LATAR BELAKANG

27
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa latin ‘cataraca’ dan bahasa yunani catarak yang artinya adalah air terjun. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi, trauma, penyakit sistemik, merokok, dan herediter. Katarak dapat pula terjadi sejak lahir, karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa. Berbagai study cross sectional melaporkan prevalensi katarak pada usia 65-74 tahun sebanyak 50 %, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia di atas 75 tahun ( Vaughan,2011) Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan didunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Katarak senilis adalah penyebab kebutaan di dunia sebesar 48 % atau sekitar 18 juta orang. Pada tahun 2003 tingkat kebutaan di Indonesia mencapai urutan tertinggi di Asia Tenggara yaitu sekitar 1,47 dari jumlah penduduk Indonesia. Sekitar 1% dari kebutaan disebabkan oleh katarak ( Zuhri,2006). Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan dalam 1

Transcript of LATAR BELAKANG

Page 1: LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Katarak berasal dari bahasa latin ‘cataraca’ dan bahasa yunani catarak

yang artinya adalah air terjun. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang

lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan. Perubahan ini dapat

terjadi karena proses degenerasi, trauma, penyakit sistemik, merokok, dan

herediter. Katarak dapat pula terjadi sejak lahir, karena itu katarak dapat dijumpai

pada usia anak-anak maupun dewasa. Berbagai study cross sectional melaporkan

prevalensi katarak pada usia 65-74 tahun sebanyak 50 %, prevalensi ini meningkat

hingga 70% pada usia di atas 75 tahun ( Vaughan,2011)

Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan

didunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Katarak

senilis adalah penyebab kebutaan di dunia sebesar 48 % atau sekitar 18 juta orang.

Pada tahun 2003 tingkat kebutaan di Indonesia mencapai urutan tertinggi di Asia

Tenggara yaitu sekitar 1,47 dari jumlah penduduk Indonesia. Sekitar 1% dari

kebutaan disebabkan oleh katarak ( Zuhri,2006).

Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal

terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan

dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan.

Katarak  biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Pasien

dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang

menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak

transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu (Ilyas, 2013).

1

Page 2: LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,

atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2013). Kekeruhan ini dapat

mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat

menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah

usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit

sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan, 2011).

Gambar 1. Perbandingan mata normal dan katarak

B. Etiologi

Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui

secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2013)

sebagai berikut:

1. Teori putaran biologik (“A biologic clock”)

Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati

2. Imunologis dengan bertambah usia akan bertambah cacat

imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel.

3. Teori mutasi spontan

4. Teori ”A free radical” : free radical terbentuk bila terjadi reaksi

intermediate reaktif kuat, free radical dengan molekul normal

2

Page 3: LATAR BELAKANG

mengakibatkan degenerasi, dan free radical dapat dinetralisasi

oleh antioksidan dan vitamin E

5. Teori“A Cross-link” : Ahli biokimia mengatakan terjadi

pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga

mengganggu fungsi.

Sedangkan menurut Vuaghan 2011 penyebab katarak senilis

sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan diduga

multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah :

1. Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik

2. Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat

sehingga mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa

3. Faktor imunologik

4. Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,

gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

5. Gangguan metabolisme umum.

C. Klasifikasi

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu

insipien, intumesen, imatur, matur dan hipermatur (Ilyas, 2013) :

1. Katarak Insipien

Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari

tepi ekuator menuju korteks anterior dan posterior (katarak

kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak

subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior

subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan

korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak

isnipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena

indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk

ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak Intumesen.

Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai

pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.

3

Page 4: LATAR BELAKANG

Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi

bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata

menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.

Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit

glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang

berjalan cepat dan mengakibatkan mipopia lentikular. Pada

keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan

mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan

miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa

disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

3. Katarak Imatur

Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh

atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada

katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada

keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan

pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

4. Katarak Matur

Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah

mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat

deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau

intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,

sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi

kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan

kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman

normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang

keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

5. Katarak Hipermatur

Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi

lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa

yang berdegenerasi kelur dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi

mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat

4

Page 5: LATAR BELAKANG

bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang

pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn

menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan

kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak

dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai

sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam

korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai

katarak Morgagni

Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis,

yaitu katarak nuklear, kortikal dan subkapsularis posterior (Vaughan,

2011) :

1. Katarak Nuklear

Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada

lensa adalah normal pada pasien dewasa yang telah melewati usia

pertengahan. Secara umum, kondisi ini hanya mempengaruhi

fungsi visual secara minimal. Penghambuaran cahaya dan

kekuningan yang parah disebut sebagai katarak nuklear, yang

menyebabkan opasiti sentral. Nukleus cenderung menjadi gelap

dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai

coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan

progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling

banyak terjadi. Meskipun biasanya bilateral, namun biasanya

asimetris. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan

dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi

lebih baik yang disebut juga sebagai second sight., sulit menyetir

pada malam hari . Perubahan kekuningan dan kecoklatan yang

progresif pada lensa menyebabkan diskriminasi warna yang buruk,

khususnya terhadap spectrum warna biru sehingga penderita

mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan

ungu.

