latar belakang
-
Upload
sylvia-sisy -
Category
Documents
-
view
8 -
download
1
Transcript of latar belakang
Konsumen saat ini lebih bersifat menuntut, mereka tidak lagi seperti dulu yang cenderung
hanya menerima semua perlakuan penjual. Sekarang ini, konsumen menginginkan sentuhan
personal emosional yang tinggi. Artinya konsumen ingin agar merek mmereka dapat
mengerti mereka dan bukan sebaliknya. Maka pemasar perlu memasarkan cara-cara yang
cerdas untuk menciptakan hubungan personal yang lebih mendalam antara merek dengan
konsumen. Salah satu caranya dengan membangun brand image produk melalui komunikasi
yang efektif dengan konsumen.
Alat komunikasi yang banyak dipakai pemasar adalah periklanan karena iklan dapat
menyampaikan pesan yanag ditawarkan produk kepada calon konsumen. Kecenderungan
yang tampak saat ini adalah penggunaan selebriti sebagai endorser dari sebuah produk.
Penggunaan selebriti sebagai pendukung didalam iklan telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari strategi komunikasi pemasaran. Maka dari itu, para pemasar dengan bangga
menggunakan kaum selebriti didalam periklanaan karena artibut populer yang mereka miliki.
Pemilihan endorser yang tepat dapat membantu pemasar mengomunikasikan kepribadian
merek yang diciptakannya.Hal ini menunjukan bahwa harus ada hubunngan yang berarti
antara selebriti, khalayak, dan produk.
Ada banyak cara strategi pemasaran yang layak dipelajari, kemudian perusahaan dapat
memilih salah satu alternatif cara yang dipandang sesuai dengan kondisi perusahaan. Iklan
adalah salah satu pilihan yang ditempuh oleh perusahaan untuk berkomunikasi dengan
publiknya. Penggunaan selebritis dalam iklan diharapkan akan mampu menarik perhatian
pemirsa, sehingga iklan dapat diingat di benak pemirsa. Clemente (2002) menjelaskan bahwa
celebrity endor-sement merupakan penggunaan selebriti dalam iklan dengan tujuan
merekomendasikan penggunaan pro-duk yang disponsori.
Penelitian ini akan menggunakan objek produk perawatan kecantikan merek Pond’s. Dalam
meng-hadapi persaingan dengan produk perawatan kulit lainnya, Pond’s menggunakan iklan
untuk mem-promosikan produknya dan didukung oleh selebritis sebagai endorser iklan.
Penggunaan selebritis sebagai endorser untuk mempromosikan produk Pond’s dapat
dikatakan masih belum maksimal, meskipun ada kesesuaian antara atribut yang dimiliki
selebritis dengan produk ponds
Celebrity Endorsement
Selebritis memiliki pengertian sebagai individu yang telah mencapai tingkat ketenaran yang
mem-buatnya dikenal di masyarakat. Perkembangan buda-ya yang ada menyebabkan
masyarakat memiliki rasa ingin tahu tentang kepribadian selebriti (Young dan Pinsky,
2006).Sebagai seseorang yang dikenal di masyarakat, maka selebritis sering digunakan untuk
mendukung suatu iklan. Diperkirakan bahwa sekitar satu dari enam iklan di dunia
menggunakan figur selebritis.
Clemente (2002) menjelaskan bahwa celebrity endorsement merupakan penggunaan selebriti
dalam iklan dengan tujuan merekomendasikan penggunaan produk yang disponsori. Menurut
Choi dan Rifon (2007) selebritis dalam iklan adalah individu yang merupakan ikon atau
simbol yang populer di masya-rakat dan mentransfer makna simbolisnya untuk pro-duk yang
diiklankan.
Shimp dan Andrews (2013) menyebutkan ada beberapa atribut celebrity endorsement, yaitu:
1. Kredibilitas (credibility), mengacu pada kecende-rungan untuk percaya atau mempercayai
endor-ser. Jika sebuah sumber informasi, seperti endor-ser dianggap kredibel. Ada dua
dimensi penting dalam atribut kredibel yaitu:
a. Keahlian (expertise)
Keahlian mengacu pada pengetahuan, peng-alaman, atau keterampilan yang dimiliki oleh
endorser.
b. Trustworthiness (kepercayaan)
Kepercayaan mengacu pada kejujuran yang dirasakan, integritas, endorser merupakan orang
yang dapat dipercaya oleh khalayak
2. Attractiveness (daya tarik) terdiri dari tiga dimensi yang terkait kesamaan, keakraban, dan
disukai. Sumber dianggap menarik untuk penerima jika ada kesamaan atau keakraban dengan
sumber, dan jika penerima menyukai sumber terlepas dari apakah keduanya memiliki
kesamaan atau tidak dalam hal apapun.Daya tarik tidak hanya fisik, tapi juga meliputi
sejumlah karakteristik yang menjadi kelebihan endorser, seperti keterampilan intelektual,
sifat kepribadian, karakteristik gaya hidup, kecakapan dan sebagainya.
