LATAR BELAKANG

47
A.Latar Belakang Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti perubahan lingkungan yang mempengaruhinya. Seperti studi yang sistematis yang dilakukan oleh Nicholas Henry (1995) yang mengelompokkan paradigma administrasi negara atas; (a) dikhotami politik administrasi, (b) paradigma prinsip- prinsip administrasi negara, (c) paradigma administrasi negara sebagai ilmu politik, (d) paradigma administrasi negara sebagai ilmu administrasi, dan (e) paradigma administrasi negara sebagai ilmu administrasi negara sampai pada tahun 1970. Setelah tahun 1970, paradigma administrasi negara berkembang menjadi paradigma administrasi pembangunan (J.B Kritiadi:1997). Dalam paradigma ini peran pemerintah dalam pembangunan negara-negara berkembang sangatlah besar. Oleh karena itu menurut Abdullah (1984) peran administrasi pembangunan dalam proses pembangunan adalah sebagai ”Agen of Change”. Hal ini berarti proses perencanaan, perumusan kebijaksanaan, implementasi dan 1

Transcript of LATAR BELAKANG

Page 1: LATAR BELAKANG

A.Latar Belakang

Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan

mengikuti perubahan lingkungan yang mempengaruhinya. Seperti studi yang

sistematis yang dilakukan oleh Nicholas Henry (1995) yang mengelompokkan

paradigma administrasi negara atas; (a) dikhotami politik administrasi, (b)

paradigma prinsip-prinsip administrasi negara, (c) paradigma administrasi negara

sebagai ilmu politik, (d) paradigma administrasi negara sebagai ilmu administrasi,

dan  (e) paradigma administrasi negara sebagai ilmu administrasi negara sampai

pada tahun 1970. Setelah tahun 1970, paradigma administrasi negara berkembang

menjadi paradigma administrasi pembangunan (J.B Kritiadi:1997). Dalam

paradigma ini peran pemerintah dalam pembangunan negara-negara berkembang

sangatlah besar. Oleh karena itu menurut Abdullah (1984) peran administrasi

pembangunan dalam proses pembangunan adalah sebagai ”Agen of Change”. Hal

ini berarti proses perencanaan, perumusan kebijaksanaan, implementasi dan

pengendalian pelaksanaan pembangunan semuanya dilakukan oleh pemerintah.

Studi yang dilakukan oleh David Osborne dan Gaebler (1992) menggugat

tesis tersebut, bahwa pemerintah tidaklah cukup mampu untuk melakukan sendiri

kegiatan sektor  publik; pemerintah tidak memiliki cukup biaya untuk membiayai

kegiatan sektor publik. Oleh karena itu keterlibatan unsur swasta, masyarakat dan

kelembagaan masyarakat lainya dalam menyelenggarakan sektor publik

merupakan pilihan tepat untuk menciptakan efisiensi, efektifitas, pemberdayaan

masyarakat itu sendiri. Dari sinilah peran pemerintah dalam menyelenggarakan

kegiatan sektor publik berubah, dimana tidak hanya pemerintah yang terlibat

1

Page 2: LATAR BELAKANG

dalam proses pembangunan, tetapi pihak swasta, kelembagaan masyarakat dan

LSM merupakan tiga pilar utama yang harus berperan aktif dalam melakukan

proses pembangunan.

Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan

pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif,

berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu

melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus

profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang

dilayani. Seiring dengan hal tersebut pembinaan aparatur negara dilakukan secara

terus menerus, agar dapat menjadi alat yang efisien dan efektif, bersih dan

berwibawa, sehingga mampu menjalankan tugas-tugas umum pemerintah maupun

untuk menggerakkan pembangunan secara lancar dengan dilandasi semangat dan

sikap pengabdian terhadap masyarakat.

Seiring dengan hal tersebut Abdullah (1984) mengatakan bahwa

determinan penting untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah adalah

dibutuhkan ”Infra-Struktur Administrasi” yang memiliki kesiapan dan

ketangguhan pada semua tingkatan dan tahapan yang meliputi : (a) organisasi

pelaksana yang berintikan birokrasi yang mantap dan tangguh; (b) sistem

administrasi atau tata laksana yang efektif dan efisien; dan (c) susunan aparatur

atau personalia yang berkemampuan tinggi dari segi profesional, orientasional

yang disertai rasas dedikasi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa kinerja birokrasi

pemerintah dalam merencanakan, mengimplementasikan dan evaluasi serta

2

Page 3: LATAR BELAKANG

pengendalian proses pembangunan dan pelayanan masyarakat sangat ditentukan

oleh faktor kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia, aparatur dan

dukungan sarana dan prasarana yang tersedia.

Sorotan tajam tentang kinerja birokrasi dalam menyelenggarakan

pelayanan publik menjadi wacana yang aktual dalam studi administrasi negara

akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kinerja birokrasi dalam

memberikan pelayanan dan pada sisi lain munculnya konsep privatisasi,

swastanisasi, kontak kerja yang pada intinya ingin meminimalkan campur tangan

pemerintah yang terlalu besar dalam pelayanan publik (Savas, 1983, Osborne,

1992).

