Latar Belakang

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata Spritualisme tidak asing lagi di telinga kita, spiritualisme tidak pernah mati, karena hakekatnya manusia menyadari akan kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu butuh akan sandaran atau pedoman keyakinan dalam hati. Lebih-lebih pada era seperti saat ini, yang mana tuntutan kemakmuran, kemajuan teknologi, kompetisi yang makin ketat melahirkan pressure yang terkadang tidak tertahankan,gaya hidup instan dan serba cepat . Hal ini meningkatkan kecemasan, depresi dan problem- problem mental psikologis lainnya. Lepas dari itu, kekosongan yang dirasakan justru ketika manusia telah mencapai kemakmuran material, seolah mengajarkan betapa kebahagiaan sesungguhnya tidak terletak disana, melainkan dibagian yang lebih bersifat rohani. Diantara salah satu spiritual yang ada dan berjalan yaitu Tasawwuf sunni, tasawuf sunni adalah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan aspek hakekat dan syari’at, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah Swt, dengan berusaha sungguh-sugguh 1

description

Latar belakang Makalah Tasawuf tugas

Transcript of Latar Belakang

Page 1: Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata Spritualisme tidak asing lagi di telinga kita, spiritualisme tidak

pernah mati, karena hakekatnya manusia menyadari akan kelemahan dan

kekurangan. Oleh karena itu butuh akan sandaran atau pedoman keyakinan

dalam hati. Lebih-lebih pada era seperti saat ini, yang mana tuntutan

kemakmuran, kemajuan teknologi, kompetisi yang makin ketat melahirkan

pressure yang terkadang tidak tertahankan,gaya hidup instan dan serba cepat .

Hal ini meningkatkan kecemasan, depresi dan problem-problem mental

psikologis lainnya.

Lepas dari itu, kekosongan yang dirasakan justru ketika manusia telah

mencapai kemakmuran material, seolah mengajarkan betapa kebahagiaan

sesungguhnya tidak terletak disana, melainkan dibagian yang lebih bersifat

rohani.

Diantara salah satu spiritual yang ada dan berjalan yaitu Tasawwuf

sunni, tasawuf sunni  adalah aliran tasaawuf  yang berusaha memadukan aspek

hakekat dan syari’at,  yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan

mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah Swt, dengan berusaha

sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan

Shirah para sahabat.

Tasawuf sebagai sebagai salah satu tradisi Islam yang secara esensial

telah ada pada masa Nabi Muhammad SAW, yang pada perkembangan

berikutnya memformulasikan ajaran-ajarannya dalam sebuah teori dan ilmu

keislaman, yaitu ilmu yang membicarakan tentang bagaimana manusia

mengadakan hubungan dan komunikasi dengan Tuhan.

Tasawuf secara epistemologik dalam memperoleh kebenaran dan ilmu

memakai intuisi. Apabila intuisi tersebut diartikan sebagai sumber

kebenaran/ilmu, terdiri dari pertimbangan tanpa mengambil jalan berfikir logis

berdasarkan fakta yang timbuldari sumber yang tidak dikenal atau diselidiki,

maka dalam tasawur perolehan itu tidak serta merta, tetapi melalui proses yang

1

Page 2: Latar Belakang

panjang dengan apa yang disebut mujahadah dan riyadhah serta tafakur dan

tadabbur .

Dalam perkembangannya ilmu tasawuf telah melahirkan beberapa

aliran-aliran, aliran-aliran itu muncul dikarenakan perbedaan antara ajaran-

ajaran dan pemikiran-pemikiran yang terkandung di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian tasawuf sunni?