3. Power (kekuatan) merupakankharisma yang di-pancarkan oleh narasumber sehingga dapat
mem-pengaruhi pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan atau pesan
endorser tersebut.
Brand Image
Brand image merupakan asosiasi yang aktif di memori ketika seseorang berpikir tentang
merek tertentu(Shimp, 2010). Brand image dapat diartikan sebagai persepsi tentang merek
yang tercermin oleh asosiasi merek diadakan di memori konsumen.Brand image terdiri dari
pengetahuan dan keyakinan konsumen tentang merek.Konsumen yang memiliki persepsi
positif terhadap suatu merek berarti merek tersebut memiliki pesan yang kuat dibandingkan
dengan pesan merek pesaing (Lee, et.al, 2011).
Pengertian lain mengenai brand image adalah seperangkat keyakinan tentang merek tertentu
(Meenaghan, 1995). Sedangkan pengertian brand image menurut Rangkuti (2009) adalah
sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa
menggunakan merek ter-tentu cenderung memiliki konsistensi terhadap merek tersebut.
Shimp (2010) menyebutkan beberapa dimensi dalam brand image terdiri dari:
1. Sincerity, dimensi ini meliputi merek yang diang-gap sebagai jujur dan apa adanya.
2. Excitement merek dianggap sebagai berani, ber-semangat, imajinatif, dan up to date.
Competence yaitu merek dianggap handal, cerdas, dan sukses.
3. Sophistication yaitu merek yang dianggap berkelas dan mewah
Iklan merupakan metode komunikasi yang efektif untuk mencapai audien yang luas (Rex,
1997). Iklan juga dipandang sebagai metode untuk membedakan produk perusahaan dari
pesaingnya (Kalra & Goodstein,1998), dan menciptakan citra dan daya tarik merek atau
organisasi (Rex, 1997). Iklan dapat menciptakan kesadaran konsumen terhadap sebuah
produk atau merek, dan memungkinkan produk yang “sebetulnya kurang disukai” untuk lebih
diperhitungkan (Terhune & Steinberg, 2003). Persepsi konsumen terhadap sebuah produk
yang negatif dapat berubah menjadi positif setelah mereka melihat iklan produk tersebut.
Hertzendorf (1993) berpendapat bahwa kualitas dari sebuah produk ditentukan
olehkemampuan manajer perusahaan tersebut dalam mempresentasikan produknya dibenak
konsumennya. Banyak manajer yang meyakini bahwa iklan juga mampu meningkatkan
loyalitas konsumen (Guiltinan, Paul and Madden, 1997). Hanung Budya, Manajer Pemasaran
PT. Pertamina, sependapat dengan keyakinan tersebut, dan menetapkan “mempertahankan
loyalitas pelanggan” sebagai salah satu tujuan dari iklan yang PT. Pertamina (Sinar Harapan,
2002). Hasil penelitian menunjukkan fakta yang kurang mendukung pendapat tersebut. Datta
(2003)menunjukkan bahwa iklan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap loyalitas
pelanggan. Namun demikian, dia masih tetap percaya bahwa iklan masih berpengaruh
terhadap pembelian produk yang diiklankan. Pada dasarnya, tujuan utama dari sebuah iklan
adalah untuk membuat produk atau merek dikenal, dan untuk membantu terciptanya
kesadaran instan (Joshi, 2003). Penggunaan selebriti dalam iklan dapat membantu pencapaian
tujuan tersebut. Selebriti diyakini lebih menarik dan menggugah dari pada penggunaan orang
biasa dalam mempengaruhi calon konsumen. Dengan demikian, selebriti dapat membantu
perusahaan untuk meningkatkan efektifitas iklannya mengingat mereka dapat menciptakan
kesadaran konsumen yang pada akhirnya meningkatkan minat beli konsumen (Kamins 1990;
Ohanian 1991; Goldsmith, Lafferty, and Newel, 2000;Daneshvary and Schwer, 2000). Hal
inimembuat banyak perusahaan yang memanfaatkan pesona selebriti untuk efektivitas pesan
iklannya, meskipun perusahaan harus mengeluarkan biaya besar untuk kontrak dengan
mereka setiap tahunnya (O’Mahony and Meenaghan, 1997/1998; Hsu and McDonald, 2002).
Selibriti yang sering muncul dalam acara TV komersial dapat menciptakan interaksi antara
dia dengan audiennya yang pada akhirnya membentuk hubungan sosial yang imajiner
(Alperstein, 1991). Hubungan imajiner tersebut, selanjutnya, memunculkan kecenderungan
audien untuk mengaitkan kegiatan sehari-hari sang selebriti dengan produk yang diiklankan.