5

Page 6: LATAR BELAKANG

2. Katarak Kortikal

Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau

korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan

progresivitasnya lambat. Katarak kortikal biasanya bilateral tetapi

sering asimetris. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes

atau gambaran seperti ruji. Banyak pada penderita DM. Keluhan

yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu,

penglihatan merasa silau.

3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa.

Katarak subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia

lebih muda daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya

mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat.

Pada keadaan awal, katarak subkapsular posterior adalah salah satu

dari tipe utama katarak yang berhubungan dengan penuaan.

Bagaimanapun, ini bisa juga terjadi sebagai akibat dari trauma,

penggunaan kortikosteroid jangka panjang (sistemik, topical, atau

intraokuler), inflamasi, paparan radiasi ion, dan alkholisme.

Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan

kabur pada kondisi cahaya terang.

D. Patofisiologi

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori

hidrasi dan sklerosis (Ilyas, 2013):

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada

epitellensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak

dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan

menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan

kekeruhan lensa.

2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana

serabutkolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan

serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut tersebut semakin

bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.

6

Page 7: LATAR BELAKANG

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:

I. Kapsula

a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopiac

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur 

d. Terlihat bahan granular 

II. Epitel-makin tipis

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

III. Serat lensa

a. Serat irregular 

b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel

c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah

proteinnukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa

nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal

d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan

menghalangi foto oksidasi.

e. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan

hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus

multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di

luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami

distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga

mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya

cahaya ke retina.

E. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

a. Penglihatan kabur, pada umumnya perlahan-lahan seperti ada yang

mengahalangi ( kabut, air terjun). Bila katarak terjadi pada bagian

tepi lensa, maka penglihatan tidak mengalami perubahan, tetapi

apabila kekeruhan di tengah lensa maka penglihatan tidak akan

menjadi jernih.

7

Page 8: LATAR BELAKANG

b. Silau, akibat dari kekeruhan lensa sehingga sinar yang melalui

bagian keruh yang diteruskan tidak beraturan.

c. Miopisasi terjadi akibat hidrasi lensa menyerap aqueous humor

lensa akan mencembung daya refraksi meningkat bayangan

akan jatuh di depan retina tidak bisa melihat obyek yang

letaknya jauh

d. Diplopia monokuler, Kadang-kadang, perubahan nuclear yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area

refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan

gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau

ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan

diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata,

prisma, atau lensa kontak.

e. Halo berwarna dan bintik hitam di depan mata

2. Pemeriksaan mata

a. Pemeriksaan visus : berkisar 6/9 sampai dengan persepsi cahaya

b. Iris shadow test

- Katarak Imatur : iris shadow (+)

- Katarak Matur : iris shadow ( - )

c. Fundus Refleks

Normal : media refrakta jernih warna merah jingga cemerlang

Ada kekeruhan pada lensa : fundus reflek (-)

d. Lampu senter / slit lamp

Harus diberi midriatikum terlebih dahulu agar pupil dilatasi

Derajat kekeruhan lensa pada pemeriksaan slit lamp

- Derajat 1 : Nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari

6/12, tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan.

Reflek fundus masih mudah diperoleh. Usia penderita biasanya

kurang dari 50 tahun

- Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus

antara 6/12 - 6/30, tampak nucleus mulai sedikit berwarna

kekuningan. Reflek fundus masih mudah diperoleh dan paling

8

Page 9: LATAR BELAKANG

sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis

posterior.

- Derajat 3 : Nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus

antara 6/30 - 3/60, tampak nucleus berwarna kuning disertai

kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan.

- Derajat 4 : Nukleuskeras, biasanya visusantara 3/60 - 1/60,

tampak nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflek fundus

sulit di nilai.

- Derajat 5 : Nukleus sangat keras, biasanya visus biasanya

hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia penderita sudah diatas 65

tahun. Tampak nucleus berwarna kecoklatan bahkan sampai

kehitaman .katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai

Brunescence cataract atau Black cataract.

F. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Vitamin C ( mencegah radikal bebas sebagai anti oksidan) berguna

untuk menghambat perkembangan katarak ( Scholote,2006 ).

