Latar Belakang

27
Latar Belakang Latar Belakang Kenyataan menunjukan bahwa banyak masyarakat lebih memilih menyelesaikan perkara pidana yang dialaminya diluar sistem Penyelesaian diluar sistem baik dilakukan oleh para pihak (pelaku dan korban secara mandiri) ataupun dengan melibatkan petugas penegak hukum 1 Seminar Hasil Penelitian_EAZ

description

Latar Belakang. Kenyataan menunjukan bahwa banyak masyarakat lebih memilih menyelesaikan perkara pidana yang dialaminya diluar sistem Penyelesaian diluar sistem baik dilakukan oleh para pihak (pelaku dan korban secara mandiri) ataupun dengan melibatkan petugas penegak hukum. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Latar Belakang

Page 1: Latar Belakang

Latar BelakangLatar BelakangKenyataan menunjukan bahwa

banyak masyarakat lebih memilih menyelesaikan perkara pidana yang dialaminya diluar sistem

Penyelesaian diluar sistem baik dilakukan oleh para pihak (pelaku dan korban secara mandiri) ataupun dengan melibatkan petugas penegak hukum

1Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 2: Latar Belakang

Studi pendahuluan menunjukan Studi pendahuluan menunjukan bahwa:bahwa:62% responden memilih untuk

tidak meneruskan perkaranya ke tahap penuntutan (perkara berhenti di tingkat kepolisian).

82% menyatakan bahwa upaya damai menjadi pilihan utama dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul atas tindak pidana yang terjadi.

2Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 3: Latar Belakang

Studi pendahuluan Studi pendahuluan (lanjutan)(lanjutan)Upaya damai tersebut tidak

melulu berupa ganti rugi tetapi lebih banyak dilakukan melalui permohonan maaf secara langsung.

Inisiatif damai tersebut berasal dari kerabat (43%), aparat (35%) dan sisanya berasal dari teman ataupun pihak lawan.

3Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 4: Latar Belakang

Hal yang menjadi Penyebab Hal yang menjadi Penyebab Fenomena ini :Fenomena ini : Ketidak puasan terhadap Sistem

Peradilan Pidana :Mekanisme Penanganan PerkaraAdminstrasiHasil akhir dari proses yang

berjalan

4Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 5: Latar Belakang

Keadilan Restoratif Keadilan Restoratif menawarkan sesuatu yang menawarkan sesuatu yang berbeda berbeda a. Mekanisme peradilan yang terfokus kepada

pembuktian perkara pidana diubah menjadi proses dialog dan mediasi

b. Tujuan akhir dari sistem berjalan dalam SPP yaitu membuktikan kesalahan pelaku dan menjatuhi hukuman diubah menjadi upaya mencari kesepakatan atas suatu penyelesaian perkara pidana yang menguntungkan.

c. Tujuan pemidanaan diarahkan pada perbaikan hubungan sosial para pihak.

5Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 6: Latar Belakang

Sebagai Jawaban atas Sebagai Jawaban atas Permasalahan Permasalahan ::

Penyelenggaraan peradilan

Penerapan mediasiKeterlibatan langsung korban, pelaku dan masyarakat

Seminar Hasil Penelitian_EAZ 6

Page 7: Latar Belakang

SPP VS RJSPP VS RJ Tujuan : Menanggulangi

dan Mengendalikan kejahatan.

Tolok Ukur keberhasilan : Jumlah Perkara yang

diproses dan pidana yang dijatuhkan

Tujuan Akhir : mengintegrasikan pelaku kembali kemasyarakat untuk menjadi warga yang baik

Tujuan : Mencari penyelesaian atas tindak pidana yang terjadi.