Kondisi semacam ini membantu pemasang iklan dalam membangun citra produk atau merek
dalam memori audien. Hal ini mengakibatkan banyak manajer pemasaran yang lebih suka
untuk menggunakan selebriti daripada orang biasa sebagai endorser dalam meningkatkan
perasaan suka terhadap iklan dan minat beli terhadap produk yang diiklankan. Banyak faktor
yang sebaiknya dipertimbangkan oleh perusahaan yang akan menggunakan selebriti dalam
iklan produknya.Penggunaan selebriti tersebut kadangkala mampu meningkatkan penjualan,
tetapi adakalanya gagal dalam mempromosikan produk. Namun demikian secara umum
penggunaan selebriti sebagai endorser telah terbukti sangat efektif dalam pengiklanan
beberapa produk. Ohanian (1991) menekankan bahwa kredibilitas selebriti mempunyai
peranan yang penting dalam menciptakan persepsi yang baik terhadap produk atau merek
yang diklankan, dan dalam meningkatkan penjualan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa pengaruh kredibilitas selebriti terhadap sikap terhada iklan dan minat beli
konsumen.
KAJIAN PUSTAKA DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESA
Kredibilitas Selebriti
Selebriti adalah orang yang terkenal di masyarakat. Dia bisa seorang bintang film, bintang
sinetron, model, pelawak, presenter, olahragawan, ilmuwan, bisnisman, politikus, penyanyi,
dan orang-orang terkenal lainnya (O’Mahony and Meenaghan, 1997/1998; Hsu and
McDonald, 2002). Alasan pemakaian selebriti sebagai bintang iklan karena dipercaya dapat
meningkatkan attention saat stimulus diekspose dan proses recall saat konsumen
mengasosiasikan dengan jaringan semantik dalam memori (Ohanian, 1991; Stafford,
Stafford, and Day, 2002).
Fakta empiris menunjukkan bahwa penggunaan selebriti dalam iklan merupakan metode yang
efektif untuk komunikasi yang persuasif (Hsu & McDonald, 2002). Selebriti lebih disukai
dari pada orang biasa dalam menyampaikan pesan iklan (Kamins, 1989). Mereka mempunyai
citra spesifik yang dapat membedakannya dari orang biasa. Hal ini mengakibatkan banyak
orang memberi respek dan seringkali mengadopsi penampilan dan gaya hidup selebriti yang
dikaguminya. Oleh karena itu, iklan yang menggunakan selebriti sebagai pembawa pesan
mudah diterima oleh para penggemear dan pengagum sang selebriti. Manajer berkeyakinan
bahwa pesan iklan yang disampaikan oleh selebriti sebagai orang yang dikenal dalam
masyarakat menghasilkan perhatian yang tinggi (Ohanian, 1991). Tom, Clark, Elmer, Grech,
Masetti Jr., and Sandhar, (1992) menambahkan selebriti dapat membuat pesan yang
disampaikan mudah diingat oleh audiennya. Namun demikian, penggunaan selebriti dalam
iklan bisa menimbulkan masalah.Adakalanya penggunaan selebriti tersebut dapat menjadi
bumerang bagi perusahaan.Seringkali kehidupan pribadi dan perilaku sang selibriti
mempengaruhi persepsi audien terhadap citra produk atau merek yang diiklankan.
Umpamanya, ketika selebriti sebagai endorser terlibat kasus narkoba atau kasus kriminal
lainnya, maka hal ini akan berakibat buruk pada citra produk atau merek yang diiklankan.
Jika itu terjadi maka perusahaan langsung tidak lagi menayangkan iklan tersebut dan
memutus hubungan kerja dengan sang selebriti. Permasalahan lain terjadi ketika popularitas
selebriti melebihi citra produk yang diiklankan. Walker and Langmeyer (1992) menyatakan
bahwa kesuksesan penggunaan selebriti sangat tergantung kesesuaian antara sang selibriti
dengan produk yang diiklankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamins (1990) yang
menyatakan bahwa sebuah iklan akan lebih efektif jika pembawa pesan dan produk yang
diiklankan memiliki kesamaan atribut. Namun demikian, terlepas dari beberapa permasalahan
tersebut, penggunaan selebriti sebagai pembawa pesan produk atau merek dapat memegang
peran penting dalam membangun ekuitas merek dan memperkuat posisi saing merek, jika
perusahaan tersebut mengelola penggunaan selebriti tersebut secara benar (Till, 1998).
Perusahaan menggunakan selebriti sebagai endorser dikarenakan kredibilitas dan daya
pikatnya (Goldsmith et. al., 2000; dan Kamins, 1990). Goldsmith et. al (2000) menyatakan
bahwa kredibilitas endorser mempunyai pengaruh yang paling kuat pada audien. Secara
umum kredibilitas endorser bisa diartikan sebagai suatu karakteristik positif komunikator
yang berpengaruh terhadap penerimaan suatu pesan oleh receiver (Stafford et. al. 2002).
Kredibiltas selibriti merupakan faktor penting untuk meyakinkan efektifitas penyampaian
pesan iklan. Penggunaan selebriti dalam iklan memberikan manfaat yang lebih nyata
dibandingkan dengan teknik promosi yang lain (Wheeler, 2003). Selebriti yang kredibel
dapat menghasilkan perubahan yang positif, mendorong perubahan perilaku, meningkatkan
kemampuan iklan untuk mempengaruhi audien, dan mengurangi terjadinya counterarguments
(Avery, 1998).