2. Tindakan operatif

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi

(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri

terdiri dari dua teknik yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS)

dan Phakoemulsifikasi (Ocampo, 2010).

a. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa

bersama kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya

dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi

korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan

hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE

tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan

pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh

dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40

9

Page 10: LATAR BELAKANG

tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit

yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,

uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan (Ocampo, 2009).

b. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa

anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui

robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,

pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,

implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi

sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah

glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan

kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid

macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada

saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat

terjadinya katarak sekunder (Manalu, 2006). Teknik :

1. Lakukan sayatan pada kornea sklera ekstraksi lensa

melalui kapsulektomi anterior nukleus dan korteks

dilepas dan dibersihkan tanpa mengiktsertakan kapsul

( kapsul ditinggal) pasang lensa tanam IOL ( Intra

Oculer Lens)

2. Keuntungan : irisan kecil sehingga cepat sembuh

c. Small Incison Catarac Surgery ( SICS)

Perbedaan dengan ECCE adalah irisan lebih kecil ( three step

incision) sehingga terkadang tidak membutuhkan jahitan pada luka

insisi ( Titcomb, 2010)

d. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan

memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang

sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan

10

Page 11: LATAR BELAKANG

digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin

PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai

bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan

melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak

diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang

memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan

aktivitas sehari-hari.

Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan

kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak

senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang

kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih

sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat

dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu ( Titcomb, 2010).

Gambar 2. Teknik Phaco

Keuntungan : luka operasi lebih ringan sehingga penyembuhan

luka lebih cepat, perbaikan penglihatan lebih baik

Kerugian : mahal

11

Page 12: LATAR BELAKANG

G. Prognosis

Pada tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada

bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa

komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi

menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis

pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart (Kohlen,2005) .

H. Komplikasi

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau

efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,

incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.

2. Komplikasi dini pasca operatif

- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara

cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil

dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean

syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih

paling sering)

- Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

- Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang

tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti

penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis

anterior kronik dan endoftalmitis.

- Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

3. Komplikasi lambat pasca operatif

- Ablasio retina

- Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi

rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler

- Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah

Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi ( Victor, 2010)

12

Page 13: LATAR BELAKANG

III. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

1. Nama : Tn.S

2. Usia : 72 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : Petani

5. Alamat : Langkap rt 06 rw 02 Bumiayu

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Pandangan mata sebelah kiri terasa kabur

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien baru datang ke poliklinik mata RSMS Margono pada hari

Selasa, 8 Maret 2016 dengan keluhan pandangan mata kiri kabur. Keluhan

dirasakan ± 3 bulan sebelum datang ke rumah sakit. Pasien merasakan

seperti ada pandangan kabut asap berawan dan silau bila terkena cahaya

pada mata kiri, semakin lama dirasakan semakin memberat. Pasien saat ini

mengeluhkan pandangannya hanya dapat melihat bayangan benda saja.

Pasien menyangkal adanya keluhan mata merah, pusing, mual,

muntah, gatal pada mata atau kelopak mata, mata berair terus atau kering,

pengeluaran kotoran dari mata, rasa terbakar atau nyeri pada mata,

maupun keluhan batuk, demam, dan pilek.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyakal memiliki riwayat darah tinggi, DM, asma,

riwayat penyakit sama sebelumnya,riwayat penggunaan kacamata, riwayat

operasi, maupun riwayat trauma mata.

4. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien sehari – hari bekerja sebagai petani namun jarang

menggunakan alat pelindung mata seperti kacamata ataupun caping.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum/Kesadaran : baik / composmentis

2. Vital Sign Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

13

Page 14: LATAR BELAKANG

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5 C

BB : 48kg

TB : 157

3. Status Lokalis Mata

No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri1 Visus 0,3 1/3002 Visus

KacamataTidak dilakukan Tidak dilakukan

3 Visus Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan4 Bola Mata Eksoftalmus (-),

gerak ke segala arah (+)Eksoftalmus (-),

gerak ke segala arah (+)5 Silia Madarosis (-), trikiasis (-) Madarosis (-), trikiasis (-)6 Palpebra Sup. Edema (-), hiperemis (-),

ptosis (-)Edema (-), hiperemis (-),

ptosis (-)7 Palpebra Inf. Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)8 Konjunctiva