Tolok Ukur keberhasilan :

Kesepakatan para pihak dapat dijalankan

Pemulihan hubungan sosial antar stake holder

back

Page 8: Latar Belakang

SPP Konv VS RJSPP Konv VS RJPembalasanPemaksaanPenderitaan bagi

pelaku

PemaafanSukarelaPerbaikan bagi

semua pihak

Page 9: Latar Belakang

Hukum Pidana MateriilHukum Pidana Materiil1) Asas Legalitasa. Nullum Crimenb. Nulla Poena2) Perkembangan Pasal 82

(gugurnya hak menuntut)3) Perhitungan recidive4) Sifat Melawan Hukum Pidana

dalam fungsinya yang positifback

9Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 10: Latar Belakang

RJ sebagai Integratif RJ sebagai Integratif TheoryTheoryBent : Tidak ada pemidanaan yang

lain dari penderitaanWright : Kerja sosial atau upaya

perbaikan hanya merupakan anekdot saja

Daly : Penghukuman menyangkut segala jenis pengertian yang dianggap sebagai penghukuman( RJ)

Dalam Memilih Tujuan Pemidanaan harus diperhatikan segala aspek(Yuridis, Sosiologis, ideologis)

back

Page 11: Latar Belakang

PUNISHMENTPrimary Aim : Pemberian Derita

Secondary Aim : rehabilitasi, resosialisasi, restitusi

Rejected By RJ Pemulihan

hubungan sosial dalam bentuk….

Page 12: Latar Belakang

Keadilan Restoratif merupakan suatu konsep penanganan perkara pidana yang belum melembaga karena sejumlah pertanyaan baik secara teoretis maupun praktis.

12Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 13: Latar Belakang

Alternatif Penyelesaian Perkara Alternatif Penyelesaian Perkara PidanaPidanaAsas sederhana, cepat dan biaya ringanDampak positif secara langsung dapat

dirasakan oleh korban/pelaku atau masyarakat misalnya dalam bentuk bantuan pengobatan, pernikahan, ataupun rujuk dan berkumpulnya kembali suami istri yang sebagai suatu keluarga yang utuh.

Fokus kinerja petugas kepada permasalahan tindak pidana yang betul-betul membutuhkan perhatian dan pemikiran serta ancaman bahaya bagi masyarakat yang besar

13Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 14: Latar Belakang

Hukum Pidana FormilHukum Pidana FormilKewenangan Petugas Penegak

Hukum dalam penanganan perkara Diversi

- Polisi : Diskresi- Jaksa : Opportunitas- Hakim : Putusan/Penetapan

back

14Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 15: Latar Belakang

RJ sebagai alternatifRJ sebagai alternatifKewenangan lembaga (Polisi,

Jaksa, Hakim)Mediasi Hasil kesepakatan/eksekusiPengawasanDaya ikat kesepakatan

Seminar Hasil Penelitian_EAZ 15

Page 16: Latar Belakang

Nilai TradisionalNilai TradisionalMusyawarah Mufakat (Pancasila sila

ke 2 dan ke 4)Corak Magis-religiousSifat komunalTujuan : memelihara keseimbangan

lahir-batin antar individuKejahatan : gangguan atas

kedamaian hidup dan kepatutan dalam masyarakat

back

16Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 17: Latar Belakang

Posisi Keadilan Restoratif Menurut RegulasiDalam Sistem Peradilan

PidanaSebagai Alternatif Sanksi Diluar Sistem Peradilan

Pidana

Youth Criminal Justice Act -2002, Canada

Crimes (Restorative Justice) Act 2004 Canberra, Australia

Children's Act, 1998. (Act 950). Ghana

Victims' Rights Act 2002. Parliament of New Zealand.

Probation Servcies Amendment Act, 2002. Republic of South Africa.

Act on Mediation in Criminal and Certain Civil Cases, Finland

Parole Act 2002, Parliament of New Zealand

Law on Mediation. Prom. SG. 110/17 Dec 2004. National Assembly of Bulgaria

Sentencing Act 2002. Parliament of New Zealand.

Law of 22 June 2005 on mediation. Government of Belgium

Corrections Act 2004. Parliament of New Zealand .