Penelitian mengenai kredibilitas bintang iklan telah menunjukkan bahwa dalam banyak
situasi kredibilitas pembawa pesan yang tinggi lebih efektif daripada yang kurang kredibel.
Kredibilitas bintang iklan yang tinggi juga telah ditemukan menghasilkan perubahan sikap
yang lebih positif dibandingkan dengan yang kurang kredibel (Lafferty and Goldsmith,
1999). Kredibilitas bintang iklan menjadi variabel yang mendahului (antecedent) dalam Sikap
Terhadap Iklan dan Sikap Terhadap Merek (Fishbein and Ajzen, 1975; Goldberg and
Hartwick, 1990). Goldsmith et. al. (2000) menunjukkan bahwa kredibilitas bintang iklan
berpengaruh secara positif terhadap Sikap Terhadap Iklan.
Ohanian (1990) mengidentifikasi tiga dimensi yang membentuk kredibilitas selebriti:
attractiveness (daya pikat), trustworthiness (tingkat kepercayaan), dan expertise (keahlian).
Selanjutnya dia menjelaskan bahwa ketiga dimensi tersebut, baik secara mandiri atau
bersama-sama, mempunyai kontribusi dalam mempengaruhi sikap audien terhadap iklan dan
minat beli. Penelitian ini menggunakan ketiga dimensi tersebut untuk mengukur kredibilitas
selebriti. Uraian berikut menjelaskan dimensi-dimensi tersebut secara detil.
1. Attractiveness (Daya Pikat)
Solomon, Ashmore, and Longo (1992) mengatakan bahwa spokesperson yang attractive lebih
efektif dibandingkan dengan yang tidak attractive dalam iklan dan promosi. Peningkatan
penggunaan selebriti sebagai endorsers dari produk, jasa dan kasus- kasus sosial,
attractiveness (daya pikat) telah menjadi suatu dimensi penting dari
kredibilitas sumber (Patzer, 1983; Ohanian, 1991). Daya pikat fisik akan cenderung
memberikan dampak persuasi bagi orang yang melihatnya (Louie and Obermiller, 2002;
Stafford et. al., 2002). Studi empiris menunjukkan bahwa selibriti lebih mempunyai daya
pikat dibandingkan dengan non-selebriti (Rex, 1997). Endorser yang mempunyai daya pikat
lebih mampu mendorong munculnya niat beli audiennya dari pada yang kurang mempunyai
daya pikat. (Kahle and Homer, 1985; dan Rex, 1997).
Daya pikat fisik (cantik atau tampan) selebriti dapat mempengaruhi opini audien dalam
mengevaluasi produk (Goldsmith et. al., 2000). Namun demikian, masih belum ada
kesepakatan yang utuh diantara para peneliti berkenaan dengan pengaruh daya pikat ini.
Seperti yang dikemukan oleh Ohanian (1991) bahwa dia tidak menemukan pengaruh yang
signifikan dari daya pikat terhadap minat beli. Dia menambahkan bahwa ketiadaan pengaruh
tersebut sangat dimungkinkan karena responden menganggap bahwa semua selebriti dalam
iklan yang sedang diteliti semuanya mempunyai daya pikat. Sebaliknya Rex (1997)
berpendapat bahwa kegagalan daya pikat fisik dalam komunikasi persuasif lebih banyak
disebabkan oleh manipulasi daya pikat yang berlebihan.
Hal ini berakibat pada hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada perbedaan persepsi
responden pada daya pikat antara sumber kredibilitas yang tinggi dan yang rendah. Terlepas
dari perbedaan pendapat diantara para pakar, daya pikat masih diyakini dapat meningkatkan
perasaan suka terhadap iklan dan atau minat beli konsumen. Hal ini dikemukan oleh Kamin
(1990) bahwa daya pikat fisik selebriti dapat meningkatkan citra produk selama karakteristik
produk tersebut sesuai dengan citra selebritinya. Dia juga menemukan bahwa daya pikat
selebriti berpengaruh positif terhadap kredibilitas sangselebriti sebagai pembawa pesan dan
sikap terhadap iklan. Konsumen cenderung membentuk stereotypes atau meniru bintang iklan
dengan daya pikat fisik tersebut, dan sebagai tambahan, penelitian telah menunjukkan
bahwa daya pikat fisik komunikator lebih sukses dalam merubah kepercayaan daripada
komunikator yang tidak atraktif. Aristoteles mengatakan: “Beauty is greater recommendation
than any letter of introduction” (O’Mahony and Meenaghan, 1997/1998).
2. Trustworthiness (Dapat Dipercaya)
Trustworthiness mengacu pada kepercayaan konsumen kepada sumber untuk memberikan
informasi dengan cara yang obyektif dan jujur (Avery, 1998; dan Ohanian, 1990).