2. Bagaimana perkembangan tasawuf sunni?

3. Bagaimana pembagian tasawuf sunni?

4. Bagaimana ciri dan karakteristik tasawuf sunni?

5. Sebutkan tokoh-tokoh dalam tasawuf sunni?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian tasawuf sunni

2. Mengetahui perkembangan tasawuf sunni

3. Mengetahui Pembagian tasawuf sunni

4. Mengetahui ciri dan karakteristik tasawuf sunni

5. Mengetahui tokoh-tokoh dalam tasawuf sunni

2

Page 3: Latar Belakang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasawuf Sunni

Tasawuf sunni adalah tasawuf yang konsisten dengan prinsip-prinsip

Islam yang masih dalam timbangan syara’, tasawuf ini kurang memperhatikan

ide-ide spekulatif karena mereka sudah merasa puas dengan argumentasi yang

bersifat naqli samawi. Para penganut tasawuf ini lebih cenderung bersifat

tradisional karena mereka memahami dan menerjemahkan tradisi-tradisi Nabi

dalam suluk mereka secara kontekstual. Tasawuf Sunni lebih beraksentuasi

pada pendekatan tekstual formalistik, Artinya para penganut tasawuf sunni ini

lebih berpegang pada bunyi teks ketimbang makna terdalamnya.1

2.2 Perkembangan Tasawuf Sunni

Tasawuf sunni muncul pada abad ketiga dan keempat hijriah (masa

pengembangan). Pada abad ketiga hijriah, para sufi mulai menaruh perhatian

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku perkembangan

doktrin-doktrin dan tingkah laku sufi ditandai dengan upaya menegakkan

moral di tengah terjadinya dekadensi moral yang berkembang saat itu,

sehingga di angan mereka tasawuf pun berkembang menjadi ilmu moral

keagamaan. Kajian yang berkenaan dengan akhlak ini menjadikan tasawuf

terlihat sebagai amalan yang sangat sederhana dan mudah dipraktekkan oleh

semua orang terlebih oleh kaum salaf. Kaum salaf tersebut melaksanakan

amalan-amalan tasawuf dengan menampilkan akhlak yang terpuji, dengan

maksud memahami kandungan batiniah ajaran islam yang mereka nilai banyak

mengandung muatan anjuran untuk berakhlak yang terpuji.2

Pada abad kelima hijriah tasawuf sunni memenangkan pertarungan

dengan tasawuf semi falsafi. Kemenangan ini dikarenakan menangnya teologi

Ahl Sunnah wa al jama’ah yang dipelopori oleh Abu al Hasan al Asy’ari (w.

324 H), yang mengadakan kritik pedas terhadap teori Abu Yazid al Busthamy

1 Idrus Abdullah al-Kaf. 2003. Bisikan-Bisikan Illah:Pemikiran Sufistik Imam al Haddad Dalam Diwam Ad-Duri Al-Manzhum. Bandung: Pustaka Hidayah. hal 972 Amin Syukur – Masyharuddin. 2002. Intelektualisme Tasawuf Studi Intelektualisme Tasawuf Al Ghazali. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 24

3

Page 4: Latar Belakang

dan al Hallaj, sebagaimana tertuang dalam syathahiyahnya yang dianggap

bertentangan dengan kaidah dan akidah islam.3

Beberapa tokoh sufi sunni pada abad kelima hijriah adalah al

Qusyairi, al Harawi dan Al-Ghazali. Pada abad keenam hijriah, sebagai akibat

pengaruh kepribadian Al-Ghazali yang begitu besar. Pengaruh tasawuf sunni

semakin meluas ke seluruh pelosok dunia islam. Keadaan ini memberi peluang

bagi munculnya para tokoh sufi yang mengembangkan tarikat-tarikat untuk

mendidik para murid mereka, seperti Sayyid Ahmad ar-Rifa’I (wafat pada

tahun 570 H) dan Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani (wafat pada tahun 651 H).4