Studi yang dilakukan oleh Savas (1983), LAN Jawa Barat (1999)

menunjukkan bahwa kinerja birokrasi dalam menyelenggarakan pelayanan publik

lebih rendah ketimbang yang dilakukan oleh pihak swasta atau kelembagaan

masyarakat lainnya. Bahkan Savas mengatakan bahwa tugas pemerintah adalah

mengarahkan bukan mengayuh perahu. Memberikan pelayanan adalah mengayuh

dan pemerintah tidaklah pandai mengayuh.

Di kalangan masyarakat masih terdapat keluhan berbagai pelayanan

pemerintah (birokrasi) bahkan masyarakat mengatakan bahwa kalau bisa

dipersulit mengapa harus dipermudah dan bila ada pilihan lain untuk mendapat

KTP selain dari Kantor Kelurahan dan Kantor Kecamatan, maka saya akan

memilih ke Supermaket karena disana pegawainya ramah, suka senyum,

menanyakan apa yang dapat dibantu. Sebaliknya kalau anggota warga masyarakat

ke kantor Kelurahan atau Kecamatan sangat paradoksal dengan apa yang terjadi di

Supermaket untuk mendapat pelayanan (Zanapiha, 1999).

3

Page 4: LATAR BELAKANG

Selama ini seperti yang diakui oleh Moestopadidjaja (1997) bahwa

pelayanan publik oleh birokrasi cenderung dipersulit, prosedur berbelit-belit,

rendahnya ketidakpastian   waktu  pelayanan. Gejala ini oleh Bryant dan White

(1987) sebagai suatu gejala ketidak mampuan administratif, umumnya terjadi di

Negara-negara sedang berkembang.

Penilaian kinerja birokrat pemerintah selama ini cenderung didasarkan

pada faktor-faktor input seperti jumlah pegawai, anggaran, peraturan perundangan

dan termasuk pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan; dan bukan pada faktor-

faktor output atau outcomes-nya, misalnya tingkat efisiensi biaya, kualitas

layanan, jangkauan dan manfaat pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat. Oleh

karena itu dalam praktek penyelenggaraan pelayanan publik masih terdapat

berbagai masalah antara lain perbedaan antara kinerja yang diharapkan (intended

perfomance) dengan praktek sehari-hari (actual perfomance), perbedaan antara

tuntutan kebutuhan masyarakat dengan kemampuan pelayanan aparatur

pemerintah, perbedaan antara keterbatasan sumber daya anggaran pemerintah

dengan kebocoran pada tingkat pelaksanaanya (LAN Jawa Barat, (1999). Studi

lainnya dilakukan oleh Hardjo Soekarto (1999) menunjukkan bahwa pelayanan

publik selama ini masih menunjukkan mental model birokrat sebagai yang di

layani oleh masyarakat, bukan  justru sebaliknya aparat yang harus melayani

masyarakat. Hal ini terjadi karena pendekatan kekuasaan birokrasi lebih dominan

ketimbang keberadaan aparatur sebagai pelayan masyarakat. Kekuasaan birokrat

sangat kuat sekali dan bahkan tak ada organisasi sosial kemasyarakatan yang

mampu mengontrolnya sehingga praktek penyelenggaraan pelayanan publik

4

Page 5: LATAR BELAKANG

selama ini yang menjadi beban masyarakat dan birokrat cenderunng melakukan

praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Mohammad, 1999).

Sementara itu peran aparatur negara (birokrasi) sejak beberapa dekade

yang lalu lebih disiarkan sebagai penyandang dua peran yaitu sebagai Abdi

Negara dan sebagai Abdi masyarakat dan peran sebagai abdi negara menjadi

sangat dominan ketimbang peran sebagai abdi masyarakat. Siklus pelayanan lebih

berakses ke kekuasaan birokrasi ketimbang melayani masyarakat. Akibatnya

aparatur cenderung melayani dirinya sendiri dan meminta layanan dari masyarakat

(Thoha, 1993, Idrus, 1995). Berkaitan dengan hal ini Kaufman (1976) mengatakan

bahwa tugas aparatur sebagai pelayan harus lebih diutamakan terutama yang

berkaitan dengan mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan

masyarakat, mempersingkat waktu proses pelaksanaan urusan publik dan

memberikan kepuasan publik.

Berdasarkan studi yang dilakukan LAN Sulsel (1997) menunjukkan bahwa

pelayanan aparat birokrat terhadap masyarakat/ dunia usaha masih menimbulkan

ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Hal ini dapat dilihat dari terdapatnya

4.396 jenis pungutan yang dilakukan aparatur mulai dari tingkat pusat sampai

tingkat daerah. Dari jumlah pungutan tersebut, sekitar 27% dari total biaya

produksi dialokasikan untuk memperoleh pelayanan aparatur. Hal ini

menunjukkan birokrat menjadi penghambat bagi tumbuhnya daya asing

masyarakat itu sendiri.