Trustworthiness atau sifat bisa dipercaya merupakan karakteristik kunci bagi efektivitas
pembawa peasan. Banyak dari kita akan lebih percaya pada teman yang dapat dipercaya dari
pada seorang tenaga penjualan yang meskipun lebih memiliki pengetahuan tentang produk,
tetapi kita ragu untuk membeli karena belum ada kepercayaan terhadapnya. Konsumen dalam
hal ini melihat bahwa terdapat potensi konflik kepentingan pada diri tenaga penjualan
tersebut sehingga apapun pendapatnya dianggap memihak kepada produk atau perusahaan
penghasil produk. Oleh karena itu, Ohanian (1990) menganjurkan agar perusahaan tidak
memilih selebriti untuk iklan produknya jika selebriti tersebut mempunyai ”expertise dan
trusworthiness” secara bersamaan. Kalau expertise mengacu pada tingkat pengetahuan
tentang subjek, maka trustworhiness merujuk pada kejujuran dan sifat bisa dipercaya dari
sumber (Goldsmith Pengaruh Penggunaan Selebriti dalam Iklan … (Asmai Ishak) 75 et. al.
2000; Stafford et. al. 2002; O’Mahony and Meenaghan, 1997/1998). Lebih lanjut Ohanian
(1990) mengemukakan bahwa sebuah pesan iklan dapat merubah sikap audiennya jika
mereka menganggap bahwa pembawa pesan dapat dipercaya.
3. Expertise (Keahlian)
Expertise (keahlian) didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana komunikator dipersepsikan
sebagai sumber dengan pernyataan yang valid dan dipercaya memberikan opini yang obyektif
tentang subjek (Ohanian, 1991). Hal ini merujuk kepada bahwa pengetahuan komunikator
tampak sangat mendukung atas pernyataan yang disampaikan dalam iklannya (Avery, 1998).
Sebagai contoh atlit, dokter, dan pengacara adalah endorsers yang tepat untuk produk
dan jasa yang berhubungan dengan bidang profesi mereka (O’Mahony and Meenaghan,
1997/1998). Study empiris menggaris bawahi tentang pentingnya aspek expertise bagi
pembawa pesan (Ohanian, 1991 dan Rex, 1997). Menon, Boone, and Rogers (2001) dan
Ohanian (1991) bahkan menemukan dari ketiga sumber kredibilitas selebriti hanya expertise
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap minat beli. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan expertise dari selibriti dapat menstimulir perubahan sikap konsumen. Konsumen
mempersepsikan produk atau merek yang diiklankan oleh selebriti yang mempunyai citra
expertise dan trustworthiness sebagai produk atau merek yang kredibel (Johnston, 2001). Hal
ini memberikan konsumen sebuah referensi dalam membandingkan attribute produk dan
memudahkan mereka dalam memilih produk yang akan dibelinya (Ohanian, 1991). Dengan
mengacu kepada temuan Goldsmith et. al. (2000) bahwa kredibilitas bintang iklan
berpengaruh secara positif terhadap Sikap Terhadap Iklan, maka peneliti membuat hipotesa
sebagai berikut: H3: Expertise berpengaruh secara positif terhadap Sikap Terhadap Iklan
Sikap Terhadap Iklan Biehal, Stephen, and Curlo (1992) mendefinisikan sikap terhadap iklan
(attitude toward the Ad) sebagai suatu kecenderungan untuk merespon dengan cara yang baik
atau tidak baik suatu stimuli iklan tertentu dalam suatu situasi eksposur tertentu. Sikap
terhadap iklan merupakan faktor yang penting untuk meneliti efektifitas penggunaan selebriti
dalam iklan. Menon et. al. (2001) mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara kredibilitas
dan pengetahuan dengan sikap terhadap iklan. Pesan iklan yang disampaikan oleh endorser
yang kredibel dapat menumbuhkan perasaan suka dan percaya terhadap iklan tersebut dan
meningkatkan persepsi positif konsumen terhadap produk yang diiklankan. Kamins, Brand,
Hoeke, and Moe (1989) menemukan bahwa terdapat hubungan langsung antara sikap
terhadap iklan dengan efektifitas iklan yang diukur dengan minat beli. Banyak studi empiris
yang menunjukkan adanya pengaruh langsung dari Sikap Terhadap Iklan terhadap Niat Beli
konsumen. Mehta dan Purvis (1997), denganpendekatan Advertising Response Modeling
(ARM), mengukur efektivitas periklanan yang secara eksplisit menunjukkan keterkaitan
langsung antara Sikap Terhadap Iklan dan Niat Beli. Mereka menemukan bahwa Sikap
Terhadap Iklan berpengaruh terhadap Niat Beli. Mereka melaporkan pengaruh sikap terhadap
iklan pada Niat Beli signifikan untuk iklan yang informasional dan yang transformasional.