Di Indonesia, tasawuf sunni adalah tasawuf yang lebih dulu

berkembang baik secara nadzari (teoritis) dan amali (praktis). Syaikh Nur Al-

Din Ar-Raniri dan Syaikh AbdAs-Shamad Al-Palimbani dikenal sebagai

pelopor bagi perkembangan tasawuf sunni di Indonesia, karena metode dan

ajaran-ajaran yang disampaikan sedikit banyak diserap dari hasil karya

pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Imam Al-Ghazali, salah satu karyanya “Ihya Ulum Ad-Din” merupakan salah

satu pegangan wajib bagi pengajaran tasawuf sunni pada masanya dan hingga

saat ini. Raniri berupaya keras dalam menanamkan serta mengembangkan

ajaran tasawuf sunni, hal ini tidak lain demi menunjukkan sikap antipaati

terhadap keadaan social masyarakat ketika itu, yang sangat mengagungkan

materi sebagai gaya hidup. Tasawuf sunni disamping sebagai sikap, juga dapat

dikatakan sebagai alternative dan solusi untuk menghindarkan masyarakat dari

kecintaan terhadap hal-hal duniawi.5

Sepeninggal raniri, ‘Abd Shamad Al-Palimbani berdiri tegak untuk

meneruskan semangat perjuangan gurunya meskipun banyak pertentangan

dimana-mana, Raniri yang begitu keras memperjuangkan tasawuf sunni dengan

mengadakan kampanye anti-tasawuf falsafi mendapat kecaman yang luas,

meskipun pada akhirnya tetap mendapatkan tempat di masyarakat,

perjuangannya tidaklah sia-sia dan berhenti sampai disitu. Al-Palambani

3 Ibid hal 25 4 Ibid hal 255 Ibid hal 25

4

Page 5: Latar Belakang

muncul untuk mengusung visi dan misi yang sama dengan gurunya. Dengan

berbekal ilmu dari berbagai negeri yang telah ia kunjungi, Al-Palambani tetap

mengajarkan para pengikut tasawuf sunni dengan ajaran-ajaran yang telah

disampaikan sebelumnya.6

2.3 Pembagian Tasawuf sunni

Tasawuf sunni ini terbagi ke dalam dua tipe, yaitu : tasawuf

akhlaqi dan tasawuf amali. Tasawuf akhlaqi dapat disebut secara lengkap

dengan tasawuf akhlaqi sedang tasawuf amali dapat juga disebut tasawuf sunni

amali.7

1. Tasawuf Akhlaqi

Tasawuf akhlaqi (tasawuf akhlak) adalah laku tasawuf yang

dihiasi dengan akhlak yang baik, sehat, dan terpuji. Disini seorang pelaku

tasawuf menghindari watak tidak sehat seperti riya’ (pamer), sum’ah

(ingin didengar), ujub (membanggakan diri), sombang , egois dan

sebagainya. Stelah menyingkirkan watak yang tidak sehat, sseorang lalu

menghiasi diri dengan taqwa dan ibadah, seperti sholat, puasa, haji, dan

lain-lain. Pelaku tasawuf akhlaqi selalu bersikap adail dan menjauhi sikap

pendusta dan zalim. Dia merasa selalu disaksikan oleh yang maha

mengetahui.8

Yang paling penting dalam ajaran tasawuf akhlaqi adalah mengisi

kalbu (hati) dengan sifat khauf, yaitu merasa khawatir terhadap siksaan

allah. Seorang sufi adalah sosok yang zuhud, faqir, shabar, ridha, tawakal,

dan musyahadah. Dia hanya mengharap pahala dari tuhan yang maha

pemurah. Dia menghiasi diri dengan budi pekerti yang terpuji dan

berusaha memelihara dan mengembangkan. Dia berusaha beristiqomah

dalam ibadah dan tuma’ninah dalam hati sehingga nur ghaib dalam hati

bisa terkuak.9

6 Ibid hal 257 Sokhi Huda.2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Hal 378 M. solihin-Rosyid Anwar. 2005. Akhlak Tasawuf Manusia, Etika, dan Makna Hidup. Bandung :Nuasa. Hal 1649 Ibid hal 165