Tjokroamidjojo (1988) mengidentifikasi ada empat faktor besar yang

menghambat  efisiensi administrasi negara (birokrasi), yaitu : (1) kecenderungan

membengkaknya birokrasi baik dalam arti struktur maupun luasnya campur

5

Page 6: LATAR BELAKANG

tangan terhadap kehidupan masyarakat, (2) lemahnya kemampuan manajemen

pembangunan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan pengawasan,

dan (3) rendahnya produktivitas pegawai negeri. Sementara Siagian (1987),

mengidentifikasikan ada tiga jenis kelemahan yang melekat pada pegawai negeri

(birokrat) kita, adalah (1) kemampuan manajerial, yaitu kurangnya kemampuan

memimpin, menggerakkan bawahan, melakukan koordinasi dan mengambila

keputusan, (2) kemampuan teknis, yaitu kurangnya kemampuan untuk secara

terampil melakukan tugas-tugas, baik yang bersifat rutin, maupun yang bersifat

pembangunan, dan (3) kemampuan teknologis, yaitu kurangnya kemampuan

untuk memanfaatkan hasil-hasil penemuan teknologi dalam pelaksanaan tugas.

Penelitian LAN Perwakilan Sulawesi Selatan (2000) tentang tingkat

kemampuan tenaga perencana Pembangunan di Kawasan Timur Indonesia

menunjukkan bahwa kemampuan tenaga perencana pembangunan masih rendah.

Hal ini disebabkan karena kurangnya iklim organisasi yang mendukung

berkembangnya kemampuan pegawai, tak ada kebijakan tentang jabatan

fungsional perencana dan rendahnya penghargaan pemerintah terhadap jabatan

tersebut sehingga motivasi tenaga perencana untuk mengembangkan diri masih

rendah. Studi lain adalah yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada di

Kalimantan Timur menunjukkan bahwa profesionalisme pegawai rendah, baik

dilihat dari tingkat pendidikan, pengalaman, produktivitas kerja, ataupun disiplin

kerja terbukti rendah (PPK-UGM, 1991/1992:2). Penelitian yang sama oleh

FISIPOL-UGM pada kantor Bappeda di Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Lombok menemukan bahwa penampilan Bappeda sangat

dipengaruhi oleh para aparatnya dalam menjalankan fungsi-fungsi perencanaan,

6

Page 7: LATAR BELAKANG

koordinasi, monitoring dan evaluasi; juga oleh tingkat profesionalisme pegawai,

organisasi dan mutu kepemimpinan dalam lembaganya (FISIPOL-UGM, 1991:4).

Studi empiris lain yang berkaitan dengan kinerja organisasi pemerintah

dilihat dari pendekatan proses misalnya penelitian yang dilakukan oleh Baddu

(1994), suatu analisis tentang prestasi kerja dan hubungannya dengan kepuasaan

dan semangat kerja pada Kantor Setwilda Tk. I Sul-Sel, penelitian yang dilakukan

oleh Thahir, M.M. (1997), suatu analisis tentang faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kepuasan kerja pegawai pada kantor Kopertis Wilayah IX Ujung

Pandang.

Beberapa penelitian empiris di atas baik yang dilakukan oleh pemerintah

maupun yang dilakukan oleh kalangan akademik menunjukkan bahwa penelitian

tentang kinerja birokrasi pemerintah dilihat dari sudut pendekatan proses masih

bersifat parsial, yaitu hanya berkaitan dengan analisis pada tingkat individu

pegawai, tetapi belum melihat secara komprehensif dari sudut kinerja birokrasi

pemerintah secara keseluruhan.

Semua ini menunjukkan bahwa kerja birokrasi dalam menyelenggarakan

pelayanan publik masih memerlukan kajian yang mendalam dan sungguh-

sungguh sehingga peran birokrasi sebagai instrumen masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan dapat diwujudkan.

Kasus pelayanan Kartu Tanda Penduduk,Kartu Keluarga dan Akta

Kelahiran yang dilakukan oleh pemerintah daerah dinas kependudukan dan

catatan sipil di Kabupaten Sumba barat Daya, menarik dikaji terutama yang

berkaitan dengan perumusan kebijakan, implementasi, pengendalian dan evaluasi

melibatkan birokrat daerah (lokal). Disamping itu pula pelayanan Kartu Tanda

7

Page 8: LATAR BELAKANG

Penduduk,Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran ini menyentuh kebutuhan seluruh

masyarakat.