Temuan ini diperkuat oleh Goldsmith et. al. (2000) melalui suatu model eksperimen yang
menunjukkan bahwa Sikap Terhadap Iklan secara langsung berpengaruh pada Niat Beli untuk
produk yang familiar dan yang unfamiliar. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
menghipotesakan bahwa:
Minat Beli
Meramalkan perilaku pembelian konsumen dimasa yang akan datang sangatlah penting
dalam perencanaan pemasaran. Perilaku pembelian konsumen yang akan datang dapat diukur
dari niat berperilaku, yaitu suatu keinginan yang kuat untuk terlibat dalam perilaku tertentu.
Niat berperilaku adalah metode yang paling baik untuk memprediksi perilaku individu
(Biehal, et. al., 1992; Bosnjak, Obermeir, and Tuten, 2006). Theory of Reasoned Action
(TRA) mengasumsikan bahwa perilaku konsumen ditentukan oleh niat berperilaku
konsumen. Pengukuran niat berperilaku dilakukan tepat sebelum pembelian dilakukan dan
hal inilah yang membuat pengukuran niat berperilaku pada kasus-kasus tertentu menjadi
kurang akurat (Fazekas, Senn, and Ledgerwood, 2001). Belk (1985) mengungkapkan bahwa
ada beberapa faktor yang dapat melemahkan hubungan antara keinginan berperilaku dan
perilaku yang diamati. Hal ini meliputi: penghalang waktu, kejadian lingkungan yang tak
terduga, konteks situasional yang berbeda, dan informasi baru. Dari beberapa faktor tersebut
penghalang waktu merupakan faktor utama yang dapat melemahkan keakuratan prediksi
pengukuran niat berperilaku, mengingat sebagaimana faktor kognitif lainnya niat berperilaku
dapat berubah sepanjang waktu. Semakin lama tenggang waktu yang diberikan, semakin
banyak pengaruh lingkungan yang akan mengubah kepercayaan dan sikap konsumen.
Disamping itu dari tenggang waktu yang ada juga akan memungkinkan konsumen menerima
informasi baru yang kemudian akan merubah konteks situasi lingkungan yang berbeda antara
saat pengukuran dengan situasi saat perilaku dinyatakan.
Tujuan iklan (Kotler, 2005:278) adalah untuk menginformasikan sesuatu, membujuk
seseorang, mengingatkan dan memperkuatproduk atau jasa yang ditawarkan. Periklanan
merupakan salah satu dari banyak aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Pada tingkat persaingan yang semakin tinggi, peranan pemasaran dirasakan sangat penting
untuk memenangkan pasar. Dalam menampilkan iklan para pemasar dituntut untut kreatif
dan inovatif agar dapat menarik perhatian konsumen dan dapat membawa minat dari
konsumen untuk membeli. Salah satu cara yang dapat digunakan agar audience mau
memperhatikan atau memproses pesan iklan adalah dengan menggunakan endorser atau
model iklan yang menarik. Saat ini penggunaan selebriti (public figure) dalam berbagai iklan
khususnya untuk produk baru, merupakan salah satu strategi pemasaran yang efektif untuk
memperoleh atau mempertahankan pangsa pasar. Penggunaan selebriti sebagai endorser
diharapkan dapat memberikan asosiasi positif terhadap kaitan antara selebriti dan produk
yang ditawarkan.
Celebrity endorsement adalah salah satu metode promosi yang paling popular di dunia,
dengan menggunakan selebriti yang menarik, menyenangkan, dan dapat dipercaya oleh
publik yang dituju sehingga produk yang dipromosikan menjadi diketahui dan dikenal.
Celebrity endorsement merupakan bagian penting dari suatu kampanye pemasaran produk.
Harapan dari penggunaan celebrity endorsement adalah image atau kualitas selebriti akan
berpindah terhadap produk dan merangsang penjualan (Leslie, 2011:272).
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan penggunaan non celebrity
endorser, penggunaan celebrity endorser mendapatkan respon yang lebih positif dan
intensitas terhadap pembelian yang lebih tinggi. Penjualan akan meningkat dengan adanya
penggunaan celebrity endorser yang menarik konsumen (Byrne & Breen dalam Abedniya,
Hakim dan Zaeim, 2011: 117).
Selain itu, ketepatan pemilihan selebriti sebagai endorser adalah sangat penting untuk
menyesuaikan karakteristik selebriti tersebut dengan merek atau produk tertentu. Ketepatan
pemilihan endorser dapat didasarkan pada karakteristik yang melekat pada diri endorser
tersebut. Menurut Shimp (2007:304), karakteristik endorser tersebut mencakup,
trustworthiness,expertise, attractiveness, respect dan similarity.
Hakimi, Abedniya dan Zaeim (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Investigate the
Impact of Celebrity Endorsement on Brand Image menjelaskan tentang penggunaan selebriti
untuk mendukung perusahaan. Penggunaan celebrity endorser merupakan salah satu strategi
komunikasi yang dilakukan oleh pemasar di dalam membangun citra antara merek dan
konsumen.