5

Page 6: Latar Belakang

Setidaknya ada dua cara yang bisa dilakukan seorang sufi untuk

memperdalam rasa ketuhanan:10

Pertama, munajat yaitu melaporkan diri ke hadhirat allah Swt atas

segala aktivitas yang dilakukan seseorang. Misalnya melontarkan keluhan

dan mengadukan nasib dengan untaian kalimat yang indah seraya memuji

keagungan. Hal ini lazim disampaikan dalam suasana yang hening seperti

setelah sholat tahajud.11

Kedua, zikir maut, yaitu melakukan zikir ke hadhirat allah seraya

mengingat mati (maut ) yang tak mungkin terhindarkan oleh siapa pun.

Seorang sufi berkeyakinan bahwa ingat akan mati merupakan rangkaian

aktivitas rahani yang perlu dibina dan dikembangkan. Dengan selalu

mengingat kematian yang setiap saat bisa dating juga berzikir dan

senantiasa mengingat allah, maka seseorang akan terpacu untuk beribadah

dan berbuat kebajikan.12

2. Tasawuf Amali

Dalam tasawuf amali (tasawuf amal) ada beberapa istilah yang perlu

diketahui. Pertama adalah murid yang terdiri atas 13:

1. Mubtadi’ artinya pemuda yaitu seseorang yang barumempelajari

syariat.

2. Mutawasith, yaitu seseorang yang sudah mempunyai pengetahui yang

cukup tentang syariat islam.

3. Muntahi, yaitu seseorang yang ilmu syariatnya telah matang. Selain

itu, dia telah menjalani tharikat dan mendalami ilmu batiniah sehingga

jiwanya bersih dan tidak melakukan maksiat.

Dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam tasawuf

amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang

terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat, hakikat, dan ma’rifat.14

10 Ibid hal 16511 Ibid hal 16512 Ibid hal 16513 Ibid hal 16514 Ibid hal 166

6

Page 7: Latar Belakang

Pertama, syariat yaitu amalan lahir yang penting dalam agama dan

biasa dikenal dengan rukun islam dan segala hal yang berhubungan

dengannya. Syariat bersumber dari alqu’ar dan hadist.15

Kedua, tharikat, yaitu tata cara yang telah digariskan dalam agama

dan dilakukan hanya karena penghambaan diri kepada allah dan karena

ingin berjumpa dengannya. Seseorang yang melaksanakan syari’at harus

berdasarkan tharikat tertentu seperti ditetapkan ketentuan yang bersifat

batiniah agar ketentuan lahiriah dapat mengantarkan seorang kepada akhir

perjalanannya melalui tahap demi tahap dan situasi demi situasi.16

Ketiga, hakikat yang diartikan sebagai aspek batiniah. Hakikat

merupakan rahasia yang paling dari segala amal, inti dari syari’at dan

akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.17

Keempat, ma’rifat yaitu pengalaman, pemahaman, dan

penghayatan yang mendalam tentang tuhan melalui hati sanubari yang

sedemikian lengkap dan luas, sehingga jiwa seorang sufi merasa menyatu

dengan tuhan.18

2.4 Ciri-Ciri dan Karakteristik tasawuf sunni

Tasawuf ini berkembang sejak zaman klasik Islam hingga zaman

modern dan sekarang sering digandrungi orang karena ajaran-ajarannya Dan

tasawuf ini berkembang sejak zaman klasik Islam hingga zaman modern dan

sekarang sering digandrungi orang karena ajaran-ajarannya tidak terlalu rumit.