Penelitian ini diarahkan untuk mengevaluasi dan menjelaskan fenomena

kinerja birokrasi pemerintah kasus pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Sumba Barat Daya dengan menggunakan pendekatan proses (internal

process approach), terutama memahami dan menjelaskan fenomena dalam hal

efisiensi pelayanan, kerja, kerjasama tim, dan hubungan pimpinan dengan

bawahan. Variabel kinerja ini penting diteliti karena didasarkan atas alasan bahwa

kinerja output yang diberikan kepada lingkungan akan sangat tergantung pada

tinggi rendahnya kinerja proses. Hal ini berarti organisasi birokrasi pemerintah tak

dapat meningkat kebertanggungjawabannya (accountability), kepercayaan,

menciptakan keadilan, efektivitas eksternal dan kepuasan masyarakat sebagai

indikator kinerja eksternalnya tanpa memiliki kinerja internal yang baik.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

tentang bagaimana kinerja birokrasi pemerintah secara langsung di lapangan yang

meliputi tahapan-tahapannya,manfaat,permasalahan dan hasil yang di peroleh oleh

masyarakat. Oleh karena itu penulis mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian

yang berjudul “Analisis Kinerja Birokrasi Pemerintah Daerah Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Sumba Barat Daya”.

B.Rumusan Masalah.

Sebelum penulis merumuskan suatu permasalahan terlebih dahulu penulis

akan menguraikan pengertian dari masalah itu sendiri.

Masalah adalah sebuah kalimat tanya atau pernyataan yang menanyakan

yang jawabannya dicari melalui penelitian (Kerlinger 2006 : 28). 

8

Page 9: LATAR BELAKANG

Pengertian masalah menurut Hudojo (1990: 32) mengemukakan bahwa

masalah sebagai pernyataan kepada seseorang dimana orang tersebut tidak

mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk

menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Menurut Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan

antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori

dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan

pelaksana.

Sedangkan Menurut Pariata Westra (1981 : 263 ) bahwa “Suatu masalah

yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau

percobaannya yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga berhasil”

Uraian pendapat tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa masalah adalah suatu aktivitas yang menggerakkan manusia untuk

memecahkannya, di mana yang dipecahkan itu merupakan jawaban dari kesulitan

yang dihadapi. Kita mengetahui bahwa setiap aktivitas yang dilakukan oleh

manusia pasti ada hambatan dan rintangan, hendaknya kita berusaha untuk

mencari jalan keluar dengan cara memecahkan kesulitan atau masalah yang

sedang kita hadapi. Jika permasalahan itu sudah di pecahkan, maka tujuan yang

diinginkan akan tercapai.

Dari uraian tersebut,maka penulis akan merumuskan permasalahan yang

dihadapi sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja birokrasi pemerintah Daerah dinas

kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Sumba Barat Daya?

9

Page 10: LATAR BELAKANG

2. Faktor apa yang mendukung dan menghambat kinerja birokrasi

pemerintah daerah dinas kependudukan dan catatan sipil

Kabupaten Sumba Barat Daya?

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui kinerja birokrasi pemerintahan daerah dinas

kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Sumba barat Daya.

b. Untuk mengetahuai faktor yang mendukung dan menghambat kinerja

birokrasi pemerintah daerah dinas kependudukan dan catatan sipil

Kabupaten Sumba barat Daya.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang di dapat dengan adanya penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara akademik; sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang

mengkaji kinerja birokrasi pemerintah daearah pada masa yang akan

datang .

2. Secara metodologi; penelitian ini memperkaya indikator pengukuran

tentang kinerja birokrasi pemerintah daerah

3. Secara praktis; penelitian ini dapat menjadi bahan untuk evaluasi kinerja

birokrasi Pemerintah daerah Kabupaten Sumba Barat Daya dalam

menyempurnakan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik pada masa

yang akan datang.

10

Page 11: LATAR BELAKANG

D. Tinjauan Teoritis

Tinjauan teoritis di maksudkan untuk memberikan dasar-dasar teori dan

pencarian konsep-konsep tentang variabel-variabel yang menjadi pusat penelitian.

Sebagaimana telah disebutkan dalam permasalahan di atas,maka variabel yang

terkait dalam penelitian ini pemerintah daerah Kabupaten sumba barat daya untuk

Analisis Kinerja Birokrasi Pemerintah daerah sebagai variabel tunggal.

1. Pengertian Analisis.

Menurut Syahrul & Mohammad Afdi Nizar(1992:50) analisis berarti

melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau ayat-ayat yang berkaitan

dengan akuntansi dan alasan-alasan yang memungkinkan tentang perbedaan yang

muncul.

Menurut Komaruddin (1990:2)Analisis adalah kegiatan berfikir untuk

menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal

tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing

dalam satu keseluruhan yang terpadu.

Kamus besar bahasa Indonesia analisis adalah penguraian suatu pokok atas

berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian

untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Menurut Dwi prastowo darminto & Rifka Julianty (2005:70) analisis

merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan

bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian

yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

11

Page 12: LATAR BELAKANG

Berdasarkan pendapat di atas,analisis dapat di artikan sebagai suatu

perencanaan dalam kegiatan untuk memperoleh suatu hubungan yang dapat

terhubung dengan satu sama lain.

