari

kekeliruan, pernyataan yang bulat

Untuk mempelajari variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan

depenisi konsep untuk menghindari kesalah pahaman dan perluasan materi

penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka depeni konsep yang

dipaparkan sebagai berikut;

1. Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan

oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam

suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari

dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk

dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial

7 Iqbal Hasan, Analisa Data Peneelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, 2004, hlm 12

Page 8: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

tertentu.Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang

diharapkan dari seseorang yangberdasarkan

posisinya dimasyarakat. posisi ini merupakan identifikasi dari

status atau tempat seseorang dalam suatu sistim sosial dan merupakan

perwujudan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai

serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial

berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok

sosial.Peran merupakan salah satu komponen dari konsep diri

(gambaran diri, ideal diri, harga diri,peran dan identitas diri)

Menurut Beck, William and Rawlin (1986) pengertian konsep

diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh

meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial dan

spiritual.Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi

individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat.Peran

yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak

mempunyai pillihan.8

2. Lembaga Adat

a. Lembaga

pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi

sosial berstruktur dalam suatu kerangka9. Lembaga kata dalam

bahasa inggris disebut dengan institution, yang berarti

pendiriaan.

b. Adat

adat ialah aturan (perbuatan disebut) yang lazim diturut

atau dilakukan sejak dahulu kala: menurut daerah ini, laki-

lakilah yang berhak sbg ahli waris cara (kelakuan disebut) yg

8 http://id.scribd.com/doc/39727097/Peran-. 9 http://kbbi.web.id/

Page 9: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

sudah menjadi kebiasaan budaya, norma, hukum, dan aturan

yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem10

.

Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun

temurun dari generasi pendahulu yang dihormati dan

dimulyakan sebagai warisan sesuai dengan syariat islam.11

Jadi lembaga adat merupakan seperangkat peranata sosial

yang masuk dalam sistem adat sebagai pelaku sekaligus kontrol

bagian dari adat sesuai dengan kesepakatan maupun peraturan

yang berlaku, yang bersifat tradisi.

3. Penyelenggaraan

Pemeliharaan pemiaraan proses, cara, perbuatan

menyelenggarakan dalam berbagai arti (seperti pelaksanaan,

penunaian)12

.

4. Pemerintah Gampong

Pemerintahan Gampong merupakan lembaga

perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis

dalam pengaturan masyarakat desa/Kampunng dan

keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang

besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang-

Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang

mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda

pemerintahan berjalan dengan optimal. Gampong merupakan

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat yang

10 http://kbbi.web.id/ 11 Lihat:Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011, 12 http://kbbi.web.id/

Page 10: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

diakui dan dihormati sebagai keistimawaan Aceh dalam sistem

pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia13

.

2. Defenisi Operasional

Memperoleh data atau indikator-indikator yang menuju pada

konsep yang ingin didapat, maka penelitian ini memiliki defenisi

operasional atau sub kajian untuk memperoleh data sehingga memaknai

lebih khusus dalam memperoleh data dan metode operasional sebagai

pengacu operasional;

Adapun operasional yang dimaksut adalah sebagai berikut;

1. Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong

Gegarang Kabupaten Aceh Tengah.

a. Landasan hukum Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Gampong Gegarang Kabupaten Aceh Tengah.

b. Bentuk-bentuk Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan oleh

Pemerintahan Gampong Gegarang, Kabupaten Aceh Tengah.

c. Sosialisasi Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan di Gampong Gegarang, Kabupaten Aceh Tengah.

2. Kendala-kendala Lembaga Adat dalam menjaga Penyelenggaraan

Pemerintahan Gampong;

a. Pemahaman hukum adat diatur dalam qanun yang baru baik secara

tektual maupun secara aplikasi.

b. Kerja sama Lembaga Adat dalam menjaga kinerja yang

diselengarakan oleh pemerintahan gampong.

13 Ibid11

Page 11: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Yaitu menyajikan

satu gambaran yang terperinci tentang situasi khusus, atau hubungan.14

Deskriptif kualitatif semata-mata indentifikasi sifat-sifat yang

membedakan atau karakter sekelompok manusia, benda atau peristiwa.