Tasawuf jenis ini banyak berkembang di dunia Islam, terutama di negara-

negara yang bermazhab Syafi'i. Adapun ciri-ciri tasawuf Sunni adalah:19

a) Melandaskan diri pada Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Tasawuf jenis ini,

dalam pcngejawantahan ajaran-ajarannya, cenderung memakai landasan

al-Qur'an dan Hadist sebagai kerangka pendekatannya. Mereka tidak mau

menerjunkan pahamnya pada konteks yang berada di luar pembahasan Al-

Qur'an dan Hadist. Karena Al-Qur'an dan hadis yang mereka pahami,

15 Ibid hal 16616 Ibid hal 16617 Ibid hal 16718 Ibid hal 16719 Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin. 2004. Ilmu Tasawuf,. Bandung, : CV Pustaka Setia. hal 62

7

Page 8: Latar Belakang

kalaupun harus ada penafsiran, sifatnya hanya sekedarnya dan tidak begitu

mendalam.20

b) Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat sebagaimana terdapat

pada ungkapan-ungkapan syathahat. Terminologi tersebut dikembangkan

tasawuf sunni secara lebih transparan, sehingga tidak kerap bergelut

dengan term-term syathahat. Kalaupun ada term yang mirip syathahat, itu

dianggapnya merupakan pengalaman pribadi, dan mereka tidak

menyebarkannya kepada orang lain. Pengalaman yang ditemukannya itu

mereka anggap pula sebagai sebuah karamah atau keajaiban yang mereka

temui. Dan ajarannya lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam

hubungan antara Tuhan dan manusia. Dualisme yang dimaksudkan di sini

adalah ajaran yang mengakui bahwa meskipun manusia dapat

berhubungan dengan Tuhan, dalarn hal esensinya, hubungannya tetap

dalam kerangka yang berbeda di antara keduanya. Sedekat apapun

manusia dengan Tuhannya tidak lantas membuat manusia dapat menyatu

dengan Tuhan.21

c) Al-Qur'an dan Hadist dengan jelas menyebutkan bahwa "inti" makhluk

adalah "bentuk lain" dari Allah. Hubungan antara Sang Pencipta dan yang

diciptakan bukanlah merupakan salah satu persamaan, tetapi "bentuk

lain". Benda yang diciptakan adalah bentuk lain dari penciptaan-Nya. Hal

ini tentunya berbeda dengan paham-paharn Tasawuf filosofis yang

terkenal dengan ungkapan-ungkapan keganjilannya. Kaum sufi Sunni

menolak ungkapan-ungkapan ganjil, seperti yang dikemukakan Abu Yazid

Al-Busthami dengan teori fana dan baqa-nya, Al-Hallaj dengan konsep

hulul-nya, dan Ibnu ‘Arabi dengan-konnsep wahdatul wujud-nya.22

d) Kesinambungan antara hakikat dengan syari'at. Dalam pengertian lebih

khusus, keterkaitan antara tasawuf (sebagai aspek batinialmya) dengan

fiqih (sebagai aspek lahirnya). Hal ini merupakan konsekuensi dari paham

diatas. Karena berbeda dengan Tuhan, manusia, dalam berkomunikasi

dengan Tuhan tetap pada posisi atau kedudukannya sebagai objek

20 Ibid hal 6221 Ibid hal 6222 Ibid hal 63

8

Page 9: Latar Belakang

penerima informasi dari Tuhan. Kaum sufi dari kalangan Sunni tetap

memandang persoalan-persoalan lahiriah-formal, seperti aturan yang

dianut fuqaha. Aturan-aturan itu bahkan sering dianggapsebagai jembatan

untuk berhubungan dengan Tuhan. 23

e) Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak, dan