2. Pengertian Kinerja.

Secara etimologi, kata kinerja berarti suatu yang hendak dicapai, prestasi

yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Dalam Dictionary Contemporary English

Indonesia, istilah kinerja digunakan bila seseorang menjalankan suatu proses

dengan terampil sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada.

Menurut Gomes (1999 : 159-160), kinerja sering dihubungkan dengan

tingkat produktivitas yang menunjukkan resiko input dan output dalam organisasi.

Sementara menurut Sedarmayanti (2001:50) bahwa: “Kinerja merupakan

terjemahan dari performance yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja,

pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja”.

Ada juga yang memberikan pengertian kinerja sebagai pelaksanaan suatu

fungsi, seperti yang dikemukakan oleh Whitmore (1997 : 104) “Kinerja adalah

pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang.

Menurut Bernaden dan Russel, sebagaimana dikutip oleh Gomes, Faustino

Cardoso (2000). Kinerja diartikan sebagai :”Cacatan outcome yang dihasilkan dari

fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan karyawan selama suatu periode

waktu tertentu.” Kinerja menurut Bambang Kusriyanto dalam A.A. Anwar Prabu

Mangkunegara (2005: 9) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran

serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam). Faustino Cardosa Gomes

dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, (2005: 9) mengemukakan

12

Page 13: LATAR BELAKANG

definisi kinerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering

dihubungkan dengan produktivitas.

Menurut Murphy dan Clevelend (dalam Pasolong, 2011:175), mengatakan

bahwa kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi pada tugas atau

pekerjaan. Sedangkan menurut Parmenter (2010:5), kinerja adalah melakukan

suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan

hasil seperti yang diharapkan.

Dari beberapa pendapat di atas,maka dapat diambil pengertian kinerja

adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang

diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang di tetapkan. Jadi kinerja

berkenaan dengan hasil pekerjaan dicapai oleh pengawai atau karyawan dalam

suatu periode. Dalam hal ini kinerja berkenaan dengan kualitas maupun kuantitas

pekerjaan yang dihasilkan.

3. Pengertian Birokrasi

Secara istilah, asal mula kata birokrasi adalah bureau yang artinya

"kantor" dan cracyyang artinya "pemerintahan". Istilah birokrasi pertama kali

diperkenalkan oleh Max weber, seorang ahli sosiologi Jerman..

Birokrasi yang dalam bahasa Inggris disebut bureaucracy berasal dari dua

kata yaitu “bureau” yang artinya meja dan “ cratein” berarti kekuasaan. Jadi,

maksudnya kekuasaan yang berada pada orang-orang yang ada di belakang meja

(Raha, 2014). Menurut Rourke (1978) dalam Azhari (2011:59), mengungkapkan

bahwa birokrasi adalah sistem administrasi dan pelaksanaan tugas keseharian

yang terstruktur, dalam sistem hierarki yang jelas, dilakukan dengan aturan

tertulis, dan dijalankan oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bagian lainnya,

13

Page 14: LATAR BELAKANG

oleh orang-orang yang dipilih berdasarkan kemampuan dan keahlian di

bidangnya. Sedangkan menurut Setiyono (2012:15), birokrasi dapat dipahami

secara simpel sebagai aparatur negara, secara praktis, pengertian ini masih sering

menimbulkan kontroversi. Pada konsepsi yang paling luas, birokrasi sering

disebut sebagai badan/sektor pemerintah, atau dalam konsepsi bahasa Inggris

disebut public sector, atau juga public service atau public administration.

Konsepsi itu mencakup institusi atau orang yang penghasilannya berasal secara

langsung dari uang Negara atau rakyat yang biasanya tercantum dalam APBN

(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah).

Menurut Kumorotomo, (2009:74).Birokrasi adalah tipe dari suatu

organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang

besar dengan cara mengoordinasi secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak

orang.

Weber dalam Ali (2012:148), mengatakan bahwa birokrasi itu pada

hakikatnya mengandung makna pengorganisasian yang tertib, tertata dan teratur

dalam hubungan kerja yang berjenjang serta mempunyai prosedur dalam suatu

tatanan organisasi.

Lebih lanjut Kristiadi dalam Pasolong (2011:67), mengatakan bahwa

birokrasi adalah merupakan struktur organisasi di sektor pemerintah, yang

memiliki ruang lingkup tugas-tugas yang sangat luas serta memerlukan organisasi

besar dengan sumber daya manusia yang besar pula jumlahnya.

Farel Heady (1989),Birokrasi adalah struktur tertentu yang memiliki

karakteristik tertentu: hierarki, diferensiasi dan kualifikasi atau kompetensi.

14

Page 15: LATAR BELAKANG

Hierarkhi bekaitan dengan struktur jabatan yang mengakibatkan perbedaan tugas

dan wewenang antar anggota organisasi. Diferensisasi yang dimaksud adalah

perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi birokrasi dalam

mencapai tujuan. Sedangkan kualifikasi atau kompetensi maksudnya adalah

seorang birokrat hendaknya orang yang memiliki kualifikasi atau kompetensi

yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya secara profesional.