PalpebraHiperemis (-), ikterik (-),

injeksi konjunctiva (-)Hiperemis (-), ikterik (-),

injeksi konjunctiva (-)9 Konjunctiva

BulbiHiperemis (-), ikterik (-),

injeksi episklera (-)Hiperemis (-), ikterik (-),

injeksi episklera (+, nasal)10 Sklera Ikterik (-), injeksi episklera

(-)Ikterik (-), injeksi episklera

(-)11 Kornea Keruh (-), jernih (+), infiltrat

(-)Keruh (+), Jernih (-), infiltrat

(-),12 Bilik Mata

DepanCOA dalam, hifema (-),

hipopion (-)COA dalam, hifema (-),

hipopion (-)13 Iris Cokelat gelap,reguler,sinekia

(-)Cokelat gelap,reguler,sinekia

(-)14 Pupil Bulat isokor, refleks cahaya

(+) 3 mmBulat isokor, refleks cahaya

(+) 3 mm15 Lensa Keruh (-),shadow test (-) Keruh (+), shdow test (-)16 Refleks Fundus + Negatif (gelap)17 Korpus

VitreousTidak dinilai Tidak dinilai

18 Tekanan Intraokuli

Normal (digitalis) Normal (digitalis)

19 Sistem Kanalis Lakrimalis

Nyeri tekan (-), edema (-), hiperemis (-)

Nyeri tekan (-), edema (-), hiperemis (-)

D. Ringkasan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

14

Page 15: LATAR BELAKANG

1. Identitas : Tn. S, 72 tahun

2. Keluhan Utama

Pandangan mata sebelah kiri terasa kabur

3. Riwayat Penyakit Sekarang

a. Onset : 3 bulan yang lalu

b. Lokasi : mata kiri

c. Kualitas : semakin memburuk dan mengganggu aktivitas

d. Kuantitas : pasien hanya dapat melihat bayangan benda

e. F. Pemberat : bila terkena cahaya menjadi silau

f. F. Peringan : nyaman berada di tempat yang gelap

g. Kronologi

Pada awalnya pandangan seperti melihat awan, silau tetapi tidak nyeri

pada mata kiri.

h. Keluhan penyerta

Mual (-), muntah (-), pusing (-), gatal (-), nyeri (-), rasa mengganjal

(-), mata merah (-), mata kering (-)

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (-), DM (-), asma (-), Riwayat Katarak (-), Riwayat operasi (-),

Riwayat penggunaan kaca mata (-)

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah petani dan sering terpapar sinar matahari tanpa alat

pelindung.

6. Pemeriksaan Fisik

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR: 20 x/menit

S: 36 C,

BB : 48kg

TB : 157 cm

7. Pemeriksaan Status Lokalis Mata

a. Oculi Dekstra : Visus 0,3 , lensa jernih, iris shadow test (+)

15

Page 16: LATAR BELAKANG

b. Oculi Sinistra : Visus 1/300 , kornea jernih (-), lensa keruh merata, iris

shadow test (-)

E. Diagnosis

1. Diagnosis Differensial

a. Oculi Dekstra Sinistra Katarak Senilis Imatur

b. Oculi Dekstra Sinistra Katarak Senilis Hipermatur

2. Diagnosis Kerja

Oculi Sinistra Katarak Senilis Matur

F. Terapi

1. Operatif

Rujuk ke Sp.M untuk dilakukan tindakan operasi (Ekstraksi Katarak

Ekstra Kapsular Small Incision Cataract Surgery dan Intra Ocular Lens)

2. Medikamentosa

a. Triaxitol Eye Drop (6x1 tetes)

b. Vitamin C 1x1 perhari

3. Edukasi

a. Menjelaskan tentang penyakit katarak dan komplikasi penyakit

tersebut

b. Menjelaskan pentingnya operasi katarak, prosedur, dan komplikasinya

G. Prognosis

OD OS

Quo ad visam Ad bonam Ad bonam

Quo ad sanam Ad bonam Ad bonam

Quo ad vitam Ad bonam

Quo ad cosmeticam Ad bonam

16

Page 17: LATAR BELAKANG

IV. KESIMPULAN

1. Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat

keduanya.

2. Katarak merupakan menyebab kebutaan yang utama di dunia.

3. Katarak senilis merupakan katarak yang disebabkan oleh proses penuaan

atau degenerisasi

4. Pengobatan katarak hanya dilakukan dengan pembedahan yang

menggunakan beberapa metode.

17

Page 18: LATAR BELAKANG

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata. 4rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Kohnen, T.2005. Cataract and Refractive Surgery,Penerbit Springer, Germany

Manalu R. 2006. Mass Cataract Surgery Among Barabai Community At

Damanhuri Hospital, South Kalimantan. IOA The 11th Congress In

Jakarta.

Ocampo, Vicente Victor D, Senile Cataract, 2009, available at

www.emedicine.com/ last update 22 November 2010.

Titcomb, Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion, last update 22 November

2010

Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2011. Oftalmologi

Umum. 18th ed. Jakarta : Widya Medika.

Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last update 22

November 2010

Zuhri, A. 2006. Angka Kebutaan di Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara.

Avalaible from : http;//www.gizi.net. ( Accesed 27 Desmeber 2007).

18