pengobatan jiwa dengan cara riyadah (latihan mental) dan langkah

takhalli, lahalli,' dan tajalli.24

2.5 Tokoh-Tokoh Tasawuf Sunni

1. Abdul Karim bin hazin (al Qusyairi)

Qusyairi mrupakan salah satu tokoh penting dalam tasawuf islam

pada kurun kelima hijriyah. Urgensinya itu tak lain disebabkan oleh

tulisannya tentang tasawuf dan para sufi kurun ketiga dan keempat

hijriyah, yaitu sufi-sufi yang mempunyai mainstream sum. Qusyairi

menjaga perkataan-perkataaan mereka, dan kontribusi mereka dalam

tasawuf dan tinjauan teoritis maupun praktis. 25

Qusyairi adalah keturunan arab, dan tumbuh di Naisamburi yang

merupakan salah satu pusat keilmuaan masa itu. Di sanalah Qusyairi

bertemu dengan gurunya, abi ali ad diqq, yang merupakan tokoh sufi

terkemuka. Qusyairi mengambil jalan kesufian darinya. Gurunya tersebut

memerintahkan kepadanya untuk menguasai keilmuan-keilmuan syari’at

trlebih dahulu. Sehingga ,qusyairi harus belajar ilmu fiqih kepada seorang

ahli fiqih bernama abu bakar at thusi, belajar ilmu kalam dan usul fiqih

kepada abu bakar bin furik dan abi hasan al isfirayin, dan juga

pernahmempelajari kitab al baqilani. Oleh karena itu, tertanam pada diri

qusyairi akidah ahli sunnah wa al jama’ah.26

Qusayairi merupakan salah satu pembela utama aliran tersebut

pada masanya dari hujaman-hujamann akidah mu’tazilah, karamilah,

muajssimah, dan syiah. Sehingga ia mendapatkan tekanan sangat keras

23 Ibid hal 6324 Ibid hal 6425 Abu Wafa’ al-ghanimi al-Taftazani. 2008. Tasawuf Islam Telaah Historis dan Perkembangannya. Jakarta : Gaya Media Permata hal 17626 Ibid 176

9

Page 10: Latar Belakang

hingga dipenjara selama lebih dari satu bulan. Orang yang membaca

risalah qusyairiyah akan melihat dengan sangat jelas kecenderungan

qusyairi dalam membenarkan tasawuf sesuai dengan akidah dan ahli

sunnah. 27

Qusyairi juga mengkritisi sufi-sufi semasa dengannya yang

senantiasa mengenakan pakaian-pakaian orang miskin dan pakaian-

pakaian bulu, sedangkan perbutaannya dengan pakaian yang

dikenakannya itu. Oleh karena itu, qusyairi menekankan adanya perbaikan

batin dengan berpegang teguh pada al kitab dan sunnah.28

Qusyairi juga memberikan gambaran lain tentang penyelewangan

para sufi tentang orientasi awalnya. Sehingga menurutnya tasawuf perlu

diperbaiki, yaitu dengan mengembalikannya kembali pada akidah ahli

sunnah wal jama’ah dan mensuritauladani sufi-sufi sunni yang telah

disebutkannya dalam risalahnya itu.29

2. Abu Ismail Abdullah bin Muhammad al Ansari (al Harowi)

Salah satu sufi yang menyandarkan tasawufnya dengan sangat jelas

pada akidah Ahli sunnah, dan termasuk para pembaharu tasawuf pada

kurun kelima hijrah adalah al-Harowi. Ia termasuk orang orang-orang yang

menentangkeras mereka yang bersyatahat semisal Bustami dan Halaj.30

Al-harowi dari tinjauan dirinya sebagai penganut pahan Sunni yang

mengkritisi sufi-sufi yang mengungkapkan sebuah syatahat. Ia berkata :

“Salah dari meraka (sufi-sufi yang menyeleweng) ada orang yang

membedakan tingkatan-tingkatan khusus, dan orang-orang umum.