Dalam hal ini seorang birokrat bukanlah orang yang tidak tahu menahu tentang

tugas dan wewenangnya, melainkan orang yang sangat profesional dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut.

Dalam hal ini birokrasi dapat diartikan organisasi pemerintahan, melalui

kantor-kantor yang dibentuknya sehingga pemerintah dapat menjalankan roda

pemerintahan. Namun, selain organisasi pemerintah, birokrasi juga dapat

diterapkan pada organisasi non pemerintah.

Dari beberapa pendapat di atas,dapat di simpulkan bahwa pengertian dari

birokrasi adalah suatu organisasi pemerintahan tempat untuk menjalankan tugas-

tugasnya dengan melayani masyarakat dengan tertata dan terstruktur dalam

administrasi.

4. Pengertian Pemerintah Daerah

Definisi Pemerintahan Daerah Di Dalam  UU No. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah Pasal 1 Ayat 2, Adalah Sebagai Berikut:

Pemerintahan Daerah Adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Oleh

Pemerintahan Daerah Dan DPRD Menurut Asas Otonomi Dan Tugas Pembantuan

Dengan Prinsip Otonomi Yang Seluas-Luasnya Dalam Sistem Dan Prinsip

15

Page 16: LATAR BELAKANG

Negarakesatuan Republik Indonesia Sebagaimana Dimaksud Dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Melihat Definisi Pemerintahan Daerah Seperti Yang Telah

Dikemukakan  Diatas,Maka Yang Dimaksud Pemerintahan Daerah Disini Adalah

Penyelenggaraan Daerah Otonom Oleh Pemerintah Daerah Dan DPRD Menurut

Asas Desentralisasi Dimana Unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah Adalah

Gubernur, Bupati Atau Walikota Dan Perangkat Daerah.

a. Fungsi Pemerintah Daerah

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah

menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahAN.

Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :

1) Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

2) Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang

menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

3) Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana

hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

b. Asas Pemerintahan Daerah

16

Page 17: LATAR BELAKANG

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan

daerah, sangat bertalian erat dengan beberpa asas dalam pemerintahan suatu

negara, yakni sebagai berikut:

1) Asas sentralisasi

Asas sentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana  sistem pemerintahan di

mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat.

2) Asas desentralisasi.

Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

dalam sistem Negara Kesatuan RepubliK Indonesia

3) Asas dekonsentrasi

Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi

vertical wilayah tertentu.

4) Asas tugas pembantuan

Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daera

dan/atau desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota

dan/atau desa; serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk tugas

tertentu.

       Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat

ditanggapi sebagai hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan

sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagain hak, dengan obyek

tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan hak

pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan obyek hak

17

Page 18: LATAR BELAKANG

berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan

pemerintahan, dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara

lain bertujuan meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan

desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat

dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan

dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.

Dengan demikian, menurut hemat penulis desentralisasi merupakan asas

yang menyatukan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah

pusat atau dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah

yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu.

Untuk itu semua prakarsa, wewenang dan tanggungjawab mengenai urusan-

urusan diserahkan sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah itu.

Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan desentralisasi

yaitu: tujuan politik dan tujuan administratif.

a. Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium

pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan

berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai

terwujudnya civil society.

b. Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit

pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan

masyarakat secara efektif, efisien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait

dalam pelayanan publik.

18

Page 19: LATAR BELAKANG

Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang terwujud dalam

konsep otonomi daerah sangat terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat.

Oleh karena itu dalam desentralisasi terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:

1 Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan untuk

mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga mereka secara relatif

melepaskan ketergantungannya terhadap bentuk-bentuk intervensi

pemerintah, termasuk didalamnya mengembangkan paradigma pembangunan

yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, eksploitasi

sumber daya dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh

masyarakat lokal;

2 Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu

ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;

3 Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi menjadi

perasaan kolektif (bersama) bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri

menjadi sebuah keniscayaan demokrasi.  Tidak ada perasaan bahwa “orang

pusat” lebih hebat dari “orang daerah” dan sebaliknya.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tampak bahwa tujuan yang akan

diwujudkan dengan dianutnya konsep desentralisasi adalah agar tidak terjadi

penumpukan kekuasaan (concentration of power) pada satu pihak saja, yakni

Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasi diharapkan terjadi distribusi

kekuasaan (distribution of power) maupun transfer kekuasaan (transfer of power)

dan terciptannya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efisien dan

ekonomis serta terwujudnya pemerintahan yang demokratis (democratic

government) sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya

19

Page 20: LATAR BELAKANG

pemerintahan sentralistik yang sebenarnya sudah tidak populer. Pemerintahan

sentralistik menjadi tidak popular karena tidak mampu memahami dan

menterjemahkan secara cepat dan tepat nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang

di daerah, serta kurangnya pemahaman terhadap sentiment lokal. Salah satu alasan

karena warga masyarakat merasa lebih aman dan tentram dengan badan

pemerintah lokal yang lebih mengetahui keinginan, aspirasi dan kepentingan

masyarakat daerah, serta lebih baik secara fisik dan juga secara psikologis.

Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai dengan UU

No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah tingkatan karena hubungan

provinsi dan daerah kita bersifat coordinate dan independent. Distribusi fungsi

diberikan pada provinsi atau pada tingkatan pertama dalam pembagian dan

kabupaten atau kota setara dengan tingkatan ke dua. Selain itu, UU No. 32 Tahun

2004 juga mengatur distribusi fungsi pada pemerintahan desa yang setara dengan

tingkatan ketiga. Namun dalam hal pelaksanaannya, distribusi fungsi pada

pemerintahan desa dijalankan dibawah subordinasi dan bergantung pada daerah

kabupaten atau kota.

Sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang yang

tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat

pemerintah daerah. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan

kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur

tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi

pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana

wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok

20

Page 21: LATAR BELAKANG

serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut

terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi pada

hakekatnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004).

Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan nasional.

Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat

(lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengingat masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing,

dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan.

Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif, diantaranya :

secara ekonomi, meningkatkan efisiensi dalam penyediaan jasa dan barang publik

yang dibutuhkan masyarakat setempat, megurangi biaya, meningkatkan output

dan lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia. Secara politis,

desentralisasi dianggap memperkuat akuntabilitas, political skills dan integrasi

nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya,

memberikan/menyediakan layanan lebih baik, mengembangkan kebebasan,

persamaan dan kesejahteraan.

E. Defenisi Konsepsional

Definisi konsepsional di susun dengan maksusd untuk dapat memberikan

penegasan atau batas bahwa pengertian dari masing-masing variabel penelitian

adalah seperti yang di ungkapkan disini.

21

Page 22: LATAR BELAKANG

Dengan demikian definisi konsepsional dari variabel penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Analisis Kinerja.

Analisis Kinerja merupakan kegiatan menilai hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas sesuai kriteria yang sudah di tentukan oleh pimpian atau

manager, yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2. Birokrasi.

Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang

kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai

konsekuensi logis dari tugas utama negara (pemerintahan) untuk

menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat (social welfare).

3. Pemerintah.

 Pemerintah adalah sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan

mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-

bagiannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah merupakan

sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengelola sistem

pemerintah dan menetapkan kebijakan untuk mecapai tujuan negara.

4. Analisis Kinerja Birokrasi Pemerintah daerah.

Analisis Kinerja Birokrasi Pemerintah daerah adalah hasil kerja secara

kuliatas dan kuantitas melayani masyarakat yang di lakukan oleh

organisasi yang mempunyai wewenang dan peranan dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.

22

Page 23: LATAR BELAKANG

F. Definisi Operasional.

Definisi operasional merupakan penjabaran sifat-sifat yang diamati atau

indikator dari masing-masing variabel penelitian yang telah didefinisikan. Adapun

definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

Analisis Kinerja Birokrasi Pemerintah Daerah dapat di ukur dari :

1. Produktivitas.

Karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk

sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang

selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.

2. Kualitas layanan.

Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik,

muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanaan yang

diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan dari masyarakat

bisa mejadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas.

Kemampuan organisasi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan

masyarakat. Responsivitas perlu dimasukkan ke dalam indikator kinerja

karena menggambarkan secara langsung kemampuan organisasi pemerintah

dalam menjalankan misi dan tujuannya.

4. Responsibilitas.

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik

itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau

sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

23

Page 24: LATAR BELAKANG

5. Akuntabilitas.

Akuntabilitas, publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Dalam

konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat

berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan

kehendak masyarakat banyak.

G. Perincian Data Yang Di Butuhkan

Untuk mendukung penelitian ini agar bernilai ilmiah,maka di perlukan data-

data yang memadai.Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang

dikutip oleh Lexi J. Moleong bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua

sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh dan di catat secara langsung

atas tanggapan-tanggapan yang di berikan oleh para responden yang

mencakup Analisis Kinerja Birokrasi Pemerintah Di Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Sumba Barat Daya

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan oleh

pihak lain.Data ini difungsikan sebagai data tambahan yang

24

Page 25: LATAR BELAKANG

menunjang fokus penelitian, yang sepenuhnya berupa sumber-sumber

tertulis, buku-buku dan sebagainya.

H. Metode Penelitian

Suatu penelitian dikatakan ilmiah bila didukung oleh bukti-bukti yang

kongkrit tentang kebenaran ilmu pengetahuan yang tertulis. Suatu penelitian

ilmiah hendaknya didukung oleh metode karena merupakan cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan penelitian,dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode

penelitian adalah cara yang dipakai secara teratur mengadakan suatu pemeriksaan

yang teliti dalam mengumpulkan data untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Hidayat (1990:60) kata metode berasal dari bahasa yunani,

methodos yang berarti jalan atau cara. Jalan atau cara yang dimaksud

disini adalah sebuah upaya atau usaha dalam meraih sesuatu yang

diinginkan.”