Isa Ansori (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Celebrity Endorser Iklan
Sunsilk Terhadap Pembentukan Brand Image, menjelaskan tentang pemilihan selebriti yang
cocok dan tepat serta menjelaskan bagaimana pengaruh dari variabel daya tarik, kepercayaan
dan keahlian celebrity endorser terhadap pembentukan Brand Image. Perusahaan pembuat
iklan dapat menciptakan asosiasi antara endorser dengan produknya sehingga citra yang baik
dari endorser dapat mempengaruhi secara positif produk yang diiklankan.
I Nyoman Adhi Widiana (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Daya Tarik,
Keahlian, dan Kepercayaan Kepada Celebrity Endorser dengan Niat Beli Konsumen
menjelaskan bahwa konsumen memiliki niat beli terhadap produk yang didukung oleh
selebriti. Variabel daya tarik, keahlian dan kepercayaan merupakan variabel pembentuk
kredibilitas seorang bintang iklan. Apabila seorang bintang iklan memiliki kredibilitas yang
tinggi maka akan terbentuk pencitraan yang positif dan persepsi yang kuat dari bintang iklan
tersebut sebagai seorang endorser sebuah produk.
Hal tersebut juga menjadikan penyampaian pesan iklan akan semakin efektif dan secara tidak
langsung akan berpengaruh pada tingginya niat beli konsumen pada produk tersebut.
Komunikasi pemasaran merupakan salah satu usaha untuk menyampaikan pesan kepada
publik terutama kepada konsumen sasaran mengenai produk mereka dipasar (Sutisna,
2003:267).
Komunikasi pemasaran adalah cara yang digunakan perusahaan untuk menginformasikan,
mempersuasi dan mengingatkan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung
mengenai produk dan merek yang mereka jual. Dengan kata lain, komunikasi pemasaran
merupakan cara yang digunakan untuk membangun dialog dan hubungan dengan konsumen.
Komunikasi pemasaran memiliki kontribusi terhadap ekuitas merek dengan membangun
merek dalam ingatan dan menciptakan citra merek yang mencakup enam komponen yaitu
periklanan, promosi penjualan, event, public relations dan publisitas, pemasaran langsung,
dan penjualan personal (Kotler & Keller, 2006: 496).
Dalam komunikasi pemasaran dikenal juga istilah promotion mix atau bauran promosi. Belch
dan Michael (2007:15) menjabarkan elemen-elemen dari bauran promosi sebagai berikut:
1. Iklan
2. Pemasaran langsung (direct marketing)
3. Pemasaran interaktif (interactive/ internet marketing
4. Promosi penjualan (sales promotion)
5. Publisitas/hubungan masyarakat (publicity/public relations).
6. Penjualan perorangan (personal selling)
Menurut Kotler (2005:254), periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide,
barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan
pembayaran. Dalam iklan sendiri selain menyediakan informasi mengenai produk juga
berfungsi untuk mempersuasi potential buyer atas produk yang ditawarkan. Iklan merupakan
salah satu pendekatan yang secara langsung dapat memengaruhi sikap konsumen. Sikap
konsumen terhadap iklan dapat memengaruhi sikap konsumen terhadap merek. Sikap
terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen untuk menjawab dengan baik atau tidak baik
terhadap iklan tertentu. Sikap konsumen terhadap iklan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang meliputi : isi pesan iklan, pengaruh suatu iklan terhadap suasana hati dan
emosi konsumen (Simamora, 2004:174).
Dalam menampilkan iklan para pemasar dituntut untut kreatif dan inovatif agar dapat
menarik perhatian konsumen dan dapat memunculkan minat dari konsumen untuk membeli.
Hal tersebut dikarenakan sikap berperan secara langsung dalam memengaruhi minat beli
(Arifin, 2010:2).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat iklan yang menarik dan inovatif yakni
dengan menggunakan celebrity endorser. Endorser adalah pendukung iklan atau juga yang
dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang diiklankan (Shimp, 2003:455).
Sedangkan selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur atau atlet) yang dikenal karena
prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari produk yang đidukungnya (Shimp
2003:460).
Selebriti dipandang sebagai individu yang disenangi oleh masyarakat dan memiliki
keunggulan atraktif yang membedakannya dari individu lain. Kata-kata yang diucapkan dan
bahkan terkadang hanya kharisma dari seorang selebriti mampu memengaruhi seseorang
untuk berhenti dan mengarahkan perhatian kepadanya. Alasan yang menyebabkan selebriti
sangat diminati oleh produsen untuk mengiklankan produknya adalah karena pesan yang
disampaikan oleh sumber yang menarik (kaum selebriti yang sedang populer) akan mendapat
perhatian yang lebih besar disamping akan sangat mudah diingat (Royan 2004:2).
Selebriti adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang dipikirkan oleh
konsumen pada suatu merek. Andaikata suatu merek diasosiasikan sebagai merek yang
energik, muda dan penuh stamina maka selebriti pun harus mewakili semua asosiasi tersebut.