Penelitian ini mengunakan deskriftif kualitatif dengan alasan

peneliti berupaya menggali data dari Responden yang telah menjadi

sumber dalam penelitian ini. Selain itu metode diskriftif kualitatif ini

sangat cocok untuk diterapkan untuk penelitian lapangan dengan alasan

penelitian bisa berintraksi langsung dengan responden serta bisa

mengamati langsung pergerakan objek yang akan diteliti yakni tentang

Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong di

Kabupaten Aceh Tengah Khususnnya Gampong Gegarang.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti mengadakan

pengamatan langsung terhadap masalah yang ada sehingga peneliti bisa

mendapatkan informasi, gambaran, data-data yang dinginkan. Tempat

penelitian dimaksut adalah Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang,

Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

3. Subjek Penelitian

Hal ini sebagai unsur variabel penentu agar secara mudah untuk

mendapatkan beberapa sumber data dari subjek yang akan diteliti. Ada

beberapa subjek peneliti ingin agar bisa mendapatkan apa yang

dibutuhkan. Diantaranya sebagai berikut:

14 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditiama,2009). Hlm. 27

Page 12: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

a. Seluruh Struktur Lembaga Adat yang berkaitan dengan

Penyelenggaraan Gampong seperti;

Reje/Pengulu (Kepala Gampong).

Imem (Pemangku Agama).

Petue (Tokoh Masyarakat).

Rakyat Genap Mupakat (Badan Permusyawaratan

Gampong) dan

Lembaga Teknis (sesuai kebutuhan)

b. Mukim Bintang, Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah.

4. Sumber Data

Sebagaimana pengklarifikasian yang dianut Oleh Suharismi,

Sumber Data diklarifikasi menjadi 3P yaitui,15

:

1. P = person, sumber data berdasarkan orang. Yaitu sumber data

yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui jawaban

tertulis melalui angket. Pada poin ini peneliti akan mewawancarai

Reje (Kepala Gampong) dan segenap Struktur Lembaga Adat yang

mampu memberikan informasi dan data-data yang berkaitan

dengan penelitian .

2. P = place, sumber data berupa tempat. Peneliti mengali informasi

atau data di Kabupaten Aceh Tengah. Khusunya di kemukiman

Bintang, Gampong Gegarang.

3. P = paper, Admistrasi tertulis maupun berupa simbol. Yaitu

sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka

gambar atau simbol-simbol lainya. Poin ini , peneliti mengunakan

dokumen-dokumen instan terkait seperti monografi, foto-foto

15 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Cet XIII (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),hlm 7.

Page 13: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

penyelenggaraan adat atau peradilan adat berlangsung di Gampong

Gegarang.

Selain itu , sumber data dan penelitian ini juga dibagi menjadi dua,

yakni

1. Data Primer

Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan.16

sumber data ini peneliti untuk memperoleh data yang

Valid dan lengkap terhadap apa yang peneliti teliti dimana data ini

berkaitan dengan Adat masyarakat setempat.

2. Data Skunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

kedua atau sumber sekunder, data sekunder kemudian

dikategorikan menjadi dua17

.

a. Internal data, yaitu tersedia tertulis pada data sekunder.

Memuat landasan hukum Undang-Undang Pemerintahan Aceh,

dan qanun daerah.

b. Ekternal data, yaitu yang diperoleh dari sumber luar. Seperti

koran, buku, majalah dan lainnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data,

yakni sebagai Beriku:

1. Observasi

Informasi atau data dapat dikumpulkan dengan

metodeobservasi. Dengan cara ini peneliti hanya mengamati dan

16 Bugin Burhan, Metodelogi Penelitian sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm.128 17 Ibid17 hlm.16

Page 14: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

tidak banyak melakukan kegiatan, melainkan hanya mencatat apa

yang dilihat atau disaksikan.18

Pengumpulan data dengan observasi langsung pengamatan

dan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan

mengunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut.19

Pengunaan metode observasi ini memiliki beberapa

keuntungan, diantaranya;