Heri Rahyubi (2012: 236) mengartikan “metode adalah suatu model cara

yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar

berjalan dengan baik”. 

Hamid Darmadi (2010: 42) berpendapat bahwa “metode adalah cara atau

jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.

Sedangkan menurut Sri Anitah dan Yetti Supriyati (2008: 4.3) “metode

adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam

untuk digunakan dalam mencapai sesuatu.

25

Page 26: LATAR BELAKANG

Heri Rahyubi (2012: 236) mengartikan “metode adalah suatu model cara

yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar

berjalan dengan baik”

 Hamid Darmadi (2010: 42) berpendapat bahwa “metode adalah cara atau

jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.

Sedangkan menurut Sri Anitah dan Yetti Supriyati (2008: 4.3) “metode

adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam

untuk digunakan dalam mencapai sesuatu.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan

suatu yang mutlak harus ada dalam penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik penentuan populasi dan sample

a. Populasi

Sebelum proses pengumpulan data, terlibeh dahulu harus diketahui jumlah

populasi yang menjadi objek sasaran penelitian.Populasi adalah seluruh objek

dan seluruh individu atau seluruh gejala dan seluruh kejadian dan seluruh unit

yang akan diteliti (Rony Hanitijo,1990:44).

Sugiyono (1997 : 57) memberikan pengertian bahwa : “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Nawawi (1985 :141) menyebutkan bahwa, “ populasi adalah totalitas semua

nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif

26

Page 27: LATAR BELAKANG

maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek

yang lengkap. “

Riduwan dan tita lestari (1997:3) mengatakan bahwa “populasi adalah

keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek

penelitian.”

Sedangkan menurut Sugiyono ( 2009:90 ),dalam buku yang berjudul metode

penelitian administrasi,populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari an kemudian ditarik kesimpulan.

Berdasarkan pada pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa populasi

adalah keseluruhan obyek yang akan dijadikan analisis sesuai dengan topik yang

dibahas. Populasi yang akan diambil dari penelitian ini adalah :

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil : 1 Orang

2. Kepala Bidang Humas : 1 Orang

3. Masyarakat : 13 Orang

b. Sampel.

Menurut Sugiyono,(2009:91) dalam Buku Metode Penelitian Administrasi,

mengatakan bahwa :’’ Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang di

miliki oleh populasi tersebut.” dan berdasarkan pendapat Arikunto (2002:109),

“sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Jadi secara umum

sample adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat,bentuk dan ciri yang

menggambarkan populasi secara keseluruhan sehingga populasi dapat terwakili

atau representatif.

27

Page 28: LATAR BELAKANG

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 118)Sampel merupakan suatu bagian dari

populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya

(Soehartono, 2004:57).

Sedangkan Suharsimi Arikunto (1998 :117) mengatakan bahwa :’sampel

adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel

penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat

mewakili seluruh populasi.

Jadi, dapat di katakan sampel dalam penelitian ini adalah bagian-bagian

dari populasi yang di pilih sedemikian rupa sebagai objek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Teknik Observasi.

Dalam metode ini pengamatan dan pencatatan dilakukan dengan sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang di teliti baik itu pengamatan secara langsung

maupun secara tidak langsung.

b) Teknik Kuisioner

Teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan data-data informasi dengan

jalan menyebarkan kuisioner kepada responden.

c) Wawancara.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada

percakapan secara intensif dengan suatu tujuan. Adapun dengan cara melakukan

28

Page 29: LATAR BELAKANG

tanya jawab secara langsung dan singkat kepada pengawai Dinas Kependudukan

Dan Catatan Sipil serta yang terkait dalam Kinerja Birokrasi Pemerintah.

d) Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

menitikberatkan kepada pengamatan dan pencatatan tentang data yang tertera

pada barang-barang tertulis seperti laporan-laporan, keputusan-keputusan,catatan-

catatan, dokumentasi dan lain-lain yang berkaitan dan sangat dibutuhkan dalam

membantu pemecahan masalah.

3. Teknik Analisis Data

Teknik dan prosedur analisis data  yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah teknik analisa data kualitatif, dimana yang dimaksud dengan teknik analisa

data kualitatif yaitu:analisis data yang terdiri dari tiga alur kegiatan secara

simultan yang terdiri reduksi data,penyajian data dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi data.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan melalui tiga alur yang di pergunakan

dalam analisis data kualitatif tersebut yaitu sebagai berikut:

a) Reduksi Data.

Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan,

dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi

data kasar yang diperoleh.

b) Penyajian data.

Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi

informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

29

Page 30: LATAR BELAKANG

Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah

dalam bentuk teks naratif.

c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan

mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat

keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena,

dan proposisi.

30