Bagi seorang pemasar, hal tersebut sangat penting karena seperti halnya manusia, personality
(atribut) yang kuat membuat merek suatu produk akan nampak berbeda dibandingkan dengan
merek lain. Bila fitur dan harga dapat mudah sekali ditiru oleh kompetitor lainnya,
personality umumnya akan lebih sulit untuk ditiru (Royan 2004:10).
Ketepatan memilih endorser dapat didasarkan pada atribut yang melekat pada endorser
tersebut. Karakteristik yang ada dalam diri endorser dapat mempengaruhi respons terhadap
iklan. Frans M. Royan (2004:05) menyebutkan, pilihan bintang iklan yang tepat akan dapat
mempengaruhi tumbuhnya market share, diharapkan personality sang bintang akan melekat
pada merek dan diharapkan sang bintang menjadi endorser yang handal sehingga dapat
menarik minat konsumen untukmembeli.
Terence Shimp menggolongkan lima dimensi khusus endorser iklan untuk memfasilitasi
efektivitas komunikasi. Lima dimensi khusus endorser dijelaskan dengan akronim TEARS.
a.Trustworthiness (dapat dipercaya)
Istilah trustworthiness (dapat dipercaya) menurut Shimp (2007:304) adalah mengacu pada
sejauh mana sumber dipandang memiliki kejujuran, integritas dan dapat dipercaya. Sumber
dapat dipercaya (trustworthiness) secara sederhana berarti endorser sebuah merek secara
bertingkat membuat audience memiliki kepercayaan pada apa yang mereka katakan. Jika
sumber atau endorser tersebut adalah selebriti maka trustworthiness lebih mengarah pada
kemampuan selebriti untuk memberi kepercayaan atau percaya diri pada konsumen suatu
produk.
b. Expertise (keahlian)
Menurut Shimp (2007:304), keahlian (expertise) mengacu pada pengetahuan, pengalaman
atau keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan merek yang
didukung. Seorang endorser yang diterima sebagai seorang yang ahli pada merek yang
didukungnya akan lebih persuasif dalam menarik audience dari pada seorang endorser yang
tidak diterima sebagai seorang yang ahli.
c. Attractiveness (daya tarik)
Menurut Shimp (2007:304), Daya tarik mengacu pada diri yang dianggap sebagai sesuatu
yang menarik untuk dilihat dalam kaitannya dengan konsep daya tarik. Daya tarik dapat
meliputi keramahan, menyenangkan, fisik, dan pekerjaan sebagai beberapa dimensi penting
dari konsep daya tarik. Konsumen cenderung memiliki stereotip yang positif terhadap
selebriti. Penelitian menunjukkan bahwa daya tarik dari selebriti dapat mengubah
kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen (Debevec & Kernan, 1984; Chaiken, 1979 dalam
Abedniya, Hakim dan Zaeim, 2011: 119). Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa daya
tarik fisik dari seorang celebrity endorser dapat meningkatkan brand image dari produk itu
sendiri.
d. Respect (kualitas dihargai) Menurut Shimp (2007:306),
Respect (kualitas dihargai) berarti kualitas yang dihargai atau digemari sebagai akibat dari
kualitas pencapaian personal. Selebritas dihargai karena kemampuan akting mereka,
ketrampilan berolahraga atau kepribadian dan kualitas argumentasi politiknya. Individu yang
dihargai juga secara umum disukai, dan hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan ekuitas
merek.
e. Similarity (kesamaan dengan audience yang dituju) Menurut Shimp (2007:306),
Similarity (kesamaan dengan audience yang dituju) adalah kesamaan dengan audience yang
dituju (similarity) mengacu pada kesamaan antar endorser dan audience dalam hal usia,
karakter, minat, selera, gaya hidup, status sosial dan sebagainya.
Frans M. Royan (2004:13) berpendapat salah satu jalan agar memiliki kesamaan dengan
personality yang diinginkan oleh target pengguna merek, setidaknya selebriti harus
mencerminkan personality dari merek yang ingin dibangunnya.
Salah satu tujuan penggunaan celebrity endorser adalah terbentuknya sebuah citra merek
yang positif di mata konsumen, di mana sebuah citra merek yang baik pada akhirnya akan
menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.
Citra merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek
dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap
merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu
merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian. (Setiadi 2003:180).
Komponen brand image terdiri atas 3 bagian, yaitu (Simamora, 2004:65):
1. Citra perusahaan (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.
2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.
3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk.
Celebrity endorser dapat memerankan posisi yang vital untuk membawa sebuah merek agar
dapat dikenal luas oleh masyarakat. Penggunaan selebriti sebagai bagian dari sebuah strategi
pemasaran adalah salah satu cara yang populer untuk mendukung pembentukan citra sebuah
merek.
Oleh sebab itu, citra produk dapat terbentuk jika terdapat stimulus yang mampu merangsang
perhatian konsumen sehingga konsumen memiliki persepsi baik terhadap merek. Untuk bisa
memberikan daya tarik, maka sebuah iklan harus memperhatikan tema endorser dalam iklan
dan mencocokkan kesesuaian antara merek yang diiklankan dengan celebrity endorser-nya.