Children, Young Persons and Their Families Act 1989. Parliament of New Zealand

17Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 18: Latar Belakang

Posisi Keadilan Restoratif Menurut Posisi Keadilan Restoratif Menurut RegulasiRegulasiBagian dari SPPAlternatif SanksiDiluar SPP

Seminar Hasil Penelitian_EAZ 18

Page 19: Latar Belakang

Program RJ di Beberapa NegaraProgram RJ di Beberapa NegaraProses Negara Program Kegiatan Pihak yang terlibat

Pelaku Korban Masyarakat Institusi lain

Pra Ajudikasi

Selandia Baru Diversi Penyelesaian perkara oleh polisi

√ Tidak selalu √ Kepolisian

Pra Ajudikasi

Philipina Community based divertion Project

Rehabilitasi Anak oleh Masyarakat

√ Guru,Ormas PemdaFREE LAVA

Ajudikasi

Balay Pasilungan

Panti rehabilitasi bagi pelaksanaan putusan hakim

√ Tidak selalu

√ HakimFREE LAVA

Pasca Ajudikasi

Selandia Baru Prison fellowship

VOD √ √ √ Petugas Penjara

Pasca Ajudikasi

Belanda Koresponden √ √ √ Petugas Penjara

19Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 20: Latar Belakang

Pengadilan AdatPengadilan AdatBarangay Justice SystemShalish-BangladeshJueces de paz (Justice Of The

Peace) – PeruPapua Nugini dan Kasus

Bougenville

20Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 21: Latar Belakang

Bagaimana di Bagaimana di Indonesia???Indonesia???

Seminar Hasil Penelitian_EAZ 21

Page 22: Latar Belakang

Regulasi yang menunjang:Regulasi yang menunjang:PancasilaRKUHPPasal 28 ayat (1)Undang-undang

Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 4 Tahun 2004

UU Perlindungan Saksi/KorbanUU Pengadilan Anak

22Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 23: Latar Belakang

DiskresiDiskresiBuku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara

Polisi di Lapangan (Surat Keputusan Kalemdiklat Polri No.Pol: SKEP/65/III/2003 tanggal 24 Maret 2003) diterjemahkan sebagai kewenangan yang dilaksanakan bilamana seorang Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas ditengah-tengah masyarakat seorang diri, harus mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaiannya sendiri apabila terjadi gangguan terhadap ketertiban umum dan keamanan umum atau bila diperkirakan akan timbul bahaya bagi ketertiban dan keamanan umum.

back23

Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 24: Latar Belakang

Lembaga AdatLembaga Adat Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 9 Tahun

2001 Tentang Penanganan Penduduk Dampak Konflik Etnik Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 44 Tahun 2001 Tentang Pemberdayaan, Pelestarian, Dan Pengembangan

Adat Istiadat Dan Lembaga Adat Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor: 01

Tahun 2001 Tentang Pemerintah Nagari Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 21 Tahun

2000 Tentang Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat Ditingkat Desa Dan Kelurahan

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 13 Tahun 2000 Tentang Pelestarian Pengembangan Dan Pemberdayaan Adat Istiadat Dan Lembaga Adat

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat

Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Pelestarian Pengembangan Dan Pemberdayaan Adat Istiadat Dan Lembaga Adat

back24Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 25: Latar Belakang

Masalah Kritis :Masalah Kritis :Pelaku menolak mengaku bersalahKorban enggan berpartisipasiTidak tercapai kesepakatan

Kembali Ke Mekanisme Konvensional

back

Page 26: Latar Belakang

RJ sebagai Bagian dari SPP RJ sebagai Bagian dari SPP melengkapi kekurangan yang ada dalam

sistem peradilan pidana.

Mediasi yang ditawarkan oleh keadilan restoratif merupakan sarana komunikasi antara korban dan pelaku untuk mengatasi kerusakan yang terjadi akibat tindak pidana.

Dalam RJ, Pidana adalah kewajiban bukan pembalasan.

26Seminar Hasil Penelitian_EAZ

Page 27: Latar Belakang

RJ with out SPP Non SenseRJ with out SPP Non SenseDaya ikat putusanKepastian hukumMasalah pelaksanaan dan

pengawasan

back