Sebagian dari mereka adalah seseorang yang menganggap syatahat sebagai

sebuah tingkatan (maqam), dan menyamakan antara pemilik eforia dengan

sufi-sufi yang kokoh. Mayoritas dari mereka tidak mengatakan tentang

tingkatan-tingkatan.”31

Al-Harowi sangat respek terhadap tingkatan ketentrama hati yang

muncul dari sebuah kerelaan terhadap Allah. Yaitu sebuah tingkatan yang

27 Ibid hal 17728 Ibid hal 17829 Ibid hal 178-17930 Ibid hal 179-18031 Ibid hal 180

10

Page 11: Latar Belakang

tercegah dari syatahat. Dalam hal ini, ia berkata : “Derajat yang keempat

(dari tiga tingkatan pertama) adalah ketentraman yang muncul dari sebuah

kerelaan (ridha) dan tercegah dari syathahat yang menjijikkan, dan

pemiliknya berhenti pada batasan sebuah derajat.”32

Yang dimaksudnya dengan syathahat yang menjijikkan adalah

seperti yang dikatan oleh Abu Yazid dan semisalnya, berbeda dengan

Junaid, Sahal al-Tustari, dan orang-orang yang seperti keduanya. Sebab

ketentraman yang telah mereka peroleh, telah mencegah diri mereka

mengeluarkan perkataan-perkataan syathahat. Itu semua karena syathahat

disebabkan oleh tidak adanya sebuah ketentraman. Sehingga disaat

ketentraman tersebut bersemayam dalam hati, maka akan mencegahnya

untuk mengeluarkan syathahat, atau penyebab-penyebabnya.33

Sedangkan yang dimaksud dengan batasan sebuah derajat adalah

berhentinya sufi pada tingkatan penyembahan dan tidak melampaui

tingkatan penyembahan tersebut. Disaat ketentraman tersebut tidak

bersemayam selain dalam hati seorang wali atau nabi, maka ia

mengingkari dengan sangat jelas akan kewalian al-Bustami dan al-Halaj

karena syathahat yang keluar dari dirinya tersebut.34

3. Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al Ghazali (al Ghazali)

Imam al Ghazali dianggap sebagai pembela tasawuf Sunni

terdepan dalam Islam. Yaitusebuah tasawuf yang didirikan di atas akidah

ahli sunnah wal jama’ah, zuhud, kesederhanaan pendidikan jiwa dan

perbaikannya. Dalam hal ini, Imam Ghazali sepakat dengan mainstream

tasawuf al Qusyairi, al Harowi, dan orang-orang sebelumnya yang

mempunyai mainstream yang sama. Namun demikian, al Ghazali lebih

besar ketimbang mereka secra keskuruhan dari tinjauan kepribadian,

intelektualitas, tasawuf, dan keilmuannya. Maka tepat sekali jika al ghazali

dianggap sebagai sufi terbesar dalam islam. Kontribusinya dalam tasawuf

terhadap orang-orang setelahnya sangatlah besar.35

32 Ibid hal 18333 Ibid hal 18234 Ibid hal 182-18335 Ibid hal 183

11

Page 12: Latar Belakang

Dalam bidang tasawuf, al ghazali membawa paham al Ma’rifah.