a. Dengan cara pengamatan langsung terdapat

kemungkinan untuk mencatat hal-hal perilaku,

pertumbuhan sewaktu kejadiaan,

b. Melalui pengamatan langsung dapat diperoleh data dari

subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal

maupun tidak mau bekomunikasi secara verbal.20

2. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksut

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan: dan

terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

3. Dokumentasi,

Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau

dijadikan bukti dalam suatu masalah atau persoalan. Sedangkan

dokumentasi adalah kegiatan atau proses pekerjaan mencatat atau

18 Suparmoko, metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan bisnis, cet, ke IV (Yokyakarta: BPEFE,1997), hlm. 68 19 Moh.Nazir, Metode penelitian, Cet, Ke VI (Jakarta: Gahila Indonesia, 2005), hlm. 175 20 Ibid19 hlm. 17

Page 15: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap

berharga dan penting. mengumpulkan data, sumber tertulis yang

mengalir yang mempunyai naskah kerangka yang sipatnya

tidak terbatas.

6. Teknik Analisa Data

Analisa deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai

subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari

kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksut untuk pengujian

hipotesis. Sekalipun penelitian yang dilakukan bersifat inferensial, sajian

keadaan subjek dan data penelitian secara deskriptif tetap perlu

diketengahkan lebih dahulu sebelum hipotesis dilakukan. Apabila dalam

penelitian pendekatannya bersifat kualitatif , tentu deskriptif tersebut lebih

penting lagi21

.

Data analisa data dapat diartikan sebagai proses pengorganisasian dan

mengurutkan data yang diperoleh secara sistematis baik untuk menafsirkan

dan menginterpresikan data-data yang didapat dari peneliti.

Dalam hal ini peneliti mengunakan analisa deskriptitif dimana lebih

menitik beratka pada pengambaran dan penguraian objek yang nantinya

akan menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam menganalisa data ada

beberapa proses untuk mencapai hasil yang terbaik22

, yaitu:

a. Pengumpulan data. Peneliti mengumpulkan data dari hasil peneliti

dengan beberapa cara. Diantaranya dengan mengunakan yang

diperoleh dari hasil wawancara, dokumen dan dari media cetak.

b. Reduksi data. Suatu bentuk yang mempertegas, memperpendek,

membuat fokus data agar peneliti mudah dalam menyajikan data.

21 Azwar saifuddin, metode penelitin, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar; 2001) hlm.126 22 Bungin Burhan, Metodelogi Peneleitian Sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif. (Surabaya:Airlangga University Press: 2001) hlm.180

Page 16: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

c. Display data. Serangkayan data memungkinkan peneliti untuk

menyimpulkan dengan mengunakan gambar, tabel, dan lainya.

d. Kesimpulan berkenaan dengan dengan hasil seluruh dari analisa

data kualitatif terletak pada pemahaman atau penuturan tentang apa

yang sudah peneliti lakukan.

Page 17: LATAR BELAKANG - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/27519/1/jiptummpp-gdl-hairulhasb-32595-2-babi.pdfsebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan ... bahwa model hukum Eropa

Daftar Pustaka

Aman Pinan AR Hakim. 1975, syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan

Mahkamahmuda, Takengon.

Avonius Leena dkk. 2010, Adat dalam Dinamika Politik Aceh.. ICAIOS, PT ISB

Unsyah. Banda Aceh

Azwar saifuddin. 2001 metode penelitin, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar;

Bungin Burhan. 2001 Metodelogi Peneleitian Sosial format-format Kuantitatif

dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah

Daerah: Jakarta, 2004 PT Gramedia Pustaka Utama.

http://kbbi.web.id/

Iqbal Hasan. 2004, Analisa Data Peneelitian dengan Statistik, Bumi Aksara,

Muklis.1971, Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken., Banda Aceh

Suparmoko. 1997. metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan

bisnis, cet, ke IV (Yokyakarta: BPEFE,),

Moh.Nazir.2005, Metode penelitian, Cet, Ke VI Jakarta: Gahila Indonesia,

Suharismi Arikunto,; 2006, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi

revisi VI. Cet XIII (Jakarta: Rineka Cipta,

Ulber Silalahi.2009, Metode Penelitian Sosia ,Bandung: PT Refika Aditiama.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 b.

Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011,