Namun, paham al Ma’rifah nya ini berbeda dengan al Ma’rifah yang

dibawa oleh Zunnun al Misri. Bagi al ghazali, Ma’rifah ialah mengetahui

rahasia tuhan dan mengetahui peraturan-peraturan-Nya mengenai segala

yang ada.36

Ma’rifah bagi al ghazali juga mengandung arti memandang kepada

wajah tuhan. Namun, bagi al ghazali ma’rifah itu lebih dahulu urutannya

daripada mahabbah, karena mahabbah timbul dari ma’rifah, dan mahabbah

baginya bukan dalam bentuk cinta yang diucapkan Rabi’ah, tetapi

mahabbahdalam bentuk cinta seseorang kepada yang berbuat baik

kepadanya yaitu cinta yang timbul dari kasih dan rahmat Tuhan kepada

manusia yang member manusia hidup, rezeki, kesenangan dan lain-lain.37

Al Ghazali beranggapan bahwa pencapaian jalan sufi dalam

tasawuf adalah memutuskan diri dari belenggu-belenggu nafsu,

membersihkannya dari akhlak-akhlak yang tercela dari sifat-sifatnya yang

menjijikkan sehingga mampu mengosongkan hati dari segala sesuatu

selain Allah, dan menghiasinya dengan ingatan-ingatan (zikir) kepada-

Nya. Ia beranggapan pula bahwa para sufi adalah orang-orang yang

menempuh perjalanan yang paling baik, jalan mereka adalah jalan yang

paling benar, dan akhlak mereka adalah akhlak yang paling bersih.38

36 Abuddin Nata. 1995. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal 18137 Ibid hal 182 38 Abu Wafa’ al-ghanimi al-Taftazani. 2008. Tasawuf Islam Telaah Historis dan Perkembangannya. Jakarta : Gaya Media Permata hal 194

12

Page 13: Latar Belakang

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tasawuf sunni adalah tasawuf yang konsisten dengan prinsip-

prinsip Islam yang masih dalam timbangan syara’, tasawuf ini kurang

memperhatikan ide-ide spekulatif karena mereka sudah merasa puas dengan

argumentasi yang bersifat naqli samawi.

Tasawuf sunni muncul pada abad ketiga dan keempat hijriah (masa

pengembangan). Pada abad ketiga hijriah, para sufi mulai menaruh perhatian

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku perkembangan

doktrin-doktrin dan tingkah laku sufi ditandai dengan upaya menegakkan

moral di tengah terjadinya dekadensi moral yang berkembang saat itu,

sehingga di angan mereka tasawuf pun berkembang menjadi ilmu moral

keagamaan. kemudian Pada abad kelima hijriah tasawuf sunni memenangkan

pertarungan dengan tasawuf semi falsafi. Kemenangan ini dikarenakan

menangnya teologi Ahl Sunnah wa al jama’ah yang dipelopori oleh Abu al

Hasan al Asy’ari (w. 324 H).

Tasawuf sunni ada 2 bagian yaitu tasawuf akhlaqi dan tasawuf amali.

Tasawuf akhlaqi (tasawuf akhlak) adalah laku tasawuf yang dihiasi dengan

akhlak yang baik, shat, dan terpuji sedangkan tasawuf amali adalah tasawuf

yang lebih menekankan pada pelaksanaan syari’at islam.

Ciri-ciri dan karakteristik tasawuf sunni yaitu

a) Melandaskan diri pada al-qur’an dan As-Sunnah

b) Tidak menggunakan termiologi-termiologi filsafat

c) Lebih mengajarkan dualism dalam hubungan antara tuhan dan manusia

d) Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at

e) Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak, dan

pengotaban jiwa

Tokoh-tokoh tasawuf sunni adalah Abdul Karim bin hazin (al

Qusyairi), Abu Ismail Abdullah bin Muhammad al Ansari (al Harowi),

Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al Ghazali (al Ghazali).

13

Page 14: Latar Belakang

3.2 Saran

Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam makalah ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan

isi makalah ini.

14

Page 15: Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah al-Kaf, Idrus. 2003. Bisikan-Bisikan Illah :Pemikiran Sufistik Imam

al Haddad Dalam Diwam Ad-Duri Al-Manzhum. Bandung: Pustaka

Hidayah

Syukur, Amin dan Masyharuddin. 2002. Intelektualisme Tasawuf Studi

Intelektualisme Tasawuf Al Ghazali. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah.

Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta.

Solihin, M dan Anwar, Rosyid. 2005. Akhlak Tasawuf Manusia, Etika, dan

Makna Hidup. Bandung :Nuasa.

Anwar, Rosihon dan Solihin, Mukhtar. 2004. Ilmu Tasawuf,. Bandung, : CV

Pustaka Setia

Wafa’ al-ghanimi al-Taftazani, Abu . 2008. Tasawuf Islam Telaah Historis dan

Perkembangannya. Jakarta : Gaya Media Permata

Nata, Abuddin. 1995. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada

15